• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanaman nilai-nilai akhlak pada siswa Kelas V SDIT Nurul Amal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penanaman nilai-nilai akhlak pada siswa Kelas V SDIT Nurul Amal"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

HAMIDAH NIM. 1810011000035

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

NIM Judul

1810011000035

PENANAMAN NILAI-NILAI AKHLAK PADA SISWA SDIT NURULAMAL

Pendidikan akhlak merupakan aspek yang sangat fundamental dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan masyarakat. Karena bagaimanapun, pandainya seorang anak didik tanpa dilandasi dengan akhlak yang baik, budi pekerti yang lOOur, maka kelak tidak akan mencerminkan kepribadian yang baik.

Sehubungan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penanaman nilai-nilai akhlak pada siswa SDIT Nurul Amal, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penanaman mengenai nilai-nilai akhlak yang dilakukan sekolah kepada siswa.

penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Adapun yang dilakukan pihak sekolah dalam rangka penanaman nilai-nilai akhlak cukup beragam, Keberagaman siswanya selain pelaksanaan pendidikan agama Islam di kelas, maupun di luar kelas, yaitu dengan cara pembiasaan dengan akhlak yang baik, dengan kejujuran, kedisiplinan dan tanggung jawab, dengan begitu tahapan pembelajaran di SDIT Nurul Amal berjalan dengan baik. Dari hasil pembelajaran yang baik, maka diperoleh hasil belajar siswa yang baik pula.

(7)

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alamo Karena anugerah dan rahmatnyalah kita masih diberikan berbagai maeam nikmat, shalawat dan salam semoga senantiasa tereurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan kepada keluarga, sahabat-sahabatnya dan kepada kita sebagai umatnya hingga akhir jaman nanti.

Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan meneapai gelar sarjana Strata Satu (SI), diUniversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta adalah membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Oleh karena itu, penulis membuat skripsi dengan judul "Penanaman Nilai-nilai akhlak pada siswa SDIT Nurul Amal".

Selama penyusunan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi dan dialami penulis, baik yang menyangkut pengaturan· waktu, pengumpulan data, maupun biaya yang tidak sedikit, dan sebaginya. Namun dengan keIja keras dan kesungguhan hati serta dorongan dan motivasi dari berbagi pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengueapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yaitu Ibu Nurlena Rifa'i, MA, Ph.D.

2. Ketua Jurusan PAl Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Yaitu Bpk Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag.

3. Sekertaris Jurusan PAl Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguran UIN SyarifHidayatullah Jakarta. Yaitu Ibu Marhamah Saleh, Le.MA. 4. Drs. Masan, AF, M.Pd. yang telah menyediakan waktu, pikiran dan

tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuknya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

A. Latar belakang masalah

Dalam kehidupan manusia, tingkah laku atau kepribadian merupakan hal yang sangat penting, sebab aspek ini akan menentukan identitas diri dan sikap seseorang. Baik dan buruknya seseorang itu akan terlihat dari tingkah laku atau kepribadian yang dimilikinya. Proses pembentukan nilai-nilai atau kepribadian ini hendaklah dimulai dari masa kanak-kanak, yang dimulai dari selesainya masa menyusui hingga anak berumur enam atau tujuh tahun. masa ini termasuk masa yang sangat sensitif bagi perkembangan kemampuan berbahasa, cara berpikir, dan sosialisasi anak.

Pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Muhammad Athiyah al-Abrasyi mengatakan “bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan islam”.1

Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya dulu. Seorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan didikan agama, maka pada dewasanya nanti, ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. Lain halnya dengan orang yang waktu kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama, misalnya ibu bapaknya orang yang tahu agama, lingkungan sosial dan kawan-kawannya juga hidup menjalankan agama, ditambah pula dengan pendidikan agama, secara sengaja di rumah, sekolah dan masyarakat. Maka orang itu akan dengan sendirinya mempunyai kecenderungan kepada hidup dalam aturan-aturan agama, terbiasa menjalankan ibadah, takut melangkahi larangan-larangan agama dan dapat merasakan betapa nikmatnya hidup beragama.2

Setiap orang tua harus senantiasa belajar tentang ilmu mendidik anak karena tidak ada Sekolah khusus untuk menjadi orang tua. Tetapi banyak sekali yang dapat memfasilitasi hal itu jika kita bersungguh-sungguh ingin belajar

1

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), Cet.11, h.155

2

(13)

menjadi orang tua yang baik, terutama dizaman ini dimana perkembangan ilmu dan teknologi begitu cepat dan mampu menembus ruang dan waktu. Orang tua yang memiliki bekal ilmu dalam mendidik anak akan sadar tentang pentingnya pendidikan anak sejak usia dini bahkan dalam rahim ibu, bahkan menurut penelitian, kondisi ibu saat hamil sangat mempengaruhi akhlak anak, bila ibu mampu menjaga diri dari makanan yang tidak halal dan juga perilaku yang tidak terpuji Insya Allah anak yang lahir akan menjadi anak yang sholeh. Karena tidak ada bayi yang terlahir kecuali suci, namun ia mencontoh dari orang tua, sebagaimana tercantum dalam sebuah hadis:

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, lalu kedua orangtuanya

yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi.”.(HR. Muslim).

Selain faktor kondisi ibu, ada hal lain yang tak kalah pentingnya dalam pendidikan anak sejak dini yaitu peran ayah merupakan patner ibu dalam membentuk generasi yang tangguh dalam menghadapi tantangan zaman. Sejak anak masih berada dalam kandungan, peran suami dalam memberi dukungan serta kasih sayang pada istrinya dapat mempengaruhi kondisi kehamilan, bayi yang berada dalam kandungan ibu harus diajak berinteraksi oleh ayah dan ibunya sebagai tahap awal dalam mendidik anak. Selain itu memperdengarkan ayat Al-Qur‟an juga terbukti dapat meningkatkan kecerdasan anak terutama kecerdasan emosi dan spiritual. “Perkembangan agama pada masa anak, terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil, dalam keluarga, disekolah dan dalam masyarakat lingkungan. Semakin banyak pengalaman yang bersifat agama, dan semakin banyak unsur agama, maka sikap, tindakan, kelakuan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama”.3

Didalam pendidikan terjadi proses pembentukan jiwa anak yang menjadi dasar mental dan moral. Orang tua harus memberikan perhatian ekstra terhadap pendidikan anak dan mempersiapkannya untuk menjadi insan yang handal, berguna bagi dirinya, masyarakat, agama dan negara. Dilingkungan keluarga, orang tua berkewajiban untuk menjaga, mendidik, memelihara, membimbing serta mengarahkan dengan sungguh-sungguh dari tingkah laku atau kepribadian anak sesuai dengan syari‟at islam yang berdasarkan atas tuntunan atau aturan yang

(14)

ditentukan didalam Alquran dan hadis. Tugas ini merupakan tangggung jawab masing-masing orang tua yang harus dilaksanakan.

“Sebaik-baik kamu ialah yang terbaik akhlak (budi pekerti)”.4 (HR.Bukhari Muslim)

Manusia adalah makhluk yang dinamis, dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriah atau batiniah, dunia dan akhirat. Namun cita-cita demikian tidak mungkin tercapai jika manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuannya seoptimal mungkin melalui proses pendidikan. Proses pendidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita yang di harapkan oleh setiap pendidik dalam proses pembinaan dan peningkatan moralitas dan keilmuan di masa-masa yang akan datang.

Pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan manusia. John Dewey, berpendapat bahwa “pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup, salah satu pungsi sosial, sebagai bimbingan dan sebagai pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup”.5

“Islam merupakan syariat Allah bagi manusia yang dengan bekal syariat itu manusia beribadah. Agar manusia mampu memikul dan merealisasikan amanat besar itu, syariat itu membutuhkan pengamalan, dan pembinaan. Pengembangan dan pembinaan itulah yang dimaksud dengan pendidikan islam”.6

Akhlak atau sistem prilaku ini terjadi melalui satu konsep atau seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu harus terwujud. Akhlak pada tiap-tiap pribadi, merupakan ikatan yang kuat yang senantiasa mengikat antara yang satu dengan yang lain. Bila ikatan ini rusak, maka rusak pulalah hubungan mereka. Akibatnya jalinan kemasyarakatan akan semakin tidak harmonis. Apabila ikatan sosialnya sudah putus, maka kekuatan itu akan hilang dan musuh islam telah

4

. Rahmat Syafe‟i, Al-Hadis, (bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 80

5. A. Malik fadjar, Reorientasi pendidikan Islam, (Jakarta: fajar Dunia, 1999), Cet.1.,h.35

(15)

memahami kelemahan ini, karena itu musuh islam berusaha untuk merusak akhlak kaum muslimin beserta tata kehidupan sosial dan individualnya dengan segala tipu daya dan kecerdikannya. Adapun yang mereka cabut dari akar-akar akhlak antara lain nilai-nilai kejujuran, amanah dan harga diri.

Sesungguhnya pertumbuhan kesadaran moral pada anak, menyebabkan agama anak-anak mendapatkan lapangan baru (moral) maka bertambah pula perhatiannya terhadap nasihat-nasihat agama, dan kitab suci baginya tidak lagi merupakan kumpulan undang-undang yang adil, yang dengan itu Allah menghukum dan mengatur dunia guna menunjuki kita kepada kebaikan.

Surga dan neraka tidak lagi kepercayaan yang merupakan macam-macam hal dari khayalan, akan tetapi telah merupakan keharusan moral, yang dibutuhkan oleh anak, guna mengekang dirinya dari kesalahan-kesalahan dan mengimbangi kekurangan yang terasa olehnya dan ia merasakan pula perlunnya keadilan tuhan. Oleh sebab itu sebagai orang tua marilah kita sama-sama memperbaiki pola asuh kita, anak adalah amanah Allah SWT yang akan kita pertanggung jawabkan di hadapanNya kelak. “Begitu pun peran guru agama yang mempunyai tugas yang cukup berat, yaitu ikut membina pribadi anak disamping mengajarkan pengetahuan agama kepada anak, guru agama harus memperbaiki pribadi anak yang telah terlanjur rusak”.7

Dan guru menjadi pengganti orang tua di sekolah, dan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk akhlak anak didiknya dan pemerintah harus memberikan perhatian yang besar dalam memperbaiki sistem pendidikan yang lebih ramah kepada anak dan lebih menitik beratkan kepada Nilai Akhlak dan Moral. Apabila agama telah mencapai sifat-sifat moral ini, maka kebaikan tertinggi adalah perintah Allah. Dengan ini terlihatlah bahwa perkembangan perasaaan agama disertai oleh pikiran tentang kebaikan yang tertinggi.

Jadi pendidikan yang utama menurut pandangan islam, pada tahapan pertama bergantung pada kekuatan perhatian dan pengawasan, maka selayaknyalah bagi orang tua sangat bertanggung jawab terhadap pendidikan. Sebagai orang tuapun hendaknya menjadikan rumah sebagai tempat dimana anak

(16)

merasa nyaman sehingga kemanapun anak pergi, ia dapat merasakan kerinduan untuk kembali ke rumah karena di rumah ia mendapatkan apa yang ia butuhkan, dan rumah yang ternyaman adalah rumah yang senantiasa menghadirkan Allah SWT di dalamnya, rumah yang menjadi Baiti Jannati, surga sebelum surga yang sebenarnya. Jika orang tua selalu menghadirkan Allah SWT dalam diri anak, maka anak akan selalu merasakan pengawasan Allah SWT dalam setiap tindak tanduknya.

Namun dalam kesibukan orang tua yang mencari nafkah, sampai anaknya pun kurang perhatian dari kedua orang tuanya dalam pendidikannya, mereka menitipkan kepada sekolah dan pembantu dirumah, sehingga kehidupan sehari-harinya selalu dengan orang lain.

Setiap orang tua dan semua guru ingin membina anak agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat dan akhlak yang terpuji semuanya itu dapat diusahakan melalui pendidikan, baik yang formal (disekolah) maupun yang informal (di rumah), setiap pengalaman yang dilalui anak, baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan pembinaan pribadinya.8

Pendidikan islam adalah penataan individual dan sosial yang dapat menyebabkan seseorang tunduk taat pada islam dan menerapkanya secara sempurna didalam kehidupan individu dan masyarakat.

Dalam pembinaan moral, agama mempunyai peranan yang penting dalam pengendalian moral seseorang. Tapi harus diingat bahwa pengertian tentang agama, tidak otomatis sama dengan bermoral. Betapa banyak orang yang mengerti agama, akan tetapi moralnya merosot. Dan tidak sedikit pula orang yang tidak mengerti agama sama sekali, moralnya cukup baik. Betapa mirisnya wajah Indonesia yang hampir tiap hari disajikan televisi melalui siaran berita, seperti kasus pemerkosaan, tawuran, dan tindakan-tindakan kriminal yang seringkali menyebabkan jatuhnya korban, baik itu korban luka-luka hingga berujung kematian. Yang membuat lebih miris dari semua itu adalah usia para pelaku yang masih berstatus pelajar. Bahkan banyak di antara mereka masih duduk di bangku

(17)

Sekolah Dasar. Terbesit banyak pertanyaan dalam benak kita, “Ada apa dengan anak bangsa ini?” Marilah kita sebagai orang tua dan guru yang hakikatnya sama -sama berperan sebagai pendidik untuk merenungkan sejenak masalah ini hingga akhirnya tumbuh kepedulian tuk merubah wajah anak negeri.

Setiap anak yang tumbuh dan berkembang, sebelum ia mengalami proses pendidikan di sekolah, sejatinya berasal dari rumah tempat ia menjalani hari-harinya bersama keluarga. Karena itu orangtualah yang memegang peran yang sangat penting dalam hal pendidikan anak, walaupun ada beberapa kondisi yang menyebabkan anak tidak bisa mendapatkan pendidikan dari orang tuanya, seperti anak yatim piatu semenjak lahir, anak yang dibuang oleh orang tuanya dll. Tetapi dalam kondisi normal, orang tua merupakan pendidik anak yang pertama dan utama. Bahkan dalam Al-Qur‟an serta Sunnah banyak sekali ditegaskan tentang pentingnya mendidik anak bagi para orang tua. Sebagaimana telah dicontohkan Rasullullah SAW dia manusia yang sangat baik akhlak dan budi pekertinya:

“Bahwasanya Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”.9 (HR. Al-Bazaar).

Anak yang terdidik dengan baik oleh orang tuanya akan tumbuh menjadi anak yang pandai menjaga dirinya dari pengaruh buruk lingkungan, karena ia telah dibekali oleh ilmu tentang hidup dan kehidupan yang di dalamnya terdapat ilmu yang paling bermanfaat yaitu ilmu agama.

“Menghadapi keburukan akhlak yang menggunakan sarana modern, harus juga memakai alat dan cara modern untuk mengatasinya”10. Tentu saja, normanya tetap berdasarkan ajaran agama; sedangkan teknik pendidikan dan penanggulangannya, harus disesuaikan dengan bentuk penyimpangan (keburukan akhlak) yang dihadapinya. Misalnya, penanggulangan kenakalan remaja harus bekerjasama antara pihak penegak hukum, psikiater dan ahli agama dengan

9

. Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2004), cet. I., h. 125

10

(18)

menggunakan metode yang tepat guna. Maka dapat dikatakan bahwa persoalan akhlak masa kini, harus diatasi pula dengan cara (teknik) masa kini.

Kerusakan akhlak dan moral pada siswa pada umumnnya karena kehilangan hakekat pendidikan itu sendiri dalam membawa perubahan, dan arahnya pun semakin tidak jelas. Belakangan ini banyak kejadian kenakalan remaja semakin meningkat bahkan mulai tidak terbendung untuk ditangani dan semakin miris, bahkan mulai pada tingkat SD sudah melakukan perbuatan asusila yang tidak pantas.

Dari sini dapat dipahami bahwa untuk menghilangkan, mengatasi kebobrokan akhlak tidak lain kecuali dengan memberikan pendidikan sedini mungkin khususnya pendidikan akhlak.

Dalam skripsi ini yang berjudul penanaman nilai-nilai akhlak di SDIT Nurul Amal pondok cabe ilir tangsel, disimpulkan bahwa “penanaman nilai-nilai akhlak sangat berperan dalam membentuk sikap dan prilaku anak didik, karena dengan pendidikan akhlak anak didik diajarkan cara-cara bersikap dan perilaku dengan benar, sopan dan baik.

(19)

sebagai benteng bagi umatnya berkewajiban menjaga dan melindungi umatnya dari pengaruh perubahan zaman yang tidak diinginkan terutama yang berkaitan dengan aqidah dan moralitas baik individu maupun masyarakat, karena jika keduanya aqidah dan moral tidak digarap dan diperhatikan dengan serius maka kerusakan dan keamburadulan masyarakat segera menghampiri. Maka merenungkan kembali ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Qur'an Al-Karim dan Sunnah Nabi yang mulia sebagai landasan dan dasar dari pendidikan akhlak penting dan mendesak untuk dilakukan.

Untuk mengatasi masalah kepribadian manusia, dibutuhkan kepribadian rabbani, istilah rabbani berasal dari kata rabb yang berarti tuhan, yaitu tuhan yang memiliki, memperbaiki, mengatur, menambah, menunaikan, menumbuhkan, mengembangkan, memelihara, dan mematangkan sikap mental. Kepribadian rabbani atau kepribadian Illahi adalah kepribadian individu yang didapat setelah mentranspormasikan asma(nama-nama) dan sifat-sifat Tuhan kedalam dirinya untuk kemudian diinternalisasikan dalam kehidupan nyata. Menurut Al-Razi dalam Mujib (2006:188-189) adalah kepribadian individu yang mencerminkan sifat-sifat ketuhanan (rabbaniyah).

Dari sini dapat dipahami bahwa untuk menghilangkan, mengatasi kebobrokan akhlak tidak lain kecuali dengan memberikan pendidikan sedini mungkin khususnnya pendidikan akhlak. Pribadi manusia yang dicontohkan dalam islam, adalah manusia yang selalu dekat dengan Tuhannya, dan selalu baik dengan sesamanya. Karena itu, persoalan akhlak harus menjadi sifat utama dalam setiap sifat individu manusia, untuk mendorong segala macam perbuatannya. Tetapi yang menjadi persoalan bagi manusia, bila peradabannya terganggu oleh keburukan moral umat, sehingga harapannya untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya tidak akan tercapai.

(20)

dan orang-orang yang berkecimpung dalam bidang agama dan sosial berkenaan dengan ulah sebagian pelajar yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, sering membuat keonaran, tawuran, mabuk-mabukan, pesta obat-obatan terlarang, krisis akhlak yang menjadi pangkal penyebab timbulnya krisis dalam berbagai bidang kehidupan. bangsa indonesia saat ini belum ada tanda-tandanya untuk berakhir. Keadaan seperti kini dilukiskan oleh Syekh al-Nadvi dalam bukunya “Madza Khasira al-Alam bi inhitthath al-Muslimin (apa yang diderita dunia akibat

kemerosotan kaum muslimin, 1983: 131), bagaikan dunia yang baru saja dilanda gempa yang dahsyat. Menghadapi fenomena tersebut, tuduhan sering kali diarahkan kepada dunia pendidikan sebagai penyebabnya. Dunia pendidikan benar-benar tercoreng wajahnya dan tampak tidak berdaya untuk mengatasi krisis tersebut.

Manusia pada umumnya dan remaja-pelajar khususnya, apabila tidak mendapatkan perhatian secara optimal dari orang tua, guru maupun orang dewasa lainnya, maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ataupun penyimpangan dalam perilaku. Untuk itu penanaman nilai-nilai agama islam usia dini sangatlah penting. Mengingat peranan nilai agama mengarah pada pembentukan kepribadian yang beriman dan bertaqwa serta memiliki akhlak yang mulia. Dari latar belakang masalah ini penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih lanjut dalam bentuk karya ilmiah skripsi dengan judul “ Penanaman Nilai-nilai Akhlak pada Siswa Kelas V SDIT Nurul Amal”.

A.Identifikasi Masalah

1. Cara guru menanamkan nilai-nilai akhlak belum maksimal dengan tujuan yang diharapkan

2. Peran orang tua terhadap penanaman nilai-nilai akhlak masih kurang

3. Lingkungan sekolah sangat berpengaruh dalam penanaman nilai-nilai akhlak

(21)

5. Dengan kesejahteraan guru yang kurang diperhatikan, sehingga berdampak pada pengajarannya

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Mengingat begitu luasnya masalah yang muncul penulis membatasi masalah Penanaman Nilai-Nilai Akhlak terhadap siswa, guru merasa sudah melakukan menanamkan nilai-nilai agama islam, tetapi perilaku siswa masih belum mencerminkan akhlak yang baik.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

Bagaimanakah cara Penanaman nilai-nilai akhlak yang baik dalam membentuk kepribadian siswa SDIT Nurul Amal?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah:

a. untuk mengetahui kendala-kendala atau hambatan-hambatan dalam pelaksanaan penanaman nilai-nilai akhlak disekolah tersebut.

2. Adapun manfaat penelitian sebagai berikut:

a. Bagi penulis guna menambah wawasan serta pengalaman mengenai penelitian baik dalam teoritis maupun praktis

b. Bagi sekolah yang bersangkutan sebagai informasi serta bahan masukan guna menerapkan pola penanaman nilai-nilai akhlak

c. Bagi siswa, mendapatkan pengalaman belajar yang lebih memudahkan siswa dalam pemahaman materi, dan siswa yang paham terlebih dulu menjelaskan kepada siswa lain yang belum paham.

d. Bagi guru, mendapatkan pengalaman mengajar yang lebih, dan mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum. e. bagi para peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan inspirasi guna

(22)

A.Penanaman nilai-nilai Akhlak 1. Pengertian Nilai

Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Maksudnya kualitas yang memang membangkitkan respon penghargaan. Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat. Menurut Sidi Gazalba yang dikutip Chabib Thoha mengartikan nilai sebagai berikut: Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki. Sedang menurut Chabib Thoha nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang memberi arti (manusia yang meyakini). Jadi nilai adalah “ukuran untuk menghukum atau memilih tindakan dan tujuan tertentu”1

. Menurut Hoffmeister, nilai adalah “implikasi hubungan yang diadakan oleh manusia yang sedang memberi nilai antara satu benda dengan satu ukuran”.2

Nilai kita rasakan dalam diri kita masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi penting dalam kehidupan, sampai pada suatu tingkat, dimana sementara orang lebih siap untuk mengorbankan hidup mereka dari pada mengorbankan nilai. Untuk nilai dan moral adalah suatu keseluruhan tatanan yang terdiri dari komponen yang satu sama lain saling mempengaruhi atau bekerja dalam satu kesatuan atau keterpaduan yang bulat yang berorientasi pada nilai dan moralitas islami, dan sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku Jadi nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup manusia yaitu mengabdi pada Allah SWT.

1

. Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), Cet. 1., h. 114

2

(23)

Nilai-nilai tersebut perlu ditanamkan pada anak sejak kecil, karena pada waktu itu adalah masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan yang baik padanya. “Nilai adalah ukuran umum yang dipandang baik oleh masyarakat dan menjadi pedoman dari tingkah laku manusia tentang cara hidup yang sebaik-baiknya”3. Nilai-nilai ini sesungguhnya bersumber dari subsistem pandangan hidup dan merupakan pertimbangan dan memberikan arah, umumnnya terhadap pendidikan dan khususnya terhadap pendidikan kurikulum.

Hakikat nilai, “nilai diturunkan dari kondisi manusia, nilai tidak bersifat ekslusif, tidak berdiri sendiri, melainkan ada dalam suatu proses, yaitu dalam tindakan/perbuatan manusia itu sendiri”4

. karena manusia merupakan bagian dari masyarakatnya, baik atau tidak baik tindakan-tindakannya dinilai berdasarkan hasil-hasilnya didalam masyarakat. Jika akibat yang terjadi berguna bagi dirinya dan masyarakatnya, maka tindakan tersebut adalah baik.

Pandangan hidup yang mendasari seluruh kegiatan pendidikan Islam ialah pandangan hidup muslim yang merupakan nilai-nilai luhur yang bersifat universal yakni Al Qur‟an dan As Sunnah yang shahih juga pendapat para sahabat dan ulama sebagai tambahan. Hal ini senada dengan pendapat Ahmad D. Marimba yang menjelaskan “bahwa yang menjadi landasan atau dasar pendidikan diibaratkan sebagai sebuah bangunan sehingga isi Al-Qur‟an dan Al Hadits menjadi pondamen, karena menjadi sumber kekuatan dan keteguhan tetap berdirinya pendidikan”.5

Pendidikan dapat dilakukan dengan menetapkan pelaksanaan pendidikan agama baik dirumah, sekolah maupun masyarakat. Hal yang demikian diyakini, karena inti ajaran agama adalah akhlak yang mulia yang bertumpu pada keimanan kepada Tuhan dan keadilan sosial.

Al-Qur‟an adalah petunjuk-Nya yang bila dipelajari akan membantu menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman berbagai problem hidup. “apabila dihayati dan diamalkan menjadi pikiran rasa dan karsa mengarah pada

3

. Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet 3, h. 75

4

. Tatang Syarifudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Departemen Agama, 2009), h. 68

5

(24)

realitas keimanan yang dibutuhkan bagi stabilitas dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat”.6

Jadi nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup manusia yaitu mengabdi pada Allah SWT.

Akal harus di latih dan diasah dengan cara didorong oleh metode pendidikan islam yang mengutamakan pendekatan rasional observatif. ide dasar tersebut diambil dari pesan Allah dalam surat Al-Hasyr ayat 2

...

maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan.7

“Orang-orang yang ahli dalam berbagai penelitian (bashirah) dan memahami serta merenungkan wahyu-wahyu Allah diperintahkan agar mengambil ibrah (pelajaran) dengan akalnya. Juga di perintahkan untuk mengerahkan kemampuan berpikir agar pada ayat-ayat Allah tersebut dapat dikeluarkan kandungannya hikmahnya bagi pengembangan agama islam”.8

Jadi nilai itu bertingkat-tingkat. Dalam susunannya, yang satu berhubungan dengan yang lain atau berlawanan. Yang baik berhubungan dengan yang bagus, yang jahat berhubungan dengan yang bejat. Yang baik berlawanan dengan yang jelek dan seterusnya. Dalam kenyataan, tingkat-tingkat itu ada dalam rohani manusia.

1) Tujuan Akhlak/Nilai Budi Pekerti

Dalam konteks pendidikan di Indonesia, fenomena tentang kemerosotan nilai-nilai moral telah menjadi semacam lampu merah yang mendesak semua pihak, untuk segera memandang penting sebuah sinergi bagi pengembangan pendidikan karakter. Banyak bukti menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah ternyata membantu menciptakan kultur sekolah menjadi lebih baik, peserta didik

6

. M.qurais shihab, Wawasan al-qur’an, (Bandung: Mizan, 1996)

7

. Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, Q.S. Al-Hasyr: 2, h. 915

8

(25)

merasa lebih aman, dan lebih mampu berkonsentrasi dalam belajar sehingga prestasi mereka meningkat..

Menyiapkan karakter bangsa bukan hanya berurusan dengan penanaman nilai-nilai pada terdidik, namun merupakan sebuah usaha bersama untuk menciptakan suatu lingkungan pendidikan tempat dimana setiap individu dapat menghayati kebebasannya sebagai sebuah prasyarat bagi kehidupan moral yang dewasa. Menyiapkan karakter bangsa merupakan sebuah pedagogi yang memiliki tujuan” agar setiap pribadi semakin menghayati individualitasnya, mampu menghargai kebebasan yang dimilikinya sehingga dia dapat semakin bertumbuh sebagai pribadi maupun sebagai warganegara yang bebas dan bertanggung jawab, bahkan sampai pada tanggung jawab moral integritas atas kebersamaan hidup dengan orang lain di dalam dunia”.9

Penananaman nilai-nilai kejujuran sebagai salah satu karakter bangsa memunculkan sebuah pertanyaan yang menggelitik. Apakah penanaman nilai-nilai kejujuran dapat menjamin terwujudnya nilai-nilai kejujuran dalam perbuatan seseorang?

Sekiranya saja pendidikan hanya diartikan sebagai penanaman nilai-nilai, betapa mudahnya menjadi pendidik. Pendidik dapat saja menyusun urutan nilai-nilai yang seyogiyanya dimiliki terdidik, lalu kita pikirkan teknik penanamannya, kemudian kita terapkan kepada mereka, maka tertanamlah nilai-nilai itu pada diri terdidik. Apakah demikian ?

Dalam kenyataannya, pendidikan itu tidak semudah yang kita duga. Mungkin masih banyak orang yang berhipotesis bahwa “ Knowing is behaving”, sementara kalau kita baca-baca dalam sejarah ternyata sejarah kemanusiaan menunjukkan bahwa orang yang telah memiliki banyak nilai, belum tentu mengamalkan nilai-nilai itu. Tampaknya penanaman nilai-nilai belum menjamin lahirnya pribadi-pribadi yang berkarakter seperti yang diharapkan. Pendidikan tidak mampu mewariskan nilai-nilai positif dalam sebuah proses pendidikan.10

Berbagai buku tentang pendidikan memang ada mengupas bahwa peradaban manusia merupakan warisan yang diambil oleh generasi sekarang dari generasi

9

. Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter Menuju , Strategi mendidik anak di zaman Global, (Jakarta: PT Grasindo, 2007).

10

(26)

terdahulu melalui upaya yang sungguh-sungguh. Peradaban merupakan warisan sosial yang diupayakan manusia dalam memperoleh dan memeliharanya. Warisan itu tidaklah pindah dengan sendirinya dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya, kecuali dengan pendidikan yang berperan mentransfer kekayaan pemikiran, nilai-nilai mulia, tradisi yang baik dari nenek moyang ke generasi berikutnya.

Aktivitas pendidikan sejak awal telah menjadi cara bertindak dari sebuah masyarakat. Dengan demikian manusia mencoba melanggengkan peradabannya.. Kepada generasi yang lebih muda mereka mewariskan nilai-nilai yang menjadi bagian penting dalam kultur masyarakat tempat mereka hidup. Jika proses pewarisan ini tidak terjadi, maka nilai-nilai yang telah menghidupi masyarakat dan kebudayaan tersebut terancam punah dengan kematian para anggotanya. Oleh karena itu pendidikan memiliki peranan penting sebab menentukan tidak hanya keberlangsungan masyarakat, namun juga mengukuhkan identitas individu dalam sebuah masyarakat.

Menurut saya, inilah rupanya landasan berfikir mengapa perlu penanaman nilai-nilai (dalam hal ini kejujuran) dilakukan secara terus menerus. Saya ingin mengajak sekalian untuk mempertanyakan lebih dalam tentang penanaman nilai-nilai (kejujuran) dari keseluruhan pendidikan yang utuh.

B. Penanaman Nillai-nilai Kejujuran dan Kedisiplinan melalui Pendidikan 1. kejujuran

Referensi singkat yang ditemukan dari artikel Albert Hendra Wijaya (2008) menyebutkan bahwa “Jujur” jika diartikan secarabaku adalah “mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai dengan kenyataan dan kebenaran. Dalam kamus bahasa Indonesia kata jujur berarti: tidak bohong, lurus hati, dapat dipercaya kata-katanya, tidak khianat”.11 Jika seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui suatu hal sesuai dengan apa adanya, maka orang tersebut dapat dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong, munafik dan sebagainya. Jadi jujur adalah suatu karakter yang berarti

11

(27)

berani menyatakan keyakinan pribadi, menunjukkan siapa dirinya. Sesuai kitab suci al Qur‟an pengertian “jujur” terkandung dalam surat Al-Ma‟idah ayat 8:

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebenaranmu terhadap suatu kaun, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa, Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.12.

Berdasarkan definisi di atas maka pengertian jujur/kejujuran akan tercermin dalam prilaku yang diikuti dengan hati yang lurus (ikhlas), berbicara sesuai dengan kenyataan, berbuat sesuai bukti dan kebenaran. Dengan demikian kejujuran merupakan salah satu unsur kekuatan spiritual, akhlak mulia, serta kepribadian.

Disekolah selalu diajarkan untuk selalu berkata/berperilaku jujur, contohnya bila ada teman yang berbuat tidak jujur maka dia akan diberi tugas untuk menulis beberapa halaman, atau diberi tugas yang lain, yaitu merapikan sepatu temannya, dan apabila anak tersebut berkata jujur maka akan diberikan pujian. Dengan demikian anak akan terbiasa dengan berkata jujur.

Tujuan utama sebuah pendidikan adalah “membentuk kejujuran, sebab kejujuran adalah modal dasar dalam kehidupan bersama dan kunci menuju keberhasilan Melalui kejujuran kita dapat mempelajari, memahami, dan mengerti tentang keseimbangan-keharmonisan. Jujur terhadap peran pribadi, jujur terhadap hak dan tanggung jawab, jujur terhadap tatanan yang ada, jujur dalam berfikir, bersikap, dan bertindak. Kecurangan adalah sebuah bentuk ketidakjujuran yang acapkali terjadi dalam kehidupan.

Bila kejujuran sudah hilang, maka kekacauan dan ketidakharmonisan akan menguasai situasi. Yang ada hanya rekayasa dan manipulasi, penyerobotan hak, penindasan, dan sebagainya”13

12

. Al-qur‟an Terjemah, Al-Ma’idah ayat 8, h. 108

13

(28)

Nilai kejujuran merupakan satu di antara 5 nilai moral Islam. Nilai kejujuran yang dilandasi oleh nilai-nilai religius, paralel dengan nilai-nilai etika moral yang berlaku secara umum. Pengembangan nilai-nilai bijak tersebut diyakini sangat efektif melalui pendidikan dan hasilnya akan tercermin dalam kehidupan masyarakat. Ini merupakan cita-cita ideal dari dunia pendidikan sebagai basis untuk belajar kejujuran.

Bagaimana proses penanaman nilai-nilai kejujuran pada anak didik ? sesungguhnya tidak bisa diajarkan secara teoritis, hafalan seperti definisi, pendapat para ahli. Penanaman nilai-nilai kejujuran menuntut tata kehidupan social yang merealisasikan nilai-nilai tersebut. Keteladanan yang baik dari orang tua atau guru, akan mengantarkan anak didik untuk mendapatkan modelling yang tepat untuk dijadikan cermin kepribadian dalam kehidupan mereka. Tanpa menyertakan keteladanan (dalam hal ini kejujuran) pada pribadi orang tua dan guru, boleh jadi anak didik akan kehilangan public figure yang bisa membawa mereka menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter.

Orang bijak mengatakan bahwa kejujuran itu berawal dari rumah dan sekolah. Hal ini mengisyaratkan betapa pentingnya peranan orang tua dan guru dalam penanaman nilai-nilai kejujuran itu.

2. Disiplin

Kata kedisiplinan berasal dari bahasa Latin yaitu discipulus, yang berarti

mengajari atau mengikuti yang dihormati. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2007), menyatakan bahwa disiplin adalah:

a. Tata tertib (di sekolah, di kantor, kemiliteran, dan sebagainya).

b. Ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib.

(29)

Kedisiplinan adalah “suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses

dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,

kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Karena sudah menyatu dengannya, maka

sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan

sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat

sebagaimana lazimnya”.14

Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000), kedisiplinan hakikatnya adalah

sekumpulan tingkah laku individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa

ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan

kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.

Menurut Arikunto (1990), di dalam pembicaraan kedisiplinan dikenal dua

istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi pembentukannya secara berurutan.

Kedisiplinan dapat diartikan sebagai sikap patuh untuk menghormati dan melaksanakan suatu system yang mengharuskan seseorang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan aturan yang telah berlaku. Dengan kata lain, disiplin merupakan sikap menaati peraturan yang telah ditetapkan dengan tanpa pamrih.

Al-Qur‟an dan hadits Nabi banyak yang menyinggung tentang disiplin dan menaati peraturan yang telah ditetapkan. Antara lain surat An-Nisa: 59,

Artinya:“ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama

(bagimu) dan lebih baik akibatnya.”15

14

. Prijodarminto, (1994).

15. Al-qur‟an dan Terjemah,

(30)

Pesan yang terkandung dalam ayat tersebut adalah patuh dan taat kepada para pemimpin dan jika terjadi perselisihan, maka harus dikembalikan kepada aturan Allah dan Rasul-Nya. Namun tingkat kepatuhan umat terhadap pimpinannya tidaklah bersifat mutlak. Jika perintah itu bertentangan dengan aturan-aturan Allah dan RasulNya, maka perintah tersebut boleh ditolak dan dimusyawarahkan. Jika aturan itu tidak bertentangan dengan aturan Allah dan RasulNya, maka Allah menyatakan ketidak sukaanya kepada orang-orang yang melampaui batas.

Disamping makna taat dan patuh pada peraturan, disiplin juga berarti sikap memperhatikan dan mengontrol dengan baik waktu yang digunakan. Sikap tanggung jawab atas amanat yang telah dibebankan kepadanya juga termasuk makna dari disiplin. Islam mengajarkan kepada kita agar menerapkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari untuk membangun kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Disiplin merupakan suatu hal yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk

dilaksanakan. Secara tradisional, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap

pengendalian dari luar. Dalam pembelajaran, disiplin bertujuan untuk membantu

peserta didik menemukan dirinya, dan mengatasi serta mencegah timbulnya

problem-problem belajar, dan selalu berusaha untuk menciptakan suasana yang

menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka mentaati segala

peraturan yang telah ditetapkan. Dengan demikian disiplin dapat membantu peserta

didik agar mampu berdiri sendiri (help for self help). Oleh karena itu, penting

rasanya jika dalam pembelajaran guru dapat mengintegrasikan nilai-nilai

kedisiplinan yang pada akhirnya bertujuan untuk memotivasi dan meningkatkan

prestasi belajar siswa.

Contohnya b

(31)

dan menebas kita. Yang kemudian timbul adalah kerugian apabila kita tidak mempergunakan waktu dengan baik. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi: “ Waktu itu seperti pedang. Bila engkau lalai menggunakannya, maka pedang itu sendiri yang

akan menebasmu”.

Jadi kita harus menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya agar tiada kerugian dan penyesalan diakhir nanti. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur‟an : 1.Demi masa. 2.Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Yang terpenting adalah jangan sampai penggunaan waktu untuk akherat mengorbankan waktu untuk duniawi dan begitu pula sebaliknya. Jadi harus seimbang dan proporsional.

Sedangkan menurut KH.Abdullah Gymnastiar “nilai akhlak yaitu perbuatan

seseorang dapat dipandang sebagai perwujudan dari akhlaknya manakala ia keluar

dari keadaan batinnya”16. Dalam perspektip ini maka suatu perbuatan dapat diklassifikasi dengan ukuran-ukuran atau nilai-nilai. Diantara nilai-nilai tersebut

adalah:

a. Perbuatan baik dan buruk

b. kriteria atau konsep tentang baik dan buruk

c. Pengenalan terhadap kebaikan dan keburukan

d. Kecenderungan jiwa terhadap kebaikan dan keburukan

Kejujuran memiliki arti teramat penting. Sebab, tanpa kejujuran hubungan

sesama manusia tak akan terjaga. Saat seseorang bersikap tidak jujur, senyatanya ia

tengah membangun kebencian orang lain pada dirinya. Tak akan ada lagi cinta

baginya. Pupus sudah kepercayaan orang pada dirinya. Karenanya, kejujuran itu teramat

bernilai. Seseorang yang jujur akan diliputi ketenangan. Sedang orang yang tak jujur akan

diliputi sikap bingung, gugup, tak tenang.

Maka, sungguh kejujuran itu menenangkan. Adapun berbuat dusta menjadikan bingung, gugup”. (HR. Tirmidzi, Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu

„anhuma)

16

(32)

Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah kegiatan selesai dan memerlukan usaha dalam meraih tujuan tersebut. Pengertian tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu hidup.

Nilai pendidikan Islam perlu ditanamkan pada anak sejak kecil agar mengetahui nilai-nilai agama dalam kehidupannya. Dalam pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai Islam yang mendukung dalam pelaksanaan pendidikan bahkan menjadi suatu rangkaian atau sistem didalamnya. Nilai tersebut menjadi dasar pengembangan jiwa anak sehingga bisa memberi out put bagi pendidikan yang sesuai dengan harapan masyarakat luas. Dengan banyaknya nilai-nilai Islam yang terdapat dalam pendidikan Islam, maka penulis mencoba membatasi bahasan dari penulisan skripsi ini dan membatasi nilai-nilai pendidikan Islam dengan nilai keimanan, nilai kesehatan, nilai ibadah. Bagi para pendidik, dalam hal ini adalah orang tua sangat perlu membekali anak didiknya dengan materi-materi atau pokok-pokok dasar pendidikan sebagai pondasi hidup yang sesuai dengan arah perkembangan jiwanya. Pokok-pokok pendidikan yang harus ditanamkan pada anak didik yaitu, keimanan, kesehatan, ibadah. Yang menjadi persoalan penting di sini adalah bagaimana akhlak mulia ini bisa menjadi kultur atau budaya, khususnya bagi anak-anak, Artinya, kajian tentang akhlak mulia ini penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana nilai-nilai akhlak mulia bisa teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Abdurahman an-Nahlawi, menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah penataan individual dan sosial yang dapat menyebabkan seseorang tunduk taat pada islam dan menerapkannya secara sempurna di dalam kehidupan individu dan masyarakat.

Oemar Muhammad al-Toumy al-Syaebani, menyatakan bahwa pendidikan islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu dilandasi oleh nilai-nilai islami dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakatnya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan.

(33)

mengangkat derajat kemanusiaanya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar).

Imam Bawani, menyatakan bahwa pendidikan islam adalah bimbingan jasmani rohani berdasarkan hukum agama islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam.17

3. Pengertian Akhlak

Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa yang kata asalnya “khuluqun yang berarti: budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabi‟at”.18

. Maksud ni terkandung dalam kata-kata Aisyah berkaitan akhlak Rasulullah saw yang bermaksud :"Akhlaknya (Rasulullah) adalah al-Quran." Akhlak Rasulullah yang dimaksudkan di dalam kata-kata di atas ialah kepercayaan, keyakinan, pegangan, sikap dan tingkah laku Rasulullah saw yang semuanya merupakan pelaksanaan ajaran al-Quran.

Akhlak secara kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung kepada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya, meskipun secara sosiologis di indonesia kata akhlak sudah mengandung konotasi baik, jadi orang yang berakhlak berarti orang yang berakhlak baik, “jadi akhlak yang berkualitas ihsan adalah Akhlakul Karimah. Dan orang yang melakukan Akhlakul Karimah disebut muhsin”.19

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.

Prof.Dr. Ahmad Amin mengatakan “bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak”.20 Ini berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan akan menjadi kebiasaan dan disebut akhlak. Contohnya, bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak dermawan.

17

. Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 9-10

18

Zakiah Daradjat, Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. 10, h. 253

19

. Zakiah Daradjat, Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. 10, h. 253

20

(34)

Akhlaq (sifat Allah pada ciptaannya), akhlak adalah proyeksi hidup manusia dalam mencerminkan peranan sifat-sifat Allah sebagai „abdillah untuk mengemban amanah Sang Khaliq. Atau memerankan sifat-sifat Khaliq yang ada dalam diri setiap makhluk, yang dapat menciptakan segala sesuatu dari diri manusia.

Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.” (QS. Shaad: 46)

Menurut Hamka, akhlak mulia adalah perwujudan dari sikap mental seorang abdillah yang tunduk patuh pada Kehendak Khaliq, pasrah dan taat menerapkan aturan (syariat) yang telah ditetapkan Khaliq (Tuhan Sang Maha Pencipta). Seorang yang berakhlak mulia berarti dia memahami peranannya sebagai makhluk ciptaan Sang Khaliq yang harus selalu memberikan pencerahan, kebaikan dan kedamaian kepada sesama makhluk. Dari pernyataan di atas bahwa akhlak adalah ketaatan seorang makhluk terhadap Sang Pencipta yaitu dengan berlaku baik dan memberikan ketentraman serta kedamaian terhadap sesama makhluk yang telah diciptakan oleh Tuhan.

Akhlak dari segi istilah : Menurut Imam al-Ghazali, "Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul

perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan terlebih dahulu."

Di dalam Ensiklopedi Pendidikan dikatakan bahwa “akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etika dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia”.21. jadi pada hakekatnya Khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.

21

(35)

Akhlak adalah segala sesuatu yang menyiratkan bahwa perlakuan apapun dalam hidup kita, yang dilakukan secara berulang, serta dilakukan secara spontan dengan tanpa memikirkannya, terlepas itu baik atau buruk. Dan akhlak hanya bisa dinisbatkan kepada manusia, karena manusia memiliki dua aspek sekaligus yang hanya salah satu dari keduanya dimiliki oleh malaikat dan hewan, maka salah satu dari keduanya akan mengukung manusia. manusia yang terkungkung oleh syahwatnya, derajatnya akan menjadi lebih hina dibandingkan dengan hewan, dan sebaliknya, jika manusia dikuasai oleh akalnya, maka manusia akan menjadi lebih mulia dari malaikat.

Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:

Menurut Imam Al-Ghazali adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara', maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.

Menurut KH. Abdullah Salim, “akhlak adalah seperangkat tata nilai bersifat samawi dan azali yang mempunyai cara berfikir, bersikap dan bertindak seorang muslim terhadap dirinya dan lingkungannya”.22

Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabi‟at, atau sistem perilaku yang dibuat. Akhlak karenanya secara kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung kepada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya, meskipun secara sosiologis di indonesia kata akhlak sudah mengandung konotasi baik, jadi orang yang berakhlak berarti orang yang berakhlak baik, “jadi akhlak yang berkualitas ihsan adalah Akhlakul Karimah. Dan orang yang melakukan Akhlakul Karimah disebut muhsin”.23

Kesempurnaan akhlak manusia dapat dicapai melaui dua jalan. Pertama, melalui kurnia Tuhan yang mencipta manusia dengan fitrahnya yang sempurna, akhlak yang baik, nafsu syahwat yang tunduk kepada akal dan agama. Manusia

22

. Abdullah Salim, Akhlak Islam Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, (Jakarta: PT. Media Da‟wah, 1994), Cet.1V, h. 11

23

(36)

tersebut dapat memperoleh ilmu tanpa belajar dan terdidik tanpa melalui proses pendidikan. Manusia yang tergolong ke dalam kelompok ini adalah para Nabi dan Rasul Allah. Kedua, akhlak melalui cara berjuang secara bersungguh-sungguh (mujahadah) dan latihan (riyadlah) yaitu membiasakan diri melakukan akhlak-akhlak mulia. Ini yang dapat dilakukan oleh manusia biasa dengan belajar dan kategori ini disebut dengan pendidikan akhlak.

Akhlak adalah segala sesuatu yang menyiratkan bahwa perlakuan apapun dalam hidup kita, yang dilakukan secara berulang, serta dilakukan secara spontan dengan tanpa memikirkannya, terlepas itu baik atau buruk. Dan akhlak hanya bisa dinisbatkan kepada manusia, karena manusia memiliki dua aspek sekaligus yang hanya salah satu dari keduanya dimiliki oleh malaikat dan hewan, maka salah satu dari keduanya akan mengukung manusia. manusia yang terkungkung oleh syahwatnya, derajatnya akan menjadi lebih hina dibandingkan dengan hewan, dan sebaliknya, jika manusia dikuasai oleh akalnya, maka manusia akan menjadi lebih mulia dari malaikat.

Akhlak memiliki posisi yang sangat penting, karena sebagai mahluk sosial pasti membutuhkan banyak komunikasi, dan komunikasi yang baik hanya akan terjalin dengan menggunakan akhlak yang baik. Ajaran Islam menjadikan Al-Qur‟an dan As-Sunnah sebagai dasar akhlak, dan menjadikan kedua sumber tersebut sebagai ukuran baik dan buruknya sebuah akhlak. Serta Islam tidak menapikan akal dan nurani sebagai alat untuk menentukan nilai baik dan buruk.

Akhlak mulia juga dapat dipupuk melalui proses melawan hawa nafsu. Seseorang memiliki akhlak mulia selagi dia berjaya melawan dan dapat menundukkan hawa nafsunya. Menundukan hawa nafsunya bukan bermakna membunuhnya tetapi hanya mengawal dan mendidiknya agar mengikuti panduan akal dan agama. Menundukkan hawa nafsu merupakan satu pekerjaan yang sangat sukar. Sebab hawa nafsu ini sendiri merupakan sebahagian dari diri kita dan keberadaannya tetap diperlukan. Di sinilah letak kesukaran menundukkannya . Rasulullah SAW menyifatkan hawa nafsu sebagai musuh yang paling besar.

(37)

memiliki akhlak dan perilaku yang baik bagi bangsa tersebut”.24

Setiap sesuatu pasti ada tujuanya. Secara umum akhlak dalam Islam memiliki tujuan akhir yaitu menggapai suatu kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang diridhoi Allah SWT serta disenangi sesama makhluk. dalam hal ini ada beberapa tujuan yang dasar dari pendidikan akhlak, dari beberapa tujuan pendidikan akhlak ini tentunya berdasarkan tujuan yang lebih subtansial dan esensial, sebagaimana tujuan hidup dan tujuan pendidikan menurut Islam.

Asma Hasan Fahmi menyebutkan empat akhlak yang harus dimiliki anak didik, yaitu: seorang anak didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa sebelum ia menuntut ilmu, seorang anak didik harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam rangka menghiasi jiwa dengan sifat keutamaan mendekatkan diri kepada Tuhan, seorang anak didik harus tabah dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan bersedia merantau, seorang anak murid wajib menghormati guru.25

Hal itu dapat terlaksana dengan efesien dan efektif apabila guru mempunyai wawasan kependidikan yang mantap serta menguasai berbagai strategi belajar mengajar. “Penguasaan berbagai strategi belajar mengajar akan memberi peluang untuk memilih variasi kegiatan belajar mengajar yang bermakna, dalam kegiatan belajar mengajar akan sangat bermanfaat bukan hanya dalam pencapaian siswa di sekolah, tetapi juga bermanfaat untuk membentuk dan memperkuat kebiasaan belajar terus menerus sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup”.26

Pembentukan pendidikan akhlak bagi siswa yaitu dengan berakhlak serta membiasakan anak-anak kepada tingkah laku yang baik sejak kecil hal itu prlode yang sangat penting bagi perkembangan moralitas anak. Para filosof Islam sepakat bahwa sangatlah penting pembentukan pendidikan moralitas bagi anak, sehingga haruslah menjadi perhatian serius. Sebagaimana pepatah lama mengatakan bahwa pendidikan di waktu kecil ibarat melukis di atas batu pendidikan di waktu besar ibarat melukis di atas air.

24

. Fadlil Yani Ainusysyam, pendidikan akhlak, h. 19

25

. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 134-135

26

(38)

Pembentukan akhlak yang paling utama adalah ditanamkan diwaktu kecil, maka apabila seorang anak dibiarkan melakukan sesuatu yang kurang baik dan kemudian telah menjadi kebiasaannya maka ia akan sukar meluruskannya. Artinya bahwa pendidikan akhlak atau budi pekerti yang luhur wajib dimulai di rumah, dalam keluarga, atau disekolah dan jangan dibiarkan anak-anak hidup tanpa pendidikan, bimbingan, petunjuk, bahkan sejak kecil hendaklah dididik dengan penuh arif, sehingga ia tidak terbiasa dengan adat kebiasaan yang tidak baik.

Setiap orang bisa mendapatkan akhlaq yang mulia, hal ini dapat dilakukan dengan cara membiasakan, bersungguh-sungguh, dan melatih dirinya. Maka, ia dapat menjadi orang yang berakhlaq mulia dengan beberapa perkara, di antaranya

Menurut Ibnu Maskawaih istilah akhlak atau khuluk, adalah “akhlak sebagai suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang berbuat dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran atau pertimbangan (kebiasaan sehari-hari)”.27 Adapun Al-Ghazali dalam kitabnya, menyebutkan: suatu sifat yang tetap pada jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkan kepada pikiran.

Sedangkan menurut Farid Ma‟ruf mendefinisikan “akhlak sebagai kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”.28

Dengan mempelajari ilmu akhlak, kita mengetahui mana akhlak yang baik dan mana yang tidak baik. Tetapi tujuan mempelajari ilmu akhlak itu, bukanlah semata-mata mengetahuinya saja, melainkan untuk mempengaruhi kehendak dan kemauan kita, supaya bersungguh-sungguh mengerjakan dan mengusahakan akhlak yang baik dan meninggalkan akhlak yang tidak baik. Ilmu akhlak tiada perfaedah, kalau tidak disertai dengan kemauan yang keras untuk menurut segala peraturannya. “Pendeknya pendidikan akhlak, tidak cukup dirumah dan disekolah saja, melainkan harus disertai dengan pendidikan rumah tangga, permainan dan pergaulan yang baik serta masyarakat umumnya, bahkan pendidikan rumah tangga lebih berpengaruh dari pendidikan sekolah”.29

27

. Pendidikan akhlak., h. 21

28

. Ibid,. h. 21

29

(39)

Dalam upaya pembinaan individu dan pendidikan masyarakat, islam sangat memperioritaskan segi-segi akhlak dalam pengertiannya yang luas, seperti benar dalam ucapan dan tindakan, penuh rasa tanggung jawab (amanah), menepati janji, toleransi, pemaaf, penyantun dan lain-lain. “Akhlak dalam islam dibina atas dasar prinsip mengambil yang utama dan mencapakkan yang buruk”30 sesuai dengan konsepsi Robbani. Ia juga harus konsekwen dengan prinsip-prinsip akhlak yang telah dicanangkan oleh Alqur‟an dan di anjurkan oleh Rasulullah SAW. Pendidikan melalui perangai yang baik merupakan sarana yang paling efektif dalam upaya memperbaiki keadaan individu maupun umat. Pendidikan melalui perangai yang baik merupakan hal yang dominan dalam penyebaran agama islam, baik di timur maupun di barat.

Itulah sebabnya Alqur‟an mengecam keras orang yang perkataanya tidak sesuai dengan perbuatannya, lewat firmannya dalam surat Ash-Shaff: 2 yang berbunyi:

hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang kamu tidak kerjakan?. 31

Seorang muslim yang menampilkan hakekat islam lewat tingkah laku dan tutur kata yang manis, mereka memberikan nasehat yang baik serta dakwah dengan lemah lembut, sehingga dengan serta-merta manusia memeluk agama islam dan menerima ajaran-ajarannya dengan penuh rasa puas dan atas dasar keyakinan mendalam. Dan apabila tidak memiliki keistimewaan dalam berakhlak, tidak mengenal kejujuran, amanah serta kelemahlembutan dalam bergaul, maka mereka enggan memeluk islam apalagi mengakui ajarannya.

Dan akhlak merupakan sarana yang paling efektif dalam menyebarkan ajaran-ajaran islam keseluruh pelosok bumi dan untuk menuntun umat manusia kejalan keimanan dan kebaikan. Oleh karena itu, hiasilah diri kalian dengan akhlak yang terpuji, penampilan yang indah, etika bergaul yang baik dan sifat-sifat mulia lainnya.

30

. Abdullah Nashih Ulwan, Pesan Untuk Pemuda Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1993), cet. 5, h. 110

31

(40)

mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al kitab (taurat) ? maka tidakkah kamu berpikir?32(QS.Albaqarah:44).

Dan diriwayatkan oleh bukhari dan muslim dari Usamah bin Zaid Ra. Berkata, ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda:

Pada hari kiamat kelak didatangkanlah seseorang lalu di campakkan kedalam neraka, maka keluarlah ususnya dan dia berputar-putar, seperti seekor keledai mengitari batu kisaran. Para penghuni neraka lainnya mendatanginya seraya bertanya, “hai tuan, ada apakah gerangan? kamu tuan yang pernah menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah yang munkar? “ maka di jawab, “benar, akulah yang pernah menyuruh kalian berbuat ma‟ruf dan melarang kalian berbuat munkar, tetapi aku sendiri melanggarnya...” Kata Usamah Ra melanjutkan, “aku juga pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “pada malam perjalananku (yakni isra‟ dan mi‟raj), aku lewat pada sekelompok kaum yang tengah di gunting lidahnya dengan gunting dari api. Aku pun bertanya, “siapakah gerangan mereka itu, wahai jibril?” jibril menjawab,”mereka itu adalah juru khutbah dari umatmu, yang pandai mengatakan sesuatu yang ia sendiri tidak melakukannya.”33

Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur‟an surat Al-Qalam: 4

“dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.

Dalam akhlakul karimah, selayaknya kita meneladani akhlak Nabi Muhammad saw, beliau selalu merendah dan berdoa sepenuh hati, didalam doanya ia mengatakan “ Ya Allah, baguskanlah bentukku dan akhlakku”. Sifat beliau merupakan suatu tenaga yang mempertalikan antara anggota-anggota masyarakat itu dengan suatu ikatan yang teguh, dan pimpinan beliau menjadi sumber ilham kebaikan bagi umat islam sejak dahulu hingga sekarang.

32

. Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, Q.S. Al-Baqarah: 44, h. 16

33

(41)

Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa, “Rasulullah SAW adalah orang paling penyantun diantara semua orang, paling pemberani, paling adil, paling pemaaf, yang tangannya tidak pernah disentuh oleh kaum wanita kecuali orang-orang yang Beliau nikahi atau oleh mahram-mahram beliau”.34

Menurut sebagian ahli bahwa “akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah insting (gazirah) yang dibawa manusia sejak lahir”.35

Bagi golongan ini bahwa masalah akhlak adalah pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecenderungan kepada kebaikan atau fitrah yang ada dalam diri manusia, dan dapat juga berupa kata hati atau intuisi yang selalu cenderung kepada kebenaran.

Pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.

4. Ruang Lingkup Akhlak a. Akhlak pribadi

Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri, dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja manusia mempunyai perbuatan.

b. Akhlak Berkeluarga

Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat. Kewjiban orang tua terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang tua dan pendidik untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran-ajaran yang bijak, islam telah memerintahkan kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu untuk memiliki akhlak yang luhur, sikap lemah

34

. Moh.Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: CV.Karya Mulia, 2005), h. 38-39

35

(42)

lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara istiqomah, terdidik untuk berani berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaan. Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak dari segala manusia lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati. Karena keduanya memelihara, mengasuh, dan mendidik,menyekolahkan engkau, mencintai dengan ikhlas agar engkau menjadi seseorang yang baik, berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat. Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu laki-laki dan permpuan adalah putera ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu dalam mendidikmu, mereka gembira bilamana engkau gembira dan membelamu bilamana perlu. Pamanmu, bibimu dan anak-anaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau selamat dan berbahagia, karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong keduanya disetiap keperluan.

c. Akhlak Bermasyarakat

Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang tuamu susah, mereka menolong, dan bersama-sama mencari kemanfaatan dan menolak kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat kepada tetangga.

(43)

d. Akhlak bernegara

Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama mereka dengan nasib dan penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa engkau adalah salah seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama mereka.

e. Akhlak beragama

Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan.

(44)

Pada masa sekarang ini demoralisasi telah merajalela dalam kehidupan masyarakat, maka dari itu diperlukan usaha-usaha pendidikan dalam mengupayakan pembinaan akhlak terutama pada masa remaja, karena pada masa pubertas dan usia baligh anak mengalami kekosongan jiwa yang merupakan gejala kegoncangan pikiran, keragu-raguan, keyakinan agama, atau kehilangan agama. Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral. Bahkan, sebagaimana dijelaskan oleh Adams & Gullotta (1983), “agama memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan biasa memberikan penjelaan mengapa dan untuk apa seseorang berada didunia ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya”.36

5. Macam-macam Akhlak 1. Akhlak Al-Karimah

Akhlak al-karimah atau akhlak yang mulia amat banyak jumlahnya, manun dilihat dari segi hubungannya manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dapat dibagi kepada empat bagian:

a. Akhlak terhadap Allah b. Akhlak terhadap diri sendiri c. Akhlak terhadap sesama manusia d. Akhlak terhadap lingkungan

Dikemukakan oleh Muh. Ardani dalam buku akhlak tasawuf nilai-nilai akhlak/budi pekerti dalam ibadat dan tasawuf, bahwa akhlak mulia amat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan juga sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik. Dan sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah SWT.

dan keempat akhlak mulia ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

36

(45)

a. Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikatNya.

Banyak alasan mengapa manusia harus berakhlak baik terhadap Allah. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala keistimewaan dan kesempurnaannya. Sebagai yang diciptakan sudah sepantasnya manusia berterima kasih kepada yang menciptakannya

2) Karena Allah telah memberikan perlengkapan pancaindera hati nurani dan naluri kepada manusia.

3) Karena Allah menyediakan berbagai bahan dan sarana kehidupan yang terdapat dibumi.

4) Karena Allah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan mengguasai daratan lautan dan alam semesta.

Akhlak terhadap Allah merupakan cerminan hubungan baik antara manusia dengan Tuhannnya, Sudah sepantasnya dan sewajarnya manusia berakhlak baik kepada Allah, karena akhlak kepada Allah termasuk melaksanakan perintahNya, berzikir dan selalu ingat Allah dalam berbagai situasai dan kondisi, baik dengan ucapan maupun dengan hati, doa merupakan inti sekaligus pengakuan akan kemaha kuasaan Allah terhadap sesuatu, dan alangkah tidak wajarnya jika manusia durhaka kepadaNya.

b. Akhlak terhadap diri sendiri

(46)

1) Hindari minuman beracun/keras, setiap muslim wajib menjaga dirinya dari hal-hal yang merusak jiwanya.

2) Hindarkan perbuatan yang tidak baik, pribadi seorang muslim harus tercermin sikap baikny dalam kehidupan sehari-hari.

3) Memelihara kesucian jiwa, penyucian dan pembersihan diri dilakukan secara terus menerus dalam amal shaleh.

4) Pemaaf dan pemohon maaf, menjadi umat yang pemaaf biasanya mudah, tetapi untuk meminta maaf sangat sukar dilakukan.

5) Sikap sederhana dan jujur, umat islam harus bersikap berakhlak dan terpuji.

6) Hindari perbuatan tercela, umat islam harus menghindari perbuatan tercela karena akan merusak akhlak yang baik.

c. Akhlak sesama manusia, manusia adalah sebagai makhluk sosial secara fungsional dan optimal banyak berg

Gambar

Tabel 1 STRUKTUR ORGANISASI
Tabel 3 Data Siswa SDIT Nurul Amal Tahun Ajaran 2013/2014
Tabel 5 Kegiatan Ekstrakurikurer

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan perlu mempertimbangkan penggunaan konsep analisis biaya diferensial dalam kegiatan penawaran produk dengan harga yang lebih rendah atau lebih tinggi

4. Yahya, M.A selaku Dosen Wali saya di Fakultas Psikologi Univesitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.. Dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Jadi, besarnya pengaruh secara simultan sebesar 68,6%, yang menunjukkan bahwa variabel motivasi yang terdiri dari indikator kebutuhan akan afiliasi, kebutuhan akan

Perlu digarisbawahi bahwa, loyalitas hanya akan berlanjut sepanjang pelanggan merasakan bahwa mereka menerima nilai yang lebih baik (termasuk kualitas yang lebih

Selain itu, dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan juga bahwa kredit pertanian dalam program KKPE belum memberikan implikasi yang signifikan

Berrogeita hemeretzi indize horiek, tenperatura eta prezipitazioaren hainbat alderdi ezberdin balioesten dituzte: batzuk bi aldagai horien ezau- garri orokorrei lotuta

Media yang mengandung BAP tinggi dan IAA rendah dapat digunakan sebagai media untuk penyelamatan embrio muda hasil penyerbukan dengan serbuk sari yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan persentase media cacing tanah perpengaruh nyata P>0,05 terhadap berat badan koloni cacing tanah, untuk media 100%