• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komposisi Karkas Kelinci Peranakan New Zealand White yang Diberi Pakan dengan Tingkat Protein Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komposisi Karkas Kelinci Peranakan New Zealand White yang Diberi Pakan dengan Tingkat Protein Berbeda"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPOSISI KARKAS KELINCI PERANAKAN

NEW ZEALAND

WHITE

YANG DIBERI PAKAN DENGAN

TINGKAT PROTEIN BERBEDA

MOHAMAD WILDAN

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komposisi Karkas Kelinci Peranakan New Zealand White yang Diberi Pakan dengan Tingkat Protein Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir di skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Mohamad Wildan

(4)
(5)

ABSTRAK

MOHAMAD WILDAN. Komposisi Karkas Kelinci Peranakan New Zealand White yang Diberi Pakan dengan Tingkat Protein Berbeda. Dibimbing oleh MUHAMMAD BAIHAQI dan NAHROWI

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengevaluasi komposisi karkas kelinci peranakan New Zealand White. Sebanyak 15 ekor kelinci persilangan NZW masa pertumbuhan dengan bobot awal kelinci berkisar antara 982.83 ±303.53 g. Pakan penelitian yang digunakan yaitu P1: level protein pakan 12%; P2: level protein pakan 14%; dan P3: level protein pakan 16%. Desain percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Data pertumbuhan bobot badan harian (PBBH), karakteristik karkas, komposisi karkas, bobot, persentase, dan distribusi komposisi potongan komersial dianalisis dengan

Analysis of Covariance (ANCOVA). Perlakuan pemberian tingkat protein nayata mempengaruhi PBBH dimana P2 dan P3 lebih baik dibandingkan P1 namun, perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap karakteristik karkas, komposisi karkas, dan distribusi komposisi karkas (otot, lemak, serta tulang). Bobot dan persentase potongan komersial kelinci tidak berbeda nyata pada potongan (foreleg,

rack, dan hindleg), sedangkan distribusi komposisi karkas pada bagian loin

terdapat pada lemak subkutan. Disimpulkan bahwa penggunaan PK 14% sudah cukup untuk kelinci peranakan NZW.

Kata kunci: kelinci, komposisi karkas, level protein

ABSTRACT

MOHAMAD WILDAN. Carcass Composition of New Zealand White Rabbit Fed Diet Certainly Different Level of Crude Protein. Supervised by MUHAMMAD BAIHAQI and NAHROWI

The Study aimed to evaluate carcass composition of New Zealand White rabbits fed diet certainly different level og crude protein crosbred. Fifhteen New Zealand cross rabbit on growth period Average of body weight 982.83±303.53 g were given three diet treatments i.e. P1: diet containing 12% crude protein; P2: diet containing 14% crude protein; P3: diet containing 16% crude protein in randomly. Data of carcass characteristic, carcass composition, weight of carcass, percentage and distribution of commercial carcass part were analysed with analysis of covariance (ANCOVA). Different level of crude protein treatments affected daily gain. However, the treatments did not influence carcass characteristic, carcass composition, and distribute of carcass composition (muscle, fat and bone). The weight and of commercial rabbit carcass percentage (foreleg, rack, and hindleg) were not different. It is concluded that level 14% crude protein was enough for cross rabbit NZW.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

KOMPOSISI KARKAS KELINCI PERANAKAN

NEW ZEALAND

WHITE

YANG DIBERI PAKAN DENGAN

TINGKAT PROTEIN BERBEDA

MOHAMAD WILDAN

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)
(8)

Judul Skripsi : Komposisi Karkas Kelinci Peranakan New Zealand White yang Diberi Pakan dengan Tingkat Protein Berbeda

Nama : Mohamad Wildan NIM : D14080266

Disetujui oleh

M Baihaqi, SPt MSc Pembimbing I

Prof Dr Ir Nahrowi, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Alhamdulilah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat izin-Nyalah sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Shalawat dan salam semoga Allah SWT curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, berserta keluarga, para sahabatnya, dan umatnya yang istiqomah terhadap ajaran-Nya. Tema yang dipilih pada penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2012 adalah Komposisi Karkas Kelinci Peranakan New Zealand White yang diberi Pakan dengan Tingkat Protein Berbeda.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak M Baihaqi, SPt MSc dan Bapak Prof Dr Ir Nahrowi, MSc yang telah membantu penyusunan proposal hingga tahap akhir skripsi ini. Di samping itu, penulis sampaikan terima kasih juga kepada Bapak Idris Siregar dari PT Indofeed yang telah membantu selama proses pembuatan pakan berlangsung. Penulis ucapkan terima kasih kepada Toni P.K, Hendro Siswoyo, Yopy P.G, Fery K.S, Maghfirah Rizki, dan Yoga S yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu 2

Bahan 2

Alat 3

Prosedur 4

Analisis Data 5

Peubah 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Hasil 6

Pembahasan 6

SIMPULAN DAN SARAN 12

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 14

(11)

DAFTAR TABEL

1 Susunan dan kandungan nutrisi pakan penelitian 3

2 Kondisi lingkungan kandang penelitian 6

3 Rataan pertambahan bobot badan harian dan konversi pakan kelinci NZW 7

4 Karakteristik karkas kelinci peranakan NZW pada setiap perlakuan 7

5 Komposisi karkas kelinci peranakan NZW pada setiap perlakuan 9

6 Bobot dan persentase potongan komersial kelinci peranakan NZW pada 10

setiap perlakuan 7 Persentase distribusi komposisi karkas pada potongan komersial (%) 11

DAFTAR GAMBAR

1 Kelinci peranakan New Zealand White 2

2 Pakan penelitian 3

3 Kandang pemeliharaan 6

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelinci merupakan salah satu jenis ternak yang sangat cocok dikembangkan di berbagai negara berkembang. Kelinci mempunyai potensi yang dapat digunakan sebagai bahan pangan untuk mencukupi kebutuhan protein hewani untuk masyarakat, dalam hal ini kelinci dapat dikembangkan sebagai ternak penghasil daging. Selain itu daging kelinci mempunyai keunggulan dibandingkan daging asal ternak lainnya yaitu rendahnya kadar kolesterol, tinggi protein, seratnya pendek dan halus sehingga cocok untuk dikonsumsi oleh anak-anak hingga orang dewasa. Indonesia memiliki kelinci peranak-anakan New Zealand White yang sudah aditif dan memiliki daya tahan yang lebih kuat dibandingkan dengan kelinci impor, oleh sebab itu kelinci peranakan New Zealand White lebih optimal untuk dikembangkan di Indonesia.

Upaya untuk mengembangkan kelinci peranakan New Zealand White yang optimal adalah dengan pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan nutrient kelinci hendaknya mengikuti pola adaptasi lingkungan hidupnya. Salah satu nutrient esensial terutama yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan adalah protein. Protein sering dijadikan sebagai faktor acuan dalam penyusunan ransum (McNamara 2006). Kebutuhan nutrient protein untuk kelinci peranakan New Zealand White pada fase pertumbuhan belum banyak diketahui secara pasti karena kelinci peranakan New Zealand White memiliki tingkat keragaman genetik dan sifat yang sudah adaptif dengan lingkungan tempat tumbuhnya.

Kebutuhan zat nutrient seperti protein untuk kelinci peranakan New Zealand White yang sudah beradaptasi di lingkungan tropis pada fase pertumbuhan masih belum diketahui secara pasti. Informasi kandungan protein kasar pakan yang sesuai dengan kebutuhan kelinci peranakan New Zealand White akan sangat bermanfaat bagi peternak untuk lebih secara intensif memberikan pakan sesuai dengan kebutuhan nutrient sehingga tercapai tingkat produksi yang efisien dan efektif. Berkenaan hal tersebut maka diperlukan adanya pengkajian terhadap nilai standar kebutuhan protein kasar pakan yang dilakukan melalui pendekatan penelitian yang sesuai dengan lingkungan lokal bagi pemenuhan kebutuhan nutrient kelinci khususnya pada masa pertumbuhan.

(14)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi komposisi karkas kelinci peranakan New Zealand White jantan dengan pemberian tingkat protein yang berbeda.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dimulai dari pembuatan pakan komplit yang dilakukan di PT. Indofeed Bogor. Ukuran lubang die yang digunakan untuk mencetak pellet adalah 4 mm. Kelinci yang digunakan pada penilitian ini berupa kelinci peranakan New Zealand White. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat karkas dari kelinci peranakan New Zealand White dengan pemberian tingkat protein yang berbeda.

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai Agustus 2012. Pemeliharaan dilaksanakan selama 3 bulan dengan masa adaptasi 2 minggu yang berlokasi di peternakan kelinci Asy-Syabab-Unifarm Komplek Laladon Indah jalan Bukit Asam Ujung no 31 Bogor. Pembuatan pakan pellet dilakukan di PT. Indofeed Bogor, Jawa Barat. Pengukuran sifat-sifat karkas dilakukan di Laboratorium Ruminansia Besar Fakultas Peternakan IPB.

Bahan

Penelitian ini menggunakan 15 ekor kelinci peranakan New Zealand White (NZW), masa pertumbuhan dengan rataan bobot awal 982.83 ±303.53 g (gambar 1). Ternak kelinci diperoleh dari para peternak yang berada di daerah Cibanteng, Desa Purwasari, Desa Tenjolaya, Cibatok, Cipanas, Ciherang, dan Kebun Raya Bogor. Komposisi pakan penelitian yang digunakan terdiri dari: jagung, onggok, pollard, CGF, bungkil inti sawit, bungkil kelapa, bungkil kedelai, kulit kopi, DCP, CaCO3, dan premix. Susunan bahan baku dan kandungan nutrisi pakan disajikan

pada Tabel 1.

(15)

3

Tabel 1 Susunan dan kandungan nutrisi pakan penelitian

P1(PK 12%) P2 (PK 14%) P3 (PK 16%)

*) Hasil Analisa Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2012). Kandungan pakan berdasarkan as

fed. **) Kandungan pakan dalam 1 kg bahan kering, ***) dihitung berdasarkan rumus Ibrahim et

al. (2011) DE (MJ/kg BK) = 4.36-0.04 x NDF%, P1: pakan dengan kandungan PK 12%, P2: pakandengan kandungan PK 14%, P3: pakan dengan kandungan PK 16%.

Pakan perlakuan penelitian ini meliputi (Gambar 2) :

P1: Pakan komplit dengan kandungan protein kasar 12% P2: Pakan komplit dengan kandungan protein kasar 14% P3: Pakan komplit dengan kandungan protein kasar 16%

(a) P1 (b) P2 (c) P3 Gambar 2 Pakan penelitian

Alat

(16)

4

timbangan, kertas pencatatan, alat tulis, satu set pisau karkas, cutter, gunting, nampan, timbangan digital, serta plastik.

Prosedur

Pembuatan Pakan Ternak

Ransum perlakuan pertama-tama diformulasikan dengan menggunakan

software Winfeed 2.8. Ransum dibuat di pabrik pakan PT Indofeed Bogor Jawa Barat dalam bentuk pellet berdiamter 4 mm. Ransum kemudian dianalisis di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor

Persiapan Kandang

Kandang terbuat dari balok, kayu, dan kawat. Kandang individu dengan ukuran panjang x lebar x tinggi adalah 60 x 60 x 75 cm, 15 unit tempat pakan dengan ukuran diameter 12 cm tinggi 5 cm, dan tempat minum.

Persiapan Ternak

Proses seleksi ternak sejak pembelian ternak berlangsung dengan memilih kriteria kelinci yang memiliki warna fur putih dengan bobot badan yang relatif seragam dari jenis kelinci NZW. Setelah itu di lakukan adaptasi pakan dan adaptasi lingkungan. Selama adaptasi ternak dimasukan ke dalam kandang individu. Adaptasi ransum perlakuan mulai diberikan sedikit demi sedikit kepada ternak selama 2 minggu.

Pemeliharaan Ternak

Selama penelitian, pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 07.00-09.00 WIB dan sore hari pukul 16.00-17.30 WIB. Sebelum pakan diberikan kepada kelinci, pakan terlebih dahulu ditimbang dan dimasukkan ke mangkok keramik putih. Pakan yang diberikan pada awal penelitian yaitu sebanyak 120 g hari -1. Pemberian pakan berubah disesuaikan dengan perbedaan sifat konsumsi dari masing-masing kelinci. Pemberian air minum ad libitum pada tempat minum dengan volume 500 mL. Sisa pakan ditimbang setiap pagi hari. Air minum yang diberikan ditakar dan dihitung sisanya setiap pagi hari.

Penimbangan bobot badan dilakukan 1 kali dalam seminggu pada pagi hari. Pembersihan kotoran dilakukan setiap sore hari. Pemeriksaan kesehatan ternak dilakukan setiap pagi hari. Pengukuran suhu lingkungan dilakukan setiap hari agar mengetahui keadaan lingkungan ternak. Perhitungan suhu dan kelembaban udara kandang dilakukan pada pukul 07.00 WIB, 13.00 WIB, 17.00 WIB, dan 20.00 WIB.

Cara Pemotongan Kelinci dan Indentifikasi Kualitas Karkas

Kelenci peranakan NZW dilakukan pemuasaan terlebih dahulu selama 24 jam sembelum penyembelihan. Penyembelihan kelinci dilakukan dengan cara memotong leher tepat pada trachea, vena jugularis, arteri carotis, dan esophagus. Darah hasil pemotongan ditampung kedalam plastik untuk mengetahui persentase darahnya.

(17)

5

dan disimpan di dalam alat pendingin. Karkas dipotong-potong menjadi potongan komersial kaki belakang, pinggang, dada-leher, dan kaki depan. Semua potongan diuraikan menjadi otot, lemak, dan tulang (Herman 1989).

Analisis Data

Desain percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak kelompok (RAK), perlakuan pada penelitian ini ialah jumlah pemberian protein yang berbeda (P1, P2 dan P3). Masing-masing taraf perlakuan terdiri atas 5 kali ulangan.). Adapun model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut (Mattjik dan Sumertajaya 2006).

Yijk = µ + Ai + Bk +ijk

Data yang diperoleh dianalisis dengan ANCOVA, jika terdapat perbedaan yang nyata, maka dilakukan dengan uji Duncan.

Peubah yang Diamati

1. Bobot potong : Bobot potong kelinci ditimbang sesaat sebelum kelinci dipotong (g).

2. Bobot karkas : Bobot karkas ditimbang setelah kelinci dipotong, dikuliti lalu dikurangi darah, kepala, kaki bagian bawah, hati, ekor, saluran pencernaan, dan isi rongga dada kecuali ginjal (g).

3. Bobot potong komersial : Bobot potongan komersial didapat dengan cara memotong karkas kelinci menjadi potongan komersialnya lalu ditimbang dengan alat timbangan. Potongan komersial terdiri dari foreleg, rack, loin,

dan hindleg.

4. Bobot komponen karkas, meliputi bobot daging, lemak, dan tulang (g) : Bobot komponen karkas ditimbang dengan cara memisahkan masing-masing komponen karkas terlebih terdiri dari daging, lemak, dan tulang selanjutnya bobotnya ditimbang dengan alat timbangan.

5. Rasio daging dan tulang, yaitu perbandingan bobot daging dengan tulang (g) : Rasio daging dan tulang dihitung dengan cara membandingkan antara bobot tulang yang dihasilkan dengan daging yang dihasilkan.

6. Proporsi karkas dan potongan komersial (%)

(18)
(19)

7

Hasil penelitian terhadap pertumbuhan bobot badan harian kelinci pada perlakuan protein 12%, 14 %, dan 16 % dapat dilihat pada Tabel 3. Perlakuan P1 secara statistik nyata lebih rendah (P<0.05) dalam PBBH (pertambahan bobot badan harian) dibandingkan P2 dan P3. Hal ini dapat disebabkan nilai protein yang terlalu rendah pada P1 taraf protein 12 %, yang mengakibatkan pertambahan bobot badan rendah.

Karakteristik Karkas

Karakteristik karkas yang diamati dalam penelitian ini adalah bobot potong, bobot tubuh kosong, bobot karkas panas, bobot karkas dingin dan bobot non karkas. Karkas adalah bagian tubuh ternak hasil pemotongan setelah dihilangkan kepala, kaki bagian bawah carpus sampai tarsus, kulit, darah, serta organ dalam (jantung, hati paru-paru, limpa, saluran pencernaan dan saluran reproduksi). Hasil penelitian karakteristik karkas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 karakteristik karkas kelinci peranakan NZW pada setiap perlakuan Variabel Perlakuan Rataan

P1 P2 P3

Bobot Potong (g)

1 622.20±321.87 1 691.00±374.54 1 734.60±325.87 1 682.60±340.49

Bobot Tubuh Kosong (g)

1 387.20±311.48 1 481.00±377.42 1 542.20±322.81 1 470.13±333.74

Bobot Karkas Panas (g)

771.20±234.28 878.80±334.63 881.80±209.48 843.93±259.46

Bobot Karkas Dingin (g)

768.92±232.84 869.44±332.55 878.02±207.42 838.80±257.60

Bobot Non Karkas (g)

575.90±103.01 633.40±115.26 633.70±99.32 614.33±105.86

(20)

8

karkas yang tinggi pula (Muryanto dan Prawirodigdo1993), Berg dan Butterfield (1976) mengemukakan bahwa bobot karkas adalah bobot hidup setelah dikurangi bobot saluran pencernaan, darah, kepala, kulit dan keempat kaki mulai dari persendian metacarpus atau metatarsus ke bawah. Bobot karkas merupakan salah satu parameter yang penting dalam sistem evaluasi karkas. Hasil penelitian diperoleh rataan bobot potong kelinci yang diberi ransum tingkat protein 16% (P3) sebesar 1734.60 g ekor-1 cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan ransum dengan tingkat protein 12%, 14% yaitu 1622.20 g ekor-1 dan 1691.00 g ekor-1 meskipun secara statistik tidak berbeda nyata.

Hasil penelitian bobot potong tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang diperoleh Kurniawan (2013), yaitu yang terendah 1.624.28 g ekor-1 dan yang tertinggi sebesar 1.819.28 g ekor-1. Hasil Analisa peragam bobot badan awal menunjukkan bahwa kelinci yang dipelihara dengan ransum yang berbeda memilki respon yang relatif sama (P > 0.05) terhadap bobot potong.

Bobot Karkas Panas dan Dingin

Bobot karkas diperoleh dari penimbangan karkas secara langsung ditempat pemotongan, bagian tubuh ternak setelah dikurangi dari bagian darah, kulit, kepala, keempat kaki bawah metatarsus dan metacarpus, paru-paru, tenggorkan, saluran pencernaan, alat reproduksi, saluran urine, jantung, limpa, hati dan ekor (Lawrie 1995). Pemberian tingkat protein yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap bobot karkas panas dan dingin (P>0.05). Bobot karkas dingin mempengaruhi nilai lebih rendah dibandingkan bobot karkas panas karena adanya penyusutan saat pendinginan dalam cooler. Muryanto dan Prawirodigdo (1993) menyatakan bahwa semakin tinggi bobot potong maka semakin tinggi persentase bobot karkasnya.

Pengaruh yang tidak nyata pada penelitian ini disebabkan karena rataan bobot potong yang juga tidak bebeda nyata sehingga bobot karkas yang dihasilkan tidak berbeda nyata pula. Produksi karkas berhubungan dengan bobot badan karena peningkatan bobot badan akan diikuti dengan peningkatan bobot potong dan bobot karkas. Penelitian ini juga masih lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Hutajulu dan Yunilas (2007) yang menghasilkan rataan bobot karkas panas sebesar 935.32 g.

Persentase Karkas

(21)

9

Persentase karkas yang tidak berbeda nyata ini dapat disebabkan oleh bobot karkas dan juga bobot potong pada tiap-tiap perlakuan yang juga tidak berbeda nyata, sehingga didapatkan persentase karkas yang tidak berbeda nyata pula. Persentase karkas dipengaruhi oleh bobot potong, sesuai dengan pendapat Eviaty (1982) yang menyatakan bahwa persentase karkas kelinci lokal akan bertambah seiring dengan peningkatan bobot potong. Hasil Penelitiaan menunjukan karakteristik karkas peranakan NZW secara statistik bahwa penggunaan PK 14% sudah cukup untuk kelinci peranakan NZW karena menghasilkan karakteristik karkas yang sama seperti PK 16%.

Komposisi Karkas

Karkas dan potongan karkas dapat diuraikan secara fisik menjadi komposisi jaringan daging, lemak, tulang dan jaringan ikat. Hasil penelitian menunjukan rataan komposisi karkas yang terbesar otot, lemak, dan tulang di tampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Komposisi karkas kelinci peranakan NZWpada setiap perlakuan

Variabel Perlakuan Rataan

P1 P2 P3

g

Otot 531.96±194.19 595.40±255.53 607.10±163.91 578.15±204.54 Lemak 45.44±30.25 69.26±58.09 87.22±41.55 67.31±43.30 Tulang 141.54±26.78 141.56±16.70 154.50±23.17 145.87±22.22

%

Otot 67.91±6.28 66.97±6.46 68.61±3.01 67.83±5.25 Lemak 5.51±2.69 6.87±3.96 9.44±2.97 7.27±3.21 Tulang 19.20±3.70 18.12±6.28 18.98±8.05 18.7±6.01

(22)

10

Potongan komersial

Pemotongan bagian karkas kelinci berdasarkan pada irisan komersial. Irisan komersial karkas kelinci terdiri atas 4 potongan irisan. Irisan tersebut adalah potongan irisan paha depan (foreleg), potongan irisan dada (rack), potongan irisan pinggang (loin), dan potongan irisan paha belakang (hindleg). Data hasil bobot pemotongan dan persentase potongan komersil peranakan NZW dapat di lihat pada Tabel 6.

Foreleg 119.08±35.69 139.28±64.28 132.96±33.33 130.44±44.43

Rack 165.60±66.04 182.78±64.07 203.02±33.29 183.80±54.47

Loin 196.46±77.13 235.54±111.82 236.52±66.27 222.84±85.07

Hindleg 274.68±80.13 314.48±84.95 313.26±66.79 300.81±77.29 %

Foreleg 15.55±1.78 15.83±1.90 15.17±1.03 15.52±1.57

Rack 21.00±2.62 21.39±2.47 23.55±2.63 21.99±2.57

Loin 25.02±3.20 26.40±3.26 26.69±2.57 26.04±3.01

Hindleg 35.89±2.34 37.83±5.78 35.95±2.30 36.56±3.47

Hasil analisa secara statistik terhadap bobot potongan komersial dengan pemberian tingkat protein yang berbeda pada kelinci persilangan NZW pada penelitian ini menunjukkan respon yang tidak berpengaruh nyata (P>0.05). Hasil tersebut dapat disebabkan karena bobot potong, bobot tubuh kosong, dan bobot karkas yang juga tidak berbeda nyata sehingga menghasilkan respon yang tidak berbeda nyata pula terhadap bobot potong dan persentase potongan komersil kelinci persilngan peranakan NZW. Data rata-rata hasil penelitian menunjukan nilai sebagai berikut foreleg (15.52%), rack (21.99%), loin (26.04%) dan hindleg (36.56%). Hasil persentase potongan komersial yang didapatkan penelitian ini berbeda dengan yang di dapatkan oleh Herman (1989) yaitu hindleg sebesar 40%,

loin sebesar 22.10%, rack sebesar 11.68% dan foreleg sebesar 29%, penelitian ini juga mendapatkan proporsi hasil yang sama yaitu potongan komersial terbesar adalah bagian hindleg, sedangkan pesentase yang terendah terdapat pada bagian

foreleg. Hal ini karena bagian paha belakang merupakan bagian penghasil daging yang terbesar pada ternak kelinci. Penelitian Metzger et al (2005) menyatakan bahwa perbedaan pada bagian foreleg disebabkan bagian tersebut paling banyak memiliki tulang namun sedikit otot. Potongan komersial seperti loin dan hindleg

merupakan potongan bernilai ekonomis tertinggi dibandingkan potongan foreleg

(23)

11

Distribusi Komposisi Karkas pada Potongan Komersial

Komponen utama karkas terdiri atas jaringan otot, tulang dan lemak. Kualitas karkas sangat ditentukan oleh imbangan ketiga komponen tersebut. Hasil distribusi karkas pada potongan komersial dapat lihat pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7 Persentase distribusi komposisi karkas pada potongan komersial (%) Variabel Perlakuan Rataan

P1 P2 P3

Foreleg Otot 10.55±3.68 12.06±5.77 8.26±1.06 10.29±3.50 Tulang 2.86±0.50 2.65±0.86 2.53±0.66 2.68±0.67 Lemak S 1.03±0.64 1.26±0.75 2.07±1.17 1.45±0.86 Lemak I 0.56±0.47 0.63±0.81 0.47±0.14 0.55±0.47

Rack Otot 12.45±2.59 12.88±1.40 12.58±2.10 12.64±2.03 Tulang 6.05±0.89 5.58±2.04 7.51±4.97 6.38±2.63 Lemak S 0.29±0.23 0.50±0.47 1.24±0.74 0.68±0.48 Lemak I 0.62±0.48 0.81±0.47 0.85±0.55 0.76±0.50

Loin Otot 17.76±2.20 18.59±1.64 18.80±1.24 18.39±1.69 Tulang 3.84±0.82 3.02±0.80 3.07±0.86 3.31±0.83 Lemak S 0.19±0.32A 0.84±1.21B 0.22±0.17A 0.42±0.57 Lemak I 2.28±1.45 2.32±2.28 3.62±1.52 2.74±1.75

Hindleg Otot 27.45±2.20 29.24±1.64 27.83±1.24 28.17±1.93 Tulang 6.45±1.60 6.87±2.76 5.99±1.89 6.44±2.08 Lemak S 0.35±0.31 0.20±0.19 0.13±0.16 0.23±0.22 Lemak I 0.20±0.12 0.31±0.18 0.85±0.56 0.45±0.29

Keterangan : Angka distribusi yang berbeda nyata pada loin yang sama menunjukan berbeda sangat nyata (P<0,05). S : Subkutan dan huruf I : Intermuskular.

(24)

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Karakteristik karkas peranakan NZW yang diberikan pakan PK 14% sudah cukup untuk kelinci peranakan NZW karena menghasilkan karakteristik karkas yang sama seperti PK 16%. Komposisi jaringan karkas kelinci peranakan NZW jantan muda yang meliputi otot, lemak, dan tulang juga tidak berbeda. Hasil rataan potongan komersial foreleg (15.52%), rack (21.99%), loin (26.04%), dan

hindleg (36.56%). PBBH kelinci peranakan NZW yang diberi PK 12%, 14%, dan 16% relatif sama dengan rata-rata PBBH 11.80 g ekor-1 hari-1, demikian juga karakteristik karkas yang dihasilkan sama.

Saran

Penelitian selanjutnya harus dilakukan karakteristik non karkas, uji fisik dan kimia, sehingga data yang dihasilkan akan lebih kompleks. Penggunaan berat, jenis kelinci dan pemeliharaan kelinci harus lebih seragam. Selain itu perlu manajemen kandang dan pemiliharaan yang tepat. Penelitian ini juga perlu ketelitian saat pengujian karekterisktik karkas dalam memisahkan otot, tulang, dan daging.

DAFTAR PUSTAKA

Berg RT, Butterfield RM. 1976. New Concepts of Cattle Growth. Sydney (AU) University Pr.

Cheeke, PR, Patton NM, Tempelton GS. (1982). Rabbit production. Ed ke-5, Interstate Printers and Publishers Danville. Illionis (US).

De-Blas JC, Galvez JF. (1973). Indices for estimating milk production in Spanish Giant rabbits. Anim. Prod. 4, 25-27.

Eviaty 1982. Pertumbuhan perkembangan potongan karkas pada kelinci lokal. [Karya Ilmiah]. Bogor (ID). Fakultas Peternakan IPB.

Farrell DJ, Raharjo YC, 1984. The potensial for meat proction from Rabbits. Bogor (ID) .Laporan Penelitian. Puslibangnak.

GidenneT, Lapanouse, Fortune-Lamothe. 2004. Feeding strategy for the early weaned rabbit: interest of a hight energy and protein starter diets on growth and health status. Proceedings 8th World Rabbit Congress, September 7-10, 2004-Puebla (MX).

Gillespie RJ, 2004. Modern Livestock and Poultry Production. Ed ke-7 Delmarn Learning. New York (US): Clifton Park.

(25)

13

Kochel TJ, Watts DM, Gonzalo AS, Ewing DF, Porter KR, Russell KL. 2005. Cross-serotype neutralization of dengue virus in Aotus nancyme monkeys. J Infect Dis. 191(6):1000-1004. doi:10.1086/427511.

Kurniawan YM (2013). Komposisi karkas dan sifat daging kelinci lokal jantan muda dengan pemberian pakan mengandung limbah tauge [skripsi]. Bogor: (ID).Institut Pertanian Bogor

Lawrie RA. 1995. Ilmu Daging. Edisi Kelima. Terjemahan: Parakasi, A. Jakarta (ID): UI. Press

Lawrie RA. 2003. Ilmu Daging. Penerjemah Aminudin P. Jakarta (ID): UI. Pr. Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002, Perancangan Percobaan dengan Aplikasi

SAS dan Minitab Jilid I. Bogor (ID): IPB Pr.

McNamara JP. 2006. Principle of Companion Animal Nutrition. 1st ed Upper Saddle River, New Jersey (US): Pearson Education, Inc.

Metzger SZ, Odermatt, Szendro. 2005. Examination On The Carcass Traits of Different Rabbit Genotypess. Ed ke-8. WRSA: Puebla City (MX).14 (sp) 51 - 72

Muryanto, S. Prawirodigdo. 1993. Pengaruh jenis kelamin dan bobot potong terhadap persentase karkas dan non-karkas pada kelinci Rex. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Klepu 1: 33-38.

Onlamoon N, Noisakran S, Hsiao HM, Duncan A, Villinger F, Ansari AA, Perng GC. 2010. Dengue virus-induced hemorrhage in a nonhuman primate model.

Blood. 115(9):1823-1834. doi:10.1182/blood-2009-09-241990.

Soeparno, 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan Pertama. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr.

Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta (ID): Gajah Mada Univ Pr.

Trisunuwati P. 1989. Mengenal Ternak Kelinci. Malang (ID): Fakultas Peternakan Nuffic.Universitas Brawijaya.

(26)
(27)
(28)
(29)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Desember 1990 di Kota Bogor, Jawa Barat. Penulis adalah anak kedua dari 4 bersaudara dari pasangan Bapak Haerudin MN dan Ibu Anung Siti Nursyiah.

Penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Babakan Dramaga 3 pada tahun 1996 hingga 2002, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor pada tahun 2002 hingga 2005. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ciampea, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor pada tahun 2005 dan diselesaikan pada tahun 2008.

Gambar

Tabel 1  Susunan dan kandungan nutrisi pakan penelitian
Tabel 4 karakteristik karkas kelinci peranakan NZW pada setiap perlakuan
Tabel 5 Komposisi karkas kelinci peranakan NZWpada setiap perlakuan
Tabel 7  Persentase distribusi komposisi karkas pada potongan komersial (%)

Referensi

Dokumen terkait

Pada Februari 2015 lalu, pemerintah Pakistan mengeluarkan kebijakan untuk mempersenjatai guru di Pakistan. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah Pakistan yang

Fosil memiliki bentuk fisik artistik tekstur dan warna yang unik serta nilai riwayat lampau, berkaitan dengan itu dalam penciptaan karya lukis ini penulis memakai

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah dikemukakan tersebut, maka sebagai rekomendasi dalam penelitian ini adalah bahwa kegiatan press conference, press release,

Kontribusi minat belajar dan kreativitas belajar secara simultan yang mempengaruhi hasil belajar matematika dengan taraf signifikansi

Untuk analisis deformasi fase praseismik gempa Februari 2008 di Segmen Mentawai digunakan data GPS dari stasiun SuGAr yang berada satu segmen dengan episenter

effective if they are personalised.” It is assumed that when the students write their own vocabulary by themselves, they will remember those words for a long

Melaporkan pembelajaran sampai dengan presentasi hasil pembelajaran berupa pementasan sesuai Petunjuk Teknis Bantuan Pemerintah Penyelenggaraan Gerakan Seniman

Pada masa kabinet bersatu Jilid II dikeluarkanlah kembali Peraturan Presiden yang berkaitan dengan sekretariat kabinet yakni Peraturan Presiden 82 Tahun 2010 45 ,