RELOKASI PASAR KECAMATAN PERBAUNGAN
(GREEN ARCHITECTURE)
LAPORAN PERANCANGAN
TKA-490 TUGAS AKHIR
SEMESTER B 2013/2014
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh :
PANJI SEPTO CAHYO
070406056
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
RELOKASI PASAR KECAMATAN PERBAUNGAN
(GREEN ARCHITECTURE)
Oleh :
PANJI SEPTO CAHYO
070406056
Medan, 14 Februari 2014
Disetujui oleh,
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc Ir.Samsul Bahri, MT
NIP. 196201091987012001 NIP. 19650318199501100
(Ketua Departemen Arsitektur FT-USU)
Ir. N. Vinky Rahman, MT.
SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR
(SHP2A)
Nama : PANJI SEPTO CAHYO
NIM : 070406052
Judul Proyek Akhir : RELOKASI PASAR KECAMATAN PERBAUNGAN
Tema Proyek Akhir : Green Architecture
Rekapitulasi nilai
Nilai Akhir A B+ B C+ C D E
Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan :
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur, saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur,
Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.
Laporan Studio Tugas Akhir ini berisikan antara lain : pengumpulan data melalui studi
literatur dan dari berbagai nara sumber, telaah, analisa dan penyusunan landasan - landasan
teoritis (konseptual) bagi tahap perancangan serta gambar - gambar rancangan.
Selama proses hingga selesainya laporan ini, penulis tidak terlepas dari berbagai pihak
yang turut andil dalam menyukseskannya. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Kedua orang tua saya yang tercinta Ibunda Hj. Marliah dan Ayahanda Ir. H.
Soekirman, keluarga di rumah, Bang Agung, Kak Hilda, Dimas, Dipa, dan Aping. Terima
kasih atas doa dan pengertiannya selama ini
Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M. Sc sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingan, dukungan dan semangat yang sangat berarti dan selalu memberikan motivasi dari awal hingga akhir.
Bapak Ir. Samsul Bahri, MT. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan yang sangat berguna, serta motivasi yang sangat berarti.
Bapak Devin Devriza, ST. MT. dan Bapak Yulesta Putra, ST. M.Sc selaku dosen
penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik.
Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT Sebagai Ketua Jurusan Arsitektur.
Sahabat-sahabat saya, pengingat dan pendamping di kala suka dan duka, Grady dan
Dewi, Teman-teman JF (Musa, Ajo, Dani, Ginong, dkk).
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk kelengkapan dan
Akhir kata, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.
Hormat penulis,
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ... ii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... v
Daftar Gambar ... x
Daftar Tabel ... xi
Daftar Pustaka ... xiii
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... 1
I.2 Maksud dan Tujuan Perancangan... 4
I.3 Lingkup Kajian dan Batasan ... 4
I.4 Pendekatan Masalah ... 5
I.5 Lingkup dan Batasan ... 6
I.6 Kerangka Berpikir ... 6
I.7 Sistematika Laporan ... 7
BAB II Deskripsi Proyek II.1 Terminologi Judul ... 8
II.1.1 Pengertian Judul ... 8
II.1.2 Klasifikasi Pasar ... 9
II.1.3 Unsur-unsur pokok yang terdapat di pasar ... 12
II.1.4 Materi yang diperjualbelikan di pasar ... 13
II.1.5 Unsur-unsur penunjang pasar... 14
II.3 Lokasi ... 15
II.3.1.1 Tinjauan terhadap struktur kota ... 17
II.3.1.2 Pencapaian ... 17
II.3.3.3 Area Pelayanan Pasar Kecamatan Perbaungan ... 17
II.3.2 Analisa Pemilihan Lokasi ... 18
II.3.3.1 Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi ... 20
II.3.3.2 Peraturan Site ... 22
II.3.3.3 Ketinggian Bangunan ... 22
II.3.3.4 Eksisting ... 23
II.4 Tinjauan Fungsi ... 24
II.4.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan ... 24
II.4.2 Deskripsi Kegiatan Pasar ... 24
II.5 Studi Banding Fungsi Sejenis ... 28
II.5.1 Pasar Beringharjo Jogjakarta ... 28
II.5.2 Pasar BSD Serpong ... 29
BAB III Elaborasi Tema III.1 Pengertian Tema ... 32
III.2 Intepretasi Tema ... 34
III.3 Keterkaitan dalam Judul ... 37
III.4 Studi Banding Tema Sejenis ... 37
III.4.1 Heping Park ... 37
III.4.2 Green Rings City of Gwangyo ... 39
III.4.3 River Frontage Green Building ... 40
BAB IV ANALISA
IV.1 Analisa Lingkungan Tapak... 42
IV.1.1 Data Site ... 42
IV.1.2 Analisa Kondisi Tapak ... 42
IV.1.3 Analisa Sirkulasi dan Pencapaian ... 43
IV.1.4 Analisa Vegetasi ... 43
IV.1.5 Analisa View ... 44
IV.1.6 Analisa Kebisingan ... 44
IV.2 Analisa Fungsional ... 45
IV.2.1 Analisa Kegiatan dan Pengguna Ruang ... 45
IV.2.1.1 Pengelompokan Ruang ... 45
IV.2.1.2 Aliran Kegiatan ... 46
IV.2.1.3 Analisa Daya Tampung Pasar ... 47
IV.2.2 Ruang ... 49
IV.2.3 Bentuk ... 53
IV.2.3.1 Penerapan Pola Masa ... 53
IV.2.3.2 Modul ... 54
IV.2.3.3 Ketinggian Bangunan ... 54
IV.2.4 Utilitas ... 55
IV.2.4.1 Sistem Air Bersih ... 55
IV.2.4.2 Sistem Air Buangan ... 55
IV.2.3.3 Sampah ... 57
V.2 Konsep Tapak ... 61
V.3 Konsep Sirkulasi ... 62
V.4 Konsep Pemilihan Material Bangunan ... 62
V.5 Konsep Teknologi ... 63
V.6 Konsep Vegetasi ... 63
V.7 Konsep Rain Harvesting ... 64
Gambar 3D... 65
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Eksisting Pasar Perbaungan ... 2
Gambar 1.2 Eksisting Pasar Perbaungan memenuhi jalan ... 3
Gambar 2.1 Peta Kabupaten Serdang Bedagai ... 16
Gambar 2.2 Peta Lokasi Kecamatan ... 16
Gambar 2.3 Peta Kawasan ... 16
Gambar 2.4 Wilayah Kawasan ... 18
Gambar 2.5 Dimensi Site ... 21
Gambar 2.6 Kondisi Eksisting ... 23
Gambar 2.7 Citra Udara ... 23
Gambar 2.8 Peta Satelit Pasar Beringharjo ... 28
Gambar 2.9 Tampak Depan Pasar ... 28
Gambar 2.10 Interior Pasar ... 29
Gambar 2.11 Peta Satelit BSD ... 30
Gambar 2.12 Tampak Depan BSD ... 30
Gambar 2.13 Situasi Loods BSD ... 31
Gambar 2.14 Kondisi Atap dan Sirkulasi ... 31
Gambar 3.1 Bentuk Atap Heping Park ... 38
Gambar 3.2 Layout Denah dan Sirkulasi ... 38
Gambar 3.3 Roof Garden Heping Park ... 38
Gambar 3.4 Potongan Green Ring City ... 39
Gambar 3.5 Green Ring City ... 40
Gambar 3.6 Eksterior River ... 40
Gambar 3.7 Eksterior Fukuoka ACROSS ... 41
Gambar 4.2 Analisa Kondisi Tapak ... 42
Gambar 4.3 Analisa Sirkulasi dan Pencapaian ... 43
Gambar 4.4 Analisa Vegetasi ... 43
Gambar 4.5 Analisa View ... 44
Gambar 4.6 Analisa Kebisingan ... 44
Gambar 4.7 Kondisi Saluran Pembuangan Air Kotor ... 56
Gambar 4.8 Jenis Sampah umumnya berasal dari pasar ... 57
Gambar 5.1 Konsep Rainwater Harvesting ... 58
Gambar 5.2 Fasilitas Kios ... 60
Gambar 5.3 Penzoningan ... 61
Gambar 5.4 Sirkulasi ... 62
Gambar 5.5 Pemilihan Material ... 62
Gambar 5.6 Konsep Teknologi ... 63
Gambar 5.8 Rain Harvesting ... 64
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Pendekatan Proses Desain ... 5
Tabel 1.2 Diagram Alur Kerangka Berpikir ... 6
Tabel 2.1 Penilaian Alternatif Lokasi ... 20
Tabel 2.2 Data Jenis Dagangan ... 26
Tabel 2.3 Data Jenis Dagangan ... 27
Tabel 2.4 Data Jenis Dagangan ... 27
Tabel 2.5 Data Jenis Dagangan ... 27
Tabel 4.1 Pengelompokan Ruang ... 46
Tabel 4.2 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk ... 48
Tabel 4.3 Pertumbuhan Pedagang ... 50
Tabel 4.4 Kebutuhan Ruang ... 53
Tabel 4.5 Kebutuhan Parkir ... 53
dengan kebutuhan penataan fisik yang dapat digunakan sebagai arahan perbaikan kondisi pasar tradisional. Arahan penataan fisik pasar tradisional yang dibuat perlu didasarkan pada kebutuhan masyarakat agar dapat lebih tepat sasaran. Dengan perumusan konsep penataan pasar tradisional yang berorientasikan pada masyarakat sebagai penggunanya, diharapkan dapat meningkatkan daya tarik dari pasar tradisional yang kemudian dapat meningkatkan daya saing antara pasar tradisional dan pasar modern. Penerapan green architecture diselaraskan pada desain bangunan sehingga tercapai keseimbangan antara bangunan, alam, dan pengguna.
Kata Kunci : relokasi, pasar, green architecture
Abstract
With the growing needs of the community, the District Perbaungan Market should be relocated to the needs of the physical arrangement which can be used as a landing improvements in traditional markets. Referral physical arrangement of the traditional markets that need to be made based on the needs of the community to be better targeted. With the formulation of the concept of the traditional market-oriented arrangement in the community as users, is expected to increase the attractiveness of the traditional market which then can increase the competitiveness of the market between traditional and modern markets. Harmonized application of green architecture in the design of the building in order to reach a balance between building, nature, and users.
dengan kebutuhan penataan fisik yang dapat digunakan sebagai arahan perbaikan kondisi pasar tradisional. Arahan penataan fisik pasar tradisional yang dibuat perlu didasarkan pada kebutuhan masyarakat agar dapat lebih tepat sasaran. Dengan perumusan konsep penataan pasar tradisional yang berorientasikan pada masyarakat sebagai penggunanya, diharapkan dapat meningkatkan daya tarik dari pasar tradisional yang kemudian dapat meningkatkan daya saing antara pasar tradisional dan pasar modern. Penerapan green architecture diselaraskan pada desain bangunan sehingga tercapai keseimbangan antara bangunan, alam, dan pengguna.
Kata Kunci : relokasi, pasar, green architecture
Abstract
With the growing needs of the community, the District Perbaungan Market should be relocated to the needs of the physical arrangement which can be used as a landing improvements in traditional markets. Referral physical arrangement of the traditional markets that need to be made based on the needs of the community to be better targeted. With the formulation of the concept of the traditional market-oriented arrangement in the community as users, is expected to increase the attractiveness of the traditional market which then can increase the competitiveness of the market between traditional and modern markets. Harmonized application of green architecture in the design of the building in order to reach a balance between building, nature, and users.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi dewasa ini membawa pengaruh yang
sangat besar bagi perkembangan kota-kota di Indonesia. Perbandingan jumlah masyarakat
yang tinggal di kota dengan yng tinggal di desa pada saat inipun sudah hampir memiliki
angka yang seimbang. Hal tersebut merupakan bukti bahwa perkembangan suatu kota
merupakan magnet bagi penyebaran penduduk, yang bila tidak diimbangi dngan
pembangunan pedesaan akan dapat menyebabkan merosotnya interaksi desa-kota, yang
pada hakekatnya daerah pedesaan merupakan produsen kebutuhan-kebutuhan pokok
sehari-hari bagi kehidupan masyrakat perkotaan.
Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu aspek pendukungnya adalah diperlukannya
suatu wadah yang akomodatif sebagai pendukung kelancaran pendistribusian baik barang
maupun manusia dari desa ke kota, dan dalam hal kedudukan desa sebagai produsen
sebagian kebutuhan-kebutuhan primer masyarakat kota, maka diperlukan sebuah pasar
sebagai pusat distribusi barang yang secara langsung maupun tidal langsung nantinya akan
dimanfaatkan oleh masyarakat kota.
Pengertian “pasar” itu sendiri merupakan tempat para penjual dan pembeli dapat
dengan mudah saling berhubungan. Pasar dalam artian luas adalah tempat tertentu dan
tetap, pusat memperjualbelikan biasanya dan terutama barang-barang keperluan seharihari.
Selain itu pasar sebagai pusat pertemuan penghasil dan pemakai (produsen dan konsumen)
yang sudah banyak dikenal sejak jaman dahulu kala ketika sifat perdagangan masih berupa
pertukaran barang (barter).
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai
dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses
tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka
yang dibuka oleh penjual.
Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat
kawasan perumahan dan perkampungan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar.
Sisi negatif dari pasar tradisional adalah keadaannya yang cenderung kotor dan kumuh
Namun pasar tradisional akhir akhir ini sudah mulai terpinggirkan dan tergerus
dengan adanya pasar-pasar yang menyajikan barang dagangan yang sama dengan pasar
tradisional tetapi dikemas lebih menarik dan modern, inilah nantinya memunculkan cikal
bakar pasar dalam bentuk modern. Tetapi kita tidak boleh mengkambinghitamkan pasar
modern sebagai penyebab hilangnya pasar tradisional, karena faktor penyebab lainnya
adalah buruknya kualitas pasar tradisional dan cara pengolahan pasar itu sendiri.
Untuk itu hubungan antara pasar tradisional dengan pasar modern sebenarnya harus
diperbaiki. Sehingga nantinya diperoleh suatu keselarasan antara bangunan pasar
tradisional dengan pasar modern.
Salah satu contohnya adalah ”Kawasan Pasar Perbaungan”. Pasar ini merupakan pasar tradisional yang berdiri sejak tahun 1985. Dan belum pernah mengalami
pembangunan kembali sehingga membuat kondisi pasar sangat memprihatinkan (Gambar
1.1). Kawasan Pasar Perbaungan berada di kabupaten Serdang Bedagai yang
beribukota Sei Rampah merupakan kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Deli
Serdang sesuai dengan UU RI Nomor 36 Tahun 2003 pada tanggal 18 Desember 2003.
Gambar 1.1 Eksisting Pasar Perbaungan
Permasalahan yang terdapat pada setiap Pasar Tradisional umumnya hampir sama,
yaitu belum ada arahan penataan yang jelas mengenai pasar yang seharusnya. Akibatnya
tidak sedikit pasar tradisional yang akhirnya tidak dapat bertahan dan mati. Dan sebagian
yang bertahan juga tidak berfungsi secara optimal. Salah satu contoh kasusnya adalah
Pasar Perbaungan. Banyak pedagang cenderung memilih untuk berjualan di dekat area
pintu masuk atau bahkan jalan yang mudah dijangkau oleh pembeli, sebagai imbasnya
timbul kemacetan yang terelakkan, yang tak hanya merugikan pembeli dan pengguna jalan
(Gambar 1.2).
Gambar 1.2 Eksisting Pasar Perbaungan memenuhi jalan
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali kondisi pasar tradisional
dapat berupa merelokasi dan membangun kembali meliputi bangunan pasar, dan seluruh
fasilitas di dalamnya, sedangkan perbaikan non-fisik dapat berupa pengelolaan pasar,
pengaturan kebijakan, serta penyuluhan kepada pedagang pasar tradisional mengenai
pemeliharaan pasar.
Untuk menjaga agar pasar tradisional dapat memiliki daya tarik dan bertahan dengan
semakin berkembangnya pasar modern, Pasar Kecamatan Perbaungan ini perlu direlokasi
perbaikan kondisi pasar tradisional. Arahan penataan fisik pasar tradisional yang dibuat
perlu didasarkan pada kebutuhan masyarakat agar dapat lebih tepat sasaran. Dengan
perumusan konsep penataan pasar tradisional yang berorientasikan pada masyarakat
sebagai penggunanya, diharapkan dapat meningkatkan daya tarik dari pasar tradisional
yang kemudian dapat meningkatkan daya saing antara pasar tradisional dan pasar modern.
I.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari Relokasi Pasar Kecamatan Perbaungan ini antara lain:
a)Menciptakan lingkungan Pasar yang mampu mengatasi permasalahan sirkulasi
kendaraan, pejalan kaki dan masalah perparkiran.
b)Menciptakan wadah berjualan yang lebih layak dan efektif bagi pedagang Pasar
Tradisional, nyaman, bersih bagi pengguna.
c)Menciptakan Pasar yang nyaman dan bersih, serta dapat memberi kontribusi
terhadap pendapatan daerah.
d)Menciptakan pasar yang Ramah Lingkungan
e)Mengubah persepsi masyarakat terhadap kondisi Pasar Tradisional yang panas,
sumpek dan bau.
I.3. Masalah Perencanaan
Masalah perancangan yang berhubungan dengan kasus proyek antara lain :
a)Bagaimana menerapkan tema perancangan terhadap desainan bangunan.
b)Pengaturan sirkulasi kendaraan, pejalan kaki dan perparkiran sehingga tidak
terjadi crossing yang mengakibatkan kemacetan.
c)Bagaimana menyusun organisasi ruang agar ruang dalam pasar dapat menjadi
sequence yang dapat mengendalikan pola pergerakan pengunjung.
d)Bagaimana memadukan ruang dalam dan ruang luar agar dapat menciptakan
keharmonisan dalam desain.
e)Bagaimana cara peletakan fasilitas-fasilitas pendukung agar tidak menggagu
I.4. Pendekatan Masalah
Dalam proses desain, penulis menggunakan bagan berikut untuk menentukan hasil
desain, dapat dilihat di diagram 1.1 di bawah ini :
Dalam pendekatan masalah, metode yang akan dilakukan untuk mencapai desain
akhir Proyek “Pengembangan Kawasan Pasar Tradisional Perbaungan” ini antara lain adalah:
- Survey : Dilakukan pengamatan secara langsung di lokasi perancangan agar dapat
menyimpulkan permasalahan yang terdapat di sekitar maupun di dalam site
perancangan.
- Pengumpulan Data : Melakukan pengumpulan data terkait teori-teori yang
terkait dengan judul maupun tema perancangan. Serta mengumpulkan faakta-fakta
yang terkait dengan site perancangan. RELOKASI PASAR KECAMATAN PERBAUNGAN
- Analisa Data : Menganalisis data yang telah diperoleh agar dapat memecahkan
masalah yang terdapat di dalam maupun di luar site perancangan.
- Konsep : Mengembangkan prospek terkait solusi yang telah didapat dari
permasalahan site yang ada, yang kemudian dibuat dalam bentuk konsep
perancangan.
- Desain Akhir : Desain akhir merupakan kesimpulan dari hasil penyusunan
skematik desain yang diterapkan pada perencanaan dan perancangan fisik
Kawasan Pasar Perbaungan.
I.5. Lingkup/Batasan
Lingkup perencanaan mencakup area Pasar Perbaungan dan kawasan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai dalam perancangan “Relokasi Pasar Kecamatan Perbaungan”
dengan menerapkan gagasan “Arsitektur Hijau” untuk memperoleh desain pasar dengan
tingkat fleksibilitas, kenyamanan, keamanan, efektifitas yang tinggi utililitas dan sirkulasi
yang baik serta memberi kontribusi positif terhadap permasalahan lingkungan saat ini.
I.6. Kerangka Berfikir
Kerangka Berfikir dapat dilihat dalam bagan di bawah ini :
RELOKASI PASAR KECAMATAN
I.7. Sistematika Penulisan Laporan
Adapun sistematika pembahasan pada laporan ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN, membahas mengenai latar belakang pemilihan judul,
permasalahan yang ada, maksud dan tujuan, pendekatan masalah, ruang
lingkup dan batasan masalah, kerangka berpikir, asumsi dan sistematika
laporan.
BAB II DESKRIPSI PROYEK, membahas mengenai deskripsi, pengertian dan
batasan proyek, studi lokal, tinjauan khusus, gambaran umum lokasi
proyek, lingkup dan batasan proyek, dan studi tipologi bentuk pasar
tradisional dan bangunan pusat perbelanjaan.
BAB III ELABORASI TEMA, mengemukakan mengenai tinjauan teoritis /
pengertian tema, interpretasi tema, dan studi banding tema sejenis.
BAB IV ANALISA, membahas dan mempelajari masalah yang diuraikan pada
bab-bab sebelumnya secara terperinci berdasarkan fakta-fakta data serta
standar-standar yang sudah ada, dimulai dengan analisa mikro yang
berkaitan dengan lingkungan dan analisa mikro yang berkaitan dengan
tapak dan bangunan.
BAB V KONSEP, menguraikan konsep dasar perancangan pasar tradisional dan
pusat perbelanjaan yang terdiri dari konsep dasar perencanaan tapak dan
konsep dasar perencanaan bangunan.
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
II.1. Terminologi Judul
Judul kasus yang diambil pada proyek Tugas Akhir ini adalah “Relokasi Pasar Kecamatan Perbaungan”, untuk memudahkan dalam memahami judul yang diambil maka akan dibahas masing-masing kata yang membentuk judul tersebut.
II.1.1. Pengertian Judul
Relokasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pemindahan tempat. Relokasi
merupakan salah satu alternatif untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
menata kembali suatu lokasi yang baru karena yang lama dianggap sudah tidak layak lagi.
Beberapa hal perlu memperoleh perhatian pemerintah sebagai pihak yang memfasilitasi
program relokasi kolektif ini. Relokasi merupakan bagian dalam pembangunan kembali ke
suatu area untuk menjadi lebih baik dan dapat menaikkan taraf hidup masyarakat sekitar,
Pada pemerintahan, prinsip utama relokasi adalah kesukarelaan masyarakat untuk
bersama-sama pindah ke lokasi yang baru. Untuk itu, diperlukan transparansi dan akses
informasi bagi masyarakat yang bersedia ikut dalam program relokasi berkenaan dengan
fasilitas yang akan mereka peroleh dalam lokasi yang baru. Pengetahuan yang cukup
tentang hak- hak dan fasilitas yang akan diperoleh akan membantu mereka membuat
keputusan mengikuti program dan berperan serta dalam prosesnya. Hal ini dapat
meminimalkan kemungkinan untuk meninggalkan tempat yang baru tersebut dengan
segala dampaknya.
- Dampak dari relokasi adalah :
Dampak positif
1. Lokasi / tempat pemasaran untuk memasarkan produk baik barang dan jasa akan
semakin meluas.
Dampak negatif
1. Menimbulkan persaingan yang mungkin akan mematikan industri yang sama di dalam
negeri.
2. Masuknya budaya baru yang mungkin bertentangan dengan budaya lokal.
Pengertian pasar berdasarkan ”Kamus Umum Bahasa Indonesia”, ada beberapa, antara lain :
1. Tempat orang berjual-beli ; pekan, tempat berjual beli yang diadakan oleh
perkumpulan dan sebagainya dengan maksud mencari derma.
2. Tempat berbagai pertunjukan yang diadakan malam hari untuk beberapa hari
lamanya
Kecamatan Perbaungan adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Serdang
Bedagai, Sumatera Utara, Indonesia.
Penduduk wilayah ini berjumlah 119.828 jiwa (2004). Perbaungan merupakan kota pintu
gerbang ketika memasuki Kabupaten Serdang Bedagai dari arah Medan.
Jadi dapat simpulkan pengertian dari ”Relokasi Pasar Kecamatan Perbaungan” adalah
”Pemindahan lokasi pasar menuju ke tempat yang baru dan pembangunan kembali Pasar Kecamatan Perbaungan”
II.1.2. Klasifikasi Pasar
Pasar dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasarkan sudut pandang
yang berbeda. Berikut merupakan jenis-jenis pasar berdasarkan klasifikasinya (Adhyzal,
2003)
- Menurut sifatnya pasar di bagi menjadi beberapa jenis, diantaranya:
a. Pasar nyata/ konkret. Tempat para penjual dan pembeli berkumpul untuk
membeli barang-barang dagangan secara langsung. Contoh : pasar buah, ikan,
b. Pasar abstrak. Barang yang diperdagangkan tidak sampai di pasar, jual beli
berlangsung tetapi hanya menurut contoh barang. Contoh : pasar bursa, obligasi,
dll
- Menurut pelayanan dan area administrasi pemerintahan pasar dibagi menjadi beberapa jenis (Perda DKI, 2009), diantaranya:
a. Pasar lingkungan.
Pasar yang ruang lingkupnya meliputi suatu lingkungan kira-kira seluas satu
kelurahan atau beberapa kelompok perumahan di sekitar pasar tersebut dan jenis
barang diperdagangkan adalah barang kebutuhan sehari-hari.
b. Pasar wilayah.
Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi beberapa lingkungan
permukiman dan barang-barang yang diperjual belikan lebih lengkap dari pasar
lingkungan.
c. Pasar kota.
Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi wilayah kota dimana
barang-barang yang diperjualbelikan lengkap.
d. Pasar regional.
Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi daerah kota dan sekitarnya.
e. Pasar perumahan.
Merupakan toko-toko yang menempel pada rumah tinggal melayani kebutuhan
rumah tangga di daerah sekitarnya, kira-kira seluas wilayah RT.
- Menurut sifat barang yang dijual pasar dibagi menjadi beberapa jenis (Perda DKI, 2009), diantaranya:
a. Pasar induk.
Pasar yang merupakan pusat pengumpulan, pusat pelelangan dan pusat
penyimpanan bahan-bahan sandang pangan untuk disalurkan kepada grosir-grosir
dan pusat-pusat.
b. Pasar Eceran.
Pasar dimana terdapat permintaan dan penawaran barang atau jasa secara kecil atau
c. Pasar khusus.
Pasar yang menjual atau sejenis barang tertentu, mis : pasar tekstil, bunga, buah,
dll
- Menurut waktu berlangsungnya jual beli (waktu operasinya) pasar dibagi kedalam beberapa jenis (BD Simanjuntak, 2011), diantaranya:
a. Pasar siang hari Pasar yang kegiatannya antara pukul 08.00 s/d 18.00 WIB
b. Pasar malam hari Pasar yang kegiatannya antara pukul 18.00 s/d 05.00 WIB
c. Pasar siang malam Pasar yang kegiatannya dilakukan siang dan malam hari
d. Pasar pagi Kegiatan pasar hanya dilakukan pada pagi hari
e. Pasar mingguan Kegiatan pasar hanya dilakukan sekali dalam seminggu.
- Secara operasional, pasar dibagi menjadi beberapa bagian, diantaanya: a. Pasar perusahaan daerah
b. Pusat pertokoan / perdagangan perseroan terbatas
c. Pasar tidak resmi : pasar yang belum diakui oleh pemerintah
d. Trade imporium departemen perindustrian dan perdagangan yang merupakan pusat
penjajaan hasil kerajinan rakyat
e. Gelanggang dagang yang dikelola oleh departemen perdagangan dan koperasi
f. Toko serba ada yang dikelola departemen perdagangan dan koperasi
g. Pusat pertokoan atau perbelanjaa swasta
- Berdasarkan jenis pelayanannya, pasar dibagi menjadi beberapa jenis (wikipedia.com), diantaranya:
a. Pasar Tradisional.
Yang dimaksud dengan pasar tradisional adalah pasar yang ada pada masa kini,
yang masih memiliki karakter atau ciri-ciri pada masa lalu dimana salah satu
adalah adanya interaksi sosial langsung antara penjual dan pembeli yang sifatnya
tawar menawar harga barang dan jasa.
b. Pasar Khusus:
Pasar yang ditawarkan tetap dalam keadaan khusus, misalnya pasar souvenir walaupun kemudian pasar berkembang produk yang dipasarkan adalah
penunjang dari produk utama.
Sistem pembagian perlu diperhatikan agar penyeberan keuntungan sedapat
mungkin merata.
Sistem proteksi kebakaran merupakan hal yang penting untuk diperhatikan
mengingat fungsi pasar yang merupakan bangunan umum
Memperhatikan keamanan pasar setiap sudut desain agar mencegah munculnya kriminalitas pada lokasi.
c. Pasar Modern.
Suatu kompleks toko eceran dan dihubungkan dengan fasilitas yang terencanan
sebagai suatu kesatuan kelompok, untuk memberikan pelayanan perbelanjaan yang
maksimal.
d. Pasar wisata.
Umumnya berkembang pada kawasan objek wisata dan tercipta dari perkembangan
aktivitas wisata itu sendiri yang didukung oleh faktor-faktor lingkungan yang
mendukung terhadap market tersebut, yaitu :
Potensi wisata pada kawasan wisata
Interest publik terhadap potensi wisata kawasan tersebut
Adanya sarana yang mendukung terhadap potensi wisata
Perkembangan jumalah wisata yang mengunjungi kawasan wisata
II.1.3. Unsur-Unsur Pokok Yang Terdapat Dalam Pasar Tradisional
A. Konsumen
Konsumen adalah pribadi atau badan yang menikmati penggunaan fisik suatu
barang dan jasa ekonomi atau seseorang yang membeli untuk dijual kembali.
Dari pihak konsumen yang perlu untuk diteliti antara lain : Daya beli atau tingkat
pendapatan, daya mobilitas untuk mencapai tempat belanja, waktu yang tersedia,
B. Lembaga Perdagangan/Wadah
Lembaga yang melaksanakan penyaluran barang dan jasa dari produsen ke
konsumen Dari pihak pedagang, hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Keuntungan yang relatif baik
b. Harga dan biaya penjualan
c. Cara pelayanan
d. Suplai barang yang diperdagangkan
C. Barang
Mengenai penggolongan barang terdapat banyak teori. Untuk pembahasan
selanjutnya diambil penggolongan barang yang merupakan hasil penyelidikan yang
dilakukan oleh PD Pasar Jaya Bersama dengan LPEM F.E. UI 1971 :
a. Golongan I : Merupakan barang-barang yang dinilai sebagai barang
kebutuhan sehari-hari misalnya : sayur, bumbu dapur, lauk-pauk, dll
b. Golongan II : Barang ini bukan merupakan kebutuhan sehari-hari yang
dibutuhkan dalam waktu interval tertentu misalnya seminggu atau sebulan.
Contohnya : pakaian, tekstil, sepatu, kosmetik.
c. Golongan III : Sifat barang yang termasuk dalam golongan ini hampir sama
dengan golongan barang sekunder, akan tetapi merupakan barang-barang
lux dan relatif mahal harganya bagi ukuran pembeli masyarakat Indonesia.
Contohnya : tv, kamera foto, dll
d. Golongan IV : Barang-barang golongan ini dirasakan dan dibutuhkan oleh
pembeli hanya sebagai insidential, atau tidak dapat ditentukan. Misalnya :
mebel, onderdil mobil , dll
II.1.4. Materi Yang Diperjual Belikan Di Dalam Pasar
Materi perdagangan di pasar dapat dikelompokkan berdasarkan jenis, sifat,
urgensinya, cara pengangkutannya, dan cara penyajiannnya :
A. Jenis materi yang diperjual belikan
a. bahan kebutuhan rohani / pemuas diri
b. bahan sandang / tekstil
B. Sifat barang yang diperjual belikan:
a. Basah
b. Kering
c. Tahan lama
C. Tingkat urgensi materi perdagangan
a. barang kebutuhan sehari-hari (demand good)
b. barang kebutuhan berkala (convinience good)
II.1.5. Unsur-Unsur Penunjang Pasar
Yaitu pihak yang berperang dalam kelangsungan kegiatan perdagangan di pasar,
unsur-unsur ini meliputi pemerintah, pengelola, bank, dan swasta :
Pertama, Pemerintah wajib memelihara kestabilan ekonomi dalam pembangunan
dan kelancaran ekonomi, diantaranya dengan menguasai sektor perpasaran dalam
bentuk mengelola dan menarik pajak pasar, menentukan klasifikasi pasar dalam
wilayah kekuasaannya, pembangunan fisik pasar yang biasanya dilakukan dengan
menggunakan anggaran daerah atau instruksi presiden.
Kedua, Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari pemerintah sebagai pengelola
menunjuk :
a. Jawatan atau dinas dibawahnya atau
b. Perusahaan daerah yang memberi otorita untuk mengelola pelayanan umum di
bidang perpasaran
Adapun kegiatan yang biasanya dialksanakan oleh pengelola ini antara lain:
a. Memelihara kebersihan
b. Menjaga keamanan dan ketertiban dalam pasar
c. Mengusahakan kelancaran distribusi bahan-bahan pokok kebutuhan sehari-hari.
Ketiga, Bank berperan khususnya dalam pembayaran pembangunan dan
pemodalan bagi para pedagang. Misalnya pembangunan pasar Inpres dibiayai
melalui bank pemerintah, kredit candak kulak bagi para pedagang kecil disalurkan
Keempat, Dalam hal ini yang disebut swasta bisa para pedagang itu sendiri atau
para pelaksana yang membiayai pembangunan pasar, dengan prinsip pembangunan
fasilitas pasar dibiayai dengan dana dari masyarakat yang akan kembali kepada
masyarakat dalam bentuk lain. Secara umum pasar merupakan suatu kebutuhan
masyarakat melalui peranannya sebagai unsur-unsur penunjang yang
menggerakkan kehidupan sehari-hari.
II.2. Pelaku dan Kegiatannya
Pelaku dan kegiatan pada pusat perbelanjaan secara garis besar terdiri dari :
a. Kelompok pengunjung
Yaitu sekelompok orang atau perorangan yang mengunjungi fasilitas ini untuk
mencari dan membeli barang kebutuhannya. Kegiatan pengunjung disini ada yang
datang dengan tujuan membeli barang, melihat-lihat, mencari hiburan, berekreasi
atau hanya berjalan-jalan.
b. Kelompok pedagang
Yaitu sekelompok orang atau perorangan yang melakukan kegiatan menjual barang
kebutuhan atau jasa, sebagai pengecer akhir, yang memanfaatkan ruang toko atau
pertokoan dengan sistem sewa kepada pihak pengelola
c. Kelompok Pengelola
Yaitu sekelompok orang atau badan yang mengelola dan bertanggung jawab atas
segala kegiatan yang berlangsung dalam pusat perbelanjaan serta mengatur semua
jalannya kegiatan tersebut, termasuk administrasi penyewaan ruang kepada para
pedagang atau pemilik usaha, sehingga dapat dicapai suatu kelancaran kegiatan,
kenyamanan, kemudahan dan keamanan
II.3. Lokasi
Lokasi proyek Tugas Akhir “Relokasi Pasar Kecamatan Perbaungan” ini terletak di Kelurahan Rengas Pulau, Kecamatan Perbaungan, Kota Medan, Sumatera Utara. Dapat
II.3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi yang tepat merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dari
hampir semua proyek arsitektur. Namun dalam proyek ini, lokasi sudah ditentukan, karena
merupakan redevelopmen dari kompleks pasar yang sudah ada. Sehingga tidak diperlukan
adanya kriteria tertentu dalam pemilihan lokasi. Adapun hal yang diperlukan mengenai
permasalahan lokasi ini adalah alasan apa yang bisa disampaikan sehingga lokasi tersebut
memang memenuhi kelayakan untuk di-redevelopmen sebagai proyek pasar dan pusat
perbelanjaan yang lebih modern dan masih mempertahankan konsep berbelanja secara
tradisional.
Gambar 2.1. Peta Kabupaten Serdang Bedagai
Gambar 2.2. Peta Lokasi Kecamatan
II.3.1.1 Tinjauan Terhadap Struktur Kota
Kawasan Pasar Kecamatan Perbaungan berada di lingkungan permukiman dan
tanah kosong (Gambar 2.4). Arah pengembangan pada wilayah ini adalah sebagai wilayah
perdagangan dan permukiman penduduk.
II.3.1.2. Pencapaian
Lokasi site berada di jalan Mangga, sangat efisien untuk pencapaian karena banyak
dilalui oleh angkutan umum, kendaraan, maupun truk barang. Untuk para pejalan kaki, site
sangat mudah dijangkau karena banyak dilalui oleh berbagai jenis angkutan umum. Dalam
tempo waktu ke depan akan dibangun jalan tol di kawasan ini.
II.3.1.3. Area Pelayanan Pasar Kecamatan Perbaungan
Berdasarkan jenis pasar yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dikatakan
bahwa Pasar Kecamatan Perbaungan adalah pasar kecamatan, tepatnya adalah Pasar
Kecamatan Perbaungan. Sehingga berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan Pasar
Kecamatan Perbaungan memiliki kriterial sebagai berikut :
- Fasilitas pelayanan : pertokoan, perpasaran, kantor-kantor pelayanan umum dan civic center.
- Skala radius pelayanan : 0 - 1,5 km - Perkiraan kepadatan : 80-100 ha - Status pasar lingkungan
II.3.2. Analisa Pemilihan Lokasi
Pada site ini, dipilih 3 lokasi sebagai pembanding, lalu dicari yang terbaik sesuai
kriteria yang diperlukan. Terdapat beberapa kriteria agar sebuah lokasi dapat menjadi
lokasi sebuah pasar dan pusat perbelanjaan, antara lain :
1. Dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga mempunyai konsumen yang tetap.
2. Lokasi harus dapat menjangkau masyarakat banyak
3. Dilalui oleh lintasan angkutan umum, sehingga dapat diakses oleh para pejalan
kaki
4. Memiliki sarana dan utilitas yang baik di sekitar kawasannya. Sehingga nantinya
tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.
Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3
bilitas perkebunan PTPN-4 perkebunan PTPN-4
2 2 3
Kondis
i Jalan
Lebar jalan 5 m, sangat lancar sepi karena jalan berujung kebun kelapa sawit
Lebar jalan 5 m, sangat lancar sepi karena jalan berujung
Masyarakat Kota Perbaungan, masyarakat desa Melati 1, Melati 2 Pegajahan
Masyarakat Kota Perbaungan, masyarakat desa Melati 1, Melati 2 Pegajahan
Masyarakat Kota Perbaungan, masyarakat desa Melati 1, Melati 2
Permukiman dan area pabrik -permukiman
View
Terdapat jalur alternative, yang terhubung ke jalinsum
1 1 3
Total 18 20 29
Dari penilaian di atas disimpulkan bahwa lokasi di jalan Kendondong adalah
merupakan lokasi yang terbaik dari 3 alternatif lokasi yang ada. Sehubungan dengan lokasi
yang berdekatan dengan permukiman, akses mudah, dan lokasi yang baik untuk pasar.
II.3.3. Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi
II.2.3.1 Luas lahan
Pasar Kecamatan Perbaungan yang ada saat ini bukan seutuhnya dikelola
oleh Perusahaan Daerah Kota Medan tetapi juga sebagiannya dikelola oleh pihak
Swasta. Luas gabungan dari keduanya mencapai ± 18.958 m2, tetapi yang dikelola
pleh PD. Pasar hanya seluas 2400 m2.
Site ini terletak pada Kecamatan Perbaungan. Termasuk kedalam wilayah
pengembangan yang berorientasi sebagai Permukiman, Persawahan. Adapun site
ini memiliki kelebihan dan kelemahan tertentu antara lain :
- Kelebihan:
1. Pencapaian yang mudah karena banyak dilalui oleh berbagai jenis
kendaraan maupun angkutan umum.
2. Dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga target pasar dapat dengan
mudah terpenuhi, karena tersedianya jumlah pembeli yang memadai.
3. Dekat dengan lahan pertanian sehingga kebutuhan pasar dapat terpenuhi
dengan baik.
4. Rencana dalam waktu dekat pembuatan jalan lintas sumatera.
- Kelemahan
1. Area Pemukiman penduduk.
2. Areanya belum terlalu berkembang.
3.
Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kelemahannya, maka luasan pasar yang
II.3.3.2. Peraturan Site
1. Land Use (RDTRK) : rencana detail tata ruang kota. Yaitu peruntukan dan
syarat-syarat lain tentang suatu wilayah pada daerah tertentu. Peraturan ini dibuat agar
penggunaan lahan pada suatu kawasan dapat terencana dan teratur.
2. GSB = Garis Sempadan Bangunan : Mengatur jarak batas bangunan dengan
batas kapling, bisa batas depan, samping atau belakang. Sering garis sepadan ini
hanya depan atau jalan saja, 1/2 x lebar jalan atau (1/2xlebar jalan) + 1.
GSB ideal yang seharusnya ideal untuk sebuah site adalah seperti yang diutarakan
dalam penjelasan di atas, yaitu :
GSB sebelah Selatan (Jl.Kedondong)
(1/2x 10m) + 1 = 6m
3. KDB (Koefisien Dasar Bangunan). Yakni perbandingan tapak dengan kawasan
terbangun. Koefisien ini akan semakin kecil untuk kawasan perbelanjaan atau
kawasan mahal, bisa berubah tergantung fungsi dan harga tanah atau lahan.
Sebagai kawasan pusat perbelanjaan dan pasar, maka koefisen dasar bangunan
yang ada di sekitar dan pada site adalah sekitar 80 % - 90 %
Maka koefisen dasar bangunan adalah : 90 % x 12227 m2 = 10999 m2
4. KLB (Koefisien Lantai Bangunan). Yaitu perbandingan luas tapak dan
klasifikasi yang telah ditetapakan total luas lantai. Koefisien ini bisa lebih dari
100% untuk bangunan bertingkat.
Untuk daerah di sekitar Pasar Perbaungan, maka koefisien lantai bangunan
sekitarnya adalah 1-2 lantai.
II.3.3.3. Ketinggian Bangunan
Berdasarkan survey yang telah dilakukan, maka dapat diketahui ketinggian
bangunan di kawasan Pasar Kecamatan Perbaungan sebelumnya adalah. Penyajiannya
adalah sebagai berikut:
1. Ketinggian Bangunan Pasar Kecamatan Perbaungan
Ketinggian bangunan Pasar Kecamatan Perbaungan adalah bangunan 1 lantai.
Mulai dari kios hingga loods semuanya hampir sama ketinggiannya.
Bangunan di sekitar Pasar Kecamatan Perbaungan rata-rata adalah bangunan
rumah toko dan permukiman penduduk. Ketinggiannya bervariasi, mulai dari 1
hingga yang paling tinggi adalah 3 lantai. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam
gambar berikut.
II.3.3.4. Eksisting
Tapak terletak di Jl. Kedondong berupa site tanah kosong dengan pemukiman penduduk di
sekitarnya
Gambar 2.6. Kondisi Eksisting Sumber: Survey Lapangan
II.4. Tinjauan Fungsi
II.4.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan
Pengguna pasar ini dapat dikelompokkan secara umum menjadi beberapa
bagian demikian juga dengan kegiatan yang terjadi juga dapat dikelompokkan
menjadi beberapa bagian besar. Penggunanya antara lain :
Pengunjung yaitu masyarakat baik yang berasal dari daerah sekitar (dalam
kota), maupun dari luar kota bisa pengunjung pasar.
Pedagang pasar yaitu pihak yang menjajakan barang dagangan di pasar.
Pengelola yaitu pihak yang bertugas mengawasi, mengelola, dan memberikan pelayanan fasilitas kepada para pedagang baik di pasar.
Kegiatannya antara lain :
Berdagang yang merupakan fungsi utama dari komplek bangunan ini.
Merupakan kegiatan menjajakan barang kepada para pengunjung, baik
dalam bentuk kios, lods, retail, maupun pameran.
Pembelian yang merupakan feedback dari kegiatan berdagang. Disini
pembeli akan membayar untuk barang yang diinginkan.
Secara lebih lengkap akan dibahas mengenai kronologis kegiatan dan pelaku
yang terdapat di komplek bangunan ini :
II.4.2. Dekripsi Kegiatan Pasar Kecamatan Perbaungan
Dikarenakan oleh lokasi pasar yang berada pada pusat Kecamatan
Perbaungan, maka pasar termasuk daerah yang hidup mulai dari pagi jam 04.00 s/d
18.00 WIB..
- Pada pukul 04.00 WIB barang dagangan mulai berdatangan ke
pasar Perbaungan. Kebanyakan merupakan barang dagangan yang
berupa sayur dan daging.
- Pada pukul 06.30 WIB, pembeli mulai berdatangan. Sehingga
suasana pasar mulai ramai.
- Pukul 06.30-18.00 WIB merupakan waktu dimana kegiatan berdagang
dilaksanakan.
II.4.2. Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang
Dalam perancangan pasar, ada persyaratan dan kriteria tertentu yang perlu
diperhatikan antara lain fleksibillitas, keamanan pengunjung, kenyamanan
pengunjung yang dihubungkan dengan keadaan termal, pencahayaan, sirkulasi.
Untuk lebih jelasnya akan dibahas sebagai berikut :
1. Fleksibilitas
Secara harfiah fleksibilitas dapat didefenisikan sebagai kemampuan untuk
menyesuaikan diri. Kemudahan penyesuaian kios dan los untuk dapat
menampung lebih banyak jumlah pedagang. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain :
a. Pemilihan sistem struktur
b. Pembagian ruang
c. Ketinggian ruang
d. Tata letak stan, kios, dan lods
2. Kenyamanan
Kenyamanan merupakan kepuasan atau kenikmatan dalam melakukan
aktivitasnya. Kenyamanan untuk ruang pusat perbelanjaan dan pasar
dipengaruhi faktor keadaan termal dan pencahayaan ruang pameran.
3. Sirkulasi
Perencanaan dan perancangan sistem sirkulasi pada bangunan terutama
ditekankan pada pola pengaturan pencapaian pejalan kaki, jalur sirkulasi
pengunjung dan sirkulasi servis bangunan.
Kebutuhan ruang dari pasar tradisional dapat dikelompokkan menjadi empat
bagian, yaitu ruang utama, pendukung, pelengkap, dan servis, dimana pembagian
masing-masing kelompok diuraikan sebagai berikut:
1. Ruang Utama, termasuk didalamnya kios dan lods.
2. Ruang Pendukung, yakni Kantor Pengelola dan Pusat Jajanan Serba Ada
3. Pelengkap, yakni Ruang Terbuka Hijau, Toilet, Mushalla, ATM Center,
Pelayanan Kesehatan, dan Tempat Penitipan Anak.
4. Servis, yakni Loading deck, Ruang kontrol Panel, Tempat Sampah
Sementara, Ruang Genset, Pos Jaga, Parkir.
Berdasaran data dari PD Pasar, diperolehlah jumlah pedagang yang terdapat di
Kawasan Pasar Kecamatan Perbaungan sebelumnya (Tabel 2.2, tabel 2.3, dan tabel 2.4).
Pasar yang merupakan milik swasta terdiri dari kios, lods, dan PKL. Kios berukuran 2 x
2m dan lods berukuran 1 x 2m.
Pedagang di luar area pasar
Jl.Cipto (PKL)
No. Barang Dagangan Jumlah
1. Sayur - mayur 46
No. Jenis Dagangan Jumlah
1. Sayur - Mayur 27
No. Jenis Dagangan Jumlah
1. Sayur - Mayur 52
2. Kue 3
Jumlah/Total 55
Tabel 2.5 Data Jenis Dagangan Sumber : PD Pasar
Tabel 2.3 Data Jenis Dagangan
II.5. Studi Banding Fungsi Sejenis
II.5.1. Pasar Beringharjo Yogyakarta
Pasar Beringharjo merupakan salah satu pasar tradisional yang terdapat di
Yogyakarta. Dalam pasar ini, diatur dengan jelas pengelompokan jenis barang
dagangan yang dijual. Sehingga hal ini lebih memudahkan pengunjung untuk
mencari barang yang diinginkan.
Faktor kebersihan juga merupakan salah satu hal yang dapat diambil dari
pasar ini sebagai contoh studi banding, karena desain pasar yang akan dihasilkan
adalah suatu pasar tradisional yang bebas dari stereotip ”bau dan kotor”. Karena
kedua hal diatas, dianggap telah terlalu melekat pada pasar tradisional.
Pembangunan pasar ini merupakan salah satu bagian dari rancang bangun
pola tata kota Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, yang biasa disebut pola Catur
Tunggal dengan cakupan empat hal, yakni keraton sebagai pusat pemerintahan,
alun-alun sebagai ruang publik, masjid sebagai tempat ibadah, dan pasar sebagai pusat
transaksi ekonomi. Secara penempatan, Pasar Beringharjo berada di bagian luar
bangunan Keraton Yogyakarta (njobo keraton), tepatnya di utara Alun-alun Utara.
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Dinas pasar Beringharjo
Yogyakarta, luas tanah pasar Beringharjo Timur 12,502 M2, luas bangunan pasar
27,721,49 M2, dan luas lahan dasaran 10,696,32 M2. Dengan luas yang sebanyak itu
pasar Beringharjo Timur menanpung pedagan sejumlah 2.730 orang. Dari sejumlah Gambar 2.8. Peta Satelit Pasar Beringharjo
Sumber: www.merdeka.com
pedagang tersebut, kebanyakan pedagang berasal dari Yogyakarta, tetapi sebagian
para pedagang juga berasal dari luar jogja, seperti Bandung, Jakarta, Jawa Timur,
dan lain-lain. Pasar Beringharjo Timur di buka setiap hari pada waktu 05:00 sampai
dengan 17:00 WIB. Para pedagang pasar Beringharjo Timur menjual berbagai
macam kebutuhan sehari-hari, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, emping, krupuk,
daging, ayam dan lain-lain. Selain itu terdapat penjual tas dan sepatu.
Pasar Beringharjo Timur mempunyai terdapat fasilitas-fasilitas yang cukup
memadai. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain:
Tempat parkir
Mushola
Kamar mandi atau WC sejumlah 15 unit
Kios
Tempat dagang losd sebanyak 3.006 unit
Tempat penitipan anak
Kantor pengelolaan pasar
Tempat layanan kesehatan
Alat pemadam kebakaran
II.5.2. Pasar BSD (Bumi Serpong Damai) Jakarta
Pasar tradisional BSD merupakan salah satu contoh pasar hasil redevelopmen
pemerintah yang bisa dikatakan cukup berhasil. Pasar ini tidak memiliki bentuk yang luar Gambar 2.10. Interior Pasar Beringharjo
biasa, namun berhasil membuat suatu bentuk sederhana, dimana masyarakat yang
berbelanja merasa cukup nyaman dan efektif.
Berdasarkan tanggapan masyarakat yang ada di salah satu website, pasar BSD ini
dianggap salah satu pasar tradisional yang baik. Hal itu dimulai dari sistem sirkulasi
kendaraan dan ketersediaan lahan parkir untuk kendaraan. Kemudian masuk kedalam
penataan kios-kios yang rapi, terorganisasi dan fungsional. Sehingga pengunjung yang
datang sama sekali tidak kesulitan menemukan barang yang dicari, dikarenakan adanya
pengelompokan yang jelas. Selain itu salah satu hal pendukung yang penting adalah pasar
ini dikelola dengan baik, dimana semua petugas pasar, mulai dari petugas pembersih,
petugas parkir, sampai kepada pengelola mempunyai kerjasama yang baik.
Pada studi banding ini, penulis mengharapkan mendapatkan suatu sistem utilitas
dari pasar tradisional yang efesien yang ada pada pasar ini, sehingga dapat diterapkan
dalam desain nantinya. Selain itu pengelolaan parkir dan sirkulasi kendaraan juga akan
menjadi salah satu perhatian dari studi banding ini. Gambar 2.11. Peta Satelit Pasar BSD
Sumber: www.google.com
Gambar 2.13. Situasi Loods di Pasar BSD Sumber: www.google.com
32
BAB III
ELABORASI TEMA
III.1. Pengertian
Pendekatan tema Pengembangan Kawasan Pasar Perbaungan adalah melalui
pendekatan Arsitektur Hijau (Green Architecture).
Kata Green, berasal dari bahasa Inggris yang berarti “Hijau”, hijau adalah suatu simbol warna yang mewakili daun tumbuhan yang berklorofil, atau mewakili lingkungan
dan alam.
Kata Green dalam arsitektur pada awalnya dianggap sebagai hal yang tabu sama
seperti ketika kata postmodernisme dan dekonstruksi muncul beberapa tahun lebih awal.
Pada saat kemunculan istilah green menimbulkan kesalahpahaman. Hal ini memancing
respon untuk membicarakan masalah green itu sendiri.
Namun setelah muncul beberapa kelompok atau lembaga yang melakukan
pendekatan dalam Green Movement dengan menekankan dan mengaplikasikannya sesuai
dengan kemampuan dan interesnya masing-masing. Salah satunya dengan merancang
sebuah rumah sementara yang menunjukkan manusia tidak menjadi asing dengan
lingkungannya yang dilakukan oleh Walden Pond. Namun secara umum dapat dikatakan
bahwa Green Architecture adalah gerakan untuk pelestarian alam dan lingkungan dengan
mengutamakan efisiensi energi (arsitektur ramah lingkungan).
Ciri-ciri Green Architecture diantaranya:
Peka terhadap lingkungan.
Konservasi energi (mengkonsumsi energi seminim mungkin).
Mengusahakan pencahayaan alami.
Harmonis dengan lingkungan alam di mana bangunan berdiri.
Mengusahakan penghawaan alami.
33
Dalam penerapan Green Architecture lainnya dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Misalnya: penentuan tapak bangunan, pengolahan limbah yang muncul akibat
kegiatan yang terjadi di kawasan proyek.
Terdapat 6 prinsip Green Architecture sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Brenda dan Robert Vale tentang Green Architecture, yakni:
1. Konservasi energi
Meminimalkan penggunaan energi.
Perlindungan terhadap sumber daya alam.
Pendayagunaan alam sebagai sumber energi sebagai keperluan studi dan
rekreasi.
Memanfaatkan limbah dengan sebaik-baiknya.
Penentuan lokasi yang tepat guna dengan cara memilih penggunaan sumber
daya alam yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsi bangunan atau proyek.
2. Bekerja sama dengan iklim
Bekerja sama dalam pengunaan energi dari alam.
Memanfaatkan energi yang tersedia dengan sebaik-baiknya.
Pencahayaan alami pada siang hari.
Penghawaan alami.
3. Meminimalisir sumber-sumber daya baru
Penggunaan material daur ulang.
Penggunaan material yang dapat diperbaharui.
Merancang bangunan dari sisa bangunan sebelumnya.
Penggunaan material yang ramah lingkungan.
4. Ramah /menghargai pengguna di dalamnya
Menyadari bahwa pengguna atau pemakai dari bangunan harus
diperhatikan kebutuhannya. Untuk itu dilakukan pendekatan yang
memperhatikan kenyamanan penggunanya namun tetap selaras dengan
34
5. Menghargai site
Seminimal mungkin merubah tapak yang sudah ada. Memberi pori-pori
bagi tanah agar tetap memiliki aliran udara.
Interaksi bangunan terhadap site.
6. Holistik
Seluruh prinsip-prinsip Green Architecture digabungkan dalam suatu
pendekatan holistik pada lingkungan yang akan dibangun.
Green Architecture merupakan salah satu aliran dalam arsitektur yang
memperhatikan keberlangsungan lingkungan hidup di dalam melakukan proses desain.
Green Architecture muncul sebagai suatu solusi untuk melestarikan lingkungan hidup
yang semakin rusak akibat pembangunan yang tidak memperhatikan faktor-faktor
lingkungan.
Tujuan dari Green Architecture adalah menghasilkan suatu bangunan yang
bersahabat dengan lingkungannya dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Hal ini dapat
dicapai dengan menerapkan konsep-konsep Green Architecture pada bangunan yang akan
dirancang.
Dengan menerapkan prinsip Green pada bangunan, maka akan dapat menjawab
beberapa isu global mengenai kerusakan lingkungan dan pemanasan global yang sedang
terjadi saat ini.
III.2. Interpretasi Tema
Dengan maraknya permasalahan golobal yang ada saata ini , banyak negara
menghadapi masalah-masalah lingkungan hidup. Hal ini banyak disebabkan karena
kerusakan lingkungan yang akibatnya fatal bagi kehidupan manusia. Sala satu contohnya
adalah kerusakan fisik bumi seperti rusaknya hutan yang mengakibatkan ketersediaan
lahan hijau berkurang, otomatis oksigen yang diproduksi akan mengalami gangguan.
Untuk memecahkan permasalahan diatas maka ada beberapa solusi yang bisa
dilakukan, yakni mengembangkan konsep-konsep kota yang berwawasan hijau (Green
35
lingkungan hidup. Dengan kata lain keberlangsungan suatu kota sangat tergantung pada
kualitas lingkungan perkotaan tersebut.
Di beberapa negara maju telah dikeluarkan beberapa peraturan yang berkaitan
tentang lingkungan hidup seperti pembangunan suatu kawasan yang harus ramah
lingkungan, kontrol terhadap emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor, hingga
pembatasan jumlah kendaraan bermotor yang mengakibatkan polusi terhadap lingkungan.
Departemen Lingkungan hidup merupakan lembaga yang harus bertugas untuk melakukan
pengawasan terhadap perencanaan dan pembangunan kawasan perkotaan.
Green Architecture Dalam Konteks Kota
Pemerintah kota Medan telah menetapkan Rencana Strategik (Restra) Kota Medan
sesuai dengan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2002, dengan visi:
“Mewujudkan Kota Medan sebagai Kota Metropolitan bercirikan Masyarakat Madani
yang menguasai Iptek, dan bermuatan Imtaq serta berwawasan Lingkungan Hidup”
Selai visi tersebut, terdapat beberapa isu lingkungan hidup di kota Medan yang
menyebabkan diperlukannya konsep pendekatan “Green” terhadap perencanaan dan
perancangan arsitektur kotanya.
Isu-isu tersebut diantaranya: pencemaran akibat limbah industri, rumah sakit, hotel,
pusat perbelanjaan, restoran, sampah perkotaan, krisis persediaan air tawar, degradasi
tanah dan lahan pertanian, pencemaran udara, konflik sosial, lingkungan, transportasi, dan
ruang terbuka hijau.
Dengan mempertimbankan isu tersebut, maka dalam pengembangan Kawasan
Pasar Perbaungan akan diterapkan konsep Green Architecture.
Penerapan tema Green Architecture pada bangunan dapat dilakukan dengan
berbagai cara sebagai berikut:
Mewujudkan suatu kawasan dengan perbandingan lahan hijau dengan lahan
terbangun yang sesuai.
Sesuai dengan peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007
36
Lingkungan dijelaskan bahwa perbandingan antara lahan hijau dengan lahan
terbangun adalah 40:60 %. Hal tesebut tercantum dalam KDH (koefisien Dasar
Hijau) yaitu persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka diluar
bangunan gedung diperuntukkan bagi pertamanan/ penghijauan dan luas tanah
perpetakan/ daerah perencanaan yang dikuasai.
Mengembangkan Tata Vegetasi yang baik
Tata vegetasi suatu kawasan juga sangat mempengaruhi kondisi lingkungan
bangunan yang terdapat pada kawasan tersebut. Dengan adanya tata vegetasi
yang baik diharapkan dapat memperbaiki iklim makro dan mengurangi polusi
udara terutama pada bangunan tempat manusia beraktivitas. Dengan adanya
tata vegetasi yang baik dapat mengurangi emisi gas karbondioksida yang
secara otomatis akan mengurangi dampak pemanasan global.
Mengembangkan bangunan hijau (Green Building)
Dalam konsep green building pada bangunan dapat dilakukan berbagai cara
sebagai berikut:
- Membuat atap Hijau (Roof-Garden)
- Menempatkan bukaan sebagai tempat masuknya cahaya dan udara pada
tempat yang tepat
- Menggunakan teknologi Photovoltaic, water filtration, air filtration,
dan sebaginya.
- Menghadirkan taman pada bangunan.
- Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan
- Melakukan penanganan limbah yang efektif
- Menggunakan perabot dalam bangunan yang hemat energi dan hemat
pemakaian air
- Menerapkan sistem utilitas pada bangunan yang hemat energy.
Melakukan Proses recycle dan reuse untuk air dan limbah
Untuk mewujudkan konsep green pada bangunan perlu dilakukan proses
37
III.3. Keterkaitan Tema dengan Judul
Pasar tradisional merupakan salah satu topik yang sangat hangat saat ini.
Banyaknya masalah yang disebabkan ketika beroperasi seperti kemacetan hingga
limbah,dan sebab itu perlunya perhatian khusus dalam pemecahan masalahnya. Sebagai
salah satu tempat publik, dimana berlangsungnya transaksi jual beli maka diperlukan suatu
pasar yang nyaman bagi pengguna maupun pengunjung serta ramah terhadap lingkungan.
Selain itu isu krisis energi dan isu kerusakan lingkungan yang ada saat ini
mengharuskan Kabupaten memerlukan banguan-bangunan yang hemat energi dan dapat
memanfaatkan sumber energi alamiah. “Pengembangan Kawasan Pasar Perbaungan”
merupakan suatu alternatif pemecahan masalah untuk memperbaiki kondisi pasar yang ada
saat ini.
Dengan menerapkan kosep Green Architecture, desain yang ada akan mampu
memecahkan berbagai permasalahan lingungan, seperti penghematan energi sampai
pengolahan limbah.
Sesuai dengan rencana pemerintah yang ingin memperbaiki kondisi pasar
tradisional menjadi tempat yang dapat menjadi alternatif bukan hanya untuk masyarakat
menengah ke bawah melainkan juga dapat menjadi alternatif bagi masyarakat menegah ke
atas.
Dengan adanya Pengembangan Pasar Perbaungan yang menerapkan konsep
green architecture ini, diharapkan akan dapat menciptakan suatu suasana yang alami, yang
dapat membuat nyaman para pengguna baik itu pedagang maupun pembeli. Serta dapat
memberi kontribusi dalam pemecahan permasalahan lingungan.
III.4. Studi banding Tema Sejenis
III.4.1.Heping Park, Tianjin, Cina
Ini adalah proyek Perkins Will untuk Heping Park di Tianjin, China
38
Proyek diberi tanda oleh 3 menara besar. Seperti halnya ruang parkir, ruang hijau di
buat dengan menciptakan suatu langit-langit dengan benih tumbuh-tumbuhan
setinggi level jalan. Pengembangan kembali rencana Lingkungan meliputi
konstruksi kediaman bertingkat baru yang akan menekankan suatu yang lebih tinggi
mutu hidup sampai pengintegrasian ruang hijau. Pita ruang hijau yang
menggelombang ke seberang, memudahkan cahaya, ventilasi, dan akses ke parkiran
bawah.
Pada proyek ini terlihat jelas bagaimana ruang-ruang terbangun digantikan
oleh ruang ruang hijau pada atap (Green Roof), terlihat jelas bagaimana bangunan
juga menjadi tempat hidup tumbuh-tumbuhan. Selain itu Green roof ini juga
berfungsi sebagai ruang-ruang publik, sehingga pemanfaatan lahan menjadi sangat
Efektif (Gambar 3.2 dan Gambar 3.3)
Gambar 3.1. Bentuk Bangunan Heping Park Sumber: archdaily.com
Gambar 3.2. Layout Denah dan Sirkulasi Heping Park
(Sumber: skyscraper.com)
39
III.4.2. Green Rings City of Gwanggyo (Korea Selatan)
Grup arsitektur asal Belanda, MVRDV. Telah memenangkan kompetisi
untuk merancang sebuah bangunan pusat kota untuk Gwanggyo, sebuah kota baru
yang akan dibangun di selatan Seoul, Korea. Direncanakan untuk menjadi
swasembada kota bagi 77.000 jiwa penduduk korea. Disebut Green Ring City
(Gambar 3.4)
Arsitek mengatakan bahwa semua elemen dari pusat kota akan desain
seperti cincin, dan “dengan mendorong cincin ini ke arah luar, setiap bagian dari
bangunan akan menerima teras untuk kehidupan diluar ruangan.”
Program dan kebutuhan ruang berbeda, membutuhkan peletakan serta
ukuran ruang yang berbeda-beda. Pemecahan masalahnya adalah dengan
memfasilitasi semua elemen dengan membentuknya kedalam bentuk cincin. Setiap
bagian dari cincin-cincin tersebut akan ditanami tumbuh-tumbuhan yang juga
berfungsi sebagai teras outdoor (Gambar 3.5).
Bangunan ini nantinya akan difungsikan sebagai Residensial 200.000m2,
Perkantoran 48.000m2, retail sebesar 200.000m2, serta pusat rekreasi dan sarana
edukasi sebesar 200.000m2.
40
III.4.3. River Frontage Green Building (Uzbekistan)
Ini adalah konsep dari bangunan perumahan yang akan dibangun di
Uzbekistan, bangunan ini sungguh mengagumkan. Dengan konsep bangunan hijau,
dan outdoor looks, yang tidak hanya indah di mata, tetapi juga memberikan kualitas
tinggi kalangan masyarakat. Selain perumahan, bangunan ini juga akan digunakan
sebagai gedung kantor dan spa.
Bangunan ramah lingkungan ini dirancang oleh arsitek llewelyn-Davies.
Pemandangannya sangat menarik, penuh dengan tampilan hijau. Dengan bentuk
geometris hampir seperti labirin, seperti kita menemukan sesuatu selama di dalam
gedung dan menciptakan suasana segar (Gambar 3.6 dan Gambar 3.7). Gambar 3.5. Bentuk Bangunan
Green Ring City (Sumber: skyscraper.com)
41
III.4.4. Fukuoka ACROS (Jepang)
Di Kota Fukuoka di Jepang, mereka memiliki sebuah bangunan yang
disebut “Fukuoka ACROS” terlihat sangat berbeda dari dua sisi: satu sisi seperti
sebuah bangunan kantor konvensional dengan dinding kaca, namun di sisi lain
terdapat atap yang besar dan bertingkat dengan sebuah taman (Gambar 3.8).
Bangunan kompleks perkantoran ini merupakan pemecahan terhadap
masalah urban ruang terbuka. Dengan kepadatan pembangunan fisik yang tinggi,
arsitek mencoba menghadirkan bangunan yang dapat mengakomodasi fungsi privat
sekaligus publik. Di sebelah utara yang menghadap jalan utama, dibuat fasade
bangunan yang modern. Di sebelah selatan yang menghadap ruang terbuka, dibuat
atap teras yang menyerupai sengkedan. Setiap lantai mempunyai taman yang
berfungsi untuk meditasi dan relaksasi. Desain yang menampilkan unsur tanaman ke
dalam bangunan ini berfungsi sebagai pemecah kesan keras pada bangunan. Dengan
integrasi terhadap unsur lingkungan, bangunan ini turut menurunkan suhu mikro di
sekitarnya Teras taman yang mencapai hingga sekitar 60 meter di atas tanah, berisi
35.000 tanaman yang mewakili 76 spesies.
Pada proyek ini hadirnya atap-atap hijau yang ditanami vegetasi berfungsi
untuk menurunkan suhu mikro. Hadirnya atap hijau juga berfungsi menjadi taman
untuk tiap lantainya yang menjadi ruang relaksasi.
BAB IV
ANALISA
IV.1 Analisis Kondisi Tapak dan Lingkungan
IV.1.1 Data Site
Berikut ini akan dipaparkan data serta keterangan informasi yang berhubungan
dengan site:
IV.1.2 Analisa Kondisi Tapak
Kondisi tapak mendatar tanpa banyak kontur, terletak di pemukiman penduduk, site merupakan tanah kosong yang minim vegetasi.
Gambar 4.1 Analisa Kondisi Tapak
IV.1.3 Analisa Sirkulasi Pencapaian
Area Sirkulasi berupa jalan dilalui beberapa angkutan umum, akses jalan baik dan rata, dapat dilalui kendaraan roda dua, roda tiga, dan roda empat.
IV.1.4 Analisa Vegetasi
Lahan merupakan areal kosong dengan vegetasi sekeliling, namun tidak terlalu dominan. Dapat dimanfaatkan untuk penanaman vegetasi sekeliling guna buffer udara dan kebisingan.
IV.1.5 Analisa View
View sekeliling adalah perumahan warga, tidak terlalu dapat dimanfaatkan untuk menunjuk arah orientasi bangunan yang baik.
IV.1.6 Analisa Kebisingan