PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING
DALAM PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI DI
UD. REZEKI BARU
DRAFT TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh:
BUSTAMI 050403053
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur yang tidak terkira penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT. atas nikmat ilmu dan nikmat usia yang diberikan sehingga penulis
diizinkan untuk dapat melakukan penelitian ini demi penyelesaian tugas sarjana
dengan segala kemudahan dan rintangan di dalamnya.
Laporan Tugas Akhir merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk
memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.
Ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk merancang sistem dan mencari
solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di lingkungan kerja serta
menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama perkuliahan.
Laporan ini memaparkan Tugas Akhir penulis dengan judul “Penerapan
Metode Activity Based Costing System dalam Perhitungan Biaya Produksi
Keripik di UD. Rezeki Baru”. Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam
penulisan Laporan Tugas Akhir ini karena pengetahuan, pengamatan, dan
pengalaman penulis yang masih terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan laporan ini.
Akhir kata, penulis berharap agar Laporan Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Desember 2011
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini, penulis mendapatkan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT., selaku Ketua Departemen Teknik Industri
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing I yang
telah meluangkan waktunya dalam membimbing penulis.
3. Ibu Tuti Sarma Sinaga, ST, MT., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya dalam membimbing, mengawasi, dan menasehati
penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
4. Bapak Sarmili sebagai Pemilik UD. Rezeki Baru yang telah member
kesempatan penulis untuk melakukan dan menyelesaikan penelitian berkaitan
dengan Tugas Akhir ini.
5. Seluruh staff administrasi Fakultas Teknik dan Jurusan Teknik Industri USU
yang telah membantu penulis dalam mengurus segala keperluan administrasi.
6. Ayahanda Usman Ismail dan Ibunda Aminah Yusuf, Kakanda Hamdani
Usman, SE., Amiruddin Usman, Fikriawati Usman, Hasradani Usman, Amk.,
serta Adinda Dewi Juliani Usman dan Nova Sari Usman, yang senantiasa
7. Teman-teman Teknik Industri Universitas Sumatera Utara di Super05 atas
segala motivasi dan bantuan yang diberikan selama proses penyelesaian
laporan ini.
8. Rekan-rekan seperjuangan di Stresssss05: Sri Ulina Pinem, ST., Rahmiati
Muchtar, ST., Arih Mende Capah, ST., Fauzan Rahman F, ST., Liberti
Manalu, ST., Antony Sinaga, ST., Yogi Anggi S, ST., Dedi Irawan, ST., Dian
Maya Sari, serta Maulana Imam.
9. Sahabat di kejauhan: Marhamah, Kwang Ching Ching, Nurti Maya Sari,
DAFTAR ISI
BAB Halaman
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAK ... xv
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang permasalahan ... I-1
1.2. Perumusan Masalah ... I-2
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... I-2
1.4. Pembatasan Masalah dan Asumsi Penelitian ... I-3
1.5. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-3
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2
2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-2
2.3.1. Struktur Organisasi ... II-3
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB Halaman
2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-7
2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas ... II-8
2.4. Proses Produksi ... II-8
2.4.1. Bahan Baku ... II-8
2.4.2. Bahan Tambahan ... II-9
2.4.3. Bahan Penolong ... II-9
2.4.4. Proses Pengolahan ... II-9
2.4.5. Mesin dan Peralatan Produksi ... II-12
III LANDASAN TEORI
3.1. Biaya ... III-1
3.1.1. Terminologi Biaya ... III-1
3.1.2. Konsep Biaya ... III-2
3.1.3. Klasifikasi Biaya ... III-3
3.2. Sistem Biaya Tradisional ... III-5
3.3. Activity Based Costing (ABC) ... III-7
3.4. Manfaat Activity Based Costing System (ABC System) ... III-12
3.5. Jenis-Jenis Harga ... III-14
3.5.1.Harga Pokok Produksi ... III-14
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB Halaman
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV-1
4.2. Rancangan Penelitian ... IV-1
4.3. Objek Penelitian ... IV-2
4.4. Variabel Penelitian ... IV-2
4.5. Pelaksanaan Penelitian ... IV-2
4.6. Metode Pengumpulan Data ... IV-3
4.7. Pengumpulan Data ... IV-3
4.8. Pengolahan Data ... IV-4
4.9. Analisa Pemecahan Masalah ... IV-6
4.10. Kesimpulan dan Saran ... IV-6
V PEMGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data ... V-1
5.1.1. Data Aktivitas Produksi ... V-1
5.1.2. Jumlah dan Biaya Faktor ... V-2
5.1.3. Perincian Data Biaya Produksi ... V-2
5.2. Pengolahan Data ... V-9
5.2.1.Perhitungan Pemakaian KWh Listrik ... V-9
5.2.2.Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB Halaman
5.2.3.Perhitungan Harga Prokok Produksi Menggunakan Metode
Tradisional ... V-21
5.2.4.Perbandingan Harga Pokok Produksi (HPP) Metode Activity
Based Costing dengan Metode Tradisional ... V-24
VI ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis Perbandingan Pembebanan Setiap Biaya Produksi ... VI-1
6.1.1.Analisis Perbandingan Pembebanan Biaya Langsung ... VI-1
6.1.2.Analisis Perbandingan Pembebanan Biaya Tidak
Langsung ... VI-3
6.2. Kontribusi Penetapan Biaya Berdasarkan Activity Based Costing
System dalam Penentuan Harga Jual ... VI-5 Langsung ... VI-3
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ... VII-1
7.2. Saran ... VII-2
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Jumlah Tenaga Kerja ... II-7
2.2. Mesin Produksi ... II-12
5.1. Perincian Biaya Bahan Baku ... V-2
5.2. Perincian Biaya Bahan Tambahan ... V-
5.3. Perincian Biaya Bahan Penolong ... V-3
5.4. Biaya Tenaga Kerja Langsung ... V-4
5.5. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung ... V-5
5.6. Biaya Pembelian Suku Cadang ... V-7
5.7. Biaya Depresiasi Gedung dan Infrastruktur ... V-8
5.8. Rekapitulasi Biaya-biaya Lain ... V-8
5.9. Total Output per Produk ... V-9
5.10. Persentase per Produk ... V-10
5.11. Total Pemakaian KWh Bulan Agustus 2011 ... V-11
5.12. Pemakaian KWh Untuk Pembuatak Keripik Rasa Balado ... V-12
5.13. Pemakaian KWh Untuk Pembuatak Keripik Rasa Jagung Bakar V-12
5.14. Pemakaian KWh Untuk Pembuatak Keripik Rasa Keju ... V-13
5.15. Pemakaian KWh Untuk Pembuatak Keripik Rasa Pecal ... V-13
5.16. Pemakaian KWh Untuk Pembuatak Keripik Rasa Lada Hitam . V-13
5.17. Pemakaian KWh Untuk Pembuatak Keripik Rasa Bawang Pedas V-14
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
5.19. Total Biaya Listrik per Produk ... V-15
5.20. Biaya-biaya Aktivitas dalam Pembuatan Keripik Ubi Bulan
Agustus 2011 ... V-16
5.21. Total Biaya Produksi Setiap Produk Menggunakan Sistem ABC V-20
5.22. Rekapitulasi HPP Menggunakan Sistem ABC ... V-20
5.23. Perhitungan HPP Menggunakan Metode Tradisional ... V-23
5.24. Rekapitulasi HPP Menggunakan Sistem Tradisional ... V-23
5.25. Perbandingan Harga Pokok Produksi ... V-24
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Struktur Organisasi SMA UD. Rezeki Baru ... II-3
2.2. Block Diagram Proses Pembuatan Keripik ... II-12
4.1. Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-5
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Biaya Depresiasi ... L-1
ABSTRAK
UD. Rezeki Baru merupakan jenis perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan ubi menjadi keripik. Hasil pengolahan perusahaan ini adalah keripik ubi dengan jenis dan rasa yang bervariasi. Jenis keripik yang diproduksi perusahaan adalah keripik balado, jagung bakar, keju, pecal, lada hitam, bawang pedas, dan rasa sapi panggang.
Selama ini dalam menghitung harga pokok produksi UD. Rezeki Baru menggunakan sistem biaya tradisional dimana pembagian biaya merata untuk semua jenis produk meskipun prosesnya berbeda karena itu sistem ini belum cukup untuk mewakili untuk memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai biaya produksinya.
Dari permasalahan di atas dilakukan suatu penelitian mengenai rancangan
harga pokok produksi melalui pendekatan Activity Based Costing (ABC) untuk
mengalokasikan biaya-biaya yang digunakan perusahaan sehingga dapat mengeliminir kemungkinan alokasi biaya yang tidak sesuai dan juga dapat memberikan analisis biaya yang lebih detail dan terspesifikasi
ABSTRAK
UD. Rezeki Baru merupakan jenis perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan ubi menjadi keripik. Hasil pengolahan perusahaan ini adalah keripik ubi dengan jenis dan rasa yang bervariasi. Jenis keripik yang diproduksi perusahaan adalah keripik balado, jagung bakar, keju, pecal, lada hitam, bawang pedas, dan rasa sapi panggang.
Selama ini dalam menghitung harga pokok produksi UD. Rezeki Baru menggunakan sistem biaya tradisional dimana pembagian biaya merata untuk semua jenis produk meskipun prosesnya berbeda karena itu sistem ini belum cukup untuk mewakili untuk memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai biaya produksinya.
Dari permasalahan di atas dilakukan suatu penelitian mengenai rancangan
harga pokok produksi melalui pendekatan Activity Based Costing (ABC) untuk
mengalokasikan biaya-biaya yang digunakan perusahaan sehingga dapat mengeliminir kemungkinan alokasi biaya yang tidak sesuai dan juga dapat memberikan analisis biaya yang lebih detail dan terspesifikasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
UD. Rezeki Baru merupakan industri makanan yang bergerak di bidang
pengolahan ubi menjadi keripik singkong yang beralamat di Jalan Medan Tanjung
Morawa Deli Serdang Provonsi Sumatera Utara. Saat ini ada 7 variasi rasa keripik
ubi yang ada di UD.Rezeki Baru yakni rasa balado, rasa jagung bakar, rasa pecal,
rasa sapi panggang, rasa keju, lada hitam dan rasa bawang pedas.
Pabrik ini mengalami permasalahan pada sistem pengendalian biaya
produksi yang tinggi yang berimbas pada naiknya harga jual. Terjadinya
pembengkakan biaya produksi dikarenakan belum adanya manajemen biaya yang
baik. Penetapan biaya yang dipakai perusahaan saat ini didasarkan pada data biaya
masa lalu yang kemudian dibuat taksiran biaya yang akan terjadi.
Kelemahan dari sistem ini yaitu taksiran tidak didasari perilaku biaya
sehingga dapat menyebabkan terjadinya selisih biaya yang cukup besar dimana
biaya-biaya tidak langsung ikut dimasukkan ke biaya produksi. Selain itu
penetapan biaya seperti itu tidak akan memberikan informasi yang memadai untuk
tujuan pengendalian biaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Akibatnya biaya
produksi menjadi lebih mahal.
Dengan meningkatnya harga jual akan mengakibatkan daya saing
perusahaan menurun. Hal ini tentunya dapat mengancam kelangsungan hidup
perusahaan berkaitan dengan quality, cost, delivery dan service. Perusahaan harus mampu menghasilkan produk dengan kualitas yang baik, harga yang rendah,
pengiriman yang cepat dan memiliki pelayanan yang memuaskan. Untuk
mencapai hal tersebut dibutuhkan manajemen yang efisien dan kompetitif.
Untuk itu diperlukan suatu sistem biaya yang dapat memberikan informasi
biaya dan menentukan besar biayanya. Sistem yang memberikan informasi
tersebut adalah Activity Based Costing, sehingga bisa dijadikan sebagai acuan
dalam penetapan harga jual
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan permasalahan pada penelitian ini
adalah kondisi perhitungan biaya yang merata (sistem biaya tradisional) untuk
setiap jenis produk yang berdampak pada harga jual.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Membandingkan biaya produksi keripik ubi berdasarkan pendekatan
metode Activity Based Costing System (ABC System) dengan sistem biaya
tradisional yang diterapkan perusahaan selama ini.
2. Dengan penerapan ABC System, perusahaan dapat menetapkan harga jual
produk berdasarkan perolehan harga pokok produksi (HPP)-nya.
Manfaat bagi pihak perusahaan adalah dapat membantu dalam
a. Manfaat bagi mahasiswa yaitu dapat memahami suatu metode Activity
Based Costing System dalam perhitungan biaya produksi perusahaan.
b. Manfaat bagi Fakultas yakni membangun hubungan baik dengan
perusahaan melalui penelitian ini.
1.4. Pembatasan Masalah dan Asumsi Penelitian
Agar penelitian ini dapat tercapai secara efektif, maka diperlukan
pembatasan masalah. Adapun batasan-batasan yang digunakan antara lain :
a. Objek Penelitian adalah keripik ubi dengan 6 variasi rasa yakni rasa
balado, rasa jagung bakar, rasa pecal, rasa sapi panggang, rasa keju, lada
hitam.
b. Biaya produksi adalah biaya produksi langsung dan biaya produksi tak
langsung
c. Studi kasus melakukan penerapan metode Activity Based Costing System
pada perusahaan
Asumsi yang digunakan adalah :
a. Harga bahan baku, biaya upah, rekening listrik tetap selama melakukan
penelitian
b. Tingkat permintaan tetap selama melakukan penelitian
c. Sistem produksi berjalan normal
1.5. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana
Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika
Bab I memuat latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan,
batasan dan asumsi yang digunakan, alat dan bahan yang digunakan, tujuan dan
manfaat penelitian, serta sistematika penulisan tugas akhir.
Bab II menguraikan secara ringkas berbagai atribut yang berhubungan
dengan instansi serta objek penelitian meliputi sejarah berdirinya, organisasi dan
manajemen, serta tenaga kerja.
Bab III memaparkan tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi teori-teori
yang mendukung pemecahan masalah, teori Activity Based Costing, system biaya
tradisional, klasifikasi biaya dan lain-lain.
Bab IV menampilkan langkah-langkah dan waktu penelitian, serta
metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi
tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan tiap tahapan-tahapan secara ringkas disertai diagram
alirnya.
Bab V mengidentifikasi seluruh data hasil penelitian yang diperoleh dari
hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan di lapangan sebagai bahan
untuk melakukan pengolahan data sebagai dasar pada pemecahan masalah.
Bab VI menganalisis dan membahas hasil pengolahan data yang diperoleh
dengan membandingkannya berdasarkan teori-teori yang ada.
Bab VII memberikan kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari
hasil penelitian ini serta rekomendasi yang diperlukan bagi instansi objek
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Umum Perusahaan
UD. Rezeki Baru merupakan usaha pembuatan keripik ubi dengan merek
Rumah Adat Minang yang dikelola oleh Bapak Misli. Pada awalnya UD. Rezeki
Baru ini berlokasi di jalan Pelajar Timur Gang Kelapa No.19 Medan. Usaha ini
kemudian pindah ke Jalan Ujung Serdang Pasar 3 Kampung Undian, Desa
Tanduka Raga, Tanjung Morawa karena lokasi atau daerah produksi yang lama
tidak memungkinkan dimana area atau tempat produksinya yang sempit dan
jumlah mesin-mesin yang digunakan juga terbatas, serta adanya persaingan yang
cukup ketat antara industri sejenis lainnya, seperti UD. Paris, UD. Singkong Mas
dan UD. Tiga Bawang. Pabrik yang lama hanya mampu memproduksi keripik ubi
maksimum hanya 3-4 ton/hari, sedangkan pada pabrik yang baru dapat
memproduksi 6-8 ton/hari.
UD.Rezeki Baru memulai usaha ini secara kecil-kecilan dengan peralatan
sederhana yang dikerjakan sendiri oleh istrinya Ibu Suhartini untuk dijual ke
warung di sekitar rumahnya. Keripik yang dijual pada saat itu belum mempunyai
variasi rasa serta belum mencantumkan label pada kemasannya. Usaha ini mulai
berkembang seiring dengan meningkatnya permintaan. Pada tahun 1999 Pak Misli
mendaftarkan usahanya dengan nama UD. Rezeki Baru dengan merek Rumah
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
UD. Rezeki Baru merupakan home industry yang memproduksi keripik
ubi dengan merek Rumah Adat Minang dengan 7 variasi rasa yaitu rasa Balado,
jagung bakar, keju, pecal, lada hitam, bawang pedas, dan sapi panggang. Sistem
produksi berdasarkan make to order, yaitu memproduksi sesuai dengan pesanan
pelanggan. 1-2 ton diolah setiap harinya untuk kemasan ½ kg dan 4-6 ton ubi
untuk kemasan 40 gram yang langsung dikirim ke distributor di P.Siantar, Rantau
Parapat, Bagan Batu, Kota Cane, Kisaran, Tanjung Balai, Tanjung Morawa,
Pekan Baru dan Medan.
Bahan-bahan yang diperlukan seperti ubi kayu dan kayu bakar berasal dari
Tanjung Morawa, tepatnya pada daerah Kampung Undian, Desa Tanduka Raga,
bumbu, pewarna serta kemasan diperoleh dari Jakarta, bahan lainnya seperti
minyak goreng dibeli di Medan.
2.3. Organisasi dan Manajemen
Organisasi merupakan sekumpulan orang yang bekerja untuk mencapai
suatu tujuan yang sama dan diantara mereka diberikan pembagian tugas untuk
pencapaian tujuan tersebut. Struktur organisasi adalah bagian yang
menggambarkan hubungan kerjasama antara dua orang atau lebih dengan tugas
yang saling berkaitan untuk pencapaian suatu tujuan tertentu. Pendistribusian
tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan satu sama lain dapat
akan mengetahui dengan jelas apa tugas yang harus dilakukan, dari siapa perintah
diterima dan kepada siapa harus bertanggung jawab.
Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumber daya manusia untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perusahaan yang terdiri dari beberapa
bagian aktivitas yang berbeda-beda harus dikoordinasikan sedemikian rupa
sehingga dapat mencapai target dan sasaran perusahaan. Dalam hal
pengorganisasian dari bagian-bagian yang berbeda diperlukan suatu struktur
organisasi yang dapat mempersatukan sumber daya dengan cara yang teratur.
Struktur organisasi yang baik adalah struktur organisasi yang fleksibel dalam arti
hidup, berkembang, bergerak sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi oleh
perusahaan.
2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan
UD. Rezeki Baru memiliki struktur organisasi yang berbentuk lini.
Struktur lini ditunjukkan dengan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab
yang jelas pada masing-masing stasiun kerja. Struktur organisasi UD. Rezeki Baru
dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Pimpinan
2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Pembagian tugas pada UD. Rezeki Baru dibagi menurut fungsi yang telah
ditetapkan. Pembagian tugas dan tanggung jawab di UD. Rezeki Baru adalah
sebagai berikut :
1. Pimpinan (Pemilik Usaha)
Merupakan pimpinan usaha yang melakukan pengawasan dan pengontrolan
terhadap seluruh kegiatan operasional di UD. Rezeki Baru. Pimpinan juga
melakukan transaksi dengan pihak luar seperti supplier dan pelanggan serta
mempunyai wewenang dalam merencanakan, mengarahkan, menganalisis dan
mengevaluasi serta menilai kegiatan-kegiatan yang berlangsung pada
perusahaan.
2. Karyawan Pengupasan
Tugas karyawan pengupasan adalah:
- Melakukan penimbangan bahan baku ketika tiba di pabrik.
- Melakukan pemotongan awal untuk membuang kedua ujung sisi ubi kayu.
- Mengupas kulit ubi kayu dan memasukkannya ke dalam karung goni.
3. Karyawan Pemotongan
Tugas karyawan pemotongan adalah:
- Memotong ubi kayu yang telah dikupas dengan mesin slicer.
4. Karyawan Pencucian
Tugas karyawan pencucian adalah:
- Mencuci ubi yang telah dipotong kemudian ditiriskan.
5. Karyawan Penggorengan
Tugas karyawan penggorengan adalah:
- Menggoreng ubi yang telah dicuci dari bagian pencucian.
- Mengganti minyak goreng.
6. Karyawan Perapian
Tugas karyawan perapian adalah:
- Menghidupkan dan mematikan tungku
- Mengontrol api
- Mengangkat kayu bakar ke tungku
7. Karyawan Penyuingan/Pengeringan Keripik
Tugas karyawan penyuingan adalah:
- Mengeringkan keripik ubi yang telah siap di goreng dengan mesin
pengering untuk mengurangi kadar minyak pada keripik ubi.
8. Karyawan Pembumbuan
Tugas karyawan pembumbuan adalah:
- Memberi bumbu sesuai dengan variasi rasa.
- Memindahkan kerpik yang telah di dibumbui ke stasiun
pengemasan/packing.
10.Karyawan Pengemasan (untuk kemasan ½ kg)
Tugas karyawan pengemasan (untuk kemasan ½ kg) adalah:
- Memasukkan keripik ke dalam kemasan sesuai rasa keripik.
- Menimbang dan menyesuaikan berat keripik hingga ½ kg.
11.Karyawan Pengemasan (untuk kemasan 24 gram)
Tugas karyawan pengemasan (untuk kemasan 24 gram) adalah:
- Menyalakan dan mengontrol kerja mesin kemas.
- Memasang roll plastik kemasan ke mesin kemas sesuai rasa keripik.
- Mengangkut kemasan keripik ke bagian pengepakan.
12.Karyawan Pengepakan
Tugas karyawan pengepakan adalah:
- Memisahkan kemasan keripik sesuai rasa.
- Mengepak kemasan keripik ke dalam bentuk bal.
13.Karyawan Transportasi
Tugas karyawan transportasi adalah:
- Mengangkat bahan yang diperlukan (bahan baku, bahan tambahan dan
bahan penolong) ke setiap stasiun kerja yang membutuhkan.
- Mengangkat produk dari stasiun kerja ke stasiun kerja berikutnya
14.Kasir
Tugas kasir adalah:
- Memberikan secara langsung upah atau gaji karyawan yang telah ditetapkan
oleh pimpinan.
- Mencairkan kuitansi dan mencatat kuitansi yang telah disetujui oleh
2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja
Jumlah tenaga kerja pada UD. Rezeki Baru saat ini adalah 50 orang.
Semuanya merupakan tenaga kerja tetap. Perincian jumlah tenaga kerja dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja
Jenis Pekerjaan Jumlah (orang)
Pimpinan 1
Pengupasan 15
Pemotongan 3
Pencucian 2
Penirisan air 1
Penggorengan 4
Perapian 1
Penyuingan 1
Pembumbuan 2
Pengisian ke dalam kemasan 6
Penimbangan 3
Pengemasan manual 2
Pengemasan Jumbo Packer 3
Pengemasan bal dan kardus 3
Supir 1
Kernet 1
Kasir 1
Total 50
Sumber: UD.Rezeki Baru
Hari kerja di UD. Rezeki Baru adalah enam hari kerja, yaitu hari Senin
sampai hari Sabtu. Jam kerja per hari adalah sepuluh jam yaitu dari pukul 08.00
WIB sampai 18.00 WIB dengan waktu istirahat selama setengah jam yaitu dari
pukul 12.00 WIB sampai 12.30 WIB. Jika ada penambahan pesanan maka akan
diadakan jam lembur hingga pukul 20.00 WIB. Lembur juga dilaksanakan pada
2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas
Upah tenaga kerja dibayar dengan sistem mingguan berupa upah pokok
dan dilakukan penambahan jika ada lembur. Karyawan diberikan fasilitas berupa
penginapan jika rumah karyawan tersebut jauh dari lokasi pabrik dan makan 3 x
sehari juga ditanggung oleh pemilik usaha.
2.4. Proses Produksi
Proses produksi merupakan suatu proses transformasi (mengalami
perubahan bentuk secara fisik dan kimia) yang mengubah input yang berupa
bahan baku, mesin, peralatan, modal, energi, tenaga kerja menjadi output sehingga
memiliki nilai tambah.
UD. Rezeki Baru yang merupakan perusahaan pembuatan keripik
menggunakan teknologi produksi yang manual dan semi otomatis yaitu selain
menggunakan mesin juga masih menggunakan tenaga kerja sebagai operator
maupun pekerjaan manual.
2.4.1. Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan yang digunakan sebagai bahan utama dalam
suatu proses produksi, dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan
fisik maupun kimia yang langsung ikut di dalam proses produksi sampai
dihasilkannya barang jadi.
Bahan baku yang digunakan adalah ubi kayu (manihot esculenta crant).
Ubi kayu yang digunakan adalah yang telah berumur satu tahun dan memiliki
Tanjung Morawa, tepatnya pada daerah Kampung Undian Desa Tanduka Raga
dan dari perkebunan ubi kayu di Perbaungan.
2.4.2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam produksi
sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas secara lebih baik. Bahan
tambahan yang digunakan adalah bumbu dan kemasan. Kemasan dibedakan
berdasarkan rasa dan berat produk.
2.4.3. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan-bahan yang dapat menunjang proses
produksi yang tidak nampak pada produk akhir. Bahan penolong yang digunakan
adalah minyak goreng, air untuk mencuci ubi kayu dan kayu bakar.
2.4.4. Proses Pengolahan
Ubi kayu sebagai bahan baku utama pembuatan keripik melewati berbagai
tahapan pengolahan (proses produksi) hingga menjadi produk keripik dengan
berbagai rasa. Berikut ini adalah uraian proses produksi pembuatan keripik:
1. Pengupasan
Pengupasan adalah tahap paling awal dalam proses pembuatan keripik. Tujuan
dari pengupasan ini adalah untuk membuang kedua ujung ubi kayu dan
memisahkan umbi dari kulitnya. Proses ini dilakukan secara manual
2. Pemotongan
Proses pemotongan adalah proses memotong ubi yang telah dikupas dengan
mesin potong (slicer). Tujuan dari pemotongan ini adalah untuk memotong
ubi dengan bentuk dan ketebalan yang sama. Ubi yang telah dipotong
selanjutnya dibawa ke bagian pencucian.
3. Pencucian
Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan ubi yang telah dipotong. Ubi yang
telah dipotong dicuci dengan cara direndam ke dalam sebuah bak yang berisi
air kemudian ditiriskan, yaitu proses pengeringan ubi yang telah selesai dicuci
sebelum tahap penggorengan.
4. Penggorengan
Setelah ubi melalui tahap penirisan, maka tahap selanjutnya adalah
penggorengan. Penggorengan dilakukan di dalam wadah yang terbuat dari
logam (berbentuk segi empat) dan berisi minyak goreng panas. Setiap kali
penggorengan, dimasukkan sekitar 6 kalo/keranjang ubi. Proses ini bertujuan
untuk mematangkan ubi menjadi keripik.
5. Penyuingan
Setelah ubi dimatangkan, maka proses selanjutnya adalah proses penyuingan,
dimana keripik yang masih terdapat minyaknya tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam mesin suing untuk menghilangkan minyak dari keripik
ubi tersebut. Waktu yang diperlukan untuk mengeringkan adalah kira-kira 3-5
5. Pembumbuan
Selanjutnya keripik dimasukkan ke dalam mesin pembumbuan. Tujuan dari
proses ini adalah untuk memberikan bumbu pada keripik sesuai dengan rasa
yang diinginkan sehingga bumbu tercampur secara merata pada keripik.
6. Pendinginan
Setelah itu keripik didinginkan dengan meletakkan di atas meja pendinginan
agar suhunya normal ketika dikemas.
7. Pengemasan (pembungkusan)
Keripik selanjutnya dikemas dengan kemasan plastik berlabel sesuai dengan
rasanya. Untuk kemasan ½ kg, proses pengemasannya adalah memasukkan
keripik secara manual, ditimbang, dan disegel dengan alat segel. Sedangkan
untuk kemasan 40 gram, proses pengemasannya dengan menggunakan mesin
pengemas.
8. Pengepakan
Untuk keripik kemasan 40 gram, dilakukan lagi pengepakan ke dalam bentuk
bal. Satu bal berisi 20 bungkus kemasan 40 gram.
Ubi Kayu
Gambar 2.2. Blok Diagram Proses Pembuatan Keripik
2.4.5. Mesin dan Peralatan Produksi
Adapun mesin dan peralatan yang digunakan di UD. Rezeki Barudalam
pembuatan keripik, dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Mesin Produksi
Nama Fungsi Spesifikasi Jumlah
(unit)
Mesin Slicer
Memotong ubi yang telah dikupas dengan ketebalan yang sama
Daito Cooper, tipe YCL80B-4, ½ HP, 1400 rpm, kapasitas 6 kg ubi/menit
3
Mesin Molen Meratakan bumbu yang
dicampurkan ke keripik
Daito Cooper, tipe YCL80B-4, 29 rpm, ukuran 1,2m x Ø75cm, kapasitas 6 kg ubi
2
Mesin Suing Mengurangi kadar minyak dan
menjadikan keripik lebih gurih
Daito Cooper, tipe YCL80C-5, 120 rpm, ukuran 1,2m x Ø75cm, kapasitas 6 kg ubi
1
Mesin Jumbo
Packer
Mengemas keripik ke dalam kemasan kecil (24 gram)
Jumbo packer, tipe JD 657,
Tabel 2.2. Mesin Produksi (lanjutan)
Nama Fungsi Spesifikasi Jumlah
Mesin Packer
Hot Press
Mengemas keripik ke dalam kemasan 100 gram, 500 gram dan 1 Kg
Fuli Electrical, tipe T-CZR, Power 300W, Voltage 220V, Freq 60-70 Hz
2
Air Blower Meniupkan angin ke kayu yang
dibakar pada tungku pembakaran
Fuli Electrical, tipe T-CZR, output
0,6m3/menit, tekanan 135 Pa 3
Mesin Sanyo Mengalirkan air ke tangki storage Daito Cooper, tipe YCL80B-4, ½
HP, 1400 rpm, merk SANYO 1
Timbangan besar
Menimbang berat bahan baku (ubi
kayu) yang masuk dari supplier Merek Lucky, kapasitas 100 kg 1
Pisau Pengupas Ubi
Memotong dan mengupas ubi kayu
Pisau modifikasi dari lingkar
sepeda ukuran 15 cm 20
Kereta Sorong
Mengangkut ubi kayu yang telah dikupas dari bagian pengupasan ke bagian pemotongan
Ukuran 45 cm x 122 cm, kapasitas
25 kg 2
Keranjang Kecil
Tempat penampungan ubi yang telah dipotong dan untuk
meniriskan ubi yang telah dicuci
Ø30 cm, kapasitas 5 kg 72
Bak Pencucian Tempat mencuci ubi yang telah
dipotong
Ukuran 170,5 x 55,5 x 46,8 cm3,
kapasitas 400 Liter 1
Bak
Penggorengan
Tempat menggoreng ubi yang telah dicuci
Ukuran 1,2m x 1 m x 0,30 m,
kapasitas 220 Liter 3
Tempat Penirisan Penggorengan
Tempat meniriskan ubi yang telah
digoreng Ukuran 1 m x 3,5 m 2
Tempat Penirisan Pencucian
Tempat meniriskan ubi yang telah
dicuci Ukuran 2 m x 3 m 1
Sendok Besar Alat pengaduk pada saat
melakukan penggorengan Panjang 2 m, Ø40cm 6
Sendok Kecil Mengangkat serpihan-serpihan
kecil keripik dalam minyak Panjang 2 m, Ø25cm 2
Ember Besar Tempat penampungan ubi sebelum
dipotong Ø65cm, kapasitas 25 kg 2
Tong Besar Tempat penampungan keripik
yang telah dibumbui
Tinggi 64cm, Ø42cm kapasitas 6
kg 24
Ayakan Kecil Menyaring bumbu sebelum
dimasukkan ke mesin molen Panjang 20 cm, Ø15 cm 4
Trolley Mengangkut ubi dari penirisan ke
penggorengan
Ukuran 50cm x 30 cm x 50 cm,
Tabel 2.2. Mesin Produksi (lanjutan)
Nama Fungsi Spesifikasi Jumlah
Meja
Penimbangan
Tempat penumpukan sementara keripik yang sudah digoreng sebelum dikemas
Ukuran 2m x 5m 3
Timbangan kecil
Menimbang berat pada saat mengemas kemasan ukuran 100gram, 500gram, dan 1 kg
Merek Thang Long, kapasitas 5 kg 3
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Biaya
1Akuntansi biaya merupakan bagian yang integral dengan
financial accounting. Akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis,
serta menyajikannya informasi biaya dalam bentuk laporan biaya.
Biaya (cost) berbeda dengan beban (expense), cost adalah pengorbanan
ekonomis yang dikeluarkan untuk memperoleh barang dan jasa, sedangkan beban
(expense) adalah expired cost yaitu pengorbanan yang diperlukan atau dikeluarkan untuk merealisasi hasil, beban ini dikaitkan dengan revenue pada periode yang
berjalan. Pengorbanan yang tidak ada hubungannya dengan perolehan aktiva,
barang atau jasa dan juga tidak ada hubungannya dengan realisasi hasil penjualan,
maka tidak digolongkan sebagai cost ataupun expense tetapi digolongkan sebagai
loss.
3.1.1. Terminologi Biaya
Biaya (cost) didefinisikan sebagai sumber daya yang dikorbankan untuk
mencapai tujuan tertentu dimana biaya aktual (actual cost) merupakan biaya yang
sedang terjadi, sedangkan biaya yang dianggarkan (budgeted cost) adalah biaya
yang diramalkan untuk kebutuhan di masa depan.
1Erlina. 2002.
Selain itu, objek biaya (cost object) adalah segala sesuatu yang biayanya ingin diukur dan akumulasi biaya merupakan kumpulan data biaya yang
diorganisir dalam cara tertentu. Baik objek biaya maupun akumulasi biaya
mencakup di dalam pembebanan biaya (Cost Assignment) yang menelusuri
akumulasi biaya yang berhubungan langsung dengan objek biaya serta
mengalokasikan akumulasi biaya yang berhubungan secara tidak langsung dengan
objek biaya
3.1.2. Konsep Biaya
1. Biaya Alternatif (Opportunity cost) biasa disebut juga dengan “ongkos
sosial”
Biaya ini relatif paling penting bagi para ekonom, karena timbulnya biaya
ini berkaitan dengan adanya kelangkaan dan keterbatasan sumber daya.
Misalnya, bila produsen memutuskan untuk membuat yang telah
ditentukan maka inputnya sebetulnya bisa untuk barang lainnya, sehingga
ada yang dikorbankan.
2. Biaya Akuntansi (Account Cost)
Biaya-biaya yang besar dikeluarkan oleh produsen untuk sebuah produksi.
Misalnya, ongkos depresiasi, ongkos historis, dlsb.
3. Biaya Ekonomi (Economic Cost).
Ongkos yang menunjukkan berapa biaya yang harus dikeluarkan agar
3.1.3. Klasifikasi Biaya2
a. Klasifikasi Biaya untuk Menilai Persediaan dan Perhitungan Laba
1. Berdasarkan fungsinya
Klasifikasi ini didasarkan atas fungsi/kegiatan yang dilakukan di dalam
perusahaan.
a. Biaya produksi, terdiri dari komponen
- biaya bahan langsung
- biaya buruh langsung
- biaya umum pabrik
b. Biaya pemasaran, terdiri dari komponen
- biaya iklan/promosi
- biaya distribusi
- biaya gudang
- biaya pembungkusan dan pengiriman
- biaya supervisi penjualan
c. Biaya umum & administrasi
- biaya gaji karyawan
- biaya komunikasi
- biaya transportasi
- biaya tamu dll
d. Biaya keuangan berupa bunga pinjaman.
2. Berdasarkan kaitannya dengan ”cost center”
Atas dasar mudah tidaknya dihubungkan dengan unit produk, order atau
departement tertentu.
a. biaya langsung; yakni biaya yang langsung dapat dihubungkan dengan
unit produk, order atau departemen tertentu. Misal biaya bahan, upah.
Biaya Langsung dapat dengan mudah atau ekonomis ditelusuri ke
objek biaya
b. biaya tidak langsung; yakni biaya yang tidak dapat langsung
dihubungkan dengan unit produk, order atau departemen tertentu.
Misalnya; sewa gedung, gaji mandor. Biaya tidak langsung – tidak
dapat dengan mudah atau ekonomis ditelusuri ke objek biaya. Biaya
ini dialokasikan ke objek biaya dengan cara yang rasional dan
sistematis
b. Klasifikasi Biaya untuk Perencanaan dan Pengendalian
1. Berdasar kaitannya fluktuasi volume produksi dan penjualan
a. Biaya variabel; yaitu biaya yang besarnya berubah secara
”proporsional” dengan perubahan jumlah produksi atau penjualan.
Misal biaya bahan baku, biaya upah tenaga kerja langsung
b. Biaya tetap; yaitu biaya yang besarnya tetap dan sama sekali tidak
berpengaruh pada volume produksi ataupun penjualan. Contohnya;
c. Biaya semi variabel; yaitu biaya yang besarnya berubah menurut
perubahan volume produksi, meskipun tidak proporsional. Contohnya
biaya perawatan mesin, biaya promosi
2. Berdasarkan saat penetapannya
a. Predetermined cost, yaitu biaya-biaya yang besarnya ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan analisis masa lalu dan yang akan datang.
Biaya ini ditetapkan terlebih dahulu dalam rangka penyusunan standar
atau anggaran
b. Historical cost, yaitu biaya yang besarnya dihitung setelah ada realisasi.
3.2. Sistem Biaya Tradisional3
Dalam sistem secara tradisional dapat dilihat bahwa biaya–biaya yang
terlibat biasanya hanya biasa langsung saja, yaitu biaya tenaga kerja dan biaya
material. Namun seiring dengan berjalannya waktu muncul biaya–biaya yang bisa
di golongkan kedalam biaya langsung. Biaya–biaya tersebut seperti biaya reperasi,
perawatan, utilitas, dan lain sebagainya. Sistem biaya akan membebankan biaya
tidak langsung kepada basis alokasi yang tidak representatif.
Untuk mengetahui apakah sistem biaya suatu organisasi membutuhkan
perbaikan, menurut Dauglas T. Hicks, terdapat beberapa karakteristik yang dapat
sigunakan sebagai petunjuk, yaitu :
1. Presentase dari biaya tak langsung menjadi bagian besar dari total biaya,
Kecenderungan yang terjadi pada tahun–tahun terakhir dari suatu
perusahaan adalah penggantian yan gberulang oleh tenaga kerja dengan
teknologi. Biaya teknologi semakin besar, biaya buruh yang diperlukan
menjadi semakin rendah. Hasil akhirnya adalah biaya yang lebih besar
akan dialokasikan kepada basis yang lebih kecil
2. Operasi-operasi yang menggunakan tenaga kerja langsung telah digantikan
oleh mesin-mesin otomatis. Penambahan peralatan yang mampu berjalan
tanpa bantuan tenaga kerja langsung dapat menyebabkan distorsi pada
distribusi biaya tak langsung, jika tenaga kerja langsung tetap digunakan
sebagai basis alokasi oleh perusahaan.
3. Banyak operasi yang dapat dilakukan dengan sedikit intervensi
manusia.Banyak operasi memiliki waktu siklus yang signifikan, dimana
hal ini dapat dilihat dengan hanya sedikit perhatian yang diperlukan dari
pekerja dan pada saat seperti itulah biaya tidak didasarkan pada proses,
tetapi pada set up dan tenaga kerja langsung, maka akan terjadi kesalahan
pada distribusi biaya.
4. Adanya manusia menggunakan mesin dan mesin menggunakan manusia.
Pada banyak fasilitas terdapat beberapa operasi dimana pekerja dibantu
peralatan dalam melaksanakan aktivitasnya dan pekerja memegang
kendali, selain itu juga ada operasi dimana pekerja melakukan aksi
sederhana sebagai material handling untuk peralatan yang sedang bekerja.
pendekatan yang berbeda, Jika hanya satu metoda yang digunakan maka
akan terjadi kesalahan dalam pembebanan biaya.
Pada sistem biaya tradisional, dalam mengalokasikan biaya pabrik tidak
langsung ke unit produksi, tetapi ditempuh cara sebagai berikut: yaitu pertama
dilakukan alokasi biaya ke seluruh unit organisasi yang ada, setelah itu biaya unit
organisasi dialokasikan lagi kesetiap unit produksi. Unsur-unsur biaya bersama
dialokasikan secara proporsional dengan menggunakan suatu indikator atau faktor
pembanding yang sesuai, sedangkan unsur-unsur biaya yang lainnya dialokasikan
secara langsung, sesuai dengan perhitungan langsungnya masing-masing.
Pada perusahaan industri yang menghasilkan beberapa jenis produk, biasanya
terjadi berbagai jenis unsur biaya gabungan yang harus dialokasikan kesetiap
produk gabungan yang bersangkutan pada titik pisahnya masing-masing.
3.3. Activity Based Costing (ABC)4
Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi
yang mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi
dan mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari
aktivitasnya. ABC memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk
berdasarkan aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan atau menunjang
produk yang bersangkutan.
Metode Activity Based Costing adalah metode kalkulasi biaya yang
membebankan biaya pertama-tama pada aktivitas, lalu pada produk berdasarkan
penggunaan aktivitas oleh setiap produk. Metode Activity Based Costing System
mengidentifikasikan aktivitas yang dilaksanakan, menelusuri biaya keaktivatas
tersebut dan kemudian menggunakan berbagai pemicu biaya (cost drivers) untuk
menelusuri biaya, aktivitas ke objek biaya.
Konsep aktivitas dan pemicu biaya adalah inti Metode Activity Based
Costing System. Aktivitas adalah proses atau prosedur yang menyebabkan pekerjaan dan dengan demikian mengkonsumsi sumber daya. Perusahaan dapat
menggunakan sistem Activity Based Costing (ABC) untuk menganalisis aktivitas.
Penerapan ABC merupakan inovasi yang salah satunya adalah untuk mengurangi
aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah, menambah nilai tambah kepada
produk/jasa yang akan dihasilkan, dan mengeliminasi aktivitas-aktivitas yang
tidak sesuai dengan keinginan pelanggan atau yang tidak menciptakan nilai
tambah. ABC dapat mengidentifikasi aktivitas-aktivitas kunci, cost driver, dan
cara-cara untuk memperbaiki proses sehingga dapat menurunkan biaya pada
analisis value chain.
Analisis value chain merupakan alat analisis yang berguna untuk
memahami aktivitas-aktivitas dan dapat memberikan informasi posisi perusahaan
pada value chain yang membentuk nilai suatu produk atau jasa. Analisis value
chain dapat diklasifikasikan menjadi analisis yang berhubungan dengan pihak luar
perusahaan, yaitu hubungan dengan supplier (supplier linkages) dan hubungan
dengan konsumen (customer linkages). Di samping itu, juga value chain internal
perusahaan (the company’s internal value chain). Analisis value chain membantu
perusahaan dalam mengidentifikasi posisi perusahaan dan menganalisis
aktivitas yang tidak menciptakan nilai tambah pada produk atau jasa. Selanjutmya
perusahaan dapat menentukan strategi kompetitifnya, yaitu low-cost atau
differentiation. Perusahaan juga harus menjaga dan meningkatkan hubungan baik yang saling memanfaatkan dengan pemasok dan memelihara hubungan baik
dengan pelanggan, yang akhirnya diharapkan dapat meningkatkan daya saing
produk. Di samping itu, perusahaan perlu mempertimbangkan menggunakan
teknologi informasi karena membantu dalam memaksimalkan nilai produk atau
jasa.
Salah satu yang terpengaruh dengan adanya perubahan lingkungan
tersebut adalah proses produksi, yaitu otomatisasi pabrikasi. Dengan penerapan
teknologi ini, maka proporsi biaya overhead dalam elemen harga pokok produksi
akan menempati porsi yang lebih besar sehingga diperlukan kalkulasi dan
pembebanannya kepada harga pokok produk sesuai dengan proporsi aktivitas
yang dikonsumsi. Dalam sistem kalkulasi biaya tradisional biaya overhead
dialokasikan secara arbitrer kepada harga pokok produk. Hal ini akan
menghasilkan harga pokok produk yang tidak akurat atau terjadinya distorsi
penentuan harga pokok produk per unit sehingga tidak bisa diandalkan dalam
mengukur efisiensi dan produktivitas.
Penentuan harga pokok per unit yang lebih akurat penting bagi manajemen
sebagai dasar untuk pembuatan keputusan. Manajemen dapat dipermudah dalam
membuat berbagai keputusan, antara lain :
− menentukan harga jual,
− memantau realisasi biaya,
− menghitung laba rugi tiap pesanan, dan
− menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
yang akan disajikan di neraca.
Agar tidak terjadi distorsi penentuan harga pokok per unit, banyak
perusahaan yang mengadopsi penggunaan sistem penentuan harga pokok (costing)
berbasis aktivitas (ABC) dengan harapan manajemen melakukan analisis
profitabilitas, mendorong perbaikan proses, mengembangkan ukuran kinerja yang
lebih inovatif, dan dapat berpartisipasi dalam perencanaan strategis.
Informasi manajemen biaya merupakan informasi yang dibutuhkan untuk
mengelola secara efektif perusahaan atau organisasi nonprofit, baik berupa
informasi keuangan tentang biaya dan pendapatan maupun informasi
nonkeuangan yang relevan, yaitu produktivitas, kualitas, dan faktor kunci sukses
lainnya untuk perusahaan. Informasi ini sebagai salah satu informasi penting bagi
manajemen dalam melaksanakan fungsinya, yaitu pembuatan keputusan yang
bersifat strategis untuk pengembangan posisi kompetitif sehingga keunggulan
kompetitif dapat menyebabkan kesuksesan yang berkesinambungan. Fungsi
manajemen biaya adalah memberikan informasi yang berguna bagi manajer dalam
pembuatan keputusan strategis dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perusahaan.
Penelitian ini bertujuan mengungkapkan peranan biaya berdasarkan
aktivitas (ABC) dalam analisis value chain untuk meningkatkan keunggulan
mencakup supplier linkages, customer linkages, dan the company’s internal value
chain; peranan ABC dalam analisis value chain untuk meningkatkan keunggulan kompetitif serta beberapa hasil penelitian dan simpulan
Analisis value chain merupakan alat untuk memahami rantai nilai yang
membentuk suatu produk. Analisis ini merupakan total value chain dari suatu
produk mulai dari desain produk sampai dengan pemanufakturan produk, bahkan
jasa setelah penjualan. Analisis value chain merupakan alat analisis strategis yang
digunakan untuk memahami secara lebih baik keunggulan kompetitif,
mengidentifikasikan di mana value pelanggan dapat ditingkatkan atau penurunan
biaya, dan memahami secara lebih baik hubungan perusahaan dengan
pemasok/supplier, pelanggan, dan perusahaan lain dalam industry. A.
Hermawan (2000) mengungkapkan bahwa analisis value chain adalah
upaya mengidentifikasi dan menjelaskan hubungan internal dan ekternal dengan
tujuan untuk mengetahui kekuatan posisi strategis perusahaan. Lebih lanjut Shank
dan Govindarajan mengungkapkan bahwa value chain framework adalah sebuah
metode untuk menjabarkan rantai jaringan yang dimiliki perusahaan dari bahan
baku sampai dengan konsumen pengguna akhir ke dalam aktivitas relevan yang
bersifat strategis untuk memahami perilaku biaya dan berbagai sumber yang
berbeda.
Untuk dapat mencapai keuntungan yang bersifat kompetitif secara
berkelanjutan perusahaan harus memahami keseluruhan value delivery system.
Oleh karena itu, secara keseluruhan analisis value chain merupakan alat analisis
pemasok, manufaktur, pemasaran, serta penanganan purnajual ke dalam aktivitas
relevan yang bersifat strategis. Di samping itu, untuk memahami perilaku biaya
dan berbagai sumber yang berbeda untuk mengetahui kekuatan posisi perusahaan
dalam rangka mencapai keunggulan kompetitif.
Langkah-langkah ABC sistem
1. Tahap pertama pengelompokan biaya overhead ke dalam kelompok biaya
yang homogen. Kelompok biaya homogen merupakan kumpulan overhead
yang variasinya dapat dijelaskan oleh satu faktor penyebab (cost driver).
Untuk menentukan mana kelompok biaya yang homogen, dapat melihat
biaya yang mempunyai rasio konsumsi sama untuk seluruh produk.
2. Tahap kedua alokasi biaya overhead pabrik:
Alokasi biaya overhead = Tarif kelompok x Dasar pembebanan yang dikonsumsi
3.4. Manfaat Activity Based Costing System (ABC Sytem)5
Manfaat dari penerapan metode Activity Based Costing System adalah: 1. Informasi Berlimpah Tentang Aktivitas.
Metode Activity Based Costing System menjadikan aktivitas sebagai titik pusat perhatian persinil organisasi. Berbagai informasi yang berkaitan dengan aktivitas diidetifikasi dan disediakan bagi personel untuk memungkinkan personel memahami hubungan antara produk dan jasa dengan aktivitas dan hubungan antara aktivitas dengan sumber daya.
2. Fasilitas untuk Menyusun ActivityBased Costing System.
Metode Activity Based Costing System menyediakan informasi biaya bagi
digunakan untuk memberikan layanan bagi costumer. Maka kemungkinan keberhasilan percapaiannya akan semakin tinggi karena perhatian dan usaha personel ditujukan ke penyebab terjadinya biaya yaitu aktivitas. 3. Cost Produk dan Jasa yang Akurat dan Multidimensi.
Metode Activity Based Costing System menyediakan biaya per cost ocject
secara akurat sehingga informasi tersebut dapat digunakan oleh personel sebagai dasar yang dapat diandalkan untuk menetapkan kebijakan harga jual produk dan jasa. Metode Activity Based Costing System menjadi sarana yang efektif untuk memberdayakan karyawan melalui penyediaan informasi biaya tentang aktivitas yang menjadi tanggung jawab karyawan bersangkutan.
Activity Based Costing membebani biaya ke produk atau kepada pelanggan berdasarkan sumber daya yang di konsumsi. Sistem ini mengidentifikasikan biaya aktivitas (cost of activities) seperti menjadwalkan suatu pekerjaan. Activity Based Costing kemudian menelusuri aktifitas ini ke produk khusus atau pelanggan yang menimbulkan aktifitas.
Activity Based Costing System mengambil biaya overhead dan
membebaninya ke produk berdasarkan tolak ukur penggunaan. Semakin banyak aktivitas suatu aktivitas dibutuhkan maka semakin banyak biaya yang diciptakannya. Untuk menelusuri hubungan ini, suatu system Activity Based
Costing membebani biaya terhadap produk berdasarkan jumlah aktivitas yang
Untuk mengembangkan suatu biaya per aktivitas, biaya overhead total dari aktivitas di bagi dengan jumlah aktivitas yang dilaksanakan. Hal ini mendapatkan biaya peraktivitas dan tolak ukur produktivitas untuk setiap tujuan overhead.
n
3.5. Jenis-Jenis harga6
3.5.1. Harga Pokok Produksi
Menurut Hansen & Mowen (1997), proses produksi adalah pengolahan
bersama bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik untuk
memproduksi sebuah produk baru. Barang yang diproduksi adalah barang
berwujud, dapat diinvetarisasi dan dipindahkan dari pabrik kepada konsumen.
Fungsi produksi adalah fungsi yang berhubungan dengan kegiatan pengolahan
bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual (Supriyono, 2008).
Harga Pokok adalah harga yang ditetapkan pada suatu produk berdasarkan cost yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. Dalam hal ini harga pokok disesuaikan berdasarkan biaya yang dikeluarkan pada saat dilakukan proses produksi secara keseluruhan untuk menghasilkan produk tersebut.
Biaya barang yang telah diselesaikan selama suatu periode disebut harga
pokok produksi barang selesai (cost of goods manufactured) atau disebut harga
pokok produksi (Soemarso, 1996). Harga pokok produksi terdiri dari biaya pabrik
ditambah persediaan dalam proses awal periode, dikurangi persediaan dalam
proses akhir periode. Untuk menghitung harga pokok produksi dapat digunakan
system biaya standar (standard cost system).
6
Biaya dapat dirumuskan sebagai suatu pengorbanan sumber-sumber daya
untuk suatu tujuan tertentu (Hornogren, 1993). Biaya seringkali diukur dengan
satuan-satuan moneter (mis: dollar atau rupiah) yang harus dibayar untuk barang
dan jasa. Menurut Horngren (1993), ada tiga unsure utama dalam biaya suatu
produk, yaitu bahan baku langsung (direct material), tenaga kerja langsung (direct
labor), dan biaya overhead pabrik yang terdiri dari biaya overhead tetap dan
overhead variabel.
3.5.2. Harga Jual
Harga jual adalah harga yang ditetapkan berdasarkan harga pasar dan harga pokok dengan tujuan mendapatkan profit atau laba. Salah satu factor yang memiliki kepastian relative tinggi yang berpengaruh dalam penentuang harga jual
adalah biaya (Mulyadi, 1993). Menurut Mas’ud (1985), banyak factor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan harga jual baik dari dalam maupun dari
luar perusahaan.
Faktor dari dalam perusahaan seperti biaya produks dan biaya lain-lain
yang relevan, laba yang diinginkan, tujuan perusahaan dan sebagainya. Sedangkan
faktor dari luar perusahaan seperti persaingan, luas pasar, sifat produk, dan
lain-lain.
Metode penentuan harga jual menurut Mas’ud (1985) adalah sebagai
berikut:
1. Gross Margin Pricing: tepat digunakan oleh perusahaan perdagangan atau perusahaan yang tidak membuat sendiri produk yang dijual. Penentuan
(cost) produk yang dibeli. Persentase ini disebut mark on percentage atau
mark up. Harga jual = cost produk + (%Mark up x Dasar penentuan Mark up).
2. Direct Cost Pricing (Marginal Income Pricing): didasarkan pada biaya-biaya yang secara proporsional denga volume/penjualan, sehingga
menghasilkan marginal income. Harga jual = (Biaya produksi variabel +
biaya lain-lain variabel)+(% yang diinginkan x dasar penentuan laba).
3. Full Cost Pricing: memperhitungkan semua jenis biaya, baik biaya variabel maupun biaya tetap. Semua biaya untuk membuat produk
ditambah persentase laba yang diinginkan untuk menutup biaya operasi
dan laba yang diinginkan. Harga jual = Biaya produksi total + margin
(biaya produksi total) + biaya operasi.
4. Time and Material Pricing: harga jual ditentukan dari upah langsung dan tariff lainnya dari bahan baku masing-masing yang dijadikan satu,
ditambah dengan jumlah tertentu dari biaya tak langsung serta laba yang
diinginkan. Harga jual = (Bahan + % kenaikan (Bahan)) + (Upah + %
kenaikan (Upah)) + (Jasa + % kenaikan (Jasa)).
5. Return on Capital Employed Pricing: didasarkan pada prosentase mark up
tertentu dari capital employed, yaitu capital (Assets) yang dianggap
mempunyai peranan dalam memproduksi barang (produk). Harga Jual =
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada UD.Rezeki Baru yang beralamat di Jalan
Ujung Serdang Pasar 3 Kampung Undian, Desa Tanduka Raga, Kecamatan
Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
Penelitian pendahuluan dilakukan pada tanggal 18 Mei 2011 untuk
mengetahui kondisi perusahaan secara keseluruhan dan mengidentifikasi
permasalahan yang terjadi. Pengambilan data yang diperlukan untuk penelitian
melalui wawancara dan observasi (pengamatan dan pengukuran secara langsung)
dimulai bulan Juni hingga Desember 2011.
4.2. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif analitis1 yang
bertujuan untuk menyelidiki secara terperinci terhadap aktivitas dan pekerjaan
manusia, serta tata-cara yang berlaku dalam masyarakat mengenai situasi tertentu,
termasuk hubungan antar kegiatan beserta prosesnya yang sedang berlangsung
dalam suatu fenomena.
Dalam penelitian ini, fenomena yang diamati merupakan kondisi proses
produksi serta pembiayaan yang terjadi di setiap aktivitas produksi tersebut.
Analisis yang dilakukan terhadap pembiayaan ini menggunakan metode Activity
4.3. Objek Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan yaitu penentuan biaya
produksi berdasarkan pendekatan sistem Activity Based Costing sehingga objek
yang diteliti adalah seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan yang
menyangkut kegiatan produksi.
4.4. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Jumlah input yang dibutuhkan seperti bahan-bahan, tenaga kerja, mesin
dan peralatan, energi dan depresiasi
b. Proses produksi yang meliputi aktivitas-aktivitas produksi
c. Jumlah produksi keripik ubi yang dihasilkan
d. Total biaya yang terjadi dalam produksi keripik ubi
e. Total harga jual produk jadi keripik ubi.
4.5. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan terlebih dahulu dengan melakukan
penelitian pendahuluan di perusahaan untuk mengidentifikasi masalah kemudian
merumuskan masalah dan tujuan penelitian. Masalah yang ditemukan
diidentifikasi untuk selanjutnya akan dicari penyelesaiannya. Masalah yang akan
dibahas adalah bagaimana menentukan besarnya biaya berdasarkan
aktivitas-aktivitas perusahaan atau disebut juga dengan metode Activity Based Costing
(ABC). Tahap selanjutnya adalah mengumpulkan data yang diperlukan. Pada
yang dipakai dan biaya yang terjadi. Selanjutnya dilakukan pengolahan data,
analisis dan pemecahan masalah.
4.6. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara
sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab dan diskusi tentang hal
yang berhubungan dengan penelitian dengan pimpinan atau karyawan.
2. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara pengamatan dan pengukuran langsung di
lapangan yaitu melakukan pengukuran dan pengamatan data aktivitas,
sumber daya yang dipakai dan berapa besar biaya yang dikeluarkan
disetiap aktivitas produksi sampai produk jadi dan siap dipasarkan.
4.7. Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan
data sekunder yaitu sebagai berikut:
1. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengamatan, wawancara dan
a. Jumlah input yang dibutuhkan seperti bahan-bahan, tenaga kerja,
mesin dan peralatan, energi dan depresiasi
b. Proses produksi yang meliputi aktivitas-aktivitas produksi
c. Jumlah produksi keripik ubi yang dihasilkan
d. Total biaya yang terjadi dalam produksi keripik ubi
e. Total harga jual produk jadi keripik ubi.
2. Data Sekunder
Data sekunder dikumpulkan dengan mencatat data dan informasi dari
perusahaan berupa gambaran umum perusahaan, dan proses produksi yang ada di
perusahaan serta data mesin dan peralalatan yang digunakan.
4.8. Pengolahan Data
Pengolahan data terdiri dari :
1. Identifikasi data biaya yakni biaya berdasarkan pembebanan sumber daya
dan identifikasi data biaya berdasarkan pembebanan aktivitas.
2. Klasifikasi Biaya
Data biaya yang diidentifikasi kemudian diklasifikasi berdasarkan jenis
biayanya yakni biaya langsung dan biaya tidak langsung.
3. Perhitungan Biaya Produksi
Pada bagian ini dilakukan perhitungan biaya produksi dengan metode
4. Membandingkan Metode Activity Based Costing System dengan Metode yang digunakan perusahaan selama ini.
Blok Diagram prosedur pengolahan data dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Biaya Berdasarkan Pembebanan Sumber Daya
Biaya Berdasarkan Pembebanan Aktivitas Identifikasi Data Biaya
Klasifikasi Biaya
Pembebanan Biaya Langsung
Pembebanan Biaya Tidak Langsung
Perhitungan Biaya Produksi
Membandingan Metode Activity Based
Costing dengan Metode yang Dipakai Selama ini
4.9. Analisis Pemecahan Masalah
Pada bagian ini dilakukan analisis pembandingan Metode Activity Based
Costing System dengan sistem sekarang yang diterapkan di perusahaan dalam
pembebanan tiap biaya, biaya manufakturing serta kontribusi Metode Activity
Based Costing System dalam proses pengambilan keputusan oleh manajemen.
4.10. Kesimpulan dan Saran
Berisi mengenai kesimpulan yang dapat ditarik dari studi kasus ini
kemudian didapatkan saran dan masukan yang berguna bagi perusahaan. Blok
Data Primer
- Jumlah input yang dibutuhkan seperti bahan-bahan, tenaga kerja, mesin dan peralatan, energi dan depresiasi
- Proses produksi yang meliputi aktivitas-aktivitas produksi - Jumlah produksi keripik ubi yang dihasilkan
- Total biaya yang terjadi dalam produksi keripik ubi - Total harga jual produk jadi keripik ubi.
Pengolahan Data
1. Identifikasi data biaya yakni biaya berdasarkan pembebanan sumber daya dan identifikasi data biaya berdasarkan pembebanan aktivitas.
2. Klasifikasi Biaya langsung dan tidak langsung 3. Perhitungan Biaya Produksi
4. Membandingkan Metode Activity Based Costing System dengan Metode yang digunakan perusahaan selama ini.
Analisis Pemecahan Masalah
Pada bagian ini dilakukan analisis pembandingan Metode Activity Based Costing System
dengan sistem sekarang yang diterapkan di perusahaan dalam pembebanan tiap biaya, biaya manufakturing serta kontribusi Metode Activity Based Costing System dalam proses pengambilan keputusan oleh manajemen.
Kesimpulan dan Saran Perumusan Masalah:
Penetapan biaya yang dipakai perusahaan selama ini tidaklah efektif karena penetapan biaya tersebut tidak memberikan informasi yang memadai untuk tujuan pengendalian biaya sebagai dasar pengambilan keputusan.
Penetapan Tujuan:
1. Menghitung biaya produksi keripik ubi dengan pendekatan metode
Activity Based Costing System.
2. Membandingkan biaya produksi keripik ubi berdasarkan pendekatan metode Activity Based Costing System dengan sistem yang diterapkan perusahaan selama ini.
Studi Literatur
Activity Bases Costing System, Klasifikasi biaya: biaya langsung dan biaya tidak langsung
Teknik Pengumpulan Data
- Data primer diperoleh berdasarkan pengamatan, wawancara.
- Data sekunder dikumpulkan dengan mencatat data dan informasi dari perusahaan
KONDISI AWAL
Studi Literatur Studi Lapangan
Data Sekunder
- Gambaran umum perusahaan - Proses Produksi
- Data mesin dan peralatan
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data
5.1.1. Data Aktivitas Produksi
Pada penelitian ini, aktivitas produksi yang dimaksud adalah kegiatan
produksi yang berkaitan dengan pengolahan ubi menjadi keripik ubi.
Data yang berkaitan dengan aktivitas kegiatan produksi meliputi:
1. Jumlah input yang dibutuhkan seperti bahan-bahan, tenaga kerja,
mesin, peralatan, energi dan depresiasi mesin
2. Proses produksi yang meliputi aktivitas-aktivitas produksi
3. Jumlah produksi keripik ubi yang dihasilkan
4. Total biaya yang terjadi dalam produksi keripik ubi
5. Total harga jual produk jadi keripik ubi.
Data ini diperoleh dengan menelusuri aktivitas yang dimulai dari input
sampai output yang merupakan tahapan identifikasi aktivitas dari proses dalam
hubungannya dengan penentuan biaya aktivitas tersebut. Setelah dilakukan
penelusuran aktivitas produksi diperoleh tahapan proses produksi pembuatan
keripik ubi yang dapat dilihat pada lampiran 2. Sedangkan data aktivitas setiap
produksi disajikan pada flow proces chart, dimana aktivitas produksi tersebut
dan penjualan keripiki ubi pada bulan Agustus 2011 yaitu dari 237.750 Kg ubi di
oloah menjadi 99.855 Kg keripik ubi.
5.1.2. Perincian Data Biaya Produksi
1. Biaya Bahan Baku untuk Pembuatan Keripik Ubi
Besarnya biaya bahan baku untuk memproduksi keripik ubi sebanyak
99.855 Kg selama bulan Agustus 2011 adalah sebesar Rp 190.200.000,- dengan
perincian biaya pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Perincian Biaya Bahan Baku Pembuatan Keripik Ubi Bulan
Agustus 2011
Sumber : UD.Rezeki Baru
2. Biaya Bahan Tambahan untuk Pembuatan Keripik Ubi
Besarnya biaya bahan tambahan untuk memproduksi keripik ubi sebanyak
99.855 Kg selama bulan Agustus 2011 adalah sebesar Rp 170.430.000,- dengan
perincian biaya pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Perincian Biaya Bahan Tambahan Pembuatan Keripik Ubi Bulan
Tabel 5.2. Perincian Biaya Bahan Tambahan Pembuatan Keripik Ubi Bulan
Agustus 2011 (Lanjutan)
No Nama Bahan Jumlah
11 Plastik packing ukuran 500 kg 120 24.000 2.880.000
12 Plastik packing ukuran 100
gram 60 25.000 1.500.000
13 Plastik packing ukuran 24
gram 150 500.000 75.000.000
Total 170.430.000
Sumber : UD.Rezeki Baru
3. Biaya Bahan Penolong untuk Pembuatan Keripik Ubi
Besarnya biaya bahan Penolong untuk memproduksi keripik ubi sebanyak
99.855 Kg selama bulan Agustus 2011 adalah sebesar Rp 184.200.000,- dengan
perincian biaya pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Perincian Biaya Bahan Penolong Pembuatan Keripik Ubi Bulan
Agustus 2011
Total 184.200.000
4. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung yang dimaksud adalah tenaga kerja yang
dikerahkan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Biaya ini meliputi
upah karyawan yang dapat dibebankan kepada produk. Tenaga kerja langsung di
perusahaan ini berjumlah46 orang untuk 1 hari dengan perincian; 15 orang tenaga
kerja sub kontrak untuk bagian pengupasan ubi dengan sistem upah borongan
sebesar Rp.40/Kg ubi. Untuk upah tenaga kerja penggorengan dan perapian
adalah sebesar Rp 45.000,- perhari. Sedangkan untuk upah tenaga kerja di bagian
lain adalah sebesar Rp 35.000,- per hari. Total biaya tenaga kerja langsung pada
bulan Agustus 2011 sebesar Rp.44.100.000,- dengan perincian dapat dilihat pada
Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Upah Tenaga Kerja Langsung untuk Pembuatan Keripik Ubi
No Aktivitas Jumlah
Total 44.100.000