FREKUENSI DAN INTENSITAS SERANGAN RAYAP TANAH
PADA BANGUNAN GEDUNG
MILIK PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA
YOGIE ZULNI PRATAMA
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Frekuensi dan Intensitas Serangan Rayap Tanah pada Bangunan Gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
ABSTRAK
YOGIE ZULNI PRATAMA. Frekuensi dan Intensitas Serangan Rayap Tanah pada Bangunan Gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dibimbing oleh DODI NANDIKA.
Provinsi DKI Jakarta merupakan wilayah dengan pembangunan infrastuktur, termasuk bangunan gedung yang paling tinggi di Indonesia. Sejalan dengan itu kasus serangan rayap pada bangunan gedung di wilayah tersebut sangat sering terjadi. Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui frekuensi dan intensitas serangan rayap tanah pada bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan bangunan gedung contoh dilakukan dengan teknik pengambilan contoh acak berlapis empat tahap. Spesimen rayap tanah yang ditemukan diidentifikasi dengan kunci pengenalan spesies rayap (Ahmad 1958). Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi serangan rayap tanah pada bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencapai 16.67% dengan intensitas serangan berkategori ringan. Komponen bangunan gedung yang banyak terserang rayap tanah adalah kusen jendela (14.58%), disusul oleh kusen pintu (8.34%), dan rangka atap (4.16%). Adapun spesies rayap tanah yang ditemukan menyerang bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah Microtermes inspiratus
Kemner (Isoptera : Termitidae) dengan frekuensi serangan 77.78%, disusul oleh
Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera : Rhinotermitidae) dengan frekuensi serangan 22.22%. Intensitas serangan rayap rayap tanah paling tinggi terjadi di Kelurahan Cililitan, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.
Kata kunci: bangunan gedung, Jakarta, rayap tanah.
ABSTRACT
YOGIE ZULNI PRATAMA. Frequency and Intensity of Termites Attack on DKI Jakarta’s Government Buildings. Supervised by DODI NANDIKA.
Jakarta is a province with the most developed infrastructure in Indonesia, including its building constructions. However, termites attack were often found on the buildings in this region. This study was conducted to investigate the frequency and intensity of termites attack on Jakarta Government’s buildings. The targeted buildings in this research were selected by four stage stratified random sampling technique. Termites speciemens were collected from attacked buildings, then identified according to (Ahmad 1958). The results of this research showed that the frequency of termites attack on Jakarta Government’s buildings reaches 16.67% with the degree of infestation could classified as light infestation. Compared to other building components, windows sills has the highest termites attack rate (14.58%), followed by door sills (8.34%), and roof truss (4.16%). In addition, Microtermes inspiratus Kemner (Isoptera: Termitidae) have been found as the most frequent termite species attacking the buildings in Jakarta Province with infestation frequency reaches 77.8%, followed by Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae) with infestation frequency of 22.22%. The highest intensity of termites attack occurred in Cililitan Village, Subdistrict Kramat Jati, East Jakarta.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan
FREKUENSI DAN INTENSITAS SERANGAN RAYAP TANAH
PADA BANGUNAN GEDUNG
MILIK PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA
YOGIE ZULNI PRATAMA
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Frekuensi dan Intensitas Serangan Rayap Tanah pada Bangunan Gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Nama : Yogie Zulni Pratama NIM : E24100070
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Dodi Nandika, MS Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi berjudul Frekuensi dan Intensitas Serangan Rayap Tanah pada Bangunan Gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini dibuat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof Dr Ir Dodi Nandika, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dalam memberi masukan, motivasi, dan saran bagi penulis.
2. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, doa, dan kasih sayang yang menjadi sumber motivasi penulis.
3. Ririn Nurul Hidayah yang selalu mendukung, menemani, dan memberikan semangat.
4. Teman-teman THH 47 yang banyak membantu dan memberikan semangat. 5. Seluruh staf Tata Usaha dan Laboran di Departemen Hasil Hutan Fakultas
Kehutanan IPB yang sangat sabar dalam membantu penulis melakukan penelitian.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu dibutuhkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap bahwa skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan teknologi pengendalian rayap pada bangunan gedung di Indonesia. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Tempat dan Waktu 2
Bahan 2
Alat 2
Prosedur 2
Pemilihan Bangunan Gedung Contoh 2
Karakterisasi Bangunan Gedung Contoh 3
Pengukuran Frekuensi Serangan Rayap 3
Pengukuran Intensitas Serangan Rayap 3
Identifikasi Spesies Rayap 4
Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Frekuensi Serangan Rayap 5
Intensitas Serangan Rayap 8
Spesies Rayap Penyerang 9
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 11
LAMPIRAN 14
DAFTAR GAMBAR
1 Rata-rata frekuensi serangan rayap tanah pada banguna gedung
milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di masing-masing
kelurahan contoh 5
2 Rata-rata frekuensi serangan rayap tanah pada bangunan gedung
milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di masing-masing
kecamatan contoh 6
3 Rata-rata frekuensi serangan rayap tanah pada komponen
bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
di Jakarta Barat dan Jakarta Timur 6
4 Serangan Rayap tanah pada rangka atap di salah satu bangunan
gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Jakarta Timur 7
5 Serangan Rayap tanah pada kusen pintu di salah satu bangunan
gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Jakarta Timur 7
6 Serangan Rayap tanah pada kusen jendela di salah satu bangunan
gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Jakarta Barat 7
7 Rata-rata intensitas serangan rayap tanah pada bangunan gedung
milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Jakarta Barat dan
Jakarta Timur 8
8 Rata-rata intensitas serangan rayap tanah pada bangunan gedung
milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di masing-masing
kelurahan contoh 9
9 Kasta prajurt C. curvignathus Holmgren (a) dan M. inspiratus
Kemner (b) yang ditemukan menyerang bangunan gedung milik
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (perbesaran 10x) 10
DAFTAR LAMPIRAN
1 Nama, posisi geografis, dan karakteristik bangunan contoh
di setiap kelurahan contoh 14
2 Sebaran geografis kelurahan contoh dan bangunan contoh 16
3 Sebaran geografis kejadian serangan rayap tanah pada bangunan
gedung contoh 17
4 Frekuensi serangan rayap tanah pada komponen bangunan
gedung contoh di setiap kelurahan contoh 18
5 Sebaran lokasi serangan rayap tanah pada bangunan gedung
menurut spesies 20
6 Frekuensi serangan rayap tanah pada komponen bangunan
gedung di setiap kelurahan contoh 21
7 Frekuensi serangan masing-masing spesies rayap tanah terhadap
bangunan gedung contoh 22
8 Intensitas serangan rayap tanah pada bangunan gedung di setiap
kelurahan contoh 23
9 Hubungan antara umur bangunan gedung contoh dengan kejadian
serangan rayap 25
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada tanggal 2 Mei 2013 Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta menerbitkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 35 tahun 2013 tentang Pedoman Penanggulangan Bahaya Rayap Pada Bangunan Gedung Milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Penerbitan Peraturan Gubernur tersebut dapat dimengerti mengingat:
(1) Aset Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sangat besar (sekitar 400 Triliyun, tahun 2010) dan perlu dilindungi dari kerusakan, termasuk akibat serangan rayap,
(2) Kasus serangan rayap terhadap bangunan gedung di Provinsi DKI Jakarta, khususnya rumah tinggal cukup banyak, serta
(3) Belum ada norma hukum yang dapat dijadikan acuan untuk mengatur upaya pengendalian serangan rayap pada bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Nandika et al. (2003) melaporkan bahwa rata-rata frekuensi serangan rayap pada bangunan perumahan di Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Batam mencapai lebih dari 70%. Robinson (1996) menyatakan bahwa tingginya frekuensi serangan rayap di wilayah perkotaan ditunjang oleh kemampuan rayap yang mampu beradaptasi pada lingkungan kota (urban environment). Fenomena tersebut dijumpai pada beberapa kota di Indonesia yang sedang berkembang, khususnya di kawasan Jabodetabek. Rayap tidak saja menyerang bangunan gedung sederhana yang berfungsi sebagai hunian tetapi juga pada bangunan gedung bertingkat yang berfungsi sebagai kantor, sekolah, hotel, apartement, dan pusat perbelanjaan. Rakhmawati (1996) menduga bahwa kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan perumahan di Indonesia pada tahun 1995 mencapai 1.67 trilyun. Sementara itu Prasetiyo dan Yusuf (2005) melaporkan bahwa kerugian akibat serangan rayap pada bangunan gedung di Indonesia mencapai 224-238 milyar per tahun. Kerugian ekonomis yang diakibatkan serangan rayap pada tahun 1994 di Jakarta Barat dan Jakarta Timur mencapai Rp 67.57 milyar (Safaruddin 1994). Tingkat serangan rayap terhadap bangunan di Kotamadya Jakarta Timur dan Jakarta Barat mencapai kisaran antara 77.35% dan 78.75% (Tarsoen 2004).
2
Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas dirasa perlu dilakukan penelitian tentang frekuensi dan intensitas serangan rayap tanah pada bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan intensitas serangan rayap tanah pada bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, khususnya Dinas Perumahan dan Gedung serta Biro Sarana dan Prasarana Provinsi DKI Jakarta untuk menindaklanjuti Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 35 Tahun 2013 tentang Pedoman Penanggulangan Bahaya Rayap pada Bangunan Gedung milik Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sekaligus untuk menstimulasi tersusunnya standar teknis pengendalian rayap pada banguan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Provinsi DKI Jakarta pada bulan Juni 2014 sampai dengan September 2014.
Bahan
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah alkohol 70%. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gergaji kecil, Global Positioning System (GPS), pinset, kamera, dan botol koleksi.
Prosedur
1. Pemilihan Bangunan Gedung Contoh
Banguan gedung contoh dipilih dengan teknik Pengambilan Contoh Acak Berlapis Empat Tahap (four stages stratified random sampling) sebagai berikut:
Tahap I : Pemilihan dua Kota Contoh secara acak dari enam Kota di Provinsi DKI Jakarta
3 Tahap III : Pemilihan dua Kelurahan Contoh secara acak di masing-masing
Kecamatan Contoh
Tahap IV : Pemilihan enam Bangunan Gedung Contoh di masing-masing Kelurahan Contoh yang terpilih.
Dengan teknik pengambilan contoh tersebut, Kota Jakarta Barat dan Jakarta Timur terpilih sebagai kota contoh. Sementara itu empat kecamatan contoh, delapan kelurahan contoh, dan empat puluh delapan bangunan gedung contoh yang terpilih disajikan pada Lampiran 1.
2. Karakterisasi Bangunan Gedung Contoh
Posisi geografis setiap bangunan gedung contoh ditentukan dengan alat Global Positioning System (GPS). Disamping itu dicatat juga umur bangunan, tipe konstruksi, jumlah ruangan, dan luas bangunan setiap gedung contoh.
3. Pengukuran Frekuensi Serangan Rayap
Pada setiap bangunan gedung contoh di masing-masing kelurahan contoh dilakukan pengamatan ada tidaknya serangan rayap tanah pada komponen bangunan gedung tersebut. Frekuensi serangan rayap pada masing-masing kelurahan contoh dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Frekuensi Serangan Rayap = a a a ya a aya a a
a a a a a − x %
Spesiemen rayap tanah yang ditemukan di bangunan gedung contoh dikoleksi untuk diidentifikasi di laboratorium.
4. Pengukuran Intensitas Serangan Rayap
Pada setiap bangunan gedung contoh yang terserang rayap dilakukan pengamatan terhadap derajat kerusakan komponen bangunan, baik pada bagian upper structure (penutup atap, rangka atap/kuda-kuda, plafon, lispang), main structure (dinding, tiang/kolom), maupun non structure (jendela, pintu, kusen)1). Derajat kerusakan masing-masing bagian dinyatakan dengan skor berskala 1-100. Intensitas serangan rayap pada masing-masing bangunan gedung dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
IK = (40% x SU) + (30% x Sm) + (30% x Sn)2)
dimana :
IK = Intensitas kerusakan akibat serangan rayap pada bangunan gedung contoh SU = Skor kerusakan akibat serangan rayap upper structure bangunan gedung
contoh (skor 1-100)
Sm = Skor kerusakan akibat serangan rayap main structure bangunan gedung contoh (skor 1-100)
1) Ketiga komponen tersebut memiliki bobot penilaian yang berbeda, upper structure
memiliki bobot 40%, main structure berbobot 30%, dan non-structure berbobot 30%.
4
Sn = Skor kerusakan akibat serangan rayap non-structure bangunan gedung contoh (skor 1-100)
5. Identifikasi Spesies Rayap
Spesimen rayap yang ditemukan menyerang bangunan gedung contoh diidentifikasi di Laboratorium Rayap, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor dengan menggunakan kunci pengenalan rayap (Ahmad 1958).
6. Analisis Data
Frekuensi serangan rayap tanah pada bangunan gedung contoh di Provinsi DKI Jakarta di hitung dengan rumus:
FSRijk = T
x
%
dimana :FSRi = Frekuensi serangan rayap tanah pada bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di kelurahan ke-i, kecamatan ke-j, kota-k yang terserang rayap tanah
JBT ijk = Jumlah bangunan gedung contoh yang terserang rayap tanah di kelurahan ke-i, kecamatan ke-j, kota-k
JB ijk = Jumlah bangunan gedung contoh di kelurahan ke-i, kecamatan ke-j, kota-k
Intensitas kerusakan (IK) akibat serangan rayap pada masing-masing bangunan gedung contoh dikelompokkan menjadi empat skala ordinal3)2, yaitu:
A. Baik (IK antara 0 sampai 10)
B. Rusak ringan (IK antara 11 sampai 40) C. Rusak sedang (IK antara 41 sampai 60) D. Rusak berat (IK > 60)
Keempat skala IK tersebut digunakan sebagai dasar pengelompokkan kondisi bangunan gedung contoh, baik menurut wilayah kota, kecamatan, maupun kelurahan.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Frekuensi Serangan Rayap
Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi serangan rayap tanah pada bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencapai 16.67%. Frekuensi serangan ini tergolong cukup tinggi, mengingat saat ini di Provinsi DKI Jakarta sekurang-kurangnya terdapat 3115 bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (BPS 2012), maka diperkirakan hampir 600 bangunan gedung telah terserang rayap tanah. Kelurahan contoh yang paling besar frekuensi serangan rayap tanahnya adalah Kelurahan Cililitan (50%), disusul Kelurahan Cawang dan Kelurahan Cengkareng Timur masing-masing 33.33%, serta Kelurahan Cipinang Besar dan Kelurahan Tegal Alur masing-masing 16.67%. Sedangkan di Kelurahan Cipinang Muara, Kelurahan Kamal, dan Kelurahan Kapuk tidak terjadi serangan rayap tanah (Gambar 1). Hal ini dimungkinkan karena tanah di kelurahan tersebut sering mengalami erosi dan meluapnya air laut yang mengakibatkan kadar pasir dan salinitasnya meningkat. Rudidjaja (1995) menyebutkan rayap tanah menyukai tanah dengan persen liat dan debu cukup tinggi tetapi berkadar pasir rendah.
Tingginya frekuensi serangan rayap tanah pada bangunan gedung pemerintah di Kelurahan Cililitan diduga di kelurahan tersebut ditemukan jenis
rayap tanah Coptotermes curvignatus (Isoptera : Rhinotermitidae). Rayap tanah C. curvignathus (Isoptera : Rhinotermitidae) merupakan jenis rayap perusak kayu
yang paling banyak menyebabkan kerugian di Indonesia (Salbiah dan Puji 2011) khususnya pada bangunan gedung atau perumahan (Yanti et al. 2012). Takematsu
et al. (2006) menyatakan genus Coptotermes spp. merupakan spesies rayap yang sangat merusak kayu di berbagai belahan dunia.Lantera (2014) melaporkan bahwa di Jakarta Timur (khususnya di Kelurahan Cililitan) juga ditemukan spesies rayap tanah yang dikenal sebagai spesies terpenting sebagai perusak kayu dan bangunan di Indonesia yaitu Coptotermes curvignathus. Ditinjau dari skala wilayah
6
kecamatan, frekuensi serangan rayap tanah yang paling tinggi terjadi di Kecamatan Kramat jati (41.66%), Kecamatan Cengkareng (16.67%), dan Kecamatan Kalideres serta Kecamatan Jatinegara masing-masing 8.33% (Gambar 2).
Komponen bangunan yang sering mengalami serangan rayap tanah adalah kusen jendela (14.58%), disusul dengan kusen pintu (8.33%), dan rangka atap 4.16% (Gambar 3). Kayu yang diserang rayap tanah terdegradasi karena anggota koloni rayap tanah relatif lebih banyak dibandingkan rayap kayu kering (Priadi et al. 2010). Keterbatasan sumber makanan membuat rayap mengkonsumsi struktur kayu yang telah dibangun sebagai sumber pangan alternatif (Hanis et al. 2014). Prasetyo dan Yusuf (2005) menyatakan rayap tanah akan merambat ke bagian bangunan yang tingginya lebih rendah dari 15 cm sehingga pintu dan jendela akan mudah terserang oleh rayap. Pintu dan jendela merupakan komponen yang umumnya berhubungan langsung dengan lingkungan luar, sehingga memudahkan rayap untuk menyerang komponen tersebut sedangkan rangka atap letaknya yang lumayan tinggi menyebabkan rayap sulit untuk menyerang. Serangan rayap pada rangka atap, kusen pintu, dan kusen jendela disajikan pada Gambar 4, Gambar 5, dan Gambar 6.
Gambar 2 Rata-rata frekuensi serangan rayap tanah pada bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di masing-masing kecamatan contoh
Gambar 3 Rata-rata frekuensi serangan rayap tanah pada komponen bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Jakarta Barat dan Jakarta Timur
Kusen Jendela Kusen Pintu Rangka Atap
7
Gambar 4 Serangan rayap tanah pada rangka atap di salah satu bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Jakarta Timur
Gambar 5 Serangan rayap tanah pada kusen pintu di salah satu bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Jakarta Timur
8
Hasil analisis Cross-tabulation dan Chi-square Test (Lampiran 8) menunjukkan bahwa tidak terlihat adanya hubungan antara umur bangunan dengan kondisi bangunan (P-Value > 0.05). Sebagai contoh pada bangunan gedung sekolah SDN 02 Tegal Alur yang berumur 28 tahun termasuk dalam kategori kondisi rusak ringan. Sementara itu bangunan gedung sekolah SDN 01 Kamal yang berumur 48 tahun termasuk dalam kategori kondisi yang baik. Hal ini diduga karena pada bangunan gedung contoh banyak yang telah diganti menggunakan bahan non-kayu akibat renovasi. Pada dasarnya sifat bahan bangunan baik batu, semen, logam, alumunium, maupun kayu bila tidak ada faktor penganggu maka akan mencapai umur tak terbatas atau 50 tahun lebih (Sulaiman 2005).
Intensitas Serangan Rayap
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang terserang adalah 23.7. Intensitas serangan rayap pada bangunan contoh di Jakarta Barat lebih besar (24.33) dibandingkan Jakarta Timur (23.33) (Gambar 7). Hal ini dimungkinkan karena bangunan gedung contoh di Jakarta Timur banyak yang telah mengalami renovasi sehingga komponen yang umumnya menggunakan bahan kayu telah diganti dengan bahan lain. Kegiatan tersebut menyebabkan berkurangnya intensitas serangan rayap di bangunan gedung tersebut. Nandika et al. (2003) menyebutkan bahwa faktor yang mendorong serangan rayap pada bangunan antara lain adalah banyaknya kayu yang tertimbun di dalam tanah pada waktu pembangunan, adanya celah pada pondasi tembok, sistem ventilasi kurang baik, kayu yang berhubungan langsung dengan tanah dan kondisi fisik tapak bangunan itu sendiri yang menguntungkan kehidupan rayap. Tarumingkeng (2001) menyatakan serangan rayap C. curvignathus lebih tinggi dan lebih parah apabila yang diserang lebih basah atau kelembaban yang tinggi.
Ditinjau dari skala wilayah kelurahan, kelurahan yang paling besar intensitas serangan rayap tanah adalah Kelurahan Cililitan (34.33), disusul Kelurahan Cengkareng Timur (27), Kelurahan Tegal Alur (19), Kelurahan Cawang (13), dan Kelurahan Cipinang besar (11) (Gambar 8). Tingginya serangan rayap
9 tanah pada bangunan gedung di Kelurahan Cililitan disebabkan di kelurahan
tersebut tergolong Kelas Bahaya I (skor 24) karena terdapat spesies rayap C. curvignathus yang merupakan rayap yang sangat agresif menyerang bangunan
gedung (Lantera 2014).
Spesies Rayap Penyerang
Spesies rayap tanah yang ditemukan menyerang komponen kayu bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yaitu Microtermes inspiratus Kemner (Isoptera : Termitidae) dan Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera : Rhinotermitidae) (Gambar 9). Spesies rayap C. curvignatus merupakan jenis yang paling umum ditemukan di Indonesia dan sangat merugikan (Badaruddin 2007). Spesies rayap yang termasuk dalam famili Rhinotermitidae ini juga sangat umum ditemukan di Asia Tenggara, bahkan sampai ke Jepang (Nandika 2014). Rayap ini umumnya menyerang perumahan, gedung, serta perabotan rumah tangga di Indonesia dan mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat signifikan (Syaukani 2013). Di samping itu kemampuannya dalam menyerang bangunan ditunjang oleh kemampuan jelajahnya yang tinggi baik pada arah jelajah horisontal maupun vertikal (Tarsidoh 2014). Nandika et al. (2003) melaporkan spesies rayap C. curvignathus mampu menyerang bangunan gedung bertingkat hingga lantai 26, bahkan mampu menyerang gedung apartemen dan hotel sampai dengan lantai 33 (Rilatupa 2007). Serangan tersebut bisa terjadi walaupun tidak ada hubungan langsung dengan tanah dengan cara membuat sarang antara didalam bangunan yang jauh dari tanah dan memanfaatkan sumber-sumber kelembaban dan makanan yang tersedia dalam bangunan tersebut. Subekti (2012) menyebutkan bahwa faktor lingkungan seperti curah hujan, suhu, kelembaban, intensitas cahaya, kemiringan lereng, ketinggian tempat, jenis tanah, dan makanan yang tersedia dapat mempengaruhi kegiatan dan perilaku rayap. Curah hujan merupakan pemicu perkembangan eksternal dan mampu merangsang keluarnya kasta reproduksi dari
10
sarang. Perubahan kelembaban mempengaruhi aktivitas penjelajahan rayap, kelembaban rendah membuat rayap bergerak menuju daerah yang suhunya lebih rendah. Suhu lingkungan dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup rayap, suhu optimum bagi kehidupannya sekitar 15- 38ºC. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika melaporkan curah hujan, kelembaban relatif, dan suhu udara di Jakarta Barat dan Jakarta Timur secara berurut-urut sebesar >2000 mm/tahun, 54-93 %, dan >25ºC. Rayap tanah dapat ditemukan mulai ketinggian 0– 1500 m dpl (Subekti et al. 2009). Kehadiran rayap C. curvignathus pada bangunan gedung merupakan indikasi bahaya rayap yang potensial atau hama bangunan yang utama, karena mampu menyerang bagian-bagian komponen bangunan yang tinggi seperti rangka atap dengan tingkat kerusakan yang tinggi (Tarsidoh 2014) sedangkan Rayap M. inspiratus memang tidak seganas C. curvignathus namun keberadaanya tidak dapat diabaikan begitu saja karena rayap ini juga termasuk rayap perusak yang cukup berbahaya. Frekuensi serangan spesies rayap M. inspiratus sebesar 77.78% sedangkan C. curvignathus sebesar 22.22% terhadap bangunan gedung contoh (Lampiran 7). Hal ini dikarenakan spesies rayap M. Inspiratus mudah beradaptasi dengan lingkungan terutama pada dataran rendah sehingga penyebaran geografis rayap ini menjadi tinggi di wilayah DKI Jakarta. Lesmana (2010) menyatakan rayap ini banyak beradaptasi di daerah dataran rendah. Sarangnya berada pada tanah yang dekat dengan pohon-pohon atau bangunan-bangunan. Luas wilayah jelajah dan jarak jelajah M. Inspiratus lebih sempit dan pendek dibandingkan spesies rayap C. curvignathus sehingga intensitas serangan M. Inspiratus lebih rendah daripada C. curvignathus. Luas wilayah jelajah koloni rayap tanah M. Inspiratus hanya mencapai 24 m2 dengan jarak jelajah maksimum 6 m sedangkan luas wilayah jelajah koloni rayap tanah C. curvignathus mencapai 480 m2 dengan jarak jelajah maksimum 51 m (Nandika et al. 2003).
11
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Frekuensi serangan rayap tanah pada bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta rata-rata mencapai 16.67% dengan intensitas serangan berkategori ringan (skor 23.7). Komponen bangunan gedung yang banyak terserang rayap tanah adalah kusen jendela (14.58%), disusul oleh kusen pintu (8.34%), dan rangka atap (4.13%). Adapun spesies rayap penyerang yang ditemukan aktif menyerang bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah Microtermes inspiratus Kemner (Isoptera : Termitidae) dengan frekuensi serangan mencapai 77.78%, disusul oleh Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera : Rhinotermitidae) dengan frekuensi penyerangan 22.22%. Hasil analisis Cross-tabulation dan Chi-square Test menunjukkan bahwa umur bangunan dan kondisi bangunan tidak berpengaruh terhadap frekuensi serangan rayap tanah.
Saran
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu meningkatkan perhatian terhadap upaya pengendalian serangan rayap tanah pada bangunan gedung. Dalam hal ini perhatian khusus diberikan kepada bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Kelurahan Cililitan, mengingat di kelurahan tersebut ditemukan rayap tanah C. curvignathus. Implementasi Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 35 tahun 2013 tentang Pedoman Penanggulangan Bahaya Rayap pada Bangunan Gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta perlu ditunjang oleh sistem pengendalian yang kredibel.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad M. 1958. Key to The Indomalayan Termites dalam Biologia. Lahore. Vol: 4:1-2.
Badaruddin. 2007. Identifikasi rayap dan serangannya di Hutan Pendidikan Unlam Mandiangin Kalimantan Selatan. J Hut Trop Born. 20(18):56-70.
[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. 2014. Data curah hujan DKI Jakarta bulan Maret hingga Juni tahun 2014. Jakarta (ID):BMKG.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Jakarta Dalam Angka. Jakarta (ID):BPS. Hanis AJ, Hasan AA, Nurita AT, Salmah C. 2014. Community Structure of termites
in a hill dipterocarp forest of Belum–Temengor Forest Complex, Malaysia: emergence of pest species. Vol: 62:3-11.
Lantera KG. 2014. Keragaman Spesies Rayap Tanah di Jakarta Barat dan Jakarta Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
12
Nandika D. 2014. Rayap : Hama Baru di Kebun Kelapa Sawit. South East Asia Regional Centre for Tropical Biology. Bogor.
_________, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap : Biologi dan Pengendaliannya. Muhammadiyah University Press. Surakarta.
[PU] Pekerjaan Umum. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 45 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Jakarta (ID). PU.
Prasetiyo KW, Yusuf S. 2005. Mencegah dan Membasmi Rayap Secara Ramah Lingkungan dan Kimiawi. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Priadi T, Nandika D, Sofyan K, Achmad, Witarto AB. 2010. Biodeteriorasi Komponen Kayu Rumah di beberapa Daerah yang Berbeda Suhu dan Kelembabannya. J ITHH. 3(1):26-31.
Rakhmawati D. 1996. Prakiraan kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan perumahan di Indonesia [Skripsi]. Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (ID). Tidak dipublikasikan.
Rilatupa J. 2007. Pendugaan indeks kondisi konstruksi akibat serangan rayap pada komponen bahan berkayu bangunan tinggi [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Robinson WH. 1996. Producing and applying termicide foam. Pest Management. 12: 20-22.
Rudidjaja A. 1995. Keandalan umpan rayap Imidacloprid dalam menekan populasi rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Safarudin. 1994. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan perumahan di dua wilayah DKI Jakarta (Kotamadya Jakarta Barat dan Jakarta Timur) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Salbiah D, Puji H. 2011. Uji Konsentrasi Nematoda Steinernematidae Lokal sebagai Pengendali Hama Coptotermes curvignathus Holmgren. Prosiding. Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia; 2011 Februari 16-17; Bandung, Indonesia. Bandung (ID): Panitia Penyelenggara Seminar Nasional PEI Bandung. hlm 59-62.
Subekti N. 2012. Keragaman jenis rayap tanah di Universitas Negeri Semarang, Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Mapeki XV; 2012 November 6-7;
Makassar, Indonesia. Bogor (ID): Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia. hlm 323-325.
________, Duryadi D, Nandika D, Surjokusumo S, Anwar S. 2009. Sebaran dan karakter morfologi rayap tanah Macrotermes gilvus Hagen di habitat hutan alam. J ITHH 1(1):27-33.
Sulaiman. 2005. Keterandalan konstruksi bangunan pendidikan (studi kasus pada gedung Sekolah Dasar) [Tesis]. Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (ID). Tidak dipublikasikan.
Suryadi D. 2005. Kekokohan konstruksi bangunan Sekolah Dasar Negeri (studi kasus: Kecamatan Cibarusah Kab. Bekasi) [skripsi]. Bogor (ID): Universitas Pakuan.
Syaukani. 2013. Termites Species Richness and Distribution at Residential Area in PT Arun Lng. J Nat 13(1):43-39.
13 University Program in Field of Wood Science 1996-2005. Kyoto (JPN): Kyoto University.
Tarsidoh. 2014. Perlindungan investasi konstruksi dari serangan organisme perusak rayap tanah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tarsoen. 2004. Ekosistem Rayap dan Vektor Demam Berdarah di Lingkungan Permukiman [Internet]. Bogor (ID): [diunduh 4 Juni 2015]. Tersedia pada:https://staff.blog.ui.ac.id/tarsoen.waryono/files/.../33-ekosistem-rayap.pdf Tarumingkeng RC. 2001. Biologi dan Pengendalian Rayap Hama Bangunan di
Indonesia. [Internet]. Bogor (ID): [diunduh pada 2 Juni 2015]. Tersedia pada: http://www.scribd.com/doc/109729487/Biologi-Dan-Pengendalian-Rayap-Hama-Bangunan-DiIndonesia.
14
LAMPIRAN
15
1.2.4 SDN 16 6⁰ 13' 53" 106⁰ 53' 02" 33 Permanen 8 782 1.2.5 SDN 05 6⁰ 13' 45" 106⁰ 53' 57" 39 Permanen 7 412 1.2.6 SDN 03 6⁰ 13' 30" 106⁰ 53' 09" 43 Permanen 16 1500 2. Kecamatan
Kramat Jati 2.1 Cililitan
2.1.1 Kantor Dinas Kebersihan
6⁰ 09' 11" 106⁰ 52' 19" 34 Permanen 26 4042
2.1.2 SDN 01 6⁰ 15' 57" 106⁰ 51' 21" 33 Permanen 7 302 2.1.3 SDN 02 6⁰ 15' 43" 106⁰ 51' 30" 30 Permanen 14 1944
2.1.4 SDN 03 6⁰ 15' 55" 106⁰ 51' 17" 29 Permanen 12 936 2.1.5 SDN 04 6⁰ 16' 11" 106⁰ 52' 07" 29 Permanen 11 1944 2.1.6 Puskesmas 6⁰ 15' 55" 106⁰ 51' 18" 28 Permanen 9 780 2.2 Cawang 2.2.1 SDN 01 6⁰ 15' 37" 106⁰ 51' 56" 4 Permanen 13 660 2.2.2 SDN 03 6⁰ 16' 27" 106⁰ 53' 26" 3 Permanen 15 1327 2.2.3 SDN 11 6⁰ 15' 01" 106⁰ 52' 13" 35 Permanen 11 936 2.2.4 SDN 12 6⁰ 15' 01" 106⁰ 52' 13" 30 Permanen 9 710 2.2.5 SDN 13 6⁰ 15' 38" 106⁰ 52' 21" 30 Permanen 7 582 2.2.6 Puskesmas 6⁰ 15' 08" 106⁰ 52' 12" 32 Permanen 10 910
Catatan :
Dinas PEP : Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta LS : Lintang Selatan
16
17 Lampiran 3 Sebaran geografis kejadian serangan rayap tanah pada bangunan gedung
18
19
2. Kecamatan 2.1 Cililitan 2.1.1 Dinas Kebersihan T
50
Kramat Jati 2.1.2 SDN 01 TT
2.1.3 SDN 02 T
2.1.4 SDN 03 TT
2.1.5 SDN 04 T
2.1.6 Puskesmas TT
2.2 Cawang 2.2.1 SDN 01 T
33.33
2.2.2 SDN 03 T
2.2.3 SDN 11 TT
2.2.4 SDN 12 TT
2.2.5 SDN 13 TT
2.2.6 Puskesmas TT
Catatan :
20
21 Lampiran 6 Frekuensi serangan rayap tanah pada komponen bangunan gedung di
setiap kelurahan contoh
Kota/Kecamatan Contoh Kelurahan Contoh Frekuensi Serangan rayap pada Komponen Bangunan Gedung (%)
Kusen Kusen Rangka Pintu Jendela Atap I. Jakarta Barat
1. Cengkareng 1.1 Kapuk - - -
1.2.Cengkareng Timur - 33.33 16.67
2. Kalideres 2.1 Kamal - - -
2.2 Tegal Alur 16.67 - -
II. Jakarta Barat
1. Jatinegara 1.1 Cipinang Muara - - -
1.2 Cipinang Besar - 16.67 -
2. Kramat Jati 1.1 Cawang 16.67 33.33 -
22
Lampiran 7 Frekuensi serangan masing-masing spesies rayap tanah terhadap bangunan gedung contoh
No Nama Bangunan Contoh Terserang Rayap
Spesies Rayap Penyerang Frekuensi
Serangan Rayap (%)
1 SDN 20 Cengkareng Timur Microtermes inspiratus
77.78 2 SMPN 201 Cengkareng Timur Microtermes inspiratus
3 SDN 02 Tegal Alur Microtermes inspiratus
4 SDN 16 Cipinang Besar Microtermes inspiratus
5 SDN 02 Cililitan Microtermes inspiratus
6 SDN 01 Cawang Microtermes inspiratus
7 SDN 03 Cawang Microtermes inspiratus
8 SDN 04 Cililitan Coptotermes curvignathus 22.22
23 Lampiran 8 Intensitas serangan rayap tanah pada bangunan gedung di setiap
kelurahan contoh
2. Kecamatan Kramat Jati 2.1 Cililitan 2.1.1 Dinas Kebersihan 45
2.1.2 SDN 01 0
2.1.3 SDN 02 17
24
2.1.5 SDN 04 41
2.1.6 Puskesmas 0
2.2 Cawang 2.2.1 SDN 01 14
2.2.2 SDN 03 12
2.2.3 SDN 11 0
2.2.4 SDN 12 0
2.2.5 SDN 13 0
25 Lampiran 9 Hubungan antara umur bangunan gedung contoh dengan kejadian
serangan rayap
9.1 Hubungan antara umur bangunan gedung contoh dengan intensitas serangan Umur Bangunan * Kondisi Bangunan Crosstabulation
Count
Kondisi Bangunan
Total Baik Ringan Sedang
Umur Bangunan 0-20 thn 4 2 0 6
21-40 thn 31 4 3 38
>40 4 0 0 4
Total 39 6 3 48
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 3.822a 4 .431
Likelihood Ratio 4.279 4 .370
Linear-by-Linear Association .711 1 .399
N of Valid Cases 48
a. 8 cells (88.9%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .25. 9.2 Hubungan antara umur bangunan gedung contoh dengan frekuensi serangan
Umur Bangunan * Kondisi Bangunan Crosstabulation
Count
Kondisi Bangunan
Total Tidak Terserang Terserang
Umur Bangunan 0-20 thn 4 2 6
21-40 thn 31 7 38
>40 4 0 4
26
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 1.763a 2 .414
Likelihood Ratio 2.383 2 .304
Linear-by-Linear Association 1.711 1 .191
N of Valid Cases 48
27 Lampiran 10 Kuesioner Kondisi Bangunan Gedung Pemerintah Contoh
A. Lokasi Bangunan Gedung Contoh
1. Nama Gedung : 2. Desa/Kelurahan :
3. Kecamatan :
4. Kota :
B. Data Umum Bangunan Gedung Contoh
1. Tahun Dibangun :
2. Tipe Konstruksi : Permanen/Semi Permanen 3. Jumlah Lantai :
4. Luas Bangunan Lantai Dasar (LD) :
5. Luas Bangunan Total (LB) :
C. Hasil Pengamatan Serangan Rayap
1. Keberadaaan serangan rayap pada bangunan contoh? a.Ada b.Tidak Ada 2. Bila ada, sejak kapan diketahui:
a. Tahun 2014 b. 1 tahun yang lalu
c. Lebih dari 1 tahun yang lalu 3. Komponen bangunan yang diserang
Kode Komponen Bangunan Kerusakan
28
1) Diisi dengan pernyataan kondisi komponen bangunan dimaksud dan skor sebagai berikut:
a. Baik : Komponen bangunan masih berfungsi dan dirawat secara berskala (skor: 0-10)
b. Rusak Ringan : Komponen bangunan masih berfungsi tetapi <10% bagian komponen tersebut mengalami serangan rayap (skor: 11-40) c. Rusak Sedang : Komponen bangunan masih berfungsi tetapi
10%-40% mengalami serangan rayap (skor: 41-60)
d. Rusak Berat : Komponen bangunan mengalami serangan rayap (skor: ≥60).
4. Pernah dilakukan pengendalian a. Belum
b. Pernah, bila ada caranya
29