MENSOSIALISASIKAN PROGRAM PESONA SEJUTA KAWAN (PSK) DI KALANGAN KLUB MOTOR BANDUNG
Oleh: Nurlaela NIM. 41806041
Skripsi ini di bawah bimbingan, Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si.
Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mendeskripsikan mengenai Peranan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan di kalangan klub motor Bandung. Dengan indikator peranan yang diteliti antara lain: perencanaan yang akan dilakukan, kegiatan yang akan dilakukan, pesan yang akan disampaikan, media yang digunakan dan evaluasi yang dilakukan.
Penelitian ini merupakan Penelitian Kualitatif dengan menggunakan Metode Deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi pustaka, dan penelusuran data online. Informan penelitian ini adalah bagian Binamitra Polwiltabes Bandung yaitu sebanyak 6 (enam) orang dan anggota klub motor BTMC (Bandung Thunder Motor Club) 1 (satu) orang.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil penelitian bahwa perencanaan yang dilakukan oleh Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung adalah untuk mengetahui latar belakang program Pesona Sejuta Kawan (PSK), tujuan diadakannya program Pesona Sejuta Kawan (PSK) dan publik sasaran dari kegiatan sosialisasi program Pesona Sejuta Kawan (PSK). Kegiatan yang dilakukan oleh Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung bersifat continue dan kegiatan ini terdapat hambatan yaitu hambatan anggaran, waktu dan komunikasi. Pesan yang disampaikan oleh Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung merupakan komunikasi antarpersona, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Teknik pesan yang digunakan adalah pesan informatif, pesan persuasif, pesan instruktif dan pesan edukatif. Media yang digunakan oleh Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung adalah media cetak dan media elektronik. Evaluasi yang dilakukan oleh Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung adalah untuk mengetahui hasil yang dicapai setelah kegiatan sosialisasi.
Peneliti mengambil kesimpulan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung berperan sangat penting, karena merupakan ujung tombak pencapaian kemitraan dengan masyarakat termasuk klub motor melalui pembinaan dan penyuluhan. Salah satu bentuk usaha yang dilakukan dengan menempuh tahap perencanaan kemudian melakukan kegiatan yang direncanakan, ada pesan yang disampaikan, media yang digunakan kemudian melakukan evaluasi.
PESONA SEJUTA KAWAN (PSK) PROGRAM IN BANDUNG MOTOR CLUB
This research was conducted in order to describe about the role of Binamitra Polwiltabes Bandung in socializing pesona sejuta kawan (psk) program in Bandung motor club. With the indicators examined include the role of: planning will be done, activities to be carried out, the message to be delivered, the media used and evaluation results.
This research is using a Qualitative Research with a Descriptive Methods. The data collecting technique that author used are interview, observations, library research, and online data research. The informants are Binamitra Polwitabes Bandung It is consist of 6 (six) persons and members of motorcycle clubs BTMC (Bandung Thunder Motor Club) of 1 (one).
Based on this research, the result obtained that the planning which was done by Binamitra Polwiltabes Bandung in socializing the pesona sejuta kawan (psk) program in Bandung motor club is to know the background programs Pesona Sejuta Kawan (PSK), the purpose of the Program Pesona Sejuta Kawan (PSK ) and the public target of the socialization pesona sejuta kawan (psk) program. Activities conducted by the Binamitra Polwiltabes Bandung in socializing the pesona sejuta kawan (psk) program in Bandung motor club and continue these activities, there are barriers budget constraints, time and communication. Messages delivered by Binamitra Polwiltabes Bandung in socializing the program Pesona Sejuta Kawan (PSK) in Bandung motor club are the inter-personal communication, group communication and mass communication. The message technique used is the informative message, persuasive message, instructive message and educative messages. Media that used by Binamitra Polwiltabes Bandung in socializing the pesona sejuta kawan (psk) program in Bandung motor club is printed media and electronic media. Evaluation made by the Binamitra Polwiltabes Bandung in socializing the program Pesona Sejuta Kawan (PSK) in Bandung motor club to find out the results achieved after the socializations activities
Researchist conclude that the role of Binamitra Polwiltabes Bandung in socializing the pesona sejuta kawan (psk) program in Bandung motor club is very important, because it is a key for a partnership with the community, including the achievement of the motor club through coaching and counseling. One form of the work done by taking the planning stage and then perform the planned activities, there was the message delivered, the media used later to evaluate.
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Reformasi total di bidang politik, ekonomi, dan hukum, esensinya tak lain
adalah dalam kerangka proses menuju kearah perubahan yang lebih baik, karena
demokrasi merupakan pilihan yang realistis, yang akan memberi peluang dan
kesempatan yang sama bagi setiap warga. Akan tetapi penekanan dan respons
terhadap demokrasi ini belum memperlihatkan kearah perbaikan dan manfaat
yang berarti. Demokrasi sering dipahami dan direspons sebagai penerapan
kebebasan tanpa batas. Tindakan main hakim sendiri misalnya, dianggap
wajar-wajar saja. Itu karena aparat hukum dan pemerintah tidak lagi dipercaya—
khususnya polisi—tidak tegas dan tidak berani menindak para pelanggar hukum.
(Ismail, 2001:12)
Inilah salah satu krisis kepercayaan masyarakat terhadap kepolisian.
Munculnya ketidakpercayaan terhadap kejujuran dan wibawa aparat hukum,
membawa dampak buruk bagi perkembangan kemasyarakatan antara polisi dan
masyarakatnya itu sendiri. Masyarakat menginginkan reformasi total di bidang
politik, ekonomi dan hukum, yang esensinya berdaulat demokrasi Pancasila
terwujud yang akan menghasilkan masyarakat madani dan kesemua itu
dilimpahkan kepada kepolisian. Padahal itu semua tidak akan terwujud jika yang
masyarakat. Keduanya harus sama-sama memahami bahwa dengan adanya
kerjasama, semua akan terwujud.
Polisi dengan segala kelemahan dan kelebihannya berupaya semaksimal
mungkin mewujudkan hal tersebut. Ismail dalam bukunya yang berjudul Polisi Demokrasi dan Anarkhi, karier polisi diibaratkan di mana kaki kiri diletakkan di
pinggir lubang kubur sementara kaki kanan diletakkan didekat pintu penjara.
Terpeleset ke kiri, ia akan mati atau luka-luka, terpeleset ke kanan ia akan masuk
penjara.
Polisi adalah aparat penegak hukum yang bekerja sangat dekat dengan
masyarakat, selama 24 jam sehari tidak mengenal libur. Masyarakat bagi polisi
adalah medan tugas, arena pekerjaan dan sekaligus sumber personil dan sumber
legitimasi. Polisi adalah pekerjaan dimana jasa-jasa tidak pernah terhimpun dan
dosa-dosa tidak pernah berampun. Semakin luas Polisi dan Masyarakat
memahami masalah ini, maka akan semakin erat pula hubungan kerjasama antara
masyarakat dengan polisi dapat diwujudkan sebagai paradigma baru pemolisian
dalam menyongsong masyarakat madani (civil society).
Di dalam Undang-undang Kepolisian di Negara Republik Indonesia
tahun 2002 pasal 2 disebutkan bahwa: “Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi
pemerintahan Negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayan kepada
masyarakat”.
Meninjau dari pasal diatas jelas bahwa memang tugas seorang polisi harus
dimanapun. Berat dan pelik. Tetapi hal ini tidak dijadikan beban berat karena
sebagai aparat penegak hukum yang juga taat hukum harus mengerti dan
memahami kemauan masyarakat, agar terciptanya keamanan dan ketertiban.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa keamanan tercipta bukan hanya karena
ada polisi, tetapi bagaimana masyarakat bisa menjadi polisi bagi dirinya sendiri.
Masyarakat diharapkan menyelesaikan masalahnya sendiri—to help citizens
resolve a vast array of personal problems—sebelum di handle oleh kepolisian.1
Dari dulu polisi merupakan partner yang baik bagi masyarakat. Karena
saking dekatnya mereka sering tercetus penilaian-penilaian yang baik maupun
yang kurang baik dari publik, walaupun sebenarnya tingkat apresiasi mereka
kepada masyarakat patut diacungi jempol. Namun hal itu belum dapat mengubah
pola pikir masyarakat terhadap kepolisian. Kenapa? Karena tindak tanduk
keberadaan merekalah yang terlalu dekat dengan masyarakat, maka masyarakat
semakin tahu apa yang sedang atau telah mereka lakukan.
Survey KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) baru-baru ini seperti yang
pernah diungkapkan Baur POA Sat Intelkam Polwiltabes Bandung, Aiptu
Jaenudin, dalam tabloid Warta POLISI. Mengenai integritas kinerja aparatur pemerintah dalam pelayanan publik tahun 2009, telah menempatkan pelayanan
institusi polisi berada di urutan kedua terendah setelah Departemen Perindustrian.
Padahal sejauh ini polisi sedang giat-giatnya meningkatkan peran dan kiprahnya
1
dalam memberikan pelayanan terbaik kepada publik, melalui komitmen reformasi
birokrasi polisi. (Warta POLISI, Edisi Februari 2010)
Ini merupakan catatan yang berharga bagi kepolisian untuk tetap eksis dan
tetap semangat dalam memberikan pelayanan terbaik, perlindungan dan
pengayoman serta sebagai aparatur penegak hukum yang taat. Menganggap
penilaian dari publik baik buruknya dijadikan sebagai patokan agar lebih baik
menyongsong ke depannya sesuai dengan visi misi yang telah ditetapkan.
Seperti yang pernah diungkapkan pula oleh Kepala Bagian Binamitra,
AKBP Suharnono NW, S.H., M.M, yang menjelaskan bahwa ada tiga tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia menurut UU No. 2 tahun 2002 pasal
13 yaitu:
a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. menegakkan hukum; dan
c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.
Tiga tugas pokok kepolisian inilah yang nantinya akan menciptakan sebuah
keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif. Keadaan yang kondusif itu
adalah keadaan di mana tidak adanya rasa takut berupa ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan. Tugas ini tidak sesederhana apa yang kita pikirkan,
butuh orang-orang yang profesional dalam mengemasnya. Maka dibutuhkannya
sebuah pencapaian yang maksimal berupa strategi.
Grand Strategi Kepolisian menuju Tahun 2025, yang beranjak dari
Perencanaan Nasional No. 25 tahun 2004 dan mengharuskan institusi publik
termasuk kepolisian untuk memiliki Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) untuk menunjang RPJP Nasional berjangka 20 tahun.
Operasionalisasi Grand Strategi Kepolisian tersebut diatas dalam
kelanjutannya masih tetap mengacu kepada pentahapan dengan fokus yang
berbeda, yaitu:
1. Tahap I (2005-2009): Trust Building (Membangun Kepercayaan).
2. Tahap II (2011-2014): Partnership Building (Membangun Kemitraan).
3. Tahap III (2015-2024): Strive for Excellence (Mengejar Kesempurnaan).
Dalam pencapaian strategi tersebut melibatkan pula masyarakat. Karena
dalam penggiatannya polisi tidak bisa bekerja sendiri. Karena employment rate
Polri saat ini yaitu 1:900 dari kondisi idealnya adalah 1:100. Tidak dapat
dibayangkan jika semua tugas dan kewajiban dikerahkan semua kepada
kepolisian, walaupun pada dasarnya kepolisian merupakan aparat penegak hukum
yang harus bekerja 24 jam dalam menjaga stabilisasi keamanan. Strategi tersebut
diharapkan agar kemitraan polisi dengan masyarakat mampu terealisasikan
dengan baik sehingga timbulah rasa persaudaraan, solidaritas dan loyalitas antar
sesama.
Begitupun dengan Polwiltabes Bandung dalam rangka meningkatkan
kemitraannya dengan masyarakat, dan dalam upaya pencapaian grand strategi
kepolisian, yang juga meliputi pembenahan di bidang struktural, instrumental dan
cultural, membuat program baru yang nantinya diharapkan kepolisian
dikeluarkannya program Pesona Sejuta Kawan (PSK). Program ini
diselenggarakan melalui penetapan dan pelaksanaan dalam membangun kembali
trust building kemitraan dan kerjasama atau partnership Building dengan
masyarakat.
Masyarakat Kota Bandung yang sangat heterogen baik dari segi agama,
RAS, keturunan, sosial budaya, ekonomi dan sebagainya, dirangkul dan diajak
untuk mewujudkan partnership building tersebut. Segala komunitas dirangkul
untuk menunjukkan bahwa kepolisian saat ini adalah sebuah institusi yang
berbeda dan lebih bersahabat lagi.
Melalui program ini pula diharapkan dapat mengubah mainsate masyarakat
tentang polisi. Binamitra Polwiltabes Bandung dipercaya dalam mengedepankan,
menyuarakan dan mensosialisasikan program ini langsung kepada masyrakat.
Polwiltabes Bandung bersama dengan perwakilan dari elemen masyarakat yaitu
beberapa klub motor untuk turut berpartisispasi dalam mensosialisasikan kegiatan
program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini.
Kenapa Klub Motor? Karena dalam klub motor yang keanggotaannya
berasal dari berbagai elemen masyarakat dirasa sangat terwakilkan dalam
mensosialisasikan program ini. Diantaranya adalah BTMC (Bandung Thunder
Club Motor), SOG (Scooter Owner Group), dan VAC (Vespa Antique Club).
Menurut Kapolwiltabes Bandung Kombes Pol Imam Budi Supeno
mengatakan:
merangkul erat masyarakat hingga ke pelosok tanpa mengenal jenjang ataupun jabatan”
(Warta POLISI, Edisi Maret 2010)
Terbentuknya program ini cukup dirasa efektif karena kepolisian
menginginkan bahwa agar terwujudnya suatu keadaan yang kondusif dibutuhkan
kerjasama dan kesadaran dari setiap individu. Baik itu dari kepolisian maupun
dari masyarakatnya. Salah satunya yaitu bersama-sama menghadirkan „Polmas‟
atau Polisi Masyarakat dalam artian masyarakat menjadi polisi bagi dirinya
sendiri. Tidak harus mengandalkan sepenuhnya kepada kepolisian bahwa
kemananan dan ketertiban itu sudah merupakan kewajiban kepolisian seluruhnya,
akan tetapi masyarakat harus ikut andil dalam pencapaian keadaan yang kondusif
tersebut. Itu sebabnya mengapa dalam rangka mensosialisasikan program Pesona
Sejuta Kawan (PSK) ini bermula dengan mengajak para klub motor yang ada di
Bandung. Klub motor dalam kegiatannya pun dirasa sangat optimal dalam
mensosialisasikan program ini seperti kegiatan touring, sekaligus untuk
memberikan contoh yang sangat efektif kepada masyarakat dalam kegiatan
berdisiplin berlalu lintas.
Masyarakat dan polisi merupakan dua unsur yang tidak bisa di pisahkan.
Tanpa masyarakat, tidak akan ada polisi dan tanpa polisi, proses-proses dalam
masyarakat tidak akan berjalan dengan lancar dan produktif. Program ini pun
dilakukan untuk membenahi structural, instrument kerja kepolisian dan juga
untuk membangun kembali kepercayaan atau trust building kemitraan dan
polisi bisa lebih dekat dengan masyarakat bahkan bisa menjadi sahabat dan
kawan.
Tentunya dalam mensosialisasikan program ini tidak terlepas dari peranan
Binamitra Polwiltabes Bandung atau yang kita kenal sebagai Humas/Hubungan
Masyarakat, yang secara langsung memberikan penyuluhan dan pembinaan.
Sebagai salah satu instansi yang besar, yang telah melembaga atau state of being,
Binamitra mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan program ini. Kenapa?
Seperti yang kita ketahui bahwa Humas merupakan tonggak penyaluran informasi
dari publik dan untuk publik. Baik itu dari/untuk publik internal maupun
eksternal. Maka peran Binamitralah yang dikedepankan dalam penggiatan ini.
Berbicara mengenai peranan, menurut Indrawijaya, mengatakan bahwa
secara sederhana peranan dapat diartikan sebagai pola tugas dan kewajiban
anggota kelompok serta cara bagaimana suatu tugas dibagi-bagi antara anggota
kelompok. Sedangkan menurut Thibaut & Kelley, menyebutkan bahwa “peranan adalah suatu pola perilaku yang diharapkan dari seseorang oleh orang-orang lain
bila ia melakukan interaksi dengan mereka”. (Indrawijaya, 2002:130).
Jadi dalam pelaksanaan program ini besar kecilnya pengaruh setiap anggota
kelompok atau lembaga umumnnya bergantung kepada peranan yang dipegang
masing-masing anggota. Dalam memerankan perannya ini tidak terlepas dari yang
namanya komunikasi. Hanya dengan berkomunikasi seseorang mampu
mengetahui apa yang diinginkan orang lain ataupun sebaliknya. Begitupun dengan
Dari komunikasilah hal-hal yang menurut kita penting untuk diketahui
publik akan dapat tersampaikan melalui beragam cara dan media. Mengingat
perannya sebagai salah satu bagian di kepolisian dalam mensosialisasikan
program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini maka dapat kita lihat mengenai
pengertian sosialisasi itu sendiri.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sosialisasi berasal dari kata Sosial yang artinya (segala sesuatu) mengenai masyarakat; kemasyarakatan. Sedangkan
sosialisasi adalah usaha untuk mengubah milik seseorang menjadi milik umum.
Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang
individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup,
nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat
diterima oleh masyarakatnya.2
Dari tinjauan mengenai sosialisasi diatas, bahwa dalam melaksanakan
sosialisasi tidak terlepas dari peran seseorang. Dalam program ini, Binamitralah
yang mempunyai andil besar dalam mensosialisasikan adanya program Pesona
Sejuta Kawan (PSK) ini langsung kepada masyarakat.
Tentunya dalam pelaksanaannya tidak semudah membalikkan telapak
tangan, pastinya ada kendala dan hambatan. Pertama, masyarakat yang belum
paham/mengetahui akan program sejuta kawan ini. Kedua, kalaupun mengerti dan
paham akan adanya program ini mereka belum tentu mempunyai kesadaran penuh
dengan diadakannya program ini. Maka dibutuhkan sebuah komunikasi yang
Butuh proses komunikasi yang tidak mudah dalam menyampaikan hal ini. Dalam
Effendy, ada dua tahap proses komunikasi yaitu:
1. Proses komunikasi secara primer
2. Proses komunikasi secara sekunder
Tahap di atas adalah bagaimana suatu proses penyampaian pesan dengan
menggunakan dua tahapan. Proses komunikasi secara primer menggunakan
lambang atau bahasa yang mampu dimengerti calon komunikan dan proses
komunikasi secara sekunder menggunakan sarana atau alat sebagai
penyampaiannya pesannya.
Dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini
menggunakan dua media yaitu media cetak dan media elektronik. Sebagai fungsi
humas kepolisian yang dikedepankan dalam kegiatan sosialisasi maka, Binamitra
secara langsung diberikan wewenang untuk melakukan pembinaan, penyuluhan
dan pensosialisasian program ini secara langsung. Abdurachman berpendapat
mengenai pengertian humas secara umum yaitu:
“Public Relations adalah kelanjutan dari proses penerapan kebijaksanaan, penentuan pelayanan-pelayanan dan sikap yang disesuaikan dengan kepentingan-kepantingan orang-orang atau golongan agar lembaga itu
memperoleh kepercayaan dan goodwill mereka. kedua, pelaksana
kebijaksanaan, pelayanan dan sikap adalah untuk menjamin adanya
pengertian dan penghargaan yang sebaik-baiknya.” (Abdurracham,
2001:25)
2
Binamitra diharapkan mampu menciptakan suatu iklim komunikasi yang
kondusif sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan reputasi
instansi/lembaga atau menjaga kesinambungan lembaga dalam melaksanakan
kegiatan baik internal maupun eksternal.
Kompleksitas kegiatan Binamitra secara teoritis diarahkan untuk mencapai
tujuan dalam menjaga dan mempertahankan citra (image) positif, sehingga posisi
Binamitra menjadi sangat penting dalam sebuah instansi/lembaga organisasi.
Salah satunya adalah dengan tetap menjalin hubungan yang baik (bermitra)
dengan masyarakat. Sosialisasi Program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini
dikenalkan, diberitahukan dan dijelaskan kepada masyarakat sebagai upaya
melaksanakan kemitraan yang berkesinambungan sesuai dengan yang diharapkan
bersama-sama.
Menurut peneliti, masalah ini cukup menarik untuk dikaji karena ternyata
dalam pokok permasalahannya adalah bagaimana proses sosialisasi Binamitra
dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) Polwiltabes ini
kepada masyarakat dan bagaiamana peran seorang Binamitra dalam memberikan
sosialisasi berupa pembinaan dan penyuluhan program sejuta kawan ini kepada
kalangan klub motor di Bandung.
Sehingga dalam penelitian ini, peneliti dapat mengambil rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut: “Bagaimana Peranan Binamitra
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka identifikasi masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perencanaan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes
Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK)
di kalangan klub motor Bandung?
2. Bagaimana kegiatan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung
dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di
kalangan klub motor Bandung?
3. Bagaimana pesan yang disampaikan Binamitra Polwiltabes Bandung
dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di
kalangan klub motor Bandung?
4. Bagaimana media yang digunakan Binamitra Polwiltabes Bandung
dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di
kalangan klub motor Bandung?
5. Bagaimana evaluasi yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung
dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di
kalangan klub motor Bandung?
6. Bagaimana peranan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung
dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menggambarkan bagaimana peranan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes
Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di
kalangan klub motor Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan masalah yang diteliti maka tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perencanaan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes
Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK)
di kalangan klub motor Bandung.
2. Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes
Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK)
di kalangan klub motor Bandung.
3. Untuk mengetahui pesan yang disampaikan Binamitra Polwiltabes
Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK)
di kalangan klub motor Bandung.
4. Untuk mengetahui media yang digunakan Binamitra Polwiltabes
Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK)
5. Untuk mengetahui evaluasi yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK)
di kalangan klub motor Bandung.
6. Untuk mengetahui peranan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes
Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK)
di kalangan klub motor Bandung.
1.4 Kegunaan Hasil Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah dan
pengetahuan bagi peneliti dalam mengembangkan ilmu komunikasi secara
umum dan dalam penyelenggaraannya secara realistis mengenai ilmu
kehumasan pada khususnya.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Sedangkan secara praktis, kegunaannya adalah sebagai berikut:
a. Bagi Peneliti
Sebagai dasar pengembangan teori keilmuan baik mengenai
komunikasi dan kehumasan yang peneliti dapat dalam materi
perkuliahan dan dapat dijadikan sebagai gambaran yang jelas
sejauh mana kesesuaian antara teori dan praktek, bagi ilmu humas
b. Bagi Universitas
Penelitian ini berguna bagi mahasiswa Universitas Komputer
Indonesia secara umum yaitu mahasiswa ilmu komunikasi program
studi kehumasan. Dan juga berguna sebagai literature bagi peneliti
selanjutnya, yang akan melakukan penelitian pada kajian yang
sama.
c. Bagi Instansi Kepolisian
Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi instansi
kepolisian dalam melaksanakan kegiatan operasional kemitraan
dengan masyarakat dimasa yang akan datang. Terutama dalam
upaya melakukan sosialisasi program-program kepolisian dalam
rangka trust building kepada masyarakat.
1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teoritis
Seorang Humas (Hubungan Masyarakat) memiliki peranan yang
sangat penting dalam sebuah instansi/perusahaan/organisasi/lembaga. Tugas
utama seorang Humas adalah menciptakan citra positif kepada publiknya.
Keberhasilan suatu instansi/perusahaan/organisasi/lembaga bergantung pada
Humas tersebut.
Karena apabila humas instansi/perusahaan/organisasi/lembaga tersebut
bisa menciptakan citra yang positif maka perusahaan tersebut akan berhasil
begitupun sebaliknya, jika citra yang diberikan negatif maka akan
berdampak terhadap feedback yang didapat dari publiknya.
Menurut H. Rochajat Harun peranan seorang Humas/Hubungan
Masyarakat (Binamitra) dalam sebuah Organisasi/Instansi adalah sebagai
berikut:
1. Public Relations/Humas merupakan sebuah fungsi manajemen
yang membantu menciptakan dan mempertahankan garis
komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerja sama timbal balik antara sebuah organisasi dan masyarakatnya;
2. Melibatkan manajemen ke dalam sebuah isu;
3. Membantu manajemen untuk selalu mendapatkan informasi
mengenai pendapat masyarakat dan menanggapinya;
4. Membantu manajemen untuk senantiasa mengikuti perubahan
dan memanfaatkan perubahan itu secara efektif;
5. Public Relations juga berfungsi sebagai suatu sistem peringatan dini untuk membantu mengantisipasi trend dan menggunakan riset serta teknik komunikasi etis sebagai piranti utamanya.
(Harun, 2008:124)
Jadi peran seorang humas sangat menentukan apakah kegiatan atau
program tersebut efektif atau tidak. Moore berpendapat bahwa salah satu tujuan Humas adalah menetapkan dan menganalisa sikap orang-orang untuk
memahami, dan mungkin, mengantisipasi opini publik mengenai
masalah-masalah kontroversial. (Moore, 2004:58)
Dalam penelitian ini, peneliti lebih mengacu kepada pendapat
Rhenald Kasali mengenai proses Public Relations, yaitu seseorang telah melakukan peranan apabila telah melalui beberapa tahap untuk mencapai
tujuan yang diinginkan, yaitu membuat perencanaan terlebih dahulu,
disampaikan melalui kegiatannya, media apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatannya, dan bagaimana evaluasi dari kegiatan yang sudah dilakukan. (Rhenald Kasali, 2006 : 31).
Maka, didapat rincian penjelasannya sebagai berikut yaitu: pertama,
membuat perencanaan yaitu menentukan program/rencana yang akan
dilaksanakan dan ditujukan kepada siapa program/rencana tersebut tujuan
dari penggiatan. Kedua, bentuk kegiatan seperti apa yang akan dilaksanakan
dalam program Pesona Sejuta Kawan (PSK) dan hambatan dala pelaksanaan
kegiatan. Ketiga, pesan yang disampaikan seperti apa dalam kaitannya
dengan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) yaitu siapa yang
menyampaikan pesan tersebut dan bentuk pesannya seperti apa. Keempat,
bentuk media yang akan digunakan dalam proses kegiatan. Kelima, yaitu
evaluasi. Setelah kegiatan tersebut dilaksanakan maka dilihat bagaimana
hasil yang telah dicapai. Efektifkah atau tidak program tersebut
disosialisasikan.
Sedangkan sosialisasi menurut Effendy yang mengatakan bahwa:
“Sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission of values) yang
mengacu kepada cara-cara dimana seseorang mangadopsi perilaku dan
nilai-nilai dari suatu kelompok”. (Effendy, 1997:31)
Begitupun dengan melihat definisi dari sosialisasi itu sendiri, dengan
jelas O. U. Effendy berpendapat bahwa dalam sosialisasi itu melibatkan dua pihak yang terkait. Transmisi nilai-nilai adalah program itu sendiri, adopsi
tersebut dapat ditindaklanjuti oleh pihak yang kedua yaitu si komunikan dari
si komunikator (yang membuat program tersebut).
1.5.2 Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana peran
Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program sejuta
kawan ini kepada kalangan klub motor khususnya yang ada di bandung.
Bagian Binamitra atau Humas/Hubungan Masyarakat Polwiltabes Bandung
berperan aktif dan sinergis dalam melakukan pensosialisasian ini karena
Binamitra terjun langsung memberikan pembinaan dan penyuluhan kepada
klub motor.
Peranannya ini dapat ditinjau dari sebuah penggiatan lapangan yang
dilakukan bersama dengan beberapa klub motor, yang meliputi bagaimana
kegiatan ini dilaksanakan dan seperti apa bentuk kegiatan pensosialisasian
ini kepada klub motor. Apakah dapat membawa dampak yang positif bagi
kelangsungan hidup dan memberikan contoh yang baik kepada masyarakat
sekitar? Sosialisasi program ini diharapkan dapat membangun kembali
perubahan di tubuh kepolisian agar mampu terciptanya kemitraan yang
hampir mendekati sempurna dengan masyarakat sesuai dengan Grand
Strategi Kepolisian. Kemitraan tersebut dapat terjalin jika kedua belah pihak
yaitu polisi dan masyarakat mampu mengaplikasikan program ini sesuai
Dengan merujuk pada pendapatnya Kasali tersebut bahwa
Humas/Binamitra Polwiltabes Bandung harus cepat tanggap dalam
memberikan binaan dan penyuluhan mengenai sosialiasai program
terbarunya untuk mencapai kemitraan yang sesungguhnya. Yaitu:
1. Perencanaan pensosialisasian program Pesona Sejuta Kawan (PSK) yang dilakukan oleh Binamitra dalam mensosialisasikan program Pesona
Sejuta Kawan (PSK) kepada kalangan klub motor Bandung. Sehingga
dalam perwujudan kemitraan dengan masyarakat dapat ditempuh dengan
maksimal. Menentukan tujuan dan publik sasaranny merupakan
rancangan perencanaannya.
2. Bentuk kegiatan dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) kepada kalangan klub motor Bandung adalah sifatnya dari
kegiatan sosialisasi program Pesona Sejuta Kawan (PSK) dan hambatan
yang dirasa pada saat kegiatan sosialisasi program Pesona Sejuta Kawan
(PSK).
3. Pesan apa yang akan disampaikan melalui kegiatan tersebut, yaitu sifat dari pesan tersebut dan bentuk penyampaiannya seperti apa dalam
mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) kepada
kalangan klub motor Bandung.
4. Dalam mensosialisasikan program ini menggunakan media yang efektif
seperti apa agar tidak terjadinya miss communications dalam
penyampaian pesannya kepada klub motor pada saat sebelum
5. Evaluasi dari kegiatan yang sudah dilakukan, yaitu melakukan penilaian, meninjau hasil yang dicapai kemudian menindaklanjuti yang
dilakukan Binamitra Polwiltabes dalam mensosialisasikan program
Pesona Sejuta Kawan (PSK).
Kemudian dalam melaksanakan penggiatan program tersebut
berlandaskan pada landasan utama dari fungsi Binamitra adalah memberikan
kebijaksanaan dan kegiatan yang terpercaya demi kepentingan publik atau
masyarakat. Hubungan dengan masyarakat hanya dapat dibina dengan
berkomunikasi yang efektif. Jika komunikasi kurang, maka kesalahpahaman
dan pertentangan akan terjadi. Rintangan-rintangan dalam mencapai
keberhasilan untuk menyatukan pikiran-pikran harus dibatasi dengan
komunikasi yang efektif. Komunikasi dikatakan efektif jika suatu gagasan
dapat berpindah dari benak seseorang ke benak orang lain.
Sama halnya dengan pensosialisasian program ini diperlukan upaya
penyampaian yang sangat efektif. Guna untuk memberikan arahan atau
binaan yang relevan dari Binamitra kepada pihak lain—dalam hal ini klub
motor—mengenai program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini.
Jika dilihat dari uraian di atas maka proses pengaplikasian terhadap
Gambar 1.1
Sumber: Modifikasi peneliti terhadap pendapat Rhenald Kasali, 2010
Gambar di atas membantu menjelaskan secara singkat dan
sistematis Peranan Binamitra dalam mesosialisasikan program Pesona
Sejuta Kawan (PSK), yakni pencapaian perwujudan peranan Binamitra
dalam memberikan pembinaan dan penyuluhan kepada publik sehingga
terciptanya sebuah masyarakat civil madani (civil society) yang taat
hukum dan memiliki rasa kemitraan dengan polisi. Dengan teori tersebut
pun, dapat diketahui dimanakah letak program Pesona Sejuta Kawan
(PSK) sebagai media kemitraan yang dapat membantu kepolisian dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
1.6 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan judul penelitian yaitu “Peranan Binamitra Polwiltabes Bandung
dalam Mensosialisasikan Program Pesona Sejuta Kawan (PSK) (PSK) di kalangan
Klub motor bandung”, maka peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai
a) Perencanaan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub
motor Bandung?
1. Apakah yang melatarbelakangi diadakannya kegiatan sosialisasi
program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini?
2. Apa tujuan dari kegiatan ini? Incidental atau rutin dilaksanakan?
3. Siapa publik sasaran yang ikut berperan serta dalam kegiatan ini?
b) Kegiatan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub
motor Bandung?
1. Apakah sifat kegiatan pensosialisasian program Pesona Sejuta Kawan
(PSK) ini kepada klub motor?
2. Apa saja hambatan yang terasa pada saat pelaksanaan kegiatan
sosialiasi program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini? Dan bagaimana
meminimalisir hambatan tersebut?
c) Pesan yang disampaikan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub
motor Bandung?
1. Seperti apa bentuk penyampaian pesan yang dilakukan dalam
mensosialiasikan program ini?
2. Siapakah yang memberikan/menyampaikan kebijakan kegiatan
3. Apakah teknik pesan yang disampaikan ketika program ini
dilaksanakan? Apakah persuasif/ informatif/ instruktif?
d) Media yang digunakan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub
motor Bandung?
1. Apakah media yang dirasa cocok dalam penyampaian kegiatan ini
kepada klub motor?
e) Evaluasi yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub
motor Bandung?
1. Bagaimana hasil yang dicapai setelah pelaksanaan kegiatan sosialisasi
program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini?
2. Bagaimana tindak lanjut dari Bagian Binamitra setelah melihat hasil
yang telah dicapai?
1.7 Subjek Penelitian dan Informan 1.7.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga
(organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan diteliti. Dengan
kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat
atau terkandung objek penelitian.3
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah Kepala bagian
Binamitra, Kasubbag Bimmas Binamitra, Kasubbag Kerma Binamitra, tiga
anggota Ba Subbag Binamitra dan dua anggota Klub Motor Bandung.
1.7.2 Informan
Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang, karena
memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti,
dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. Menurut AM
Huberman & MB Miles dalam Bungin mengemukakan bahwa informan juga berfungsi sebagai umpan balik terhadap data penelitian dalam ruang
cross check data. (Bungin, 2001)
Pengambilan informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 7 orang
yang diambil dari bagian Binamitra dan anggota klub motor yang ikut
partisipasi dalam sosialisasi program Pesona Sejuta Kawan (PSK)
Polwiltabes Bandung. Adapun informan kunci dalam penelitian ini adalah
Kepala Bagian Binamitra Polwiltabes Bandung. Informan kunci merupakan
informan utama yang mengetahui kegiatan ini mulai dari proses hingga
Tabel 1.1
Data Informan Binamitra Polwiltabes Bandung
No Nama/NRP Jabatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.
Mulyana menjelaskan bahwa:
“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat interpretif
(menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak metode, dalam
menelaah masalah penelitiannya. Sebagian ilmuwan menerjemahkan
penelitian kualitatif deskriptif (tanpa angka-angka), tanpa usaha untuk membangun proposisi, model, atau teori (secara induktif) berdasarkan data yang diperoleh di lapangan”. (Mulyana, 2008:5)
Artinya penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa.
Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis
“Metode deskriptif yaitu suatu metode dengan cara memperlajari masalah -masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu dengan tujuan penelitian yaitu menggambarkan fenomena secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara factual dan cermat.” (Rakhmat, 2002:22)
Sehingga dalam penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan
mendeskripsikan bagaimana peranan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam
mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor
Bandung.
1.9 Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong,
2001:135). Wawancara merupakan suatu proses transmisi data dari
seseorang (nara sumber/informan) kepada pewawancara sebagai bahan
untuk melengkapi bidang yang diteliti oleh si pewawancara.
Teknik wawancara yang digunakan yaitu teknik wawancara
semi-terstruktur. Menurut Christine Daymon dan Immi Holloway,
wawancara semi-terstruktur atau wawancara terfokus yaitu “Ketika
mewawancarai nara sumber biasanya kita berpedoman pada daftar
pertanyaan yang kita buat, akan tetapi panduan wawancara tersebut
sangat memungkinkan mengembangkan pertanyaan lain sebelum proses
wawancara berlangsung yang kemudian memutuskan sendiri isu
manakah yang akan ditindaklanjuti selanjutnya, dalam hal ini pertanyaan
2. Studi Kepustakaan
Merupakan penggunaan sumber informasi di perpustakaan dan jasa
informasi dari literature lainnya untuk memperoleh telaah teori-teori
mengenai pokok-pokok permasalahan yang di teliti.
3. Observasi
Menurut Christine Daymon dan Immi Holloway (2008:321),
Observasi menyaratkan pencatatan dan perekaman sistematis mengenai
sebuah peristiwa, artefak-artefak, dan perilaku-perilaku onforman yang
terjadi dalam situasi tertentu, bukan seperti yang belakangan diingat,
diceritakan kembali dan digeneralisasikan oleh peneliti itu sendiri.
Metode observasi sering dikaitkan dengan wawancara.
4. Penelusuran Data Online
Burhan Bungin mengatakan bahwa metode penelusuran data online adalah cara melakukan penelusuran data melalui media online
seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas
online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data
informasi yang berupa data maupun informasi teori,secepat semudah
mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. (Bungin,
2005:148)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan layanan internet
dengan cara membuka alamat mesin pencari (search engine) kemudian
membuka alamat website yang berhubungan dengan kebutuhan
1.10 Teknik Analisis Data
Setelah memperoleh data penelitian, maka hal yang dilakukan selanjutnya
adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan strategi pengamatan (pengumpulan data) ganda pada
objek yang sama untuk cross check tiap temuan dan mengeleminasi
interpretasi-interpretasi yang tidak akurat. Hasil temuan suatu objek dan
interpretasi terhadap objek tersebut selanjutnya didiskusikan pada pihak
lain, baik yang ada di lapangan (member check) maupun yang ada di luar
lapangan (peer examination).
2. Menerapkan metode analisis induktif dengan menguji
proposisi-proposisi yang muncul dalam kaitannya dengan kasus-kasus yang
menghasilkan pernyataan-pernyataan yang dianggap mendasar.
Maksudnya, dari data berbagai tempat dan waktu yang berbeda
menunjukkan rangkaian atau kesamaan. Ini merupakan thick
descriptions.
3. Mendeskripsikan informasi fenomena lapangan yang sesuai atau
berhubungan sangat ekat dengan pandangan subjek penelitian. Pada
penelitian ini pun selain menganalisis data dengan deskripsi peneliti,
memasukan pula beberapa teori yang sesuai dengan kajian yang diteliti.
4. Setelah semua dideskripsikan sesuai dengan teknik analisi data deskripif,
maka peneliti pun menggunakan Triangulasi Data. Triangulasi Data
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.4
1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1 Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian di Binamitra Polwiltabes Bandung yang
beralamat di Jalan Merdeka No. 18-20 Bandung Telp. (022) 4219312
E-mail: www.polwiltabesbandung.com
1.11.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama 5 bulan yaitu pada bulan
Maret s/d Juli 2010. Mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga ke
penyelesaian dengan perincian waktu pada tabel 1.2 berikut :
1.12 Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terbagi atas V (Lima) Bab dan disusun dengan
sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab awal dari keseluruhan yang berisikan antara lain : Latar
Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian,
Kegunaan Hasil Penelitian, Kerangka Pemikiran, Daftar Penelitian,
Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Populasi dan Sampel,
Teknik Analisis Data, Lokasi Dan Waktu Penelitian, Serta Sistematika
Penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini diuraikan teori-teori yang mendukung proses penelitian atau
berkaitan dengan objek yang diteliti, yaitu : Tinjauan Tentang
Komunikasi, Definisi Komunikasi, Proses Komunikasi, Tinjauan
Komunikasi Organisasi, Tinjauan tentang Public Relations, Pengertian
Public Relations, Tujuan Public Relations, Fungsi Public Relations, proses
Public Relations, Tinjauan tentang Peranan, Tinjauan tentang Sosialisasi,
Tinjauan tentang Program Pesona Sejuta Kawan Polwiltabes Bandung,
BAB III OBJEK PENELITIAN
Pada bab ini membahas tinjauan umum tentang Polwiltabes Bandung,
meliputi Sejarah Polwiltabes Bandung, Visi dan Misi Polwiltabes
Bandung, Logo Polwiltabes Bandung, Struktur Organisasi Polwiltabes
Bandung, Struktur Organisasi Binamitra Polwiltabes Bandung, Job
Descriptions Polwiltabes Bandung, dan Sarana dan Prasarana Polwiltabes
Bandung.
BAB IV ANALISIS DATA
Meliputi: Deskripsi Data Informan, Deskriptif Hasil Penelitian dan
Pembahasan Hasil Penelitian.
BAB V PENUTUP
33
2.1 Tinjauan Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindari oleh
siapapun. Melalui komunikasi, kegiatan sosialisasi antar individu dapat
berjalan sesuai dengan keinginan individu-individu itu sendiri. Dan melalui
komunikasi juga individu dapat mengadakan suatu hubungan dengan
lingkungannya. Jadi, dengan demikian komunikasi merupakan unsur pokok
dalam tata pelaksanaan hidup manusia, yaitu dalam mengadakan hubungan
antar manusia untuk saling mempengaruhi antara pihak yang satu dengan
pihak yang lainnya.
Dalam Mulyana dijelaskan, kata komunikasi atau communications
dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”,
communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama”
(to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai
asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang
mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu
pesan dianut secara sama. (Mulyana, 2007:46)
melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku.” (Harun,
2008:3)
Bila kita melihat apa yang terjadi ketika seseorang terlibat dalam
komunikasi, kita menemukan bahwa terdapat dua bentuk umum tindakan yang
terjadi. Penciptaan pesan atau lebih tepatnya penciptaan pertunjukkan
(display) dan penafsiran pesan atau penafsiran petunjukkan. Menunjukkan (to
display) berarti bahwa anda membawa sesuatu untuk diperlihatkan seseorang
atau orang lain. Secara harfiah „to display” berarti “menebarkan sesuatu
sehingga sesuatu tersebut dapat terlihat secara lengkap dan menyenangkan.”
Bentuk kedua perilaku yang terjadi ketika seseorang terlibat dalam
komunikasi dalah menafsirkan pertunjukkan pesan. Menafsirkan atau to
interpret berarti menguraikan atau memahami sesuatu dengan suatu cara
tertentu. Komunikasi dapat dibedakan dengan semua perilaku manusia dan
organisasi lainnya karena ia melibatkan proses mental memahami banyak
orang, objek, dan peristiwa yang kita sebut pertunujukkan pesan.
Komunikasi merupakan salah satu fungsi dari kehidupan manusia.
Fungsi komunikasi dalam kehidupan menyangkut banyak aspek. Melalui
komunikasi seseorang menyampaikan apa yang ada dalam bentuk
pikirannya/atau perasaan hati nuraninya kepada orang lain baik secara
langsung ataupun tidak langsung. Melalui komunikasi seseorang dapat
membuat dirinya untuk tidak terasing dan terisolir dari lingkungan di
sekitarnya. Melalui komunikasi seseorang dapat mengajarkan atau
Ada aksioma komunikasi yang berbunyi “seseorang tidak dapat tidak
berkomunikasi (A person cannot not communicate)”. Secara teknis, itu berarti
bahwa seseorang tidak dapat menghindari untuk menunjukkan pesan.
Roger dalam Mulyana berpendapat bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih,
dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. (Mulyana, 2007:69)
Harold Lasswell menjelaskan bahwa “(Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut) Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Atau
Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh
bagaimana?” (Mulyana, 2007: 69)
Pendapat para ahli tersebut memberikan gambaran bahwa
komponen-komponen pendukung komunikasi termasuk efek yang ditimbulkan, antara
lain adalah:
1. Komunikator (komunikator,source,sender)
2. Pesan (message) 3. Media (channel)
4. Komunikan (komunikan,receiver)
5. Efek (effect)
Dari beberapa pengertian di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan
bahwa komunikasi adalah proses pertukaran makna/pesan dari seseorang
2.1.2 Proses Komunikasi
Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, mengatakan bahwa proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap. Yaitu proses
secara primer dan sekunder.
a. Proses Komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran
dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer
dalam proses kimunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna
dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menterjemahkan”
pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.
b. Proses Komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana
sebagai media setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan
komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat
yang relative jauh atau jumlahnya banyak. Karena proses komunikasi
sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk
menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata
lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator
harus memperhitungkan cirri-ciri atau sifat-sifat media yang akan
pilhan dari sekian banya alternative perlu didasari pertimbangan
mengenai siapa komunikan yang akan dituju. (Effendy, 2006:17)
2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi
Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi.
Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung kepada kelancaran komunikasi
yang dilakukan para anggotanya. Komunikasi yang terdapat dalam sebuah
organisasi disebut dengan komunikasi organisasi.
Stogdill dalam Pace menyatakan bahwa “organisasi sebuah wadah yang menampung banyak orang-orang dan objek-objek; orang-orang dalam organisasi
yang berusaha mencapai tujuan bersama. Organisasi di anggap sebagai pemroses
informasi besar dengan input, throughput, dan output. “
Everet M. Rogers dan Rekha Agarwala Rogers yang dikutip oleh Effendy mendefinisikan organisasi yaitu: “Suatu sitem yang mapan dari mereka yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan
dan pembagian tugas”. (Effendy, 2004: 114)
Penggunaan sistem untuk meghampiri pengertian organisasi itu dapat dinilai
tepat sebab pengertian sistem adalah totalitas himpunan bagian yang satu sama
lain berhubungan sedemikian rupa sehingga menjadi suatu eksatuan yang terpadu
untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi, Rogers dan Rogers memandang organisasi
sebagai suatu struktur yang melangsungkan proses pencapaian tujuan yang telah
lainnya dan manusia yang satu dengan yang lainnya berjalan secara harmonis,
dinamis dan pasti.
Hubungan organisasi dengan komunikasi menurut William. V. Hanney
yang dikutip oleh Onong. U. E adalah: “Organisasi terdiri dari sejumlah orang
yang melibatkan keadaan saling tergantung; ketergantungan memerlukan
koordinasi; koordinasi mensyaratkan komunikasi”. (Effendy, 2004 : 116).
Pentingnya komunikasi dalam organisasi dikemukakan oleh Keith Davis
yang dikutip oleh Santoso Sastropoetro, sebagai berikut :
“Suatu organisasi tidak akan eksis tanpa adanya komunikasi. Tidak akan memungkinkan terjadinya koordinasi yang diharapkan, kerjasama baik antara pimpinan dengan karyawan, maupun antara karyawan dengan karyawan tidak mungkin tercipta sebab mereka tidak mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaannya satu sama lain”. (Sastropoetro, 1982 : 339).
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada
peninjauan yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dlam menapai
tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi
apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang
dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa
yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Dengan adanya komunikasi yang
efektif didalam organisasi akan timbul jalinan pengertian antara pihak
manajemen dengan para publiknya, sehingga apa yang dikomunikasikan dapat
2.3 Tinjauan Tentang Public Relations 2.3.1 Pengertian Public Relations
PR (Public Relations) atau yang kita kenal sebagai Humas (Hubungan
Masyarakat) mempunyai pengertian yang cukup luas. Sebelum melihat
bagaimana pengertian Public Relations tersebut ada baiknya kita lihat
pengertiannya dalam kata „Public‟ dan „Realtions”.
Adanya kekurang tepatan terjemahan Public Relations menjadi
Hubungan Masyarakat atau Humas, kerena pengertian dari istilah „public‟ itu
sendiri. Untuk pengetian Relations menjadi “Hubungan” bisa dibilang tepat,
namun untuk penggunaan “Public” itu sendiri masih kurang tepat. Karena
istilah “Public” atau publik tidak mempunyai pengertian yang sama dengan
istilah masyarakat atau “Society”. Karena masyarakat menurut J.B.A.F.
Mayor Polak adalah wadah seluruh anatar hubungan social dengan seluruh jaringannya dalam artian umum, tanpa mnentukan suatu batas tertentu.
Sedangkan untuk public itu sendiri menurut Scott M Cutlip & Allen H. Carter yaitu “Public merupakan suatu sekelompok orang yang terikat oleh suatu kepentingan yang sama dan menunjukkan perasaaan yang sama”. Jadi,
untuk pengertian secara umum sebenarnya kurang tepat, tetapi karena
masyarakat sudah menganggap bahwa Public Relations itu sama dengan
Hubungan Masyarakat maka semua khalayak menganggap bahwa Hubungan
Masyarakat itu adalah Public Relations.
Dikaitkan dengan pengertian diatas maka selanjutnya adalah pengetian
M.O. Palapah dan Atang. S, berpendapat bahwa: “Public Relations adalah bentuk spesialisasi komunikasi yang bertujuan untuk memajukan saling
mengerti dan bekerjasama antara semua publik yang berkepentingan guna
mencapai keuntungan dan kepuasan bersama”. (Yulianita, 2007:29)
Dari definisi di atas menekankan kepada “bentuk spesialisasi
komunikasi”. Ini membuktikan bahwa public relations adalah salah satu
bentuk spesialisasi komunikasi dari sekian bentuk spesialisasi seperti bentuk
spesialisasi komunikasi persona, komunikasi kelompok dan komunikasi
massa. Hal yang dapat menjadikan sesuatu khusus dari kegiatan Public
Relations dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain adalah bahwa public
relations mempunyai tujuan yang pada awalnya adalah untuk memajukan
saling pengertian, bergerak pada saling percaya, saling mendukung, yang
kemudian selanjutnya akan tercapai adanya saling kerjasama di antara semua
publik yang berkepentingan.
Jika diamati semua kegiatannya khususnya dengan cara mengupayakan
adanya pengertian publik. Kepercayaan publik dukungan publik sampai
kepada adanya kerjasama publik, jika ini tercapai maka akan memudahkan
untuk sampai pada pencapaian tujuan yakni untuk maksud dapat mencapai
keuntungan dan kepuasan bersama. Dalam hal ini keuntungan dan kepuasan
tersebut adalah dari kedua belah pihak yang prinsipnya adalah dari seluruh
unsur publik yang ada kaitannya dngan organisasi.
Hal ini pun dikuatkan oleh pernyataanya Abdurachman berpendapat
“Public Relations adalah kelanjutan dari proses penerapan kebijaksanaan, penentuan pelayanan-pelayanan dan sikap yang disesuaikan dengan kepentingan-kepantingan orang-orang atau golongan agar lembaga itu
memperoleh kepercayaan dan goodwill mereka. kedua, pelaksana
kebijaksanaan, pelayanan dan sikap adalah untuk menjamin adanya
pengertian dan penghargaan yang sebaik-baiknya.” (Abdurracham,
2001:25)
Dari definisi di atas memberikan sedikitnya pemahaman bahwa kegiatan
public relations adalah sesuatu yang terorganisir mulai dari sebuah proses
hingga pelaksanaan dari berbagai kebijakan, pelayanan dan sikap dalam suatu
program yang terpadu, dimana semuanya itu harus berlangsung dngan cara
direncanakan terlebih dahulu. Selain itu juga pelaksanaan program diupayakan
untuk dapat berlangsung berkesinambungan di antara satu program dengan
program lainnya secara teratur dalam suatu manajemen tertentu.
Semua itu dilaksanakan dengan tujuan utamanya adalah untuk
,menciptakan dan memelihara saling pengrtian. Ini menunjukkan bahwa
kegiatan public relations prinsipnya adalah menekankan adanya niat baik dari
organisasi terhadap publiknya, salah satunya adalah upaya untuk menciptakan
pengertian publik terhadap organisasi demikian pula sebaliknya organisasi pun
berusaha untuk dapat memahami dan mau mengerti hal-hal yang menjadi
kepentingan publiknya.
2.3.2 Tujuan Public Relations
1. Charles S. Steinberg: Menciptakan opini publik yang favorable tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh badan yang bersangkutan.
2. Frank Jefkins: Meningkatkan favorable/citra yang baik dan mengurangi atau mengikis habis sama sekali unfavorable image/citra yang buruk
terhadap organisasi tersebut.
3. Tujuan Public Relations secara universal: Untuk menciptakan dan
meningkatkan citra yang baik organisasi kepada publik yang disesuaikan
dengan kondisi-kondisi daripada publik yang bersangkutan, dan
memperbaiki jika citra itu menurun/rusak.
Jadi ada empat hal yang prinsip dari tujuan Public Relations yakni:
1) Menciptakan citra yang baik
2) Memelihara citra yang baik
3) Meningkatkan citra yang baik
4) Memperbaiki jika citra organisasi kita menurun/rusak.
(Yulianita, 2007:42)
2.3.3 Fungsi Public Relations
Untuk mengkaji tentang fungsi Public Relations, Yulianita kembali
mengutip pendapat para ahli Public Relations antara lain:
1) Betrand R Canfield dalam bukunya “Public Relations Principle and Problem” mengemukakan tiga fungsi Public Relations:
a) It should the public’s interest (Mengabdi kepada kepentingan publik)
c) And stress good morals and manners (Menitikberatkan moral dan
tingkah laku yang baik
2) Onong Uchjana Effendi dalam bukunya “Hubungan Masyarakat” mengemukakan empat fungsi dari public Relations yaitu:
a) To ascertain and evaluate public opinion as it relates to his
organization (Menjamin dan menilai opini publik yang ada dari
organisasi)
b) To counsel executives on ways of dealing with public opinion as it exist
(Untuk memberikan nasihat/penerangan pada manejemen dalam
hubungannya dengan opini publik yang ada)
c) To use communication to influence public opinion (Untuk
menggunakan komunikasi dalam rangka mempengaruhi opini publik).
Dari kedua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi
Public Relations secara universal menyangkut dua fungsi yaitu menyampaikan
kebijkasanaan manajemen pada publik dan menyampaikan opini publik pada
menajemen. (Yulianita, 2007:29)
Menurut H. Rochajat Harun seorang Humas/Hubungan Masyarakat
(Binamitra) dalam sebuah Organisasi/Instansi adalah sebagai berikut:
1. Public Relations/Humas merupakan sebuah fungsi manajemen
yang membantu menciptakan dan mempertahankan garis
komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerja sama timbal balik antara sebuah organisasi dan masyarakatnya;
2. Melibatkan manajemen ke dalam sebuah isu;
3. Membantu manajemen untuk selalu mendapatkan informasi
mengenai pendapat masyarakat dan menanggapinya;
4. Membantu manajemen untuk senantiasa mengikuti perubahan
5. Public Relations juga berfungsi sebagai suatu sistem peringatan dini untuk membantu mengantisipasi trend dan menggunakan riset serta teknik komunikasi etis sebagai piranti utamanya.
(Harun, 2008:124)
2.3.4 Proses Public Relations
Proses Public Relations sangat tergantung dari input informasi, karena
bidang Public Relations adalah suatu studi yang menyangkut sikap manusia
yang membutuhkan ketajaman dan kepekaan analisis, serta data yang dapat
mengubah sikap manusia atau kelompok manusia secara efektif. Proses
Public Relations selalu dimulai dan diakhiri dengan penelitian. Berdasarkan
prosesnya, ada empat langkah yang biasa dilakukan dalam proses Public
Relations sebagaimana yang diajukan oleh Cutlip dan Center sebagai berikut:
1. Definisikan Permasalahan
Dalam tahap ini Public Relations perlu melibatkan diri dalam
penelitian dan pengumpulan fakta. Selain itu Public Relations perlu memantau dan membaca terus pengertian, opini, sikap, dan perilaku mereka yang berkepentingan dan terpengaruh oleh sikap dan tindakan perusahaan. Tahap ini merupakan penerapan atau fungsi intelijen perusahaan. Langkah ini dilakukan oleh seorang Public Relations setiap saat secara kontinu bukan hanya pada saat krisis terjadi.
2. Perencanaan dan Program
Pada tahap ini seorang Public Relations sudah menemukan penyebab timbulnya permasalahan dan sudah siap dengan langkah-langkah pemecahan atau pencegahan. Langkah-langkah ini dirumuskan dalam bentuk rencana dan program, termasuk anggarannya. Pada tahap ini
penting bagi Public Relations mendapatkan dukungan penuh dari
pimpinan puncak perusahaan karena besar kemungkinan langkah yang diambil akan sangat strategis dan melibatkan keikutsertaan banyak bagian.
3. Aksi dan Komunikasi