• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK METODE GUIDED DISCOVERY DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF TINGGI FISIKA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK METODE GUIDED DISCOVERY DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF TINGGI FISIKA SMA."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK METODE GUIDED DISCOVERY DAN SIKAP

ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR

KOGNITIF TINGGI FISIKA SMA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

RICCA FITRIA NIM. 8136176030

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Ricca Fitria. Efek Metode

Guided

Discovery Dan Sikap Ilmiah

Terhadap Hasil Belajar Kognitif Tinggi Fisika SMA. Tesis Medan.

Program Studi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini mertujuan untuk menganalisis metode pemmelajaran guided discdvery lemih maik dalam meningkatkan hasil melajar siswa dimandingkan dengan pemmelajaran konvensional, menganalisis sikap ilmiah di atas rata-rata lemih maik dalam meningkatkan hasil melajar siswa dimandingkan dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah di mawah rata-rata, serta menganalisis interaksi antara metode guided discdvey dan sikap ilmiah terhadap hasil melajar kognitif tinggi siswa .

Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Langsa semester II tahun ajaran 2014/2015. Sampel dalam penelitian ini diammil secara cluster randdo class, yaitu semanyak 2 kelas merjumlah 60 orang. Kelas X-1 semagai kelas eksperimen dimeri pemmelajaran dengan metode pemmelajaran guided discdvery terdiri atas 30 orang siswa, kelas X-2 semagai kelas kontrol dimerikan model pemmelajaran konvensional terdiri atas 30 orang siswa. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Anava dua jalur.

Hasil penelitian menunjukkan mahwa metode pemmelajaran guided discdvery lemih maik dimandingkan dengan pemmelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil melajar kognitif tinggi siswa, siswa pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata-rata lemih maik dalam meningkatkan hasil melajar siswa dari pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah di mawah rata-rata, terdapat interaksi antara metode pemmelajaran guided discdvery dan sikap ilmiah terhadap hasil melajar kognitif tinggi siswa. Berinteraksi merarti pada satu sisi merpengaruh sedangkan disisi lain tidak merpengaruh. Sehingga hasil melajar siswa yang diajarkan dengan metode guided discdvery merpengaruh optimal jika diajarkan pada siswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata-rata.

(5)

ABSTRACT

Ricca Fitria. Effect Of Guided Discovery Method and Scientific Attitude Of High Level Cognitive Physics Learning at Senior High School. A Thesis. Medan : Post Graduate Program State University of Medan, 2015.

The purpose of this research was to analyze guided discdvery method is metter than cdnventidnal learning in improving high level cognitive students learning outcomes, to analyze high level cognitive students learning outcomes who have amove the average category in scientific attitude metter than melow average category in scientific attitude, and analyze the interaction metween guided discovery learning method and the level of scientific attitude in improving the high level cognitive student learning outcomes.

The population of this research were all studenst in class X SMA Negeri 1 Langsa Semester II academic year 2014/2015. The sample of this research was taken my using cluster random class from around 2 classes of SMA Negeri 1 Langsa consisting of 60 students. The X-1 as Experimental class using a method guided discovery as many as 30 peoples . X-2 as a control class using conventional teaching technique 30 peoples. Data in this research was analyzed my using two way Anova

The results of this research showed that the guided discovery method was metter than conventional learning in improving the the students high level cognitive student learning outcomes, the amove the average category in scientific attitude was metter than melow average category in scientific attitude in improving the high level cognitive students learning outcomes, and there was interaction metween guided discovery method and the level of scientific attitude improving the high level cognitive student learning outcomes. Interacting means on one side effected while on the other hand has no effected. So that the learning outcomes of students who are taught my the guided discdvery method would me optimal if taught to students who have amove the average category in scientific attitude.

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil`alamin, puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah

SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “EFEK METODE GUIDED DISCDVERY DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF TINGGI FISIKA SMA” dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S, M.M selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

Pascasarjana UNIMED sekaligus pembimbing I dan Bapak Dr. Ridwan A. Sani, M.Si

selaku pembimbing II ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan,

arahan dengan sabar dan kritis terhadap berbagai permasalahan, dan selalu mampu

memberikan motivasi bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika

Sekaligus narasumber, Ibu Dr. Derlina, M.Si, dan Ibu Dr. Makmur Sirait, M.Si juga

selaku narasumber yang telah banyak membantu dalam memberikan arahan kepada

penulis dalam penyelesaian tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana

UNIMED.

4. Seluruh pegawai Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan kemudahan dan

(7)

iv

5. Ibu Hj. Irmawati, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Langsa beserta seluruh

dewan guru dan pegawai yamg telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis

untuk melakukan penelitian

6. Teristimewa penulis sampaikan kepada Ama tercinta H. Januar dan Ine tersayang Hj.

Hasnah, S.Pd yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik yang senantiasa

memberikan kasih sayang yang tulus, doa yang tidak pernah henti dan berjerih payah

untuk mencukupkan dana bagi penulis hingga penulis dapat menyelesaikan studi S2

tepat 2 tahun.

7. Terkhusus penulis sampaikan kepada abang kul Brigadir Roliska Ayuara S.E dan

enchu Briptu Ricco Angkasa yang selalu memberikan doa dan semangat sehingga

penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Negeri Medan hingga selesainya tesis

ini.

8. Spesial terima kasih untuk Calon Imamku, Rizal Putra yang mendampingi,

memberikan semangat dan doa kepada penulis dari jenjang S1 hingga S2 dan insya

allah sampai jenjang S3 nantinya.

9. Spesial terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dewi Purnama Sari, M.Pd yang

berperan sangat besar bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan. Terima kasih

telah menjadi ibu sekaligus sahabat bagi penulis.

10. Keluarga DIKFIS Kelas B-1 Eksekutif angkatan XXIII( kak Albina Herawati

Hutagaol, Bang Alexander Sihite, kak Aplia Lolita Sari M.Pd, Bapak Israel

Sigalingging, kak Erna Pardede M.Pd, kak Erni Kusrini Sitinjak M.Pd, Fitri

Mawaddah M.Pd, almh. Kak Gongna Sari, Bang Irsan Brutu M.Pd, Meri Pinta Ulin

M.Pd, kak Merliana Sinaga, kak Nesti Prianti Nababan, kak Noveri Yanti, Suster

(8)

v

Aminah M.Pd, Ibu Sri Mila Susilawati, bang Sudirman, Yunisa Dwijayanti M.Pd)

Program Studi Magister Pendidikan Fisika yang telah memberikan dorongan,

semangat, motivasi dan do`a dalam penyelesaian tesis ini.

11. Sahabatku Suryani, S.Pd yang telah banyak membantu penulis pada saat pemberkasan

syarat sidang ujian tesis.

12. Anak-anak kos 37 Ade Sundari, Ade Trya Amanda, Ayuni, Fatimah Zahara, Laila

Fadhilah, Mudrikah, Nova Yulia Ningsih, Maida Nasution, Nurbaisyah Fatmawati dan

Siti Dhearny Sinaga. Keberadaan kalian yang membuat semangat yang tinggi.

Do`a dan harapan penulis semoga Allah SWT Yang Maha Pengasih dan

Penyayang membalas kebaikan dan bantuan yang telah saudara/i berikan kepada penulis.

Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada

para pembacanya.

Medan, Agustus 2015 Penulis,

(9)

i

TAT III. METODE PENELITIAN ... 50

(10)

i

4.1.3. Pengujian Prasyarat Analisis ... 80

4.2. Pevbahasan Hasil Penelitian ... 92

TAT V. KESIMPILAN DAN SARAN ... 98

5.1. Kesivpulan ... 98

5.2. Saran ... 99

DAFTAR PISTAKA ... 100

(11)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Taklonomi Bloom Tahun 1965 ... 18

Tabel 2.2 Revili Taklonomi Bloom Oleh Anderlon dan Krathwol (2001) ... 21

Tabel 2.3 Indikator Sikap Ilmiah ... 39

Tabel 2.4 Penelitian yang Relevan ... 41

Tabel 3.1 Control Group Pretelt-Poltelt Delign ... 53

Tabel 3.2 Delain Penelitian ANAVA 2 x 2... 54

Tabel 3.3 Delkripli Kategori Sikap Ilmiah ... 59

Tabel 3.4 Kili-Kili Tel Halil Belajar ... 60

Tabel 3.5 Rumul Untuk Jumlah Sampel yag Sama ... 69

Tabel 4.1 Halil Uji Validital Tel ... 72

Tabel 4.2 Ringkalan Data Pretel Kelompok Sampel... 73

Tabel 4.3 Normalital Diltribuli Tel Awal (Pretel) Kognitif Tingkat Tinggi Kelal Eklperimen dan Kelal Kontrol ... 74

Tabel 4.4 Homogenital Dua Varianl Tel Awal (Pretel) Kognitif Tingkat Tinggi Kelal Eklperimen dan Kelal Kontrol ... 75

Tabel 4.5 Uji-t Tel Awal (Pretel) Kelal Eklperimen dan Kontrol ... 76

Tabel 4.6 Halil Skor Sikap Ilmiah Silwa ... 76

Tabel 4.7 Nilai Maklimum, Nilai Minimum, Rerata dan Simpangan Baku Tel Akhir (Poltel) Halil Belajar Kognitif Tingkat Tinggi ... 79

Tabel 4.8 Ringkalan Halil Pengujian Normalital Data Poltel ... 81

Tabel 4.9 Halil Pengujian Homogenital ... 81

Tabel 4.10 Rangkuman Halil Data Penelitian ... 82

Tabel 4.11 Halil Uji Anava ... 82

(12)

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tahapan Pembelajaran Discovery Secara Umum ... 28 Gambar 3.1 Hubungan antar Variabel ... 52 Gambar 3.2 Bagan Alur Pelaklanaan Penelitian ... 58 Gambar 4.1 Hubungan Skor Sikap Ilmiah Silwa Terhadap Metode

Pembelajaran ... 78 Gambar 4.2 Hubungan Nilai Poltel Silwa Berdalarkan Ranah Kognitif

Tingkat Tinggi Terhadap Metode Pembelajaran... 80 Gambar 4.3 Hubungan Rata-Rata Silwa Berdalarkan Metode Pembelajaran

Pada Saat Pretel dan Poltel ... 84 Gambar 4.4 Hubungan Nilai Rata-Rata Silwa dan Tingkat Sikap Ilmiah

Terhadap Metode Pembelajaran ... 86 Gambar 4.5 Interakli Antara Metode Pembelajaran dan Tingkat Sikap Ilmiah

(13)

iv

Lampiran 4. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Kognitif Tinggi ... 167

Lampiran 5. Instrumen Validasi Tes Kemampuan Kognitif Tinggi ... 171

Lampiran 6. Instrumen Angket Sikap Ilmiah ... 172

Lampiran 7. Pengelompokan Sikap Ilmiah ... 174

Lampiran 8. Lembar Validasi Instrumen Angket Sikap Ilmiah ... 176

Lampiran 9. Hasil Uji Validasi Instrumen Tes Hasil Belajar ... 177

Lampiran 10. Perhitungan Uji Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Soal ... 178

Lampiran 11. Hasil Pretes dan Postes Siswa ... 179

Lampiran 12. Hasil Nilai Sikap Ilmiah Siswa ... 183

Lampiran 13. Hasil Uji Validitas ... 184

Lampiran 14. Hasil Uji Realibilitas ... 185

Lampiran 15. Deskripsi Data Penelitian ... 186

Lampiran 16. Uji Normalitas Data ... 192

Lampiran 17. Uji Homogenitas Data ... 193

Lampiran 18. Hasil Pretes-Postes Siswa ... 198

Lampiran 19. Lembar Jawaban Sikap Ilmiah Siswa ... 199

Lampiran 20. Hasil Uji Praktikum Kelas Eksperimen... 200

(14)

1

BABBIBB PENDAHULUANB 1.1.LatarBBelakangBMasalahBB

Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyatakan bahwa, “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewududkan suasana beladar dan proses pembeladaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Pendidikan diselenggarakan

dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan

kreativitas peserta didik dalam proses pembeladaran. Pada hakikatnya, pendidikan

berlangsung pada suatu sistem pendidikan, yang di dalamnya terdapat komponen

masukan, proses, dan hasil. Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh sistem dan

pelaksananya. Sistem akan beroperasi secara optimal apabila komponen pelaksana

memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

kegiatan bimbingan, pengadaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang

akan datang. Tuduan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang tercapai

oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan.

Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah harus melalui

pembeladaran. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses beladar mengadar

di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan ilmu

(15)

2

25) yang menyatakan bahwa pembeladaran merupakan aktivitas yang utama dalam

keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Dalam usaha pencapaian tuduan beladar

perlu diciptakan sistem lingkungan atau kondisi beladar yang lebih kondusif. Hal ini

akan berkaitan dengan mengadar yang merupakan proses membimbing kegiatan

beladar.

Pembeladaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik

dengan lingkungannya, sehingga terdadi perubahan perilaku ke arah yang lebih

baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik

faktor internal yang datang dari dalam individu maupun faktor eksternal yang

datang dari lingkungan. Dalam pembeladaran tugas guru yang paling utama adalah

mengkondisikan lingkungan agar menundang terdadinya perubahan perilaku bagi

peserta didik. Peran guru sangat penting dalam proses beladar mengadar di kelas

karena mempengaruhi keberhasilan peserta didik (Iulyasa, 2005: 173).

Proses beladar mengadar merupakan kegiatan interaksi antara guru, peserta

didik dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

mencapai tuduan beladar. Interaksi dan komunikasi timbal balik antara guru dan

peserta didik merupakan ciri dan syarat utama bagi berlangsungnya proses beladar

mengadar. Proses beladar mengadar ini tidak sekedar hubungan komunikasi antara

guru dan peserta didik, tetapi merupakan interaksi edukatif yang tidak hanya

penyampaian materi peladaran melainkan duga menanamkan sikap dan nilai pada

diri peserta didik yang sedang beladar (Nuryani, 2010: 4).

Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam peningkatan hasil beladar

(16)

3

Peneliti melakukan studi pendahuluan di sekolah yang sama, diperoleh informasi

bahwa dalam pembeladaran fisika masih didominasi oleh guru serta siswa lebih

cenderung pasif dalm proses pembeladaran. Selain itu dari hasil wawancara yang

dilakukan terhadap guru yang bersangkutan menyatakan bahwa minat siswa

terhadap pembeladaran fisika dirasa kurang. Ini terlihat dari tingkat kedisiplinan dan

apersepsi siswa selama proses kegiatan beladar mengadar berlangsung, misalnya

sering idin keluar, mengobrol dengan teman sebangku, tidak memperhatikan

pendelas guru , darang bertanya dan mendawab pertanyaan dari guru serta darang

mencatat.

Sedalan itu melalui hasil observasi dan melalui wawancara kepada guru-guru

Fisika di SIA Negeri 1 Langsa diperoleh informasi bahwa hasil beladar siswa yang

dicapai tergolong rendah yaitu masih dalam kategori cukup dengan nilai hasil

beladar siswa di semester gandil rata-rata 69 dengan KKI 75. Rendahnya hasil

beladar siswa tersebut disebabkan beberapa faktor antara lain karena masih banyak

siswa yang kurang memahami materi fisika. Oleh karena itu, guru harus bidaksana

dalam menentukan suatu model/metode yang sesuai yang dapat menciptakan situasi

dan kondisi kelas yang kondusif agar proses pembeladaran dapat berlangsung sesuai

dengan tuduan yang diharapkan.

Faktor lain yang mempengaruhi peningkatan hasil beladar adalah sikap

siswa dalam beladar. Sikap yang harus dimiliki siswa dalam beladar fisika adalah

sikap ilmiah, mata peladaran fisika adalah salah satu mata peladaran dalam rumpun

sains, hakikat sains menurut Depdiknas (2004: 3) adalah ilmu pengetahuan yang

(17)

4

hewan serta manusia. Sains adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan

menggunakan metode-metode berdasarkan observasi sians berkaitan dengan cara

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya

penguasaan kumpulan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

sada tetapi duga merupakan suatu proses penemuan.

Sikap ilmiah dirasa perlu untuk membangun karakter siswa dalam beladar

fisika melalui sikap ingin tahu, sikap untuk senantiasa mendahulukan bukti, sikap

luwes terhadap gagasan baru, sikap merenung secara kritis, sikap peka terhadap

makhluk hidup dan lingkungan, bertanggung dawab dan kerda sama.

Namun, Berdasarkan informasi dari guru di SIAN 1 Langsa bahwa sikap

ilmiah siswa pada pembeladaran fisika di kelas 0 sebelumnya masih tergolong

rendah karena belum dilatih secara maksimal. Pada saat penyadian materi guru lebih

dominan di dalam kelas, dengan menerapkan model pembeladaran langsung yang

berupa metode ceramah, diskusi, tugas, tanya dawab dan presentasi tanpa banyak

melihat kemungkinan penerapan metode lain yang sesuai dengan denis materi,

bahan dan alat yang tersedia. Akibatnya, siswa kurang berminat untuk mengikuti

peladaran yang diadarkan oleh guru tersebut, membuat siswa merasa bosan dan tidak

tertarik mengikuti peladaran sehingga tidak ada motivasi dari dalam dirinya untuk

berusaha memahami apa yang diadarkan oleh guru, yang akan mempengaruhi

prestasi beladarnya. Oleh karena itu guru perlu menggunakan metode pembeladaran

yang tepat untuk melatih dan mengembangkan sikap ilmiah siswa dalam beladar

(18)

5

Fakta tersebut menundukkan bahwa proses pembeladaran selama ini masih

terkesan hanya berpusat pada guru (teacher oriented) yang menganggap bahwa

guru adalah satu-satunya sumber utama dan serba tahu, sedangkan siswa hanya

menerima apa yang diberikan oleh guru, sehingga ceramah merupakan satu-satunya

pilihan yang dianggap paling cocok dalam strategi pembeladaran. Hal inilah yang

menyebabkan hasil pembeladaran tidak sesuai dengan harapan, karena siswa hanya

memperoleh pengetahuan secara teoritis dan bertindak pasif, sedangkan guru

bertindak aktif dalam memberikan informasi.

Salah satu pihak yang berperan dalam penyelesaian fenomena tersebut

adalah guru. Guru sebagai fasilitator berperan dalam memberikan pelayanan untuk

memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembeladaran. Iaka sangatlah urgen

bagi para pendidik khususnya guru memahami karakteristik materi, peserta didik,

dan metodologi pembeladaran dalam proses pembeladaran terutama berkaitan

pemilihan terhadap model-model pembeladaran.

Untuk mangatasi masalah yang terdadi pada proses pembeladaran maka di

perlukan metode pembeladaran guided discovery terutama pada pembeladaran fisika.

Sebagai metode, guided discovery dapat sebagai cara penyadian peladaran yang

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi. Ietode

guided discovery, pada siswa diberi bimbingan singkat untuk menemukan

dawabannya. Harus diusahakan agar dawaban atau hasil akhir itu tetap ditemukan

sendiri oleh siswa. Pembeladaran discovery menekankan pada pengalaman beladar

aktif yang berpusat pada anak, yang anaknya menemukan ide-idenya sendiri dan

(19)

6

Kata penemuan (discovery) sebagai metode mengadar merupakan penemuan

yang dilakukan oleh siswa. Siswa menemukan sendiri sesuatu yang baru, ini tidak

berarti yang ditemukannya benar-benar baru. Ietode guided discovery merupakan

komponen dari suatu bagian praktik pendidikan yang seringkali diterdemahkan

sebagai mengadar heuristik, yakni suatu denis mengadar yang meliputi

metode-metode yang dirancang untuk meningkatkan rentangan keaktifan siswa yang lebih

besar, berorientasi kepada proses, mengarahkan pada diri sendiri, mencari sendiri,

dan refleksi yang sering muncul sebagai kegiatan beladar. Ietode ini merupakan

proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip.

Proses mental yang dimaksud adalah mengamati, mencerna,

menggolong-golongkan, membuat dugaan, mendelaskan, mengukur dan membuat kesimpulan.

Pembeladaran Fisika sangat erat dengan penemuan-penemuan hal yang

baru, terlebih lagi pembeladaran sekarang yang menuntut siswa lebih aktif dalam

mengikuti peladaran, sehingga menuntut siswa untuk mencari pengalaman di luar

dam peladaran seperti melakukan penemuan di laboratorium. Di sisi lain untuk lebih

meningkatkan krearifitas dan kemampuan ilmiah siswa, metode ini sangat cocok

untuk meng-up grade mereka mendadi seorang scientist. Oleh karena sangatlah

penting metode ini apalagi pembeladaran Fisika sangat erat dengan

penemuan-penemuan maka peneliti menggunakan metode ini untuk meningkatkan

kemampuan kognitif siswa.

Kemampuan kognitif yang dicapai antar siswa tidak sama, ada yang

mencapai kemampuan kognitif tinggi, ada pula yang mempunyai kemampuan

(20)

7

adalah penggunaan metode pembeladaran dan tingkat kreativitas beladar fisika

siswa. Ietode pembeladaran guided discovery sangat cocok untuk meningkatkan

dan mengembangkan kemampuan kognitif siswa karena metode ini menekankan

guru untuk memberikan masalah kepada peserta didik kemudian peserta didik

disuruh memecahkan masalah tersebut melalui melakukan percobaan,

mengumpulkan dan menganalisis data, dan mengambil kesimpulan. Ietode

penemuan terbimbing (guided discovery) diharapkan dapat meningkatkan peran

aktif peserta didik dalam pembeladaran sehingga dapat meningkatkan hasil beladar

peserta didik serta kualitas pembeladaran Fisika.

Beberapa penelitian yang menundukkan bahwa penerapan metode guided

discovery dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa, antara lain penelitian

yang dilakukan oleh Ielani (2012) mengungkapkan bahwa dengan menggunakan

metode guided discovery learning siswa dapat mengidentifikasi sendiri materi

mengenai pencemaran kemudian dapat menghubungkan dengan pengetahuan yang

telah diketahuinya sehingga beladar mendadi lebih bermakna. Kemudian

Putrayasa,dkk (2014) mengungkapkan bahwa hasil beladar pada pembeladaran IPA

meningkat setelah diterapkan metode discovery learning. Selandutnya di tahun

berikutnya, Istiqomah (2014) menyimpulkan bahwa penerapan model guided

discovery learning pada pembeladaran tematik dapat meningkatkan motivasi dan

hasil beladar siswa. Hal ini sesuai dengan nilai rata-rata hasil beladar kognitif siswa

pada siklus I sebesar 62,46, sedangkan pada siklus II sebesar 76,23 meningkat

13,77. Sedangkan persentase klasikal hasil beladar kognitif siswa pada siklus I yaitu

(21)

8

(2014) duga menyatakan penerapan model guided discovery learning menurut

Bruner pada konsep gerak melingkar dapat memperngaruhi hasil beladar siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis tertarik

melakukan penelitian berdudul “EFEKBMETODEBGUIDED DISCDVERY DANB

SIKAPB ILMIAHB TERHADAPB HASILB BELAJARB KOGNITIFB TINGGIB

FISIKA”B

B

1.2.BIdentifikasiBMasalahBB

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Hasil beladar kognitif siswa SIA N 1 Langsa masih rendah.

2. Iinat siswa terhadap pembeladaran fisika dirasa kurang

3. Sikap ilmiah siswa pada pembeladaran fisika di kelas 0 sebelumnya masih

tergolong rendah karena belum dilatih secara maksimal.

4. Pembeladaran yang diadarkan guru masih konvensional, yang terdiri dari metode

ceramah, diskusi, tanya dawab, dan presentasi.

5. Proses pembeladaran selama ini masih terkesan hanya berpusat pada guru

(teacher oriented) yang menganggap bahwa guru adalah satu-satunya.

1.3.BBatasanBMasalahBB

Berdasarkan dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,

penelitian ini dibatasi agar lebih fokus dan mencapai tuduan yang diharapkan maka

(22)

9

1. Permasalahan hasil beladar yang diukur hanya mencakup kemapuan kognitif

tingkat tinggi.

2. Untuk mengetahui tingkat sikap ilmiah siswa diukur melalui tes sikap dan

lembar observasi

3. Pembeladaran yang digunakan adalah pembeladaran guided discovery.

1.4.BRumusanBMasalahBB

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat

dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan hasil beladar kognitif tinggi fisika antara siswa yang

beladar menggunakan metode guided discovery dengan siswa yang

menggunakan metode konvensional?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil beladar kognitif tinggi fisika antara siswa yang

memiliki sikap ilmiah di atas rata-rata dan sikap ilmiah di bawah rata-rata?

3. Apakah terdapat interaksi antara metode pembeladaran dengan tingkat sikap

ilmiah dalam mempengaruhi hasil beladar kognitif tinggi fisika?

1.5.BTujuanBPenelitianBB

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tuduan dari penelitian ini adalah

:

1. Untuk menganalisis perbedaan hasil beladar kognitif tinggi fisika antara siswa

yang beladar menggunakan metode guided discovery dengan siswa yang

menggunakan metode konvensional.

2. Untuk menganalisis perbedaan hasil beladar kognitif tinggi fisika antara siswa

(23)

10

3. Untuk menganalisis interaksi antara metode pembeladaran dengan tingkat sikap

ilmiah dalam mempengaruhi hasil beladar kognitif tinggi fisika

1.6.BManfaatBPenelitianBB

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat mendadi sumber informasi

sebagai sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi siswa, tenaga pengadar, dan

peneliti selandutnya akan mengudi secara mendalam tentang penerapan metode

guided discovery dan sikap ilmiah dalam meningkatkan hasil beladar kognitif tinggi

fisika.

Secara praktis penelitian ini diharapkan :

1. Bahan pertimbangan bagi pengadar dalam memahami hasil beladar kognitif

tinggi fisika, sehingga dapat memilih model pembeladaran yang cocok.

2. Bahan masukan bagi pengadar dalam memilih dan menggunakan model serta

media pembeladaran secara optimal pada kegiatan beladar mengadar fisika.

3. Rudukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan

penelitian bagi peneliti yang tertarik dengan penelitian sedenis.

4. Peningkatan kompetensi penelitian dalam melakukan kegiatan penelitian serta

aplikasi dalam proses pembeladaran di kelas.

1.7.BDefinisiBOperasionalBB

Untuk menghindari terdadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah

yang terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian, perlu di kemukakan definisi

(24)

11

1. Ietode guided discovery adalah metode pembeladaran yang melibatkan siswa

secara aktif untuk mencoba menemukan sendiri informasi maupun pengetahuan

yang diharapkan dengan bimbingan dan petunduk yang diberikan guru.

2. Pembeladaran konvensional merupakan pembeladaran yang berpusat pada guru

(teacher centered) yang pada umumnya dilakukan dengan metode ceramah,

tanya dawab dan latihan soal.

3. Definisi sikap ilmiah merupakan suatu kecenderungan seseorang untuk

merespon suatu keadaan dalam melakukan kegiatan ilmiah. Sikap ilmiah

seorang sains dapat dinilai dari respon atau tindakan yang ditundukkannya pada

saat melakukan kegiatan ilmiah. Cara ini dilakukan dengan teknik observasi

langsung terhadap semua kegiatan yang dilakukan oleh orang sains.

4. Hasil beladar adalah perubahan pada kognitif, afektif dan psikomotorik yang

terdadi pada siswa setelah melalui proses beladar. Dalam penelitian ini aspek

yang di ukur adalah perubahan pada tingkat kognitifnya sada. Hasil beladar

kognitif tinggi yang dimaksud adalah perubahan yang hanya mencakup bidang

kognitif ranah kognitif C3, C4, C5 dan C6.

B

(25)

96

BABBVB

KESIMPULANBDANBSARANB

5.1BKesimpulanB

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh beberapa

kesimpulan, kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah :

1. Terdapat perbedaan hasil belajar kognitif tingkat tinggi antara siswa

yang menggunakan metode pembelajaran Guided discdvery

dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran

konvensional.

2. Terdapat perbedaan hasil belajar kognitif tingkat tinggi siswa yang

memiliki tingkat sikap ilmiah di atas rata-rata dengan siswa yang

memiliki sikap ilmiah di bawah rata-rata, dimana kelompok siswa yang

memiliki tingkat sikap ilmiah di atas rata-rata memperoleh hasil belajar

yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki

tingkat sikap ilmiah di bawah rata-rata.

3. Terdapat interaksi metode pembelajaran dengan tingkat sikap ilmiah

terhadap hasil belajar kognitif tingkat tinggi siswa. Metode pembelajaran

guided discdvery berpengaruh optimal pada hasil belajar kognitif siswa

jika diterapkan pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah di atas

rata-rata. Pada pembelajaran konvensional, sikap ilmiah siswa tidak

berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa.

5.2BSaranBB

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas dan sesuai dengan

(26)

97

1. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan

menggunakan metode pembelajaran guided discdvery sebelum memulai

proses pembelajaran, sebaiknya dijelaskan terlebih dahulu kepada siswa

bagaimana pelaksanaan metode inin. Shingga pada saat pelaksanaan

pembelajaran para siswa sudah mengerti apa yang akan dilakukan dan

tidak menyita waktu untuk langkah-langkah selnajutnya.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan

menggunakan metode guided discdvery disarankan untuk membiasakan

para siswa belajar menggunakan alat praktikum agar nantinya

memudahkan dalam mengaplikasikan metode pembelajaran ini dikelas.

3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan

menggunakan metode guided discdvery disarankan untuk mengajarkan

metode pembelajaran ini pada kelompok siswa yang memiliki sikap

(27)

98

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. 2008. Learning to Teach: Belajar Untuk Mengajar, Edisi Ketujuh, Buku Kedua Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Baharuddin dan Wahyuni. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group

Bossard, D., Lewenstein. B., and Bonney, R. 2005. Scientific Knowledge and Attitude Change. : The Impact of a Citizen Science Project. International Journal of Science Education. 27(9): 1099-1121.

Carin, A. & Sund R.B. 1980. Teaching Science Throug Discovery. Colombus: Charles E. Merrill.

Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelajaran Kreatif & Inovatif. Jakarta: Publisher.

Depdiknas. 2004. Landasan Teori dalam Pengembangan Metode Pengajaran. Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendasmen Direktorat Pend. Lanjutan Pertama.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Eggen, Paul & Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: PT Indeks.

George, R. 2000. Measuring Change in Students Attitudes toward Science over time: An Application of Latent Variable Growth Modelling. Journal of Science Education and Technology.vol 9, no 3: 213-225.

Gronlund, N. F. 1985. Menyusun Tes Hasil Belajar, terjemahan Bistok Sirait, Semarang: IKIP Semarang Press.

Hadianingsih, R. 2009. Keefektifan Metode Penemuan Terbimbing dan Metode Pemberian Tugas Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas 8 Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi T.P 2008/2009. Masters Thesis, Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Hamalik, O. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

(28)

99

Harlen, Qualter. 2004. The Teaching of Science in Primary Schools. London: David Fulton Publisher Ltd.

Istiqomah. 2014. Penerapan Model Guided Discovery Learning Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak Kabupaten Lampung Timur. Skripsi, Lampung: Universitas Lampung.

Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru, Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Khabibah, Rani. 2014. Pengaruh Model Guided Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Pada Konsep Gerak Melingkar Beraturan. Skripsi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Kristianti, Md. 2013. Pengaruh Metode Discovery Berbatuan Media Realita Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD di Desa Anturan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Tesis, Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Martin, E. Wainright; et al. (2005). Managing Information Technology 5th ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Matsumoto, D. 2009. The Cambridge Dictionary of Psychology. New York: Cambridge University Press.

Melani, R. 2012. Pengaruh Metode Guided Discovery learning Terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Pendidikan Biologi FKIP UNS. 4 (1) : 97-105

Minium, E.C. 2008. Statistical Reasoning For Education. Mc graw gill.

Mulyasa, E. 2005. Panduan Pembelajaran KBK: Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Munir, A. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak Dari Rumah. Yogyakarta: PT. Bintang PustakaAbadi.

Nugroho, B.A. 2005. Strategi Jitu: Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Offeset.

Nurhayati, L. 2009. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Guided Discovery Terhadap Hasil Belajar Fisika Kelas VII di MTs N Pamotan Rembang: Skripsi, Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo.

(29)

100

Osborne,J. 2003. Attitudes towards Science : A Review of The Literature and Its Implications. Vol 25, no 9: 1049-1079 [online] Tersedia:

http://eprints.ioe.ac.uk/652/1/Osborneeta2003attitudes1049.pdf. [18 januari

2015]

Patil, G. V. 2011. A Comparative Study of Scientific Attitude about secondary and Higer secondary level Students. International Referred Research Journal, vol 2, no 24: 24-26 [online] Tersedia: http://www.ssmrae.com/admin/images/126c5cb5711800becd57bcdf6337b6 d7.pdf. [20 januari 2015]

Pitafi, A. I & Farooq. 2012. Measurement of Scientific Attitude of Secondary School Students in Pakistan. Academic Research International, vol 2, no 2: 379-392. [online]. Tersedia: www.journals.savap.org.pk. [20 januari 2015]

Poerwadarminto, W. J. S. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Prastowo, A. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta: Diva Press.

Putrayasa. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa. Universitas Pendidikan Ganesha. 2(1).

Qorri’ah. 2011. Penggunaan Metode Guided Discovery learning Untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa. Skripsi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Riyanto, Y. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Bahan Ajar Group.

Roth, W. M. & Roychoudhry, A. 1993. The Concept Map as a Tool for the Collaborative Contruction of Knowledge: A Microanalysis of High School Physics Students. Journal of Research in Science Teaching. 30(5): 503-534.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Depok: PT. Rajagrafindo Persada.

Sadia, I. W. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Makalah disajikan pada pelatihan PKBM di UPTD BKPB Provinsi Bali, Tgl. 15 Agustus 2008.

Sagala. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alphabeta.

Sani, R. A. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

(30)

101

Sanjaya, Wina. 2007. Kajian dan Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Santrock, John W. 2004. Educational Psychology 2nd Edition. New York: McGraw-Hill.

Sardiman. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Stiggins, R. J. 1994. Student-Centered Classroom Assessment. New York : Macmillan College Publishing Company.

Suci, D. K. 2009. Pengaruh Motivasi Belajar, Sikap Ilmiah Siswa dan Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Skripsi, Semarang: UNS.

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Suparno, P. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika Kontruktivistik. Yogyakarta: Universitas Sanata Drama.

Suryobroyo. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencan Prenada.

Suwangsih dan Turlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press.

Suyono dan Hariyanto. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Roskadarya Remaja.

Syah, Muhibbin, 1999, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Cet. IV Bandung: Remaja Rosdakarya.

Widiadnyana, I W. 2014. Pengaruh Model Discovery learning Terhadap Pemahaman Konsep IPA dan Sikap Ilmiah Siswa SMP. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha.

Winataputra, 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Gambar

Gambar 2.1 Tahapan Pembelajaran Discovery Secara Umum ........................... 28

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas berkat penyertaan, perlindungan dan kasih karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Visual

Dalam Penulisan Ilmiah ini penulis akan membahas mengenai kesulitan dalam proses perhitungan penyewaan lapangan dan pembuatan laporan pada sebuah paintball club yang masih

Wawotobi mengalami kenaikan dari pertemuan pertama yaitu tidak ada anak yang memiliki kriteria sangat baik, 4 anak dengan kriteria baik, 9 anak dengan kriteria

Semua surat yang menggunakan lambang negara harus mencantumkan alamat kantor tepat di halaman bawah atau footer. Logo adalah tanda pengenal atau identitas berupa simbol atau

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk kandang yang berasal dari perlakuan feces kambing mempunyai kandungan hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan kompos yang

[r]

Setelah menganalisis hasil observasi dan hasil tes, selanjutnya peneliti dan guru secara kolaboratif mengkaji dan merenungkan tentang rencana dan pelaksanaan tindakan