• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Cara Penghitungan Pajak Bumi Dan Bangunan Sektor Perkebunan Di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tata Cara Penghitungan Pajak Bumi Dan Bangunan Sektor Perkebunan Di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR TENTANG

TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKEBUNAN DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

(PERSERO) O

L E H

NAMA : DINDA KHAIRUNNISA NIM : 082600048

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim….

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, kesehatan, keselamatan, dan kemudahan sehingga penulis dengan penuh rasa syukur dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madia (A.Md). Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “Tata Cara Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan Di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)”.

Penulis masih menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan disebabakan keterbatasan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang dimiliki terbatas. Penyusunaan Tugas Akhir ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan dari berbagai pihak yang telah begitu banyak membantu, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kepada yang tersayang kedua Orang Tua penulis Ayahanda Alm. Hasdi Sitorus dan Ibunda Anisyah, BA yang telah memberikan kasih sayang yang melimpah kepada penulis serta mendukung penulis baik secara moril maupun materil sejak masih kecil hingga sekarang.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Diploma III

Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(3)

6. Kedua Abang dan Kakak penulis, Dian Al-Hakiki Sitorus, ST, Anggian Rezky Alhas, dan Ilaika Hafni. Terima kasih buat semangat dukungan dan nasehat yang diberikan dan telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

7. Sahabat-sahabatku yang gokil abiez selama perkuliahan (wa’ Lily, wa’ Desi dan wa’ Liday) yang selalu mengisi hari-hariku dengan kejerihpayahan eeh salah denk maksudnya canda tawa. Sukses ya best friend untuk kita, dan enggak lupa juga buat teman-teman kost gang Cipta senasib sepenanggungan, sobat-sobatku ketika SMP dan SMA doeloe, makasih do’anya ya.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyusunan dan penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Laporan tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juni 2011

Penulis

Dinda Khairunnisa

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan MandirI... 4

C. Uraian Teoritis………... 6

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Kapangan Mandiri... 11

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 11

F. Metode Pengumpulan Data ... 13

F. Sistematika Penulisan Laporan PKLM... 14

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) A. Sejarah Singkat PTPN IV………... 17

B. Unit-unit Usaha PTPN IV………... 19

C. Struktur Organisasi PTPN IV…………...…………... 22

D. Kegiatan dan Usaha Pokok Perusahaan……... 24

E. Strategi Perusahaan……….…………...……. 26

(5)

BAB III GAMBARAN UMUM PBB Sektor Perkebunan

A. Pengertian Umum Tentang Pajak…... 36

1. Pengertian Pajak………. 36

2. Fungsi Pajak……… 37

3. Pengelompokan Pajak……… 37

B. Pengertian PBB………….……….. 39

1. Pengertian Umum PBB……….. 39

2. Subjek dan Wajib PBB………...…… 39

3. Objek PBB……….. 39

4. Pengecualian Objek Pajak………....……….. 41

5. NJOP………... 42

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA A. Dasar Pengenaaan PBB……….………. 55

1. Pengertian yang Berhubungan dengan PBB……… 56

2. Tarif PBB Sektor Perkebunan Di PTPN IV……… 57

3. Pendataan dan Penilaian Objek PBB……….. 58

B. Tata Cara Penghitungan PBB……..……….... 61

(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 71

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan

Dalam rangka meningkatkan pendidikan bagi mahasiswa maka diadakan

suatu usaha yang telah disusun dengan kurikulum dengan syarat-syarat untuk

menyelesaikan suatu program pendidikan yaitu dengan mengikuti dan

melaksanakan Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Hal ini bertujuan untuk

menghubungkan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja yang sesungguhnya.

Universitas Sumatera Utara sebagai lembaga pendidikan formal akan

melahirkan lulusan yang akan menghadapi dunia kerja untuk meningkatkan

kualitas para lulusannya. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi

Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara, mengadakan

Praktik Kerja Lapangan Mandiri untuk semua mahasiswa melakukan praktek

kerja secara langsung disuatu lembaga, instansi maupun perusahaan yang ada di

kota Medan maupun daerah lainnya.

Universitas Sumatera Utara merupakan wujud nyata salah satu lembaga

pendidikan tinggi di Indonesia yang lebih menekankan pada pendidikan terampil

dan pengalaman kerja dengan melakukan tugas-tugas perkantoran yang

sesungguhnya. Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini akan menjadi modal dan

pedoman yang baik bagi penulis yang akan menghadapi dunia kerja.

Negara Republik Indonesia yang kehidupan rakyat dan perekonomiannya

(8)

terkandung di dalamnya mempunyai fungsi penting dalam membangun

masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang 1945.

Oleh sebab itu, kekayaan alam yang ada di bumi ini yang dimiliki oleh negara dan

dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. Orang ataupun badan yang memperoleh

manfaat atas bumi dan atau banngunan tersebut harus memberikan kontribusi

kepada negara. Iuran tersebut adalah pajak yang digunakan untuk membiayai

pembangunan di segala sektor, bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Di negara-negara yang sedang berkembang, pelaksanaan pembangunan

merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Peran

serta pemerintah dan aparatnya sangatlah penting. Pembangunan merupakan

tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan seluruh lapisan masyarakat.

Masyarakat harus ikut serta dalam proses pembangunan tersebut.

Salah satu jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah adalah Pajak Bumi

dan Bangunan. Pajak Bumi dan Bangunan dikenakan terhadap semua lapisan

masyarakat yang memperoleh manfaat atas bumi dan atau bangunan. Pajak Bumi

dan Bangunan mulai berlaku pada tahun 1986 berdasarkan Undang-undang No.12

Tahun 1985 dan kemudian diubah menjadi Undang-undang No. 12 Tahun 1994

yang mulai berlaku sejak Januari 1995.

Pajak Bumi dan Bangunan terbagi ke dalam beberapa sektor, salah satunya

adalah sektor perkebunan. Setiap orang pribadi ataupun badan yang menjalankan

(9)

Bangunan tersebut penggunaannya adalah untuk kepentingan pembangunan

sarana dan prasarana di wilayah tersebut.

Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan merupakan salah satu

pendapatan yang besar bagi pemerintah. Hasil pengenaan Pajak Bumi dan

Bangunan sektor Perkebunan sangat membantu dalam percepatan Pembangunan

Daerah. Wilayah Perkebunan yang ada di tanah air sangat luas dan merupakan

usaha yang produktif, jadi wajar bila setiap wilayah perkantoran dikenakan Pajak

Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan.

Oleh sebab itu, sesuai dengn tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri,

penulis mengangkat judul “ Tata Cara Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan

(10)

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam melaksanakan Praktik

Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui dasar penetapan Pajak Bumi dan Bangunan sektor

Sektor Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV(Persero).

b. Untuk mengetahui Tata Cara Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan

sektor Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV(Persero).

c. Untuk mengetahui Prosedur Penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak

Terutang (SPPT) Sektor Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara

IV(Persero).

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1Bagi Mahasiswa

a. Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dapat dijadikan sebagai

wadah dalam pengembangan Ilmu dan memperluas wawasan

mengenai Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perkebunan.

b. Agar dapat menerapkan teori-teori yang didapat selama perkuliahan

khususnya tentang Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perkebunan.

c. Dengan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini

dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mempersiapkan dirinya

menjadi mahasiswa yang siap memasuki lingkungan kerja yang

(11)

pengalaman-pengalaman lingkungan kerja dalam melakukan Praktik Kerja

Lapangan Mandiri (PKLM) tersebut.

2.2Bagi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

a. Sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan antara instansi dengan

dunia pendidikan sehingga instansi tersebut dapat mengetahui tingkat

perkembangan ilmu pengetahuan di lembaga Pendidikan khususnya

Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

b. Mendapat masukan dan saran akademik untuk peningkatan

Produktivitas PT. Perkebunan Nusantara IV.

2.3Bagi Universitas

a. Dapat memperkenalkan sumber daya manusia Universitas Sumatera

Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara..

b. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi

Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara dengan instansi yang bersangkutan khususnya di Kantor PT.

Perkebunan Nusantara IV (Persero).

c. Mendapat masukan dan saran untuk evaluasi, refisi dan

penyempurnaan kurikulum yang berlaku di Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajaknan Fakultas Ilmu Sosial dan Imu Politik

(12)

2.4Bagi Masyarakat

a. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat agar menjadi masyarakat

yang sadar dan taat pajak.

b. Memberitahukan kepada masyarakat tentang pentingnya pajak untuk

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, khususnya pajak bumi dan

bangunan yang mempunyai andil besar dalam penerimaan pajak

Negara.

C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak

a. Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.

b. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H

Pajak adalah perlihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara

untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk

public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public

(13)

2. Fungsi pajak a. Funsi Budgetair

b. Fungsi regulasi

3. Pengelompokan Pajak 1. Menurut Golongannya

a. Pajak Langsung

b. Pajak Tidak Langsung.

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif

b. Pajak Objektif

3. Menurut Lembaga Pemungutnya

a. Pajak Pusat

b. Pajak Daerah

Pajak Daerah Tebagi Atas Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/

KotaMadya

4. Pajak Bumi dan Bangunan

4.1 Pengertian Umum Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak Bumi dan Bangunan adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap

bumi dan atau bangunan berdasarkan undang-undang Nomor 12 Tahun 1985

tentang pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan

(14)

4.2 Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Yang menjadi objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah Bumi dan atau

Bangunan.

4.3 Pengecualian Objek Pajak

a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak

mencari keuntungan.

b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis

dengan itu.

c. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wista, taman nasional,

tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang

belum dibebani suatu hak.

d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan azas

perlakuan timbale balik.

e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi yang ditentukan oleh

Menteri Keuangan.

4.4 Subjek Pajak dan Wajib Pajak

a. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata

mempunyai suatu hak atas bumi, memperoleh manfaat atas bumi,

memiliki, menguasai atas bangunan dan atau memperoleh manfaat atas

bangunan.

b. Wajib pajak adalah subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar

(15)

4.5 Tata Cara Pendaftaran dan Sanksi Pajak Bumi dan Bangunan

a. Tata Cara Pendaftaran Pajak Bumi dan Bangunan

b. Sanksi Pajak Bumi dan Bangunans terbagi atas Sanksi Administrasi dan

Sanksi Pidana.

4.6 Surat pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Surat Pemberitahuan

Pajak Terutang (SPPT)

a. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

Sebagai sarana bagi wajib pajak untuk mendaftarkan objek pajak yang

akan dipakai sebagai dasar untuk menghitung Pjak Bumi dan Bangunan

yang terutang

b. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang

Surat Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bnguan

(KPPBB) mengenai pajak yang terutang dalam 1 (satu) tahun pajak.

4.7 Bumi dan atau Bangunan terbagi atas 5 (Lima) sektor.

a. Pedesaan

b. Perkotaan

c. Perkebunan.

d. Perhutanan.

(16)

Dalam laporan ini penulis membahas tentang Pajak Bumi dan Bangunan

sektor Perkebunan, yaitu objek pajak Pajak Bumi dan Bangunan yang

digunankan untuk pengusahaan Tanaman Perkebunan dengan luas paling

sedikit 2 (dua) hektar (termasuk emplasemen)

4.8 Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan.

Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan hasil

penjumlahan antara perkalian luas areal perkebunan dengan nilai jual objek pajak

bumi permeter persegi dan perkalian luas bangunan dengan nilai jual objek pajak

bangunan permerter persegi

4.9 Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan.

a. Bumi, terdiri dari: areal produktif, areal belum produktif, areal

emplasemen, areal lainnya

b. Bangunan.

4.10 Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan

Dalam penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan sektor perkebunan tarif

yang dikenakan yaitu 40% (empat puluh persen)

Rumus Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan

(17)

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi ruang lingkup prakik kerja lapangan mandiri yaitu

melakukan pengumpulan data yang menyangkut tata cara penghitungan

Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perkebunan di PT. Pekebunan Nusantara IV

(Persero) dimulai dari:

1. Dasar penetapan pajak bumi dan bangunan sektor perkebunan di PT.

Perkebunan Nusantara IV (Persero)

2. Tata cara penghitungan pajak bumi dan bangunan sektor perkebunan di

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

3. Prosedur penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) sektor

Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi

sesuaidengan metode yang digunakan , maka tahapannya adalah sebagai

berikut:

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut

Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, mulai dari pengajuan judul,penentuan

judul, tempat praktik kerja lapangan mandiri, mencari bahan untuk

(18)

2. Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data-data yang menyangkut masalah yang akan

dibahas melalui sumber bacaan seperti : buku perpajakan, Undang-undang

Perpajakan, artikel ilmiah maupun literatur yang berhubungan dengan

objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

3. Observasi Lapangan

Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan/pengamatan secara

langsung pada objek praktik kerja lapangan dan meninjau secara langsung

kondisi serta keadaan objek tempat pelaksanaan kegiatan untuk

mengetahui sistem kerja yang berlaku pada PT. Perkebunan Nusantara IV

(Persero).

4. Pengumpulan Data

Dalam tahap ini penulis mengumpulkan data melalui dua cara yaitu data

primer dan data sekunder.

Data Primer adalah data yang diperoleh dari pihak-pihak yang memahami

dan menguasai objek kajian dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi yang mendukung

laporan penyajian Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan

menganalisa dan mengevaluasi data secara kualitatif yang kemudian akan

(19)

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1. Daftar Pertanyaan

Dalam metode ini penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan

langsung kepada para pegawai yang dianggap mampu memberikan

masukan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan

laporan.

2. Daftar Observasi

Dalam metode ini penulis melakukan pengamatan langsung ke

lapangan untuk melakukan peninjauan dengan cara mengamati,

mendengar serta mencatat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

permasalahan yang menjadi objek penelitian.

3. Daftar Dokumentasi

Dalam tahap ini penulis berusaha mengumpulkan dokumen-dokumen

atau data-data pendukung mengenai pajak dan bangunan sektor

(20)

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai Latar

Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandri, Tujuan dan

Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Ruang Lingkup

Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja

Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data Praktik

Kerja Lapangan Mandiri, dan Sistematika Penulisan

Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK

KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini penilis menguraikan sejarah singkat PT.

Perkebunan Nusantara IV (Persero), Struktur Organisasi,

Kegiatan dan Usaha Pokok Perusahaan, serta Strategi

(21)

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

SEKTOR PERKEBUNAN

Dalam bab ini penulis memaparkan tentng data yang

berkaitan dengan Pajak Bumi dan Bangunan mulai dari

pengertian Umum Tentang Pajak, Pengertian Pajak Bumi

dan Bangunan, Tata Cara Pendaftaran dan Sanksi Pajak

Bumi dan Bangunan, Surat Pemberitahuan Objek Pajak

(SPOP), dan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan menganalisa tentang Dasar

Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan,

Pendataan dan Penilaian Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Sektor Perkebunan, Tata Cara Penghitungan Pajak Bumi

dan Bangunan Sektor Perkebunan, Prosedur Penyampaian

Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), Faktor

Penghambat PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) dalam

penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor

(22)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang

kesimpulan dan saran selama melaksanakan Praktik Kerja

Lapangan Mandiri (PKLM)

DAFTAR PUSTAKA

(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)

A. Sejarah Singkat PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) merupakan Badan Usaha

Milik Negara bidang perkebunan yang berkedudukan di Medan, Provinsi

Sumatera Utara. Pada umumnya perusahaan-perusahaan perkebunan di

Sumatera Utara memiliki sejarah panjang sejak zaman Belanda.

Pada awalnya keberadaan perkebunan ini merupakan milik

maskapai Belanda yang dinasionalisasi pada tahun 1959, dan selanjutnya

berdasarkan kebijakan Pemerintah telah mengalami beberapa kali

perubahan organisasi sebelum akhirnya menjadi PT. Perkebunan

Nusantara IV (Persero).

Pada tahun 1985 sesuai Undang-undang Nomor 86 Tahun 1958,

perusahaan-perusahaan swasta asing (Belanda) seperti HVA dan RCMA

dinasionalisasikan oleh Pemerintah Repulik Indonesia dan kemudian

dilebur menjadi Persahaan Milik Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 1959. Selanjutnya pada tahun 1967 Pemerintah

melakukan pengelompokkan menjadi Perusahaan Terbatas Persero,

dengan nama resmi PT. Perkebunan I s.d. IX (Persero)..

Pada tahun 1994 PTP VI, VII, dan VIII digabung dalam kelompok

(24)

Tahun 1996 semua PTP yang ada di Indonesia dikelompokkan kembali

melalui penggabungan dan pemisahan proyek-proyek yang melahirkan PT.

Perkebunan Nusantara (PTPN-I s.d. PTPN-XIV).

Terhitung sejak 11 Maret 1996, gabungan PTP VI, VII, dan VIII

diberi nama PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero), yang kini berkantor

Pusat di Jalan Letjend Soeprapto Nomor 2 Medan.

Visi

Menjadi pusat keunggulan pengelolaan perusahaan agroindustri kelapa

sawit dengan tata kelola perusahaan yang baik serta berwawasan

lingkungan.

Misi

1. Menjamin keberlanjutan usaha yang kompetitif.

2. Meningkatkan daya saing produk secara berkesinambungan dengan

sistem, cara dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya

kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan

efisiensi.

3. Meningkatkan laba secara berkesinambungan.

4. Mengelola usaha secara profesional untuk meningkatkan nilai

perusahaan yang mempedomani etika bisnis dan tata kelola perusahaan

yang baik (GCG).

5. Meningkatkan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

6. Melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah

(25)

B. Unit-unit Usaha PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) s.d. Bulan April 2010

Di bawah ini merupakan Unit Usaha yang dikelola PTPN IV, yaitu

sejumlah 38Unit Usaha, terletak di 10 Daerah Kabupaten/Kota dalam satu

Provinsi Sumatera Utara.

NAMA UNIT USAHA BUDIDAYA/KEGIATAN LOKASI

-Kantor Pusat Medan

- Kantor Perwakilan Jakarta

-Group Unit Usaha I 1. Kebun Bah Jambi

2. Kebun Balimbingan

3. Kebun Tonduhan

4. Kebun Pasir Mandoge

5. Kebun Sei Kopas

6. Kebun Dolok Sinumbah

7. Kebun Marihat

-Group Unit Usaha II 1. Kebun Gunung Bayu

2. Kebun Mayang

3. Kebun Bukit Lima

4. Kebun Dolok Ilir

5. Kebun Laras

Pusat Badan Usaha

Perwakilan

Kelapa Sawit + PMS

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit + PMS

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit + PMS

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit + PMS

Kelapa Sawit + PMS

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit + PMS

(26)

6. Kebun Tanah Itam Ulu

-Group Unit Usaha III 1. Kebun Pabatu

2. Kebun Adolina

3. Kebun Air Batu

4. Kebun Tinjowan

5. Kebun Padan Maatinggi

6. Kebun Aek Nauli

7. Kebun Sawit Langkat

-Group Unit Usaha IV 1. Kebun Pulu Raja

2. Kebun Berangir

3. Kebun Ajamu

4. Kebun Meranti Paham

5. Kebun Sosa

6. PKS Sosa

-Group Unit Usaha V 1. Kebun Marjandi

2. Kebun Bah Birung Ulu

3. Kebun Bah Butong

4. Kebun Sidamanik

5. Kebun Tobasari

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit + PMS + PPIS

Kelapa Sawit + PMS

Kelapa Sawit + PMS

Kelapa Sawit + PMS

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit + PMS

Kelapa Sawit + PMS

Kelapa Sawit + PMS

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit

Pabrik Minyak Sawit

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit

Teh + Pabrik Teh

Teh + Pabrik Teh

Teh + Pabrik Teh

Kabupaten Asahan

Kabupaten Serdang Begadei

Kabupaten Serdang Begadei

Kabupaten Asahan Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun Kabupaten Langkat Kabupaten Asahan

Kabupaten Labuhab Batu

Kabupaten Labuhab Batu

Kabupaten Labuhab Batu

Kabupaten Tapanuli Selatan

Kabupaten Tapanuli Selatan

Kabupaten Simalungun

Kabupaten Simalungun

Kabupaten Simalungun

Kabupaten Simalungun

(27)

-Group Unit Usaha VI 1. Rumah Sakit Laras

2. Rumah Sakit Pabatu

3. Rumah Sakit Balimbingan

-Pengembangan 1. Proyek Panai Jaya

2. Proyek Timur

3. Proyek Balap

4. Proyek Plasma Madina

PMT Dolok Ilir

Unit Kesehatan

Unit Kesehatan

Unit Kesehatan

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit

Perakitan/Erection Pabrik

Kabupaten Simalungun

Kabupaten Serdang Begadei

Kabupaten Simalungun

Kabupaten Labuhan Batu

Kabupaten Mandailing Natal

Kabupaten Mandailing Natal

Kabupaten Mandailing Natal

(28)

C. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Sesuai Surat Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor

Kep-133/MBU/2006 tanggal 27 Desember 2006, terdapat perubahan struktur

organisasi ditingkat Direktorat yaitu Penghapusan Direktorat Pemasaran

dan Pembentukan Baru Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha.

Untuk kegiatan Operasional, perusahaan tetap mempertahankan

unit-unit usaha yang ada dengan penambahan beberapa unit-unit usaha khusus di

daerah proyek pengembangan yaitu Proyek Pengembangan Panai Jaya

(PAJ), Proyek Pengembangan Madina (Timur dan Balap), serta Proyek

Pengembangan Revitalisasi Perkebunan di Rakyat Madina (Plasma

(29)

s

Struktur Organisasi PT. Perkebunan IV (Persero)

Rups

Bagian SDM

Direktur SDM/ UMUM

Anak Perusahaan Komisaris

Direktur Perenc & Pengemb Usaha Bagian Umum RUPS Direktur Utama Direktur Keuangan Direktur Produksi

Bagian Hukum & Pertanian Bagian Pengadaan Bagian Perencanaan Bagian Pengemb. Usaha Bagian PKBL Bagian Keuangan Bagian Akuntansi Bagian Pemasaran Bagian Tanaman Bagian Pengolahan Bagian Teknik Bagian Sekretsris Perusahaan Bagian SPI

GUU V GUU VI

GUU IV GUU III

GUU II GUU I

Unit R. Sakit 1.R.S Laras 2.R.S Pabatu 3.R.S

Balimbingan

Unit K. Sawit 1. Bah Birung 2. Marjandi Unit Teh 1. Sidamanik 2. Bah Butong Tobasari

Unit K. sawit 1. Berangir 2.Puluraja 3.Ajamu 4.Meranti

paham 5. Sosa 6.PKS Sosa Unit K.Sawit

1. Airbatu 2.Adolina 3.Pabatu 4.Tinjowan 5.Padang

Matinggi 6.Aek Nauli 7.Sawit Langkat Unit K. Sawit

1.Dolok Ilir 2.Laras 3.Gunung Bayu 4.Mayang 5.Bukit Lima 6.Tanahitam Ulu

PMT Dolok Ilir

K.P. Jakarta Proyek Panai Jaya

Proyek Timur

Proyek Balap

Plasma Madina Unit K. Sawit

1.Bahjambi 2.Marihat 3.Dolok

Sinumbah 4.Tonduhan 5.Pasar Mandoge 6.Sei Kopas 7.Balimbingan

Universitas

Sumatera

(30)

D. Kegiatan Dan Usaha Pokok Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) adalah Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang usaha agroindustri. PTPN IV

mengusahakan perkebunan dan pengolahan komoditas kelapa sawit dan

teh yang mencakup pengolahan areal dan tanaman, kebun, bibit dan

pemeliharaan tanaman menghasilkan, pengolahan komoditas menjadi

bahan baku berbagai industri, pemasaran komoditas yang dihasilkan dan

kegiatan pendukung lainnya.

Memiliki 35 Unit Usaha dan 3 Proyek Pengembangan Kelapa

Sawit, yang tersebar di 9 kabupaten, yaitu Kabupaten Langkat, Deli

Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Padang

Lawas, Batubara, dan Mandailing Natal.

Mengelola 15 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan kapasitas total

560 ton Tandan Buah Segar (TBS) per jam, 3 Pabrik Teh dengan kapasitas

total 226 ton Daun Teh Basah (DTB) per hari, dan 1 Pabrik Pengolahan

Inti Sawit dengan kapasitas 400 ton per hari. PTPN IV juga didukung 1

unit perbengkelan Pabrik Mesin Tenera (PMT) Dolok Ilir dan 3 Unit

(31)

Kegiatan usaha lainnya yang dikelola Perusahaan, antara lain :

1. Pabrik Kompos

Perusahaan telah membangun 2 (dua) unit Pabrik Kompos dengan

memanfaatkan limbah padat berupa tandan kosong kelapa sawit

sebagai bahan baku produk di Unit Kebun Dolok Sinumbah yang

selesai dibangun pada tahun 2005 dan Unit Kebun Pulu Raja selesai

dibangun tahun 2006. Pada tahun 2009 telah dibangun 1 (satu) unit

Pabrik Kompos di Unit Kebun Dolok Ilir dan Teknologi Bio Smart.

2. Tanaman Jagung

Sesuai dengan Penugasan Pemegang Saham dan sebagai wujud

dukungan terhadap Progaram Ketahanan Pangan Nasional, Perusahaan

turut serta melakukan penanaman jagung di areal-areal yang sementara

belum dimanfaatkan, seperti areal TTAD (Tahun Tanam Akan Datang)

dan persiapan TU (Tanam Ulang). Program ini dilaksanakan dengan

mengikutsertakan peran warga masyarakat terutama yang berdomisili

di sekitar Unit Kebun PTPN IV

3. Kebun Benih Kelapa Sawit

Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan bibit kelapa sawit yang

berkualitas maka pada tahun 2009 perusahaan membuat pembibitan

kelapa sawit dengan memanfaatkan areal seluas 150 Ha pada Unit

(32)

E. Strategi Perusahaan

Strategi yang akan dilaksanakan adalah meningkatkan kinerja

perusahaan melalui upaya peningkatan pengendalian biaya dan

produktifitas sumber-sumber yang tersedia.

A. Direktorat Produksi

1) Bidang Tanaman

a. Meningkatkan produktivitas tanaman (Kelapa Sawit dan Teh)

dengan pemeliharaan, kebijakan pemupukan, dan panen yang

benar.

b. Perluasan Areal Kelapa Sawit dengan penambahan Hasil Guna

Usaha.

2) Bidang Pengolahan

a. Melaksanakan proses pengolahan dengan menerapkan Standart

Operating Procedure (SOP) secara benar dan konsekuen.

b. Mengoptimalkan kapasitas Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan

melakukan pembelian Tandan Buah Segar (TBS) Pihak III.

c. Meningkatkan mutu produk yang dihasilkan untuk setiap

komoditi (Kelapa Sawit dan Teh).

3) Bidang Teknik

a. Melaksanakan pemeliharaan mesin-mesin dan instalasi pabrik

secara konsisten sehingga kondisi setiap mesin dan instalasi

dalam keadaan Running Well/Top Performance/siap pakai.

(33)

c. Melaksanakan perbaikan atas mesin dan sarana pabrik.

B. Direktorat Keuangan

1) Bidang Keuangan

a. Mengendalikan Cash Flow Perusahaan.

b. Meningkatkan pengendalian pelaksanaan anggaran sesuai

Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).

c. Pengendalian biaya melalui Rencana Kerja Operasi (RKO).

d. Meningkatkan Sosialisasi dan Manajemen Perpajakan dan

Asuransi.

e. Mengawasi penggunaan dana Kredit sesuai peruntukannya.

2) Bidang Akuntansi

a. Penyempurnaan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan

berbasis Komputer yang andal dan akurat.

b. Peningkatan efektifitas pengendalian biaya yang sudah ada.

3) Bidang Pemasaran Hasil

a. Mempertahankan pasar yang telah ada.

b. Meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, pengujian, dan

sertifikasi.

c. Melakukan koordinasi dengan lembaga pemasaran dalam

rangka memperluas pasar dan mencari peluang pasar baru.

d. Meningkatkan komunikasi dengan pembeli dalam rangka

mempercepat pengapalan dan pembayaran atas kontrak

(34)

C. Direktorat Sumber Daya Manusia dan Umum

1) Bidang Sumber Daya Manusia (SDM)

a. Penyempurnaan struktur organisasi perusahaan yang sesuai

dengan kebutuhan agar dapat dicapai efisiensi dan efektifitas

kerja yang tinggi.

b. Menyempurnakan sistem imbal jasa yang lebih kompetitif dan

pada prestasi kerja.

c. Meningkatkan kualitas SDM dan disiplin kerja agar mampu

mengoptimalkan pemanfaatan tenaga kerja yang tersedia.

d. Menyusun man power planning untuk mengoptimalkan

pemanfaatan tenaga kerja yang tersedia.

e. Meningkatkan hubungan industrial, kesehatan dan K3

2) Bidang Umum/Hukum dan Pertahanan

a. Inventarisasi permasalahan yang belum terlaksana sesuai

jadwal.

b. Menindaklanjuti permasalahan yang belum selesai pada

waktunya.

c. Mempelajari kendala yang ada dalam permasalahan untuk

mencari jalan keluar yang terkoordinasi.

3) Bidang Pengadaan

a. Melaksanakan pengadaan barang dan jasa denhan harga yang

wajar, mutu terjamin, tepat waktu, jumlah sesuai kebutuhan

(35)

b. Mengendalikan harga beli barang dan jasa.

c. Mengendalikan persediaan barang/bahan.

d. Membina hubungan hubungan yang baik dengan seluruh mitra

kerja serta membina pengusaha kecil dan koperasi.

e. Melakukan cek harga pasar secara luas ke beberapa sumber

informasi sehingga Harga Perhitungan Sendiri (HPS) yang

diterbitkan dapat dipertanggungjawabkan.

f. Dalam memproses suatu objek pkerjaan, akan mengundang

para mitra kerja yang benar-benar memiliki kemampuan dan

keahlian sesuai kualifikasi dan sub bidangnya masing-masing.

D. Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha

1) Bidang Perencanaan

a. Mengadopsi inovasi dan melakukan kerjasama dengan strategy

partner .

b. Menciptakan inovasi secara mandiri.

c. Meningkatkan integrasi sistem informasi yang dimiliki

perusahaan (PTPN IV online).

d. Implementasi teknologi informasi untuk meningkatkan

efisiensi proses bisnis.

2) Bidang Pengembangan

a. Optimalisasi pengembangan usaha.

b. Meningkatkan peran dalam peningkatan efektifitas efisiensi

(36)

3) Bidang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)

a. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dan kebun

unit untuk penyaluran dan penagihan dana PKBL.

b. Mengalihkan Mitra Binaan yang berada di luar provinsi

Sumatera Utara kepada Badan Usaha Milik Negara lain.

c. Meningkatkan pelaksanaan evaluasi dan monitoring kepada

Mitra Binaan.

d. Melakukan penyuluhan hukum kepada Mitra Binaan dalam

membayar kembali pinjaman.

E. Sekretaris Perusahaan

a. Meningkatkan image perusahaan serta melaksanakan good

corporate governance (CGO).

F. Unit Kerja Penunjang

1) Bidang Kesehatan

a. Meningkatkan pelayanan kesehatan karyawan.

b. Mengadakan penyuluhan yang berkaitan dengan pemeliharaan

kesehatan.

(37)

F. KEBIJAKAN PERUSAHAAN

Untuk mencapai sasaran perusahaan yang telah ditetapkan maka

perusahaan menetapkan kebijakan-kebijakan dasar sesuai bidang

masing-masing sebagai berikut:

A. Direktorat Produksi

1) Bidang Tanaman

a. Menanam dengan bahan tanaman yang unggul.

b. Pemeliharaan tanaman dilaksanakan secara rutin dan

konsekuen.

c. Penyisipan yang konsisten dan berkesinambungan tetap

dilaksanakan. Untuk komoditi teh dilakukan penyisipan dengan

bibit tua berumur ±2 tahun.

d. Jenis dosis dan waktu pelaksanaan pemupukan merujuk pada

rekomendasi pemupukan.

e. Pemberian suplemen (OST, PHE, LCKS, Kompos dan Tandan

Kosong) sebagai substitusi pupuk anorganik dengan tujuan

untuk meningkatkan kesuburan tanah.

f. Kriteria matang panen TBS 5 tandan per piringan.

g. Sistem panen teh dengan mekanisasi (mesin petik).

h. Penggunaan pestisida nabati untuk pengendalian Organisasi

Penganggu Tanaman (OPT).

i. Melaksanakan penyerbukan bantuan di areal yang persentase

(38)

2) Bidang Pengolahan

a. Semua hasil produksi kebun yang dipanen setiap hari, harus

dapat diolah pada hari itu juga.

b. Pabrik hanya mengolah hasil produksi yang kualitasnya

memenuhi persyaratan mutu.

c. Mesin dan instalasi yang menjadi titik kritis dalam sistem

pengolahan akan menjadi objek pengawasan dan pengendalian

utama.

d. Setiap pabrik harus selalu siap beroperasi dengan kapasitas

nominalnya.

3) Bidang Teknik

a. Penggantian mesin-mesin dan peralatan pabrik agar

disesuaikan dengan jadwal dan memperhatikan masa manfaat.

b. Rehabilitasi/Penggantian sarana dan prasarana produksi lainnya

harus memperhatikan urgensinya.

c. Melaksanakan program penghematan energi secara optimal

dalam pengoperasian pabrik dan alat produksi lainnya.

B. Direktorat Keuangan

1) Bidang Keuangan

a. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ada dalam RKAP

mengacu pada RKO yang dibahas setiap tiga bulan.

b. Pelaksanaan investasi hanya dilakukan jika kondisi keuangan

(39)

c. Pelaksanaan pengawasan kredit perbankan dilakukan dengan

membuat daftar/skala prioritas seperti yang diarahakan oleh

konsultan.

2) Bidang Akuntansi

a. Mengoptimalkan kualitas hasil pekerjaan sesuai dengan

prinsip-prinsip Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan praktik

akuntansi yang lazim.

b. Meningkatkan kualitas pelaporan menjadi lebih cepat, lebih

akurat, dan lebih informatif.

3) Bidang Pemasaran

a. Memenuhi permintaan/order pembeli tepat waktu dengan mutu

sesuai ketentuan dan persyaratan yang tercantum dalam

kontrak.

C. Direktorat SDM dan Umum

1) Bidang Sumber Daya Manusia

a. Pendidikan dan latihan SDM dilakukan sesuai kebutuhan

perusahaan dengan mengutamakan sistem In House Training.

b. Penerimaan/rekrutmen pegawai dilaksanakan secara selektif

sesuai kebutuhan urgensi standar informasi.

2) Bidang Umum

a. Penyelesaian pekerjaan/urusan harus sesuai dengan peraturan

perusahaan dan norma-norma yang ada serta berpedoman

(40)

3) Bidang Pengadaan

a. Pengadaan barang dan bahan sesuai kebutuhan baik jumlah

maupun mutu.

b. Lavering tepat waktu.

c. Harga wajar.

d. Pengadaan barang dan jasa dilakukan sesuai peraturan

perusahaan yang berlaku dan berpedoman kepada RKAP.

D. Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha

1) Bidang Perencanaan

a. Objek kajian diarahkan untuk peningkatan produktifitas,

efisiensi, dan ramah lingkungan.

b. Mengembangkan Teknologi Informasi (TI) guna kepentingan

perusahaan.

2) Bidang Pengembangan

a. Pelaksanaan pengembangan Proyek Madina dan Panai Jaya

berpedoman kepada SPO

b. Mengoptimalkan pemanfaatan Teknologi Informasi.

3) Bidang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)

a. Penyaluran dana PKBL harus didasarkan pada kebutuhan

sesuai sasaran agar memberikan manfaat paling besar bagi

(41)

b. Membuat Surat Keputusan Bersama dengan BUMN lain dalam

rangka pengalihan Mitra Binaan di luar Provinsi Sumatera

Utara.

c. Penyaluran dana PKBL berdasarkan usulan unit kebun dan

ditetapkan kantor pusat berdasarkan usulan unit kebun dan

ditetapkan kantor pusat berdasarkan otoritas kebutuhan.

E. Unit Penunjang

1) Bidang kesehatan

a. Pengiriman pasien ke Rumah Sakit rujukan diupayakan

seminimal mungkin.

b. Pemakaian obat diupayaka seoptimal mungkin obat generik.

(42)

BAB III

GAMBARAN UMUM PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKEBUNAN

A. Pengertian Umum tentang Pajak 1. Pengertian Pajak

a. Menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2007

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

b. Menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH

Pajak adalah perlihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas

Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya

digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama

untuk membiayai public investment. ( Siti Resmi, 2007 : 1)

c. Menurut S. I. Djajadiningrat

Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari

kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian,

dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan

sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah

(43)

Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara

umum.

2. Fungsi Pajak a. Fungsi Budgetair

Pajak merupakan suatu alat untuk memasukkan uang

sebanyak-sebanyaknya ke kas Negara, yang pada waktunya nanti akan

digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara.

b. Fungsi Regulasi

Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk

mengatur atau melaksanakan kebijakan-kebijakan pemerintah

dalam bidang social dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan

tertentu di luar bidang keuangan.

3. Pengelompokan Pajak a. Menurut Golongannya

1. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul atau

ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat

dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain.

Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).

2. Pajak Tidak Langsung

Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan

kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung

terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan

(44)

penerahan barang atau jasa. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai

(PPN).

b. Menurut Sifat

1. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya

memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan

pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya. Contoh: Pajak

Penghasilan (PPh).

2. Pajak Objektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan

objeknya tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak

(Wajib Pajak). Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak

Bumi dan Bangunan (PBB).

c. Menurut Lembaga Pemungut

1. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara pada

umumnya. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak

Pertambahan Nilai (PPN), dan lain sebagainya.

2. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah

daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah

masing-masing.

Pajak Daerah terbagi atas:

a. Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan

Kendaraan di atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan

(45)

b. Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak

Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan

Jalan, dan lain sebagainya.

B. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

1. Pengertian Umum Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang

dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun

1994.

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan

dalam arti besarnya pajak terutang di tentukan oleh keadaan objek

yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang

membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.

2. Subjek dan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan

Yang menjadi subjek pajak adalah orang atau badan yang secara

nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat

atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh

manfaat atas bangunan.

Yang menjadi Wajib Pajak adalah Subjek Pajak yang dikenakan

(46)

3. Objek Pajak

Yang menjadi objek pajak adalah bumi dan/atau bangunan.

a. Bumi

Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di

bawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan

pedalaman (termasuk rawa-rawa, tambak, perairan) serta laut

wilayah Indonesia. Contohnya: sawah, ladang, kebun, tanah,

pekarangan, tambang, dan lain sebagainya.

b. Bangunan

Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan

secara tetap pada tanah dan/atau perairan.

Termasuk dalam pengertian bangunan adalah:

a. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks

bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya dan

lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan

tersebut

b. Jalan Tol

c. Kolam renang

d. Pagar mewah

e. Tempat olah raga

f. Galangan kapal, dermaga

g. Taman mewah

(47)

i. Fasilitas lain yang memberikan manfaat

c. Klasifikasi Objek Pajak

Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah

pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan

digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan

penghitungan pajak yang terutang.

Dalam menentukan klasifikasi bumi/tanah diperhatikan

faktor-faktor sebagai berikut:

a. Letak

b. Peruntukan

c. Pemanfaatan

d. Kondisii lingkungan dan lain-lain.

Dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan faktor-faktor

sebagai berikut:

a. Bahan yang digunakan

b. Rekayasa

c. Letak

(48)

4. Pengecualian Objek Pajak

Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah

objek pajak yang:

a. digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di

bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan

nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan

b. digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang

sejenis dengan itu

c. merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman

nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah

negara yang belum dibebani suatu hak

d. digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas

perlakuan timbal balik

e. digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional

yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

5. Nilai Jual Objek Pajak a. Dasar Pengenaan Pajak

Dasar pengenaan Pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak, yaitu harga

rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang tejadi secara

wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual

Objek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek

lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau nilai jual objek

(49)

Nilai Jual Objek Pajak meliputi nilai jual permukaan bumi (tanah,

perairan pedalaman, serta wilayah Indonesia) beserta kekayaan

alam yang berada di atas maupun di bawahnya, dan atau bangunan

yang melekat di atasnya.

b. Klasifikasi Nilai Jual Objek Pajak

Klasifikasi adalah pengelompokan nilai jual rata-rata atas

permukaan bumi berupa tanah dan/atau bangunan yang digunkan

sebagai pedoman untuk memudahkan penghitungan Pajak Bumi

(50)

Klasifikasi, Penggolongan dan Ketentuan Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah): Kelompok A

Klas Penggolongan

Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah) (Rp/M2)

Nilai Jual

Permukaan Bumi (Tanah) (Rp/M2)

1 2 3

1 > 3.000.000 s/d 3.200.000 3.100.000

2 > 2.850.000 s/d 3.000.000 2.925.000

3 > 2.708.000 s/d 2.850.000 2.779.000

4 > 2.573.000 s/d 2.708.000 2.640.000

5 > 2.444.000 s/d 2.573.000 2.508.000

6 > 2.261.000 s/d 2.444.000 2.352.000

7 > 2.091.000 s/d 2.261.000 2.176.000

8 > 1.934.000 s/d 2.091.000 2.013.000

9 > 1.789.000 s/d 1.934.000 1.862.000

10 > 1.655.000 s/d 1.789.000 1.772.000

11 > 1.490.000 s/d 1.655.000 1.573.000

12 > 1.341.000 s/d 1.490.000 1.416.000

13 > 1.207.000 s/d 1.341.000 1.274.000

14 > 1.086.000 s/d 1.207.000 1.147.000

15 > 977.000 s/d 1.086.000 1.032.000

16 > 855.000 s/d 977.000 916.000

17 > 748.000 s/d 855.000 802.000

(51)

19 > 573.000 s/d 655.000 614.000

20 > 501.000 s/d 573.000 537.000

21 > 426.000 s/d 501.000 464.000

22 > 362.000 s/d 426.000 394.000

23 > 308.000 s/d 362.000 335.000

24 > 262.000 s/d 308.000 285.000

25 > 223.000 s/d 262.000 243.000

26 > 178.000 s/d 223.000 200.000

27 > 142.000 s/d 178.000 160.000

28 > 114.000 s/d 142.000 126.000

29 > 91.000 s/d 114.000 103.000

30 > 73.000 s/d 91.000 82.000

31 > 55.000 s/d 73.000 64.000

32 > 41.000 s/d 55.000 48.000

33 > 31.000 s/d 41.000 36.000

34 > 23.000 s/d 31.000 27.000

35 > 17.000 s/d 23.000 20.000

36 > 12.000 s/d 17.000 14.000

37 > 8.400 s/d 12.000 10.000

38 > 5.900 s/d 8.400 7.150

39 > 4.100 s/d 5.900 5.000

40 > 2.900 s/d 4.100 3.500

41 > 2.000 s/d 2.900 2.450

(52)

43 > 1.050 s/d 1.400 1.200

44 > 760 s/d 1.050 910

45 > 550 s/d 760 660

46 > 410 s/d 550 480

47 > 310 s/d 410 350

48 > 240 s/d 310 270

49 > 170 s/d 240 200

(53)

Klasifikasi, Penggolongan dan Ketentuan Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah): Kelompok B

Klas Penggolongan

Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah) (Rp/M2)

Nilai Jual

Permukaan Bumi (Tanah) (Rp/M2)

1 2 3

1 > 67.390.000 s/d 68.760.000 68.545.000

2 > 65.120.000 s/d 67.390.000 66.255.000

3 > 62.890.000 s/d 65.120.000 64.005.000

4 > 60.700.000 s/d 62.890.000 61.795.000

5 > 58.550.000 s/d 60.700.000 59.625.000

6 > 56.440.000 s/d 58.550.000 57.495.000

7 > 54.370.000 s/d 56.440.000 55.405.000

8 > 52.340.000 s/d 54.370.000 53.355. 000

9 > 50.350.000 s/d 52.340.000 51.345. 000

10 > 48.400.000 s/d 50.350.000 49.375. 000

11 > 46.490.000 s/d 48.400.000 47.445.000

12 > 44.620.000 s/d 46.490.000 45.555. 000

13 > 42.790.000 s/d 44.620.000 43.705. 000

14 > 41.000.000 s/d 42.790.000 41.895.000

15 > 39.250.000 s/d 41.000.000 40.125.000

16 > 37.540.000 s/d 39.250.000 38.395.000

17 > 35.870.000 s/d 37.540.000 36.705.000

18 > 34.240.000 s/d 35.870.000 35.055.000

(54)

20 > 31.400.000 s/d 32.650.000 31.875.000

21 > 29.590.000 s/d 31.400.000 30.345.000

22 > 28.120.000 s/d 29.590.000 28.855.000

23 > 26.690.000 s/d 28.120.000 27.405.000

24 > 25.300.000 s/d 26.690.000 25.995.000

25 > 23.950.000 s/d 25.300.000 24.625.000

26 > 22.640.000 s/d 23.950.000 23.925.000

27 > 21.370.000 s/d 22.640.000 22.005.000

28 > 20.140.000 s/d 21.370.000 20.755.000

29 > 18.950.000 s/d 20.140.000 19.545.000

30 > 17.800.000 s/d 18.950.000 18.375.000

31 > 16.690.000 s/d 17.800.000 17.245.000

32 > 15.620.000 s/d 16.690.000 16.155.000

33 > 14.590.000 s/d 15.620.000 15.105.000

34 > 13.600.000 s/d 14.590.000 14.095.000

35 > 12.650.000 s/d 13.600.000 13.125.000

36 > 11.740.000 s/d 12.650.000 12.195.000

37 > 10.870.000 s/d 11.740.000 11.305.000

38 > 10.040.000 s/d 10.870.000 10.455.000

39 > 9.250.000 s/d 10.040.000 9.645.000

40 > 8.500.000 s/d 9.250.000 8.875.000

41 > 7.790.000 s/d 8.500.000 8.145.000

42 > 7.120.000 s/d 7.790.000 7.455.000

(55)

44 > 5.900.000 s/d 6.490.000 6.195.000

45 > 5.350.000 s/d 5.900.000 5.625.000

46 > 4.840.000 s/d 5.350.000 5.095.000

47 > 4.370.000 s/d 4.840.000 4.605.000

48 > 3.940.000 s/d 4.370.000 4.155.000

49 > 3.350.000 s/d 3.940.000 3.745.000

(56)

Klasifikasi, Penggolongan, dan Ketentuan Nilai Jual Bangunan : Kelompok A

Klas Penggolongan

Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah) (Rp/M2)

Nilai Jual

Permukaan Bumi (Tanah) (Rp/M2)

1 2 3

1 > 1.034.000 s/d 1.366.000 1.200.000

2 > 902.000 s/d 1.034.000 968.000

3 > 744.000 s/d 902.000 823.000

4 > 656.000 s/d 744.000 700.000

5 > 534.000 s/d 656.000 595.000

6 > 476.000 s/d 534.000 505.000

7 > 382.000 s/d 476.000 429.000

8 > 348.000 s/d 382.000 365.000

9 > 272.000 s/d 348.000 310.000

10 > 256.000 s/d 272.000 264.000

11 > 194.000 s/d 256.000 225.000

12 > 188.000 s/d 194.000 191.000

13 > 136.000 s/d 188.000 162.000

14 > 128.000 s/d 136.000 132.000

15 > 104.000 s/d 128.000 116.000

16 > 92.000 s/d 104.000 98.000

17 > 74.000 s/d 92.000 83.000

18 > 68.000 s/d 74.000 71.000

19 > 52.000 s/d 68.000 60.000

(57)

Klasifikasi, Penggolongan dan Ketentuan Nilai Jual Bangunan: Kelompok B

Kelas Penggolongan

Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah) (Rp/M2)

Nilai Jual

Permukaan Bumi (Tanah) (Rp/M2)

1 2 3

1 > 14.700.000 s/d 15.800.000 15.250.000

2 > 13.600.000 s/d 14.700.000 14.150.000

3 > 12.550.000 s/d 13.600.000 13.075.000

4 > 11.550.000 s/d 12.550.000 12.050.000

5 > 10.600.000 s/d 11.550.000 11.075.000

6 > 9.700.000 s/d 10.600.000 10.150.000

7 > 8.850.000 s/d 9.700.000 9.275.000

8 > 8.050.000 s/d 8.850.000 8.450.000

9 > 7.300.000 s/d 8.050.000 7.675.000

10 > 6.600.000 s/d 7.300.000 6.950.000

11 > 5.850.000 s/d 6.600.000 6.225.000

12 > 5.150.000 s/d 5.850.000 5.500.000

13 > 4.500.000 s/d 5.150.000 4.825.000

14 > 3.900.000 s/d 4.500.000 4.200.000

15 > 3.350.000 s/d 3.900.000 3.625.000

16 > 2.850.000 s/d 3.350.000 3.100.000

17 > 2.400.000 s/d 2.850.000 2.625.000

18 > 2.000.000 s/d 2.400.000 2.200.000

19 > 1.666.000 s/d 2.000.000 1.833.000

(58)

C. Tata Cara Pendaftaran, Surat Pemberitahuan Pajak Terutang dan Sanksi Pajak Bumi dan Bangunan

1. Tata Cara Pendaftaran Pajak Bumi dan Bangunan

Pendaftaran Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah suatu

kegiatan Subjek Pajak untuk mendaftarkan Objek Pajaknya, dengan

cara mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).

Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah surat yang

digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan data objek pajak

menurut ketentuan undang-undang perpajakan.

Pelaksanaan pendaftaran Objek Pajak dilakukan dengan cara

Subjek Pajak mendaftarkan sendiri Objek Pajaknya pada Kantor

Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi lokasi Objek Pajak

atau tempat-tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.

2. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang

Berdasarkan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Direktur Jenderal

Pajak menerbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang. Surat

Pemberitahuan Pajak Terutang adalah surat yang digunakan oleh

Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak

terutang kepada wajib pajak.

Surat Pemberitahuan Pajak Terutang diterbitkan atas dasar Surat

Pemberitahuan Objek Pajak, namun untuk membantu wajib pajak,

Surat Pemberitahuan Pajak Terutang dapat diterbitkan berdasarkan

(59)

3. Sanksi Pajak Bumi dan Bangunan

a. Sanksi Administrasi

1) Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan kembali Surat

Pemberitahuan Objek Pajak pada waktunya dan setelah ditegur

secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan

dalam Surat Teguran, maka akan diterbitkan Surat Ketetapan

Pajak (SKP) dengan sanksi berupa denda administrasi sebesar

25% dari pajak yang terutang.

2) Apabila pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak setelah

diteliti atau diperiksa ternyata tidak benar (lebih kecil), maka

akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dengan sanksi

berupa denda administrasi sebesar 25% dari selisih besarnya

pajak bumi dan bangunan yang terutang.

b. Sanksi Pidana

1) Barangsiapa karena kealpaannya tidak mengembalikan SPOP

atau mengembalikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak

lengkap dan atau melampirkan keterangan yang tidak benar

sehingga menimbulkan kerugian bagi Negara, dipidana dengan

pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda

setinggi-tingginya 2 (dua) kali lipat pajak yang terutang.

2) Barang siapa karena dengan sengaja:

a. Tidak mengembalikan atau menyampaikan SPOP kepada

(60)

b. Menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak

lengkap dan atau melampirkan keterangan yang tidak benar

c. Memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau dokumen

yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar

d. Tidak memperlihatkan data atau tidak meminjamkan surat

atau dokumen lainnya

e. Tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan

keterangan yang diperlukan

Sehingga menimbulkan kerugian pada Negara. Dipidana

dengan pidana penjara selama-lamanya 2 (dua) tahun atau

denda setinggi-tingginya sebesar 5 (lima) kali pajak yang

terutang. Sanksi pidana tersebut dilipatkan dua apabila

seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan

sebelum lewat satu tahun, terhitung sejak selesainya menjalani

sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan atau

sejak dibayarnya denda.

(61)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor

Perkebunan berbeda dengan Pajak Bumi dan Bangunan. Di bawah ini akan

dijelaskan yang merupakan dasar pengenaan PBB Sektor Perkebunan.

Dasar pengenaan PBB Sektor Perkebunan adalah hasil

penjumlahan antara perkalian luas areal perkebunan dengan Nilai Jual

Objek Pajak (NJOP) bumi per meter persegi dan perkalian luas bangunan

dengan NJOP bangunan per meter persegi, dengan ketentuan sebagai

berikut:

a. NJOP bumi per meter persegi sebesar hasil konversi nilai tanah per

meter persegi ke dalam klasifikasi, penggolongan dan ketentuan nilai

jual permukaan bumi; dan

b. NJOP bangunan per meter persegi sebesar hasil konversi nilai

bangunan per meter persegi ke dalam klasifikasi, penggolongan, dan

(62)

1. Pengertian yang Berhubungan dengan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan.

Di bawah ini beberapa pengertian tentang PBB Sektor Perkebunan

antara lain:

a. Sektor Perkebunan adalah objek pajak PBB yang digunakan untuk

pengusahaan tanaman perkebunan dengan luasan paling sedikit 2

(dua) hektar, termasuk emplasemen.

b. Standar Investasi Tanaman yang selanjutnya disebut SIT adalah

jumlah biaya tenaga kerja, bahan dan alat yang diinvestasikan

untuk pembukaan lahan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman.

c. Surat Pemberitahuan Objek Pajak Sektor Perkebunan yang

selanjutnya disebut SPOP adalah surat yang digunakan oleh subjek

pajak/wajib pajak untuk melaporkan data objek pajak Sektor

Perkebunan ke Direktorat Jenderal Pajak.

d. Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak Sektor Perkebunan

yang selanjutnya disebut LSPOP adalah formulir yang

dipergunakan oleh subjek pajak/wajib pajak untuk melaporkan data

rinci objek pajak Sektor Perkebunan.

e. Formulir Data Masukan yang selanjutnya disebut FDM adalah

formulir yang digunakan sebagai sarana perekaman data ke dalam

aplikasi Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP)

(63)

f. Nilai Dasar Tanah adalah nilai tanah areal perkebunan tidak

termasuk SIT. Pembentukan Basis Data adalah rangkaian kegiatan

membentuk basis data objek pajak untuk pengenaan Pajak Bumi

dan Bangunan Sektor Perkebunan ke dalam basis data SISMIOP

untuk Sektor Perkebunan.

2. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Dalam penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor

Perkebunan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) tarif yang

dikenakan yaitu sebesar 40% (empat puluh persen). Berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2002, Nilai Jual Kena Pajak

(NJKP) dikenakan sebesar 40% untuk Pajak Bumi dan Bangunan

Sektor Perkebunan, Kehutanan, Pertambangan, dan yang Nilai Jual

Objek Pajak satu milyar rupiah atau lebih. Dan Nilai Jual Kena PAjak

20% untuk Nilai Jual Objek Pajak kurang dari satu milyar.

Rumus Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor

Perkebunan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero):

PBB = 0,5% x 40% (NJOP-NJOPTKP)

(64)

3. Pendataan dan Penilaian Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan

1. Dalam rangka pelaksanaan pendataan dan penilaian, areal

perkebunan dikelompokan menjadi:

a. Areal Produktif, yaitu areal yang sudah ditanami meliputi areal

tanaman belum menghasilkan dan areal tanaman menghasilkan.

b. Areal Belum Produktif, terdiri dari:

1) Areal yang sudah diolah tetapi belum ditanami; dan/atau

2) Areal belum diolah.

c. Areal Emplasemen, yaitu areal yang digunakan untuk

berdirinya bangunan dan sarana pelengkap lainnya dalam

perkebunan.

d. Areal Lainnya, terdiri dari:

1) Areal tidak produktif/tidak dapat dimanfaatkan, seperti

rawa, cadas, dan jurang; dan/atau

2) Areal jalan utama yang terletak di dalam dan/atau di luar

areal perkebunan, jalan produksi yang berfungsi untuk

pengumpulan hasil dan jalan kontrol yang berfungsi untuk

(65)

2. Penghitungan Nilai Tanah Areal Perkebunan ditentukan sebagai

berikut:

a. Nilai Tanah Areal Produktif:

1) Nilai Tanah Areal Prouktif merupakan penjumlahan Nilai

Dasar Tanah Areal Produktif dan SIT.

2) Nilai Dasar Tanah Areal Produktif merupakan perkalian

luas dengan Nilai Dasar Tanah per meter persegi Areal

Produktif.

3) Pedoman penentuan SIT ditetapkan oleh Direktorat

Jenderal Pajak.

b. Nilai Tanah Belum Produktif

1) Nilai Tanah Areal kebun yang sudah diolah tetapi belum

ditanami merupakan perkalian luas dengan nilai dasar tanah

per meter persegi areal kebun yang sudah diolah tetapi

belum ditanami, termasuk di dalamnya biaya pembukaan

lahan.

2) Nilai Tanah Areal Kebun belum diolah merupakan

perkalian luas dengan Nilai Dasar Tanah per meter persegi

areal kebun yang belum diolah.

c. Nilai Tanah Areal Emplasemen merupakan perkalian luas

dengan Nilai Dasar Tanah per meter persegi areal emplasemen,

(66)

d. Nilai Tanah Areal lainnya:

1) Nilai Tanah areal tidak produktif merupakan perkalian luas

dengan Nilai Dasar Tanah per meter persegi areal tidak

produktif.

2) Nilai Tanah areal jalan merupakan perkalian luas dengan

dengan nilai dasar tanah per meter persegi areal jalan,

termasuk di dalamnya biaya pematangan tanah.

e. Nilai Tanah per meter persegi areal perkebunan merupakan

jumlah nilai tanah Areal Produktif, Areal Belum Produktif,

Areal Emplasemen, dan Areal lainnya dibagi dengan jumlah

luas Areal Produktif, Areal Belum Poduktif, Areal

Emplasemen, dan Areal Lainnya.

3. Penghitungan Nilai Bangunan ditentukan sebagai berikut:

a. Nilai bangunan tiap-tiap jenis bangunan merupakan perkalian

luas dengan nilai bangunan per meter persegi tiap-tiap jenis

bangunan.

b. Nilai bangunan per meter persegi merupakan jumlah nilai

(67)

B. Tata Cara Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Di bawah ini merupakan contoh tata cara penghitungan Pajak Bumi

dan Bangunan Sektor Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV

(Persero).

Kebun Adolina unit kebun PTPN IV terletak di Desa Bandar Kwala,

Kecamatan Galang, Deli Serdang menguasai tanah dan bangunan dengan

rincian sebagai berikut:

A. Tanah

1. Areal Produktif

Kelapa Sawit seluas 18.256.000 m² kelas A36 dengan SIT Rp

56.023.032

2. Areal Belum Produktif

a. Areal kebun yang sudah diolah tetapi belum ditanami 0

b. Areal kebun yang belum diolah 0

3. Areal Emplasemen

Areal Emplasemen seluas 381.900 m² kelas A07

4. Areal Lainnya

a. Areal tidak produktif seluas 570.000 m² kelas A43

(68)

B. Bangunan

1. Perkantoran seluas 422 m² kelas A4

2. Perumahan seluas 9.552 m² kelas A7

3. Gudang seluas 24 m² kelas A5

4. Sarana Olahraga/Rekreasi seluas 11.600 m² kelas A6

5. Poliklinik seluas 731 m² kelas A7

6. Gorong-gorong 5 m² kelas A6

(69)

Penyelesaian:

A. Penghitungan Nilai Tanah

1. Areal Produktif

Kelapa Sawit seluas 18.256.000 m² x 14.000 = Rp 255.584.000.000

SIT = Rp 56.023.032.000 +

Referensi

Dokumen terkait

Persyaratan dapat dirumuskan dari analisis atas peraturan perundangan organisasi (lihat klausul 5) dan resiko ada apabila tidak mencipta dan memelihara rekaman. Tentukan bagaimana

Penelitian ini membahas tentang rumah ibadah dan wisata terhadap dilema yang terjadi di dalam Puri Tri Agung Sungailiat, Kabupaten Bangka.. Fokus utama dalam penelitian ini untuk

Aktiva tetap yang diperoleh dalam keadaan siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dijual untuk kegiatan

[r]

dapat berpotensi sebagai vektor filariasis jika ditemukan mikrofilaria di dalam tubuh nyamuk dan nyamuk pernah menghisap darah manusia, yang dapat diketahui dengan

Berdasarkan data pada tabel 3 nilai gulma dominan pada pertanaman padi organik adalah jenis Echinochloa crus-galli dengan nilai SDR 36,80 %, sedangkan gulma

______ murid dapat mencapai objektif yang ditetapkan dan ______ murid yang tidak mencapai objektif akan diberi bimbingan khas dalam sesi akan datang. PdP

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang suatu sistem pemantau dan pengumpulan data proses pembuatan kawat las agar dapat menghitung nilai