HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP SIKAP
SOSIAL SISWA SD NEGERI Se-DESA SUKAMAJU
KECAMATAN SUNGGAL T.A 2015/2016
SKRIPSI
NURHIDAYAH LESTARI SUPIANTO
NIM : 1123111063
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
i ABSTRAK
NURHIDAYAH LESTARI SUPIANTO. NIM 1123111063. Hubungan PolaAsuh Orang Tua Terhadap Sikap Sosial Siswa SD Negeri Se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016. Skripsi. Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. 2016.
Masalah dalam penelitian ini adalah sikap sosial siswa sekolah dasar kurang baik. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua terhadap sikap sosial siswa SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016. Dengan jumlah populasi sebanyak 422 orang dan sampel sebanyak 42 siswa beserta dengan orang tuanya. Teknik penarikan sampel menggunakan Proportionate Stratified Random
Sampling. Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data variable
pola asuh orang tua dan sikap social siswa adalah dengan menggunakan angket dalam bentuk pilihan berganda. Prosedur penelitian yang dilakukan adalah dengan menyebarkan angket kepada orang tua dan siswa secara langsung.
Analisis data dan uji hipotesis menggunakan analisis korelasi Pearson
Product Moment. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa sebesar 0,749 sedangkan pada taraf signifikan 95% sebesar 0,312. Dengan demikian diketahui lebih besar dari . Maknanya adalah terdapat hubungan yang kuat antara pola asuh orang tua dengan sikap sosial siswa SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa sebesar 7,149 sedangkan pada taraf signifikan 95% sebesar 1,992. Dengan demikian diketahui lebih besar dari . Maknanya adalah Ho ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan sikap sosial siswa SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim...
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT serta Shalawat
dan Salam kepada Rasulullah SAW, seluruh keluarganya, sahabat-sahabatnya,
dan para pengikutnya. Syukur tak terhingga peneliti ucapkan atas terselesainya
penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Sikap Sosial Siswa SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A
2015/2016”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan strata satu (S1) pada Jurusan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa
dapat mengaplikasikan secara langsung ilmu yang diperoleh selama di bangku
perkuliahan dan menambah pengalaman, khususnya yang berhubungan dengan
ilmu pendidikan. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari
kesempurnaan dan banyak kekurangan. Untuk itu setiap kritik dan saran yang
bersifat membangun dalam penyempurnaannya akan peneliti terima dengan
senang hati.
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari pihak-pihak yang
membantu sebelum dan selama pengerjaannya. Dalam prosesnya pun peneliti
memperoleh banyak sekali bantuan baik secara moril maupun materil dari pihak
yang tentunya tak ternilai harganya. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti
iii
maupun tidak. Ucapan terima kasih terutama peneliti tujukan kepada kedua orang
tua yang sangat dicintai dan sayangi yaitu Bapak Rusmanto dan Ibu Supiani yang
telah memberikan dukungan moril maupun materil yang tidak ternilai harganya.
Atas semua jerih payah, kasih sayang, perhatian, dukungan serta do’a yang selalu
membuat peneliti bersemangat sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dengan
baik. Semoga semua yang peneliti kerjakan dapat membahagiakan dan
membanggakan Bapak dan Ibu.
Selanjutnya ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.
2. Bapak Dr. Nasrun, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Medan dan sekaligus Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan
masukan dan arahan yang membangun bagi peneliti dalam penyelesaian
skripsi ini.
3. Bapak Drs. Khairul Anwar, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Pra
Sekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Medan.
4. Bapak Drs. Effendi Manalu, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah memberikan masukan dan arahan, serta menyediakan waktu, tenaga,
pikiran, dan ilmu yang berharga bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini
di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.
5. Bapak Drs. Rahim Sitompul, M.S selaku Dosen Penguji II yang telah banyak
iv
penyelesaian skripsi ini di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Medan.
6. Ibu Dra. Mastiana Ritonga, M.Pd selaku Dosen Penguji III yang telah banyak
memberikan masukan dan arahan yang membangun bagi peneliti dalam
penyelesaian skripsi ini di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Medan.
7. Seluruh Dosen dan staf di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Medan. Terima kasih yang tulus peneliti sampaikan atas jasa-jasa yang telah
diberikan selama perkuliahan.
8. Kepala Sekolah, seluruh guru, dan staf SD Negeri 105265 Sukamaju yang
telah memberikan izin serta membantu peneliti selama melaksanakan
penelitian di sekolah.
9. Kepala Sekolah, seluruh guru, dan staf SD Negeri 106143 Sukamaju yang
telah memberikan izin serta membantu peneliti selama melaksanakan
penelitian di sekolah.
10. Kepala Sekolah, seluruh guru, dan staf SD Negeri 106787 Sukamaju yang
telah memberikan izin serta membantu peneliti selama melaksanakan
penelitian di sekolah.
11. Saudara peneliti yaitu Waris Supianto S.E, Nur Hafizah S.E, Septio Hadi
Supianto, Dewi Trisna Wati, dan Indana Zahrani Supianto yang telah banyak
memberikan dukungan, motivasi, masukan, arahan, serta do’a yang tidak
v
12. Tunangan peneliti yaitu Hendri Lestari, S.T yang telah banyak memberikan
dukungan, kritik, saran, perhatian, serta semangat dalam menyelesaikan
skripsi ini dan sekaligus menjadi tim dalam pelaksanaan penelitian.
13. Sepupu peneliti yaitu Lisma Yeni Pandia S.Sos, M.Ikom, Nur Imania,
Sukarniati S.E, dan Munawir Prayetno S.T yang selalu setia membantu
peneliti dalam penelitian skripsi ini.
14. Sahabat peneliti yaitu Siti Kurniatay Sukma, Sangkot Sri Rezeki Nst, dan
Rini Novita Sari yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan perhatian
dalam melakukan aktivitas perkuliahan.
15. Teman-teman diskusi yaitu Dewi Puspita Sary, Widya Syahfitri, Elma
Nainggolan, Maryati Manurung, Afda Lila, Santa H Sinaga, dan Siti
Nuraisyah yang telah memberikan masukan dan saran yang baik selama
proses penyelesaian skripsi ini. Terkhusus kepada Dewi dan Widya yang
telah menjadi tim pengolahan data penelitian.
16. Teman-teman seperjuangan mahasiswa PGSD kelas C-Reguler 2012 di
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. Terima kasih atas
dukungan dan motivasi selama perkuliahan.
17. Semua pihak yang turut serta membantu peneliti selama mengikuti
vi
Akhir kata, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
bantuan yang telah diberikan, semoga Allah SWT akan membalasnya dengan
limpahan rahmat kepada kita semua. Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian
skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, segala kritik
dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini sangat peneliti harapkan. Harapan
peneliti semoga skripsi ini dapat berguna bagi siapa saja yang membutuhkan
pengetahuan dan dapat menjadi sumber inspirasi dengan cara apapun.
Medan, Maret2016
Penulis
Nurhidayah Lestari Supianto
vii
A. LatarBelakangMasalah ... 1
B. IdentifikasiMasalah ... 13
C. BatasanMasalah ... 14
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua ... 38
D. Konsep Sikap Sosial ... 41
1. Pengertian Sikap... 41
2. Pengertian Sosial ... 44
3. Pengertian Sikap Sosial ... 45
E. Macam-macam Sikap Sosial ... 49
F. PembentukandanPerubahanSikap ... 52
G. Faktor-faktor Perubahan Sikap ... 56
H. Kerangka Berpikir ... 59
I. Hipotesis Penelitian ... 61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 62
A. JenisPenelitian ... 62
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 62
viii
D. Teknik Penarikan Sampel ... 64
E. Definisi Operasional Variabel ... 66
F. Konsep dan Pengukuran Variabel ... 66
G. Desain Penelitian ... 68
H. Teknik pengumpulan data ... 68
1. Kuesioner atau angket ... 68
2. Uji Intrumen Penelitian ... 71
a. UjiValiditasAngket ... 72
b. Uji Reliabilitas Angket ... 73
1. DeskripsiLokasiPenelitian ... 82
a. SD Negeri 105265 Sukamaju Kecamatan Sunggal .... 82
b. SD Negeri 106243 Sukamaju Kecamatan Sunggal .... 83
c. SD Negeri 106787 Sukamaju Kecamatan Sunggal .... 84
2. Teknik Pengolahan Data ... 86
3. DeskripsiData Penelitian ... 86
a. Variabel Pola Asuh Orang Tua ... 89
b. Variabel Sikap Sosial Siswa ... 90
4. UjiKecenderungan ... 91
a. Uji Kecenderungan Variabel Pola Asuh Orang Tua .. 91
b. Uji Kecenderungan Variabel Sikap Sosial Siswa ... 96
5. UjiPrasyaratAnalisis Data ... 100
a. Uji Normalitas ... 100
b. Uji Homogenitas ... 101
c. Uji Linearitas ... 102
6. UjiKorelasi ... 103
7. UjiDeterminasi ... 103
8. PengujianHipotesis ... 104
B. PembahasanPenelitian ... 105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 107
A. Kesimpulan ... 107
B. Saran ... 112
DAFTAR PUSTAKA ... 115
ix
DAFTAR TABEL
1. Populasi Penelitian ... 60
2. Proportionate Stratified Random Sampling ... 63
3. Skala Likert ... 65
4. Kisi-kisiInstrumenKuesionerVariabel X (PolaAsuhOrang Tua) ... 67
5. Kisi-kisiInstrumenKuesionerVariabel Y (SikapSosial) ... 68
6. Tingkat Reliabilitas ... 72
7. InterpretasiKoefisienKorelasi ... 75
8. Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua ... 89
9. Distribusi Frekuensi Sikap Sosial Siswa ... 90
10. Tingkat kecenderungan Variabel Pola Asuh Orang Tua ... 92
11. Tingkat kecenderungan Variabel Sikap Sosial Siswa ... 93
12. Hasil Uji Normalitas Variabel... 95
x
DAFTAR GAMBAR
1. Skema Pemahaman Nilai Moral ... 2
2. SkemaKerangkaBerpikir ... 58
3. Desain Penelitian ... 66
4. Histogram VariabelPolaAsuh Orang Tua (X) ... 89
5. Histogram VariabelSikapSosialSiswa... 88
6. Histogram UjiKecenderunganVariabelPolaAsuh Orang Tua ... 89
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Angket Pola Asuh Orang Tua ... 106
2. Angket Sikap Sosial Siswa ... 115
3. Tabel Validitas Pola Asuh Orang Tua (Uji Coba 1) ... 123
4. Tabel Validitas Sikap Sosial Siswa (Uji Coba 1) ... 125
5. Tabel Validitas Pola Asuh Orang Tua (Uji Coba 2) ... 127
6. Tabel Validitas Sikap Sosial Siswa (Uji Coba 2) ... 129
7. Tabel Data Penelitian Variabel Pola Asuh Orang Tua ... 131
8. Tabel Data Penelitian Variabel Sikap Sosial Siswa ... 133
9. Perhitungan Uji Validitas Angket Pola Asuh Orang Tua ... 135
10. Perhitungan Uji Validitas Angket Sikap Sosial Siswa ... 137
11. Perhitungan Reliabilitas Angket Pola Asuh Orang Tua... 139
12. Perhitungan Reliabilitas Angket Sikap Sosial Siswa ... 142
13. Perhitungan Statistik Deskriptif Variabel Pola Asuh Orang Tua ... 145
14. Perhitungan Statistik Deskriptif Variabel Sikap Sosial Siswa ... 149
15. Uji Kecenderungan Variabel Pola Asuh Orang Tua ... 153
16. Uji Kecenderungan Variabel Sikap Sosial Siswa ... 155
17. Pengujian Normalitas Angket Pola Asuh Orang Tua ... 157
18. Pengujian Normalitas Angket Sikap Sosial Siswa ... 158
19. Perhitungan Uji Homogenitas Data Penelitian ... 160
20. Perhitungan Uji Lineritas Regresi ... 161
21. Perhitungan Uji Korelasi Variabel X dan Y ... 164
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua
selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua
mendidik, membimbing, mendisiplinkan, serta melindungi anak. Tujuannya
adalah untuk mencapai kepribadian yang sesuai dengan norma-norma yang
ada dalam masyarakat. Pengasuhan orang tua pada dasarnya diciptakan oleh
adanya interaksi antara orang tua dan anak dalam hubungan sehari-hari yang
berevolusi sepanjang waktu. Kohn (dalam Taty Krisnawaty, 2010: 46)
menyatakan bahwa, “Pola asuhan merupakan sikap orang tua dalam
berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orangtua ini meliputi cara orang tua
memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua
menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta
tanggapan terhadap anaknya”. Dengan demikian, pola asuhan orang tua
sangat penting karena mempengaruhi sikap orang tua terhadap anak secara
berkesinambungan.
Pola asuh orang tua terdapat dalam keluarga dan merupakan tanggung
jawab utama kedua orang tua. Keluarga merupakan lembaga pertama dalam
kehidupan anak, tempat anak belajar dan menyatakan diri sebagai makluk
sosial. Keluarga yang memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak,
moral, dan pendidikan bagi anak. Keluarga merupakan tempat pertama dan
2
yang utama bagi anak untuk memperoleh pembinaan mental dan
pembentukan kepribadian. Oleh karena itu peran orang tua sangatlah penting.
Undang-Undang No 23 tahun 2002 pasal 26 Tentang Perlindungan Anak
menyatakan bahwa, “Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk
mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak. Menumbuh
kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya adalah
kewajiban orang tua sepenuhnya”. Orang tua berkewajiban untuk menjaga
anaknya dari perubahan iklim lingkungan dengan menanamkan nilai-nilai
yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian, pola asuh orang tua adalah hal
utama yang merupakan dasar pembentukan kepribadian anak. Hal ini sangat
penting bagi kehidupan anak karena perkembangan anak berawal dari pola
asuh kedua orang tua. Anak yang mendapatkan pola asuh yang tepat, akan
tumbuh dengan sikap dan kepribadian yang baik. Sebaliknya, anak yang
mendapat pola asuh yang kurang tepat, akan mengalami kesulitan dalam
perkembangan sikap sosialnya.
Perkembangan sikap sosial anak ditentukan oleh pola asuh kedua
orang tua di rumah. Apakah anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik
atau tidak, tergantung pada dasar penanaman nilai moral yang diberikan oleh
orang tua. Skema penanaman nilai moral dapat digambarkan sebgi berikut :
3
Orang tua yang memberikan penanaman nilai moral yang baik, akan
menghasilkan anak yang memiliki kepribadian yang baik. Sebaliknya, orang
tua yang memberikan penanaman nilai moral yang tidak baik, akan
menghasilkan anak yang memiliki kepribadian yang buruk. Kepribadian
tersebut dapat dilihat dari sikap yang ditunjukkan oleh anak. Apakah sikap
yang ditunjukkan adalah sikap yang positif atau negatif. Sebagai contoh,
orang tua yang suka memaki, maka kemungkinan besar anaknya akan suka
memaki. Sebaliknya orang tua yang bertutur kata sopan, maka kemungkinan
besar anaknya akan bersikap sopan.
Saat ini banyak orang tua yang keliru dalam menerapkan pola asuh
pada anaknya. Mereka menganggap telah memberikan yang terbaik pada
anaknya. Akan tetapi, tanpa disadari pada kenyataannya telah melakukan
kesalahan dalam mengasuh anaknya. Banyak orang tua yang menuntut
anaknya untuk melakukan apa yang mereka inginkan sehingga membuat anak
kehilangan waktu bermainnya. Para orang tua menuntut anak untuk
melakukan hal-hal yang berlebihan yang seharusnya belum mereka lakukan.
Ada orang tua yang meminta anaknya untuk bekerja baik sebelum maupun
setelah pulang sekolah. Anak diminta untuk bangun pagi, mempersiapkan
segala kebutuhan keluarga untuk pagi hari seperti sarapan, menimba air, dan
sebagainya. Setelah pulang sekolah, mereka juga diminta untuk bekerja
seperti berjualan, ikut ke sawah, membersihkan rumah, dalan lain-lain.
4
bagaimanapun keadaannnya, anak yang masih dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan tidak boleh dieksploitasi dan dituntut secara berlebihan.
Keadaan ekonomi keluarga menentukan pola asuh yang diterapkan
orang tua di dalam rumah. Keadaan ekonomi setiap keluarga berbeda-beda.
Ada keluarga yang kaya dan sangat berkecukupan dan ada keluarga yang
miskin dan sangat membutuhkan bantuan. Anak yang terlahir dalam keluarga
yang kaya dan berkecukupan umumnya mendapatkan fasilitas-fasilitas yang
lengkap. Anak dapat bersekolah tanpa harus bersusah payah mencari uang
untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup. Anak mendapatkan perhatian
yang cukup dari orang tua. Sehingga orang tua dapat menjaga komunikasi
yang baik dengan anak dan senantiasa mengontrol perkembangan anaknya.
Anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang cukup memberikan
perhatian dan bimbingan akan tumbuh menjadi anak yang baik dan memiliki
sikap sosial yang baik dan begitu juga sebaliknya. Berbeda dengan anak yang
terlahir dari keluarga miskin. Anak yang terlahir dari keluarga yang miskin
umumnya tidak memiliki cukup biaya dan biasanya terpaksa ikut membantu
kedua orang tuanya bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Tidak
jarang anak memiliki kebiasaan buruk seperti mencuri. Semua tidak terlepas
dari tuntutan kebutuhan hidup. Kesibukan orang tua di luar rumah membuat
anak kekurangan perhatian dan bimbingan. Sehingga anak berkembang
dengan sendirinya karena faktor lingkungan. Perkembangan yang dialami
dapat berupa perkembangan yang positif dan negatif. Bergantung pada
5
Bentuk pola pengasuhan orang tua pada anak berpengaruh pada
kebiasaan-kebiasaan anak. Kebiasaan yang dimaksud adalah kebiasaan anak
sehari-hari. Kebiasaan tertentu yang dimiliki anak adalah sesuatu yang
lumrah. Akibatnya, banyak orang tua yang cenderung abai dengan kebiasaan
tersebut. Padahal, ada beberapa kebiasaan yang sebenarnya berbahaya bagi
kesehatan anak, baik secara fisik ataupun mental. Kebiasaan tersebut seperti
anak hiperaktif, suka merokok, suka melawan dan keras kepala, suka berkata
kotor, dan lain-lain.Menurut Shocib (2010:2) menyatakan bahwa, “Tugas dan
tanggung jawab keluarga (orang tua) adalah menciptakan situasi dan kondisi
yang memuat iklim yang dapat dihayati anak-anak untuk memperdalam dan
memperluas makna-makna essensial”. Dengan demikian, adanya
kebiasaan-kebiasaan anak merupakan hasil yang diperoleh dari internalisasi nilai dalam
keluarga. Hal ini mengindikasikan bahwa anak yang memiliki kebiasaan
buruk adalah anak yang kurang mendapat pemahaman moral yang baik dari
orang tua.
Penerapan pola asuh yang salah dapat mengakibatkan terjadinya
kebiasaan-kebiasaan buruk pada anak. Salah satunya adalah hiperaktif.
Hiperaktif merupakan salah satu kebiasaan buruk pada anak. Setiap
pengalaman sensorik yang mereka peroleh dalam perkembangananya akan
mereka respon dengan berbagai cara agar kepuasaan dirinya itu terpenuhi.
Menurut Zaviera, Ferdinand (dalam Bunda Novi, 2015:15) menyatakan
bahwa, “Faktor penyebab anak Hiperaktif yaitu anak sedang mengalami
6
terpendam). Akibatnya dalam kondisi apapun, anak tidak mampu mengontrol
tingkah lakunya, perhatiannya sangat mudah teralihkan, dan tingkah lakunya
susah diatur”. Dalam hal ini, peran orang tua sangatlah penting dalam
memberikan pola asuh pada anak. Bersikap bijak dalam menghadapi anak
hiperaktif bukanlah dengan melarang atau membiarkan anak melakukan hal
yang disukainya. Melainkan secara perlahan-lahan memberikan pemahaman
kepada anak bahwa apa yang mereka lakukan itu berbahaya atau tidak.
Dalam kehidupan sehari-hari, tidak sedikit anak yang menirukan
kebiasaan buruk orang dewasa. Kebiasaan tersebut bahkan berbahaya bagi
anak misalnya kebiasaan merokok. Proses peniruan ini umumnya tidak terjadi
secara spontan melainkan terus-menerus. Anak terbiasa melihat anggota
keluarga dan orang-orang disekelilingnya merokok. Sehingga anak
beranggapan bahwa merokok adalah sesuatu yang biasa. Seperti yang telah
diketahui, rokok mengandung racun dan nikotin yang membahayakan tubuh.
Hal ini tentu berdampak buruk bagi kesehatan anak dan orang-orang
disekitarnya. Oleh sebab itu, orang tua bertanggung jawab atas pemahaman
nilai moral yang diperoleh anak dari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarga.
Menjalin hubungan dan komunikasi yang baik guna memberikan penjelasan
tentang nilai-nilai moral adalah tugas utama orang tua. Menurut Wayson
(1982:29) menyatakan bahwa, “Disiplin diri merupakan perilaku yang dapat
dipertanggungjawabkan karena dikontrol oleh nilai-nilai moral yang
7
anakmembaca perilaku-perilakunya, apakah perilakunya menyimpang atau
tidak dari nilai-nilai moral.
Sepulang sekolah siswa tidak langsung pulang ke rumah. Seperti
diberitakan harian Metro 24 (24 Maret 2015:4) yang menyebutkan bahwa,
“Terdapat sejumlah siswa berseragam sekolah bermain di jalanan pada sore
hari”. Peristiwa ini umumnya terjadi karena belum tertanamnya rasa disiplin
dalam diri anak. Anak lebih mengikuti keinginannya dan mengabaikan
nasehat orang tua. Hingga akhirnya, hasil yang diterima anak adalah
hukuman dari orang tua. Hukuman yang diberikan pun beragam seperti
dimarahi, dipukul, tidak diberi uang saku, dan lain-lain. Menurut Robert
Agnew (1985:19) menyatakan bahwa, “Pengaruh negatif yang timbul jika
orang tua menggunakan hukuman badan terhadap anak adalah kenakalan
remaja yang semakin menjadi”. Hukuman pun dapat menjadi pemicu
kenakalan remaja jika orang tua memberikan hukuman yang kurang tepat
kepada anak. Hukuman yang hanya ditekankan dari segi hukuman dan bukan
tujuannya, oleh anak tidak akan dihayati sebagai bantuan tetapi penyiksaan.
Untuk meminimalkan bahaya yang ditimbulkan, perlu upaya orang tua untuk
menciptakan situasi dan kondisi yang dapat mengundang anak berdialog
dengan mereka sejak dini. Tujuannya adalah agar komunikasi antara orang
tua dan anak tetap terjalin dengan baik dan anak dapat menyadari bahwa
moral sebagai landasan keteraturan disiplin dirinya.
Siswa memiliki kebiasaan mencuri. Mencuri adalah mengambil suatu
8
dalah suatu kebiasaan yang dilakukan jika ada kesempatan. Kebiasaan
mencuri ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah faktor dalam diri. Seperti
kesalahan dalam menginternalisasikan nilai-nilai moral yang telah diajarkan.
Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri anak. Faktor eksternal yang
dominan adalah keadaan ekonomi keluarga yang sebagian besar berasal dari
keluarga kurang mampu.
Lingkungan teman-teman yang berkecukupan membuat anak merasa
tersisihkan. Terlebih anak sering diejek oleh teman-temannya. Anak ingin
membeli sesuatu seperti teman yang lainnya tapi tidak memiliki cukup uang.
Seperti diliput Muchlisa, Choiriah (dalam Merdeka.com, 2015) yang
menyebutkan bahwa, “Bocah kelas VI SD hoby mencuri uang kepala
sekolah”. Kejahatan tersebut tidak dilakukan siswa sendirian. Siswa
mengajak siswa yang lain untuk membantunya. Beberapa siswa masuk untuk
mengambil uang dan yang lainnya memantau situasi. Akibatnya para siswa
dikeluarkan dari sekolah. Peristiwa tersebut juga terjadi di daerah Sunggal.
Siswa sekolah dasar mencuri barang-barang di sekolahnya. Tak hanya itu,
mereka juga mencuri barang-barang milik warga sekitar di lingkungan
rumahnya. Sebagian besar orang tua tidak mau disalahkan. Mereka
menganggap bahwa mereka sudah memberikan nasehat yang baik kepada
anak-anaknya. Mereka mengganggap bahwa kebiasaan anaknya tersebut
adalah pengaruh dari luar. Sangat disayangkan tidak adanya koordinasi yang
9
sekolah. Hal ini mengindikasikan bahwa menurut orang tua memberikan
pemahaman moral kepada anak telah cukup hanya dengan menasehatinya
saja. Sehingga para orang tua berpikir bahwa dengan sering menasehati anak,
mereka telah melakukan tugasnya. Namun, perlu diketahui oleh para orang
tua bahwa anak harus diberikan pemahaman dan contoh langsung agar anak
dapat memahami nilai moral yang diberikan dengan baik.
Siswa suka memukul teman dan guru. Kebiasaan ini umumnya terjadi
karena anak sering melihat perilaku kekerasan dalam keluarga. Seperti anak
sering dihukum jika melakukan kesalahan. Dengan demikian anak menjadi
terbiasa melakukan hal yang sama. Umumnya hal ini terjadi pada anak yang
mendapatkan pola asuh dimana kebutuhan dan keinginan anak selalu
dipenuhi. Akhirnya anak menjadi manja. Akibatnya, jika suatu ketika
keinginannya tidak terpenuhi, maka anak akan melawan. Seperti diberitakan
News (27 Maret 2015) yang menyebutkan bahwa, “Diperintah masuk ke
dalam kelas, siswa SD pukuli guru”. Hal ini mencerminkan bahwa anak
memiliki kebiasaan yang buruk yaitu suka memukul. Kebiasaan suka
memukul menjadi ciri-ciri kepribadian anak yang keras. Hal tersebut juga
mencerminkan kurangnya sikap sosial yang baik dan rasa hormat siswa
terhadap gurunya. Di lain hal, siswa yang memiliki keberanian juga suka
menindas teman-temannya. Siswa tersebut membully teman-temannya karena
merasa memiliki kekuatan yang lebih. Peristiwa tersebut juga terjadi di
daerah Sunggal. Dimana siswa sekolah dasar membully siswa lain yang
10
pintar dan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa memberikan kebebasan
sepenuhnya tanpa pengawasan dan bimbingan tidak baik bagi anak. Anak
harus diberikan pola asuh dimana anak dapat berdemokrasi namun tetap
dalam bimbingan.
Siswa memiliki kelompok kriminal. Kelompok kriminal yang
dimaksudkan adalah sekumpulan anak yang suka menindas dan melakukan
kejahatan terhadap orang lain. Dalam dunia pelajar umumnya sudah menjadi
hal yang biasa jika siswa memiliki kelompok atau biasa disebut „Geng‟.
Kelompok dibentuk akibat persamaan pendapat antar anggota kelompok.
Namun yang menjadi masalah adalah jika kelompok tersebut merugikan
orang lain. Seperti diberitakan BatamPos (3 Mei 2015) yang menyebutkan
bahwa, “Astaga siswa SD sudah punya geng IBLIS”. Geng Iblis adalah
singkatan dari Ikatan Bocah Lali Sekolah. Kelompok ini dibentuk oleh para
siswa SD yang lupa untuk belajar dan lebih sering berkumpul bersama teman
satu kelompoknya. Tujuannya adalah untuk berkeliling kampung dan
memalak anak-anak lain seusianya. Mereka bercita-cita kelak jika telah
dewasa akan bergabung dengan geng motor dan memalak orang dewasa.
Peristiwa serupa juga terjadi di daerah Sunggal dimana siswa SD mempunyai
kelompok „Geng Sepeda‟. Kelompok ini terdiri dari anak-anak yang
menggunakan sepeda saat berkeliling kampung. Tujuannya untuk
menganiaya anak-anak lain seperti memukul dan menabrak anak-anak yang
sedang melintasi jalan. Hingga akhirnya, anak yang dianiaya mengalami
11
tidak dihayati oleh anak. Anak selalu melakukan apa yang dia suka tanpa
menimbang baik buruknya dampak perilakunya terhadap orang lain. Anak
tidak perduli apakah perilakunya merugikan orang lain atau tidak. Kejadian
ini tentu sangat berbahaya jika dibiarkan begitu saja. Orang tua, pihak
sekolah, dan lingkungan tempat tinggal harus bekerjasama dalam melakukan
tindakan pencegahan guna mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.
Kecanggihan teknologi memberikan pengaruh buruk bagi
perkembangan sikap anak. Pada masa ini dunia sudah dikuasai oleh
teknologi. Teknologi dengan segala keanggunan dan kecanggihannya berhasil
memikat berbagai kalangan usia mulai usia manula, dewasa, remaja, bahkan
anak-anak. Orang tua kerap memfasilitasi putra-putri mereka yang masih
belia dengan gadget atau barang-barang berbau teknologi lainnya. Tujuannya
adalah untuk memanjakan putra-putri mereka seperti komputer dan
handphone. Namun orang tua patut waspada terhadap fasilitas teknologi
canggih yang mereka berikan kepada putra-putriny. Hal ini disebabkan
karena ternyata teknologi mampu membawa dampak negatif pada sang buah
hati. Teknologi dapat disalahgunakan fungsinya. Banyak anak yang
menggunakan teknologi seperti handphoneuntuk berpacaran dan menonton
video porno. Kemudian komputer digunakan anak bukan untuk belajar
melainkan untuk bermain game online. Tidak tanggung-tanggung, kebiasaan
ini terjadi setiap hari. Akibatnya, anak menjadi lupa belajar dan keras kepala.
Pengawasan dan bimbingan dari orang tua sangat penting guna menjadi filter
12
dengan pengawasan dan arahan dari orang tua sehingga anak tidak
menyalahgunakan fasilitas yang diberikan.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di SD Negeri 105265
Sukamaju, ada kecenderungan hasil penerapan pola asuh oleh orang tua
masing-masing. Kecenderungan ini dapat dilihat dari keadaan fisik, sikap,
dan nilai tugas siswa sehari-hari. Keadaan fisik yang dimaksud adalah
kebersihan dan kerapian siswa saat masuk kelas. Pakaian siswa sangat kusut
dan kotor dengan rambut yang sudah mengenai telinga. Selanjutnya siswa
tidak sopan saat berada di kelas. Siswa tidak mau menyapa guru dan suka
membuat keributan. Kemudian terdapat beberapa siswa yang tidak
mengerjakan pekerjaan rumahnya dan selalu mendapatkan hukuman dari
guru. Selama menjalani hukuman atas kesalahannya, siswa merasa sangat
senang. Sebagian siswa mengatakan bahwa mereka lebih suka dihukum
daripada belajar di dalam kelas. Bahkan mereka suka mengganggu
kelas-kelas lain saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal ini
mengindikasikan bahwa disiplin diri tidak ditanamkan dalam keluarga. Rasa
hormat anak juga sudah berkurang kepada guru.
Tugas orang tua dalam mendidik anak mempunyai banyak tantangan
yang sangat kompleks. Namun demikian, tugas mendidik anak adalah tugas
yang mulia dan luar biasa yang dipercayakan Tuhan kepada para orang tua.
Karenanya orang tua yang baik adalah mereka yang mampu mendidik
anak-anaknya dengan baik. Hal ini merupakan amanah yang diberikan kepada
13
sangat terlihat jelas dalam keluarga karena keluarga merupakan elemen
masyarakat pertama bagi anak. Keluarga adalah masyarakat terkecil yang
paling inti. Dari keluargalah anak mulai memperoleh pendidikan pertama
sebelum memasuki pendidikan secara formal di sekolah. Dari keluarga juga
anak mengalami proses pembentukan kepribadian yang pertama. Anak adalah
tunas bangsa yang akan menerima tongkat estafet perjuangan dan cita-cita
bangsa. Untuk itu, anak memerlukan bimbingan, arahan, dan didikan dari
orang tua sejak dini sebagai persiapan untuk menghadapi masa yang akan
datang.
Atas dasar pemikiran di atas, peneliti merasa terdorong untuk
melakukan penelitian khususnya yang berkenaan dengan penerapan pola asuh
orang tua dalam lingkungan keluarga serta dampaknya. Untuk itu, peneliti
mengajukan skripsi dengan judul penelitian “Hubungan Pola Asuh Orang
Tua Terhadap Sikap Sosial Siswa SD Negeri Se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang
dapat diidentifikasikan adalah :
1. Penerapan pola asuh orang tua mempengaruhi sikap sosial anak.
2. Banyak orang tua yang keliru dalam menerapkan pola asuh pada
14
3. Penerapan pola asuh yang salah dapat mengakibatkan terjadinya
kebiasaan-kebiasaan buruk pada anak.
4. Sepulang sekolah siswa tidak langsung pulang ke rumah.
5. Siswa memiliki kebiasaan mencuri.
6. Kecanggihan teknologi dapat memberikan pengaruh buruk bagi
perkembangan sikap anak.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
dikemukakan, peneliti merasa perlu membatasi masalah dalam penelitian.
Tujuannya adalah agar hasil penelitian nantinya dapat dijelaskan secara lebih
spesifik dan mendalam. Oleh sebab itu, batasan masalah pada penelitian ini
adalah hubungan pola asuh orang tua terhadap sikap sosial siswa kelas IV, V,
dan VI SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016.
D. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah dan batasan masalah di atas
maka, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana gambaran penerapan pola asuh orang tua siswa kelas IV, V,
dan VI SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A
15
2. Bagaimana gambaran sikap sosial siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri
Se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016?
3. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara hubungan
pola asuh orang tua terhadap sikap sosial siswa SD Negeri se-Desa
Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah diatas
maka, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui gambaran penerapan pola asuh orang tua siswa kelas
IV, V, dan VI SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A
2015/2016?
2. Untuk mengetahui gambaran sikap sosial siswa kelas IV, V, dan VI SD
Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016?
3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara pola asuh orang tua terhadap sikap sosial siswa kelas IV, V, VI SD
Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016.
F. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi guru, sebagai bahan kajian untuk lebih memahami sikap sosial
16
2. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam penulisan karya ilmiah.
3. Bagi peneliti-peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi untuk melakukan penelitian – penelitian yang selanjutnya.
4. Bagi para pembaca, penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk
menambah khasanah pengetahuan. Khususnya tentang pola asuh orang
tua dalam keluarga serta hubungannya dengan sikap sosial anak di
lingkungan rumah dan sekolah. Karena pembaca nantinya akan menjadi
107
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah membahas teori maupun hasil temuan penelitian dari lapangan,
maka akan ditarik kesimpulan yang dapat digunakan sebagai saran untuk
penelitian selanjutnya. Adapun kesimpulan dan saran yang dapat diberikan
peneliti adalah :
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan intrepretasi yang telah dilakukan, maka
kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Temuan yang diperoleh dari kecenderungan jawaban responden tentang
pola asuh orang tua otoriter adalah skor tertinggi berada pada item nomor
3 dengan total skor 159 dan sebanyak 52% (22 responden) memberikan
jawaban terbaik yaitu orang tua akan marah namun tidak langsung
menghukum melainkan menasehati anak. Skor terendah berada pada item
nomor 4 dengan total skor 127 dan sebanyak 43% (18 responden)
memberikan jawaban bahwa orang tua membenci teman sepergaulan
anak jika teman tersebut memberikan pengaruh buruk. Rata-rata skor
yang diperoleh dari jawaban responden tentang pola asuh otoriter adalah
sebesar 145 dari total responden. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa orang tua menerapkan pola asuh otoriter di rumah dengan baik.
2. Temuan yang diperoleh dari kecenderungan jawaban responden tentang
pola asuh orang tua demokratis adalah skor tertinggi berada pada item
108
nomor 10 dengan total skor 160 dan sebesar 55% (23 responden)
memberikan jawaban terbaik yaitu orang tua selalu memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pendapatnya. Skor
terendah berada pada item nomor 8 dengan total skor 152 dan sebesar
36%(15) responden memberikan jawaban yaitu jika anak membantah
perintah maka orang tua akan marah namun tetap menasehatinya. Skor
rata-rata yang diperoleh dari jawaban responden tentang pola asuh
demokratis adalah sebesar 156,4 dari total responden. Dengan demikian
maka dapat disimpulkan bahwa orang tua telah menerapkan pola asuh
demokratis di rumah dengan sangat baik.
3. Temuan yang diperoleh dari kecenderungan jawaban responden tentang
pola asuh orang tua permisif adalah skor tertinggi berada pada item
nomor 21 dengan total skor 143 dan sebanyak 52% (22 responden)
memberikan jawaban terbaik yaitu jika anak dapat kompak dengan
temannya maka orang tua memuji anak dan tetap mengawasinya. Skor
terendah berada pada item nomor 23 dengan total skor 126 dan sebanyak
48% (20 responden) memberikan jawaban jika anak ketahuan mencuri di
sekolah maka orang tua akan marah dan menasehatinya. Skor rata-rata
yang diperoleh dari jawaban responden tentang pola asuh permisif adalah
sebesar 135,4 dari total responden. Dengan demikian maka dapat
disimpulkan bahwa orang tua menerapkan pola asuh permisif di rumah
109
4. Berdasarkan hasil kecenderungan jawaban responden tentang pola asuh
orang tua maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata pola asuh otoriter
dan permisif lebih rendah dari nilai rata-rata pola asuh demokratis. Orang
tua kurang menerapkan pola asuh otoriter dan permisif. Dengan skor
rata-rata untuk pola asuh otoriter sebesar 145 dan skor rata-rata untuk
pola asuh permisif sebesar 135,4 dari total responden. Orang tua
memberikan jawaban terbaik pada item soal pola asuh orang tua otoriter
dan permisif yang berlawanan dengan karakteristik pola asuh tersebut.
Sebaliknya, orang tua menerapkan pola asuh demokratis dengan sangat
baik. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 150,4.
Orang tua yang memberikan skor terbaik pada pilihan jawaban yang
menjadi karakteristik pola asuh tersebut. Berdasarkan akumulasi nilai
rata pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif diperoleh nilai
rata-rata secara keseluruhan sebesar 143,6. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa orang tua menerapkan dua pola asuh yaitu otoriter
dan demokratis. Namun penerapan pola asuh demokratis lebih dominan
dibandingkan pola asuh otoriter.
5. Temuan yang diperoleh dari kecenderungan jawaban responden tentang
sikap sosial positif adalah skor tertinggi berada pada item nomor 21
dengan total skor 164 dan sebesar 83% (35 responden) memberikan
jawaban terbaik yaitu jika Bapak/Ibu guru berhalangan hadir maka siswa
akan membaca buku dan mengerjakan soal-soal tetap dengan tertib. Skor
110
sebesar 67% (28 responden) memberikan jawaban jika anak dihukum
karena tidak mengerjakan tugas maka anak akan meminta maaf dan
berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Rata-rata skor yang diperoleh
dari jawaban responden tentang sikap sosial positif adalah sebesar 157,7
dari total responden. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap
sosial positif yang ditunjukkan oleh siswa sangat baik.
6. Temuan yang diperoleh dari kecenderungan jawaban responden tentang
sikap sosial negatif adalah skor tertinggi berada pada item nomor 4
dengan total skor 159 dan sebesar 67% (28 responden) memberikan
jawaban terbaik yaitu jika dibohongi oleh teman maka siswa akan cuek
dan memilih untuk berteman dengan teman yang lain. Skor terendah
berada pada item soal nomor 1 dengan total skor 143 dan sebesar 74%
(31 responden) memberikan jawaban jika teman hanya mau berteman
dengan teman-teman yang kaya saja maka siswa akan menasehati
temannya agar tidak membeda-bedakan teman yang kaya dan yang
miskin. Rata-rata skor yang diperoleh dari jawaban responden tentang
sikap sosial negatif adalah sebesar 152,3 dari total responden. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa sikap sosial negatif yang ditunjukkan
oleh siswa sudah kurang baik.
7. Berdasarkan hasil kecenderungan jawaban responden tentang sikap sosial
siswa maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata sikap sosial positif
lebih tinggi rata-rata sikap sosial negatif. Dengan skor rata-rata untuk
111
memberikan jawaban terbaik pada item soal sikap sosial positif yang
sesuai dengan karakteristik sikap tersebut. Sebaliknya, siswa
menunjukkan sikap sosial negatif yang kurang baik. Hal ini terlihat dari
nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 152,3 di bawah skor rata-rata total.
Siswa memberikan skor terbaik pada pilihan jawaban yang sesuai dengan
karakteristik sikap tersebut. Berdasarkan akumulasi nilai rata-rata sikap
sosial positif dan negatif diperoleh nilai rata-rata secara keseluruhan
sebesar 155. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa
cenderung menunjukkan sikap sosial positif saat berada di rumah
maupun di sekolah.
8. Berdasarkan hasil perhitungan uji linearitas yang telah dilakukan
diperoleh persamaan regresi antara X dan Y adalah y = 22,79 + 0,823X.
Berdasarkan persamaan tersebut dapat diartikan bahwa setiap data X
bertambah satu satuan maka data Y akan bertambah 0,823. Hal ini
membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara variabel X
dan Y.
9. Berdasarkan hasil uji korelasi dengan menggunakan analisis korelasi
Pearson Product Moment diperoleh sebesar 0,749 sedangkan
dengan n = 42 adalah 0,312. Maka > yaitu 0,749 >
0,312. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang antara
pola asuh orang tua dengan sikap sosial siswa SD Negeri se-Desa
112
10.Berdasarkan hasil perhitungan koefisien Korelasi yaitu = 0,749,
maka diperoleh koefisien Determinasi yaitu = = 0,561. Hal ini
berarti varians yang terjadi pada variabel sikap sosial siswa 56% dapat
dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel pola asuh orang tua,
dan 44% oleh faktor lain atau perubahan yang terjadi pada sikap sosial
siswa sebesar 56% dipengaruhi oleh pola asuh orang tua.
11.Berdasarkan perhitungan uji t yang telah dilakukan diperoleh nilai
= 7,149 sedangkan nilai = 2,021. Karena >
yaitu 7,149 > 2,021, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap sikap
sosial siswa SD Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A
2015/2016.
12.Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan, maka dapat disimpulkan
bahwa ditotak dan diterima yaitu terdapat hubungan yang positif
dan signifikan antara pola asuh orang tua terhadap sikap sosial siswa SD
Negeri se-Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal T.A 2015/2016.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan :
1. Bagi orang tua, sebaiknya tidak membenci teman-teman anak melainkan
memberikan masukan kepada anak mengenai teman yang baik dan yang
tidak baik. Sehingga anak dapat mengerti karakteristik teman yang baik.
113
mengontrol emosi dan tetap memberikan penjelasan bahwa apa yang
dilakukannya tidak baik. Jika anak ketahuan mencuri di sekolah,
sebaiknya orang tua lebih memperhatikan anak, mencari tahu
perkembangan anak adalah hal yang sangat penting untuk menghindari
sikap buruk yang akan dilakukan anak. Tingkatkan komunikasi dengan
anak agar anak merasakan kasih sayang dari orang tua sehingga anak
dapat menghargai orang lain lebih baik lagi.
2. Bagi guru, berilah ruang untuk anak dapat menunjukkan kemampuannya
sehingga anak merasa nyaman selama proses kegiatan belajar
berlangsung. Berikan perhatian kepada anak saat anak bersosialisasi
dengan teman untuk menghindari terjadinya sikap sosial yang negatif.
Berilah aturan yang diperoleh dari hasil mufakat dengan siswa agar siswa
merasa bahwa dirinya ada dan dihargai. Dengan menanamkan hal ini,
secara tidak langsung guru telah memberikan pendidikan karakter dan
konsep yang baik kepada siswa.
3. Bagi siswa, pertahankan sikap sosial positif yang sudah dimiliki dan
perbaiki sikap sosial negatif Anda. Ingatkan teman yang melakukan sikap
sosial negatif agar dapat berubah menjadi lebih baik lagi.
4. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini sebaiknya dilanjutkan pada daerah
lain. Mengingat saat ini banyak sekali permasalahan yang terjadi di
kalangan siswa khususnya mengenai sikap sosial siswa seperti tawuran
dan perkelahian. Sehingga penelitian yang dilakukan nantinya dapat
114
memperbaiki sistem yang kurang tepat dalam menumbuhkan sikap sosial
115
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,Abu.2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Aisyah. 2010. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Aliah, Rohan. 2011. Mengembangkan Karakter Anak Secara Efektif. Yogyakarta :
Pustaka Insan Madani.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Bunda Novi. 2015. Kebiasaan-kebiasaan Buruk Anak Sehari-hari. Jakarta :
Flashbook
Danny. 2011. Menjadi Orang Tua Yang Lebih Baik. Jakarta : Binarupa Aksara.
Hadi, Sutrisno. 2015. Statistik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Hauck, Paul. 2015. Rahasia Tpe-Tipe Kepribadian Anak. Yogyakarta : Diva Press
Jamal,Lisma. 2011. Asih, Asah, Asuh, Mengasuh dan Mendidik Anak agar
Cerdas. Semarang: Dahara Prize.
Khon. 2012. Psikologi Keluarga. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Kristinawaty, Taty. 2010. Psikologi Keluarga. Jakarta : Griya Pustaka
Marini, Adriani. 1991. Kepribadian Keluarga. Jakarta: Arcan.
Mulyono. 2011. Pola Asuh Orang Tua dalam http://www.orangtua.org/2011/1/21/
pola-asuh-orangtua-menurutbeberapa-ahli-1 diakses pada 16 Oktober 2015
Rohimah. 2012. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sardiman. 2012. Model Pendidikan Karakter. Yogyakarta : Multi Presindo
Shochib, Muhammad. 2010. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta : Rineka cipta
116
Singgih. 2011. Pola Asuh Orang Tua dalam http://pangeranrajawawo.blogspot.co.
id/2011/12/pola-asuh-orang-tua.html diakses pada 15 Oktober 2015
Sugiyono. 2014. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Sukardi, Dewi. 2010. Kecerdasan Sosio-Emosional. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Syaifuddin,Azwar. 2013. Sikap Manusia. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Takdir,Muhammad. 2013. Quantum Parenting, Kiat Sukses Mengasuh Anak
Secara Efektif dan Cerdas. Yogyakarta : Ar-ruzz Media
Zahrah. 2014. Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga. Jakarta :