• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikiran Dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. Kh. Said Aqil Siroj

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemikiran Dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. Kh. Said Aqil Siroj"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)

Oleh: Luluatu Nayiroh NIM: 109051000070

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj

Dakwah pada hakikatnya mengajak manusia kepada kebaikan, kedamaian, juga kesalehan baik secara individu maupun sosial. Selain kapasitasnya menjadi Ketua Umum PBNU, KH. Said Aqil Siroj adalah tokoh da’i yangmempunyai visi misi dalammenciptakan Indonesia beradab dan berbudaya. Terlihat jelas pada pemikiran dakwahnya yang di aktualisasikan dalam rutinitas kesehariannya, beliau tak terhenti dari aktivitas berdakwah serta mengambil peran aktif dalam membangun Indonesia sejahtera dari berbagai sendi kehidupan. Ketokohan beliautidak bisa terlepas dari perannya di NU. Dakwahnyasangat di akui oleh berbagai lapisan masyarakat termasuk menjalin baik dengan ummat non muslim sehinggabeliau dilabeli tokoh lintas agama yang kerapkali berdakwah pada semua agama.

Dari uraian di atas, maka pertanyaannya adalah, bagaimana konsep dakwah menurut Prof. Dr. KH. Said aqil Siroj? Apa saja aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj di Indonesia?

Terdapat beberapa unsur-unsur yang menjadi landasan utama teori dakwah yang membahas pemikiran dakwah. Unsur-unsur dakwah tersebut terdiri dari: Subjek

Dakwah (Da’i), Objek Dakwah (Mad’u), Materi Dakwah, Metode Dakwah, Media

Dakwah, Visi dan Misi Dakwah, serta Tujuan Dakwah. Kesemuanya dapatdi korelasikan dalam aktivitas dakwah yakni meliputi dakwah Lisan, Qalam, bil-Haal.

Penelitian ini kualitatif deskriptif analisis berdasarkan data-data yang dihasilkan dari sumber-sumber tertulis mengenai pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji. Studi ini dilakukan berdasarkan pada: pertama, penelitian kepustakaan (Library Research), kedua, wawancara mendalam bersama KH. Said Aqil Siradj dan orang-orang terdekatnya.Bingkai penelitian ini hanya ingin mengetahui bagaimana pemikiran dan aktivitas dakwah Said Aqil Siroj di Indonesia dengan berbagai pendekatan. Hal demikian dilakukan agar mendapatkan data yang lengkap dan akurat.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemikiran dakwah KH. Said Aqil Siroj ini sangatlah kompleks, baginya seorang da’i harus bisa merangkap menjadi umara’ yang berkontribusi penuh dalam membangunnegara Indonesia sebagai negara baldatun toyyibatun wa rabbun ghofur. Dakwah yang ideal adalah menjadikan Rasulullah sebagai referensi sentral dalam menyampaikan risalah. Pemikirannya dituangkan dalam aktivitas yang selama inidiimplementasikan melalui kegiatan dakwah dalam forum formal maupun informal guna terciptanya tujuan dakwah yang hakiki yakni membentuk khairul ummah. Aktivitas Dakwah KH. Said Aqil Siroj ini tidak terlepas dari pemikiran dakwahnya yang berkhidmah di NU organisasi kemasyarakatan berhaluan Islam yakni khidmah kemasyarakatan, khidmah keagamaan, serta khidmah kenegaraan.

(6)

ii Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillaahirobbil ‘alamiin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT

atas rahmat, taufik, dan hidayahNya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan dengan tujuan untuk memenuhi tugas akhir pendidikan Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti menyadari tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, penelitian skripsi ini tidak akan selesai, untuk itu pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Pudek I Drs. Wahidin Saputra, MA, Pudek II Drs. H. Mahmud Jalal, MA, Pudek III Drs. Study Rizal LK, MA.

2. Drs. Jumroni, M.Si dan Umi Musyarofah, MA, selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Drs. Masran, MA selalu pembimbing akademik, kami haturkan terima kasih karena telah banyak memotivasi dalam penulisan skripsi ini.

(7)

iii

sebesar-besarnya, atas kesediaan waktu ditengah kesibukan dan ilmu-ilmu yang telah di berikan selama masa penelitian.

5. Kedua Orang Tuaku tercinta, H. Ubang Asy’ari dan Hj. E. Kholisoh yang memiliki peran yang sangat penting dan tak terkira, serta terima kasih pula kepada Ayu, Aa Bari, Iqlima, Najma, Shofi yang telah memberikan

do’a tulus ikhlas, motivasi, dan kasih sayang serta dukungan moril dan

materil kepada peneliti untuk tetap semangat.

6. Teman-teman KPI B anggkatan 2009, terutama kepada Teri, Didi, Ruhi, Kiki, terima kasih atas motivasi, kasih sayang, do’a, dan semangat yang kalian berikan untuk penulis.

7. Rasa terima kasih pula kami haturkan kepada ka Ashif terutama kepada ka Idris yang telah banyak memberikan bimbingan selama dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Umi dan Abi Daar El-Hikam selaku guru serta orang tua bagi penulis, terimakasih atas bimbingannya selama ini.

9. Sahabat-sahabat tercinta dan terkasih di Daar El-hikam khususnya Ummul, Bunda Dina, Mpah, Elis terima kasih atas motivasi dan kebersamaan kalian selama ini.

(8)

iv semua Amin.

Dan Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, September 2013

(9)

v

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Metodologi Penelitian ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 11

F. Tinjauan Pustaka ... 12

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Dakwah dan Unsur-unsurnya ... 14

1. Pengertian Dakwah... 14

2. Unsur-unsur Dakwah ... 16

B. Pengertian Pemikiran dan Aktivitas ... 30

1. Pengertian Pemikiran ... 29

2. Pengertian Aktivitas Dakwah ... 31

BAB III BIOGRAFI PROF. DR. KH. SAID AQIL SIROJ DAN DAKWAH DI INDONESIA A. Latar Belakang Keluarga Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj .... 35

B. Riwayat Pendidikan Prof. Dr. KH. Said Agil Siroj ... 38

C. Perjalanan Karir Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj ... 41

D. Perjalanan Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj ... 44

(10)

vi

1. Pengertian Dakwah menurut KH. Said Aqil Siroj ... 49

2. Unsur-unsur Dakwah menurut KH. Said Aqil Siroj ... 51

B. Aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj di Indonesia.. 67

1. Dakwah Bil-lisan ... 67

2. Dakwah Bil-hal... 72

3. Dakwah Bil-qalam ... 76

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(11)

1 A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju mundurnya umat Islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukan, karena itu Al-Qur’an menyebut kegiatan dakwah dengan Ahsan Qaulaa. Dengan kata lain dakwah menempati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama Islam.1

Islam masuk ke Indonesia melalui jalan dakwah yang panjang yang dilakukan oleh pada da’i dari beberapa negara, seperti bangsa Arab dan Gujarat.

Dakwah Islam yang dilakukan para da’i di masa awal-awal Islam masuk ke Indonesia berhasil menaklukkan hati masyarakat Indonesia yang pada waktu itu menganut agama kepercayaan, Hindu dan Budha. Keberhasilan para da’i di abad

ke 16 itu lebih banyak disebabkan oleh cara dakwah mereka yang menunjukkan hubungan yang dialogis, akomodatif, dan adaptif terhadap masyarakat setempat. Inilah yang kemudian menyebabkan Islam mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Dakwah adalah segala usaha untuk mengajak manusia mendorong orang untuk memahami, meyakini, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam.2 Mengajak dan menyeru orang lain untuk menerima Islam dan meyakini ajaran

1

Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya di Mata Masyarakat,

(Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2010) h. 1

2

(12)

Islam memerlukan cara sendiri. Cara penyampaian tersebut haruslah sesuai dengan mad’unya dan cara tersebut disesuaikan dengan kondisi, situasi dan

kebutuhannya. Adanya variasi dalam metode dakwah memberikan peluang bagi da’i untuk memilih alternatif penggunaan dakwah yang tepat bagi mereka.Selain

itu juga dakwah adalah suatu kewajiban bagi setiap umat baik dalam bentuk individu maupun kelompok yang mengerti, memahami, bahkan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Dengan kata lain mereka yang benar-benar profesional di bidang dakwah dan mengetahui data tata cara penyampaian dakwah yang baik. Istilah ini lebih dikenal dengan sebutan da’i atau mubaligh.3

Dalam sejarah, pada awalnya da’i menjadi cultural broker atau makelar

budaya (Clifford Greertz). Bahkan berdasarkan penelitiannya di Garut, Hiroko Horikoshi memberi penegasan peran kyai sekaligus da’i tidak sekadar makelar

budaya, tetapi sebagai kekuatan perantara (intermediary forces), sekaligus sebagai agen yang mampu menyeleksi dan mengarahkan nilai-nilai budaya yang akan memberdayakan masyarakat. Fungsi mediator ini dapat juga diperankan untuk membentengi titik-titik rawan dalam jalinan yang menghubungkan sistem lokal dengan keseluruhan sistem yang lebih luas, dan sering bertindak sebagai penyangga atau penengah antara kelompok-kelompok yang saling bertentangan, menjaga terpeliharanya daya pendorong dinamika masyarakat yang diperlukan.4

Banyak ayat-ayat Al-qur’an dan juga hadist-hadist Rasulullah SAW yang menjelaskan tentang pentingnya dakwah atau mensyi’arkan ajaran-ajaran Islam.

3

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) h. 27

4

(13)

Dalam kegiatan dakwah peranan da’i sangatlah penting, sebab tanpa da’i ajaran Islam hanyalah ideologi yang tidak terwujud dalam kehidupan masyarakat. Walau bagaimanapun sesungguhnya ideologi Islam itu harus disebarkan di masyarakat. Ia tetap hanya sebagai ide, ia akan tetap hanya sebagai cita-cita yang tidak akan pernah terwujud jika tidak ada manusia yang menyebarkannya, termasuk di dalamnya yang berkaitan dengan amar ma’ruf nahi munkar, karena berdakwah adalah tugas muslim untuk memberikan nasihat-nasihat atau fatwa-fatwa yang baik, guna menghindarkan manusia dari berbuat munkar. Demikian pula pada pemikiran dakwah Islam harus mampu memberikan alternatif pemikiran konsepsi dakwah yang bisa memberikan solusi terhadap problem-problem baru bagi masyarakat.

Dalam masyarakat, Ulama adalah pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas untuk mengayom, membina dan membimbing umat Islam baik dalam masalah-masalah agama maupun masalah sehari-hari yang diperlukan baik dari sisi keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Dan dalam masyarakat, ulama memang memiliki peran yang sangat besar dan universal. Ia nyaris memiliki andil di setiap lini dan detik dalam perubahan masyarakat (social angineering) yang bermuara pada kesadaran kolektif masyarakat untuk melakukan perubahan. Maka ulama dinyatakan sebagai sumber dan inspirasi perubahan.5

5

(14)

Seperti firman Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 110 :





















Artinya : “Kamu (umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) makruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman namun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.6

Berdasar pada ayat diatas KH. Said Aqil Siroj berdakwah bertujuan untuk menciptakan khairul ummah, umat yang sebaik-baiknya. Ayat tersebut mengisyaratkan kepada kita bahwa langkah pertama yang harus ditempuh guna mewujudkan atribut “khairul ummah” haruslah ber-iqamatul ma’ruf (menegakkan kebajikan), Iqamatul ma’ruf disini dalam arti yang luas sekali, termasuk perbaikan bidang sosial, ekonomi, budaya, politik, teknologi, ilmu pengetahuan, dan aspek kehidupan lainnya yang akan mengangkat kemaslahatan bersama. Langkah kedua, nahi al-munkar (mencegah kemunkaran). Kemunkaran di sini termasuk kemiskinan, kebodohan, kemaslahatan, dalam berbuat baik, maupun al-akhlaq al-madzmumah lainnya.7

Sekembalinya ke tanah air, Kyai Said cukup mencuat dan cepat dikenal luas sebagai moderat baik dalam pemikiran ataupun sikap. Hal itu berdampak

6

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: SYGMA PT Sygma Examedia Arkanleema, 2009), h. 64.

7

(15)

positif dan dan dapat dilihat dari pergaulannya yang sangat plural untuk seorang kyai NU. Pergaulan beliau terjalin lintas profesi, lintas agama, lintas ideolog, dan bahkan lintas generasi. Tidak mengherankan jika oleh banyak pihak beliau dianggap sebagai tokoh pemimpin Islam masa depan.8

Kyai said adalah figur setelah Gus Dur yang dalam batasan lebih kecil mampu memotret dan meniru sisi kehidupan Gus Dur untuk dijalankan di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Bergaul dengan banyak komunitas. Dengan keterlibatan perwakilan umat Islam di kelompok non muslim, paling tidak banyak sisi positif yang pasti akan teraih untuk kepentingan bangsa yang lebih luas. Sebagai bentuk penguatan hubungan kemanusiaan, untuk meredam konflik etnis dan agama. Pilihan kyai Said kembali ke tanah air untuk mengabdi kepada bangsa, tentunya memiliki implikasi yang lebih luas. Seolah, ia mengambil resiko dan pilihannya sebagai agen perubahan sosial dalam batas tertentu. Pilihan yang mengandung konsekuensi tidak ringan, merancang program ber-visi ke-Indonesiaan, mampu memberi warna kontribusi positif pada komunitas lain, sebagai bentuk dakwah dan memperkuat misi dan spirit Islam. Itulah menurutnya model dakwah yang aplikatif.9

Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj memanfaatkan ilmu dan pemikirannya untuk masyarakat. Terlihat khidmah beliau di PBNU, organisasi dakwah kepada masyarakat serta mengajar di beberapa Universitas terkemuka di Indonesia. Dan di usianya yang ke-60 tahun ini beliau mendirikan mendirikan pondok pesantren

8

Mohammad Dawam Sukradi, NU Sejak Lahir (Dari Pesantren Untuk Bangsa; Kado buat kyai Said), (Jakarta, SAS Center, 2010), h. 70

9

(16)

luhur (Said Aqil Siroj) Al-Tsaqafah yang bertempat di Ciganjur, bertujuan untuk berdakwah dalam menciptakan generasi unggul baik secara ilmu pengetahuan serta akhlak karimah .10

Bagi KH. Said Aqil Siroj, dakwah bisa dilakukan melalui lisan (bil lisan) seperti menyampaikan tausiah, seminar ataupun mengajar dan mendidik para santri, tulisan (bil qalam) menulis beberapa karya ilmiah, maupun perbuatan (bil hal) mendirikan lembaga pendidikan Islam. Masing-masing cara ini memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri sebagai sebuah pendekatan dalam aktivitas berdakwah.11

Menurut dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa dakwah pun bisa di lakukan dengan hati sebagaimana hadistnya:

لع ها لص ها ْوسر تْع س : اق ْع ها ضر رْدخْلا دْعس بأ ْ ع

ْ إف ، اسلبف ْعطتْسي ْمل ْ إف ، د ب ْرِغ ْلف ًار ْم ْم ْم أر ْ م : ْوقي ملسو

ْمل

عْضأ كل و بْلقبف ْعطتْسي

ا ْيإْا ف

Artinya: “Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.” (Riwayat Muslim).

Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, sosok laki laki religius ini biasa dipanggil dengan panggilan Kang Said, kelahiran Cirebon 03 Juli 1953 dengan latar belakang agama yang kuat, dan berkeinginan memperjuangkan Islam di berbagai aspek. Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj juga mempunyai latar belakang akademis

10

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas’udi, Jakarta 9 Juni 2013

11

(17)

yang luas dalam keilmuan Islam. Alumni S3 University of Umm Al-qura dengan jurusan Aqidah / Filsafat Islam ini lulus pada tahun 1994 yang sebelumnya mengambil S2 di Universitas yang sama jurusan Perbandingan Agama, lulus 1987 dan S1 di Universitas King Abdul Aziz, jurusan Ushuluddin dan Dakwah, lulus 1982.12

Dengan latar belakang ilmu pendidikan Agama yang kuat dijadikan modalnya dalam dakwah dan memperjuangkan islam di era baru ini sehingga memberikan dampak positif bagi perkembangan keislaman pada masyarakat Indonesia. Kegiatan dakwahnya yang istiqomah dan selalu memberikan inovasi dalam setiap dakwahnya sehingga masyarakat selalu tertarik untuk mengikuti dan mengkaji setiap kegiatan dakwahnya.13

Dengan berpijak pada latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini pada Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih akurat dan terfokus, maka penulis membatasi pembahasan pada Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. Said Aqil Siroj di Indonesia pada tahun 2013 sesuai tahun penelitian.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka penulis hanya memfokuskan rumusan masalah sebagai berikut:

12

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas’udi, Jakarta 09 Juni 2013

13

(18)

a. Bagaimana Pemikiran Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj? b. Apa saja Aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Pemikiran dakwah yang mencakup definisi serta unsur-unsur dakwah.

b. Untuk mengetahui aktivitas dakwah yang dilakukan KH. Said Aqil Siroj meliputi dakwah billisan, bil-hal, dan bil qolam

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai acuan untuk Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj di Indonesia :

a. Secara Akademis, dengan tulisan ini diharapkan memberi tambahan informasi tentang pemikiran dan aktivitas dakwah sosok da’i berkaliber

nasional dan internasional.

(19)

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penenelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena pendekatan kualitatif dapat menghasilkan data yang deskriptif dan lebih mendalam, baik berupa kata-kata tertulis yaitu data atau secara lisan (wawancara).14

Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (Field Researech). Dalam penelitian lapangan (Field Researech) peneliti menggunakan metode deskriptif (menggunakan data kualitatif), yang dimaksud dengan deskriptif adalah peneliti berusaha menjelaskan Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj sedangkan yang menjadi objek Penelitian ini adalah Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk megumpulkan data-data dan informasi sesuai dengan permasalahan penelitian ini, penulis mengadakan komunikasi secara langsung dan tidak langsung, dengan menggunakan alat (instrument) pengumpulan data sebagai berikut :

14

(20)

a. Wawancara (interview)

Wawancara adalah sebuah pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung antara pewawancara (interviewer) dengan terwawancara (interviewee).15 Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah dengan menggunakan jenis wawancara semitestruktur, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas. Hal ini dilakukan oleh peneliti agar dapat menggali informasi dan mendapatkan data yang akurat dari Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj dan orang terdekatnya yakni Muhammad Idris Mas’udi (sekretaris pribadi KH. Said Aqil Siroj).

b. Observasi atau Pengamatan Langsung

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan secara sistematis dari fenomena yang diteliti.16 Dalam hal ini peneliti langsung ke tempat penelitian yaitu di kediaman beliau Jalan Sadar Raya No. 3A Ciganjur Jakarta Selatan untuk mengetahui dan mengamati bagaimana Pemikiran dan Aktivitas dakwah Prof. Dr. Said Aqil Siroj.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan dan pengambilan data yang diperoleh melalui pengumpulan dokumen-dokumen untuk memperkuat informasi.17 Dalam hal ini peneliti melakukan penelusuran data dengan

15

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Sebuah Pendekatan Praktek (Jakarta : Rineka Cipta, 2002) h. 145

16

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Sebuah Pendekatan Praktek, h. 117

17

(21)

menelaah buku, majalah, surat kabar, internet. Tujuannnya untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data. 4. Waktu dan Tempat Penelian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2013 . Adapun Tempat penelitian ini bertempat di kediaman KH. Saiq Aqil Siroj Jalan Sadar Raya No. 3A Ciganjur Jakarta Selatan.

5. Analisis Data

Setelah data diperoleh, selanjutnya peneliti melakukan analisis data. Dalam menganalisis, peneliti menggunakan analisis deskriptif, yaitu suatu metode dalam penulisan sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.18 Tujuan dari deskriptif ini adalah untuk berusaha menggambarkan objek penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada.

E. Sistematika Penulisan

BAB I : Dalam Bab I ini terdiri dari Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang Masalah, Fokus dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Membahas mengenai Landasan Teoritis tentang Pengertian Pemikiran dan Aktivitas, Macam-macam Aktivitas Dakwah, Konsep Dakwah serta Unsur-unsur Dakwah.

18

(22)

BAB III : Membahas mengenai Gambaran Umum dari profil Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj. Latar belakang keluarga, karir, pendidikan, dan perjalanan dakwahnya di Indonesia.

BAB IV : Hasil Analisis Data mengenai Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj di Indonesia, aktivitas dakwah apa saja yang dilakukan oleh Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj di Indonesia.

BAB V : Penutup yang berisi Kesimpulan dan saran serta dilengkapi dengan lampiran-lampiran berisi data-data dari berbagai sumber tentang penelitian ini.

F. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka. Penulis tidak menemukan satu pun yang mengkaji secara spesifik tentang Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj. Namun, penulis menemukan ada beberapa skripsi yang pernah membahas permasalahan seputar Pemikiran dan Aktivitas Dakwah seperti “Pemikiran dan Aktivitas Dakwah KH. Syukron Ma’mun” skripsi ini dibuat di

(23)

Ustadz Saiful Islam Al-Payage” di buat oleh Pathiyatul Wirdiyah dengan NIM 108051000040.

Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis pada saat ini diberi judul “Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj”. Adapun

(24)

14 A. Dakwah dan Unsur-unsurnya

1. Pengertian Dakwah

Dakwah ditinjau dari etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk isim

masdar dari kata da’a

(

اعد

)

- yad’u

)اْوعْدي(

- da’watan

)ًةوْعد(

yang artinya

menyeru, memanggil, mangajak dan menjamu.1 Berdasarkan Ensiklopedi Islam, dakwah adalah masdar (kata dasar) dari kata kerja da’a – yad’u yang berarti panggilan, seruan, ajakan. Jadi, dakwah menurut arti kebahasaan adalah seruan kepada jalan yang benar. Orang yang menyeru, memanggil atau melaksanakan dakwah dinamakanda’i atau juru dakwah dalam istilah keseharian.2

Secara terminologis Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah adalah menangajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.3

Quraish Shihab berpendapat dakwah adalah seruan atau ajakan kepada jalan keinsyafan atau mengubah situasi yang kuang baik menjadi lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun terhadap masyarakat.4

M. Arifin dalam buku Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi menyatakan dakwah adalah sebagai suatu kebijakan dalam seruan, baik dengan

1

Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsiran Al-Qur’an, 1973), h. 127

2

Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya di Mata Masyarakat,

(Ponorogo: STAIN Ponorogo PRESS, 2010) h. 22

3

Ahmad Wason, Al-Munawwir, (Yogyakarta: Ponpes Al-Munawwir, 1984) h. 483

4

(25)

lisan, tulisan serta tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan berencana untuk memengaruhi orang lain agar timbul suatu pengertian, kesadaran, penghayatan, serta pengamalan ajaran agama tanpa ada unsur paksaan.5

Berbeda dengan pendapat Syaikh Muhammad Al-Ghazali yang melihat dari sudut pandang ilmu, dakwah adalah sebuah program pelengkap yang di dalamnya meliputi segala pengetahuan yang dibutuhkan manusia, dan keberadaannya guna memberikan penjelasan tentang tujuan hidup serta menggunakan rambu-rambu kehidupan agar mereka menjadi seorang yang dapat membedakan mana yang boleh dijalani dan mana daerah yang dilarang.6

Bagi seorang muslim, dakwah merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kewajiban dakwah merupakan suatu yang bersifat condition sine quanon, tidak mungkin dihindari dari kehidupannya. Dakwah melekat erat bersamanya dengan pengakuan diri sebagai seseorang yang mengidentifikasi dirinya sebagai muslim. Sehingga orang yang mengaku dirinya seorang muslim, maka secara otomatis menjadi juru dakwah.7

5

M. arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 6

6

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 4

7

(26)

2. Unsur-unsur Dakwah

a. Subjek Dakwah (Da’i)

Pada dasarnya da’i (subjek dakwah) merupakan orang atau sekelompok

orang yang melaksanakan atau menyiarkan dakwah baik lisan (bi al-lisan), tulisan (bi al-qalam) maupun perbuatan (bi al-hal). Subjek dakwah sebagai pelaksana dakwah, biasanya lebih terkenal dengan nama da’i atau mubaligh / mubalighah (orang yang menyempurnakan ajaran Islam). Dengan demikian wajib baginya untuk mengetahui kandungan dakwah baik dari sisi akidah, syari’ah maupun dari

akhlak.8

Seorang da’i mempunyai peran penting dalam proses pelaksanaan dakwah.

Kepandaian dan keahlian seorang da’i akan menjadi daya tarik tersendiri bagi

para objek dakwah. Setiap da’i mempunyai kekhasan masing-masing, tergantung

kepada wacana keilmuan, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kehidupannya. Da’i ibarat seorang guide atau pemandu terhadap orang-orang yang ingin mendapatkan keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Da’i di tengah

masyarakat mempunyai kedudukan yang penting sebab ia adalah seorang pemuka (pelopor) yang selalu diteladani oleh masyarakat. Perbuatan dan tingkah lakunya selalu dijadikan tolak ukur masyarakatnya. Kemunculan da’i sebagai pemimpin

adalah atas pengakuan masyarakat yang tumbuh secara bertahap.9

Adapun kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh da’i adalah : 1) Memiliki pemahaman agama Islam secara tepat dan benar

2) Memiliki pemahaman hakekat gerakan atau tujuan dakwah

88

Nurul Badruttamam, Dakwah Kalaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005), h. 101.

9

(27)

3) Memiliki akhlak karimah

4) Mengetahui perkembangan pengetahuan yang relatif luas

5) Mencintai audiens atau mad’u dengan luas

6) Mengenal kondisi dengan baik.10

Adapun menurut Toto Tasmara dalam buku Komunikasi dakwah, persyaratan yang harus dimiliki oleh da’i, yaitu :

1) Memiliki aqidah yang kuat, artinya harus meyakini bahwa agama Islam dengan segenap ajaran-ajarannya adalah benar. Yang diaplikasikan lewat sikap, perilaku, dan ucapan-ucapan yang selaras dengan ajaran Islam.

2) Selalu berkomunikasi dengan Allah dengan cara beribadah baik fardhu maupun sunnat.11

Faktor seorang da’i sangat menentukan keberhasilan aktivitas dakwah.

Maka subjek dakwah dalam hal ini da’i atau lembaga dakwah hendaklah mampu

menjadi penggerak dakwah yang profesional. Disamping profesional, kesiapan subjek dakwah baik penguasaan terhadap materi, maupun penguasaan terhadap metode, media, dan psikologi sangat menentukan gerakan dakwah untuk mencapai keberhasilannya.

Demikianlah seorang da’i mempunyai kewajiban untuk mewujudkan cita

-cita dan tujuan dakwah, yaitu mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah SWT, dengan jalan

10

Abdul Munir Mulkham, Idilogi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: Sipress, 1996) h. 237-239.

11

(28)

menyampaikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.

b. Objek Dakwah (Mad’u)

Objek dakwah (Mad’u) adalah manusia yang dijadikan sasaran untuk

menerima dakwah yang sedang dilakukan oleh da’i. Mad’u (penerima dakwah)

sebagai objek dakwah, perlu diklasifikasi oleh da’i dalam aktivitas dakwahnya,

baik ideologi, pendidikan, ataupun status sosial. Sehingga dengan klasifikasi

tersebut, akan memudahkan da’i dalam menyampaikan pesan-pesan dakwahnya.

Klasifikasi objek dakwah ini penting agar pesan-pesan dakwah dapat diterima dengan baik oleh mad’u.12

Dengan klasifikasi penerimaan dakwah, maka dakwah lebih terarah karena tidak disampaikan secara serampangan tetapi mengarah kepada profesionalisme. Maka mad’u sebagai sasaran atau objek dakwah akan dengan

mudah menerima pesan-pesan dakwah yang disampaikan oleh subjek dakwah.13 Dakwah tidak hanya ditujukan kepada orang Islam, tetapi juga kepada orang-orang di luar Islam. Intinya dakwah itu ditujukan untuk siapa saja tanpa melihat status sosial, ekonomi dan latar belakang mereka. Pernyataan ini sesuai

dengan Q.S Saba’ ayat : 28

:



















12

Nurul Badruttamam, Dakwah Kalaboratif Tarmizi Taher, h. 107.

13

(29)

Artinya:

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui”.14

c. Materi Dakwah

Materi dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada mad’u, yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi akidah, syari’ah dan akhlak. Hal yang perlu diperhatikan

ialah bahwa ajaran yang diajarkan itu bukanlah semata-mata berkaitan dengan eksistensi dan wujud Allah SWT, namun bagaimana menumbuhkan kesadaran mendalam agar mampu memanifestasikan akidah, syari’ah, dan akhlak dalam

ucapan, pikiran dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari. 15

Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu:

1. Masalah Akidah (Keimanan)

Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah Islamiyah. Aspek aqidah ini yang akan membentuk moral (akhlak) manusia. Yaitu cakrawala pandangan yang luas antara iman dan Islam atau antara iman dan amal perbuatan. Dalam ibadah-ibadah pokok yang merupakan manifestasi dari iman dipadukan dengan segi-segi pengembangan diri dan kepribadian seseorang dengan kemaslahatan masyarakat yang menuju pada kesejahteraannya.16

14

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 431.

15

Nurul Badruttamam, Dakwah Kalaboratif Tarmizi Taher, h. 109.

16

(30)

2. Masalah Syariah

Syari’ah Islam mengembangkan hukum bersifat komprehensif yang

meliputi segenap kehidupan manusia. Materi dakwah yang menyajikan unsur syari’at harus dapat menggambarkan atau memberikan informasi yang jelas di

bidang hukum dalam bentuk status hukum yang bersifat wajib, mubah (dibolehkan), mandub (dianjurkan), makruh (dianjurkan untuk ditinggalkan), dan haram (dilarang).17

3. Masalah Akhlak

Ilmu akhlak tidak terlepas dari bahasan tentang keutamaan-keutamaan yang dapat menyampaikan manusia kepada tujuan hidupnya yang tertinggi, yaitu kebahagiaan, dan tentang berbagai kejahatan atau kekurangan yang dapat merintangi usaha pencapaian tujuan tersebut.18

Materi dakwah yang harus disampaikan tercantum dalam penggalan ayat “saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran”

(Q.S. Al-‘Ashr ayat: 3):













Artinya: “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.

Apabila kita memperhatikan Al-Qur’an dan hadist maka akan diketahui, sesungguhnya dakwah menduduki tempat dan posisi utama, menentukan keindahan dan kesesuaian Islam dengan perkembangan zaman. Baik dalam sejarah maupun dalam praktiknya sangat ditentukan oleh kegiatan dakwah.

17

M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, h. 27 18

(31)

Di sisi lain, dengan adanya perkembangan teknologi dan kemajuan pengetahuan, maka materi dakwah perlu dimuati dasar-dasar kehidupan dalam masyarakat global yang senantiasa dilandasi paham keislaman. Sehingga tidak hanya sekedar bagaimana shalat yang benar, puasa yang sah, zakat yang tepat, dan kegiatan ritual lainnya, melainkan juga perlu diperkenalkan pola kehidupan kontemporer, seperti bagaimana meningkatkan ekonomi yang berwawasan keislaman atau bagaimana dakwah dapat merambah dunia teknologi informasi, internet, dan sebagainya.19

d. Media Dakwah

Kata media merupakan jamak dari bahasa latin yaitu medion, yang berarti alat perantara. Sedangkan secara istilah media berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu.20 Dengan demikian dapat di rumuskan bahwa media dakwah ialah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan.

Seorang da’i atau juru dakwah dalam menyampaikan ajaran Islam kepada

umat manusia tidak akan lepas dari sarana atau media. Kepandaian untuk memilih media atau sarana yang tepat merupakan salah satu unsur keberhasilan dakwah. Terlebih dalam mengantisipasi perkembangan zaman saat ini dimana ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat yang ditandai dengan kemajuan kecanggihan teknologi. Ketertinggalan umat Islam dan ketertutupan dari dunia luar, sedikit banyak menjadi salah satu penyebab ketidak berhasilan dakwah.21

19

Nurul Badruttamam, Dakwah Kalaboratif Tarmizi Taher, h. 110.

20

Ali Yafie, Teologi Sosial telaah Kritis Persoalan Agama dan Kemanusiaan,

(Yogyakarta: LKPSM, Oktober 1997), h. 91-92.

21

(32)

Menurut Hamzah Ya’qub media dakwah di klasifikasikan menjadi lima

jenis, yaitu :

a. Lisan, adalah media yang paling mudah dengan mempergunakan lidah dan suara. b. Tulisan, media ini berfungsi menggantikan keberadaan da’i dalam proses dakwah.

Tulisan dapat menjadi alat komunikasi da’i dan mad’u.

c. Lukisan, gambar atau ilustrasi, media ini berfungsi sebagai penarik mad’u.

d. Audio visual, media ini dapat merangsang indera penglihatan dan pendengaran mad’u.

e. Akhlak, cara yang langsung di manifestasikan dalam tindakan dan tingkah laku da’i.22

Sementara ini, dilihat dari segi sifatnya media dakwah dapat digolongkan menjadi dua kategori : media dakwah tradisional berupa berbagai macam seni dan media dakwah modern. Media dakwah tradisional berupa berbagai macam seni dan peretunjukan tradisional, dipentaskan secara umum terutama hiburan yang bersifat komunikatif. Sedangkan media dakwah yang modern diistilahkan pula dengan media elektronik yaitu media yang dihasilkan dari teknologi seperti ; televisi, radio, pers, internet dan sebagainya.23

e. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan

“hodos” (jalan, cara). Dengan demikian, kita dapat artikan bahwa metode adalah

cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodicay artinya ajaran

22

Hamzah Yaqub, Publisistik Islam Dakwah dan Leadership,(Bandung: CV Diponegoro, 1982), h. 13

23

(33)

tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut thariq. Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.24

Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki pengertian “Suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk

mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia”.25

Sedangkan dalam metodologi pengajaran ajaran Islam disebutkan bahwa metode adalah “suatu cara yang sisematis dan umum terutama dalam mencari kebenaran ilmiah”.26

Meode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah Islam. Dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya. Ketika membahas tentang metode dakwah, maka pada umumnya merujuk pada surat An-Nahl ayat 125:27











Artinya:“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Secara garis besar, ayat di atas menjelaskan bahwa metode dakwah ada tiga, yaitu : bi al hikmah, mauidzatul hasanah, dan mujadalah billati hiya ahsan.

24

Wahidin saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Press, 2011) h. 52

25

M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), h. 160

26

Soeleman Yusuf, Pengantar Pendidikan Sosial, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h. 38

27

(34)

Macam-macam metode Dakwah 1. Metode bi al- Hikmah

Metode bi al-hikmah yaitu berdakwah dengan memerhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka sehingga di dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.28

Prof. DR. Toha Yahya Umar, MA., menyatakan bahwa hikmah berarti meletakkan sesuatu meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan berfikir, berusaha menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai dengan keadaan zaman dengan tidak bertentangan dengan larangan Tuhan.29

Al-Hikmah juga berarti pengetahuan yang dikembangkan dengan tepat sehingga menjadi sempurna. Sebagai metode dakwah, Al-Hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, dan menarik perhatian orang kepada agama atau Tuhan. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An nasafi, arti hikmah yaitu :

Dakwah bil-hikmah” adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan”.30

2. Metode Al-Mau’idza Al-hasanah

Secara bahasa, mau’idzah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mau’idzah dan hasanah. Kata mau’idzah yang berrati nasihat, bimbingan, pendidikan dan

28

M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, h. 34

29

Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 135

30

(35)

peringatan, sementara hasanah merupakan kebalikan fansayyi’ah yang artinya kebaikan lawan dari kejelekan.31

Adapun pengertian secara istilah, Mauidzatul hasanah yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.32

Menurut Ali Musthafa Yakub, bahwa mauidzal hasanah adalah ucapan yang berisi nasihat-nasihat yang baik dan bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau argument-argumen yang memuaskan sehingga pihak audiensi dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh da’i.33

Sedangkan menurut pendapat Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi, kata tersebut mengandung arti:

“Al-mau’idzal hasanah yaitu perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan Al-Qur’an”.34

Jadi, kalau kita telusuri kesimpulan dari mau’idzal hasanah, akan

mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan; tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemahlembutan dalam menasehati

31

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 251 32

M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, h. 34 33

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH, 2009), h. 100 34

(36)

sering kali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar; ia lebih mudah melahirkan kebaikan daripada larangan dan ancaman.35

3. Metode Al-Mujadalah

Dari segi etimologi (bahasa) lafadz mujadalah terambil dari kata “jadala” yang bemakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wazan Faa’ala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat dan “mujadalah” perdebatan.36

Mujadalah adalah cara terakhir yang digunakan untuk berdakwah manakala kedua cara terakhir yang digunakan untuk orang-orang yang taraf berfikirnya cukup maju, dan kritis seperti ahli kitab yang memang telah memiliki bekal keagamaan dari para utusan sebelumnya. Oleh karena itu, Al-qur’an juga telah memberikan perhatian khusus kepada ahli kitab, yaitu melarang berdebat dengan mereka kecuali kecuali dengan cara terbaik.37

Firman Allah dalam QS. Al-‘ankabut ayat 46:





Artinya:

Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka”.

Dari pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa, al-mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang

35

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 253 36

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 253 37

(37)

diajukan dengan memberikan argumentasi satu dengan yang lainnya saling menghargai dan menghormati pendapat keduanya berpegang pada kebenaran, mengakui kebenaran pihak-pihak lain dan ikhlas menerima hukuman tersebut.38 f. Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh oleh keseluruhan tindakan dakwah. Serta terwujudnya kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat yang diridhai Allah. Tujuan utama ini, masih bersifat umum memerlukan penjabaran agar kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat ini bisa tercapai dan terwujud.39

Manusia memiliki akal dan nafsu, akal senantiasa mengajak ke arah jalan kebahagiaan dan sebaliknya nafsu selalu mengajak ke arah yang menyesatkan. Di sinilah dakwah berfungsi memberikan peringatan kepadanya, melalui amar ma’ruf nahi munkar kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat tercapai.

Itulah tujuan dan cita-cita sesungguhnya dari dakwah Islam. Seperti Firman Allah

dalam Al-Qur’an surat Al – Maidah ayat 2

:









Artinya :

“Dan menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kewajiban dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya berat siksaannya bagi orang-orang yang tolong menolong dalam kejahatan.40

38

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 265 39

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 65

40

(38)

Tujuan khusus dakwah ini secara operasional dapat dibagi lagi ke dalam beberapa tujuan, yakni :

a. Menganjurkan dan menunjukkan perintah-perintah Allah.

b. Menunjukkan larangan-larangan yang bersifat perbuatan dan pekataan.

c. Menunjukkan keuntungan-keuntungan bagi kaum yang bertaqwa kepada Allah SWT.

d. Menunjukkan ancaman Allah bagi kaum yang ingkar kepada Allah.41

Jadi, dari berbagai macam tujuan dakwah di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa tujuan dakwah itu adalah mengajak umat manusia kepada jalan yang benar yang di ridhai Allah SWT, agar bahagia hidup di dunia dan akhirat. Dan jika dilihat dari sasaran aktivitasnya, tujuan dakwah dapat dilkasifikasikan menjadi:

1. Mengajak orang yang belum masuk Isla untuk menerima Islam, hal ini dapat dipahami dalam firman Allah SWT.

2. Amar ma’ruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat. Amar ma’ruf disini, diartikan sebagai usaha mendorong dan menggerakkan umat manusia agar menerima dan melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

3. Nahi munkar, muatan dakwah yang berarti usaha mendorong dan menggerakkan umat manusia untuk menolak dan meninggalkan hal-hal mungkar.42

41

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.51-53.

42

(39)

g. Efek Dakwah

Evaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah harus dilaksanakan secara radikal dan komprehensif, artinya tidak secara parsial. Seluruh komponen sistem (unsur-unsur) dakwah harus dievaluasi secara komprehensif. Para da’i harus memiliki jiwa terbuka untuk melakukan pembaruan dan perubahan, di samping bekerja dengan menggunakan ilmu. Jika proses evaluasi ini menghasilkan beberapa konklusi dan keputusan, maka segera diikuti dengan tindakan korektif (corrective action).43

Jalaluddin Rakhmat menyatakan bahwa efek kognitif terjadi apabila ada perubahan apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berhubungan dengan emosi, sikap serta nilai. Sedangkan efek behavioral adalah merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.44 Efek behavioral ini merupakan bentuk efek dakwah yang berkenaan dengan pola tingkah laku mitra dakwah dalam merealisasikan materi dakwah yang telah diterima dalam kehidupan sehari-hari. Efek ini muncul setelah melalui proses kognitif dan afektif. Dengan demikian seseorang akan bertindak dan bertingkah laku setelah orang itu mengerti dan memahami apa yang telah diketahui itu kemudian masuk ke dalam perasaannya dan kemudian timbullah keinginan untuk bertindak atau bertingkah laku. Jika pesan dakwah telah

43

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH, 2009), h.35

44

(40)

menyentuh aspek behavioral yaitu telah dapat mendorong manusia melakukan secara nyata ajaran-ajaran Islam yang telah dipesankan dalam dakwah.45

B. Pengertian Pemikiran dan Aktivitas 1. Pengertian Pemikiran

Pemikiran adalah proses, cara perbuatan berfikir. Pemikiran berasal dari kata piker yang artinya akal budi, ingatan, angan-angan. Ahli, sedangkan berpikir yaitu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu problem yang memerlukan pemecahan. Sedangkan pemikir adalah orang yang cerdik dan pandai yang hasil pemikirannya dapat dimanfaatkan orang banyak, seperti filosof.46

Secara terminology, ada beberapa perbedaan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang pemikiran, di antaranya ialah :

1. Nur Cholis Majid (Cak Nur) dalam bukunya khazanah intelektual Islam yaitu : “Dari kegiatan berpikir, tumbuh ilmu pengetahuan dan industri. Akal kecendrungan untuk memperoleh penemuan yang tak dipunyai sebelumnya. Karena itu ia pun mempelajari kembali orang terdahulu dalam hal ilmu pengetahuan atau menambahnya dengan pengetahuan atau penemuan. Pikiran dan pemikiran seseorang dapat diarahkan kepada kenyataan secara satu persatu dan dikaji sifat-sifat aslinya sedikit demi sedikit. Lalu dikaitkan pada kenyataan yang pada akhirnya timbul pengetahuan dan pengajaran bagi kehidupan manusia”.47 2. Samsul Nizar berpendapat bahwa pemikiran adalah upaya cerdas (ijtihady) dari

proses kerja dan kalbu untuk melihat fenomena dan berusaha mencari penyelesaiannya secara bijaksana.48

45

Khusniati Rofiah, Dakwah Jama’ah Tabhligh & Eksistensinya di Mata Masyarakat, (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2010), h. 38-39

46

Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 872-873.

47

Nurcholis Madjid, Khazanah Intelektual Islam, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 307-308 .

48

(41)

3. Thoha Jabir Alwani berpendapat bahwa pemikiran atau berpikir adalah kata benda dari aktivitas akal yang ada di dalam diri manusia, baik kekuatan akal berupa kalbu, ruh, atau dengan pengamatan atau pendalaman untuk menemukan makna yang tersembunyi dari persoalan yang dapat diketahui untuk sampai pada hukum atau hubungan atar sesuatu.49

Dari beberapa makna dan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa pemikiran adalah sebuah pendayagunaan otak untuk memecahkan persoalan, mengambil keputusan dan melahirkan sesuatu yang baru. Apabila pemikiran dikaitkan dengan dakwah, maka pemikiran dakwah Islam ialah proses memfungsikan akal yang merupakan kemampuan rasional manusia untuk mentela’ah apa itu dakwah sebenarnya dan sebagai upaya asimilasi nilai-nilai

Islam dalam kehidupan sehari-hari kaum muslimin baik yang bersifat individual maupun koleksi guna membentuk konsepsi masyarakat yang Islami.50

2. Pengertian Aktivitas Dakwah

Menurut ilmu sosiologi aktivitas diartikan dengan segala bentuk kegiatan yang ada di masyarakat, seperti gotong-royong atau kerja bakti disebut aktivitas-aktivitas sosial baik yang berdasarkan hubungan tetangga ataupun hubungan kekerabatan.51

Sedangkan menurut kamus besar ilmu pengetahuan, kata aktivitas berasal dari ling: activitus: aktif bertindak yaitu bertindak pada setiap eksistensi atau makhluk yang membuat atau menghasilkan sesuatu, dengan aktivitas menandai

49

Thoha Jabir Alwani, Krisis Pemikiran Modern Diagnosisi dan Resep Pengobatannya, (Jakarta: LKPSI, 1989), h. 67.

50

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), h. 185

51

(42)

bahwa hubungan khusus manusia dengan manusia. Manusia bertindak sebagai subjek, alam sebagai objek. Manusia mengalih wujudkan dalam mengelola alam. Berkat aktivitas atau kerjanya manusia mengangkat dirinya dari dunia yang bersifat khas sesuai ciri dan kehidupannya.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak aktivitas, kegiatan, atau kesibukan yang dilakukan manusia. Namun berarti atau tidaknya kegiatan tersebut tergantung pada individu tersebut. Karena, menurut Samuel Soeitoe sebenarnya, aktivitas bukan hanya sekedar kegiatan. Beliau mengatakan bahwa aktivitas, dipandang sebagai usaha mencapai atau memenuhi kebutuhan.52

Sedangkan aktivitas dakwah adalah suatu aktivitas keberagamaan yang sangat urgent dalam Islam, memiliki posisi strategis, sentral, dan menentukan. Di dalamnya terdapat seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha untuk mengubah situasi yang buruk kepada situasi yang baik dan sempurna, baik secara individu atau masyarakat. Dalam ajaran Islam, dakwah merupakan suatu kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknya.53

Aktivitas dakwah dan bentuk-bentuknya

Kemajuan Islam dewasa ini tergantung pada kepada umatnya, seberapa gencar melakukan upaya-upaya dakwah dalam segala bentuk aktivitasnya dan bentuk-bentuk dakwahnya, maka ada beberapa bentuk aktivitas dakwah, antara lain:

52

Samuel Soeitoe, Psikologi Pendidikan II, (Jakarta: FEUI, 1982) cet ke-1, h. 52 53

(43)

1. Aktivitas dakwah dalam bentuk lisan (bi al-lisan)

Allah berfirman dalam Al-qur’an dengan tegas mengenai hal ini dengan menitik beratkan kepada kata: ahsana Qaulan (ucapan yang baik). Sebagaimana dalam Surat Fhussilat ayat 33:









Artinya:“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"

Maksud dari ayat di atas adalah menjelaskan bahwa aktivitas dakwah bil lisan itu lebih pada perkataan yang baik, santun yang mengedepankan keteladanan dalam berbicara yang menyeru pada jalan Allah SWT.

2. Aktivitas dakwah dalam bentuk perbuatan (bil-hal)

Dakwah bil-Hal adalah melaksanakan amal kebaikan dalam kehidupan sehari-hari yang meliputi bidang sosial, ekonomi, dan budaya dalam bingkai nilai-nilai ajaran Islam. Dakwah bil-hal merupakan usaha merintis dan mempraktekan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dakwah dalam bentuk ini dapat dilakukan oleh setiap orang dimana pun berada dengan profesi apapun.54

3. Aktivitas dakwah dalam bentuk Bil Qalam

Dakwah bil Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti buku, surat kabar, majalah, artikel, jurnal, internet dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf nahi munkar.

54

Umi Musyarofah, Dakwah KH. Hamam Dja’far dan Pondok Pesantren Pabelan,

(44)
(45)

35

Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA terlah terlahir pada tanggal 03 Juli 1953 dari pasangan KH. Aqil Siroj dan Hj. Afifah Harun. Dari sejak lahir beliau tinggal di Kempek, Palimanan, Cirebon. Namun, sejak tahun 1991 karena tuntutan profesi dan karir mengharuskan beliau untuk berdomisili di daerah Jalan Sadar Raya No. 3-A Rt 08 Rw 04 Ciganjur Jakarta Selatan 12630. Kang Said begitulah sapaan akrabnya tumbuh berkembang dari keluarga yang memilki religius tinggi dan terlahir dari keluarga kyai karena ayahnya sendiri adalah pengasuh Pondok Pesantren yang juga sebagai tokoh masyarakat terkemuka di daerahnya.

Sejak masa kecil, beliau sudah berada di lingkungan pesantren yaitu Pondok Pesantren Tarbiyatul Mubtadi’ien yang dikenal dengan sebutan pesantren “Kempek” karena lokasinya bertepatan di daerah Kempek Palimanan Cirebon

(46)

dengan berfokus pada kitab kuning (klasik) khususnya Nahwu Shorof juga konsentrasi Al-Qur'an. Dan sekarang pesantren Kempek ini menjadi pesantren terbesar di wilayah Tiga Cirebon.1

Kang Said adalah anak kedua dari lima bersaudara. Beliau memiliki satu kakak dan tiga adik putra. Kakaknya bernama KH. Ja’far Shodiq Aqil Siroj yang

sekarang menjadi pengasuh Majlis Tarbiyatul Mubtadi’ien Pesantren Kempek dan

sekaligus menjabat sebagai ketua umum MUI kabupaten Cirebon. KH. Ja’far dikenal sebagai sosok yang paling tegas, cerdas dan teguh pendirian. Adik pertamanya yaitu KH. Musthofa Aqil Siroj seorang mubaligh kondang yang professional dikenal sebagai da’i dengan tutur kata lembut serta bersahaja. Adik

keduanya yaitu KH. Ahsin Syifa Aqil Siroj sosok ulama yang alim cerdas dan Istiqomah dalam mengajar santri-santri Majlis Tarbiyatul Mubtadi’ien. Yang terakhir adalah KH. Ni’amillah Aqil Siroj dikenal dengan sosok yang cerdas, gaul, sopan santun, tegas, bijaksana dan mudah bergaul dengan siapa saja. Dari kelima putra KH. Aqil Siroj hanya Kang Said lah yang berlama-lama menerpa ilmu di kota Mekkah Al-Mukarromah sampai berkeluarga pun beliau masih tinggal di kota kelahiran Nabi itu. Barulah pada tahun 1994 beliau memutuskan tinggal di Indonesia untuk mengabdi pada negrinya sendiri. pilihan Kang Said kembali ke tanah air tentunya memiliki implikasi yang lebih luas. Seolah, ia mengambil resiko dari pilihannya sebagai agen perubahan sosial dalam batas tertentu. Pilihan yang mengandung konsekuensi tidak ringan, setiap berbaur bersama masyarakat, merancang program bervisi ke-Indonesian, melakukan identifikasi, konseling,

1

(47)

bimbingan, dan motivasi. Dalam partisipasi aktif-transformatif ini, berbagai cercaan, hinaan dan fitnah sering kali ia temukan. Namun semuanya itu, harus dilalui dengan penuh keyakinan, optimisme, konsistensi dan komitmen guna menghamparkan risalah Islam dalam kanvas realitas, bernama Indonesia. Dasar itulah yang menginspirasi Kang Said kembali ke tanah air. Harapan dan tantangan seperti inilah, yang diperankan Kang Said berkhidmah di PBNU untuk kemaslahatan umat Indonesia.2

Dalam pernikahannya dengan ibu Hj. Nurhayati Abdul Qodir beliau telah dikaruniai 4 orang anak. 2 Putra yaitu Muhammad Said Aqil , Aqil Said Aqil dan dua putri yaitu Nisrin Said Aqil dan Rihab Said Aqil. Kesemuanya dilahirkan di kota perantauan beliau yaitu Mekkah Al Mukarromah. Dalam kesehariannya Kang Said lebih banyak meluangkan waktu untuk Membaca dan Bersilaturrahmi. Namun, beliau juga mempunyai hobi berwisata beserta keluarganya terutama disaat terhenti sejenak dari aktifitas dakwahnya yang super sibuk dan sangat padat karena jabatan beliau sekarang sebagai ketua PBNU yang setiap hari mengharuskan Kang Said beraktivitas di kantor PBNU Jalan kramat Raya No. 164 Jakarta Pusat 10430.

Kang Said hidup dalam keluarga yang ta’at beragama, meskipun terlahir dari keluarga yang mapan dan serba berkecukupan, pendidikan baginya hal paling istimewa yang selalu di prioritaskan. Hidup dalam keluarga yang bersahaja dan memiliki dedikasi tinggi dalam dunia pendidikan terutama pendidikan agama.3

2

Mohammad Dawam Sukardi, NU sejak Lahir(Dari Pesantren Untuk Bangsa; Kado Buat Kyai Said), Jakarta: SAS Center, 2010)

(48)

B. Riwayat Pendidikan Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj

Prof. DR. KH. Said Aqil Siroj, MA, putra kedua dari KH. Aqil Siroj (Al-maghfurlah) pengasuh pondok pesantren Tarbiyatul Mubtadi’in Kempek Palimanan Cirebon. Pendidikannya di awali “ngaji” di pesantren ayahnya yang masih mengacu pola tradisional, sambil Sekolah Rakyat (SR); yang tamat pada tahun 1965 kemudian melanjutkan studi ke Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Lirboyo Kediri mulai dari Madrasah Tsanawiyah (Mts) hingga

(49)

Mukarromah Universitas Ummu Al-Qura jurusan Perbandingan Agama tamat pada tahun 1987 hingga menyabet gelar doktor pada Universitas Ummul Qura pada tahun 1994. Dan saat ini menjadi professor juga direktur pasca sarjana Unisma Malang.4

Kepiawaiannya nampak pada saat puncak studi S-3, tatkala ujian munaqasyah (promosi) doktor. Disertasi yang bertitel “shillatullahi bil-kalam fit-tashawwuf al-falsafi” (Relasi Tuhan dengan Alam Kosmos: Perspektif Tasawuf Filosofis) benar-benar menggemparkan Ummul Qura yang notabene mengharamkan diskursus tasawuf filosofis. Anehnya, justru Kang Said mampu mempertahankan dengan predikat terpuji (mumtaz, cumlaude).5

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj ini meskipun pemikirannya moderat namun, beliau kembali masuk dalam tokoh muslim paling berpengaruh di dunia dengan menduduki urutan ke-19 untuk tahun 2012 versi The Royal Islamic Strategic Studies Centre Yordania. Sejak menjabat sebagai ketua umum PBNU sejak 2010, ia telah masuk dalam jajaran tokoh elit muslim d

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kelat EDHHA menjadikan unsur Fe lebih tersedia bagi tanaman dibandingkan jenis kelat yang lain.. Unsur Fe bersifat mobilitas

Filter yang akan digunakan berjenis filter pasif dengan beberapa topologi yaitu: filter harmonisa parallel, filter harmonisa seri dan Low Pass Filter.. Filter

1) Interupsi dapat dilakukan oleh setiap anggota Tim lawan yang ditujukan kepada Pembicara yang sedang berbicara dalam Sesi I dan II Babak II dan III di setiap

(4) Pusat Perbelanjaan dan Toko Swalayan yang akan melakukan operasional kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) wajib mengajukan permohonan

Pada saat larva telah mencapai stadium III, larva dipindahkan ke dalam gelas plastik yang berisi serbuk buah okra dengan berbagai konsentrasi dan temephos 1 % dengan

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol daun Afrika ( Vernonia amygdalina Del.) terhadap penurunan glukosa darah dan penurunan

Dari hasil yang dilakukan pada tahapan identification phase yaitu mendapatkan kebutuhan fungsional perangkat lunak yang digambarkan dalam bentuk use case diagram

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ikan nila GMT yang dipelihara di ketiga lokasi mempunyai keragaan bobot yang tidak berbeda nyata, sedangkan tiga varietas lainnya yakni