• Tidak ada hasil yang ditemukan

Relokasi Pasar Kecamatan Perbaungan (Green Architecture)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Relokasi Pasar Kecamatan Perbaungan (Green Architecture)"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

RELOKASI PASAR KECAMATAN PERBAUNGAN

(GREEN ARCHITECTURE)

LAPORAN PERANCANGAN

TKA-490 TUGAS AKHIR

SEMESTER B 2013/2014

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

PANJI SEPTO CAHYO

070406056

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

RELOKASI PASAR KECAMATAN PERBAUNGAN

(GREEN ARCHITECTURE)

Oleh :

PANJI SEPTO CAHYO

070406056

Medan, 14 Februari 2014

Disetujui oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc Ir.Samsul Bahri, MT

NIP. 196201091987012001 NIP. 19650318199501100

(Ketua Departemen Arsitektur FT-USU)

Ir. N. Vinky Rahman, MT.

(3)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR

(SHP2A)

Nama : PANJI SEPTO CAHYO

NIM : 070406052

Judul Proyek Akhir : RELOKASI PASAR KECAMATAN PERBAUNGAN

Tema Proyek Akhir : Green Architecture

Rekapitulasi nilai

Nilai Akhir A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan :

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur, saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan

Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur,

Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Laporan Studio Tugas Akhir ini berisikan antara lain : pengumpulan data melalui studi

literatur dan dari berbagai nara sumber, telaah, analisa dan penyusunan landasan - landasan

teoritis (konseptual) bagi tahap perancangan serta gambar - gambar rancangan.

Selama proses hingga selesainya laporan ini, penulis tidak terlepas dari berbagai pihak

yang turut andil dalam menyukseskannya. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini, penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

 Kedua orang tua saya yang tercinta Ibunda Hj. Marliah dan Ayahanda Ir. H.

Soekirman, keluarga di rumah, Bang Agung, Kak Hilda, Dimas, Dipa, dan Aping. Terima

kasih atas doa dan pengertiannya selama ini

 Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M. Sc sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingan, dukungan dan semangat yang sangat berarti dan selalu memberikan motivasi dari awal hingga akhir.

 Bapak Ir. Samsul Bahri, MT. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan arahan yang sangat berguna, serta motivasi yang sangat berarti.

 Bapak Devin Devriza, ST. MT. dan Bapak Yulesta Putra, ST. M.Sc selaku dosen

penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik.

 Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT Sebagai Ketua Jurusan Arsitektur.

 Sahabat-sahabat saya, pengingat dan pendamping di kala suka dan duka, Grady dan

Dewi, Teman-teman JF (Musa, Ajo, Dani, Ginong, dkk).

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,

kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk kelengkapan dan

(5)

Akhir kata, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua

khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Hormat penulis,

(6)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... v

Daftar Gambar ... x

Daftar Tabel ... xi

Daftar Pustaka ... xiii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Maksud dan Tujuan Perancangan... 4

I.3 Lingkup Kajian dan Batasan ... 4

I.4 Pendekatan Masalah ... 5

I.5 Lingkup dan Batasan ... 6

I.6 Kerangka Berpikir ... 6

I.7 Sistematika Laporan ... 7

BAB II Deskripsi Proyek II.1 Terminologi Judul ... 8

II.1.1 Pengertian Judul ... 8

II.1.2 Klasifikasi Pasar ... 9

II.1.3 Unsur-unsur pokok yang terdapat di pasar ... 12

II.1.4 Materi yang diperjualbelikan di pasar ... 13

II.1.5 Unsur-unsur penunjang pasar... 14

(7)

II.3 Lokasi ... 15

II.3.1.1 Tinjauan terhadap struktur kota ... 17

II.3.1.2 Pencapaian ... 17

II.3.3.3 Area Pelayanan Pasar Kecamatan Perbaungan ... 17

II.3.2 Analisa Pemilihan Lokasi ... 18

II.3.3.1 Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi ... 20

II.3.3.2 Peraturan Site ... 22

II.3.3.3 Ketinggian Bangunan ... 22

II.3.3.4 Eksisting ... 23

II.4 Tinjauan Fungsi ... 24

II.4.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan ... 24

II.4.2 Deskripsi Kegiatan Pasar ... 24

II.5 Studi Banding Fungsi Sejenis ... 28

II.5.1 Pasar Beringharjo Jogjakarta ... 28

II.5.2 Pasar BSD Serpong ... 29

BAB III Elaborasi Tema III.1 Pengertian Tema ... 32

III.2 Intepretasi Tema ... 34

III.3 Keterkaitan dalam Judul ... 37

III.4 Studi Banding Tema Sejenis ... 37

III.4.1 Heping Park ... 37

III.4.2 Green Rings City of Gwangyo ... 39

III.4.3 River Frontage Green Building ... 40

(8)

BAB IV ANALISA

IV.1 Analisa Lingkungan Tapak... 42

IV.1.1 Data Site ... 42

IV.1.2 Analisa Kondisi Tapak ... 42

IV.1.3 Analisa Sirkulasi dan Pencapaian ... 43

IV.1.4 Analisa Vegetasi ... 43

IV.1.5 Analisa View ... 44

IV.1.6 Analisa Kebisingan ... 44

IV.2 Analisa Fungsional ... 45

IV.2.1 Analisa Kegiatan dan Pengguna Ruang ... 45

IV.2.1.1 Pengelompokan Ruang ... 45

IV.2.1.2 Aliran Kegiatan ... 46

IV.2.1.3 Analisa Daya Tampung Pasar ... 47

IV.2.2 Ruang ... 49

IV.2.3 Bentuk ... 53

IV.2.3.1 Penerapan Pola Masa ... 53

IV.2.3.2 Modul ... 54

IV.2.3.3 Ketinggian Bangunan ... 54

IV.2.4 Utilitas ... 55

IV.2.4.1 Sistem Air Bersih ... 55

IV.2.4.2 Sistem Air Buangan ... 55

IV.2.3.3 Sampah ... 57

(9)

V.2 Konsep Tapak ... 61

V.3 Konsep Sirkulasi ... 62

V.4 Konsep Pemilihan Material Bangunan ... 62

V.5 Konsep Teknologi ... 63

V.6 Konsep Vegetasi ... 63

V.7 Konsep Rain Harvesting ... 64

Gambar 3D... 65

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Eksisting Pasar Perbaungan ... 2

Gambar 1.2 Eksisting Pasar Perbaungan memenuhi jalan ... 3

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Serdang Bedagai ... 16

Gambar 2.2 Peta Lokasi Kecamatan ... 16

Gambar 2.3 Peta Kawasan ... 16

Gambar 2.4 Wilayah Kawasan ... 18

Gambar 2.5 Dimensi Site ... 21

Gambar 2.6 Kondisi Eksisting ... 23

Gambar 2.7 Citra Udara ... 23

Gambar 2.8 Peta Satelit Pasar Beringharjo ... 28

Gambar 2.9 Tampak Depan Pasar ... 28

Gambar 2.10 Interior Pasar ... 29

Gambar 2.11 Peta Satelit BSD ... 30

Gambar 2.12 Tampak Depan BSD ... 30

Gambar 2.13 Situasi Loods BSD ... 31

Gambar 2.14 Kondisi Atap dan Sirkulasi ... 31

Gambar 3.1 Bentuk Atap Heping Park ... 38

Gambar 3.2 Layout Denah dan Sirkulasi ... 38

Gambar 3.3 Roof Garden Heping Park ... 38

Gambar 3.4 Potongan Green Ring City ... 39

Gambar 3.5 Green Ring City ... 40

Gambar 3.6 Eksterior River ... 40

Gambar 3.7 Eksterior Fukuoka ACROSS ... 41

(11)

Gambar 4.2 Analisa Kondisi Tapak ... 42

Gambar 4.3 Analisa Sirkulasi dan Pencapaian ... 43

Gambar 4.4 Analisa Vegetasi ... 43

Gambar 4.5 Analisa View ... 44

Gambar 4.6 Analisa Kebisingan ... 44

Gambar 4.7 Kondisi Saluran Pembuangan Air Kotor ... 56

Gambar 4.8 Jenis Sampah umumnya berasal dari pasar ... 57

Gambar 5.1 Konsep Rainwater Harvesting ... 58

Gambar 5.2 Fasilitas Kios ... 60

Gambar 5.3 Penzoningan ... 61

Gambar 5.4 Sirkulasi ... 62

Gambar 5.5 Pemilihan Material ... 62

Gambar 5.6 Konsep Teknologi ... 63

Gambar 5.8 Rain Harvesting ... 64

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Pendekatan Proses Desain ... 5

Tabel 1.2 Diagram Alur Kerangka Berpikir ... 6

Tabel 2.1 Penilaian Alternatif Lokasi ... 20

Tabel 2.2 Data Jenis Dagangan ... 26

Tabel 2.3 Data Jenis Dagangan ... 27

Tabel 2.4 Data Jenis Dagangan ... 27

Tabel 2.5 Data Jenis Dagangan ... 27

Tabel 4.1 Pengelompokan Ruang ... 46

Tabel 4.2 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk ... 48

Tabel 4.3 Pertumbuhan Pedagang ... 50

Tabel 4.4 Kebutuhan Ruang ... 53

Tabel 4.5 Kebutuhan Parkir ... 53

(13)

dengan kebutuhan penataan fisik yang dapat digunakan sebagai arahan perbaikan kondisi pasar tradisional. Arahan penataan fisik pasar tradisional yang dibuat perlu didasarkan pada kebutuhan masyarakat agar dapat lebih tepat sasaran. Dengan perumusan konsep penataan pasar tradisional yang berorientasikan pada masyarakat sebagai penggunanya, diharapkan dapat meningkatkan daya tarik dari pasar tradisional yang kemudian dapat meningkatkan daya saing antara pasar tradisional dan pasar modern. Penerapan green architecture diselaraskan pada desain bangunan sehingga tercapai keseimbangan antara bangunan, alam, dan pengguna.

Kata Kunci : relokasi, pasar, green architecture

Abstract

With the growing needs of the community, the District Perbaungan Market should be relocated to the needs of the physical arrangement which can be used as a landing improvements in traditional markets. Referral physical arrangement of the traditional markets that need to be made based on the needs of the community to be better targeted. With the formulation of the concept of the traditional market-oriented arrangement in the community as users, is expected to increase the attractiveness of the traditional market which then can increase the competitiveness of the market between traditional and modern markets. Harmonized application of green architecture in the design of the building in order to reach a balance between building, nature, and users.

(14)

dengan kebutuhan penataan fisik yang dapat digunakan sebagai arahan perbaikan kondisi pasar tradisional. Arahan penataan fisik pasar tradisional yang dibuat perlu didasarkan pada kebutuhan masyarakat agar dapat lebih tepat sasaran. Dengan perumusan konsep penataan pasar tradisional yang berorientasikan pada masyarakat sebagai penggunanya, diharapkan dapat meningkatkan daya tarik dari pasar tradisional yang kemudian dapat meningkatkan daya saing antara pasar tradisional dan pasar modern. Penerapan green architecture diselaraskan pada desain bangunan sehingga tercapai keseimbangan antara bangunan, alam, dan pengguna.

Kata Kunci : relokasi, pasar, green architecture

Abstract

With the growing needs of the community, the District Perbaungan Market should be relocated to the needs of the physical arrangement which can be used as a landing improvements in traditional markets. Referral physical arrangement of the traditional markets that need to be made based on the needs of the community to be better targeted. With the formulation of the concept of the traditional market-oriented arrangement in the community as users, is expected to increase the attractiveness of the traditional market which then can increase the competitiveness of the market between traditional and modern markets. Harmonized application of green architecture in the design of the building in order to reach a balance between building, nature, and users.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi dewasa ini membawa pengaruh yang

sangat besar bagi perkembangan kota-kota di Indonesia. Perbandingan jumlah masyarakat

yang tinggal di kota dengan yng tinggal di desa pada saat inipun sudah hampir memiliki

angka yang seimbang. Hal tersebut merupakan bukti bahwa perkembangan suatu kota

merupakan magnet bagi penyebaran penduduk, yang bila tidak diimbangi dngan

pembangunan pedesaan akan dapat menyebabkan merosotnya interaksi desa-kota, yang

pada hakekatnya daerah pedesaan merupakan produsen kebutuhan-kebutuhan pokok

sehari-hari bagi kehidupan masyrakat perkotaan.

Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu aspek pendukungnya adalah diperlukannya

suatu wadah yang akomodatif sebagai pendukung kelancaran pendistribusian baik barang

maupun manusia dari desa ke kota, dan dalam hal kedudukan desa sebagai produsen

sebagian kebutuhan-kebutuhan primer masyarakat kota, maka diperlukan sebuah pasar

sebagai pusat distribusi barang yang secara langsung maupun tidal langsung nantinya akan

dimanfaatkan oleh masyarakat kota.

Pengertian “pasar” itu sendiri merupakan tempat para penjual dan pembeli dapat

dengan mudah saling berhubungan. Pasar dalam artian luas adalah tempat tertentu dan

tetap, pusat memperjualbelikan biasanya dan terutama barang-barang keperluan seharihari.

Selain itu pasar sebagai pusat pertemuan penghasil dan pemakai (produsen dan konsumen)

yang sudah banyak dikenal sejak jaman dahulu kala ketika sifat perdagangan masih berupa

pertukaran barang (barter).

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai

dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses

tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka

yang dibuka oleh penjual.

Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat

kawasan perumahan dan perkampungan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar.

Sisi negatif dari pasar tradisional adalah keadaannya yang cenderung kotor dan kumuh

(16)

Namun pasar tradisional akhir akhir ini sudah mulai terpinggirkan dan tergerus

dengan adanya pasar-pasar yang menyajikan barang dagangan yang sama dengan pasar

tradisional tetapi dikemas lebih menarik dan modern, inilah nantinya memunculkan cikal

bakar pasar dalam bentuk modern. Tetapi kita tidak boleh mengkambinghitamkan pasar

modern sebagai penyebab hilangnya pasar tradisional, karena faktor penyebab lainnya

adalah buruknya kualitas pasar tradisional dan cara pengolahan pasar itu sendiri.

Untuk itu hubungan antara pasar tradisional dengan pasar modern sebenarnya harus

diperbaiki. Sehingga nantinya diperoleh suatu keselarasan antara bangunan pasar

tradisional dengan pasar modern.

Salah satu contohnya adalah ”Kawasan Pasar Perbaungan”. Pasar ini merupakan pasar tradisional yang berdiri sejak tahun 1985. Dan belum pernah mengalami

pembangunan kembali sehingga membuat kondisi pasar sangat memprihatinkan (Gambar

1.1). Kawasan Pasar Perbaungan berada di kabupaten Serdang Bedagai yang

beribukota Sei Rampah merupakan kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Deli

Serdang sesuai dengan UU RI Nomor 36 Tahun 2003 pada tanggal 18 Desember 2003.

Gambar 1.1 Eksisting Pasar Perbaungan

(17)

Permasalahan yang terdapat pada setiap Pasar Tradisional umumnya hampir sama,

yaitu belum ada arahan penataan yang jelas mengenai pasar yang seharusnya. Akibatnya

tidak sedikit pasar tradisional yang akhirnya tidak dapat bertahan dan mati. Dan sebagian

yang bertahan juga tidak berfungsi secara optimal. Salah satu contoh kasusnya adalah

Pasar Perbaungan. Banyak pedagang cenderung memilih untuk berjualan di dekat area

pintu masuk atau bahkan jalan yang mudah dijangkau oleh pembeli, sebagai imbasnya

timbul kemacetan yang terelakkan, yang tak hanya merugikan pembeli dan pengguna jalan

(Gambar 1.2).

Gambar 1.2 Eksisting Pasar Perbaungan memenuhi jalan

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali kondisi pasar tradisional

dapat berupa merelokasi dan membangun kembali meliputi bangunan pasar, dan seluruh

fasilitas di dalamnya, sedangkan perbaikan non-fisik dapat berupa pengelolaan pasar,

pengaturan kebijakan, serta penyuluhan kepada pedagang pasar tradisional mengenai

pemeliharaan pasar.

Untuk menjaga agar pasar tradisional dapat memiliki daya tarik dan bertahan dengan

semakin berkembangnya pasar modern, Pasar Kecamatan Perbaungan ini perlu direlokasi

(18)

perbaikan kondisi pasar tradisional. Arahan penataan fisik pasar tradisional yang dibuat

perlu didasarkan pada kebutuhan masyarakat agar dapat lebih tepat sasaran. Dengan

perumusan konsep penataan pasar tradisional yang berorientasikan pada masyarakat

sebagai penggunanya, diharapkan dapat meningkatkan daya tarik dari pasar tradisional

yang kemudian dapat meningkatkan daya saing antara pasar tradisional dan pasar modern.

I.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari Relokasi Pasar Kecamatan Perbaungan ini antara lain:

a)Menciptakan lingkungan Pasar yang mampu mengatasi permasalahan sirkulasi

kendaraan, pejalan kaki dan masalah perparkiran.

b)Menciptakan wadah berjualan yang lebih layak dan efektif bagi pedagang Pasar

Tradisional, nyaman, bersih bagi pengguna.

c)Menciptakan Pasar yang nyaman dan bersih, serta dapat memberi kontribusi

terhadap pendapatan daerah.

d)Menciptakan pasar yang Ramah Lingkungan

e)Mengubah persepsi masyarakat terhadap kondisi Pasar Tradisional yang panas,

sumpek dan bau.

I.3. Masalah Perencanaan

Masalah perancangan yang berhubungan dengan kasus proyek antara lain :

a)Bagaimana menerapkan tema perancangan terhadap desainan bangunan.

b)Pengaturan sirkulasi kendaraan, pejalan kaki dan perparkiran sehingga tidak

terjadi crossing yang mengakibatkan kemacetan.

c)Bagaimana menyusun organisasi ruang agar ruang dalam pasar dapat menjadi

sequence yang dapat mengendalikan pola pergerakan pengunjung.

d)Bagaimana memadukan ruang dalam dan ruang luar agar dapat menciptakan

keharmonisan dalam desain.

e)Bagaimana cara peletakan fasilitas-fasilitas pendukung agar tidak menggagu

(19)

I.4. Pendekatan Masalah

Dalam proses desain, penulis menggunakan bagan berikut untuk menentukan hasil

desain, dapat dilihat di diagram 1.1 di bawah ini :

Dalam pendekatan masalah, metode yang akan dilakukan untuk mencapai desain

akhir Proyek “Pengembangan Kawasan Pasar Tradisional Perbaungan” ini antara lain adalah:

- Survey : Dilakukan pengamatan secara langsung di lokasi perancangan agar dapat

menyimpulkan permasalahan yang terdapat di sekitar maupun di dalam site

perancangan.

- Pengumpulan Data : Melakukan pengumpulan data terkait teori-teori yang

terkait dengan judul maupun tema perancangan. Serta mengumpulkan faakta-fakta

yang terkait dengan site perancangan. RELOKASI PASAR KECAMATAN PERBAUNGAN

(20)

- Analisa Data : Menganalisis data yang telah diperoleh agar dapat memecahkan

masalah yang terdapat di dalam maupun di luar site perancangan.

- Konsep : Mengembangkan prospek terkait solusi yang telah didapat dari

permasalahan site yang ada, yang kemudian dibuat dalam bentuk konsep

perancangan.

- Desain Akhir : Desain akhir merupakan kesimpulan dari hasil penyusunan

skematik desain yang diterapkan pada perencanaan dan perancangan fisik

Kawasan Pasar Perbaungan.

I.5. Lingkup/Batasan

Lingkup perencanaan mencakup area Pasar Perbaungan dan kawasan sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai dalam perancangan “Relokasi Pasar Kecamatan Perbaungan”

dengan menerapkan gagasan “Arsitektur Hijau” untuk memperoleh desain pasar dengan

tingkat fleksibilitas, kenyamanan, keamanan, efektifitas yang tinggi utililitas dan sirkulasi

yang baik serta memberi kontribusi positif terhadap permasalahan lingkungan saat ini.

I.6. Kerangka Berfikir

Kerangka Berfikir dapat dilihat dalam bagan di bawah ini :

RELOKASI PASAR KECAMATAN

(21)

I.7. Sistematika Penulisan Laporan

Adapun sistematika pembahasan pada laporan ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN, membahas mengenai latar belakang pemilihan judul,

permasalahan yang ada, maksud dan tujuan, pendekatan masalah, ruang

lingkup dan batasan masalah, kerangka berpikir, asumsi dan sistematika

laporan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK, membahas mengenai deskripsi, pengertian dan

batasan proyek, studi lokal, tinjauan khusus, gambaran umum lokasi

proyek, lingkup dan batasan proyek, dan studi tipologi bentuk pasar

tradisional dan bangunan pusat perbelanjaan.

BAB III ELABORASI TEMA, mengemukakan mengenai tinjauan teoritis /

pengertian tema, interpretasi tema, dan studi banding tema sejenis.

BAB IV ANALISA, membahas dan mempelajari masalah yang diuraikan pada

bab-bab sebelumnya secara terperinci berdasarkan fakta-fakta data serta

standar-standar yang sudah ada, dimulai dengan analisa mikro yang

berkaitan dengan lingkungan dan analisa mikro yang berkaitan dengan

tapak dan bangunan.

BAB V KONSEP, menguraikan konsep dasar perancangan pasar tradisional dan

pusat perbelanjaan yang terdiri dari konsep dasar perencanaan tapak dan

konsep dasar perencanaan bangunan.

(22)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

II.1. Terminologi Judul

Judul kasus yang diambil pada proyek Tugas Akhir ini adalah “Relokasi Pasar Kecamatan Perbaungan”, untuk memudahkan dalam memahami judul yang diambil maka akan dibahas masing-masing kata yang membentuk judul tersebut.

II.1.1. Pengertian Judul

Relokasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pemindahan tempat. Relokasi

merupakan salah satu alternatif untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk

menata kembali suatu lokasi yang baru karena yang lama dianggap sudah tidak layak lagi.

Beberapa hal perlu memperoleh perhatian pemerintah sebagai pihak yang memfasilitasi

program relokasi kolektif ini. Relokasi merupakan bagian dalam pembangunan kembali ke

suatu area untuk menjadi lebih baik dan dapat menaikkan taraf hidup masyarakat sekitar,

Pada pemerintahan, prinsip utama relokasi adalah kesukarelaan masyarakat untuk

bersama-sama pindah ke lokasi yang baru. Untuk itu, diperlukan transparansi dan akses

informasi bagi masyarakat yang bersedia ikut dalam program relokasi berkenaan dengan

fasilitas yang akan mereka peroleh dalam lokasi yang baru. Pengetahuan yang cukup

tentang hak- hak dan fasilitas yang akan diperoleh akan membantu mereka membuat

keputusan mengikuti program dan berperan serta dalam prosesnya. Hal ini dapat

meminimalkan kemungkinan untuk meninggalkan tempat yang baru tersebut dengan

segala dampaknya.

- Dampak dari relokasi adalah :

Dampak positif

1. Lokasi / tempat pemasaran untuk memasarkan produk baik barang dan jasa akan

semakin meluas.

(23)

Dampak negatif

1. Menimbulkan persaingan yang mungkin akan mematikan industri yang sama di dalam

negeri.

2. Masuknya budaya baru yang mungkin bertentangan dengan budaya lokal.

Pengertian pasar berdasarkan ”Kamus Umum Bahasa Indonesia”, ada beberapa, antara lain :

1. Tempat orang berjual-beli ; pekan, tempat berjual beli yang diadakan oleh

perkumpulan dan sebagainya dengan maksud mencari derma.

2. Tempat berbagai pertunjukan yang diadakan malam hari untuk beberapa hari

lamanya

Kecamatan Perbaungan adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Serdang

Bedagai, Sumatera Utara, Indonesia.

Penduduk wilayah ini berjumlah 119.828 jiwa (2004). Perbaungan merupakan kota pintu

gerbang ketika memasuki Kabupaten Serdang Bedagai dari arah Medan.

Jadi dapat simpulkan pengertian dari ”Relokasi Pasar Kecamatan Perbaungan” adalah

”Pemindahan lokasi pasar menuju ke tempat yang baru dan pembangunan kembali Pasar Kecamatan Perbaungan”

II.1.2. Klasifikasi Pasar

Pasar dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasarkan sudut pandang

yang berbeda. Berikut merupakan jenis-jenis pasar berdasarkan klasifikasinya (Adhyzal,

2003)

- Menurut sifatnya pasar di bagi menjadi beberapa jenis, diantaranya:

a. Pasar nyata/ konkret. Tempat para penjual dan pembeli berkumpul untuk

membeli barang-barang dagangan secara langsung. Contoh : pasar buah, ikan,

(24)

b. Pasar abstrak. Barang yang diperdagangkan tidak sampai di pasar, jual beli

berlangsung tetapi hanya menurut contoh barang. Contoh : pasar bursa, obligasi,

dll

- Menurut pelayanan dan area administrasi pemerintahan pasar dibagi menjadi beberapa jenis (Perda DKI, 2009), diantaranya:

a. Pasar lingkungan.

Pasar yang ruang lingkupnya meliputi suatu lingkungan kira-kira seluas satu

kelurahan atau beberapa kelompok perumahan di sekitar pasar tersebut dan jenis

barang diperdagangkan adalah barang kebutuhan sehari-hari.

b. Pasar wilayah.

Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi beberapa lingkungan

permukiman dan barang-barang yang diperjual belikan lebih lengkap dari pasar

lingkungan.

c. Pasar kota.

Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi wilayah kota dimana

barang-barang yang diperjualbelikan lengkap.

d. Pasar regional.

Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi daerah kota dan sekitarnya.

e. Pasar perumahan.

Merupakan toko-toko yang menempel pada rumah tinggal melayani kebutuhan

rumah tangga di daerah sekitarnya, kira-kira seluas wilayah RT.

- Menurut sifat barang yang dijual pasar dibagi menjadi beberapa jenis (Perda DKI, 2009), diantaranya:

a. Pasar induk.

Pasar yang merupakan pusat pengumpulan, pusat pelelangan dan pusat

penyimpanan bahan-bahan sandang pangan untuk disalurkan kepada grosir-grosir

dan pusat-pusat.

b. Pasar Eceran.

Pasar dimana terdapat permintaan dan penawaran barang atau jasa secara kecil atau

(25)

c. Pasar khusus.

Pasar yang menjual atau sejenis barang tertentu, mis : pasar tekstil, bunga, buah,

dll

- Menurut waktu berlangsungnya jual beli (waktu operasinya) pasar dibagi kedalam beberapa jenis (BD Simanjuntak, 2011), diantaranya:

a. Pasar siang hari Pasar yang kegiatannya antara pukul 08.00 s/d 18.00 WIB

b. Pasar malam hari Pasar yang kegiatannya antara pukul 18.00 s/d 05.00 WIB

c. Pasar siang malam Pasar yang kegiatannya dilakukan siang dan malam hari

d. Pasar pagi Kegiatan pasar hanya dilakukan pada pagi hari

e. Pasar mingguan Kegiatan pasar hanya dilakukan sekali dalam seminggu.

- Secara operasional, pasar dibagi menjadi beberapa bagian, diantaanya: a. Pasar perusahaan daerah

b. Pusat pertokoan / perdagangan perseroan terbatas

c. Pasar tidak resmi : pasar yang belum diakui oleh pemerintah

d. Trade imporium departemen perindustrian dan perdagangan yang merupakan pusat

penjajaan hasil kerajinan rakyat

e. Gelanggang dagang yang dikelola oleh departemen perdagangan dan koperasi

f. Toko serba ada yang dikelola departemen perdagangan dan koperasi

g. Pusat pertokoan atau perbelanjaa swasta

- Berdasarkan jenis pelayanannya, pasar dibagi menjadi beberapa jenis (wikipedia.com), diantaranya:

a. Pasar Tradisional.

Yang dimaksud dengan pasar tradisional adalah pasar yang ada pada masa kini,

yang masih memiliki karakter atau ciri-ciri pada masa lalu dimana salah satu

adalah adanya interaksi sosial langsung antara penjual dan pembeli yang sifatnya

tawar menawar harga barang dan jasa.

b. Pasar Khusus:

(26)

 Pasar yang ditawarkan tetap dalam keadaan khusus, misalnya pasar souvenir walaupun kemudian pasar berkembang produk yang dipasarkan adalah

penunjang dari produk utama.

 Sistem pembagian perlu diperhatikan agar penyeberan keuntungan sedapat

mungkin merata.

 Sistem proteksi kebakaran merupakan hal yang penting untuk diperhatikan

mengingat fungsi pasar yang merupakan bangunan umum

 Memperhatikan keamanan pasar setiap sudut desain agar mencegah munculnya kriminalitas pada lokasi.

c. Pasar Modern.

Suatu kompleks toko eceran dan dihubungkan dengan fasilitas yang terencanan

sebagai suatu kesatuan kelompok, untuk memberikan pelayanan perbelanjaan yang

maksimal.

d. Pasar wisata.

Umumnya berkembang pada kawasan objek wisata dan tercipta dari perkembangan

aktivitas wisata itu sendiri yang didukung oleh faktor-faktor lingkungan yang

mendukung terhadap market tersebut, yaitu :

 Potensi wisata pada kawasan wisata

 Interest publik terhadap potensi wisata kawasan tersebut

 Adanya sarana yang mendukung terhadap potensi wisata

 Perkembangan jumalah wisata yang mengunjungi kawasan wisata

II.1.3. Unsur-Unsur Pokok Yang Terdapat Dalam Pasar Tradisional

A. Konsumen

Konsumen adalah pribadi atau badan yang menikmati penggunaan fisik suatu

barang dan jasa ekonomi atau seseorang yang membeli untuk dijual kembali.

Dari pihak konsumen yang perlu untuk diteliti antara lain : Daya beli atau tingkat

pendapatan, daya mobilitas untuk mencapai tempat belanja, waktu yang tersedia,

(27)

B. Lembaga Perdagangan/Wadah

Lembaga yang melaksanakan penyaluran barang dan jasa dari produsen ke

konsumen Dari pihak pedagang, hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Keuntungan yang relatif baik

b. Harga dan biaya penjualan

c. Cara pelayanan

d. Suplai barang yang diperdagangkan

C. Barang

Mengenai penggolongan barang terdapat banyak teori. Untuk pembahasan

selanjutnya diambil penggolongan barang yang merupakan hasil penyelidikan yang

dilakukan oleh PD Pasar Jaya Bersama dengan LPEM F.E. UI 1971 :

a. Golongan I : Merupakan barang-barang yang dinilai sebagai barang

kebutuhan sehari-hari misalnya : sayur, bumbu dapur, lauk-pauk, dll

b. Golongan II : Barang ini bukan merupakan kebutuhan sehari-hari yang

dibutuhkan dalam waktu interval tertentu misalnya seminggu atau sebulan.

Contohnya : pakaian, tekstil, sepatu, kosmetik.

c. Golongan III : Sifat barang yang termasuk dalam golongan ini hampir sama

dengan golongan barang sekunder, akan tetapi merupakan barang-barang

lux dan relatif mahal harganya bagi ukuran pembeli masyarakat Indonesia.

Contohnya : tv, kamera foto, dll

d. Golongan IV : Barang-barang golongan ini dirasakan dan dibutuhkan oleh

pembeli hanya sebagai insidential, atau tidak dapat ditentukan. Misalnya :

mebel, onderdil mobil , dll

II.1.4. Materi Yang Diperjual Belikan Di Dalam Pasar

Materi perdagangan di pasar dapat dikelompokkan berdasarkan jenis, sifat,

urgensinya, cara pengangkutannya, dan cara penyajiannnya :

A. Jenis materi yang diperjual belikan

a. bahan kebutuhan rohani / pemuas diri

b. bahan sandang / tekstil

(28)

B. Sifat barang yang diperjual belikan:

a. Basah

b. Kering

c. Tahan lama

C. Tingkat urgensi materi perdagangan

a. barang kebutuhan sehari-hari (demand good)

b. barang kebutuhan berkala (convinience good)

II.1.5. Unsur-Unsur Penunjang Pasar

Yaitu pihak yang berperang dalam kelangsungan kegiatan perdagangan di pasar,

unsur-unsur ini meliputi pemerintah, pengelola, bank, dan swasta :

Pertama, Pemerintah wajib memelihara kestabilan ekonomi dalam pembangunan

dan kelancaran ekonomi, diantaranya dengan menguasai sektor perpasaran dalam

bentuk mengelola dan menarik pajak pasar, menentukan klasifikasi pasar dalam

wilayah kekuasaannya, pembangunan fisik pasar yang biasanya dilakukan dengan

menggunakan anggaran daerah atau instruksi presiden.

Kedua, Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari pemerintah sebagai pengelola

menunjuk :

a. Jawatan atau dinas dibawahnya atau

b. Perusahaan daerah yang memberi otorita untuk mengelola pelayanan umum di

bidang perpasaran

Adapun kegiatan yang biasanya dialksanakan oleh pengelola ini antara lain:

a. Memelihara kebersihan

b. Menjaga keamanan dan ketertiban dalam pasar

c. Mengusahakan kelancaran distribusi bahan-bahan pokok kebutuhan sehari-hari.

Ketiga, Bank berperan khususnya dalam pembayaran pembangunan dan

pemodalan bagi para pedagang. Misalnya pembangunan pasar Inpres dibiayai

melalui bank pemerintah, kredit candak kulak bagi para pedagang kecil disalurkan

(29)

Keempat, Dalam hal ini yang disebut swasta bisa para pedagang itu sendiri atau

para pelaksana yang membiayai pembangunan pasar, dengan prinsip pembangunan

fasilitas pasar dibiayai dengan dana dari masyarakat yang akan kembali kepada

masyarakat dalam bentuk lain. Secara umum pasar merupakan suatu kebutuhan

masyarakat melalui peranannya sebagai unsur-unsur penunjang yang

menggerakkan kehidupan sehari-hari.

II.2. Pelaku dan Kegiatannya

Pelaku dan kegiatan pada pusat perbelanjaan secara garis besar terdiri dari :

a. Kelompok pengunjung

Yaitu sekelompok orang atau perorangan yang mengunjungi fasilitas ini untuk

mencari dan membeli barang kebutuhannya. Kegiatan pengunjung disini ada yang

datang dengan tujuan membeli barang, melihat-lihat, mencari hiburan, berekreasi

atau hanya berjalan-jalan.

b. Kelompok pedagang

Yaitu sekelompok orang atau perorangan yang melakukan kegiatan menjual barang

kebutuhan atau jasa, sebagai pengecer akhir, yang memanfaatkan ruang toko atau

pertokoan dengan sistem sewa kepada pihak pengelola

c. Kelompok Pengelola

Yaitu sekelompok orang atau badan yang mengelola dan bertanggung jawab atas

segala kegiatan yang berlangsung dalam pusat perbelanjaan serta mengatur semua

jalannya kegiatan tersebut, termasuk administrasi penyewaan ruang kepada para

pedagang atau pemilik usaha, sehingga dapat dicapai suatu kelancaran kegiatan,

kenyamanan, kemudahan dan keamanan

II.3. Lokasi

Lokasi proyek Tugas Akhir “Relokasi Pasar Kecamatan Perbaungan” ini terletak di Kelurahan Rengas Pulau, Kecamatan Perbaungan, Kota Medan, Sumatera Utara. Dapat

(30)

II.3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi yang tepat merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dari

hampir semua proyek arsitektur. Namun dalam proyek ini, lokasi sudah ditentukan, karena

merupakan redevelopmen dari kompleks pasar yang sudah ada. Sehingga tidak diperlukan

adanya kriteria tertentu dalam pemilihan lokasi. Adapun hal yang diperlukan mengenai

permasalahan lokasi ini adalah alasan apa yang bisa disampaikan sehingga lokasi tersebut

memang memenuhi kelayakan untuk di-redevelopmen sebagai proyek pasar dan pusat

perbelanjaan yang lebih modern dan masih mempertahankan konsep berbelanja secara

tradisional.

Gambar 2.1. Peta Kabupaten Serdang Bedagai

Gambar 2.2. Peta Lokasi Kecamatan

(31)

II.3.1.1 Tinjauan Terhadap Struktur Kota

Kawasan Pasar Kecamatan Perbaungan berada di lingkungan permukiman dan

tanah kosong (Gambar 2.4). Arah pengembangan pada wilayah ini adalah sebagai wilayah

perdagangan dan permukiman penduduk.

II.3.1.2. Pencapaian

Lokasi site berada di jalan Mangga, sangat efisien untuk pencapaian karena banyak

dilalui oleh angkutan umum, kendaraan, maupun truk barang. Untuk para pejalan kaki, site

sangat mudah dijangkau karena banyak dilalui oleh berbagai jenis angkutan umum. Dalam

tempo waktu ke depan akan dibangun jalan tol di kawasan ini.

II.3.1.3. Area Pelayanan Pasar Kecamatan Perbaungan

Berdasarkan jenis pasar yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dikatakan

bahwa Pasar Kecamatan Perbaungan adalah pasar kecamatan, tepatnya adalah Pasar

Kecamatan Perbaungan. Sehingga berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan Pasar

Kecamatan Perbaungan memiliki kriterial sebagai berikut :

- Fasilitas pelayanan : pertokoan, perpasaran, kantor-kantor pelayanan umum dan civic center.

(32)

- Skala radius pelayanan : 0 - 1,5 km - Perkiraan kepadatan : 80-100 ha - Status pasar lingkungan

II.3.2. Analisa Pemilihan Lokasi

Pada site ini, dipilih 3 lokasi sebagai pembanding, lalu dicari yang terbaik sesuai

kriteria yang diperlukan. Terdapat beberapa kriteria agar sebuah lokasi dapat menjadi

lokasi sebuah pasar dan pusat perbelanjaan, antara lain :

1. Dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga mempunyai konsumen yang tetap.

2. Lokasi harus dapat menjangkau masyarakat banyak

3. Dilalui oleh lintasan angkutan umum, sehingga dapat diakses oleh para pejalan

kaki

4. Memiliki sarana dan utilitas yang baik di sekitar kawasannya. Sehingga nantinya

tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

(33)

bilitas perkebunan PTPN-4 perkebunan PTPN-4

2 2 3

Kondis

i Jalan

Lebar jalan 5 m, sangat lancar sepi karena jalan berujung kebun kelapa sawit

Lebar jalan 5 m, sangat lancar sepi karena jalan berujung

Masyarakat Kota Perbaungan, masyarakat desa Melati 1, Melati 2 Pegajahan

Masyarakat Kota Perbaungan, masyarakat desa Melati 1, Melati 2 Pegajahan

Masyarakat Kota Perbaungan, masyarakat desa Melati 1, Melati 2

Permukiman dan area pabrik -permukiman

(34)

View

Terdapat jalur alternative, yang terhubung ke jalinsum

1 1 3

Total 18 20 29

Dari penilaian di atas disimpulkan bahwa lokasi di jalan Kendondong adalah

merupakan lokasi yang terbaik dari 3 alternatif lokasi yang ada. Sehubungan dengan lokasi

yang berdekatan dengan permukiman, akses mudah, dan lokasi yang baik untuk pasar.

II.3.3. Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi

II.2.3.1 Luas lahan

Pasar Kecamatan Perbaungan yang ada saat ini bukan seutuhnya dikelola

oleh Perusahaan Daerah Kota Medan tetapi juga sebagiannya dikelola oleh pihak

Swasta. Luas gabungan dari keduanya mencapai ± 18.958 m2, tetapi yang dikelola

pleh PD. Pasar hanya seluas 2400 m2.

(35)

Site ini terletak pada Kecamatan Perbaungan. Termasuk kedalam wilayah

pengembangan yang berorientasi sebagai Permukiman, Persawahan. Adapun site

ini memiliki kelebihan dan kelemahan tertentu antara lain :

- Kelebihan:

1. Pencapaian yang mudah karena banyak dilalui oleh berbagai jenis

kendaraan maupun angkutan umum.

2. Dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga target pasar dapat dengan

mudah terpenuhi, karena tersedianya jumlah pembeli yang memadai.

3. Dekat dengan lahan pertanian sehingga kebutuhan pasar dapat terpenuhi

dengan baik.

4. Rencana dalam waktu dekat pembuatan jalan lintas sumatera.

- Kelemahan

1. Area Pemukiman penduduk.

2. Areanya belum terlalu berkembang.

3.

Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kelemahannya, maka luasan pasar yang

(36)

II.3.3.2. Peraturan Site

1. Land Use (RDTRK) : rencana detail tata ruang kota. Yaitu peruntukan dan

syarat-syarat lain tentang suatu wilayah pada daerah tertentu. Peraturan ini dibuat agar

penggunaan lahan pada suatu kawasan dapat terencana dan teratur.

2. GSB = Garis Sempadan Bangunan : Mengatur jarak batas bangunan dengan

batas kapling, bisa batas depan, samping atau belakang. Sering garis sepadan ini

hanya depan atau jalan saja, 1/2 x lebar jalan atau (1/2xlebar jalan) + 1.

GSB ideal yang seharusnya ideal untuk sebuah site adalah seperti yang diutarakan

dalam penjelasan di atas, yaitu :

GSB sebelah Selatan (Jl.Kedondong)

(1/2x 10m) + 1 = 6m

3. KDB (Koefisien Dasar Bangunan). Yakni perbandingan tapak dengan kawasan

terbangun. Koefisien ini akan semakin kecil untuk kawasan perbelanjaan atau

kawasan mahal, bisa berubah tergantung fungsi dan harga tanah atau lahan.

Sebagai kawasan pusat perbelanjaan dan pasar, maka koefisen dasar bangunan

yang ada di sekitar dan pada site adalah sekitar 80 % - 90 %

Maka koefisen dasar bangunan adalah : 90 % x 12227 m2 = 10999 m2

4. KLB (Koefisien Lantai Bangunan). Yaitu perbandingan luas tapak dan

klasifikasi yang telah ditetapakan total luas lantai. Koefisien ini bisa lebih dari

100% untuk bangunan bertingkat.

Untuk daerah di sekitar Pasar Perbaungan, maka koefisien lantai bangunan

sekitarnya adalah 1-2 lantai.

II.3.3.3. Ketinggian Bangunan

Berdasarkan survey yang telah dilakukan, maka dapat diketahui ketinggian

bangunan di kawasan Pasar Kecamatan Perbaungan sebelumnya adalah. Penyajiannya

adalah sebagai berikut:

1. Ketinggian Bangunan Pasar Kecamatan Perbaungan

Ketinggian bangunan Pasar Kecamatan Perbaungan adalah bangunan 1 lantai.

Mulai dari kios hingga loods semuanya hampir sama ketinggiannya.

(37)

Bangunan di sekitar Pasar Kecamatan Perbaungan rata-rata adalah bangunan

rumah toko dan permukiman penduduk. Ketinggiannya bervariasi, mulai dari 1

hingga yang paling tinggi adalah 3 lantai. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam

gambar berikut.

II.3.3.4. Eksisting

Tapak terletak di Jl. Kedondong berupa site tanah kosong dengan pemukiman penduduk di

sekitarnya

Gambar 2.6. Kondisi Eksisting Sumber: Survey Lapangan

(38)

II.4. Tinjauan Fungsi

II.4.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan

Pengguna pasar ini dapat dikelompokkan secara umum menjadi beberapa

bagian demikian juga dengan kegiatan yang terjadi juga dapat dikelompokkan

menjadi beberapa bagian besar. Penggunanya antara lain :

 Pengunjung yaitu masyarakat baik yang berasal dari daerah sekitar (dalam

kota), maupun dari luar kota bisa pengunjung pasar.

 Pedagang pasar yaitu pihak yang menjajakan barang dagangan di pasar.

 Pengelola yaitu pihak yang bertugas mengawasi, mengelola, dan memberikan pelayanan fasilitas kepada para pedagang baik di pasar.

Kegiatannya antara lain :

 Berdagang yang merupakan fungsi utama dari komplek bangunan ini.

Merupakan kegiatan menjajakan barang kepada para pengunjung, baik

dalam bentuk kios, lods, retail, maupun pameran.

 Pembelian yang merupakan feedback dari kegiatan berdagang. Disini

pembeli akan membayar untuk barang yang diinginkan.

Secara lebih lengkap akan dibahas mengenai kronologis kegiatan dan pelaku

yang terdapat di komplek bangunan ini :

II.4.2. Dekripsi Kegiatan Pasar Kecamatan Perbaungan

Dikarenakan oleh lokasi pasar yang berada pada pusat Kecamatan

Perbaungan, maka pasar termasuk daerah yang hidup mulai dari pagi jam 04.00 s/d

18.00 WIB..

- Pada pukul 04.00 WIB barang dagangan mulai berdatangan ke

pasar Perbaungan. Kebanyakan merupakan barang dagangan yang

berupa sayur dan daging.

- Pada pukul 06.30 WIB, pembeli mulai berdatangan. Sehingga

suasana pasar mulai ramai.

- Pukul 06.30-18.00 WIB merupakan waktu dimana kegiatan berdagang

dilaksanakan.

(39)

II.4.2. Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang

Dalam perancangan pasar, ada persyaratan dan kriteria tertentu yang perlu

diperhatikan antara lain fleksibillitas, keamanan pengunjung, kenyamanan

pengunjung yang dihubungkan dengan keadaan termal, pencahayaan, sirkulasi.

Untuk lebih jelasnya akan dibahas sebagai berikut :

1. Fleksibilitas

Secara harfiah fleksibilitas dapat didefenisikan sebagai kemampuan untuk

menyesuaikan diri. Kemudahan penyesuaian kios dan los untuk dapat

menampung lebih banyak jumlah pedagang. Hal ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain :

a. Pemilihan sistem struktur

b. Pembagian ruang

c. Ketinggian ruang

d. Tata letak stan, kios, dan lods

2. Kenyamanan

Kenyamanan merupakan kepuasan atau kenikmatan dalam melakukan

aktivitasnya. Kenyamanan untuk ruang pusat perbelanjaan dan pasar

dipengaruhi faktor keadaan termal dan pencahayaan ruang pameran.

3. Sirkulasi

Perencanaan dan perancangan sistem sirkulasi pada bangunan terutama

ditekankan pada pola pengaturan pencapaian pejalan kaki, jalur sirkulasi

pengunjung dan sirkulasi servis bangunan.

Kebutuhan ruang dari pasar tradisional dapat dikelompokkan menjadi empat

bagian, yaitu ruang utama, pendukung, pelengkap, dan servis, dimana pembagian

masing-masing kelompok diuraikan sebagai berikut:

1. Ruang Utama, termasuk didalamnya kios dan lods.

2. Ruang Pendukung, yakni Kantor Pengelola dan Pusat Jajanan Serba Ada

(40)

3. Pelengkap, yakni Ruang Terbuka Hijau, Toilet, Mushalla, ATM Center,

Pelayanan Kesehatan, dan Tempat Penitipan Anak.

4. Servis, yakni Loading deck, Ruang kontrol Panel, Tempat Sampah

Sementara, Ruang Genset, Pos Jaga, Parkir.

Berdasaran data dari PD Pasar, diperolehlah jumlah pedagang yang terdapat di

Kawasan Pasar Kecamatan Perbaungan sebelumnya (Tabel 2.2, tabel 2.3, dan tabel 2.4).

Pasar yang merupakan milik swasta terdiri dari kios, lods, dan PKL. Kios berukuran 2 x

2m dan lods berukuran 1 x 2m.

(41)

Pedagang di luar area pasar

Jl.Cipto (PKL)

No. Barang Dagangan Jumlah

1. Sayur - mayur 46

No. Jenis Dagangan Jumlah

1. Sayur - Mayur 27

No. Jenis Dagangan Jumlah

1. Sayur - Mayur 52

2. Kue 3

Jumlah/Total 55

Tabel 2.5 Data Jenis Dagangan Sumber : PD Pasar

Tabel 2.3 Data Jenis Dagangan

(42)

II.5. Studi Banding Fungsi Sejenis

II.5.1. Pasar Beringharjo Yogyakarta

Pasar Beringharjo merupakan salah satu pasar tradisional yang terdapat di

Yogyakarta. Dalam pasar ini, diatur dengan jelas pengelompokan jenis barang

dagangan yang dijual. Sehingga hal ini lebih memudahkan pengunjung untuk

mencari barang yang diinginkan.

Faktor kebersihan juga merupakan salah satu hal yang dapat diambil dari

pasar ini sebagai contoh studi banding, karena desain pasar yang akan dihasilkan

adalah suatu pasar tradisional yang bebas dari stereotip ”bau dan kotor”. Karena

kedua hal diatas, dianggap telah terlalu melekat pada pasar tradisional.

Pembangunan pasar ini merupakan salah satu bagian dari rancang bangun

pola tata kota Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, yang biasa disebut pola Catur

Tunggal dengan cakupan empat hal, yakni keraton sebagai pusat pemerintahan,

alun-alun sebagai ruang publik, masjid sebagai tempat ibadah, dan pasar sebagai pusat

transaksi ekonomi. Secara penempatan, Pasar Beringharjo berada di bagian luar

bangunan Keraton Yogyakarta (njobo keraton), tepatnya di utara Alun-alun Utara.

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Dinas pasar Beringharjo

Yogyakarta, luas tanah pasar Beringharjo Timur 12,502 M2, luas bangunan pasar

27,721,49 M2, dan luas lahan dasaran 10,696,32 M2. Dengan luas yang sebanyak itu

pasar Beringharjo Timur menanpung pedagan sejumlah 2.730 orang. Dari sejumlah Gambar 2.8. Peta Satelit Pasar Beringharjo

Sumber: www.merdeka.com

(43)

pedagang tersebut, kebanyakan pedagang berasal dari Yogyakarta, tetapi sebagian

para pedagang juga berasal dari luar jogja, seperti Bandung, Jakarta, Jawa Timur,

dan lain-lain. Pasar Beringharjo Timur di buka setiap hari pada waktu 05:00 sampai

dengan 17:00 WIB. Para pedagang pasar Beringharjo Timur menjual berbagai

macam kebutuhan sehari-hari, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, emping, krupuk,

daging, ayam dan lain-lain. Selain itu terdapat penjual tas dan sepatu.

Pasar Beringharjo Timur mempunyai terdapat fasilitas-fasilitas yang cukup

memadai. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain:

 Tempat parkir

 Mushola

 Kamar mandi atau WC sejumlah 15 unit

 Kios

 Tempat dagang losd sebanyak 3.006 unit

 Tempat penitipan anak

 Kantor pengelolaan pasar

 Tempat layanan kesehatan

 Alat pemadam kebakaran

II.5.2. Pasar BSD (Bumi Serpong Damai) Jakarta

Pasar tradisional BSD merupakan salah satu contoh pasar hasil redevelopmen

pemerintah yang bisa dikatakan cukup berhasil. Pasar ini tidak memiliki bentuk yang luar Gambar 2.10. Interior Pasar Beringharjo

(44)

biasa, namun berhasil membuat suatu bentuk sederhana, dimana masyarakat yang

berbelanja merasa cukup nyaman dan efektif.

Berdasarkan tanggapan masyarakat yang ada di salah satu website, pasar BSD ini

dianggap salah satu pasar tradisional yang baik. Hal itu dimulai dari sistem sirkulasi

kendaraan dan ketersediaan lahan parkir untuk kendaraan. Kemudian masuk kedalam

penataan kios-kios yang rapi, terorganisasi dan fungsional. Sehingga pengunjung yang

datang sama sekali tidak kesulitan menemukan barang yang dicari, dikarenakan adanya

pengelompokan yang jelas. Selain itu salah satu hal pendukung yang penting adalah pasar

ini dikelola dengan baik, dimana semua petugas pasar, mulai dari petugas pembersih,

petugas parkir, sampai kepada pengelola mempunyai kerjasama yang baik.

Pada studi banding ini, penulis mengharapkan mendapatkan suatu sistem utilitas

dari pasar tradisional yang efesien yang ada pada pasar ini, sehingga dapat diterapkan

dalam desain nantinya. Selain itu pengelolaan parkir dan sirkulasi kendaraan juga akan

menjadi salah satu perhatian dari studi banding ini. Gambar 2.11. Peta Satelit Pasar BSD

Sumber: www.google.com

(45)

Gambar 2.13. Situasi Loods di Pasar BSD Sumber: www.google.com

(46)

32

BAB III

ELABORASI TEMA

III.1. Pengertian

Pendekatan tema Pengembangan Kawasan Pasar Perbaungan adalah melalui

pendekatan Arsitektur Hijau (Green Architecture).

Kata Green, berasal dari bahasa Inggris yang berarti “Hijau”, hijau adalah suatu simbol warna yang mewakili daun tumbuhan yang berklorofil, atau mewakili lingkungan

dan alam.

Kata Green dalam arsitektur pada awalnya dianggap sebagai hal yang tabu sama

seperti ketika kata postmodernisme dan dekonstruksi muncul beberapa tahun lebih awal.

Pada saat kemunculan istilah green menimbulkan kesalahpahaman. Hal ini memancing

respon untuk membicarakan masalah green itu sendiri.

Namun setelah muncul beberapa kelompok atau lembaga yang melakukan

pendekatan dalam Green Movement dengan menekankan dan mengaplikasikannya sesuai

dengan kemampuan dan interesnya masing-masing. Salah satunya dengan merancang

sebuah rumah sementara yang menunjukkan manusia tidak menjadi asing dengan

lingkungannya yang dilakukan oleh Walden Pond. Namun secara umum dapat dikatakan

bahwa Green Architecture adalah gerakan untuk pelestarian alam dan lingkungan dengan

mengutamakan efisiensi energi (arsitektur ramah lingkungan).

Ciri-ciri Green Architecture diantaranya:

 Peka terhadap lingkungan.

 Konservasi energi (mengkonsumsi energi seminim mungkin).

 Mengusahakan pencahayaan alami.

 Harmonis dengan lingkungan alam di mana bangunan berdiri.

 Mengusahakan penghawaan alami.

(47)

33

Dalam penerapan Green Architecture lainnya dapat dilakukan dengan berbagai

cara. Misalnya: penentuan tapak bangunan, pengolahan limbah yang muncul akibat

kegiatan yang terjadi di kawasan proyek.

Terdapat 6 prinsip Green Architecture sesuai dengan teori yang dikemukakan

oleh Brenda dan Robert Vale tentang Green Architecture, yakni:

1. Konservasi energi

 Meminimalkan penggunaan energi.

 Perlindungan terhadap sumber daya alam.

 Pendayagunaan alam sebagai sumber energi sebagai keperluan studi dan

rekreasi.

 Memanfaatkan limbah dengan sebaik-baiknya.

 Penentuan lokasi yang tepat guna dengan cara memilih penggunaan sumber

daya alam yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsi bangunan atau proyek.

2. Bekerja sama dengan iklim

 Bekerja sama dalam pengunaan energi dari alam.

 Memanfaatkan energi yang tersedia dengan sebaik-baiknya.

 Pencahayaan alami pada siang hari.

 Penghawaan alami.

3. Meminimalisir sumber-sumber daya baru

 Penggunaan material daur ulang.

 Penggunaan material yang dapat diperbaharui.

 Merancang bangunan dari sisa bangunan sebelumnya.

 Penggunaan material yang ramah lingkungan.

4. Ramah /menghargai pengguna di dalamnya

 Menyadari bahwa pengguna atau pemakai dari bangunan harus

diperhatikan kebutuhannya. Untuk itu dilakukan pendekatan yang

memperhatikan kenyamanan penggunanya namun tetap selaras dengan

(48)

34

5. Menghargai site

 Seminimal mungkin merubah tapak yang sudah ada. Memberi pori-pori

bagi tanah agar tetap memiliki aliran udara.

 Interaksi bangunan terhadap site.

6. Holistik

 Seluruh prinsip-prinsip Green Architecture digabungkan dalam suatu

pendekatan holistik pada lingkungan yang akan dibangun.

Green Architecture merupakan salah satu aliran dalam arsitektur yang

memperhatikan keberlangsungan lingkungan hidup di dalam melakukan proses desain.

Green Architecture muncul sebagai suatu solusi untuk melestarikan lingkungan hidup

yang semakin rusak akibat pembangunan yang tidak memperhatikan faktor-faktor

lingkungan.

Tujuan dari Green Architecture adalah menghasilkan suatu bangunan yang

bersahabat dengan lingkungannya dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Hal ini dapat

dicapai dengan menerapkan konsep-konsep Green Architecture pada bangunan yang akan

dirancang.

Dengan menerapkan prinsip Green pada bangunan, maka akan dapat menjawab

beberapa isu global mengenai kerusakan lingkungan dan pemanasan global yang sedang

terjadi saat ini.

III.2. Interpretasi Tema

Dengan maraknya permasalahan golobal yang ada saata ini , banyak negara

menghadapi masalah-masalah lingkungan hidup. Hal ini banyak disebabkan karena

kerusakan lingkungan yang akibatnya fatal bagi kehidupan manusia. Sala satu contohnya

adalah kerusakan fisik bumi seperti rusaknya hutan yang mengakibatkan ketersediaan

lahan hijau berkurang, otomatis oksigen yang diproduksi akan mengalami gangguan.

Untuk memecahkan permasalahan diatas maka ada beberapa solusi yang bisa

dilakukan, yakni mengembangkan konsep-konsep kota yang berwawasan hijau (Green

(49)

35

lingkungan hidup. Dengan kata lain keberlangsungan suatu kota sangat tergantung pada

kualitas lingkungan perkotaan tersebut.

Di beberapa negara maju telah dikeluarkan beberapa peraturan yang berkaitan

tentang lingkungan hidup seperti pembangunan suatu kawasan yang harus ramah

lingkungan, kontrol terhadap emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor, hingga

pembatasan jumlah kendaraan bermotor yang mengakibatkan polusi terhadap lingkungan.

Departemen Lingkungan hidup merupakan lembaga yang harus bertugas untuk melakukan

pengawasan terhadap perencanaan dan pembangunan kawasan perkotaan.

Green Architecture Dalam Konteks Kota

Pemerintah kota Medan telah menetapkan Rencana Strategik (Restra) Kota Medan

sesuai dengan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2002, dengan visi:

“Mewujudkan Kota Medan sebagai Kota Metropolitan bercirikan Masyarakat Madani

yang menguasai Iptek, dan bermuatan Imtaq serta berwawasan Lingkungan Hidup”

Selai visi tersebut, terdapat beberapa isu lingkungan hidup di kota Medan yang

menyebabkan diperlukannya konsep pendekatan “Green” terhadap perencanaan dan

perancangan arsitektur kotanya.

Isu-isu tersebut diantaranya: pencemaran akibat limbah industri, rumah sakit, hotel,

pusat perbelanjaan, restoran, sampah perkotaan, krisis persediaan air tawar, degradasi

tanah dan lahan pertanian, pencemaran udara, konflik sosial, lingkungan, transportasi, dan

ruang terbuka hijau.

Dengan mempertimbankan isu tersebut, maka dalam pengembangan Kawasan

Pasar Perbaungan akan diterapkan konsep Green Architecture.

Penerapan tema Green Architecture pada bangunan dapat dilakukan dengan

berbagai cara sebagai berikut:

 Mewujudkan suatu kawasan dengan perbandingan lahan hijau dengan lahan

terbangun yang sesuai.

Sesuai dengan peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007

(50)

36

Lingkungan dijelaskan bahwa perbandingan antara lahan hijau dengan lahan

terbangun adalah 40:60 %. Hal tesebut tercantum dalam KDH (koefisien Dasar

Hijau) yaitu persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka diluar

bangunan gedung diperuntukkan bagi pertamanan/ penghijauan dan luas tanah

perpetakan/ daerah perencanaan yang dikuasai.

 Mengembangkan Tata Vegetasi yang baik

Tata vegetasi suatu kawasan juga sangat mempengaruhi kondisi lingkungan

bangunan yang terdapat pada kawasan tersebut. Dengan adanya tata vegetasi

yang baik diharapkan dapat memperbaiki iklim makro dan mengurangi polusi

udara terutama pada bangunan tempat manusia beraktivitas. Dengan adanya

tata vegetasi yang baik dapat mengurangi emisi gas karbondioksida yang

secara otomatis akan mengurangi dampak pemanasan global.

 Mengembangkan bangunan hijau (Green Building)

Dalam konsep green building pada bangunan dapat dilakukan berbagai cara

sebagai berikut:

- Membuat atap Hijau (Roof-Garden)

- Menempatkan bukaan sebagai tempat masuknya cahaya dan udara pada

tempat yang tepat

- Menggunakan teknologi Photovoltaic, water filtration, air filtration,

dan sebaginya.

- Menghadirkan taman pada bangunan.

- Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan

- Melakukan penanganan limbah yang efektif

- Menggunakan perabot dalam bangunan yang hemat energi dan hemat

pemakaian air

- Menerapkan sistem utilitas pada bangunan yang hemat energy.

 Melakukan Proses recycle dan reuse untuk air dan limbah

Untuk mewujudkan konsep green pada bangunan perlu dilakukan proses

(51)

37

III.3. Keterkaitan Tema dengan Judul

Pasar tradisional merupakan salah satu topik yang sangat hangat saat ini.

Banyaknya masalah yang disebabkan ketika beroperasi seperti kemacetan hingga

limbah,dan sebab itu perlunya perhatian khusus dalam pemecahan masalahnya. Sebagai

salah satu tempat publik, dimana berlangsungnya transaksi jual beli maka diperlukan suatu

pasar yang nyaman bagi pengguna maupun pengunjung serta ramah terhadap lingkungan.

Selain itu isu krisis energi dan isu kerusakan lingkungan yang ada saat ini

mengharuskan Kabupaten memerlukan banguan-bangunan yang hemat energi dan dapat

memanfaatkan sumber energi alamiah. “Pengembangan Kawasan Pasar Perbaungan”

merupakan suatu alternatif pemecahan masalah untuk memperbaiki kondisi pasar yang ada

saat ini.

Dengan menerapkan kosep Green Architecture, desain yang ada akan mampu

memecahkan berbagai permasalahan lingungan, seperti penghematan energi sampai

pengolahan limbah.

Sesuai dengan rencana pemerintah yang ingin memperbaiki kondisi pasar

tradisional menjadi tempat yang dapat menjadi alternatif bukan hanya untuk masyarakat

menengah ke bawah melainkan juga dapat menjadi alternatif bagi masyarakat menegah ke

atas.

Dengan adanya Pengembangan Pasar Perbaungan yang menerapkan konsep

green architecture ini, diharapkan akan dapat menciptakan suatu suasana yang alami, yang

dapat membuat nyaman para pengguna baik itu pedagang maupun pembeli. Serta dapat

memberi kontribusi dalam pemecahan permasalahan lingungan.

III.4. Studi banding Tema Sejenis

III.4.1.Heping Park, Tianjin, Cina

Ini adalah proyek Perkins Will untuk Heping Park di Tianjin, China

(52)

38

Proyek diberi tanda oleh 3 menara besar. Seperti halnya ruang parkir, ruang hijau di

buat dengan menciptakan suatu langit-langit dengan benih tumbuh-tumbuhan

setinggi level jalan. Pengembangan kembali rencana Lingkungan meliputi

konstruksi kediaman bertingkat baru yang akan menekankan suatu yang lebih tinggi

mutu hidup sampai pengintegrasian ruang hijau. Pita ruang hijau yang

menggelombang ke seberang, memudahkan cahaya, ventilasi, dan akses ke parkiran

bawah.

Pada proyek ini terlihat jelas bagaimana ruang-ruang terbangun digantikan

oleh ruang ruang hijau pada atap (Green Roof), terlihat jelas bagaimana bangunan

juga menjadi tempat hidup tumbuh-tumbuhan. Selain itu Green roof ini juga

berfungsi sebagai ruang-ruang publik, sehingga pemanfaatan lahan menjadi sangat

Efektif (Gambar 3.2 dan Gambar 3.3)

Gambar 3.1. Bentuk Bangunan Heping Park Sumber: archdaily.com

Gambar 3.2. Layout Denah dan Sirkulasi Heping Park

(Sumber: skyscraper.com)

(53)

39

III.4.2. Green Rings City of Gwanggyo (Korea Selatan)

Grup arsitektur asal Belanda, MVRDV. Telah memenangkan kompetisi

untuk merancang sebuah bangunan pusat kota untuk Gwanggyo, sebuah kota baru

yang akan dibangun di selatan Seoul, Korea. Direncanakan untuk menjadi

swasembada kota bagi 77.000 jiwa penduduk korea. Disebut Green Ring City

(Gambar 3.4)

Arsitek mengatakan bahwa semua elemen dari pusat kota akan desain

seperti cincin, dan “dengan mendorong cincin ini ke arah luar, setiap bagian dari

bangunan akan menerima teras untuk kehidupan diluar ruangan.”

Program dan kebutuhan ruang berbeda, membutuhkan peletakan serta

ukuran ruang yang berbeda-beda. Pemecahan masalahnya adalah dengan

memfasilitasi semua elemen dengan membentuknya kedalam bentuk cincin. Setiap

bagian dari cincin-cincin tersebut akan ditanami tumbuh-tumbuhan yang juga

berfungsi sebagai teras outdoor (Gambar 3.5).

Bangunan ini nantinya akan difungsikan sebagai Residensial 200.000m2,

Perkantoran 48.000m2, retail sebesar 200.000m2, serta pusat rekreasi dan sarana

edukasi sebesar 200.000m2.

(54)

40

III.4.3. River Frontage Green Building (Uzbekistan)

Ini adalah konsep dari bangunan perumahan yang akan dibangun di

Uzbekistan, bangunan ini sungguh mengagumkan. Dengan konsep bangunan hijau,

dan outdoor looks, yang tidak hanya indah di mata, tetapi juga memberikan kualitas

tinggi kalangan masyarakat. Selain perumahan, bangunan ini juga akan digunakan

sebagai gedung kantor dan spa.

Bangunan ramah lingkungan ini dirancang oleh arsitek llewelyn-Davies.

Pemandangannya sangat menarik, penuh dengan tampilan hijau. Dengan bentuk

geometris hampir seperti labirin, seperti kita menemukan sesuatu selama di dalam

gedung dan menciptakan suasana segar (Gambar 3.6 dan Gambar 3.7). Gambar 3.5. Bentuk Bangunan

Green Ring City (Sumber: skyscraper.com)

(55)

41

III.4.4. Fukuoka ACROS (Jepang)

Di Kota Fukuoka di Jepang, mereka memiliki sebuah bangunan yang

disebut “Fukuoka ACROS” terlihat sangat berbeda dari dua sisi: satu sisi seperti

sebuah bangunan kantor konvensional dengan dinding kaca, namun di sisi lain

terdapat atap yang besar dan bertingkat dengan sebuah taman (Gambar 3.8).

Bangunan kompleks perkantoran ini merupakan pemecahan terhadap

masalah urban ruang terbuka. Dengan kepadatan pembangunan fisik yang tinggi,

arsitek mencoba menghadirkan bangunan yang dapat mengakomodasi fungsi privat

sekaligus publik. Di sebelah utara yang menghadap jalan utama, dibuat fasade

bangunan yang modern. Di sebelah selatan yang menghadap ruang terbuka, dibuat

atap teras yang menyerupai sengkedan. Setiap lantai mempunyai taman yang

berfungsi untuk meditasi dan relaksasi. Desain yang menampilkan unsur tanaman ke

dalam bangunan ini berfungsi sebagai pemecah kesan keras pada bangunan. Dengan

integrasi terhadap unsur lingkungan, bangunan ini turut menurunkan suhu mikro di

sekitarnya Teras taman yang mencapai hingga sekitar 60 meter di atas tanah, berisi

35.000 tanaman yang mewakili 76 spesies.

Pada proyek ini hadirnya atap-atap hijau yang ditanami vegetasi berfungsi

untuk menurunkan suhu mikro. Hadirnya atap hijau juga berfungsi menjadi taman

untuk tiap lantainya yang menjadi ruang relaksasi.

(56)

BAB IV

ANALISA

IV.1 Analisis Kondisi Tapak dan Lingkungan

IV.1.1 Data Site

Berikut ini akan dipaparkan data serta keterangan informasi yang berhubungan

dengan site:

IV.1.2 Analisa Kondisi Tapak

Kondisi tapak mendatar tanpa banyak kontur, terletak di pemukiman penduduk, site merupakan tanah kosong yang minim vegetasi.

Gambar 4.1 Analisa Kondisi Tapak

(57)

IV.1.3 Analisa Sirkulasi Pencapaian

Area Sirkulasi berupa jalan dilalui beberapa angkutan umum, akses jalan baik dan rata, dapat dilalui kendaraan roda dua, roda tiga, dan roda empat.

IV.1.4 Analisa Vegetasi

Lahan merupakan areal kosong dengan vegetasi sekeliling, namun tidak terlalu dominan. Dapat dimanfaatkan untuk penanaman vegetasi sekeliling guna buffer udara dan kebisingan.

(58)

IV.1.5 Analisa View

View sekeliling adalah perumahan warga, tidak terlalu dapat dimanfaatkan untuk menunjuk arah orientasi bangunan yang baik.

IV.1.6 Analisa Kebisingan

Gambar

Gambar 2.3. Peta Kawasan
Gambar 2.4. Wilayah Kawasan
Tabel 2.1. Penilaian Alternatif Lokasi
Gambar 2.5. Dimensi Site
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proses pembuatan es tebu mengharuskan air (nira) tebu di pisahkan dari material lain selain nira tebu dengan cara memeras batang tebu dengan alat atau mesin pemeras.

dituruti oleh tarian, sedangkan instrumentalia timur apalagi Indonesia masih sangat rapat hubungannya dengan tarian, sehingga belum dapat kita pisahkan antara musik dan

Judul : Peluncuran Buku Kenang-kenangan Prof Dr.Damarjati Supadjar Lokasi : Auditorium Fakultas Filsafat UGM.. Reporter & Camerawan : Rina dan Intro Tanggal Liputan :30

Penggunaan teknologi internet ini dapat membantu tugas dan fungsi Pegawai Pemerintah Kota Bitung dalam menjalankan tugas sebagai pelayan masyarakat, seringkali

Dalam penelitian Implementasi Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Adminsitrasi Kependudukan (Studi Pada Pelaksanaan Pelayanan

(2005) menjelaskan bahwa biosorpsi dan akumulasi zat polutan oleh tumbuhan dapat terjadi melalui tiga proses yaitu biosorpsi logam oleh akar, translokasi zat

Oleh karena itu pelayanan informasi yang cepat, tepat dan lengkap data sangat diperlukan Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis ingin membuat sebuah situs fans klub bagi

Pelatihan membuat Ayam Goreng Kremes sangatlah mudah, dengan menyiapkan beberapa bahan seperti : bahan aktif, bahan pelengkap dan bahan pendukung lainnya1. Alat – alatnya