• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gaya Pengasuhan Orang Tua Dan Kelekatan Peer Group Terhadap Tugas Perkembangan Remaja Pengamen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Gaya Pengasuhan Orang Tua Dan Kelekatan Peer Group Terhadap Tugas Perkembangan Remaja Pengamen"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAYA PENGASUHAN ORANG TUA DAN

KELEKATAN

PEER GROUP

TERHADAP TUGAS

PERKEMBANGAN REMAJA PENGAMEN

NURJANAH PURNAMA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Gaya Pengasuhan Orang Tua dan Kelekatan Peer Group terhadap Tugas Perkembangan Remaja Pengamen adalah benar karya saya dengan arahan dari Dosen Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(3)

ABSTRAK

NURJANAH PURNAMA. Pengaruh Gaya Pengasuhan Orang Tua dan Kelekatan Peer Group terhadap Tugas Perkembangan Remaja Pengamen. Dibimbing oleh DIAH KRISNATUTI.

Pengasuhan orang tua dan peer group memiliki peran penting dalam tumbuh dan berkembangnya remaja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara persepsi gaya pengasuhan orang tua dan kelekatan peer group terhadap tugas perkembangan remaja pengamen. Penelitian ini mengambil contoh 60 orang pengamen jalanan laki-laki (30 orang pengamen remaja awal dan 30 orang pengamen remaja akhir) yang dipilih secara aksidental. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan capaian tugas perkembangan pengamen remaja akhir lebih tinggi dibandingkan pengamen remaja awal. Usia, gaya pengasuhan otoritatif dan kelekatan peer group berpengaruh terhadap pemenuhan tugas perkembangan remaja pada pengamen jalanan.

Kata kunci : remaja, kelekatan, otoritatif, gaya pengasuhan, peer group, pengamenjalanan

ABSTRACT

NURJANAH PURNAMA. The Impacts of Parenting Style and Peer Group Attachment to Developmental Task of Young Street Performer. Supervised by DIAH KRISNATUTI.

Parenting and peer group had an important role in adolescents growth and development. This research aimed to analyze the impact of parenting style perception and peer group attachment to developmental task of young street performer. It was focused on 60 boy street performers (30 early adolescents performers and 30 late adolescents performers) which were selected by accidental method. The data were collected by interview method using questionnaires. The result of this research showed that development task of late adolescents performers better than early adolescents performers. Age, authoritative parenting style and level of peer group attachment affected to development task of young street performer.

(4)

PENGARUH GAYA PENGASUHAN ORANG TUA DAN

KELEKATAN

PEER GROUP

TERHADAP TUGAS

PERKEMBANGAN REMAJA PENGAMEN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

NURJANAH PURNAMA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)
(6)
(7)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Gaya Pengasuhan Orang Tua dan Kelekatan Peer Group terhadap Tugas Perkembangan Remaja Pengamen”. Banyak orang yang berperan dan berjasa dalam perjalanan pendidikan dan penulisan skripsi ini. Dalam kesempatan ini saya ingin menghaturkan ucapan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS sebagai pembimbing skripsi yang terus memberikan bimbingan dan saran selama penulisan, serta nasihat-nasihat yang dapat membuka wawasan serta menjadi motivator untuk menghadapi masa depan.

2. Neti Hernawati, SP, MSi sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, nasihat dan motivasi kepada penulis selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi.

3. Ir. M.D Djamaludin, MSc selaku dosen pemandu seminar hasil penelitian yang telah memberikan kritik, saran dan arahan untuk kemajuan dan perbaikan skripsi penulis

4. Alfiasari, SP, MSi dan Dr. Megawati Simanjuntak, SP, MSi sebagai penguji skripsi yang telah memberi masukan, koreksi dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik.

5. Orang tua pernulis yaitu Ibunda Siti Nurmi, S.Pd dan Ayahanda Endang Suprihatin beliaulah sosok yang tiada hentinya berjuang dan berdoa serta memberikan cinta kasih, dorongan dan motivasi, baik dukungan moril maupun material untuk mendukung penulis selama menempuh pendidikan dan penyelesaian skripsi.

6. Andriyan Novadiansyah atas bantuan, dukungan, dan motivasi selama penulis menempuh pendidikan di perguruan tinggi dan penyelesaian skripsi.

7. Pengamen jalanan Bogor yang telah memberi izin dan bersedia untuk dijadikan sebagai responden penelitian.

8. Teman-teman seperjuangan Bona Intan Rahmaniah, Dwi Kurniati Putri, Faizal Ainul Adha, Mardita Kurnia Putri, Mega Citrandini, Afromalika, Miranti Rahmatika, Safira Widianti dan teman-teman IKK 48 atas persahabatan dan kebersamaan selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan segala informasi yang terdapat di dalamnya.

Bogor, Agustus 2015

(8)
(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

KERANGKA PEMIKIRAN 5

METODE PENELITIAN 7

Desain, Lokasi, Waktu 7

Teknik Penarikan Contoh 7

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 7

Pengolahan dan Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 12

Hasil 12

Pembahasan 16

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

(10)
(11)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengumpulan data 7

2 Jenis dan pengkategorian data 9

3 Sebaran pengamen berdasarkan gaya pengasuhan orang tua dan

kelompok usia 12

4 Sebaran pengamen berdasarkan kelekatan peer group dan kelompok usia 13 5 Sebaran pengamen berdasarkan dimensi kelekatan peer group dan

kelompok usia 13

6 Sebaran pengamen berdasarkan tugas perkembangan remaja dan kelompok

usia 14

7 Presentase pencapaian rata-rata dimensi tugas perkembangan remaja 14 8 Hasil uji hubungan karakteristik, gaya pengasuhan orang tua, kelekatan

peer group terhadap tugas perkembangan 15 9 Hasil uji regresi linear berganda karakteristik, gaya pengasuhan orang tua,

kelekatan peer group terhadap tugas perkembangan 15

DAFTAR GAMBAR

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Remaja memiliki peranan penting dalam pembangunan suatu negara baik dalam bidang pendidikan, sosial, budaya maupun ekonomi. Remaja merupakan

„tulang punggung‟ bangsa yang pada kemudian hari akan menjadi generasi yang

dapat memimpin dan membawa negaranya agar dapat berkembang ke arah yang lebih baik. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah remaja yang cukup tinggi. Hasil Sensus Penduduk BPS tahun 2010 menyatakan jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa yang meliputi 63,4 juta remaja dengan proporsi 50,70 persen remaja laki-laki dan 49,30 persen remaja perempuan.

Remaja (adolescence) merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Santrock, 2003). Monks, Knoers dan Haditono (2001) menyebutkan bahwa masa remaja dibedakan menjadi empat bagian, yaitu: (1) masa pra-remaja atau pra-pubertas (10-12 tahun); (2) masa remaja awal atau pubertas (12-15 tahun); (3) masa remaja pertengahan (15-18 tahun); (4) masa remaja akhir (18-21 tahun). Masa remaja awal (early adolescence) kurang lebih berlangsung di masa Sekolah Menengah Pertama atau awal Sekolah Menengah Akhir dan perubahan pubertal terjadi di masa ini, sedangkan remaja akhir (late adolescence) kurang lebih terjadi pada pertengahan dasawarsa yang kedua dari kehidupan (Santrock 2007).

Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam tumbuh dan berkembangnya remaja melalui proses pengasuhan. Setiap orang tua memiliki gaya yang berbeda dalam mendidik anaknya sehingga dapat menjadi generasi yang sesuai dengan harapan orang tua. Gaya pengasuhan merupakan pola perilaku orang tua yang paling menonjol atau yang paling dominan dalam mengarahkan anaknya sehari-hari termasuk dalam menanamkan nilai-nilai hidup, mengajarkan keterampilan hidup dan dalam mengelola emosi (Sunarti 2004).

Gaya pengasuhan orang tua akan mempengaruhi persepsi seorang remaja. Persepsi tersebut kemudian dapat menentukan tindakan dan sikap remaja atas hubungannya dengan orang tua. Jika hubungan remaja dengan orang tua buruk maka akan mempengaruhi hubungan remaja dengan lingkungan di luar rumah (Papalia, 2004) sedangkan remaja yang terikat secara aman pada orang tua semasa kecil, lebih cenderung memiliki hubungan positif dengan lingkungan pergaulannya daripada remaja yang masa kecilnya diwarnai konflik dengan orang tua (Santrock, 2003).

(13)

2

pada masa remaja berhubungan dengan kesehatan mental yang positif pada usia pertengahan (Hightower dalam Santrock 2007).

Menjalin hubungan yang baik dengan teman sebaya merupakan salah satu tugas perkembangan remaja yang harus dipenuhi. Menurut Hurlock (1993) penyesuaian sosial merupakan salah satu tugas perkembangan pada masa remaja yang tersulit. Pada tahap perkembangan remaja terdapat tugas perkembangan yang harus dipenuhi (Asmadi, 2004). Duvall & Miller (1985) menyebutkan bahwa terdapat delapan dimensi tugas perkembangan yang harus dipenuhi remaja dalam membina hubungannya di masa kini dan menyiapkan kehidupannya di masa yang akan datang.

Pada kehidupan nyata, banyak remaja yang menghabiskan hidupnya untuk bekerja dan tidak lagi menikmati masa remaja sebagaimana mestinya. Salah satu contoh fenomena yaitu anak jalanan. Anak jalanan merupakan anak yang sehari-harinya menghabiskan waktunya di jalan. Ada berbagai faktor yang menyebabkan seseorang menjadi anak jalanan, selain faktor kemiskinan atau perekonomian keluarga yang sulit, ada faktor lain yang menyebabkan anak turun ke jalanan sebagi pengamen dan pengemis yaitu perceraian orang tua di sertai orang tua tidak mau merawat dan memperhatikan anak juga (Rahman 2005). Amal (2002) menyebutkan dari sekian banyak profesi anak jalanan, pekerjaan yang medominasi adalah sebagai pengamen. Menurut Ramdian (2010) pengamen adalah seseorang yang menyanyi dengan peralatan seadanya yang biasa ditemukan di pinggir jalan raya, tempat makan, terminal, dalam kendaraan umum atau ruang publik lainnya

Berdasarkan uraian di atas, penelitian mengenai pencapaian tugas perkembangan remaja menjadi sangat penting mengingat jumlah kasus atau masalah kelompok usia ini terus meningkat bersamaan dengan besarnya tantangan yang dihadapi remaja baik dalam beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dalam dirinya maupun beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Dengan demikian menjadi sangat penting untuk mengkaji lebih lanjut mengenai persepsi pengamen jalanan terhadap gaya pengasuhan orang tuanya dan seperti apa remaja memandang kelekatan dirinya dengan peer groupnya terhadap pemenuhan tugas perkembangannya sebagai remaja pengamen jalanan.

Perumusan Masalah

(14)

3

dengan fungsi keluarga dalam membantu pemenuhan tugas perkembangan remaja.

Keberadaan peer group membuat remaja merasa memiliki teman senasib, teman untuk berbagi minat yang sama, dapat melaksanakan kegiatan kreatif sifatnya, saling menguatkan untuk dapat berubah ke arah yang lebih baik dan memungkinkan remaja memperoleh rasa nyaman, aman serta rasa memiliki identitas diri. Dukungan teman sebaya biasanya terjadi dalam interaksi sehari-hari remaja, misalnya melalui hubungan akrab yang dijalin remaja bersama teman sebayanya melalui suatu perkumpulan di kehidupan sosialnya (Hilman 2002)

Semua remaja seharusnya dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya, salah satunya yaitu remaja pengamen jalanan. Ada tiga hal yang menjadi latar belakang seseorang ingin turun ke jalanan yaitu (1) kondisi ekonomi keluarga; (2) konflik dengan keluarga; dan (3) mencari pengalaman (Amal 2002). Bogor merupakan salah satu tempat yang memiliki jumlah pengamen yang cukup tinggi. Menurut data Dinas Sosial Kota Bogor tahun 2014 terdapat 221 orang gembel dan pengemis (meliputi pengamen berusia di atas usia 17 tahun) dan 95 orang anak jalanan (meliputi pengamen berusia di bawah usia 17 tahun). Hal ini tentunya merupakan fenomena yang sangat mengkhawatirkan untuk berbagai kalangan mengingat dengan bertambahnya jumlah pengamen dapat menambah angka putus sekolah. Hal tersebut juga dapat menyebabkan anak rentan dengan situasi buruk, perlakuan kasar, eksploitasi seperti kekerasan fisik, terlibat tindak kriminal, penyalahgunaan narkoba dan lain-lain. Situasi semacam ini akan berdampak buruk bagi perkembangan anak secara mental, fisik dan sosial (Yuniarti 2012).

Maka dari itu sangat penting untuk mengkaji lebih lanjut mengenai gaya pengasuhan orang tua, kelekatan pengamen dengan teman sebaya dan pemenuhan tugas perkembangannya sebagai remaja yang dirangkum menjadi rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perbedaan karakteristik remaja pengamen jalanan, gaya pengasuhan orang tua, kelekatan peer group dan tugas perkembangan remaja pada pengamen remaja awal dan remaja akhir?

2. Apakah terdapat hubungan dari karakteristik remaja pengamen jalanan, gaya pengasuhan orang tua, dan kelekatan peer group dengan tugas perkembangan remaja pengamen?

3. Apakah terdapat pengaruh antara gaya pengasuhan orang tua dan kelekatan peer group terhadap pemenuhan tugas perkembangan remaja pengamen?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

(15)

4

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi perbedaan karakteristik remaja pengamen jalanan, gaya pengasuhan orang tua, kelekatan peer group dan tugas perkembangan remaja pada pengamen remaja awal dan remaja akhir.

2. Menganalisis hubungan dari karakteristik remaja pengamen jalanan, gaya pengasuhan orang tua, dan kelekatan peer group dengan tugas perkembangan remaja pengamen.

3. Menganalisis pengaruh antara gaya pengasuhan orang tua dan kelekatan peer group terhadap tugas perkembangan remaja pengamen.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi masyarakat mengenai dampak positif dan negatif dari gaya pengasuhan orang tua dan adanya peer group bagi remaja khususnya untuk remaja pengamen jalanan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi informasi untuk lembaga terkait seperti BKKBN Departemen Sosial, dan Kementrian Sosial mengenai pengamen jalanan agar dapat lebih diperhatikan serta dapat membantu lembaga terkait mengambil langkah yang lebih tepat dalam menanggulangi dan menangani pengamen jalanan.

(16)

5

KERANGKA PEMIKIRAN

Teori Bronfenbrenner menjelaskan bahwa individu dapat tumbuh dan berkembang karena adanya interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Lingkungan mikro merupakan lingkungan yang berinteraksi langsung dengan remaja. Salah satu yang termasuk dalam lingkungan mikro yaitu keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dan utama individu mendapatkan kasih sayang agar individu dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya. Pada setiap keluarga orang tua pasti melakukan pengasuhan dan setiap orang tua memiliki gaya pengasuhan yang berbeda. Baumrind (1991) mengkategorikan gaya pengasuhan menjadi tiga yaitu gaya pengasuhan otoriter, gaya pengasuhan otoritatif dan gaya pengasuhan permisif. Pengasuhan otoriter merupakan gaya pengasuhan orang tua yang sangat ketat dan kaku dalam berinteraksi dengan anak. Orang tua yang otoriter akan sering memukul anak, memaksakan aturan secara kaku tanpa menjelaskannya, dan menunjukkan amarah kepada anak. Pada gaya pengasuhan ini, dimensi kontrol perilaku yang diberikan oleh orang tua menunjukkan tingkat yang lebih tinggi daripada dimensi kehangatan. Gaya pengasuhan permisif merupakan gaya pengasuhan yang memberikan kebebasan penuh kepada anak-anaknya untuk bertindak sesuai dengan keinginan anak. Orang tua akan jarang menghukum anak ketika anak melakukan kesalahan dan cenderung mengikuti keinginan anak. Gaya pengasuhan otoritatif merupakan gaya pengasuhan yang memberikan batasan aturan dan memiliki otoritas tinggi namun sekaligus memberikan kehangatan dan penuh kasih sayang. Karakteristik remaja akan mempengaruhi remaja tersebut mempersepsikan gaya pengasuhan yang diberikan oleh orang tuanya. Remaja yang memiliki usia remaja akhir akan memiliki persepsi gaya pengasuhan yang berbeda dengan remaja awal.

Peer group termasuk ke dalam lingkungan mikro yang langsung berinteraksi dengan individu. Keberadaan peer group turut mendukung individu dalam memenuhi tugas perkembangannya, selain itu kelekatan peer group dinilai dapat menentukan individu dalam bertindak dan bersikap. Armsden dan Greenberg (1987) membagi kategori kelekatan peer group menjadi tiga dimensi yaitu trust (kepercayaan), communication (komunikasi), dan alienation (pengasingan). Remaja pengamen jalanan merupakan remaja yang menghabiskan banyak waktunya untuk mencari nafkah. Berprofesi sebagai pengamen seharusnya tidak menghalangi remaja untuk memenuhi tugas perkembangannya. Tugas perkembangan merupakan hal yang harus dipenuhi remaja semasa hidupnya. Duvall & Miller (1985) membagi tugas perkembangan remaja menjadi delapan dimensi yang secara umum meliputi pengenalan remaja tentang identitas dirinya, peran remaja dalam kehidupan sosialnya dan juga kesiapan remaja dalam menata masa depannya.

(17)

6

Keterangan : Mempengaruhi

: Var : Variabel dan karakteristik yang diteliti \ : Karakteristik yang tidak diteliti

: Pengaruh yang tidak diteliti

(18)

7

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi, Waktu

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study karena penelitian dilakukan dalam satu waktu. Penelitian dilakukan di Kota dan Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi tersebut dilakukan secara purpossive (sengaja). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2015.

Teknik Penarikan Contoh

Populasi penelitian ini adalah pengamen jalanan laki-laki. Contoh dalam penelitian ini pengamen jalanan laki-laki berusia remaja awal (12-15 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun). Jumlah contoh yaitu 60 orang dengan proporsi 30 pengamen remaja awal dan 30 pengamen remaja akhir didapat secara aksidental.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui pengisian kuesioner yang kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya. Data primer diperoleh langsung dengan melakukan wawancara kepada remaja pengamen jalanan. Data primer yang diperoleh dengan bantuan kuesioner meliputi karakteristik contoh, gaya pengasuhan orang tua, kelekatan peer group dan pemenuhan tugas perkembangan contoh. Adapun jenis dan cara pengumpulan data disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

Jenis Data Variabel Alat Bantu Skala Data

Primer Karakteristik remaja pengamen

jalanan:

 Uang saku yang diterima dari orang tua

Primer Gaya pengasuhan Kuesioner Ordinal

Primer Kelekatan peer group Kuesioner Ordinal

Primer Tugas perkembangan remaja

pengamen

Kuesioner Ordinal

(19)

8

jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah, dan jumlah uang saku yang diterima pengamen. Gaya pengasuhan orang tua diukur menggunakan kuisioner yang dikembangkan Utami (2014) dan diadaptasi serta dimodifikasi oleh peneliti. Kuisioner menggunakan 4 skala likert (1=sangat tidak setuju; 2=tidak setuju; 3=setuju; 4=sangat setuju) dengan nilai Cronbach‟s alpha gaya pengasuhan otoriter, permisif dan otoritatif masing-masing 0,616; 0,611; dan 0,694. Kelekatan peer group menggunakan kuesioner milik Armden & Greenberg (1987) yang berjudul “Inventory of Parent and Peer Attachment” (IPPA) yang dikembangkan oleh Naibaho (2013) dan diadaptasi serta dimodifikasi oleh peneliti. terdiri dari 19 item pernyataan dengan 4 skala likert (1=sangat tidak setuju; 2=tidak setuju; 3=setuju; 4=sangat setuju) dengan nilai Cronbach‟s alpha sebesar 0,651. Tugas perkembangan remaja menggunakan kuesioner dari Duvall & Miller (1985) mengenai Development Task of Teenagers dalam buku Marriage and Family Development yang dikembangkan oleh peneliti terdiri dari 37 dimensi pernyataan dengan 4 skala likert (1=sangat tidak setuju; 2=tidak setuju; 3=setuju; 4=sangat setuju) dengan nilai Cronbach‟s alpha sebesar 0,794.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh melalui kuesioner diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry data, cleaning, dan analisis data. Data diolah menggunakan Microsoft Excel dan Statistical Package for Social Science (SPSS) 16.0. Selanjutnya, data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensia. Analisis data dilakukan agar memberikan makna terhadap hasil yang diperoleh melalui jenis analisis dan pengujian sebagai berikut:

1. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik contoh (usia, lama pendidikan, lama menjadi pengamen, penghasilan mengamen, uang saku, dan jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah), gaya pengasuhan orang tua, kelekatan peer group dan tugas perkembangan. Gaya pengasuhan, kelekatan peer group dan tugas perkembangan dibedakan ke dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan indeks untuk skor total ketiga variabel tersebut. Adapun penetapan

kategori tersebut didasarkan pada Bloom‟s cut-off yang telah dimodifikasi

(Ahmed 2007) sebagai berikut: rendah (<60%), sedang (60-80%), dan tinggi (>80%). Indeks skor masing-masing variabel diperoleh melalui persamaan sebagai berikut:

Y =

Keterangan :

Y= Indeks dalam persen

X= Nilai yang diperoleh contoh pada masing-masing variabel

(20)

9

3. Uji hubungan digunakan untuk menganalisis hubungan karakteristik contoh, gaya pengasuhan orang tua, kelekatan peer group dan tugas perkembangan.

4. Uji regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh karakteristik contoh, gaya pengasuhan orang tua, kelekatan peer group dan pemenuhan tugas perkembangan. Adapun persamaan regresi linear berganda yang digunakan ialah sebagai berikut:

Y1= α + β1 X1+ β2 X2+ β3 X3+ β4 X4+ β5 X5+ β6 X6+ β7 X7+ β8 X8+ €

Keterangan:

Y = tugas perkembangan

Α = konstanta regresi

β1-β10 = koefisien regresi

X1 = gaya pengasuhan orang tua

X2 = kelekatan peer group

X3 = usia

X4 = tingkat pendidikan

X5 = lama menjadi pengamen

X6 = penghasilan mengamen

X7 = uang saku yang didapat dari orang tua

X8 = jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah

€ = galat

Tabel 2 Jenis dan pengkategorian data

Jenis Data Kategori Pengukuran

Karakteristik Remaja Pengamen Jalanan:

Usia remaja  Remaja awal (12-15 tahun)

 Remaja akhir (18-21 tahun)

(21)

10 menerapkan pola disiplin dan memberikan kehangatan kepada remaja sebagai cara untuk mendidik remaja. Gaya pengasuhan terbagi menjadi tiga yaitu gaya pengasuhan otoriter, permisif dan otoritatif.

Gaya pengasuhan otoriter merupakan cara orang tua menerapkan pola disiplin yang.memiliki kontrol perilaku yang lebih tinggi dibandingkan dengan kehangatan yang diberikan kepada remaja.

Gaya pengasuhan permisif yaitu cara yang digunakan orang tua untuk menerapkan pola disiplin dengan memberikan kebebasan penuh kepada anak-anaknya untuk bertindak sesuai dengan keinginan remaja.

Gaya pengasuhan otoritatif yaitu cara yang digunakan orang tua untuk menerapkan pola disiplin dengan memberikan aturan dan otoritas yang tinggi namun tetap memberikan kehangatan yang tinggi pula kepada remaja.

Kelekatan peer group adalah kepercayaan, komunikasi dan cara remaja melihat dirinya dipadang oleh remaja lain yang berada pada lingkungan sosial yang sama dan memiliki usia serta kedewasaan yang sama. Dimensi kelekatan peer group terdiri atas tiga dimensi yaitu kepercayaan, komunikasi dan pengasingan.

Kepercayaan yaitu persepsi remaja tentang rasa memahami, menerima, mendengarkan, memiliki, percaya dan saling mengerti kondisi antar remaja yang berada di satu komunitas yang sama.

Komunikasi merupakan persepsi remaja dalam pertemanannya berdasarkan rasa menghargai cara pandang, kepedulian, pemberian waktu untuk bercerita dan membantu sesama remaja yang berada pada satu komunitas yang sama.

Pengasingan yaitu pandangan remaja tentang penolakan dan penerimaan dari teman sebaya atas kehadirannya pada komunitas (pergaulan) tersebut.

Tugas perkembangan remaja adalah kewajiban yang harus disadari, dilakukan, dan dipenuhi meliputi pengenalan identitas diri, penyesuaian dengan lingkungan sosial, dan cara pandang terhadap kehidupan masa kini dan masa depan untuk mencapai tumbuh kembang yang maksimal. Dimensi tugas perkembangan remaja terdiri dari delapan dimensi.

Menerima perubahan pada badan dan belajar untuk menggunakannya dengan efektif yaitu kesadaran pada diri remaja dalam mengetahui perbedaan yang terjadi pada tubuhnya yang di usia sekarang dibandingkan dengan tubuhnya di usia sebelumnya, baik perbedaan fisik maupun psikologis dan dapat mengetahui cara memanfaatkan perubahan tubuhnya dengan baik.

(22)

11

Mengembangkan hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya yaitu kemampuan remaja untuk bergaul dan membina keakraban dengan remaja lain yang memiliki usia sama dengannya. Meraih kebebasan emosi dari orang tua dan orang dewasa lain merupakan kemampuan remaja untuk dapat hidup mandiri dan tidak lagi bergantung dengan orang lain yang berada di sekitarnya.

Mendapatkan edukasi untuk peran dalam hidup di masa kini dan mendatang yaitu kemampuan remaja untuk mengetahui cita-cita sesuai minat dan bakatnya dan mempersiapkan dirinya mulai dari masa kini agar remaja dapat memperoleh kehidupan yang layak di masa yang akan datang.

Mempersiapkan untuk sebuah pernikahan dan kehidupan berkeluarga yaitu kemampuan remaja untuk menata kehidupan berkeluarga dan mengetahui peran yang harus dilakukan ketika sudah menikah nanti.

Mengembangkan kebutuhan akan kemampuan intelektual dan kepekaan sosial yaitu kemampuan remaja untuk menerapkan kewajibannya sebagai warga negara yang baik dalam kehidupan bermasyarakat.

(23)

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Karakteristik Remaja Pengamen Jalanan

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia pengamen remaja awal adalah 14,3 tahun sedangkan pengamen remaja akhir berusia 19,3 tahun. Lama pendidikan yang ditempuh pengamen remaja awal yaitu 7 tahun (setara dengan tahun pertama di Sekolah Menengah Pertama) dan pengamen remaja akhir adalah 8,8 tahun. Setiap harinya pengamen remaja awal menerima pendapatan dari mengamen sebesar Rp54 730 dan rata-rata uang saku yang diterima dari orang tua yaitu Rp4 330. Pengamen remaja akhir menerima pendapatan sebesar Rp55 330 dan rata-rata uang saku yang diterima dari orang tua yaitu Rp2 030. Pada karakteristik lama menjadi pengamen, pengamen remaja akhir lebih lama dibandingkan pengamen remaja awal dengan rata-rata 88,6 bulan (lebih dari 7 tahun) berbanding 42,8 bulan (kurang dari 4 tahun). Rata-rata pengamen remaja awal dan pengamen remaja akhir tinggal bersama 6 anggota keluarga di dalam rumah yang ditempatinya.

Gaya Pengasuhan

Seluruh pengamen remaja awal dan sebagian pengamen remaja akhir memiliki gaya pengasuhan otoriter dan permisif orang tua yang rendah. Kurang dari separuh pengamen remaja awal dan hampir dua per tiga pengamen remaja akhir mempunyai gaya pengasuhan otoritatif orang tua pada kategori sedang. Hasil menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara gaya pengasuhan orang tua pengamen remaja awal dan pengamen remaja akhir (Tabel 3).

(24)

13

Kelekatan Peer Group

Separuh pengamen remaja awal dan hampir dua per tiga pengamen remaja akhir memiliki kelekatan peer group yang rendah, sedangkan sisanya berada pada kategori sedang. Tidak terdapat perbedaan antara kelekatan peer group pengamen remaja awal dan pengamen remaja akhir (Tabel 4).

Tabel 4 Sebaran pengamen berdasarkan kelekatan peer group dan kelompok usia

Kelekatan Peer Group

Remaja Awal Remaja Akhir Total

n % n % n %

(25)

14

Tabel 6 Sebaran pengamen berdasarkan pemenuhan tugas perkembangan remaja dan kelompok usia

Hampir seluruh capaian dimensi pencapaian tugas perkembangan pengamen remaja akhir lebih tinggi daripada pengamen remaja awal, namun pada dimensi menerima perubahan bentuk badan, meraih kebebasan emosi dari orang tua, mempersiapkan sebuah pernikahan dan kehidupan berkeluarga dan menentukan identitas sebagai orang yang bertanggungjawab secara sosial yang menunjukkan perbedaan nyata. Pada pengamen remaja awal capaian terendah terdapat pada dimensi mempersiapkan sebuah pernikahan dan kehidupan berkeluarga dan pada pengamen remaja akhir terdapat pada dimensi mendapatkan edukasi untuk peran dalam hidup di masa kini dan mendatang (Tabel 7).

Tabel 7 Presentase pencapaian rata-rata dimensi tugas perkembangan remaja

Dimensi tugas perkembangan Remaja Menerima perubahan pada badan dan belajar untuk

menggunakannya dengan efektif

62,2 65,5 0,023*

Meraih peran maskulin atau feminim secara

memuaskan dan dapat diterima di

sosial/masyarakat

64,4 63,7 0,715

Mengembangkan hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya

64,6 65,7 0,560

Meraih kebebasan emosi dari orang tua dan orang dewasa lain

64,1 70,8 0,028*

Mendapatkan edukasi untuk peran dalam hidup di masa kini dan mendatang

58,0 57,1 0,676

Mempersiapkan untuk sebuah pernikahan dan kehidupan berkeluarga

43,1 59,7 0,000**

Mengembangkan kebutuhan akan kemampuan intelektual dan kepekaan social

62,5 63,6 0,615

Menentukan identitasnya sebagai orang yang bertanggung jawab secara social

59,3 63,1 0,027*

Keterangan: *nyata pada p<0,05; **nyata pada p<0,01

Hubungan Karakteristik, Gaya Pengasuhan dan Kelekatan Peer Group terhadap Tugas Perkembangan

(26)

15

tua maka semakin tinggi pula pemenuhan tugas perkembangan remaja pengamen jalanan. Pada gaya pengasuhan otoriter memiliki hubungan negatif signifikan dengan tugas perkembangan remaja pengamen jalanan. Hal ini menunjukkan semakin tinggi gaya pengasuhan otoriter yang diberikan oleh orang tua, maka semakin rendah pemenuhan tugas perkembangan remaja pengamen jalanan (Tabel 8).

Tabel 8 Sebaran koefisien korelasi karakteristik, gaya pengasuhan, kelekatan peer group terhadap tugas perkembangan

Variabel Tugas Perkembangan

Keterangan: *nyata pada p<0,05; **nyata pada p<0,01

Pengaruh Karakteristik, Gaya Pengasuhan Orang Tua dan Kelekatan Peer Group terhadap Tugas Perkembangan

Secara keseluruhan model regresi ini menjelaskan sebesar 49.1 persen pengaruh variabel-variabel penelitian terhadap pencapaian tugas perkembangan remaja pengamen jalanan, sedangkan sisanya sebesar 50,9 persen dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.

Tabel 9 Hasil uji regresi linear berganda karakteristik, gaya pengasuhan orang tua dan kelekatan peer group terhadap tugas perkembangan

Variabel Tidak

Jumlah Anggota keluarga yang tinggal serumah (orang)

-0,346 -0,120 0,347

Gaya pengasuhan otoriter 0,005 0,009 0,946

Gaya pengasuhan permisif 0,127 0,164 0,167

Gaya pengasuhan otoritatif 0,153 0,263 0,033**

Kelekatan peer group 0,338 0,311 0,007**

Adjusted R square 0,491

F 4,734

Sig 0,000

(27)

16

Kelompok usia pengamen berpengaruh secara positif signifikan terhadap tugas perkembangan remaja pengamen jalanan (p<0,1). Hal ini menunjukkan pengamen remaja akhir memiliki pemenuhan tugas perkembangan yang lebih tinggi dibandingkan pengamen remaja awal atau dapat dikatakan penambahan satu tahun usia akan meningkatkan skor pemenuhan tugas perkembangan remaja pengamen jalanan sebesar 2,248 poin.

Variabel gaya pengasuhan otoritatif dan kelekatan peer group berpengaruh secara positif signifikan terhadap tugas perkembangan remaja pengamen jalanan (p<0,05). Hal ini menunjukkan penambahan satu satuan gaya pengasuhan otoritatif akan meningkatkan skor pemenuhan tugas perkembangan remaja pengamen jalanan sebesar 0,153 poin dan penambahan satu satuan kelekatan peer group akan meningkatkan skor pemenuhan tugas perkembangan remaja pengamen jalanan sebesar 0,338 poin (Tabel 9).

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengamen jalanan remaja akhir rata-rata sudah lama hidup di jalan sebagai pengamen selama 88,6 bulan (lebih dari 7 tahun), sedangkan untuk pengamen jalanan remaja awal rata-rata menjadi pengamen jalanan yaitu 42,8 bulan (kurang dari 4 tahun). Hal ini menjelaskan bahwa remaja pengamen jalanan baik remaja awal maupun remaja akhir mulai mengamen di usia yang relatif dini. Rahman (2005) menyatakan bahwa selain faktor perekonomian keluarga yang sulit, faktor perceraian orang tua disertai orang tua tidak mau merawat dan memperhatikan anak juga dapat menyebabkan anak turun ke jalan. Sejalan dengan itu, Suryanto (2010) menyatakan bahwa munculnya pengamen disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor sosiologis dan faktor ekonomi. Faktor sosiologis meliputi rasa malas yang disebabkan oleh gaya hidup pengamen yang terbiasa instan dan ingin cepat mendapatkan uang. Pada karakteristik lama pendidikan, baik pengamen remaja awal maupun remaja akhir menunjukkan tingkat pendidikan yang hampir sama yaitu hanya sampai di tahun kedua SMP dan tamat SMP. Hal tersebut sejalan dengan Amal (2002) yang menemukan kenyataan bahwa sebagian besar anak jalanan tidak bersekolah lagi atau tidak melanjutkan pendidikannya. Hal tersebut sesuai dengan Hasanudin (2000) yang menyatakan tingkat pendidikan anak jalanan dikategorikan atas kategori tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP dan tamat SMA. Menurutnya anak jalanan yang tidak lagi bersekolah disebabkan oleh ketidakmampuan orangtua untuk membiayai dan disebabkan karena kurangnya motivasi anak untuk memperoleh haknya dalam hal pendidikan.

(28)

17

authoritarian (otoriter), akan membuat anak menjadi mudah marah dan bersikap menentang. Apabila sejak kecil remaja diterima dan disayangi, maka remaja akan mempersepsikan bahwa orang tua sangat menghargai kehadirannya dan hal itu yang menjadi dasar bagi remaja dalam memandang dirinya. Sebaliknya jika remaja ditolak atau diabaikan, maka terbentuklah dasar penolakan bahwa dirinya tidak berguna (Respati, Yulianto, Widiana 2006). Remaja yang emosinya tidak stabil akan menghambat pencapaian tugas-tugas perkembangan dan menghambat keberhasilan belajarnya, bahkan konflik yang dihadapi akan semakin berkepanjangan (Hendricks 2008).

Remaja cenderung bergabung dan berinteraksi dengan kelompok sosialnya untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan sosialnya (Anwar 2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyesuaian sosial remaja terbagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup rasa aman, penerimaan diri, dan inteligensi, sedangkan faktor eksternal mencakup keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan budaya (Maharani & Andayani 2003). Peer group menjadi salah satu faktor eksternal dari remaja pengamen jalanan. Pada penelitian ini, kelekatan peer group berpengaruh secara positif signifikan terhadap pemenuhan tugas perkembangan remaja pengamen jalanan. Hal tersebut sesuai dengan temuan Fletcher, et.al dalam Brown (2008) bahwa remaja yang memiliki teman-teman akan menjadi lebih percaya diri, kooperatif, altruistik, memiliki agresivitas yang lebih rendah dan menunjukkan kompetensi sosial yang lebih tinggi, keterlibatan sekolah dan berorientasi kerja lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang tidak memiliki teman-teman. Sejalan dengan itu, Santrock (2007) menyatakan bahwa hubungan antara remaja dengan kelompok teman sebaya memberikan umpan balik bagi remaja untuk bersikap dan mengevaluasi dirinya dan orang lain.

Hasil lain dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok usia juga mempengaruhi dalam pemenuhan tugas perkembangan remaja. Hasil menunjukkan pengamen remaja akhir memiliki pencapaian tugas perkembangan yang lebih tinggi dibandingkan pengamen remaja awal. Hal tersebut sejalan dengan Santrock (2007) yang menyatakan bahwa minat karir, pacaran (menjalin hubungan dengan lawan jenis), dan eksplorasi identitas seringkali menonjol di masa remaja akhir dibandingkan dimasa remaja awal. Pada usia remaja akhir, individu mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu memperlihatkan pemikiran, sikap, perilaku yang semakin dewasa. Interaksi dengan orang tua juga menjadi lebih baik dan lancar karena remaja akhir sudah memiliki kebebasan penuh serta emosinya mulai stabil (Respati, Yulianto, Widiana 2006). Gaya pengasuhan otoritatif orang tua juga memiliki pengaruh yang signifikan positif dengan pemenuhan tugas perkembangan remaja, hal tersebut sesuai dengan Baumrind dalam Papalia (2004) yang mengatakan bahwa anak yang memiliki orang tua otoritatif akan cenderung kompeten secara sosial, enerjik, ceria, bersahabat dan memiliki harga diri tinggi bahkan memiliki prestasi akademik tinggi. Baumrind dalam Bee & Boyd (2004) mengatakan bahwa gaya pengasuhan otoritatif dianggap positif bagi perkembangan remaja dibandingkan dengan yang lainnya. Keakraban dan penerimaan dalam keluarga otoritatif dapat menghasilkan perkembangan positif pada anak (Respati, Yulinto, Widiana 2006)

(29)

18

yang digunakan yaitu hanya remaja pengamen laki-laki saja dikarenakan pengamen remaja perempuan sangat sulit untuk didapatkan di Bogor. Hal lain yang menjadi batasan dalam penelitian ini yaitu lokasi dan waktu yang terbatas untuk mencari data dikarenakan tidak semuanya pengamen yang ditemukan mewakili setiap lokasi mengame yang berada di Bogor. Metode pengambilan pengamen pada penelitian ini yaitu dengan aksidental. Hal tersebut juga menjadi batasan dalam penelitian ini karena pengambilan responden secara aksidental belum dapat mewakili semua pengamen di setiap lokasi mengamen. Maka dari itu, diharapkan untuk penelitian selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian dengan metode lain yang lebih efektif dan efisien.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pengamen remaja awal berusia rata-rata 14,3 tahun dan pengamen remaja akhir memiliki rata-rata usia 19,3 tahun. Lama pendidikan yang ditempuh pengamen remaja awal setara dengan SMP tahun pertama sedangkan lama pendidikan pengamen remaja akhir yaitu 8,8 tahun. Penghasilan mengamen rata-rata baik remaja awal yaitu Rp54 730 dan rata-rata-rata-rata uang saku yang diterima dari orang tua yaitu Rp4 330. Pengamen remaja akhir menerima pendapatan sebesar Rp55 330 dan rata-rata uang saku yang diterima dari orang tua yaitu Rp2 030.

Gaya pengasuhan orang tua dan kelekatan peer group pada pengamen remaja awal dan pengamen remaja akhir tidak terdapat perbedaan nyata. Pada pemenuhan tugas perkembangan terdapat perbedaan nyata antara pengamen remaja awal dan pengamen remaja akhir. Capaian tugas perkembangan pengamen remaja akhir lebih tinggi dibandingkan pengamen remaja awal. Terdapat hubungan positif antara usia, lama pendidikan, gaya pengasuhan otoritatif dan gaya pengasuhan permisif dengan tugas perkembangan remaja pengamen, sedangkan gaya pengasuhan otoriter memiliki hubungan negatif dengan tugas perkembanga remaja pengamen. Usia, gaya pengasuhan otoritatif dan kelekatan peer group berpengaruh terhadap tugas perkembangan remaja pengamen.

Saran

(30)

19

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010. [diunduh

2015 Mei 8].

[DINSOS] Dinas Sosial Kota Bogor. 2015. Jumlah Anak Jalanan dan Pengamen di Bogor. Bogor (ID) : Dinas Sosial Kota Bogor.

Agustiani, H & Suminar. 2002. Perkembangan remaja menurut pendekatan ekologi serta hubungannya dengan konsep diri pada remaja. Jurnal Psikologi Perkembangan. Vol. 9 No. 1 Hal. 13-21.

Ahmed N. 2007. Knowledge, attitude, and practice on dengue fever [tesis]. Bangkok (TH): Chulalongkorn University.

Amal, Mhd. Ridha Haykal. 2002. Pemberdayaan anak jalanan melalui rumah singgah YKAI [tesis]. Jakarta (ID) : Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Indonesia.

Anwar, Z. 2015. Strategi penyelesaian konflik antar teman sebaya pada remaja. Jurnal Seminar Psikologi dan Kemanusiaan. Malang (ID) : Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah.

Armsden GC, Greenberg MT. 1987. The inventory of parent and peer attachment: relationship to well-being in adolescence. Journal of Youth and Adolescence. Vol.16 Hal 427-454.

Asmadi, A. 2004. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baumrind D. 1991. The influence of parenting style on adolescent competence and substance use. Journal of Early Adolescence. Vol. 11 No. 1 Hal. 56-95

Bee, Helen & Denise Boyd. 2004. The Developing Child. Ed ke-10. Pearson Education.

Brown, Brett V. 2008. Key Indicators of Child and Youth Well-Being: Completing

the Picture. New York : Lawrence Erlbaum Associates

Duvall, E.M., Miller, B.C. 1985. Marriage and Family Development. Ed ke-6. New York: Harper & Row, Publishers.

Gunarsa SD dan Gunarsa Y. 2003. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hasanudin, Ichwan. 2000. Latar belakang dan dampak dari keberadaan anak jalanan di perempatan coca cola Pulo Gadung Jakarta Utara [skripsi]. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, IPB, Bogor.

(31)

20

Hurlock, B. E. 1993. Psikologi Perkembangan Anak. Jilid II. Alih Bahasa: M. Tjandrasa. Cetakan keempat. Jakarta (ID) : Erlangga.

Hendricks, W. 2008. Bagaimana Mengelola Konflik. Terjemahan. Jakarta (ID) : Bumi Aksara.

Maharani, O.P dan Andayani, B. 2003. Hubungan antara dukungan sosial ayah dengan penyesuaian pada remaja laki-laki. Jurnal Psikologi. No. 1 Hal 23-25. Yogyakarta (ID) : Universitas Gadjah Mada.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S. R. 2001. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Naibaho, D.F. 2013. Gaya pengasuhan ibu, kelekatan dengan teman sebaya, dan konsep diri remaja pada keluarga ibu bekerja dan tidak bekerja [skripsi]. Bogor (ID) : Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.

Papalia, E. D, Olds, W. S. 2004. Human Development (9th ed). New York : Mc Graw Hill.

Rahman, A. 2005. Eksploitasi orang tua terhadap anak dengan mempekerjakan sebagai buruh. Jurnal Sodality. Vol. 5 No. 2 Hal. 10-20.

Ramdian. 2010. Pengamen Jalanan. Jakarta : Grasindo.

Respati, W.S., Yulianto, A., Widiana, N. 2006. Perbedaan konsep diri antara remaja akhir yang mempersepsi pola asuh orang tua authotarian, permissive, dan authoritative. Jurnal Psikologi. Vol. 4 No.2. Jakarta (ID) : Fakultas Psikologi, Universitas INDONUSA Esa Unggul.

Santrock, J.W. 2003. Perkembangan Remaja. Ed ke-6. Jakarta (ID) : Erlangga.

___________. 2007. Remaja. Edisi II. Jilid 2. Jakarta (ID) : Erlangga.

Sunarti E. 2004. Mengasuh dengan Hati. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo.

Suryanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta : Kencana. No.2. Jakarta

(ID) : Universitas Indonusa Esa Unggul.

Utami, A. N. 2014. Pengaruh gaya pengasuhan dan lingkungan nonfisik sekolah terhadap karakter remaja [skripsi]. Bogor (ID) : Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.

(32)
(33)

20

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
Tabel 2 Jenis dan pengkategorian data
Tabel 3 Sebaran pengamen berdasarkan gaya pengasuhan orang tua dan kelompok usia
+4

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu tanaman yang digunakan sebagai tanaman obat yaitu belimbing wuluh ( Averhoa bilimbi L.). Ekstrak daun belimbing wuluh akan digunakan sebagai bahan

Penelitian ini dilakukan dengan mengukur biomassa serasah dan tumbuhan bawah secara destruktif dan mengukur biomassa tegakan secara non destruktif menggunakan persamaan

Nilai biomassa dan stok karbon serasah yang lebih rendah dari tumbuhan bawah diduga berkaitan dengan proses dekomposisi bahan organik yang berlangsung lebih cepat

terbanyak ditemukan pada sampel tanah yang berasal dari lokasi yang telah memiliki IUPHKm dan menerapkan pola budidaya agroforestri, sedangkan sampel tanah pada

Produktifitas Ternak Sapi yang di Beri Ransum Komplit Berbasis Pelepah Sawit Amoniasi yang di Suplementasi dengan Rumen Microbes Growth Factor (RMGF)..

Ketepatan kebijakan, ditunjukkan dengan perumusan program yang sesuai dengan permasalahan di masyarakat yaitu penanggulangan kemiskinan, dibuat oleh lembaga yang berwenang menyusun

Karya Kita Bandung, diperoleh informasi bahwa motivasi kerja karyawan pada saat ini cenderung menurun hal ini disebabkan oleh kurangnya penghargaan diri dan pengakuan akan

Berdasarkan hasil identifikasi terhadap karakteristik individu res- ponden, diperoleh informasi bahwa sebagian besar mahasiswa IPB peserta PKMK dan PPKM berjenis kelamin laki-