• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Yuridis Terhadap Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Usaha Waralaba Menurut Undang-undang No. 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba (Studi KasusPada Usaha Waralaba PT. Indomaret

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Yuridis Terhadap Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Usaha Waralaba Menurut Undang-undang No. 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba (Studi KasusPada Usaha Waralaba PT. Indomaret"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Guna Memperleh

Gelar Sarjana Hukum

OLEH Susi Nurbayani NIM : 080200052

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Guna Memperleh

Gelar Sarjana Hukum

OLEH Susi Nurbayani NIM : 080200052

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

Disetujui Oleh : KETUA DEPARTEMEN

DR. HASIM PURBA, SH, MH.Hum NIP. 19660301985081001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Syamsul Rizal, SH.M.Hum Aflah, SH, M.Hum NIP. 196402161989111001 NIP. 197005192002122002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

i

SWT, sang Maha Pemberi jalan kepada ummat, yang telah mencurahkan Rahmad dan Karunia yang begitu besar kepada penulis sehingga penulis skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Shalawat beriring salam penulis haturkan pada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW semoga kita mendapat Syafaat di hari akhir kelak.

Adalah menjadi kewajiban bagi Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuat suatu skripsi dalam rangka menyelesaikan masa kuliahnya. Untuk mencapai Gelar Sarjana Hukum itulah, penulis juga membuat suatu skripsi yang berjudul “KAJIAN YURIDIS TERHADAP KETENTUAN

TATA CARA PELAKSANAAN USAHA WARALABA MENURUT

UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA (STUD KASUS PADA USAHA WARALABA PT. INDOMARET)

Kesadaran penulis akan tidak sempurnanya hasil penulisan skripsi ini membawa harapan yang besar pada semua pihak agar dapat memberikan kritik dan saran yang konstruktif guna menghasilkan sebuah skripsi yang lebih baik dan lebih sempurna bagi lagi baik dari segi materi maupun cara penulisan dimasa mendatang.

(4)

menjadi Sarjana Hukum yang berguna bagi nusa dan bangsa. Untuk adik-adik ku yang selalu merindukanku terima kasih atas doa dan dukungan kalian selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Syafruddin, SH, DFM selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Muhammad Husni, SH, M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Keperdatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

6. Bapak Syamsul Rizal,SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I terima kasih penulis ucapkan atas bimbingan dan kesabaran Bapak selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Aflah,SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II terima kasih penulis ucapkan atas bimbingan dan kesabaran Ibu selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

(5)

Tidak lupa juga buat teman-temanku Suci, Dian, Arien, Cynthia, Ririn, thank’s ya atas motivasi kalian sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Makasih juga buat Kak Ria, kak Yuna, kak Lisa, kak Sari, bg Dedi, bg Indra, bg Dian, dan bang Syawal yang udah bantuin saya dalam penyelesaian skripsi ini.

Demikianlah semoga tulisan ini bermanfaat dan menjadi amal sholeh bagi penulis dalam meraih ilmu pengetahuan, khususnya ilmu hukum.

Medan, 2012 Penulis

(6)

iv

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAKSI ... vi

Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penulisan... 7

D. Manfaat Penulisan... 7

E. Metode Penelitian... 8

F. Keaslian Penulisan... 10

G. Sistematika Penelitian ... 10

BAB II :PENGATURAN BISNIS WARALABA ( FRANCHISE) DALAM KERANGKA HUKUM NASIONAL DI INDONESIA A. Sejarah Waralaba ( Franchise) ... 12

B. Pengertian dan Definisi Waralaba ... 15

C. Perjanjian Waralaba di Indonesia ... 27

D. Tata Cara Pendaftaran Waralaba di Indonesia ... 35

BAB III : PROSEDUR PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA DI PT.INDOMARET A. Gambaran umum PT.Indomaret ... 39

B. Karakteristik perjanjian Frenchise PT,Indomaret ... 47

(7)

BAB IV : HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA PT.INDOMARET

A. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Waralaba Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba ... 58 B. Perlindungan Hukum Bagi Pemberi Waralaba Dalam Hal Terjadi

Keterlambatan Pembayaran Royalty Pada Perjanjian Waralaba di PT.Indomaret ... 65 C. Penyelesaian Sengketa Yang Terjadi Serta Berakhirnya Perjanjian

Waralaba di PT.Indomaret ... 67

BAB V : PENUTUP

(8)

vi

Susi Nurbayani *)1 Syamsul Rizal, SH.M.Hum **) 2

Aflah, SH, M.Hum ***) 3

ABSTRAK

Dalam perkembangan ekonomi sekarang ini meliputi banyak variabel diantaranya jual beli, barter sampai kepada leasing, go publichingga sistem bisnis franchising dan kegiatan tersebut mencakup produksi, konsumsi dan distribusi. Franchising atau Usaha bisnis waralaba merupakan suatu sistim bisnis yang menjual produk dan jasa pelayanan Sistem ini melibatkan pihak pemilik usaha waralaba (franchisor) di satu pihak yang memberikan lisensi kepada pihak lainnya (pemegang usaha waralaba atau franchise) untuk membuka usaha bisnis dengan menggunakan nama dagang pihak pemilik waralaba.

Perjanjian waralaba merupakan perjanjian khusus karena tidak dijumpai dalam KUH Perdata. Perjanjian ini dapat diterima dalam hukum karena di dalam KUH Perdata ditemui satu pasal yang mengatakan adanya kebebesan berkontrak. Pasal itu mengatakan bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya (Pasal 1338 KUH Perdata). Bentuk perjanjian waralaba adalah perjanjian tertulis sesuai dengan Pasal 4 ayat (1) PP Waralaba.

Dalam perjanjian waralaba yang telah disepakati oleh para pihak pemberi dan penerima waralaba antara PT.Indomaret sebagai pemberi waralaba (Franchisee) kepada Frenchisor terdapat pasal perjanjian tentang wanprestasi. Apabila terjadi keterlambatan dalam pembayaran royalti, maka bagi pemberi waralaba (frenchisee) PT.Indomaret dapat menuntut si Penerima Waralaba (Frenchisor) sesuai dengan klausal perjanjian yang telah dibuat yakni tentang wanprestasi. Apabila terjadi perselisihan, maka tindakan pertama yang dilakukan PT.Indomaret dengan frenchiseenya adalah dengan mediasi.

Untuk menghindari masalah dalam pelaksanaan perjanjian bisnis waralaba, franchisor harus melakukan seleksi ketat terhadap para franchisee/kandidat yang benar-benar telah terkualifikasi dengan baik (tidak hanya sekedar modal).

Kata Kunci : Tata Cara Pelaksanaan Usaha Waralaba.

1

Mahasiswa Departemen Hukum Keperdataan FH USU

2

Dosen Pembimbing I Departemen Hukum Keperdataan FH USU

3

(9)

1 A. Latar Belakang

Pembangunan di bidang perekonomian merupakan pembangunan yang paling utama di Indonesia. Hal ini dikarenakan keberhasilan di bidang ekonomi akan mendukung pembangunan di bidang lainnya. Dengan kata lain jika masyarakat sudah sejahtera, maka lebih mudah bagi pemerintah untuk melaksanakan pembangunan di bidang politik, social budaya dan hankam. Masyarakat secara keseluruhannya akan menghadapi persoalan-persoalan yang bersifat ekonomi, yaitu persoalan yang menghendaki seseorang dalam suatu perusahaan atau suatu masyarakat membuat keputusan tentang cara yang terbaik untuk melakukan suatu kegiatan ekonomi4.

Kegiatan ekonomi ini berkembang dan hidup sesuai dengan perkembangan zaman dari yang paling sederhana sampai pada suatu sistem yang sangat rumit yang meliputi banyak variabel diantaranya jual beli, barter sampai kepada leasing, go public hingga sistem bisnis franchising dan kegiatan tersebut mencakup produksi, konsumsi dan distribusi. Franchising atau Usaha bisnis waralaba merupakan suatu sistim bisnis yang menjual produk dan jasa pelayanan Sistem ini melibatkan pihak pemilik usaha waralaba (franchisor) di satu pihak yang memberikan lisensi kepada pihak lainnya (pemegang usaha waralaba atau

4

(10)

franchise) untuk membuka usaha bisnis dengan menggunakan nama dagang pihak pemilik waralaba.

Usaha waralaba pada dasarnya merupakan konsep pemasaran/cara untuk menjual produk dan jasa pelayanan ke pasaran dibawah nama dagang atau simbol komersial lainnya milik pihak pemilik usaha waralaba. Sebagai pengganti penggunaan merek dagang yang dimiliki oleh si pemilik usaha waralaba, pihak pemegang usaha waralaba memberikan bayaran.

Bayaran tersebut berhubungan dengan modal investasi awal, barang-barang atau pelayanan, pelatihan atau royalti5. Istilah franchise yang sudah di Indonesia kan menjadi waralaba. Waralaba berasal dari kata “wara” yang berarti lebih istimewa dan laba berarti untung. Jadi kata waralaba berarti usaha yang memberikan keuntungan lebih/istimewa6. Secara hukum wararalaba berarti persetujuan legal atas pemberian hak atau keistimewaan untuk menawarkan suatu produk/jasa dari pemilik (pewaralaba) kepada pihak lain (terwaralaba) yang diatur dalam suatu permainan tertentu. Dalam PP. RI. No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba Pasal 1 ayat 1 menyatakan:

“Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain, berdasarkan perjanjian waralaba”.

5

www.business.vic.gov.au diakses pada tanggal 16 Mei 2012 6

(11)

Sedangkan menurut Peraturan Menteri perdagangan No.12 / M – DAG / PER/3/2006 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba, Pasal 1 Ayat 1 menyatakan:

”Waralaba (Franchise) adalah perikatan antara pemberi waralaba dengan penerima waralaba diberikan hak untuk menjalankan usaha dengan memanfaatkan dan/atau menggunakan hak kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pemberi waralaba dengan sejumlah kewajiban menyediakan dukungan konsultasi operasional yang berkesinambungan oleh pemberi waralaba kepada penerima waralaba”

Di samping pengertian tersebut, ada pengertian waralaba menurut doktrin sebagaimana yang dikemukakan oleh Abdurrahman :

”Secara umum waralaba dikenal dengan istilah franchise yang berarti persetujuan atau perjanjian (kontrak) antara leveransir dan pedagang eceran atau pedagang besar, yang menyatakan bahwa yang tersebut pertama itu memberikan kepada yang tersebut terakhir itu suatu hak untuk memperdagangkan produknya, dengan syarat-syarat yang disetujui oleh kedua belah pihak”7.

Selain itu ada pula pengertian waralaba menurut Juajir Sumardi :

Franchiseadalah sebuah metode pendistribusian barang dan jasa kepada masyarakat konsumen, yang dijual kepada pihak lain yang berminat. Pemilik dari metode yang dijual ini disebut (franchisor), sedangkan pembeli yang berhak untuk menggunakan metode ini disebut (franchisee)8.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, diketahui bahwa waralaba merupakan salah satu bentuk format bisnis dimana pihak pertama yang disebut

7

Abdurrahman A, Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan, Perdagangan. Jakarta, PT. Paradnya Paramita. 1970, hlm. 424

(12)

pemberi waralaba (franchisor) memberikan hak kepada pihak kedua yang disebut penerima waralaba (franchise) untuk mendistibusikan barang/jasa dalam lingkup area geografis dan periode waktu tertentu dengan mempergunakan merek, logo, dan sistem operasi yang dimiliki dan dikembangkan oleh franchisor9. Pemberian hak ini dituangkan dalam bentuk perjanjian waralaba (franchise agreement)10.

Perjanjian waralaba tersebut merupakan salah satu aspek perlindungan hukum kepada para pihak dari perbuatan merugikan pihak yang lain. Hal ini dikarenakan perjanjian dapat menjadi dasar hukum yang kuat untuk menegakkan perlindungan hukum bagi para pihak. Jika salah satu pihak melanggar isi perjanjian, maka pihak yang lain dapat menuntut pihak yang melanggar tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku11.

Waralaba digambarkan sebagai perpaduan bisnis “besar” dan “kecil” yaitu perpaduan antara energi dan komitmen individual dengan sumber daya dan kekuatan sebuah perusahaan besar. Waralaba adalah suatu pengaturan bisnis dimana sebuah perusahaan (franchisor) memberi hak pada pihak independen (franchisee) untuk menjual produk atau jasa perusahaan tersebut dengan peraturan yang ditetapkan oleh franchisor. Franchisee menggunakan nama, goodwill, produk dan jasa, prosedur pemasaran, keahlian, sistem prosedur operasional, dan fasilitas penunjang dari perusahaan franchisor. Sebagai imbalannya franchisee membayar initial fee dan royalti (biaya pelayanan manajemen) pada perusahaan franchisor seperti yang diatur dalam perjanjian waralaba12.

9

IKADIN, Aspek –Aspek Hukum tentang Franchise, Bandung, 1997, hlm.154 10

Juajir Sumardi,Op Cit, hlm.39 11

Juajir Sumardi, Op Cit. hlm. 44 - 45 12

(13)

Bisnis waralaba adalah tren bisnis masa depan dengan resiko kegagalan yang kecil dimana pertumbuhannya sangat pesat dan memberi warna tersendiri dalam perekonomian Indonesia. Perjanjian waralaba merupakan salah satu aspek perlindungan hukum kepada para pihak dari perbuatan yang merugikan pihak lain. Jika salah satu pihak melanggar isi perjanjian waralaba, maka pihak yang lain dapat menuntut pihak yang melanggar sesuai dengan hukum yang berlaku. Dalam hal ini Pemerintah telah berperan aktif di dalam membuat peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan waralaba ini sebagai bentuk perlindungan hukum dan jaminan kepastian hukum. Pelaksanaan perjanjian bisnis waralaba di PT. Indomart berpedoman kepada perundang-undangan dan tunduk kepada Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang Perjanjian.

Pada sisi lain seorang atau suatu pihak penerima waralaba yang menjalankan kegiatan usaha sebagai mitra usaha pemberi waralaba dalam hal ini yang berlaku di PT. Indomaret, menurut ketentuan dan tata cara yang diberikan, juga memerlukan kepastian bahwa kegiatan usaha yang sedang dijalankan olehnya tersebut memang benar-benar teruji dan memang merupakan suatu produk yang disukai masyarakat serta akan dapat memberikan suatu manfaat (finansial) baginya. Ini berarti waralaba sesungguhnya juga memiiliki satu aspek yang penting baik itu bagi pengusaha pemberi waralaba maupun mitra usaha penerima waralaba yaitu masalah kepastian dan perlindungan hukum.

(14)

penegakan hukum (rule of law) merupakan tanggung jawab yang harus direalisasikan untuk memberikan pelayanan dan keadilan hukum bagi warganya demi terciptanya ketertiban dan keselarasan dalam kehidupan. Bagaimanapun perlindungan hukum merupakan hak bagi setiap warga negara dimanapun berada dan Pemerintah mempunyai tanggung jawab besar untuk menegakkan hukum demi terselenggarakannya perlindungan hukum bagi warganya tanpa ada diskriminasi. Campur tangan yang dilakukan pihak Pemerintah ini diwujudkan melalui sarana hukum, sedangkan apa yang dimaksudkan dengan hukum adalah dengan berbagai bentuk peraturan perundangan khususnya dalam bidang bisnis waralaba. Lebih dari itu hukum apabila diamati dengan menggunakan optik hukum dan masyarakat, yakni melihat hukum tidak hanya sebagai fungsi dari peraturan, melainkan juga kebijakan (policy) pelaksanaannya serta tingkah laku masyarakat13.

B. Rumusan Masalah

Dalam skripsi ini penulis memfokuskan pada pelaksanaan perjanjian bisnis waralaba, di mulai dari pelaksanaan bisnis waralaba itu sendiri, dari segi tatacara pendaftaran waralaba tersebut sampai ketentuan-ketentuan yang mengatur terhadap perlindungan hukumnya bagi para pihak. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, ada beberapa macam permasalahan yang diangkat, antara lain :

1. Bagaimanakah Pengaturan Bisnis Waralaba (Franchise) Dalam Kerangka Hukum Nasional di Indonesia ?

13

(15)

2. Bagaimanakah Prosedur Pelaksanaan Perjanjian Waralaba di PT.Indomaret? 3. Bagaimanakah Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Waralaba di

PT.Indomaret ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini yang dilakukan dalam skripsi mengenai Kajian Yuridis Terhadap Ketentuan Tatacara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba dalam Rangka Pemberian Perlindungan Hukum Terhadap Usaha Kecil (Studi Kasus PT. Indomart) adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui seperti apakah Pengaturan Bisnis Waralaba (Franchise) Dalam Kerangka Hukum Nasional di Indonesia.

2. Untuk mengetahui Prosedur Pelaksanaan Perjanjian Waralaba di PT.Indomaret.

3. Untuk mengetahui seperti apakah Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Waralaba di PT.Indomaret.

D. Manfaat Penulisan

Berdasarkan penulisan ini diharapkan dapat diambil manfaatnya baik bagi penulis sendiri maupun bagi pihak lain. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

(16)

b. Dapat memberikan bahan dan masukan serta referensi bagi penelitian yang dilakukan selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan kepada pihak-pihak yang melakukan perjanjian waralaba.

b. Memberikan informasi yang jelas kepada para pembaca skripsi ini dan masyarakat pada umumnya tentang tatacara pendaftaran pelaksanaan waralaba serta perlindungan hukum terhadap usaha kecil.

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan karya imliah data adalah merupakan dasar utama, karenanya metode penelitian sangat diperlukan dalam penyusunan skripsi. Oleh karena itu dalam penyusunan skripsi ini penulis menyusun data dengan menghimpun data-data yang ada referensinya dengan masalah yang diajukan. 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Dalam metode pengumpulan data melalui library research ini maka penulis melakukannya dari berbagai sumber bacaan yang berhubungan dengan judul pembahasan, baik itu dari literatur-literatur ilmiah, majalah, peraturan perundang-undangan.

2. Sifat Penelitian

(17)

3. Sumber Data

Adapun sumber data yang penulis pergunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data Sekunder

Data sekunder terdiri dari:

1) Bahan hukum primer (yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat) terdiri dari:

- Norma dasar pancasila;

- Peraturan dasar, batang tubuh UUD 1945, Tap MPR; - Peraturan perundang-undangan;

- Bahan-bahan hukum yang tidak dikoodifikasikan; - Jurisprudensi;

- Traktat

2) Bahan hukum sekunder (bahan hukum yang tidak mempunyai kekuatan, dan hanya berfungsi sebagai penjelas dari bahan hukum primer), yang terdiri dari:

- Perundang-undangan;

- Hasil karya ilmiah para sarjana; - Hasil penelitian;

3) Bahan hukum tersier

(18)

b. Data Primer

Yaitu data-data yang berupa keterangan-keterangan yang berasal dari pihak yang terlibat dengan objek yang diteliti yang dimaksudkan untuk memperjelas data sekunder.

F. Keaslian Penulisan

Adapun judul tulisan ini adalah Kajian Yuridis Terhadap Ketentuan Tatacara Pelaksanaan Usaha Waralaba Menurut Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2007 Tentang Waralaba (Studi Kasus Pada Usaha Waralaba PT.Indomaret), judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama, sehingga tulisan ini asli dalam hal tidak ada judul yang sama. Dengan demikian ini keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap – tiap bab terbagi atas beberapa sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan,Latar Belakang,Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan,Metode Penelitian, Keaslian Penulisan,Sistematika Penelitian

Bab II : Pengaturan Bisnis Waralaba ( Franchise ) Dalam Kerangka Hukum Nasional di Indonesia

(19)

Bab III : Prosedur Pelaksanaan Perjanjian Waralaba di PT.Indomaret Gambaran umum PT.Indomaret, Karakteristik perjanjian frenchise PT.Indomaret, Klausul dalam perjanjian Frenchise PT.Indomaret Bab IV : Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Waralaba di

PT.Indomaret, Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Waralaba Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba, Perlindungan Hukum Bagi Pemberi Waralaba Dalam Hal Terjadi Keterlambatan Pembayaran Royalty Pada Perjanjian Waralaba di PT.Indomaret, Penyelesaian Sengketa Yang Terjadi Serta Berakhirnya Perjanjian Waralaba di PT.Indomaret Bab V : Penutup, Kesimpulan, Saran

DAFTAR PUSTAKA

(20)

12

A.

Sejarah Waralaba

Bisnis waralaba adalah tren bisnis masa depan dengan resiko kegagalan yang kecil dimana pertumbuhannya sangat pesat dan memberi warna tersendiri dalam perekonomian Indonesia. Perjanjian waralaba merupakan salah satu aspek perlindungan hukum kepada para pihak dari perbuatan yang merugikan pihak lain. Jika salah satu pihak melanggar isi perjanjian waralaba, maka pihak yang lain dapat menuntut pihak yang melanggar sesuai dengan hukum yang berlaku. Dalam hal ini Pemerintah telah berperan aktif di dalam membuat peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan waralaba ini sebagai bentuk perlindungan hukum dan jaminan kepastian hukum. Pelaksanaan perjanjian bisnis waralaba di PT. Indomarco Prismatama (Indomaret) berpedoman kepada perundang-undangan dan tunduk kepada Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang Perjanjian.

Sejarah franchisedimulai di Amerika Serikat oleh perusahaan mesin jahit singer sekitar tahun 1850-an. Pada saat itu, Singer membangun jaringan distribusi hampir di seluruh daratan Amerika untuk menjual produknya.

(21)

mesin jahit, akan tetapi juga memberikan layanan perbaikan dan perawatan kepada konsumen.14

Walaupun tidak terlampau berhasil, Singer telah menebarkan benih untuk franchising di masa yang akan datang dan dapat diterima secara universal. Pola ini kemudian diikuti oleh industri oleh industri mobil, industri minyak dengan pompa bensinnya serta industri minuman ringan. Mereka ini adalah para produsen yang tidak mempunyai jalur distribusi untuk produk-produk mereka, sehingga memanfaatkan sistem franchise ini di akhir-akhir abad ke 18 dan diawal abad ke 19.

Sesudah perang dunia ke 2, usaha eceran mengadakan perubahan dari orientasi produk ke orientasi pelayanan. Disebabkan kelas menengah mulai sangat mobile dan mengadakan relokasi dalam jumlah besar ke daerah-daerah pinggiran kota, maka banyak rumah makan/restoran atau drive in mengkhususkan dalam makanan siap saji dan makanan yang bisa segera di makan di perjalanan.15

Pada awalnya istilah franchise tidak dikenal dalam kepustakaan Hukum Indonesia, hal ini dapat dimaklumi karena memang lembaga franchise ini sejak awal tidak terdapat dalam budaya atau tradisi bisnis masyarakat Indonesia. Namun karena pengaruh globalisasi yang melanda di berbagai bidang, maka franchise ini kemudian masuk ke dalam tatanan budaya dan tatanan hukum masyarakat Indonesia.16

14

Deden Setiawan, Franchise Guide Series – Ritel, Dian Rakyat, 2007, hlm. 13 15

http : www.waralaba.com, 19.00 WIB tanggal 30 Maret 2012

16

(22)

Waralaba mulai ramai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1970-an dengan mulai masuknya franchise luar negeri seperti Kentucky Fried Chicken, Swensen, Shakey Pisa dan kemudian diikuti pula oleh Burger King dan Seven Eleven, Walaupun sistem franchise ini sebetulnya sudah ada di Indonesia seperti yang diterapkan oleh Bata dan yang hampir menyerupainya ialah SPBU (pompa bensin).17

Pada awal tahun 1990-an International Labour Organization(ILO) pernah menyarankan Pemerintah Indonesia untuk menjalankan sistem franchise guna memperluas lapangan kerja sekaligus merekrut tenaga-tenaga ahli franchise untuk melakukan survei, wawancara, sebelum memberikan rekomendasi. Hasil kerja para ahli franchise tersebut menghasilkan “Franchise Resource Center” dimana tujuan lembaga tersebut adalah mengubah berbagai macam usaha menjadi franchise serta mensosialisasikan sistem franchise ke masyarakat Indonesia.

Istilah franchise ini selanjutnya menjadi istilah yang akrab dengan masyarakat, khususnya masyarakat bisnis Indonesia dan menarik perhatian banyak pihak untuk mendalaminya kemudian istilah franchise dicoba di Indonesiakan dengan istilah ‘waralaba’ yang diperkenalkan pertama kali oleh Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Manajemen (LPPM) sebagai padanan istilah franchise. Waralaba berasal dari kata wara (lebih atau istimewa) dan laba (untung), maka waralaba berarti usaha yang memberikan laba lebih/istimewa.18

Pertumbuhan bisnis waralaba yang tumbuh subur di Indonesia, pada prinsipnya tidak lepas dari peran serta dari merek-merek waralaba lokal.

17

Deden Setiawan, op. cit, hlm. 6

(23)

Perkembangan waralaba lokal yang semakin pesat, bisa dilihat dari masih sangat terbukanya peluang usaha ini untuk mewaralabakan perusahaan-perusahaan tradisional yang telah mempunyai merek dagang dan sistem yang stabil. 19

Merek-merek lokal ini diarahkan pemerintah untuk bernaung di bawah AFI (Asosiasi Franchise Indonesia) yang merupakan asosiasi resmi yang diakui oleh pemerintah dalam bidang waralaba. Asosiasi ini merupakan anggota dari IFA (International Franchise Association) yang adalah organisasi franchise skala internasional.

AFI didirikan pada tanggal 22 November 1991 dengan bantuan dari ILO (International Labour Organization) dan Pemerintah Indonesia.19 Asosiasi ini salah satunya bertujuan untuk mengembangkan franchise dalam rangka penciptaan distribusi nasional, kesempatan kerja dan pengembangan usaha kecil menengah ( UKM ).20

B.

Pengertian dan Defenisi Waralaba

Pengertian Franchise berasal dari bahasa Perancis affranchir yang berarti to free yang artinya membebaskan. Dengan istilah franchise di dalamnya terkandung makna, bahwa seseorang memberikan kebebasan dari ikatan yang menghalangi kepada orang untuk menggunakan atau membuat atau menjual sesuatu.21 Dalam bidang bisnis franchise berarti kebebasan

19

Yohanes Heidy Purnama, Epidemi Trend Bisnis Waralaba, http : www.neo-promosindo.com, 30 Maret 2012

20

Deden Setiawan, op. cit. hlm. 7 21

(24)

yang diperoleh seorang wirausaha untuk menjalankan sendiri suatu usaha tertentu di wilayah tertentu.22

Franchise ini merupakan suatu metode untuk melakukan bisnis, yaitu suatu metode untuk memasarkan produk atau jasa ke masyarakat. Selanjutnya disebutkan pula bahwa franchise dapat didefinisikan sebagai suatu sistem pemasaran atau distribusi barang dan jasa, di mana sebuah perusahaan induk (franchisor) memberikan kepada individu atau perusahaan lain yang berskala kecil dan menengah (franchisee), hak-hak istimewa untuk melaksanakan suatu sistem usaha tertentu dengan cara yang sudah ditentukan, selama waktu perusahaan yang relatif lebih kecil. Franchise merupakan salah satu bentuk metode produksi dan distribusi barang atau jasa kepada konsumen dengan suatu standard dan sistem eksploitasi tertentu. Pengertian standar dan eksploitasi tersebut meliputi kesamaan dan penggunaan nama perusahaan, merek, serta sistem produksi, tata cara pengemasan, penyajian dan pengedarannya.24

Sementara itu Munir Fuady menyatakan bahwa Franchise atau sering disebut juga dengan istilah waralaba adalah suatu cara melakukan kerjasama di

(25)

bidang bisnis antara 2 (dua) atau lebih perusahaan, di mana 1 (satu) pihak akan bertindak sebagai franchisor dan pihak yang lain sebagai franchisee, di mana di dalamnya diatur bahwa pihak-pihak franchisor sebagai pemilik suatu merek dari know-how terkenal, memberikan hak kepada franchisee untuk melakukan kegiatan bisnis dari/atas suatu produk barang atau jasa, berdasar dan sesuai rencana komersil yang telah dipersiapkan, diuji keberhasilannya dan diperbaharui dari waktu ke waktu, baik atas dasar hubungan yang eksklusif ataupun noneksklusif, dan sebaliknya suatu imbalan tertentu akan dibayarkan kepada franchisor sehubungan dengan hal tersebut. 25

Selanjutnya Munir Fuady mengatakan lagi bahwa Franchisee adalah suatu lisensi kontraktual diberikan oleh franchisor kepada franchisee yang :26

1. Mengizinkan atau mengharuskan franchisee selama jangka waktu franchise, untuk melaksanakan bisnis tertentu dengan menggunakan nama khusus yang dimiliki atau berhubungan dengan pihak franchisor.

2. Memberikan hak kepada franchisor untuk melaksanakan pengawasan berlanjut selama jangka waktu franchise terhadap aktivitas bisnis franchise oleh franchisee.

3. Mewajibkan pihak franchisor untuk menyediakan bantuan kepada franchisee dalam hal melaksanakan bisnis franchise tersebut semisal memberikan bantuan pendidikan, perdagangan, manajemen, dan lain-lain.

25

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hlm.339

26

Ibid, hal.340

(26)

4. Mewajibkan pihak franchisee untuk membayar secara berkala kepada franchisor sejumlah uang sebagai imbalan penyediaan barang dan jasa oleh pihak franchisor.

Adapun definisi franchise menurut Asosiasi Franchise International adalah “suatu hubungan berdasarkan kontrak antara franchisor dengan franchisee. Pihak franchisor menawarkan dan berkewajiban memelihara kepentingan terus-menerus pada usaha franchise dalam aspe-aspek pengetahuan dan pelatihan. Sebaliknya franchisee memiliki hak untuk beroperasi di bawah merek atau nama dagang yang sama, menurut format dan prosedur yang ditetapkan oleh franchisor dengan modal dan sumber daya franchisee sendiri”27 Menurut Munir Fuady, bahwa franchise mempunyai karakteristik yuridis /dasar sebagai berikut :28

1. Unsur Dasar

Ada 3 (tiga) unsur dasar yang harus selalu dipunyai, yaitu :

a. pihak yang mempunyai bisnis franchise disebut sebagai franchisor. b. pihak yang mejalankan bisnis franchise yang disebut sebagai franchisee. c. adanya bisnis franchise itu sendiri

2. Produk Bisnisnya Unik 3. Konsep Bisnis Total

Penekanan pada bidang pemasaran dengan konsep P4 yakni Product, Price, Placeserta Promotion

4. Franchise Memakai / Menjual Produk

27

Deden Setiawan, op. cit. hlm. 2 28

(27)

5. Franchisor Menerima Fee dan Royalty

6. Adanya pelatihan manajemen dan skill khusus 7. Pendaftaran Merek Dagang, Paten atau Hak Cipta 8. Bantuan Pendanaan dari Pihak Franchisor

9. Pembelian Produk Langsung dari Franchisor 10. Bantuan Promosi dan Periklanan dari Franchisor 11. Pelayanan pemilihan Lokasi oleh Franchisor

12. Daerah Pemasaran yang Ekslusif 13. Pengendalian / Penyeragaman Mutu

14. Mengandung Unsur Merek dan Sistem Bisnis

Sejalan dengan hal ini, franchise atau waralaba dalam Black’s Law Dictionary diartikan sebagai :

A special privilege granted or sold, such as to use a name or to products or service. In its simple terms, a franchise is a license from owner of trademark or trade name permitting another to sell a product or service under that name or mark more broadly stated, a franchise has evolved into an elaborate agreement under which the franchisee undertakes to conduct a business or sell a product or service in accordance with methods and procedures prescribed by the Franchisor, and the Franchisor under takes to assist the franchisee through advertising, promotion and other advisory services”.

(Rumusan tersebut di atas, bahwa waralaba ternyata tidak juga

mengandung unsur-unsur sebagaimana yang diberikan pada lisensi, hanya

saja dalam pengertian waralaba tersebut dalam Blacks’Law Dictionary,

waralaba menekankan pada pemberian hak untuk menjual produk berupa barang

atau jasa dengan memanfaatkan merek dagang franchisor (pemberi waralaba)

(28)

metode dan tatacara atau prosedur yang telah ditetapkan oleh pemberi

waralaba. Dalam kaitannya dengan pemberian izin dan kewajiban pemenuhan

standar dari pemberi waralaba, artinya akan memberikan bantuan

pemasaran, promosi maupun bantuan teknis lainnya agar penerima waralaba dapat

menjalankan usahanya dengan baik.29

Black’s Law Dictionary, menyatakan bahwa pengertian eksklusivitas

memberikan pengertian sama dengan franchise dealer, yakni menunjukkan

bahwa eksklusivitas yang diberikan oleh penerima waralaba ternyata

(adakalanya) diimbangi oleh pemberian eksklusivitas oleh pemberi waralaba

kepada penerima waralaba atas suatu wilayah kegiatan tertentu. Sedangkan

makna eksklusivitas dalam Black’s Law Dictionary memberikan arti bagi

franchise (hak kelola), sebagai suatu hak khusus yang diberikan kepada franchise

dealer oleh suatu usaha manufaktur atau organisasi jasa waralaba, untuk menjual

produk atau jasa pemilik waralaba di suatu wilayah tertentu, dengan atau tanpa

eksklusivitas30.

British Franchise Association (BFA) mendefinisikan franchise sebagai

berikut : Franchisor adalah contractual license yang diberikan oleh suatu pihak

(franchisor) kepada pihak lain (franchisee) yang :

29

Black, Henry Campbell, Black’s Law Dictionary 6 th ed, St Paul MN : West publishing, Co, 1990, lihat Gunawan Widjaja, hlm. 8

(29)

Mengizinkan franchisee untuk menjalankan usaha selama periode franchise berlangsung, suatu usaha tertentu yang menjadi milik franchisor

a. Franchisor berhak untuk menjalankan control yang berlanjut selama periode franchise.

b. Mengharuskan franchisor untuk memberikan bantuan pada franchisee dalam melaksanakan usahanya sesuai dengan subjek franchiseenya (berhubungan dengan pemberian pelatihan, merchandising, atau lainnya).

c. Mewajibkan franchisee untuk secara periodik selama periodik franchise berlangsung, membayar sejumlah uang sebagai pembayaran atas franchise atau produk atau jasa yang diberikan oleh franchisor kepada franchisee. d. Bukan merupakan transaksi antara perusahaan induk (holding company)

dengan cabangnya atau antara cabang dari perusahaan induk yang sama, atau antara individu dengan perusahaan yang dikontrolnya.31

Sehingga jelas bahwa waralaba melibatkan suatu kewajiban untuk menggunakan suatu sistem dan metode yang ditetapkan oleh pemberi waralaba termasuk di dalamnya hak untuk mempergunakan merek dagang. Dengan membeli sistem yang teruji dan merek dagang yang terkenal, siapapun yang memenuhi kualifikasi berdasarkan ketentuan pemilik bisnis waralaba, pasti bisa memiliki bisnis sesuai dengan kategori produk yang disenangi atau kategori trend bisnis yang akan datang.32

31

Richard Burton Simatupang, op. cit. hlm 57 – 58 32

(30)

Seperti yang telah dijelaskan di muka bahwa ada beberapa cara yang dapat ditempuh dalam mengembangkan usaha secara internasional, yaitu:33

a. Melalui perdagangan internasional dengan cara ekspor-impor b. Dengan pemberian lisensi

c. Melakukan franchising (pemberian waralaba) d. Membentuk perusahaan patungan (joint venture);

e. Nelakukan penanaman modal langsung (foreign direct investment) dengan kepemilikan yang menyeluruh atau melalui merger, konolidasi maupun akuisisi.

Diatas disebutkan bahwa frenchise merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh oleh pengusaha untuk mengembangkan usahanya secara internasional. Frenchise dapat digunakan sebagai cara untuk mengembangkan usaha secara internasional, karena dalam frenchiseterjadi kerjasama antara beberapa pihak dan dapat dilakukan secara internasional.

Henry Campbell Dalam bukunya Black Law’s Dictionary, Franchise atau waralaba diartikan sebagai:

A special privilege granted or sold such as to use or name or to sell products or services. Ini its simple terns a frenchise is a license from owner of a trademark or trade name permiting another to sell a produst or service under that name or mark. More broadly stated, a frenchise has envolved into an elaborate agreement under whish the franchise undertakes to condust a business or sell a product or services in accordance with methods and procedures prescribed by franchisor undertakes to assist the frenchises through advertising, promotion and other acvisory services”34

33

Cunawan, Widjaja, Lisensi atau Waralaba, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2002), Halaman.1

34

(31)

Dalam pengertian di atas, lebih ditekankan pada pemberian hak untuk menjual produk berupa barang atau jasa dengan memanfaatkan merek dagang franchisor (pemberi waralaba), dengan kewajiban pada pihak franchisee (penerima waralaba) untuk mengikuti metode dan tatacara atau prosedur yang telah ditetapkan oleh franchisor, franchisor akan memberikan bantuan pemasaran, promosi, maupun bantuan teknis lainnya agar frenchisee dapat menjalankan menjalankan usahanya dengan baik.35

Kata frenchiseberasal dari bahasa Perancis yang berarti bebas dari belenggu (free from servitude). Menurut Prof.Dr.Winardi, SE, frenchise berarti hak istimewa dari pemerintah untuk sebuah badan usaha:

a. Hak yang diberikan oleh pemerintah kepada suatu badan usaha atau seorang individu untuk menjalankan usaha tertentu,

b. Tertentu (perusahaan-perusahaan kereta api swasta di luar negeri bekrja dengan dasar frenchisetersebut

c. Secara analog hal tersebut berarti pula hak yang serupa yang diberikan seorang prosedur kepada seorang penyalur mengenai hasil produksi.36

Sedangkan menurut Martin Mendelson, franchise format bisnis adalah pemberian sebuah lisensi oleh seorang (frenchisor) kepada pihak lain (Frenchisee), dan lisensi tersebut member hak kepada frenchisee untuk berusaha dengan menggunakan merek dagangn atau nama dagang franchisor, serta untuk menggunakan keseluruhan paket, yang terdiri dari selluruh elemen yang diperlukan untuk membuat seseorang yang sebenarnya belum terlatih dalam bisnis

35

Ibid, halaman 15 36

(32)

dan untuk menjalankan bisnis tersebut dengan bantuan yang terus menerus atas dasar ditentukan sebelumnya.37

IIPM (Institut Pendidikan dan Pengembangan Manajemen) menyebut Frenchisedengan istilah waralaba. Adapun kata waralababerasal dari wara yang berarti lebih istimewa dan laba berarti untung. Jadi kata waralaba berarti berarti usahayang memberikan keuntungan lebih atau istimewa38 lebih lanjut IIPM mendefinisikan pewaralaba adalah suatu teknik atau metode pemasaran untuk mendistribusikan barang dan jasa, dimana perwaralaba memberikan atau menjual pada terwaralaba hak untuk menggunakan nama dagang, citra, dan system milik pewaralaba dengan imbalan yang berupa uang pangkal (Initial Frenchise fee) dan royalty dari terwaralaba.39

Dalam Peraturan Pemerintah RI No.42 2007 tentang Waralaba, didefinisikan waralaba sebagai:

Pasal 1 Ayat (1)

Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/aatau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba”

Dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 12/M-DAG?PER/3/2006 Tentang ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Izin Usaha Waralaba dijelaskan pengertian waralaba, yaitu:

37

Martin, Mendelson, franchising: Petunjuk Praktis Bagi Franchisor dan Franchisee,

(cetakan Pertama), (Jakarta: IPPM, 1993 ) halaman 4 38

Amir, Karamoy, Sukses Usaha Lewat Waralaba (cetakan pertama), (Jakarta: Jurnalindo Aksara Grafika, 1996), halaman 3

39

(33)

“Waralaba (frenchise) adalah perikatan antara Pemberi Waralaba dengan Penerima Waralaba dimana Penerima Waralaba diberikan hak untuk menjalankan usaha memanfaatkan dan/atau menggunakan hak kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh Pemberi Waralaba dengan sejumlah kewajiban menyediakan dukungan konsultasi operasional yang berkesinambungan oleh Pemberi Waralaba kepada penerima Waralaba”

Jika dilihat dari sejarahnya, frenchise dari awal berkembangnya mengalami banyak perkembangan dan perubahan. Pada awal berkembangnya IfrenchiseI hanya merupakan suatu cara yang digunakan seorangn pengusaha untuk melakukan distribusi hingga berkembang sampai pada frenchise sebagai format bisnis.

Secara spesifik ada dua bentuk frenchise atau waralaba yang berkembang di Indonesia:40

a. Frenchise Format Bisnis

Seorang pemegangn waralaba memperoleh hak utnuk memasarkan dan mejual produk atau pelayanan dalam suatu wilayah atau lokasi spesifik, dengan menggunakan standart operasional dan pemasaran.

Dalam bentuk ini terdapat tiga jenis format bisnis frenchise, yaitu:41 1) Frenchise Pekerjaan

Dalam bentuk ini frenchise (pemegang frenchise) yang menjalankan usaha frenchise pekerjaan sebenarnya membeli dukungan untuk usahanya sendiri. Misalnya, ia mungkin menjual jasa penyetelan mesin mobil sengan merek frenchise tertentu. Bentuk frenchise ini cenderung paling

40

Douglas, J Queen, Pedoman Membeli dan Menjalankan Frenchise, (Cetakan Pertama), Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 1993), halaman 6

41

(34)

murah, umumnya membutuhkan modal yang kecil karena tidak menggunakan tempat dan perlengkapan yang berlebihan.

2) FrenchiseUsaha

Pada saat ini frenchise usaha adalah bidang frenchise yang berkembang pesat. Bentuknya mungkin berupa took eceran yang menyediakan barang atau jasa, atua restoran fast food. Biaya yang dibutuhkan tempat usaha dan peralatan khusus.

3) FrenchiseInvestasi

Ciri utama yang membedakan jenis frenchise ini dari frenchise pekerjaan dan frenchise usaha adalah besarnya usaha, khususnya besarnya investasi yang dibutuhkan. Frenchise investasi adalah perusahaan yang sudah mapan, dan investasi awal yang dibutuhkan mungkin mencapai milyaran. Perusahaan yang mengambil frenchise investasi biasanya ingin melakukan diversifikasi, tetapi karena manajemennya tidak berpengalaman dalam pengelolaan usaha baru sehingga mengambil system frenchise jenis ini, misalnya suatu hotel, maka dipilih cara franchising yang memungkinkan mereka memperoleh bimbingan dan dukungan.

a. FranchiseDistribusi Produk

Seorang pemegang waralaba memperoleh lisensi aksekutif untuk memasarkan produk dari suatu perusahan tunggal dalam sebuah lokasi spesifik.

(35)

C.

Perjanjian Waralaba di Indonesia

Perjanjian Frenchiseadalah suatu perjanjian yang diadakan antara franchisor dengan frenchise dimana pihak franchisor memberikan hak kepada pihak frenchise untuk memproduksi dan memasarkan barang (produk) dan/atau jasa (pelayanan) dalam waktu dan tempat tertentu yang di bawah pengawasan franchisor, sementara frenchisee membayar sejumlah uang tertrentu atas hak y agn diperolehnya.42

Douglas J.Queen merumuskan perjanjian waralaba adalah satu dokumen hukum yang menggariskan tanggung jawab dari pemilik dan pemegang waralaba.43 Lebih lanjut, martin mandelson menambahkan perjanjian waralaba harus secara tepat menggambarkan janji-janji yang dibuat dan harus adil, serta pada saat ini yang bersamaan menjamin bahwa ada perjanjian yang cukup melindungi integritas sistem.44

Dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 12/M-DAG/PER/3/2006 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba dijelaskan tentang pengertian perjanjian waralaba, yaitu:

Pasal 5

Douglas, J Queen, Pedomen Membeli dan MenjalankanFrenchise, (Cetakan Pertama), Jakarta: PT.Elek Media Komputindo, 1993), halaman 45

44

Martin, Mendelson, Frenchising Petunjuk praktis bagi Frenchisor dan Frenchisee,

(36)

d. Hak dan kewajiban para pihak;

e. Bantuan, fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan dan pemasaran yang diberikan pemberi waralaba kepada penerima waralaba;

f. Wilayah usaha;

g. Jangka waktu perjanjian; h. Tatacara pembayaran imbalan;

i. Kepemilikan perubahan kepemilikan dan hak ahli waris j. Penyelesaian sengketa; dan

k. Tata cara perpanjangan, pengakhiran, dan pemutusan perjanjian

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan diatas, terlihat bahwa system bisnis frenchise melibatkan dua pihak, yaitu:

a. Franchisor atau Pemberi Waralaba, yaitu wirausaha sukses pemilik produk, jasa, atau system operasi yang khas dengan merk tertentu, yang biasanya telah dipatenkan.

(37)

Perjanjian waralaba memuat kumpulan persyaratan, ketentuan dan komitmen yang dibuat dan dikehendaki oleh pemberi waralaba bagi para penerima waralabanya. Dalam perjanjian waralaba tercantum ketentuan berkaitan dengan hak dan kewajiban penerima waralaba dan pemberi waralaba, misalnya hak territorial yang dimiliki penerima waralaba, persyaratan lokasi, ketentuan pelatiahan, biaya-biaya yang harus dibayarkan olh penerima waralaba kepada pemberi waralaba, ketentuan berkaitan dengan lama perjanjian waralaba dan perpanjangannya dan ketentuan lain yang mengatur hubungan antara penerima waralaba dan pemberi waralaba.

(38)

Pengertian waralaba (yang umum) ini dibedakan dari waralaba nama dagang yang memang mengkhususkan diri pada perizinan pegunaan nama dagang dalam rangka pemberian izin untuk melakukan penjualan produk pemberi dalam suatu batas wilayah tertentu dalam suatu pasar yang bersifat non-kompetitif. Makna yang terakhir ini menyatakan bahwa pemberian waralaba nama dagang seringkali terikat dengan kewajiban untuk memenuhi persyaratan penentuan harga yang telah ditetapkan dan digariskan oleh pemberi waralaba.

Perjanjian waralaba merupakan perjanjian khusus karena tidak dijumpai dalam KUH Perdata. Perjanjian ini dapat diterima dalam hukum karena di dalam KUH Perdata ditemui satu pasal yang mengatakan adanya kebebesan berkontrak. Pasal itu mengatakan bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya (Pasal 1338 KUH Perdata).

Bentuk perjanjian waralaba adalah perjanjian tertulis sesuai dengan Pasal 4 ayat (1) PP Waralaba. Perjanjian tertulis maksudnya adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan, sedangkan perjanjian lisan adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan.

Salim HS menyebutkan ada tiga bentuk perjanjian tertulis,yaitu:45

1. Perjanjian di bawah tangan ditandatangani oleh para pihak yang bersangkutan saja

2. Perjanjian dengan saksi notaries untuk melegalisir tandatangan para pihak

45

(39)

3. Perjanjian yang dibuat dihadapan dan oleh notaries dalam bentuk akta notaries.

Bila dihubungkan dengan pendapat Salim HS dengan ketentuan bentuk perjanjian waralaba dalam Pasal 4 ayat (1) PP Waralaba diatas maka bentuk perjanjian waralaba yang terdapat dalam PP Waralaba tidak menjelaskan dengan tegasbagaimana bentuk perjanjian tertulis tersebut, dengan keadaan seperti ini tentunya bentuk perjanjian waralaba yang ada dilapangan dapat berbentuk 3 (tiga) macam yaitu:

1. Perjanjian Waralaba dengan bentuk perjanjian di bawaha tangan yang ditandatangani oleh pihak yang bersangkutan saja

2. Perjanjian waralaba dengan bentuk perjanjian yang disaksikan notaris untuk melegalisir tanda tangan para pihak

3. Perjanjian waralaba dengan bentuk perjanjian yang dibuat dihadapan dan oleh notaris dalam bentuk akata notaris

(40)

berkaitan telah disahkan oleh instansi yang berwenagn di negaranya serta diketahui oelh Pejabat Perwakilan Republik Indonesia di negar pemberi waralaba.

Sebelum para pihak tertikat dalam suatu perjanjian waralaba, pemberi waralaba wajib menyampaikan keterangan tertulis kepada penerima waralaba mengenai kegiatan usahanya termasuk neraca dan daftar rugi laba selama 2 (dua) tahun terakhir, hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau cirri khas usaha yang menjadi obyek waralaba. Pemberi waralaba juga harus merinci fasilitas-fasilitas atau bantuan-bantuan yang akan ditawarkan kepada penerima waralaba, persyaratan-persyaratn yang harus dipenuhi oleh penerima waralaba, hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak, cara-cara pengakhiran, pembatalan dan perpanjangan perjanjian tersebut, serta hal-hal yang perlu diketahui oleh penerima waralaba dalam rangka pelaksanaan perjanjian waralaba.

Martin Mendelson46 menyebutkan ada 10 (sepuluh) hal0hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kontrak dibuat secara terperinci, yang terdiri dari:

1. Perencanaan dan identifikasi kepentingan kepada penerima waralaba, hal ini tentunya akan menyangkut hal-hal seperti merek dagang, hak cipta dan sistem bisnis pemberi waralaba beserta know how

2. Sifat serta luasnya hak-hak yang diberikan kepada penerima waralaba, hal ini menyangkut wilayah operasi dan pemberian hak-hak secara formal untuk menggunakan merek dagang, nama dagang dan seterusnya.

46

(41)

3. Jangka waktu perjanjian, Prinsip dasar dalam mengatur hal ini bahwa hubungan waralaba harus dapat bertahan pada jangka waktu yang lama, atau setidak-tidaknya selama waktu 5 (lima) tahun dengan klausula kontrak waralaba dapat diperpanjang.

4. Sifat dan luasnya jasa-jasa yang diberikan, baik pada masa-masa awal maupun selanjutnya, ini akan meyangkut jasa-jasa pendahuluan yang memungkinkan peneriam waralaba untuk memulai, ditrainingdan dilengkapi dengan peralatan untuk melakukan bisnis. Pada masa selanjutnya, pemberi waralaba akan memberikan jasa-jasa secara terperinci hendaknya diatur dalam kontrak dan juga diperkenankan untuk memperkenalkan ide-ide baru.

5. Kewajiban-kewajiban awal dan selanjutnya dari penerima waralaba. Ini akan mengatur kewajiban untuk menerima beban keunagna dalam mendirikan bisnis sesuai dengan persyaratan pemberi waralaba serat melaksanakan sesuai dengan sistem operasi, akunting dan administrasi lainnya untuk memastikan bahwa informasi yang penting tersedia untuk kedua belah pihak. Sistem-sistem ini akan dikemukakan dalam petunjuk operasional yang akan disampaikan kepada penerima waralaba selama pelatihan dan akan terus tersedia sebagai pedoman/referensi setelah ia membuka bisnisnya.

(42)

operasional dikontrol secara layak, karena kegagalan untuk mempertahankan standar pada satu unit peneriam waralaba akan mengganggu keseluruhan jaringan waralaba

7. Penjualan bisnis, salah satu kunci sukses dari waralaba adalah motivasi yang ditanamakannya kepada peneriama waralaba, disertai sifat kewirausahaan penerima waralaba, serta insentif yang dihasilkan dari capital gain. Unutk alasan ini, bisnis diwaralabakan harus dapat dijual. Seorang pemberi waralaba hendaknya sangat selektif ketika mempertimbangkan lamaran dari peneriam waralaba, terutama terhadap orang-orang yang kaan bergabung dengan jejaring dengan membeli bisnis dari waralaba yang mapan.

8. Kematian penerima waralaba, untuk memberikan ketenangan bagi penerima waralaba, harus dibuat ketentuan bahwa pemberi waralaba akan memberikan bantuan untuk memungkinkan bisnis dipertahankan sebagai suatu asset yang perlu direalisir atau jika tidak bisa diambil alih oleh ahli warisnya apabila ahli waris tersebut memnuhi syarat sebagai penerima waralaba.

9. Arbitrase, dalam kontrak sebaiknya ditentukan mengenai penyelesaian sengketa yang mungkin timbul dengan melalui arbitrase, dengan harapan penyelesaiannya akan lebih cepat, murah dan tidak terbuka sengketanya kepada umum.

(43)

ditambahkan dalam kontrak, penerima waralaba mempunyai kewajiban selama jangka waktu tertentu utnuk tidak bersaing dengan pemberi waralaba atau penerima waralaba lainnya, juga tidak diperkenankan menggunakan sistem atau metode pemberi waralaba. Jika dalam pembuatan perjanjian waralaba para pihak dalam perjanjian waralaba membuat perjanjian dengan memperhatikan hal-hal yang dikemukakan oleh Martin Mendelson dan PP Waralaba di atas, maka sudah ada kejelasan dan ketegasan bagi penerima waralaba sehingga antara pemberi dan penerima waralaba tidak terjadi kesalahpahaman dalam pelaksanaannya.

Masa berakhirnya perjanjian waralaba adalah lamanya waktu selama frenchise boleh menggunakan lisensi atau system yang diwaralabakan. Hal ini sesuai yang tercantum dalam perjanjian yang telah disepakati. Menurut hasil penelitian di Indonesia berkisar 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) tahun.47 Dengan kemungkinan perpanjangan. Namun demikian, dalam praktek, pemilik frenchise (franchisor) dapat membatalkan perjanjian lebih awal apabila pemegang frenchise (frenchisee) tidak dapat memenuhi kewajibannya.48

D.

Tata Cara Pendaftaran Waralaba di Indonesia

Bisnis Frenchiseini di bangun atas dasar perjanjian, oleh karena itu masing-masing pihak harus mengetahui apa isi dari perjanjian itu. Dengan diketahuinya isi perjanjian tersebut maka masing-masing pihak mengetahui kewajiban dan

47

Rooseno, Harjowidigdo, Perspektif Pengaturan Frenchise,I Makalah Peraturan Ilmiah Tentang Usaha Frenchise dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi, (Jakarta: BPHN, 1993), halaman 18

48

(44)

haknya. Dengan demikian diharapkan para pihak tidak merasa dirugikan satu sama lain.

Dalam pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, disebutkan bahwa:

Pasal 1338 KUH Perdata

Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undagn bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain denga sepakat kedua belah pihak, atua karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan dukup untuk itu. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.”

Berdasarkan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut diatas, maka tiap-tiap pihak dalam perjanjian wajib mematuhi hal-hal yang telah diperjanjikan dan melaksanakan perjanjian dengan itikad baik.

Apabila ada pihak yang tidak mematuhi dan tidak melaksanakan perjanjian dengan baik maka dapat dikatakan pihak tersebut tidak beritikad baik. Pihak yang dirugikan oelh pihak yang tidak beritikad baik akan mendapat perlindungan hukum. Perlindungan hukum yang dimaksud disini adalah perlindungan terhadap hak-hak yang dimiliki oleh pihak yang dirugikan tersebut didalam perjanjian.

Pasal 1341 KUH Perdata

tiap orang berpiutang boleh mengajukan batalnya segala perbuatan yang tidak diwajibkan yang dilakukan oleh si berutang dengan nama apapun juga, yang merugikan orang-orang berpiutang, asal dibuktikan, bahwa ketika perbuatan dilakukan, baik si berutang maupun orang dengan atau untuk siapa si berutang itu berbuat, mengetahui bahwa perbuatan itu membawa akibat yang merugikan orang-orang berpiutang.

(45)

Cuma-Cuma oleh si berutang, cukuplah si berpiutang membuktikan bahwa si berutang pada waktu melakuakn perbuatna itu tahu, bahwa ia dengan berbuat demikian merugikan orang-orang yang menguntungkan padanya, tak peduli apakah orang yang menerima keuntungan juga mengetahuinya atau tidak.”

Dengan adanya Pasal 1341 Kitab Undang-Undang Hukum perdata tersebut diatas, pihak yang beritikad baik akan dilindungi hak-haknya degan cara tidak mencabut hak-hak yang dimiliki oleh pihak yang beritikad baik tersebut di dalam perjanjian.

Dalam keputusn Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 259/MPP/Kep/7/1997 tanggal 30 Julitentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba diatur ketentuan yang bersifat preventif, yaitu yang dilakukan dalam bentuk:49

1. Kewajiban bagi Pemberi Waralaba untuk menyampaikan keterangan tertulis dan benar kepada Penerima Waralaba sebelum perjanjian Waralaba ditandatangani oleh kedua belah pihak, Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba

2. Adanya ketentuan yang mengatur mengenai kalusula minimum yang diatur dalam Perjanjian Waralaba antara Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba

3. Kewajiban untuk melakukan pendaftaran Perjanjian Waralaba pada Departemen Perindustrian dan Perdagangan, termasuk atas setiap perubahannya

49

(46)
(47)

39 A. Gambaran umum PT.Indomaret50

Berawal dari pemikiran untuk mempermudah penyediaan kebutuhan pokok sehari-hari karyawan, maka pada tahun 1988 didirikanlah sebuah gerai yang diberi nama Indomaret. Sejalan pengembangan operasional toko, perusahaan tertarik untuk lebih mendalami dan memahami berbagai kebutuhan dan perilaku konsumen dalam berbelanja. Guna mengakomodasi tujuan tersebut, beberapa orang karyawan ditugaskan untuk mengamati dan meneliti perilaku belanja masyarakat. Kesimpulan yang didapat adalah bahwa masyarakat cenderung memilih belanja di gerai modern berdasarkan alasan kelengkapan pilihan produk yang berkualitas, harga yang pasti dan bersaing, serta suasana yang nyaman.

Berbekal pengetahuan mengenai kebutuhan konsumen, keterampilan pengoperasian toko dan pergeseran perilaku belanja masyarakat ke gerai modern, maka terbit keingian luhur untuk mengabdi lebih jauh bagi nusa dan bangsa. Niat ini diwujudkan dengan mendirikan Indomaret, dengan badan hukum PT.Indomaret yang memiliki visi menjadi ritel yang unggul serta motto “mudah dan Hemat”

Pada mulanya Indomaret membentuk konsep penyelenggaraan gerai yang berlokasi di dekat hunian konsumen, menyediakan berbagai kebutuhan pokok maupun kebutuhan sehari-hari, melayani masyarakat umum yang bersifat

50

(48)

majemuk, serta memiliki luas toko sekitar 200m2. Seiring dengan perjalanan waktu dan kebutuhan pasar, Indomaret terus menambah gerai di berbagai kawasan perumahan, perkantoran, niaga, wisata dan apartemen. Dalam hal ini terjadilah proses pembelajaran untuk pengoperasian suatu jaringan retail yang berskala besar, lengkap dengan berbagai pengalaman yang kompleks dan bervariasi. Setelah menguasai pengetahuan dan keterampilan mengoperasikan jaringan ritel dalam skala besar. Manajemen berkomitmen untuk menjadikan Indomaret sebagai sebuah aset nasional.

Laju pertumbuhan gerai Indomaret yang cepat dengan transaksi melebihi 45 juta struk per bulan, dapat terlaksana karena didukung oleh sistem teknologi informasi yang andal. Sistem tersebut terintegrasi pada setiap point of sales (POS) kasir di semua gerai yang mencakup sistem penjualan, persedian, dan penerimaan barang. Teknologi di POS kasir tersebut sudah dirancang untuk memenuhi kebutuhan perkembangan jumlah gerai dan transaksi pada masa depan.

(49)

Eksistensi dan perkembangan Indomaret didukung oleh tim merchandising dalam menangani pemilihan, pengadaan dan pengembangan produk; kerja sama dengan lebih dari 1.000 mitra pemasok; strategi penetapan harga yang tepat serta pengelolaan pemajangan produk. Indomaret mengelola sekitar 4.800 produk terdiri dari food, nonfood, general merchandise danfresh product.

Pengadaan produk Indomaret didukung lebih dari 1.000 pemasok berskala nasional termasuk UMKM, kemitraan terjalin dan terus berkembang dari waktu ke waktu atas dasar prinsip saling menguntungkan dan tumbuh kembang bersama. Dengan sistem teknologi mutakhir, Indomaret terus berupaya menyediakan beragam produk dan jasa inovatif sesuai perkembangan gaya hidup untuk memastikan kemudahan, kenyamanan dan kepraktikan konsumen dalam berbelanja. Pengembangan lebih dari 200 produk private label dengan harga ekonomis dan kualitas prima memberikan nilai tambah bagi konsumen Indomaret. Indomaret berupaya “menjadi aset nasional dalam bentuk jaringan ritel waralaba yang unggul dalam persaingan global”. Tahun 1997 Indomaret memperkenalkan sistem kemitraan dengan membuka peluang bagi masyarakat untuk turut serta memiliki dan mengelola sendiri gerai Indomaret. Sampai dengan Januari 2011, gerai waralaba Indomaret telah mencapai 2.000 (40 %). Mitra usaha waralaba ini meliputi: koperasi, badan usaha dan perorangan.

(50)

target pasarnya. Beberapa strategi jangka pendek yang dijalankan oleh Indomaret antara lain:

1. Harga Heboh : promosi mingguan yang memberikan harga sangat murah untuk produk-produk kebutuhan sehari-hari

2. Super Hemat: leaflet edisi dua mingguan yang mempromosikan produk-produk dengan harga hemat sebagai panduan bagi konsumen untuk belanja hemat

3. Promosi bulan ini : promosi bulanan atas produk tertentu dalam bentuk pemberian hadiah langsung atau potongan harga.

Untuk strategi jangka panjang, Indomaret menerapkan berbagai program yang berkaitan dengan loyalitas konsumen serta pembentukan komunitas.

Dalam upaya meningkatkan brand image sampai ke tingkat dunia, Indomaret berhasil menjadi official Event Store (OES) Piala Dunia 2010 dengan menyidihkan peritel-peritel besar di Indonesia. Dengan terpilihnya Indomaret sebagai OES oleh Global Brands Group (Pemegang lisensi eksklusif FIFA di seluruh dunia), maka Indomaret menjadi gerai yang menjual produk PIal Dunia 2010 serta berhak menggunakan logo dan atribut Piala Dunia 2010 pada setiap kegiatan promosi di Indonesia. Terpilihnya Indomaret sebagai OES merupakan keberhasilan yang berkaitan erat dengan pengalaman, kemampuan dan luasnya jaringan Perusahaan sehingga menjadi yang terbaik di bidang usahanya.

(51)

keuntungan sehingga dapat menjadi kekuatan bagi yang hendak memasuki dunia wirausaha. Keuntungan dari bisnis waralaba Indomaret ini adalah:

1. Transformasi pengetahuan, bergabung dengan Indomaret maka akna banyak memperoleh pengetahuan dan sekaligus menempatkan anda sebagi pelaku bisnis

2. Potensi Pasar, Bnautan survey lokasi dari Indomaret akan memperkaya wawasan mengenai potensi dan strategis tidaknya suatu lokasi

3. Tidak Full Time, dukungan sistem opersional toko yang terintegrasi, membuat para investor tidak perlu terlibat secara full time dalam operasional toko ataupun meninggalkan pekerjaan sebelumnya

4. Peluang Berkembang, Investor dapat memiliki lebih dari satu unti toko dengan tingkat kesibukan yang sama dan dapat diatur.

5. Minimalisasi Resiko, perencanaan matang, mulai survey lokasi sampai dengna pembukaan toko, kecepatan distribusi dan kelengkapan barang-barang dagangan, serta dukungan manajemen toko yang solid akan membantu investor dalam menekan resiko kerugian.

Tahapan kerjasama waralaba pada PT. Indomaret antara lain:

(52)

dijelaskan dengan detail mekanisme kerjasama, besarnya investasi, sistem operasional toko, sistem pembagian keuntungan dan sistem pelaporan. 2. Presentasi Kedua, pada presentasi kedua akan dipaparkan hasil survey

kelayakan dan rencana anggaran belanja (RAB) yang mengarah pada besarnya nilai investasi. Biasanya pada presentasi kedua ini dilanjutkan dengan penandatanganan MOU (Nota Kesepakatan) yang mencakup butir-butir pembagian tugas antara pihak Indomaret dengan Investor dalam mempersiapkan pembukaan toko, mulai dari pengurusan pengizinan, renovasi bangunan, pembelian perlengkapan toko, seleksi dan training karyawan, serta term pembayaran.

3. Pembukaan Toko, setelah semua item kesepakatan di realisasikan maka toko siap dibuka dengan program promosi yang ditetapkan Indomaret. Segera setelah toko buka, akan ditandatangani surat perjanjian waralaba untuk jangka waktu lima tahun.

Ada dua pola kerjasama waralaba pada PT. Indomaret yakni:

1. Tidak memiliki tempat usaha, jika anda tidak memiliki tempat usaha, Indomaret menawarkan dua opsi kerjasama :

a) Usulan lokasi toko baru

(53)

b) Take overKepemilikan

Indomaret menawarkan toko milik sendiri yang sudah teruji dan menguntungkan. Sistem ini relatif lebih safe namun nilai investasinya lebih tinggi dibanding dengan membuka toko baru karena ada biaya toko, sejak dibuka hingga mencapai kondisi matang.

Unsur biaya yang merupakan satu paket harga tersebut yaitu: 1) Franchise fee untuk lima tahun

2) Peralatan toko dan gudang 3) Sewa tempat selama 5 tahun 4) Perijinan

5) Goodwill

Penjualan toko Indomaret memiliki kriteria yang bertujuan memberikan nilai keunutngan dan kepastian berinvestasi dengan mudah. Kriteria toko Take Overadalah :

1) Track record telah teruji 2) Eksistensi toko telah diterima 3) Perijinan toko telah lengkap 2. Memiliki tempat usaha

Apabila anda telah memiliki lokasi usaha, Indomaret menawarkan kerja sama sebagai berikut:

1) Ruang usaha/rumah/tanah

(54)

usulkan, mulai dari potensi wilayah, peruntukan bangunan dan perizinan, perencanaan layout toko smapai dengan estimasi payback periodnya. Jika semua dinilai layak, kerjasama dapat dilakukan, akan tetapi jika tidak atau ada kendala lain, Indomaret akan menyarankan untuk mencari lokasi yang lain.

2) Minimarket Existing

Bila anda memiliki yang kurang berkembang dan ingin mengembangkannya, dapat bergabung dengna Indomaret. Prosedur standartnya sama, mulai dari survey kelayakan lokasi sampai dengan. Estimasi payback period. Perlakuan yang membedakannya adalah daam menghitung investasi perlengkapan toko, jika perlengkapan toko tersebut sesuai dengan standart Indomaret maka investasinya lebih murah. Namun jika tidak sesuai denga standar Indomaret, perlengkapan tersebut harus diganti baru.

BiayaFranchise: Rp. 36.000.000 (+PPN) Biaya Investasi : Rp. 410.000.000

Franchise Fee, Perijinan, Pembelian, Peralatan elektronik dan non elektronik

Biaya Royalti : Rp. 0 – Rp.175.000.000 > 0%

Rp.175.000.000 – Rp.200.000.000 > 2% Rp. 200.000.000 – Rp.225.000.000 > 3%

(55)

B. Karakteristik Perjanjian franchisee PT.Indomaret

Berdasarkan penjelasan diatas didapat beberapa karakteristik yuridis dari suatu bisnisFranchise, karakteristik itu antara lain 51:

a) Unsur dasar : dalam suatu perjanjian franchise terdapat tiga unsur dasar yang selalu ada, yaitu:

• Pihak franchisor • Pihak Franchise

• Bisnis franchise itu sendiri b) Keunikan Produk

c) Konsep bisnis keseluruhan

d) Franchisememakai atau menjual produk e) Fee dan royalty yang diterima oleh Franchisor f) Pelatihan Management dan keterampilan khusus g) Pendaftaran merek dagang, merek dan paten h) Pembelian Produk langsung dari franchisor

i) Bantuan Promosi dan periklanan dari pihak Franchisor j) Pelayanan pemilihan lokasi oleh franchisor

k) Daerah Pemasaran yang ekslusif l) Pengendalian dan penyeragaman mutu

51

Fuady, Munir. Pembiayaan Perusahaan Masa Kini (Tinjauan Hukum Bisnis) .

Referensi

Dokumen terkait