Kondisi Umum Luas, Letak Administratif dan Batas Tapak
Gampong Lubuk Sukon secara administratif termasuk kedalam Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Gampong Lubuk Sukon memiliki luas 112 Hektar, yang terdiri dari 4 (empat) dusun yaitu: Dusun Darusshalihin, Dusun Darul Makmur, Dusun Darul Ulum, Dusun Darussalam dengan jumlah bangunan kurang lebih 191 unit.
Gampong Lubuk Sukon berbatasan dengan Gampong Lambarieh di sebelah selatan, dibelah oleh sungai Krueng Aceh; Gampong Lubuk Gapuy di sebelah timur; Gampong Dham Pulo di sebelah utara, dan Gampong Pasie Lubuk disebelah barat.
Wilayah selatan merupakan kawasan bantaran sungai Krueng Aceh yang dimanfaatkan oleh masyarakat gampong sebagai area pertanian dan peternakan, khususnya dibidang penggemukan sapi, budidaya tanaman hortikultura (buah- buahan dan sayuran) semusim.
Wilayah timur gampong terdapat juga Krueng Cut (sungai kecil) yang melintasi persawahan dan ladang. Krueng Cut merupakan aliran air yang difungsikan untuk irigasi persawahan. Sungai kecil ini dijaga keasriannya sehingga ditanami tanaman penyangga di sepanjang sisinya. Wilayah tengah gampong adalah tumpok (tempat hunian penduduk), Meunasah, Taman Kanak- kanak.
Wilayah utara berbatasan dengan Gampong Dham Pulo, terdapat pula fasilitas-fasilitas umum seperti; lapangan bola kaki, bangunan untuk fasilitas olahraga, SMA Negeri 1 Ingin Jaya, TK Mekar Jaya, Mesjid Jami’ Al Ikhlas Lubuk serta Tempat Pemakaman Umum di depan Mesjid Jami’. Serta wilayah barat yang mulai berkembang sebagai permukiman baru.
Akses dan Orientasi
Gampong Lubuk Sukon terletak 13,2 km dari ibu kota provinsi Banda Aceh, dapat ditempuh selama kurang lebih 15 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor. Sebagai salah satu Gampong Wisata, Gampong Lubuk
16
Sukon hanya berjarak kurang lebih 14 km dari Bandara International Sultan Iskandar Muda dengan waktu tempuh selama kurang lebih 26 menit menggunakan kendaraan bermotor, sehingga mudah di akses oleh wisatawan diluar daerah.
Tanah dan Topografi
Kawasan Gampong Lubuk Sukon merupakan daratan rendah dengan topografi relatif datar. Jenis tanah pada tapak merupakan tanah Alluvial. Tanah Alluvial merupakan tanah Azonal yaitu tanah yang belum menunjukan perkembangan. Tanah Alluvial memiliki kedalaman 30-90 cm, jenis ini subur dan berasal dari pengendapan aliran sungai maupun ledakan gunung berapi.
Iklim
Berdasarkan data Stasiun Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Blang Bintang, Banda Aceh tahun 2014 curah hujan total pada tapak sebesar 2.264,4 mm/ tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November sedangkan curah hujan terendah pada bulan Maret. Suhu udara rata- rata pada tapak sebesar 27,0°C. Kelembaban udara rata-rata sebesar 79,3%. Gambar grafik 1, 2 dan 3 menunjukkan data curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara pada tapak.
Gambar 4 Grafik curah hujan bulanan pada lokasi penelitian
Gambar 5 Grafik suhu udara bulanan pada lokasi penelitian 0 5 10 15 20 25 30 35 Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des (m m ) 24 25 26 27 28 29 30 Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des ( 0C)
17
Gambar 6 Grafik kelembaban udara pada lokasi penelitian
Sosial Ekonomi
Masyarakat Gampong Lubuk Sukon terdiri dari warga asli Gampong Lubuk Sukon yang menempati rumoh peunulang (rumah warisan) dan warga pendatang yang berasal dari luar gampong. Pada umumnya warga pendatang menikah dengan perempuan Gampong Lubuk Sukon dan menetap di rumoh peunulang karena adat dan faktor lain. Mata pencaharian masyarakat Gampong Lubuk Sukon umumnya bekerja sebagai petani, wirausaha/wiraswasta, dan Pegawai Negeri Sipil.
Fasilitas dan Utilitas
Fasilitas yang terdapat di Gampong Lubuk Sukon tidak hanya digunakan oleh masyarakat Gampong Lubuk Sukon, namun dapat digunakan juga oleh masyarakat mukim atau masyarakat lain. Adapun fasilitas yang terdapat di Gampong Lubuk Sukon, antara lain adalah Meunasah, Taman Kanak-Kanak Malahayati dan Mekar Jaya, mesjid, lapangan, SMA 1 Ingin Jaya, dan tempat pemakaman umum.
Pola Permukiman Gampong Lubuk Sukon
Permukiman tradisional Gampong Lubuk Sukon ditandai dengan dibangunnya beberapa rumah dan sebuah meunasah. Penempatan rumah tinggal dibangun di sekitar meunasah. Rumah-rumah tinggal yang terdapat di Gampong Lubuk Sukon ditata mengikuti arah jalan sehingga penataan rumah tinggal Gampong Lubuk Sukon tertata rapi. Pembangunan rumah tradisional Aceh berorientasi kearah kiblat yang membujur dari timur ke barat. Penataan rumah tinggal juga dilakukan berdasarkan hubungan kekerabatan. Penataan rumah tinggal berdasarkan hubungan kekerabatan yang dikenal dengan istilah tumpok.
Perkembangan pembangunan rumah tinggal dimulai dari pembangunan rumah tinggal yang dibangun di Dusun Darussalam, yang terletak di sekitar meunasah, hal ini menunjukkan bahwa pola permukiman Gampong Lubuk Sukon adalah memusat. Ketika penduduk berkembang dan kebutuhan akan rumah tinggal meningkat, pembangunan rumah tinggal dibangun di bagian timur gampong yaitu di Dusun Darussahlihin dan Dusun Darul Aman. Masyarakat yang tidak memiliki lahan di sekitar kawasan permukiman menukarkan lahan yang dimilikinya di luar kawasan permukiman dengan masyarakat yang memiliki lahan di sekitar di kawasan permukiman. Hal ini menunjukkan salah satu bentuk
0 20 40 60 80 100 Jan Fe b Mar Ap r Mei Jun i Ju li Ags Se p Okt No v De s (%)
18
penataan kawasan permukiman, sehingga membentuk sebuah kawasan permukiman yang tertata.
Peruntukan lahan di Gampong Lubuk Sukon memiliki batasan-batasan yang mengarah pada perwujudan keteraturan pemanfaatan lingkungan dan keseimbangan ekosistem (Darsam et al. 2012). Pembagian ruang di Gampong Lubuk Sukon sesuai dengan adat masyarakat Aceh pada umumnya, yaitu :
a. kawasan permukiman gampong, terdiri dari rumah-rumah dan meunasah yang berada di tengah gampong
b. lahan usaha, peruntukan lahan pertanian berada di luar kawasan permukiman yang berupa persawahan, ladang, dan kebun.
Gambar 7 Ilustrasi pola permukiman
Kepemilikan lahan yang terdapat di Gampong Lubuk Sukon hampir semuanya dimiliki oleh masyarakat lokal. Kepemilikan lahan oleh masyarakat lokal salah satu budaya adat istiadat masyarakat yang masih dipertahankan. Masyarakat yang akan menjual lahannya terlebih dahulu menawarkan kepada sanak saudara, jika tidak ada yang membeli, maka ditawarkan kepada tetangga dan terakhir ditawarkan kepada masyarakat lain.
Ruang Budaya
Pembagian ruang yang terdapat di Gampong Lubuk Sukon juga dapat diklasifikasikan berdasarkan ruang budaya. Ruang budaya merupakan ruang yang digunakan untuk kegiatan budaya atau adat istidat masyarakat Gampong Lubuk Sukon. Pembagian ruang budaya di Gampong Lubuk Sukon dibagi berdasarkan aktivitas yang dilakukan. Adapun pembagian ruang budaya sebagai berikut.
1. Meunasah
Meunasah merupakan pusat aktivitas masyarakat Gampong Lubuk Sukon. Selain sebagai tempat beribadah, meunasah juga sebagai simbol pemersatu
19 masyarakat gampong. Meunasah sering digunakan sebagai tempat masyarakat bermusyawarah berbagai hal, serta tempat berkumpul.
2. Tempat kerabat
Tempat kerabat merupakan rumah yang dikunjungi untuk berkumpul. Tempat kerabat ini didasarkan pada hubungan darah/saudara. Bentuk kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan silaturrahmi, memenuhi undangan, menjenguk dan membantu yang terkena musibah dan sebagainya.
3. Lahan pertanian
Masyarakat Gampong Lubuk Sukon umumnya bermata pencarian sebagai petani. Selain sebagai tempat bekerja, sawah juga digunakan sebagai tempat dilaksanakan ritual kanduri blang. Kanduri blang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil panen yang mereka peroleh.
(a) (b)
(c)
Gambar 8 Ruang budaya
(a) Meunasah sebagai pusat aktivitas: maulid (b) rumah sebagai tempat silaturrahmi (c) sawah sebagai tempat kanduri blang (sumber (a) (b) survei lapang, (c) dokumentasi gampong)
Karakteristik Rumah Tinggal
Rumah tinggal masyarakat Gampong Lubuk Sukon masih didominasi oleh rumah tradisional. Rumah tradisional yang terdapat di Gampong Lubuk Sukon telah dibangun sekitar tahun 1950-1980. Terdapat dua jenis rumah tradisional yang terdapat di Gampong Lubuk Sukon, yaitu Rumoh Aceh dan Rumoh Santeut. Pada awal tahun 1981-an mulai dibangun rumah modern dengan konstruksi beton karena perkembangan infastruktur, tingkat pendidikan serta, variasi mata pencarian. Saat ini pengadaan bahan Rumoh Aceh sulit didapat, serta biaya yang tinggi dan pembuatannya lebih rumit dibandingkan rumah modern sehingga masyarakat memilih membangun rumah modern.
20
Rumoh Aceh Gampong Lubuk Sukun merupakan rumah panggung yang memiliki tinggi beragam dengan tiang penyangga yang terbuat dari kayu pilihan, dinding terbuat dari papan, dan atap dari rumbia. Penggabungan bagian-bagian rumah tidak menggunakan paku, tetapi menggunakan pasak atau tali pengikat. Pada umumnya tinggi Rumoh Aceh sekitar 2,5-3 meter dari atas permukaan tanah. Orientasi Rumoh Aceh Gampong Lubuk Sukun memanjang dari timur ke barat dengan bagian depan menghadap ke timur dan sisi dalam menghadap ke barat. Sisi dalam bagian barat Rumoh Aceh juga digunakan sebagai tempat shalat sehingga siapa pun yang masuk ke dalam Rumoh Aceh tidak mengganggu orang yang sedang melakukan shalat. Arah rumah menghadap ke utara-selatan juga dimaksudkan agar sinar matahari lebih mudah masuk ke dalam ruangan.
Gambar 9 Ilustrasi pembagian ruang Rumoh Aceh
Pada umumnya tinggi pintu Rumoh Aceh Gampong Lubuk Sukun berkisar antara 120-150 cm, hal ini dimaksudkan agar siapa pun yang masuk ke dalam agar menunduk sambil mengucapkan salam. Sebelum masuk ke dalam Rumoh Aceh Gampong Lubuk Sukun diharuskan dalam keadaan bersih salah satunya dengan mencuci kaki. Guci atau bak berisi air yang digunakan untuk mencuci kaki terdapat di sebelah tangga, Selain sebagai tempat mencuci kaki, guci digunakan juga sebagai tempat untuk berwudhu. Ruang-ruang yang terdapat di dalam Rumoh Aceh Gampong Lubuk Sukun dibagi atas fungsi dari setiap ruang yaitu
1. Seuramoe Keue (ruang depan)
Ruangan ini digunakan sebagai tempat menerima tamu, disaat-saat tertentu jika ada upacara perkawinan/ kenduri maka ruangan ini sebagai tempat penjamuan. Selain itu ruangan ini juga digunakan sebagai tempat belajar dan mengaji serta tempat tidur anak laki-laki.
21 2. Seramoe Teungoh (ruang tengah)
Ruangan ini merupakan inti dari Rumoh Aceh disebut juga sebagai Rumoh Inong (rumah perempuan). Ruangan ini dibangun lebih tinggi dari ruangan lainnya, karna ruang ini bersifat sangat pribadi. Pada ruangan ini terdapat dua kamar tidur, diantara kedua kamar tidur terdapat rambat (koridor) yang menghubungkan ruang tengah dan ruang belakang.
3. Seramoe Likot (ruang belakang)
Ruangan ini digunakan sebagai dapur dan tempat makan bersama keluarga. Beberapa dari Rumoh Aceh yang terdapat di Gampong Lubuk Sukun merupakan Rumoh Aceh yang dulunya dipindahkan dari berbagai tempat, hal ini dikarenakan berbagai alasan. Pemindahan ini dilakukan dengan cara dibongkar. Beberapa material Rumoh Aceh dipindahkan dengan bantuan perahu atau sampan yang terdapat disungai hal ini karena dulu tidak adanya transportasi seperti sekarang, pemindahan ini dilakukan secara gotong royong oleh warga gampong.
Rumoh Santeut adalah rumah panggung dengan tinggi lebih rendah dari Rumoh Aceh, tinggi Rumoh Santeut sekitar 0,5-1 meter dari permukaan tanah. Rumoh Santeut juga tidak memiliki perbedaan tinggi antara lantai Seramoe Tengoh/ Rumoh Inong dengan Seramoe Keue dan Seramoe Likot serta rambat.
(a) (b)
Gambar 10 Rumah tinggal
(a) Rumoh Aceh (b) Rumoh Santeut (c) rumah modern (Sumber : survei lapang 2015)
Rumah tinggal Gampong Lubuk Sukon tersusun sangat rapi. Masyarakat Lubuk Sukon membangun rumah ketika akses jalan dibuka, rumah dibanggun menghadap muka jalan sehingga memiliki sirkulasi yang jelas dan tertata rapi. Ketika membangun rumah tukang pembangun rumah merentangkan tali dari satu rumah ke rumah, hal ini dilakukan untuk mensejajarkan muka rumah satu dengan yang lainnya.
22
Karakteristik Tata Hijau Lanskap Permukiman Pekarangan
Ruang terbuka pekarangan terbagi atas pekarangan depan, samping, dan belakang (Arifin 2010). Rumah tinggal masyarakat Gampong Lubuk Sukon umumnya hanya memiliki pekarangan depan, tetapi beberapa rumah tinggal memiliki pekarangan belakang dan pekarangan samping. Pembagian tanah warisan merupakan salah satu penyebab berkurangnya pekarangan rumah tinggal. Pada awalnya masyarakat Gampong Lubuk Sukon memiliki tanah yang luas, namun salah satu budaya yang melekat pada masyarakat dalam memberikan warisan kepada anak berupa luasan tanah untuk membangun tempat tinggal. Pada umumnya penduduk yang memiliki tanah yang luas di sekitar rumahnya akan dibagikan kepada anak perempuannya menjadi salah satu penyebab luasan lahan pekarangan menjadi berkurang. Letak pekarangan berdasarkan tiga puluh sampel yang terdiri dari rumah tradisional dan rumah beton cukup beragam, jika dikelompokkan terdapat pola disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Tipe pekarangan berdasarkan tata letaknya
Tipe Pola Keterangan
A Pekarangan terletak di depan
dan belakang bangunan rumah
B Pekarangan terletak di depan
dan di samping bangunan rumah
23 Tabel 4 Pekarangan berdasarkan letaknya (lanjutan)
Tipe Pola Keterangan
C Pekarangan hanya terletak di
belakang bangunan rumah
D Pekarangan terletak di samping
dan di belakang bangunan rumah
E Pekarangan terletak di depan,
samping dan di belakang bangunan rumah
F Pekarangan hanya terletak di
depan bangunan rumah
(sumber : survei lapang dan wawancara 2015).
Berdasarkan sampel pekarangan, disajikan pada Gambar sebanyak 40% pekarangan memiliki tata letak dengan tipe B. yaitu pekarangan terletak di depan dan di samping bangunan rumah dan tipe F, yaitu Pekarangan hanya terletak di
24
depan bangunan rumah. Lalu diikuti dengan tipe A, sebanyak 10% yaitu pekarangan terletak di depan dan belakang bangunan rumah.
Gambar 11 Tipe pekarangan berdasarkan tata letaknya
Pekarangan dengan tipe B, F dan A disajikan pada gambar. Pekarangan tipe B terletak didepan dan disamping bangunan rumah (Gambar a). Pekarangan tipe F hanya terletak di depan bangunan rumah (Gambar b). Pekarangan tipe tipe A terletak didepan dan belakang bangunan rumah (Gambar c).
(a) (b) 10% 40% 4% 3% 3% 40%
Tipe Pekarangan Berdasarkan Letaknya
Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D Tipe E Tipe F
25
(c)
Gambar 12 Letak pekarangan (a) tipe B, (b) tipe F, (c) tipe A (Sumber : survei lapang 2015)
Pekarangan pada permukiman jika dilihat dari sampel yang diambil, luasannya berkisar antara 150 m2 hingga 1500 m2. Mayoritas masyarakat memiliki pekarangan dengan kisaran luasan antara 150 m2 hingga 390 m2. Luas pekarangan disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5 Pekarangan berdasarkan luasan
No Luas 1) (m2) Kategori Jumlah Presentase
1 <120 Sempit - 0%
2 120-400 Sedang 22 74%
3 400-1000 Luas 7 23%
4 >1000 Sangat Luas 1 3%
Keterangan : 1)Luas plot pekarangan dan rumah, 2) Sumber Arifin (2010) (sumber : survei lapang dan wawancara 2014)
Pada pekarangan masyarakat Lubuk Sukon terdapat elemen hardscape dan elemen softscape. Hardscape atau elemen keras dalam pekarangan memiliki fungsi dan lokasi penempatan yang spesifik. Adapun elemen keras, lokasi penempatannya dan fungsinya tersebut dijelaskan dalam Tabel 6 berikut.
Tabel 6 Elemen keras dalam pekarangan
No Elemen Keras Lokasi Peletakan Fungsi
1 Bak air Dekat tangga/ pintu masuk rumah
Untuk mencuci kaki sebelum masuk ke dalam rumah 2 Conblock/ batu Pekarangan depan yang
terbuka/ tidak ditanami tanaman
1. Agar halaman tidak becek ketika hujan
2. Agar tidak ditumbuhi oleh rumput/ benalu
3. Sebagai hiasan 3 Kandang ayam/
bebek
Pekarangan samping atau pekarangan belakang
Memelihara ternak 4 Sumur Pekarangan samping atau
belakang.
26
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 13 Elemen keras dalam pekarangan (a) bak air (b) batu (c) kandang (d) sumur (sumber : survei lapang dan wawancara 2015).
Softscape ataupun elemen lunak dalam pekarangan merupakan material tanaman yang terdapat dalam pekarangan, umumnya memiliki fungsi tertentu. secara umum, tanaman dalam pekarangan dapat dikelompokkan berdasarkan fungsi sebagai berikut.
1. Pagar Hidup
Pagar hidup merupakan barisan perdu yang tumbuh rapat. Pagar tanaman sengaja ditanam sekeliling pekarangan rumah dan dibiarkan tumbuh rapat. Tingginya sekitar 1 meter. Tanaman yang digunakan sebagai pagar hidup adalah teh-tehan (Acalypha macropylla). Menurut masyarakat Gampong Lubuk Sukon ditanamnya tanaman teh-tehan selain sebagai pembatas pekarangan, tanaman teh-tehan juga berfungsi sebagai penyerap polusi, tempat berjemur, tidak disukai nyamuk, mudah dikelola, dan meningkatkan kualitas visual. Pagar tanaman juga relatif aman untuk orang yang berkendara. Pagar tanaman telah digunakan masyarakat dari dulu hingga sekarang, namun beberapa rumah sekarang mengganti pagarnya dengan pagar beton.
2. Tanaman pembatas lahan
Tanaman pembatas merupakan tanaman yang ditanam sebagai pembatas lahan rumah. Tanaman yang digunakan sebagai tanaman pembatas adalah bak geurundong atau pohon kuda-kuda (Lannea coromandelica). Tanaman ini ditanam pada sisi pekarangan yang tidak terlihat batas-batasnya. Tanaman ini telah digunakan dari dulu hingga sekarang, untuk mengetahui batas lahan rumah dilihat dari diameter pohon kuda-kuda yang kemudian dibagi dua.
27
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 14 Elemen lunak dalam pekarangan
(a) pagar hidup (b) tanaman pembatas lahan (c) tanaman produktif (d) tanaman hias
(sumber : survei lapang dan wawancara 2015) 3. Tanaman produktif
Pada pekarangan masyarakat Gampong Lubuk Sukon umumnya ditanami oleh tanaman produktif. Tanaman produktif merupakan tanaman yang dapat menghasilkan seperti tanaman buah, tanaman obat, tanaman sayur/ tanaman pangan. Tanaman produktif yang biasanya ditanam pada pekarangan oleh masyrakat Gampong Lubuk Sukon antara lain tanaman buah tanaman bumbu dapur, dan tanaman sayur. Tanaman buah biasanya ditanam di pekarangan depan rumah, tanaman dapur dan tanaman sayur ditanam di pekarangan belakang.
4. Tanaman hias
Pada umumya masyarakat Gampong Lubuk Sukon kurang minat menanam tanaman hias, karena masyarakat beranggapan bahwa tanaman hias tidak bisa dikonsumsi, masyarakat hanya menanam tanaman bunga yang digunakan dalam acara adat seperti bunga kenanga, cempaka dan melati dan tanaman bunga yang berkhasiat sebagai obat seperti bunga tai kotok dan kaca piring. Seiring berkembangannya zaman dengan munculnya trend tanaman hias beberapa masyarakat Gampong Lubuk Sukon mulai tertarik menanam tanaman hias namun jumlahnya sangat sedikit. Pada pekarangan masyarakat Gampong Lubuk Sukon tanaman hias ditanam di pekarangan depan. Masyarakat Lubuk Sukon umumnya menanam tanaman hias bunga, dan daun. Tanaman hias biasanya di tanam dalam pot dan diletakkan di dekat teras rumah.
28
Gampong Lubuk Sukon dulunya terkenal sebagai salah satu Gampong yang hampir semua pekarangan rumahnya banyak menanam boh giri (jeruk besar). Jeruk besar ditanam di halaman depan rumah. Jenis jeruk besar yang di tanam berbeda-beda diantaranya jeruk besar lokal, jeruk siam dan jeruk besar mirah- masam. Saat ini keberadaan jeruk besar di Gampong Lubuk Sukon mulai terancam keberadaannya, hal ini dikarenakan jeruk besar tidak dapat tumbuh secara optimal seperti dulu.
Tabel 7 Jenis tanaman pada pekarangan
No Nama Latin Nama Lokal
Pohon
1 Annona muricata Sirsak
2 Annona squamosa Srikaya
3 Areca catecu Pinang
4 Arthocarpus communis Sukun
5 Arthocarpus heterophyllus Nangka
6 Arverrhoa bilimbi Belimbing wuluh
7 Averrhoa carambola Belimbing bintang
8 Cananga odorata Kenanga
9 Carica papaya Pepaya
10 Cinnamomum burmanii Pucuk merah
11 Citrus aurantifolia Jeruk nipis
12 Citrus hystrix Jeruk perut
13 Citrus maxima Jeruk besar
14 Cocos nucifera Kelapa
15 Cyrtostachys renda Palm merah
16 Dimocarpus longan Lengkeng
17 Eugenia aquea Jambu air
18 Gnetum gnemon Melinjo
19 Lannea coromandelica Kuda-kuda
20 Mangifera indica Manga
21 Musa paradisia Pisang
22 Nephelium lappaceum Rambutan
23 Persea americana Alpukat
24 Psidium guajava Jambu batu
25 Ptychosperma macarthurii Palm hijau
26 Punica granatum Delima
27 Spondias dulcis Kedondong
28 Thuja orientalis Thuja
29 Wodyetia bifurcata Palm ekor tupai
Penutup tanah, Perdu, dan Semak
1 Acalypha macropylla Teh-tehan
2 Adenium Kamboja jepang
3 Adiantum sp. Suplir
4 Aglaonema sp. Aglonema
5 Allamanda catartica Alamanda
29 Tabel 7 Jenis tanaman pada pekarangan (lanjutan)
No Nama Latin Nama Lokal
Penutup tanah, Perdu, dan Semak
7 Caesalpinia pulcherrima Bunga merak
8 Caladium sp. Keladi
9 Capsicum sp. Cabai
10 Cordyline sp. Hanjuang
11 Dendrobium sp. Angrek
12 Dracaena sp. Drasena
13 Euphorbia mili Bunga evorbia
14 Gardenia augusta Bunga kaca piring / melur
15 Heliconia sp. Pisang-pisangan
16 Ixora sp. Asoka
17 Jasminum sp. Melati
18 Murraya koenigii Daun kari
19 Nephrolepis sp. Paku jejer
20 Pandanus amaryllifolius Daun pandan
21 Piper betle Sirih
22 Rosa sp. Mawar
23 Sanseviera sp. Lidah mertua
24 Sauropus androgynus Daun katuk
25 Tagetes patula Tai kotok
26 Torenia fournieri Torenia
27 Bouganvillea sp. Bulgenvil
28 Zoysia matrella Rumput Manila
(sumber : survei lapang dan wawancara 2015).
Tata letak penanaman penutup tanah, semak, perdu dan pohon yang digunakan pada pekarangan menggunakan pola organik. Pola penanaman dilakukan secara menyebar pada pekarangan. Peletakan tanaman tergantung dari fungsi dan tata letak pekarangan seperti tanaman bumbu biasanya di tanam di pekarangan belakang, namun pada rumah yang tidak memiliki halaman belakang tanaman bumbu ditanam di pekarangan depan. Dari sampel pekarangan yang diamati terdapat dua tipe pola penanaman yaitu pola natural geometrik dimana elemen taman alami lebih mendominasi, sementara pola yang dtetapkan baik elemen keras ataupun elemen lunak geometris dan pola struktur alami/ natural yaitu elemen taman alami mendominasi, pembuatannya dilakukan dengan penerapan pola garis alami, tetapi masih terasa adanya tatanan yang disengaja (diatur). Ilustrasi penataaan pada pekarangan dapat dilihat pada Tabel 8.
30
Tabel 8 Ilustrasi penataan tanaman pada pekarangan
Tipe Eksisting Ilustrasi
1. Pola struktur alami/ natural (diatur).
2. Pola natural geometrik
(sumber : survei lapang dan wawancara 2015).
Jalur Hijau Jalan
Jalan Gampong Lubuk Sukon dapat dibagi atas jalan utama, jalan lingkungan dan jalan setapak (lorong kecil). Jalan utama memiliki lebar sepanjang tujuh meter, jalan lingkungan memiliki lebar sepanjang empat meter dan jalan setapak memiliki lebar hanya sekitar 1,5–2 meter. Pada Gampong Lubuk Sukon tidak ada penataan khusus untuk jalur hijau jalan.
Pada jalan utama Gampong Lubuk Sukon terdapat gerbang utama. Area gerbang utama berfungsi sebagai area penerimaan (welcome area) ketika memasuki kawasan permukiman. Pada area gerbang utama ditanam pohon asam (Tamarindus indica). Pohon asam ditanam pada bahu jalan berfungsi sebagai tanaman peneduh. Pemilihan tanaman pohon asam yang ditanam pada bahu jalan mengikuti penanaman jalur hijau jalan pada masa kolonial belanda, selain sebagai pohon peneduh pohon asam tidak merusak konstruksi jalan. Tata letak penanaman yang digunakan pada gerbang utama menggunakan pola linear.
Penanaman pada jalan utama menggunakan pola linear, dan tanaman yang digunakan mengutamakan fungsi tanaman peneduh dan tanaman pengarah. Ilustrasi penataan pola penanaman tanaman dapat di lihat pada Tabel 9.
31 Tabel 9 Ilustrasi penataan tanaman pada jalan utama dan gerbang utama
Tipe Eksisting Ilustrasi
1. Penanaman pohon