PENDUGAAN SIMPANAN KARBON TUMBUHAN BAWAH DAN SERASAH PADA TEGAKAN Eukaliptus hybrid
Pada Kelas Umur 0 – 3 Tahun Di PT. Toba Pulp Lestari (TPL). Tbk
SKRIPSI
Oleh:
Febrina R D Situmorang 071201038
Manajemen Hutan
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Pendugaan Simpanan Karbon Tumbuhan Bawah Dan Serasah Pada Tegakan Eukaliptus (E. hybrid) Pada Kelas Umur 0-3 Tahun Di PT. Toba Pulp Lestari (TPL). Tbk
Nama : Febrina R D Situmorang
NIM : 071201038
Program Studi : Manajemen Hutan
Menyetujui: Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Siti Latifah S.Hut, M.Si, Ph.D Dr. M. Basyuni, S. Hut, M.Si NIP. 19710416 200112 2 001 NIP. 19730421 200012 1 001
Mengetahui Ketua Program Studi
ABSTRAK
Febrina R D Situmorang. Pendugaan Simpanan Karbon pada Tegakan Eukalipthus hybrid pada Umur 0-3 Tahun diPTt. Toba Pulp Lestari (TPL). Tbk. Dibimbing oleh Siti Latifah S. Hut, M. Si, Ph.D dan Dr. M. Basyuni, S.Hut, M.Si.
Pemanfaatan hutan selain sebagai penghasil kayu, tata air, konservasi plasma nufta, jasa lingkungan, masyarakat juga sudah semakin mengerti hutan juga dapat menyimpan dan sebagai gudang karbon. Perlunya kesadaran manusia untuk meredeforestasi hutan yang telah berubah fungsi bertujuan untuk menekan semaksimal mungkin dampak pemanasan global yang ditimbulkan oleh pelepasan Gas Rumah Kaca (GRK) ke udara.
Pengukuran biomassa dan karbon menjadi sangat penting untuk mengetahui seberapa besar jumlah karbon yang diserap tanaman. Obyek penelitian ini adalah tumbuhan bawah dan serasah pada tegakan Eukaliptus hybrid Metode pengukuran biomassa yang digunakan adalah dengan metode destructive sampling yaitu dengan cara membabat habis seluruh tumbuhan bawah yang berada pada plot contoh 2m x 2m. Kemudian dipisah bagian-bagiannya (akar, daun dan batang) selanjutnya ditimbang berat keringnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 12 jenis tumbuhan bawah, dan jenis tumbuhan bawah yang mendominasi yaitu rumput Kancing Ungu (Borreria laevis) dengan nilai INP sebesar 33.44 %. Untuk nilai biomassa dan karbon pada setiap kelas umur cenderung naik.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pematang Siantar, Sumatera Utara pada tanggal 10 Februari 1988 sebagai anak ke dua dari lima bersaudara dari ayah A. Situmorang dan ibu R. Rumahorbo. Pada tahun 2006 penulis lulus dari SMA Budi Mulia Pematang Siantar dan Tahun 2007 penulis lulus seleksi masuk USU melalui jalur SPMB. Penulis memilih program studi Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pendugaan Simpanan Karbon pada Tumbuhan Bawah dan Serasah tegakan Eukaliptus (Eucalypthus hybrid) umur 0-3 tahun di PT. Toba Pulp Lestari. Tbk”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyatakan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada ibu Siti Latifah S. Hut, M.Si, Ph.D dan Dr. M. Basyuni, S.Hut, M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan berupa ilmu ilmu, arahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pegawai dan staf Tata Usaha Departemen Kehutanan, dan pihak TPL yang turut membantu dalam melancarkan penulisan skripsi ini. Kepada teman-teman Manajemen Kehutanan 2007 yang tidak bisa disebutkan satu per satu serta penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada abang Juara P Saragih yang selalu membantu, memberi arahan, semangat dan perhatian selama penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Agustus 2011
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL . ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 3
Tujuan ... 3
Manfaat penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
Eukaliptus ... 6
Tumbuhan Bawah dan Serasah ... 6
Karbon Hutan ... 8
Pendugaan dan Pengukuran Karbon Hutan ... 11
Perdagangan Karbon ... 13
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 15
METODE PENELITIAN ... 18
Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
Alat dan Bahan Penelitian ... 18
Metode Penelitian ... 18
a. Jenis data ... 19
b. Penentuan petak ukur ... 19
c. Pemanenan biomassa ... 22
Indeks Nilai Penting ... 24
Perhitungan Kadar Air ... 25
Perhitungan Biomassa ... 25
Perhitungan Karbon ... 26
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28
Jenis Tumbuhan Bawah ... 28 Kadar Air ... 31
Biomassa Tumbuhan Bawah dan Serasah ... 33 Karbon ... 37
Simpanan Karbon ... 47
KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 45 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 1. Kerapatan, Frekuaensi dan Indeks Nilai Penting Tumbuhan Bawah …. 29
Tabel 2. Kadar Air Tumbuhan Bawah dan Serasah ………. 31
Tabel 3. Rekapitulasi Biomassa dan Karbon Tumbuhan Bawah ………. 35
Tabel 4. Rekapitulasi Biomassa dan Karbon Pada Serasah ………. 36
Tabel 5. Rekapitulasi Karbon Tumbuhan Bawah dan Serasah ……… 37
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 1. Proses siklus karbon hutan berdasarkan proses penyerapan
dan emisi karbon ke atmosfer ……… 11
Gambar 2. Metode destructive ……… 19
Gambar 3. Petak Ukur Pengukuran Biomassa ……… 20
Gambar 4. Tegakan Umur 0 tahun ………. 21
Gambar 5. Tegakan Umur 1 tahun ………. 21
Gambar 6. Tegakan Umur 2 tahun ……….. 21
Gambar 7. Tegakan Umur 3 tahun ……….. 21
Gambar 8. Pembuatan Petak Ukur ……….. 21
Gambar 9. (a) Pengumpulan Tumbuhan bawah dan serasah ……….. 22
(b) Penimbangan Berat Basah Total ………. 22
Gambar 10. Berat Kering Akar ………... 23
Gambar 11. Berat Kering Daun ………. 23
Gambar 12. Berat Kering Batang ………... 23
Gambar 13. Berat Kering Serasah ……….. 23
Gambar 14. Kumpulan Berat Kering Tumbuhan bawah dan serasah …………. 23
Gambar 15. Diagram Alir Prosedur Kerja ……….. 27
Gambar 16 . Hubungan Kadar Air dengan kelas Umur……….33
Gambar 17. Hubungan Kelas umur dan biomassa pada tumbuhan bawah………38
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
Febrina R D Situmorang. Pendugaan Simpanan Karbon pada Tegakan Eukalipthus hybrid pada Umur 0-3 Tahun diPTt. Toba Pulp Lestari (TPL). Tbk. Dibimbing oleh Siti Latifah S. Hut, M. Si, Ph.D dan Dr. M. Basyuni, S.Hut, M.Si.
Pemanfaatan hutan selain sebagai penghasil kayu, tata air, konservasi plasma nufta, jasa lingkungan, masyarakat juga sudah semakin mengerti hutan juga dapat menyimpan dan sebagai gudang karbon. Perlunya kesadaran manusia untuk meredeforestasi hutan yang telah berubah fungsi bertujuan untuk menekan semaksimal mungkin dampak pemanasan global yang ditimbulkan oleh pelepasan Gas Rumah Kaca (GRK) ke udara.
Pengukuran biomassa dan karbon menjadi sangat penting untuk mengetahui seberapa besar jumlah karbon yang diserap tanaman. Obyek penelitian ini adalah tumbuhan bawah dan serasah pada tegakan Eukaliptus hybrid Metode pengukuran biomassa yang digunakan adalah dengan metode destructive sampling yaitu dengan cara membabat habis seluruh tumbuhan bawah yang berada pada plot contoh 2m x 2m. Kemudian dipisah bagian-bagiannya (akar, daun dan batang) selanjutnya ditimbang berat keringnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 12 jenis tumbuhan bawah, dan jenis tumbuhan bawah yang mendominasi yaitu rumput Kancing Ungu (Borreria laevis) dengan nilai INP sebesar 33.44 %. Untuk nilai biomassa dan karbon pada setiap kelas umur cenderung naik.
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Sumberdaya hutan mempunyai peran penting dalam penyediaan bahan baku industri, sumber pendapatan, menciptakan lapangan dan kesempatan kerja. Hutan merupakan hasil komoditi yang dapat diubah menjadi hasil olahan dalam upaya mendapat nilai tambah serta membuka peluang kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Upaya pengolahan hasil hutan tersebut tidak boleh mengakibatkan rusaknya hutan sebagai sumber bahan baku industri. Untuk menjaga keseimbangan antara kemampuan penyediaan bahan baku dengan industri pengolahannya, maka diperlukan pengaturan (regulasi), pembinaan dan pengawasan. Pemanfaatan hutan tidak terbatas hanya produksi kayu dan hasil hutan non kayu, tetapi juga hasil hutan lainnya seperti plasma nuftah, jasa lingkungan, sehingga manfaat hutan lebih optimal.
Hutan tanaman industri secara umum diartikan masyarakat sebagai hutan yang dikelola dengan menanam tumbuh-tumbuhan tertentu untuk kepentingan industri, keadaan ini menyebabkan tanaman pada hutan tanaman industri selalu tanaman sejenis (monokultur) dan merupakan tanaman yang sangat dibutuhkan oleh industri pemilik hutan tanaman industri (Poerwowidodo, 1990).
hutan (serasah), hewan dan jasad renik (Arief, 2005). Tetapi kejadian kebakaran hutan, penebangan liar dan konversi hutan telah menyebabkan kerusakan hutan yang berakibat karbon yang tersimpan dalam biomassa hutan terlepas ke atmosfer dan kemampuan bumi untuk menyerap CO2 dari udara melalui fotosintesis hutan berkurang. Hal ini lah yang memicu tuduhan bahwa kerusakan hutan tropika telah menyebabkan pemanasan global (Soemarwoto, 2001).
Berkaitan dengan kemampuan hutan dalam menyerap karbon, perdagangan emisi atau perdagangan karbon merupakan sebuah paradigma baru dalam sektor kehutanan dan dapat menjadi peluang bagi Indonesia yang notabene merupakan negara berkembang untuk mendapatkan devisa melalui sektor ini. Melalui Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism, CDM) inilah negara berkembang seperti Indonesia dapat berpartisipasi dalam rangka perdagangan karbon. Dalam sektor kehutanan, kegiatan yang tergolong dalam mekanisme ini adalah Aforestasi dan Reforestasi. Aforestasi merupakan kegiatan penanaman hutan kembali pada lahan yang sudah tidak berhutan 50 tahun yang lalu sedang reforestasi adalah penanaman hutan kembali pada lahan yang tidak berupa hutan sebelum tahun 1990. Meskipun kegiatan konservasi dan rehabilitasi tidak masuk dalam mekanisme CDM namun kegiatan tersebut masuk dalam kategori kegiatan adaptasi terhadap perubahan iklim dengan mekanisme yang diatur oleh Konvensi Perubahan Iklim sehingga kegiatan inipun berpotensi untuk mendapatkan pembiayaan (Adinugroho, dkk.,2010).
karbon adalah paradigma baru sehingga kita perlu banyak persiapan, kesiapan ini juga menyangkut teknik dan penilaian informasi kandungan karbon yang dimiliki. Maka melalui penelitian ini akan dipelajari bagaimana menduga cadangan karbon sehingga menghasilkan informasi C-stock dalam hutan khususnya jenis tanaman E. hybrid dengan mengambil studi kasus di Hutan Tanaman Industri di PT. Toba
Pulp Lestari (TPL). Tbk sektor Aek Nauli Kabupaten Simalungun Sumatera Utara.
Perumusan Masalah
1. Identifikasi jenis tumbuhan bawah dan serasah yang terdapat di bawah tegakan E. hybrid.
2. Menghitung jumlah karbon yang dimiliki tumbuhan bawah dan serasah jenis tanaman E. hybrid.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan bawah dan serasah yang mendominasi, serta menghitung simpanan karbon tumbuhan bawah dan serasah pada tegakan jenis tanaman E. hybrid umur 0-3 tahun.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan khususnya bagi peneliti yang terkait dengan biomassa karbon tersimpan pada tegakan hutan. 2. Sebagai informasi bagi dunia pendidikan, penelitian, masyarakat umum dan
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan merupakan sumber daya alam yang merupakan suatu ekosistem, di dalam ekosisitem ini, terjadi hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan tempat tumbuh dari tumbuhan merupakan suatu sistem yang kompleks, dimana berbagai faktor saling beinteraksi dan saling berpengaruh terhadap masyarakat tumbuh-tumbuhan. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu respon tumbuhan terhadap faktor lingkungan dimana tumbuhan tersebut akan memberikan respon menurut batas toleransi yang dimilikinya terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut (Indriyanto, 2006).
Menurut Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan, Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominansi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan merupakan penyanggah ekosistem di muka bumi ini, hal ini sangat erat kaitannya dengan Pemanasan global yang sedang menjadi isu sentral di wacana lingkungan dunia. Kurangnya hutan menyebabkan peningkatan suhu permukaan beberapa derajat per tahun sebagai dampak naiknya permukaan air laut beberapa centimeter. Kenaikan ini dipicu oleh mencairnya es di kutub utara dan selatan, yang diakibatkan oleh pemanasan global.
emisi CO rata-rata per tahun 3000 Mt atau berarti telah menyumbangkan sekitar 10% dari total emisi CO di dunia (Seputar Indonesia, 24 Maret 2007). Meningkatnya konsentrasi CO disebabkan oleh pengelolaan lahan yang kurang tepat, antara lain pembakaran hutan dalam skala luas secara bersamaan dan pengeringan lahan gambut untuk pembukaan lahan-lahan pertanian (Hairiah dan Rahayu, 2007).
Pemanasan global adalah salah satu isu lingkungan penting yang saat ini menjadi perhatian berbagai pihak. Akibat yang ditimbulkan pemanasan global antara lain meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi yang disebabkan oleh kegiatan industri dan semakin berkurangnya penutupan lahan khususnya hutan akibat laju degradasi akhir-akhir ini.
lingkungan hidup (pro-enviroment) dan juga membuka isolasi daerah-daerah pedalaman yang sangat diperlukan dalam pembangunan ekonomi indonesia.
Eukaliptus (Eukaliptus hybrid)
Menurut tatanannya taksonomi dari E. hybrid mempunyai sistematika sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Class : Dycotyledone Ordo : Myrtiflorae Famili : Myrtaceae Genus : Eucalyptus
Species : Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla (Eucalyptus hybrid) Eukaliptus merupakan salah satu jenis tanaman yang dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman Industri. Kayu Eukaliptus digunakan antara lain untuk bangunan di bawah atap, kusen pintu dan jendela, kayu lapis, bahan pembungkus korek api, pulp dan kayu bakar. Daun dan cabang beberapa eukaliptus menghasilkan minyak atsiri yang merupakan produk penting untuk farmasi, misalnya untuk obat gosok atau obat batuk, farfum, sabun, detergen, disinfektan dan pestisida. Beberapa jenis digunakan untuk kegiatan reboisasi (Sutisna dkk, 1998).
Tumbuhan Bawah dan Serasah
belukar dan lain-lain tergantung dari ekosistem yang diamati. Tumbuhan bawah merupakan tumbuhan yang termasuk bukan tegakan atau pohon namun berada di bawah tegakan atau pohon (Odum, 1993).
Sutaryo (2009) menyatakan bahwa tumbuhan bawah merupakan tumbuhan bukan pohon yang tumbuh di lantai hutan, misalnya rumput, herba dan semak belukar atau liana. Tumbuhan bawah berfungsi sebagai penutup tanah yang menjaga kelembaban sehingga proses dekomposisi yang cepat dapat menyediakan unsur hara untuk tanaman pokok. Di sini, siklus hara dapat berlangsung sempurna, guguran yang jatuh sebagai serasah akan dikembalikan lagi ke pohon dalam bentuk unsur hara yang seperti diketahui akan diuraiakan oleh bakteri.
Karbon Hutan
Carbon sink adalah istilah yang kerap digunakan di bidang perubahan
iklim. Istilah ini berkaitan dengan fungsi hutan sebagai penyerap (sink) dan penyimpan (reservoir) karbon. Emisi karbon ini umumnya dihasilkan dari kegiatan pembakaran bahan bakar fosil pada sektor industri, transportasi dan rumah tangga (Junaidi, 2009).
Pada ekosistem daratan, C tersimpan dalam 3 komponen pokok menurut Hairiah, et al., 2001 yaitu:
Biomasa: masa dari bagian vegetasi yang masih hidup yaitu tajuk pohon,
tumbuhan bawah atau gulma dan tanaman semusim
Nekromasa: masa dari bagian pohon yang telah mati baik yang masih
tegak di lahan (batang atau tunggul pohon), atau telah tumbang/tergeletak di permukaan tanah, tonggak atau ranting dan daun- daun gugur (seresah) yang belum terlapuk.
Bahan organik tanah: sisa makhluk hidup (tanaman, hewan dan manusia)
yang telah mengalami pelapukan baik sebagian maupun seluruhnya dan telah menjadi bagian dari tanah. Ukuran partikel biasanya lebih kecil dari 2 mm.
Berdasarkan keberadaannya di alam, ketiga komponen C tersebut dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu:
Karbon di atas permukaan tanah, meliputi: Biomasa pohon. Proporsi
biomasa pohon dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan alometrik yang didasarkan pada pengukuran diameter batang. Biomasa tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah meliputi semak belukar yang
berdiameter batang < 5 cm, tumbuhan menjalar, rumput-rumputan atau gulma. Estimasi biomasa tumbuhan bawah dilakukan dengan mengambil bagian tanaman (melibatkan perusakan). Nekromasa, Batang pohon mati baik yang masih tegak atau telah tumbang dan tergeletak di permukaan tanah, yang merupakan kompone penting dari C dan harus diukur pula agar diperoleh estimasi penyimpanan C yang akurat. Seresah, Seresah meliputi bagian tanaman yang telah gugur berupa daun dan ranting-ranting yang terletak di permukaan tanah.
Karbon di dalam tanah, meliputi: Biomasa akar. Akar mentransfer C
dalam jumlah besar langsung ke dalam tanah, dan keberadaannya dalam tanah bisa cukup lama. Pada tanah hutan biomasa akar lebih didominasi oleh akar-akar besar (diameter >2 mm), sedangkan pada tanah pertanian lebih didominasi oleh akar-akar halus yang lebih pendek daur hidupnya. (Hairiah, et al., 2001).
Siklus Karbon merupakan proses penyerapan dan emisi karbon, yang hasil akhirnya adalah akumulasi atau stok karbon di tegakan atau hutan. Neraca Karbon akan menggambarkan perubahan stok karbon dari waktu ke waktu di dalam ekosistem hutan tersebut di dalam suatu ruang (Bahruni, 2010).
hutan; 2) Kondisi tempat tumbuh dan lingkungan yang meliputi faktor edafis, klimatis dan faktor hayati lainnya; 3) Kondisi pengelolaan yang meliputi pengaturan ruang (tata ruang), penentuan peruntukan/penggunaan lahan dan hutan; 4) Kondisi gangguan seperti perubahan lingkungan, kemarau, ledakan gangguan hama dan penyakit, gangguan perbuatan manusia seperti pembakaran, eksploitasi tidak terkelola dengan baik dan lain-lain (Bahruni, 2010).
Pembahasan tentang stok atau neraca karbon ekosistem hutan tidak terlepas dari pemahaman tentang siklus atau aliran karbon itu. Ekosistem memiliki empat komponen dasar yaitu a) substansi abiotik, b) produser (autotrophic), c) konsumer, d) dekomposer. Di dalam ekosistem (termasuk ekosistem hutan) terjadi proses pertukaran materi seperti air, unsur-unsur hara, ataupun bahan kimia, polutan dll, dan perubahan energi secara terus menerus, yang mempengaruhi kelangsungan ekosistem seperti tingkat produktivitas, integritas dan kelestariannya (Bahruni, 2010).
Gambar 1. Proses siklus karbon hutan berdasarkan proses penyerapan dan emisi karbon ke atmosfer (Bahruni, 2010).
Pendugaan Dan Pengukuran Karbon Hutan
Peranan hutan sebagai penyerap karbon mulai menjadi sorotan pada saat bumi dihadapkan pada persoalan efek rumah kaca, berupa kecenderungan peningkatan suhu udara atau biasa disebut sebagai pemanasan global. Penyebab terjadinya pemanasan global ini adalah adanya peningkatan konsentrasi GRK di atmosfer dimana peningkatan ini adalah peningkatan ini menyebabkan kesetimbangan radiasi berubah dan suhu bumi menjadi lebih panas (Adinugroho, et al.,(2009) dalam Bako, 2009).
Biomassa hutan (Forest biomass) adalah keseluruhan volume makhluk
hidup dari semua species pada suatu waktu tertentu dan dapat dibagi ke dalam 3 kelompok utama yaitu pohon, semak dan vegetasi yang lain. Pohon secara lengkap (Complete tree) berisikan keseluruhan
komponen dari suatu pohon termasuk akar, tunggul /tunggak, batang, cabang dan daun-daun.
Tunggul dan akar (Stump and roots) mengacu kepada tunggul, dengan
ketinggian tertentu yang ditetapkan oleh praktek-praktek setempat dan keseluruhan akar. Untuk pertimbangan kepraktisan, akar dengan diameter yang lebih kecil dari daiameter minimum yang ditetapkan sering dikesampingkan.
Batang di atas tunggul (Tree above stump) merupakan seluruh
komponen pohon kecuali akar dan tunggul. (Dalam kegiatan forest biomass inventories, pengukuran sering dikatakan bahwa biomassa di atas tunggul/tunggak ditetapkan sebagai biomassa pohon secara lengkap.
Batang (stem) adalah komponan pohon mulai di atas tunggul hingga ke
pucuk dengan mengecualikan cabang dan daun.
Batang komersial adalah komponen pohon di atas tunggul dengan
diameter minimal tertentu.
Tajuk pohon (Stem topwood) adalah bagian dari batang dari diameter
ujung minimal tertentu hingga ke pucuk, bagian ini sering merupakan komponen utama dari sisa pembalakan.
Dedaunan (foliage ) semua duri-duri, daun, bunga dan buah.
Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap karbondioksida (CO2) dari udara dan mengubah zat ini menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis. Berbeda dengan hewan, tumbuhan membuat makanannya sendiri yang disebut dengan produktivitas primer yang terbagi atas produktivitas primer bersih dan produktivitas primer kotor (Heddy, dkk., 1986).
Biomassa kering dapat dikonversi menjadi cadangan karbon yakni 50% dari biomassa. Metode ini dianggap akurat untuk beberapa tempat. Tidak ada sebuah metode yang secara langsung dapat mengukur cadangan karbon yang terdapat pada suatu bentang lahan. Keadaan ini mendorong usaha pengembangan alat dan model yang dapat menghitung dalam skala besar yang didasarkan pada pengukuran di lapangan atau penginderaan jauh (Brown, 1997).
Perdagangan Karbon
Hutan merupakan penyimpan karbon (C) tertinggi bila dibandingkan dengan sistem penggunaan lahan pertanian. Oleh karena itu, hutan dengan keragaman jenis pepohonan berumur panjang dan seresah yang banyak merupakan gudang penyimpan C tertinggi. Bila hutan diubah fungsinya menjadi lahan-lahan pertanian atau perkebunan atau ladang penggembalaan maka jumlah C tersimpan akan merosot. Jumlah C tersimpan antar lahan tersebut berbeda-beda, tergantung pada keragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada, jenis tanahnya serta cara pengelolaannya.
permukaan bumi. Sifat termal radiasi inilah menyebabkan pemanasan atmosfer secara global (global warming). Di antara GRK penting yang diperhitungkan dalam pemanasan global adalah karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan nitrous oksida (N2O). Dengan kontribusinya yang lebih dari 55% terhadap pemanasan global, CO2 yang diemisikan dari aktivitas manusia (anthropogenic) mendapat perhatian yang lebih besar. Tanpa adanya GRK, atmosfer bumi akan memiliki suhu 30oC lebih dingin dari kondisi saat ini. Namun demikian seperti diuraikan diatas, peningkatan konsentrasi GRK saat ini berada pada laju yang mengkhawatirkan sehingga emisi GRK harus segera dikendalikan. Upaya mengatasi (mitigasi) pemanasan global dapat dilakukan dengan cara mengurangi emisi dari sumbernya atau meningkatkan kemampuan penyerapan (Adinugroho, dkk.,2010).
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak Geografis dan Astronomis
Lokasi konsesi Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI), PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terletak dibeberapa kabupaten. Dari total luas izin HPHTI (Surat Keputusan Menteri Kehutanan no. 493/Kpts-II/1992) dan pemanfaatan pinus (surat keputusan menteri kehutanan No. 236/ Kpts-IV/ 1984) yang berjumlah 248.816 ha, berdasarkan rencana tata ruang dengan mempertimbangkan aspek fungsi hutan (fungsi produksi dan fungsi perlindungan), aspek status kepemilikan lahan dan fungsi social ekonomi hutan yang terus berkembang, maka tata suang (land scaping) HTI PT. TPL, tbk telah disesuaikan sebagai berikut :
Areal rencana tanaman pokok : 73.379 ha (25.8%)
Areal konservasi : 90.575 ha (31.8%)
Kampong/ lading tanah masyarakat : 111.191 ha (39.0%)
Sarana/prasarana : 1.573 ha (0.5 %)
Areal tanaman kehidupan/ unggulan : 8.134 ha (8.134%)
PT Toba Pulp Lestari (TPL), Tbk merupakan jenis perusahaan Kayu Serat dengan produk berupa pulp yang terletak pada 01°-03° LU dan 98°15’00” 100°00’00” BT. Secara geografis terletak di Desa Desa Sosor Ladang, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Areal konsesi PT TPL, Tbk terdiri dari enam sektor yang terletak pada kabupaten yang berbeda, yakni: 1. Sektor Tele, terletak pada 02°15’00” – 02°50’00” LU dan 98°20’00” –
Kabupaten Pak-pak Bharat (Kecamatan Salak dan Kerajaan) dan Kabupaten Dairi (Kecamatan Sumbul, Parbuluan, dan Sidikalang).
2. Sektor Aek Nauli, terletak pada 02°40’00” – 02°50’00” LU dan 98°50’00” – 99°10’00” BT, meliputi Kabupaten Simalungun (Kecamatan Dolok Panribuan, Tanah Jawa, Sidamanik, Jorlang Hataran, dan Girsang Sipangan Bolon). 3. Sektor Habinsaran, terletak pada 02°07’00” – 02°21’00” LU dan 99°05’00” –
99°18’00” BT, meliputi Kabupaten Toba Samosir (Kecamatan Habinsaran, Silaen, dan Laguboti).
4. Sektor Aek Raja/Tarutung, terletak pada 01°54’00” – 02°15’00” 98°42’00” – 98°58’00” BT, meliputi Kabupaten Tapanuli Utara (Kecamatan Siborong-borong, Sipahutar, Gaya Baru Tarutung, Adian Koting, dan Parmonangan) Kabupaten Humbang Hasundutan (Kecamatan Dolok Sanggul, Lintong Ni Huta, Onan Ganjang, dan Parlilitan).
5. Sektor Padang Sidempuan, terletak pada 01°15’00” – 02°15’00” LU dan 99°13’00” – 99°33’00” BT, meliputi Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Padang Bolak, Sosopan, Padang Sidimpuan, Sipirok) dan Kabupaten Tapanuli Tengah (Kecamatan Sorkam dan Batang Toru).
(PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2004)
Kondisi Umum Sektor Aek Nauli
Penelitian ini akan dilakukan di Sektor Aek Nauli, terletak pada 02°40’00” – 02°50’00” LU dan 98°50’00” – 99°10’00” BT. Keadaan lahan Sektor Aek Nauli seluruhnya adalah kering dengan ketingian 250-1.700 m dpl. Jenis tanah di daerah
jenis batuan Tapanuli, Peusangan, Sihapas, Vulkan Tersier, dan Toba. Sektor Aek Nauli beriklim A (sangat basah) menurut klasifikasi Schmidt Fergusson; 1951, dengan curah hujan rata-rata 238 mm bulan tertinggi Oktober dan bulan terendah
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di PT Toba Pulp Lestari (TPL) Tbk. di Sektor Aek Nauli Kabupaten Simalungun Sumatera Utara dan di Laboratorium
Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan April sampai Juni 2011.
Alat dan bahan Penelitian
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
Global Position System (GPS), patok, pita ukur, tali raffia, caliper, penggaris, kompas, parang, kalkulator, kamera digital, alat tulis, timbangan, oven, kantong plastik.
Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu daun, batang dan akar tumbuhan bawah serta serasah yang berada di sekitar tegakan Eukaliptus (hybrid).
Metode penelitian
a. Jenis Data
[image:30.595.181.431.284.442.2]Data-data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang pengambilannya dilakukan langsung di lapangan yaitu berupa pengukuran diameter dan panjang tumbuhan bawah dan serasah pada tegakan Eukaliptus. Data sekunder merupakan data letak geografis penelitian, tipe iklim dan peta lokasi penelitian Pada Penelitian ini metode pengambilan data dilakukan metode sampling dengan pemanenan (destructive sampling).
Gambar 2. Metode destructive
b. Penentuan Petak Ukur
20 m 20 m 20 m
Umur 0 tahun 30 m
20m 20m 20m
Umur 1 tahun 30 m
20 m 20 m 20 m
30 m Umur 2 tahun
[image:31.595.131.510.83.455.2]30 m Umur 3 tahun
Gambar 3. Petak Ukur Pengukuran Biomassa
Keterangan: Petak Ukur Tegakan Eukaliptus (Eucalyptus hybrid) ukuran 20m x 30m
Gambar 4. Tegakan Umur 0 tahun Gambar 5. Tegakan Umur 1 tahun
Gambar 6. Tegakan Umur 2 tahun Gambar 7. Tegakan Umur 3 tahun
[image:32.595.120.308.321.485.2] [image:32.595.182.468.535.708.2]c. Pemanenan Biomassa
Pengambilan contoh biomasa tumbuhan bawah harus dilakukan dengan metode ‘destructive’ (merusak bagian tanaman). Tumbuhan bawah yang diambil sebagai contoh adalah semua tumbuhan hidup berupa pohon yang berdiameter < 5 cm, herba dan rumput-rumputan (Hairiah dan Rahayu, 2007).
Serasah dam tumbuhan bawah dikumpulkan menurut bagian-bagian nya yaitu serasah dan tumbuhan bawah pada tegakan umur 0-3 tahun, kemudian pemisahan batang, akar dan daun. Penimbangan dilakukan pada setiap bagian. Dan diukur total berat basah dari setiap komponen (daun, batang dan akar). Setelah diukur total berat basah, contoh untuk pengukuran berat kering dan kandungan karbon diperoleh dari tiap komponen tersebut kemudian contoh diletakkan di dalam blanko dan di atas blanko diberi kode untuk membedakan contoh.
(a) (b)
[image:33.595.118.511.452.624.2]Gambar 10. Berat Kering Akar Gambar 11. Berat Kering Daun
Gambar 12. Berat Kering Batang Gambar 13. Berat Kering Serasah
Biomassa dapat menyatakan kandungan karbon yang terdapat pada suatu tegakan ataupun tumbuhan bawah dan serasah. Menurut Brown (1997) biomassa hutan dapat memberikan dugaan sumber karbon di vegetasi hutan sebab 50% dari biomassa adalah karbon.
Indek Nilai Penting
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan formulasi metoda dengan petak untuk menghitung besarnya kerapatan (ind/ha), frekuensi, dan
indeks nilai penting (INP) dari masing-masing jenis (Haygreen dan Bowyer, 1982).
1. Σ individu Kerapatan (K) =
Luas petak contoh K suatu jenis
K. Relatif (KR) = x 100 %
K total seluruh jenis
2. Σ sub petak ditemukan suatu spesies Frekuensi (F) =
Σ seluruh sub petak contoh ( 12 PU) F suatu jenis
F. Relatif (FR) = x 100%
F total seluruh jenis
3. Dominan (D) = Luas bidang dasar suatu spesies Luas petak contoh D. Relatif (DR) = D suatu jenis
x 100% D total seluruh jenis
Pada perhitungan INP (Indeks Nilai Penting) tidak digunakan perhitungan dominan dan dominan relatife karena perhitungan dominan digunakan pada tingkat tiang dan pohon sementara sampel yang diambil pada penelitian ini hanya pada tingkat semai sehingga yang dihitung hanya nilai kerapatan dan frekuensi.
Perhitungan Kadar Air
- Tumbuhan bawah dan serasah ditimbang sebanyak 100-300 gram dengan 3 ulangan dan dioven dengan suhu ± 80 °C selama 24 jam. Bila biomassa
contoh didapatkan hanya sedikit (<100g), maka timbang semuanya dan jadikan sebagai sub contoh
(Hairiah dan rahayu, 2007).
- Dihitung persentase kadar air dari tumbuhan bawah dan serasah dengan menggunakan rumus :
Dimana :
% KA = Persentase kadar air (%)
BKT = Berat kering tanur contoh uji (gr) BB = Berat basah contoh uji (gr)
Perhitungan Biomassa
Biomassa tumbuhan bawah dan serasah dihitung dengan rumus :
Dimana :
BK tot = Berat kering total (kg/m2) BK c = Berat kering contoh uji (gr) BB tot = Berat basah total (kg) BB c = Berat basah contoh uji (gr) A = Area contoh (m2)
atau B = BB (Haygreen dan Bowyer,1982)
1 + %KA
100 Keterangan : B = Biomassa
BB = Berat Basah
% KA = persentase kadar air
Perhitungan Karbon
Untuk menghitung karbon yang ada pada tumbuhan bawah dan serasah, dengan cara mengalikan biomassa dengan faktor konversi 0.5. Biomassa hutan dapat digunakan untuk mendapatkan simpanan karbon yang tersimpan karena 50 % biomassa tumbuhan atau tegakan tersusun oleh karbon (Brown, 1997). Rumus yang digunakan untuk menghitung karbon, yaitu:
C = B x 0.5
Keterangan : C = Jumlah stok karbon (ton/ha) B = Biomassa (ton/ha)
Gambar. Diagram Alir Prosedur Kerja Pembuatan petak ukur
Penentuan Petak Ukur
Inventarisasi Pemanenan
Pengukuran biomassa
-Berat Basah Total -Berat Basah (daun,
batang, akar)
Ovenkan dengan suhu ± 80 °C selama 2 x 24 jam
Berat kering total (akar, daun dan batang)
HASIL DAN PEMBAHASAAN
Jenis Tumbuhan Bawah
Tumbuhan bawah merupakan salah satu vegetasi yang terdapat di dalam hutan, meskipun tumbuhan bawah tidak termasuk tegakan atau pohon namun berada di bawah tegakan atau pohon. Tumbuhan bawah juga memiliki manfaat dalam pengelolaan hutan yaitu sebagai penyedia unsur hara untuk tanaman pokok. Pada penelitian ini, peneliti mengambil contoh/ sampel tumbuhan bawah dan serasah berdasarkan umur tegakan. Sampel yang diambil yaitu pada tegakan dengan umur 0 samapai 3 tahun. Dimana plot atau petak ukur yang digunakan per umur yaitu dengan ukuran 2m x 2m sebanyak 3 plot setiap umur. Observasi yang dilakukan di PT. Toba Pulp Lestari sektor Aek Nauli diperoleh 12 jenis tumbuhan bawah yaitu Rumput kancing ungu, Rumput belulang, Aur-aur, Rumput Telor belalang, Ngadi renga, Putihan, Putri malu, Rumput teki, Pakis kadal, Tampua, Akar kala, dan Rumput rawa (Lampiran 1). Pada umur 0 tahun jenis tumbuhan bawah yang mendominasi atau paling banyak yaitu rumput kancing ungu (Borreria laevis) dengan jumlah 23. Dan jenis yang paling sedikit yaitu Rumput telor belalang (Sporobulus diander) dengan jumlah 4. Pada umur 1 tahun jenis tumbuhan yang mendominasi yaitu Putihan (Hyptis rhomboidea) dengan jumlah 18. Dan paling rendah rumput kancing ungu (Borreria laevis) dengan jumlah 4. Untuk umur 2 tahun nilai yang paling tinggi yaitu rumput rawa (Ottochloa nadosa) sebanyak 9 dan paling rendah rumput kancing ungu (Borreria laevis)
jumlah masing- masing 19. Yang lebih rendah atau sedikit yaitu rumput kancing ungu (Borreria laevis) sebanyak 14 (Lampiran 1).
[image:40.595.112.515.276.710.2]Kerapatan relatife tiap jenis tumbuhan bervariasi antara 1.53 % sampai 18.00 %. Frekuensi Relatife ditemukannya tiap jenis tumbuhan juga bervariasi antara 1.84 % sampai 15.44 %. Sedangkan indeks nilai penting antara 3.37% sampai 33.44%.
Tabel 1 . Kerapatan, Frekuensi dan Indeks Nilai Penting Tumbuhan Bawah
Nama Ilmiah Nama Daerah K KR
(%) F
FR (%)
INP (%) Borreria laevis Rumput
kancing ungu 0.94 18.00 0.67 15.44 33.44 Eleusine indica Rumput
belulang 0.54 10.35 0.42 9.68 20.03 Commelina
diffusa Aur-aur 0.42 8.06 0.25 5.76 13.82 Sporobulus
diander
Rumput telor
belalang 0.08 1.53 0.08 1.84 3.37
Stachytarpheta
indica Ngadi renga 0.44 8.43 0.25 5.76 14.19 Hyptis
rhomboidea Putihan 0.77 14.74 0.50 11.52 26.26 Mimosa pudica Putri malu 0.23 4.41 0.25 5.76 10.17
Cyperus
kyllingia Rumput teki 0.23 4.41 0.25 5.76 10.17 Cyclosorus
aridus Pakis kadal 0.54 10.35 0.50 11.52 21.87 Ageratum
conyzoides Tampua 0.46 8.81 0.50 11.52 20.33 Clidemia hirta Akar kala 0.15 2.86 0.25 5.76 8.62
Ottochloa
nadosa Rumput rawa 0.42 8.05 0.42 9.68 17.73
Total 5.22 100 4.34 100 200
KR: Kerapatan Relatif FR: Frekuensi Relatif
Dari tabel diatas jenis tumbuhan bawah yang memiliki kerapatan paling rendah yaitu rumput telor belalang (S. diander) sebesar 1.53 % dan yang tertinggi rumput kancing ungu (B. laevis) sebesar 18.00 % . Hal ini dikarenakan rumput telor belalang (S. diander) memiliki komposisi yang lebih kecil dari tumbuhan bawah lainnya, jumlah ditemukannya rumput ini 4 rumpun yaitu pada umur 0 tahun. Sedangkan rumput kancing ungu memiliki nilai/komposisi yang lebih banyak yaitu 42 rumpun. Untuk frekuensi ditemukannya tiap jenis tumbuhan
bawah, maka yang menempati nilai terendah yaitu rumput telor belalang (S. diander) dengan nilai frekuensi relatife 1.84 %. Hal ini dikarenakan rumput
tersebut hanya terdapat pada 1 lokasi yaitu pada plot atau petak ukur ke 2 umur 0 tahun. Sedangkan yang nilai frekuensi relative nya tertinggi yaitu rumput kancing ungu (B. laevis) juga. Karena rumput ini terdapat pada banyak tempat yaitu pada petak ukur 1 dan 2 umur 0 tahun, petak ukur 1 pada umur 1 tahun, petak ukur 2 dan 3 pada umur 2 tahun, semua petak ukur pada umur 3 tahun. Hampir seluruh plot contoh terdapat rumput kancing ungu (B. laevis) (Lampiran 1).
sedikit dan sangat jarang ditemukan, dimana nilai INP nya 3.37 %. Rumput telor belalang (S. diander) merupakan rumput menahun yang tumbuh pada tanah kering atau lembab. Daerah penyebaran 0-700 m diatas permukaan laut. Gulma ini tidak termasuk gulma penting, tumbuh setempat atau jarang tumbuh dominan.
Kadar Air
Kadar air didefinisikan sebagai berat air yang terdapat di dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur. Hasil laboratorium menunjukkan variasi dari kadar air. Adapun kadar air yang disajikan dalam tabel berikut diklasifikasikan berdasarkan umur, petak ukur.
Tabel 2. Kadar Air (%) Tumbuhan Bawah dan Serasah
Umur
(tahun) PU
Tumbuhan Bawah Jumlah KA
Tumbuhan Bawah
Serasah
Batang Daun Akar
0
1 36.2 348.9 80.2 465.27 21.21
2 38.3 352.0 75.7 465.96 32.14
3 58.2 368.9 69.9 497.00 25.00
Rata-Rata 44.2 356.6 75.3 476.1 26.1
1
1 36.8 339.2 77.3 453.26 48.15
2 33.7 452.1 40.6 526.34 48.59
3 39.4 438.0 45.5 522.90 48.59
Rata-Rata 36.6 409.8 54.5 500.8 48.4
2
1 48.7 513.3 126.9 688.91 25.31
2 30.9 544.9 127.3 703.11 25.31
3 42.3 359.5 128.4 530.17 25.16
Rata-Rata 40.6 472.6 127.5 640.7 25.3
3
1 28.4 263.7 58.1 350.20 10.86
2 37.3 289.6 143.5 470.38 11.23
3 28.4 438.8 57.1 524.27 10.99
Rata-Rata 31.4 330.7 86.2 448.3 11.0
Secara umum dilihat dari kelas umur, daun merupakan bagian tumbuhan yang paling tinggi kadar airnya dengan nilai rata-rata sebesar 392.41 % dan bagian tumbuhan yang paling rendah yaitu pada batang sebesar 38.21 %. Sedangkan bagian akar sebesar 85.86 %. Daun memiliki kadar air yang tinggi sesuai dengan hasil penelitian Purwitasari (2011) karena merupakan unit fotosintesis yang pada umumnya memiliki rongga sel yang diisi oleh air dan unsur hara mineral. Daun tersusun oleh banyak rongga stomata yang menyebabkan struktur daun menjadi kurang padat, sehingga kurang berat. Sedangkan batang umumnya memiliki zat penyusun kayu yang lebih baik dibanding dengan bagian tumbuhan lainnya. Zat penyusun kayu tersebut menyebabkan bagian rongga sel pada batang banyak tersusun oleh komponen penyusun kayu dibanding air, sehingga bobot air pada batang akan lebih kecil.
komposisi batang, daun dan akar masih lebih minim dari umur 1 dan 2 tahun. Sama halnya dengan umur 1 tahun lebih banyak daunnya dari umur 0 dan 3 tahun, dan lebih sedikit dari umur 2 tahun.
Biomassa Tumbuhan Bawah dan Serasah
Tumbuhan bawah dan serasah merupakan tempat penyimpanan karbon selain pada tegakan hutan. Pada penelitian ini untuk menghitung nilai karbon pada tumbuhan bawah dan serasah dilakukan dengan menghitung berat kering tanur contoh tumbuhan bawah dan serasah dengan plot contoh atau petak ukur dengan ukuran 2m x 2m. untuk mendapatkan nilai biomassanya maka didasarkan pada kadar airnya. Nilai biomassa dikonversikan ke dalam satuan ton/ha. Hampir 50% biomassa pada vegetasi hutan tersusun oleh karbon sehingga karbon yang diperoleh dengan mengkonversikan setengah dari biomassa. Dalam penelitian ini kami mengambil contoh/ sampel tumbuhan bawah dan serasah berdasarkan umur tegakan. Umur tegakan yang digunakan yaitu mulai dari 0 tahun sampai pada 3 tahun.
daun. Tingginya biomassa pada bagian batang disebabkan karena unsur karbon menurut Hilmi (2003) dalam Limbong (2009) merupakan bahan organik penyusun dinding sel – sel bagian batang. Kayu secara umum tersusun oleh selulosa, lignin dan bahan ekstraktif yang sebagian besar disusun dari unsur karbon.
Menurut Aminudin (2008) batang merupakan kayu yang terdiri dari 40-45 % selulosa. Selulosa merupakan molekul gula linear yang berantai panjang yang tersusun oleh karbon, sehingga makin tinggi selulosa maka kandungan karbon akan makin tinggi. Adanya variasi horizontal mengakibatkan adanya kecenderungan variasi dari kerapatan dan juga komponen kimia dari penyusun kayu.
berfungsi untuk pertukaran gas sehingga kurang padat dan tidak banyak menyimpan karbon.
[image:46.595.114.514.330.486.2]Pada lokasi penelitian di PT. Toba Pulp Lestari seluruh tegakan terdapat 8 kelas umur yaitu mulai dari 0 tahun hingga 7 tahun, umur 7 tahun adalah masa tebang. Namun pada penelitian ini digunakan umur 0 samapai 3 tahun, karena pada saat dilakukan penelitian sampel untuk umur 4, 5, 6 dan 7 tahun sudah ditebang. Dan umur 4, 5, 6 dan 7 tahun sudah memasuki masa penanaman sehingga untuk umur 0 tahun digunakan umur 6 bulan.
Tabel 3. Rekapitulasi Biomassa dan Karbon Tumbuhan Bawah
Umur
(tahun)
Jumlah PU
Luas Sampling tiap PU (Ha)
Luas sampling (ha) Biomassa (ton) Bomassa (ton/ha) Karbon (ton/ha)
0 3 0.0004 0.0012 0.00166 1.38708 0.69354
1 3 0.0004 0.0012 0.00394 3.28086 1.64043
2 3 0.0004 0.0012 0.00325 2.70636 1.35318
3 3 0.0004 0.0012 0.00759 6.32822 3.16411
Jumlah 12 0.0016 0.0048 0.016443 13.70251 6.851254
komposisi tegakan masih lebih kecil. Sehingga proses fotosintesis yang terjadi masih kurang karena unsur-unsur dan komponen kimia yang dibutuhkan masih kecil. Aliran fotosintesis pada setiap tumbuhan masih lebih kecil dan lambat karena tumbuhan yang tumbuh juga masih sedikit. Hal ini juga dipengaruhi kondisi tanah. Kondisi tanah pada setiap umur tegakan berbeda-beda. Kondisi tanah pada umur 3 tahun berbeda dengan umur 0 tahun. Tanah pada umur 3 tahun lebih banyak mengandung hara hasil fotosintesis, respirasi pada tegakan hutan. Sehingga unsur-unsur hara yang ada pada tanah akibat aliran fotosintesis pada tegakan hutan sebagian akan masuk atau melekat pada aliran fotosintesis pada tumbuhan bawah.
Tabel 4. Rekapitulasi Biomassa dan Karbon Pada Serasah
Umur (tahun) Jumlah PU Luas Sampling tiap PU (Ha)
Luas sampling (ha) Biomassa (ton) Bomassa (ton/ha) Karbon (ton/ha)
0 3 0.0004 0.0012 0.00001 0.00775 0.00388
1 3 0.0004 0.0012 0.00047 0.39300 0.19650
2 3 0.0004 0.0012 0.00982 8.18325 4.09163
3 3 0.0004 0.0012 0.01554 12.94654 6.47327
Jumlah 12 0.0016 0.0048 0.025837 21.53054 10.76527
Sama halnya dengan tumbuhan bawah, serasah yang diambil sebagai sampel dibedakan berdasarkan umur tegakan E. hybrid dan memiliki petak contoh yang sama. Berdasarkan kelas umur, biomassa pada serasah juga bervariasi. Biomassa yang menempati nilai paling tinggi yaitu pada umur 3 tahun sebesar
12.94654 ton/ ha dan biomassa paling rendah pada umur 0 tahun sebesar 0.00775
ton/ ha. Terjadi perbedaan yang sangat jauh antara biomassa serasah umur 3 tahun dan 0 tahun. Hal ini disebabkan semakin besar umur suatu tegakan maka komposisi tegakan juga semakin banyak. Hal ini sesuai dengan penelitian Indriyani (2011) yang menyatakan bahwa semakin tinggi umur suatu tegakan maka serasah yang ada semakin banyak sehingga biomassa dan karbon pohon dan tumbuhan bawah semakin besar dengan bertambahnya umur tegakan. Pohon semakin tinggi, daun semakin banyak, batang yang sudah tua akan mengalami regenerasi dan tajuk juga semakin lebat. Cabang, ranting yang sudah tua akan mati dan berjatuhan, daun-daun akan berguguran yang menyebabkan serasah atau tumbuhan yang mati semakin banyak. Sedangkan pada umur 0 tahun tinggi tegakan belum mencapai 1 meter, daun masih muda dan batang masih muda sehingga bagian tegakan yang mati masih sedikit.
[image:48.595.116.546.632.743.2]Karbon
Tabel 5. Rekapitulasi Karbon Tumbuhan Bawah dan Serasah
Komponen Hutan Jumlah PU Luas sampling tiap PU (ha) Luas sampling (ha) Biomassa (ton) Biomassa (ton/ha) Karbon (ton/ha) Tumbuhan Bawah 12 0.0004 0.0048 0.01644 13.70251 6.85125 Serasah 12 0.0004 0.0048 0.02584 21.53054 10.76527
Pada tabel 5 diketahui bahwa biomassa dan karbon pada serasah (21.53054 ton/ha dan 10.76527 ton/ha) lebih besar dibandingkan dengan tumbuhan bawah (13.70251 ton/ha dan 6.85125 ton/ha ). Hal ini dipengaruhi oleh kadar air. Kadar air pada tumbuhan bawah lebih besar dari serasah. Dimana menurut (Haygreen dan Bowyer,1982) kadar air bertolak belakang dengan biomassa. Semakin tinggi kadar air suatu tanaman, tumbuhan atau tegakan maka biommassa semakin rendah. Kadar air pada tumbuhan bawah lebih besar karena tumbuhan bawah merupakan vegetasi yang masih hidup sedangkan serasah adalah tumbuhan atau bagian tumbuhan yang sudah mati dimana proses fotosintesis lebih lancar dan komposisinya lebih banyak pada tumbuhan yang hidup. Disamping itu nilai tumbuhan bawah lebih kecil dikarenakan tumbuhan bawah yang ditemukan sedikit dan hutan masih memiliki pohon-pohon yang cukup banyak, sehingga cahaya yang masuk ke lantai hutan sedikit dan menyebabkan pertumbuhan terhambat. Banyaknya daun-daun dan bagian pohon yang berguguran menyebabkan nilai biomassa serasah lebih tinggi. Dimana semakin tinggi umur tegakan maka tegakan semakin tua dan membutuhkan regenerasi pada bagian pohon yang menyebabkan bagian pohon seperti daun, ranting, cabang dan batang berguguran dan komposisi bagian pohon yang berguguran juga lebih banyak melihat umur tegakan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpilan
1. Jenis tumbuhan bawah yang ditemukan pada tegakan E. hybrid di PT.Toba Pulp Lestari pada umur tegakan 0 sampai 3 tahun ada 12 jenis.
2. Jenis tumbuhan bawah yang mendominasi yaitu Rumput Kancing Ungu (Borreria laevis) dengan nilai INP sebesar 33.44 %
3. Karbon total yang terdapat pada tumbuhan bawah dan serasah tegakan E. hybrid PT.Toba Pulp Lestari sebesar 17.61653 ton/ha.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arief, A. 2005. Hutan dan Kehutanan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Adinugroho, W.C., Syahbani, I., Rengku, MT., Arifin, Z., Mukhaidil. 2006. Teknik Estimasi Kandungan Karbon Hutan Sekunder Bekas Kebakaran 1997/1998. PT. Inhutani I. Batu Ampar. Kalimantan Timur.
Adinugroho, W.C., Syahbani, I., Rengku, MT., Arifin, Z., Mukhaidil. 2010. Pendugaan Cadangan Karbon (C-stock) Dalam Rangka Pemanfaatan Fungsi Hutan Sebagai Penyerap Karbon PT. Inhutani I. Batu Ampar. Kalimantan Timur.
Aminudin S. 2008. Kajian Potensi Cadangan Karbon pada Pengusahaan Hutan Rakyat (Studi Kasus Hutan Tanaman Rakyat Desa Dengok, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul) [tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Bahruni. 2010. Neraca Atau Siklus Karbon Di Dalam Hutan. Prosiding Seminar Dampak Perubahan Peruntukan Dan Fungsi Kawasan Hutan Dalam Revisi RTRWP Terhadap Neraca Karbon Dalam Kawasan Hutan. Direktorat Jendral Planologi Kehutanan. Kementerian Kehutanan. Bogor.
Bako, I. 2009. Komposisi Pohon Dan Pendugaan Karbon Tersimpan Pada Pohon Di Hutan Lindung Kabupaten Pakapak Barat. [Thesis]. Sekolah Pasca Sarjana. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Brown, Sandra, 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forests: a Primer. (FAO Forestry Paper - 134). FAO, Rome.
Clark III, A. 1979. Suggested Procedures For Measuring Tree Biomass And Reporting Free Prediction Equations . Proc. For. Inventory Workshop, SAF-IUFRO. Ft. Collins,Colorado: 615-628
Departemen Kehutanan RI. 2009. Manual Kehutanan. IPB Press. Bogor.
Hairiah, K., Sitompul, S.M., Van Noordwijk, M. and Palm, C. 2001. Methods For Sampling Carbon Stoks Above and Below Ground. ICRAF Sountheast Asia. Bogor.
Haygreen JG dan Bowyer JL. 1982. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar. Hadikusumo SA. Penerjemah; prawirohatmodjo S, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada.
Heddy, S., S.B Soemitro, dan S. Soekartomo. 1986. Pengantar Ekologi. Penerbit Rajawali. Jakarta.
Indriyani Y. 2011. Pendugaan Simpanan Karbon Di areal Hutan Bekas Tebangan PT Ratah Timber Kalimantan Timur [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.
Junaidi, W. 2009. Peran Hutan Sebagai Penyerap Karbon.
Kuncahyo, B. 1991. Analisis regresi dengan MINITAB. Laboratorium Biometrika Hutan jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. IPB Press. Bogor.
Odum, E. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan oleh Tjahjono samingan dari buku Fundamentals Ecology. UGM Press. Yogyakarta
Poerwowidodo. 1990. Gatra Tanah dalam Pembangunan HTI. Rajawali Press. Jakarta.
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 2004. Overview PT TPL. Porsea-Sumatera Utara. Purwitasari H. 2011. Model Persamaan Alometrik Biomassa Dan Massa Karbon
Pohon Akasia Mangium (Acacia mangium Willd) (Studi Kasus pada HTI Akasia mangium di BKPH Parung Panjang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III, jawa Barat dan Banten) [skripsi]. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soemarwoto, O. 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Sutisna, U. T. Kalima dan Purnadjaja. 1998. Pedoman Pengenalan Pohon Hutan di Indonesia. Disunting oleh Soetjipto, N. W dan soekotjo. Yayasan Porsea Bogor dan Pusat Diklat pegawai & SDM Kehutanan. Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jenis Tumbuhan Bawah
Umur PU Tumbuhan bawah
Jenis Jlh
0 1
2
3
• Rumput kancing ungu (Borreria laevis) • Rumput belulang (Eleusine indica) • Aur-aur (Commelina diffusa)
• Ngadi renga (Stachytarpheta indica) • Rumput telor belalang
(Sporobulus diander) • Aur-aur (Commelina diffusa)
• Ngadi renga (Stachytarpheta indica) • Rumput kancing ungu (Borreria laevis) • Rumput belulang (Eleusine indica) • Aur-aur (Commelina diffusa)
• Ngadi renga (Stachytarpheta indica)
15 10 7 8 4 8 8 8 4 5 5
1 1
2
3
• Putihan (Hyptis rhomboidea) • Rumput belulang (Eleusine indica) • Putri malu (Mimosa pudica) • Rumput teki (Cyperus kyllingia)
• Rumput kancing ungu (Borreria laevis) • Putihan (Hyptis rhomboidea)
• Rumput belulang (Eleusine indica) • Putri malu (Mimosa pudica) • Rumput teki (Cyperus kyllingia) • Rumput teki (Cyperus kyllingia) • Putri malu (Mimosa pudica) • Putihan (Hyptis rhomboidea) • Rumput belulang (Eleusine indica)
2 1
2
3
• Pakis kadal (Cyclosorus aridus) • Tampua (Ageratum conyzoides) • Akar kala (Clidemia hirta)
• Rumput rawa (Ottochloa nadosa) • Rumput rawa (Ottochloa nadosa) • Tampua (Ageratum conyzoides) • Pakis kadal (Cyclosorus aridus) • Akar kala (Clidemia hirta)
• Rumput kancing ungu (Borreria laevis) • Tampua (Ageratum conyzoides)
• Pakis kadal (Cyclosorus aridus) • Rumput rawa (Ottochloa nadosa) • Akar kala(Clidemia hirta)
• Rumput kancing ungu (Borreria laevis) 4 4 4 5 2 3 2 1 1 1 1 2 2 1
3 1
2
3
• Putihan (Hyptis rhomboidea)
• Rumput kancing ungu (Borreria laevis) • Tampua (Ageratum conyzoides)
• Rumput rawa (Ottochloa nadosa) • Pakis kadal (Cyclosorus aridus)
• Putihan (Hyptis rhomboidea)
• Rumput kancing ungu (Borreria laevis) • Tampua (Ageratum conyzoides)
• Pakis kadal (Cyclosorus aridus)
• Putihan (Hyptis rhomboidea)
• Rumput kancing ungu (Borreria laevis) • Tampua (Ageratum conyzoides)
• Rumput rawa (Ottochloa nadosa) • Pakis kadal (Cyclosorus aridus)
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Kadar Air dan Biomassa Tumbuhan Bawah
Umur (tahun) PU
Bagian Tumbuhan (gr) Kadar Air (%) Biomassa (%)
Biomassa Total (gr)
Biomassa total (ton)
Batang Daun Akar
Batang Daun Akar Batang Daun Akar
BBt BBc BKc BBt BBc BKc BBt BBc BKc
0
1 554 109.08 80.1 330 72.72 16.2 116 18.2 10.1 36.2 348.9 80.2 406.82 73.51 64.37 544.70 0.00054
2 671 112.7 81.5 312 70.96 15.7 217 16.34 9.3 38.3 352.0 75.7 485.24 69.03 123.51 677.78 0.00068
3 486 99.2 62.7 290 85.34 18.2 124 15.46 9.1 58.2 368.9 69.9 307.18 61.85 72.99 442.01 0.00044
Total 0.00166
1
1 745 108.32 79.2 486 75.55 17.2 269 16.13 9.1 36.8 339.2 77.3 544.72 110.64 151.76 807.12 0.00081
2 1347 115.21 86.2 438 65.7 11.9 415 12.09 8.6 33.7 452.1 40.6 1007.82 79.33 295.20 1382.36 0.00138
3 1560 119.01 85.4 721 68.33 12.7 719 12.66 8.7 39.4 438.0 45.5 1119.44 134.01 494.10 1747.54 0.00175
Total 0.00394
2
1 1425 111.7 75.1 467 44.22 7.21 508 44.01 19.4 48.7 513.3 126.9 958.08 76.14 223.93 1258.15 0.00126
2 1460 115.05 87.9 468 36.76 5.7 572 48.19 21.2 30.9 544.9 127.3 1115.46 72.57 251.64 1439.67 0.00144
3 634 109.3 76.8 254 44.57 9.7 112 46.13 20.2 42.3 359.5 128.4 445.48 55.28 49.04 549.81 0.00055
Total 0.00325
3
1 2160 127.27 99.1 980 32.73 9 1030 40 25.3 28.4 263.7 58.1 1681.90 269.48 651.48 2602.86 0.00260
2 768 113.67 82.8 450 28.83 7.4 282 37.5 15.4 37.3 289.6 143.5 559.43 115.50 115.81 790.74 0.00079
3 3980 139.2 108.4 975 26.4 4.9 1445 34.4 21.9 28.4 438.8 57.1 3099.37 180.97 919.93 4200.26 0.00420
Total 0.00759
JUMLAH 11730.94 1298.32 3413.75 16443.01 0.01644
RATA-RATA 38.21 392.41 85.86
Keterangan :
BBt: Berat Basah Total 1 gr = 1/106 ton
BBc: Berat Basah contoh 1 m2 = 1/ 104 ha
Lampiran 3. Hasil Perhitungan Kadar Air dan Biomassa Pada Serasah
Umur
(tahun) PU
Serasah (gr) Kadar Air
(%)
Biomassa (gr)
Biomassa (ton)
BBt BBc BKc
0
1 4.0 4.0 3.3 21.21 3.30 0.0000033
2 3.7 3.7 2.8 32.14 2.80 0.0000028
3 4.0 4.0 3.2 25.00 3.20 0.0000032
Total 9.30 0.00001
1
1 250.0 100.0 67.5 48.15 168.75 0.00017
2 250.0 100.0 67.3 48.59 168.25 0.00017
3 200.0 100.0 67.3 48.59 134.60 0.00013
Total 471.60 0.00047
2
1 3800.0 100.0 79.8 25.31 3032.40 0.00303
2 4000.0 100.0 79.8 25.31 3192.00 0.00319
3 4500.0 100.0 79.9 25.16 3595.50 0.00360
Total 9819.90 0.00982
3
1 9200.0 100.0 90.2 10.86 8298.40 0.00830
2 7800.0 100.0 89.9 11.23 7012.20 0.00701
3 250.0 100.0 90.1 10.99 225.25 0.00023
Total 15535.85 0.01554
Total Semua Umur 25836.65 0.02584
Keterangan :
BBt: Berat Basah Total 1 gr = 1/106 ton
BBc: Berat Basah contoh 1 m2 = 1/ 104 ha
Lampiran 4. Dokumentasi Jenis Tumbuhan Bawah
Rumput rawa (Ottochloa nadosa) Akar Kala (Clidemia hirta)
Pakis Kadal (Cyclosorus aridus) Tampua (Ageratum conyzoides)
Rumput Belulang (Eleusine indica) Ngadi Renga (Stachytarpheta indica)