• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Bina Mitra Polwiltabes Bandung Dalam Mensosialisasikan Program Pesona Sejuta Kawan (PSK) Di Kalangan Klub Motor Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Bina Mitra Polwiltabes Bandung Dalam Mensosialisasikan Program Pesona Sejuta Kawan (PSK) Di Kalangan Klub Motor Bandung"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

MENSOSIALISASIKAN PROGRAM PESONA SEJUTA KAWAN (PSK) DI KALANGAN KLUB MOTOR BANDUNG

Oleh: Nurlaela NIM. 41806041

Skripsi ini di bawah bimbingan, Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si.

Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mendeskripsikan mengenai Peranan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan di kalangan klub motor Bandung. Dengan indikator peranan yang diteliti antara lain: perencanaan yang akan dilakukan, kegiatan yang akan dilakukan, pesan yang akan disampaikan, media yang digunakan dan evaluasi yang dilakukan.

Penelitian ini merupakan Penelitian Kualitatif dengan menggunakan Metode Deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi pustaka, dan penelusuran data online. Informan penelitian ini adalah bagian Binamitra Polwiltabes Bandung yaitu sebanyak 6 (enam) orang dan anggota klub motor BTMC (Bandung Thunder Motor Club) 1 (satu) orang.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil penelitian bahwa perencanaan yang dilakukan oleh Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung adalah untuk mengetahui latar belakang program Pesona Sejuta Kawan (PSK), tujuan diadakannya program Pesona Sejuta Kawan (PSK) dan publik sasaran dari kegiatan sosialisasi program Pesona Sejuta Kawan (PSK). Kegiatan yang dilakukan oleh Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung bersifat continue dan kegiatan ini terdapat hambatan yaitu hambatan anggaran, waktu dan komunikasi. Pesan yang disampaikan oleh Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung merupakan komunikasi antarpersona, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Teknik pesan yang digunakan adalah pesan informatif, pesan persuasif, pesan instruktif dan pesan edukatif. Media yang digunakan oleh Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung adalah media cetak dan media elektronik. Evaluasi yang dilakukan oleh Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung adalah untuk mengetahui hasil yang dicapai setelah kegiatan sosialisasi.

Peneliti mengambil kesimpulan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung berperan sangat penting, karena merupakan ujung tombak pencapaian kemitraan dengan masyarakat termasuk klub motor melalui pembinaan dan penyuluhan. Salah satu bentuk usaha yang dilakukan dengan menempuh tahap perencanaan kemudian melakukan kegiatan yang direncanakan, ada pesan yang disampaikan, media yang digunakan kemudian melakukan evaluasi.

(2)

PESONA SEJUTA KAWAN (PSK) PROGRAM IN BANDUNG MOTOR CLUB

This research was conducted in order to describe about the role of Binamitra Polwiltabes Bandung in socializing pesona sejuta kawan (psk) program in Bandung motor club. With the indicators examined include the role of: planning will be done, activities to be carried out, the message to be delivered, the media used and evaluation results.

This research is using a Qualitative Research with a Descriptive Methods. The data collecting technique that author used are interview, observations, library research, and online data research. The informants are Binamitra Polwitabes Bandung It is consist of 6 (six) persons and members of motorcycle clubs BTMC (Bandung Thunder Motor Club) of 1 (one).

Based on this research, the result obtained that the planning which was done by Binamitra Polwiltabes Bandung in socializing the pesona sejuta kawan (psk) program in Bandung motor club is to know the background programs Pesona Sejuta Kawan (PSK), the purpose of the Program Pesona Sejuta Kawan (PSK ) and the public target of the socialization pesona sejuta kawan (psk) program. Activities conducted by the Binamitra Polwiltabes Bandung in socializing the pesona sejuta kawan (psk) program in Bandung motor club and continue these activities, there are barriers budget constraints, time and communication. Messages delivered by Binamitra Polwiltabes Bandung in socializing the program Pesona Sejuta Kawan (PSK) in Bandung motor club are the inter-personal communication, group communication and mass communication. The message technique used is the informative message, persuasive message, instructive message and educative messages. Media that used by Binamitra Polwiltabes Bandung in socializing the pesona sejuta kawan (psk) program in Bandung motor club is printed media and electronic media. Evaluation made by the Binamitra Polwiltabes Bandung in socializing the program Pesona Sejuta Kawan (PSK) in Bandung motor club to find out the results achieved after the socializations activities

Researchist conclude that the role of Binamitra Polwiltabes Bandung in socializing the pesona sejuta kawan (psk) program in Bandung motor club is very important, because it is a key for a partnership with the community, including the achievement of the motor club through coaching and counseling. One form of the work done by taking the planning stage and then perform the planned activities, there was the message delivered, the media used later to evaluate.

(3)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Reformasi total di bidang politik, ekonomi, dan hukum, esensinya tak lain

adalah dalam kerangka proses menuju kearah perubahan yang lebih baik, karena

demokrasi merupakan pilihan yang realistis, yang akan memberi peluang dan

kesempatan yang sama bagi setiap warga. Akan tetapi penekanan dan respons

terhadap demokrasi ini belum memperlihatkan kearah perbaikan dan manfaat

yang berarti. Demokrasi sering dipahami dan direspons sebagai penerapan

kebebasan tanpa batas. Tindakan main hakim sendiri misalnya, dianggap

wajar-wajar saja. Itu karena aparat hukum dan pemerintah tidak lagi dipercaya—

khususnya polisi—tidak tegas dan tidak berani menindak para pelanggar hukum.

(Ismail, 2001:12)

Inilah salah satu krisis kepercayaan masyarakat terhadap kepolisian.

Munculnya ketidakpercayaan terhadap kejujuran dan wibawa aparat hukum,

membawa dampak buruk bagi perkembangan kemasyarakatan antara polisi dan

masyarakatnya itu sendiri. Masyarakat menginginkan reformasi total di bidang

politik, ekonomi dan hukum, yang esensinya berdaulat demokrasi Pancasila

terwujud yang akan menghasilkan masyarakat madani dan kesemua itu

dilimpahkan kepada kepolisian. Padahal itu semua tidak akan terwujud jika yang

(4)

masyarakat. Keduanya harus sama-sama memahami bahwa dengan adanya

kerjasama, semua akan terwujud.

Polisi dengan segala kelemahan dan kelebihannya berupaya semaksimal

mungkin mewujudkan hal tersebut. Ismail dalam bukunya yang berjudul Polisi Demokrasi dan Anarkhi, karier polisi diibaratkan di mana kaki kiri diletakkan di

pinggir lubang kubur sementara kaki kanan diletakkan didekat pintu penjara.

Terpeleset ke kiri, ia akan mati atau luka-luka, terpeleset ke kanan ia akan masuk

penjara.

Polisi adalah aparat penegak hukum yang bekerja sangat dekat dengan

masyarakat, selama 24 jam sehari tidak mengenal libur. Masyarakat bagi polisi

adalah medan tugas, arena pekerjaan dan sekaligus sumber personil dan sumber

legitimasi. Polisi adalah pekerjaan dimana jasa-jasa tidak pernah terhimpun dan

dosa-dosa tidak pernah berampun. Semakin luas Polisi dan Masyarakat

memahami masalah ini, maka akan semakin erat pula hubungan kerjasama antara

masyarakat dengan polisi dapat diwujudkan sebagai paradigma baru pemolisian

dalam menyongsong masyarakat madani (civil society).

Di dalam Undang-undang Kepolisian di Negara Republik Indonesia

tahun 2002 pasal 2 disebutkan bahwa: “Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi

pemerintahan Negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban

masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayan kepada

masyarakat”.

Meninjau dari pasal diatas jelas bahwa memang tugas seorang polisi harus

(5)

dimanapun. Berat dan pelik. Tetapi hal ini tidak dijadikan beban berat karena

sebagai aparat penegak hukum yang juga taat hukum harus mengerti dan

memahami kemauan masyarakat, agar terciptanya keamanan dan ketertiban.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa keamanan tercipta bukan hanya karena

ada polisi, tetapi bagaimana masyarakat bisa menjadi polisi bagi dirinya sendiri.

Masyarakat diharapkan menyelesaikan masalahnya sendiri—to help citizens

resolve a vast array of personal problems—sebelum di handle oleh kepolisian.1

Dari dulu polisi merupakan partner yang baik bagi masyarakat. Karena

saking dekatnya mereka sering tercetus penilaian-penilaian yang baik maupun

yang kurang baik dari publik, walaupun sebenarnya tingkat apresiasi mereka

kepada masyarakat patut diacungi jempol. Namun hal itu belum dapat mengubah

pola pikir masyarakat terhadap kepolisian. Kenapa? Karena tindak tanduk

keberadaan merekalah yang terlalu dekat dengan masyarakat, maka masyarakat

semakin tahu apa yang sedang atau telah mereka lakukan.

Survey KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) baru-baru ini seperti yang

pernah diungkapkan Baur POA Sat Intelkam Polwiltabes Bandung, Aiptu

Jaenudin, dalam tabloid Warta POLISI. Mengenai integritas kinerja aparatur pemerintah dalam pelayanan publik tahun 2009, telah menempatkan pelayanan

institusi polisi berada di urutan kedua terendah setelah Departemen Perindustrian.

Padahal sejauh ini polisi sedang giat-giatnya meningkatkan peran dan kiprahnya

1

(6)

dalam memberikan pelayanan terbaik kepada publik, melalui komitmen reformasi

birokrasi polisi. (Warta POLISI, Edisi Februari 2010)

Ini merupakan catatan yang berharga bagi kepolisian untuk tetap eksis dan

tetap semangat dalam memberikan pelayanan terbaik, perlindungan dan

pengayoman serta sebagai aparatur penegak hukum yang taat. Menganggap

penilaian dari publik baik buruknya dijadikan sebagai patokan agar lebih baik

menyongsong ke depannya sesuai dengan visi misi yang telah ditetapkan.

Seperti yang pernah diungkapkan pula oleh Kepala Bagian Binamitra,

AKBP Suharnono NW, S.H., M.M, yang menjelaskan bahwa ada tiga tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia menurut UU No. 2 tahun 2002 pasal

13 yaitu:

a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

b. menegakkan hukum; dan

c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat.

Tiga tugas pokok kepolisian inilah yang nantinya akan menciptakan sebuah

keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif. Keadaan yang kondusif itu

adalah keadaan di mana tidak adanya rasa takut berupa ancaman, tantangan,

hambatan dan gangguan. Tugas ini tidak sesederhana apa yang kita pikirkan,

butuh orang-orang yang profesional dalam mengemasnya. Maka dibutuhkannya

sebuah pencapaian yang maksimal berupa strategi.

Grand Strategi Kepolisian menuju Tahun 2025, yang beranjak dari

(7)

Perencanaan Nasional No. 25 tahun 2004 dan mengharuskan institusi publik

termasuk kepolisian untuk memiliki Rencana Pembangunan Jangka Panjang

(RPJP) untuk menunjang RPJP Nasional berjangka 20 tahun.

Operasionalisasi Grand Strategi Kepolisian tersebut diatas dalam

kelanjutannya masih tetap mengacu kepada pentahapan dengan fokus yang

berbeda, yaitu:

1. Tahap I (2005-2009): Trust Building (Membangun Kepercayaan).

2. Tahap II (2011-2014): Partnership Building (Membangun Kemitraan).

3. Tahap III (2015-2024): Strive for Excellence (Mengejar Kesempurnaan).

Dalam pencapaian strategi tersebut melibatkan pula masyarakat. Karena

dalam penggiatannya polisi tidak bisa bekerja sendiri. Karena employment rate

Polri saat ini yaitu 1:900 dari kondisi idealnya adalah 1:100. Tidak dapat

dibayangkan jika semua tugas dan kewajiban dikerahkan semua kepada

kepolisian, walaupun pada dasarnya kepolisian merupakan aparat penegak hukum

yang harus bekerja 24 jam dalam menjaga stabilisasi keamanan. Strategi tersebut

diharapkan agar kemitraan polisi dengan masyarakat mampu terealisasikan

dengan baik sehingga timbulah rasa persaudaraan, solidaritas dan loyalitas antar

sesama.

Begitupun dengan Polwiltabes Bandung dalam rangka meningkatkan

kemitraannya dengan masyarakat, dan dalam upaya pencapaian grand strategi

kepolisian, yang juga meliputi pembenahan di bidang struktural, instrumental dan

cultural, membuat program baru yang nantinya diharapkan kepolisian

(8)

dikeluarkannya program Pesona Sejuta Kawan (PSK). Program ini

diselenggarakan melalui penetapan dan pelaksanaan dalam membangun kembali

trust building kemitraan dan kerjasama atau partnership Building dengan

masyarakat.

Masyarakat Kota Bandung yang sangat heterogen baik dari segi agama,

RAS, keturunan, sosial budaya, ekonomi dan sebagainya, dirangkul dan diajak

untuk mewujudkan partnership building tersebut. Segala komunitas dirangkul

untuk menunjukkan bahwa kepolisian saat ini adalah sebuah institusi yang

berbeda dan lebih bersahabat lagi.

Melalui program ini pula diharapkan dapat mengubah mainsate masyarakat

tentang polisi. Binamitra Polwiltabes Bandung dipercaya dalam mengedepankan,

menyuarakan dan mensosialisasikan program ini langsung kepada masyrakat.

Polwiltabes Bandung bersama dengan perwakilan dari elemen masyarakat yaitu

beberapa klub motor untuk turut berpartisispasi dalam mensosialisasikan kegiatan

program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini.

Kenapa Klub Motor? Karena dalam klub motor yang keanggotaannya

berasal dari berbagai elemen masyarakat dirasa sangat terwakilkan dalam

mensosialisasikan program ini. Diantaranya adalah BTMC (Bandung Thunder

Club Motor), SOG (Scooter Owner Group), dan VAC (Vespa Antique Club).

Menurut Kapolwiltabes Bandung Kombes Pol Imam Budi Supeno

mengatakan:

(9)

merangkul erat masyarakat hingga ke pelosok tanpa mengenal jenjang ataupun jabatan”

(Warta POLISI, Edisi Maret 2010)

Terbentuknya program ini cukup dirasa efektif karena kepolisian

menginginkan bahwa agar terwujudnya suatu keadaan yang kondusif dibutuhkan

kerjasama dan kesadaran dari setiap individu. Baik itu dari kepolisian maupun

dari masyarakatnya. Salah satunya yaitu bersama-sama menghadirkan „Polmas‟

atau Polisi Masyarakat dalam artian masyarakat menjadi polisi bagi dirinya

sendiri. Tidak harus mengandalkan sepenuhnya kepada kepolisian bahwa

kemananan dan ketertiban itu sudah merupakan kewajiban kepolisian seluruhnya,

akan tetapi masyarakat harus ikut andil dalam pencapaian keadaan yang kondusif

tersebut. Itu sebabnya mengapa dalam rangka mensosialisasikan program Pesona

Sejuta Kawan (PSK) ini bermula dengan mengajak para klub motor yang ada di

Bandung. Klub motor dalam kegiatannya pun dirasa sangat optimal dalam

mensosialisasikan program ini seperti kegiatan touring, sekaligus untuk

memberikan contoh yang sangat efektif kepada masyarakat dalam kegiatan

berdisiplin berlalu lintas.

Masyarakat dan polisi merupakan dua unsur yang tidak bisa di pisahkan.

Tanpa masyarakat, tidak akan ada polisi dan tanpa polisi, proses-proses dalam

masyarakat tidak akan berjalan dengan lancar dan produktif. Program ini pun

dilakukan untuk membenahi structural, instrument kerja kepolisian dan juga

untuk membangun kembali kepercayaan atau trust building kemitraan dan

(10)

polisi bisa lebih dekat dengan masyarakat bahkan bisa menjadi sahabat dan

kawan.

Tentunya dalam mensosialisasikan program ini tidak terlepas dari peranan

Binamitra Polwiltabes Bandung atau yang kita kenal sebagai Humas/Hubungan

Masyarakat, yang secara langsung memberikan penyuluhan dan pembinaan.

Sebagai salah satu instansi yang besar, yang telah melembaga atau state of being,

Binamitra mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan program ini. Kenapa?

Seperti yang kita ketahui bahwa Humas merupakan tonggak penyaluran informasi

dari publik dan untuk publik. Baik itu dari/untuk publik internal maupun

eksternal. Maka peran Binamitralah yang dikedepankan dalam penggiatan ini.

Berbicara mengenai peranan, menurut Indrawijaya, mengatakan bahwa

secara sederhana peranan dapat diartikan sebagai pola tugas dan kewajiban

anggota kelompok serta cara bagaimana suatu tugas dibagi-bagi antara anggota

kelompok. Sedangkan menurut Thibaut & Kelley, menyebutkan bahwa “peranan adalah suatu pola perilaku yang diharapkan dari seseorang oleh orang-orang lain

bila ia melakukan interaksi dengan mereka”. (Indrawijaya, 2002:130).

Jadi dalam pelaksanaan program ini besar kecilnya pengaruh setiap anggota

kelompok atau lembaga umumnnya bergantung kepada peranan yang dipegang

masing-masing anggota. Dalam memerankan perannya ini tidak terlepas dari yang

namanya komunikasi. Hanya dengan berkomunikasi seseorang mampu

mengetahui apa yang diinginkan orang lain ataupun sebaliknya. Begitupun dengan

(11)

Dari komunikasilah hal-hal yang menurut kita penting untuk diketahui

publik akan dapat tersampaikan melalui beragam cara dan media. Mengingat

perannya sebagai salah satu bagian di kepolisian dalam mensosialisasikan

program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini maka dapat kita lihat mengenai

pengertian sosialisasi itu sendiri.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sosialisasi berasal dari kata Sosial yang artinya (segala sesuatu) mengenai masyarakat; kemasyarakatan. Sedangkan

sosialisasi adalah usaha untuk mengubah milik seseorang menjadi milik umum.

Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang

individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup,

nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat

diterima oleh masyarakatnya.2

Dari tinjauan mengenai sosialisasi diatas, bahwa dalam melaksanakan

sosialisasi tidak terlepas dari peran seseorang. Dalam program ini, Binamitralah

yang mempunyai andil besar dalam mensosialisasikan adanya program Pesona

Sejuta Kawan (PSK) ini langsung kepada masyarakat.

Tentunya dalam pelaksanaannya tidak semudah membalikkan telapak

tangan, pastinya ada kendala dan hambatan. Pertama, masyarakat yang belum

paham/mengetahui akan program sejuta kawan ini. Kedua, kalaupun mengerti dan

paham akan adanya program ini mereka belum tentu mempunyai kesadaran penuh

dengan diadakannya program ini. Maka dibutuhkan sebuah komunikasi yang

(12)

Butuh proses komunikasi yang tidak mudah dalam menyampaikan hal ini. Dalam

Effendy, ada dua tahap proses komunikasi yaitu:

1. Proses komunikasi secara primer

2. Proses komunikasi secara sekunder

Tahap di atas adalah bagaimana suatu proses penyampaian pesan dengan

menggunakan dua tahapan. Proses komunikasi secara primer menggunakan

lambang atau bahasa yang mampu dimengerti calon komunikan dan proses

komunikasi secara sekunder menggunakan sarana atau alat sebagai

penyampaiannya pesannya.

Dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini

menggunakan dua media yaitu media cetak dan media elektronik. Sebagai fungsi

humas kepolisian yang dikedepankan dalam kegiatan sosialisasi maka, Binamitra

secara langsung diberikan wewenang untuk melakukan pembinaan, penyuluhan

dan pensosialisasian program ini secara langsung. Abdurachman berpendapat

mengenai pengertian humas secara umum yaitu:

Public Relations adalah kelanjutan dari proses penerapan kebijaksanaan, penentuan pelayanan-pelayanan dan sikap yang disesuaikan dengan kepentingan-kepantingan orang-orang atau golongan agar lembaga itu

memperoleh kepercayaan dan goodwill mereka. kedua, pelaksana

kebijaksanaan, pelayanan dan sikap adalah untuk menjamin adanya

pengertian dan penghargaan yang sebaik-baiknya.” (Abdurracham,

2001:25)

2

(13)

Binamitra diharapkan mampu menciptakan suatu iklim komunikasi yang

kondusif sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan reputasi

instansi/lembaga atau menjaga kesinambungan lembaga dalam melaksanakan

kegiatan baik internal maupun eksternal.

Kompleksitas kegiatan Binamitra secara teoritis diarahkan untuk mencapai

tujuan dalam menjaga dan mempertahankan citra (image) positif, sehingga posisi

Binamitra menjadi sangat penting dalam sebuah instansi/lembaga organisasi.

Salah satunya adalah dengan tetap menjalin hubungan yang baik (bermitra)

dengan masyarakat. Sosialisasi Program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini

dikenalkan, diberitahukan dan dijelaskan kepada masyarakat sebagai upaya

melaksanakan kemitraan yang berkesinambungan sesuai dengan yang diharapkan

bersama-sama.

Menurut peneliti, masalah ini cukup menarik untuk dikaji karena ternyata

dalam pokok permasalahannya adalah bagaimana proses sosialisasi Binamitra

dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) Polwiltabes ini

kepada masyarakat dan bagaiamana peran seorang Binamitra dalam memberikan

sosialisasi berupa pembinaan dan penyuluhan program sejuta kawan ini kepada

kalangan klub motor di Bandung.

Sehingga dalam penelitian ini, peneliti dapat mengambil rumusan

masalahnya adalah sebagai berikut: “Bagaimana Peranan Binamitra

(14)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka identifikasi masalah pada

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perencanaan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes

Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK)

di kalangan klub motor Bandung?

2. Bagaimana kegiatan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung

dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di

kalangan klub motor Bandung?

3. Bagaimana pesan yang disampaikan Binamitra Polwiltabes Bandung

dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di

kalangan klub motor Bandung?

4. Bagaimana media yang digunakan Binamitra Polwiltabes Bandung

dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di

kalangan klub motor Bandung?

5. Bagaimana evaluasi yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung

dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di

kalangan klub motor Bandung?

6. Bagaimana peranan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung

dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di

(15)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menggambarkan bagaimana peranan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes

Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di

kalangan klub motor Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan masalah yang diteliti maka tujuan dilakukannya

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perencanaan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes

Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK)

di kalangan klub motor Bandung.

2. Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes

Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK)

di kalangan klub motor Bandung.

3. Untuk mengetahui pesan yang disampaikan Binamitra Polwiltabes

Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK)

di kalangan klub motor Bandung.

4. Untuk mengetahui media yang digunakan Binamitra Polwiltabes

Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK)

(16)

5. Untuk mengetahui evaluasi yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK)

di kalangan klub motor Bandung.

6. Untuk mengetahui peranan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes

Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK)

di kalangan klub motor Bandung.

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah dan

pengetahuan bagi peneliti dalam mengembangkan ilmu komunikasi secara

umum dan dalam penyelenggaraannya secara realistis mengenai ilmu

kehumasan pada khususnya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Sedangkan secara praktis, kegunaannya adalah sebagai berikut:

a. Bagi Peneliti

Sebagai dasar pengembangan teori keilmuan baik mengenai

komunikasi dan kehumasan yang peneliti dapat dalam materi

perkuliahan dan dapat dijadikan sebagai gambaran yang jelas

sejauh mana kesesuaian antara teori dan praktek, bagi ilmu humas

(17)

b. Bagi Universitas

Penelitian ini berguna bagi mahasiswa Universitas Komputer

Indonesia secara umum yaitu mahasiswa ilmu komunikasi program

studi kehumasan. Dan juga berguna sebagai literature bagi peneliti

selanjutnya, yang akan melakukan penelitian pada kajian yang

sama.

c. Bagi Instansi Kepolisian

Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi instansi

kepolisian dalam melaksanakan kegiatan operasional kemitraan

dengan masyarakat dimasa yang akan datang. Terutama dalam

upaya melakukan sosialisasi program-program kepolisian dalam

rangka trust building kepada masyarakat.

1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teoritis

Seorang Humas (Hubungan Masyarakat) memiliki peranan yang

sangat penting dalam sebuah instansi/perusahaan/organisasi/lembaga. Tugas

utama seorang Humas adalah menciptakan citra positif kepada publiknya.

Keberhasilan suatu instansi/perusahaan/organisasi/lembaga bergantung pada

Humas tersebut.

Karena apabila humas instansi/perusahaan/organisasi/lembaga tersebut

bisa menciptakan citra yang positif maka perusahaan tersebut akan berhasil

(18)

begitupun sebaliknya, jika citra yang diberikan negatif maka akan

berdampak terhadap feedback yang didapat dari publiknya.

Menurut H. Rochajat Harun peranan seorang Humas/Hubungan

Masyarakat (Binamitra) dalam sebuah Organisasi/Instansi adalah sebagai

berikut:

1. Public Relations/Humas merupakan sebuah fungsi manajemen

yang membantu menciptakan dan mempertahankan garis

komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerja sama timbal balik antara sebuah organisasi dan masyarakatnya;

2. Melibatkan manajemen ke dalam sebuah isu;

3. Membantu manajemen untuk selalu mendapatkan informasi

mengenai pendapat masyarakat dan menanggapinya;

4. Membantu manajemen untuk senantiasa mengikuti perubahan

dan memanfaatkan perubahan itu secara efektif;

5. Public Relations juga berfungsi sebagai suatu sistem peringatan dini untuk membantu mengantisipasi trend dan menggunakan riset serta teknik komunikasi etis sebagai piranti utamanya.

(Harun, 2008:124)

Jadi peran seorang humas sangat menentukan apakah kegiatan atau

program tersebut efektif atau tidak. Moore berpendapat bahwa salah satu tujuan Humas adalah menetapkan dan menganalisa sikap orang-orang untuk

memahami, dan mungkin, mengantisipasi opini publik mengenai

masalah-masalah kontroversial. (Moore, 2004:58)

Dalam penelitian ini, peneliti lebih mengacu kepada pendapat

Rhenald Kasali mengenai proses Public Relations, yaitu seseorang telah melakukan peranan apabila telah melalui beberapa tahap untuk mencapai

tujuan yang diinginkan, yaitu membuat perencanaan terlebih dahulu,

(19)

disampaikan melalui kegiatannya, media apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatannya, dan bagaimana evaluasi dari kegiatan yang sudah dilakukan. (Rhenald Kasali, 2006 : 31).

Maka, didapat rincian penjelasannya sebagai berikut yaitu: pertama,

membuat perencanaan yaitu menentukan program/rencana yang akan

dilaksanakan dan ditujukan kepada siapa program/rencana tersebut tujuan

dari penggiatan. Kedua, bentuk kegiatan seperti apa yang akan dilaksanakan

dalam program Pesona Sejuta Kawan (PSK) dan hambatan dala pelaksanaan

kegiatan. Ketiga, pesan yang disampaikan seperti apa dalam kaitannya

dengan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) yaitu siapa yang

menyampaikan pesan tersebut dan bentuk pesannya seperti apa. Keempat,

bentuk media yang akan digunakan dalam proses kegiatan. Kelima, yaitu

evaluasi. Setelah kegiatan tersebut dilaksanakan maka dilihat bagaimana

hasil yang telah dicapai. Efektifkah atau tidak program tersebut

disosialisasikan.

Sedangkan sosialisasi menurut Effendy yang mengatakan bahwa:

“Sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission of values) yang

mengacu kepada cara-cara dimana seseorang mangadopsi perilaku dan

nilai-nilai dari suatu kelompok”. (Effendy, 1997:31)

Begitupun dengan melihat definisi dari sosialisasi itu sendiri, dengan

jelas O. U. Effendy berpendapat bahwa dalam sosialisasi itu melibatkan dua pihak yang terkait. Transmisi nilai-nilai adalah program itu sendiri, adopsi

(20)

tersebut dapat ditindaklanjuti oleh pihak yang kedua yaitu si komunikan dari

si komunikator (yang membuat program tersebut).

1.5.2 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana peran

Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program sejuta

kawan ini kepada kalangan klub motor khususnya yang ada di bandung.

Bagian Binamitra atau Humas/Hubungan Masyarakat Polwiltabes Bandung

berperan aktif dan sinergis dalam melakukan pensosialisasian ini karena

Binamitra terjun langsung memberikan pembinaan dan penyuluhan kepada

klub motor.

Peranannya ini dapat ditinjau dari sebuah penggiatan lapangan yang

dilakukan bersama dengan beberapa klub motor, yang meliputi bagaimana

kegiatan ini dilaksanakan dan seperti apa bentuk kegiatan pensosialisasian

ini kepada klub motor. Apakah dapat membawa dampak yang positif bagi

kelangsungan hidup dan memberikan contoh yang baik kepada masyarakat

sekitar? Sosialisasi program ini diharapkan dapat membangun kembali

perubahan di tubuh kepolisian agar mampu terciptanya kemitraan yang

hampir mendekati sempurna dengan masyarakat sesuai dengan Grand

Strategi Kepolisian. Kemitraan tersebut dapat terjalin jika kedua belah pihak

yaitu polisi dan masyarakat mampu mengaplikasikan program ini sesuai

(21)

Dengan merujuk pada pendapatnya Kasali tersebut bahwa

Humas/Binamitra Polwiltabes Bandung harus cepat tanggap dalam

memberikan binaan dan penyuluhan mengenai sosialiasai program

terbarunya untuk mencapai kemitraan yang sesungguhnya. Yaitu:

1. Perencanaan pensosialisasian program Pesona Sejuta Kawan (PSK) yang dilakukan oleh Binamitra dalam mensosialisasikan program Pesona

Sejuta Kawan (PSK) kepada kalangan klub motor Bandung. Sehingga

dalam perwujudan kemitraan dengan masyarakat dapat ditempuh dengan

maksimal. Menentukan tujuan dan publik sasaranny merupakan

rancangan perencanaannya.

2. Bentuk kegiatan dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) kepada kalangan klub motor Bandung adalah sifatnya dari

kegiatan sosialisasi program Pesona Sejuta Kawan (PSK) dan hambatan

yang dirasa pada saat kegiatan sosialisasi program Pesona Sejuta Kawan

(PSK).

3. Pesan apa yang akan disampaikan melalui kegiatan tersebut, yaitu sifat dari pesan tersebut dan bentuk penyampaiannya seperti apa dalam

mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) kepada

kalangan klub motor Bandung.

4. Dalam mensosialisasikan program ini menggunakan media yang efektif

seperti apa agar tidak terjadinya miss communications dalam

penyampaian pesannya kepada klub motor pada saat sebelum

(22)

5. Evaluasi dari kegiatan yang sudah dilakukan, yaitu melakukan penilaian, meninjau hasil yang dicapai kemudian menindaklanjuti yang

dilakukan Binamitra Polwiltabes dalam mensosialisasikan program

Pesona Sejuta Kawan (PSK).

Kemudian dalam melaksanakan penggiatan program tersebut

berlandaskan pada landasan utama dari fungsi Binamitra adalah memberikan

kebijaksanaan dan kegiatan yang terpercaya demi kepentingan publik atau

masyarakat. Hubungan dengan masyarakat hanya dapat dibina dengan

berkomunikasi yang efektif. Jika komunikasi kurang, maka kesalahpahaman

dan pertentangan akan terjadi. Rintangan-rintangan dalam mencapai

keberhasilan untuk menyatukan pikiran-pikran harus dibatasi dengan

komunikasi yang efektif. Komunikasi dikatakan efektif jika suatu gagasan

dapat berpindah dari benak seseorang ke benak orang lain.

Sama halnya dengan pensosialisasian program ini diperlukan upaya

penyampaian yang sangat efektif. Guna untuk memberikan arahan atau

binaan yang relevan dari Binamitra kepada pihak lain—dalam hal ini klub

motor—mengenai program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini.

Jika dilihat dari uraian di atas maka proses pengaplikasian terhadap

(23)

Gambar 1.1

Sumber: Modifikasi peneliti terhadap pendapat Rhenald Kasali, 2010

Gambar di atas membantu menjelaskan secara singkat dan

sistematis Peranan Binamitra dalam mesosialisasikan program Pesona

Sejuta Kawan (PSK), yakni pencapaian perwujudan peranan Binamitra

dalam memberikan pembinaan dan penyuluhan kepada publik sehingga

terciptanya sebuah masyarakat civil madani (civil society) yang taat

hukum dan memiliki rasa kemitraan dengan polisi. Dengan teori tersebut

pun, dapat diketahui dimanakah letak program Pesona Sejuta Kawan

(PSK) sebagai media kemitraan yang dapat membantu kepolisian dalam

melaksanakan tugas-tugasnya.

1.6 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yaitu “Peranan Binamitra Polwiltabes Bandung

dalam Mensosialisasikan Program Pesona Sejuta Kawan (PSK) (PSK) di kalangan

Klub motor bandung”, maka peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai

(24)

a) Perencanaan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub

motor Bandung?

1. Apakah yang melatarbelakangi diadakannya kegiatan sosialisasi

program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini?

2. Apa tujuan dari kegiatan ini? Incidental atau rutin dilaksanakan?

3. Siapa publik sasaran yang ikut berperan serta dalam kegiatan ini?

b) Kegiatan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub

motor Bandung?

1. Apakah sifat kegiatan pensosialisasian program Pesona Sejuta Kawan

(PSK) ini kepada klub motor?

2. Apa saja hambatan yang terasa pada saat pelaksanaan kegiatan

sosialiasi program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini? Dan bagaimana

meminimalisir hambatan tersebut?

c) Pesan yang disampaikan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub

motor Bandung?

1. Seperti apa bentuk penyampaian pesan yang dilakukan dalam

mensosialiasikan program ini?

2. Siapakah yang memberikan/menyampaikan kebijakan kegiatan

(25)

3. Apakah teknik pesan yang disampaikan ketika program ini

dilaksanakan? Apakah persuasif/ informatif/ instruktif?

d) Media yang digunakan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub

motor Bandung?

1. Apakah media yang dirasa cocok dalam penyampaian kegiatan ini

kepada klub motor?

e) Evaluasi yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub

motor Bandung?

1. Bagaimana hasil yang dicapai setelah pelaksanaan kegiatan sosialisasi

program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini?

2. Bagaimana tindak lanjut dari Bagian Binamitra setelah melihat hasil

yang telah dicapai?

1.7 Subjek Penelitian dan Informan 1.7.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga

(organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan diteliti. Dengan

kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat

atau terkandung objek penelitian.3

(26)

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah Kepala bagian

Binamitra, Kasubbag Bimmas Binamitra, Kasubbag Kerma Binamitra, tiga

anggota Ba Subbag Binamitra dan dua anggota Klub Motor Bandung.

1.7.2 Informan

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang, karena

memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti,

dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. Menurut AM

Huberman & MB Miles dalam Bungin mengemukakan bahwa informan juga berfungsi sebagai umpan balik terhadap data penelitian dalam ruang

cross check data. (Bungin, 2001)

Pengambilan informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 7 orang

yang diambil dari bagian Binamitra dan anggota klub motor yang ikut

partisipasi dalam sosialisasi program Pesona Sejuta Kawan (PSK)

Polwiltabes Bandung. Adapun informan kunci dalam penelitian ini adalah

Kepala Bagian Binamitra Polwiltabes Bandung. Informan kunci merupakan

informan utama yang mengetahui kegiatan ini mulai dari proses hingga

(27)

Tabel 1.1

Data Informan Binamitra Polwiltabes Bandung

No Nama/NRP Jabatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.

Mulyana menjelaskan bahwa:

“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat interpretif

(menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak metode, dalam

menelaah masalah penelitiannya. Sebagian ilmuwan menerjemahkan

penelitian kualitatif deskriptif (tanpa angka-angka), tanpa usaha untuk membangun proposisi, model, atau teori (secara induktif) berdasarkan data yang diperoleh di lapangan”. (Mulyana, 2008:5)

Artinya penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa.

Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis

(28)

“Metode deskriptif yaitu suatu metode dengan cara memperlajari masalah -masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu dengan tujuan penelitian yaitu menggambarkan fenomena secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara factual dan cermat.” (Rakhmat, 2002:22)

Sehingga dalam penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan

mendeskripsikan bagaimana peranan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam

mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor

Bandung.

1.9 Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong,

2001:135). Wawancara merupakan suatu proses transmisi data dari

seseorang (nara sumber/informan) kepada pewawancara sebagai bahan

untuk melengkapi bidang yang diteliti oleh si pewawancara.

Teknik wawancara yang digunakan yaitu teknik wawancara

semi-terstruktur. Menurut Christine Daymon dan Immi Holloway,

wawancara semi-terstruktur atau wawancara terfokus yaitu “Ketika

mewawancarai nara sumber biasanya kita berpedoman pada daftar

pertanyaan yang kita buat, akan tetapi panduan wawancara tersebut

sangat memungkinkan mengembangkan pertanyaan lain sebelum proses

wawancara berlangsung yang kemudian memutuskan sendiri isu

manakah yang akan ditindaklanjuti selanjutnya, dalam hal ini pertanyaan

(29)

2. Studi Kepustakaan

Merupakan penggunaan sumber informasi di perpustakaan dan jasa

informasi dari literature lainnya untuk memperoleh telaah teori-teori

mengenai pokok-pokok permasalahan yang di teliti.

3. Observasi

Menurut Christine Daymon dan Immi Holloway (2008:321),

Observasi menyaratkan pencatatan dan perekaman sistematis mengenai

sebuah peristiwa, artefak-artefak, dan perilaku-perilaku onforman yang

terjadi dalam situasi tertentu, bukan seperti yang belakangan diingat,

diceritakan kembali dan digeneralisasikan oleh peneliti itu sendiri.

Metode observasi sering dikaitkan dengan wawancara.

4. Penelusuran Data Online

Burhan Bungin mengatakan bahwa metode penelusuran data online adalah cara melakukan penelusuran data melalui media online

seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas

online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data

informasi yang berupa data maupun informasi teori,secepat semudah

mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. (Bungin,

2005:148)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan layanan internet

dengan cara membuka alamat mesin pencari (search engine) kemudian

membuka alamat website yang berhubungan dengan kebutuhan

(30)

1.10 Teknik Analisis Data

Setelah memperoleh data penelitian, maka hal yang dilakukan selanjutnya

adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan strategi pengamatan (pengumpulan data) ganda pada

objek yang sama untuk cross check tiap temuan dan mengeleminasi

interpretasi-interpretasi yang tidak akurat. Hasil temuan suatu objek dan

interpretasi terhadap objek tersebut selanjutnya didiskusikan pada pihak

lain, baik yang ada di lapangan (member check) maupun yang ada di luar

lapangan (peer examination).

2. Menerapkan metode analisis induktif dengan menguji

proposisi-proposisi yang muncul dalam kaitannya dengan kasus-kasus yang

menghasilkan pernyataan-pernyataan yang dianggap mendasar.

Maksudnya, dari data berbagai tempat dan waktu yang berbeda

menunjukkan rangkaian atau kesamaan. Ini merupakan thick

descriptions.

3. Mendeskripsikan informasi fenomena lapangan yang sesuai atau

berhubungan sangat ekat dengan pandangan subjek penelitian. Pada

penelitian ini pun selain menganalisis data dengan deskripsi peneliti,

memasukan pula beberapa teori yang sesuai dengan kajian yang diteliti.

4. Setelah semua dideskripsikan sesuai dengan teknik analisi data deskripif,

maka peneliti pun menggunakan Triangulasi Data. Triangulasi Data

(31)

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.4

1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1 Lokasi Penelitian

Penulis melakukan penelitian di Binamitra Polwiltabes Bandung yang

beralamat di Jalan Merdeka No. 18-20 Bandung Telp. (022) 4219312

E-mail: www.polwiltabesbandung.com

1.11.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama 5 bulan yaitu pada bulan

Maret s/d Juli 2010. Mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga ke

penyelesaian dengan perincian waktu pada tabel 1.2 berikut :

(32)
(33)

1.12 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi atas V (Lima) Bab dan disusun dengan

sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab awal dari keseluruhan yang berisikan antara lain : Latar

Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian,

Kegunaan Hasil Penelitian, Kerangka Pemikiran, Daftar Penelitian,

Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Populasi dan Sampel,

Teknik Analisis Data, Lokasi Dan Waktu Penelitian, Serta Sistematika

Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan teori-teori yang mendukung proses penelitian atau

berkaitan dengan objek yang diteliti, yaitu : Tinjauan Tentang

Komunikasi, Definisi Komunikasi, Proses Komunikasi, Tinjauan

Komunikasi Organisasi, Tinjauan tentang Public Relations, Pengertian

Public Relations, Tujuan Public Relations, Fungsi Public Relations, proses

Public Relations, Tinjauan tentang Peranan, Tinjauan tentang Sosialisasi,

Tinjauan tentang Program Pesona Sejuta Kawan Polwiltabes Bandung,

(34)

BAB III OBJEK PENELITIAN

Pada bab ini membahas tinjauan umum tentang Polwiltabes Bandung,

meliputi Sejarah Polwiltabes Bandung, Visi dan Misi Polwiltabes

Bandung, Logo Polwiltabes Bandung, Struktur Organisasi Polwiltabes

Bandung, Struktur Organisasi Binamitra Polwiltabes Bandung, Job

Descriptions Polwiltabes Bandung, dan Sarana dan Prasarana Polwiltabes

Bandung.

BAB IV ANALISIS DATA

Meliputi: Deskripsi Data Informan, Deskriptif Hasil Penelitian dan

Pembahasan Hasil Penelitian.

BAB V PENUTUP

(35)

33

2.1 Tinjauan Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindari oleh

siapapun. Melalui komunikasi, kegiatan sosialisasi antar individu dapat

berjalan sesuai dengan keinginan individu-individu itu sendiri. Dan melalui

komunikasi juga individu dapat mengadakan suatu hubungan dengan

lingkungannya. Jadi, dengan demikian komunikasi merupakan unsur pokok

dalam tata pelaksanaan hidup manusia, yaitu dalam mengadakan hubungan

antar manusia untuk saling mempengaruhi antara pihak yang satu dengan

pihak yang lainnya.

Dalam Mulyana dijelaskan, kata komunikasi atau communications

dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”,

communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama”

(to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai

asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang

mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu

pesan dianut secara sama. (Mulyana, 2007:46)

(36)

melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku.” (Harun,

2008:3)

Bila kita melihat apa yang terjadi ketika seseorang terlibat dalam

komunikasi, kita menemukan bahwa terdapat dua bentuk umum tindakan yang

terjadi. Penciptaan pesan atau lebih tepatnya penciptaan pertunjukkan

(display) dan penafsiran pesan atau penafsiran petunjukkan. Menunjukkan (to

display) berarti bahwa anda membawa sesuatu untuk diperlihatkan seseorang

atau orang lain. Secara harfiah „to display” berarti “menebarkan sesuatu

sehingga sesuatu tersebut dapat terlihat secara lengkap dan menyenangkan.”

Bentuk kedua perilaku yang terjadi ketika seseorang terlibat dalam

komunikasi dalah menafsirkan pertunjukkan pesan. Menafsirkan atau to

interpret berarti menguraikan atau memahami sesuatu dengan suatu cara

tertentu. Komunikasi dapat dibedakan dengan semua perilaku manusia dan

organisasi lainnya karena ia melibatkan proses mental memahami banyak

orang, objek, dan peristiwa yang kita sebut pertunujukkan pesan.

Komunikasi merupakan salah satu fungsi dari kehidupan manusia.

Fungsi komunikasi dalam kehidupan menyangkut banyak aspek. Melalui

komunikasi seseorang menyampaikan apa yang ada dalam bentuk

pikirannya/atau perasaan hati nuraninya kepada orang lain baik secara

langsung ataupun tidak langsung. Melalui komunikasi seseorang dapat

membuat dirinya untuk tidak terasing dan terisolir dari lingkungan di

sekitarnya. Melalui komunikasi seseorang dapat mengajarkan atau

(37)

Ada aksioma komunikasi yang berbunyi “seseorang tidak dapat tidak

berkomunikasi (A person cannot not communicate)”. Secara teknis, itu berarti

bahwa seseorang tidak dapat menghindari untuk menunjukkan pesan.

Roger dalam Mulyana berpendapat bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih,

dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. (Mulyana, 2007:69)

Harold Lasswell menjelaskan bahwa “(Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan

berikut) Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Atau

Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh

bagaimana?” (Mulyana, 2007: 69)

Pendapat para ahli tersebut memberikan gambaran bahwa

komponen-komponen pendukung komunikasi termasuk efek yang ditimbulkan, antara

lain adalah:

1. Komunikator (komunikator,source,sender)

2. Pesan (message) 3. Media (channel)

4. Komunikan (komunikan,receiver)

5. Efek (effect)

Dari beberapa pengertian di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan

bahwa komunikasi adalah proses pertukaran makna/pesan dari seseorang

(38)

2.1.2 Proses Komunikasi

Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, mengatakan bahwa proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap. Yaitu proses

secara primer dan sekunder.

a. Proses Komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran

dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan

lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer

dalam proses kimunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna

dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menterjemahkan”

pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

b. Proses Komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan

oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana

sebagai media setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan

komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat

yang relative jauh atau jumlahnya banyak. Karena proses komunikasi

sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk

menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata

lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator

harus memperhitungkan cirri-ciri atau sifat-sifat media yang akan

(39)

pilhan dari sekian banya alternative perlu didasari pertimbangan

mengenai siapa komunikan yang akan dituju. (Effendy, 2006:17)

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi

Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi.

Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung kepada kelancaran komunikasi

yang dilakukan para anggotanya. Komunikasi yang terdapat dalam sebuah

organisasi disebut dengan komunikasi organisasi.

Stogdill dalam Pace menyatakan bahwa “organisasi sebuah wadah yang menampung banyak orang-orang dan objek-objek; orang-orang dalam organisasi

yang berusaha mencapai tujuan bersama. Organisasi di anggap sebagai pemroses

informasi besar dengan input, throughput, dan output. “

Everet M. Rogers dan Rekha Agarwala Rogers yang dikutip oleh Effendy mendefinisikan organisasi yaitu: “Suatu sitem yang mapan dari mereka yang

bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan

dan pembagian tugas”. (Effendy, 2004: 114)

Penggunaan sistem untuk meghampiri pengertian organisasi itu dapat dinilai

tepat sebab pengertian sistem adalah totalitas himpunan bagian yang satu sama

lain berhubungan sedemikian rupa sehingga menjadi suatu eksatuan yang terpadu

untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi, Rogers dan Rogers memandang organisasi

sebagai suatu struktur yang melangsungkan proses pencapaian tujuan yang telah

(40)

lainnya dan manusia yang satu dengan yang lainnya berjalan secara harmonis,

dinamis dan pasti.

Hubungan organisasi dengan komunikasi menurut William. V. Hanney

yang dikutip oleh Onong. U. E adalah: “Organisasi terdiri dari sejumlah orang

yang melibatkan keadaan saling tergantung; ketergantungan memerlukan

koordinasi; koordinasi mensyaratkan komunikasi”. (Effendy, 2004 : 116).

Pentingnya komunikasi dalam organisasi dikemukakan oleh Keith Davis

yang dikutip oleh Santoso Sastropoetro, sebagai berikut :

“Suatu organisasi tidak akan eksis tanpa adanya komunikasi. Tidak akan memungkinkan terjadinya koordinasi yang diharapkan, kerjasama baik antara pimpinan dengan karyawan, maupun antara karyawan dengan karyawan tidak mungkin tercipta sebab mereka tidak mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaannya satu sama lain”. (Sastropoetro, 1982 : 339).

Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada

peninjauan yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dlam menapai

tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi

apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang

dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa

yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Dengan adanya komunikasi yang

efektif didalam organisasi akan timbul jalinan pengertian antara pihak

manajemen dengan para publiknya, sehingga apa yang dikomunikasikan dapat

(41)

2.3 Tinjauan Tentang Public Relations 2.3.1 Pengertian Public Relations

PR (Public Relations) atau yang kita kenal sebagai Humas (Hubungan

Masyarakat) mempunyai pengertian yang cukup luas. Sebelum melihat

bagaimana pengertian Public Relations tersebut ada baiknya kita lihat

pengertiannya dalam kata „Public‟ dan „Realtions”.

Adanya kekurang tepatan terjemahan Public Relations menjadi

Hubungan Masyarakat atau Humas, kerena pengertian dari istilah „public‟ itu

sendiri. Untuk pengetian Relations menjadi “Hubungan” bisa dibilang tepat,

namun untuk penggunaan “Public” itu sendiri masih kurang tepat. Karena

istilah “Public” atau publik tidak mempunyai pengertian yang sama dengan

istilah masyarakat atau “Society”. Karena masyarakat menurut J.B.A.F.

Mayor Polak adalah wadah seluruh anatar hubungan social dengan seluruh jaringannya dalam artian umum, tanpa mnentukan suatu batas tertentu.

Sedangkan untuk public itu sendiri menurut Scott M Cutlip & Allen H. Carter yaitu “Public merupakan suatu sekelompok orang yang terikat oleh suatu kepentingan yang sama dan menunjukkan perasaaan yang sama”. Jadi,

untuk pengertian secara umum sebenarnya kurang tepat, tetapi karena

masyarakat sudah menganggap bahwa Public Relations itu sama dengan

Hubungan Masyarakat maka semua khalayak menganggap bahwa Hubungan

Masyarakat itu adalah Public Relations.

Dikaitkan dengan pengertian diatas maka selanjutnya adalah pengetian

(42)

M.O. Palapah dan Atang. S, berpendapat bahwa: “Public Relations adalah bentuk spesialisasi komunikasi yang bertujuan untuk memajukan saling

mengerti dan bekerjasama antara semua publik yang berkepentingan guna

mencapai keuntungan dan kepuasan bersama”. (Yulianita, 2007:29)

Dari definisi di atas menekankan kepada “bentuk spesialisasi

komunikasi”. Ini membuktikan bahwa public relations adalah salah satu

bentuk spesialisasi komunikasi dari sekian bentuk spesialisasi seperti bentuk

spesialisasi komunikasi persona, komunikasi kelompok dan komunikasi

massa. Hal yang dapat menjadikan sesuatu khusus dari kegiatan Public

Relations dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain adalah bahwa public

relations mempunyai tujuan yang pada awalnya adalah untuk memajukan

saling pengertian, bergerak pada saling percaya, saling mendukung, yang

kemudian selanjutnya akan tercapai adanya saling kerjasama di antara semua

publik yang berkepentingan.

Jika diamati semua kegiatannya khususnya dengan cara mengupayakan

adanya pengertian publik. Kepercayaan publik dukungan publik sampai

kepada adanya kerjasama publik, jika ini tercapai maka akan memudahkan

untuk sampai pada pencapaian tujuan yakni untuk maksud dapat mencapai

keuntungan dan kepuasan bersama. Dalam hal ini keuntungan dan kepuasan

tersebut adalah dari kedua belah pihak yang prinsipnya adalah dari seluruh

unsur publik yang ada kaitannya dngan organisasi.

Hal ini pun dikuatkan oleh pernyataanya Abdurachman berpendapat

(43)

Public Relations adalah kelanjutan dari proses penerapan kebijaksanaan, penentuan pelayanan-pelayanan dan sikap yang disesuaikan dengan kepentingan-kepantingan orang-orang atau golongan agar lembaga itu

memperoleh kepercayaan dan goodwill mereka. kedua, pelaksana

kebijaksanaan, pelayanan dan sikap adalah untuk menjamin adanya

pengertian dan penghargaan yang sebaik-baiknya.” (Abdurracham,

2001:25)

Dari definisi di atas memberikan sedikitnya pemahaman bahwa kegiatan

public relations adalah sesuatu yang terorganisir mulai dari sebuah proses

hingga pelaksanaan dari berbagai kebijakan, pelayanan dan sikap dalam suatu

program yang terpadu, dimana semuanya itu harus berlangsung dngan cara

direncanakan terlebih dahulu. Selain itu juga pelaksanaan program diupayakan

untuk dapat berlangsung berkesinambungan di antara satu program dengan

program lainnya secara teratur dalam suatu manajemen tertentu.

Semua itu dilaksanakan dengan tujuan utamanya adalah untuk

,menciptakan dan memelihara saling pengrtian. Ini menunjukkan bahwa

kegiatan public relations prinsipnya adalah menekankan adanya niat baik dari

organisasi terhadap publiknya, salah satunya adalah upaya untuk menciptakan

pengertian publik terhadap organisasi demikian pula sebaliknya organisasi pun

berusaha untuk dapat memahami dan mau mengerti hal-hal yang menjadi

kepentingan publiknya.

2.3.2 Tujuan Public Relations

(44)

1. Charles S. Steinberg: Menciptakan opini publik yang favorable tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh badan yang bersangkutan.

2. Frank Jefkins: Meningkatkan favorable/citra yang baik dan mengurangi atau mengikis habis sama sekali unfavorable image/citra yang buruk

terhadap organisasi tersebut.

3. Tujuan Public Relations secara universal: Untuk menciptakan dan

meningkatkan citra yang baik organisasi kepada publik yang disesuaikan

dengan kondisi-kondisi daripada publik yang bersangkutan, dan

memperbaiki jika citra itu menurun/rusak.

Jadi ada empat hal yang prinsip dari tujuan Public Relations yakni:

1) Menciptakan citra yang baik

2) Memelihara citra yang baik

3) Meningkatkan citra yang baik

4) Memperbaiki jika citra organisasi kita menurun/rusak.

(Yulianita, 2007:42)

2.3.3 Fungsi Public Relations

Untuk mengkaji tentang fungsi Public Relations, Yulianita kembali

mengutip pendapat para ahli Public Relations antara lain:

1) Betrand R Canfield dalam bukunya “Public Relations Principle and Problem” mengemukakan tiga fungsi Public Relations:

a) It should the public’s interest (Mengabdi kepada kepentingan publik)

(45)

c) And stress good morals and manners (Menitikberatkan moral dan

tingkah laku yang baik

2) Onong Uchjana Effendi dalam bukunya “Hubungan Masyarakat” mengemukakan empat fungsi dari public Relations yaitu:

a) To ascertain and evaluate public opinion as it relates to his

organization (Menjamin dan menilai opini publik yang ada dari

organisasi)

b) To counsel executives on ways of dealing with public opinion as it exist

(Untuk memberikan nasihat/penerangan pada manejemen dalam

hubungannya dengan opini publik yang ada)

c) To use communication to influence public opinion (Untuk

menggunakan komunikasi dalam rangka mempengaruhi opini publik).

Dari kedua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi

Public Relations secara universal menyangkut dua fungsi yaitu menyampaikan

kebijkasanaan manajemen pada publik dan menyampaikan opini publik pada

menajemen. (Yulianita, 2007:29)

Menurut H. Rochajat Harun seorang Humas/Hubungan Masyarakat

(Binamitra) dalam sebuah Organisasi/Instansi adalah sebagai berikut:

1. Public Relations/Humas merupakan sebuah fungsi manajemen

yang membantu menciptakan dan mempertahankan garis

komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerja sama timbal balik antara sebuah organisasi dan masyarakatnya;

2. Melibatkan manajemen ke dalam sebuah isu;

3. Membantu manajemen untuk selalu mendapatkan informasi

mengenai pendapat masyarakat dan menanggapinya;

4. Membantu manajemen untuk senantiasa mengikuti perubahan

(46)

5. Public Relations juga berfungsi sebagai suatu sistem peringatan dini untuk membantu mengantisipasi trend dan menggunakan riset serta teknik komunikasi etis sebagai piranti utamanya.

(Harun, 2008:124)

2.3.4 Proses Public Relations

Proses Public Relations sangat tergantung dari input informasi, karena

bidang Public Relations adalah suatu studi yang menyangkut sikap manusia

yang membutuhkan ketajaman dan kepekaan analisis, serta data yang dapat

mengubah sikap manusia atau kelompok manusia secara efektif. Proses

Public Relations selalu dimulai dan diakhiri dengan penelitian. Berdasarkan

prosesnya, ada empat langkah yang biasa dilakukan dalam proses Public

Relations sebagaimana yang diajukan oleh Cutlip dan Center sebagai berikut:

1. Definisikan Permasalahan

Dalam tahap ini Public Relations perlu melibatkan diri dalam

penelitian dan pengumpulan fakta. Selain itu Public Relations perlu memantau dan membaca terus pengertian, opini, sikap, dan perilaku mereka yang berkepentingan dan terpengaruh oleh sikap dan tindakan perusahaan. Tahap ini merupakan penerapan atau fungsi intelijen perusahaan. Langkah ini dilakukan oleh seorang Public Relations setiap saat secara kontinu bukan hanya pada saat krisis terjadi.

2. Perencanaan dan Program

Pada tahap ini seorang Public Relations sudah menemukan penyebab timbulnya permasalahan dan sudah siap dengan langkah-langkah pemecahan atau pencegahan. Langkah-langkah ini dirumuskan dalam bentuk rencana dan program, termasuk anggarannya. Pada tahap ini

penting bagi Public Relations mendapatkan dukungan penuh dari

pimpinan puncak perusahaan karena besar kemungkinan langkah yang diambil akan sangat strategis dan melibatkan keikutsertaan banyak bagian.

3. Aksi dan Komunikasi

Gambar

Gambar di
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.1 Daftar Klub Motor yang Tergabung
+7

Referensi

Dokumen terkait