• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP SIKAP SOSIAL SISWA SD NEGERI SE-DESA SUKAMAJU KECAMATAN SUNGGAL T.A 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP SIKAP SOSIAL SISWA SD NEGERI SE-DESA SUKAMAJU KECAMATAN SUNGGAL T.A 2015/2016."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP SIKAP

SOSIAL SISWA SD NEGERI Se-DESA SUKAMAJU

KECAMATAN SUNGGAL T.A 2015/2016

SKRIPSI

NURHIDAYAH LESTARI SUPIANTO

NIM : 1123111063

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

NURHIDAYAH LESTARI SUPIANTO. NIM 1123111063. Hubungan PolaAsuh Orang Tua Terhadap Sikap Sosial Siswa SD Negeri Se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016. Skripsi. Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. 2016.

Masalah dalam penelitian ini adalah sikap sosial siswa sekolah dasar kurang baik. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua terhadap sikap sosial siswa SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016. Dengan jumlah populasi sebanyak 422 orang dan sampel sebanyak 42 siswa beserta dengan orang tuanya. Teknik penarikan sampel menggunakan Proportionate Stratified Random

Sampling. Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data variable

pola asuh orang tua dan sikap social siswa adalah dengan menggunakan angket dalam bentuk pilihan berganda. Prosedur penelitian yang dilakukan adalah dengan menyebarkan angket kepada orang tua dan siswa secara langsung.

Analisis data dan uji hipotesis menggunakan analisis korelasi Pearson

Product Moment. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa sebesar 0,749 sedangkan pada taraf signifikan 95% sebesar 0,312. Dengan demikian diketahui lebih besar dari . Maknanya adalah terdapat hubungan yang kuat antara pola asuh orang tua dengan sikap sosial siswa SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa sebesar 7,149 sedangkan pada taraf signifikan 95% sebesar 1,992. Dengan demikian diketahui lebih besar dari . Maknanya adalah Ho ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan sikap sosial siswa SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016.

(7)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim...

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT serta Shalawat

dan Salam kepada Rasulullah SAW, seluruh keluarganya, sahabat-sahabatnya,

dan para pengikutnya. Syukur tak terhingga peneliti ucapkan atas terselesainya

penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap

Sikap Sosial Siswa SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A

2015/2016”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan strata satu (S1) pada Jurusan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa

dapat mengaplikasikan secara langsung ilmu yang diperoleh selama di bangku

perkuliahan dan menambah pengalaman, khususnya yang berhubungan dengan

ilmu pendidikan. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari

kesempurnaan dan banyak kekurangan. Untuk itu setiap kritik dan saran yang

bersifat membangun dalam penyempurnaannya akan peneliti terima dengan

senang hati.

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari pihak-pihak yang

membantu sebelum dan selama pengerjaannya. Dalam prosesnya pun peneliti

memperoleh banyak sekali bantuan baik secara moril maupun materil dari pihak

yang tentunya tak ternilai harganya. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti

(8)

iii

maupun tidak. Ucapan terima kasih terutama peneliti tujukan kepada kedua orang

tua yang sangat dicintai dan sayangi yaitu Bapak Rusmanto dan Ibu Supiani yang

telah memberikan dukungan moril maupun materil yang tidak ternilai harganya.

Atas semua jerih payah, kasih sayang, perhatian, dukungan serta do’a yang selalu

membuat peneliti bersemangat sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dengan

baik. Semoga semua yang peneliti kerjakan dapat membahagiakan dan

membanggakan Bapak dan Ibu.

Selanjutnya ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri

Medan.

2. Bapak Dr. Nasrun, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Medan dan sekaligus Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan

masukan dan arahan yang membangun bagi peneliti dalam penyelesaian

skripsi ini.

3. Bapak Drs. Khairul Anwar, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Pra

Sekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Medan.

4. Bapak Drs. Effendi Manalu, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah memberikan masukan dan arahan, serta menyediakan waktu, tenaga,

pikiran, dan ilmu yang berharga bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini

di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.

5. Bapak Drs. Rahim Sitompul, M.S selaku Dosen Penguji II yang telah banyak

(9)

iv

penyelesaian skripsi ini di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Medan.

6. Ibu Dra. Mastiana Ritonga, M.Pd selaku Dosen Penguji III yang telah banyak

memberikan masukan dan arahan yang membangun bagi peneliti dalam

penyelesaian skripsi ini di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Medan.

7. Seluruh Dosen dan staf di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Medan. Terima kasih yang tulus peneliti sampaikan atas jasa-jasa yang telah

diberikan selama perkuliahan.

8. Kepala Sekolah, seluruh guru, dan staf SD Negeri 105265 Sukamaju yang

telah memberikan izin serta membantu peneliti selama melaksanakan

penelitian di sekolah.

9. Kepala Sekolah, seluruh guru, dan staf SD Negeri 106143 Sukamaju yang

telah memberikan izin serta membantu peneliti selama melaksanakan

penelitian di sekolah.

10. Kepala Sekolah, seluruh guru, dan staf SD Negeri 106787 Sukamaju yang

telah memberikan izin serta membantu peneliti selama melaksanakan

penelitian di sekolah.

11. Saudara peneliti yaitu Waris Supianto S.E, Nur Hafizah S.E, Septio Hadi

Supianto, Dewi Trisna Wati, dan Indana Zahrani Supianto yang telah banyak

memberikan dukungan, motivasi, masukan, arahan, serta do’a yang tidak

(10)

v

12. Tunangan peneliti yaitu Hendri Lestari, S.T yang telah banyak memberikan

dukungan, kritik, saran, perhatian, serta semangat dalam menyelesaikan

skripsi ini dan sekaligus menjadi tim dalam pelaksanaan penelitian.

13. Sepupu peneliti yaitu Lisma Yeni Pandia S.Sos, M.Ikom, Nur Imania,

Sukarniati S.E, dan Munawir Prayetno S.T yang selalu setia membantu

peneliti dalam penelitian skripsi ini.

14. Sahabat peneliti yaitu Siti Kurniatay Sukma, Sangkot Sri Rezeki Nst, dan

Rini Novita Sari yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan perhatian

dalam melakukan aktivitas perkuliahan.

15. Teman-teman diskusi yaitu Dewi Puspita Sary, Widya Syahfitri, Elma

Nainggolan, Maryati Manurung, Afda Lila, Santa H Sinaga, dan Siti

Nuraisyah yang telah memberikan masukan dan saran yang baik selama

proses penyelesaian skripsi ini. Terkhusus kepada Dewi dan Widya yang

telah menjadi tim pengolahan data penelitian.

16. Teman-teman seperjuangan mahasiswa PGSD kelas C-Reguler 2012 di

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. Terima kasih atas

dukungan dan motivasi selama perkuliahan.

17. Semua pihak yang turut serta membantu peneliti selama mengikuti

(11)

vi

Akhir kata, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas

bantuan yang telah diberikan, semoga Allah SWT akan membalasnya dengan

limpahan rahmat kepada kita semua. Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian

skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, segala kritik

dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini sangat peneliti harapkan. Harapan

peneliti semoga skripsi ini dapat berguna bagi siapa saja yang membutuhkan

pengetahuan dan dapat menjadi sumber inspirasi dengan cara apapun.

Medan, Maret2016

Penulis

Nurhidayah Lestari Supianto

(12)

vii

A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. IdentifikasiMasalah ... 13

C. BatasanMasalah ... 14

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua ... 38

D. Konsep Sikap Sosial ... 41

1. Pengertian Sikap... 41

2. Pengertian Sosial ... 44

3. Pengertian Sikap Sosial ... 45

E. Macam-macam Sikap Sosial ... 49

F. PembentukandanPerubahanSikap ... 52

G. Faktor-faktor Perubahan Sikap ... 56

H. Kerangka Berpikir ... 59

I. Hipotesis Penelitian ... 61

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 62

A. JenisPenelitian ... 62

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 62

(13)

viii

D. Teknik Penarikan Sampel ... 64

E. Definisi Operasional Variabel ... 66

F. Konsep dan Pengukuran Variabel ... 66

G. Desain Penelitian ... 68

H. Teknik pengumpulan data ... 68

1. Kuesioner atau angket ... 68

2. Uji Intrumen Penelitian ... 71

a. UjiValiditasAngket ... 72

b. Uji Reliabilitas Angket ... 73

1. DeskripsiLokasiPenelitian ... 82

a. SD Negeri 105265 Sukamaju Kecamatan Sunggal .... 82

b. SD Negeri 106243 Sukamaju Kecamatan Sunggal .... 83

c. SD Negeri 106787 Sukamaju Kecamatan Sunggal .... 84

2. Teknik Pengolahan Data ... 86

3. DeskripsiData Penelitian ... 86

a. Variabel Pola Asuh Orang Tua ... 89

b. Variabel Sikap Sosial Siswa ... 90

4. UjiKecenderungan ... 91

a. Uji Kecenderungan Variabel Pola Asuh Orang Tua .. 91

b. Uji Kecenderungan Variabel Sikap Sosial Siswa ... 96

5. UjiPrasyaratAnalisis Data ... 100

a. Uji Normalitas ... 100

b. Uji Homogenitas ... 101

c. Uji Linearitas ... 102

6. UjiKorelasi ... 103

7. UjiDeterminasi ... 103

8. PengujianHipotesis ... 104

B. PembahasanPenelitian ... 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 107

A. Kesimpulan ... 107

B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 115

(14)

ix

DAFTAR TABEL

1. Populasi Penelitian ... 60

2. Proportionate Stratified Random Sampling ... 63

3. Skala Likert ... 65

4. Kisi-kisiInstrumenKuesionerVariabel X (PolaAsuhOrang Tua) ... 67

5. Kisi-kisiInstrumenKuesionerVariabel Y (SikapSosial) ... 68

6. Tingkat Reliabilitas ... 72

7. InterpretasiKoefisienKorelasi ... 75

8. Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua ... 89

9. Distribusi Frekuensi Sikap Sosial Siswa ... 90

10. Tingkat kecenderungan Variabel Pola Asuh Orang Tua ... 92

11. Tingkat kecenderungan Variabel Sikap Sosial Siswa ... 93

12. Hasil Uji Normalitas Variabel... 95

(15)

x

DAFTAR GAMBAR

1. Skema Pemahaman Nilai Moral ... 2

2. SkemaKerangkaBerpikir ... 58

3. Desain Penelitian ... 66

4. Histogram VariabelPolaAsuh Orang Tua (X) ... 89

5. Histogram VariabelSikapSosialSiswa... 88

6. Histogram UjiKecenderunganVariabelPolaAsuh Orang Tua ... 89

(16)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Angket Pola Asuh Orang Tua ... 106

2. Angket Sikap Sosial Siswa ... 115

3. Tabel Validitas Pola Asuh Orang Tua (Uji Coba 1) ... 123

4. Tabel Validitas Sikap Sosial Siswa (Uji Coba 1) ... 125

5. Tabel Validitas Pola Asuh Orang Tua (Uji Coba 2) ... 127

6. Tabel Validitas Sikap Sosial Siswa (Uji Coba 2) ... 129

7. Tabel Data Penelitian Variabel Pola Asuh Orang Tua ... 131

8. Tabel Data Penelitian Variabel Sikap Sosial Siswa ... 133

9. Perhitungan Uji Validitas Angket Pola Asuh Orang Tua ... 135

10. Perhitungan Uji Validitas Angket Sikap Sosial Siswa ... 137

11. Perhitungan Reliabilitas Angket Pola Asuh Orang Tua... 139

12. Perhitungan Reliabilitas Angket Sikap Sosial Siswa ... 142

13. Perhitungan Statistik Deskriptif Variabel Pola Asuh Orang Tua ... 145

14. Perhitungan Statistik Deskriptif Variabel Sikap Sosial Siswa ... 149

15. Uji Kecenderungan Variabel Pola Asuh Orang Tua ... 153

16. Uji Kecenderungan Variabel Sikap Sosial Siswa ... 155

17. Pengujian Normalitas Angket Pola Asuh Orang Tua ... 157

18. Pengujian Normalitas Angket Sikap Sosial Siswa ... 158

19. Perhitungan Uji Homogenitas Data Penelitian ... 160

20. Perhitungan Uji Lineritas Regresi ... 161

21. Perhitungan Uji Korelasi Variabel X dan Y ... 164

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua

selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua

mendidik, membimbing, mendisiplinkan, serta melindungi anak. Tujuannya

adalah untuk mencapai kepribadian yang sesuai dengan norma-norma yang

ada dalam masyarakat. Pengasuhan orang tua pada dasarnya diciptakan oleh

adanya interaksi antara orang tua dan anak dalam hubungan sehari-hari yang

berevolusi sepanjang waktu. Kohn (dalam Taty Krisnawaty, 2010: 46)

menyatakan bahwa, “Pola asuhan merupakan sikap orang tua dalam

berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orangtua ini meliputi cara orang tua

memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua

menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta

tanggapan terhadap anaknya”. Dengan demikian, pola asuhan orang tua

sangat penting karena mempengaruhi sikap orang tua terhadap anak secara

berkesinambungan.

Pola asuh orang tua terdapat dalam keluarga dan merupakan tanggung

jawab utama kedua orang tua. Keluarga merupakan lembaga pertama dalam

kehidupan anak, tempat anak belajar dan menyatakan diri sebagai makluk

sosial. Keluarga yang memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak,

moral, dan pendidikan bagi anak. Keluarga merupakan tempat pertama dan

(18)

2

yang utama bagi anak untuk memperoleh pembinaan mental dan

pembentukan kepribadian. Oleh karena itu peran orang tua sangatlah penting.

Undang-Undang No 23 tahun 2002 pasal 26 Tentang Perlindungan Anak

menyatakan bahwa, “Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk

mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak. Menumbuh

kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya adalah

kewajiban orang tua sepenuhnya”. Orang tua berkewajiban untuk menjaga

anaknya dari perubahan iklim lingkungan dengan menanamkan nilai-nilai

yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian, pola asuh orang tua adalah hal

utama yang merupakan dasar pembentukan kepribadian anak. Hal ini sangat

penting bagi kehidupan anak karena perkembangan anak berawal dari pola

asuh kedua orang tua. Anak yang mendapatkan pola asuh yang tepat, akan

tumbuh dengan sikap dan kepribadian yang baik. Sebaliknya, anak yang

mendapat pola asuh yang kurang tepat, akan mengalami kesulitan dalam

perkembangan sikap sosialnya.

Perkembangan sikap sosial anak ditentukan oleh pola asuh kedua

orang tua di rumah. Apakah anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik

atau tidak, tergantung pada dasar penanaman nilai moral yang diberikan oleh

orang tua. Skema penanaman nilai moral dapat digambarkan sebgi berikut :

(19)

3

Orang tua yang memberikan penanaman nilai moral yang baik, akan

menghasilkan anak yang memiliki kepribadian yang baik. Sebaliknya, orang

tua yang memberikan penanaman nilai moral yang tidak baik, akan

menghasilkan anak yang memiliki kepribadian yang buruk. Kepribadian

tersebut dapat dilihat dari sikap yang ditunjukkan oleh anak. Apakah sikap

yang ditunjukkan adalah sikap yang positif atau negatif. Sebagai contoh,

orang tua yang suka memaki, maka kemungkinan besar anaknya akan suka

memaki. Sebaliknya orang tua yang bertutur kata sopan, maka kemungkinan

besar anaknya akan bersikap sopan.

Saat ini banyak orang tua yang keliru dalam menerapkan pola asuh

pada anaknya. Mereka menganggap telah memberikan yang terbaik pada

anaknya. Akan tetapi, tanpa disadari pada kenyataannya telah melakukan

kesalahan dalam mengasuh anaknya. Banyak orang tua yang menuntut

anaknya untuk melakukan apa yang mereka inginkan sehingga membuat anak

kehilangan waktu bermainnya. Para orang tua menuntut anak untuk

melakukan hal-hal yang berlebihan yang seharusnya belum mereka lakukan.

Ada orang tua yang meminta anaknya untuk bekerja baik sebelum maupun

setelah pulang sekolah. Anak diminta untuk bangun pagi, mempersiapkan

segala kebutuhan keluarga untuk pagi hari seperti sarapan, menimba air, dan

sebagainya. Setelah pulang sekolah, mereka juga diminta untuk bekerja

seperti berjualan, ikut ke sawah, membersihkan rumah, dalan lain-lain.

(20)

4

bagaimanapun keadaannnya, anak yang masih dalam masa pertumbuhan dan

perkembangan tidak boleh dieksploitasi dan dituntut secara berlebihan.

Keadaan ekonomi keluarga menentukan pola asuh yang diterapkan

orang tua di dalam rumah. Keadaan ekonomi setiap keluarga berbeda-beda.

Ada keluarga yang kaya dan sangat berkecukupan dan ada keluarga yang

miskin dan sangat membutuhkan bantuan. Anak yang terlahir dalam keluarga

yang kaya dan berkecukupan umumnya mendapatkan fasilitas-fasilitas yang

lengkap. Anak dapat bersekolah tanpa harus bersusah payah mencari uang

untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup. Anak mendapatkan perhatian

yang cukup dari orang tua. Sehingga orang tua dapat menjaga komunikasi

yang baik dengan anak dan senantiasa mengontrol perkembangan anaknya.

Anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang cukup memberikan

perhatian dan bimbingan akan tumbuh menjadi anak yang baik dan memiliki

sikap sosial yang baik dan begitu juga sebaliknya. Berbeda dengan anak yang

terlahir dari keluarga miskin. Anak yang terlahir dari keluarga yang miskin

umumnya tidak memiliki cukup biaya dan biasanya terpaksa ikut membantu

kedua orang tuanya bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Tidak

jarang anak memiliki kebiasaan buruk seperti mencuri. Semua tidak terlepas

dari tuntutan kebutuhan hidup. Kesibukan orang tua di luar rumah membuat

anak kekurangan perhatian dan bimbingan. Sehingga anak berkembang

dengan sendirinya karena faktor lingkungan. Perkembangan yang dialami

dapat berupa perkembangan yang positif dan negatif. Bergantung pada

(21)

5

Bentuk pola pengasuhan orang tua pada anak berpengaruh pada

kebiasaan-kebiasaan anak. Kebiasaan yang dimaksud adalah kebiasaan anak

sehari-hari. Kebiasaan tertentu yang dimiliki anak adalah sesuatu yang

lumrah. Akibatnya, banyak orang tua yang cenderung abai dengan kebiasaan

tersebut. Padahal, ada beberapa kebiasaan yang sebenarnya berbahaya bagi

kesehatan anak, baik secara fisik ataupun mental. Kebiasaan tersebut seperti

anak hiperaktif, suka merokok, suka melawan dan keras kepala, suka berkata

kotor, dan lain-lain.Menurut Shocib (2010:2) menyatakan bahwa, “Tugas dan

tanggung jawab keluarga (orang tua) adalah menciptakan situasi dan kondisi

yang memuat iklim yang dapat dihayati anak-anak untuk memperdalam dan

memperluas makna-makna essensial”. Dengan demikian, adanya

kebiasaan-kebiasaan anak merupakan hasil yang diperoleh dari internalisasi nilai dalam

keluarga. Hal ini mengindikasikan bahwa anak yang memiliki kebiasaan

buruk adalah anak yang kurang mendapat pemahaman moral yang baik dari

orang tua.

Penerapan pola asuh yang salah dapat mengakibatkan terjadinya

kebiasaan-kebiasaan buruk pada anak. Salah satunya adalah hiperaktif.

Hiperaktif merupakan salah satu kebiasaan buruk pada anak. Setiap

pengalaman sensorik yang mereka peroleh dalam perkembangananya akan

mereka respon dengan berbagai cara agar kepuasaan dirinya itu terpenuhi.

Menurut Zaviera, Ferdinand (dalam Bunda Novi, 2015:15) menyatakan

bahwa, “Faktor penyebab anak Hiperaktif yaitu anak sedang mengalami

(22)

6

terpendam). Akibatnya dalam kondisi apapun, anak tidak mampu mengontrol

tingkah lakunya, perhatiannya sangat mudah teralihkan, dan tingkah lakunya

susah diatur”. Dalam hal ini, peran orang tua sangatlah penting dalam

memberikan pola asuh pada anak. Bersikap bijak dalam menghadapi anak

hiperaktif bukanlah dengan melarang atau membiarkan anak melakukan hal

yang disukainya. Melainkan secara perlahan-lahan memberikan pemahaman

kepada anak bahwa apa yang mereka lakukan itu berbahaya atau tidak.

Dalam kehidupan sehari-hari, tidak sedikit anak yang menirukan

kebiasaan buruk orang dewasa. Kebiasaan tersebut bahkan berbahaya bagi

anak misalnya kebiasaan merokok. Proses peniruan ini umumnya tidak terjadi

secara spontan melainkan terus-menerus. Anak terbiasa melihat anggota

keluarga dan orang-orang disekelilingnya merokok. Sehingga anak

beranggapan bahwa merokok adalah sesuatu yang biasa. Seperti yang telah

diketahui, rokok mengandung racun dan nikotin yang membahayakan tubuh.

Hal ini tentu berdampak buruk bagi kesehatan anak dan orang-orang

disekitarnya. Oleh sebab itu, orang tua bertanggung jawab atas pemahaman

nilai moral yang diperoleh anak dari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarga.

Menjalin hubungan dan komunikasi yang baik guna memberikan penjelasan

tentang nilai-nilai moral adalah tugas utama orang tua. Menurut Wayson

(1982:29) menyatakan bahwa, “Disiplin diri merupakan perilaku yang dapat

dipertanggungjawabkan karena dikontrol oleh nilai-nilai moral yang

(23)

7

anakmembaca perilaku-perilakunya, apakah perilakunya menyimpang atau

tidak dari nilai-nilai moral.

Sepulang sekolah siswa tidak langsung pulang ke rumah. Seperti

diberitakan harian Metro 24 (24 Maret 2015:4) yang menyebutkan bahwa,

“Terdapat sejumlah siswa berseragam sekolah bermain di jalanan pada sore

hari”. Peristiwa ini umumnya terjadi karena belum tertanamnya rasa disiplin

dalam diri anak. Anak lebih mengikuti keinginannya dan mengabaikan

nasehat orang tua. Hingga akhirnya, hasil yang diterima anak adalah

hukuman dari orang tua. Hukuman yang diberikan pun beragam seperti

dimarahi, dipukul, tidak diberi uang saku, dan lain-lain. Menurut Robert

Agnew (1985:19) menyatakan bahwa, “Pengaruh negatif yang timbul jika

orang tua menggunakan hukuman badan terhadap anak adalah kenakalan

remaja yang semakin menjadi”. Hukuman pun dapat menjadi pemicu

kenakalan remaja jika orang tua memberikan hukuman yang kurang tepat

kepada anak. Hukuman yang hanya ditekankan dari segi hukuman dan bukan

tujuannya, oleh anak tidak akan dihayati sebagai bantuan tetapi penyiksaan.

Untuk meminimalkan bahaya yang ditimbulkan, perlu upaya orang tua untuk

menciptakan situasi dan kondisi yang dapat mengundang anak berdialog

dengan mereka sejak dini. Tujuannya adalah agar komunikasi antara orang

tua dan anak tetap terjalin dengan baik dan anak dapat menyadari bahwa

moral sebagai landasan keteraturan disiplin dirinya.

Siswa memiliki kebiasaan mencuri. Mencuri adalah mengambil suatu

(24)

8

dalah suatu kebiasaan yang dilakukan jika ada kesempatan. Kebiasaan

mencuri ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah faktor dalam diri. Seperti

kesalahan dalam menginternalisasikan nilai-nilai moral yang telah diajarkan.

Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri anak. Faktor eksternal yang

dominan adalah keadaan ekonomi keluarga yang sebagian besar berasal dari

keluarga kurang mampu.

Lingkungan teman-teman yang berkecukupan membuat anak merasa

tersisihkan. Terlebih anak sering diejek oleh teman-temannya. Anak ingin

membeli sesuatu seperti teman yang lainnya tapi tidak memiliki cukup uang.

Seperti diliput Muchlisa, Choiriah (dalam Merdeka.com, 2015) yang

menyebutkan bahwa, “Bocah kelas VI SD hoby mencuri uang kepala

sekolah”. Kejahatan tersebut tidak dilakukan siswa sendirian. Siswa

mengajak siswa yang lain untuk membantunya. Beberapa siswa masuk untuk

mengambil uang dan yang lainnya memantau situasi. Akibatnya para siswa

dikeluarkan dari sekolah. Peristiwa tersebut juga terjadi di daerah Sunggal.

Siswa sekolah dasar mencuri barang-barang di sekolahnya. Tak hanya itu,

mereka juga mencuri barang-barang milik warga sekitar di lingkungan

rumahnya. Sebagian besar orang tua tidak mau disalahkan. Mereka

menganggap bahwa mereka sudah memberikan nasehat yang baik kepada

anak-anaknya. Mereka mengganggap bahwa kebiasaan anaknya tersebut

adalah pengaruh dari luar. Sangat disayangkan tidak adanya koordinasi yang

(25)

9

sekolah. Hal ini mengindikasikan bahwa menurut orang tua memberikan

pemahaman moral kepada anak telah cukup hanya dengan menasehatinya

saja. Sehingga para orang tua berpikir bahwa dengan sering menasehati anak,

mereka telah melakukan tugasnya. Namun, perlu diketahui oleh para orang

tua bahwa anak harus diberikan pemahaman dan contoh langsung agar anak

dapat memahami nilai moral yang diberikan dengan baik.

Siswa suka memukul teman dan guru. Kebiasaan ini umumnya terjadi

karena anak sering melihat perilaku kekerasan dalam keluarga. Seperti anak

sering dihukum jika melakukan kesalahan. Dengan demikian anak menjadi

terbiasa melakukan hal yang sama. Umumnya hal ini terjadi pada anak yang

mendapatkan pola asuh dimana kebutuhan dan keinginan anak selalu

dipenuhi. Akhirnya anak menjadi manja. Akibatnya, jika suatu ketika

keinginannya tidak terpenuhi, maka anak akan melawan. Seperti diberitakan

News (27 Maret 2015) yang menyebutkan bahwa, “Diperintah masuk ke

dalam kelas, siswa SD pukuli guru”. Hal ini mencerminkan bahwa anak

memiliki kebiasaan yang buruk yaitu suka memukul. Kebiasaan suka

memukul menjadi ciri-ciri kepribadian anak yang keras. Hal tersebut juga

mencerminkan kurangnya sikap sosial yang baik dan rasa hormat siswa

terhadap gurunya. Di lain hal, siswa yang memiliki keberanian juga suka

menindas teman-temannya. Siswa tersebut membully teman-temannya karena

merasa memiliki kekuatan yang lebih. Peristiwa tersebut juga terjadi di

daerah Sunggal. Dimana siswa sekolah dasar membully siswa lain yang

(26)

10

pintar dan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa memberikan kebebasan

sepenuhnya tanpa pengawasan dan bimbingan tidak baik bagi anak. Anak

harus diberikan pola asuh dimana anak dapat berdemokrasi namun tetap

dalam bimbingan.

Siswa memiliki kelompok kriminal. Kelompok kriminal yang

dimaksudkan adalah sekumpulan anak yang suka menindas dan melakukan

kejahatan terhadap orang lain. Dalam dunia pelajar umumnya sudah menjadi

hal yang biasa jika siswa memiliki kelompok atau biasa disebut „Geng‟.

Kelompok dibentuk akibat persamaan pendapat antar anggota kelompok.

Namun yang menjadi masalah adalah jika kelompok tersebut merugikan

orang lain. Seperti diberitakan BatamPos (3 Mei 2015) yang menyebutkan

bahwa, “Astaga siswa SD sudah punya geng IBLIS”. Geng Iblis adalah

singkatan dari Ikatan Bocah Lali Sekolah. Kelompok ini dibentuk oleh para

siswa SD yang lupa untuk belajar dan lebih sering berkumpul bersama teman

satu kelompoknya. Tujuannya adalah untuk berkeliling kampung dan

memalak anak-anak lain seusianya. Mereka bercita-cita kelak jika telah

dewasa akan bergabung dengan geng motor dan memalak orang dewasa.

Peristiwa serupa juga terjadi di daerah Sunggal dimana siswa SD mempunyai

kelompok „Geng Sepeda‟. Kelompok ini terdiri dari anak-anak yang

menggunakan sepeda saat berkeliling kampung. Tujuannya untuk

menganiaya anak-anak lain seperti memukul dan menabrak anak-anak yang

sedang melintasi jalan. Hingga akhirnya, anak yang dianiaya mengalami

(27)

11

tidak dihayati oleh anak. Anak selalu melakukan apa yang dia suka tanpa

menimbang baik buruknya dampak perilakunya terhadap orang lain. Anak

tidak perduli apakah perilakunya merugikan orang lain atau tidak. Kejadian

ini tentu sangat berbahaya jika dibiarkan begitu saja. Orang tua, pihak

sekolah, dan lingkungan tempat tinggal harus bekerjasama dalam melakukan

tindakan pencegahan guna mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.

Kecanggihan teknologi memberikan pengaruh buruk bagi

perkembangan sikap anak. Pada masa ini dunia sudah dikuasai oleh

teknologi. Teknologi dengan segala keanggunan dan kecanggihannya berhasil

memikat berbagai kalangan usia mulai usia manula, dewasa, remaja, bahkan

anak-anak. Orang tua kerap memfasilitasi putra-putri mereka yang masih

belia dengan gadget atau barang-barang berbau teknologi lainnya. Tujuannya

adalah untuk memanjakan putra-putri mereka seperti komputer dan

handphone. Namun orang tua patut waspada terhadap fasilitas teknologi

canggih yang mereka berikan kepada putra-putriny. Hal ini disebabkan

karena ternyata teknologi mampu membawa dampak negatif pada sang buah

hati. Teknologi dapat disalahgunakan fungsinya. Banyak anak yang

menggunakan teknologi seperti handphoneuntuk berpacaran dan menonton

video porno. Kemudian komputer digunakan anak bukan untuk belajar

melainkan untuk bermain game online. Tidak tanggung-tanggung, kebiasaan

ini terjadi setiap hari. Akibatnya, anak menjadi lupa belajar dan keras kepala.

Pengawasan dan bimbingan dari orang tua sangat penting guna menjadi filter

(28)

12

dengan pengawasan dan arahan dari orang tua sehingga anak tidak

menyalahgunakan fasilitas yang diberikan.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di SD Negeri 105265

Sukamaju, ada kecenderungan hasil penerapan pola asuh oleh orang tua

masing-masing. Kecenderungan ini dapat dilihat dari keadaan fisik, sikap,

dan nilai tugas siswa sehari-hari. Keadaan fisik yang dimaksud adalah

kebersihan dan kerapian siswa saat masuk kelas. Pakaian siswa sangat kusut

dan kotor dengan rambut yang sudah mengenai telinga. Selanjutnya siswa

tidak sopan saat berada di kelas. Siswa tidak mau menyapa guru dan suka

membuat keributan. Kemudian terdapat beberapa siswa yang tidak

mengerjakan pekerjaan rumahnya dan selalu mendapatkan hukuman dari

guru. Selama menjalani hukuman atas kesalahannya, siswa merasa sangat

senang. Sebagian siswa mengatakan bahwa mereka lebih suka dihukum

daripada belajar di dalam kelas. Bahkan mereka suka mengganggu

kelas-kelas lain saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal ini

mengindikasikan bahwa disiplin diri tidak ditanamkan dalam keluarga. Rasa

hormat anak juga sudah berkurang kepada guru.

Tugas orang tua dalam mendidik anak mempunyai banyak tantangan

yang sangat kompleks. Namun demikian, tugas mendidik anak adalah tugas

yang mulia dan luar biasa yang dipercayakan Tuhan kepada para orang tua.

Karenanya orang tua yang baik adalah mereka yang mampu mendidik

anak-anaknya dengan baik. Hal ini merupakan amanah yang diberikan kepada

(29)

13

sangat terlihat jelas dalam keluarga karena keluarga merupakan elemen

masyarakat pertama bagi anak. Keluarga adalah masyarakat terkecil yang

paling inti. Dari keluargalah anak mulai memperoleh pendidikan pertama

sebelum memasuki pendidikan secara formal di sekolah. Dari keluarga juga

anak mengalami proses pembentukan kepribadian yang pertama. Anak adalah

tunas bangsa yang akan menerima tongkat estafet perjuangan dan cita-cita

bangsa. Untuk itu, anak memerlukan bimbingan, arahan, dan didikan dari

orang tua sejak dini sebagai persiapan untuk menghadapi masa yang akan

datang.

Atas dasar pemikiran di atas, peneliti merasa terdorong untuk

melakukan penelitian khususnya yang berkenaan dengan penerapan pola asuh

orang tua dalam lingkungan keluarga serta dampaknya. Untuk itu, peneliti

mengajukan skripsi dengan judul penelitian “Hubungan Pola Asuh Orang

Tua Terhadap Sikap Sosial Siswa SD Negeri Se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang

dapat diidentifikasikan adalah :

1. Penerapan pola asuh orang tua mempengaruhi sikap sosial anak.

2. Banyak orang tua yang keliru dalam menerapkan pola asuh pada

(30)

14

3. Penerapan pola asuh yang salah dapat mengakibatkan terjadinya

kebiasaan-kebiasaan buruk pada anak.

4. Sepulang sekolah siswa tidak langsung pulang ke rumah.

5. Siswa memiliki kebiasaan mencuri.

6. Kecanggihan teknologi dapat memberikan pengaruh buruk bagi

perkembangan sikap anak.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

dikemukakan, peneliti merasa perlu membatasi masalah dalam penelitian.

Tujuannya adalah agar hasil penelitian nantinya dapat dijelaskan secara lebih

spesifik dan mendalam. Oleh sebab itu, batasan masalah pada penelitian ini

adalah hubungan pola asuh orang tua terhadap sikap sosial siswa kelas IV, V,

dan VI SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016.

D. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah dan batasan masalah di atas

maka, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana gambaran penerapan pola asuh orang tua siswa kelas IV, V,

dan VI SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A

(31)

15

2. Bagaimana gambaran sikap sosial siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri

Se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016?

3. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara hubungan

pola asuh orang tua terhadap sikap sosial siswa SD Negeri se-Desa

Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah diatas

maka, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui gambaran penerapan pola asuh orang tua siswa kelas

IV, V, dan VI SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A

2015/2016?

2. Untuk mengetahui gambaran sikap sosial siswa kelas IV, V, dan VI SD

Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016?

3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan

antara pola asuh orang tua terhadap sikap sosial siswa kelas IV, V, VI SD

Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016.

F. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Bagi guru, sebagai bahan kajian untuk lebih memahami sikap sosial

(32)

16

2. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman dalam penulisan karya ilmiah.

3. Bagi peneliti-peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

referensi untuk melakukan penelitian – penelitian yang selanjutnya.

4. Bagi para pembaca, penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk

menambah khasanah pengetahuan. Khususnya tentang pola asuh orang

tua dalam keluarga serta hubungannya dengan sikap sosial anak di

lingkungan rumah dan sekolah. Karena pembaca nantinya akan menjadi

(33)

107

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah membahas teori maupun hasil temuan penelitian dari lapangan,

maka akan ditarik kesimpulan yang dapat digunakan sebagai saran untuk

penelitian selanjutnya. Adapun kesimpulan dan saran yang dapat diberikan

peneliti adalah :

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan intrepretasi yang telah dilakukan, maka

kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Temuan yang diperoleh dari kecenderungan jawaban responden tentang

pola asuh orang tua otoriter adalah skor tertinggi berada pada item nomor

3 dengan total skor 159 dan sebanyak 52% (22 responden) memberikan

jawaban terbaik yaitu orang tua akan marah namun tidak langsung

menghukum melainkan menasehati anak. Skor terendah berada pada item

nomor 4 dengan total skor 127 dan sebanyak 43% (18 responden)

memberikan jawaban bahwa orang tua membenci teman sepergaulan

anak jika teman tersebut memberikan pengaruh buruk. Rata-rata skor

yang diperoleh dari jawaban responden tentang pola asuh otoriter adalah

sebesar 145 dari total responden. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa orang tua menerapkan pola asuh otoriter di rumah dengan baik.

2. Temuan yang diperoleh dari kecenderungan jawaban responden tentang

pola asuh orang tua demokratis adalah skor tertinggi berada pada item

(34)

108

nomor 10 dengan total skor 160 dan sebesar 55% (23 responden)

memberikan jawaban terbaik yaitu orang tua selalu memberikan

kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pendapatnya. Skor

terendah berada pada item nomor 8 dengan total skor 152 dan sebesar

36%(15) responden memberikan jawaban yaitu jika anak membantah

perintah maka orang tua akan marah namun tetap menasehatinya. Skor

rata-rata yang diperoleh dari jawaban responden tentang pola asuh

demokratis adalah sebesar 156,4 dari total responden. Dengan demikian

maka dapat disimpulkan bahwa orang tua telah menerapkan pola asuh

demokratis di rumah dengan sangat baik.

3. Temuan yang diperoleh dari kecenderungan jawaban responden tentang

pola asuh orang tua permisif adalah skor tertinggi berada pada item

nomor 21 dengan total skor 143 dan sebanyak 52% (22 responden)

memberikan jawaban terbaik yaitu jika anak dapat kompak dengan

temannya maka orang tua memuji anak dan tetap mengawasinya. Skor

terendah berada pada item nomor 23 dengan total skor 126 dan sebanyak

48% (20 responden) memberikan jawaban jika anak ketahuan mencuri di

sekolah maka orang tua akan marah dan menasehatinya. Skor rata-rata

yang diperoleh dari jawaban responden tentang pola asuh permisif adalah

sebesar 135,4 dari total responden. Dengan demikian maka dapat

disimpulkan bahwa orang tua menerapkan pola asuh permisif di rumah

(35)

109

4. Berdasarkan hasil kecenderungan jawaban responden tentang pola asuh

orang tua maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata pola asuh otoriter

dan permisif lebih rendah dari nilai rata-rata pola asuh demokratis. Orang

tua kurang menerapkan pola asuh otoriter dan permisif. Dengan skor

rata-rata untuk pola asuh otoriter sebesar 145 dan skor rata-rata untuk

pola asuh permisif sebesar 135,4 dari total responden. Orang tua

memberikan jawaban terbaik pada item soal pola asuh orang tua otoriter

dan permisif yang berlawanan dengan karakteristik pola asuh tersebut.

Sebaliknya, orang tua menerapkan pola asuh demokratis dengan sangat

baik. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 150,4.

Orang tua yang memberikan skor terbaik pada pilihan jawaban yang

menjadi karakteristik pola asuh tersebut. Berdasarkan akumulasi nilai

rata pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif diperoleh nilai

rata-rata secara keseluruhan sebesar 143,6. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa orang tua menerapkan dua pola asuh yaitu otoriter

dan demokratis. Namun penerapan pola asuh demokratis lebih dominan

dibandingkan pola asuh otoriter.

5. Temuan yang diperoleh dari kecenderungan jawaban responden tentang

sikap sosial positif adalah skor tertinggi berada pada item nomor 21

dengan total skor 164 dan sebesar 83% (35 responden) memberikan

jawaban terbaik yaitu jika Bapak/Ibu guru berhalangan hadir maka siswa

akan membaca buku dan mengerjakan soal-soal tetap dengan tertib. Skor

(36)

110

sebesar 67% (28 responden) memberikan jawaban jika anak dihukum

karena tidak mengerjakan tugas maka anak akan meminta maaf dan

berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Rata-rata skor yang diperoleh

dari jawaban responden tentang sikap sosial positif adalah sebesar 157,7

dari total responden. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap

sosial positif yang ditunjukkan oleh siswa sangat baik.

6. Temuan yang diperoleh dari kecenderungan jawaban responden tentang

sikap sosial negatif adalah skor tertinggi berada pada item nomor 4

dengan total skor 159 dan sebesar 67% (28 responden) memberikan

jawaban terbaik yaitu jika dibohongi oleh teman maka siswa akan cuek

dan memilih untuk berteman dengan teman yang lain. Skor terendah

berada pada item soal nomor 1 dengan total skor 143 dan sebesar 74%

(31 responden) memberikan jawaban jika teman hanya mau berteman

dengan teman-teman yang kaya saja maka siswa akan menasehati

temannya agar tidak membeda-bedakan teman yang kaya dan yang

miskin. Rata-rata skor yang diperoleh dari jawaban responden tentang

sikap sosial negatif adalah sebesar 152,3 dari total responden. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa sikap sosial negatif yang ditunjukkan

oleh siswa sudah kurang baik.

7. Berdasarkan hasil kecenderungan jawaban responden tentang sikap sosial

siswa maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata sikap sosial positif

lebih tinggi rata-rata sikap sosial negatif. Dengan skor rata-rata untuk

(37)

111

memberikan jawaban terbaik pada item soal sikap sosial positif yang

sesuai dengan karakteristik sikap tersebut. Sebaliknya, siswa

menunjukkan sikap sosial negatif yang kurang baik. Hal ini terlihat dari

nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 152,3 di bawah skor rata-rata total.

Siswa memberikan skor terbaik pada pilihan jawaban yang sesuai dengan

karakteristik sikap tersebut. Berdasarkan akumulasi nilai rata-rata sikap

sosial positif dan negatif diperoleh nilai rata-rata secara keseluruhan

sebesar 155. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa

cenderung menunjukkan sikap sosial positif saat berada di rumah

maupun di sekolah.

8. Berdasarkan hasil perhitungan uji linearitas yang telah dilakukan

diperoleh persamaan regresi antara X dan Y adalah y = 22,79 + 0,823X.

Berdasarkan persamaan tersebut dapat diartikan bahwa setiap data X

bertambah satu satuan maka data Y akan bertambah 0,823. Hal ini

membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara variabel X

dan Y.

9. Berdasarkan hasil uji korelasi dengan menggunakan analisis korelasi

Pearson Product Moment diperoleh sebesar 0,749 sedangkan

dengan n = 42 adalah 0,312. Maka > yaitu 0,749 >

0,312. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang antara

pola asuh orang tua dengan sikap sosial siswa SD Negeri se-Desa

(38)

112

10.Berdasarkan hasil perhitungan koefisien Korelasi yaitu = 0,749,

maka diperoleh koefisien Determinasi yaitu = = 0,561. Hal ini

berarti varians yang terjadi pada variabel sikap sosial siswa 56% dapat

dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel pola asuh orang tua,

dan 44% oleh faktor lain atau perubahan yang terjadi pada sikap sosial

siswa sebesar 56% dipengaruhi oleh pola asuh orang tua.

11.Berdasarkan perhitungan uji t yang telah dilakukan diperoleh nilai

= 7,149 sedangkan nilai = 2,021. Karena >

yaitu 7,149 > 2,021, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap sikap

sosial siswa SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A

2015/2016.

12.Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan, maka dapat disimpulkan

bahwa ditotak dan diterima yaitu terdapat hubungan yang positif

dan signifikan antara pola asuh orang tua terhadap sikap sosial siswa SD

Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan :

1. Bagi orang tua, sebaiknya tidak membenci teman-teman anak melainkan

memberikan masukan kepada anak mengenai teman yang baik dan yang

tidak baik. Sehingga anak dapat mengerti karakteristik teman yang baik.

(39)

113

mengontrol emosi dan tetap memberikan penjelasan bahwa apa yang

dilakukannya tidak baik. Jika anak ketahuan mencuri di sekolah,

sebaiknya orang tua lebih memperhatikan anak, mencari tahu

perkembangan anak adalah hal yang sangat penting untuk menghindari

sikap buruk yang akan dilakukan anak. Tingkatkan komunikasi dengan

anak agar anak merasakan kasih sayang dari orang tua sehingga anak

dapat menghargai orang lain lebih baik lagi.

2. Bagi guru, berilah ruang untuk anak dapat menunjukkan kemampuannya

sehingga anak merasa nyaman selama proses kegiatan belajar

berlangsung. Berikan perhatian kepada anak saat anak bersosialisasi

dengan teman untuk menghindari terjadinya sikap sosial yang negatif.

Berilah aturan yang diperoleh dari hasil mufakat dengan siswa agar siswa

merasa bahwa dirinya ada dan dihargai. Dengan menanamkan hal ini,

secara tidak langsung guru telah memberikan pendidikan karakter dan

konsep yang baik kepada siswa.

3. Bagi siswa, pertahankan sikap sosial positif yang sudah dimiliki dan

perbaiki sikap sosial negatif Anda. Ingatkan teman yang melakukan sikap

sosial negatif agar dapat berubah menjadi lebih baik lagi.

4. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini sebaiknya dilanjutkan pada daerah

lain. Mengingat saat ini banyak sekali permasalahan yang terjadi di

kalangan siswa khususnya mengenai sikap sosial siswa seperti tawuran

dan perkelahian. Sehingga penelitian yang dilakukan nantinya dapat

(40)

114

memperbaiki sistem yang kurang tepat dalam menumbuhkan sikap sosial

(41)

115

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi,Abu.2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Aisyah. 2010. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Aliah, Rohan. 2011. Mengembangkan Karakter Anak Secara Efektif. Yogyakarta :

Pustaka Insan Madani.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Bunda Novi. 2015. Kebiasaan-kebiasaan Buruk Anak Sehari-hari. Jakarta :

Flashbook

Danny. 2011. Menjadi Orang Tua Yang Lebih Baik. Jakarta : Binarupa Aksara.

Hadi, Sutrisno. 2015. Statistik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Hauck, Paul. 2015. Rahasia Tpe-Tipe Kepribadian Anak. Yogyakarta : Diva Press

Jamal,Lisma. 2011. Asih, Asah, Asuh, Mengasuh dan Mendidik Anak agar

Cerdas. Semarang: Dahara Prize.

Khon. 2012. Psikologi Keluarga. Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Kristinawaty, Taty. 2010. Psikologi Keluarga. Jakarta : Griya Pustaka

Marini, Adriani. 1991. Kepribadian Keluarga. Jakarta: Arcan.

Mulyono. 2011. Pola Asuh Orang Tua dalam http://www.orangtua.org/2011/1/21/

pola-asuh-orangtua-menurutbeberapa-ahli-1 diakses pada 16 Oktober 2015

Rohimah. 2012. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sardiman. 2012. Model Pendidikan Karakter. Yogyakarta : Multi Presindo

Shochib, Muhammad. 2010. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta : Rineka cipta

(42)

116

Singgih. 2011. Pola Asuh Orang Tua dalam http://pangeranrajawawo.blogspot.co.

id/2011/12/pola-asuh-orang-tua.html diakses pada 15 Oktober 2015

Sugiyono. 2014. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sukardi, Dewi. 2010. Kecerdasan Sosio-Emosional. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Syaifuddin,Azwar. 2013. Sikap Manusia. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Takdir,Muhammad. 2013. Quantum Parenting, Kiat Sukses Mengasuh Anak

Secara Efektif dan Cerdas. Yogyakarta : Ar-ruzz Media

Zahrah. 2014. Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga. Jakarta :

Referensi

Dokumen terkait

Ia berpura-pura menyambut Daud dengan penghormatan yang besar dan puji-pujian yang berlebih-lebihan namun dalam dadanya makin menyala-nyala api dendam dan kebenciannya,

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi penerapan biaya standar untuk biaya produksi pada UKM Cireng Cageur Grup yang mencakup biaya bahan baku langsung, biaya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jenis tanah memberi pengaruh nyata terhadap C-organik tanah dan N-total tanah, serta bahan organik yang berbeda memberi pengaruh

Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah manajer perusahaan manufaktur di Indonesia melakukan manajemen

Untuk melakukan proses pembuatan suatu dudukan alat Test Bench es perlu dilakukan perencanaan dan perancangan sebagai langkah dasar pembuatan dudukan alat, sehingga

Pemberian macam biochar dan dosis pupuk N memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter pertumbuhan antara lain tinggi tanaman, luas daun dan jumlah bintil akar,

Sampai tahun 2013, jumlah tenaga kependidikan untuk menunjang kegiatan administrasi akademik, administrasi keuangan dan kepegawaian serta administrasi umum pada

Kisi-kisi ini disajikan dengan maksud untuk memberikan informasi mengenai butir-butir yang didrop dan setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas serta analisis