• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Komparatif Khat Diwani Dengan Khat Diwani Jali “Ditinjau Dari Bentuk Penulisan”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Komparatif Khat Diwani Dengan Khat Diwani Jali “Ditinjau Dari Bentuk Penulisan”"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

CITRA MANUSIA DENGAN ALAM DALAM TEKS MISTIK

MASYARAKAT MELAYU BATUBARA

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O L E H

EPAN HASYIM SIREGAR NIM 030 702 007

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA

JURUSAN SASTRA MELAYU

(2)

CITRA MANUSIA DENGAN ALAM DALAM TEKS MISTIK

MASYARAKAT MELAYU BATUBARA

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN O

L E H

EPAN HASYIM SIREGAR NIM 030 702 007

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Drs. Syaifuddin. M.A. Ph, D Drs. Baharuddin, M. Hum

NIP. 132 098 531 NIP. 131 785 647

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam bidang ilmu Bahasa dan Sastra Daerah Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA

JURUSAN SASTRA MELAYU

(3)

PENGESAHAN

Diterima oleh :

Panitia ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam bidang ilmu Bahasa dan Sastra Daerah Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara medan.

Pada,

Tanggal :

Hari :

Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Drs. Syaifuddin. M.A. Ph, D NIP. 132 098 531

Panitia ujian :

No. Nama Tanda tangan.

01 Drs. Syaifuddin, M.A. Ph.D ( )

02 Drs. Baharuddin, M.Hum ( )

03 Drs. Warisman Sinaga, M.Hum ( )

04 Drs. Yose Rizal, Msi ( )

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahiim.

Benar Engkau Ya Allah dari segala Maha Kebenaran, kepada-Mu

jualah kami haturkan syukur segala puja dan puji yang telah menciptakan

alam kehidupan ini. Benar jualah Ya Allah, bahwa Nabi Muhammad itu

adalah utusan-Mu untuk semua insan di dunia ini. Seiring dengan itu, tidak

lupa kami mengucapkan Salawat dan Salam kepadanya.

Sudah merupakan persyaratan bagi setiap mahasiswa Fakultas

Sastra Program Studi Sastra Melayu Universitas Sumatera Utara Medan,

diberi kewajiban menyusun dan menyelesaikan sebuah Skripsi. Dalam

rangka itulah, penulis memberanikan diri untuk menyusun Skripsi dengan

mengemukakan judul: “Citra Manusia dengan Alam dalam Teks Mistik

Masyarakat Melayu di Batu Bara”.

Masalah yang hendak dibahas cukup luas dan pelik, maka sudah

tentu pula dalam tulisan ini terdapat kelemahan dan kekurangan dalam cara

penyampaiannya; baik dari segi informasi maupun dari segi analisa

ilmiahnya. Untuk itulah, penulis mengharapkan kerelaan dan petunjuk dari

pihak-pihak yang berkompeten, untuk dapat mengembangkan dan

menyajikan tulisan-tulisan lain di hari esok, demi penyempurnaan analisa

bahasan maupun penyempurnaan manfaat ilmiahnya.

Dalam penyelesaian karya tulis ini, penulis banyak mendapat bantuan

fikiran dan dorongan moril dari orang-orang yang sangat penulis hormati.

(5)

dengan hati yang tulus kepada:

1. Dekan dan Dekanat Fakultas Sastra USU, Bapak:

- Dekan : Drs. Syaifuddin, M.A. Ph.D.

2. - Pudek I : Drs. Aminullah, M.Hum

3. - Pudek II : Drs. Samsul Tarigan

4. - Pudek III : Drs. Parlaungan

5. Bapak Drs. Baharuddin, M.Hum. Selaku Ketua Program Studi Sastra

Daerah Fakultas Sastra USU Medan, sekaligus Dosen Pembimbing

yang telah berjerih-payah membimbing dan mengoreksi skripsi penulis

hingga selesai.

6. Para Dosen Pengajar yang telah memberikan buah pikirannya kepada

penulis, dalam mempelajari ilmu dan pengetahuan di bangku

perkuliahan.

7. Ibu Emmy yang telah banyak memberikan kemudahan pada penulis

dalam melalui proses birokrasi di Fakultas Sastra USU.

8. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Sastra dan Bahasa Daerah

Angkatan 2003; Afrina, Anda, Armen, Christ, Dedi ‘Oniel’, Eko, Fitri,

Ihsan, Lizen, Martha, Marzuki, Risdo, Risna, Suri, Tama, Yulia, yang

telah menemani penulis selama 4 tahun. Dan yang ter-istimewa buat

Adinda Lilis Yuanita Suseno, yang selalu memberikan semangat,

keceriaan, senyuman, kesabaran, dan motivasi terhadap penulis.

9. Aktivis kampus Sastra USU / kawan-kawan di HMI, kader-kader

koma_titik, dan pengurus Pema)

(6)

11. Sahabat penulis; Amril Hidayat, Anshor, Abdul Azis, Baim, Habiby,

Muhardi, Iwan, Daru, Fara, Ira, Shelli, Lidya, Noprizal Pane, Purnama

Sari, Rama, Salem, Sandra, Arif, yang selalu menemani penulis dalam

suka dan duka.

Sembah sujud kepada orang tua penulis yang telah membesarkan

serta menyekolahkan penulis sampai ke Universitas. Buat Ayahanda;

Parningotan Siregar; buat Ibunda Terkasih; Elida Br Tarigan, serta buat

Abangda; Zefry Wahyudi Siregar, Kakanda Lisa Adriana Siregar; dan Adinda

Delfi Aulia Siregar, yang telah sepenuh hati mendukung perkuliahan penulis.

Teristimewa penulis haturkan ucapan terima kasih yang tulus buat

Neneknda Mariana Br Damanik (alm); Pamanda dan Bibinda Terhormat;

Rosmaini Br Tarigan; Buyung Tarigan; Yusnaidah Br Tarigan; Irwansyah

Tarigan SH, yang telah sudi merawat dan mendidik penulis sejak kecil

sampai remaja.

Semoga tulisan ini dapat membawa kemanfaatan untuk

perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, serta disiplin ilmu Sastra

(7)

Engkau jualah segala Kesempurnaan, Kami mohon segala ridha-Mu Ya

Allah. Amiin.

Alhamdulillahirabbil’alamiin.

Medan, Juli 2008

Penulis;

(8)

Motto.

Kebenaran selalu menuntut hakekat. Meskipun kenyataan Bertindih-tindih dari buah cita. Kebenaran berganding kenyataan Hanya sesuatu kehampaan Seperti; malam dalam gelapnya.

(9)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul

Citra Manusia dengan Alam dalam Teks Mistik Masyarakat Melayu Batubara” objek penelitiannya adalah mistik dan citra

masyarakat Melayu terhadap keberadaan mistik. Dapat diketahui bahwa

pembahasan mistik tidak hanya berdasarkan tekstual, akan tetapi mencakup

seluruh aspek dari kegiatan mistik, sehingga itu yang dapat membedakannya

dengan kajian mantra.

Alam sebagai tempat yang sering dilakukannya kegiatan mistik,

seperti malam, siang, bulan, matahari, pohon, laut dan lain-lain tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia dan alam berada dalam

kesatuan yang memberikan imej kepada masyarakat Melayu, khususnya di

Batubara. Oleh karena itu, untuk dapat terus mempertahankan kebudayaan

yang ada pada masyarakat Melayu Batubara, penulis mencoba meneliti

masalah tersebut.

(10)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………...

Abstrak ………..

Daftar Isi ………

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Penelitian... 1

1.2 Masalah... 4

BAB II Kosmologi dan Sosio Budaya Masyarakat Melayu Batubara 2.1 Geografi Wilayah Penelitian ………. 10

2.2 Sejarah Masyarakat Melayu Batubara ……… 12

2.3 Sistem Sosial Masyarakat Batubara ……… 14

2.4 Zaman Kedatangan Islam ………. 17

BAB III Mistik 3.1 Pengertian Mistik ……… 20

3.2 Jenis-jenis Mistik ……… 24

3.2.1 Hubungan dengan Kekuatan Diri ……… 25

3.2.2 Hubungan dengan Pekerjaan ……….. 28

3.2.3 Hubungan dengan Keselamatan Kampung ………... 30

3.3 Waktu dan Tempat Dilakukan ……….. 37

(11)

BAB IV Citra Manusia Menurut Mistik

4.1 Manusia dengan Dirinya Sendiri ……….. 42

4.2 Manusia dengan Seni ……… 45

4.3 Manusia dengan Alam ……….. 46

4.4 Manusia dengan Tuhan ……….………... 47

BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan ……….. 49

5.2 Saran ………. 51

Daftar Pustaka ………

Lampiran ………..

Data Informan ……….

(12)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul

Citra Manusia dengan Alam dalam Teks Mistik Masyarakat Melayu Batubara” objek penelitiannya adalah mistik dan citra

masyarakat Melayu terhadap keberadaan mistik. Dapat diketahui bahwa

pembahasan mistik tidak hanya berdasarkan tekstual, akan tetapi mencakup

seluruh aspek dari kegiatan mistik, sehingga itu yang dapat membedakannya

dengan kajian mantra.

Alam sebagai tempat yang sering dilakukannya kegiatan mistik,

seperti malam, siang, bulan, matahari, pohon, laut dan lain-lain tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia dan alam berada dalam

kesatuan yang memberikan imej kepada masyarakat Melayu, khususnya di

Batubara. Oleh karena itu, untuk dapat terus mempertahankan kebudayaan

yang ada pada masyarakat Melayu Batubara, penulis mencoba meneliti

masalah tersebut.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang

bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial

yang berlaku dan berlangsung dalam kehidupan masyarakat disekitarnya.

Setiap aktifitas sosial yang dilakukan maupun yang di lihat manusia akan

menumbuhkan pengalaman bagi manusia. Pengalaman itu tentu ada yang

cukup menarik untuk diekspresikan atau direfleksikan menjadi sebuah karya

sastra. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sohaimi (1992: 1) sastra tidak

diilhamkan dalam kekosongan sosial. Pendapat Sohaimi menunjukkan

bahwa sastra memiliki hubungan dengan manusia. Sebab karya sastra

adalah hasil dari pemikiran dari seorang pengarang. Dengan demikian,

manusia telah mengambil suatu sikap kreatif dengan menampilkan hasil

pengamatannya terhadap lingkungan dan waktu menjadi sebuah karya

sastra.

Karya sastra yang dihasilkan pengarang tersebut banyak jenisnya,

salah satunya adalah mistik. Mistik ada sejak manusia Melayu ada di bumi

ini. Mistik merupakan jawaban terhadap segala fenomena alam jauh sebelum

peradaban Islam masuk ke Melayu. Pada masa itu masyarakat Melayu

masih berkehidupan serba subjektif, abstrak, dan spekulatif sesuai dengan

kedudukan sosialnya. Di antara masyarakat Melayu masih ada yang

berusaha merasionalkan paham mistik yang dianutnya dan ada pula yang

(14)

Dalam khasanah kesusastraan Melayu mistik tergolong dalam sastra

tradisi. Mistik yang terdapat dalam kesusastraan masyarakat Melayu

Batubara di kemas dalam upacara ritual. Upacara ritual ini berlangsung

dihadapan para sanak keluarga dan masyarakat kampung. Kondisi

masyarakat Melayu pada saat upacara ritual yang menjadikan mistik memiliki

keunikan tersendiri. Karena suatu kejadian yang tidak mungkin menurut

orang awam, menjadikan mistik menjadi suatu yang istimewa. Keunikan di

sini adalah bahwa mistik ini bukan saja merupakan suatu upacara ritual

untuk pengobatan dan keselamatan kampung, tetapi lebih dari itu. Mistik ini

juga merupakan media penyampaian nasihat dari seorang yang dituakan,

dihormati atau biasa disebut Datuk, agar masyarakat Melayu lebih

mendekatkan diri kepada Tuhan sebagai pencipta alam di bumi ini.

Paham mistik atau mistisisme merupakan paham yang memberikan

ajaran yang serba mistis (misal, ajarannya berbentuk rahasia, tersembunyi,

gelap atau terselubung dalam kekelaman) sehingga hanya dikenal, diketahui

atau dipahami oleh orang-orang tertentu saja, terutama sekali penganutnya.

Selain serba mistis, ajarannya juga serba subyektif, tidak objektif.

Tidak ada pedoman dasar yang universal dan yang otentik. Bersumber dari

masyarakat dan pribadi tokoh utamanya sehingga paham mistik itu berbeda

satu sama lain. Sehingga pembahasan dan pengalaman ajarannya tidak

mungkin dikendalikan dalam arti yang semestinya.

Salah satu bagian dari kegiatan Mistik berkaitan dengan keadaan

alam. Sebab alam dengan berbagai fenomena dapat memberikan hikmah

(15)

bulan, matahari, pohon, laut dan lain-lain tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia. Manusia dan alam berada dalam kesatuan yang

harmoni dan saling melengkapi. Manusia harus dapat menjaga perlakuan

dan tata susila kepada makhluk Allah SWT yang lain. Manfaat alam untuk

manusia adalah menjadikan manusia lebih beriman dan bertanggung jawab

akan alam. Karena yang menciptakan alam dan manusia adalah Allah SWT.

dan manusia menggunakan alam untuk memudahkan sebuah kehidupan.

Masyarakat Melayu walaupun telah beratus tahun memeluk agama

Islam dan menjalankan syariat Islam, namun masih juga ada penyimpangan

kepercayaan dengan memberi tambahan perwujudan syariat, yaitu

mempelajari serta mengamalkan mistik. Secara gamblang mistik merupakan

suatu bentuk karya sastra yang berkaitan erat dengan kepercayaan atau

religiositas. Karena mistik membutuhkan kepercayaan.

Mistik sudah ada sejak manusia Melayu itu ada. Mistik merupakan jawaban terhadap segala fenomena alam, jauh sebelum peradaban Islam masuk ke ras Melayu. Hal ini tidak berarti bahwa mereka telah meninggalkan sama sekali kepercayaan dan tradisi lama. Sebagaimana dengan suku bangsa lainnya, masyarakat Melayu juga melaksanakan upacara-upacara ritual pada saat-saat tertentu.

Keadaan inilah yang mendorong penulis untuk mengangkat teks-teks

mistik tersebut untuk dijadikan bahan kajian penulisan skripsi ini. Selama ini

penulis ketahui, belum ada pembicaraan secara ilmiah tentang teks mistik ini.

Oleh sebab itu, penulis ingin mengungkapkan nilai-nilai apa saja yang

terdapat dalam teks-teks mistik tersebut.

1.2 Masalah

Berdasasarkan hal-hal di atas secara ringkas masalah penelitian ini

(16)

1 Bagaimana mistik dapat diterima oleh masyarakat Melayu Batubara.

2 Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam teks mistik

3 Bagaimana pengaruh mistik terhadap alam dalam pengembangan

masyarakat Melayu Batubara.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui fenomena masyarakat Melayu yang percaya kepada

mistik.

2. Mengetahui citra masyarakat akan nilai-nilai yang terkandung dalam

mistik.

3. Mengetahui pengaruh mistik terhadap alam dalam pengembangan

masyarakat Melayu Batubara.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1 Masyarakat dapat mengetahui dan memahami sastra tradisi yang

terdapat di Batubara, khususnya tentang teks-teks Mistik.

2 Masyarakat dapat mengetahui dan memahami nilai-nilai religius yang

terdapat di dalam teks-teks mistik.

3 Dapat dijadikan sumber acuan bagi para peneliti sastra Melayu dan

juga dapat membantu para pengajar dalam bidang kajian teks-teks

(17)

1.5 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan sebuah referensi penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. Penulis yakin belum ada yang meneliti tentang

judul skripsi ini secara signifikan. Namun, agar skripsi ini mempunyai dasar

dan landasan yang kuat, selain melakukan penelitian, penulis juga

menggunakan buku yang menyangkut daerah, analisis, dan objek kajian.

Adapun yang pernah meneliti adalah, Ruslani (2004), “Tabir Mistik Alam

Gaib dan Perdukunan” dalam pembahasannya mengatakan, apapun yang

dipelajari oleh ahli mistik atau dukun itu selalu berasal dari dukun lain, yang

demikian menjadi gurunya. Dan apapun yang dia pelajari, dia dan

orang-orang lain menyebut itu sebagai ilmunya. Kemudian Maniyamin Bin Haji

Ibrahim (2005), “Citra Takmilah, Analisis Terhadap Kumpulan Puisi Islam

beliau juga mengupas secara ilmiah tentang citra manusia dalam puisi-puisi

Melayu, khususnya puisi yang berunsur Islam.

1.6 Ruang Lingkup

Pembatasan masalah sangat penting di dalam suatu pengkajian. Hal

ini bertujuan agar pembahasannya lebih terarah. Citra manusia dengan alam

dalam teks mistik masyarakat Melayu ini penulis batasi hanya pada nilai

religi, moral, kerukunan, dan kesejahteraan.

1.7 Landasan Teori

Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk

dan berlaku secara umum yang akan mempermudah seorang penulis dalam

(18)

memberi arah, sehingga dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis. Teori

yang penulis gunakan untuk mengkaji nilai-nilai teks mistik ini adalah teori

Shafie Abu Bakar, yang berdasarkan sifat ketuhanan, sifat kesempurnaan

Tuhan, sifat Tuhan dalam hubungannya dengan makhluk-Nya. Sifat ini

melambangkan kesempurnaan sikap pengarang. Dan pendekatan citra

menggabungkan semuanya, dan hasilnya terdapat empat citra manusia yang

terpancar dalam mistik, yaitu manusia dengan dirinya sendiri, manusia

dengan seni sastra, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan.

Sempurna terlihat pada segala ciptaan Tuhan, sempurna yang mencerminkan Tuhan, manakala indah adalah melihat segala ciptaan Tuhan, indah yang mencerminkan keindahan Tuhan yang juga sempurna, termasuk yang melihat seni sastra berpaut pada aspek indah, tidak lain daripada manifestasi sempurna.

Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan pendekatan didaktis,

Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan, evaluatif maupun sikap seseorang terhadap kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun sikap dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis maupun organis, sehingga akan mengandung nilai-nilai yang mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca.

Dari pendapat di atas, bahwa karya sastra merupakan wadah yang cukup

dapat diandalkan untuk menanamkan nilai-nilai moral dalam jiwa

masyarakat, sehingga segala sesuatu perbuatan yang akan dilakukan

akan dipertimbangkan baik buruknya dari segi moral. Nilai-nilai didaktis

yang terkandung oleh sebuah karya sastra dapat berupa ajaran religius

(19)

Penulis juga menggunakan teori Safian Hussain et al.,. (1988: 107)

yang mengatakan,

Citra atau imej adalah salah satu unsur yang tersendiri dalam ‘bahasa seni’ yaitu sebagai satu cara mengemukakan pengalaman dan penggolakan emosi. Ini berbeda dengan proses-proses menyederhanakan dan mengkonsepsikan sesuatu dalam ilmu sains dan falsafah. Meskipun dalam penggunaan yang lebih kritis, pada dasarnya pengertiannya masih tetap sama yaitu citra atau imej merupakan suatu gambaran yang literal dan konkrit daripada satu pengalaman pancaindera atau dari sesuatu objek yang pengertiannya boleh dipahami oleh seseorang atau oleh umum.”

Dari pendapat di atas bahwa, budaya mencerminkan karakter

masyarakat pada zamannya. Imej atau sifat melambangkan kesempurnaan

sikap dari pengarang. Gambaran atau tanggapan kreatifitas oleh pengarang

dan ketepatan menggunakan kata-kata dalam karya sastra. Oleh karena itu

citra dapat dipahami sebagai gambaran atau tanggapan pembaca atau

pendengar yang terkesan hasil daripada kejayaan deskripsi objek oleh

pengarang dalam karya ciptaannya.

1.8 Metodologi

Metode kerja memang mutlak diperlukan dalam mengadakan suatu

penelitian, apalagi pada bidang kerja yang bersifat ilmiah. Metode kerja

merupakan salah satu prosedur yang harus ditempuh. Sehubungan dengan

itu Fuad Hasan (dalam Koentjaraningrat, 1991 : 7) mengatakan,

(20)

1.8.1 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Metode survey yaitu mengamati daerah untuk mencari

keterangan-keterangan secara faktual, demi mencapai proses pembedahan terhadap

keadaan yang sedang berlangsung. Menurut Nazir, (1988 : 65)

Metode survey adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, budaya, politik dari suatu kelompok dan dari suatu daerah.

Metode deskriptif yaitu pemusatan diri pada pemecahan

masalah-masalah yang sifatnya faktual. Menurut Nawawi (1991 : 63) menjelaskan,

metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan / melukiskan keadaan subjek / objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Melalui metode kerja deskriptif ini akan digambarkan seluruh fakta

yang terdapat dalam teks mistik masyarakat Melayu Batu Bara, baik

mengenai unsur intrinsiknya maupun unsur ekstrinsiknya.

1.8.2 Metode Pengumpulan Data

Suksesnya suatu penelitian tergantung kepada kemampuan memilih

serta menyusun data yang relevan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka

dalam menganalisa teks mistik masyarakat Melayu Batu Bara digunakan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data dengan mencari sumber yang dapat dipercaya.

Dalam hal ini penulis menggunakan teknik catat, rekam dan

(21)

ke arah pemecahan masalah. Penulis menambah dengan mencari

buku-buku yang relevan ke perpustakaan atau menggunakan teknik

penelitian studi dokumenter. Menurut Hadari Nawawi (1991 : 55)

bahwa, Teknik penelitian dokumenter merupakan cara mengumpulkan

data yang dilakukan dengan kategori dan klasifikasi bahan-bahan

tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari

sumber dokumen, buku, koran, majalah dan lain-lain.

2. Mengevaluasi data dan menganalisis data. Data yang dikumpulkan

dievaluasi dengan melakukan kritik eksternal maupun internal. Lalu

(22)

BAB II

Kosmologi dan Sosio Budaya Masyarakat Melayu

2.1 Geografi Wilayah Penelitian

Batubara adalah sebuah kota yang dahulunya terdiri atas beberapa

kepenghuluan, terletak di pantai timur Pulau Sumatera, dahulunya adalah

daerah Kabupaten Asahan, dan sekarang sudah menjadi Kabupaten

Batubara. Pada zaman dahulu pemerintahannya bersifat kerajaan, terdiri

atas kepenghuluan yang dipimpin oleh seorang Datuk. Batubara

merupakan bagian dari wilayah Deli. Adapun kedatukannya adalah Lima

laras, Lima Puluh atau Simpang Dolok, Pesisir, dan Tanah Datar. Tanah

Datar sendiri terdiri dari beberapa desa, salah satunya adalah desa

Pahang. Desa Pahang merupakan salah satu desa yang berada di

Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara. Desa Pahang terletak di pesisir

pantai Timur Sumatera pada ketinggian lebih kurang 3 meter di atas

permukaan laut. Suhu maksimal di desa Pahang 33,2 derajat celcius dan

suhu minimal 21,5 derajat celcius.

Desa Pahang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Mesjid Lama

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Sei-Muka

3. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Panjang

(23)

Luas desa Pahang lebih kurang 200.000 Ha, yang memanjang dan

mengarah ke Selatan 3.5 km. Jumlah penduduk desa Pahang pada tahun

2004/2005 lebih kurang 4854 jiwa, yang terdiri dari VII dusun. Desa

Pahang rata-rata penduduknya beretnis Melayu, sedangkan lebihnya

bersuku Batak, Padang dan Jawa.

Jarak antara pusat kota pemerintahan, yaitu kota Batubara menuju

Kecamatan Talawi sejauh 1 km, dan dari pemerintahan kota sejauh 27

km, dan jarak dari Ibukota Dati II sejauh 27 km, sedangkan jarak dari

Ibukota Dati I sejauh 160 km. Mata pencaharian utama penduduk desa

adalah nelayan. Hampir seluruh laki-laki yang berada di desa ini

menggantungkan hidupnya dengan hasil laut, meskipun penduduknya

mempunyai mata pencaharian tanbahan dengan berladang, buruh, dan

jasa. Usaha kaum perempuannya bersifat industri rumah tangga, seperti

membuat kain songket, membuat jaring ikan, dan berjualan di depan

rumah.

Tingkat pendidikan penduduk di desa ini tergolong sudah meningkat,

terbukti dengan banyaknya anak-anak yang bersekolah Tsanawiah (SMP)

dan Aliyah (SMA), serta ada juga yang bersekolah di luar negeri, seperti

Libya, Mesir, Malasyia, dan Arab Saudi.

Mayoritas penduduk Batubara memeluk agama Islam, dan selebihnya

memeluk agama Kristen Protestan dan Kristen Katholik. Di desa ini

banyak sarana tempat ibadah, seperti mesjid, langgar, musholla, serta

(24)

Dusun VII, Istana Air Putih, dan kuburan-kuburan datuk-datuk zaman

dahulu yang dianggap keramat oleh masyarakat setempat.

2.2 Sejarah Masyarakat Melayu Batubara

Cerita singkat sejarah masyarakat Melayu Batubara berawal dari seorang

raja yang memiliki seorang putri yang cantik jelita. Dan pada saat itu raja

yakin bahwa usianya tidak akan lama lagi. Lalu raja berkehendak ada

seorang yang bakal menjadi penerus untuk menggantikannya menjadi raja

kelak. Kemudian raja mengadakan Sayembara ke seluruh negeri. bagi

pemuda yang ingin mempersunting anak perempuannya yang cantik jelita

tersebut. Dan beberapa hari kemudian, datanglah Empat pemuda yang

ingin mempersunting anak gadis raja tersebut. Keempat pemuda itu

datang dari daerah yang berbeda. Pemuda-pemuda tersebut datang dari

daerah Lima Laras, Pesisir, Lima Puluh, dan Tanah Datar. Oleh karena

seorang raja harus berlaku adil, maka keempat pinangan pemuda tersebut

diterima oleh raja dan ditetapkan hari pernikahan putrinya. Pada saat

pernikahan akan dilaksanakan, raja bingung karena putrinya hanya satu

orang, sementara Ia harus bersikap adil. Keempat pemuda itu membawa

rombongan yang sangat banyak sekali. Raja memanggil datuk empat

suku untuk membicarakan agar menunda pernikahan selama satu hari.

Keempat datuk ini menyetujuinya.

Permaisuri meminta agar raja memberinya tiga ekor binatang, yaitu:

anjing betina, monyet, dan kambing. Permaisuri mengurung ketiga

(25)

Siang malam permaisuri berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar tidak

malu. Dan keesokan harinya terjadi keajaiban ketika permaisuri membuka

kain putih. Ia mendapatkan tiga orang putri yang berwajah sama dengan

dirinya. Lalu dilaksanakanlah pesta pernikahan itu dengan sangat meriah.

Setelah pesta keempat putri raja dibawa oleh suaminya masing-masing.

Putri monyet dibawa ke Lima Laras, putri anjing dibawa ke Simpang

Dolok, putri kambing dibawa ke Pesisir, dan putri raja yang asli tetap di

Tanah Datar. Masyarakat Melayu Batubara mempercayai bahwa sifat

ketiga binatang tersebut mempengaruhi citra masyarakatnya

masing-masing, terkecuali masyarakat Tanah Datar yang memiliki ketiga-tiga sifat

binatang tersebut. Seperti monyet yang suka makan buah-buahan,

kambing yang suka makan sayur-sayuran, dan anjing yang suka makan

ikan atau daging.

Dari cerita sejarah singkat masyarakat Batubara ini dapat diambil hikmah

bahwa pada zaman dahulu sistem pemerintahan di Batubara merupakan

kerajaan. Terdiri atas kepenghuluanyang dipimpin oleh seorang Datuk.

Batubara merupakan bagian dari wilayah kerajaan Deli. Adapun wilayah

kedatukannya dibagi atas wilayah Simpang Dolok, atau Lima Puluh, Lima

Laras, Pesisir, dan Tanah Datar.

Dalam sejarah silsilah atau keturunan, Datuk-datuknya berasal dari

Pagaruyung. Pada zaman kerajaan, pemimpin masyarakatnya adalah

datuk dan di bawah kekuasaan kesultanan Deli. Dan sekarang berada

dalam pemerintahan Indonesia. Masyarakatnya di bawah Bupati dan

(26)

dan kekurangan. oleh sebab itu masyarakat Batubara saat ini masih

menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, nilai adat-istiadat, serta bertutur

kata lemah lembut. Hal ini membuat masyarakat Batubara baik didalam

berkata maupun berbuat.

Masyarakat Melayu Batubara hingga saat ini masih mempunyai budaya

yang nilai dan norma-normanya masih dipatuhi di tengah-tengah

khalayaknya. seperti adat bersopan santun dan bertutur kata lemah

lembut. Masyarakat Melayu Batubara khususnya daerah Lima Laras,

Pesisir, Lima Puluh, dan Tanah Datar masih ada yang percaya dengan

mistik. Karena daerah-daerah tersebut masih mempunyai beberapa

fenomena yang serba mistisme. Hal ini juga dapat dilihat dalam setiap

jamuan atau pesta yang diadakan di Batubara sampai saat ini. Tradisi

hidangan yang berasal dari daging, ikan, sayur-sayuran, dan buah-buahan

yang di masak harus ada, disantap sebagai lauk nasi. Hidangan ini

dikenal juga sebagai hidangan penghormatan terhadap leluhur, nenek

moyang yang ada pada zaman dahulu.

2.3 Sistem Sosial Masyarakat Melayu Batubara

Mistik mempunyai hubungan yang erat dalam kehidupan sosial

masyarakat. Hal ini dikarenakan, ahli mistik atau seorang datuk dapat

mudah dikenal oleh masyarakat. Akan tetapi seorang Datuk atau ahli

mistik, belum tentu mengenal seluruh masyarakat Melayu Batubara.

Walaupun demikian, satu sama lainnya saling menghargai. Karena

(27)

Kuatnya tali silaturahmi masyarakat Melayu Batubara, menjadikan

masyarakat tersebut berguna bagi siapa saja, sehingga orang asing yang

ingin mencari datuk tersebut mudah menemukannya. Dalam tradisi lisan,

penyampaian dari penduduk biasanya menggunakan bahasa daerah

setempat atau bahasa Melayu. Kerukunan dalam masyarakat Melayu

Batubara biasanya dapat terlihat pada acara perkawinan, syukuran, dan

upacara-upacara ritual. Masyarakat Batubara saat ini masih menjunjung

tinggi nilai-nilai kesopanan, nilai adat-istiadatnya, serta bertutur kata lemah

lembut, baik di dalam berkata maupun berbuat, sehingga memperkuat tali

silaturahmi masyarakatnya.

Dalam masyarakat Melayu Batubara pernah dipakai sistem pemerintahan

yang bersifat kerajaan, dan sejak kemerdekaan Indonesia berlaku sistem

sosial yang sudah diatur dalam UUD 1945 dan Ideologi yang ada di

Indonesia. Pada zaman kerajaan, pimpinan tertinggi dipegang oleh

seorang Datuk dan di bawah kekuasaan kesultanan Deli. Dan sekarang

berada dalam pemerintahan Indonesia, masyarakatnya di bawah

pimpinan Camat dan Bupati.

Untuk mengangkat citra manusia dengan alam yang terdapat dalam mistik

masyarakat Melayu Batubara, terlebih dahulu harus dicari barometer atau

pendapat tentang kepercayaan atau konsep religiositas dari masyarakat

Melayu itu sendiri. Untuk menjelaskan konsep religiositas masyarakat

Melayu tersebut, akan dipaparkan beberapa pendapat agar jelas kita

gambarkan tentang kepercayaan masyarakat Melayu tersebut. Daud

(28)

…kepercayaan mereka daripada Animisme, Hindu-Budha hingga Islam melahirkan corak pemikiran-pemikiran yang seolah-olah menggabungkan tiga unsur kepercayaan tersebut. Kuasa gaib pada peringkat Animisme dapat dilihat pada kepercayaan tentang

penunggu dan hantu. Hindu-Budha menampilkan para Dewa, dan Islam melahirkan kepercayaan terhadap Allah, Malaikat dan Rasul. Namun begitu tidaklah berarti masyarakat Melayu mengamalkan ketiga corak kepercayaan tersebut. Mereka tetap berpegang pada ajaran agama Islam. Pengaruh Animisme dan Hindu-Budha yang ada itu cuma menjadi unsur sampingan yang mewarnai kepercayaan mereka.

Sejalan dengan hal tersebut, Abbas (dalam Safrin, dkk.., 1996 : 26)

menjelaskan,

Cara hidup orang Melayu masih dipengaruhi oleh tiga unsur

kepercayaan, yaitu kepercayaan Animisme, Hinduisme-Budhaisme, dan Islam. Serta sedikit-sedikit pengaruh Barat. Setelah menerima agama Islam, orang Melayu masih juga mengamalkan cara hidup tradisional mereka dengan unsur-unsur Animisme dan Hinduisme-Budhaisme.

Dalam teks mistik ini pengaruh Hindu-Budha tidaklah begitu tampak. Tapi

dalam upaya dan upacara turun tanah (pengambilan ilmu) banyak sekali

dijumpai warna kepercayaan Hindu-Budha, seperti : tepung tawar, sesajen

untuk jamuan, sperti ayam, pulut kuning, air jeruk purut, dan penebus

mistik atau mahar mistik. seperti pisau, jarum, kain putih, mangkuk,

benang tiga warna, dan lain-lain.

Sedangkan pada teks mistik pengungkapan yang masih menggambarkan

suasana zaman Hindu-Budha. Seperti kalimat ‘mambang yang menjaga

(29)

berupa hantu atau jembalang melainkan gambaran wujud penguasa yang

memiliki kekuasaan menjaga tujuh penjuru alam.

Seperti kata pepatah ‘kalau diturut nasehat guru, air laut boleh diminum’.

Pepatah ini menandakan konsekwensi seorang murid kepada sang guru.

Apapun yang diajarkan seorang guru merupakan hal yang harus diterima

dan diyakini serta diamalkan. Dalam hal ini unsur-unsur pengaruh

Hindu-Budha dan Animisme tidak lagi menjadi suatu masalah yang nyata dan

urgent. Sebab semua telah membaur ke dalam tradisi atau ajaran itu

sendiri. Namun walaupun demikian benang merah pembatas antara

kepercayaan Hindu-Budha, Animisme, dan Islam masih terlihat jelas.

Yang pasti ajaran Islam merupakan pondasi dan barometer dari setiap

tradisi dan bergeraknya masyarakat Melayu.

2.4 Zaman Kedatangan Islam

Taylor (dalam Hamid, 1991 : 29) mengatakan, “kepercayaan yang

mula-mula tumbuh dalam alam pikiran manusia primitif, adalah kepercayaan

Animisme”.

Hamid (1988 : 56) menjelaskan,

(30)

Selanjutnya Taib (dalam Ismail, 1988 : 56) menegaskan,

Kedatangan Islam ke Nusantara telah membawa perubahan sehingga menjadikannya sebagian dari pada dunia Islam. Perubahan yang dimaksudkan itu meliputi semua aspek kehidupan orang Melayu. Seperti dalam bidang-bidang bahasa, sastra, intelektual, undang-undang, kepercayaan, politik, adat istiadat, kesenian, dan lain-lain.

Selanjutnya Hamid (1988 : 56) lebih memperjelaskan lagi secara spesifik

tentang kepercayaan orang Melayu. Beliau mengemukakan bahwa,

Islam mengubah pandangan dunia orang Melayu dari pada

mempercayai dewa-dewa. Seperti yang mereka anut pada zaman Hindu kepada kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa (Allah). Disamping itu mereka mempercayai Nabi dan Rasul, Malaikat, kitab-kitab suci, seperti Injil, Taurat, Zabur, dan Al-Qur’an. Percaya kepada hari kiamat dan kepada Qadha dan Qadar. Keimanan mereka diikuti dengan amal ibadah, seperti yang tersebut dalam rukun Islam yang berbentuk. solat, puasa, zakat, dan rukun Haji. Walaupun kepercayaan lama tidak dapat dihapuskan sepenuhnya, namun kepercayaan Islam telah berjaya mempengaruhi bentuk-bentuk kepercayaan Melayu lama dengan memperkenalkan konsep Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Dan Muhammad sebagai Rasul-Nya. Misalnya dalam sihir atau mistik dimasukkan konsep Islam sebagai menggantikan paham ketuhanan Animisme dan Hinduisme. Walaupun unsur dewa-dewa masih lagi diwarisi dalam sastra dan tradisi lisan Melayu. Namun fungsi mereka tidak lagi sebagai Tuhan, tetapi hanya sebagai

makhluk-makhluk alam gaib seperti hantu dan jembalang yang masih lagi mempengaruhi alam pemikiran orang Melayu hingga dewasa ini.

Dari keterangan pendapat para pakar di atas, bahwa kepercayaan yang

latarbelakangnya agama pada orang Melayu dapat diklasifikasikan

menjadi tiga, yaitu. Islam, Hindu-Budha dan Animisme. Dan perlu

dipertegas pula bahwa Islam merupakan yang utama. Sedangkan

(31)

Manusia pada zaman Animisme dan Dinamisme jelas sekali memiliki nilai

religiositas. Hal ini dapat dilihat dengan adanya semacam pengakuan dan

kepercayaan akan alam gaib serta kekuatan gaib. Dan mereka

mempercayai itu semua dan membuat semacam tradisi kepercayaan

tersendiri dengan jalan mereka sendiri pula. Apakah itu berupa pemujaan

akan roh yang sudah mati, pohon besar, gunung, laut, dan sebagainya.

Menurut kamus Latin-Indonesia, susunan K. Prent, Adisubrata dan

Poerwadarminta (penerbit Kanisius 1969). Istilah religio datang dari kata

latin relego, yang berarti, memeriksa lagi, menimbang-nimbang,

merenungkan keberatan hati nurani. Walaupun demikian arti yang persis

dari kata religio orang hanya dapat menduga. sebab ada yang

berpendapat, bahwa kata religio, berasal dari kata re-ligio = menambah

kembali. Namun kita dengan ikhlas mengatakan bahwa manusia religiosus

adalah manusia yang berhati nurani serius, saleh, teliti dalam

pertimbangan batin dan sebagainya. Agama secara wajar harus terikat

dengan yang namanya religiositas. Tapi religositas tidak harus tertumpu

dan memiliki wadah yang bernama agama.

Mangunwijaya (1988 :17) mengatakan “religiositas tidak bekerja dalam

pengertian (otak) tetapi dalam pengalaman, penghayatan (totalitas diri)

yang mendahului analisa atau konseptualisasi”. Kiranya religius

merupakan denyut bathin atau iman. Manusia religius pada dasarnya ingin

hidup dalam suasana kekudusan, ini merupakan suatu hal yang realitas

(32)

1988 : 17) yang mengatakan “Tuhan tidak meminta manusia agar menjadi

kaum teolog, tetapi menjadi manusia yang beriman. Bagi manusia religius,

ada sesuatu yang dihayati keramat, suci, kudus, adi-kodrati”.

Berdasarkan pendapat pakar tersebut, bisa kiranya kita jalin

kebijaksanaan pendapat serta pemikiran bahwasannya nilai-nilai religius

itu merupakan sesuatu yang lahir dari dalam batin setelah ada sesuatu

yang berupa pengalaman atau perenungan lalu keluar melalui sikap dan

perbuatan. Sebagai contoh. Manusia beragama harus percaya akan

ajaran agamanya dan melaksanakan ajaran agama tersebut dalam

kehidupan sehari-hari. Tingkat kepercayaan tersebutlah yang kita namai

(33)

BAB III

Mistik

3.1 Pengertian Mistik

Berbicara adat-istiadat di Batubara dikaitkan dengan zaman modernisasi,

mistik masih kuat dan berakar di hati masyarakat Melayu Batubara. Mistik

adalah suatu ilmu yang diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Fungsinya biasanya sebagai pengobatan, kekuatan diri, keselamatan diri

maupun masyarakat kampung, penglaris, dan lain-lain. di Batubara, mistik

dikenal masyarakat luas sejak zaman dahulu.

Mistik adalah pengalaman di luar kemampuan penyerapan panca indera

manusia. Alam mistik merupakan wadah pengungkapan pengalaman di

luar kejadian nyata. Di situ tertampung pengalaman, kisah, kejadian mistik

yang membangun kesadaran masyarakat Melayu Batubara. Pengaruh

mistik biasanya didasari oleh individu manusia yang sering kali membuat

kesalahan-kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

Seperti contoh, ketika seseorang mengalami sakit, yang tidak kunjung

sembuh dalam waktu yang cukup lama dan kita sebagai makhluk awam

menganggap penyakit tersebut dapat disembuhkan melalui jasa seorang

dokter. Namun tidak juga sembuh. Maka orang tersebut diyakini

masyarakat Melayu Batubara dapat sembuh melalui jasa orang tua, orang

pintar, atau datuk.

Mistik juga dapat digunakan secara negatif dan positif. Ilmu mistik secara

(34)

ajaran agama, karena dapat membunuh manusia dalam waktu yang relatif

singkat. Ilmu ini juga menyebabkan manusia mati secara perlahan yang

dapat menimbulkan penderitaan yang hebat dan berkepanjangan. Ilmu ini

biasanya digunakan untuk mengganggu orang lain. dan kebalikannya

dengan orang-orang yang menuntut ilmu mistik yang beraliran positif.

Dalam menggunakan ilmu mistik biasanya terdapat ramuan atau sesajen

dan tulisan-tulisan yang dianggap saklar.

Penjelasan Mistik Berdasarkan Pendapat Sarjana.

• Kepercayaan tentang adanya kontak antara manusia bumi (aardse

mens) dan tuhan (Dr. C.B. Van Haeringen, Nederlands Woordenboek,

1948).

• Kepercayaan tentang persatuan mesra (innige vereneging) ruh

manusia (ziel) dengan Tuhan (Dr. C.B. Van Haeringen, Nederlands

Woordenboek, 1948).

• Kepercayaan kepada suatu kemungkinan terjadinya persatuan

langsung (onmiddelijke vereneging) manusia dengan Dzat Ketuhanan

(goddelijke wezen) dan perjuanagn bergairah kepada persatuan itu

(Algemeene Kunstwoordentolk, J. Kramers. Jz).

• Kepercayaan kepada hal-hal yang rahasia (geheimnissen) dan hal-hal

yang tersembunyi (verborgenheden). (J. Kramers. Jz).

• Kecenderungan hati (neiging) kepada kepercayaan yang

(35)

(geheime wetenschap). (Algemeene Kunstwoordentolk, J. Kramers.

Jz).

Menurut asal katanya, kata mistik berasal dari bahasa Yunani

mystikos yang artinya rahasia (geheim), serba rahasia (geheimzinnig),

tersembunyi (verborgen), gelap (donker) atau terselubung dalam kekelaman

(in het duister gehuld).

Menurut buku De Kleine W.P. Encylopaedie (1950, Mr. G.B.J.

Hiltermann dan Prof.Dr.P. Van De Woestijne halaman 971 di bawah kata

mystiek) kata mistik berasal dari bahasa Yunani myein yang artinya menutup

mata (de ogen sluiten) dan musterion yang artinya suatu rahasia

(geheimnis).

Dapat dilihat bahwa pendapat mistik terhadap kehidupan pada

umumnya membentuk dasar-dasar pola-pikir pengobatan supranatural. Ini

karena dari pendapat orang yang berbudaya mistik, setiap tindakan yang

dilakukan manusia saling berpengaruh. Yaitu, kalau satu orang berprilaku

yang jahat lalu ini dapat menyebabkan akibat buruk untuk orang lain.

Manusia harus memelihara prilakunya dan tindakannya agar diantara

manusia itu menjadi rukun dan damai dalam bermasyarakat. Seperti

halnya, seseorang dapat mengontrol dirinya kalau mendapatkan

keseimbangan lahir dan batin. Kemudian tidak ada kekacauan dalam

masyarakat maka tidak ada alasan untuk kekacauan di dunia lain.

Paham mistik dianggap serba abstrak dan spekulatif, karena

pembicaraannya serba menduga-duga, mencari-cari,

(36)

pengetahuan dan pengertiannya sendiri. Meski sudah tidak tahu, masih

saja mencoba dan memungkin-mungkinkan. Oleh karena itu di kalangan

penganut paham mistik tidak dikenal pembahasan disiplin mengenai

ajarannya.

Kelompok penganut paham mistik tidak terlalu sulit digunakan oleh

orang-orang yang mempunyai tujuan tertentu dan yang perlu dirahasiakan

karena menyalahi atau bertentangan dengan opini masyarakat dan hukum

yang berlaku sebagai tempat sembunyi.

Menurut pandangan Mahmuzar, biasanya tokoh penganut mistik sangat

dikenal, diagungkan, dimuliakan oleh masyarakat. Karena dianggap

memiliki keistimewaan pribadi yang disebut kharisma. Anggapan adanya

keistimewaan itu dapat disebabkan oleh:

1. Pernah melakukan kegiatan yang istimewa

2. Pernah mengatasi kesulitan, penderitaan, bencana atau

bahaya yang mengancam dirinya dan masyarakat umum.

3. Masih keturunan atau ada hubungan darah, bekas murid, atau

kawan dengan atau dari orang yang memiliki kharisma.

4. Pernah meramalkan dengan tepat suatu kejadian besar atau

penting.

Sedangkan bagaimana sang tokoh itu menerima ilmu atau pengertian

tentang paham mistik, biasanya melalui kesucian diri, petualangan batin,

pengasingan diri, bertapa, bersemedi, dan lain-lain. Jadi ilmunya diperoleh

(37)

mungkin dibuktikannya sendiri. Dengan demikian, penerimaan ajarannya

hampir-hampir hanya berdasarkan kepercayaan belaka, bukan pemikiran.

Alasan masyarakat yang menggunakan paham mistik biasanya, kurang

puas yang berlebihan, bagi orang-orang yang hidup beragama secara

bersungguh-sungguh merasa kurang puas dengan hidup menghamba

kepada Tuhan menurut ajaran agamanya yang ada saja. Dan rasa

kecewa yang berlebihan, masyarakat yang hidupnya kurang

bersungguh-sungguh dalam beragama atau masyarakat yang tidak beragama merasa

kecewa sekali melihat hasil usaha umat manusia yang tidak dapat

mendatangkan ketertiban, ketentraman dan kebahagiaan hidup. Malah

mendatangkan hal-hal yang sebaliknya.

3.2 Jenis-jenis Mistik

Hampir sebagian masyarakat Melayu Batubara pernah mendatangi dukun

atau orang pintar, baik untuk tujuan penyembuhan suatu penyakit,

menanyakan sesuatu yang mistik, mencari perlindungan diri, penangkal

agar tidak terserang orang lain secara gaib, bahkan untuk mendapatkan

penglaris. Adapun tujuan masyarakat Melayu Batubara mendatangi dukun

atau orang pintar, dan apapun kemampuan dukun, tampaknya tidak

mudah bagi masyarakat untuk menghindari kepercayaan dunia mistik.

Yang kita terjemahkan secara sederhana dan sempit, yakni dunia gaib.

Apa yang dapat dilakukan manusia dengan ilmunya sedikit banyak

(38)

sangat spesifik, ada ilmu yang dapat membuat orang yang berada di

dalam rumah yang akan dirampok, menjadi tertidur lelap. Atau biasa

disebut dengan hipnotis. Ada ilmu untuk menemukan barang-barang

berharga yang hilang. Ada ilmu yang dapat membuat orang menjadi kaya,

atau biasa disebut orang jawa pesugihan. Ada juga ilmu pengasih, yang

biasa disebut ilmu pelet. Di samping itu ada juga ilmu yang dapat menjaga

kekuatan diri atau ilmu susuk. Ilmu pengobatan, ilmu untuk keselamatan

keluarga atau keselamatan kampung, dan lain-lain.

3.2.1 Berhubungan dengan Kekuatan Diri dan Pengobatan

Kepercayaan mistik menyediakan persamaan dalam dasar pola pikir untuk

semua jenis pengobatan yang terkait hal gaib. Posmo mengatakan bahwa

“sakit misterius hanya ditolong secara mistik pula”. Maka ahli pengobatan

yang berdasarkan metafisikal atau paranormal pada umumnya

mempercayai mistik. (Posmo, untitled 26.05.01:). Memang dasar-dasar

pola pikir masyarakat Melayu Batubara sangat berbau kepercayaan ini

juga. Kepercayaan mistik termasuk sebagian dari identitas orang Melayu,

karena sudah ada sejak zaman dahulu. Bahkan presiden-presiden

sepanjang sejarah Indonesia yang merdeka memakai kepercayaan mistik

untuk menguasai. Misalnya presiden Soekarno sering melakukan ritual

mistik yang terlibat dengan dunia supranatural. Presiden Soeharto juga

pernah menggunakan hal-hal mistik dalam segala kebijakan politiknya.

Kalau semua aspek kehidupan dipengaruhi kepercayaan mistik dan

(39)

tujuannya adalah untuk menjadi rukun dan damai dalam kehidupan

bermasyarakat. Rukun dan damai ini dapat tercapai karena adanya

keseimbangan antara yang baik dan yang jahat. Kalau tidak ada

keseimbangan, dan tidak rukun, maka akan terlihat pengaruh jahat dari

dunia gaib. Situasi yang ideal ini adalah situasi yang berimbang antara

mistik yang jahat dan yang baik. Sehingga hubungan di antara dunia

supranatural dan dunia manusia saling berhubungan. Manusia yang

pokok dalam proses ini dapat menentukan apakah situasi dapat hidup

atau tidak lewat perilakunya. Akan tetapi manusia harus mengakui bahwa

ada yang lebih kuasa dari pada manusia dalam dunia itu, yaitu Tuhan

Yang Maha Esa.

Dalam kepercayaan permanen itu, suatu penyakit atau musibah selalu

dikaitkan dengan gejala ketidak-harmonisan hubungan kita dengan

sesama manusia dengan alam gaib yang menyebabkan timbulnya suatu

penyakit dan musibah, karena itu kita memerlukan bantuan pihak lain,

yang dianggap memahami dan dapat mengendalikan kekuatan gaib yang

mengganggu kesehatan hidup kita. Kekuatan gaib itu menyebabkan

penyakit yang dapat mendatangkan musibah.

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak dapat menggunakan nalar secara

penuh, walaupun tingkat pendidikan masyarakat Melayu Batubara

umumnya telah mencapai tingkat yang dapat dianggap telah menjauhi

dunia gaib dan mistik dalam artinya yang negatif itu, lalu seharusnya

menggunakan nalar atau akal sehat dalam mengambil suatu keputusan

(40)

tidak mudah berpikir dan bertindak secara nalar dalam memperoleh solusi

yang tepat agar yang sakit dapat disembuhkan secara medis, karena

memang seharusnya demikian tindakan orang modren. Akan tetapi,

sekalipun anggota keluarga kita terkena penyakit kanker stadium empat

dan para dokter ahli telah menyatakan sangat kecil kemungkinannya

sembuh, harapan masih ditumpukan kepada sang dukun.

Bahkan, sejak gejala-gejala penyakit itu muncul masyarakat Melayu

Batubara sering memilih untuk membawa yang sakit ke dukun, tidak ke

dokter ahli atau rumah sakit. Meskipun diagnosis secara medis

mengatakan gejala demikian mengarah ke penyakit kanker, masih saja

masyarakat beranggapan bahwa penyakit yang diderita itu merupakan

hasil pekerjaan seseorang yang tidak menyukai kita.

Untuk melakukan sebuah pengobatan, sang dukun cenderung

menggunakan mantra, jimat, tumbuh-tumbuhan, dan ramuan obat.

Beberapa jenis persiapan spritual memang diperlukan dalam setiap

masalah yang berhubungan dengan mistik. Dan biasanya jimat dan

tumbuh-tumbuhan yang sudah diolah menjadi ramuan itu dapat

diminumkan, dipakaikan, disemburkan, dan ditanam pada bagian tertentu.

Pemahaman tradisional kita mengenai penyakit berkaitan dengan

penyembuhan, obat, dan dukun. Pada umumnya mistik mengelompokkan

penyakit menjadi tiga jenis, yaitu penyakit panas, dingin, dan panas

dingin. Obat juga dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu ada obat yang

berkhasiat hangat, sejuk, dan sedang. Tiga jenis penyakit dan obat

(41)

Seperti kegunaan obat hangat itu untuk penyakit yang berbahaya, atau

penyakit yang sudah parah. Obat yang sejuk biasanya digunakan untuk

anak-anak di bawah umur. Dan obat yang sedang digunakan untuk

mengobati penyakit yang umum diderita oleh masyarakat. Sehingga

tiap-tiap dukun punya keahlian dalam mengobati suatu penyakit.

Alat yang dipakai seorang dukun biasanya berupa tanaman, dan dijadikan

ramuan untuk mengobati suatu penyakit. Bagaimana menentukan khasiat

obat tersebut belum ditemukan jawabannya. Secara tidak langsung alam

menjadi media untuk pengobatan ini.

3.2.2 Berhubungan dengan Pekerjaan

Mata pencaharian utama masyarakat Melayu Batubara adalah nelayan.

Hampir seluruh laki-laki yang berada di desa ini menggantungkan

hidupnya dengan hasil laut, meskipun penduduknya mempunyai mata

pencaharian tambahan dengan berladang, buruh, dan di bidang jasa.

Usaha kaum perempuannya bersifat industri rumah tangga, seperti

membuat kain songket, membuat jaring ikan, dan berjualan di depan

rumah.

Di kalangan pelaut dan nelayan pesisir, yang terdapat di Batubara,

ritual dan mistik merupakan bagian penting dalam teknologi pembuatan dan

pelayaran perahu yang mereka praktekkan. Dengan kata lain, teknologi dan

ritual serta mistik merupakan satu kesatuan. Ritual adalah aturan tradisional

(42)

sangat berkaitan dengan latar belakang budaya yang ada. Karenanya pada

masyarakat Melayu Batubara sangatlah sulit untuk memisahkan batasan

tradisional dengan modern dalam kegiatan pelayaran, khususnya untuk saat

ini.

Walaupun sebuah perahu telah menggunakan mesin, kompas, dan

alat tangkap yang modern lainnya, itu bukan berarti bahwa nilai-nilai

tradisional ditinggalkan. Kesemuanya itu hanya ‘berpindah tempat’. Jika

dulunya ritual tersebut dipraktekkan untuk benda-benda yang mereka

kembangkan sendiri, sekarang tetap dilakukan tetapi dengan beberapa

penyesuaian. Mereka tetap mengadakan ritual adat untuk ‘meresmikan’

mesin yang mereka baru beli, misalnya. Meski telah terjadi degradasi praktek

(dan kualitas) ritual dan mistik di kalangan pelaut serta nelayan sekarang ini,

namun serangkaian kegiatan terkait kepercayaan dan mitos tetap mewarnai

kehidupan pelaut masyarakat Batubara.

Di dalam pekerjaan masyarakat Melayu Batubara pasti pernah mengalami

pasang surut dalam mendapatkan keuntungan dan keselamatan. Hal-hal

yang terjadi, Seperti saat gagal panen akibat hama, hujan yang

membanjiri lahan para petani. Sebelum hal tersebut terjadi masyarakat

percaya harus melakukan upacara ritual saat ladang mulai dapat dipanen,

bagi para petani. Masyarakat yakin hal tersebut harus dilakukan untuk

menghormati alam sebagai tempat mereka mencari rezeki. Sedangkan

bagi masyarakat yang bekerja sebagai nelayan, juga melakukan ritual di

(43)

sedang melakukan aktifitasnya sebagai nelayan. Biasanya para nelayan

melaksanakan ritual dengan memberikan sesajen ke dalam laut dan

membacakan mantra-mantra yang dilakukan oleh sang dukun.

3.2.3 Berhubungan dengan keselamatan Kampung

Meski berada dalam arus pusaran gaya hidup kota, desa yang terdapat di

Batubara tetap mempertahankan berbagai keunikan dan kekhasan

daerahnya. Salah satunya adalah mempertahankan adat-istiadat

budayanya. Mistik merupakan salah satu budaya yang masih ada pada

masyarakat Melayu Batubara. dan keberadaannya tidak sulit untuk

ditemukan, karena sebagian masyarakat mengetahui tradisi tersebut.

Sebagian masyarakat Melayu di Batubara pernah mendapat reaksi negatif

dari lingkungan agama yang telah menyatu dengan nilai-nilai budaya dan

tradisi setempat. Dan di zaman yang serba modern ini, mistik dianggap

masyarakat dapat menimbulkan Syirik atau menduakan Tuhan. Namun

tidak dapat dipungkiri, bahwa tradisi ini dapat menyelamatkan kampung

bagi orang yang fanatik terhadap mistik.

Dunia mistik dan alam gaib memang lekat dengan kehidupan kita

sehari-hari, bahkan mendapat tempat yang sangat luas di televisi, melalui

sinetron dan reality-show. reporter M. Aan Mansyur merangkum pengalaman

dan referensinya seputar tahayul, alam gaib dan dunia mistik dalam tulisan

(44)

Pelajar dan buruh yang kesurupan massal menjadi berita hangat

media massa sepanjang tahun lalu. Masyarakat heboh mengaitkannya

dengan kepercayaan dan hal gaib. Di Sumatera Utara, sejumlah dokter

spesialis penyakit jiwa mengambil inisiatif melakukan jumpa pers, yang

menjelaskan bahwa fenomena kesurupan massal adalah gangguan kejiwaan

dan tekanan alam bawah sadar, bukannya gangguan makhluk halus.

Langkah ini diambil karena masyarakat dan beberapa media cenderung lebih

senang mengkaitkan peristiwa ini dengan kepercayaan masyarakat, tahayul

dan hantu gaib, ketimbang penjelasan medis.

Tahayul dan hal gaib memang lekat dengan keseharian. Dalam

bahasa Arab, kata ‘takhayul’ berarti ‘hanya hayalan belaka’—sesuatu yang

hanya ada di angan-angan, yang sesungguhnya tidak ada. Tahayul

berpadanan dengan kata ‘supertition’ dalam bahasa Inggris. Istilah ini

berasal dari bahasa Latin, ‘superstitio’, punya makna tak jauh berlainan:

terlalu takut kepada dewa-dewa—yang mahluk-mahluk gaib juga.

Oleh para ahli folklore moderen, penggunaan kata ‘tahayul’ untuk

mewakilkan hal-hal yang berada di luar jangkauan akal dianggap

mengandung makna merendahkan sehingga mereka lebih senang

menggunakan istilah ‘kepercayaan rakyat’ atau folk belief. Meskipun orang

punya pandangan merendahkan, anehnya, hampir tak ada orang yang

sungguh-sungguh lepas dari tahayul. Kota yang dianggap mewakili wilayah

moderenitas juga tak pernah bisa betul-betul bebas dari tahayul. Media

(45)

besar tempat mengalirnya uang milyaran rupiah. Itu adalah sedikit bukti

nyata bahwa tahayul tak pernah berhenti gentayangan.

Ada satu klasifikasi tahayul yang pernah dibuat oleh seorang bernama

Wayland D. Hand,. Ia membagi tahayul ke dalam empat golongan besar:

tahayul di sekitar lingkungan hidup manusia, tahayul mengenai alam gaib,

tahayul mengenai terciptanya alam semesta, tahayul lain-lain.

Membaca penjelasan Hand ini, hampir sama dengan di desa Pahang

Kabupaten Batubara, anak-anak kecil tak sepenuhnya bebas bermain karena

banyak larangan yang harus dipatuhi.

Misalnya, keluar saat magrib atau bermain-main saat turun hujan

orang mati sangat berbahaya. Keduanya dipercaya sebagai waktu

mahluk-mahluk halus menyebar penyakit. Itulah mengapa disebut, arwah-arwah

orang mati itu menyebar penyakit saat turun hujan seperti itu. Selain itu,

magrib dipercaya pula sebagai waktu bergentayangannya, mahluk halus

yang tinggi sekali. Mahluk halus ini sangat berbahaya menurut kepercayaan

masyarakat di Batubara. Orang yang pernah melihatnya atau berpapasan

meskipun tak melihatnya akan terkena sakit keras dan bahkan meninggal.

Banyak peristiwa di kampung Batubara seperti kehamilan, kelahiran,

jatuh sakit dan kematian, yang senantiasa dikaitkan dengan tahayul atau

kepercayaan masyarakat. Ada pantangan makan atau perbuatan tertentu

bagi perempuan hamil, ada pantangan untuk keluar rumah di waktu-waktu

tertentu, dan banyak lagi. Kata “pamali” sangat akrab di telinga masyarakat.

Alam roh orang Melayu dan hubungan yang ada di antara dunia roh

(46)

macam roh dan hantu menurut kepercayaan orang Melayu, praktek-praktek

ilmu gaib, ramalan dan pertanda.

Sebagaimana masyarakat lainnya, dalam kehidupan orang-orang Melayu

sehari-hari, hantu juga merupakan salah satu bagian yang cukup penting.

Ada berbagai nama hantu yang mereka kenal, masing-masing memiliki

fungsi tersendiri, di antaranya: pontianak, jembalang, mambang, pelesit,

harimau jadian, tuyol, bajang, sijundai, hantu air, hantu laut, hantu suluh,

jerangkung, orang bunian, penunggu, hantu kubur, pucong dan lain

sebagainya. Sebagian sisi kehidupan mereka diwarnai dengan hantu.

Sebagai contoh, ketika orang Melayu berada di air, mereka diingatkan

oleh pengetahuan lokal mereka yang mengatakan ada hantu air; ketika

berada di atas tanah, mereka ingat dengan jembalang tanah; ketika

berada di dekat pohon besar, mereka ingat dengan hantu puake dan

penunggu; ketika di dekat kuburan, ada hantu kubur dan pucong; ketika

melihat binatang, mereka ingat dengan binatang (seperti harimau, srigala

dsb) jadian; ketika berada di daerah yang asing dan seram, mereka ingat

dengan orang bunian; di saat perempuan sedang hamil dan anak-anak

sedang bermain, di sana hadir ingatan tentang pontianak (kuntilanak).

Demikianlah, hantu ini hadir atau dihadirkan di daerah tertentu dan

pada momen atau keadaan tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Dalam

teori budaya dikatakan bahwa, sesuatu yang ada dan berkembang di tengah

kehidupan masyarakat, pasti memiliki fungsi tertentu; jika fungsi tersebut

memudar, maka eksistensi ‘sesuatu‘ tersebut juga akan hilang dengan

(47)

tersebut masih tetap eksis sebagai bagian dari pengetahuan lokal

masyarakat. Masih eksisnya hantu-hantu ini menandakan bahwa, hantu

tersebut masih memiliki fungsi dan peran tersendiri dalam masyarakat

Melayu.

Dalam tataran tertentu, mungkin hantu ini bagian dari cara orang

Melayu untuk menjelaskan atau memahami lingkungan sekitarnya. Dapat

juga digunakan sebagai bagian dari alat kontrol moral, baik dalam kehidupan

keluarga ataupun masyarakat. Sebagai contoh, ketika seseorang sakit

demam kuning, maka pengetahuan lokal mereka mengatakan bahwa,

penyebabnya adalah mambang kuning. Dalam konteks lain, ketika seorang

anak bermain dan berenang terlalu lama di sungai, maka ibunya akan

menakut-nakuti dengan hantu air. Dalam hal ini, keberadaan hantu air

berfungsi sebagai pengontrol perilaku anak. Secara umum, keberadaan

hantu-hantu ini lebih banyak untuk dijauhi dan ditakuti daripada didekati dan

di pelihara. Dalam pengertian ini, bisa dilihat bahwa hantu-hantu tersebut

sebenarnya representasi dari sisi negatif. Dalam konteks moralitas, sisi

negatif ini sering disimbolisasi dengan warna ‘hitam‘, lawannya adalah ‘putih‘.

Maka, orang yang dekat dan memelihara hantu-hantu ini sering disebut

memiliki ilmu hitam. Akhirnya, keberadaan hantu-hantu tersebut ternyata

juga berkaitan dengan aspek nilai (aksiologis) dalam kehidupan orang

Melayu.

Dalam konteks orang bunian ataupun penunggu, sebenarnya juga

terkandung pandangan mengenai pembagian kawasan/teritorial: ini adalah

(48)

terdalam, spasialisasi ini boleh jadi juga merupakan bagian dari upaya

menjaga keseimbangan alam; manusia tidak boleh seenaknya

mengeksploitasi alam, karena disana juga ada makhluk lain yang memiliki

hak terhadap alam tersebut. Jika manusia terpaksa masuk ke dalam teritorial

hantu, maka diperlukan perlakuan khusus (special treatment) untuk meminta

izin, agar keseimbangan tetap terjaga. Dalam hal ini, kemudian muncullah

berbagai upacara dan mantra sebagai media komunikasi. Demikianlah,

hantu tetap hidup dan menempati sisi tersendiri dalam kehidupan orang

Melayu. Untuk itu, perlu uraian yang lebih komprehensif mengenai berbagai

macam hantu ini.

Seperti yang disebutkan Geertz bahwa golongan mahluk halus di

Sumatera Utara, juga sebenarnya dipercaya ada mahluk yang suka

merasuki orang sehingga membuatnya sakit, gila, atau meninggal. Dan

orang yang kesurupan biasanya dimasuki roh mahluk halus, melalui

ubun-ubun atau jari kaki. Itulah mengapa jika ada orang yang kesurupan orang

menolongnya dengan memijit jari kakinya atau membacakan baca-baca

(mantera) dan meniupkannya di ubun-ubun orang kesurupan.

Selain kesurupan, jika seorang anak kecil tiba-tiba berubah nakal atau

bertingkah aneh juga sering dipercaya masyarakat Melayu Batubara

sebagai kemasukan roh jahat. Jika terjadi hal seperti itu, anak

bersangkutan dibawa oleh orangtuanya ke orang pintar, biasanya ustaz

atau dukun untuk disembuhkan.

Selain memasuki tubuh orang, ada juga kelakukan lain mahluk halus

(49)

Anak-anak akan diubah menjadi sangat kecil sehingga saking kecilnya Anak-anak

tersebut bisa disembunyikan di sela-sela rumput. Jika ada anak yang

mengalami hal seperti ini, orang menyebutnya disembunyikan oleh setan.

Orang percaya bahwa anak yang pernah disembunyikan setan akan

menjadi bodoh. Sebenarnya apa fungsi tahayul-tahayul itu sehingga

dipelihara oleh orang sampai bertahun-tahun?

Menurut Geertz, Salah satu fungsi tahayul dan atau kepercayaan kepada

mahluk-mahluk halus adalah untuk memberi sebuah perangkat penjelasan

kepada para penganut sebuah kepercayaan. Juga untuk menerangkan

pengalaman yang aneh-aneh serta di luar akal sehat manusia..

Penjelasan itu berupa gambaran simbolis hayalan. Pada wilayah hayalan,

hal-hal paling menyimpang pun bisa disahkan. Seorang penjual sayur,

yang misalnya, tiba-tiba menjadi kaya raya, oleh orang-orang dikatakan

bahwa penjual sayur itu ikut tareka sala (tarekat salah), ia sembahyang

telanjang menghadap ke pintu setiap malam Jumat dan uang datang

padanya.

Fungsi lain tahayul adalah sebagai penebal emosi keagamaan atau

kepercayaan. Karena manusia yakin adanya mahluk-mahluk gaib yang

menempati alam sekeliling dan yang berasal dari jiwa-jiwa orang mati.

Bisa pula disebabkan karena manusia takut akan berbagai krisis terjadi

pada hidupnya atau karena manusia yakin akan adanya gejala-gejala

(50)

Masih banyak fungsi lainnya, yaitu; sebagai metode mendidik anak-anak

dan remaja agar menjadi anak yang lebih hati-hati, sopan dam

sebagainya; dapat juga menghibur orang yang kena musibah, contohnya

jika ada orang disatroni maling, ia akan menghibur diri dengan

mengatakan bahwa itu hanya buang sial.

Masyarakat Melayu Batubara memang menyimpan banyak tahayul,

penduduknya sangat percaya pada berbagai kekuatan gaib. Dan saya sadar

bahwa masyarakat Melayu Batubara, adalah potret nyata sebagian

masyarakat kita, yang sangat percaya pada kekuatan di luar nalar, logika

dan akal sehat. Di kampung dan di kota, orang-orang memang tak lepas

(dan ada juga yang tak hendak melepaskan diri) dari tahayul dan

semacamnya.

3.3 Waktu dan Tempat Dilakukan Mistik

Mistik merupakan ritual yang ‘wajib’ dilakukan oleh para nelayan di

Batubara. Dalam prakteknya, mistik dilaksanakan ketika akan “meresmikan”

sesuatu, baik benda maupun kegiatan, misalnya: meresmikan perahu, alat

tangkap (jala dan gae) dan ketika memulai kegiatan penangkapan.

Para nelayan meyakini, jika tidak melakukan ritual ketika akan memulai

turun ke laut (pelayaran pertama), maka boleh jadi akan ada sesuatu hal

yang merisaukan hati di dalam pelayaran. Dalam prakteknya, ritual mistik

dilaksanakan ketika akan ‘meresmikan’ sesuatu, baik benda maupun

kegiatan, misalnya: meresmikan perahu, alat tangkap dan ketika memulai

(51)

melakukan ritual mistik dalam pertengahan musim, ketika pada beberapa

operasi pertama mereka tidak memperoleh hasil.

Ritual mistik dilaksanakan di kediaman atau rumah sang dukun, yang

dipimpin oleh seorang pemuka agama (panrita) dan dihadiri oleh awak kapal.

Jika meresmikan perahu, acara ritual (pembacaan) dilaksanakan di atas

perahu. Demikian juga ketika meresmikan yang telah selesai dibuat, Acara

inti dalam kegiatan ritual mistik adalah pembacaan mantra yang dipimpin

oleh seorang pemuka agama. Selesai membaca mantra, dilanjutkan dengan

pembacaan do’a kepada Allah SWT untuk memohon keselamatan dan

rezeki. Kemudian acara dilanjutkan dengan menyantap hidangan yang telah

disediakan.

Bahan yang diperlukan dalam ritual mistik biasanya adalah: hasil dari

tangkapan dari nelayan, seperti minyak, beras, pisang, dan makanan yang

manis (kue). Dan untuk peralatannya adalah, tampah, piring, baskom, wajan,

dan dupa.

Tahapannya adalah: nelayan atau pelaut menyiapkan bahan-bahan

tersebut; kumpulan bahan tersebut yang sudah dilumuri minyak diletakkan di

atas piring secara bergantian dimasukkan ke dalam wajan tanah yang panas

karena pengaruh panas, bahan-bahan hasil nelayan itu akan “meledak”, jika

daya semburannya lemah maka itu pertanda ada masalah yang dihadapi

oleh nelayan nantinya, demikian pula sebaliknya jika kuat tandanya tidak ada

masalah. beras yang telah masak dikembalikan ke posisi semula di atas

piring selanjutnya bahan-bahan tersebut di bawa ke rumah panitia untuk

(52)

ditinggal di rumah ulama (panrita) dan dibawa kembali ke rumah. Sebelum

berangkat ke rumah ulama, bahan-bahan yang berada di atas tampah

tersebut diasapi dengan dupa di dekat arang. Sekembalinya, bahan-bahan

tersebut diletakkan di dekat arang sampai nelayan kembali dari laut.

Ritual ini dilaksanakan setelah selesai shalat shubuh pada hari Jum’at.

Umumnya dipraktekkan oleh para nelayan. Ritual mistik dilaksanakan hanya

untuk kegiatan melaut yang memakan waktu lama. Pembelian bahan untuk

ritual mistik dimasukkan ke dalam ongkos melaut yang ditanggung para

nelayan.

3.4 Konteks Sosial dan Simbol-simbol Mistik

Adapun kepercayaan dari masyarakat Melayu Batubara adalah mereka

percaya terhadap sebuah pengharapan keberhasilan lewat penggunaan

simbol-simbol, baik berupa benda maupun perilaku. Simbol ini digunakan

hampir ada pada semua kegiatan nelayan, mulai dari pembuatan perahu,

tata cara pengerjaannya, pembuatan jaring, susunan bambu di dalam

perahu, posisi ketika menurunkan alat tangkap, kejadian yang ditemui

sebelum turun ke laut, bahan yang digunakan pada alat tangkap, dan lain

sebagainya.

Pengetahuan tentang simbol-simbol diperoleh secara turun temurun,

baik dari saudara, menuntut ilmu dari seorang guru, maupun melihat prilaku

nelayan lain. Salah satu contoh simbol-simbol yang ada di pembuatan jaring

adalah posisi mata di dua atau tiga yang ada di bagian paling luar haruslah

(53)

kegunaannya adalah nantinya akan “mengawasi dan menjaga” ikan yang

sudah ada di bawah bambu agar tidak lari. Dari posisi mata sudah dapat

diketahui (bagi orang-orang tertentu) bahwa jaring tersebut nantinya akan

memberi hasil yang banyak atau tidak terhadap nelayan.

Hubungan mistik dengan pengaruh simbol-simbol ada yang bersifat

larangan atau pantangan. Ada juga yang dapat mencakup semuanya, baik

yang bersifat larangan maupun praktek-praktek yang harus dilakukan.

Simbol-simbol tersebut dapat saja berbeda antara para nelayan. Pengertian

simbol ada dua, yang bersimbolkan benda dan yang bersimbolkan praktek.

Contoh di atas adalah simbolnya berupa benda, sedangkan contoh simbol

praktek adalah ketika berangkat dari rumah untuk pergi ke laut kaki kanan

lebih dulu.

Sejumlah bentuk simbol yang umum dipraktekkan dengan sangat ketat

oleh nelayan atau pelaut pada masyarakat Melayu Batubara. simbol yang

dipercaya antara lain: dilarang menyebut nama langsung binatang berkaki

empat (misalnya kerbau, kuda) atau binatang darat yang umum lainnya

sewaktu melaut. Ini adalah larangan yang paling keras. Dan bila dilanggar

diyakini akan membawa malapetaka di laut. Simbol lainnya adalah dilarang

mencuci peralatan masak dan makan secara langsung di dalam laut;

keluarga nelayan dilarang bertengkar saat anggota keluarga laki-laki

berangkat menuju laut.

Sementara kepercayaan yang dipegang antara lain, Isteri jangan

membelakangi dapur ketika suami akan berangkat melaut. Kepercayaannya

(54)

melaut adalah untuk mencari rezeki rumah tangga. Juga ada kepercayaan

bahwa sangat baik ketika berpapasan dengan ibu hamil atau orang yang

membawa air minum dengan memanggulnya ketika akan berangkat melaut.

kepercayaanya adalah bahwa ibu hamil atau orang yang membawa air

adalah simbol keberuntungan dan nasib baik di laut.

Kepercayaan simbol berupa benda juga sering digunakan oleh

masyarakat Melayu Batubara. Dari simbol-simbol yang digunakan. Kadang

sebagai kalung, gelang atau sekadar menyimpan di dalam kamar atau

Referensi

Dokumen terkait