• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Ict Literacy Petani Kedelai Dan Pengembangan Kms Kedelai Menggunakan Konsep Arsitektur Informasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Ict Literacy Petani Kedelai Dan Pengembangan Kms Kedelai Menggunakan Konsep Arsitektur Informasi."

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ICT LITERACY PETANI KEDELAI DAN

PENGEMBANGAN KMS KEDELAI MENGGUNAKAN

KONSEP ARSITEKTUR INFORMASI

HALIMAH TUS SA’DIAH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis ICT Literacy

Petani Kedelai dan Pengembangan KMS Kedelai menggunakan Konsep Arsitektur Informasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015 Halimah Tus Sa’diah

NIM G651130251

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus

(4)

RINGKASAN

HALIMAH TUS SA’DIAH. Analisis ICT Literacy Petani Kedelai dan Pengembangan KMS Kedelai menggunakan Konsep Arsitektur Informasi. Dibimbing oleh YANI NURHADRYANI dan DESTA WIRNAS.

Kedelai merupakan komoditas yang memiliki banyak manfaat namun para petani belum mengusahakan kedelai secara intensif dengan cara budidaya yang maju. Selain itu, para petani seringkali mengalami kesulitan dalam membudidayakan kedelai, karena hanya sedikit petani yang mengetahui cara mengatasi gulma, hama dan penyakit yang menyerang tanaman kedelai. Petani kedelai membutuhkan informasi mengenai kedelai, akan tetapi keberadaan informasi tersebut masih tersebar dan belum terkelola dalam satu sistem. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu wadah untuk menampung dan mengakomodasi pengetahuan secara khusus dalam satu sistem, yaitu Knowledge Management System (KMS) Kedelai. Pengembangan KMS kedelai membutuhkan konsep Arsitektur Informasi agar pengetahuan yang tersimpan dalam sistem terstruktur. Selain itu, evaluasi ICT literacy perlu dilakukan sebelum pengembangan KMS, agar tidak adanya perbedaan prefensi antara developer dan pengguna teknologi yang akan menyebabkan kegagalan dalam difusi teknologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kebutuhan informasi petani kedelai, mengukur ICT literacy petani kedelai dan membangun KMS kedelai menggunakan arsitektur informasi.

Tahapan penelitian ini adalah evaluasi existing system, pembentukan tim, analisis elemen AI (analisis pengguna, analisis konten, dan analisis konteks), penangkapan pengetahuan, perancangan blueprint sistem, implementasi, pengujian blackbox dan package sistem. Hasil penelitian menunjukan bahwa petani kedelai membutuhkan informasi benih (98%), pupuk (90%), pengolahan lahan dan kesesuaian lahan (91%), penanaman (92%), pengendalian OPT (86%), panen (57%), penyiangan (46%) dan pascapanen (67%). Selain itu, hasil ICT

literacy petani kedelai menunjukkan bahwa telepon seluler (73%) merupakan tipe ICT yang paling banyak digunakan oleh petani kedelai dibandingkan komputer (13%) dan internet (7%). Kemampuan ICT petani kedelai terhadap kemampuan telepon seluler (59%) lebih tinggi dibandingkan komputer (21%) dan internet (18%). Penelitian ini telah berhasil mengembangkan KMS kedelai menggunakan konsep AI dan telah berhasil di paket menggunakan Server2Go. Pengembangan KMS diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada para petani kedelai, penyuluh, pakar, peneliti dan masyarakat mengenai kedelai sehingga dapat diterapkan dalam usaha kedelai. Selain itu, hasil evaluasi ICT

literacy petani kedelai diharapkan dapat menjadi panduan bagi para developer website dalam mengembangkan situs pertanian sehingga perbedaan prefensi antara developer dan pengguna tidak ada kesenjangan.

(5)

SUMMARY

HALIMAH TUS SA’DIAH. ICT Literacy Analysis of Soybean Farmers and Development of soybean KMS using Information Architecture Concept. Supervised by YANI NURHADRYANI and DESTA WIRNAS.

Soybean is a commodity that has many benefits, but farmers have not intensively cultivated soybean in advanced cultivation method. In addition, farmers often have difficulty cultivating soybeans, because only a few farmers who know how to deal with weeds, pests and diseases that attack soybean plants. Soybean farmers need information about soybean, but the existence of the information still scattered and has not been managed in one system. Therefore, we need a container to hold and accommodate knowledge especially in one system, i.e., Knowledge Management System (KMS) Soybean. Development of soybean KMS requires Information Architecture Concept that stored knowledge in structured systems. Besides that, the evaluation of ICT literacy needs to be done before the development of KMS. Therefore, there will be no difference of opinion between developers and users of technology, which would cause a failure in the diffusion of technology. This study aimed to measure the level of information of soybean farmers needs, ICT literacy of soybean farmers measurement and build soybean KMS using the concept of information architecture.

Stages of this study are evaluating the existing system, building a team, information architecture of element analysis (user, content, and context analysis), and the capture of knowledge, the design of the system blueprint, implementation, blackbox testing and system packaging. The results showed that the need for seed information for soybean farmers (98%), fertilizers (90%), land management and land suitability (91%), planting (92%), pest control (86%), harvest (57%), weeding (46%) and postharvest (67%). Also, the results of ICT literacy soybean farmers showed that telephone celuler (73%) is the type most widely used ICT compared to a computer (13%) and the internet (7%). ICT capability of soybean farmers using telephone celuler is 59% that is higher than a computer (21%) and internet (18%). This research has successfully developed a soybean KMS uses the concept of information architecture and has succeeded in using Server2Go package. KMS development is expected to provide information and knowledge to soybean farmers, extension workers, experts, researchers and the public about the applied of soybean in business. Also, the results of soybean farmers ICT literacy evaluation are expected to be a guide for website developers in developing agricultural sites so that there is no gap of difference perception between the developer and the user.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Komputer

pada

Program Studi Ilmu Komputer

ANALISIS ICT LITERACY PETANI KEDELAI DAN

PENGEMBANGAN KMS KEDELAI MENGGUNAKAN

KONSEP ARSITEKTUR INFORMASI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini ialah Arsitektur Informasi, dengan judul Analisis ICT Literacy Petani Kedelai dan Pengembangan KMS Kedelai menggunakan Konsep Arsitektur Informasi.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Yani Nurhadryani, S.Si, MT dan Ibu Dr. Desta Wirnas, SP. MSi atas ilmu, dan bimbingannya. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Firman Ardiansyah, S.Kom., M.Si dan Fitrah Satrya Fajar Kusumah yang telah banyak memberi saran dalam pengembangan KMS Kedelai. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Memen Surahman, Msc.Agr beserta Tim Penelitian Institusi Kedelai IPB, para petani kedelai di Lampung Timur yang telah membantu selama pengumpulan data serta Dr. Willy Bayuardi Suwarno, SP. MSc sebagai penguji tugas akhir.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ayah (Drs Safwan Abdulah), Ibu (Yayah Rukoyah (Alm), Siti Aminah) yang telah menjadi inspirasi hidup, sumber kekuatan, motivasi dan doa. Terima Kasih kepada kakak (Siti Maryam Fadhilah Palestina, Hubbalillah Khomeini, Benazir Fatimah Zuhra), Adik (Khalidah, Sahila, Abdullah Baihaqi) serta seluruh keluarga, atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya. Ucapan terima kasih juga untuk teman-teman satu bimbingan lab SEIS (Husnul Khotimah dan Riva Aktivia) yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Puspa Eosina, Ibu Tjut Awaliyah, Bayu Nuzulla, Pak Punki Prayughi, Ibu Yudith netty selfiana, Indah Puji Astuti dan Vina nur febriani atas nasehat dan dukungannya.

Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh dosen Ilmu Komputer atas ilmu dan bimbingannya semoga menjadi ilmu yang berkah. Penulis ucapkan juga terima kasih kepada teman-teman komputer angkatan 2013, Dinas Pendidikan Perguruan Tinggi (DIKTI) atas bantuan Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN) dan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) 2014 DIKTI atas dana untuk penyelesain penelitian.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 3

Penelitian Terkait 3

2 METODE PENELITIAN 3

Evaluasi Existing System 4

Pembentukan tim KMS 4

Analisis Elemen AI 5

KnowledgeCapture 6

Design KMS Blueprint 7

Implementasi 7

Pengujian Blackbox 7

Package Sistem 7

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Evaluasi SI di Indonesia dan Luar Negeri 7

Pembentukan Tim KMS 8

Analisis Elemen AI 8

Design KMS Kedelai Blueprint 16

Implementasi KMS Kedelai 22

Pengujian blackbox pada KMS Kedelai 29

Package Sistem KMS Kedelai 29

4 KESIMPULAN DAN SARAN 30

Kesimpulan 30

Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 31

LAMPIRAN 35

(12)

DAFTAR TABEL

1 Stakeholder KMS kedelai beserta tanggung jawabnya... 5

2 Deskripsi elemen ICT literacy (ETS 2006) ... 5

3 Karakteristik petani kedelai ... 9

4 Hasil pembobotan ICT literacy ... 10

5 Hasil pengetahuan tacit dan explicit ... Error! Bookmark not defined. 6 Perancangan antarmuka berdasarkan AI ... 16

7 Submenu pada menu utama SIPEKSOY (Atmoko 2014) ... 20

8 Hasil pengorganisasian fitur, blok, dan fungsi KMS kedelai ... 20

DAFTAR GAMBAR

1 Tahapan penelitian ... 4

2 Pelaksanaan evaluasi pengguna (Evaluasi kebutuhan informasi, ICT literacy, penggunaan sumber informasi) di Lampung Timur ... 6

3 Tingkat kebutuhan informasi petani kedelai ... 9

4 Penggunaan ICT oleh petani ... 10

5 ICT Proficiency ... 12

6 Intensitas petani dalam pengiriman SMS ... 13

7 Intensitas pengaksesan sumber informasi oleh petani kedelai ... 13

8 Format teks insert frame (Drupal 2014) ... 14

9 Blueprint AI pada pengembangan KMS kedelai ... 17

10 Perancangan antarmuka beranda ... 18

11 Rancangan menu teknologi budidaya ... 19

12 Rancangan teknologi budidaya ... 19

13 Labeling menu ... 21

14 Navigasi pada KMS kedelai ... 21

15 Pencarian khusus teknologi produksi ... 22

16 Teknologi produksi agroekologi khusus ... 22

17 Antarmuka beranda ... 23

18 Antarmuka stadia pertumbuhan tanaman ... 24

19 Menu teknologi produksi kedelai ... 24

20 Antarmuka budidaya kedelai ... 25

21 Antarmuka identifikasi hama (Yuniar 2013; Puspita 2015) ... 25

22 Antarmuka jenis gulma ... 26

23 Antarmuka metode pengendalian gulma ... 26

24 Antarmuka teknik pengolahan tauco ... 27

25 Menu manajemen situs ... 27

26 Antarmuka manajemen budidaya ... 28

27 Antarmuka CRUD budidaya ... 28

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kategori KMS menurut Pinto (2012) ... 36

2 Antarmuka SIPEKSOY (Wahyu 2014) ... 37

3 Kuesioner kebutuhan dan ICT literacy petani kedelai ... 38

4 Existing System pertanian (Informasi kedelai) di Indonesia dan Luar Negeri ... 45

5 Tim Pengembangan KMS kedelai ... 46

6 Evaluasi kebutuhan informasi kedelai ... 47

7 Data evaluasi ICT literacy petani kedelai ... 48

8 Intensitas penggunaan SI oleh petani kedelai ... 50

9 Referensi analisis konteks kedelai yang dikembangkan pada KMS Kedelai ... 51

10 Kodifikasi pengetahuan kedelai menggunakan decision tree ... 52

11 Pengetahuan explicit KMS kedelai ... 53

12 Tabel pengetahuan untuk pencarian khusus teknologi produksi ... 72

13 Antarmuka KMS kedelai Front end ... 88

14 Antarmuka KMS kedelai back end ... 94

(14)
(15)

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia, kedelai merupakan komoditas pangan terpenting setelah padi dan jagung (Supadi 2010). Kedelai juga merupakan komoditas palawija yang dapat dimanfaatkan sebagai produk pangan, bahan baku industri dan bahan pakan (Supadi 2010). Kedelai memiliki banyak manfaat namun para petani belum mengusahakan kedelai secara intensif dengan cara budidaya yang maju (Suyamto dan Widiarta 2010). Selain itu, para petani seringkali mengalami kesulitan dalam membudidayakan kedelai, karena hanya sedikit petani yang mengetahui cara mengatasi gulma, hama dan penyakit yang menyerang tanaman kedelai (Pratama

et al. 2013). Informasi mengenai cara budidaya kedelai, cara mengatasi organisme peganggu tanaman (OPT) kedelai dan cara pascapanen sangat dibutuhkan oleh petani kedelai (Sadiah et al. 2015).

Informasi mengenai kedelai sudah banyak tersedia baik pada media fisik (buku, hasil penelitian) maupun media digital, akan tetapi keberadaan informasi mengenai kedelai masih tersebar dan belum terkelola dalam satu sistem. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu wadah untuk menampung dan mengakomodasi informasi dan pengetahuan secara khusus dalam satu sistem, yaitu Knowledge Management System (KMS). KMS adalah sistem yang berfungsi untuk menciptakan, menyimpan, mengelola dan menyebarluaskan pengetahuan yang dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan (Laudon dan Laudon 2012).

KMS sangat penting karena pengetahuan dapat terpelihara di dalam sistem dan pengetahuan dapat tersebar luas. Selain itu, pengetahuan dapat diakses oleh semua orang dimanapun dan kapanpun. KMS memiliki banyak kategori, yaitu Sistem Manajemen Dokumen (repositori pengetahuan), Peta Pengetahuan, Sistem Kolaborasi (groupware), Sistem Workflow, Business Intelligence dan Data Mining Tools, Expert Systems, Competence Management, Sistem E-learning, Sistem

Help-desk, Corporative Portals, dan web 2.0 (Lampiran 1). KMS tersebut dikategorikan berdasarkan addressed issues, kemampuan dan fungsionalitas (Pinto 2012). Penelitian ini akan mengembangkan KMS dengan kategori

Document Management System, yaitu KMS kedelai. KMS kategori ini sangat penting dikembangkan karena KMS dapat menjadi alat yang berguna untuk mengelola pengetahuan yang ada dalam bentuk digital (Peng et al. 2013). Pengembangan KMS yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu KMS dengan konteks hama kedelai (Yuniar 2013).

Pengembangan KMS kedelai membutuhkan konsep Arsitektur Informasi (AI). AI merupakan design struktural dari suatu web yang terdiri dari kombinasi organisasi, pelabelan, pencarian dan sistem navigasi yang membentuk produk informasi untuk mendukung pencarian informasi dan usability (Morville dan Rosenfeld 2007). Usability merupakan suatu atribut kualitas yang menilai bagaimana antarmuka pengguna mudah untuk digunakan (Nielsen 1993).

AI sangat dibutuhkan dalam pengembangan sistem agar pengetahuan yang tersimpan dalam sistem dapat teroganisasi. Selain itu, AI dapat mengurangi biaya pemeliharaan sistem dan design sistem yang tidak terstruktur seperti design

(16)

mengurangi kegagalan dalam pencarian informasi. Oleh karena itu, konsep AI diperlukan untuk pengembangan KMS yang usable.

KMS merupakan salah satu ICT (Information and Communication Technology) yang dapat dikembangkan di sektor pertanian. Menurut Taragola et al. (2009), ada beberapa hambatan dalam pengapdosian ICT di sektor pertanian, yaitu keterbatasan kemampuan, kesenjangan dalam pelatihan (training), kesadaran akan manfaat ICT, dan ketersediaan software. Adapun salah satu cara untuk mengetahui hambatan dalam pengadopsian ICT di sektor pertanian, yaitu evaluasi ICT literacy.

ICT literacy, yaitu kemampuan menggunakan teknologi digital, atau alat-alat komunikasi, untuk access, manage, integrate, evaluate, dan create informasi untuk dapat berpatisipasi dalam masyarakat (ETS 2006; Gebhardt et al. 2012). Evaluasi ICT literacy dilakukan untuk mengukur kemampuan pengguna dalam menggunakan telepon seluler, komputer dan internet (ETS 2006). Evaluasi ICT perlu dilakukan sebelum pengembangan KMS, agar tidak adanya perbedaan prefensi antara pengembang dan pengguna teknologi yang akan menyebabkan kegagalan dalam difusi teknologi (Lakitan 2009).

Penelitian ini akan mengukur kebutuhan informasi serta ICT literacy petani kedelai dan mengembangkan KMS kedelai menggunakan pendekatan AI oleh Morville dan Rosenfeld (2007). KMS kedelai yang akan dikembangkan merupakan pengembangan dari sistem informasi (SI) dan pendidikan kedelai (SIPEKSOY) yang telah dibangun oleh Atmoko (2014). SIPEKSOY merupakan

framework SI kedelai (Atmoko 2014) (Lampiran 2). Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Mengukur tingkat kebutuhan informasi petani kedelai terhadap informasi teknologi produksi melalui evaluasi kuesioner.

2. Mengukur ICT literacy petani kedelai melalui evaluasi kuesioner.

3. Membangun KMS kedelai menggunakan konsep AI (Rosenfeld dan Morville 2007).

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diantaranya adalah :

1. Evaluasi ICT literacy petani kedelai diharapkan dapat menjadi panduan bagi para developer website dalam mengembangkan situs pertanian sehingga perbedaan prefensi antara developer dan pengguna tidak ada kesenjangan. 2. Pembangunan KMS kedelai diharapkan dapat memberikan informasi yang

(17)

3

Ruang Lingkup Penelitian

Beberapa ruang lingkup yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Penyebaran kuesioner untuk petani kedelai hanya dilakukan di wilayah

Kecamatan Braja Selabah, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung pada tanggal 6 dan 7 September 2014 dengan responden sebanyak 30 orang. 2. Kuesioner ICT literacy dan ketentuan ICT bersumber pada framework ICT

literacy (ETS 2006).

3. Perancangan AI didasarkan pada pendekatan Rosenfeld dan Morville (2007)

Penelitian Terkait

Penelitian terkait dengan pengembangan KMS, yaitu:

Penelitian Atmoko (2014) bertujuan untuk membangun sebuah platform

untuk Sistem Informasi dan Pendidikan Kedelai (SIPEKSOY). Proses pengembangan sistem menggunakan website’s lifecycle yang dipadukan dengan pengembangan sistem secara incremental model untuk mendukung pengembangan sistem secara modular. Sistem ini akan dijadikan platform dalam pengembangan KMS.

Penelitian Nurhadryani et. al (2013) bertujuan untuk menguji usability

aplikasi M-Breakfast Nutrition. Pengukuran ICT literacy siswa SD dilakukan sebelum pengujian. Pembobotan dalam kuesioner pada penelitian ini akan digunakan pada analisis evaluasi ICT literacy petani kedelai.

Paper yang ditulis Yuan et al (2009) merupakan gambaran tentang bagaimana tepatnya sebuah metodologi arsitektur informasi dalam mengorganisasi konten informasi portal Tsinghua sehingga dapat menjadi panduan atau gambaran dalam merancang AI pada pengembangan KMS.

Penelitian Yuniar (2013) dan Puspita (2015) telah mengembangkan KMS hama kedelai. Pengetahuan hama kedelai yang telah dikodifikasikan akan diimplementasikan pada pengembangan KMS kedelai. Penelitian Bestary (2014) telah mengembangkan SI Visualisasi Silsilah Varietas Kedelai. Sistem ini akan diintegrasikan dengan KMS kedelai.

2 METODE PENELITIAN

Pengembangan KMS menggunakan pendekatan model Knowledge Management System Life Cycle (KMSLC) (Elias dan Hasan 2004) dan Arsitektur Informasi (Morville dan Rosenfeld 2007). Tahapan KMSLC pada penelitian ini adalah evaluasi existing system, pembentukan tim, penangkapan pengetahuan, perancangan blueprint sistem, implementasi, pengujian balckbox dan package

(18)

Gambar 1 Tahapan penelitian

Evaluasi Existing System

Evaluasi existing system, yaitu evaluasi SI kedelai yang ada di Indonesia dan negeri lainnya. Evaluasi yang dilakukan berupa daftar menu atau modul-modul atau fungsi yang ada pada SI tersebut. Evaluasi sistem dilakukan dengan pencarian SI kedelai atau pertanian di search engine Google.

Pembentukan tim KMS

Pembentukan tim pengembangan KMS dibentuk berdasarkan identifikasi

stakeholder kedelai, yang terdiri atas pakar kedelai, petani kedelai, sistem analis dan

programmer. Struktur tim dibentuk beserta tugas, tanggung jawab dan karakteristik yang dibutuhkan dalam rangka pengembangan KMS. Tabel 1 menunjukan stakeholder kedelai disertai tanggung jawabnya.

Design KMS blueprint

Implementasi

Knowledge Capture

Evaluasi existing system

Pembentukan tim KMS

Analisis Elemen AI

 Analisis Pengguna (Analisis kebutuhan informasi, Analisis ICT literacy, Analisis penggunaan sumber informasi)  Analisis Konten

 Analisis Konteks

(19)

5

Tabel 1 Stakeholder KMS kedelai beserta tanggung jawabnya

Stakeholder Tanggung jawab

Pakar kedelai Memberikan pengetahuan tacit dan explicit tentang kedelai serta sebagai validator pengetahuan yang telah ditangkap Petani kedelai Salah satu pengguna KMS kedelai yang dievaluasi kebutuhan

informasi

Sistem analis Menggunakan analisis dan teknik design untuk memecahkan masalah bisnis menggunakan teknologi informasi

Programmer Mengimplementasikan seluruh pengetahuan pakar ke dalam sebuah aplikasi

Analisis Elemen AI

Analisis Pengguna (Analisis kebutuhan informasi, Analisis ICT Literacy, Analisis penggunaan sumber informasi)

Analisis pengguna pada AI harus menjawab salah satu dari pertanyaan mengenai informasi yang dibutuhkan pengguna dan kemampuan ICT. Pada tahap analisis pengguna akan dilakukan evaluasi dengan penyebaran kuesioner mengenai tingkat kebutuhan informasi budidaya kedelai, ICT literacy dan penggunaan sumber informasi. Evaluasi pengguna terdiri atas beberapa tahap, yaitu: perancangan kuesioner, pengumpulan data dan analisis data.

Pertanyaan kuesioner (Lampiran 3) terdiri atas: karakteristik petani, ICT (telepon seluler, komputer dan internet), ICT literacy (telepon seluler, komputer dan internet) dan penggunaan sumber informasi. Pengukuran ICT literacy

digunakan 5 variabel (Tabel 2), yaitu access, manage, integrate, evaluate dan

create.

Tabel 2 Deskripsi elemen ICT literacy (ETS 2006) Elemen ICT

literacy Deskripsi

Access Mengkoleksi dan retrieve informasi

Manage Mengelola skema, mengatur atau format teks atau gambar

Evaluate Penilaian mengenai kualitas suatu gambar

Integrate Interpreting atau repsentasi informasi

Create Adapting, applying, designing, inventing, atau authoring information

(20)

Data yang telah terkumpul diolah melalui tabulasi dan direpsentasikan ke dalam biner (0-1). Pertanyaan dengan jawaban ‘ya’, akan diberi nilai 1 dan jawaban ‘tidak’ akan diberi nilai nol sedangkan untuk pertanyaan dengan skala

likert, diberi bobot berdasarkan tingkat kebutuhan atau kepentingan.

Gambar 2 Pelaksanaan evaluasi pengguna (Evaluasi kebutuhan informasi, ICT

literacy, penggunaan sumber informasi) di Lampung Timur (6 September 2014)

Analisis Konten

Analisis konten merupakan salah satu elemen yang paling penting dalam pengembangan sistem menggunakan konsep AI (Morville dan Rosenfeld 2007; Spencer 2010). Analisis yang dilakukan meliputi analisis tipe dan format konten. Analisis konten dilakukan dengan cara mengidentifikasi konten yang telah ada di SIPEKSOY dan yang diperlukan pengguna dalam pengembangan KMS Kedelai.

Analisis Konteks

Analisis konteks meliputi analisis bisnis inti yang akan dikembangkan pada pengembangan KMS Kedelai. Selain itu, analisis konteks juga dapat berupa tipe sistem yang akan dikembangkan. Tipe sistem dapat berupa website, aplikasi

mobile atau desktop.

KnowledgeCapture

(21)

7

Design KMS Blueprint

Design KMS blueprint, berupa blueprint AI dan design antarmuka KMS.

Blueprint AI dirancang dengan pendekatan top down yaitu arsitektur informasi yang disusun secara hirarki. Pendekatan top-down membantu dalam mengidentifikasi bagian yang hilang (missing pieces) yang dibutuhkan untuk melengkapi submenu atau kategori (Brinck et al. 2002). Adapun design

antarmuka KMS disesuaikan dengan konsep AI yang meliputi organisasi, pelabelan, pencarian dan sistem navigasi (Morville dan Rosenfeld 2007).

Implementasi

Pengembangan KMS dilakukan pada lingkungan sistem operasi Microsoft® Windows 8.1 Intel core i3. Pengetahuan yang telah dikodifikasi diimplementasikan pada SIPEKSOY. Adapun pengembangan KMS menggunakan bahasa pemrograman PHP-MYSQL prosedural yang diintegrasikan ke dalam CMS Drupal (SIPEKSOY).

Pengujian Blackbox

Pengujian yang dilakukan berupa pengujian blackbox. Pengujian balckbox

adalah pengujian yang dilakukan pada fungsionalitas sistem. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memastikan fungsi-fungsi pada sistem berjalan sebagaimana mestinya.

Package Sistem

Package sistem dilakukan untuk memudahkan distribusi KMS Kedelai. Selain itu, package sistem dilakukan dengan tujuan untuk pengujian sistem.

Package sistem dilakukan menggunakan aplikasi server2go. Server2go

merupakan aplikasi portable WAMP stack (Windows-Apache-MYSQL-PHP) yang dapat jalan tanpa proses installasi serta sistem mampu dijalankan dalam CD,

flashdisk (www.server2go-web.de).

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi SI di Indonesia dan Luar Negeri

(22)

of florida, canadian soybean council”, “molecular genetics & soybean genomics laboratory” (Lampiran 4).

Pembentukan Tim KMS

Tim KMS yang terbentuk terdiri dari 8 orang yang terdiri dari 1 orang pakar, 2 orang analyst sebagai project manager, 2 orang analyst sebagai system developer dan 3 orang programmer. Pakar merupakan sesorang yang ahli dalam bidang tertentu (Elias dan Hasan 2004). Sistem analyst merupakan seorang profesional bisnis yang menggunakan analisis dan teknik desain untuk memecahkan masalah bisnis menggunakan informasi teknologi (Satzinger et al.

2010). Sistem analyst dapat berperan sebagai project manager dapat juga berperan sebagai system developer (Satzinger et al. 2010). Lampiran 5 mendeskripsikan anggota tim KMS disertai peran dan tanggungjawabnya.

Analisis Elemen AI

Analisis Pengguna

Analisis Karakteristik Petani Kedelai

Karakteristik petani ditunjukkan pada Tabel 3. Umur petani dihitung sejak lahir sampai ulang tahun terdekat. Berdasarkan Tabel 3, rata-rata umur petani adalah 42 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas petani yang diamati berumur cukup tua. Karakteristik petani berdasarkan pengalaman berusahatani merupakan lamanya petani telah melakukan kegiatan usahatani. Menurut Fitriah (2007), pengalaman berusaha tani memiliki peranan yang sangat penting bagi seseorang petani dalam mengembangkan usahataninya, dan menerima serta menerapkan teknologi yang baru (Fitriah 2007). Berdasarkan Tabel 3, 66% telah berpengalaman lebih dari 5 tahun. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas karakteristik petani dapat menerima serta menerapkan teknologi yang baru. Pendidikan formal, yaitu pendidikan terakhir yang telah ditempuh oleh petani. Menurut Prabayanti (2010), seseorang yang berpendidikan akan relatif lebih cepat melaksanakan adopsi inovasi. Berdasarkan Tabel 3, 50% petani telah berpendidikan SMA. Hal ini menunjukan bahwa para petani sudah dapat melaksanakan adopsi atau inovasi, salah satunya adalah penerapan ICT.

Analisis Kebutuhan Informasi Kedelai

(23)

9

penyiangan dan pascapanen (Gambar 3). Informasi tersebut sangat dibutuhkan karena cara penanganan teknologi budidaya kedelai berbeda pada jenis lahan, jenis tanah maupun kadar asam. Sedangkan informasi panen dan penyiangan kurang dibutuhkan karena cara dan waktu panen kedelai sama untuk semua teknologi budidaya semua jenis lahan atau jenis tanah.

Tabel 3 Karakteristik petani kedelai

Umur Pengalaman

Bertani

Pendidikan Formal

<= 30 thn 20% < 5 thn 34% S1 3%

> 30 dan <= 40 thn 23% 5-10 thn 13% D3 3% > 40 dan <= 50 thn 37% 10-15 thn 10% SMA 50%

> 50 thn 20% 15-20 thn 10% SMP 27%

> 20 thn 33% SD 17%

Informasi pascapanen cukup dibutuhkan karena penanganan pascapanen yang tidak tepat akan mengakibatkan terjadinya susut bobot dan kerusakan biji (Surahman et al. 2014). Informasi mengenai pengendalian OPT kedelai seperti Informasi gulma dan teknik penanganannya, gejala dan teknologi pengendalian hama atau penyakit dibutuhkan petani (Gambar 3). Informasi pengendalian OPT kedelai dibutuhkan petani karena salah satu penyebab rendahnya produksi kedelai adalah karena kurang pengetahuannya petani terhadap penyakit dan cara pengendaliannya (Pratama et al. 2013).

Gambar 3 Tingkat kebutuhan informasi petani kedelai

Analisis ICT Literacy Petani Kedelai

(24)

barang yang mahal, kondisi internet tidak mudah dijangkau dan penggunaannya relatif sulit. Selain itu, penggunaan komputer dan internet memerlukan pelatihan khusus (Mulyandari 2011).

Menurut Rosenfeld dan Morville (2007) dalam analisis pengguna pada arsitektur informasi harus menjawab salah satu dari pertanyaan Do you know

who’s using your web site? Do you know how they’re using it?. Pengukuran ICT

literacy diukur dengan menguji pengetahuan responden dengan pertanyaan berupa kuesioner yang mewakili masing-masing elemen ICT literacy (Lampiran 3). Hasil pembobotan ICT literacy dilampirkan pada Lampiran 7. Berdasarkan hasil pembobotan pada kontribusi pertanyaan (Qi) maka dapat diketahui kemampuan ICT literacy petani kedelai terhadap elemen ICT: access, manage, integrate, evaluate dan create dengan melihat rata-rata persentase dari setiap elemen terhadap nilai kontribusi pertanyaan (Tabel 4).

Gambar 4 Penggunaan ICT oleh petani Tabel 4 Hasil pembobotan ICT literacy

(25)

11

Copy-paste gambar di

Internet 1 0.03 3

Posting di jejaring

sosial seperti facebook 1 0.03 3

Berdasarkan Tabel 4, para petani memiliki kemampuan acsess, manage, integrate dan create yang tertinggi pada telepon seluler dibandingkan komputer dan internet. Hal ini dikarenakan telepon seluler merupakan media komunikasi

(26)

yang sudah biasa petani manfaatkan karena mudah penggunaannya (Sumardjo et al. 2011). Berdasarkan semua elemen ICT pada telepon seluler, petani memiliki kemampuan yang paling rendah dari kemampuan integrate (Tabel 4). Hal ini dikarenakan masih banyak petani yang belum dapat mengirim MMS dengan telepon seluler (Tabel 4).

Kemampuan petani pada komputer dan internet masih cukup rendah, hal ini dapat dilihat dari keempat elemen ICT, yaitu access, manage, integrate dan create

hanya memiliki kontribusi pertanyaan dibawah 10% (Tabel 4). Dari keempat elemen tersebut, petani memiliki kemampuan terendah pada elemen create pada penggunaan komputer (Tabel 4). Hal ini dikarenakan para petani belum dapat mengedit foto di komputer dan membuat slide pada microsoft powerpoint (Tabel 4). Adapun untuk penggunaan internet, petani memiliki kemampuan terendah pada elemen integrate (Tabel 4), yaitu para petani tidak ada yang memiliki kemampuan attach file di email.

ICT Proficiency, yaitu kemampuan ICT dari kelima elemen (akses, manage, evaluate, integrate dan create). Telepon seluler merupakan tipe ICT yang paling tinggi dari ketiga tipe ICT, yaitu 59% (Gambar 5). Hal ini menunjukan bahwa para petani sudah cukup memiliki kemampuan dalam mengakses, mengelola, mengevaluasi, mengintegrasi dan mengoperasikan telepon seluler. Berdasarkan hasil tersebut, telepon seluler menjadi tool yang tepat untuk penerapan ICT di sektor pertanian. Para developer dibidang ICT pada sektor pertanian dapat mengembangkan SI dalam memenuhi kebutuhan informasi dengan menggunakan telepon seluler sebagai tool utamanya. Menurut Bhavnani et al. (2008), ponsel dapat berfungsi sebagai pengganti transportasi dan memungkinkan petani untuk mengakses informasi penting secara tepat waktu dan biaya yang efektif (Bhavnani

et al. 2008). Selain itu, dengan telepon seluler petani dapat meningkatkan akses untuk private information mengenai teknologi pertanian, sehingga berpotensi dalam farmers’ learning (Aker 2010).

Gambar 5 ICT Proficiency

Aplikasi yang dapat dikembangkan oleh developer dengan menjadikan telepon seluler sebagai tool utama salah satunya adalah aplikasi SMS Gateway. Hal ini dikarenakan dari 73% petani yang telah menggunakan telepon seluler (Gambar 4), 95% dari petani tersebut pernah mengirim SMS (Gambar 6). ICT berbasis aplikasi mobile belum dapat diterapkan kepada petani, karena banyak petani yang belum menggunakan smartphone. Aplikasi komputer dan internet seperti SI berbasis website juga belum dapat diterapkan pada petani. Hal ini dikarenakan ICT proficiency komputer dan internet masih cukup rendah (Gambar 5) dan infrastruktur belum memadai (Sumardjo et al. 2011).

(27)

13

Berdasarkan hasil evaluasi tingkat intensitas penggunaan sumber informasi oleh petani kedelai (Lampiran 8), separuh responden yang diamati lebih sering mencari informasi ke teman atau petani kedelai (Gambar 7). Hal ini menunjukan bahwa petani kedelai masih menggunakan sifat komunikasi bersifat interpersonal. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dioptimalkan pemanfaatkan informasi teknologi oleh penyuluh, salah satunya media internet (web). Ahuja dan Vivek (2011) menyatakan bahwa ketersediaan informasi melalui internet membantu proses penyuluhan pertanian lebih cepat dan efektif. Selain itu, Chury et al. (2012) menyatakan bahwa internet diidentifikasi sebagai saluran yang penting untuk berbagi pengetahuan pertanian di saat kegiatan pelatihan teknis diberikan.

Gambar 6 Intensitas petani dalam pengiriman SMS

(28)

cepat terhadap informasi yang secara positif berdampak pada kualitas dan kuantitas produksi (Maureen 2009).

Analisis Tipe dan Format Konten KMS Kedelai

Pengembangan tipe konten pada sistem adalah basic page dengan format teks insert frame. Format teks insert frame merupakan salah satu format teks yang menyediakan input filter untuk include frame situs lain (Drupal 2014). Format teks insert frame dapat dilihat pada Gambar 8. Url merupakan alamat dari situs yang akan diload kontennya. Ukuran konten yang akan disisipkan dapat diatur lebarnya dan tingginnya dengan atribut weight dan height. Format teks dalam bentuk insert frame memiliki nilai default ID = 1, dan nilai offset = 15 (Drupal 2014). ID digunakan sebagai id atau nama dari frame sedangkan offset merupakan angka untuk menambahkan atau memperbaiki auto tinggi yang dihitung.

Allowtransparency memperbolehkan frame transparan atau tidak. Adapun

wrapper yaitu insert frame yang dapat menyisipkan beberapa konten halaman situs lain berupa teks, html dan htmlpage.

Gambar 8 Format teks insert frame (Drupal 2014)

Pengembangan konten pada sistem tidak hanya berupa teks, gambar video atau teks yang bersifat insert frame tetapi juga berupa file download. Disediakannya file yang dapat di download, yaitu agar memudahkan pengguna untuk menyimpan informasi atau pengetahuan yang ada pada sistem. File

download yang dianjurkan berupa pdf (portable document format). PDF adalah file standar untuk pertukaran elektronik ke dalam bentuk dokumen (Tulane PDF

Creation Guide).

Analisis Konteks KMS Kedelai

Konteks pada KMS kedelai merupakan bisnis inti dari kedelai. konteks yang dikembangkan merujuk pada 10 referensi yaitu Bestary (2014), Ghulamahdi (2011), Kumalasari (2013), 4 buku Puslitbang, Puspita (2015), Surahman et al.

(29)

15

KnowledgeCapture Kedelai

Hasil penangkapan pengetahuan ditunjukan Tabel 5. Pengetahuan tacit

didapatkan dari hasil wawancara bersama Dr. Desta Wirnas, SP. MSc dan Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS (Tabel 5). Pengetahuan explicit dihasilkan dari hasil penelitian Puspita (2015), Yuniar (2013), Ghulamahdi (2011), Bestary (2014), dan 3 buku Puslitbang (Tabel 5). Hasil penangkapan pengetahuan dikodifikasi dalam bentuk decision tree (Lampiran 10). Pengetahuan explicit

dilampirkan pada Lampiran 11. Pengetahuan explicit yang tersedia pada sistem merupakan pengetahuan yang telah diuji dan siap diigunakan untuk diaplikasikan dalam kehidupan.

Tabel 5 Hasil pengetahuan tacit dan explicit

Pengetahuan tacit (Narasumber) Pengetahuan explicit (Sumber tahun) Pengetahuan mengenai pembagian

teknologi produksi, yaitu varietas, budidaya kedelai dan pengendalian Organisme pengganggu tanaman (Dr. Desta Wirnas, SP. MSc)

Pengetahuan mengenai panduan umum pengelolaan tanaman terpadu kedelai

(Puslitbang 2007) Pengetahuan mengenai organisme

pengganggu tanaman meliputi gulma, hama dan penyakit (Dr. Desta Wirnas, SP. MSc)

Pengetahuan mengenai kedelai yaitu teknik produksi dan pengembangan (Puslitbang 2007)

Pengetahuan mengenai budidaya kedelai dibedakan berdasarkan lahan, yaitu lahan sawah, lahan kering, lahan kering masam, lahan rawa lebak dan lahan pasang surut (Dr. Desta Wirnas, SP. MSc)

Pengetahuan mengenai teknologi produksi kedelai untuk lahan sawah, kering masam, dan lahan pasang surut tipe C dan D (Puslitbang 2010)

Pengetahuan mengenai waktu, cara panen dan pascapanen untuk budidaya kedelai (Dr. Desta Wirnas, SP. MSc)

Pengetahuan mengenai best practice

dalam budidaya kedelai

di lahan pasang surut (Ghulahmadi 2011)

Pengetahuan cara budidaya kedelai lahan pasang surut (Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS)

Pengetahuan mengenai visualisasi silsilah varietas kedelai (Bestary 2014)

Kedelai : Asal-usul, taksonomi, stadia pertumbuhan, morfologi (Dr. Desta Wirnas, SP. MSc)

Pengetahuan mengenai manajemen pengetahuan Hama (Yuniar 2013, Puspita 2015)

Pengetahuan mengenai Gulma dan metode pengendalian gulma (Puslitbang 2007)

(30)

Design KMS Kedelai Blueprint

Blueprint AI

Hasil blueprint AI disusun secara hirarki. Hasil design arsitektur informasi untuk KMS kedelai ditunjukan Gambar 9. Arsitektur informasi KMS kedelai (Gambar 9) dirancang berdasarkan analisis konteks dan hasil kodifikasi pengetahuan tacit dan explicit (Lampiran 10).

Perancangan Antarmuka KMS Kedelai berdasarkan AI

Perancangan Antarmuka Beranda

Perubahan struktur design antarmuka sistem ditunjukkan pada Tabel 6. Pada KMS Kedelai, terdapat 7 perubahan design dan 6 penambahan blok atau fungsi. Pada penempatan design, lebih banyak ditempatkan di sidebar kanan dibandingkan sidebar kiri (Gambar 10). Hal ini dikarenakan pada sidebar kiri ditempatkan navigasi, blok artikel, polling (Gambar 10) yang menempati ruang

sidebar yang lebih banyak. Selain itu, tujuannya adalah agar design antarmuka tetap seimbang (Gambar 10). Navigasi dan blok artikel ditempatkan sebagai navigasi lokal atau yang disebut dengan navigasi bar yang pada umumnya ditempatkan pada sidebar kiri (Krug 2007). Navigasi bar menyediakan mekanisme utama untuk pengguna dalam menelusuri situs. Selain itu, navigasi bar menetapkan kerangka bagi pengguna untuk memahami bagaimana situs tersusun (Brinck et al. 2002). Hal ini menjadikan penempatan blok bahasa ditempatkan pada bagian header atas.

(31)

17 Gambar 9 Blueprint AI pada pengembangan KMS kedelai

Tahu

Non Fermentasi Fermentasi

Pengolahan Hasil

- Non fermentasi - Fermentasi Teknologi Produksi

- Varietas

- Teknologi budidaya - Pengendalian OPT Kedelai

- Asal usul - Taksonomi - Morfologi

(32)

Gambar 10 Perancangan antarmuka beranda

Logo adalah identitas dari suatu web (Sadiah 2012). Menurut Chak (2003), logo dapat memberitahu pengguna bahwa situs ini adalah benar. Situs yang dikembangkan merupakan situs informasi mengenai pengetahuan kedelai sehingga logo sipeksoy diubah menjadi logo kedelai. Pemberian nama kedelai akan lebih mudah diingat oleh pengguna karena sudah umum. Hal ini merupakan salah satu cara dalam memudahkan pengguna untuk berkunjung kembali ke situs yang telah dikunjunginya.

Tagline merupakan deskripsi singkat dari suatu situs yang pada umumnya diletakan didekat logo (Chak 2003; Krug 2007). Tagline pada situs sebelumnya diubah karena pada perkembangan sistem selanjutnya akan dikembangkan sistem manajemen pengetahuan kedelai, yaitu sistem yang memuat pengetahuan mengenai kedelai.

Slide show

footer

Beranda Tentang

Kedelai

Teknologi Produksi

Pengolahan Hasil

Konsultasi

Referensi Konten

Aplikasi

Media

Useful Link

Event Calender Menu

Login Anggota

(33)

19

Pada Gambar 10, blok sidebar kanan atas adalah blok referensi konten. Blok ini merupakan link untuk informasi rujukan atau referensi yang digunakan oleh admin. Tujuan adanya blok referensi konten adalah untuk memberi kepercayaan bahwa informasi yang ada pada web adalah benar. Selain itu, pada sidebar kanan terdapat blok aplikasi. Aplikasi merupakan blok yang dibentuk untuk aplikasi-aplikasi yang berkaitan dengan kedelai. Aplikasi yang sudah dikembangkan salah satunya adalah aplikasi visualisasi silsilah varietas (Bestary 2014).

Pada sidebar kanan tengah (Gambar 10) terdapat blok media. Blok ini dikhususkan untuk aplikasi berbasis media seperti media file, media video dan media galerry. Pada media file disediakan aplikasi download sedangkan untuk media video berisi tentang video-video yang berkaitan dengan kedelai, baik itu video teknologi produksi maupun video hasil pengolahan kedelai. Media gallery

berisi foto-foto kegiatan penelitian institusi kedelai IPB. Aplikasi download

merupakan salah satu aplikasi untuk berbagi pengetahuan. Dengan adanya aplikasi download, pengguna dapat menyimpan informasi di komputernya sendiri. Aplikasi video memiliki kelebihan dari informasi yang disediakan dalam bentuk teks. Salah satunya, video lebih interaktif dibandingkan teks.

Perancangan AntarmukaTeknologi Produksi

Berdasarkan hasil analisis konteks teknologi produksi maka rancangan antarmuka khusus teknologi budidaya didesain dengan menu pilihan berupa

dropdown (Gambar 11). Dropdown merupakan salah satu bentuk form yang menyajikan satu pilihan untuk banyak pilihan. Adapun untuk informasi teknologi budidaya dirancang dengan menggunakan accordion (Gambar 12). Penggunaan

accordion ditujukan agar meminimalkan adanya scrolling konten yang berlebihan.

Scrolling yang berlebihan akan mengganggu usability website (Sadiah 2012). Pada accordion, ditambahkan efek CSS pseudoclass, yaitu memberi efek berbeda pada sebuah selector CSS. Penambahan efek tersebut diantaranya adalah efek

hover dan efek active. Efek ini akan membantu menavigasi pengguna karena memberitahu konten yang aktif atau konten yang sedang dituju oleh pengguna. Warna teks pada accordion diberikan warna biru karena pada umumnya pengguna mengetahui bahwa teks yang berwarna biru merupakan link dan bisa diklik (Sadiah 2012).

Gambar 11 Rancangan menu teknologi budidaya

(34)

Organisasi Informasi pada KMS Kedelai

Pada sistem SIPEKSOY yang dibangun oleh Atmoko (2014), terdapat 4 menu utama, yaitu beranda, kedelai, konsultasi kedelai dan tentang kami (Tabel 7). Pada pengembangan sistemnya terdapat 10 penambahan informasi, yaitu tentang kedelai (asal-usul, taksonomi, morfologi, stadia pertumbuhan kedelai), teknologi produksi (varietas, budidaya, pengendalian OPT), teknologi pengolahan hasil (fermentasi dan nonfermentasi), informasi tim penelitian institusi IPB, hubungi pengembang sistem, referensi konten, video, download file, gallery, dan pencarian informasi teknologi produksi agroekologi spesifik lahan. Berdasarkan adanya penambahan informasi tersebut maka terdapat penambahan menu dan pengklasifikasian ulang. Hasil pengklasifikasian ulang dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 7 Submenu pada menu utama SIPEKSOY (Atmoko 2014)

Menu Sub menu

Beranda -

Kedelai Informasi kedelai, aplikasi menu, agenda kegiatan, aplikasi kedelai, event calender

Konsultasi Kedelai Buku tamu, informasi penyuluh, forum kedelai, polling

Tentang Kami Hubungi admin, deskripsi sistem, site map

Tabel 8 Hasil pengorganisasian fitur, blok, dan fungsi KMS kedelai Menu Sub menu

Beranda -

Tentang Kedelai Asal-usul, taksonomi, morfologi, stadia pertumbuhan kedelai

Teknologi Produksi

Varietas, teknologi budidaya, pengendalian OPT (gulma, penyakit, hama), video, download

Pengolahan Hasil Fermentasi, non fermentasi

Konsultasi Buku tamu, forum kedelai, polling, informasi penyuluh (data penyuluh, hubungi penyuluh), tentang kami (deskripsi sistem, site map, hubungi admin, hubungi pengembang sistem), tim penelitian institusi IPB

Pelabelan Menu

(35)

21

Gambar 13 Labeling menu Navigasi KMS Kedelai

Navigasi sangat penting dalam suatu web karena mendukung usability

(Nielsen dan Loranger 2006). Sistem navigasi yang dikembangkan berupa menu sekunder, link yang terkait, sistem paging dan button kembali (Gambar 14).

Menurut Wodtke dan Govella (2009), navigasi yang baik adalah navigasi link

terlihat dapat diklik oleh pengguna. Menurut (Sadiah 2012), ada beberapa cara untuk memudahkan pengguna dalam mengenali link, salah satunya adalah teks

link berwarna biru. Hasil design KMS menempatkan navigasi dan blok artikel pada navigasi bar yang pada umumnya ditempatkan pada sidebar kiri (Krug 2006). Navigasi bar menetapkan kerangka bagi pengguna untuk memahami bagaimana web tersusun (Brinck et al. 2002).

Gambar 14 Navigasi pada KMS kedelai

Pencarian teknologi produksi berdasarkan kriteria lahan dan sawah

Pada perkembangan sistem telah dikembangkan fungsi pencarian khusus teknologi produksi (Gambar 15). Pencarian ini merupakan pencarian berdasarkan kriteria lahan dan tanah (Gambar 16). Pengetahuan pada pencarian dibentuk didalam tabel (Lampiran 12).

(36)

Gambar 15 Pencarian khusus teknologi produksi

Gambar 16 Teknologi produksi agroekologi khusus (Puslitbang 2007)

Implementasi KMS Kedelai

Karakteristik Pengguna

Pengguna KMS Kedelai dibedakan menjadi 3, yaitu admin, pengguna terdaftar dan pengguna umum. Perbedaan pengguna umum dan terdaftar, terdapat pada hak akses fitur forum. Hanya pengguna terdaftar yang dapat mengakses forum. Admin adalah pengguna yang memiliki hak akses penuh terhadap situs. Tugas utama dari admin adalah memanajemen sistem, data, dan pengelolaan hak akses pengguna terhadap situs.

Sawah Kering Rawa

Alfisol Utisol Vertisol Entisol Hidromorf

Lahan

Hasil Pencarian

(37)

23

Pengembangan KMS Front-end

KMS kedelai merupakan pengembangan dari SI dan pendidikan kedelai (SIPEKSOY) yang telah dibangun oleh Atmoko (2014) (Lampiran 2). Sistem ini dikembangkan dengan mengintegrasikan PHP MYSQL pada CMS Drupal dengan menggunakan format teks berbentuk insert frame. Berdasarkan organisasi informasi (Tabel 8), KMS kedelai diorganisasikan ke dalam 5 menu utama. Menu pertama merupakan menu beranda (Gambar 17).

Gambar 17 Antarmuka beranda

(38)

Gambar 18 Antarmuka stadia pertumbuhan tanaman

Berdasarkan Arsitektur KMS kedelai (Gambar 9), teknologi produksi kedelai dikembangkan tiga pengetahuan utama, yaitu varietas, budidaya kedelai dan pengendalian OPT. Submenu varietas berisi aplikasi silsilah varietas. Aplikasi ini dikembangkan oleh tim KMS kedelai, yaitu Bestary (2014) dengan tujuan untuk mengetahui garis keturunan varietas kedelai sehingga proses penentuan varietas untuk kegiatan pemuliaan tanaman kedelai dapat dipermudah. Pengetahuan silsilah varietas direpsentasikan dalam bentuk visual mapping transformation, yaitu informasi dengan format visual direpsentasikan dalam bentuk tampilan grafis (Chi 1999). Sistem dikembangkan dengan menerapkan algoritme Directed Acyclic Graph menggunakan perangkat lunak Gephi versi 0.8.2. Aplikasi yang telah dikembangkan Bestary (2014) diintegrasikan ke dalam KMS kedelai pada menu teknologi produksi (Gambar 19).

Gambar 19 Menu teknologi produksi kedelai

(39)

25

Gambar 20 Antarmuka budidaya kedelai

Pengembangan submenu pengendalian OPT terdiri dari hama, penyakit dan gulma. Manajemen pengetahuan hama dikembangkan oleh Yuniar (2013) dan Puspita (2015). Manajemen pengetahuan hama yang telah dikembangkan diintegrasikan ke dalam konten KMS kedelai dengan menggunakan insert frame. Berdasarkan arsitektur KMS kedelai (Gambar 9) pengetahuan hama kedelai dibagi ke dalam 2 bagian yaitu, identifikasi hama dan teknologi pengendalian hama. Pengetahuan identifikasi hama terdiri atas rekomendasi ambang, perangkap, nabati, musuh alami, kimia, inang, benih toleran, gulma, ambang, rekomendasi perangkap. Adapun teknologi pengendali terdiri atas ciri hama, identifikasi hama, bagian terserang, fase tanaman, gejala serangan, daerah sebaran, status hama. Salah satu antarmuka identifikasi hama kedelai ditunjukkan Gambar 21.

(40)

ditunjukan Gambar 22. Antarmuka pengetahuan metode pengendalian gulma ditunjukan Gambar 23.

Gambar 22 Antarmuka jenis gulma

Gambar 23 Antarmuka metode pengendalian gulma

Pengembangan KMS pada konteks teknologi pengolahan hasil dikembangkan dua jenis konten, yaitu jenis teks dan video. Video mengenai teknologi pengolahan hasil pada umumnya di embed dari Youtube. Pengetahuan

(41)

27

Gambar 24 Antarmuka teknik pengolahan tauco

Pengembangan KMS Back-end

Pengembangan KMS bagian back-end terdiri atas manajemen konten, manajemen konsultasi dan manajemen kegiatan (Gambar 25). Manajemen konten merupakan submenu untuk mengelola konten pengetahuan. Pada submenu ini, konten pengetahuan berupa teks dan file dapat ditambah, diedit dan dihapus (CRUD). Pada antarmuka manajemen budidaya, admin harus memilih terlebih dahulu jenis budidaya yang akan ditambah, edit ataupun hapus (Gambar 26), kemudian mengklik tombol pilih dan akan tampil antarmuka CRUD sesuai jenis budidaya (Gambar 27). Antarmuka submenu manajemen konten lainnya dilampirkan pada Lampiran 14.

(42)

Gambar 26 Antarmuka manajemen budidaya

Gambar 27 Antarmuka CRUD budidaya

(43)

29

Pengembangan Fitur, Fungsi, Blok KMS Kedelai

Pengembangan fungsi pada KMS Kedelai direpsentasikan dengan matriks kerunutan. Matriks ini berisi mengenai kode suatu fungsi-fungsi yang ada pada KMS Kedelai. Matriks keterunutan dapat digunakan pengujian. Matriks berunut dilampirkan pada Lampiran 15. Adapun fitur dan blok pada KMS Kedelai yang telah dikembangkan, yaitu:

1. Fitur Informasi

KMS Kedelai menyediakan fitur informasi berupa artikel yang dibutuhkan oleh para penyuluh atau peneliti dan petani

2. Fitur Pengetahuan

KMS Kedelai menyediakan fitur pengetahuan kedelai, teknologi produksi kedelai dan teknologi pengolahan hasil kedelai

3. Blok Pencarian

Blok ini terdiri dari fungsi pencarian global dan fungsi pencarian khusus teknologi produksi

4. Blok Referensi Konten

Blok ini merupakan blok yang menginformasikan rujukan konten 5. Blok Aplikasi

Blok berisi aplikasi-aplikasi yang berkaitan dengan kedelai 6. Blok Media

Blok yang menyediakan fasilitas media file seperti download, media video seperti video dan media foto berupa gallery

7. Fitur Manajemen konten

Fitur untuk mengatur konten informasi atau pengetahuan. Fitur ini hanya bisa diakses oleh Admin.

Pengujian blackbox pada KMS Kedelai

Hasil pengujian blackbox dilampirkan pada Lampiran 15. Pengujian dilakukan berdasarkan matriks kerunutan (Lampiran 15). Hasil pengujian menunjukan bahwa sistem dapat berjalan di lingkungan sistem operasi windows.

Package Sistem KMS Kedelai

Package sistem menggunakan aplikasi Server2Go versi 1.8.2. Pada proses paket sistem, ada beberapa konfigurasi yang dilakukan, yaitu konfigurasi pada Server2Go dan konfigurasi pada KMS Kedelai. Konfigurasi pada pms_config.ini ditunjukan Gambar 28.

Gambar 28 Konfigurasi file pms_confige.ini pada server2go

Pada Gambar 28, file pms_config.ini dikonfigurasi nilai StarLocal diberi nilai nol, agar Server2Go dapat menjalankan lebih dari satu aplikasi. Browsersize

[line 21] StarLocal = 0

(44)

diberi nilai ‘Maximize’ agar browser yang dijalankan berukuran maksimal. LocalMirror diberi nilai nol, agar database yang telah ada tidak hilang dan bersifat permanen.

Konfigurasi pada KMS Kedelai dilakukan pada file php.ini dan file httpd.conf. Konfigurasi file php.ini meliputi konfigurasi mysql, sqlite, dan max_execution. File httpd.conf perlu dikonfigurasi ulang agar developer dapat menambahkan modul.

Pada pemaketan sistem dilampirkan user manual. User manual, yaitu

guideline bagi pakar, admin dan developer. User manual dapat membantu pakar dalam validitas dan update konten sedangkan user manual admin dirancang untuk manajemen situs. Adapun user manual bagi para developer dirancang untuk pengembangan KMS Kedelai.

4 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Para petani kedelai membutuhkan informasi mengenai kedelai, akan tetapi keberadaan informasi mengenai kedelai masih tersebar dan belum terkelola dalam satu sistem. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu wadah untuk menampung dan mengakomodasi informasi dan pengetahuan secara khusus dalam satu sistem, yaitu KMS (Knowledge Information System) Kedelai. Hasil penelitian menunjukan bahwa petani kedelai membutuhkan informasi benih (98%), pupuk (90%), pengolahan lahan dan kesesuaian lahan (91%), penanaman (92%), pengendalian OPT (86%), panen (57%), penyiangan (46%) dan pascapanen (67%). Selain itu, hasil ICT literacy petani kedelai menunjukkan bahwa telepon seluler (73%) merupakan tipe ICT yang paling banyak digunakan oleh petani kedelai dibandingkan komputer (13%) dan internet (7%). Kemampuan ICT petani kedelai terhadap telepon seluler (59%) lebih tinggi dibandingkan komputer (21%) dan internet (18%).

(45)

31

Saran

Saran dari penelitian ini adalah perlu adanya pengujian arsitektur informasi,

usability dan pengembangan fungsi pencarian menggunakan konsep semantic web

untuk mendukung findability. Selain itu, untuk penyempurnaan evaluasi ICT

literacy, perlu dilakukan evaluasi ICT penyuluh, pakar, dan peneliti kedelai.

DAFTAR PUSTAKA

Ahuja, Vivek. 2011. Cyber Extension: A Convergence of ICT and Agricultural Development. Global Media Journal. 2 (2):1-8.

Aker J. 2010. Dial “A” for Agriculture: Using Information and Communication Technologies for Agricultural Extension in Developing Countries. [Internet][Diunduh 2014 Oktober 10][dapat diakses di http://siteresources.worldbank.org/DEC/

Resources/847971288208580656/75080961288208619603/Aker_Dial_A_f or_Agriculture_P%26S_PAPER.pdf].

Atmoko WD. 2014. Pembangunan Dristibusi Drupal utnuk Sistem Informasi dan Pendidikan Kedelai (SIPEKSOY) secara modular [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[BALITKABI] Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 2010. Teknologi Produksi Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu, dan Ubi Jalar. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Bestary A. 2014. Sistem Informasi Visulisasi Silsilah Varietas Kedelai berbasis Web. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Bhavnani, et al.. 2008. The Role of Mobile Phones in Sustainable Rural Poverty Reduction. ICT Policy Division: Global Information and Communications Department. [Diunduh 2014 Oktober 10]. [dapat diakses di Web. San Fransisco: Morgan Kaufman.

Chak A. 2003. Submit Now : Designing Persuasive Web Site. Indiana : New Riders.

Chi EH. 1999. A framework for information visualization spreadsheets. [disertation.]. Minneapolis (US): University of Minnesota.

Chury JA , Mlozi RSM, Tumbo DS, Casmir R. 2012. Understanding Farmers Information Communication Strategies for Managing Climate Risks in Rural Semi-Arid Areas, Tanzania. International Journal of Information and Communication Technology Research. 2(11): 838-845.

Elias MA, Hassan MG. 2004. Knowledge Management. USA: Prentice Hall. [ETS] Educational Testing Service. 2006. Digital transformation a framework for

(46)

unduh 2014 Mei 28][dapat diakses di http://www.ets.org/Media/Research/pdf/ ICTREPORT.pdf].

Fitriah H. 2007. Hubungan karakteristik petani kedelai dengan kompetensi berusahatani (Kasus:Petani Kedelai di Peudada Kab. Bireuen, NAD). [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Gebhardt E, et al. 2012.Technical Report of National Assessment Program-ICT terhadap iklan komparatif produk simcard dengan intensi membeli remaja akhir. Skripsi. Universitas Indonesia. Depok; 2008.

Krug S. 2006. Don’t Make Me Think! : A Common Sense Approach to Web Usability. California : New Riders.

Kumalasari T. 2013. Sistem Pemilihan Varietas Unggul Kedelai (SIPEKSOY). [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Lakitan B. (2009) Kontribusi Teknologi dalam Pencapaian Ketahanan Pangan. [Internet] [Di unduh 2014 juni 4][dapat diakses di http://benyaminlakitan.files.

wordpress.com /2012/04/20091012-makalah-hari-pangan-sedunia.pdf].

Laudon KC, Laudon JP. 2012. Management Information System, 12ed: Prentice Hall, USA.

Maureen. 2009. How Can ICTs Promote Sustainable Agriculture?. In: Retno et al (2010) Implementasi Cyber Extension Dalam Komunikasi Inovasi Pertanian. Jurnal Informatika Pertanian 19 (2): 17-43.

Morville P dan Rosenfeld L. 2007. Information Architecture for the world wide web. USA: O’Reilly.

Mulyandari R. 2011. Perilaku Petani Sayuran dalam Memanfaatkan Teknologi Informasi. Jurnal Perpustakaan Pertanian 20 (1): 22-34.

Nielsen J. 1993. Usability Engineering. California: Morgan Kaufmann.

Nielsen J, Loranger. 2006. Prioritizing Web Usability. California: New Riders. Nurhadryani Y, Sianturi SK, Hermadi I, Khotimah H. 2013. Pengujian Usability

untuk Meningkatkan Antarmuka Aplikasi Mobile. Jurnal Ilmu Komputer Agri-Informatika. 2(2) : 83-93.

Peng J, Jiang D, Zhang X. 2013. Design and implement a knowledge management system to support web-based learning in higher education. Procedia Computer Science. 22 : 95-103.

Pinardi E .2011. Menuju Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Melalui Cloud Computing.Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia. Juni 14-15: Bandung

Pinto M. 2012. Pinto M. A Framework for Knowledge Managemt Systems Implementation in Higher Education. International Virtual Conference. Slovakia. 2078-2081.

(47)

33

Pratama W, Jusak, Sudsrmaningtyas P. 2013. Rancang Bangun Aplikasi Sistem Pakar untuk Menentukan Penyakit pada Tanaman Kedelai. Jurnal Sistem Informasi. 2 (2) : 1-10.

[Puslitbang] Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Panduan umum pengelolaan tanaman terpadu kedelai. Bogor. 2007.

[Puslitbang] Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Teknik produksi dan pengembangan. Bogor. 2007.

[Puslitbang] Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Pengetahuan mengenai teknologi produksi kedelai untuk lahan sawah, kering masam, dan lahan pasang surut tipe C dan D. Bogor. 2010.

Puspita L. 2015. Pengembangan Manajemen Pengetahuan Hama Kedelai dan Teknologi Pengendali Hama pada Sistem Informasi dan Pendidikan Kedelai (SIPEKSOY). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sadiah HT. 2012. Kajian Usability Website E-Commerce Indonesia berdasarkan Perspektif Tipe Pengguna Browser dan Evaluator. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sadiah HT, Nurhadryani Y, Wirnas D, Ardiansyah F. 2015. Development of Knowledge Management System (KMS) Of Soybean Production Technology. TELKOMNIKA Indonesian Journal of Electrical Engineering.

Siap terbit.

Satzinger J, Jackson R, Burd S. 2010. System Analysis and Design in a changing World. : USA : Course Technology Cengage Learning.

Spencer D. 2010. A Practical Guide to Information Architecture by Donna Spencer. United Kingdom : Five Simple Steps

Sugiarto D. Metode Statistik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 2010: 120. Sumardjo, Lubis DP, Mulyani ES, Mulyandari RS. 2011. Manfaat sistem

informasi berbasis teknologi informai dan komunikasi untuk keberdayaan petani sayur. Jurnal Informatika pertanian [Internet]. [diunduh 2014 November 6]; 20 (1): 1-13.

Supadi. 2010. Dampak Impor Kedelai Berkelanjutan Terhadap Ketahanan Pangan. [Internet]. [diunduh 2014 Maret 3]. Tersedia pada:

http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/ART7-1e.pdf

Surahman M, Ghulamahdi M, Wijayanto N, Masjkur M, Suharsono, Zakaria FR, Sutrisno, Murdianto, Baga LM, Nurhadryani. 2014. Peningkatan Sistem Kemandrian Pangan berbasis Kedelai.Laporan Penelitian Institusi IPB.

Suyamto dan Widiarta I. Kebijakan Pengembangan Kedelai. [Internet] [Di unduh

2014 maret 9][dapat diakses di

http://digilib.batan.go.id/ppin/katalog/index.php/searchkatalog/downloadDat abyId/1907/9789793558257-2010-0374.pdf

Taragola N et al .2009. Information and communication technology (ICT) adoption in horticulture: comparison of the EFITA, ISHS and ILVO questionnaires . Acta Hort. (ISHS) 831:73-82.http://www.actahort.org/books/831/831_8.htm.

(Tulane PDF Creation Guide). [Internet] [Di unduh 2015 mei 12][dapat diakses di

(48)

Veronice. 2013. Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Peningkatan Kompetensi Penyuluh [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wodtke dan Govella. 2009. Information Architecture blueprints for the web. Berkeley. New Riders.

Yuan et al. 2009. Digital Campus Information Portal content organization based on “Information Architecture”. [Internet] [Di unduh 2014 Agustus 4][dapat

diakses di

http://dl.acm.org/citation.cfm?id=1656169&dl=ACM&coll=DL&CFID=40 8044071&CFTOKEN=74719133].

Yuniar H. 2013. Pembangunan Sistem Manajemen Pengetahuan Hama Kedelai pada Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

https://www.drupal.org/node/602268 (24 Desember 2014) https://www.drupal.org/project/insertframe (24 Desember 2014) https://jqueryui.com/accordion/ (25 May 2015)

(49)

35

Gambar

Gambar 1  Tahapan penelitian
Gambar 2  Pelaksanaan evaluasi pengguna (Evaluasi kebutuhan informasi, ICT
Gambar 3  Tingkat kebutuhan informasi petani kedelai
Gambar 4  Penggunaan ICT oleh petani
+7

Referensi

Dokumen terkait