SKRlPSI
Diajukan kepada Fakultas UshuluddindanFilsafat untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Satjana Theology Islam
Oleh:
ACHMAD FAVZAN Nim. 9934016659
JURUSAN TAFSIR HAOIS
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERl (urN) SYARl.F HIDAYATULLAH .JAKARTA
I'ICNGICSAIIAN I'ANITrA V,lIAN
Skripsi yang bcrjlldlll GllULUW (SIKAI' BERLEBUIAN DALAM
AGAMA): Scbnall Ka.iian alas (bV. A/-Nisli'/4: 171 dan QS. A/-Mfl'idall/5:77telah
diujikan dalam sidang 1l1111laqasyah Faklillas Ushlliuddin dan Filsafal lJIN Syarif
Hidayatllilah Jakarta pada tanggal 23 Dcsember 2003. Skripsi ini telah diterima
scbagai salah satn syarat lIntuk tnCll1pcroleh gclar Sarjana Program Strata I (SI) pada
jurllsallt。ヲZセゥイ lIadis.
Jakarta, 23' Descmbcr 2003
Sidallg MUllaqasyah
W'li>ll.S"lr'--{,ngg0ta,
DrLUJ\!l ]セエljLNmャAN
NIP. I. 227408
DL6hz:a.t.niNsNAャャャャゥGョiャj。セエQQ i, MA
NIP. 150311325
Sekrctaris Mcrangkap Anggota,
セMM[EーセQ
,/'
セ
PI's.bョセQQャエョゥョ^j|QbaN
/ NIP. 150289320
Anggota:
Pr.
Sira ddin AI i, MA, NIP. I 318442.f..\Y!\
NqgQ.hlb.MA..SKRIPSI
Diajuknn kCllada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Memcnuhi Syarat-syaral Mcncapai Gelar Sarjana Thenlogy Islam
Oleh:
ACHMAD FAUMN
NIM.9934016659
Di bawah Bimbingan
Pernbirnbing I
Dr, Ah7.ami Sami'uIlJazuli, MAt
NIP: 150311 325
Pembirnbing II
EvaNumUA,
NIP: 150 289433
JURUSAN TAFSIR IIAPIS
FAKULTAS USHULUDPlN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PEDOMAN TRANSLITERASI
diawal kalimat
-
a
'-" -f
y
-
b
0
-q
c::...
-
t
<il
-k
c::..,
-
ts
J
-I
<::
-
J
r
-
m
C
-h
0
-
n
kh
J-
WC
-d
3-
h
.l
-dz
セ-.l
-t,.S
-
y
j -
r
4-
-h untuk di akhir, t untuk
j
-
ZlY' -
s
di tengah
>
lY' -
sy
sh
Untuk Mad dan Diftongu..o
-a
= a panJangua
-
dl
I = I panjang.b
-
th
u
=
u panJangj;,
-
zh
jl
- awt
-
jl
-
uwt
-gh
t,.S1:::: ayBismilldh al-Ra!J.mdn al-Ra!J.im
Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah Swt.
yang telah memberikan nikmat sehat wal' afiat, sehingga kita dapat melaksanakan
aktifitas sehari-hari. SaIawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad Saw. yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan ke
zaman yang terang benderang.
PenuIis menyadari, bahwa skripsi ini tidak mungkin dapat terseIesaikan tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini
penuIis ingin menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan FakuItas UshuIuddin dan FiIsafat, Bapak Dr. Amtsal Bakhtiar, Ketua
Jurusan Tafsir Radis, Bapak Drs. Zahruddin AR, MMSi., dan Sekretaris
Jurusan Tafsir Radis, Bapak Drs. Bustamin, MBA., yang telah memberikan
kemudahan kepada penulis seIama penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ahzami Sami'un Jazuli, MA., selaku Pembimbing [ dan Bapak Eva
Nugraha, MA., selaku Pembimbing II yang telah banyak menyita waktunya
daIam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
3. Seluruh pimpinan dan karyawan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah,
Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, dan Perpustakaan lman Jama'
4. Ayahanda (Alm.) H. Mukti H. Ilyas dan Ibunda Hj. Ruminah yangjasanya tak
dapat penulis ungkapkan dengan kata-kata, penulis hanya ingin mendo'akan
supaya budi baik mereka yang tulus ikhlas mendapat balasan yang tak temilai
dari Allah Swt. Kakak-kakak penulis yang tereinta, bang Bayok, kak Ida, bang
Zakir, kak Dana, Bang Fadil, bang Yayan, kak Mia, dan bang lin yang tak
hentinya memotifasi penulis. Kepada Ust. Rifian, Le., yang selalu menambah
wawasan keagamaan bagi penulis.
5. Rekan-rekan kerja di warung, bang Maman, SofYan, Mono, dan lain-lain yang
setia mendengarkan curahan hati penulis. Rekan-rekan di kampus khususnya
anak TH B '99, Kang Asep, Nawi, Awal, lhad, bang Mahfudzin, kak Diana,
dan lain-lain, terutama Erni dan keluarga yang selalu memberikan semangat
baru bagi penulis.
Akhirnya, kepada mereka semua penulis berdo'a, mudah-mudahan segala
amal baik mereka mendapat ganjaran yang setimpal dari Allah Swt. Dan semoga
karya yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Jakarta, 23 Desember 2003
DAFfAR lSI . III
BABI PENDAHULUAN...
A Latar Belakang Masalah... . .
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..
C. Metodologi Penelitian .
D. Sistematika Penulisan .
to
11
12
BAB IT PANDANGAN UMUM TENTANGGHULUW... 14
A PengertianGhuhiW... . 14
1. Menurut Bahasa dan Istilah... ... ... ... ... 14 2. Lafazh-Iafazh yang Terkait denganGhuluw... 15
B.
Macam-MacamGhuhiW... 16C. Kriteria atau Batasan Orang yang DianggapGhuluw... . 20
D. Faktor Penyebab TerjadinyaGhuluw . 24
BAB HI KAJJAN AYAT-AYAT TENTANGGHULUW... 29
A. QS. AI-Nisd'/4Ayat 1 7 l . . . . , 29
I. Asbdb al-Nuziil.. 29
2. Munasabah Ayat. 3. Kandungan Ayat... B. QS. Al-Md'idah 15 Ayat 77. ..
I. Asbdb al-NuZ1l1.
2. Munasabah Ayat... 3. Kandungan Ayat..
30
31
34
34
34
BAB IV
GHULUWDALAM
TRADISI ISLAM DAN SOLUSINYA... 39A. Ghll/lIwDalam Tradisi Umat Islam... 39
I. Makna Ziarah Kubur... .. 39
2. Perlukah Maulid Nabi Saw... 43
3. BentukGhll/uwdalam Salawat , '" ., '" 49 B. Solusi Terhadap FenomenaGhll/uwDalam Agama... 59
J. Meluruskan Aqidah dan Kembali Kepada AqidahSaJaj aJ- ShaJib... 59
2. Menuntut Ilmu Syar'i dan Memahami Agama... 63
BAB V PENUTUP... 68
A. Kesimpulan... 68
A. Latllr Belakang Masalah
Islam adalah ajaran paripuma bagi seluruh umat manusia-khususllya
Islam-karena ajarannya bersumber dari Sang Maha Pencipta yang telah menciptakan
mallusia itu sendiri. Jadi jelaslah bahwa Dia Maha Mengetahui ajarall apa yang dapat
membawa manusia kepada kebahagiaan. Islam merupakan agama yang mengatur
manusia dalam berbagai aspek kehidupallllya. Jika ajaran-ajaran itu dapat
dilaksanakan dengan benar dan paripuma oleh manusia, maka manusia akan
mellcapai kebahagiaan dan kemenangan di dunia serta akan mendapatkan ketenangan
di akhirat kelak.1
Akan tetapi, di zaman yang serba modem ini semakin banyak permasalahan
yang timbul dikalangan umat Islam. Hampir setiap hari kita dihadapi dengan
permasalahan-permasalahan yang menyesakkan dada, karena permasalahan tersebut
bukan saja yang menyangkut urusan duniawi, namun lebih sering menyangkut
masalah ukhrawi.
Allah telah menyatakan bahwa agama Islam telah sempuma dengan segal a
aturan-aturannya. Allah Swt. berfirman ;
IAblld bill Ali bin Dar', Berlebih-iebIlwTI dalam Agama, ャ・セャN Oleh Rush dan Ri,"I1. (Jakarta:
2
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu."2
Pada ayat di atas menunjukkan dengan tegas bagaimana sempurnanya Islam
yang diturunkan Allah. Namun. dikarenakan hasil pemikiran dari manusia yang tidak
pernah ditinjau kembali, membuat Islam menjadi agama yang beku.3 Akan tetapi,
Allah akan menjaga agama-Nya dari pemikiran-pemikiran manusia tersebut dengan
tetap menyatakan keberadaan golongan yang terus menampilkanal-haqdan membela
agamanya, sehingga agama ini akan tetap murni ajarannya dan nyata kejelasannya.
Salah satu yang dapat merusak kemurnian agama yang dapat menjatuhkan
pelakunya kepada perbuatan yang menyimpang dari agamanya ialah ghuluw atau
sikap yang berlebih-Iebihan dalam agama. '
Glmluw atau sikap yang berlebih-Iebihan dalam agama merupakan "penyakit
menular" yang sangat berbahaya dalam sejarah agama-agama samawi. Disebabkan
ghuluw, zaman yang penuh dengan ketauhidan dapat berubah menjadi zaman yang
'QS. AI-Md 'idahI5: 3. Depag.,AI-Qur 'an dan Terjemahnya, (Semarang: CY. Toha Putra, 1989),h. 157
]Lihat Hamka, 1'llt'ir al-Azhar,(Jakarta: PT. Pustaka Panjin.,s, (983), juzu' 4-6, h. 127
.jAda bebcrapa lafazh yang scmakna dcngan lafazh ghuluw yang digunakan untuk
penuh dengan kesyirikan. Zaman yang penuh dengan ketauhidan kepada Allah
berlangsung sejak zamannya Nabi Adam As. sampai diutusnya Nabi Nuh As.' Sejak
zaman Nabi Nuh inilah, kesyirikan tumbuh dengan pesat. Allah telah menjelaskan
dalam al-Qur' an tentang ghuluw (sikap berlebihan di dalam menga&'Ungkan, baik
dengan perkataan maupun i 'tiqdd) kaum Nabi Nuh terhadap orang-orang salih
pendahulu mereka. Allah Swt. berfirman :
"Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pulaSliwd"yaghfits, ya'l1q
dan nasr". Wadd, Suwd', Yagln1ts, Ya'llq dan Nasr adalah nama-nama berhala yang terbesar pada kabilah-kabilah kaum Nuh,,6
Dalam Kitab Fatb. ai-Majid Syarb. Kitdb Tawb.i'd, Ibn Abbas berkata
berkenaan dengan ayat tersebut:
" t " . . . ) .- ..- t J . . " ..-". .. pi Jl t:
01 :
セセ
jセ
Ot.h;.:J1セZGi
iセ
c:..u
Lセェ
イセ
セ セg
JG.-;
.CIセセ
セj 、セ
Lセcセ
....
..
PNセj
Lエ[セヲ
Q
..
Pセ
Ijt$' :)1
セセ
)1
|セヲ
-' ...
..
.- ...:':"i.?
セ|
セj
::.-0)
2Jt.
|セQ
J;.-
,J.;i
... . . - " "
,·If-Md 'it/ahf5: 77, maka unluk sclanjulnya pcnlliis mCllggllllakan laJ1lZhghutuw unluk mcngungkapkan trulkna bcrlcbihan atau mclampaui batas.
'l3aca Zubair Syarif. "Ghuluw: Pcnyakil yang Mcmbahayakan Umat", dalam J!alalah
SALIFY. cdisi VII. (Yogyakal1a: Yayasan as-Sullnah. 19%), h..1\
4
"Mereka adalah orang-orang salih dikalangan kaum Nabi Nuh, lalu ketika mereka wafat, setan mewahyukan kepada mereka (kaum Nabi Nuh) agar meletakkan patung-patung mereka dan memberikan nama patung-patung tersebut dengan nama-nama mereka, maka merekapun melaksanakannya, namun pada saat itu patung-patung tersebut belum disembah. Setelah mereka (generasi pertama tersebut) habis dan telah terhapus ilmu-ilmu, barnlah patung-patung itu disembah."7
Ibn al-Qayyim rahimahullah mengatakan dalam kitab yang sarna : "Banyak
kalangan salaf berkata, setelah mereka itu meninggal, orang-orang pun sering
mendatangi kuburan mereka, lalu membuat patung-patung mereka; kemudian setelah
masanya berlalu, akhirnya disembahlah patung-patung tersebut."8
Penyembahan patung semacam ini mernpakan perbuatan syirik yang nyata
yang disebabkan oleh sikap ghuluw mereka terhadap orang-orang salih. Akibat dari
perbuatan mereka Ill! ialah kemurkaan Allah atas mereka dengan
menenggelamkannya sehingga tidak tertinggal seorang pun dari mereka termasuk
anak dan istri beliau sendiri yang kafir kepada Allah Swt. Allah Swt. berfirman :
" ' ' ' ' " ' ' ' __ \ ." ",.. ) ) . , . 1 0 )
..-'1
ケセ
セェ
JL;J
|セgji
セi セI[
セ セ
Iセ
セ
QセQU
|セセl[
iセ
I I :.g:'::?:':'
セ
HセhッZカ|OcyI
|セTZZG
J}t5J\::.r-
セセセi
JP
セェ[
-''" "' ...
"Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah, dan Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas
bumi"9
7 Lilml Syaikh Abd aI-Rahman Hasall Alu Syaikh, 1'(11!J. ai-Majid Syar!J. Kiliib ['aw!J.id, ted.
Olch Ibtida'in Ham/;1I1, eta!., (Jakarta: Puslaka AZ/;lIll, 2(02), eel. Kc-I, h. 43 I
K I1J1d..dan bacajelasnya pada h. セTRMKャU
Ayat ini menerangkan bahwa disebabkan keingkaran-keingkaran dan
dosa-dosa yang telah dilakukan kaum Nuh, maka mereka ditenggelamkan dalam banjir
yang dahsyat. Dalam keadaan demikian tidak seorang pun yang dapat menghindar
dari azab Allah ini, sedang dewa-dewa yang mereka sembah pun tidak dapat
menolong diri mereka dari kehancuran. 10
Demikianlah balasan orang-orang yang ghuluw di masa kaum Nabi Nuh As.
Namun demikian, sikapghu/uw ini terns terjadi dari zaman ke zaman dan dari masa
ke masa sampai terjadi pula di masa Bani Israil. Kaum Yahudi menyatakan bahwa
Uzair adalah anak Allah dan terjadi pula pada Kaum Nasrani yang menyatakan
bahwa al-Masih adalah putra Allah.II Allah Swt. berfirman dalam al-Qur'an :
セ セi[セ
セGLゥNNZjjセ
セ
..111::;1
セャャsイQjャ
c:Jti
J
..1I1
ji[Gセ
セセャ
c:Jti
J
"''' " " , , " "
..-H[LZセOセMLBiI
J"j.j;;
j|セ
セi
;'6
1
:;cJi::r:
IjP-
GZ[セi
J',i
jセZH[G[
"Dan orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah", dan orang Nasrani berkata: "Al-Masih itu putera Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka mengikuti perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?"12
Penyebab ghuluw orang-orang Yahudi terhadap Uzair adalah karena mereka
menyaksikan beberapa kejadian luar biasa yang terjadi pada diri Uzair, seperti
J(UII, al-Qur'an "au Tafsirnya,(Yogyakarta: PT. Dlmna Bhakli WakaJ: 1995), volume 10,It
.0.
IIZubair Syarif,"p,ell., h. 52
6
dikembalikannya kitab Taurat setelah sebelumnya dihapus dari dada orang-orang
Yahudi,13 serta keadaan Uzair yang hidup kembali setelah wafat seratus tabun
lamanya.\4
Adapun perkataan orang-orang Nasrani bahwa Isa adalah anak Allah atau
sebagai Allah, ada dua sebab. Pertama, karena Isa lahir tanpa bapak. Kedua, karena
dia mampu menyembuhkan orang buta dan bisu serta menghidupkan orang mati
dengan izin Allah.\5
Namun, Allah telah membantah dan meluruskan sangkaan mereka yang lanpa
dalil tersebut, yang menyebabkan mereka kafir. Allah SWT berfirrnan:
"Sungguh telab kafir orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Allah ialah A1-Masih putera Maryam ..."\6
__ J . J .. '"0 ;II ."" " . " ",,;II J" ;11".- ""
PセZBG[
W.
iセァセ[
セ
0!j 1"..lj .0! :I! 41!
0--
Cj
;L')\S-:.JI;
.111 0!
iセオ
;;..ul
)S'
JAj" " " " . .セNNN "
" . . . .
(Vl":o;o.uUI)
セゥ
yl.lc-
セ
IJ').S'
;;i\
セO
'·5
.,... セ ...
..
"Sungguh telah kafir orang yang menyatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan yang Maha Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang
13Zubair Syarif.op.cit., h. 53
,.\(J.S. AI-Baqarah/2: 259. Dalam menafsirkan ayat ini, teIjadiikhlila{mengenai siapaomng yang disebutkan dalam ayat terscbut. Apakah U7.1ir. Khidir. atau ia adalall seseorang dari Bani rsrael. Nanum, pendapat yang tcnnasyhur mengatakan bahwa ia adalah U7.1ir. Lihat 7'aji.·lr al-Qur 'an
01-,Izhimkilrya Ibnu Katsir al-Dimllsyqiy, (Beirut: Dar al-Fiqr, 1992),jilid 2, h..187
"Zubair Syarir. op.cil.. h. 53-54
mereka katakan itu, pasti orang-orang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih"17
Pada dua ayat ini, Allah telah menyatakan kafir terhadap orang-orang yang
mengi'tiqadkan Isa putra Maryam itu Tuhan, sehingga dikisahkan bahwa mereka akan
ditimpakan siksa yang amat pedih.
Bentukghuluw semacam ini juga pemah teIjadi pada masa kekhalifahan Ali
bin Abi Thalib yaitu munculnya sikap ghuluw oleh kelompok Saba'iyah (pengikut
Abdullah bin Saba')'· terhadap Ali bin Abi Thalib, sehingga mereka menyatakan
bahwa Ali adalah Tuhan atau memiliki sifat ketuhanan. Kelompok ini lebih dikenal
dengan sebutan Syi'ah Rafidlah yang pertama kali membuka pintu ghuluw terhadap
Ali bin Abi Thalib dan kepada anak-cucu beliau.'9 Di antara sikap-sikap ghuluw
tersebut, dapat pula ditemukan adanya sikapghuluwyang dilakukan oleh sekelompok
orang-orang sufi terhadap Rasulullah Saw. dan syaikh-syaikh mereka. Seperti
tindakan mereka berdoa kepada Rasul, meminta bantuan (isti 'dnah) dan pertolongan
(istighdtsah) dengan menyebut-nyebut nama beliau atau mengusap kubur beliau dan
17QS.AI-MiJ'idah/5:73., Ibid.
8
terkadang seperti itu pula mereka lakukan terhadap syaikh-syaikh mereka yang telah
meninggal.20
Demikianlah sikap ghuluw yang pernah terjadi, bahkan dalam tradisi dan
budaya umat Islam yang diwariskan oleh nenek moyang. Hal ini perlu disadari dan
diketahui, karena binasanya umat-umat sebelum Nabi Muhammad disebabkan oleh
sikap ghuluw dalam agama ini.
Pentingnya mengetahui bentuk-bentuk ghulllw dalam agama ini ialah agar
umat Islam tidak terjebak dalam perbuatan syirik, dan agar tidak keliru dalam
menjalankan syariat-syariat agama. Oleh karenanya, umat Islam dituntut agar
memahami agama dengan benar dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw.
Bentuk-bentuk ghulllw dalam agama di zaman modern ini cukup banyak
ragamnya. Banyak di antara umat Islam yang tidak menyadari bahwa apa-apa yang
telah dilakukannya seringkali mengandung unsur ghuluw di dalamnya. Dan tanpa
disadari, perbuatannya ternyata mengarah kepada kesyirikan. Misalnya,
meminta-minta di kuburan orang-orang salih. Hal ini disebabkan karena Vmat Islam terlalu
berlebihan dalam memposisikan orang-orang salih di sekitarnya.
Contoh lain, dalam bacaan-bacaan salawat kepada Nabi Muhammad Saw.
dengan maksud untuk memuji beliau dan mengharapkan syafaat darinya.21
Nabi Saw.
O<'Zubair Syarif,op.cil., h. 54-55
disanjung terlalu berlebihan, sehingga mengesankan segala permasalahan dapat
terselesaikan karena beliau, segala bentuk permohonan ditujukan kepadanya, bukan
kepada Allah. Hal ini sangat jelas bertentangan dengan sabda beliau:
(/1\
..y.
V.
11
¥
<)p->'-ijセ
(.S.r"')l
セ
JIj
Pセ
(.S¥I
G..b-セ
r-L
J.y;,.
11
セ
セi
セ
pJ.\
..?
jセ
.w:-1\
.,?J
?c:
jGセ
0'\, .J, J... o f . . . .. .-. ... , ; . . . "
(eG}>..,I1 01)))
NjZ[Bセj
.ill\
J.;;.
ャZLウセ
セjN[[N
lSi
」ZNN[セ
セZ[
J,\
(.S;.aJ1
<.::J).I
L..5'
J)'.?5
'''-
..
" ' ' ' ' ' ' ' '"Vmar berkata di atas mimbar, saya mendengar Nabi Saw. bersabda: Janganlah kamu berlebih-Iebihan memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani telah berlebihan memuji (Isa) putra Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah (bahwa aku) hamba Allah dan Rasul-Nya."22
Perlu diketahui bahwa bacaan-bacaan salawat tersebut hampir menjadi
"bacaan wajib" di masjid-masjid, mushala-mushala, majlis ta'lim, surau-surau, dan
lain-lain, artinya bacaan-bacaan salawat tersebut telah tersebar luas. Lalu, apakah
umat Islam ingin jika beberapa tahun ke depan ajaran-ajaran Islam banyak disisipi
oleh unsur-unsur kesyirikan yang akan membawa umat ini semakin jauh dari ajaran
Islam yang sebenarnya. Apakah ingin umat Islam saat ini hancur binasa seperti
halnya Allah membinasakan umat-umat terdahulu yang diakibatkan oleh perbuatan
mereka, na 'udzubil/ah min dztilik.
Meskipun beberapa nash yang mengisahkan tentang sikap berlebih-Iebihan ini
berkaitan dengan ahli kitab dan nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad Saw., tapi yang
10
dimaksudkan dalam hal ini adalah sebagai peringatan dan pelajaran bagi umat ini,
agar mereka menjauhi faktor-faktor penyebab yang dapat mendatangkan murka Allah
seperti terhadap umat-umat terdahulu.
Melihat latar belakang tersebut, penulis tertarik mengangkat sebuah tema
"Ghuluw (Sikap Berlebihan dalam Agama): Sebuah Kajian atas QS. AI-Nisii'/4
ayat 171 danQS. Al-Mii'idah/5ayat 77)" sebagai judul skripsi.
B. Pembatasan dan Pel'umusan Masalah
Persoalan ghuluw dalam agama dan lingkar permasalahannya merupakan
suatu hal yang sangat penting untuk dikaji dan dibahas agar terang dan jelas pokok
permasalahannya. Kita harns menyadari bahwa banyak di sekitar kita yang
melakukan segaia bentuk perbuatan yang mengarah kepada sikapghuluwtersebut dan
tanpa disadari kita pun sering terjerumus ke dalamnya. Kita sebagai seorang muslim
yang taat, harns dapat memagari diri kita agar dapat memahami agama ini dengan
baik dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw.
Dalam al-Qur'an, untuk mengungkapkan makna berlebihan dalam agama
menggunakan istilah ghuluw. Meskipun ada beberapa istilah yang memiliki makna
yang sama dengan istilah ghuluw, misalnya tatharruf dan ifrdth, namun istilah
ghlllllw ini dipandang lebih tepat. Selain penggunaan istilah-istilah tersebut
dikhawatirkan tidak sesuai dengan maksud syariat, di samping itu juga, penggunaan
Makna berlebihan dalam al-Qur'an secara umum diungkapkan di berbagai
tempat, seperti dalam Q.S. AI-A 'rt{f/7:31 yang melarang makan dan minum secara
berlebihan; Q.S. AI-Furqdn/25:67 yang menganjurkan untuk tidak berlebih-Iebihan
dalam membelanjakan halta, dan lain-lain. Namun, ungkapan berlebihan dalam hal
keagamaan(al-ghuluw
fi
al-Dien) hanya terdapat pada Q.s. AI-Nisd'/4:171 dan Q.S.AI-Md'idah/5:77.
Agar skripsi ini tidak menjadi pembahasan yang tidak ada ujung pangkalnya
dan dimaksudkan agar pembahasannya dapat terarah dengan baik, maka penulis
membatasi permasalahan ini, hanya pada keberlebihan dalam agama yang tersebut
dalamQ.S. AI-Nisd'/4 ayat 171 danQ.S. AlMa 'idahl5 ayat 77.
Berangkat dari permasalahan yang diuraikan pada latar belakang diatas, maka
penulis merumuskan masalahnya dalam bentuk pelianyaan: "Bagaimana konsep
ghuluw dalam agama?"
C. Metodologi Penelitian
Dalam mengumpulkan data untuk penulisan skripsi ini, penulis menggunakan
Jems penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan mencari dan
mengumpulkan berbagai literatur yang relevan dengan pokok permasalahan (data
primer) dan literatur yang mendukung (data sekunder).
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan ini bersifat deskriplif
12
yang disajikan sesuai datanya kemudian ditelaah dan dianalisa sehingga dihasilkan
sebuah kesimpulan.
Kemudian sebagai pedomannya, penulis menggunakan buku Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh UlN Syarif Hidayatullah
tahun 2002. Khusus mengenai penulisan teIjemahan - baik al-Quran maupun hadis
dan lain-lain - ditulis rapat (satu spasi) baik teIjemahan tersebut kurang dan lima
bans ataupun lebih.
D. SistematikaPenulisan
Skripsi ini terdiri dan lima bab yang masing-masing memiliki sub bab dan
disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I merupakan "Pendahuluan" yang menggambarkan secara keseluruhan
bahasan dalam skripsi ini. Bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II dengan judul "Pandangan Umum tentangGhuluw",terdiri dari empat
sub bab, yakni Pengertian Ghuluw baik menurut bahasa maupun istilah,
Macam-Macam Ghuluw, Kriteria atau Batasan Orang yang Dianggap Ghuluw, dan Faktor
Penyebab TerjadinyaGhuluw.
BAB
m
dengan judul "Kajian Ayat-Ayat tentangGhuluw" merupalcan sualukajian lafsir ayat-ayat yang berkenaan dengan judul skripsi. Ada dua ayat yang
AI-Mti'idah ayat 77 dengan membahas Asbtib al-Nuz"', Munasabah Ayat, dan
Kandungan Ayat.
BAB IV dengan judul "Ghuluw dalam Tradisi Umat Islam dan Solusinya"
terdiri dari dua sub bab. Pertama, mengenai Ghuluw dalam Tradisi Islam dengan
membahas Makna Ziarah Kubur, Perlukah Maulid Nabi Muhammad Saw., dan
BentukGhuluw dalam Salawat. Kedua, tentang Solusi terhadap Fenomena Ghuluw
dalam Agama dengan pembahasan mengenai Meluruskan Aqidah dan Kembali
kepada AqidahSala!al- Shtili!J.dan Menuntut llmu Syar'i dan Memahami Agama.
BAB V merupakan penutup pembahasan. Dalam bab ini berisi kesimpulan
BARIl
PANDANGAN UMUM TENTANG GHULUW
A. Pengertian Gllul/llv
1. Menurut Bahasa dan Istilah
Secara bahasa, ghuluw bennakna : "Hal yang melewati batas atau hal-hal
yang berlebih-Iebihan. ", Dalam kamus kontemporer, lafazh-lafazh ghuluw semakna
dengan ifnith, tathalTUfyang artinya keterlaluan (perbuatan), hal yang melampaui
batas2 Sedangkan ghuluw menurut istilah syara' ialah perbuatan atau sikap yang
keterlaluan, berlebih-Iebihan dalam memuliakan atau meninggikan derajat seseorang
sehingga ditempatkan pada kedudukan yang bukan semestinya.3 Maksudnya,
janganlah kalian mengangkat derajat makhluk melebihi kedudukan yang telah
ditetapkan Allah, karena jika berbuat demikian berarti kita telah menetapkannya pada
kedudukan yang tidak sepatutnya dimiliki oleh selain Allah'" Atau dapat juga
'Ahmad Warson Murumwir, al-Munml'wir. (Sumbaya: Pustaka Progrcssjf, 1997), cct. kc XIV,h.1015
:::Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi MuhdJar, Kamus Kumtemporer Arab-Indonesia,(Yogyakarta:
Yayasan Ali Maklll11r Pondok Pcsantrcn Kmpyak, 1996), h. 1357
'Mansur Said,Ba/wya ')}link !la/am Islam.(JaktU1a: Pustaka Panjimlls. 19\)6).h. 97
dikatakan bahwaghuluw ialah melampaui batas-batas syariat baik berupa ama! atau
keyakinan. s
Dengan demikian, dapatlah ditarik kesimpulan, bahwa ghuluw merupakan
suatu sikap berlebih-Iebihan seseorang dalam memposisikan makhluk lain baik
dengan amal perbuatan maupun keyakinan.
2. Lafazh-Iafazh yang Terkait dengan Ghuluw
a. lfrdth
lfrdth secara bahasa berarti, "Hal melampaui batas"6 sedangkan
menurut istilah, ifrdth ialah melampaui batas dalam beribadah dan beramal
tanpa ilmu.7 Gambaran bagi mereka yang tersesat dalam sikap ifrdth ada!ah
seperti Nasrani. Kesesatan yang telah mereka lakukan adalah dengan
menuhankan Nabi Isa dan menyembah pendeta-pendeta. Demikianlah sikap
ifrdth mereka, berbicara tentang Allah dan atas nama Allah tanpa ilmu,
sehingga terucap kalimat kufur yang sangat besar, yaitu dengan mengatakan
bahwa Isa merupakan jelmaan Allah, atau Isa adalah anak A1lah.8
'Muhammad Afifuddin, "Ghuluw daJam Dieu". Maja/ah sa{セQfyN edisi VII. (Yogyakarta: Yayasan as-Sllnnah, 1996), h. セo
"Aluruld Warson Mnnawwir. op.cit.,h. lO47
'Mlllulllllllad Umar as-Sewed, "Sikap Tengah Ahl Sllnnah di "'lIm'a {(,lith dan Taji-ith".
S:·IL,IFY.edisi VI,op.cit..h.lO
16
b. Tatharmf
Secara bahasa, tatharmf berarti berlebih-lebihan atau melewati
batas· Lafazh tatharmf merupakan bentuk kata kerja dari thmf, yang
bermakna tepian. Tatharrafa-yatatharrif fahuwa mutatharrij, yang berarti
menghampiri tepian. Makna seperti ini biasa diucapkan orang ketika
matahari hampir terbenam. Tatharrafa dapat juga berarti melewati batas
garis tengah dan tidak mengambil jalan tengah. Dengan demikian, siapapun
yang melewati garis tengah dan berlebih-lebihan, maka secara bahasa dia
sudah disebut mutatharrif'O Istilah tatharruf rnerupakan istilah barn yang
rnerniliki arti yang hampir sarna dengan al-ghuluw, namun istilahtatharruf
bukan istilah syar'i dan istilah ini tidak pernah digunakan oleh para ularna
kecuali pada beberapa naskah yang ditulis oleh Syaikh ai-Islam Ibn
Taimiyah."
B. Macam-macamGhlllllW
Sentuk-bentukglmluwbanyak dan beraneka ragarn, namun secara umurn
dapatterbagisebagai berilcut:
l. l'tiqddiyataughulmv dalam aqidah (keyakinan)
'Ahmad Warson al·Munawwir,op.cll., h.X47
]OAbd aI-Rahman ibn Mu'alla alwLuwaihiq, GhululV fJenalu da/am Her-Islam. tcrj. Oleh
Kathur Suhardi, (Jakarta: CY. Dar al·FaJah, 20tn), eel. kcr.h. 30
2. Amaliyataughuluwdalam mu'amalah (amal perbuatan)12
3. Ghuluwdalam ibadah
4. Ghuluwdalam tradisi (kebiasaan)13
Penjelasan tentang macam-macam ghulllW ini dapat membantu untuk
memabami hakikatghuluw menurut syariat dan batasan-batasan pengertlannya.
I. Ghuluwdalam aqldab (keyakinan)
Yang dimaksud dengan ghuluw dalam aqidah lalah sikap melampaui batas
pada hal-hal yang berkaitan dengan syariat Islam dan memiliki kaitan yang erat
dengan permasalahan-permasalahan pokok.14 Ghuluw inl lebih condong kepada
pemikiran firqah-firqah sesat seperti ahli kalam dan filsafat yang bertentangan
dengan Ahl Sunnah wa al-Jamaah. Mereka menyellsihinya sehingga keluar dari jalan
yang lurns.15
Secara umum, bentuk-bentuk ghllluw dalam akidah dapat dirincikan sebagai
berikut:
"Ibid., h. 37, atau baca juga Muh:unmad Afifuddin, lac.cit. dan Abud bin Ali bin Dar',
13erlebih-lehihan dalam Agama, tetj. Oleh Rusli dan Ri7.1l1, (Jakarta: Pustaka Azzam, 20(2), eet. ke I, h. 29dan67
13Syaikh Muhammad bin ShaUh al-Utsaimin, Syar/.!. Kitdb 'l'awhid : al-Qaul al-Mujid 'aid Kitdh al-Taw/.!.id,tetj. Oleh Kathur Suhardi, (Jakarta: CV. Dar al-Falah, 20(3), eet. kc l,jilid I, h. 319
I4Abud binAlibin Dar',lac. cit.
15Kclompok-kclompok scs"t tcrscbut scpem Rafidllllh, Khawarij, Jahimiy"h, Mu'tazil:J.h dan scb"gian bcs"r kclompok ahU kalam. Mcrcka scmua mcnganggap kafir sctiap omng yang bcrtcntangan dcngan apa yang mcrcka "nggap bcnar d"lam hal akidah, pandangan dan pendapat mcrcka. Ajanm mcrcka sangat bcrtentangan dcngan KitJlb Allah dan Sunn"h Rasul d,ul juga bcrtentllngan dcngan mmlh,us。ャ。イ。ャセIィ、ャゥONANN Ibid.,. h. 30. Padahal aqidah inilah yang mcnJadi pegangan Ahl Sunnah \Va
18
Ghuluw orang-orang yang menafikan (meniadakan) sifat-sifat Allah dalam
masalah tanzih (mensucikan Allah dari sifat kekurangan) sehingga mereka
menta 'thi!(menolak atau membuang sebagian atau seluruh) sifat-sifat Allah.
Ghuluw dalam hal kepemirnpinan atau imtimah dirnana seseorang
mernperlakukan pernirnpinnya layaknya seperti Tuhan yang tidak pernah salah.
Dalarn hal ini seperti yang dilakukan oleh kaurn Nashara dalarn rnensikapi IsaAs,
kaurn Syiah dalarn rnensikapi Ali Ra, dan ghuluw sebagian kaum sufi dalam
rnenyikapi Rasulullah Saw.16
Sikap ghuluw dalarn rnernperlakukan orang-orang yang berbuat rnaksiat yang
mengaftrkan rnereka sehingga mereka dikucilkan dan dijauhkan.17
2. Ghuluw dalarn Mu'arnalah (arnal perbuatan)
Yang dirnaksud dengan melarnpaui batas dalarn ュオG。イョ。ャ。ィj。ュ。セカ adalah
sikap melampaui batas dalam bagian syari' at Islam atau dapat dikatakan bahwa yang
dirnaksud ghuluw jenis ini adalah ghuluw yang berkisar pada hukurn syariat yang
lima, yaitu : wajih, sunnah, haram, makruh dan muhah. Maka barang siapa yang
menjadikan perkara sunnah menjadi wajih, atau perkara makruh sebagai perkara
haram, maka ia telah bersikap ghuluw dalam agama.I
' Adapun yang dimaksud dengan amaly disini ialah berupa amalan murni, bukan dihasilkan oleh keyakinan
yang rusak. Gambaran ini akan terlihat jelas seperti contoh berikut :
IOSyaikh Muhammad ibn ShaWl aJ-Ulsaimin, loc.cit.,lihatJnga Muhammad Alifnddin,loc.cit
17Abnd bin Ali bin Dar',op.cit., h. 6&
Orang yang mengerjakan shalat semalam suntuk dianggap sebagai orang yang
ghuluwdari segi ama!.
Orang yang menjauhkan diri dari masj id karena ia telah beranggapan bahwa
masjid itu akan mendatangkan mudlarat, maka yang demikian merupakan
sikapglmluwdalam hal aqidah.'9
3. Ghuluwdalam Ibadah
Adapunghuluwdalam ibadah ialah memberatkannya, sehingga meninggalkan
pada akhimya dianggap kufur dan keluar dari Islam, seperti ghuluw golongan
Khawarij dan Mu'tazilah. Mereka berkata, "Siapa yang melakukan salah satu
dosa-dosa besar, maka dia keluar dari Islam, darah dan hartanya dihalalkan".20Begitu pula
pendapat Mu'tazilah yang mengatakan bahwa siapa yang melakukan dosa besar,
maka dia berada di antara dua kedudukan, iman dan kufur. Pendapat ini kebalikan
dari golongan Murji'ah yang menyatakan, tindakan membunuh, berzina, mencuri,
minum khamr, dan sejenisnya termasuk dosa besar yang tidak mengeluarkan kita dari
iman dan tidak sedikit pun mengurangi iman. Iman cukup dengan pengakuan."
Ajaran-ajaran semacam ini dianggap pemberatan dalam hal ibadah yang akan
mengakibatkan kebinasaan.
19Bacajclasnya, Abnd bin Ali bin Dar', op.ell.,h. 73, bacajnga Abd al-Ra!!mtln bin Mu'alla al- Luwaihiq,op.ell., h. 43
20
4. Ghuluw dalam Tradisi (Kebiasaan)
Jika suatu kebiasaan membuat manusia beralih dari kebiasaan itu kepada
ibadah, maka hal ini tidak dianggap ghuluw dan tidak ada salahnya ia berpegang.
Namun, sekiranya seseorang berpegang pada kebiasaannya dalam suatu perkara bam
melebihi dari pada kebiasaan sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa orang
tersebut telah berlebih-Iebihan dalam kebiasaan itu.21
C Kritel'ia atau Batasan Orang yang DianggapGlIuluw
Islam memerintahkan umatnya agar saling menghormati, menghargai sesama
makhluk, karena agama Islam merupakan agama
ral1matan
Iial-
'dlamin. Namm!,Islam mengharamkan memuji, menyanjung, atau mengagung-agungkan sesama
makhluk, karena dapat merusak tauhid seseorang, bahkan seseorang yang merasa
bangga ketika dipuji berarti ia telah menjarah hak Tuhan secara terselubung.23
Bangga ketika dipuji suatu tanda hati yang rusak. Sebab ia tidak tahu keberadaan diri
sendiri dibalik kebesaran Tuhan yang Maha Besar.
Pada dasarnya, glmluw merupakan perbuatan atau sikap yang keterlaluan,
berlebihan dalam memuliakan atau meninggikan derajat seseorang sehingga orang
tersebut ditempatkan pada kedudukan yang tidak sepantasnya. Termasuk pula dalam
22Ibid, h, 321. Perlu dijelaskan bahwa pcmbagian maeam-macam ghuluw in; yang lerhagi
kepada empat maeam bentuk yang telah dibahas di atas mernpakan pcndapat pcngarang kitab ini. Namun menurnt pcnulis, dua macam bentukghuluwyang terakhir sudah termasuk dalmll dua maeam bentuk ghuluw yang pertama discbutkan. fadi dapat dikat:tkan bahwa ghuluw dalam ibadah rum
giluluwdalam lradisi sudah tennasuk bagian darigill/Iuwruilam aqidah dan arruuiah
2JA. Musta'in Syati'ie, Mutiara Hikmah al-Qur 'an: Ta/,ir Qur 'an .Iktual, (Jakal1a .
sikapghuluw di sini seseorang atau kelompok yang berucap tanpa kebenaran, seperti
apa yang dituduhkan kepada Isa dan Maryam." Selain itu, sikap atau perbuatan yang
membenci secara keterlaluan atau sikap yang merendahkan seseorang atau kelompok,
sehingga orang atau kelompok tersebut dibunuh dikarenakan kedengkian mereka, ini
pun disebut ghuluw. Jadi, ghuluw disini mencakup ifrdth (berlebih-Iebihan) dan
tafrith (pengurangan). Para ulama telah menjelaskan bahwa yang benar adalah
pertengahan antara keduanya. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa orang yang
menjauhi sikap tafrithdan ifrdthadalah orang yang mendapat petunjuk.25
Dengan melihat hal-hal tersebut, maka kriteria atau batasan-batasan orang
yang disebutghuluwdapat dirincikan sebagai berikut :
a. Ghuluwyang terkait dengan pemahaman beberapa nash, di antaranya ;
Menafsirkan nash-nash dengan penafsiran yang sempit yang bertentangan
dengan maksudnya yang pokok hingga penafsirannya itu menyulitkan dirinya
sendiri dan orang lain.
Memaksakan pendalaman terhadap makna-makna ayat padahal tidak seperti
itu kewajiban yang dibebankan kepada orang muslim. Sikap seperti inilah
yang pada akhimya membentuk sebagian besar kelompok-kelompok yang
berseberangan dengan kelompok yang selamat.'6
"Mcrcka mcngatakan bahwa 15.1, Maryam dan Allah adalah salu yang tiga, alau tiga yang
satu, baca Muhalllmad Umar As-Scwed,op.cil., h. II
"Lihallhid.. h. 10, Abud bin Ali bin Dar', op.eil.. h. 78, Abd ai-Rahman bin Mu'alla
al-Lnwaihiq, 01'.eil., Il. 47, dcngan Illcngatakan bahwa pcrkataan tcrscbul mcrupakan ncapan dari
Mutharrifbin Abdullah.
22
b. Glnduwyang berkaitan dengan hukum-hukum, di antaranya :
Mewajibkan kepada diri sendiri atau kepada orang lain dengan suatu
perbuatan yang tidak diwajibkan Allah dalam perkara-perkara ibadah padahal
llkuran untuk kewajiban yang ditetapkan ialah kemampuan perorangan. Jika
kewajiban itu dikerjakan dengan sesuatu yang berlebihan, meskipun berupa
pengamalan yang disyariatkan, maka perbuatan tersebut tetap dianggap
ghuluw.
Mengharamkan hal-hal baik yang dihalalkan Allah untuk beribadah yang
demikian ini adalah bagian dari sikapghuluw.
Meninggalkan kebutuhan-kebutuhan atau sebagian di antara kebutuhan seperti
makan, minum tidur, dan nikah. Meninggalkan hal-hal ini dianggap sebagai
ghuluw."
c. Sikap ghuluw yang berkaitan dengan sikap seseorang terhadap orang lain yang
terlalu memuji, sampai-sampai menempatkan orang yang dipujinya hingga ke
derajat 'ishmah (terlindung dari kesalahan). Sementara terhadap sebagian yang
lain, dia jadikan dirinya sebagai pencela yang kelewatan, hingga dia menudllhnya
dengan tuduhan kafir dan murtad dari agama, padahal orang yang dituduh itu
termasuk pemeluk Islam. '"
27Ibid., h. 79 Bncajuga Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, op. cit..h. .134
d Ghuluw bukan saja perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, tapi juga
termasuk meninggalkan perbuatan itu. Meninggalkan yang halal atau
mengharamkannya juga termasukghuluw.
e. Mencari yang paling sempuma dalam ibadah bukan termasuk ghuluw tapi dapat
dikatakan ghuluw j ika ada pemberatan terhadap diri sendiri, hingga sampai ke
tingkat kebosanan.29
f GJmluw dalam penghormatan seseorang kepada orang lain, Rasulullah Saw.
sangat melarang umatnya berlebihan dalam menghormati orang lain, sehingga
beliau pemah melarang beberapa sahabat yang berdiri ketika menyambut
kedatangannya. NabiSaw. bersabda:
i..?1
if
..I'-"0P
セ セᄋェャ
セQPp
frJ
::r.
11
u
8J.;.. :;;". :s.1::r. ]; yl GJ.;..
... '"
..
...\ \ . t . ...
&1
セ
&1
jZ[Gセ
(Ie.
C;:'
:Ji.j
a...L.1 i..?1
if
<-,JI.?
i..?1
i f JJj/i..?1
if
<.J""'i..wl
" J " J... '" . . . " ;a ...
I '.GNセZZ '
1;,::'
l.C-'}\" -"wi'· -"')
'Jill
.wIG _.
セ\;,.
セ..
I:.,' セセ
r:--'
セi
Y'-'
.YY'-"
-
.u <..>r-
J,-" ... Dari Umamah Rasulullah saw. datang kepada kami dengan bertongkat, maka kami semua berdiri (menyambut kedatangannya). Nabi saw bersabda: "Janganlah kamu berdiri seperti orang asing berdiri mengagungkan antara satu dengan yang lain."30
Maksud hadis ini ialah Nabi melarang para sahabatnya berdiri ketika
menyambut kedatangannya dengan cara membungkukkan badan. Sebab, dengan
"Abud biu Ali bin Dar'.,op.cit., h. XO
24
membungkukkan badan berarti kita telah menyamal atau setidaknya hampir
menyamai seseorang yang sedang rukuk kepada AlIah.3l
g. Mencela atau merusak kehormatan ulama yang mengklaim mereka sebagai ulama
sesat dan menyimpang, serta merendahkan mereka di mata umat. Ulama yang
dimaksud disini ialah ulama yang senantiasa berjihad membela dan menegakkan
sunnah, menghabiskan umur mereka dalam mempelajari syariat agama dan
menyebarkannya serta mewariskan karya-karya ilmiah untuk pedoman generasi
berikutnya.
h. Fanatik terhadap satu mazhab atau pendapat. Thnu Taimiyah berkata
sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Afifuddin dalam tulisannya: "Barang
siapa mewajibkan setiap muslim untuk bertaklid buta terhadap imam tertentu,
maka minta dia untuk bertaubat. Jika tidak mau, maka penggal lehernya. Karena
mewajibkan hal ini berarti telah menyekutukan Allah dalam hal membuat syariat.
Padahal itu adalah kekhususan Allah sebagai Rabb."32
D. Fal<tor Penyebab TerjadinyaGhuluw
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan seseorang atau kelompok
melenceng dari jalan lurus dan semakin jauh dari manhaj yang benar. Oi anlara
faktor-faktor tersebut, dibagi pada tilktor eksternal dan internal:
3lMansur Said. op.ei/o, h. !02
I;';Duacontoh ghuluwyang tcrakhir discbutkan lllcmpakan bcntuk ghuluw Lli l.arnan xpcrtt
1. Faktor-Faktor Ekstemal
Yang tennasuk dalam faktor-faktor ekstemal, yaitu:33
a. Semakin meluasnya wilayah-wilayah kekuasaan Islam dan bercampur
baurnya orang-orang muslim dengan umat lainnya. Keadaan seperti ini
menyebabkan syariat Islam bercampur dengan kebudayaan dan peradaban
umat-umat lain.
b. Banyaknya penganut agama lain yang masuk Islam, sementara pemikiran
mereka belum sepenuhnya bersih dari ideologi lama.
c. Masuknya para misionaris dari umat Yahudi, Majusi dan dari penganut
agama-agama sesat lainnya ke dalam Islam dengan tujuan untuk
melakukan tipu daya, dan mereka berambisi untuk menghancurkan Islam
lalu menganggapnya sebagai agama sesat. Di antara beberapa contohnya
adalah sebagai berikut:34
Abdullah bin Saba', seorang Yahudi di masa Khalifah Usman bin
Man. Ia berusaha mengembangkan di seluruh Khalifah Islamiyah
pemikiran yang melampaui batas terhadap Ali bin Abi Thalib dengan
menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah wasiat Allah hingga
akhirnya kepada pengakuan bahwa Ali adalah Tuhan.
"Abud bin Ali bin Dar'.op.cil.,h. 8(,·g7
26
Basyar al-Murisy, seorang Yahudi yang menyatakan bahwa al-Qur'an
adalah makhluk dan memiliki peran yang besar untuk meniadakan
sifat-sifat Tuhan.
Ajaran Brahma, yang mengingkari kenabian dan mengingkari adanya
hari kebangkitan, serta menimbulkan pemikiran-pemikiran baru yang
dapat merusak akidah. Ajaran ini juga mengingkari kebenaran
al-Qur'an, mengingkari mukjizat-mukjizat Nabi Saw. dan juga menghina
para sahabat yang terbaik dan tabiin.
Abdullah bin Muqaffa', seorang Majusi dari Persia. Ia mengaku
sebagai seorang Zindiqah,35 kaum salaf berkata "Tidak pernah aku
temukan kitab yang di dalamnya terdapat pemikiran zindiqah kecuali
pada kitab intinya yang ditulis oleh Thnu al-Muqaffa.
2. Fak1:or-Faktor Internal
Di antara faktor-faktor internal penyebab teIjadinyagJmluwialah :
a. Bid'ah
"Zindik sceara bahasa artinya kotoran yang membahayakan; bentuk jama'nyazanddiqah. Zindikdapat diartikan sebagai golongan atan orang yang lUembuat pcnyimpangan dalam lIIenafsirkan nash-nash al-Qur'an dan hadis. lstilah ini dapat pula diartikan untuk orang-or;mg yang pada lahirnya Islam. telapi batinnya kafir.lslilah zindikbemsal dari bahasa Persia yang diarabkan di [rak talmn 125H (742 M) kctika terjadinya eksekusi terllltdHp la'ad bin Dirham,Ylmg dipandang scbagai scomngzlI1dik.
Para ulama menyatakan, "Sesungguhnya bid' ah itu senantiasa di
dalam hati, membuatnya gelap sedikit demi sedikit, hingga sampai ke tingkat
kekufuran."36
b. Bodoh tentang agama
Bodoh tentang agama ini termasuk hal-hal berikut:37
Kurang memahami maksud syariat dalam masalahlaisir(kemudahan) dan
rukhsah(keringanan).
Tidak mengerti batas-batas syariat yang ditetapkan untuk mukaHaf,
bahkan melampauinya. Hal ini menyebabkan terjadinya pengharaman
terhadap hal yang mubah atau halal atau mewajibkan sesuatu yang tidak
wajib atau sunnah.
Kurang atau bahkan tidak memahami nash-nash syariat, atau
memahaminya dengan akal pikiran tanpa bimbingan syariat.
c. Mengikuti Hawa NafsuI Syahwat
Syahwat merupakan kehendak manusia untuk melakukan kebatilan.38
Mengikuti syahwat merupakan sebab terjadinyaghlllllw yang terbesar dalam
agama, dan hal ini terjadi biasanya kepada orang-orang berbaik sangka pada
akal dan menjadikannya sebagai hakim yang menghukumi syariat. Jika syariat
J6Syaikh Muhammad bin ShaJih al-Utsaimin.op.cll., h. 327
J7Muhamnllld Aftluddin, op.cit.. h. セo
28
coeok dengan akal maka diterima, namun jika tidak, maka mereka
menolaknya.39
d. Orang alim yang tidak mengamalkan ilmunya bahkan menm,'Unakan ilmu
mereka hanya untuk kepentingan hawa nafsunya:1O
e. Berpegang dan bersandar dengan hadis-hadis dla'ifdan maudlu'. Mengenai
pengamalan hadis-hadisdla'ifmemang terjadi ikhtilqfdi kalangan ulama. Ada
yang membolehkannya sebagai targhib (memberi doronganlsemangat) dan
tarhib (ancaman), tetapi tetap tidak boleh dalam hukum halal dan haram.
Namun demikian adapula yang tidak membolehkannya seeara mutlak, baik
dalam hal keutamaan-keutamaan amal maupun huk'Um. Pendapat inilah yang
paling kuat.41
f Fanatik, mengikuti dengan membabi buta kebiasaan-kebiasaan (tradisi) yang
telah ada.
g. Melemparkan tuduhan buruk kepada orang-orang golongan Ahlus Sunnah wal
Jamaah."
3"rvluhammad Afifuddin, loc.cit.
IOMuhammad Umar As-Sewed,op.cit., h. 12
41Di amam ulama yang berpendapat demikian ialah Ibn aJ-MuIaqqin, Ibn Arabiy
al-Malikiy, Yahya bin Ma'in, Imam Bukhariy, Imam Muslim, Ibnu Hawl dan juga SYilikh al-AIbaniy. Baca Muhammad Afifuddin,op.cit., h. 41
A. Q.S. AI-Nisii'/4Ayat 171
"Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih, lsa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan kalimat-Nya) yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) ruh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga," berhentilah (dari ucapan itu). (ltu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa. Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai pemelihara."1
1. Asbdb al-Nuzul
Abul Hasan al-Naisaburi mengatakan dalam katyanya,Asbdb aI-Nuzul. bahwa
ayat ini turun berkaitan dengan sekelompok orang-orang Nashara yang mengatakan
bahwa Isa adalah putra AlIah2
IQ.'>'. AI-Niscl '/4ayal 171. Dcpag..AI-Quran dan 1"rJemahnya,(Scmarang: Toha PUlnl.19lN),
h.152
30
Al-Rabi' berkata sebagaimana yang tertera dalam Jami' al-Baydn: mereka
terdiri dari dua golongan:
Golongan pertama ialah golongan yang bersikap ghuluw dalam agama sehingga
timbul keraguan dan kebencian terhadap agama.
Golongan kedua ialah golongan yang kurang dalam beragama, sehingga akhirnya
mereka durhaka pada perintah Tuhan mereka.'"
2. Munasabah Ayat
Ayat ini masih berkaitan dengan ayat-ayat sebelumnya. Sebelum ayat ini,
terlebih dahulu Allah memaparkan tentang beberapa keburukan orang-orang munafik
[ayat 137-152], kemudian setelah itu Allah berbicara tentang golongan ahli kitab
yang pertama, yaitu orang-orang Yahudi dengan menyebutkan sebagian dosa dan
kejahatan mereka [baca ayat 153-162]. Kedua golongan ini (Munafik dan Yahudi)
serupa dalam kekufuran dan pendustaannya terhadap ayat-ayat Allah. Mereka pernah
menuntut untuk melihat Allah dengan mata kepala, mereka menyembah anak
sapi
ketika Nabi Musa tidak ada di tengah mereka, mereka mengaku menyalib [sa al·
Masih, menuduh Maryam dengan tuduhan telah berzina, dan masih banyak lagi dosa
dan kejahatan yang telah mereka lakukan. Setelah Allah memaparkan kisah ini,
kemudian Allah mengajak kepada seluruh manusia beriman, dimana ajakan tersebut
khususnya diarahkan kepada ahli kitab (ayat 163· 170). Setelah berbicara tentang
orang-orang munafik dan orang-orang Yahudi, kemudian ajakan untuk beriman
JAbi Ja 'far Muhammad bin Jmir al-Thabariy (sclanllllnya discbnt ,t1-'nlabany), Jami'
kepada seluruh manusta dengan mengutus Nabi Muhammad Saw., maka ayat
selanjutnya berbicara tentang golongan ahli kitab yang kedua, yakni ortang-orang
Nasrani yang tersesat darijalan kebenaran (ayat ]71):'
3. Kandungan Ayat
Banyak ulama memahami ayat ini hanya khusus ditujukan kepada
orang-orang Nasrani, tidak kepada orang-orang-orang-orang Yahudi karena kandungannya berbicara
tentang pelampauan batas terhadap Isa As. Namun demikian, maksud ahli kitab di
sini merupakan seruan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena bukan hanya
Nasrani yang melampaui batas, orang Yahudi pun pernah berbuat demikian yaitu
ketika mereka berkeyakinan bahwa Uzair adalah putra Allah dan kemudian mereka
jadikan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah (QS. AI-Taubah/9:
30-31), dan lain-lain. Memang uraian selanjutnya yang menyangkut Isa lebih banyak
tertuju kepada umat Nasrani, namun larangan melampaui batas mengamalkan ajaran
agama tertuju kepada ahli kitab secara umum, bahkan secara tidak langsung dapat
pula menjadi pelajaran bagi umat Nabi Muhammad Saw.'
"Q8. AI-Nisd'/4 ayat 137-170, Depag.,op.cit., h.79-83
'Qumish Shihab, Taj,ir al-Mishhah, (Jakarta: Lcntcra Hali, 20(1), eet. Kc-I, jilid 2, h. 646-647, Jihat pula Syaikh Abd aI-RaLl1llfin Hasan Altl Syaikh, Fat!!. aI-Majid Syar!!. Kitdh Taw!!.id, tCl).
Olch Ibtida'in Harnzah, ct.a!., (Jakarta: Pust,1ka Azzam, 2(02), eet. Kc-I, h. 436. Bandingkan dcngan pcrkataan Syaikh ai-Islam Ibn aI-Taimiyall sebagaimana yang dikulip olch Syaikh Abd al-RJlhm'ln bin Mu'alta al-Luwaihiq :"Orang-orang Nasrani lcbih banyak melakukanghu/uw dalam kcyakinan dan alllal daripada scmua golong'dn. Karcna itu laranganghu/uwyung disebulkun dulam a1-Qur'an ltanya ditnjukan kcpuda mcrcka." Dari sini dapat dipuhami ballWaghu/llw mcmung pcrnah lcrjadi baik olch
umat Yahudi maupun Nasrani. Namun seman dalam ayat ini di11ljukan sccara klmsus kcpada UIDtil
32
AI-Imam Ibn Jarir al-Thabariy berkata: maksud Allah dalam firman-Nya ini
adalah, "Wahai ahli Injil dari kalangan Nashara, janganlah kalian melampaui batas
kebenaran pada agama dan janganlah kalian berbicara tentang Isa tanpa kebenaran,
karena perkataan kalian tentang Isa bahwa Isa anak Allah adaIah ucapan yang tidak
benar terhadap Allah, karena tidak pemah menjadikannya anak sarna sekali..."6
Menurut Quraish Shihab dalam tafsirnya, mengatakan bahwa dalam ayat ini
ada riga sifat yang disandangkan kepada Isa As., yaitu: 1) sebagai rasul, 2) kalimat
Allah, dan 3) ruh dari Allah. Dari sinilah orang-orang Nasrani melampaui batas.
Kedudukan Isa sebagai rasul mereka pahami dalam arti Allah mengutus putra-Nya
untuk menyelamatkan umatnya. Makna kalimat Allah, mereka atau sebagian mereka
memahaminya dalam arti menyatunya sifat ketuhanan dengan Isa As. Atau dengan
kata lain Isa adalah unsur dari Allah. Dan kataruh dari Allahadalah hakikat al-Masih
yang menyatu dengan hakikat ketuhanan dalam perut ibunya. 7
Perlu dijelaskan, bahwa tanda kekuasaan Allah dalam menciptakan Nabi Isa
As. dengan kalirnat-Nya dan ditiupkan ruh ciptaan-Nya, kernudian dijadikan layaknya
manusia biasa adalah seperti halnya ketika Allah menciptakan Nabi Adam As.
Penciptaan Adam dan Isa memang tidak melalui sunnah yang berlaku dirnana proses
penciptaannya dengan melalui hubungan antara seorang laki-Iaki dan seorang
perempuan. Hal ini senada dengan firman Allah:
"Sesungguhnya misal (penciptaan) 'Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia."8
Kata "min" pada lafazh wa nlhu minim bukan menyatakan bagian,
sebagaimana yang dinyatakan oleh kaum Nasrani, tetapi "min" disitu merupakan
ibtidd' al-ghdyah. Penyandaran "ruh" kepada Allah untuk maksud memuliakan,
seperti penyandaran unta dan rumah kepada Allah dalam firman-Nya, naaqatillahdan
wathahhir baitiya lith tM'ifin.9
Menjelang akhir, ayat ini ditutup dengan katasub!J..dna, yang memiliki makna
menjauhkan Allah dari segala sifat kekurangan dan kejelekan. Kata subbfinahu
(Allah), berarti si pengucap mengakni bahwa tidak ada sifat atau perbuatan Tuhan
yang kurang sempuma atau tercela, mengakui bahwa tidak ada ketetapan-Nya yang
tidak adil, bagi semua makhluk.
'O
Allah meluruskan sangkaan orang-orang Nasraniterhadap al-Masih, bahwa dia adalah Allah atau bahkan Allah itu sendiri.
Sesungguhnya Allah Swt. tak ada yang semisal Dia. Dia juga tidak beristri, yang
melahirkan bagi-Nya seorang anak. Allah tidak memiliki anak, namun
kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumL"
'QS.AI-Imrtln/3:59.Baea !cbill lengkapnya AJunad Mustafa al-Maraglliy, Taftir al-Martlghiy,
terj. olell Ballmn Abu Bakar, eta!., (Semarang : Thoha Putm, 1989), eel. ke-I, jilid 6, hal. 57
<'Ibn Katsir al-Dimasyqiy, Taftii' al-Qllr'tln al- 'Azhim,(Riyadh: Dar as-Salam, 1418 Hll998
M),jilid 2, h. 786
IOSaea Quraisll SlIillab,ap.cil.,h. 648
34
B. QS. AI-Ma'ida/tiSAyat 77
セ
Cr
I.,L
セ ゥセ
;rj:.J
1;.Jf \}j'J.;.J1
セ セNI
-} 1ft \} y\3J1
jNゥQセ
jj
... 1 1 ' " " " ' , , . . . ...
... : . . . . J. t
(VV:o/iJJUI)
j;.J1 "I).:. ;;. I;:"')
|セlyL:;ol)
, ,
Katakanlah, "Hai ahli kitab, janganlah kamu berIebih-Iebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia) dan mereka tersesat dati jalan yang lurus."'3
1. Asbdb al-Nuzill
Setelah penulis melacak di berbagai kitab Asbdb al-Nuzitl, penulis tidak
menemukan sebab turunnya ayat ini. Pada kitab-kitab tersebut, hanya ditemukan
asbab nuzul ayat sebelum dan sesudahnya ayat ini, yakni ayat 68 dan 82.
2. Munasabah Ayat
Ayat ini sangat bertalian dengan ayat-ayat sebelumnya, yaitu ayat 72-76 yang
berkisah tentang perbuatan orang-orang Nasrani terhadap Nabi Isa As. Allah telah
menganggap kafir orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah al-Masih.
Mereka meyakini bahwa Tuhan adalah satu substansi yang berada di tiga fisik,
Bapak, Anak, dan Roh Kudus. Tiga unsur ini adalah satu Tuhan (ayat 72-73). lni jelas
tidak masuk akal, bagaimana mungkin satu itu tiga atau tiga itu satu? Bapak bukan
anak dan anak bukan pula Roh Kudus.'4 Pernyataan mereka ini kemudian Allah
sanggah pada ayat selanjutnya (ayat 75) dengan mengatakan bahwa al-Masih itu
I3QS AI-Ala'jdah/5ayat 77. Depag.• op.ei/., h. 174
"Mullammad Ali a1-Sh:1bt1niy, Cahaya al-Qur'an, エ・セゥN Oleh Kathur Sllhardi, (Jakarta:
hanyalah seorang rasul dan keduanya (al-Masih dan Maryam) adalah seperti halnya
manusia biasa yang memakan makanan.
Setelah jelas kesesatan dan kekeliruan orang-orang Yahudi dan Nasrani,
kemudian mereka diingatkan agar tidak melampaui balas dalam beragama, termasuk
pelampauan batas yang telah mereka lakukan terhadap lsa
As.
3. Kandungan Ayat
"Katakanlah: Hai Ahl al-Kitab, Yahudi dan Nasrani, janganlah kamu berlebih-lebihan, yakni melampaui batas dalam agama kamu dengan cara yang tidak benar. jangan mempertuhankan Isa ataupun melecehkan beliau. Dan janganlah kamu berlaku seperti orang yang bersungguh-sungguh mengikuti hawa najsu orang-orang yang lelah sesat dahulu sebelum kedatangan Nabi Muhammad Saw. dan mereka tidak sekedar sesat, tetapi juga telah menyesatkan banyak orang, dan mereka sesat dari jalan yang lurnssetelah kedatangan Nabi Muhammad Saw.""
Pada ayat ini terkandung makna bahwa Allah melarang ahli kitab yang hidup
pada saat diturunkannya wahyu al-Qur'an agar tidak berlebih-Iebihan dalam agama
sebagaimana yang pernah menjadi kelakuan generasi sebelum mereka yang seagama.
Karena kelakuan generasi yang lalu benar-benar hanya memperturutkan hawa nafsu
dan meninggalkan sunnah rasul-rasul Allah. para nabi, dan orang-orang salih sebelum
mereka. Padahal mereka lah yang benar-benar beragama lauhid, tidak mengakui
kemusyrikan dan jauh dari sikap berlebihan dalam agama.
Kepercayaan pada trinitas dan upacara-upacara gereja yang diadakan setelah
generasi yang baik-baik seakan merubah hal itu semua. lbadah-ibadah yang tidak
36
pemah diizinkan Allah, pengharaman terhadap hal-hal yang baik mulai disyiarkan
oleh para pendeta dan orang-orang yang menganut faham mereka. Mereka juga
menganggap para nabi dan orang-orang salih di antara mereka sebagai
manusia-manusia sueLI6 Demikianlah perbuatan sesat yang mereka lakukan, mereka
benar-benar telah sesat dan telah banyak menyesatkan banyak orang akibat perbuatannya
itu, sehingga mereka semua ingkar dan jauh dari jalan yang hak dan mereka kufur
terhadap Allah serta mendustai al-Masih.17
Dapat juga firman Allah Yd Ahl al-Kitdb, hanya untuk kaum Nasrani saja
karena ayat ini disebutkan setelah keeaman-keeaman terhadap mereka. Dengan
demikian, larangan berlebihan pada ayat ini ditujukan pada kaum Nasrani agar tidak
berlebihan dalam memandang lsa As. sebagaimana orang Yahudi sebelum mereka
yang telah mengikuti hawa nafsunya.18
Pada ayat ini juga terkandung makna sebuah peringatan, agar kita umat
Muhammad tidak melakukan seperti yang mereka (ahl al-kitab) lakukan, agar kita
tidak mengerjakan dosa seperti yang mereka kerjakan dan agar umat ini tidak
mendapat azab dan beneana seperti yang menimpa mereka.
Rasulullah Saw. telah melarang ghuluw atas urnatnya, agar mereka tidak
berbuat seperti yang diperbuat oleh umat-umat terdahulu. Rasulullah Saw. bersabda:
16Al-Maraghiy,op.cil.. h. 310-311
<J.I
<f
;yWIy,.i
<f
セ
<J.I .)4j<f
J
y
wi
セエNNN
Gy,.i
セNN「M
..1l1..l.:J"
G..b-... '" __ ... t..-" J セLN "" ... d , " ...
セ
;. )0;1. :).bAlI
r-r..
セ
.I:v,
tLj
セ
..:111J4>
..:111jセセ
J
JI.; :JI.;
uセ
.... . . , . . .
JJo ; I " , , , ... " . . . "'.- 0' I)
"#Jlj
ts'4!j
セ
'Jy,
JL::.4
セ
Jt;
ッセ
-,i
PセGG[Gェ
t:Jj JJ;.J\セ
0-
オセ
...
. . . , ....
.....
セ(.u-i,I)-,)
J-jjl .}
セT
セ
0l5"
セ
W;.
セセ
J-jjl .}
... ,. ...
..
..
..."Ibnu 'Abbas berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda : Jauhilah oleh kamu sekalian sikap berlebihan, karena sesungguhnya sikap berlebihan itulah yang telah menghancurkan umat-umat sebelum kamu."19
Dalam hadis ini, Rasulullah memperingatkan umatnya untuk menjauhi
ghuluw dan menjelaskan bahwa ghuluw merupakan sebab kebinasaan umat-umat
terdahulu. Dari sini dapat diketahui sebab-sebab pengharaman ghuluw:20
a. Peringatan Rasulullah Saw. untuk menjauhi ghuluw. Peringatan artinya
larangan untuk berbuat suatu perbuatan.
b. Ghuluw merupakan sebab kebinasaan umat terdahulu. Sesuatu yang
menjadi sebab kebinasaan, jelas diharamkan.
Bahkan dalam hadis lain, Rasulullah Saw. bersabda:
<f
セNヲBB
<J.I<f
セ
<J.セj
Vセ
<J.セ
G..b- 4._セL
y,.i
<J..?v.
)-Ii
G..b-..1l1
J
r
jJ
lj :J
lj ..1l1..l.:J"
u--::i .:;.
J.:;-セi
<f
セ
.:;.
Jlk
<f
J# .:;. '-'
L...J...
11,.... ... ... J'" Al ) " . . ,
(rJ--
,1)-,) \.,")\;" セエ[ LMLセi セrL
J.y...
..:111J--"
19Imam Ahmad bin Hanbal. MusnadAhmad bin flanbal. (Beirul : Dar al-Fikr), jilid I, hal.
215
38
"Dan Ibnu Mas'ud bahwa Rasulullah Saw. bersabda: "Binasalah orang-orang yang berlebihan tindakannya."21
Lafazh al-mutanaththi'artinya orang yang berlebihan dan mengeraskan serta
memberatkan , baik dengan perkataan maupun perbuatan.22
Dan hadis ini jelaslah bahwa Rasulullah Saw. telah mengatakan bahwa
orang-orang yang berlebihan tindakannya akan binasa, bahkan kalimat ini diulangi
Rasulullah Saw. sebanyak tiga kali sebagai penegasan agar umatnya benar-benar
menjauhi sikap berlebih-Iebihan.
"Imam MusHm ibn Haiiaj al-Qusyairiy al-Naisaburiy,Shahl!!.Mustim, (Beirut: Dar al-Hadis,
1415 HI 1994M),jilid 8, h. 473
A. Ghuluwdalam Tradisi Umat Islam
1. Makna Ziarah Kubur
Telah dijelaskan pada pembahasan yang lalu bahwa Rasulullah Saw. melarang
urnatnya berlebih-Iebihan dalam agama karena binasanya orang-orang dahulu
sebelum umat Nabi Muhammad ini karena berlebih-lebihan dalam agama. Hal ini
seperti yang telah dikisahkan melalui kisahnya Nabi Nuh As. dimana umatnya ketika
itu membuat patung-patung orang salih pendahulu mereka, kemudian pada akhimya
disembahlah patung-patung tersebut, sehingga patung-patung tersebut menjadi
berhala-berhala yang disembah selain Allah. Inilah awal terjadinya perbuatan syirik
di muka bumi.
Rasulullah Saw. memerintahkan umatnya agar menjauhi segata bentuk
pengagungan terhadap makhluk, baik ketika hidup maupun setelah wafatnya.
Walaupun Rasut Saw. telah membolehkan umatnya untuk ziarah kubur, namun
ingatlah bahwa tujuannya tidak lain agar umatnya ingat kepada akhirat (kematian).
Nabi Saw. bersabda :
r"lP
y.l
G.h- : I}\,jJ')\j...\
Jv
J.
u-:J-IJ u"')y:-J.
jr
JIセ
J.
.,L"':'40
"'J " " " " I . . . 1 0 J, J . . "
...1
セ ッセエ[ェ
セ セ
PセQ
:w
Njセi
ッセエ[ェ
d-
セ
8
:ti
r-L)
セ
"»1
J-..
.... ..
.-..
... ." . . " , ...
... ...(<sl..rJlol)))
0/
'Ji
'jJJ
セセ
gィjセjセ
, ,
"Dari Sulaiman ibn Buraidah dari ayahnya berkata : Rasulullah saw bersabda: "Dahulu saya melarang kalian ziarah kubur, tetapi sekarang diizinkan kepada Muhammad untuk ziarah kubur ibunya. Maka ziarahlah kamu sekalian, karena ziarah kubur itu dapat mengingatkanmu kepada akhirat."I
Hadis ini memberikan arti bahwa Nabi Saw. telah mengizinkan umatnya
untuk ziarah kubur walaupun sebelumnya Nabi melarangnya. Hal ini disebabkan
karena kekhawatiran Nabi Saw. terhadap keimanan urnatnya yang masih relatif barn
masuk Islam, namun setelah Nahi Saw. melihat keimanan umatnya sudah mulai kuat
dan menganggap bahwa ada efek yang penting ketika seseorang ziarah kubur, maka
akhirnya Nabi Saw. membolehkannya.
Dalam hal ini, Rasulullah Saw. Juga mengungkapkan kekhawatiran dan
kegelisahan akan urnatnya terhadap kelakuan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang
menjadikan kuburan nabi-nabi sebagai tempat ibadah. Rasulullah Saw. bersabda :
, ' . . I- lI\
セ
J.
"»1
...yo.
J.
"»1
¥
i)p>-IJIj
(,Sf)l
,:f セ lip>-IJIj
0L...,J1
ylG...l>-.. .. GI . . . " " "" ... a;I,.. " lI\
c.).;:
JAb
tL:;
.y;,.
..»
1
セ
"»1
J:':"'::r. J)
t1
:)1lidl.,.P J.
..»
1
...yo.)
4..,;j\;;.01
..
..
...
..." J . . .. '" .. ... "'.. ... .... ts
"»1
a.w-2ll£y,:; -:
jwセZ[
d-
セセ
セi
「セ
セjセセ
セ
... ... ... ... ... ...
. , ' . ( ,J .J. '" ,., • I) ...
H\ウIセQ
01)))iセlZ
Njセ
Nセセ
エヲセQ
セセ
ijォjセ
cs):;",JI
J
セヲエ[ャャ
セ
'Muhammad ibn lsa ibn Surah al-Tinnidziy, Sunan al-nrmjdzjy, (Bcimt : Dar al-Fikr, 1414
HlI994M), jilid 2, It 330 Lillat juga parul matlmhadis yang lain lapi mcmiliki makna yang !lama pada
"Dari Aisyah Ra. Berkata, "Ketika kematian mendekati Rasulullah Saw. beliau menutupkan kain (selimutnya) pada wajahnya, lalu beliau buka lagi kain itu tatkala terasa menyesakkan napas. Ketika dalam keadaan demikian, beliau bersabda: "Semoga laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah." (HR. a1-BukhariyY
Dalam riwayat Muslim disebutkan, dari Jundab bin Abdullah, dia berkata, :
"Aku pemah mendengar Nabi Saw. bersabda lima hari sebelum wafatnya, beliau
bersabda:
"Sesungguhnya aku berserah diri kepada Allah sekiranya aku mempunyai kesayangan di antara kalian, karena sesungguhnya Allah telah menjadikan aku sebagai kesayangan sebagaimana Dia jadikan Ibrahim sebagai kesayangan. Sekiranya aku boleh jadikan kesayangan dari umatku, tentu aku akan jadikan Abu Bakar sebagi kesayangan. Ketabuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian biasa menjadikan kuburan nabi-nabi mereka dan orang-orang salih di antara mereka sebagai tempat ibadah. Ketahuilah.
2Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughirnh aJ-Bukhariy, Sha!li!1
42
janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah, karena sesungguhnya aku melarang yang demikian itu." (HR. Muslim)'
Dari dua hadis di atas, kiranya telah dapat dipahami bahwa Nabi Saw. Telah
melarang ziarah kubur dengan eara berlebihan sehingga kuburan tersebut dijadikan
tempat sembahan layaknya menyembah Allah. Namun demikian, kita juga tidak
boleh mengabaikan penghormatan yang semestinya kita lakukan terhadap kuburan.
Berilah salam atas mereka dan doakan mereka agar diterima di sisi Allah Swt. mereka
-orang-orang Yahudi dan Nasrani- telah menganggap orang-orang salih pendahulu
mereka sebagai orang-orang yang suci. Jika demikian dibolehkan, mengapa
Rasuiullah Saw. sebagai manusia yang paling suei sangat melarang keras umatnya
untuk meminta-minta di atas kuburan beliau. Bahkan ketika hari wafatnya hampir
tiba pun beliau masih sempat berpesan kepada sahabatnya. Hal ini membuktikan
bahwa Rasuiullah merasa khawatir jika kuburannya pun dijadikan tempat untuk
menyembah atau ibadah. Rasuiullah Saw. pemah bersabda yang diriwayatkan oleh
Imam Malik dalamal-Muwaththa':
.y;,
1iI1
セ
":»1 J.r-
J0i
Jt...J.
セャィNカ
y
セゥ
J.
セェ
Y
..:..lJL.
y
セjNZ^ᆳ