KAJIAN PENGEMBANGAN PA
SUPERMINI DALAM RANGKA PENI
KELAPA S
BRIK KELAPA SAWIT (PKS)
NGKATAN PENDAPATAN PETANI
AWIT DI SUMATERA UTARA
Supermini Palm Oil Factory in Order
ers Income in North Sumatera)
ro - Ka ro
engetahui penyebaran kebun kelapa sawit rakyat di yang sesuai dengan penyebaran kebun kelapa sawit han Batu, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, dan Tapanuli engah), mengetahui dampak pengembangan PKS Supermini terhadap peningkatan pendapatan petani kelapa jian, dan menyusun arahan pengembangan dalam bentuk arahan prioritas lokasi dan arahan
PKS Supermini di daerah kajian.
if yang didukung dengan tabulasi. Penetapan lokasi PKS Superm ntuan lokasi. Penetapan jumlah PKS di suatu wilayah sampa oduksi dengan mempertimbangkan hubungan kapasitas PKS ndukung. Analisis dampak terhadap pendapatan petani eh perhitungan nilai tambah bersih produk olahan gabun dan arahan pengembangan dilakukan secara deskriptif melau
Hasil sur p kinerja perkebunan kelapa sawit rakyat di daerah kajian menyatakan bahwa penyebaran dak merata, sementara itu produktivitas dan pendapatan petani lam rentang relatif rendah. Peningkatan pendapatan yang akan diperoleh petani a-rata adalah sekitar 5,74%-32,76%. Hasil skoring
iprioritaskan pengembangannya adalah Sei Kepayang (Asaha latan), Batang Natal (Mandailing Natal), dan Lumut (Tapan
dalam rangka merealisasikan dan memberdayakan pereko esak untuk dilakukan adalah pelatihan teknis bagi para petani mbagaan petani (seperti kelompok tani sawit dan koperasi agribisnis),
pajakan/retribusi., pengembangan sistem insentif ,dan
unan rakyat kelapa sawit.
Abstr ducted to know the spreading of palm oil small holders in North Sumatera and to ccording to the palm oil small holders spreading in the study Mandailing Natal and Central Tapanuli), to know the impac ctory development on the farmer income increase, to arrange the development methods that was used to study the performance of palm orted by tabulation. Identification of factory location was done b upermini palm oil factory in a region up to 2012 was determ diction of production and supported by the relationship between capacity of supermini palm of the development of supermini palm oil factory on the farmer at was supported by calculation of net value added of
rocessed product. Determination of the priority location was done by scoring for some parameters.
he results of this study indicated that the spreading of palm oil small holders in the study area and palm oil factories are unbalanced, on the other hand the productivity and farmer income showed the variation but within the relative low range. After the development, the farmers income will increase around 5.74 up to 32.76 %. The result of scoring showed that the priority subdistricts are Sei Kepayang (Asahan), Merbau (Labuhan Batu), Sosa (South Tapanuli), Batang Natal (Mandailing Natal) and Lumut (Central Tapanuli). The urgent programs that will support the development of supermini palm oil factories in the study area are technical training for farmers, farmer institutions development (farmer groups and agribusiness cooperation), deregulation of dispensation procedures, tax regulation, incentive system improvement and infrastructures development. Key words: Supermini palm oil factory, farmer income, palm oil small holder.
(The Study on The Development of
To Increase The Palm Oil Farm
Te rip Ka
Abstrak: Pengkajian ini dilakukan dengan tujuan untuk m Sumatera Utara dan menetapkan lokasi PKS Supermini rakyat di daerah kajian (Kabupaten Asahan, Labu T
sawit di daerah ka program pengembangan
Metode analisis yang digunakan yaitu metode deskript ini dilakukan dengan bantuan kriteria teknik pene i tahun 2012 dilakukan atas dasar prediksi pr Supermini dan luas lahan pertanaman kelapa sawit pe dilakukan dengan metode deskriptif yang didukung ol
gan. Sementara itu, penetapan prioritas lokasi i skoring terhadap beberapa parameter.
vai terhada
lahan pengembangan kelapa sawit rakyat dan PKS ti kelapa sawit bervariasi da
dengan adanya pengembangan PKS Supermini rat menyatakan bahwa kecamatan-kecamatan yang perlu d
n), Merbau (Labuhan Batu), Sosa (Tapanuli Se uli Tengah).
Untuk mendorong pengembangan PKS Supermini nomian rakyat maka program-program yang mend , pengembangan kele
penyederhanaan prosedur perizinan, pengaturan per pengembangan infrastruktur pendukung.
Kata kunci: PKS Supermini, pendapatan petani, perkeb
act: The study was con
determine the location of supermini palm oil factories a area (Asahan, Labuhan Batu, South Tapanuli, t of supermini palm oil fa
direction of supermini palm oil factories.The analysis oil small holder was descriptive analysis that was supp y technical criteria for location. The total of s ined by pre
oil factory and total area of palm oil land. The impact income was analyzed by descriptive methods th p
PENDAHUL
telah
pengusahaan perkebunan usaha y
besar u
dilaksanakan a
luar petani per n n a itra de perusahaan besar swasta atau BUMN 2002).
embangunan areal kebun kelapa sawit
yang relatif kecil maka unit
dan jarak
tu pabrik kelapa sawit berkapasitas standar.
elatif lama, tal, di ang merupakan daerah
kan adalah eskriptif yang didukung dengan tabulasi.
okasi PKS Supermini dilakukan dengan bantuan kriteria teknik penentuan lokasi, sedangkan
pendukung yang dibutuhkan. Analisis dampak
kapasitas olah PKS, dan jumlah desa tertinggal setiap
king pertama sampai yang arakteristik hubungan setiap parameter dengan ranking.
da paten Labuhan Batu 1.057.994
UAN pengembangan kelapa sawit yang sudah r Dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir,
terjadi pergeseran secara bertahap dalam kelapa sawit, yaitu dari
sementara itu Tapanuli Selatan, Mandailing Na dan Tapanuli Tengah adalah tiga kabupaten wilayah Pantai Barat y
ang hanya dilaksanakan oleh perusahaan swasta maup n BUMN menjadi usaha yang
pengembangan kelapa sawit yang relatif baru.
oleh petani perkebunan (sw daya) di kebu a y ng berm ngan
METODE PENGKAJIAN
Metode analisis yang diguna (Deptan, metode d
Penetapan l P
yang dilakukan oleh petani perkebunan atau perkebunan kelapa sawit rakyat terus mengalami peningkatan cukup signifikan, sejalan dengan semakin membaiknya bisnis produk olahan kelapa sawit baik di pasar domestik maupun di pasar internasional. Pada umumnya perkebunan kelapa
penetapan jumlah PKS di suatu wilayah sampai tahun 2012 dilakukan atas dasar prediksi produksi sampai dengan tahun tersebut serta mempertimbangkan hubungan kapasitas PKS Supermini dan luas lahan pertanaman kelapa sawit
sawit rakyat ini dibangun secara bertahap dan terpencar dengan skala usaha 0,5 sampai 2 ha dan beberapa tahun terakhir terlihat adanya gejala ketidakmampuan sarana yang dimiliki oleh perusahaan besar dan BUMN dalam mengolah hasil perkebunan kelapa sawit rakyat yang semakin melimpah. Kalaupun mereka menampung dengan
terhadap pendapatan petani dilakukan dengan metode deskriptif yang didukung oleh perhitungan nilai tambah bersih produk olahan gabungan (kernel dan minyak sawit).
Penentuan lokasi prioritas pengembangan dilakukan melalui skoring terhadap wilayah kecamatan menggunakan beberapa parameter yaitu harga yang sangat rendah pada tingkat petani.
Salah satu solusi menghadapi permasalahan tersebut adalah melaksanakan pembangunan unit pengolahan kelapa sawit di lokasi atau di sekitar perkebunan kelapa sawit rakyat. Mengingat lokasi perkebunan kelapa sawit rakyat relatif menyebar dan dalam skala luasan
luas areal pertanaman, produksi, produktivitas, jumlah petani kelapa sawit, peningkatan luas areal, laju peningkatan produksi, peningkatan produktivitas kelapa sawit rakyat selama 5 tahun terakhir, jumlah PKS, kapasitas olah PKS, rasio antara produksi dengan jumlah PKS, rasio antara produksi dengan
pengolahan kelapa sawit yang memungkinkan untuk dibangun adalah yang berskala kecil atau supermini yaitu dengan kapasitas ≤ 1 ton TBS per jam (PPKS, 2000). Dalam kenyataannya, kebun kelapa sawit rakyat memiliki keterbatasan luasan
kecamatan. Adapun langkah-langkah skoring adalah sebagai berikut:
a. Menyusun nilai atau kinerja setiap parameter skoring pada setiap kecamatan di daerah kajian. b. Menyusun ranking nilai setiap parameter antarkebun saling berjauhan, sehingga tidak
memungkinkan (kurang sesuai) apabila dibangun
skoring dari ran terakhir, menurut k sa
Untuk mengatasi permasalahan di atas maka perlu dilakukan kajian mengenai prospek pengembangan PKS Supermini untuk mengolah tandan buah segar kelapa sawit rakyat yang tersebar di Sumatera Utara. Adapun tujuan kajian ini adalah: 1. Untuk mengetahui penyebaran kebun kelapa
sawit rakyat di Sumatera Utara dan menetapkan lokasi PKS Supermini yang sesuai dengan penyebaran kebun kelapa sawit rakyat di daerah kajian.
2. Untuk mengetahui dampak pengembangan PKS Supermini terhadap peningkatan pendapatan
c. Menjumlahkan nilai rank semua parameter skoring di setiap kecamatan.
d. Menyusun urutan prioritas pengembangan bagi semua kecamatan yang dikaji dan menetapkan kecamatan dengan total skor tertinggi sebagai kecamatan prioritas pengembangan.
KINERJA DAN PERMASALAHAN
PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT RAKYAT DI DAERAH KAJIAN
Total luas perkebunan kelapa sawit rakyat petani kelapa sawit di daerah kajian.
3. Menyusun arahan pengembangan dalam bentuk arahan prioritas lokasi dan arahan program pengembangan PKS Supermini di daerah kajian.
Daerah kajian yang dimaksud dalam hal ini meliputi Kabupaten Asahan, Labuhan Batu, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, dan Tapanuli Tengah. Asahan dan Labuhan Batu merupakan dua kabupaten
pada tahun 2001 di wilayah Kabupaten Labuhan adalah 79.000,50 ha tersebar pada 22 kecamatan, Kabupaten Asahan 17.680 ha tersebar pada 20 kecamatan, Kabupaten Tapanuli Selatan 21.168,47 ha tersebar pada 16 kecamatan, Kabupaten Mandailing Natal 310,88 ha tersebar pada 8 kecamatan, Kabupaten Tapanuli Tengah 1785 ha tersebar pada 8 kecamatan.
ton dan produktivitas 13,39 ton/ha, Kabupaten Asahan
oduksi dan produktivitas perkebunan kelapa sawit ra
mbaga keuanga
232.826 ton dan produktivitas 13,17 ton/ha, Kabupaten Tapanuli Selatan 157.224,24 ton dan produktivitas 7,43 ton/ha, Kabupaten Mandailing Natal 66,11 ton dan produktivitas 0,21 ton/ha, Kabupaten Tapanuli Tengah 19.623,90 ton dan produktivitas 10,99 ton/ha (Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara, 2001).
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa pr
kyat antarwilayah di daerah kajian tidak merata. Hal ini lebih dipengaruhi oleh usia pengembangan perkebunan kelapa sawit rakyat. Produktivitas tanaman perkebunan kelapa sawit rakyat masih jauh di bawah tanaman yang dikelola oleh perkebunan besar. Hal ini antara lain disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan petani dan adanya kendala penyerapan terhadap paket teknologi oleh petani, belum terlaksananya intensivikasi secara baik dan kurangnya modal petani.
Kelembagaan petani masih lemah. Sampai saat ini kemitraan antara lembaga di tingkat petani dengan lembaga-lembaga yang ada di Sumatera Utara seperti lembaga penelitian, perguruan tinggi, asosiasi pengusaha dan organisasi profesi, le
n, penangkaran benih, masih sangat terbatas. Berdasarkan survai sampel terhadap petani kelapa sawit maka diperoleh hasil rata-rata pendapatan usaha tani kelapa sawit per ha di Kabupaten Asahan Rp 4.691.714 (merupakan yang tertinggi) dan Mandailing Natal Rp 474.000 (yang terendah). Rendahnya pendapatan usaha tani kelapa sawit per ha di Kabupaten Mandailing Natal disebabkan oleh masih rendahnya produktivitas (yaitu rata-rata hanya 0,28 ton/ha). Sementara itu, didasarkan atas luas areal rata-rata per petani maka rata-rata pendapatan usaha tani setiap petani di setiap kabupaten didaerah kajian seperti disajikan pada Tabel-1.
Tabel-1. Rata-Rata Pendapatan Usaha Tani Kelapa Sawit di Daerah Kajian
Kabupaten Luas Pendapatan Pendapatan Lahan/
Petani (ha/KK)
Usaha Tani Per ha (Rp)*
Usaha Tani Per KK (Rp)*
Labuhan Batu 2.6 4.582.045 11.913.317
Asahan 1.8 4.691.714 8.445.085
Tap Sela
anuli tan
2.3 2.260.702 5.199.615
Mandailing Natal
2.5 474.000 1.185.000
Tapanuli Tengah
3.5 3.260.982 11.413.437
Berdasarkan analisis tentang kinerja kelapa sawit rakyat di daerah kajian maka permasalahan pengembangan pemasaran dan pengolahan hasil panen kelapa sawit rakyat di daerah kajian
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Rendahnya aksesibilitas lokasi kebun kelapa sawit rakyat ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) akibat terbatasnya alat transportasi, topografi wilayah yang bervariasi dan kondisi jalan yang tidak ruh terhadap tingginya an penurunan kualitas TBS
dengan biaya produksinya. 6. Belu
memadai. Hal ini berpenga biaya input pertanian d
pascatransportasi.
2. Penyebaran lahan pengembangan tidak merata dan sering berada pada kondisi geografis yang berawa-rawa, top soil yang tipis, gambut, dan lain-lain.
3. Keterbatasan pengetahuan tentang berbagai aspek budidaya dan kurangnya modal petani yang berdampak terhadap rendahnya tingkat penyediaan input pertanian dan kurang tuntasnya sistem pengelolaan lahan oleh petani.
4. Penetapan harga TBS oleh pabrik atau pedagang pengumpul sering lebih rendah dari harga pasar. 5. Pendapatan pekebun kelapa sawit masih relatif
rendah dibanding
m tersedianya strategi yang memadai dalam upaya meningkatkan pendapatan petani pekebun.
SKENARIO PENGEMBANGAN PKS SUPERMINI DI DAERAH KAJIAN
1. Strategi Pengembangan PKS Supermini
Orientasi sektor agribisnis petani harus harus berubah dari orientasi produksi kepada orientasi pasar, yang artinya untuk mengembangkan sektor agribisnis yang modern dan berdaya saing maka agroindustri menjadi penentu kegiatan pada subsistem usaha tani dan selanjutnya menentukan subsistem agribisnis hulu.
Strategi pengembangan agroindustri sebagai mo or penggerak sektor agribisnis harus t dilaksanakan melalui pengembangan strategi pemasaran, pemantapan sumberdaya, pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pengembangan infrastruktur agribisnis.
Pembangunan pertanian dengan pendekatan agribisnis perlu disertai dengan pengembangan organisasi bisnis petani yaitu koperasi agribisnis, baik koperasi primer maupun koperasi sekunder,
gar mampu berperan sebagai aktor u a
k
tama pada bah dapat
trategi pengembangan knolog
egiatan non-usaha tani sehingga nilai tam
direbut para petani di masa mendatang (Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara, 2001)
Selanjutnya s
te i pengolahan dalam hal ini pengolahan kelapa sawit dan juga pengembangan teknologi produk pada subsektor agribisnis hilir (agroindustri hilir) diarahkan untuk peningkatan efisiensi, pengembangan diversifikasi teknologi pengolahan untuk menghasilkan diversifikasi produk, meminimumkan hasil buangan (waste) serta bahan polusi (pollutan), dan lain-lain. Percepatan pengembangan agroindustri dalam agribisnis
arapk
un juga perl perhitu
han ba
ajian mekanika tanah, pabrik seharusnya di angun di tempat yang datar atau daya dukung lahan
gkinan perluasan ikemudian hari.
3. Hubunga A PKS Supe
w n
katnya, ba di
daerah kajian dapat dilakukan dengan me 2 kapa yaitu Jam 00 permini kapasitas 500 Kg TBS/jam ba baku 1 S/h 00
un ng diha ri pe
seluas 30 da S
asitas 1000 kg TBS/Jam memerlukan ahan
PKS Supermini yang
rak ters kap kap bak
1 ( dapat diperoleh dari
lok
4. Penyebaran PKS Supermini di
bahwa di
t
Sei
tersebut memiliki potensi bahan baku Tandan Buah endukung pasitas 0,5 dapat meningkatkan pendapatan penduduk secara
lebih adil dan merata.
Teknologi pengolahan yang ditawarkan dalam mengatasi permasalahan petani kelapa sawit adalah yang disebut dengan PKS Supermini. Teknologi ini diharapkan segera diadopsi oleh petani sehingga mereka dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.
2. Kriteria Penetapan Lokasi PKS Supermini
Mempertimbangkan adanya keharusan Tandan Buah Segar sampai di pabrik tepat pada waktunya (dalam rentang waktu kurang dari 6 jam), maka sebaiknya letak PKS Supermini berada di tengah areal/kawasan kebun kelapa sawit rakyat. Pengertian berada di tengah-tengah hamparan kebun rakyat yang dimaksud dalam hal ini mengandung implikasi luas dan fleksibel dalam arti bukan semata-mata hanya ditentukan oleh jarak. Nam u l di ngkan waktu tempuh yang sangat dipengaruhi oleh kondisi jalan dan moda transportasi yang ada. Hal ini penting diperhatikan untuk tujuan mendapatkan kualitas minyak yang baik (mengantisipasi pembentukan asam lemak bebas yang lebih banyak) serta efisiensi biaya transportasi ba ku.
Faktor lain yang juga perlu diperhitungkan dalam penempatan pabrik adalah aksesibilitas dengan jaringan jalan utama, supaya hasil olahan pabrik mudah dibawa ke luar atau ditransportir ke konsumen. Dari sisi ekologis, perlu diperkirakan aspek penanganan limbah, sehingga hasil buangan limbah mudah ditangani dan tidak memberikan dampak negatif yang berati bagi lingkungan (Apple, 1990; Smith, 1980).
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengembangunan PKS Supermini adalah: Dalam konteks k
b
kuat, tapak tidak terletak di lokasi banjir dan perlu dipertimbangkan adanya kemun
d
n Luas real dengan Kapasitas rmini
Sesuai dengan kondisi ilayah da masyara pengem ngan PKS Supermini
milih alternatif
Kg/Jam. PKS Su
sitas, 500 Kg/ atau 10 TBS/tahun yang dihasilkan dari pertanaman kelapa sawit seluas 600 ha. (Perkiraan rata-rata produktivitas: 10 ton/ha/tahun).
Sebelum membangun
perlu diperhatikan adalah luas areal kelapa sawit yat yang telah menghasilkan (TM) di kawasan ebut minimal seluas 300 ha untuk PKS Supermini asitas 500 kg TBS/jam atau 600 ha untuk asitas 1 ton/jam. Untuk mencapai jumlah bahan u (produksi dan luas areal) yang diperlukan untuk satu) unit PKS Supermini,
beberapa kecamatan lain yang berdekatan dengan asi.
Rencana Daerah Kajian
Berdasarkan data yang ada dan dengan mengacu pada keterkaitan antara luas areal dan kapasitas tersebut maka dapat dilihat
Kabupaten Asahan hampir setiap kecamatan memiliki luas areal tanaman kelapa sawit rakya
ebih dari 300 ha dan produksi lebih dari 3.000 ton/tahun, kecuali Kecamatan Tanjung Balai, Balei, Air Putih, Kisaran Barat, dan Kisaran Timur. Artinya pada umumnya kecamatan-kecamatan
Segar (TBS) yang cukup untuk m pengembangan PKS Supermini dengan ka ton/jam.
Dari 22 kecamatan yang ada, 16 kecamatan mempunyai potensi TBS untuk mendukung didirikannya PKS Supermini sampai ke PKS Mini (kapasitas ≥ 1 ton/jam), 1 kecamatan punya potensi TBS untuk mendukung didirikannya PKS Supermini (kapasitas 0,5 ton/jam), sedangkan 5 kecamatan mempunyai potensi yang belum cukup mendukung untuk pendirian PKS Supermini. Di Kabupaten Labuhan Batu, semua kecamatan (22 kecamatan) telah mempunyai potensi untuk mendukung pendirian PKS Supermini dengan kapasitas 0,5 ton/jam. Bahkan telah banyak kecamatan yang memiliki potensi TBS untuk mendukung PKS mini,
KS ke
P cil, PKS sedang maupun PKS besar. Di Kabupaten Tapanuli Selatan, terdapat 6 kecamatan yang telah mempunyai potensi produksi TBS untuk mendukung pendirian PKS, 3 kecamatan diantaranya dapat mendukung PKS Supermini dengan kapasitas 0,5 ton/jam dan 3 kecamatan lagi telah mampu menyediakan bahan baku untuk PKS Supermini dengan kapasitas 1 ton/jam hingga PKS Mini.
nta
Seme ra 10 kecamatan lainnya baru mengembangkan tanaman kelapa sawit dan beberapa tahun mendatang baru memerlukan PKS.
dailing Natal, belum ada amat
PKS Supermini pada setiap ilayah tersebut.
ini 03, erkebun
erbau (135 unit) dan paling sedikit ualuh Hilir (6 unit). Kabupaten Asahan
388 u
tim menyarankan agar ditambahkan satu unit tambahan di Kecamatan Batang Natal atau Natal.
PKS ang tersebar pada semua kecamatan. Kecamatan yang terbanyak membutu
ermini kapasitas 1 ton/jam. Nilai Tambah (NT) ber
P ba KS
memerlukan PKS Supermini 2-5 tahun mendatang. Di Kabupaten Man
kec an yang telah mempunyai potensi produksi TBS yang cukup untuk mendukung pendirian PKS Supermini. Berdasarkan hasil prediksi total produksi TBS per wilayah sampai dengan tahun 2012 (sepuluh tahun ke depan), maka selanjutnya dapat diperkirakan kebutuhan
w
Hasil perkiraan jumlah PKS Superm menyatakan bahwa sampai pada tahun 20 p an kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu membutuhkan sekitar 465 unit PKS Supermini, sementara itu Kabupaten Asahan membutuhkan 122 unit, Tapanuli Selatan 113 unit, dan Tapanuli Tengah 14 unit. Berdasarkan hasil perhitungan, sampai dengan tahun 2005 Kabupaten Mandailing Natal belum membutuhkan PKS Supermini dan tim menyarankan agar mulai tahun 2008 di wilayah tersebut dibangun 1 unit PKS Supermini yang didukung oleh produksi TBS beberapa kecamatan.
Tahun 2012 diperkirakan Kabupaten Labuhan Batu membutuhkan sekitar 968 unit PKS Supermini yang tersebar pada semua kecamatan. Kecamatan yang terbanyak membutuhkan adalah Kecamatan M
K
membutuhkan 319 unit PKS Supermini yang tersebar pada semua kecamatan di luar wilayah Kisaran dan Tanjung Balai. Kecamatan yang terbanyak membutuhkan adalah Kecamatan Buntu Pane (85 unit), sementara yang membutuhkan paling sedikit Kecamatan Sei Bale dan Air Putih (masing-masing 2 unit). Kabupaten Tapanuli Selatan membutuhkan
nit PKS Supermini yang tersebar pada 7 kecamatan. Kecamatan yang terbanyak membutuhkan adalah Kecamatan Sosa (216 unit) dan paling sedikit Sosopan dan Dolok (masing-masing 1 unit). Kabupaten Mandailing Natal hanya membutuhkan 1 unit PKS Supermini di Kecamatan Batang Natal. Namun sebagai respon terhadap perkembangan luas areal dan produktivitas yang kemungkinan cukup pesat untuk masa yang akan datang
Kabupaten Tapanuli Tengah membutuhkan 48 unit Supermini y
hkan adalah Kecamatan Lumut (216 unit) dan paling sedikit Sibolga (1 unit).
5. Dampak Pengembangan PKS Supermini Terhadap Pendapatan Petani
Dampak pengembangan PKS Supermini dapat dilihat dari besarnya nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan TBS menggunakan teknologi PKS Supermini. Nilai tambah dapat dihitung menggunakan pendekatan nilai bahan baku dan nilai produksi olahan per tahun pada industri PKS Sup
sih dari produksi gabungan (CPO + kernel) adalah Rp 388,67 per kg.
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat diperkirakan besarnya nilai tambah yang akan diperoleh tiap petani per kabupaten disajikan pada Tabel 2.
endapatan Yang Diperoleh gai Dampak Penerapan Supermini
Tabel 2. Perkiraan Tambahan Petani Tiap Kabupaten Se
Teknologi P
Kabupaten
Luas Lahan/Peta
ni (ha/KK)
Rata-Rata Produktivita
s (Ton/ha)
Total NT dgn PKS
Super-mini (Rp)
Pendapata n Usaha Tani (Rp)
Pendapatan Usaha Tani
+ NT (Rp)
Labuhan Batu 2,6 12,99 3.282.833 11.913.317 15.196.150
Asahan 1,8 13,23 2.314.721 8.445.085 10.759.806
Tapanuli Selatan 2,3 7,91 1.768.360 5.199.615 6.967.974
Mandailing Natal 2,5 0,28 68.040 1.185.000 1.253.040
Tapanuli Tengah 3,5 10,99 3.738.798 11.413.437 15.152.235 Dari tabel terlihat bahwa dengan adanya pengembang
kajian diperkirakan akan meningkat rata-rata sebesar 5, PKS Supermini.
an 74
dengan materi yang berkenaan dengan: • Pengembangan
kelompok tani saw • Tahapan pembang
meliputi antara lain pengkajian lapangan dan pemilihan lokasi, pem
perhitungan kapa r san laha iaa osiasi, n f
izinan, fakt ktor no , n/pemeliharaan alat dan , angkutan, sistem asi kine
a.
b. bangan ke puan pe t nunjang da pemerintahan,
berkenaa ngan e i kinerja petani kelapa sawit dan pabriknya,
, sistem nsentif, ketataruangan, aspek lingkungan, penyusunan
endukung, dan sebagainya.
. Pengembangan kerjasama antara Pemerintah Daerah, petani dan perguruan tinggi dalam rangka pengembangan PKS Supermini beserta
an.
• Diperkirakan akan terjadi peningkatan pesat
Daerah perlu segera menetapkan
gan ini mengacu pada
ENUTUP
kajian di atas dapat embangan PKS Supermini paten (Labuhan Batu, Asahan, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, dan Tapanuli Tengah)
dipe da n
penyederhanaan prosedur perizinan pengembangan,
peng erpajaka dan gan
infrastruktur pendukung.
ARAHAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PKS SUPERMINI DI DAERAH KAJIAN
1. Lokasi Pengembangan Prioritas
Lokasi atau kecamatan yang diprioritaskan dalam kajian ini dapat diinterpretasikan sebagai kecamatan yang memiliki potensi cukup besar bagi pengembangan agribisnis kelapa sawit, sementara itu pada sisi lain kapasitas sosial ekonominya sangat terbatas.
Berdasarkan hasil skoring ternyata pada Kabupaten Labuhan Batu terdapat 3 kecamatan yang perlu diprioritaskan pengembangannya yaitu kecamatan Merbau, Kualuh Hulu dan Torgamba. Untuk wilayah Kabupaten Asahan adalah Kecamatan Sei Kepayang, Meranti, dan Air Joman. Kabupaten Tapanuli Selatan kecamatan yang perlu diprioritaskan adalah Kecamatan Sosa, Padang Bolak, dan Halongonan; wilayah Kabupaten Mandailing Natal adalah Batang Natal, Penyabungan, dan Batahan; sedangkan untuk Kabupaten Tapanuli Tengah adalah Kecamatan Lumut, Sorkam, Barus, dan Manduamas.
2. Arahan Program Pengembangan PKS Supermini
Untuk mendorong pengembangan PKS Supermini dalam rangka merealisasikan dan memberdayakan perekonomian rakyat maka program-progran yang mendesak untuk dilakukan adalah:
a. Program pengembangan kemampuan dan pelatihan bagi para petani atau kelompok tani
pembangunan pranata sosial-ekonomi pendukungnya.
d. Penetapan prosedur perizinan yang sesuai. Hal ini sangat perlu mengingat sampai saat ini konsep perizinan untuk PKS Supermini ini masih terus menjadi bahan diskusi pada banyak kalangan. Masalahnya adalah bagaimana menciptakan prosedur perizinan yang tidak bertele-tele dan tidak sulit dijangkau oleh petani atau kelompok tani. Dengan demikian, hal-hal yang perlu menjadi pertimbangan pokok dalam penentuan prosedur perizinan antara lain:
• PKS Supermini lebih berorientasi kepada skala usaha kecil, sehingga penetapan prosedur perizinan harus benar-benar didasari semangat kerakyat
kelembagaan petani (seperti Berdasarkan hasil it dan koperasi).
unan PKS
disimpulkan bahwa peng Supermini, pada 5 kabu
buatan desain sitas dan
evalu rja, dan
Program pengem kelembagaan pe
mam n
rangka
dengan materi n de valuas
sistem perizinan i aspek
produk peraturan yang sesuai, sistem
perpajakan/retribusi, pengembangan infrastruktur p
c
jumlah PKS Supermini di berbagai daerah dalam waktu yang relatif singkat, sehingga Pemerintah
prosedur perizinan beserta perangkat pendukungnya.
• PKS Supermini bersifat ramah lingkungan sehingga prasyarat analisis dampak lingkungan yang memerlukan biaya tinggi menjadi kurang relevan.
e. Pengembangan koperasi-koperasi agribisnis dan PKS-PKS Supermini pada wilayah-wilayah non prioritas. Pengemban
seluruh hasil perbaikan sistem yang telah disempurnakan berdasarkan hasil evaluasi terhadap kinerja PKS-PKS Supermini di wilayah prioritas.
P
rkirakan akan tani kelapa sawi Agar ompok tan it dan kope asi agribis
pple, J.M. 1980. Tata Letak Pabrik
: Penerbit ITB.
apa Sawit S permini. Medan: PPKS.
omic Geographical Analysis. New Y
DAFTAR PUSTAKA
A dan
Pemindahan Bahan. Bandung
Deptan. 2000. Program Pengembangan Unit Pengolahan Kelapa Sawit Skala Kecil (Mini Plant) Dalam Rangka Penyelamatan Hasil Panen Kebun Kelapa Sawit Rakyat Swadaya. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.
Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara. 2001.
Data Statistik Perkebunan Sumatera Utara Tahun 2001. Medan: Bagian Statistik Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara.
Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara. 2002.
Rencana Strategis Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara.
PPKS. 2000. Pemberdayaan Pekebun Kecil, Perkebunan Besar Skala Kecil, dan Menengah Melalui Pabrik Kel
u
Smith, David. 1980. Industrial Location, An Econ