• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Pengembangan Agribisnis Daun Kumis Kucing dengan Pendekatan Cooperative Entrepreneur di Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rencana Pengembangan Agribisnis Daun Kumis Kucing dengan Pendekatan Cooperative Entrepreneur di Bogor"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DAUN KUMIS

KUCING DENGAN PENDEKATAN

COOPERATIVE

ENTREPRENEUR

DI BOGOR

DANI YOGA NUGRAHA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa Rencana Pengembangan Agribisnis Daun Kumis Kucing dengan Pendekatan Cooperative Entrepreneur Di Bogoradalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

(4)

ABSTRAK

DANI YOGA NUGRAHA. Rencana Pengembangan Agribisnis Daun Kumis Kucing dengan Pendekatan Cooperative Entrepreneur Di Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN M. BAGA.

Rencana bisnis merupakan tahap awal dalam memulai suatu bisnis. Bisnis ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan menigkatkan nilai jual komoditas kumis kucing dari segar menjadi bubuk. pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah wirakoperasi. Wirakoperasi dianggap sebagai pendekatan yang paling cocok untuk menjalankan rencana bisnis ini.Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek non finansialdan aspek finansial yaitu NPV, Net B/C, IRR, Payback Period (PP), Break Event Point (BEP), Cash Flow serta Laporan Laba Rugi. Hasil dari pendekatan ini menigkatkan harga jual petani dari dua ribu rupiah menjadi delapan ribu rupiah. Manfaat bersih yang diterima adalah sebesar Rp79 577 pada tahun pertama dan Rp28 709 pada tahun berikutnya

Kata kunci: kumis kucing, rencana bisnis, wirakoperasi

ABSTRACT

DANI YOGA NUGRAHA. Kidney teaAgribusiness Development Planwith Cooperative Entrepreneur Approaches in Bogor. Supervised by LUKMAN M. BAGA.

Business plan is the beginning stage of starting a business activity. The purposes of this business is to increase farmer welfare and the sale value of fresh Kidney tea comodities that processed into powder form. This research uses cooperative entrepreneurship approach because cooperative entrepreneurship regarded as an approach that suitable to operate this business. Financial and non-financial aspect are used as analysis method to collecting data. The non-financial aspect or tools which used in developing financial planning in the business operation are NPV, Net B/C, IRR< Payback Period (PP), Breakevent Point (BEP), report of Cashflow, and report of income (profit and loss).The resultsofthis approachis increases the farmersselling pricefromtwothousandrupiahto eightthousandrupiah. Netbenefitsreceivedis Rp79 577in the first yearandRp28 709in the next year

(5)

RENCANA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DAUN KUMIS

KUCING DENGAN PENDEKATAN

COOPERATIVE

ENTREPRENEUR

DI BOGOR

DANI YOGA NUGRAHA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah rencana bisnis, dengan judul Rencana Pengembangan Agribisnis Daun Kumis Kucing dengan Pendekatan Cooperative Entrepreneur Di Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lukman M. Baga, MAEc selaku pembimbing. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf Balitro, staf Pusat Studi Biofarmaka, dan staf Kementerian Perdagangan Republik Indonesia serta para petani yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik dan seluruh keluarga serta teman-teman atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR ii

LAMPIRAN iii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup 5

TINJAUAN PUSTAKA 6

KERANGKA PEMIKIRAN 8

Kerangka Pemikiran Teoritis 8

Kerangka Pemikiran Operasional 15

METODE PENELITIAN 16

GAMBARAN UMUM DAERAH BOGOR 22

RENCANA BISNIS 23

Asumsi Dasar 23

Rencana Produk 25

Rencana Operasional 25

Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia 34

Rencana kerjasama Kooperatif 38

Rencana Keuangan 41

SIMPULAN DAN SARAN 45

Simpulan 46

Saran 46

(10)

DAFTAR TABEL

1Nilai bahan baku tanaman obat yang digunakan dalam industri jamu besar dan

menengah 1

2 Serapan tanaman obat untuk industri kecil obat tradisional (IKOT) di

Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat tahun 2003. 2

3 Serapan tanaman obat untuk Industri Obat Tradisional (IKOT) di Jawa, Bali

dan Nusa Tenggara Barat tahun 2003 2

4 Cash Flow 22

5 Kebutuhan bahan baku per bulan 29

6 Rincian tenaga kerja berdasarkan deskripsi kerja 33

7 standar mutu output (SNI) 33

8 upah dan gaji pegawai berdasarkan klasifikasi kerja 38

9 matriks hubungan kerjasama kooperatif 40

10 sesudah dan sebelum pendekatan wirakoperasi 40

11 Biaya rencana investasi 41

12 Rincian biaya penyusutan investasi 42

13 Biaya tetap 43

14 biaya variabel 43

15 Modal awal usaha tahun pertama 44

16 penjualan 44

DAFTAR GAMBAR

1 Alur tata cara ekspor 14

2 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian 16

3 Kumis kucing bubuk dalam kemasan 25

4 Mesin vacuum cabinet dryer 26

5Mesin diskmill 27

6 Mesin vacuum packaging 27

7 Plastik kemasan vakum 28

8 Mesin conveyor metal detector 28

9 Tata letak bangunan usaha 30

10 Bagan pembentukan lembaga koperasi 35

(11)

LAMPIRAN

1 Asumsi komponen biaya investasi 49

2 Asumsi komponen biaya tetap 49

3 Asumsi komponen biaya variabel 50

4 Rincian biaya investasi (alat produksi) 51

5 Rincian biaya investasi (alat dan furnitur perkantoran) 51

6 Rincian biaya investasi (bangunan dan infrastruktur) 52

7 Rincian biaya tetap (tenaga kerja tetap) 52

8 Rincian biaya tetap (biaya utility) 52

9 Rincian biaya tetap (administrasi perkantoran) 53

10 Rincian biaya tetap (pemasaran) 53

11 Rincian biaya tetap (biaya jaminan mutu) 53

12 Rincian biaya variabel (biaya pengemasan) 54

13 Laporan arus kas 55

14Laporan Laba rugi 57

15 Laporan arus kas per bulan pada tahun pertama 58

16 Laporan laba rugi per bulan tahun pertama 60

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, salah satu sumber dayaalam yang sangat potensial adalah tanaman biofarmaka. Biofarmaka merupakan tanaman yang dikenal oleh orang Indonesia sebagai tanaman obat atau herbal untuk mengobati berbagai macam penyakit. Diketahui sekitar 9 600 spesies berkhasiat obat, namun baru sekitar dua ratus spesies yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri obat tradisional dan dari jumlah tersebut baru sekitar 4 persenyang telah dibudidayakan di Indonesia(Pribadi 2009). Dengan terdapat banyak jenis tanaman biofarmakayang dimiliki oleh Indonesia, seharusnya Indonesia dapat menjadi negara sentrabiofarmaka dunia. Dewasa ini, tidak hanya masyarakat Indonesia namun masyarakat duniapun mulai menyadari pentingnya tanaman-tanaman herbal dan mulai mewaspadai obat-obatan yang dibuat secara kimiawi. Atas dasar ini tingkat permintaan pasar untuk tanaman biofarmaka terus meningkat.

Hasil-hasil industri tanaman obat asli Indonesia berupa bahan baku dalam bentuk simplisia dan minyak atsiri telah banyak dimanfaatkan, baik oleh Industri dalam negeri maupun luar negeri. Penggunaan biofarmaka untuk industri dalam negeri banyak digunakan untuk menghasilkan produk jamu. Adapaun penyerapan tanaman tanaman biofarmaka dalam industri jamu dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel1Nilai bahan baku tanaman obat yang digunakan dalam industri jamu besar dan menengah

no Tahun Nilai (milyar)

1 2001 77.57

2 2002 127.58

3 2003 63.55

4 2004 246.44

5 2005 76.65

Sumber : Pribadi (2009)

(14)

Tabel2Serapan tanaman obat untuk industri kecil obat tradisional (IKOT) diJawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat tahun 2003.

No . Nama

10 Kumis kucing Orthosiphon aristatus (BI) Miq

Adapun data serapan tanaman biofarmaka untuk industri obet tradisional data dilihat pada Tabel 3.

.

Tabel3Serapan tanaman obat untuk Industri Obat Tradisional (IKOT) di Jawa,Bali dan Nusa Tenggara Barat tahun 2003

No. Nama Dagang Nama Latin Bagian yang

2 Temulawak Curcuma xanthorrhiza

Roxb

Rimpang 252 1 766

3 Jahe Zingiber officinale Rimpang 145 1 018

4 Lengkuas Languas galangal (L)

Struntz

Rimpang 491 3 440

5 Jati belanda Guazuma ulmifolia Lamk Daun 97 682

6 Kunyit Curcuma domestica Val Rimpang 94 661

7 Pegangan Centella asiatica Urb Seluruh tanaman 43 302

8 Cabe Jawa Piper retrofractum Vahl Buah 42 296

(15)

Salah satu sentral tanaman kumis kucing adalah Jawa Barat. Sistem agribisnis tanaman kumis kucingjika dapat dimanfaatkan dengan baik maka dapat menjadi tanaman primadona yang memiliki peluang dan potensi bisnis yang besar.Di Indonesia daunkumis kucing yang kering (simplisia) dipakai sebagai obat yang memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan di India untukmengobati rematik. Manfaat yang terdapat pada tanaman kumis kucing tersebut banyak pasar dalam dan luar negeri yang membutuhkan tanaman tersebut untuk menjadi tanaman industri yang berkhasiat. Tanaman biofarmaka merupakan tipe tanaman yang unik, segmenting dan kebutuhan pasarnya sangat spesial oleh karena itu daya saing dan potensi untuk industri tanaman ini sangat tingggi.

Bisnis pengolahan biofarmaka kumis kucing dapat dikembangkan dengan pendekatan cooperaiveenterpreneur. Cooperaive enterpreneur atau yang lebih dikenal dengan wirakoperasi adalah suatu sikap mental positif dalam berusaha secara kooperatif atau bersama dengan mengambil prakarsa inovatif yang secara berani mengambil risiko dan berpegang teguh pada prinsip atau identitas koperasi dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata serta peningkatan kesejahteraan bersama (Hendar dan Kusnadi 1990). Bahasa yang lebih sederhana, wirakoperasi dapat diartikan sebagai seorang pengerak dalam bidang bisnis yang menerapkan prinsip-prinsip koperasi dalam menjalankan usaha.Wirakoperasi berbeda dengan pengusaha pada umumnya. Seorang pengusaha akan bangkit dengan kekuatannya sendiri, ia mempunyai sumberdaya yang mumpuni baik dari segi finansial dan non finansial untuk membangun sebuah bisnis. Berbeda dengan seorang wirakoperasi yang tidak dapat berdiri sendiri, ia membutuhkan kekuatan kelompok untuk secara bersamabangkit dan membangun sebuah bisnis yang didasarkan kekuatan bersama.Atas dasar inilah jika seorang wirakoperasi menjadi motor penggerak dalam lingkungan petani terutama petani kumis kucing,maka petani akan memiliki daya tawar, motivasi, etos kerja, kualitas dan kuantitas yang akan meningkat.

Negara Perancis merupakan pasar luar negeri untuk komoditas kumis kucing yang sangat besar. Negara ini memiliki pasar namun tidak memilki sumber bahan baku, sedangkan Indonesia memiliki bahan baku yang dibutuhkan yaitu kumis kucing itu sendiri. Hal tersebut mendorong seorang wirakoperasi menjadi mediatorbagi petani yang ingin mendapatkan harga luar negeri dengan komoditi dalam negeri.

Jumlah permintaan kumis kucinguntuk Negara Perancis sendiri mencapai kurang lebih 14 ton/bulan1 dan diperkirakan semakin meningkat. Dari data ini maka potensi yang besar dan harus dikelola dengan baik adalah peran dari wirakoperasi. Salah satunya menyusun suatu rencana bisnis (business plan) untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas Kumis kucing yang sesuai dengan kriteria standar yang di butuhkan pasar ekspor.

Perumusan Masalah

Manfaat yang dimiliki oleh tanaman kumis kucing menyebabkanindustri pangan membutuhkannya sebgai bahan baku terutama dari industri obat-obatan

1

(16)

herbal sehingga pasar sangat terbuka lebar, namun kenyataanya yang terjadi di lapang adalah sistem agribisnis tanaman biofarmaka Kumis kucing belum dapat ditangani dengan baik. Dilihat dari segi produksi, belum ada sentralisasi komoditas kumis kucing sehingga belum memiliki ikatan yang kuat antar petani. Jika dilihat secara pendataan akan tercermin tingkat produktifitas yang kecil sehingga tidak memiliki daya tawar yang kuat, sedangkan potensi pasar sangat besar.Pasar domestik tanaman ini diminati oleh industri obat tradisional maupun modern. Untuk dalam negeri sendiri konsumsi obat-obatan tradisional seperti jamu gendong hingga industri sendiri cukup besar (pribadi 2009). Melihat dari kondisi ini diperlukannya penanganan yang tepat untuk komoditas tanaman obat seperti tanaman Kumis kucing. Sulitnya petani untuk memasuki skala industri adalah kerena tidak adanya kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan keinginan dan persyaratan dari perusahaan.

Seorang wirakoperasi merupakan sosok yang memiliki kapabilitas dan potensi dalam menangani serta menjebatani sesuatu permasalahan di lingkungan bisnis dan sosial. Dalam hal ini seorang wirakoperasi juga memiliki suatu masalah dalam menjalankan bisnisnya yaitu tidak memiliki lahan untuk diusahakan, namun memiliki potensi sebagai mediator serta pemasaran yang baik. Oleh karena itu peran seorang wirakoperasi sangat diperlukan. Dengan adanya permasalahan dan keunggulan pada masing-masing pihak, jika potensi petani dan wirakoperasi digabungkan akan menjadi suatu solusi yang sangat potensial untuk menjalankan suatu bisnis. Dengan petani dapat memiliki daya tawar yang tinggi sekaligus mendapatkanpelatihan agar hasil tanamannya sesuai kualitas atau standar yang diterapkan pada skala industri perusahaan. Peran seorang wirakoperasi berbeda dengan wirausaha pada umumnya.Wirakoperasi tidak berlari sendirian, melainkan bersama dengan puluhan dan bahkan ribuan anggotanya. Oleh karenanya, seorang wirakoperasi adalah seorang pemimpin. Pemimpin yang diikuti anggotanya, dan juga yang mengembangkan sumberdaya yang dimiliki anggotanya, termasuk sumberdaya manusia anggota. Seorang wirakoperasi sangat dibutuhkan untuk mengembangkan sistem agribisnis komoditas kumis kucing untuk menjembatani antara petani-petani yang memiliki produksi kumis kucing yang kecil menjadi kelompok dan dikelola untuk mendapatkan harga jual yang lebih kompetitif dibandingkan dengan menjual secara individu. Peran seorang wirakoperasi dapat membuat komoditas kumis kucing menembus pasar ekspor dengan tata cara dan alur bisnis yang benar dan menguntungkan sehingga harga yang ditawarkan akan lebih tinggi dibandingkan dengan menjual dalam pasar luar negeri.

Hasil dari peningkatan harga akan membuat petani memiliki daya tawar, motivasi, etos kerja, kualitas dan kuantitas akan tanaman kumis kucing yang semakin meningkat. Keadaan ini akan menimbulkan efek domino yang positif yaitu terciptanya rantai suplai (supply chain) antara pemasok, industri, dan pasar. Yang tidak akan terjadi jika para petani masih melakukan penjualan individu dan skala yang kecil. Hal ini berdampak pula pada tingkat kesejahteraan petani Kumis kucing itu sendiri.

Dari penjelasan tersebut, perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

(17)

2. Bagaimana rencana bisnis yang harus dibuat untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan mengembangkan agribisniskumis kucing?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Menggali potensi biofarmaka yang dikembangkan bersama petani dengan pendekatan Cooperative Entrepreneur

2. Merumuskan rencana bisnis yang harus dilakukan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan petani dan mengembangkan komoditas kumis kucing

Manfaat Penelitian

1. Bagi petani

Dengan adanya penelitian ini diharapkan petani dapat terbantu dari segi peningkatan pendapatan dan peningkatan kesejahteraan dari komoditas Kumis kucing.

2. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi untuk dapat mengembangkan kreatifitas dalam bisnis di bidang tanaman biofarmaka. 3. Bagi akademis

Penelitian ini diharapkan menjadi acuan atau rujukan suatu metode yang dapat dibandingkan dengan penelitian berikutnya.

4. Bagi investor

Mendapatkan informasi mengenai potensi dan prospek tanaman biofarmaka Kumis kucing sebagai acuan untuk keputusan berinvestasi.

Ruang Lingkup

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Kumis kucing merupakan tanaman herbal yang banyak memiliki manfaat. Dari kandungan yang dimiliki oleh tanaman kumis kucing banyak negara luar yang menginginkannya sebagai bahan baku obat. Tanaman yang biasa di temui sebagai tanaman perdu ini untuk pasar Negara Perancis memerlukan pasokan yang cukup besar, hal ini dapat dimanfaatkan oleh PT. Poros Nusantara Utama untuk mengekspor tanaman ini dengan membuka jalur ekspor ke negara tersebut. PT.PNU bekerja sama dengan petani dengan sistem mitra dengan membeli hasil dari petani kemudian dijual langsung di pasar ekspor. Harga yang di terima petani per kilogram segar adalah Rp13 000 sedangkan untuk harga jual ekspor tanaman kumis kucing ini mencapai Rp32 000 per kg segar (Riyanto 2009)

Penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan banyak memberikan sumber informasi dalam memahami manfaat serta peran wirakoperasi dalam berbagai kegiatan. Hal ini dibuktikan dengan kajian yang telah dilakukan oleh peneliti Pusat Studi Biofrmaka LPPM-IPB Sundawati dkk (2011) mengenai Pengembangan Model Kemitraan dan Pemasaran Terpadu Biofarmaka dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan di Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat yang dilakukan. Penelitian ini mengemukakan bahwa untuk meningkatkan pemasaran biofarmaka perlu adanya pengembangan model kelembagaan petani. Perlunya ikatan kemitraan yang efektif ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pemasaran karena komoditas biofarmaka banyak dibutuhkan oleh pasar dalam negeri dan luar negeri. Hal ini dikarenakan pemasaran komoditas tanaman biofarmaka belum memiliki ikatan kemitraan yang efektif antara petani dengan industri karena dalam pelaksanaannya di lapang banyak kendala dan hambatan yang dijumpai. Beberapa contoh permasalahan yang dihadapi dalam sektor budidaya adalah cara budidaya yang belum mengacu pada Standard Operating Procedure (SOP), belum menggunakan bibit/benih unggul sehingga produksi yag dihasilkan rendah, harga jual yang berfluktuatif, keterbatasan modal usaha, tidak adanya jaminan pasar serta terbatasnya informasi pasar yang dapat diakses. Hal tersebut dialami karena sebagian besar petani yang membudidayakan biofarmaka merupakan petani skala kecil.

Pengembangan model pemasaran biofarmaka telah dibentuk oleh Pusat Studi Biofarmaka LPPM-IPB sebagai lembaga pengembangan dan pendampingan, dalam model pengembangan tersebut tidak hanya dibangun dalam kerangka ikatan antar pengambil keputusan (stakeholder), tetapi dapat juga dalam ikatan pemegang saham (shareholder) seperti pengembangan kerjasama kemitraan. Manfaat dari adanya pembentukan kemitraan tersebut diharapkan dapat meningkatkan skala usaha dan kapasitas sumberdaya manusia serta meningkatkan efisiensi pemasaran. Selain itu dilakukan juga pendampingan terhadap kelembagaan petani yaitu Gapoktan untuk pembenahan dan penguatan kelembagaan berupa pendampingan untuk pembenahan basis data Gapoktan serta penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).

(19)

Penelitian tersebut mengemukakan bahwa wirakoperasi (Cooperative Entrepreneur) berperan menemukan peluang dan mewujudkannya dalam bentuk kesempatan usaha yang menguntungkan bagi para anggotanya. Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) terbentuk akibat dari buruknya situasi sosial ekonomi dan politik pada tahun 1963 yang menyebabkan saluran tataniaga susu di Pangalengan dikuasi oleh para tengulak dan peternak kuat. Perkembangan produksi susu di koperasi ini berjalan sangat lambat, hal ini menimbulkan dampak koperasi susu mengalami permasalahan dalam hal pemasaran susu kepada Industri Pengolah Susu (IPS). Posisi tawar yang sangat lemah, waktu penjualan yang bermasalah serta harga jual yang diterima tidak sesuai menjadikan permasalahan dalam hal menentukan jumlah penjualan susu. Sebagai Ketua KPBS Pangalengan, Daman Danuwidjaja berperan sebagai wirakoperasi yang bertujuan untuk mengembangkan koperasi primer susu di tingkat pedesaan. Hal tersebut dilakukan dengan memajukan koperasinya dan mendorong agar koperasi susu dapat melakukan peningkatan kerja sama antara koperasi. Setelah bergabung dengan KPBS banyak manfaat yang dirasakan oleh para peternak yang tergabung dalam koperasi tersebut yaitu berkembangnya usaha ternak yang lebih baik dengan penerapan teknologi modern. Melalui koperasi ini, susu yang dihasilkan oleh para petani akan melalui tahap pengolahan paska panen yang berupa pengolahan pasteurisasi maupun Ultra High Temperature (UHT) sehingga dapat meningkatkan nilai tambah pada susu tersebut.

(20)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Cooperative Entrepreneur (Wirakoperasi)

Suatu koperasi akan sangat berguna atau memiliki kekuatan besar jika didalamkoperasi tersebut memiliki entrepreneuryang menjalankan prinsip koperasi. Seorangwirakoperasi adalah orang yang memiliki keyakinan yang tinggi bahwa koperasi merupakan satu jalan pemecahan dari berbagai masalah pelik yang dihadapi oleh masyarakat lemah seperti halnya petani. Siapa saja yang memiliki semangat kooperatif dan ingin membangun masyarakat menuju kesejahteraan serta memiliki jiwa entrepreneur dapat menjadi seorang wiraoperasi. Dengan semangat seorang wirakoperasi Dalam penigkatan kesejahteraan petani seorang wirakoperasi dituntut untuk memecahkan permasalahan kekuatan tawar produk yang dihasilkan oleh petani. Dalam pelaksanaannya seorang cooperative entrepreneur yakin bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya memalui gerakan koperasi yang hasilnya nyata dapat diwujudkan.Hal ini akan sangat efektif dalam menyelesaikan permasalah pelik yang dihadapi petani dengan mengerjakannya secara kolektif atau kooperatif (Baga 2003)

Perencanaan bisnis

Bisnisadalah pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Selain itu bisnis juga dapat diartikan sebagai kegiatan mencari keuntungan yang diorganisasikan dan diarahkan untuk menyediakan barang dan jasa kepada para pelanggan. Perusahaan bisnis memproduksi dan memasarkan barang dan jasa dengan harapan akan mendapatkan keuntungan. Selanjutnya, tokohlain mengemukakan bahwa bisnis sebuah sistem yang memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.Sehingga Business Planmerupakan suatu dokumen yang menyatakan keyakinan akan kemampuan sebuah bisnis untuk menjual barang atau jasa dengan menghasilkan keuntungan yang muemuaskan dan menarik bagi penyandang dana. Definisi yang lebih baik menyatakan bahwa business plan adalah sebuah selling document yang mengungkapkan daya tarik dan harapan sebuah bisnis kepada penyandang dana potensial.

Strategi dan Rencana Pemasaran

Analisis Pasar

(21)

menentukan pasar potensial bagi produk yang akan dihasilkan oleh usaha tersebut. Aspek pasar harus memperhatikan bagaimana permintaan dan penawaran daun kumis kucing dalam bentuk simplisia maupun bubuk serta melihat bagaimana peluang pasar, segmentasi pasar dan strategi pemasaran. Permintaan pasar pada dasarnya menunjukkan besarnya jumlah permintaan konsumen terhadap produk maupun jasa. Penawaran adalah produk maupun jasa yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Analisis yang dilakukan mengenai target pasar mencakup permintaan dan penawaran, pengembangan pasar, serta bauran pemasaran yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Strategi pemasaran terdiri dari Market Selection dan Marketing Mix Development. Strategi Market Selection terdiri dari pengenalan peluang pasar, analisis pelanggan, dan pemilihan pasar sasaran. Strategi Marketing Mix Development terdiri dari aspek produk, harga, promosi, dan distribusi (Nurmalina et al. 2009).

Pada analisis permintaan dan penawaran, jumlah permintaan dan jumlah penawaran pada periode tertentu akan menghasilkan selisih. Jika jumlah permintaan lebih besar dibandingkan dengan jumlah penawaran maka akan terjadi kelebihan permintaan, sebaliknya jika jumlah penwaran lebih besar dibandingkan jumlah permintaan maka akan terjadi kelebihan penawaran. Peluang pasar akan muncul apabila jumlah permintaan lebih besar dibandingkan jumlah penawaraan yang akan mengakibatkan terjadinya kelebihan permintaan.

Segmentasi pasar merupakan bagian penting dalam menentukan strategi pemasaran. Melakukan segmentasi pasar berarti konsumen potensial bagi produk yang akan ditawarkan dapat digolongkan atas dasar kebutuhan dan keinginan mereka secara umum. Analisis aspek pasar yang dilakukan hendaknya dapat menentukan jenis pasar yang akan dipilih apakah berupa pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, maupun pasar monopolistik agar dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat. Selain itu informasi mengenai siklus hidup produk (life cycle product) harus ditentukan serta informasi mengenai pangsa pasar (market share) untuk produk sejenis sebagai pesaing dari usaha yang akan didirikan (Umar 2003).

Strategi Pemasaran

Pasar merupakan tempat berkumpulnya pedagang dan pembeli, tidak hanya sebatas itu pasar yang lebih luas memiliki makna bertemunya tingkat permintaan (demand) dan tingkat penawaran (supply) sehingga terjadi kesepakatan harga suatu barang atau jasa. Analisis pasar sangat diperlukan karena terkait dengan tingkat harga yang ditawarkan. Suatu barang atau jasa dapat dikatakan potensial jika dapat dianalisis dengan baik pasar yang tersedia.Analisis pasar terkait dengan kekuatan produk, peluang, ancaman, ketersediaan pasar dan kapasitas produksi sehingga mempengaruhi pengambilan keputusan. Analisis pasar juga terkait dengan jenis pasar yang dimasuki seperti pasar persaingan sempurna ataukah pasar monopoli.

(22)

satu atau lebih segmen yang akan dimasuki. Positioning yaitu pengaturan agar suatu produk menempati tempat yang jelas, terbedakan, dan diinginkan dalam benak konsumen sasaran dibandingkan dengan produk pesaing.

Analisis lain yang digunakan dalam analisis pasar adalah bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran terdiri dari 4P yaitu produk (product), promosi (promotion), lokasi atau distribusi (place), harga (price). Produk menyangkut keragaman, kualitas, desain, fitur yang dimiliki, merk, kemasan dan servis yang dimiliki suatu produk. Promosi terkait dengan iklan, penjualan langsung, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat dari produk. Lokasi atau distribusi terkait dengan saluran, cakupan, kombinasi, tempat, persediaan,transportasi, dan logistik dari suatu produk. Harga menyangkut daftar harga, diskon, periode, pembayaran, atau persyaratan kredit dari sebuah produk.

Rencana Pemasaran

Perencanaan adalah proses menentukan dengan tepat apa yang dilakukanorganisasi untuk mencapai tujuannya, sedangkan pemasaran adalah seluruh sistem yang berhubungan dengan kegiatan untuk merencanakan dan mentukan harga hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli.Pengertian lain dari rencana pemasaranadalah proses menentukan dengan tepat untuk mempromosikan dan medistribusiakan barang dan jasa sampai mencapai tujuannya yaitu memuaskan kebutuhan pembeli.Tujuan dibuat rencana pemasaran sebelum memasarkan sebuah produk adalah agar apa yang dilakukan dalam memasarkan produk tesebut sesuai denagn tujuan yang ingin dicapai.

Kegiatan pemasaran harus menghasilkan win-win solution, artinya pelanggan ingin membeli produk jikaproduk tersebut sesuai dengan keinginannya,sebaliknya perusahaan dapat memperoleh profitdari produk yang dihasilkannya jika produk tersebut di beli oleh pelanggan. Berdasarkan profit tersebut, perusahaan dapat melanjutkan bisnisnya hingga ia dapat memenuhi keinginan pelanggan lebih besar di masa yang akan datang. Perusahaan selalu berpedoman atau berfokus kepada nilai-nilai yang terdapat dalam diri pelanggan, sehingga kegiatan pemasaran tersebut dapat berhasil dengan baik. Oleh karena itu untuk dapat mencapai semua itu membutuhkan yang namanya perencanaan pemasaran, agar apa yang akan dilakukan sesuai dengan tujuannya.Perencanaan pemasaran merupakan persyaratan inti bagi pemasar. Manfaat penyusunan sebuah rencana antara lain : mendorong pemikiran sistematik mengenai masa depan, meningkatkan koordinasi, menetapkan standar kinerja untuk mengukur tren, memberikan dasar logis bagi pembuatan keputusan, meningkatkan kemampuan untuk menangani perubahan, dan meningkatkan kemampuan untuk mengidentifikasi peluang pasar.

Rencana Operasional

Rencana Jumlah Produksi

(23)

1. Tingkat permintaan terhadap produk 2. Kapasitas mesin

3. Pasokan bahan baku 4. Modal kerja

5. Peraturan pemerintah dan ketentuan teknis lainnya

Teknologi

Penggunaan teknologi dalam proses produksi harus dipilih teknologi yang tepat, selain dapat meningkatkan efektifitas juga dapat memberikan keuntungan bagi usaha yang dijalankan. Selain penggunaan teknologi yang tepat, dukungan tenaga kerja terampil juga dibutuhkan. Hal ini menimbulkan adanya konsekuensi bagi perusahaan untuk melakukan pelatihan terhadap tenaga kerja.

Teknologi yang digunakan dalam proses produksi adalah teknologi pengeringan buatan serta teknologi pengemasan vakum. Alat yang digunakan dalam teknologi pengeringan buatan ini adalah vacuum cabinet dryer dengan output berupa simplisia, serta diskmill sebagai alat penggiling kering dengan outputKumis kucing bubuk. Alat yang digunakan dalam teknologi pengemasan vakum adalah vacuum packaging untuk mengemas produk daun kumis kucing dalam bentuk simplisia dan bubuk. Teknologi pengeringan buatan dengan bantuan alat tersebut dipilih karena dapat meningkatkan efisiensi proses produksi jika dibandingkan dengan menggunakan teknologi pengeringan alami. Pada pengeringan buatan sumber panas yang digunakan untuk mengeringkan bahan berasal dari listrik maupun gas, sedangkan pada pengeringan alami sumber panas yang digunakan bersumber dari sinar matahari. Teknologi penggilingan kering dengan mesin dipilih karena dapat meningkatkan efisiensi proses produksi karena memiliki tenaga yang bersumber dari solar. Teknologi pengemasan vakum dipilih karena dapat meningkatkan umur simpan produk serta dapat menghemat ruang pada saat penyimpanan dan pendsitribusian.

Prinsip kerja dari alat vacuum dryer tersebut adalah dengan cara mengalirkan udara panas ke dalam bahan sekaligus dilakukan penyedotan uap air yang keluar dari bahan yang dipanaskan. Prinsip kerja dari alat diskmill adalah dengan menggiling bahan baku kasar kering menjadi bentuk yang lebih kecil atau bubuk, dengan tingkat kehalusan yang dapat disesuaikan. Prinsip kerja alat vacuum packaging adalah dengan cara penghilangan udara dalam kemasan hingga terbentuk ruang hampa kemudian akan dilakukan penyegelan pada kemasan.

Tenaga Kerja (Tenaga Teknis)

Kebutuhan tenaga kerja yang terlibat dalam seluruh kegiatan usaha perlu direncanakan dengan baik dari segi jumlah, deskripsi pekerjaan, serta penetapan gaji dan upah. Perencanaan tenaga kerja perlu diidentifkasi berdasarkan kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Kuantitas tenaga kerja yang dibutuhkan terkait dengan latar belakang dan lokasi perusahaan serta tingkat persaingan untuk mendapatkan tenaga kerja teknis. Kualitas tenaga kerja menunjukkan keahlian yang sesuai dengan deskripsi pekerjaan yang didukung dengan tingkat pendidikan.

(24)

Bahan baku merupakan input kegiatan produksi untuk menghasilkan produk yang ditawarkan oleh suatu usaha. Agar menghasilkan produk yang sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan, bahan baku harus diperhatikan dari semua faktor yang terkait. Perencaaan bahan baku meliputi:

a. Jenis bahan baku b. Kuantitas bahan baku c. Kualitas bahan baku d. Persediaan bahan baku

e. Kemungkinan penggunaan jenis bahan baku lain

Faktor-faktor yang mempengaruhi pasokan bahan baku meliputi : a. Ketersediaan bahan baku

b. Kualitas bahan baku c. Harga bahan baku d. Transportasi bahan baku e. Jalur pengadaan bahan baku f. Faktor-faktor non ekonomis

Perencanaan Lokasi dan Tata Letak

Lokasi dan tata letak menrupakan hal awal yang harus dipertimbangkan karena pemilihan lokasi yang tepat dapat meningkatkan efisiensi kegiatan usaha. Pemilihan lokasi dapat ditentukan berdasarkan kedekatannya dengan bahan baku, pasar potensial, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, serta fasilitas transportasi. Perancangan tata letak bangunan usaha yang terdiri dari ruang produksi, ruang penyimpanan, ruang ruang administrasi, serta ruangan lain yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha harus dipertimbangkan dengan baik agar dapat meningkatkan efisiensi kegiatan usaha yang akan dilakukan.

Rencana Organisasi

Aspek Legal dan Ruang Lingkup Pengembangan

Untuk mendirikan suatu usaha, perlu dilakukan pembentukan badan usaha serta melakukan pendaftaran izin usaha. Salah satu bentuk badan usaha dapat berupa koperasi. Setelah penentuan badan usaha, langkah selanjutnya adalah mengajukan permohonan Akta Pendirian untuk pembentukan badan usaha tersebut. Langkah selanjutnya adalah melengkapi pendaftaran dan perizinan badan usaha seperti domisili perusahaan, NPWP, SITU, SIUP atau izin usaha lainnya (Kemendag 2013).

Struktur Organisasi

Orang-orang yang terlibat dalam kepengurusan perusahaan dituangkan dalam struktur organisasi perusahaan. Strutur organisasi terdiri dari nama orang yang terlibat dalam kepengurusan beserta dengan jabatannya masing-masing. Struktur organisasi mengGambarkan hubungan kerja antara orang yang satu dengan lainnya dengan memperhatikan aturan bentuk badan hukum dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

(25)

Tugas dan tanggungjawab dari masing-masing tenaga kerja maupun pengurus perusahaan dipaparkan dalam bentuk deskripsi kerja. Deskripsi kerja bagi tenaga kerja dan pengurus perusahaan berbeda-beda sesuai dengan jabatan maupun bagiannya. Masing-masing orang yang terlibat dalam usaha yang akan dijalankan memiliki hak, kewajiban, maupun tugas yang harus dipenuhi agar kegiatan usaha menjadi lebih efektif.

Upah dan gaji

Gaji dan Upah merupakan imbalan atas jasa yang telah dilakukan oleh seluruh tenaga kerja maupun pengurus perusahaan. Gaji dan upah dari masing-masing orang berbeda sesuai dengan jabatan dan deskripsi kerja yang dibebankan. Imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja tetap maupun pengurus perusahaan disebut sebagai gaji yang dibayarkan sekali dalam sebulan. Upah merupakan imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja tidak tetap yang dibayarkan sesuai dengan pencapaian kerja yang telah dilakukan. Gaji yang dibayarkan dapat disesuaikan dengan UMR yang berlaku dengan ketetapan yang dibuat oleh perusahaan.

Langkah-langkah melakukan ekspor

Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menjadi eksportir adalah sebagai berikut (Kemendag 2013):

1. Persiapan administratif berupa pembuatan identitas usaha

2. Persiapan legalitas usaha berupa pembentukan badan usaha yang berbadan hukum dengan klasifikasi eskportir produsen atau eksportir bukan produsen 3. Persiapan operasional berupa penerbitan dokumen yang terdiri dari

brosur/leaflet, offer sheet, invoice, consular invoice, packing list, sales contract, weight note-measurement list, letter of indemnity, letter of subrogation, pemberitahuan ekspor barang (PEB), dan pemberitahuan ekspor barang tertentu

4. Persiapan produk yang akan dijual secara fisik maupun pencantuman keterangan produk dalam lembar profil produk

5. Melakukan perijinan ekspor di Kementerian Perdagangan Republik Indonesia melalui UPP (Unit Pelayanan Perdagangan) dengan salah satu fasilitas yang ditawarkan berupa INTRADE.

(26)

Sumber : Kemendag (2013) Gambar1 Alur tata cara ekspor Keterangan:

1. Eksportir dan importir melakukan korespondensi yang diakhiri dengan pembuatan Sales Contract

2. Importir mengaplikasikan pembukaan L/C pada bank luar negeri (Opening Bank)

3. Opening Bank mengirim L/C confirmation pada Corespondenti Bank untuk memberitahukan kepada eksportir

4. Corespondenti Bank memberitahukan kepada eksportir melalui L/C advice 5. Eksportir mempersiapkan barang

6. Eksportir memesan ruang kapal pada shipping company

7. Eksportir mengurus formalitas ekspor dengan mengisi PEB dan pembayaran pajak ekspor, kemudian PEB difiat-muatkan

8. Pemuatan barang diatas kapal, shipping company memberikan bills of lading pada eskportir

8a. Apabila dalam L/C ada persyaratan untuk melampirkan dokumen SKA (Surat Keterangan Asal), maka eskportir harus mengurus SKA tersebut ke instansi penerbit SKA

9. Setelah mempersiapkan seluruh dokumen yang dipersyaratkan pada L/C, eskportir bernegosiasi kepada negotiation bank untuk mendapat pembayaran. 10.Pengiriman dokumen L/C dari negotiation bank ke opening bank

11.Opening Bank meneruskan dokumen tersebut kepada importir

12.Importir menyerahkan dokumen tersebut pada shipping agent untuk ditukarkan dengan delivery cargo

13.Pengiriman document L/C dari negotiation bank tersebut kepada importir

(27)

14.Opening Bank meneruskan dokumen tersebut kepada importir

15.Importir menyerahkan dokumen tersebut pada shipping agent untuk ditukarkan dengan delivery cargo

Kerangka Pemikiran Operasional

Kerangka pemikiran operasional digunakan sebagai landasan yang berkaitan dengan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian. Kerangkan pemikiran operasional dimulai dari identifikasi masalah yang ada, yaitu ketidakmampuan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan kumis kucing dalam negeri maupun luar negeri, padahal pasar di dalam dan luar negeri cukup luas. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan petani ataupun pelaku usaha tentang kebutuhan pasar serta kualitas yang masih belum memenuhi standar. Fenomena tersebut menunjukkan adanya kontradiksi atau gap permasalahan dalam industri kumis kucing. Oleh karena itu, dibentuk sebuah model pengembangan sistem agribisnis kumis kucing berbasis cooperative entrepreneur.

Untuk mengatasi potensi dan permasalahan terhadap tanaman kumis kucing tersebut dibutuhkannya seseorang yang menjembatani keduanya, dalam hal ini adalah seorang wirakoperasi. Wirakoperasi sebagai mediator dan penggerak petani memberikan arahan dan jalan untuk pengembangan kumis kucing menjadi suatu komoditi yang menguntungkan dari aspek finansial bagi petani. Seorang wirakoperasi bergerak bersama dengan para petani berskala kecil dan tersebar agar memiliki daya tawar yang tinggi. Seorang wirakoperasi juga merancang suatu nilai tambah yang akan meningkatkan harga dari tanaman kumis kucing dengan melakukan proses pengolahan daun kumis kucing menjadi bubuk serta bekerja sama dengan stake holder yang berpengaruh didalamnya.

(28)

Gambar2 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah (Balitro) Cimanggu Bogor, lahan Unit Konservasi Biofarmaka Bogor PT. Biofarindo (Biofarmaka Indonesia) dan petani yang mengembangkan tanaman Kumis kucing di wilayah Kabupaten Bogor (Tegal Waru, Cipaku, Rancabungur, dan Leuwi Liang, Gunung Letik, Cimanggu). Pemilihan lokasi dipilih secara sengaja atau purposive serta kegiatan penelitian dan pengumpulan data dilakukan selama bulan Desember 2013 hingga Maret 2014.

wirakoperasi

Rencana pengembangan agribisnis daun kumis kucing dengan pendekatan cooperative entrepreneur di Bogor

Kumis kucing memiliki berbagai kegunaan yang baik untuk kesehatan, permintaan akan pasokan kumis kucing yang tinggi baik dalam pasar dalam negeri maupun luar negeri, banyaknya petani kumis kucing yang belum termanfaatkan, tingginya tingkat permintaan dalam bentuk simplisia kering dan bubuk

Kurangnya pengetahuan petani

akan kebutuhan pasar kumis

kucing, harga ditingkat petani yang rendah karena tidak adanya nilai tambah, skala usaha yang kecil dan lokasi tersebar, belum terpenuhinya permintaan pasar

Perlu pengembangan agribisnis kumis

kucing

Membuat kerjasama /melakukan usaha kolektif

dengan petani skala kecil

(29)

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait, pengamatan langsung, maupun informasi melalui kuisioner. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui literatur, jurnal maupun laporan hasil penelitian, laporan hasil seminar, buku-buku, internet serta data dari instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik, Kementrian Pertanian Republik Indonesia, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan teknik RRA (Rapid Rural Appraisal) yaitu dengan cara observasi, wawancara mendalam, dan diskusi kepada para petani yang berada di lokasi penelitian tersebut yang membudidayakan tanaman kumis kucing. Wawancara dilakukan untuk mengetahui informasi produktivitas, harga komoditas di tingkat petani, serta budidaya yang dilakukan.RRA merupakan metode pengumpulan informasi yang melibatkan petani sebagai objek penelitian. Seorang wirakoperasi menggunakan pendekatan metode ini dengan tujuan untuk mendorong petani agar menggali potensi diri. Salah satunya adalah dengan meningkatkan pengetahuan petani terhadap potensi yang dimiliki oleh komoditas kumis kucing. Peningkatan pengetahuan petani terhadap potensi yang dimiliki komoditas kumis kucing akan mendorong petani untuk mengembangkan usaha yang dimiliki, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya2.

Metode Analisis Data

Data maupun informasi-informasi pendukung lainnya yang diperoleh dari penelitian diolah secara manual dan dianalisis dengan menggunakan dua jenis analisis yaitu analisis non finansial dan analisis finansial. Pendekatan kuantitatif mengunakan analisis finansial untuk mengetahui NPV, IRR, Net B/C , BEP dan PP (Nurmalina et al. 2009) adalah sebagai berikut :

A. Analisis Non Finansial

1. Aspek Pasar

Analisis aspek pasar menentukan jenis pasar yang akan dipilih apakah berupa Pasar Persaingan Sempurna, Pasar Monopoli, maupun Pasar Monopolistik agar dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat. Selain itu informasi mengenai siklus hidup produk , informasi mengenai pangsa pasar (market share).

2. Aspek Teknis dan Produksi

2

(30)

Pada aspek teknis dan produksi hal utama yang mendasari analisis pada aspek ini ialah lokasi bisnis, skala operasi atau luas produksi, kriteria pemilihan mesin atau equipment, proses produksi dan layout perusahaan, serta jenis teknologi yang digunakan. Hal lain yang perlu diperhatikan pada aspek teknis dan produksi yakni karakteristik produk yang dihasilkan yang mencakup standar kualitas produk, ukuran, warna, trade mark, hak paten, syarat penyimpanan, packing, dan syarat pengiriman. Rencana bisnis yang akan dilakukan merupakan bisnis pengolahan pasca panen pada daun kumis kucing sehingga menghasilkan produk setengah jadi (intermediate product). Pengolahan tersebut berupa pengeringan dan penggilingan daun sehingga menghasilkan daun Kumis kucing dalam bentuk bubuk. Setelah dilakukan pengolahan pasca panen, produk tersebut akan dikemas dengan menggunakan teknologi kemas vakum.

3. Manajemen

Aspek manajemen dalam masa operasi mempelajari mengenai bagaimana bentuk organisasi atau badanusaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, serta penentuan anggota dan tenaga kerja inti.

4. Rencana Pemasaran

Menganalisis target pasar, pengembangan pasar, serta bauran pemasaran yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Strategi pemasaran terdiri dari Market Selection dan Marketing Mix Development. Dalam strategi Market Selection terdiri dari pengenalan peluang pasar, analisis pelanggan, dan pemilihan pasar sasaran. Strategi Marketing Mix Development terdiri dari aspek produk, harga, promosi, dan distribusi. Menurut Kotler yang dikutip oleh Munandar (2012) dalam jurnalnya, analisis target pasar terdiri dari segmentasi pasar, penentuan target, dan posisi pasar.

a. Segmetasi Pasar

Segmentasi pasar merupakan proses pengarahan pasar yang bersifat heterogen ke dalam kelompok pasar yang bersifat homogen. Dalam prosesnya aspek utama yang menjadi variabel yang digunakan adalah aspek geografis, demografis, psikografis, dan perilaku.

b. Pasar Sasaran

Setelah menganalisis segmentasi pasar, selanjutnya dilakukan pemilihan segmen pasar yang akan dijadikan pasar sasaran. Dalam penentuan pasar sasaran, kriteria yang harus diperhatikan adalah bahwa pasar sasaran harus responsif terhadap produk atau program pemasaran yang dikembangkan, produk yang ditawarkan memiliki potensi penjualan yang cukup luas, pasar memiliki pertumbuhan yang memadai, serta pasar sasaran dapat dijangkau oleh media pemasaran. c. Posisi Pasar

(31)

membedakan produk yang akan ditawarkan dengan produk pesaing adalah sebagai berikut:

1) Identifikasi keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh perusahaan. Keunggulan ini dapat berupa diferensiasi melalui inovasi yang dilakukan pada bauran pemasaran yaitu produk, harga, promosi, dan distribusi. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar perusahaan memiliki keunggulan bersaing dengan produk pesaing.

2) Pilih keunggulan kompetitif yang dimiliki untuk kemudian dikomunikasikan dalam benak konsumen. Kriteria yang harus dipenuhi adalah dengan menawarkan barang atau jasa yang memiliki ciri khas atau dengan menggunakan strategi harga bersaing.

5. Rencana Operasional dan Produksi

Aspek ini terdiri dari rencana pendirian lokasi bisnis, skala produksi, pemilihan teknologi yang akan digunakan, proses produksi, perencanaan tata letak ruang pengolahan, tenaga teknis produksi, serta perumusan standar mutu input dan output.

6. Rencana Organisasi

Aspek ini mengkaji mengenai bentuk badan usaha, struktur organisasi, perizinan usaha, serta kepemilikan usaha. Selain itu juga mengkaji spesifikasi dan deskripsi keahlian dan tanggung jawab pekerja, jumlah tenaga kerja, serta penetapan gaji.

B. Analisis Finansial

Aspek finansial yang perlu dianalisis untuk menyusun suatu perencanaan bisnis terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP) (Nurmalina et al. 2009).

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara total Present value penerimaan (benefit) dengan total Present Value pengeluaran (cost) atau jumlah Present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Suatu bisnis dikatakan layak atau dapat memberi keuntungan apabila nilai NPV lebih dari 0 (NPV>0).

Keterangan :

Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t

t = Tahun kegiatan bisnist ( t = 0,1,2,3,..., n), tahun awal bisa tahun 0 atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya

(32)

2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang akan dicapainya. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari Discount Rate (DR) atau tingkat suku bunga yang berlaku.

Keterangan :

i' = Nilai percobaan pertama untuk discount rate positif

i” = Nilai percobaan kedua untuk discount rate negatif NPV' = Nilai percobaan pertama untuk NPV

NPV” = Nilai percobaan kedua untuk NPV

3. Net Benefit – Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara manfaat bersih bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu bisnis dikatakan layak apabila nilai Net B/C Rasio lebih besar dari 1 (Net B/C Rasio>1). Hal ini berarti keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih besar daripada kerugian yang dialami.

Keterangan :

Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t i = Discount Rate (%) t = Tahun

4. Payback Period (PP)

Payback Period (PP) merupakan metode pelengkap dalam analisis finansial. Merode perhitungan ini dilakukan untuk menghitung seberapa cepat tingkat pengembalian modal dari bisnis tersebut. Semakin cepat tingkat pengembalian modal, maka para investor akan semakin tertarik untuk berinvestasi pada bisnis tersebut.

Keterangan :

I = besarnya biaya investasi yang diperlukan

(33)

5. Break Event Point

Perhitungan ini bertujuan untuk melihat berapa unit yang harus dijual atau berapa uang yang harus dihasilkan oleh perusahaan agar mencapai titik impas, dalam arti perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan.

6. Cash Flow

Cash Flow (arus kas) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode. Laporan keuangan ini berupa ringkasan penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama periode tertentu. Laporan arus kas ini memberikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan dari suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi, investasi dan pendanaan. Cash Flow terdiri dari dua aliran arus yaitu sebagai berikut:

1. Cash inflow

Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas). Arus kas masuk (cash inflow) terdiri dari:

1) Hasil penjualan produk/jasa perusahaan 2) Penagihan piutang dari penjualan kredit 3) Penjualan aktiva tetap yang ada

4) Penerimaan investasi dari pemilik atau saham bila perseroan terbatas 5) Pinjaman/hutang dari pihak lain

6) Penerimaan sewa dan pendapatan lain 7) Nilai sisa

2. Cash outflow

Cash outflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang mengakibatkan beban pengeluaran kas. Arus kas keluar (cash outflow) terdiri dari :

1) Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik lain-lain

2) Pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi penjualan 3) Pembelian aktiva tetap

4) Pembayaran hutang-hutang perusahaan

(34)

6) Pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga dan pengeluaran lain-lain Adapun bentuk dari tabel cash flow adalah sebagai berikut :

Tabel4Cash Flow

3. Pembayaran Bunga Pinjaman 4. Pajak

5. Biaya Lainnya

Total Outflow

III Net Benefit IV Dengan i=DR (%)

V PV Net Benefit (NPV)=(III)(IV)

GAMBARAN UMUM DAERAH BOGOR

Bogor adalah salah satu kabupaten yang terletak di daerah Jawa Barat. Bogor terletak pada ketinggian 190 meter sampai 350 meter dari permukaan laut (mdpl). Bogor diapit oleh beberapa gunung besar antara lain Gunung Salak, Gunung Pangrango dan Gunung Gede. Kota Bogor memiliki udara rata - rata setiap bulannya adalah 26ºC dan suhu udara terendah 21.8ºC, memiliki kelembaban udara kurang lebih 70 persen. Selain itu Bogor memiki curah hujan cukup besar setiap tahunnya yaitu berkisar antara 3.500-4.000 mm per tahun (terutama pada bulan Desember sampai Januari). Kondisi topografi ini sangat cocok dengan syarat tumbuh kumis kucing. kumis kucing merupakan tanaman yang membutuhkan curah hujan tinggi untuk tumbuh yaitu 2.500-4000 mm per tahun. kumis kucing juga dapat tumbuh optimum pada suhu 20-25ºC.

(35)

sebagai bahan baku maupun bahan tambahan pada produk yang dihasilkan. Produsen obat herbal maupun jamu khususnya yang terletak di wilayah Bogor antara lain ialah:

1. Kelompok tani ‘Tanaman Obat Keluarga’ Gunung Leutik 2. PT. Biofarindo

3. CV. Raja Wali Emas 4. CV. Mitra Niaga Sejahtera 5. Taman Sringganis

RENCANA BISNIS

Asumsi Dasar

Dalam perencanaan bisnis pengolahan daun kumis kucing dirumuskan beberapa asumsi-asumsi dasar untuk melakukan perhitungan aspek produksi dan finansial. Pada aspek produksi jumlah input yang masuk sebesar 20 153 kg daun kumis kucing segar yang akan di ubah menjadi bubuk. Input daun kumis kucing berasal dari petani mitra koperasi dan warga yang menanam daun kumis kucing oleh karena itu sistem pengadaan input adalah plant bases, artinya inputtidak berdasarkan pada luas lahan yang dimiliki petani, namun dapat juga berdasarkan perkarangan rumah bahkan tanaman kumis kucing liar yang dapat diperoleh di manapun. Pada Tahun pertama kapasitas produksi 1.8 ton kering per bulan, di tahun kedua dan seterusnya produksi 2 ton per bulan. Hal tersebut dikarenakan jumlah penyusutan bahan baku masih tinggi yaitu sebesar 5 persen. Hal tersebut disebabkan oleh kualitas bahan baku yang diperoleh dari petani belum sesuai dengan yang diinginkan.

Dalam melakukan proses produksi perbandingan antara kumis kucing basah dan kering sebesar 10 persen, artinya setiap 10 kg kumis kucing segar dapat menghasilkan 1 kg kumis kucing kering, oleh sebab itu untuk memproduksi 2 ton kumis kucing bubuk diperlukan lebih dari 20 ton kumis kucing segar hal ini dikarenakan proses sortasi yang akan dilakukan sebelum produksi berlangsung. Pada proses produksi diperlukan mesin pengeringan dibutuhkan lima mesin, berkapasitas 230 kg dengan ketentuan satu kali pengeringan 8 jam dengan suhu antara 50 oC hingga 60 oC. Oleh sebab itu waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan 2 ton kumis kucing bubuk adalah dua puluh hari.

(36)

kulit. Harga jual untuk komoditi ini ditetapkan sebesar 14.12 USD. (berdasarkan data Market News Service International Trade Center, 2013)Rencana Pemasaran

Market Selection

A. Analisis Pasar 1. Segmenting

Segmentasi dari produk ini adalah perusahan industri pangan dan obat yang membutuhkan kumis kucing selaku bahan baku industrinya dan pengelompokan pasar berdasarkan aspek geografis yaitu negara-negara di Benua Eropa.

2. Targeting

Target pasar dari kelompok pasar yang telah dipilih berdasarkan aspek geografis adalah perusahan industri pangan dan obat yang menggunakan daun kumis kucing dalam bentuk bubuk sebagai bahan baku produknya. Secara geografis target pasar adalahNegara Perancis.

3. Positioning

Bubuk kumis kucing merupakan intermediate product yang di khususkan untuk perusahaan industri penghasil obat-obatan herbal dan pangan yang memerlukan khasiat dari tanaman biofarmaka kumis kucing

Marketing Mix Development

1. Product (produk)

Produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan didirikan adalah berupa intermediate product dalam bentuk daun kumis kucing bubuk. Produk tersebut akan dikemas dengan menggunakan plastik kemas vakum tanpa udara atau vakum dengan berat bersih 10kg per kemasan. Produk daun kumis kucing bubuk akan mencantumkan tanggal pengemasan dan kadaluarsa, nama produk, dan tempat pengemasan.

2. Price (harga)

Harga jual dari produk yang dihasilkan adalah sebesar Rp161 428 per kg atau 14.16 USD per kg. Harga ditetapkan berdasarkan rata-rata harga jual produk di pasar internasional (ITC, 2013)

3. Place (tempat)

Tempat berlokasi di Jln. KH.Sholeh Iskandar (jalan Baru Bogor). Penjualan dari produk yang dihasilkan ditujukan untuk pasar luar negeri yaitu Negara Perancis yang membutuhkan daun kumis kucing bubuk. Pendistribusian produk dilakukan melalui portal ekspor yang terdapat di daerahTanjung Priokdengan sistem joincontainer dengan perusahaan lain dengan tujuan negara yang sama. Hal ini dikarenakan kuota per kontainer belum dapat terpenuhi dengan hanya pengiriman 2 ton perbulan untuk daun kumis kucing bubuk.

4. Promotion (promosi)

(37)

Pemasaran produk dilakukan menggunakan media internet berupa penawaran produk maupun penawaran kerjasama dengan industri serta kerja sama dengan kementerian perdagangan untuk membantu promosi produk dengan mitra di negara lain.

Rencana Produk

Bisnis pengeringan daun kumis kucingini akan menghasikan intermediate product yang berupa daun kumis kucing bubuk. Teknologi yang digunakan adalah dengan pengeringan buatan, produk yang dihasilkan berbentuk daun kering, sedangkan untuk produk kumis kucing bubuk teknologi yang digunakan adalah penggilingan kering. Selain dilakukan pengeringan dan penggilingan, teknologi kemas vakum dipilih karena dapat memperpanjang umur simpan produk serta menghemat ruang pada saat penyimpanan maupun pendistribusian.

Gambar3Kumis kucing bubuk dalam kemasan

Rencana Operasional

Rencana Jumlah Produksi

Kegiatan usaha pengolahan daun kumis kucing terdiri dari proses pengeringan, penggilingan kering, serta pengemasan. Produk yang dihasilkan ditujukan untuk memasok industri biofarmaka luar negeri yang membutuhkan produk daun kumis kucing dalam bentuk bubuk. Rencana jumlah produksi dari usaha ini adalah masing-masing sebesar dua ton per bulan.

Teknologi

(38)

teknologi pengeringan kering dengan mesin, dan teknologi pengemasan vakum. Alat yang digunakan dalam teknologi pengeringan buatan ini adalah vacuum cabinet dryer dengan output berupa daun Kumis kucing, serta diskmill sebagai alat penggiling kering dengan outputkumis kucing bubuk. Alat yang digunakan dalam teknologi pengemasan vakum adalah vacuum packaging untuk mengemas produk daun kumis kucing dalam bubuk.Teknologi yang digunakan akan meningkatkan efisiensi produksi baik dari segi jumlah dan waktu. Berikut mesin dan alat yang digunakan dalam proses produksi :

1. Vacuum Cabinet Dryer

Daun Kumis kucing yang telah dicuci dan ditiriskan kemudian diletakkan di atas loyang sebelum dimasukkan ke dalam alat pengering. Prinsip kerja dari alat Vacuum Cabinet Dryer tersebut adalah dengan cara mengalirkan udara panas ke dalam bahan sekaligus dilakukan penyedotan uap air yang keluar dari bahan yang dipanaskan. Sumber panas yang digunakan untuk mengeringkan bahan berasal dari listrik maupun gas.

Sumber : www.kiosmesin.blogspot.com Gambar4 Mesin vacuum cabinet dryer

Spesifikasi Mesin vacuum cabinet dryer: 1. Mesin Oven Pengering 40 Rak (gas) 2. Kapasitas : 40 rak / loyang

3. Dimensi : 240x55x165 cm 4. Bahan : stainless stell 5. Listrik blower: 300 watt 6. Sumber panas : Gas LPG

2. Mesin Diskmill

(39)

Sumber : www.mesinpertanian.com

gambar 5Mesin diskmill

Spesifikasi mesin diskmill:

1. Kapasitas: 33 hingga 300 Kg/jam

2. Motor power: 5,5 HP (Horse Power) atau Diesel 12 PK (Paard Krcht) dengan power bisa diturunkan sesuai anggaran dan jenis serta jumlah bahan yang diproses

3. Dimensi: 80x50x100 cm 4. Bahan: stainless steel

3. Vacuum packaging

Produk kumis kucing bubuk kemudian dikemas dengan menggunakan mesin vacuum packaging. Prinsip kerja alat tersebut adalah dengan cara penghilangan udara dalam kemasan hingga terbentuk ruang hampa kemudian dilakukan penyegelan pada kemasan. Teknologi pengemasan vakum dipilih karena dapat meningkatkan umur simpan produk serta dapat menghemat ruang pada saat penyimpanan dan pendsitribusian. Jenis plastik kemasan yang digunakan merupakan plastik kemasan vakum yang merupakan campuran dari bahan plastik LDPE (Low Density Polyethylene), PET (Poly Ethylene Terephthalate) dan Nylon. Plastik kemasan tersebut memiliki ketebalan dan kerapatan pori yang lebih tinggi dibandingkan dengan plastik kemasan biasa sehingga dapat berfungsi sebagai kemasan penyimpan kedap udara.

Sumber : www.anekamesin.com

(40)

Sumber : www.anekamesin.com

Gambar7 Plastik kemasan vakum

Spesifikasi mesin vacuum packaging: 1. Material: besi, stainless steel 2. Lebar seal: 32 hingga 50 cm

3. Kekuatan vakum: 10 m3 hingga 20 m3 per jam

4. Daya listrik: 400 hingga 800 watt atau 220 V atau 50 hingga 60 Hz

4. Detektor logam

Detektor logam berfungsi sebagai scanner untuk mendeteksi apakah terdapat logam berbahayayang membahayakan pada bubukkumis kucing yang telah di kemas

Sumber : www.indotrading.com Gambar8 Mesin conveyor metal detector

Kumis kucing bubuk yang telah dikemas dengan plastik vakum kemudian akan dilakukan pengujian kandungan logam yang mungkin terdapat di dalam produk. Pengujian tersebut dilakukan menggunakan mesin conveyor metal detector dengan tujuan untuk mempertahankan kualitas produk kumis kucing bubuk.

Spesifikasi mesin conveyor metal detector3:

a. Tipe : F500

b. Metode mendeteksi : Magnetic induksi

c. Lebar pendeteksian : 600 mm

3

(41)

d. Tinggi pendeteksian : 160 mm

e. Kemampuan mendeteksi : Ф1.0 bola besi

f. Metode alarm : Buzzer

g. Kecepatan belt : 40 m/min

h. Tegangan listrik : 230 V, 50-60 Hz

i. Ukuran dimensi : 1 620 x 1 000 x 1 100 mm

Bahan Baku

Bahan baku dari usaha pengolahan tanaman kumis kucing ini berupa daunnya yang diperoleh dari petani-petani skala kecil yang berada di wilayah Bogor. Petani-petani tersebut merupakan petani mitra yang bertugas sebagai pemasok dalam proses produksi daun kumis kucing bubuk. Untuk menghasilkan satu kilogaram daun Kumis kucing kering dibutuhkan 10 kgdaun basah (rendemen 10 persen). Disamping itu proses sortasi menyebabkan penyusutan bahan baku sebesar 5 persen. Sehingga kebutuhan bahan baku per bulan disajikan dalam Tabel berikut.

Tabel5 Kebutuhan bahan baku per bulan

Jumlah Satuan

Input

Daun Kumis kucing basah Penyusutan bahan baku (sortasi)

21 053 1 053

kg kg

Plastik kemasan

Kemasan sekunder (kardus)

200 40

Lembar Lembar

Output

Kumis kucing bubuk 2 000 kg

Perencanaan Tata Letak dan Lokasi

(42)

Gambar9 Tata letak bangunan usaha

Keterangan :

1 = Mesin Pengeringan (Vacuum Cabinet Drier) 2 = Mesin Penggilingan Kering (Diskmill)

3 = Mesin Pengemasan Vakum (Vacuum packaging)

Pemilihan lokasi produksi dan pergudangan yang untuk menjalankan bisnis ini adalah di sekitar Jln. KH.Sholeh Iskandar (jalan Baru)Bogor. Alasan memilih lokasi ini adalah letaknya yang strategis, akses yang mudah, terletak di jalan utama Bogor. Akses yang mudah ini, meningkatkan efisiensi waktu menuju Jakarta karena letaknya yang dekat dengan pintu Tol Sentul/ Jagorawi.

Proses Produksi

(43)

Gambar 9 Diagram alir pengolahan Kumis kucing bubuk

Keterangan :

1. Penyortiran awal (segar)

Daun kumis kucing dari hasil panen secepatnya dilakukan penyortiran supaya mutunya tetap terjaga. Tanah atau kotoran, gulma yang menempel pada daun langsung dibersihkan, demikian juga bahan yang busuk dan rusak dengan yang baik harus segera dipisahkan.

Penyiapan Air Bersih Kumis kucing Segar Penyiapan Peralatan

Pengemasan & Pelabelan

Bubuk Kumis kucing Air Bersih

Penyortiran awal (segar)

Busuk, tanah, kerikil, benda

asing

Kotoran yang melekat Pencucian & Penirisan

Pengeringan

Penggilingan

Penyortiran akhir selain bubuk Benda asing

(44)

2. Pencucian dan Penirisan

Pencucian terhadap daun kumis kucing segera dilakukan untuk mencegah kontaminasi serta pembusukan yang dapat mempengaruhi mutunya. Sumber air untuk mencuci diharapkan berasal dari mata air, sumur ataupun PAM. Penggunaan air sungai tidak dianjurkan untuk menghindari terkontaminasi baik oleh bakteri E.coli ataupun patogen. Cara pencucian dapat dilakukan dengan penyemprotan bertekanan sedang dan dibantu dengan tangan. Penirisan/ pengeringan daun yang sudah dicuci bersih langsung ditiriskan menggunakan rak pengering dan ditempatkan dalam lapisan yang tipis. Rak pengering harus bersih, tidak berkarat dan tidak bereaksi dengan daun yang dijemur serta ditempatkan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung. Pengeringan cukup dengan cara diangin-anginkan dan dilakukan sampai airnya tidak tiris lagi.

3. Pengeringan

Daun kumis kucing kemudian dilakukan pengeringan dengan menggunakan alat vacuum cabinet dryer dengan suhu 50 hingga 60ºC selama satu hari.

4. Penggilingan kering

Daun kumis kucing yang telah dikeringkan kemudian dilakukan penggilingan kering dengan menggunakan alat diskmill untuk menghasilkan bubuk kumis kucing dengan tingkat kehalusan yang seragam.

5. Penyortiran Akhir

Bubuk daun kumis kucing yang dihasilkan kemudian di lakukan penyortiran untuk memisahkan dari benda asing yang mungkin terjadi selama proses penggilingan. Proses ini juga untuk memastikan kualitas daun Kumis kucing bubuk sesuai dengan standar mutu yang berlaku di pasar internasional. Setelah di sortasi kemudian ditimbang untuk dikemas.

6. Pengemasan dan Pelabelan

Bubuk daun kumis kucing yang telah melalui tahap pengolahan berupa pengeringam dan penggilingan kering kemudian dikemas. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan alat vacuum packaging untuk menghasilkan produk dengan kemasan kedap udara. Produk yang telah dikemas kemudian diberi label yang berisi tentang informasi produk, merek dagang, kode produksi, tanggal kadaluarsa, dan nama produsen.

7. Uji metal detektor

Produk kumis kucing bubuk yang telah dikemas kemudian dilakukan pengujian terhadap logam yang mungkin terdapat dalam produk

8. Penyimpanan

Gambar

Gambar1 Alur tata cara ekspor
Gambar2 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
gambar 5Mesin diskmill
Gambar7 Plastik kemasan vakum
+5

Referensi

Dokumen terkait