• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Vibrasi Pada Motor Bakar Diesel Untuk Condition Monitoring Dan Predictive Maintenance

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengujian Vibrasi Pada Motor Bakar Diesel Untuk Condition Monitoring Dan Predictive Maintenance"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA AKHIR

PENGUJIAN VIBRASI PADA MOTOR BAKAR DIESEL

UNTUK CONDITION MONITORING DAN

PREDICTIVE MAINTENANCE

UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN MEMPEROLEH GELAR SARJANA SAINS TERAPAN

Disusun Oleh:

M. SYAWAL TANJUNG

NIM : 025202011

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI

P R O G R A M D I P L O M A I V

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas nikmat dan

karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya akhir ini.

Karya akhir ini merupakan salah satu persyaratan guna menyelesaikan

pendidikan pada Departemen Teknik Mesin USU Jurusan Teknologi Mekanik

Industri Program Studi Diploma-IV. Adapun judul Karya Akhir ini adalah

“Analisis Sinyal Getaran Pada Penyangga Mesin Motor Bakar Diesel Dengan Variasi Beban”.

Dalam penyelesaian karya akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan

ini penulis menyampaikan penghargaan serta ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Ayahanda Samsul Bahri Tanjung dan Ibunda Hasmida Siregar, kakakku

tercinta Chica Maryani Tanjung, serta adikku tersayang Juliana Sari

tanjung dan M. Rizky Fahrizal Tanjung, terima kasih ananda haturkan

atas segala cinta dan kasihnya yang telah memberikan dukungan moril dan

materil serta do’anya demi kesuksesan ananda, juga ucapan terima kasih

kepada seluruh keluarga penulis.

2. Bapak Dr.-Ing. Ikhwansyah Isranuri, selaku Dosen Pembimbing Karya

Akhir yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, nasehat, sumber

inspirasi dan pelajaran berharga yang tidak hanya selama proses

(3)

4. Bapak Ir. Alfian Hamsi, MSc, selaku Ketua Departemen Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Ir. Mulfi Hazwi, MSc, selaku kordinator Program Studi

Diploma-IV.

6. Seluruh Staf Pengajar pada Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal pengetahuan

kepada penulis hingga akhir studi.

7. Seluruh Pegawai dan Asisten Laboratorium Pada Departemen Teknik

Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara atas bimbingan,

bantuan, kesempatan, dan dukungan selama ini.

8. Bapak Ir. Budi Priyanto, MM. Dan Bapak Ir. Endy Jusman, yang telah

menjadi tempat bertanya penulis di dunia maya.

9. Ir. Roni, Bang David, SH., Bang Benny, Amd. Mereka teman sekaligus

penasehat terbaik.

8. Seluruh teman-teman mahasiswa Jurusan Teknologi Mekanik Industri

USU, khususnya 2002, serta anggota “Research Center for Noise Control

and Knowledge-Based”, Irul, Eko dan M. Reza, Efrianda, Joy, Putra,

Daud, dan tentunya mereka merupakan rekan diskusi yang hebat sekalipun

sudah alumni, my bro M. Hamdani, dan yang terakhir salut penulis kepada

Vicka Astrianda yang manis yang selalu tersenyum merupakan ekspresi

keoptimisan yang selalu siap membantu apapun kapanpun dan dimanapun

penulis perlukan termasuk dalam penyelesaian penulisan Karya Akhir ini.

9. Semua pihak yang telah mendukung dalam menyelesaikan Karya Akhir ini

(4)

Arun” (Pak Budi, Abu Madi, Izal, Deki, dan Dedi) u are my best bro,

special thanks for bro yang tergabung dalam “Kamboja FC”.

Akhir kata semoga Karya Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua

dan dapat dilanjutkan oleh rekan-rekan mahasiswa lain.

Medan, November 2007

(5)

DAFTAR ISI

Hal:

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

DAFTAR NOTASI xv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. LATAR BELAKANG 1

1.2. TUJUAN DAN MANFAAT 3

1.3. BATASAN MASALAH 5

1.4. METODOLOGI 5

1.5. SISTEMATIKA PENULISAN 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

2.1. KLASIFIKASI POMPA 9

2.2. MOTOR BAKAR DIESEL 12

2.3. PARAMETER PENENTU PRESTASI MOTOR

BAKAR DIESEL 13

2.3.1. Torsi dan Daya 13

2.3.2. Konsumsi bahan bakar spesifik ( sfc) 14

2.3.3. Perbandingan udara bahan bakar (AFR) 15

(6)

2.3.5. Effisiensi thermal brake 16

2.3.6. Timing Penyemprotan Bahan Bakar 17

2.4.BAHAN BAKAR DIESEL 18

2.5.PEMBAKARAN PADA MOTOR BAKAR DIESEL 21

2.6.GRAFIK PRESTASI 22

2.7.GETARAN MEKANIS 23

2.7.1. Gerak Harmonik 23

2.7.2. Getaran Bebas 25

2.7.3. Persamaan Gerakan 26

2.7.4. Getaran Paksa 28

2.7.5. Getaran Torsi 34

2.8.GETARAN PADA MESIN 36

2.9. PENGOLAHAN DATA VIBRASI 39

2.9.1. Data Domain Waktu (Time Domain) 39

2.9.2. Data Domain Frekuency (Frekuency domain) 40

BAB III PENGUKURAN VIBRASI, SPESIMEN & ALAT PENDUKUNG

YANG DIGUNAKAN 42

3.1. PENENTUAN KONDISI PENGUKURAN 42

3.1.1.Motor Diesel 42

3.1.2. Dynamometer 43

3.1.3.Alat Instrumen Pendukung 43

3.1.4. Spesifikasi Vibrometer 44

3.2. PENENTUAN POSISI DAN TITIK PENGUKURAN 46

(7)

3.3.1. Persiapan Tabel Data Pengukuran Vibrasi 48

3.3.2. Setting Instrumen 49

3.3.3. Prosedur Pengukuran Sinyal Vibrasi 49

BAB IV ANALISA DATA HASIL PENGUKURAN 53

4.1. PENGUKURAN PADA POINT-01 55

4.1.1. Hasil Pengukuran Pada Putaran 1500 rpm 55

4.1.2. Hasil Pengukuran Pada Putaran 2000 rpm 59

4.1.3. Hasil Pengukuran Pada Putaran 2500 rpm 62

4.2. PENGUKURAN PADA POINT-02 65

4.2.1. Hasil Pengukuran Pada Putaran 1500 rpm 65

4.2.2. Hasil Pengukuran Pada Putaran 2000 rpm 68

4.2.3. Hasil Pengukuran Pada Putaran 2500 rpm 71

4.3. PENGUKURAN PADA POINT-03 74

4.3.1. Hasil Pengukuran Pada Putaran 1500 rpm 75

4.3.2. Hasil Pengukuran Pada Putaran 2000 rpm 77

4.3.3. Hasil Pengukuran Pada Putaran 2500 rpm 80

4.4. PENGUKURAN PADA POINT-04 83

4.4.1. Hasil Pengukuran Pada Putaran 1500 rpm 84

4.4.2. Hasil Pengukuran Pada Putaran 2000 rpm 87

4.4.3. Hasil Pengukuran Pada Putaran 2500 rpm 90

4.5. PERUBAHAN AMPLITUDO 93

4.6. HUBUNGAN FREKUENSI TERHADAP SIMPANGAN 94

4.7. HUBUNGAN FREKUENSI TERHADAP KECEPATAN 97

(8)

4.9. PERHITUNGAN GETARAN PADA SISTEM 104

4.10.REKAPITULASI HASIL 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 111

5.1. KESIMPULAN 111

5.2. SARAN 113

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi sebagai pendukung kelengkapan sistem

trasportasi menjadi suatu hal tersendiri dalam penyempurnaan dan pendesainan

mesin diesel agar menjadi lebih baik serta inovatif di dalam kemajuan yang

berkenaan dengan sistem pendukung transportasi. Kemajuan ini juga akan

memperpanjang umur ekonomis mesin diesel maupun kehandalan mesin diesel

dalam operasinya dengan mempertimbangkan perancangan dari fondasi mesin

(machine foundation) diesel tersebut, yang di dukung oleh kondisi profil

machine-based sebagai faktor terintegrasi dengan kondisi vibrasi pada saat mesin

beroperasi, terkhusus disini kepada tipe fondasi mesin yang dipasangkan kepada

poros mesin diesel itu sendiri di duga mempengaruhi karakteristik vibrasi yang

ditimbulkan mesin diesel, dimana hal ini juga menjadi sebuah kontroversi yang

timbul dilapangan bahwa vibrasi yang terjadi pada mesin diesel sering dijadikan

penyebab utama dari ketidakstabilan kendaraan yang mengunakan mesin diesel.

Sementara itu vibrasi pada mesin diesel yang tidak tepat dapat

mengakibatkan gelombang elastis pada seluruh komponen mesin diesel, hal itu

sendiri juga bisa merambat pada struktur bodi kendaraan dan juga menimbulkan

efek merugikan yang terjadi di dalam kenyamanan pengendaranya. Jangkauan

efek lainnya juga menimbulkan gangguan serius pada kondisi kerja peralatan yang

sensitif, bahkan dapat menimbulkan kerusakan struktur disekitarnya. Oleh karena

(10)

diperlukan suatu tindakan penelitian agar dapat meminimalisir itu semua dan juga

dapat memberikan suatu kontribusi kepada industri tentang perawatan yang lebih

baik diantara beberapa jenis yang perawatan mesin yang kita ketahui sering

dipakai pada umumnya untuk dapat lebih memperpanjang umur pakai mesin

diesel itu sebanyak satu tingkat. Dalam hal ini peneliti menggunakan mesin diesel

yang ada pada laboratorium motor bakar dengan memprediksikan adanya vibrasi

disekeliling konstruksi landasan mesin, struktur, maupun kelengkapannya.

Prinsip-prinsip vibrasi sebagai prinsip dasar dalam meneliti mesin diesel

yang cocok untuk landasan pada mesin diesel standart ini merupakan prinsip

analisis yang paling sesuai namun masih langka dijadikan sebagai parameter

untuk melihat kinerja mesin secara optimum dengan umur pakai yang lebih lama,

mengingat sebuah prinsip bahwa mesin yang menghasilkan momen poros yang

besar memberikan momen reaksi yang sama besar pada landasan mesin, misalnya

pada chasis atau badan kendaraan bermotor, atau pada lantai untuk mesin

stasioner. Setiap mesin atau hal apapun yang telah melakukan gerakan dinamis

dengan frekuensi dan waktu tertentu maka bisa dipastikan pada mesin atau benda

itu akan terjadi vibrasi, besar-kecilnya vibrasi yang timbul pada sebuah sistem

sangat mempengaruhi kelayakan, kinerja optimum dan umur pakai dari sistem itu

sendiri. Hal inilah yang menjadi latar belakang mengapa penulis melakukan riset

(11)

1.2. Tujuan dan Manfaat

Penulisan karya akhir ini dilaksanakan untuk beberapa tujuan dan manfaat

yang ingin dicapai setelah terlaksana dan dilaluinya tahapan-tahapan yang ada

dengan baik.

1.2.1. Tujuan A. Tujuan Umum

1. Melakukan pengujian Vibrasi pada motor bakar diesel untuk

memonitor kondisi dan perilaku predictive maintenance.

B. Tujuan Khusus

1. Mampu menggunakan Vibrometer untuk mengukur dan

mengidentifikasi sinyal vibrasi pada landasan mesin pada mesin

diesel.

2. Mampu memahami makna grafis hasil pengukuran sinyal vibrasi

setiap dilakukan pengukuran.

3. Mampu menginterpretasikan makna grafik hasil pengolahan dari data

hasil pengukuran sinyal vibrasi yang telah dilakukan pada objek

pengukuran.

4. Dapat memberikan solusi kepada industri tentang pemilihan

perawatan (maintenance) yang lebih baik diantara beberapa

perawatan (maintenance) yang sering dipakai pada umumnya untuk

(12)

5. Diperolehnya karakteristik getaran dan kondisi kerja mesin diesel

yang optimum berdasarkan sinyal getaran yang ditimbulkan mesin

diesel yang terjadi pada landasan mesinnya..

6. Diketahuinya perbandingan pengaruh dan perilaku vibrasi dari

penggunaan landasan mesin terhadap kinerja mesin diesel.

7. Diperolehnya verifikasi data antara hasil pengukuran dan analisa

teoritis getaran mekanis.

8. Diketahuinya pengaruh dan prilaku vibrasi sehubungan dengan

alternatif solusi (berupa tindakan praktis/sederhana) dengan

melakukan pemilihan serta pemakaian yang tepat.

9. Dapat memberikan masukan bagi pihak industri yang menggunakan.

1.2.2. Manfaat

Ada beberapa manfaat yang ingin dicapai dari sistem mesin diesel ini,

antara lain:

1. Sehubungan dengan predictive maintenance, sinyal vibrasi dapat

dimanfaatkan untuk mendeteksi dan memantau kondisi mesin

(condition monitoring), terutama pada sistem mesin diesel.

2. Hasil (result) dari respon sinyal vibrasi dapat diolah sehingga

mampu memberikan informasi perkembangan mesin dan dianalisis

(13)

1.3. Batasan Masalah

Mesin diesel ini dibaut pada base plate baja, dimana base plate ini

disatukan antara mesin diesel dan torsion bar yang dihubungkan dengan sebuah

propeller, mesin ini direncanakan akan dioperasikan pada putaran 2000 rpm,

dengan pembebanan yang bervariasi, yaitu 5 kg, 10 kg dan 15 kg.

Pengukuran vibrasi pada alat pengujian ini hanya akan dilakukan pada

landasan mesin. Selanjutnya akan dilakukan penyelidikan kondisi vibrasinya

dengan mengatur putaran dan pembebanan. Pada saat percobaan dilakukan pada

variabel putaran mesin, pembebanan yang diberikan akan tetap yaitu 5 kg. Dan

untuk variabel pembebanan yang bervariasi digunakan putaran yang tetap 2000

rpm. Hal ini dilakukan agar mendapat bentuk karakteristik vibrasi pada mesin

diesel tersebut.

Sementara itu, untuk analisa secara teoritis system yang dianalisis dibatasi

hanya sampai kepada landasan mesin, yang mengalami pembebanan arah aksial

akibat putaran mesin diesel.

1.4. Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam meneliti landasan mesin untuk instalasi

mesin diesel, secara garis besar adalah sebagai berikut :

1. Penentuan titik-titik pengukuran pada base plate Mesin diesel, dalam hal

ini diambil empat titik yang selanjutnya disebut titik P-01 dan P-02, P-03,

P-04. Penentuan arah-arah (directions) pengukuran respon sinyal vibrasi

yang akan dilakukan terhadap base plate, yakni arah aksial, vertikal dan

(14)

2. Melakukan setting Vibrometer sebagai instrumen pengukur sebelum

melakukan pengukuran terhadap respon sinyal vibrasi pada base plate.

3. Penentuan kondisi pengukuran terhadap perubahan kecepatan putaran

dengan mengatur kondisi trhotle valve dan pembebanan dengan mengatur

control pembebanan yang ada pada motor diesel.

4. Pengambilan/pencatatan data hasil pengukuran pada tabel yang sudah

ditentukan formatnya.

5. Pengolahan data hasil pengukuran dalam bentuk grafik dengan software

pengolah data untuk selanjutnya menginterpretasikan makna grafik yang

ditampilkan mengenai kondisi sinyal vibrasi hasil pengukuran vibrasi pada

base plate.

6. Melakukan analisa secara teoritis system motor diesel yang selanjutnya

akan dibandingkan dengan data hasil pengukuran.

1.5. Sistematika Penulisan

Karya akhir ini ditulis dalam enam bab, dimana untuk setiap babnya dibagi

dalam beberapa sub-bab. Pendahuluan berada dalam bab I yang menjelaskan latar

belakang, tujuan yang ingin dicapai, batasan masalah, metodologi, sistematika

penulisan dan diagram alir penelitian dalam tugas karya akhir ini. Pada bab II

dijabarkan beberapa landasan teori yang praktis dan aplikatif tentang kinerja

motor diesel, transmisi daya dan penumpu mesin, dan teknik-teknik pengukuran

vibrasi dengan analisis data frequency domain dan time domain. Bab III berisikan

tentang pengukuran vibrasi, alat dan bahan pendukung motor diesel, bab ini

(15)

sinyal vibrasi pada motor diesel. Pada bab IV analisa data hasil pengukuran

dengan melakukan interpretasi grafik dari tabulasi data vibrasi yang sudah

direkapitulasikan dan dilengkapi dengan perhitungan amplitudo untuk tiap-tiap

kondisi pengukuran. Pada bab V analisa teoritis getaran mekanis dimana hasilnya

akan dibandingkan dengan data hasil pengukuran yang diperoleh. Kesimpulan dan

saran terhadap interprestasi yang dilakukan pada kondisi vibrasi yang terjadi

(16)

- Motor Diesel - Landasan mesin

DIESEL ENGINE

- Displacement - Velocity - Acceleration

Opsi Pengukuran Vibrasi

- Tabulasi Hasil Pengukuran - Pengolahan Grafis dengan

Software Pengolah Data

Data Vibrasi

- Interpretasi Kondisi Vibrasi - Kesimpulan

- Rekomendasi

Lokasi Titik Pengukuran

- Base Plate Motor Diesel

Arah Pengukuran

- Vertikal - Aksial - Horizontal

Konfigurasi Pengukuran

- Titik-titik yang Dianggap Penting

- Komponen Titik-titik yang Diamati

- Arah vertikal, Aksial, dan Horizontal

Instrumentasi

Vibrometer Analog, VM-3314A, Buatan IMC Corporation, Japan. - Point ; P-01 & P-02,P-03,

P-04

Karakteristik Vibrasi

- Setting Vibrometer - Frequency Domain

Prosedur Pengukuran

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Peranan motor bakar dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat

dewasa ini mengakibatkan cara-cara perawatan mesin secara konvensional

menjadi tidak memadai lagi. Tuntutan akan keadaaan yang semakin tinggi

terhadap motor-motor tersebut agar selalu siap dipakai dan tidak mengalami

kerusakan pada saat digunakan memerlukan cara perawatan yang dapat

mengantaisipasi kemungkinan terjadinya kegagalan dikemudian hari. Salah satu

cara perawatan yang lebih efektif dan efesien ialah perawatan prediktif berdasar

pemantauan kesehatan mesin berbasis analisa sinyal getaran. Untuk menerapkan

cara perawatan ini perlu dikenali ciri sinyal getaran yang dibangkitkan oleh

komponen makanik mesin diesel, terutama crank train (engkol, batang hubung,

piston) dan valve train, baik dalam keadaan normal maupun yang dalam keadaan

tidak normal atau rusak. Dengan demikian, hasil analisis sinyal getaran dapat

dipakai untuk melakukan diagnosis dan prediksi.

Getaran yang terjadi pada mesin dibangkitkan oleh berbagai komponen

dan proses yang terjadi didalam nya dan berpengaruh terhadap beban yang

diterima oleh mesin itu sendiri. Getaran yang terjadi dari berbagai sumber tersebut

akan bergabung menjadi satu pada alat ukur nya.

2.1. Klasifikasi Dari Motor Bakar Torak

Pada motor bakar torak tidak terdapat proses perpindahan kalor dari gas

(18)

sedikit daripada komponen mesin uap.Motor bakar torak lebih sederhana, lebih

kompak, dan lebih ringan bila dibandingkan dengan mesin uap. Karena itu pula

penggunaan motor bakar torak di bidang transportasi sangat menguntungkan.

Disamping itu temperatur seluruh bagian mesinnya jauh lebih rendah dari pada

temperatur gas pembakaran yang maksimum sehingga motor bakar torak lebih

efisien daripada mesin uap. Namun demikian hal itu bukan berarti mesin uap tidak

memiliki kelebihannya sendiri.

Motor bakar torak terbagi menjadi dua jenis utama yaitu motor bakar

bensin dan motor bakar diesel. Perbedaan yang utama dari kedua mesin tersebut

terletak pada system penyalaannya, dimana bahan bakar pada motor bakar bensin

dinyalakan oleh loncatan api listrik diantara kedua elektroda busi (Spark Ignition

Engine). Didalam motor diesel, yang biasa juga disebut Compression Ignition

Engines, terjadi proses penyalaan sendiri, yaitu karena bahan bakar disemprotkan

ke dalam silinder berisi udara yang bertemperatur dan bertekanan tinggi. Bahan

bakar tersebut terbakar sendiri oleh udara, yang mengandung 21% volume O2,

setelah temperatur campuran melampaui temperature nyala bahan bakar.

Tabel 2.1 Beberapa ukuran pembanding antara motor bakar bensin dan solar

Parameter Motor Bensin Motor Diesel

Daya efektif, Ne (PS) 1,5 – 1500 - 40000

Kecepatan poros (rpm) 2500 – 14500 110 – 4200

Perbandingan kompresi, r 6 -12 12 – 25

Tekanan efektif rata-rata

Pe rata-rata (kg/PS)

(19)

Pemakaian bahan bakar

spesifik, Be (kg/PS.jam)

0,200 – 0,220 0,140 – 0,180

Diameter silinder, D (mm) 25 – 165 80 – 1050

Kecepatan torak rata-rata,

c (m/detik)

7 – 22 5 – 15

Berat mesin, kg/PS 0,30 – 2,50 2,75 – 33,50

Efesiensi mekanik, m 0,70 – 0,85 0,70 – 0,90

Sumber : W. Arismunandar, Motor Bakar Torak halaman 36

Motor bakar torak juga dapat digolongkan berdasarakan susunan silinder

(20)

(a) (b)

Gambar2.2 Siklus 2 langkah dan siklus 4 langkah

Motor bakar torak juga dapat diklasifikasikan berdasarkan siklus kerja dari

torak(piston) yaitu siklus 4 langkah dan siklus 2 langkah. Dimana siklus 4 langkah

bekerja dengan mengerakan torak sebnyak dua kali putaran poros engkol akan

mengahasilkan satu kali langkah usaha. Sedangkan siklus 2 langkah bekerja

dengan siklus dua kali jumlah siklus motor 4-langkah,untuk putaran yang sama.

Karena itu pada putaran poros dan ukuran serta jumlah silinder yang sama, motor

2- langkah dapat menghasilkan daya 2 kali daya motor 4-langkah dengan tekanan

efektif rata-rata yang sama.

2.2. Motor Bakar Diesel

Mesin diesel adalah jenis khusus dari mesin pembakaran dalam.

Karakteristik utama dari mesin diesel yang membedakannya dari motor bakar

yang lain terletak pada metode penyalaan bahan bakarnya. Dalam mesin diesel

bahan bakar diinjeksikan kedalam silinder yang berisi udara bertekanan tinggi.

(21)

sehingga ketika bahan bakar yang berbentuk kabut halus bersinggungan dengan

udara panas ini, maka bahan bakar akan menyala dengan sendirinya tanpa bantuan

alat penyala lain. Karena alasan ini mesin diesel juga disebut mesin penyalaan kompresi

(Compression Ignition Engines).

Gambar 2.3 Assymbling motor diesel

2.3. Paramater Penentu Prestasi Motor Diesel 2.3.1. Torsi dan daya

Torsi yang dihasilkan suatu mesin dapat diukur dengan menggunakan

dynamometer yang dikopel dengan poros output mesin. Oleh karena sifat

dynamometer yang bertindak seolah–olah seperti sebuah rem dalam sebuah

mesin, maka daya yang dihasilkan poros output ini sering disebut sebagai daya

rem (Brake Power).

B

P = n T

60 . . 2

(22)

dimana : PB = Daya keluaran (Watt).

N = Putaran mesin (rpm).

T = Torsi (N.m).

2.3.2. Konsumsi bahan bakar spesifik (specific fuel consumption, sfc)

Konsumsi bahan bakar spesifik adalah parameter unjuk kerja mesin yang

berhubungan langsung dengan nilai ekonomis sebuah mesin, karena dengan

mengetahui hal ini dapat dihitung jumlah bahan bakar yang dibutuhkan untuk

menghasilkan sejumlah daya dalam selang waktu tertentu.

Bila daya rem dalam satuan kW dan laju aliran massa bahan bakar dalam

satuan kg/jam, maka :

Sfc =

B f

P x

m 3

.

10

... (2.2)

dimana : Sfc = konsumsi bahan bakar spesifik (g/kW.h).

= laju aliran bahan bakar (kg/jam).

.

f m

Besarnya laju aliran massa bahan bakar ( ) dihitung dengan persamaan

berikut :

.

f m

3600 10

.

. 3

x t

V sg m

f f f f

 ... (2.3)

dimana : sgf = spesific gravity (dari tabel 2.1).

Vf = volume bahan bakar yang diuji (dalam hal ini 100 ml).

f

t = waktu untuk menghabiskan bahan bakar sebanyak volume uji

(23)

2.3.3. Perbandingan udara bahan bakar (AFR)

Untuk memperoleh pembakaran sempurna, bahan bakar harus dicampur

dengan udara dengan perbandingan tertentu. Perbandingan udara bahan bakar ini

disebut dengan Air Fuel Ratio (AFR), yang dirumuskan sebagai berikut :

AFR =

. .

f a

m m

... (2.4)

dengan : ma = laju aliran masa udara (kg/jam).

Besarnya laju aliran massa udara (ma) juga dapat diketahui dengan

membandingkan hasil pembacaan manometer terhadap kurva viscous flow meter

calibration. kurva kalibrasi ini dikondisikan untuk pengujian pada tekanan udara

1013 mb dan temperatur 20 0C, oleh karena itu besarnya laju aliran udara yang

diperoleh harus dikalikan dengan faktor koreksi (Cf) berikut :

f

C = 3564 x Pa x

5 , 2

) 114 (

a a

T

T

…….. (2.5)

Dimana : Pa = tekanan udara (Pa)

Ta = temperatur udara (K)

2.3.4. Effisiensi volumetris

Jika sebuah mesin empat langkah dapat menghisap udara pada kondisi

isapnya sebanyak volume langkah toraknya untuk setiap langkah isapnya, maka

itu merupakan sesuatu yang ideal. Namun hal itu tidak terjadi dalam keadaan

sebenarnya, dimana massa udara yang dapat dialirkan selalu lebih sedikit dari

perhitungan teoritisnya. Penyebabnya antara lain tekanan yang hilang (losses)

(24)

memasuki silinder mesin. Efisiensi volumetrik (v) dirumuskan dengan

persamaan berikut :

v  =

rak langkah to olume

sebanyak v udara

Berat

terisap yang

segar udara Berat

... (2.6)

Berat udara segar yang terisap =

n ma 2 . 60

.

... (2.7)

Berat udara sebanyak langkah torak = a. Vs... (2.8)

Dengan mensubstitusikan persamaan diatas, maka besarnya effisiensi

volumetris :

v  =

n ma

. 60

. 2

.

.

s a.V

1

 ... (2.9)

dengan : a = kerapatan udara (kg/m3)

s

V = volume langkah torak = 230 x 10-6 (m3). [spesifikasi mesin]

Diasumsikan udara sebagai gas ideal, sehingga massa jenis udara dapat

diperoleh dari persamaan berikut :

a  =

a a T R

P

. ………… (2.10)

Dimana : R = konstanta gas (untuk udara = 287 J/ kg.K)

2.3.5. Effisiensi thermal brake

Kerja berguna yang dihasilkan selalu lebih kecil dari pada energi yang

dibangkitkan piston karena sejumlah energi hilang akibat adanya rugi–rugi

(25)

maksimum yang dapat dihasilkan dari pembakaran sejumlah bahan bakar.

Efisiensi ini sering disebut sebagai efisiensi termal brake (brake thermal

efficiency, b).

b  =

masuk yang

panas Laju

aktual keluaran Daya

...(2.11)

Laju panas yang masuk Q, dapat dihitung dengan rumus berikut :

Q = . LHV ...(2.12)

.

f m

dimana, LHV = nilai kalor bahan bakar (kJ/kg)

Jika daya keluaran ( ) dalam satuan kW, laju aliran bahan bakar dalam

satuan kg/jam, maka :

B P

.

f m

b  =

LHV m

P

f B

.

. . 3600 ...(2.13)

2.3.6. Timing Penyemprotan Bahan Bakar

Timing penyemprotan sangat berpengaruh pada kualitas pembakaran.

Sudut penyemprotan yang semakin awal akan menyebabkan laju kenaikan

tekanan pembakaran semakin cepat, hal ini membuat semakin awal sudut

penyemprotan semakin tinggi tekanan pembakaran dalam silinder.Jika timing

penyemprotan terlambat, maka waktu yang dibutuhkan bahan bakar untuk

terbakar menjadi sempit, bahan bakar dapat terbakar di knalpot atau saluran

exhaust, hal ini yang sering menyebabkan pipa exhaust membara karena tinggi

(26)

prestasi motor diesel.Gambar 1 menunjukkan profil pembakaran dalam ruang

bakar pada beberapa sudut penyemprotan.

Keterangan Gambar 1

BTC : Before Top Death Centre (sebelum TMA)

ATC : After Top Death Centre (sesudah TMA)

Gambar 2.4 Profil Tekanan Pembakaran Pada Berbagai Sudut Penyemprotan

2.4. Bahan Bakar Diesel

Penggolongan bahan bakar mesin diesel berdasarkan jenis putaran

mesinnya, dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

(27)

ini yang biasa disebut sebagai bahan bakar diesel yang biasanya digunakan untuk

kendaraan bermotor.

2. Industrial Diesel Oil, yaitu bahan bakar yang digunakan untuk mesin-mesin yang mempunyai putaran mesin kurang atau sama dengan 1000 rpm, biasanya

digunakan untuk mesin-mesin industri. Bahan bakar jenis ini disebut minyak

diesel.

Di Indonesia, bahan bakar untuk kenderaan motor jenis diesel umumnya

menggunakan solar yang diproduksi oleh PT. PERTAMINA dengan karakteristik

seperti pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Karakteristik mutu solar

L I M I T S TEST METHODS NO P R O P E R T I E S

Min Max I P A S T M

1. Specific Grafity 60/60 0C 0.82 0.87 D-1298

2. Color astm - 3.0 D-1500

3. Centane Number or

Alternatively calculated Centane

Index

45

48

-

-

D-613

4. Viscosity Kinematic at 100 0C cST

or Viscosity SSU at 100 0C secs

1.6

35

5.8

45

D-88

5. Pour Point 0C - 65 D-97

6. Sulphur strip % wt - 0.5

D-1551/1552

(28)

8. Condradson Carbon Residue %wt - 0.1 D-189

9. Water Content % wt - 0.01 D-482

10. Sediment % wt - No.0.01 D-473

11. Ash Content % wt - 0.01 D-482

12. Neutralization Value :

- Strong Acid Number mgKOH/gr

-Total Acid Number mgKOH/gr

-

-

Nil

0.6

13. Flash Point P.M.c.c 0F 150 - D-93

14. Distillation :

- Recovery at 300 0C % vol 40 - D-86

(29)

2.5 Pembakaran Pada Motor Bakar Diesel

Pembakaran adalah reaksi kimia, yaitu elemen tertentu dari bahan bakar

setelah dinyalakan dan digabungkan dengan oksigen akan menimbulkan panas

sehingga menaikkan suhu dan tekanan gas. Elemen mampu bakar (combustable)

yang utama adalah karbon (C) dan hidrogen (H), elemen mampu bakar yang lain

namun umumnya hanya sedikit terkandung dalam bahan bakar adalah sulfur (S).

Oksigen yang diperlukan untuk pembakaran diperoleh dari udara yang merupakan

campuran dari oksigen dan nitrogen.

Nitrogen (N) adalah gas lembam dan tidak berpartisipasi dalam

pembakaran. Selama proses pembakaran, butiran minyak bahan bakar dipisahkan

menjadi elemen komponennya yaitu hidrogen dan karbon dan masing-masing

bergabung dengan oksigen dari udara secara terpisah. Hidrogen bergabung dengan

oksigen untuk membentuk air dan karbon bergabung dengan oksigen menjadi

karbon dioksida. Jika oksigen yang tersedia tidak cukup, maka sebagian dari

karbon akan bergabung dengan oksigen dalam bentuk karbon monoksida.

Proses pembakaran dalam silinder juga terjadi secara berangsur–angsur,

dimana awal proses pembakaran terjadi relatif pada temperatur yang lebih rendah

dan laju pembakarannyapun akan semakin lama akan bertambah cepat. Hal itu

disebabkan pembakaran berikutnya terjadi pada temperatur yang lebih tinggi.

2.6. Getaran Mekanis

Sistem teknik mengandung massa dan elastisitas yang mampu bergerak

secara relatif. Apabila gerakan sistem berulang dalam interval waktu tertentu

(30)

getaran merupakan bentuk energi sisa dan pada berbagai kasus tidak diinginkan.

Khususnya pada mesin-mesin; karena getaran menimbulkan bunyi, merusak

bagian mesin dan memindahkan gaya yang tidak diinginkan dan menggerakkan

benda yang didekatnya.

2.6.1. Gerak harmonik

Gerak osilasi dapat berulang secara teratur dan dapat juga sangat tidak

teratur. Jika gerak tersebut berulang dengan selang waktu yang sama , maka

gerak disebut gerak periodik. Waktu pengulangan  disebut perioda osilasi, dan

kebalikannya, f = 1/, disebut frekuensi. Jika gerak dinyatakan dalam fungsi

waktu x(t), maka setiap gerak periodik harus memenuhi hubungan (t) = x(t + ).

Bentuk gerak periodik yang paling sederhana adalah gerak harmonik. Gerak

harmonik sering dinyatakan sebagai proyeksi suatu titik yang bergerak melingkar

dengan kecepatan tetap kepada suatu garis lurus, seperti terlihat pada gambar 2.6.

Dengan kecepatan sudut garis op sebesar , perpindahan simpangan x dapat

ditulis sebagai :

(31)

Gambar 2.6 Gerak harmonik sebagai proyeksi suatu titik yang bergerak pada

lingkaran. A

A sin t

t x

P

A

= t O

Besarnya  biasanya diukur dalam radian/detik dan disebut frekuensi

lingkaran. Karena gerak berulang dalam 2 radian, maka didapatkan hubungan:

f

 

  2 2 ... (2.5)

Dengan  dan f adalah perioda dan frekuensi gerak harmonik, biasanya diukur

dalam detik dan siklus per detik. Kecepatan dan percepatan gerak harmonik dapat

diperoleh secara mudah dengan diferensiasi persamaan 2.6, dengan menggunakan

notasi titik untuk turunannya maka didapat :

   

   

2 sin

cos   

A t A t

x ...(2.6)

 

  

A t A t

x 2 sin 2 sin

 ... (2.7)

Kecepatan dan percepatan juga harmonik dengan frekuensi osilasi yang

sama, tetapi mendahului simpangan berturut-turut dengan /2 dan  radian.

Gambar 2.8 menunujukkan baik perubahan waktu maupun hubungan fasa vektor

antara simpangan, kecepatan dan percepatan pada gerak harmonik.

x x2

(32)

sehingga dalam gerak hrmonik, percepatan adalah sebanding dengan

simpangan dan arahnya menuju titik asal. Karena Hukum Newton Kedua

untuk gerak menyatakan bahwa percepatan sebanding dengan gaya, maka

gerak harmonik dapat diharapkan pada sistem dengan pegas linier dengan

gaya bervariasi sebagai kx.

x

t

.

x

t

..

x

[image:32.595.113.524.221.459.2]

t

Gambar 2.7 Dalam gerak harmonik, kecepatan dan percepatan mendahului

simpangan dengan /2 dan . x

2.6.2. Getaran Bebas

Getaran bebas terjadi jika sistem berosilasi karena bekerjanya gaya yang

ada dalam sistem itu sendiri (inherent), dan jika tidak ada gaya luar yang bekerja.

Sistem yang bergetar bebas akan bergetar pada satu atau lebih frekuensi

naturalnya, yang merupakan sifat sistem dinamika yang dibentuk oleh distribusi

(33)

2.6.3. Persamaan Gerakan

Dalam mengurangi efek getaran, salah satu pendekatannya yaitu

melakukan studi lengkap terhadap persamaan gerakan sistem yang ditinjau.

Sistem diidelisasikan dan disederhanakan dengan terminologi massa, pegas dan

dashpot, yang berturut-turut menyatakan benda, elastisitas dan gesekan sistem.

Kemudian persamaan gerakan (equation of motion), menyatakan perpindahan

sebagai fungsi waktu atau akan memberikan jarak kedudukan massa sesaat selama

gerakannya dan kedudukan kesetimbangannya. Kemudian dari persamaan gerakan

diperoleh sifat penting sistem getaran yaitu frekuensi pribadi (natural frequency).

Hukum Newton kedua adalah dasar pertama untuk meneliti gerak sistem.

Seperti yang ditunjukan dalam gambar 2.9, perubahan bentuk pegas pada posisi

kesetimbangan statik adalah Δ, dan gaya pegas kΔ adalah sama dengan gaya

gravitasi w yang bekerja pada massa m :

kΔ = w = mg ... (2.9)

dengan mengukur simpangan x dari posisi kesetimbangan statik, maka gaya-gaya

yang bekerja pada m adalah k(Δ + x) dan w. dengan x yang dipilih positif dalam

arah ke bawah, semua besaran (gaya, kecepatan, dan percepatan) juga positif

(34)

Posisi keseimbangan statik

Posisi tanpa

peregangan Δ

m m

w

x

k (Δ + x)

w

.. .

x

x k

[image:34.595.123.508.87.309.2]

m

Gambar 2.8 Sistem pegas massa dan diagram benda bebas

Sekarang hukum Newton kedua untuk gerak diterapkan pada massa m

)

( x

k w F x

m    ... (2.10)

Karena kΔ = w, diperoleh

kx x

m ... (2.11)

Persamaan 2.11 dapat dibentuk menjadi

m k x x

   

... (2.12)

Persamaan 2.12 identik dengan persamaan 2.8, maka diperoleh frekuensi natural

n dalam bentuk kecepatan sudut, yaitu:

m k

n

2

selanjutnya

m k n

(35)

Perioda natural osilasi dibentuk dari n τ = 2π, atau

m k

 2 ... (2.14)

Dan frekuensi naturalnya adalah

k m fn

  2

1 1

 ... (2.15)

2.6.4. Getaran Paksa

Getaran yang terjadi karena rangsangan gaya luar [F(t) = Fo sin t atau

Fo cos t] disebut getaran paksa. Jika rangsangan tersebut berosilasi, maka sistem

dipaksa untuk bergetar pada frekuensi rangsangan. Jika frekuensi rangsangan

sama dengan salah satu frekuensi natural sistem, maka akan didapat keadaan

resonansi, dan osilasi besar yang berbahaya mungkin terjadi. Kerusakan pada

struktur besar seperti jembatan, gedung atau sayap pesawat terbang, merupakan

kejadian menakutkan yang disebabkan resonansi. Jadi, perhitungan frekuensi

natural merupakan hal penting yang utama dalam permasalahan getaran.

Sebagai ilustrasi untuk menggambarkan getaran paksa ini kita dapat

meninjau sebuah sistem dengan satu derajat kebebasan yang mengalami redaman

karena kekentalan dan dirangsang olah gaya harmonik Fo sin t seperti pada

(36)

Gambar 2.9 Sistem yang teredam karena kekentalan dengan eksitasi harmonik.

k C

x

kx

.

x c

m

Fosin t m

Dari diagram benda bebas, persamaan differensial geraknya adalah :

t sin 

o F kx x c x

m   ... (2.16)

Solusi percamaan diferensial ini adalah

x = xa + xb ... (2.17)

dimana xa fungsi komplementer yang merupakan solusi persamaan diferensial

dengan sisi kanan dianggap nol dan xb solusi partikular yang memenuhi seluruh

persamaan diferensial dan yang tidak mengandumg konstanta sembarang apapun.

Fungsi komplementer diperoleh dengan menggunakan persamaan-persamaan

2.18, 2.19 atau 2.20, tergantung dari sistem redaman relatif terhadap harga kritis.

Untuk asumsi redaman relatif terhadap harga kritis (untuk asumsi redaman kecil),

fungsi komplementer diberikan oleh persamaan 3.19.

Untuk >1

xa = C1 e(- + 1

2

 ) t

+ C2 e(- - 1

2

 ) t

... (2.18)

untuk <1

xa = X e- t sin ( dt + Φ ... (2.19)

(37)

xa = (A + Bt) e- t ... (2.20)

kondisi awal diberikan oleh xo = A dan xo = B - A untuk t = 0. Konstanta A dan

B ditentukan dengan cara sebagai berikut. Waktu t’ dengan x = 0 diberikan oleh :

t’ = - (A/B)

waktu t“ dengan x mencapai harga maksimum diambil dari x = 0 sehingga

t“ = B A

1

Persamaan 2.39 menunjukan bagian getaran bebas yang meluruh dengan

waktu dan akhirnya berhenti. Karena sifat ini, persamaan ini disebut solusi

transien yang terdapat pada tahap awal getaran atau pada saat pertama getaran

bebas sesudah gaya eksitasi berhenti bekerja.

Solusi partikular mewakili suatu getaran ketika gaya eksitasi masih

bekerja, karena itu disebut sebagai steady state. Solusi partikular harus berkurang

mendekati bentuk sin t. Karena X termasuk bagian dari persamaan diferensial,

maka dapat diasumsikan sebagai:

xb = M sin t + N cos t ... (2.21)

Bentuk ini mempunyai pola perbedaan fasa untuk getaran relatif terhadap gaya.

Kontanta M dan N ditentukan supaya persamaan diferensialnya memenuhi syarat.

Dengan mensubtitusikan solusi partikular ke persamaan diferensial ( pers. 2.21)

didapat:

-m 2 (M sin t + N cos t) + c (M cos t - N sin t)

+ k (M sin t + N cos t) = Fo sin t ... (2.22)

Dengan menyamakan koefisien sinus pada kedua sisi dan juga untuk bagian

kosinusnya akan didapat:

(38)

Harga M dan N didapat dengan mencari determinan dan menggunakan hukum

Cramer di dapat:

2 2 o 2 2 2 ) ( ) ( F c -N dan ; ) ( ) ( ) (   

  c k m c

m k F m k M o      

 ... (2.24)

Subtitusi trigonometri menjadikan persamaan 2.21 menjadi

xb = M2 N2 sin(t-) ... (2.25) Dimana

tan = -N/M

Subtitusi persamaan 2.24 ke dalam persamaan 2.25 menghasilkan

) -t ( sin ) ( )

(k m2 2 c 2  

F

xb o

 

 ... (2.26)

Dimana

tan = 2

  m k c

Persamaan 2.26 dapat ditulis menjadi

xb = X sin ( t- ) ... (2.27)

dan amplitudonya 2 2 2 ) ( )

(k mc

F

X o

 

 ... (2.28)

Solusi partikular (pers. 2.27) adalah bentuk getaran steady state dengan

amplitudo X. Getaran ini mempunyai frekuensi sama dengan gaya eksitasi tetapi

frasanya tertinggal sejauh atau berbeda waktu t’ yang dihitung sebagai

(39)

Baik amplitudo steady state X dan sudut fase tergantung dari faktor

redaman dan rasio frekuensi. Getaran yang lengkap dapat dituliskan sebagai :X

= X’ e- t sin ( dt + Φ) + X sin ( t – ) (untuk < 1) ... (2.30)

Persamaan-persamaan di atas selanjutnya dapat dinyatakan dalam besaran-besaran

berikut: redaman tanpa osilasi natural frekuensi   m k n

 ... (2.31)

kritis redaman

2  

n

c m

c  ... (2.32)

redaman faktor   c c c

 ... (2.33)

n c c k c c c k c   

2 ... (2.34)

 

n

r

 rasio frekuensi ... (2.35)

Persamaan 2.28 dapat dibentuk menjadi persamaan amplitudo dan fasa yang

nondimensional, yaitu: 2 2 2 2 1 1                          n n Fo Xk    ... (2.36) 2 1 2 tan           n n   

 ... (2.37)

Persamaan-persamaan ini menunujukan bahwa amplitudo nondimensional Xk/Fo

(40)

dan dapat digambarkan pada gambar 2.10. kurva-kurva ini menunjukan bahwa

faktor redaman mempunyai pengaruh yang besar terhadap amplitudo dan sudut

fasa pada daerah frekuensi dekat resonansi. Untuk nilai / n <<1, maka gaya

inersia dan gaya redaman adalah kecil dan mengahasilkan sudut fasa yang kecil.

Jadi besar gaya luar (Fo) adalah hampir sama dengan gaya pegas. Untuk / n

=1,0, maka sudut fasa adalah 90 0. Gaya inersia yang sekarang lebih besar

diimbangi oleh gaya pegas, sedangkan gaya luar mengatasi gaya redaman. Untuk

nilai / n >>1, sudut fasa mendekati 1800 dan gaya luar dipakai seluruhnya untuk

mengatasi gaya inersia yang besar.

Faktor

Redaman, ζ

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4 5

Rasio frekuensi

;

ω/ωn

Xk

/Fo

[image:40.595.128.496.336.626.2]

0 0,05 0,1 0,15 0,25 0,375 0,5 1

Gambar 2.10 Pengaruh faktor redaman terhadap amplitudo pada daerah frekuensi

(41)

Pengaruh redaman yang terpenting pada sistem yang bergetar adalah

membatasi amplitudo respons pada keadaan resonansi, redaman hanya

mempunyai pengaruh yang kecil terhadap respons di daerah frekuensi di luar

resonansi. Pada redaman karena kekentalan (redaman viskos), amplitudo pada

keadaan resonansi adalah :

n o c

F A

 ... (2.38)

Untuk jenis redaman yang lain, persamaan yang sesederhana itu tidak ada.

Namun, amplitudo resonansi dapat dikira-kira dengan mensubtitusi redaman

ekivalen cek pada persamaan di atas. Redaman ekivalen diperoleh dengan

menyamakan energi yang didisipasi oleh redaman viskos dengan energi yang

didisipasi oleh gaya redaman nonviskos dengan gerak harmonik yang

diasumsikan, dengan persamaan :

d

ek A W

c  2 

 ... (2.39)

Dengan Wd yang harus dihitung dari jenis gaya redaman yang lain tadi.

Pada percobaan oleh beberapa pengamat menunjukan bahwa untuk

kebanyakan logam struktural, seperti baja dan aluminium, energi yang didisipasi

per siklus, untuk selang frekuensi yang lebar, tidak tergantung pada frekuensi dan

sebanding dengan kuadrat amplitudo getaran. Redaman yang memenuhi

klasifikasi ini disebut redaman padat (solid damping) atau redaman

struktural.dengan energi yang didisipasi per siklus yang sebanding dengan kuadrat

(42)

2.6.5. Getaran Torsi

Getaran torsi banyak terjadi pada sistem-sistem pemesinan, seperti pada

poros engkol motor bakar. Dengan mempertimbangkan momen inersia massa

sebuah roda atau piringan Jo, yang dihubungkan pada sebuah batang vertikal

dengan diameter d, panjang L, dan modulus geser G. Ujung bagian atas batang

dalam keadaan terikat. Sistem ini akan mengalami getaran torsi terhadap sumbu

simetrinya (gambar 2.12). Konstanta pegas torsional batang diperoleh dari

hubungan antara momen torsi dan sudut puntir, sebagai berikut :

L G I kTp

x

L

[image:42.595.210.414.306.521.2]

Jo

Gambar 2.11 Getaran torsi.

Dimana kT adalah kekakuan puntir (torsional stiffness) didapat dari penurunan

rumus sebagai berikut :

   

P P

P

I G

T I

G T maka I

dA ana

dA G

dA G

(43)

L T I G T I G L T T T k k T I G L T L P P T T P               L I G k P

T  [5] ... (2.40)

dimana Ip adalah momen inersia polar bagian melintang batang dalam m4.

Persamaan gerak untuk gerak rotasi  dengan menggunakan Hukum Newton

untuk gerak rotasi terhadap pusat massa menjadi : [3]

T

o T k

J   atau JokT 0 ... (2.41)

Frekuensi pribadi adalah[9]

2 / 1 4 2 / 1 2 / 1 32                L J G d L J G I J k o o p o T n

 ... (2.42)

Momen inersia massa piringan yang berputar Jo adalah

Jo = 2 2 2

8 1 8 1 2 1 Wd g md

mr   ... (2.43)

Dengan

m : massa piringan (kg)

r : jari-jari priringan (m)

W : berat piringan (N)

2.7. Getaran Pada Mesin

Getaran pada mesin disebabkan gaya pemindahan yang dihasilkan dari

berbagai gaya yang tidak seimbang yang bekerja dalam mesin. Kalau semua gaya

dalam sebuah mesin mempunyai besar dan arah yang tetap, mesin dapat

diseimbangkan dengan mudah. Tetapi gaya didalam sebuah mesin berubah besar

dan arahnya, sehingga sulit untuk menyeimbangkannya. Masalah penyeimbangan

(44)

tertentu. Oleh karenanya, getaran mesin dapat terjadi karena gaya putar yang

tidak seimbang, gaya bolak-balik yang tidak seimbang, dan perubahan dalam

tekanan gas, gaya kelembaman dan momen puntir. Kalau gaya yang berubah-ubah

dalam mesin ini terjadinya pada kecepatan yang sama dengan getaran frekuensi

pribadi dari struktur mesin atau salah satu bagiannya, maka hasil keadaan

resonansi dapat memperbesar amplitudo getran sampai sedemikian besar sehingga

akan terjadi kerusakan yang gawat. Biasanya, frekwensi pribadi dari struktur

mesin dan bagian mesin jauh lebih tinggi daripada frekuensi dari gaya yang tidak

seimbang dalam mesin yang mungkin terjadi dalam keadaan operasi

normal.Adapun bagian-bagian mesin yang cenderung untuk menghasilkan getaran

serentak, atau “pick-up vibration”, adalah batang torak, roda gigi, crank shaft,

pegas katup, poros engkol dan penyangga mesin.

Getaran mesin sebagai suatu keseluruhan, yang hanya di perhitungkan

kalau struktur yang mendukung mesin adalah fleksibel, hal tersebut dapat oleh

jenis perpindahan yang menyebabkan nya yaitu:

1. Kocokan (shacking) – disebabkan oleh gaya vertical atau horizontal yang

berayun-ayun yang cenderung untuk menggerakan mesin naik turun atau

kearah samping.

2. Goyangan (rokcing) – disebabkan oleh gaya horizontal berayun-ayun yang

bekerja diatas titik berat mesin yang cenderungutuk mengoyang mesin di

sekitar garis yang melalui titik beratnya.

3. Jungkitan (pitching) – disebabkan oleh pasangan gaya (kopel) vertical

(45)

4. Simpangan (yawing)- disebabjan oleh kopel horizontal yang cenderung

untuk menyimpangkan mesin menyilang atau mengerakan mesin ke

kiri-kanan.

5. Getaran puntiran – disebabkan oleh reaksi momen puntir berayun-ayun

yang cenderung memilih poros engkol selama berputar.

Dari defenisi di atas akan dapat dilihat bahwah kecocokan disebabkan

olehgaya bolak-balik yang tidak seimbang dan komponen vertical atau horizontal

dari gaya sentrifugal yang tidak seimbang, sedangkan jungkitan disebabkan oleh

kopel tidak seimbang yang dihasilkan oleh semua gaya tersebut. Goyangan atau

getaran utama disebabkan oleh variasi dalam komponen horizontal dari reaksi

torak atau atau dorongan samping (S) seperti terlihat pada gambar disebabkan

oleh perubahan dalam tekanan gas, gaya kelembaban, da reaksi beban. Simpang

terjadi disebakan oleh kopel tidak seimbang yang dihasilkan oleh komponen

horizontal dari gaya sentrifugal dalam mesin vertical dan komponen horizontal

dari gaya bolak-balik dalam mesin.

Sehingga mesin yang menghasilkan momen poros yang besar memberikan

momen reaksi yang sama besar pada penyangga mesin, landasan mesin misalnya

pada sasis atau badan kendaraan bermotor,atau pada lantai untuk mesin stasioner.

Jika penyangga mesin terlalu kaku atau lunak, maka reaksi terhadap momen putar

akan terjadi langsung pada landasan. Bagaimana pun juga landasan mesin akan

(46)

Goyan gan

Kecoc okan Simpan

gan Jungkitan

K

ec

o

coka

n

[image:46.595.214.376.94.208.2]

Punti ran

Gambar 2.12 Arah perpindahan yang menyebabkan getaran

2.8. Pengolahan Data Vibrasi

2.8.1. Data Domain Waktu (Time Domain)

Pengolahan data time domain melibatkan data hasil pengukuran objek

pemantauan sinyal getaran, tekanan fluida kerja, temperatur fluida kerja maupun

aliran fluida kerja. Pada praktik pengukuran tekanan dengan menggunakan sensor

tekanan, tipe piezoelectric memungkinkan mengukur sifat tekanan yang dinamik,

sehingga dapat diamati perubahan tekanan dalam ruang bakar suatu mesin Diesel

atau perubahan tekanan fluida kerja yang mengalir dalam pipa. Dalam kasus

pengukuran temperatur dengan thermometer yang konvensional karena

karakteristik alat ukurnya, maka tidak dapat dilakukan pengukuran temperatur

secara dinamik. Demikian pula halnya dengan pengukuran aliran fluida kerja,

sehingga untuk memungkinkan pengukuran objek pemantauan berupa sinyal

(47)
[image:47.595.131.498.68.268.2]

Gambar 2.13 Karakteristik sinyal statik dan dinamik

Hasil pengukuran objek pemantauan dalam domain waktu dapat berupa sinyal:

a. Sinyal statik, yaitu sinyal yang karakteristiknya (misal: amplitudo,

arah kerjanya) tidak berubah terhadap waktu.

b. Sinyal dinamik, yaitu sinyal yang karakteristiknya berubah terhadap

waktu, sehingga tidak konstan.

Sinyal dinamik yang sering ditemui dalam praktik berasal dari sinyal getaran, baik

yang diukur menggunakan accelerometer, vibrometer, maupun sensor simpangan

getaran. Untuk keperluan pengolahan sinyal getaran dalam time domain, perlu

diperhatikan karakteristik sinyal getaran yang dideteksi oleh masing-masing

sensor acceleration, velocity, dan simpangan getaran (displacement).

2.8.2. Data Domain Frekuensi (Frequency Domain)

Pengolahan data frequency domain umumnya dilakukan dengan tujuan:

a. untuk memeriksa apakah amplitudo suatu frequency domain dalam

(48)

b. untuk memeriksa apakah amplitudo untuk rentang frekuensi

tertentu masih berada dalam batas yang diizinkan oleh standar.

c. Untuk tujuan keperluan diagnosis

Secara konseptual, pengolahan frequency domain dilakukan dengan

mengkonversikan data time domain ke dalam frequency domain. Dalam

praktiknya proses konversi ini dilakukan menggunakan proses Transformasi

Fourier Cepat (Fast fourier Transformation, FFT).

FFT FFT

Time Domain

[image:48.595.225.388.261.411.2]

FrequensyDomain

Gambar 2.14 Hubungan data time domain dengan frequency domain

Data domain waktu merupakan respon total sinyal getaran, sehingga

karakteristik masing-masing sinyal getarannya tidak terlihat jelas. Dengan bantuan

konsep deret Fourier, maka sinyal getaran ini dapat dipilah-pilah menjadi

komponen dalam bentuk sinyal sinus yang frekuensinya merupakan

(49)

BAB III

PENGUKURAN VIBRASI, SPESIMEN & ALAT PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN

3.1. Penentuan Kondisi Pengukuran

Pengukuran sinyal vibrasi dilakukan pada penyangga motor bakar diesel

dengan putaran yang bervariasi dengan asumsi penyangga mesin yang digunakan

untuk menumpu motor bakar diesel dalam kondisi ideal artinya tidak memberikan

pengaruh vibrasi yang besar terhadap mesin, dimana motor diesel ini memiliki

beberapa parameter yang harus di tinjau agar mesin tersebut dapat bekerja dengan

lebih optimal. Pengukuran dilakukan dengan opsi pengukuran frekuensi domain

untuk seluruh kondisi pengukuran vibrasi.

3.1.1. Motor Diesel

Jenis Motor bakar diesel yang digunakan adalah motor diesel standart

dengan didukung oleh alat instrumentasi. Jenis motor diesel ini merupakan jenis

yang standart dan umum digunakan dalam transportasi. Motor diesel ini memiliki

[image:49.595.215.397.581.720.2]

4 silinder dan bekerja dengan sistem 4 langkah.

(50)

3.1.2. Torsi meter

Torsi meter digunakan untuk menentukan beban yang akan diberikan

terhadap mesin diesel itu sendiri melalui poros yang terhubung ke fly wheel (roda

gila),

Gambar 3.2 Torsi meter

3.1.3. Alat Instrumentasi Pendukung

Pada Motor Diesel ini terdapat alat-alat instrumentasi pendukung yang

digunakan sebagai pemantau kerja mesin diesel tersebut, yaitu:

1. Fuel Comsumtion

Alat instrumentasi ini digunakan untuk mengukur berapa jumlah bahan

bakar yang digunakan, dengan mengunakan ukuran waktu per 100 ml.

2. Air ratio

Kebutuhan udara yang diberikan untuk melakukan pembakaran dilihat dari

alat instrumentasi ini dengan satuan mm H2O

3. Temperatur Gas buang (exhaust)

Digunakan untuk melihat sekaligus mengontrol temperatur gas buang yang

(51)
[image:51.595.216.417.100.421.2]

Gambar 3.3. Gambar panel alat instrumentasi tambahan

3.1.4. Spesifikasi Vibrometer

Untuk melakukan pengukuran terhadap tingkat vibrasi yang terjadi pada

pompa sentrifugal, digunakan instrumen pengukur sinyal vibrasi, yaitu

Vibrometer analog VM-3314A. Setting instrumen pengukur vibrasi ini dilakukan

(52)
[image:52.595.198.405.82.373.2]

Gambar 3.4.ProfilVibrometer Analog VM-3314A, Buatan IMC Corporation,

Japan.

Spesifikasi Vibrometer Analog VM-3314A sebagai berikut:

Tingkat vibrasi : 10 – 1.000 Hz

Tingkat pengukuran :

 Simpangan (all amplitude): 0,1 – 1.000 μm (P-P) ; 6

tingkat

 Kecepatan (peak): 0,001 – 5 cm/sec ; 5 tingkat

 Percepatan (peak): 0,001 – 5 g ; 5 tingkat

Output : 2V P-P (when full scale of indicator load 100 kΩ)

Sumber daya: dua buah baterai 5,6V (HM-4N buatan Matsushita atau TR-

(53)

Error of switching sensitivity: ± 3%

Error of sensitivity: ± 5% (pada 63 Hz)

Ratio S/N (signal to noise): > 40 dB

Error scale of indicator: ± 3%

Tampilan (Features):

 Dilengkapi dengan kemampuan pemeriksaan voltase baterai pada tahap

persiapan pengukuran.

 Besarnya vibrasi/getaran (simpangan, kecepatan, dan percepatan) dapat

diukur dalam frekuensi overall antara 10 - 1.000 Hz, tanpa mengatur

angka getaran, dan getaran dapat juga dianalisa dan diukur untuk tiap

tingkat frekuensi antara 10 - 1000 Hz dengan menggunakan frequency

analyzer.

 Getaran dapat diukur dengan handy pressure (probe) atau dengan

memasang langsung sensor pada titik pengukuran dengan menggunakan

pedestal.

3.1.5. Tachometer, Stopwatch

Tachometer digunakan untuk mengukur putaran pada poros, stopwatch

digunakan untuk penunjukan waktu pada saat pengukuran dengan time domain

(54)

3.2. Penentuan Posisi Dan Titik Pengukuran

Untuk mendapatkan data yang benar-benar murni seharusnya pengukuran

vibrasi/getaran langsung dilakukan pada bagian elemen mesin yang mengalami

getaran namun dikarenakan elemen tersebut berada dalam kontruksi mesin jadi

pengukuran langsung pada elemen mesin tersebut tidak mungkin dilakukan, oleh

karena itu pengukuran hanya dilakukan pada penyangga mesin saja. Untuk arah

pengukuran dilakukan mulai dari arah aksial, vertikal sampai horizontal yang

dilakukan untuk tiap-tiap titik pengukuran. Titik-titik pengukuran pada bagian

penyangga mesin didefinisikan sebagai point P-01 dan P-02, P-03, P-04. Untuk

tiap titik pengukuran diukur sinyal vibrasinya dengan opsi pengukuran time

domain dan frequency domain. Pengukuran dilakukan untuk setiap titik yang

sudah ditentukan posisinya pada penyangga mesin saat beroperasi dengan kondisi

putran dan beban dalam kondisi bervariasi.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 3.6. Pengambilan titik pengukuran vibrasi pada penyangga mesin diesel Keterangan gambar a : P-01

b : P-02 c : P-03 d : P-04

Pengukuran dan pengambilan data vibrasi dilakukan pada Alat Pengujian

(55)

Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Instrumen ini telah selesai

dirancang dan dibangun, serta siap untuk dilakukan pengujian vibrasi pada

bagian-bagian yang ingin diketahui kondisi vibrasinya

3.3. Prosedur Pengambilan Data Vibrasi

Terdapat beberapa tahapan yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan dalam pengambilan data vibrasi pada motor diesel.

3.3.1. Persiapan Tabel Data Pengukuran Vibrasi

Menyiapkan format tabel untuk pencatatan data hasil pengukuran sinyal

vibrasi berdasarkan kondisi pengukuran yang telah ditentukan sebelumnya,

dimana data yang diambil untuk setiap pengukuran yaitu berdasarkan kondisi

putaran dan beban, opsi data untuk time domain maupun frequency domain,

unit pengukuran berupa harga displacement, velocity, dan acceleration,

sedangkan arah pengukuran yang digunakan, yaitu aksial, vertikal, dan

horizontal.

3.3.2. Setting Instrumen

Tahapan persiapan yang perlu dilakukan dalam men-setting alat pengukur sinyal

vibrasi, berupa Vibrometer Analog VM-3314A, antara lain:

1. Memasang/menghubungkan perlengkapan vibrometer, yaitu rangkaian

sensor (vibration pick up) dengan cord dan metal connector pada input

(56)

2. Melakukan pemeriksaan voltase baterai

3. Memasang sensor pada objek pengukuran, atau bila menggunakan

probe, maka sentuhkan ujung sensor pada objek pengukuran.

Tahapan pengukuran sinyal vibrasi:

1. Menentukan pengukuran yang akan dilakukan apakah dengan frequency

overall atau frequency analyzer.

2. menentukan unit pengukuran; simpangan (μm), kecepatan (cm/sec), dan

percepatan (cm/sec2)

3. Mencatat/merekam angka getaran yang ditunjukkan oleh jarum indikator

apabila telah menunjukkan range angka yang stabil.

3.3.3. Prosedur Pengukuran Sinyal Vibrasi

Prosedur pengukuran yang digunakan dalam mendapatkan sinyal vibrasi

pada motor bakar diesel adalah:

1) Mendata spesifikasi motor bakar diesel yang akan diukur sinyal

vibrasinya, berupa: Daya, putaran, beban, komsumsi baha bakar,

pendinginan, dan sebagainya.

2) Menetapkan atau menentukan lokasi titik-titik pengukuran pada motor

bakar diesel dalam tiga arah pengukuran, yaitu: aksial, vertikal, dan

(57)

3) Mempersiapkan kelengkapan alat ukur, memastikan dapat berfungsi

dengan baik dan men-setting alat ukur pada titik-titik pengukuran

untuk pengukuran langsung.

4) Mempersiapkan dan memastikan alat ukur pendukung seperti air fuel

comsumtion, pendinginan bekerja dengan baik.

5) Melakukan pengukuran vibrasi/getaran (simpangan, kecepatan, dan

percepatan) dengan time domain atau frequency domain

(menggunakan frekuensi overall atau frequency analyzer).

6) Mencatat atau merekam hasil pengukuran vibrasi, berupa angka

vibrasi (simpangan, kecepatan, percepatan) yang ditunjukkan oleh

indikator oleh instrumen pengukur.

7) Melakukan interpretasi data hasil pengukuran dengan mengolah data

untuk mendapatkan tampilan grafiknya menggunakan software

pengolah data dan menginterpretasikan hasil grafik yang ditampilkan.

8) Membuat kesimpulan dan rekomendasi yang dapat dijadikan sebagai

kondisi dasar untuk memahami kondisi operasi motor diesel agar

(58)

Aksial, x Vertical, z

Horizontal, y

BAB IV

INTERPRESTASI HASIL PENGUKURAN

Interprestasi data hasil pengukuran meliputi data pada putaran yang

digunakan yaitu 2000 rpm, dengan mengunakan beban yang bervariasi, yaitu

sebesar 5 kg, 10 kg, 15 kg dengan frekwensi 10 Hz, 20 Hz, 30 Hz, 40 Hz, 40 Hz,

50 Hz, 60 Hz, 60 Hz, 70 Hz, 80 Hz, 90 Hz, 100 Hz, 110 Hz, pada masing- masing

titik pengukuran P-01, P-02, P-03, P-04 pada tiga arah pengukuran axial, vertikal

,horizontal. Arah pengukuran dapat dilihat pada gambar dibawah :

Gambar 4.1 Arah pengukuran

Pada getaran harmonik berlaku rumus-rumus umum getaran yaitu,

Simpangan y =Asinωt ... (4.1)

Kecepatan y=Aωcosωt ... (4.2)

Percepatan y=-Aω2sinωt ... (4.3)

(59)

2

y y

 ... (4.4)

Tanda negatif menyatakan bahwa arah percepatan berlawanan dengan arah

simpangannya.

Sehingga didapat frekuensi getaran dalam bentuk kecepatan sudut:

y

y

 ... (4.5)

A sebagai harga simpangan maksimum mempunyai harga yang sama pada

simpangan (displacement), kecepatan (velocity), dan percepatan (acceleration),

sehingga berlaku hubungan :

A1=A2=A3 ... (4.6)

Sehingga didapat

t sin t

cos t

sin y

2 

   

y y 

 

y y

y

 

 

 

y tan arc t t cos

t sin

 

 ... (4.7)

Hasil pengolahan data pengukuran diperoleh dari pengukuran pada

masing-masing point (titik) pada putaran yang telah ditentukan, dan hasil

pengukuran ditampilkan dalam plotting tabel dan grafik sehingga memudah untuk

(60)

4.1. Pengukuran Pada Point 01 (P-01)

Pengukuran pada point ini diambil berdasarkan penentuan awal, titik

pengukuran ini berada pada bagian belakang mesin diesel, titik pengukuran dapat

dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.2 Titik pengukuran pada Point-01

Dari hasil pengukuran pada titik tersebut didapat hasil pengolahan pada

masing-masing putaran yang telah ditentukan sebelumnya, hasil tersebut dapat

dilihat pada tabel yang telah di hitung melalui software yang digunakan yang akan

diuraikan dibawah.

4.1.1. Hasil Pengukuran Pada Beban 5 Kg

Beban 5 Kg ini merupakan beban yang terendah yang digunakan untuk

pengambilan data, hal ini dikarenakan mesin diesel akan menghasilkan tekanan

efektif diatas putaran tersebut. Adapun data hasil pengukuran dapat dilihat pada

(61)

Tabel 4.1 Hasil pengolahan data pada beban 5 kg

No. Frequency Axial Vertical Horizontal

(Hz) Dis Vel Acc Dis Vel Acc Dis Vel Acc

1 10 25 0.1 0.1 30 0.15 0.05 90 0.15 0.075

2 20 45 0.25 0.15 75 0.5 0.075 105 0.45 0.0225

3 30 30 0.275 0.175 80 0.875 0.15 65 0.7 0.15

4 40 37.5 0.375 0.2 75 0.8 0.2 55 0.625 0.225

5 50 80 1.1 0.45 40 0.5 0.2 60 1.075 0.8

6 60 47.5 0.75 0.375 35 0.65 0.25 95 1.75 0.7

7 70 110 1.75 0.7 75 1.5 0.3 300 6.6 2.475

8 80 62 1.3 0.9 30 0.6 0.275 105 2.25 1.05

9 90 70 1.4 0.95 25 0.5 0.4 75 1.5 0.75

10 100 45 0.95 0.725 25 0.725 0.5 60 1.35 0.075

11 110 62.5 1.35 1.1 35 1.175 0.8 45 1.275 0.975

Dari tabel diatas dapat di gambarkan hubungan antara simpangan dan frekuensi

[image:61.595.108.521.109.408.2]

seperti gambar 4.3 :

Gambar 4.3. Grafik Frequensi vs Displacement

0 50 100 150 200 250 300 350

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Frequensy (Hz)

Di

sp

la

c

e

m

e

n

t (µ

m

)

(62)

Gambar 4.4. Grafik Frequensi vs Velocity

Gambar 4.5. Grafik Frekuensi vs Acceleration

Jika kita melihat dari hasil pengukuran sinyal getaran pada beban 5 kg,

simpangan terbesar terjadi pada arah horizontal dengan nilai 300 µm dengan

frekwensi 70 Hz, sedangkan untuk kecepatan terbesar terjadi pada arah yang sama

(horizontal) denga nilai 6.6 cm/sec untuk percepatan dan 2.475 cm/sec2.

Dari hasil perhitungan tabel diatas dapat dihitung kecepatan sudut dan amplitudo

untuk masing-masing arah: 0

1 2 3 4 5 6 7

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Frequensy (Hz)

V

elo

ci

ty

(

cm

/s

ec)

axial

vertical

horizontal

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Frequensy (Hz)

A

c

cel

er

at

io

n

(

c

m

/se

)

(63)

Arah Aksial

Kecepatan sudut :

y y    = 5 3 10 5.59 10 5.3    

= 94.812

= 9.47 rad/sec

y y arc t  

  tan =

3 5 10 73 . 8 74 . 9 10 59 . 5 tan arc    

= arc tan 0.062

= 6.22x10-2 rad

Sehingga di peroleh Perioda : 6.39 10 sec

74 . 9 10 22 . 6 3 2         t t

Amplitudo : 4

2 5 10 98 . 8 10 22 . 6 sin 10 59 . 5 sin           t y

Dengan cara yang sama untuk perhitungan kecepatan sudut, periode, dan

Gambar

Gambar 2.7 Dalam gerak harmonik, kecepatan dan percepatan mendahului
Gambar 2.8 Sistem pegas massa dan diagram benda bebas
Gambar 2.10 Pengaruh faktor redaman terhadap amplitudo pada daerah frekuensi
Gambar 2.11 Getaran torsi.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan kadar emisi gas buang O2 tertinggi terjadi pada pengujian mesin diesel dengan bahan bakar LPG dengan beban tetap 400 Watt pada putaran mesin 3400 rpm yaitu sebesar

Dinamometer, adalah suatu mesin suatu mesin elektro-mekanik yang digunakan untuk mengukur torsi (torque) dan kecepatan putaran (rpm) dari tenaga yang diproduksi oleh suatu

Ini berarti pembakaran yang terjadi di dalam ruang bakar semakin baik, untuk mesin dengan katup fixed timing pada putaran mesin 1000 rpm sampai 4000 rpm terjadi

Perbandingan penggunaan dua bahan bakar yang berbeda pada motor diesel dengan pengujian performa pada beban penuh disampaikan dalam bentuk grafik perbandingan putaran (rpm)

Maka pada sistem dual fuel bahan bakar solar masih dibutuhkan untuk digunakan sebagai pematik karena bahan bakar solar dapat terbakar pada kondisi kompresi ruang bakar

Pengujian efisiensi ini bisa dilihat pada grafik efisiensi dengan kenaikan efisiensi yang paling besar ditinjau dari rpm tertinggi (rpm awal sebesar 7000 rpm) terjadi pada

Penggunaan solar pada umumnya adalah untuk bahan bakar pada semua jenis mesin Diesel dengan putaran tinggi (diatas 1000 rpm), yang juga dapat digunakan sebagai

Penggunaan solar pada umumnya adalah unutuk bahan bakar pada semua jenis meson diesel dengan putaran tinggi (diatas 1000 rpm), yang juga dapat digunakan sebagai bahan bakar pada