• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH DENGAN GANGGUAN EMOSIONAL TENAGA KERJA TERPAPAR TEKANAN PANAS Hubungan Antara Tekanan Darah Dengan Gangguan Emosional Tenaga Kerja Terpapar Tekanan Panas Di Unit Boiler PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH DENGAN GANGGUAN EMOSIONAL TENAGA KERJA TERPAPAR TEKANAN PANAS Hubungan Antara Tekanan Darah Dengan Gangguan Emosional Tenaga Kerja Terpapar Tekanan Panas Di Unit Boiler PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karangan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH DENGAN GANGGUAN EMOSIONAL TENAGA KERJA TERPAPAR TEKANAN PANAS

DI UNIT BOILER PT. INDO ACIDATAMA, Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Progam Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

DisusunOleh:

DEVI AYU AMBARWATI J 410 120 092

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH DENGAN GANGGUAN EMOSIONAL TENAGA KERJA TERPAPAR TEKANAN PANAS

DI UNIT BOILER PT. INDO ACIDATAMA, Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

DEVI AYU AMBARWATI J410120092

Telah diperiksa dan disetuji untuk diuji oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH DENGAN GANGGUAN EMOSIONAL TENAGA KERJA TERPAPAR TEKANAN PANAS

DI UNIT BOILER PT. INDO ACIDATAMA, Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

OLEH

DEVI AYU AMBARWATI J 410 120 092

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016 Dan dinyatakan telah memnuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Tarwaka, PGDip. Sc., M.Erg. (...) (Ketua Dewan Penguji)

2. Dwi Astuti, SKM., M. Kes (...) (Anggota I Dewan Penguji)

3. Rezania Asyfiradayati, SKM., M.PH (...) (Anggota II Dewan Penguji)

Dekan

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 22 Oktober 2016 Penulis

(5)

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH DENGAN GANGGUAN EMOSIONAL TENAGA KERJA TERPAPAR TEKANAN PANAS

DI UNIT BOILER PT. INDO ACIDATAMA, Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

Devi Ayu Ambarwati1, Tarwaka2, Sri Darnoto3 1

Mahasiswa Progam Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta,

deviayu130794@gmail.com

23

Dosen Progam Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstrak

Aktivitas pekerja yang dilakukan di lingkungan kerja panas membuat tubuh mengeluarkan panas. Proses metabolisme tubuh yang berinteraksi dengan panas di lingkungannya mengakibatkan pekerja mengalami tekanan panas. Lingkungan yang panas mengakibatkan suhu tubuh menjadi meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat. Tekanan darah yang meningkat akibat dari lingkungan kerja panas dapat memicu proses terjadinya gangguan emosional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah dengan gangguan emosional tenaga kerja yang terpapar tekanan panas di Unit Boiler PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Metode penelitian ini menggunakan rancangan observational analitik dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja bagian Unit Boiler yang berjumlah 30 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah exhaustive sampling. Uji statistik menggunakan Uji Korelasi Spearman Rho ( . Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,019 atau p ≤ 0,05 dengan Koefisien Corelation (r) sebesar 0,425. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tekanan darah dengan gangguan emosional pada tenaga kerja yang terpapar tekanan panas di bagian Unit Boiler PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar, disarankan saat bekerja di lingkungan panas tenaga kerja seharusnya menggunakan alat pelindung diri yang sesuai untuk lingkungan kerja panas untuk melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja saat bekerja.

Kata Kunci : Tekanan Darah, Gangguan Emosional, Tekanan Panas. Abstract

(6)

between blood pressure with emotional disorders of labor which is exposed to heat stress in Boiler Unit of PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. This research method use observational analytic design with cross-sectional approach. The population in this study is a labors of Boiler Unit section wich are 30 people. The sampling technique used in this study is exhaustive sampling. Statistical test use the Spearman Correlation Test of Rho ( . Result of statistical test are obtained p-value of 0,019 or p ≤ 0,05 with Correlation Coefficient (r) about 0,425. It can be concluded that there is a significant correlation between blood pressure with emotional disorders of labor wich is exposed to heat stress in Boiler Unit of PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganayar, wich is recommended when working in hot environments, labor should use appropiate personal protective equipment to keep the safety and health of labor at work.

Key Words: Blood Pressure, Emotional Disorder, Heat Stress

1. PENDAHULUAN

Menurut Sholihah (2014) dan Sucipto (2014), berdasarkan analisis kecelakaan kerja dan bencana di berbagai industri, kondisi fisik lingkungan tempat kerja mengandung banyak bahaya langsung maupun tidak langsung bagi keselamatan dan kesehatan kerja. Bahaya tersebut dapat terdiri dari ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin, bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan, dan radiasi. Keadaan tempat kerja yang terlalu panas mengakibatkan karyawan cepat lelah karena kehilangan cairan dan garam (Sucipto, 2014).

Sejumlah fasilitas, mesin, dan proses produksi dapat menghasilkan panas yang berdampak buruk pada pekerja (Iridiastadi, dkk, 2015). Tempat yang memiliki sumber tekanan panas, meliputi: peleburan besi dan baja, pengecoran non logam, pabrik bata dan keramik, fasilitas produk kaca, utilitas listrik (terutama ruang boiler), pabrik roti, kembang gula, dapur komersial, pengalengan makanan, pabrik industri kimia, lokasi pertambangan dan terowongan uap (Kuswana, 2014).

Bekerja di tempat yang panas dapat berakibat pada meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, temperatur tubuh, kelelahan, dan berdampak buruk pada keselamatan kerja (iridiastadi, dkk 2015). Tekanan darah sendiri sangat bervariasi tergantung pada keadaan, akan meningkat saat aktivitas fisik, emosi, stres dan turun dalam tidur (Huwon, 2002). Perubahan tekanan darah yang meningkat pada diri kita akibat dari lingkungan kerja yang panas dapat memicu proses terjadinya gangguan emosioanal (Triantoro, dkk, 2009).

(7)

hubungan tekanan panas dengan kelelahan kerja dan stress kerja pada pekerja bagian small packagings 2 di PT X Klaten, menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tekanan panas dengan stress kerja, stress dapat timbul akibat adanya gangguan emosional.

Berdasarkan data sekunder hasil pengukuran iklim kerja dengan menggunakan Heat Stress Area atau alat pengukur iklim kerja panas yang telah dilakukan oleh Bernyoman pada tahun 2010 di bagian Unit Boiler PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar terdapat suhu ISBB 32,32ºC dengan kriteria beban kerja ringan, dan pengaturan waktu kerja 75% bekerja dan 25% istirahat. Lingkungan panas berasal dari atap dan 3 buah mesin boiler, dengan kondisi seperti ini sangat membahayakan kesehatan tenaga kerja. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, suhu ruangan rata-rata ISBB untuk beban kerja ringan dengan pengaturan waktu kerja 75% kerja dan 25% istirahat untuk 8 jam kerja dengan istirahat 1 jam, yaitu 31ºC. Berdasarkan peraturan tersebut, maka iklim kerja panas di bagiann Unit Boiler melebihi atau diatas NAB yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian tersebut dimana keadaaan tempat kerja di Unit Boiler PT. Indo Acidatam, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar, memiliki suhu yang tinggi diperkirakan dapat mempengaruhi perubahan tekanan darah dan gangguan emosioanl pada tenaga kerja. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan tekanan darah dengan gangguan emosional tenaga kerja terpapar tekanan panas di unit boiler PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan metode Observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus-5 September di bagian Unit Boiler PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja di bagian Unit Boiler PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar yang berjumlah 30 orang dengan jenis kelamin laki-laki. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah exhaustive sampling.

(8)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden No. Karakteristik

Responden

Kategori N % Mean Standar

Deviasi

1. Usia Remaja Akhir (17-25) 4 13,3 42,20 9,932

Dewasa Awal (26-35) 3 10,0

Dewasa Akhir (36-45) 7 23,3

Lansia Awal (46-55) 16 53,3

Lansia Akhir (56-65) 0 0

Jumlah 30 100

2. Masa kerja 0-4 tahun 9 30 17,77 10,408

5-9 tahun 0 0

10-14 tahun 0 0

15-19 tahun 2 6,7

20-24 tahun 9 30

25-29 tahun 10 33,3

Jumlah 30 100

3. Beban kerja Beban kerja ringan (75-100

denyut/menit)

28 93,3 85,10 9,589

Beban kerja sedang (100-125 denyut/menit)

2 6,7

Beban kerja berat (150-175 denyut/menit)

0 0

Beban kerja sangat berat (150-175 denyut/menit)

0 0

Beban kerja sangat berat sekali ( >175 denyut/menit)

0 0

Jumlah 30 100

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 30 responden, karakteristik yang dilihat dari umur terdapat 16 rorang (53,3%) dengan kategori lansia awal (46-55) dan hanya 3 orang (10%) dengan kategori dewasa awal (26-35) serta responden termuda dengan kategori remaja akhir (17-25) tahun dengan jumlah 4 orang (13,3%). Sedangkan masa kerja responden paling lama antara 25-29 tahun sudah dijalani oleh 10 orang (33,3%) dan 9 orang (30%) baru bekerja di bagian unit boiler selama 0-4 tahun. Rata-rata beban kerja responden bagian unit boiler yaitu 85,10 denyut nadi/menit yang termasuk ke dalam kategori beban kerja ringan, responden yang termasuk ke dalam beban kerja ringan dengan jumlah tenaga kerja paling banyak 28 orang (93,3%), dan 2 orang (6,7%) termasuk ke dalam beban kerja sedang.

(9)

emosional sesorang. Semakin lama masa kerja seseorang maka semakin banyak juga tekanan panas yang dialami pekerja yang dapat membuat suhu tubuh menjadi naik.

3.2 Hasil Pengukuran Iklim Kerja Panas, Tekanan Darah dan Gangguan Emosional

32.1 Hasil Rata-Rata Iklim Kerja Panas

Tabel 2. Hasil Rata-Rata Iklim Kerja Panas (ISBB) di Bagian Unit Boiler

Bagian Hasil

Rata-Rata ISBB

Beban Kerja

Nilai NAB Keterangan

Boiler Biogas 31,41 ºC Ringan 31ºC > NAB

Boiler Alstom 32,33 ºC Ringan 31 ºC > NAB

Boiler Basuki 33,52 ºC Ringan 31 ºC > NAB

Total Rata-rata 32,42 ºC Ringan 31 ºC > NAB

Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa boiler biogas memiliki hasil rata-rata ISBB sebesar 31,41 ºC, boiler alstom sebesar 32,33 ºC, dan boiler basuki sebesar 33,52 ºC. Kemudian dari ketiga boiler tersebut didapatkan hasil rata-rata ISBB sebesar 32,42 ºC yang termasuk ke dalam kategori beban kerja ringan, sehingga dapat diketahui bahwa ISBB pada bagian unit boiler melebihi NAB yang telah ditentukan. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata ISBB di bagian unit boiler melebihi nilai ambang batas (NAB) yang telah ditetapkan, karena untuk kategori beban kerja ringan dengan pengaturan waktu kerja 75% bekerja dan 25% istirahat untuk 8 jam bekerja yaitu 31ºC.

32.2 Hasil Pengukuran Tekanan Darah dan Gangguan Emosional Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Tekanan

Darah dan Gangguan Emosional

No. Hasil Pengukuran Kategori N %

1. Tekanan Darah Hipotensi 0 0

Normal 19 63,3

Hipertensi Fase 1 10 33,3

Hipertensi Fase 2 1 3,3

Hipertensi Fase 3 0 0

Jumlah 30 100

2. Gangguan

Emosional

Gangguan emosi rendah 13 43,3

Gangguan emosi sedang 14 46,7

Gangguan emosi tinggi 3 10,0

Jumlah 30 100

(10)

Hipertensi Fase 1 sebanyak 10 orang (33,3%), dan 1 orang (3,3%) mengalami hipertensi Fase 2. Sedangkan pekerja yang mengalami gangguan emosi rendah sebanyak 13 orang (43,3%), kategori gangguan emosi sedang terbanyak dialami oleh pekerja dengan jumlah 14 orang (46,7%), dan kategori emosi tinggi dengan jumlah 3 orang (10,0%). Menurut Potter dkk (2005) dan (2010), tekanan darah menggambarkan interelasi dari curah jantung, tahanan vaskular perifer, volume darah, viskositas darah dan elastisitas arteri. Jika curah jantung meningkat, darah yang dipompakan terhadap dinding arteri lebih banyak, menyebabkan tekanan darah naik. Sedangkan menurut Sobur (2010), emosi pada dasarnya melibatkan berbagai perubahan tubuh yang tampak dan tersembunyi, baik yang dapat diketahui atau tidak, seperti perubahan dalam pencernaan, denyut jantung, tekanan darah, jumlah hemoglobin, sekresi adrenalin, jumlah dan jenis hormon, malu, sesak nafas, gemetar, pucat, pingsan, menangis.

3.3 Analisis Univariat

33.1 Usia Menurut Tekanan Darah

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kelompok Usia Menurut Tekanan Darah Kelompok

Usia (Tahun)

Tekanan Darah

Normal Hipertensi Fase 1 Hipertensi Fase 2

(n) (%) (n) (%) (n) (%)

Remaja Akhir (17-25)

4 21,1 0 0 0 0

Dewasa Awal (26-35)

1 5,3 2 20,0 0 0

Dewasa Akhir (36-45)

4 21,1 3 30,0 0 0

Lansia Awal

(46-55) 10 52,6 5 50,0 1 100

Lansia Akhir

(56-65) 0 0 0 0 0 0

Jumlah 19 100 10 100 1 100

(11)

paling sedikit pada kelompok dewasa awal (26-35) tahun sebanyak 2 orang (20,0%).

Menurut Mubarak (2015) dan hasil penelitian tersebut, sangat sesuai dengan hasil penelitian yakni pekerja yang berumur 46-55 tahun (lansia awal) mengalami peningkatan tekanan darah. Bisa disimpulkan bahwa pekerja yang termasuk ke dalam kategori lansia biasanya mengalami peningkatan tekanan darah yang termasuk dalam kategori hipertensi. Sehingga umur merupakan faktor yang berpengaruh terhadap meningkatkan resiko terjadinya penyakit yang berhubungan dengan hipertensi

33.2 Usia Menurut Gangguan Emosional

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kelompok Usia Menurut Gangguan Emosional

Kelompok Usia (Tahun)

Gannguan Emosional

Rendah Sedang Tinggi

(n) (%) (n) (%) (n) (%)

Remaja Akhir (17-25)

1 7, 2 14,3 1 3,3

Dewasa Awal (26-35)

1 7,7 2 14,3 0 0

Dewasa Akhir (36-45)

3 23,1 3 21,4 1 33,3

Lansia Awal

(46-55) 8 61,5 7 50,0 1 33,3

Lansia Akhir

(56-65) 0 0 0 0 0 0

Jumlah 13 100 14 100 3 100

(12)

bahwa orang dewasa dalam merespon secara emosional terhadap stimulus-stimulus lebih besar.

33.3 Masa Kerja Menurut Tekanan Darah

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden Terhadap Tekanan Darah

Kategori masa kerja

Tekanan Darah

Normal Hipertensi fase

1

Hipertensi fase 2

(n) (%) (n) (%) (n) (%)

0-4 tahun 6 31,6 3 30,0 0 0

5-9 tahun 0 0 0 0 0 0

10-14 tahun 0 0 0 0 0 0

15-19 tahun 2 10,5 0 0 0 0

20-24 tahun 7 36,8 2 20,0 0 0

25-29 tahun 4 21,1 5 50,0 1 100

Total 19 100 10 100 1 100

Berdasarkan Tabel 6, menunjukkan bahwa responden yang mempunyai tekanan darah normal dengan masa kerja paling banyak terdapat dalam kategori 20-24 tahun sebanyak 7 orang (36,8%), hipertensi fase 1 dengan masa kerja paling banyak terdapat dalam kategori 25-29 tahun sebanyak 5 orang (50,0%), dan hipertensi fase 2 dengan masa kerja 25-29 tahun sebanyak 1 orang (100%). Sedangkan distribusi tekanan darah normal dengan masa kerja paling sedikit terdapat dalam kategori 15-19 tahun sebanyak 2 orang (10,5%), dan hipertensi fase 1 dengan masa kerja paling sedikit terdapat dalam kategori 20-24 tahun sebanyak 2 orang (20,0%).

Menurut Santoso (2004), tekanan darah responden yang meningkat berdasarkan masa kerja dikarenakan akibat adanya tekanan panas dari mesin boiler, sehingga perlu adanya proses aklimatisasi tenaga kerja terhadap tekanan panas tertentu. Aklimatisasi bertujuan untuk membuat responden menjadi terbiasa terhadap iklim kerja panas.

33.4 Masa Kerja Menurut Gangguan Emosional

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden Terhadap Gangguan Emosional

Kategori masa kerja

Gangguan Emosional

Rendah Sedang Tinggi

(n) (%) (n) (%) (n) (%)

0-4 tahun 2 15,4 6 42,9 1 33,3

5-9 tahun 0 0 0 0 0 0

10-14 tahun 0 0 0 0 0 0

15-19 tahun 2 15,4 0 0 0 0

20-24 tahun 5 38,5 3 21,4 1 33,3

25-29 tahun 4 30,8 5 35,7 1 33,3

(13)

Berdasarkan tabel 7, menunjukkan bahwa responden yang mengalami gangguan emosi rendah dengan masa kerja paling banyak terdapat dalam kategori 20-24 tahun sebanyak 5 orang (38,5%), gangguan emosi sedang dengan masa kerja paling banyak terdapat dalam kategori 0-4 tahun sebanyak 6 orang (42,9%), dan gangguan emosi tinggi dengan masa kerja 0-4 tahun, 20-24 tahun, dan 25-29 tahun sebanyak 1 orang (33,3%). Sedangkan distribusi gangguan emosi rendah dengan masa kerja paling sedikit terdapat dalam kategori 0-4 tahun dan 15-19 tahun sebanyak 2 orang (15,4%), gangguan emosi sedang dengan masa kerja paling sedikit terdapat dalam kategori 20-24 tahun sebanyak 3 orang (21,4%).

Menurut Atkinson R.L, dkk (2010), Triantoro (2009) dan Sutarto (2010), gangguan emosional akibat lingkungan kerja yang panas akan mudah dialami oleh tenaga kerja yang bekerja pada masa kerja yang lama, karena lingkungan kerja dengan panas yang tinggi dapat membuat suhu tubuh menjadi naik sehingga mengakibatkan gangguan emosional.

3.4 Analisis Bivariat

Tabel 8. Hasil Uji Spearman Rho antara Tekanan Darah dengan Gangguan Emosional

Tekanan Darah

Gangguan Emosional Total P Value Koefisien

Corelation (r)

Rendah Sedang Tinggi

(n) % (n) % (n) % (n) %

Hipotensi 0 0 0 0% 0 0 0 0

0,019 0,425

Normal 11 36,

7

7 23,

3

1 3,3 19 63,3

Hipertensi Fase 1

2 6,7 7 23,

3

1 3,3 10 33,3

Hipertensi Fase 2

0 0 0 0 1 3,3 1 3,3

Hipertensi Fase 3

0 0 0 0 0 0 0 0

Total 13 43,

3

14 46,

7

3 10,

0

30 100

(14)

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.13/MEN/X/2011 tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, pada Pasal (2) jika faktor fisika dan faktor kimia pada suatu tempat kerja melampui NAB, pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan upaya-upaya teknis-teknologi untuk menurunkan sehingga memenuhi ketentuan yang berlaku. Sedangkan perusahaan telah melakukan upaya teknis-teknologi, yaitu salah satunya dengan melakukan pengukuran iklim kerja panas secara berkala. Selain itu upaya pengendalian yang dapat dilakukan dengan penerapan budaya K3, diantaranya bekerja dengan mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di tempat kerja, dan bekerja dengan menjalin hubungan yang baik antara sesama tenaga kerja, dan tenaga kerja dengan atasan. Sehingga diharapkan tenaga kerja dapat bekerja dengan aman dan nyaman.

4. PENUTUP

4.1Simpulan

4.1.1 Hasil pengukuran ISBB iklim kerja di bagian unit boiler dari ketiga mesin boiler diperoleh nilai rata-rata sebesar 32,42ºC dengan beban kerja ringan yang berarti melebihi NAB yang telah ditetapkan.

4.1.2 Hasil pengukuran tekanan darah responden pada bagian unit boiler yang memiliki iklim kerja panas > NAB, sebanyak (63,3%) responden tekanan darahnya masuk kategori normal, (33,3%) responden masuk kedalam kategori Hipertensi Fase 1, dan (3,3%) responden masuk kedalam kategori Hipertensi Fase 2.

4.1.3 Hasil pengukuran gangguan emosional responden berdasarkan total skor kuesioner pada tenaga kerja di bagian unit boiler yang memiliki iklim kerja panas > NAB, terdapat (43,3%) responden mengalami gangguan emosi rendah, (46,7%) responden mengalami gangguan emosi sedang, dan (10,0%) responden mengalami gangguan emosi tinggi.

4.1.4 Berdasarkan hasil uji statistik untuk hubungan antara tekanan darah dengan gangguan emosional tenaga kerja yang terpapar tekanan panas di bagian unit boiler diperoleh nilai p-value sebesar 0,019 atau p ≤ 0,05 dengan Nilai koefisien korelasi (r) 0,425. Hal ini berarti menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tekanan darah dengan gangguan emosional pada tenaga kerja terpapar tekanan panas bagian unit boiler dengan tingkat keeratan hubungan yang cukup kuat dimana nilai (r) berada dalam range 0,40-0,599 (cukup kuat).

4.2Saran

4.2.1 Bagi PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

(15)

pendinginan menggunakan metode Cross ventilation, seperti penambahan jendela yang bisa dibuka saat bekerja.

b. Meningkatkan pengawasan supervisor tentang penggunaan APD yang telah disediakan oleh perusahaan.

4.2.2 Bagi Tenaga Kerja

Diharapkan tenaga kerja menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai untuk lingkungan kerja panas yang telah disediakan di PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar, untuk melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja pada saat bekerja.

4.2.3 Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain diharapkan untuk dapat menambahkan beberapa variabel yang belum dapat dimasukkan di dalam penelitian ini yang berhubungan dengan kesehatan kerja, produktifitas kerja, dan lain-lain yang merupakan efek dari iklim kerja panas.

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, RL., Atkinson RC., Smith EE., Bem DJ., Hoeksema SN., 2010. Pengantar Psikologi Jilid Dua. Tangerang: Interaksara.

Bernyoman, ND. 2010. Hubungan Antara Tekanan Panas dengan Perubahan Tekanan Darah Karyawan di Unit Boiler Di PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. [Skripsi Ilmiah]. Surakarta: Progam D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Dewi, DPI. 2011. Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah pada Karyawan di Unit Fermentasi PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. [Skripsi Ilmiah]. Surakarta: Progam Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Huwon. 2002. Tekanan Darah. Jakarta: Gramedia Utama.

Iridiastadi, H. dan Yassierli. 2015. Ergonomi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Kuswana, WS. 2014. Ergonomi dan K3. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Mubarak I. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika.

Permenakertrans RI. 2011. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER. 13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Jakarta: Permenakertrans RI.

Potter. PA. dan Anne GP. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

(16)

Santoso, G. 2004. Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Sholihah, Q. dan Wahyudi K. 2014. Keselamatan Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Sobur, A. 2010. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Sucipto, CD. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Sulistyorini, M. 2014. Hubungan Tekanan Panas dengan Kelelahan Kerja dan Stress Kerja Pada Pekerja Bagian Small Packagings 2 di PT X Klaten. [Skripsi Ilmiah]. Surakarta: Progam D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Sutarto, W. 2010. Psikologi Industri dan Organisasi : Dalam Suatu Bidang Gerak Psikologi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana.

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Tabel 2. Hasil Rata-Rata Iklim Kerja Panas (ISBB) di Bagian
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kelompok Usia Menurut Tekanan Darah
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kelompok Usia Menurut
+3

Referensi

Dokumen terkait

- Adanya rasa nyeri pada bahu kiri setiap akhir gerakan pada semua arah gerak baik gerakan.. fleksi, ekstensi, abduksi,

[r]

BERPENGUAT PASIR SILIKA TERHADAP KEKUATAN IMPAK DAN STUKTUR MIKRO PADA KOMPOSIT MATRIK.. ALUMINIUM DENGAN METODE

belakang diatas, maka penulis tertarik ingin melakukan penelitian mengenai “ PENGARUH PERSEPSI SERTIFIKASI GURU DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU PADA GURU

The comumer perception aspect identified by using hvo variable test- it use to test the correlation between respondent characteristic (consumer demography variable)

MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA KELAS XII

Dengan menghasilkan sebuah mekanisme aturan kerja pada perancangan dan pengembangan produk pada sistem kolaborasi berbasi web yang mendukung proses desain dan proses

Sebagai salah satu faktor penunjang keberhasilan proses belajar mengajar, kelengkapan fasilitas belajar di sekolah dan di rumah dapat memberikan motivasi kepada anak didik