KAJIAN TATA HIJAU LANSKAP PERMUKIMAN
TRADISIONAL GAMPONG LUBUK SUKON, ACEH BESAR
BERBASIS BUDAYA
SAFIA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Tata Hijau Lanskap Permukiman Tradisional Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar Berbasis Budaya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
SAFIA. Kajian Tata Hijau Lanskap Permukiman Tradisional Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar Berbasis Budaya. Dibimbing oleh TATI BUDIARTI.
Gampong Lubuk Sukon merupakan salah satu permukiman tradisional Aceh yang masih terjaga tradisi budaya dan adat istiadatnya. Salah satu bentuk dari penataan lanskap permukiman tradisional adalah adanya penataan tata hijau. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mengkaji karakteristik permukiman, rumah tinggal, keragaman elemen tanaman serta mengetahui penggunaan tanaman dalam budaya dan menganalisis keragaman tanaman serta nilai keindahan tata hijau. Tujuan penelitian ini juga untuk menyusun konsep rekomendasi tata hijau berbasis budaya dalam bentuk landscape plan. Pengambilan data tanaman dilakukan pada beberapa area lokasi studi yaitu: pekarangan, jalur hijau jalan, fasilitas umum gampong, dan kawasan pertanian, peternakan dan konservasi. Hasil penelitian ini menunjukan pola permukiman Gampong Lubuk Sukon adalah memusat dimana kawasan permukiman berada di tengah gampong dan kawasan pertanian dan peternakan berada diluar gampong. Terdapat tiga jenis tipe rumah yaitu Rumoh Aceh, Rumoh Santeut dan Rumah Modern. Indeks keragaman keseluruhan area lokasi termasuk sedang yaitu 1,10. Keragaman tertinggi terdapat pada area lahan di sekitar permukiman. Penggunaan tanaman dalam tradisi adat/ budaya di katagorikan menurut penggunaannya diantaranya adalah tanaman sebagai simbol, tanaman sebagai bahan dasar masakan khas, tanaman sebagai hiasan dan tanaman sebagai wadah. Keberadaan tanaman yang digunakan dalam tradisi adat sangat sedikit ditemukan pada lokasi studi. Pemilihan tanaman yang digunakan pada tiap-tiap area studi merupakan tanaman produkif dengan penataan tanaman menggunakan pola organik.
Kata kunci: Tata Hijau, Permukiman Tradisional, Budaya.
ABSTRACT
SAFIA.Study On Planting Plant at Traditional Settlement Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar Based on Culture. Supervised by TATI BUDIARTI.
at 1.10. The highest diversity found in the unused area of settlement. The use of vegetation in the culture or adat istiadat is categorized as its using for the symbol of vegetation, vegetation as ingredients of traditional foods, vegetation as a decoration and planting plate. The existence of vegetation which used in tradition or adat are so rare in the areas of study. The chosen vegetation in the areas of study is a productive vegetation which in organic planting structure.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur Lanskap
pada
Departemen Arsitektur Lanskap
KAJIAN TATA HIJAU LANSKAP PERMUKIMAN
TRADISIONAL
GAMPONG LUBUK SUKON
, ACEH BESAR
BERBASIS BUDAYA
SAFIA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini berjudul Kajian Tata Hijau Permukiman Tradisional Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar Berbasis Budaya. Penelitian ini berlangsung selama 8 bulan dari bulan Februari 2015 hingga September 2015.
Terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Azhar Usman, Asmidar selaku orang tua dan adik Sajida, Safira, Sandrina serta keluarga besar lainnya yang selalu memberikan doa, kasih sayang semangat dan motivasi dalam penyelesaian tugas akhir ini,
2. Ibu Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak membimbing dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan skripsi ini,
3. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, Magr. dan Dr. Ir. Aris Munandar, MS selaku penguji skripsi yang telah memberikan kritik dan saran untuk kemajuan skripsi ini,
4. Masyarakat Gampong Lubuk Sukon Bapak Geuchik, Bapak Darsam, Bapak Bahtiar, Bu Stesia, Bu Nurmala, Kak Zainab serta masyarakat Gampong lainnya, dan Majelis Adat Aceh yaitu Bapak Abdurrahman Kaoy selaku wakil ketua Majelis Adat Aceh serta pegawai lainnya yang sudah banyak sekali membantu saya dalam pengambilan data,
5. Seluruh staff dan dosen Departemen Arsitektur Lanskap IPB atas ilmu, dan dukungan moral yang telah diberikan,
6. Teman-teman satu bimbingan skripsi kak Aliya faizah, kak Debra Cadrina, Prajana Paramita, Shara Zen, yang saling memberikan dukungan,
7. Pocut Shaliha Finzia Panglima Polem, Siti Raihani, Rahmat Muhari A. yang sudah sangat mendukung saya dan menemani saya dalam menjalani penelitian ini,
8. Inces, teman–teman Arsitektur Lanskap 48 yang selalu ada dalam suka maupun duka selama perkuliahan.
Akhir kata, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Kerangka Pikir 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Permukiman Tradisional 3
Struktur Kepemerintahan dalam Permukiman 4
Tata Hijau 4
Pola Penataan Tanaman 4
Fungsi Tanaman dalam Lanskap 5
Kebudayaan, Adat Istiadat 7
Rumoh Aceh dan Pekarangan 8
METODE 9
Lokasi dan Waktu Penelitian 9
Rancangan Penelitian 9
Batasan Penelitian 9
Alat dan Bahan 9
Metode Penelitian 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 15
Kondisi Umum 15
Pola Permukiman Gampong Lubuk Sukon 17
Karakteristik Rumah Tinggal 19
Karakteristik Tata Hijau Lanskap Permukiman 22
Kelimpahan Tanaman 39
Dominansi Tanaman 41
Keragaman Tanaman 45 Tanaman dalam Tradisi Adat/ Budaya Gampong Lubuk Sukon 46
Kualitas Visual Tata Hijau 51
REKOMENDASI TATA HIJAU BERBASIS BUDAYA 56
KESIMPULAN DAN SARAN 61
DAFTAR PUSTAKA 62
LAMPIRAN 64
DAFTAR TABEL
1 Fungsi tanaman dalam lanskap 6
2 Jenis, parameter, bentuk cara pengumpulan dan sumber data 10
3 Daftar nama narasumber 12
4 Tipe pekarangan berdasarkan tata letaknya 22
5 Pekarangan berdasarkan luasan 25
6 Elemen keras dalam pekarangan 25
7 Jenis tanaman pada pekarangan 28
8 Ilustrasi penataan tanaman pada pekarangan 30
9 Ilustrasi penataan tanaman pada jalan utama dan gerbang utama 31 10 Jenis tanaman pohon yang terdapat pada jalan utama 32 11 Ilustrasi penataan tanaman pada area jalan lingkungan pada jalan
setapak 33
12 Jenis tanaman yang terdapat pada halaman fasilitas umum gampong 34 13 Ilustrasi penataan tanaman pada area halaman fasilitas 36
14 Jenis tanaman komoditas pertanian 38
15 Ilustrasi penataan tanaman pada lahan bantaran sungai dan lahan di
sekitar permukiman 39
16 Nilai kelimpahan spesies pada area pekarangan. 40 17 Nilai kelimpahan spesies pada jalur hijau jalan. 40 18 Nilai kelimpahan spesies pada fasilitas umum 41 19 Nilai kelimpahan spesies pada lahan di sekitar permukiman 41
20 Nilai dominansi spesies pada pekarangan 42
21 Nilai dominansi spesies pada jalur hijau jalan 42 22 Nilai dominansi spesies pada fasilitas umum 42 23 Nilai dominansi spesies pada lahan di sekitar permukiman 43
24 Nilai frekuensi spesies pada pekarangan 43
25 Nilai frekuensi spesies pada jalur hijau jalan 44 26 Nilai frekuensi spesies pada fasilitas umum 44 27 Nilai frekuensi spesies pada lahan di sekitar permukiman 45
28 Nilai keragaman spesies 46
29 Jenis tanaman dalam upacara adat 47
30 Tanaman dalam masakan khas 49
31 Tanaman sebagai hiasan 50
32 Kategori kualitas estetika pada pekarangan 52 33 Kategori kualitas estetika pada jalur hijau jalan 53 34 Kategori kualitas estetika pada fasilitas umum 54 35 Kategori kuaitas estetika pada kawasan pertanian, peternakan dan
konservasi 55
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir penelitian 3
2 Pola yang terbentuk karena hubungan bangunan dan taman 5
3 Lokasi penelitian 9
5 Grafik suhu udara bulanan pada lokasi penelitian 16 6 Grafik kelembapan udara pada lokasi penelitian 17
7 Ilustrasi pola permukiman 18
8 Ruang budaya 19
9 Ilustrasi pembagian ruang Rumoh Aceh 20
10 Rumah tinggal 21
11 Tipe pekarangan berdasarkan tata letaknya 24
12 Letak pekarangan 25
13 Elemen keras dalam pekarangan 26
14 Elemen lunak dalam pekarangan 27
15 Jalan lingkungan 32
16 Peta kawasan bantaran sungai 37
17 Kawasan konservasi bantaran sungai 38
18 Upacara adat 48
19 Bahan dasar masakan khas 49
20 Penggunaan tanaman sebagai hiasan 50
21 Penggunaan tanaman sebagai wadah bu kulah 51
22 Grafik nilai SBE pada pekarangan 52
23 Pekarangan dengan nilai SBE tertinggi 52
24 Grafik nilai SBE pada jalur hijau jalan 53
25 Jalur hijau jalan dengan nilai SBE tertinggi 53
26 Grafik nilai SBE pada fasilitas umum 54
27 Fasilitas umum dengan nilai SBE tertinggi 54
28 Grafik nilai SBE pada kawasan pertanian, peternakan dan konservasi 55 29 Kawasan pertanian, peternakan dan konservasi dengan nilai SBE
tertinggi 55
DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta permukiman Gampong Lubuk Sukon 65
2 Indeks nilai penting dominansi, frekuensi, dan kelimpahan pada
lokasi studi 66
3 Tradisi masyarakat Gampong Lubuk Sukon. 70
4 Kuisoner SBE 71
5 Foto pekarangan 72
6 Foto jalur hijau jalan 73
7 Foto fasilitas umum gampong 74
8 Foto kawasan pertanian, peternakan, dan konservasi 75
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang disebut sebagai Nusantara, karna letak geografis Indonesia berada di antara Asia Tenggara dan Australia. Keberadaan letak geografis Indonesia di antara dua benua dan dua samudera mempengaruhi bentangan lanskap dengan perpaduan dua tipe lanskap yang berbeda sehingga Indonesia memiliki berbagai macam budaya dan flora-fauna dengan karakteristik yang berbeda di setiap daerah. Karakteristik yang dimiliki oleh setiap daerah dapat terbentuk dari kondisi bentang alam suatu wilayah dan interaksi manusia dengan alam.
Salah satu bentuk penataan lanskap yang dimiliki oleh Indonesia adalah adanya pola perkampungan, tatanan ruang tinggal dan tata hijau lanskap perdesaan. Pola penataan lanskap sebagai ruang tinggal tiap suku bangsa berbeda-beda sesuai dengan keadaan alam sebagai bentuk adaptasi manusia. Pada umumnya pola keruangan dalam penataan lanskap berkaitan erat dengan pola kehidupan masyarakat yang tinggal di dalamnya.
Aceh merupakan salah satu daerah di Nusantara yang terletak di ujung utara pulau Sumatera dan merupakan provinsi paling barat Indonesia. Masyarakat Aceh bersifat multietnis bercirikan Islam. Di daerah ini terdapat 8 subetnis, yaitu Aceh, Alas, Aneuk Jame, Gayo, Kluet, Simeulu, Singkil, dan Tamiang. Kedelapan sub etnis tersebut mempunyai sejarah asal usul dan budaya yang sangat berbeda satu dengan lainnya sehingga memperkaya keragaman budaya dan adat istiadat di Aceh (Umar, 2006).
Gampong Lubuk Sukon merupakan salah satu permukiman tradisional yang terdapat di Aceh Besar dengan karakteristik yang khas serta masih menjaga tradisi budaya dan adat istiadatnya. Masyarakat Gampong Lubuk Sukon merupakan masyarakat suku Aceh. Permukiman tradisional Gampong Lubuk Sukon seluas 112 hektar. Pada tahun 2012 Pemerintah Aceh telah menetapkan Gampong Lubuk Sukon sebagai salah satu Desa Wisata di bawah pembinaan Dinas Kebudayaan dan Parawisata karena memiliki karakteristik yang khas dan kearifan lokal adat istiadat yang masih terjaga. Penetapan Gampong Lubuk Sukon sebagai Desa Wisata merupakan salah satu bentuk pelestarian budaya pemerintah Aceh.
2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. mengidentifikasi dan mengkaji karakteristik permukiman, rumah tinggal, dan keragaman elemen tanaman yang terdapat pada lanskap permukiman tradisional Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar;
2. mengidentifikasi dan mengkaji penggunaan tanaman dalam budaya/adat istiadat masyarakat Gampong pada lanskap permukiman tradisional Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar;
3. menganalisis nilai keindahan tata hijau yang terdapat pada lanskap permukiman tradisional Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar;
4. menyusun konsep rekomendasi tata hijau untuk lanskap permukiman tradisional Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar, yang berbasis budaya/ adat istiadat.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran tentang tata hijau lanskap permukiman tradisional di Gampong Lubuk Sukon, serta tanaman yang digunakan dalam budaya/adat istiadat yang berlaku pada masyarakat Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur tata hijau lanskap yang berbasis budaya/adat istiadat masyarakat dan memperkuat nilai budaya dan mengangkat nilai-nilai tradisonal masyarakat untuk dapat dikenal oleh masyarakat luas.
Kerangka Pikir
3
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Permukiman Tradisional
Lanskap merupakan suatu bentangan alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh indra manusia. Semakin jelas harmoni dan kesatuan anatara seluruh elemen lanskap, maka semakin kuat karakter lanskap tersebut (Simond 2006). Karakter yang kuat tersebut melahirkan bentuk-bentuk spesifik dalam sebuah tatanan lanskap yang menghasilkan suatu lanskap budaya. Setiap bentangan lanskap memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga menghasilkan budaya atau kebiasaan yang berbeda-beda pula.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman mendefinisikan permukiman sebagai bagian dari lingkungan hidup, di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Peri kehidupan di desa-desa asli berfungsi lengkap sebagai satu unit permukiman juga telah ditata dengan sarana fungsional dalam skala yang sederhana.
4
Struktur Kepemerintahan dalam Permukiman
Menurut Ismail (2008) dalam Qanun Meukuta Alam struktur kerajaan Aceh dalam konteks sistem pemerintahan berakar pada susunan gampong-gampong dan mukim (federasi gampong-gampong-gampong-gampong), nanggroe (kecamatan), sagoe (federasi beberapa nanggroe) dan langsung ke kerajaan/ negara. Dalam Qanun al- Asyi dijelaskan bahwa gampong yang disebut juga dengan meunasah, dipimpin oleh seorang Keuchik dan seorang Imeum Rawatib dengan dibantu oleh sebuah staf yang bernama Tuha Peut. Mukim yaitu federasi dari beberapa gampong, paling sedikit delapan gampong. Mukim dipimpin oleh Imuem Mukim dan seorang Kadhi Mukim serta dibantu oleh beberapa orang wakil. Dalam tiap-tiap mukim didirikan sebuah mesjid untuk melaksanakan shalat jum’at.
Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum dalam Provinsi Aceh yang terdiri atas gabungan beberapa gampong yang mempunyai batas wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri, berkedudukan langsung di bawah camat yang dipimpin oleh Imuem Mukim (Qanun No. 4 Tahun 2003).
Gampong adalah kesatuan masyarakat hukum yang merupakan organisasi pemerintahan terendah di bawah mukim yang menempati wilayah tertentu dipimpin oleh keuchik yang berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri. Keuchik adalah Kepala Badan Eksekutif Gampong dalam penyelenggaraan Pemerintahan Gampong (Qanun No.5 Tahun 2003).
Tata Hijau
Tanaman merupakan material lanskap yang hidup dan berkembang dari waktu ke waktu. Tanaman memiliki peranan penting dalam penyusun lanskap. Menurut Robinson (2006), tata hijau adalah sebuah ekspresi dari fungsi dan kebutuhan penggunanya akan lahan. Karakter dan tujuan dari tata hijau bermacam-macam tergantung dengan kebutuhan manusia.
Tata hijau merupakan salah satu kegiatan dalam penataan tanaman sebagai penyusun lanskap sesuai fungsi dari tanaman tersebut. Menurut Hakim (2012), dalam penataan dan perancangan tanaman terdapat 4 hal penting mengenai tanaman yang harus di pahami yaitu:
1. habistus tanaman, tanaman yang dilihat dari segi botanis/morfologis sesuai dengan ekologis dan efek visual yang ditimbulkan.
2. karakter tanaman, karakteristik fisik tanaman yang dapat dilihat dari bentuk batang dan percabangan, bentuk tajuk, massa daun, warna, tekstur, aksentuasi, dan skala ketinggian.
3. fungsi tanaman peletakan tanaman dalam lanskap memiliki fungsi baik secara langsung maupun tidak langsung.
4. peletakan tanaman, dalam peletakan tanaman harus disesuaikan dengan tujuan perancangan.
Pola Penataan Tanaman
5 material). Pola dan struktur elemen pekarangan baik tanaman maupun elemen non-tanaman dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan dan budaya masyarakat (Arifin et al 2010). Menurut Sulistyantara (2008), hubungan antara bangunan dan taman rumah dapat diselesaikan dengan empat macam pola sebagai berikut:
1. pola struktur geometrik, elemen taman keras buatan lebih mendominasi suasana. Sementara susunan elemen taman, baik keras maupun lunak, dibuat dengan pola-pola garis geometrik.
2. pola natural geometrik, elemen taman alami lebih mendominasi. Sementara pola yang dtetapkan baik elemen keras ataupun elemen lunak adalah geometris. 3. pola struktur alami/natural, elemen taman alami mendominasi. Pembuatannya dilakukan dengan penerapan pola garis alami, tetapi masih terasa adanya tatanan yang disengaja (diatur).
4. pola alami/natural, elemen taman alami mendominasi suasana dan dalam susunannya tidak terlihat adanya kesenjangan pengaturan oleh manusia. Secara keseluruhan, kesan yang muncul benar-benar alami.
Gambar 2 Pola yang terbentuk karena hubungan bangunan dan taman (Sumber: Sulistyantara 2008)
Fungsi Tanaman dalam Lanskap
6
dalam lanskap menurut Benson dan Roe (2000), Robinson (2006), dan Cervelii (2005).
Tabel 1 Fungsi tanaman dalam lanskap
No Fungsi Tanaman Spesifikasi
1. Perbaikan Iklim 1. Modifikasi suhu udara [1][3] 2. Penghalang pergerakan udara[1] 3. Penghalang pergerakan angin[1][3]
4. Mengurangi silau akibat sinar matahari[3] 5. Pengontrol presipitasi dan kelembaban [1] 2. Rekayasa
Lingkungan
1. Penyerap polusi udara[1][3] 2. Pengontrol kebisingan [1][3] 3. Penyerap polusi logam berat [1][3] 4. Menyaring partikel berat [1][3] 5. Pengontrol pergerakan [2][3] 6. Pengontrol erosi tanah [1][3]
7. Pengontrol pembuangan air dan penyaringan air [3]
8. Pengunaan produktif [1] 9. Keseimbangan energi [1 3. Bidang Arsitektur 1. Pemersatu area[1][3]
2. Penghalang pemandangan buruk [3] 3. Pemisah ruang[1][3]
4.
Pembatas ruang terbuka [3] 5. Pembentuk ruang pribadi [3] 6. Sebagai alas ruangan [3]
7. Memberikan tema pada suatu lanskap [3] 8. Memperlunak garis arsitektur[2] [3] 9. Penanda lokasi [3]
10.Simbol kepercayaan dan sejarah [3]
4. Fungsi Estetik 1. Menampilkan keindahan bentuk, warna, dan tekstur [2][3]
2. Pembingkai pemandangan [1][3] 3. Pelengkap elemen bangunan [1][3] 4. Pemersatu dengan elemen lainnya [2][3] 5. Pemberi aksen [1][2]
6. Memecah kemonotonan [3] 5. Habitat Satwa Liar 1. Habitat satwa [1][2]
2. Sumber makanan satwa [1][2]
7 1. fungsi produksi (tanaman pangan, sayuran, buah-buahan, bumbu, obat-obatan,
bahan baku industri)
2. fungsi estetika (tanaman hias bunga, hias daun, hias batang, hias aar, hias buah, hias beraroma)
3. fungsi lingkungan (tanaman peneduh, pembatas, pengarah, penyaring debu, penyerab polutan, pencegah longsordan erosi, penyimpan air).
Kebudayaan, Adat Istiadat
Kebudayaan dapat dinilai sebagai pencerminan jiwa masyarakat sehingga membentuk karakter yang khas dan mencerminkan identitas yang berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya. Masyarakat membangun kebiasaan-kebiasaan tertentu yang diwujudkan melalui penerapan nilai, norma, peraturan, ketentuan, atau perundang-undangan sebagai pedoman hidup, memiliki kesatuan identitas dan jati diri yang kuat sehingga meganggap berbeda dengan kelompok lainnya (Hariyono, 2007).
Menurut Lois J. Luzbetak 1970 dalam Yusuf (2008) karakteristik umum kebudayaan sebagai berikut:
1. Kebudayaan adalah suatu cara hidup
2. Kebudayaan adalah stotal dari rencana atau rancangan hidup 3. Kebudayaan secara fungsional diorganisasikan dalam suatu sitem 4. Kebudayaan itu diperoleh melalui proses belajar
5. Kebuadayaan adalah cara hidup dari suatu kelomok sosial, bukan individual. Menurut Yusuf (2008) perubahan nilai budaya disebabkan oleh beberapa faktot antara lain:
1. Perubahan lingkungan alam
2. Adanya kontak dengan kelompok lain
3. Adanya penemuan (discovery) dan penciptaan baru (invention)
4. Mengadopsi beberapa elemen kebudayaan material yang dikembangkan oleh bangsa lain di tempat lain
5. Modifikasi cara hidup dengan mengadopsi suatu pengetahuan atau kepercayaan baru.
Istilah kata adat berasal dari bahasa Arab, yaitu al-adah yang artinya adalah kebiasaan, yang lama-lama menjadi kebutuhan, akhirnya menjadi aturan, persyaratan dan ketentuan. Adat Aceh sebenarnya sangat tinggi nilainya, karena adat tersebut pada masa pemerintahan Kerajaan Aceh Darussalam sebagai dasar / pedoman bagi pemerintahan untuk dijadikannya landasan tegaknya pemerintahan serta pelaksanaannya. Adat di Aceh dibagi atas beberapa bagian (kelompok) yaitu Adat Tullah, Adat Mahkamah dan Adat Tunnah (Umar 2006).
Menurut Daud (2014) Adat Istiadat Aceh lebih dikenal dengan sebutan reusam yaitu norma yang dituruti secara turun-menurun dan mengalami perubahan serta sifatnya tidak tertulis, sementara pengertian adat adalah ketentuan-ketentuan dari pemerintah atau penguasa (poteumeurehom) yang mengatur berbagai peraturan seperti tentang kejahatan dan pelanggaran, tentang pajak, protokolan, pegawai kerajaan dan sebagainya, dan sifatnya tertulis seperti yang diatur dalam “Adat Aceh” yang merupakan undang-undang dasar Kerajaan Aceh.
8
Rumoh Aceh dan Pekarangan
Ciri-ciri dasar sebuah rumoh aceh adalah rumah terdiri dari 3 ruang (rueng), dengan tiang penyangga berjumlah 16 buah dan ada yang 24 buah. Bagian belakang disebut seuramoe likot (serambi belakang) yang berfungsi sebagai dapur. Pada bagian tengah disebuh seuramoe teungoh (serambi tengah) atau juree, lazimnya ditinggikan dari seramoe likot dan seuramoe reunyeun (serambi depan). Gang yang menghubungkan seramoe likot dan seramoe reunyeun disebut rambat. Dikaki tangga rumah “reunyeun” ditempatkan sebuah guci dan disebelahnya terdapat tonggak dari kayu yang dipancangkan di tanah untuk menggantungkan gayung “teunelat tima” dan batu yang diletakan di sekitarnya menuju tangga rumah. Guci ini berfungsi sebagai tempat air untuk membasuh kaki jika akan naik ke rumah (Daud, 2014).
Rumoh Aceh mudah untuk dibongkar pasang dan dipindahkan ke tempat lain dan sejumlah besar Rumoh Aceh dipindahkan letaknya ke tempat lain dengan berbagai alasan. Pemindahan ini biasanya dilakukan secara meurasa atau gotong royong oleh warga gampong.
Pekarangan adalah lahan yang berada di sekitar rumah dengan batas kepemilikan yang jelas, tempat tumbuh berbagai jenis tanaman dan merupakan tipe taman Indonesia yang berfungsi, antara lain, sebagai tempat bermain anak-anak, kegiatan pascapanen, dan ruang terbuka yang sering dimanfaatkan untuk kegiatan sosial dan acara keluarga (Arifin et al. 2010).
Menurut fungsinya secara umum pekarangan adalah tempat habitat berbagai jenis satwa, sebagai sumber pangan sandang dan papan, sumber plasma nutfah, pengendali iklim untuk kenyamanan, penyerab karbon, daerah resapan air, konservai tanah, dan sebagai sumber tambahan pendapatan keluarga (Arifit et al. 2010). Selain itu, pekarangan juga dapat digunakan sebagai tempat bersantai selain di dalam rumah seperti duduk-duduk menikmati udara segar dan sebagai tempat ruang terbuka hijau bagi lingkungan sekitarnya. Menurut Kementrian Pertanian (2014), menyebutkan bahwa tanaman pekarangan adalah tanaman yang menghasilkan umbi, buah, sayuran, bahan obat nabati, florikultura, termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air yang berfungsi sebagai buah, sayuran, bahan obat nabati, dan bahan estetika.
Keanekaragaman tanaman di pekarangan dapat dibedakan menjadi keragaman vertikal dan horizontal. Keragaman vertikal diklasifikasikan berdasarkan tinggi tanaman, sedangkan keragaman horizontal diklasifikasikan berdasarkan jenis pemanfaatan tanaman, yaitu tanaman hias, tanaman buah, tanaman sayuran, tanaman obat, tanaman bumbu, tanaman penghasil pati, tanaman industri, tanaman peneduh, serta tanaman-tanaman penghasil pakan, kayu bakar, dan bahan kerajinan tangan (Arifin et al 2010).
9
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai kajian tata hijau lanskap permukiman tradisional ini dilakukan di permukiman tradisional Gampong Lubuk Sukon, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini dimulai dari tahap persiapan hingga penyusunan laporan akhir berupa skripsi berlangsung selama 8 bulan, yaitu: Februari hingga September 2015.
Gambar 3 Lokasi penelitian Sumber : Google Earth
Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini, tata hijau pada permukiman tradisional Gampong Lubuk Sukon diamati dari sisi sebagai berikut:
1. pola permukiman dan karakteristik rumah tinggal dan budaya/ adat istiadat masyarakat;
2. diversitas tanaman yang mencakup: kelimpahan, dominansi, frekuensi, dan keragaman tanaman;
3. fungsi tanaman yang mencakup: penggunaan tanaman dalam budaya/ adat istiadat dan estetika;
4. tata letak penanaman yang dilihat melalui pola peletakan tanaman.
Batasan Penelitian
Penelitian terbatas pada tata hijau kawasan permukiman tradisional Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar. Hasil akhir dari penelitian ini adalah laporan deskriptif serta rekomendasi tata hijau Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar berbasis budaya dalam bentuk landscape plan. Area lokasi studi yang diamati meliputi pekarangan rumah, gerbang utama, jalan utama, jalan lingkungan, jalan setapak, fasilitas umum Gampong, serta kawasan pertanian, peternakan dan konservasi.
Alat dan Bahan
10
lunak Autocad 2014, Adobe Photoshop CC 2014, Microsoft Word 2011, dan Microsoft Exel 2011.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Tahapan penelitian tersebut meliputi pengumpulan dan identifikasi data, analisis, dan sintesis. Berikut ini merupakan tahapan penelitian yang dilakukan.
Persiapan
Tahap persiapan meliputi penyususnan proposal penelitian, mengumpulkan informasi berkaitan dengan lokasi penelitian, dan pengurusan izin kepada instansi-instansi terkait.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu pengumpulan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara sedangkan pengumpulan data sekunder diperoleh dari sumber – sumber yang berhubungan dengan lokasi penelitian yaitu pengelola Gampong Lubuk Sukon setempat, pemerintah, dan studi pustaka. Tabel 2 Jenis, parameter, bentuk cara pengumpulan dan sumber data
No Jenis
Sekunder Studi literatur Pengelola Gampong
Sekunder Studi literatur BMKG
11 Tabel 2 Jenis, parameter, bentuk, cara pengumpulan dan sumber data (lanjutan)
No
JeniJenis Data Parameter Data Bentuk
Data
Cara ini dilakukan untuk menelusuri sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan karakteristik rumah tradisional Aceh, tata hijau lanskap permukiman Aceh, dan penggunaan tanaman dalam tradisi adat istiadat/budaya masyarakat Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar. Sumber-sumber tertulis tersebut dapat berupa arsip penting dan literatur pustaka. Arsip penting dan buku-buku diperoleh dari perpustakaan daerah, Majelis Adat Aceh, serta koleksi pribadi tokoh-tokoh adat/budaya.
b. Survei Lapang
12
c. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan menggunakan teknik interview guide. Interview guide dilakukan untuk memperoleh jawaban yang mendalam. Rangkaian pertanyaan yang tersusun dalam interview guide tidak dilengkapi dengan option/jawaban yang sudah ditentukan terlebih dahulu, tetapi jawaban yang dikehendaki justru seluas, serinci, dan selengkap mungkin (Suyanto, 2006). Cara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mendalam atau pandangan mengenai kaitan adat istiadat/ budaya masyarakat gampong dengan tata hijau lanskap permukiman serta pemanfaatan tanaman dalam tradisi adat istidat/ budaya masyarakat Gampong Lubuk Sukon. Informasi ini diperoleh melalui narasumber meliputi masyarakat, tokoh masyarakat dan pengurus Majelis Adat Aceh. Masyarakat yang menjadi narasumber adalah masyarakat asli Gampong Lubuk Sukon yang memahami budaya/ adat istiadat Gampong dengan penataan tata hijau, umumya narasumber telah berumur lebih dari 60 tahun. Wawancara dilakukan secara langsung dan mendalam dengan narasumber.
Tabel 3 Daftar nama narasumber
No. Nama Bidang Pekerjaan
1 Darsam Tokoh Masyarakat
2 Bahtiar Tokoh Masyarakat
3 Hasiah Ibu Rumah Tangga
4 Cahaya Ibu Rumah Tangga
5 Nurmala Ibu Rumah Tangga
6 Fatimah Ibu Rumah Tangga
7 Cut Rahmi Anastesia Ibu Rumah Tangga
8 Syamsuddin Daud Ketua Majelis Adat Aceh
9 Abdurrahman Kaoy Wakil Ketua Majelis Adat Aceh Pertanyaan yang diajukan pada narasumber meliputi:
a. deskripsi tentang pola permukiman tradisional Aceh secara umum, unsur-unsur pembentuk permukiman dan posisinya dalam permukiman;
b. deskripsi tentang tata hijau permukiman tradisional Aceh secara umum, unsur-unsur pembentuk permukiman dan posisinya dalam permukiman; c. tanaman yang ditanam pada pekarangan (yang harus ada, biasanya ada, dan
sering ditanam), tujuan dan pola penanamannya;
d. tanaman yang ditanam pada fasilitas umum seperti pemakaman umum, meunasah dan lainnya serta kawasan pertanian, peternakan dan konservasi, tujuan dan pola penanamannya;
e. kondisi tata hijau Gampong Lubuk Sukon saat ini (elemen yang masih ada dan elemen yang sudah hilang;
f. pemanfaatan tanaman dalam tradisi adat/ budaya Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar, serta sumber perolehan tanaman yang digunakan (dulu dan saat ini).
Analisis
13 wawancara diindentifikasi secara deskriptif dan spasial. Adapun jenis data yang dianalisis meliputi pola pemukiman, karakteristik rumah tinggal, elemen pekarangan rumah, diversitas tanaman, fungsi/ penggunaan tanaman dalam budaya, tata letak penanaman dan kualitas visual tata hijau permukiman. Pola pemukiman, zonasi ruang rumah tinggal dan elemen pekarangan rumah tinggal dianalisis secara deskriptif dan spasial melalui tahapan studi litetarur, survei lapang dan wawancara.
Diversitas vegetasi diperoleh menggunakan beberapa parameter menurut Indriyanto (2006), sebagai berikut.
a. Kelimpahan Vegetasi
Kelimpahan vegetasi merupakan jumlah individu per unit luas atau per unit volume. Kelimpahan dapat diartikan sebagai jumlah individu organisme per satuan ruang. Kelimpahan dapat dihitung dengan rumus berikut:
�������ℎ�� = �����
Dominansi merupakan proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh spesies tumbuhan dengan luas total habitat. Dominansi vegetasi dihitung dengan rumus berikut:
Frekuensi vegetasi digunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisi suatu species tertentu terhadap jumlah total sampel. Frekuensi dapat dihitung dengan rumus berikut:
���������= �����
14
� = − ��ln�� ������ ��=��
� �����
Dengan Pi = Jumlah individu suatu spesies dibagi jumlah total seluruh spesies;
Ni = Jumlah individu spesies i; N total = Jumlah total individu;
H = Indek keragaman Shannon- Wiener.
Nilai perhitungan indeks keragaman (H) tersebut menunjukkan bahwa jika: H<1, keragaman spesies rendah;
1<H<3, keragaman spesies sedang; H>3, keragaman spesies tinggi.
Penilaian kualitas visual pada tapak dilakukan dengan menggunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE). Metode ini dikemukakan oleh Daniel dan Boster (1976). Metode ini dimulai dari tahap pengambilan foto, presentasi slide foto dan penilaian oleh responder melalui kuisioner, serta analisis data. Responden yang menilai sebanyak lima puluh orang responden. Responden merupakan mahasiswa arsitektur lanskap yang memiliki pemahaman mengenai keindahan dalam ilmu arsitektur lanskap. Responden menilai gambar yang ditampilkan pada slide dengan skala nilai 1 – 10 (rendah–tinggi). Penilaian dari responden kemudian diformulasikan menjadi sebuah nilai dengan rumus dibawah ini. Analisa data ditunjukkan untuk mendapatkan nilai SBE yaitu indeks kuantitas pendugaan keindahan suatu lanskap (Daniel dan Boster, 1976).
Dengan Zij = standar penilaian untuk nilai respon ke I oleh responden j; Rj = nilai rata-rata dari semua nilai oleh responden j;
Rij = nilai I dari responden j;
Sj = standar deviasi dari seluruh nilai oleh responden j. ����= ���−��� � 100
Dengan : SBEx = nilai SBE lanskap ke-i; ZLx = nilai rata-rata Z lanskap ke x; ZLs = nilai rata-rata Z lanskap standar.
Berdasarsarkan sebaran nilai SBE yang diperoleh, setiap objek diklasifikasikan menurut skala Likert. Klasifikasi kualitas visual dibagi menjadi kualitas estetika rendah, estetika sedang, dan estetika tinggi. Rentang kelas dihitung dengan rumus berikut.
� =
����−����
15 Dengan Smax = nilai tertinggi;
Smin = nilai terendah;
K = rentang kelas yang digunakan.
Pada setiap lokasi studi digambarkan pola penanaman secara spasial dengan bantuan software Autocad. Kemudian dilakukan penggelompokan kemiripan pola penanaman yang didapatkan dari setiap kelompok area studi.
Sintesis
Sintesis disusun berdasarkan hasil wawancara, studi literartur dan analisis, yang menghasilkan suatu rekomendasi berupa konsep tata hijau berbasis budaya yang ideal pada area lanskap pemukiman Gampong Lubuk Sukon, Aceh Besar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Luas, Letak Administratif dan Batas Tapak
Gampong Lubuk Sukon secara administratif termasuk kedalam Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Gampong Lubuk Sukon memiliki luas 112 Hektar, yang terdiri dari 4 (empat) dusun yaitu: Dusun Darusshalihin, Dusun Darul Makmur, Dusun Darul Ulum, Dusun Darussalam dengan jumlah bangunan kurang lebih 191 unit.
Gampong Lubuk Sukon berbatasan dengan Gampong Lambarieh di sebelah selatan, dibelah oleh sungai Krueng Aceh; Gampong Lubuk Gapuy di sebelah timur; Gampong Dham Pulo di sebelah utara, dan Gampong Pasie Lubuk disebelah barat.
Wilayah selatan merupakan kawasan bantaran sungai Krueng Aceh yang dimanfaatkan oleh masyarakat gampong sebagai area pertanian dan peternakan, khususnya dibidang penggemukan sapi, budidaya tanaman hortikultura (buah-buahan dan sayuran) semusim.
Wilayah timur gampong terdapat juga Krueng Cut (sungai kecil) yang melintasi persawahan dan ladang. Krueng Cut merupakan aliran air yang difungsikan untuk irigasi persawahan. Sungai kecil ini dijaga keasriannya sehingga ditanami tanaman penyangga di sepanjang sisinya. Wilayah tengah gampong adalah tumpok (tempat hunian penduduk), Meunasah, Taman Kanak-kanak.
Wilayah utara berbatasan dengan Gampong Dham Pulo, terdapat pula fasilitas-fasilitas umum seperti; lapangan bola kaki, bangunan untuk fasilitas olahraga, SMA Negeri 1 Ingin Jaya, TK Mekar Jaya, Mesjid Jami’ Al Ikhlas Lubuk serta Tempat Pemakaman Umum di depan Mesjid Jami’. Serta wilayah barat yang mulai berkembang sebagai permukiman baru.
Akses dan Orientasi
16
Sukon hanya berjarak kurang lebih 14 km dari Bandara International Sultan Iskandar Muda dengan waktu tempuh selama kurang lebih 26 menit menggunakan kendaraan bermotor, sehingga mudah di akses oleh wisatawan diluar daerah.
Tanah dan Topografi
Kawasan Gampong Lubuk Sukon merupakan daratan rendah dengan topografi relatif datar. Jenis tanah pada tapak merupakan tanah Alluvial. Tanah Alluvial merupakan tanah Azonal yaitu tanah yang belum menunjukan perkembangan. Tanah Alluvial memiliki kedalaman 30-90 cm, jenis ini subur dan berasal dari pengendapan aliran sungai maupun ledakan gunung berapi.
Iklim
Berdasarkan data Stasiun Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Blang Bintang, Banda Aceh tahun 2014 curah hujan total pada tapak sebesar 2.264,4 mm/ tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November sedangkan curah hujan terendah pada bulan Maret. Suhu udara rata- rata pada tapak sebesar 27,0°C. Kelembaban udara rata-rata sebesar 79,3%. Gambar grafik 1, 2 dan 3 menunjukkan data curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara pada tapak.
Gambar 4 Grafik curah hujan bulanan pada lokasi penelitian
17
Gambar 6 Grafik kelembaban udara pada lokasi penelitian
Sosial Ekonomi
Masyarakat Gampong Lubuk Sukon terdiri dari warga asli Gampong Lubuk Sukon yang menempati rumoh peunulang (rumah warisan) dan warga pendatang yang berasal dari luar gampong. Pada umumnya warga pendatang menikah dengan perempuan Gampong Lubuk Sukon dan menetap di rumoh peunulang karena adat dan faktor lain. Mata pencaharian masyarakat Gampong Lubuk Sukon umumnya bekerja sebagai petani, wirausaha/wiraswasta, dan Pegawai Negeri Sipil.
Fasilitas dan Utilitas
Fasilitas yang terdapat di Gampong Lubuk Sukon tidak hanya digunakan oleh masyarakat Gampong Lubuk Sukon, namun dapat digunakan juga oleh masyarakat mukim atau masyarakat lain. Adapun fasilitas yang terdapat di Gampong Lubuk Sukon, antara lain adalah Meunasah, Taman Kanak-Kanak Malahayati dan Mekar Jaya, mesjid, lapangan, SMA 1 Ingin Jaya, dan tempat pemakaman umum.
Pola Permukiman Gampong Lubuk Sukon
Permukiman tradisional Gampong Lubuk Sukon ditandai dengan dibangunnya beberapa rumah dan sebuah meunasah. Penempatan rumah tinggal dibangun di sekitar meunasah. Rumah-rumah tinggal yang terdapat di Gampong Lubuk Sukon ditata mengikuti arah jalan sehingga penataan rumah tinggal Gampong Lubuk Sukon tertata rapi. Pembangunan rumah tradisional Aceh berorientasi kearah kiblat yang membujur dari timur ke barat. Penataan rumah tinggal juga dilakukan berdasarkan hubungan kekerabatan. Penataan rumah tinggal berdasarkan hubungan kekerabatan yang dikenal dengan istilah tumpok.
18
penataan kawasan permukiman, sehingga membentuk sebuah kawasan permukiman yang tertata.
Peruntukan lahan di Gampong Lubuk Sukon memiliki batasan-batasan yang mengarah pada perwujudan keteraturan pemanfaatan lingkungan dan keseimbangan ekosistem (Darsam et al. 2012). Pembagian ruang di Gampong Lubuk Sukon sesuai dengan adat masyarakat Aceh pada umumnya, yaitu :
a. kawasan permukiman gampong, terdiri dari rumah-rumah dan meunasah yang berada di tengah gampong
b. lahan usaha, peruntukan lahan pertanian berada di luar kawasan permukiman yang berupa persawahan, ladang, dan kebun.
Gambar 7 Ilustrasi pola permukiman
Kepemilikan lahan yang terdapat di Gampong Lubuk Sukon hampir semuanya dimiliki oleh masyarakat lokal. Kepemilikan lahan oleh masyarakat lokal salah satu budaya adat istiadat masyarakat yang masih dipertahankan. Masyarakat yang akan menjual lahannya terlebih dahulu menawarkan kepada sanak saudara, jika tidak ada yang membeli, maka ditawarkan kepada tetangga dan terakhir ditawarkan kepada masyarakat lain.
Ruang Budaya
Pembagian ruang yang terdapat di Gampong Lubuk Sukon juga dapat diklasifikasikan berdasarkan ruang budaya. Ruang budaya merupakan ruang yang digunakan untuk kegiatan budaya atau adat istidat masyarakat Gampong Lubuk Sukon. Pembagian ruang budaya di Gampong Lubuk Sukon dibagi berdasarkan aktivitas yang dilakukan. Adapun pembagian ruang budaya sebagai berikut.
1. Meunasah
19 masyarakat gampong. Meunasah sering digunakan sebagai tempat masyarakat bermusyawarah berbagai hal, serta tempat berkumpul.
2. Tempat kerabat
Tempat kerabat merupakan rumah yang dikunjungi untuk berkumpul. Tempat kerabat ini didasarkan pada hubungan darah/saudara. Bentuk kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan silaturrahmi, memenuhi undangan, menjenguk dan membantu yang terkena musibah dan sebagainya.
3. Lahan pertanian
Masyarakat Gampong Lubuk Sukon umumnya bermata pencarian sebagai petani. Selain sebagai tempat bekerja, sawah juga digunakan sebagai tempat dilaksanakan ritual kanduri blang. Kanduri blang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil panen yang mereka peroleh.
(a) (b)
(c)
Gambar 8 Ruang budaya
(a) Meunasah sebagai pusat aktivitas: maulid (b) rumah sebagai tempat silaturrahmi (c) sawah sebagai tempat kanduri blang (sumber (a) (b) survei lapang, (c) dokumentasi gampong)
Karakteristik Rumah Tinggal
20
Rumoh Aceh Gampong Lubuk Sukun merupakan rumah panggung yang memiliki tinggi beragam dengan tiang penyangga yang terbuat dari kayu pilihan, dinding terbuat dari papan, dan atap dari rumbia. Penggabungan bagian-bagian rumah tidak menggunakan paku, tetapi menggunakan pasak atau tali pengikat. Pada umumnya tinggi Rumoh Aceh sekitar 2,5-3 meter dari atas permukaan tanah. Orientasi Rumoh Aceh Gampong Lubuk Sukun memanjang dari timur ke barat dengan bagian depan menghadap ke timur dan sisi dalam menghadap ke barat. Sisi dalam bagian barat Rumoh Aceh juga digunakan sebagai tempat shalat sehingga siapa pun yang masuk ke dalam Rumoh Aceh tidak mengganggu orang yang sedang melakukan shalat. Arah rumah menghadap ke utara-selatan juga dimaksudkan agar sinar matahari lebih mudah masuk ke dalam ruangan.
Gambar 9 Ilustrasi pembagian ruang Rumoh Aceh
Pada umumnya tinggi pintu Rumoh Aceh Gampong Lubuk Sukun berkisar antara 120-150 cm, hal ini dimaksudkan agar siapa pun yang masuk ke dalam agar menunduk sambil mengucapkan salam. Sebelum masuk ke dalam Rumoh Aceh Gampong Lubuk Sukun diharuskan dalam keadaan bersih salah satunya dengan mencuci kaki. Guci atau bak berisi air yang digunakan untuk mencuci kaki terdapat di sebelah tangga, Selain sebagai tempat mencuci kaki, guci digunakan juga sebagai tempat untuk berwudhu. Ruang-ruang yang terdapat di dalam Rumoh Aceh Gampong Lubuk Sukun dibagi atas fungsi dari setiap ruang yaitu
1. Seuramoe Keue (ruang depan)
21 2. Seramoe Teungoh (ruang tengah)
Ruangan ini merupakan inti dari Rumoh Aceh disebut juga sebagai Rumoh Inong (rumah perempuan). Ruangan ini dibangun lebih tinggi dari ruangan lainnya, karna ruang ini bersifat sangat pribadi. Pada ruangan ini terdapat dua kamar tidur, diantara kedua kamar tidur terdapat rambat (koridor) yang menghubungkan ruang tengah dan ruang belakang.
3. Seramoe Likot (ruang belakang)
Ruangan ini digunakan sebagai dapur dan tempat makan bersama keluarga. Beberapa dari Rumoh Aceh yang terdapat di Gampong Lubuk Sukun merupakan Rumoh Aceh yang dulunya dipindahkan dari berbagai tempat, hal ini dikarenakan berbagai alasan. Pemindahan ini dilakukan dengan cara dibongkar. Beberapa material Rumoh Aceh dipindahkan dengan bantuan perahu atau sampan yang terdapat disungai hal ini karena dulu tidak adanya transportasi seperti sekarang, pemindahan ini dilakukan secara gotong royong oleh warga gampong.
Rumoh Santeut adalah rumah panggung dengan tinggi lebih rendah dari Rumoh Aceh, tinggi Rumoh Santeut sekitar 0,5-1 meter dari permukaan tanah. Rumoh Santeut juga tidak memiliki perbedaan tinggi antara lantai Seramoe Tengoh/ Rumoh Inong dengan Seramoe Keue dan Seramoe Likot serta rambat.
(a) (b)
Gambar 10 Rumah tinggal
(a) Rumoh Aceh (b) Rumoh Santeut (c) rumah modern (Sumber : survei lapang 2015)
22
Karakteristik Tata Hijau Lanskap Permukiman
Pekarangan
Ruang terbuka pekarangan terbagi atas pekarangan depan, samping, dan belakang (Arifin 2010). Rumah tinggal masyarakat Gampong Lubuk Sukon umumnya hanya memiliki pekarangan depan, tetapi beberapa rumah tinggal memiliki pekarangan belakang dan pekarangan samping. Pembagian tanah warisan merupakan salah satu penyebab berkurangnya pekarangan rumah tinggal. Pada awalnya masyarakat Gampong Lubuk Sukon memiliki tanah yang luas, namun salah satu budaya yang melekat pada masyarakat dalam memberikan warisan kepada anak berupa luasan tanah untuk membangun tempat tinggal. Pada umumnya penduduk yang memiliki tanah yang luas di sekitar rumahnya akan dibagikan kepada anak perempuannya menjadi salah satu penyebab luasan lahan pekarangan menjadi berkurang. Letak pekarangan berdasarkan tiga puluh sampel yang terdiri dari rumah tradisional dan rumah beton cukup beragam, jika dikelompokkan terdapat pola disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Tipe pekarangan berdasarkan tata letaknya
Tipe Pola Keterangan
A Pekarangan terletak di depan
dan belakang bangunan rumah
B Pekarangan terletak di depan
23 Tabel 4 Pekarangan berdasarkan letaknya (lanjutan)
Tipe Pola Keterangan
C Pekarangan hanya terletak di
belakang bangunan rumah
D Pekarangan terletak di samping
dan di belakang bangunan rumah
E Pekarangan terletak di depan,
samping dan di belakang bangunan rumah
F Pekarangan hanya terletak di
depan bangunan rumah
(sumber : survei lapang dan wawancara 2015).
24
depan bangunan rumah. Lalu diikuti dengan tipe A, sebanyak 10% yaitu pekarangan terletak di depan dan belakang bangunan rumah.
Gambar 11 Tipe pekarangan berdasarkan tata letaknya
Pekarangan dengan tipe B, F dan A disajikan pada gambar. Pekarangan tipe B terletak didepan dan disamping bangunan rumah (Gambar a). Pekarangan tipe F hanya terletak di depan bangunan rumah (Gambar b). Pekarangan tipe tipe A terletak didepan dan belakang bangunan rumah (Gambar c).
(a)
(b) 10%
40%
4% 3% 3% 40%
Tipe Pekarangan Berdasarkan Letaknya
Tipe A
Tipe B
Tipe C
Tipe D
Tipe E
25
(c)
Gambar 12 Letak pekarangan (a) tipe B, (b) tipe F, (c) tipe A (Sumber : survei lapang 2015)
Pekarangan pada permukiman jika dilihat dari sampel yang diambil, luasannya berkisar antara 150 m2 hingga 1500 m2. Mayoritas masyarakat memiliki pekarangan dengan kisaran luasan antara 150 m2 hingga 390 m2. Luas pekarangan disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5 Pekarangan berdasarkan luasan
No Luas 1) (m2) Kategori Jumlah Presentase
1 <120 Sempit - 0%
2 120-400 Sedang 22 74%
3 400-1000 Luas 7 23%
4 >1000 Sangat Luas 1 3%
Keterangan : 1)Luas plot pekarangan dan rumah, 2) Sumber Arifin (2010) (sumber : survei lapang dan wawancara 2014)
Pada pekarangan masyarakat Lubuk Sukon terdapat elemen hardscape dan elemen softscape. Hardscape atau elemen keras dalam pekarangan memiliki fungsi dan lokasi penempatan yang spesifik. Adapun elemen keras, lokasi penempatannya dan fungsinya tersebut dijelaskan dalam Tabel 6 berikut.
Tabel 6 Elemen keras dalam pekarangan
No Elemen Keras Lokasi Peletakan Fungsi
1 Bak air Dekat tangga/ pintu masuk rumah
Untuk mencuci kaki sebelum masuk ke dalam rumah 2 Conblock/ batu Pekarangan depan yang
terbuka/ tidak ditanami tanaman
1. Agar halaman tidak becek ketika hujan
2. Agar tidak ditumbuhi oleh rumput/ benalu 4 Sumur Pekarangan samping atau
belakang.
26
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 13 Elemen keras dalam pekarangan (a) bak air (b) batu (c) kandang (d) sumur (sumber : survei lapang dan wawancara 2015).
Softscape ataupun elemen lunak dalam pekarangan merupakan material tanaman yang terdapat dalam pekarangan, umumnya memiliki fungsi tertentu. secara umum, tanaman dalam pekarangan dapat dikelompokkan berdasarkan fungsi sebagai berikut.
1. Pagar Hidup
Pagar hidup merupakan barisan perdu yang tumbuh rapat. Pagar tanaman sengaja ditanam sekeliling pekarangan rumah dan dibiarkan tumbuh rapat. Tingginya sekitar 1 meter. Tanaman yang digunakan sebagai pagar hidup adalah teh-tehan (Acalypha macropylla). Menurut masyarakat Gampong Lubuk Sukon ditanamnya tanaman teh-tehan selain sebagai pembatas pekarangan, tanaman teh-tehan juga berfungsi sebagai penyerap polusi, tempat berjemur, tidak disukai nyamuk, mudah dikelola, dan meningkatkan kualitas visual. Pagar tanaman juga relatif aman untuk orang yang berkendara. Pagar tanaman telah digunakan masyarakat dari dulu hingga sekarang, namun beberapa rumah sekarang mengganti pagarnya dengan pagar beton.
2. Tanaman pembatas lahan
27
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 14 Elemen lunak dalam pekarangan
(a) pagar hidup (b) tanaman pembatas lahan (c) tanaman produktif (d) tanaman hias
(sumber : survei lapang dan wawancara 2015)
3. Tanaman produktif
Pada pekarangan masyarakat Gampong Lubuk Sukon umumnya ditanami oleh tanaman produktif. Tanaman produktif merupakan tanaman yang dapat menghasilkan seperti tanaman buah, tanaman obat, tanaman sayur/ tanaman pangan. Tanaman produktif yang biasanya ditanam pada pekarangan oleh masyrakat Gampong Lubuk Sukon antara lain tanaman buah tanaman bumbu dapur, dan tanaman sayur. Tanaman buah biasanya ditanam di pekarangan depan rumah, tanaman dapur dan tanaman sayur ditanam di pekarangan belakang.
4. Tanaman hias
28
Gampong Lubuk Sukon dulunya terkenal sebagai salah satu Gampong yang hampir semua pekarangan rumahnya banyak menanam boh giri (jeruk besar). Jeruk besar ditanam di halaman depan rumah. Jenis jeruk besar yang di tanam berbeda-beda diantaranya jeruk besar lokal, jeruk siam dan jeruk besar mirah-masam. Saat ini keberadaan jeruk besar di Gampong Lubuk Sukon mulai terancam keberadaannya, hal ini dikarenakan jeruk besar tidak dapat tumbuh secara optimal seperti dulu.
Tabel 7 Jenis tanaman pada pekarangan
No Nama Latin Nama Lokal
Pohon
1 Annona muricata Sirsak
2 Annona squamosa Srikaya
3 Areca catecu Pinang
4 Arthocarpus communis Sukun
5 Arthocarpus heterophyllus Nangka
6 Arverrhoa bilimbi Belimbing wuluh
7 Averrhoa carambola Belimbing bintang
8 Cananga odorata Kenanga
9 Carica papaya Pepaya
10 Cinnamomum burmanii Pucuk merah
11 Citrus aurantifolia Jeruk nipis
12 Citrus hystrix Jeruk perut
13 Citrus maxima Jeruk besar
14 Cocos nucifera Kelapa
15 Cyrtostachys renda Palm merah
16 Dimocarpus longan Lengkeng
17 Eugenia aquea Jambu air
18 Gnetum gnemon Melinjo
19 Lannea coromandelica Kuda-kuda
20 Mangifera indica Manga
21 Musa paradisia Pisang
22 Nephelium lappaceum Rambutan
23 Persea americana Alpukat
24 Psidium guajava Jambu batu
25 Ptychosperma macarthurii Palm hijau
26 Punica granatum Delima
27 Spondias dulcis Kedondong
28 Thuja orientalis Thuja
29 Wodyetia bifurcata Palm ekor tupai
Penutup tanah, Perdu, dan Semak
1 Acalypha macropylla Teh-tehan
2 Adenium Kamboja jepang
3 Adiantum sp. Suplir
4 Aglaonema sp. Aglonema
5 Allamanda catartica Alamanda
29 Tabel 7 Jenis tanaman pada pekarangan (lanjutan)
No Nama Latin Nama Lokal
Penutup tanah, Perdu, dan Semak
7 Caesalpinia pulcherrima Bunga merak
8 Caladium sp. Keladi
9 Capsicum sp. Cabai
10 Cordyline sp. Hanjuang
11 Dendrobium sp. Angrek
12 Dracaena sp. Drasena
13 Euphorbia mili Bunga evorbia
14 Gardenia augusta Bunga kaca piring / melur
15 Heliconia sp. Pisang-pisangan
16 Ixora sp. Asoka
17 Jasminum sp. Melati
18 Murraya koenigii Daun kari
19 Nephrolepis sp. Paku jejer
20 Pandanus amaryllifolius Daun pandan
21 Piper betle Sirih
22 Rosa sp. Mawar
23 Sanseviera sp. Lidah mertua
24 Sauropus androgynus Daun katuk
25 Tagetes patula Tai kotok
26 Torenia fournieri Torenia
27 Bouganvillea sp. Bulgenvil
28 Zoysia matrella Rumput Manila
(sumber : survei lapang dan wawancara 2015).
30
Tabel 8 Ilustrasi penataan tanaman pada pekarangan
Tipe Eksisting Ilustrasi
1. Pola struktur alami/ natural (diatur).
2. Pola natural geometrik
(sumber : survei lapang dan wawancara 2015).
Jalur Hijau Jalan
Jalan Gampong Lubuk Sukon dapat dibagi atas jalan utama, jalan lingkungan dan jalan setapak (lorong kecil). Jalan utama memiliki lebar sepanjang tujuh meter, jalan lingkungan memiliki lebar sepanjang empat meter dan jalan setapak memiliki lebar hanya sekitar 1,5–2 meter. Pada Gampong Lubuk Sukon tidak ada penataan khusus untuk jalur hijau jalan.
Pada jalan utama Gampong Lubuk Sukon terdapat gerbang utama. Area gerbang utama berfungsi sebagai area penerimaan (welcome area) ketika memasuki kawasan permukiman. Pada area gerbang utama ditanam pohon asam (Tamarindus indica). Pohon asam ditanam pada bahu jalan berfungsi sebagai tanaman peneduh. Pemilihan tanaman pohon asam yang ditanam pada bahu jalan mengikuti penanaman jalur hijau jalan pada masa kolonial belanda, selain sebagai pohon peneduh pohon asam tidak merusak konstruksi jalan. Tata letak penanaman yang digunakan pada gerbang utama menggunakan pola linear.
31 Tabel 9 Ilustrasi penataan tanaman pada jalan utama dan gerbang utama
Tipe Eksisting Ilustrasi
1. Penanaman pohon pada bahu jalan gerbang utama secara linear.
2 Penanaman pohon pada salah satu bahu jalan secara linear
3 Penanaman tidak pada bahu jalan namun tanaman pada pekarangan masyarakat dan halaman fasilitas, tajuk pohon yang ditanam dekat dengan jalan meneduhi jalan dan pagar tanaman sebagai pengarah.
(sumber : survei lapang dan wawancara 2015).
32
Tabel 10 Jenis tanaman pohon yang terdapat pada jalan utama
No Nama Latin Nama Lokal
1 Casuarina equisetifolia Cemara
2 Mimusoph elengi Tanjung
3 Polyalthia longifolia Glodokan tiang 4 Ptychosperma macarthurii Palm hijau
5 Swetenia mahogani Mahoni
6 Tamarindus indica Asam
(sumber : survei lapang dan wawancara 2015).
Pada area jalan lingkungan tidak ada penanaman pada bahu jalan, hal ini dikarenakan ukuran jalan yang kecil dan tidak adanya area khusus untuk penghijauan jalan. Area jalan lingkungan yang tidak ditanami pohon, pohon yang terdapat pada pekarangan atau lahan masyarakat yang ditanam dekat dengan jalan meneduhi bagian jalan dan pagar tanaman sebagai pengarah. Pada beberapa area jalan lingkungan, terdapat selokan air di samping kiri-kanan jalan (Gambar 15). Beberapa area jalan juga tidak terdapat naungan dari tajuk pohon, hanya pagar tanaman pekarangan yang dapat menjadi tanaman pengarah.
Gambar 15 Jalan lingkungan
33 Tabel 11 Ilustrasi penataan tanaman pada area jalan lingkungan pada jalan setapak
Tipe Eksisting Ilustrasi
1. Tidak ada
(sumber : survei lapang dan wawancara 2015).
Fasilitas Umum Gampong
Menurut UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman merupakan bagian dari lingkungan hunian yang terdiri dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan ataupun pedesaan. Gampong Lubuk Sukon memiliki beberapa fasilitas yang dapat digunakan oleh masyarakat umum, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Meunasah
Meunasah merupakan salah satu komponen penting yang terdapat dalam sebuah gampong. Adanya meunasah merupakan salah satu syarat dibangunnya sebuah gampong. Meunasah adalah tempat masyarakat melakukan shalat, umumnya fungsi meunasah sama dengan mushala. Selain sebagai tempat beribadah meunasah juga digunakan sebagai tempat berkumpul masyarakat untuk bermusyawarah atau mebicarakan masalah gampong, beberapa upacara adat juga dilakukan di meunasah. Tanaman yang paling banyak di gunakan pada halaman meunasah adalah pohon asam jawa. Halaman meunasah yang tidak ditanami tanaman ditutupi oleh batu kerikil. 2. Masjid
34
3. Sekolah
Gampong Lubuk Sukon memiliki beberapa sekolah yang dibangun dalam kawasan gampong diantaranya Taman Kanak-kanak Malahayati, Taman Kanak-kanak Mekar Jaya dan SMA 1 Ingin Jaya. Sekolah yang terdapat di Gampong Lubuk Sukon merupakan milik pemerintah sehingga dapat digunakan oleh masyarakat umum.
4. Lapangan
Masyarakat Gampong Lubuk Sukon menggunakan lapangan sebagai tempat olahraga seperti bermain bola.
5. Pemakaman Umum
Masyarakat Gampong Lubuk Sukon dulunya (sekitar 60 tahun yang lalu) menggunakan pekarang belakang rumah sebagai makam keluarga, namun seiring berjalannya waktu masyarakat menyediakan area khusus digunakan sebagai tempat pemakaman yang dapat digunakan oleh masyarakat gampong. 6. Balai Putro Phang
Masyarakat Gampong Lubuk Sukon menggunakan Balai Putro Phang sebagai tempat kegiatan ibu PKK.
Pada area fasilitas tidak ada pemilihan tanaman khusus yang dipilih untuk setiap areanya. Pohon yang ditanam digunakan sebagai peneduh dan pohon buah. Untuk jenis penutup tanah, semak dan perdu digunakan sebagai penambah estetika. Uraian jenis tanaman yang biasa terdapat di pekarangan masyarakat Gampong Lubuk Sukon dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Jenis tanaman yang terdapat pada halaman fasilitas umum gampong
No
Nama Latin Nama Lokal Area Lokasi
A B C D E F G H
Pohon
1 Acharas zapota Sawo √
2 Aleurites moluccana Kemiri √
3 Arthocarpus
heterophyllus Nangka
√
4 Arverrhoa bilimbi Belimbing wuluh √
5 Averrhoa carambola Belimbing bintang √ 6 Casuarina
equisetifolia Cemara
√
7 Citrus maxima Jeruk besar √
8 Cocos nucifera Kelapa √ √ √
9 Filicium decipiens Kerai payung √
10 Mangifera indica Mangga √ √ √
12 Michelia champaca Cempaka √
13 Mimusoph elengi Tanjung √
14 Musa paradisia Pisang √ √
15 Polyalthia longifolia Glodokan tiang √ √
35 Tabel 12 Jenis tanaman yang terdapat pada halaman fasilitas umum gampong (lanjutan)
No
Nama Latin Nama Lokal Area Lokasi
A B C D E F G H
Pohon
17 Pterocarpus indicus Angsana √ √
18 Ptychosperma
macarthurii palm hijau
√
19 Swetenia mahogani Mahoni √
20 Tamarindus indica Asam Jawa √ √
21 Tectona grandis Jati √
22 Thuja orientalis Thuja √ √
No Penutup tanah, Semak, dan Perdu
1 Acalypha
(sumber : survei lapang dan wawancara 2015).
36
Tabel 13 Ilustrasi penataan tanaman pada area halaman fasilitas
Tipe Eksisting Ilustrasi
Mesjid
1. Pola natural geometrik
TK Malahayati
2. Pola struktur alami natural
(sumber : survei lapang dan wawancara 2015).
Area Pertanian, Perternakan, dan Konservasi
Area pertanian pada Gampong Lubuk Sukon dapat di katagorikan menjadi dua jenis yaitu area persawahan dan area ladang/ kebun. Area persawahan gampong tidak terdapat dalam kawasan Gampong Lubuk Sukon, hanya sedikit area persawahan yang masuk dalam batas gampong. Hal ini dikarenakan pembagian ruang untuk area sawah yang memusat pada satu bagian yang berada diluar gampong namun masih terletak di kawasan mukim. Dalam kawasan permukiman terdapat lahan-lahan di sekitar yang belum di bangun rumah, lahan di sekitar tersebut dimanfaatkan sebagai lahan untuk ditanami oleh berbagai macam tanaman umumnya tanaman buah seperti manga, langsat, rambutan.
37
Gambar 16 Peta kawasan bantaran sungai
Area bantaran sungai merupakan bagian dari kawasan konservasi yang disebut boinah oleh masyarakat Gampong Lubuk Sukon. Pengaturan bantaran sungai sebagai kawasan lindung milik adat telah diatur dalam Qanun Meukuta Alam pada masa Sultan Iskandar Muda. Dalam qanun dijelaskan bahwa 120 depa dari sisi kiri dan kanan merupakan tanah adat yang tidak boleh ditebang pohon/ tanaman lainya. Tanaman yang terdapat pada bantaran sungai boleh diambil hasilnya seperti buah, tetapi tidak boleh ditebang.
(a)
38
(c)
Gambar 17 Kawasan konservasi bantaran sungai
(a) penggunaan lahan pada bantaran sungai (b) perternakan (c) pertanian Lahan yang terdapat pada bantaran sungai Gampong Lubuk Sukun diperbolehkan untuk dikelola secara ekonomi namun tidak untuk pengembangan permukiman. Masyarakat gampong membagi rata area perkepala keluarga, pembagian ini dilakukan secara acak sehingga masyarakat mendapat bagian secara adil. Lahan tersebut digunakan sebagai tempat berladang/ berkebun dan tempat berternak sapi/ kambing. Tanaman yang ditanam pada lahan bantaran sungai merupakan tanaman sayuran, tanaman buah, tanaman bumbu dan tanaman untuk pakan ternak. Uraian jenis tanaman komoditas pertanian pada lahan di sekitar permukiman, lahan bantaran sungai, dan lahan persawahan oleh masyarakat Gampong Lubuk Sukon dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Jenis tanaman komoditas pertanian
No Nama Latin Nama Lokal
Pohon
1 Aleurites moluccana Kemiri
2 Areca catecu Pinang
3 Artocarpus altilis Sukun
4 Artocarpus heterophyllus Nangka
5 Arverrhoa bilimbi Belimbing wuluh
6 Cocos nucifera Kelapa
7 Durio zibethinus Durian
8 Eugenia aquea Jambu air
9 Lannea coromandelica Kuda-kuda
10 Lansium domesticum Langsat
11 Mangifera indica Mangga
12 Moringa oleifera Daun kelor
13 Musa paradisa Pisang
14 Nephelium lappaceum Rambutan
Penutup tanah, Semak, Perdu, dan Merambat
1 Capsicum sp. Cabai
2 Citrullus lanatus Semangka
3 Cucumis melo Melon
39 Tabel 14 Jenis tanaman komoditas pertanian (lanjutan)
No Nama Latin Nama Lokal
Penutup tanah, Semak, Perdu, dan Merambat
5 Manihot utilissima Singkong
6 Pennisetum purpureum Rumput ternak (sumber : survei lapang dan wawancara 2015).
Pada lahan bantaran sungai dan lahan di sekitar permukiman penanaman tanaman dilakukan secara organik dengan tipe pola struktur alami/ natural dimana elemen taman alami mendominasi dan pembuatannya dilakukan dengan penerapan pola garis alami, tetapi masih terasa adanya tatanan yang disengaja (diatur). Ilustrasi penataan tanaman pada lahan bantaran sungai dan lahan di sekitar permukiman dapat dilihat Tabel 15.
Tabel 15 Ilustrasi penataan tanaman pada lahan bantaran sungai dan lahan di sekitar permukiman
No Tipe Eksisting
Lahan Bantaran Sungai
1. Pola Struktur Alami/ Natural
Lahan di sekitar
Permukiman
2 Pola Struktur Alami/ Natural
(sumber : survei lapang dan wawancara 2015).
Kelimpahan Tanaman
Kelimpahan atau densitas merupakan jumlah individu per unit luas atau per unit volume. Dengan kata lain, kelimpahan merupakan jumlah individu per satuan ruang. Kelimpahan merupakan parameter kualitatif yang mencerminkan distribusi relatif spesies dalam suatu komunitas. Kelimpahan juga dapat mencerminkan kerapatan tanaman pada suatu luasan area (Indriyanto 2006).