• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG ANAK PADA PELAYANAN PANTI ASUHAN DENGAN STUDI KASUS RUANG INTERIOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG ANAK PADA PELAYANAN PANTI ASUHAN DENGAN STUDI KASUS RUANG INTERIOR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain

OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG ANAK PADA PELAYANAN PANTI

ASUHAN DENGAN STUDI KASUS RUANG INTERIOR

Citra Lestari Oktaviana Andriyanto Wibisono

Program Studi Sarjana Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB

Email

Kata Kunci : anak yatim piatu, desain interior, panti asuhan, studi tata ruang

Abstrak

Anak yang tidak memiliki orang tua memerlukan dukungan lingkungan tumbuh kembang yang optimal. Kenyataannya, panti asuhan di Indonesia sebagai lingkungan utama mereka belum menerapkan standar pelayanan minimal pada perancangannya. Untuk itu, penulis melakukan peninjauan studi tentang panti asuhan dalam hal tata ruang, ergonomi, material, dan biaya mengacu pada standar pelayanan minimal panti asuhan untuk menghasilkan sebuah perancangan panti asuhan dengan memperhatikan fungsi dan tujuan awal panti asuhan, serta mengimplementasikan program aktivitas dan fasilitas menjadi sebuah rancangan visual desain interior. Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembangunan fasilitas serupa dan memacu desainer interior agar berpartisipasi lebih di bidang sosial kemasyarakatan.

Abstract

Orphans need supportive environment for their optimum growth and development. In fact, orphanages in Indonesia still have not implemented any minimum national standards in their design. For that matter, the author studies layout, ergonomic, material, and budget for designing an orphanage due to the national standards of orphanages in order to design orphanage that considers its functions and purpose, also applying the programs into an interior design visualization.. The output is meant to be a reference for constructing similar facility and a trigger for interior designers to have greater participation in their society.

1.

Pendahuluan

Di Indonesia, 52% anak panti asuhan kesulitan bersosialisasi dan menunjukkan problem psikologis, seperti inferior, pasif, apatis, menarik diri, putus asa, ketakutan, dan kecemasan (Hartini, 2001:114). Sebagai lingkungan tempat tinggal anak-anak yatim piatu, panti asuhan di Indonesia belum memiliki standar pelayanan minimal dan memiliki daya dukung kelembagaan, sumber daya manusia, finansial, dan sarana prasarana yang lemah (Hasil Deseminasi Standardisasi Panti Sosial, 2006).

Hasil survey lapangan yang dilakukan oleh penulis di beberapa panti asuhan di Kota Bandung menunjukkan bahwa fasilitas panti asuhan yang dapat mengoptimalisasi proses tumbuh kembang anak di dalamnya masih belum tersedia. Lebih khusus lagi jika dikaji dari ilmu desain interior dapat disimpulkan beberapa masalah dari hasil survey yang telah dilakukan yaitu:

• Besaran ruang di panti asuhan kurang memadai untuk memfasilitasi jumlah anak di dalamnya

• Furnitur yang tidak ergonomis dan tidak sesuai dengan antropometri tubuh anak

• Kurangnya kenyamanan dari segi pencahayaan dan warna

• Kurangnya kenyamanan dalam bentuk privasi dan kebebasan ditinjau dari segi tata ruang (Hasil analisis survey lapangan ke PSAA Bayi Sehat Bandung pada Februari 2013).

Dari poin-poin masalah di atas, diperlukan sebuah perancangan panti asuhan yang melibatkan peran desain interior dari segi tata ruang, warna dan pencahayaan, material dan pembiayaan, serta fungsi fasilitas tersebut. Perancangan ini bertujuan untuk mewujudkan gagasan pengelola/ pemilik lembaga/ institusi sosial dalam bentuk rancangan fisik desain interior bertolak dari konsep desain yang merespon isu fungsi, sosial budaya, serta ekonomi. Selain itu tujuan perancangan interior ini mengimplementasikan program-program aktivitas Panti Sosial Asuhan Anak yang telah tersusun pada laporan Pra Tugas Akhir menjadi rancangan visual desain interior yang mencakup:

• Program ruang

(2)

serta diharapkan dengan mengimplementasikan poin di atas rancangan visual tersebut dapat layak untuk dapat dilaksanakan pembangunan fisiknya. Perancangan fasilitas tersebut tentunya tetap memperhatikan tujuan utama dari sebuah panti sosial yaitu kesederhanaan dan kebersamaan.

Dalam mencapai tujuan tersebut dilakukan metode perancangan yang terdiri atas tiga kegiatan berupa:

• Studi Literatur

Studi ini dilakukan melalui pencarian data-data referensi yang berhubungan dengan topik penelitian. Bahan studi literatur tersebut didapatkan melalui pustaka nasional maupun internasional di perpustakaan maupun internet.

• Survey Lapangan dan Wawancara

Survey dilakukan melalui proses peninjauan kondisi dan fenomena yang terjadi lapangan di beberapa panti asuhan di Kota Bandung. Wawancara juga dilakukan dengan personel panti asuhan dan diskusi dengan ahli.

• Proses Bimbingan

Dalam perancangan Tugas Akhir ini dibuat melalui beberapa kali proses bimbingan dan asistensi dengan dosen pembimbing. Metode ini dilakukan untuk dapat menggali potensi desain dan sebagai simulasi diskusi pada saat pelaksanaan proyek kelak.

Kerangka pemikiran juga diterapkan untuk memudahkan proses studi kreatif yang dilakukan. Gambar 1 merupakan sistematika berpikir pada proses perancangan fasilitas panti asuhan. Pada awalnya, perumusan masalah dilakukan melalui proses peninjauan kondisi dan fenomena yang terjadi di lapangan. Pembatasan masalah dilakukan setelahnya untuk membatasi proses perancangan sehingga fokus permasalahan tidak menjadi semakin melebar dan kehilangan tujuan awal. Setelah pembatasan masalah, penulis melakukan pengumpulan data, baik melalui studi literatur nasional dan internasional maupun survey lapangan. Hasil data tersebut menjadi input pertimbangan untuk menyusun program dan konsep fasilitas yang kemudian menghasilkan berbagai alternatif solusi bagi proses perancangan fasilitas ini. Pada akhirnya, penilaian dan pemilihan solusi dilakukan dengan memperhatikan aspek fungsi dan tujuan, ekonomi, sosial, dan budaya bagi perancangan fasilitas panti asuhan yang dapat membantu optimalisasi proses tumbuh kembang anak yatim piatu.

Gambar 1. Sistematika berpikir proses perancangan fasilitas panti asuhan. Sumber : Laporan TA Fasilitas Pelayanan untuk Mengoptimalisasi Proses Tumbuh Kembang Anak di Panti Asuhan, Citra Lestari Oktaviana, 2013.

(3)

Citra Lestari Oktaviana

2.

Proses Studi Kreatif

Proses studi kreatif perancangan fasilitas panti asuhan ini dibagi menjadi dua tahap, yakni :

Tahap Penyusunan Program dan Konsep

Pada tahap ini dilakukan studi literatur mengenai anak yatim piatu, karakteristik dan kebutuhan dasar mereka sebagai pengguna utama. Studi difokuskan pada pengumpulan data mengenai Panti Sosial Asuhan Anak sebagai lingkungan tempat tinggal anak yatim piatu serta standar fasilitas Panti Sosial Asuhan Anak di Indonesia, baik secara studi pustaka, maupun studi lapangan dan wawancara. Gambar 2 merupakan skema proses studi dan hasil studi perancangan dan menggambarkan bahwa hasil dari proses studi kreatif dalam tahap ini akan menjadi acuan bagi penyusunan program kebutuhan ruang dan konsep. Konsep tersebut terdiri atas konsep tema desain secara keseluruhan dan konsep prinsip interior yang selanjutnya akan diimplementasikan dalam desain perancangan.

Tahap Eksekusi Desain

Dalam tahap eksekusi desain, proses studi kreatif dilakukan melalui studi-studi yang dianggap paling sesuai dengan fasilitas panti asuhan yang akan dirancang. Studi yang penulis lakukan antara lain studi tata ruang yang menyangkut organisasi ruang yang jika dilakukan dengan benar akan memberikan kenyamanan beraktivitas, baik secara individu maupun berkelompok kepada pengguna, serta kemudahan dalam proses pengawasan aktivitas anak-anak oleh pengasuh. Dalam studi warna dan pencahayaan ditekankan pada fungsi fasilitas yang merupakan ruang tinggal bagi pengguna sehingga warna yang dihardirkan memberikan atmosfer ketenangan dan kenyamanan. Selain itu penggunaan dan peletakan perangkat pencahayaan seefisien mungkin sangat penting untuk menghemat biaya operasional dan pembangunan. Studi selanjutnya adalah studi material dan pembiayaan. Pemilihan material tentunya akan sangat berpengaruh pada pembiayaan dan kualitas bangunan. Material dipilih berdasarkan prinsip keseimbangan antara kualitas dan harga. Selain itu material memiliki fungsi untuk menjawab berbagai kebutuhan (serbaguna). Studi terakhir merupakan studi fungsi yang memfokuskan pada kenyamanan pengguna, yakni penerapan ergononomi furnitur dan kesesuaian dimensi furnitur dengan antropometri tubuh anak.

(4)

3.

Hasil Studi dan Pembahasan

Setelah melalui dua tahap proses studi kreatif dalam perancangan fasilitas, penulis mendapatkan hasil studi akhir berupa konsep desain dan implementasinya pada ruang interior yang diharapkan dapat menjawab permasalahan yang telah dikemukakan pada awal artikel. Hasil studi akhir tersebut dijabarkan seperti berikut:

Konsep tema

Konsep tema perancangan panti asuhan adalah menciptakan sebuah lingkungan binaan yang dapat mendukung, menstimulasi, dan mendidik anak-anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal dan alami melalui lingkungan yang homy dan natural.

Konsep bentuk dan warna

Bentuk yang digunakan di dalam desain meliputi bentuk-bentuk geometris sederhana untuk menampilkan unsur kesederhanaan dan merupakan bentuk yang mudah dikenali anak-anak. Sedangkan warna yang diimplementasikan pada interior dapat memberikan kenyamanan dan keamanan dengan memberikan ketenangan dan kehangatan sebagai representasi awal mula hubungan ibu dan anak. Palet warna yang digunakan serta implementasinya pada ruang dapat dilihat di Gambar 3. Warna dominan yang dipilih adalah warna netral seperti putih dan coklat dengan aksen warna-warna pastel yang menyejukan (Ernst Neufert, Edisi ke-3).

Gambar 3. Konsep dan implementasi warna pada ruang. Sumber : Laporan TA Fasilitas Pelayanan untuk Mengoptima-lisasi Proses Tumbuh Kembang Anak di Panti Asuhan, Citra Lestari Oktaviana, 2013.

(5)

Citra Lestari Oktaviana

Konsep Furnitur dan Material

Implementasi desain furnitur dan pemilihan material pada ruang dapat dilihat di Gambar 4. Furnitur yang dipilih merupakan furnitur fungsional yang serbaguna. Dimensi furnitur sesuai dengan antropometri tubuh anak dengan material aman dan ramah bagi anak, yakni lunak, tidak tajam, tidak licin yang membuat tergelincir, tidak beracun, mudah dibersihkan atau dirawat. Pemilihan furnitur dan material akan berdampak pada biaya yang dikeluarkan pada masa pengadaan dan perawatan.

Konsep ruang dan sirkulasi

Tata ruang sangat penting dalam perancangan fasilitas ini karena dengan dana yang terbatas fungsi fasilitas sebagai tempat hunian pengguna perlu dimaksimalkan. Menurut pandangan penulis, organisasi ruang yang baik dapat memberikan kenyamanan dalam segi privasi untuk pengguna serta kebebasan untuk beraktivitas, baik secara individu maupun berkelompok. Untuk menghemat biaya pembangunan dan perawatan, ruangan juga harus dapat berfungsi serbaguna. Pengguna utama yakni anak-anak tentunya memerlukan pengawasan dari pengasuh sehingga ruang perlu ditata sedemikian rupa untuk memudahkan proses pengawasan terhadap aktivitas aktif anak-anak. Organisasi ruang terlihat pada Gambar 5 dengan kasus ruang belajar dan ruang tidur anak usia sekolah serta program belajar di fasilitas tersebut.

Gambar 4. Konsep dan implementasi furnitur dan material pada ruang. Sumber : Laporan TA Fasilitas Pelayanan untuk Mengoptimalisasi Proses Tumbuh Kembang Anak di Panti Asuhan, Citra Lestari Oktaviana, 2013.

(6)

Konsep utilitas ruang

Menstimulasi kegiatan aktif anak dan memberikan kenyamana psikologis bentuk perlindungan dan privasi.

o Pencahayaan

Memaksimalkan pencahayaan alami dengan pengaturan jumlah cahaya yang masuk melalui filter berupa elemen interior ataupun green barrier. Pencahayaan buatan juga diimplementasikan pada ruang dengan memperhatikan ketepatan penempatan dan efisiensi penggunaan perangkat pencahayaan. Konsep pencahayaan dan implementasinya pada ruang dapat dilihat pada Gambar 6. Penggunaan lampu TL hemat energi serta aplikasi warna dinding ataupun langit-langit yang terang dapat mengurangi penggunaan energi yang berlebihan.

o Penghawaan

Memaksimalkan penghawaan alami yang tersaring oleh green barrier di sekitar tapak melalui bukaan jendela.

o Keamanan

Konsep keamanan diimplementasikan dalam organisasi area ruang anak dengan mendapatkan pengawasan maksimal ketika mengakses ruang tersebut, seperti contohnya kamar mandi. Keamanan anak ketika mengakses ruangan ini diperlihatkan pada Gambar 7. Dinding rendah dengan jarak pandang yang tinggi untuk memudahkan pengawasan diaplikasikan pada ruang ini, serta hilangnya sekat pada bilik kamar mandi akan memudahkan proses pengawasan dan pengasuhan pada anak-anak. Antropometri tubuh anak yang berbeda dari orang dewasa diakomodasi dengan adanya alat bantu yang membantu mereka untuk dapat belajar melakukan aktivitas secara mandiri.

Gambar 7. Konsep dan implementasi keamananan pada ruang. Sumber : Laporan TA Fasilitas Pelayanan untuk Men-goptimalisasi Proses Tumbuh Kembang Anak di Panti Asuhan, Citra Lestari Oktaviana, 2013.

Gambar 6. Konsep dan implementasi pencahayaan pada ruang. Sumber : Laporan TA Fasilitas Pelayanan untuk Men-goptimalisasi Proses Tumbuh Kembang Anak di Panti Asuhan, Citra Lestari Oktaviana, 2013.

(7)

Citra Lestari Oktaviana

4.

Penutup / Simpulan

Dalam perancangan fasilitas panti asuhan untuk mengoptimalisasi tumbuh kembang anak di panti asuhan, desain interior memiliki peranan yang penting. Perancangan fasilitas tersebut tentunya tetap memperhatikan tujuan utama dari sebuah panti sosial yaitu kesederhanaan dan kebersamaan. Oleh karena itu aspek fungsi, ekonomi, sosial, dan budaya sangat menjadi sorotan dalam perancangan fasilitas panti asuhan.

Aspek yang menjadi pertimbangan tersebut dapat dilihat dari implementasi desain yang diterapkan pada perspektif ruang-ruang yang menjadi bahasan dalam proyek perancangan. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya penataan tata ruang dengan fungsi ruang yang serbaguna, pemilihan material dan perangkat utilitas ruang yang seimbang secara kualitas dan pembiayaan, serta perancangan fasilitas dengan mempertimbangkan kenyamanan anak-anak sebagai pengguna utama yang diperlihatkan dalam pemilihan material yang ramah untuk anak dan dimensi furnitur yang sesuai dengan antropometri tubuh mereka.

Selain menjadi acuan bagi perancangan fasilitas serupa di kemudian hari, hasil studi ini juga diharapkan memacu desainer interior agar berpartisipasi lebih di bidang sosial kemasyarakatan.

Ucapan Terima Kasih

Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana Desain Interior FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Andriyanto Wibisono.

Daftar Pustaka

Kementerian Sosial. 2011. Standar Nasional Pengasuhan untuk Panti Sosial Asuhan Anak. Jakarta: Tidak diterbitkan Neufert, Ernst and Peter. Architects’Data: Third Edition. Blackwell Science

Oktaviana, Citra Lestari. 2013. Laporan Tugas Akhir : Fasilitas Pelayanan untuk Mengoptimalisasi Proses Tumbuh Kembang Anak di Panti Asuhan. Bandung : Tidak diterbitkan

Panduan Pelaksanaan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) untuk Pemenuhan Hak-Hak Dasar Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus.

Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor: 30/HUK/2011 Tentang Standar Nasional Pengasuhan untuk Panti Sosial Asuhan Anak

Santrock, John W., 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga

Teori Psikologi Persepsi , Mata Kuliah Psikologi Desain oleh Lies Neni Budiarti, M.Si

Undang-Undang Republik Indonesia No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 ayat 1 UNICEF.. How to Create Child Friendly Environment Guide Book. Bangladesh: Tidak diterbitkan.

Gambar

Gambar 1. Sistematika berpikir proses perancangan fasilitas panti asuhan. Sumber : Laporan TA Fasilitas Pelayanan  untuk Mengoptimalisasi Proses Tumbuh Kembang Anak di Panti Asuhan, Citra Lestari Oktaviana, 2013
Gambar 2. Skema proses studi kreatif dan hasil studi perancangan. Sumber : Dok. Pribadi
Gambar 3. Konsep dan implementasi warna pada ruang. Sumber : Laporan TA Fasilitas Pelayanan untuk Mengoptima- Mengoptima-lisasi Proses Tumbuh Kembang Anak di Panti Asuhan, Citra Lestari Oktaviana, 2013
Gambar 5. Konsep dan implementasi tata ruang pada fasilitas perancangan. Sumber : Laporan TA Fasilitas Pelayanan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang Persepsi Mahasiswa FISIP UNDIP Terhadap Kebijakan.. Rcmunerasi ini terwujud berawal dari keprihatinan penulis akan situasi dan kondisi

Instruksi Kepada Peserta (IKP) ietm 18.7 yaitu Apabila peserta yang lulus pembuktian kualifikasi, kurang dari 3 (tiga) maka seleksi dinyatakan gagal ;dan item 22.1 yaitu Apabila

Menurut Dewan Pertimbangan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) tahun 1999, standar praktik keperawatan merupakan komitmen profesi keperawatan dalam

M aka t indakan yang dapat dilakukan oleh pemerint ah adalah mengurangi jumlah uang beredar dan meningkat kan persediaan barang.. perubahan fisik

( market-based view ); (4) Masukan bagi konsumen jasa pendidikan tinggi swasta sebagai bahan evaluasi apakah keinginan mereka ( voice of the customers ) telah

Pasal 10 ayat (1) tidak lagi memenuhi dan melaksanakan Standar Usaha Jasa Konsultan Pariwisata yang berlaku berdasarkan Sertifikat Usaha Jasa Konsultan Pariwisata yang

Hal ini relevan dengan teori yang menyatakan bahwa Sektor yang memiliki teknologi sistem informasi akuntansi yang lebih baik atau terotomatiasi dan tersentral

PENGEMBANGAN TES TERTULIS PADA MATERI PENGANTAR KIMIA MENGGUNAKAN MODELTRENDS IN INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY(TIMSS).. Universitas Pendidikan Indonesia |