• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komparasi Pendapatan Usahaternak Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan Dan Mandiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komparasi Pendapatan Usahaternak Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan Dan Mandiri"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPARASI PENDAPATAN USAHATERNAK AYAM RAS

PEDAGING POLA KEMITRAAN DAN MANDIRI

DESSY RIFAH ANSHORY

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komparasi Pendapatan Usahaternak Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri Pada PT Wijayakusuma adalah benar karya saya sendiri dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

(4)
(5)

ABSTRAK

DESSY RIFAH ANSHORY. Komparasi Pendapatan Usahaternak Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.

Pelaku usahaternak ayam ras pedaging berbentuk peternakan rakyat, banyak yang bekerjasama dengan perusahaan dalam bentuk kerjasama kemitraan, dengan harapan dapat menjamin kepastian pasokan sarana produksi dan harga jual produk, serta adanya jaminan pasar atas produk yang dihasilkan. Di sisi lain banyak juga usahaternak ayam ras pedaging diusahakan secara mandiri. Usaha ini juga berkembang pesat seiring perkembangan teknologi dan permintaan terhadap daging ayam. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis karakteristik, bentuk pola usaha, dan menganalisis pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri dalam pembudidayaan ayam ras pedaging. Metode penentuan sampel menggunakan metode sensus untuk peternak mitra dan convenience sampling untuk peternak mandiri, dengan jumlah sampel 23 peternak mitra dan 23 peternak mandiri. Pengolahan dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif (analisis pendapatan, analisis R/C ratio, dan uji t). Pola kemitraan yang dibangun antara peternak mitra dengan PT. Wijayakusuma adalah inti plasma. Kemitraan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan peternak. Namun, peternak mitra memperoleh banyak manfaat seperti bantuan modal, penyuluhan serta pemasaran hasil.

Kata Kunci : mandiri, pendapatan, pola kemitraan.

ABSTRACT

DESSY RIFAH ANSHORY. Comparison of Business Revenue livestock Broiler Partnership and Independent. Conducted by ANNA FARIYANTI.

The broiler livestock business players in the form of folk husbandry, most of them having cooperation with the company shaped partnership, with the hope that they can guarantee certainty of supply of production facilities and selling price of the product with the market guarantee of product yielded On the other side are also many broiler chicken farming cultivated independently. This businesses is also growing fast, as the development of technology and demand for chicken meat. The purpose of this study was to analyze the characteristics, forms of business patterns, and analyze the income of farmers and ranchers partners independent in broiler breeding. The sampling method using census method for breeder partners and convenience sampling for independent farmers, with 23 samples of each breeder partners and independent farmers. The processing is done a descriptive and quantitative (income analysis, analysis of R / C ratio, and t test Pattern partnership is built between breeders partner with PT. Wijayakusuma is the core plasma The Partnership does not effect the increase in the income of breeders. However, breeders partners get so many benefits such as financial aid, counseling and marketing results.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

KOMPARASI PENDAPATAN USAHATERNAK AYAM RAS

PEDAGING POLA KEMITRAAN DAN MANDIRI

DESSY RIFAH ANSHORY

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

NIM : E34110101

r MSi

P embimbing I

Tanggal Lulus: 2 7 JAN

Disetujui oleh

(10)

Puji dan syukur kehadirat Allah atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang akan dilaksanakan mulai sejak bulan Februari 2015 ini adalah Usahaternak, dengan Judul Komparasi Pendapatan Usahaternak Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku dosen pembimbing, Dr Ir Burhanuddin, MM selaku dosen evaluator, Prof Dr Rita Nurmalina, MS selaku penguji utama, dan Yanti Nuraeni Muflikh, Sp, Magribuss selaku penguji akademik. Penulis ucapkan juga terima kasih kepada Manager dan seluruh Staff PT Wijayakusuma yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dan telah membantu dalam pengumpulan data serta seluruh Pegawai dan Peternak dilapangan. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah penulis Helmy Anshory, ibu penulis Ismiyati, adik penulis Endah Esti Anshory dan Ibnu Hasan Anshory. Serta tak lupa penulis ucapkan terimakasih untuk Wahyu Mustika Aji dan teman-teman atas segala doa, kasih sayangnya, motivasi dan bantuanya.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016

(11)

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 4

Karakteristik Peternak Ayam Ras Pedaging di Indonesia 4

Pola Usaha dalam Pembudidayaan Ayam Ras Pedaging di Indonesia 5 Analisis Biaya dan Pendapatan Usahaternak Ayam Ras Pedaging di

Indonesia 6

KERANGKA PEMIKIRAN 7

Kerangka Pemikiran Teoritis 7

Analisis Penerimaan 7

Analisis Biaya 8

Analisis pendapatan 10

Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan 11

Kerangka Pemikiran Operasional 14

METODE PENELITIAN 16

Lokasi dan Waktu Penelitian 16

Metode Pengambilan Sampel 16

Metode Pengumpulan Data 16

Metode Analisis Data 17

GAMBARAN UMUM 16

Gambaran Umum Daerah Penelitian 20

Gambaran Umum PT. Wijayakusuma 23

Kegiatan Produksi Ayam Ras Pedaging 24

HASIL DAN PEMBAHASAN 29

Karakteristik Peternak Mitra dan Peternak Mandiri 29

Pola Usaha Ayam Ras Pedaging 34

Pola Mandiri Usahaternak Ayam Ras Pedaging 39

Keragaman Usaha Ternak Peternak Mitra dan Mandiri 41

Analisis Pendapatan, R/C dan Biaya Persatuan Hasil 47

Analisis Perbedaan Tingkat Pendapatan 48

SIMPULAN DAN SARAN 48

Simpulan 48

Saran 49

DAFTAR PUSTAKA 50

(12)

DAFTAR TABEL

1 Populasi ternak ayam di Indonesia tahun 2011-2014 1

2 Populasi ternak ayam di D.I.Yogyakarta tahun 2011-2013 2

3 Metode analisis data 17

4 Luas desa dirinci menurut penggunaan lahan di Kecamatan Playen tahun

2014 21

5 Luas desa dirinci menurut penggunaan lahan di Kecamatan Paliyan tahun

2014 21

6 Luas desa menurut penggunaan lahan di Kecamatan Karangmojo tahun

2014 22

7 Luas desa menurut penggunaan lahan di Kecamatan Panggang tahun 2014 22

8 Peternak mitra di Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 23

9 Jumlah dan lokasi peternak mitra PT Wijayakusuma di D.I Yogyakarta

tahun 2015 24

10 Sebaran jumlah peternak mitra dan mandiri berdasarkan umur peternak

responden tahun 2015 29

11 Sebaran jumlah peternak mitra dan mandiri berdasarkan pengalaman

beternak ayam broiler responden tahun 2015 30

12 Sebaran jumlah peternak mitra dan mandiri berdasarkan sumber ilmu

pengetahuan peternak responden tahun 2015 30

13 Sebaran jumlah peternak mitra dan mandiri berdasarkan tingkat

pendidikan responden tahun 2015 31

14 Sebaran jumlah peternak mitra dan mandiri berdasarkan tanggungan

keluarga responden tahun 2015 31

15 Sebaran jumlah peternak mitra dan mandiri berdasarkan pekerjaan di luar

usaha ternak responden tahun 2015 32

16 Sebaran jumlah peternak mitra dan mandiri berdasarkan prioritas usaha

ternak ayam broiler responden tahun 2015 32

17 Sebaran jumlah peternak mitra dan mandiri berdasarkan alasan peternak

beternak ayam ras pedaging tahun 2015 32

18 Sebaran jumlah peternak mitra dan mandiri berdasarkan alasan peternak

mitra mengikuti kemitraan tahun 2015 33

19 Sebaran jumlah peternak mitra dan mandiri berdasarkan alasan peternak

tidak mengikuti kemitraan tahun 2015 33

20 Sebaran jumlah peternak mitra dan mandiri berdasarkan status

kempemilikan lahan peternak responden tahun 2015 34

21 Rata-rata pengunaan faktor produksi usaha ternak ayam broiler peternak mitra dan mandiri per periode dengan skala 5 000 ekor tahun 2015 41 22 Biaya DOC, pakan dan obat-obatan peternak mitra dan mandiri dengan

skala 5 000 ekor tahun 2015 42

23 Biaya dan kebutuhan obat-obatan untuk ayam broiler umur 1 hingga 36 Hari Peternak Mitra dan Mandiri dengan skala 5 000 ekor tahun 2015 43 24 Biaya perlengkapan yang dikeluarkan oleh peternak mitra dan mandiri

(13)

mandiri per periode tahun 2015 46 27 Penerimaan usaha ternak ayam broiler per 5 000 ekor peternak mitra dan

mandiri per periode tahun 2015 46

28 Hasil analisis pendapatan, R/C Ratio dan biaya persatuan hasil usaha

ternak ayam broiler per 5000 ekor tahun 2015 47

DAFTAR GAMBAR

1 Kurva penerimaan TR, AR, MR dalam PPS 8

2 Kurva biaya total 9

3 Kurva pendapatan 10

4 Kurva pengaruh kemitraan 10

5 Kerangka pemikiran operasional 15

6 Siklus ayam ras pedaging manajemen PT Wijayakusuma 25

7 Kandang peternak mitra 26

8 Budidaya ayam ras pedaging peternak mitra 29

9 Pola kemitraan PT Wijayakusuma 39

10 Kandang peternak mandiri 39

11 Budidaya ayam ras pedaging 39

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta administrasi Kabupaten Gunungkidul 52

2 Struktur organisasi PT Wijayakusuma 53

3 Pendapatan bersih peternak per periode tahun 2015 53

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha Peternakan ayam pedaging merupakan salah satu usaha yang berpotensi menghasilkan daging. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maka diperlukan pembangunan di bidang peternakan yang lebih cepat menghasilkan produk. Salah satu komoditas ternak yang cukup potensial dalam mencapai tujuan tersebut adalah ayam ras pedaging, di mana ayam ras pedaging merupakan ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi pakan rendah dan siap dipotong pada usia relatif muda (Gustina et al. 2010).

Ayam ras pedaging merupakan salah satu jenis ayam yang memiliki populasi tinggi dibandingkan unggas ayam lainnya seperti ayam petelur dan ayam buras. Populasi ayam ras pedaging dari tahun 2011 hingga 2014 mengalami peningkatan dari tahun ketahun, pada tahun 2011 mencapai 22 persen, pada tahun 2012 peningkatan mencapai 24 persen, pada tahun 2013 mencapai 26 persen dan pada tahun 2014 mencapai 28 persen. Peningkatan populasi ayam ras pedaging dapat di sajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Populasi ternak ayam di Indonesia tahun 2011-2014

Kegiatan Utama 2011 2012 2013 2014

Ayam Buras (ekor) 264 340 274 564 276 777 286 538

Ayam Ras Petelur (ekor) 124 636 138 718 146 622 154 657

Ayam Ras Pedaging (ekor) 1 177 991 1 244 402 1 344 191 1 481 872 Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2014)

Saat ini ayam ras masih merupakan komoditi peternakan yang cepat diproduksi untuk kebutuhan pasar dibandingkan dengan ternak lainnya. Ayam ras pedaging atau yang lebih dikenal dengan ayam broiler memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis ayam ras lainnya. Keunggulan ayam ras pedaging antara lain pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak.

(16)

Pelaku usahaternak ayam ras pedaging yang sebagian besar berbentuk peternakan rakyat, banyak diantaranya bekerjasama dengan perusahaan besar dalam bentuk kerjasama kemitraan. Peranan perusahaan besar sebagai mitra peternak rakyat diharapkan dapat menjamin kepastian pasokan sarana produksi dan harga jual produk, serta adanya jaminan pasar atas produk yang dihasilkan. Pola kemitraan dapat digunakan untuk mengatasi berbagai macam kekurangan yang dihadapi oleh peternak rakyat.

Selain itu pemerintah sangat mendukung adanyah program kemitraan, yang mana di tuangkan dalam pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan, mendefinisikan kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

Usaha peternakan ayam ras pedaging dimulai dengan usaha mandiri guna memenuhi kebutuhan keluarga. Karena diusahakan untuk kebutuhan keluarga maka pada umumnya diusahakan dalam skala kecil. Seiring tuntutan ekonomi dan perkembangan teknologi, usaha peternakan ini pun mulai dikembangkan dalam skala menengah dan besar. Usaha ini berkembang dengan pesat diberbagai provinsi di Indonesia, salah satunya adalah di D.I. Yogyakarta. D.I. Yogyakarta merupakan salah satu provinsi dari duapuluh provinsi yang menghasilkan populasi ayam ras pedaging terbesar di Indonesia. Selama tahun 2011 hingga 2013 pertumbuhan populasi mengalami peningkatan. Perkembangan populasi ayam ras pedaging di D.I. Yogyakarta dapat disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Populasi ternak ayam di D.I.Yogyakarta tahun 2011-2013

Jenis ternak Tahun

2011 2012 2013

Ayam Buras (ekor) 4 019 960 4 060 722 3 993 055

Ayam Ras Petelur (ekor) 3 160 697 3 346 564 3 274 886

Ayam Ras Pedaging (ekor) 5 770 832 5 814 935 6 045 705

Itik (ekor) 516 525 529 839 524 887

Sumber : Dinas Pertanian D.I.Yogyakarta (2013)

D.I. Yogyakarta merupakan salah satu wilayah pengembangan kemitraan ayam ras pedaging. Hal ini dapat dilihat dari jumlah populasi ternak di daerah Yogyakarta, dimana populasi yang paling banyak yaitu pada ternak ayam ras pedaging. Dari data pada Tabel 2, dapat diindikasikan bahwa terjadi peningkatan populasi dari tahun 2011 hingga tahun 2013. Peningkatan ini terjadi sebesar 1 persen pada tahun 2012 hingga 2013. Sedangkan untuk populasi jenis ternak yang lain mengalami penurunan sebesar satu persen. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya pertambahan jumlah peternak ataupun volume produksi sehingga jumlah ayam ras pedaging terus bertambah.

(17)

kerjasama oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Kerjasama tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk kemitraan antara perusahaan inti dengan peternak-peternak kecil. Hal ini tidak saja bertujuan untuk meningkatkan pendapatan peternak tetapi juga bertujuan untuk mewujudkan ketersediaan daging ayam dalam dimensi jumlah, kualitas, waktu dan keterjangkauan.

Perumusan Masalah

Peternak ayam ras pedaging di Daerah Istimewa Yogyakarta dahulu sebagian besar berbentuk peternak rakyat dengan pola usaha mandiri. Usaha ternak mandiri dilakukan peternak dengan cara menyediakan semua sarana produksi secara swadaya dan peternak memiliki kebebasan untuk menjual hasil produknya. Walaupun dapat dengan bebas menentukan kepada siapa mereka menjual produknya, tetapi karena sebagian besar peternak mempunyai lokasi usaha yang terpencar-pencar dan kurangnnya informasi pasar menyebabkan peternak bergantung kepada pedagang perantara yang biasanya langsung mendatangi tempat usaha peternak. Hal ini cenderung menyebabkan harga produk lebih ditentukan oleh pedagang perantara, mengingat posisi tawar peternak umumnya rendah.

Saat ini sebagian besar peternak ayam ras pedaging di Daerah Istimewa Yogyakarta telah bekerjasama dalam bentuk kemitraan dengan perusahaan besar. Pola kemitraan tersebut dilakukan peternak dengan cara menjalin kerjasama atau bermitra dengan perusahaan penyedia sarana produksi, dengan ketentuan peternak diharuskan menjual semua hasil produksinya kepada perusahaan inti sesuai dengan harga yang telah di tentukan oleh inti dan tertera dalam kontrak yang telak disepakati bersama antara peternak dan perusahaan yang bersangkutan.

Dalam kerjasama ini, perusahaan berperan sebagai inti dan peternak berperan sebagai plasma. Sebagai inti, perusahaan menyediakan sarana produksi ternak seperti makanan, Day Old Chick (DOC), obat-obatan dan alat- alat perkandangan seperti tempat pakan, alat pemanas, dan alat lainnya. Pada awal kerjasama, inti akan menyediakan alat kandang, dan peternak wajib untuk mengembalikan biaya dengan cara mencicil setiap kali panen. Tetapi bila peternak mampu menyediakan alat kandang sendiri, maka sebagai plasma ia hanya membeli sarana produksi ternak dari inti seperti DOC, pakan dan vaksin serta pembayarannya dilakukan setelah hasil panen terjual ke inti.

Tujuan yang ingin dicapai melalui kemitraan adalah meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, serta memperluas kesempatan kerja. Kemitraan diharapkan menjadi solusi untuk merangsang tumbuhnya agribisnis peternakan terutama mengatasi masalah peternak yang kurang dalam hal permodalan, teknologi, pasar dan manajemen.

Perusahaan Wijayakusuma merupakan perusahaan perunggasan yang bergerak dibidang peternakan ayam broiler. Perusahaan ini telah menjalankan program kemitraan dengan peternak-peternak kecil di D.I Yogyakarta. Kemitraan agrisbisnis dapat diartikan sebagai jalinan kerjasama dua atau lebih pelaku agribisnis yang saling menguntungkan.

(18)

memproduksi ayam ras pedaging. Selain itu, perbedaan pola pengusahaan juga akan menyebabkan perbedaan pola pemasaran hasil sehingga perlu untuk diketahui mana yang lebih menguntungkan antara usahaternak ayam ras pedaging pola kemitraan atau pola mandiri.

Berdasarkan kondisi di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan yang dapat dikaji dalam penelitian ini, yaitu Apakah terdapat perbedaan pendapatan antara pola kemitraan dengan pola mandiri dalam usaha ternak ayam ras pedaging

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis karakteristik antara peternak mitra dengan peternak mandiri

2. Menganalisis bentuk pola usaha dalam pembudidayaan ayam pedaging.

3. Menganalisis pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri dalam pembudidayaan ayam ras pedaging.

Ruang Lingkup Penelitian

Komoditas yang dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah peternakan ayam ras pedaging pola kemitraan dan pola mandiri. Dimana objek yang diamati dalam penelitian ini adalah peternak pola kemitraan dan pola mandiri dalam satu periode budidaya. Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah mengenai pengaruh pola usaha dengan membandingkan pendapatan peternak pola kemitraan dan peternak pola mandiri.

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Peternak Ayam Ras Pedaging di Indonesia

Usaha peternakan ayam broiler memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, mengingat peranannya dalam pemenuhan kebutuhan akan daging relatif murah dan pengusahaannya dilakukan secara massal, sehingga produksi ayam broiler lebih mendominasi dari pada produksi daging lainnya (Sirajuddin et al. 2013, Rachmayanti 2004, Deshinta 2006, Maulana 2008, Fitriza et al. 2012, Windarsari 2012, Azizah et al. 2013, Imaduddin 2001).

(19)

peternakan ayam menentukan besarnya pendapatan dan keuntungan pelaku usaha (Fitriza et al. 2012).

Populasi ternak yang dimiliki peternak plasma bervariasi mulai dari yang terkecil yaitu 3 000 ekor hingga yang terbesar dengan populasi 20 000 ekor. Skala I kepemilikan usahaternak dibagi menjadi tiga skala usaha yaitu skala I dengan populasi ternak dibawah 8 700 ekor, Skala II dengan populasi ternak antara 8 700 ekor hingga 14 400 ekor, dan skala III dengan populasi ternak diatas 14 400 ekor (Rachmayanti 2004).

Karakteristik peternak mitra dan mandiri tidak terlalu berbeda. Sebagian besar telah memiliki pengalaman beternak ayam broiler yang cukup lama. Hal yang berbeda hanyalah alasan untuk mengikuti atau tidak mengikuti kemitraan. Para peternak mengikuti kemitraan karena kesulitan modal untuk menjalankan usaha secara komersial dan selama beternak sedangkan peternak mandiri tidak mengikuti kemitraan karena memiliki modal dan mampu memasarkan (Deshinta 2006).

Pola Usaha dalam Pembudidayaan Ayam Ras Pedaging di Indonesia

Kemitraan adalah suatu bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih. Pihak yang terlibat dapat terdiri atas pengusaha, buruh, pemasok, pelanggan, petani, atau pemerintah. Hubungan kerjasama ini dapat bersifat formal yaitu dengan sistem kontrak dan berada pada kalangan intern ataupun tidak formal yang tidak terlibat kontrak dan berhubungan dengan lingkungan perusahaan. Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan besar yang disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah dan besar yang disertai prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Pada hakikatnya kerjasama kemitraan berfungsi untuk memperkokoh struktur ekonomi nasional.

Kemitraan agribisnis adalah hubungan bisnis usaha pertanian yang melibatkan satu, sekelompok atau beberapa kelompok orang/badan dimana masing-masing pihak memperoleh penghasilan dari usaha bisnis yang sama atau saling berkaitan dengan tujuan menjamin terciptanya keseimbangan, keselarasan dan keterpaduan yang dilandasi rasa saling menguntungkan dan saling memerlukan (Imaduddin 2001).

Keberadaan perusahaan kemitraan ayam broiler telah dapat membantu usaha budidaya ayam broiler tetap maju dan berkembang. Oleh sebab itu, pasca krisis ekonomi usaha peternakan ayam broiler tetap dapat dijalankan oleh peternak walaupun status peternak sudah beralih menjadi peternak mitra perusahaan (Lestari 2009).

(20)

akhirnya akan meningkatkan pendapatan peternak. Kemitraan yang diikuti oleh peternak dapat dianalisis peranannya dengan melakukan perbandingan antara peternak mitra dan peternak mandiri (Deshinta 2006).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerjasama kemitraan antara perusahaan inti dengan peternak plasma dijalankan berdasarkan perjanjian yang telah disepakati dan ditandatangani kedua belah pihak. Perusahaan inti memiliki kewajiban untuk menyediakan sarana produksi ternak, melakukan pembinaan, dan memasarkan hasil panen peternak plasma sedangkan kewajiban peternak plasma adalah menyediakan kandang, memelihara ayam broiler, melaporkan kepada inti jika terjadi kematian atau serangan penyakit, menggunakan sarana produksi ternak dari inti, dan menjual hasil panen kepada inti (Sirajuddin et al. 2013, Rachmayanti 2004, Deshinta 2006, Maulana 2008, Fitriza et al. 2012, Windarsari 2012, Azizah et al. 2013, Imaduddin 2001).

Analisis Biaya dan Pendapatan Usahaternak Ayam Ras Pedaging di Indonesia

Salah satu cara untuk mengukur manfaat pola kemitraan dibandingkan dengan pola mandiri pada usahaternak ayam ras pedaging adalah dengan melihat perbedaan pendapatan peternak untuk tiap satu ekor ternak yang mereka hasilkan. Pendapatan merupakan selisih dari nilai penerimaan terhadap nilai pengeluaran (biaya). Biaya usahaternak ayam ras pedaging merupakan nilai dari semua pengeluaran yang dipergunakan dalam menghasilkan produk per ekor ayam ras pedaging (Fitriza et al. 2012, Windarsari 2012, Azizah et al. 2013).

Keberhasilan besar-kecilnya produksi yang diperoleh dalam usaha agribisnis ditentukan oleh ketersediaan faktor produksi atau input. Faktor yang menentukan keberhasilan suatu usaha yaitu faktor lahan, modal untuk membeli bibit, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen (Soekartawi 2002).

Studi analisis mengenai usahaternak ayam ras pedaging telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Sebagian besar penelitian tersebut mengarah kepada analisis pendapatan dan keuntungan dari para peternak dengan pola kemitaan maupun mandiri. Dalam beberapa penelitian, biaya yang dikeluarkan dikelompokan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya sewa kandang dan biaya untuk alat-alat kandang seperti tempat pakan, tempat minum dan alat pemanas (gasolec). Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang habis digunakan dalam satu periode produksi ayam ras pedaging. Biaya-biaya ini meliputi biaya DOC, biaya pakan, obat-obatan, vaksin, biaya tenaga kerja dan biaya-biaya lainnya (gas, listrik, gula merah, sekam).

Dalam beberapa penelitian terdahulu, biaya dihitung untuk satu kali periode produksi antara 30 hingga 35 hari, mulai dari persiapan untuk berproduksi, proses produksi dan pemanenan. Sedangkan penerimaan usahaternak ayam ras pedaging adalah nilai dari penjualan per ekor ayam ras pedaging. Setiap ekor ayam ras pedaging yang siap dijual memiliki berat rerata 1.79 kg.

(21)

Pendapatan yang diterima oleh masing-masing peternak dari dua sistem yang berbeda merupakan imbalan balas jasa dari keseluruhan aktivitas dalam proses budidaya ternak ayam ras pedaging. Keuntungan yang diperoleh merupakan selisih antara total nilai produksi yang merupakan hasil perkalian produksi ayam ras pedaging dengan harga jual terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Semakin besar nilai produksi dihasilkan dan semakin sedikit total nilai biaya yang dikeluarkan, maka akan menghasilkan jumlah keuntungan besar. Demikian sebaliknya, semakin sedikit jumlah nilai produksi yang diterima dan semakin besar total input yang digunakan maka akan menghasilkan keuntungan yang kecil (Mahyudi et al. 2010).

Hasil Penelitian Imaduddin (2001) menyatakan bahwa, skala 1 dangan populasi 500 hingga 9 000 ekor memiliki pendapatan rata-rata sebesar Rp 5 125 518/ peternak/periode, skala II dengan populasi diatas 9 000 hingga 18 000 ekor pendapatan rata-rata sebesar Rp 12 213 896/ peternak/periode, dan skala III dengan populasi diatas 18000 hingga 55 000 ekor memiliki pendapatan rata-rata sebesar Rp 32 699 074/ peternak/periode. Hal ini disebabkan karena semakin besar skala usaha semakin besar pula pendapatan yang diperoleh.

Data yang akan diolah dan dianalisis dalam beberapa penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif mengenai gambaran umum pelaksanaan kemitraan dan profil para pelaku kemitraan akan dianalisis secara deskriptif. Sedangkan data kuantitatif menggunakan analisis pendapataanalisis R/C ratio, dan uji t. Kemudian diolah dengan menggunakan program komputer dan disiapkan dalam bentuk tabulasi, sampai akhirnya diuraikan secara deskriptif (Sirajuddin et al. 2013, Rachmayanti 2004, Deshinta 2006, Maulana 2008, Fitriza et al. 2012, Azizah et al. 2013, Imaduddin 2001).

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis pada penelitian ini meliputi analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan pengaruh kemitraan. Secara rinci penjelasan mengenai kerangka pemikiran teoritis dapat dilihat dibawah ini.

Analisis Penerimaan

Penerimaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh para pelanggan selama periode tertentu berdasarkan sekelompok kondisi tertentu. Kerangka waktu tersebut dapat satu jam, satu hari, satu tahun atau periode lainya. Kondisi-kondisi yang harus dipertimbangkan mencakup harga barang yang bersangkutan, harga dan ketersediaan barang yang berkaitan perkiraan akan perubahan harga, pendapatan konsumen, selera dan preferensi konsumen, pengeluaran periklanan, dan sebagainya (Pappas 1995).

(22)

Penerimaan kotor usaha ternak adalah jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu kegiatan usaha ternak dikalikan dengan harga jual yang berlaku dipasaran. Adapun penerimaan usaha ternak adalah merupakan hasil perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Siregar 2009).

Penerimaan total (total revenue) perusahaan sama dengan jumlah output (Q) dikali harga jual (P). Karena harga telah ditetapkan, penerimaan rata-rata (average revenue) dan penerimaan marjinal (marginal revenue) adalah sama dengan harga. Dengan demikan kurva permintaan (D) sama dengan kurva penerimaan rata-rata (AR) sama dengan kurva penerimaan marjinal (MR) dan sama dengan harga (P), seperti pada Gambar 1.

Sumber : Soekartawi (2011)

Gambar 1 Kurva Penerimaan TR, AR, MR dalam PPS

Penerimaan tunai usahatani didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan uasahatani. Sedangkan pengeluran usahatani didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani. Dalam pengeluaran tunai usahatani tidak mencakup bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok (Soekartawi 2011).

Analisis Biaya

Keberhasilan mengelola usahatani dapat diukur dari pengeluaran dan pendapatan yang diperoleh. Pendapatan kotor usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik dijual maupun yang tidak dijual. Seluruh produk dinilai berdasarkan harga kontrak yang ditetapkan oleh perusahaan inti.

Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk, yang sifatnya tidak dapat dihindari, dapat diperkirakan dan diukur. Biaya produksi merupakan kompensasi yang diterima

(23)

oleh pemilik faktor-faktor produksi. Biaya yang dilakukan pada periode tertentu, dikenal dengan biaya tetap dan biaya variabel. Menurut Tobing (2000), komponen-komponen biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi budidaya ayam dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Komponen biaya tetap terdiri atas biaya penyusutan kandang dan peralatan, biaya opportunitas dan lainnya. Komponen biaya variabel terdiri dari biaya pakan, DOC, obat-obatan, tenaga kerja, sekam, kapur, gula, minyak tanah, gas dan listrik.

Biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Faktor biaya sangat menentukan kelangsungan proses produksi. Menurut Soekartawi (2006) biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

1. Biaya tetap total (Total Fixed Cost/ TFC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit, misalnya: sewa tanah, sewa gudang, pajak dan lainnya.

2. Biaya variabel total (Total Variable Cost/ TVC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, misalnya: biaya sarana produksi, upah tenaga kerja, biaya angkut, dan sebagainya.

Jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel disebut dengan biaya total (TC). Biaya total usahatani diartikan sebagai nilai semua masukkan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi. Biaya usahatani dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya tunai dan non tunai. Biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam usaha ayam broiler ini akan berpengaruh pada pendapatan yang diterimanya.

Sumber : Soekartawi (2011)

Gambar 2 Kurva Biaya Total

Menurut Soekartawi (2011) terdapat dua macam biaya produksi dalam menghitung pendapatan usahatani yaitu:

1. Biaya tunai adalah pengeluaran aktual yang dilakukan oleh petani untuk membeli sumberdaya (faktor produksi) yang digunakan dalam suatu proses produksi. Biaya tunai mengacu pada pembelanjaan yang nyata yang menyangkut pembelian atau pengadaan kebutuhan input.

2. Biaya non tunai adalah biaya oportunitas dari penggunaan faktor produksi yang dimiliki oleh petani dalam proses produksi. Biaya non

TC

TVC

TFC

(24)

tunai sering tidak dianggap sebagai biaya di dalam proses produksi. Biaya non tunai mengacu pada nilai input yang dimiliki petani yang digunakan oleh petani untuk proses produksi

Soekartawi (2011) menyatakan bahwa penerimaan adalah nilai hasil dari output atau produksi karena perusahaan telah menjual atau menyerahkan sejumlah barang atau jasa kepada pihak pembeli. Selanjutnya dikatakan penerimaan perusahaan bersumber dari penjualan hasil usaha, seperti panen dari peternak dan barang olahannya.

Analisis pendapatan

Pendapatan tunai usahatani adalah selisih antara penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran tunai usahatani dimana digunakan untuk mengukur kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai. Terdapat pula kelebihan uang tunai usahatani yang merupakan uang tunai yang dihasilkan untuk keperluan rumahtangga. Pendapatan tunai rumah tangga merupakan kelebihan uang tunai usahatani ditambah dengan penerimaan tunai rumahtangga, dimana digunakan oleh petani untuk pembayaran-pembayaran yang tidak ada kaitanya dengan usahatani. Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual, selain itu digunakan sebagai ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani.

Sumber : Soekartawi (2011)

Gambar 3 Kurva Pendapatan

(25)

didefinisikan sebagai pengeluaran yang digunakan untuk tanaman atau ternak tertentu dan jumlahnya berubah kira-kira sebanding dengan besarnya produksi tanaman atau ternak tersebut. Sedangkan Pengeluaran tetap ialah pengeluaran usahatani yang tidak bergantung kepada besarnya produksi.

Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai dan pengeluaran tidak tunai. Jadi nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda atau berdasarkan kredit harus dimasukkan sebagai penegluaran. Hal uang sama berlaku bagi produksi usahatani yang digunakan untuk bibit atau makanan ternak. Apabila di usahatani itu digunakan mesin-mesin pertanian, maka harus diperhitungkan penyusutannya dan dianggap sebagai pengeluaran. Penyusutan ini merupakan penurunan nilai inventaris yang disebabkan oleh pemakaian selama tahun pembukuan.

Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani dan digunakan untuk mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Karena itu ia merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani (Soekartawi 2011).

Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan

Kemitraan adalah kerja sama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Sedangkan maksud dan tujuan kemitraan adalah untuk meningkatkan pemberdayaan usaha kecil di bidang manajemen, produk, pemasaran, dan teknis, di samping agar bisa mandiri demi kelangsungan usahanya sehingga bisa melepaskan diri dari sifat ketergantungan.

Untuk mengembangkan dan melaksanakan kemitraan bisa dengan salah satu atau lebih dari pola-pola kemitraan yang ada. Salah satu pola kemitraan adalah pola inti plasma. Dalam pola inti plasma usaha menengah atau usaha besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil sebagai plasma. Perusahaan ini melaksanakan hal –hal teknis, sampai dengan pemasaran hasil produksi. Usaha besar dan atau usaha menengah sebagai inti membina dan mengembangkan usaha kecil yang menjadi plasmanya dalam hal, penyediaan dan penyiapan lahan, penyediaan sarana prasarana, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha produksi (Tohar 2002).

Sedangkan menurut Hafsah (1999) kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama, dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentuikan oeh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.

(26)

melalui perwujudan sinergi kemitraan, yaitu terwujudnya hubungan yang saling membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat.

Kemitraan usaha bersama bertujuan untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, jaminan suplai jumlah, kualitas produksi, meningkatkan kualitas kelompok mitra, peningkatan usaha, dalam rangka membutuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra yang mandiri (Martodireso dan widada 2002).

Pengertian kemitraan selain diterangkan oleh para ahli juga terdapat secara jelas pada peraturan perundang-undanagn antara lain.

1. Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian yang tertuang pada Undang-Undang No. 9 Tahun 1995, tentang Usaha Kecil. Kemitraan kerja sama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Dimana kemitraan dilaksanakan dengan pola inti plasma, subkontrak, dagang umum, waralaba, keagenan, dan bentuk-bentuk lain. Sedangkan hubungan kemitraan dituangkan dalam bentuk perjanjian tertulis yang sekurang-kurangnya mengatur bentuk dan lingkup kegiatan usaha kemitraan, hak dan kewajiban masing-masing pihak, bentuk pembinaan dan pengembangan, serta jangka waktu dan penyelesaian perselisihan.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 6 tahun 2013 tentang pemberdayaan peternak. Kemitraan usaha adalah kerjasama yang saling menguntungkan dan saling memperkuat antara usaha kecil dan usaha menengah/besar di bidang peternakan atau di bidang kesehatan hewan. Dalam melakukan kemitraan, perusahaan peternakan harus melaksanakan pendidikan, pelatihan, penyuluhan dan proses alih teknologi, sedangkan peternak harus mengikuti pendidikan dan pelatihan, pemagangan, dan/ atau penyuluhan yang dilaksanakan oleh perusahaan peternakan, serta menerapkan teknologi yang diberikan perusahan peternakan.

3. Praturan Presiden Republik Indonesia no 48 tahun 2013 tentang budidaya hewan peliharaan adalah “usaha yang dilakukan di suatu tempat tertentu pada suatu kawasan budidaya secara berkesinambungan untuk hewan peliharaan dan produk hewan. Kemitraan sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 penyelenggaraan budidaya hewan pliharaan dapat melakukan kemitraan dengan menyelenggarakan budi daya hewan peliharaan. Kemitraan budi daya hewan peliharaan dilakukan berdasarkan perjanjian yang saling memerlukan, memperkuat, menguntungkan, dan berkeadilan. Sedangkan pada pasal 20, kemitraan dapat dilakukan antar peternak, antara peternak dengan perusahaan peternakan, dan antara peternak dengan perusahaan di bidang lain.

(27)

pertanian berdasarkan azas persamaan kedudukan, keselarasan dan peningkatan keterampilan kelompok mitra oleh perusahaan mitra melalui perwujudan sinergi kemitraan yaitu hubungan yang saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan. Saling memerlukan dalam arti perusahaan mitra memerlukan pasokan bahan baku dan kelompok mitra memerlukan penampungan hasil dan bimbingan. Saling memperkuat artinya kelompok mitra maupun perusahaan mitra sama-sama memperhatikan tanggung jawab moral dan etika bisnis. Saling menguntungkan yaitu baik kelompok mitra dan perusahaan mitra memperoleh peningkatan pendapatan dan kesinambungan usaha. Salah satu pola kemitraan dalam agribisnis yaitu kemitraan inti-plasma.

Pada usahaternak ayam ras pedaging untuk mengetahui usahaternak ayam ras pedaging berproduksi pada tidak ekonomis (diseconomies of scale) atau skala usaha yang ekonomis (economies of scale) diperlukan analisis biaya jangka panjang. Usahaternak ayam ras pedaging yang dilakukan peternak mencapai skala tidak ekonomis apabila penambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi lebih besar. Sebaliknya, usahaternak ayam ras pedaging yang dilakukan peternak dapat mencapai skala ekonomis apabila penambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi lebih kecil.

Sumber : Pappas (1995)

Gambar 4 Kurva pengaruh kemitraan

Biaya marginal adalah perubahan biaya yang diasosiasikan dengan satu perubahan dalam keluaran, dan karena biaya tetap tidak bervariasi dalam kaitanya dengan keluaran, biaya tetap tidak mempengaruhi biaya marjinal. Dimana AFC adalah Average Fix Cost, ATC adalah Average Total Cost, AVC adalah Average Variabel Cost dan MC adalah Marginal Cost.

Pada Gambar 4 dapat di jelaskan hubungan antara biaya dan keuntungan, ketika P atau harga sama dengan ATC maka keuntungannya sama dengan 0, dan dinyatakan tidak untung dan tidak rugi. Pada kondisi mendapatkan keuntung, maka P berada di atas ATC atau ketika P berada di atas biaya rata-rata. Sedangkan

MC

ATC AFC

Q 0

P

Q ʹ MCʹ

ATC ʹ AFC ʹ P ʹ

(28)

pada kondisi rugi, P berada di bawah ATC dan diatas AVC. Pada kondisi tersebut perusahaan tetap dapat berproduksi tetapi tidak mendapatkan keuntungan (Pappas 1995).

Dengan adanya kemitraan yang dimana harga dari masing-masing input produksi sudah di tetapkan sesuai dengan kontra kerjasama yang telah disepakati. Pada Gambar 4 ketika harga berada di atas biaya rata-rata maka peternak kemitraan dapat di memperoleh keuntungan, tetapi jika biaya rata-rata lebih tinggi dari harga kontrak kerjasama kemitraan maka peternak dapat mengalami kerugian. Kemintraan belum tentu dapat meningkatkan keuntungan, dikarenakan harga input dapat berubah-ubah. Jika harga kemitraan per ekor ayam lebih tinggi dari pada biaya total rata-rata per ekor ayam, maka peternak dapat memperoleh keuntungan.

Kerangka Pemikiran Operasional

Ketidakmampuan peternak kecil untuk mengembangkan usaha berasal dari berbagai faktor. Faktor yang menjadi penyebab adalah keterbatasan modal, teknologi, pasar dan manajemen. Keterbatasan inilah yang membuat peternak tidak dapat berusaha secara mandiri. Berangkat dari berbagai kendala ini maka peternak perlu untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan peternakan dalam bentuk kemitraan. Keuntungan yang dapat diperoleh oleh peternak diantaranya adalah ketersediaan sarana produksi ternak (sapronak) yang lebih terjamin karena tersedia dalam kuantitas yang mencukupi, kualitas yang baik dan ketersediaan yang terus-menerus.

Selain itu peternak dapat memperbaiki cara budidaya karena perusahaan menyediakan tenaga-tenaga ahli yang mengontrol kegiatan produksi. Ketersediaan sapronak dan kegiatan pengontrolan dari perusahaan dapat meningkatkan produksi baik dari segi kuantitas maupun kualitas sehingga hasil panen dapat dijual sesuai dengan harga kontrak yang berlaku. Keberhasilan dalam produksi dan ketersediaan pasar yang jelas pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan peternak.

Kemitraan yang diikuti oleh peternak dapat dianalisis peranannya dengan melakukan perbandingan antara peternak mitra dan peternak non mitra (peternak mandiri). Fokus penelitian yang akan dilaksanakan terbagi dalam tiga bagian utama yaitu mempelajari pola kemitraan, implementasi kemitraan antara perusahaan inti dengan peternak mitra di D.I. Yogyakarta dan penilaian pendapatan usahaternak ayam ras pedaging.

(29)

Dari analisis tersebut dapat dilihat seberapa besar peranan kemitraan terhadap peningkatan pendapatan peternak di daerah penelitian. Bagan alur kerangka pemikiran operasional dapat disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Kerangka pemikiran operasional

Keterbatasan Peternak dalam Menjalankan Usaha yang Meliputi Keterbatasan Modal, Teknologi, Manajemen dan Pasar

Peternak Mandiri Peternak Mitra

Analisis Usaha Ternak Input Produksi :

DOC, Pakan, Obat, Sapronak,

Tenaga kerja, Kandang, Peralatan

Analisis Struktur Biaya

Penerimaan

Jumlah Output

Harga Output

Pendapatan Harga Input

(30)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan yang berkedudukan di Yogyakarta. Pemilihan lokasi ditentukan berdasarkan metode purposive sampling dengan pertimbangan bahwa perusahaan Wijayakusuma merupakan salah satu perusahaan ayam ras pedaging yang telah lama melaksanakan pola kemitraan dalam proses budidaya ayam ras pedaging. Penelitian ini juga dilakukan terhadap peternak mitra dan mandiri di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilihan lokasi peternak dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa sebagian besar mitra merupakan peternak berskala kecil dan menengah. Penelitian dilakukan selama dua bulan (Februari-Maret 2015) untuk pengumpulan dan analisis data.

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Sensus untuk peternak mitra dan untuk peternak mandiri adalah metode Convenience Sampling. Responden yang dipilih adalah peternak yang menjalin kemitraan dengan perusahaan, sedangkan untuk peternak mandiri di ambil dari peternak mandiri yang melakukan pembelian pakan di perusahaan.

Seluruh peternak mitra dan peternak mandiri yang menjadi responden berada di kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan bersedia diwawancarai. Jumlah seluruh responden peternak dalam penelitian ini berjumlah 46 orang. Peternak mitra berjumlah 23 orang dan mandiri berjumlah 23 orang. Responden yang di teliti dengan populasi ternak antara 2 000 hingga 8 000.

Metode Pengumpulan Data

(31)

Metode Analisis Data

Analisis dan pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan tujuan penelitian maka metode analisis data yang digunakan dapat dirinci pada Tabel 3. Data yang akan diolah dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif mengenai gambaran umum pelaksanaan kemitraan dan profil para pelaku kemitraan akan dianalisis secara deskriptif. Sedangkan data kuantitatif menggunakan analisis pendapatan, analisis R/C ratio, dan uji t. Kemudian diolah dengan menggunakan program komputer dan disiapkan dalam bentuk tabulasi, sampai akhirnya diuraikan secara deskriptif.

Tabel 3 Metode analisis data

No Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber data Metode

Analisis Data 1. Mendeskripsikan karakteristik

peternak dan pola-pola

kemitraan antara peternak dan

PT. Wijayakusuma dalam

Kualitatif Kuisioner dan wawancara

Pengolahan data secara kuantitatif dilakukan dalam analisis usahaternak ini. Data yang diperlukan dalam analisis ini ialah data tentang penerimaan, biaya, dan pengeluaran usahaternak. Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan yang diperoleh peternak.

Analisis Pendapatan Usahatetnak

Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya penerimaan yang didapat dalam usahaternak. Penerimaan kotor usaha ternak adalah jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu kegiatan usaha ternak dikalikan dengan harga jual yang berlaku dipasaran. Adapun penerimaan usaha ternak adalah merupakan hasil perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut (Siregar 2009) :

TR = Q x P

Dimana :

(32)

Q = Jumlah Produksi per tahun P = Harga (Rupiah)

Selanjutnya analisis ini digunakan untuk mengetahui biaya–biaya yang dikeluarkan dalam usaha ternak ayam ras pedaging. Biaya adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam suatu periode produksi tertentu yang dinyatakan dalam nilai uang tertentu. Biaya usahatani dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya non tunai (diperhitungkan). Biaya tunai pada usaha ternak ayam broiler meliputi biaya DOC, biaya pakan, tenaga kerja luar keluarga (TKLK), biaya obat, biaya sekam, biaya vaksin, dan sewa lahan. Sedangkan biaya tidak tunai pada usaha ternak ayam broiler meliputi biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), dan biaya penyusutan alat.

Dalam usahaternak ini terdapat kandang dan peralatan. Oleh karena itu perlu diperhitungkan biaya penyusutan. Biaya penyusutan alat–alat pertanian diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal dipakai (Metode Garis Lurus), dengan rumus sebagai berikut:

Dimana : Nb = Nilai pembelian, dalam Rp Ns = Tafsiran nilai sisa, dalam Rp N = Jangka usia ekonomi, dalam tahun

Analisis pendapatan usahaternak digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pendapatan pada usahaternak ayam ras pedaging. Pendapatan usahaternak dapat diperoleh dari pengurangan antara biaya–biaya (cost) dari semua penerimaan (revenue), biaya–biaya tersebut yang telah dikeluarkan selama periode usahatani. Terdapat beberapa hal yang mungkin terjadi antara biaya dan penerimaan yaitu : a). jika biaya usahatani lebih besar dari penerimaan maka usahatani dikatakan rugi, b). jika biaya usahatani sama dengan penerimaan maka usahatani berada pada titik impas dan c). jika biaya usahatani lebih kecil dari penerimaan maka usahatani dikatakan untung. Selisih antara penerimaan usahatani dan biaya usahatani merupakan pendapatan total usahatani yang secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana : P = Pendapatan total usahatani per periode, dalam Rp TR = Total penerimaan per periode, dalam Rp dan Bt = Biaya tunai per periode, dalam Rp

Btt = Biaya tidak tunai per periode, dalam Rp

Sedangkan pendapatan tunai usahatani adalah selisih antara total penerimaan usahatani dan biaya tunai yang mencakup biaya tetap dan biaya variabel. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

Biaya penyusutan =

P = TR– (Bt + Btt)VC

(33)

Dimana : Pt = Pendapatan tunai usahatani per periode, dalam Rp TR = Total penerimaan per periode, dalam Rp dan Bt = Biaya tunai per periode, dalam Rp

Analisis R/C Ratio

Analisis R/C rasio adalah rasio penerimaan atas biaya yang menunjukkan besarnya tambahan penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam produksi. Hal ini menunjukkan berapa besar tambahan penerimaan yang diperoleh sebagai manfaat di setiap rupiah yang dikeluarkan. Makin besar R/C makin baik usahatani tersebut. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan petani, digunakan rumus sebagai berikut :

Dimana : R = Total penerimaan usahatani C = Total biaya usahatani

Apabila R/C ratio >1 maka suatu usaha dikatakan efisien. Hal ini menunjukkan semakin tinggi nilai R/C maka tingkat pengembalian yang diterima petani untuk setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan adalah semakin tinggi. Jika R/C <1 maka usaha ini tidak efisien artinya petani mengalami kerugian, karena penerimaan yang diterima oleh petani lebih kecil daripada biaya yang di keluarkan oleh petani. Dan apabila R/C =1 maka petani tidak untung dan tidak rugi (Soekartawi 2006).

Uji t

Uji ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan secara nyata antara pendapatan peternak mitra dengan peternak mandiri. Perbedaan antara kedua kondisi tersebut dilakukan dengan cara membandingkan rata-rata pendapatan peternak mitra dengan pendapatan peternak mandiri. Uji t ini dilakukan terhadap dua sampel bebas. Kasus dua sampel bebas digunakan untuk menganalisis perbedaan nyata dari pendapatan peternak mitra dan mandiri. Rincian hipotesis dari uji t ini adalah sebagai berikut :

Ho : Pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri tidak berbeda nyata H1 : Pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri berbeda nyata

Uji t ini dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Dimana : XΌ = Pendapatan Rata-rata Peternak Mitra per Periode

X΍ = Pendapatan Rata-rata Peternak Mandiri per Periode R/C ratio =

(34)

SΌ = Simpangan Baku Pendapatan Peternak Mitra S΍ = Simpangan Baku Pendapatan Peternak Mandiri nΌ = Jumlah Peternak Mitra

n΍ = Jumlah Peternak Mandiri

Setelah dilakukan pengujian terhadap data pendapatan kedua peternak maka dapat dilakukan pengujian hipotesis. Apabila t hitung > t tabel atau probabilitas < 0,05 maka diambil kesimpulan tolak Ho. Sebaliknya, jika t hitung < t tabel atau probabilitas > 0,05 maka diambil kesimpulan terima Ho (Firdaus 2013).

Konsep dan Definisi Operasional

a. Inti adalah perusahaan penyedian sarana produksi peternakan yang terdiri dari DOC, pakan, obat-obatan dan modal.

b. Peternak mitra adalah peternak yang menjalin hubungan dengan perusahaan dalam hal pembudidayaan ayam ras pedaging.

c. Peternak mandiri adalah peternak yang melakukan pembelian DOC dengan perusahaan dan melakukan usaha ternaknya dengan swadaya. d. DOC (Day Old Chick) adalah ayam yang berumur satu hari.

e. Skala produksi adalah jumlah ayam yang dibudidayakan dalam sekali periode atau siklus yang dihitung berdasarkan DOC masuk.

f. Penyusutan (depresiasi) adalah nilai barang yang dihitung dengan metode garis lurus yang membagi nilai investasi dengan jangka waktu produktif dari investasi dengan sumsi nilai sisa sama dengan nol. g. Pengeluaran atau biaya total adalah total input yang dikeluarkan baik

oleh pihak inti maupun pihak plasma untuk suatu proses produksi. h. Mortalitas adalah jumlah kematian ayam

i. PPL adalah petugas penyuluh lapangan yang mempunyai tugas mengontrol dan memberikan bimbingan langsung kepada peternak plasma.

GAMBARAN UMUM

Gambaran Umum Daerah Penelitian

Gambaran umum daerah penelitian pada penelitian ini meliputi Kecamatan Playen, Kecamatan Paliyan, Kecamatan Karangmojo dan Kecamatan Panggang. Secara rinci penjelasan mengenai gambaran umum daerah penelitian dapat dilihat dibawah ini

Kecamatan Playen

(35)

selatan Kecamatan Playen berbatasan dengan Kecamatan Paliyan dan Panggang, Begitu juga dengan bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Imogiri dan Batul, Serta bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Paliyan, Kecamatan Playen memiliki Luas sebesar 10 448.08 Ha yang terbagi atas 13 desa.

Kecamatan Playen memiliki penggunaan yang berbeda-berbeda terhadap sumberdaya lahan yang dimilikinya. Lahan di Kecamatan Playen digunakan untuk tanah sawah sebesar 183.8 Ha, tanah kering sebesar 3 968.3 Ha, bangunan sebesar 1 649.5 ha, hutan rakyat sebesar 179.1 Ha dan yang lainnya sebesar 4 545.5 Ha, Penduduk Kecamatan Playen masih memanfaatkan lahan keringnya untuk menanam tumbuhan pangan ataupun memelihara ternak, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Luas desa dirinci menurut penggunaan lahan di Kecamatan Playen tahun 2014 Nama Desa Tanah sawah Tanah kering Bangunan Hutan rakyat Lainnya

Banyusoco 20.0 475.40 12.3 74.3 1 341.1

Pelembutan 15.5 347.80 172.5 3.5 72.5

Bleberan 69.5 422.60 179.5 18.0 936.5

Getas 0.0 209.90 132.5 7.3 373.5

Dengok 1.0 279.50 81.8 3.1 36

Ngunut 0.0 160.10 59.7 2.2 14.4

Playen 60.5 217.60 124.2 2.7 25.8

Ngawu 0.0 212.60 95.8 4.8 31.2

Bandung 13.0 254.30 111.4 3.0 19.6

Logandeng 0.0 374.10 225.8 3.5 63.6

Gading 1.3 460.20 175.3 27.5 646.4

Banaran 0.0 367.20 96.5 24.5 262.9

Ngleri 3.0 186.50 70.2 4.7 722.0

Total Luasan 183.8 3 968.3 1 649.5 179.1 4 545.5

Kecamatan Paliyan

Kecamatan Paliyan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Gunungkidul dengan batas wilayah sebelah Utara Kecamatan Playen, sebelah selatan kecamatan Saptosari, sebelah timur kecamatan Wonosari dan Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Panggang. Luas desa dalam penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 5. Dimana dalam pembudidayaan hewan ternak panyak dilakukan di tanah kering.

Tabel 5 Luas desa dirinci menurut penggunaan lahan di Kecamatan Paliyan tahun 2014 Nama desa Tanah sawah Tanah kering Bangunan Hutan rakyat Lainnya

Sodo - 58 110 - 4

Pampang - 240 123 - 8

Grogol 26 204 103 89 37

Karangduwet - 593 143 989 19

Karangasem 7 608 195 340 118

mulusan - 335 138 296 10

Giring - 538 94 358 24

(36)

Kecamatan Karangmojo

Kecamatan Karangmojo, merupakan wilayah penyangga ibu kota kabupaten yang mempunyai letak strategis penghubung antara ibu kota kabupaten dengan wilayah Kecamatan Ngawen, Semin dan Ponjong, dan merupakan jalur utama untuk masuk Kota Wonosari dari arah Klaten Jawa Tengah. Adapun Batas Wilayah sebelah utara kecamatan Semin dan kecamatan Ngawen, sebelah timur kecamatan Ponjong, sebelah selatan kecamatan Semanu dan sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Wonosari.

Dimana Kecamatan Karangmojo ini memiliki luas tanah garapan seluas 8011.33 ha dimana terbagi kedalam enam kategori yaitu tanah sawah, tanah kering, bangunan, hutan rakyat dan lain-lain. Untuk usaha ternak di daerah karangmojo sendiri biasanya menggunakan tanah kering dan ada sebagian kecil di tanah sawah. Untuk rincian masing-masing kategori dapat di lihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Luas desa menurut penggunaan lahan di Kecamatan Karangmojo tahun 2014 Nama Desa Tanah Sawah Tanah Kering Bangunan Hutan Rakyat Lainnya

Bendungan - 147.88 129.44 - 17.85

Bejiharjo 52.09 805.37 708.46 - 81.02

Wiladeg 7.88 361.66 272.03 - 53.82

Kelor 1.46 146.29 183.13 - 36.75

Ngipak 7.00 277.94 233.66 - 12.00

Karangmojo 271.00 136.51 687.37 - 19.70

Gedangrejo 138.00 138.18 384.55 - 30.26

Ngawis 86.00 324.71 245.35 - 46.48

Jatiayu 23.00 369.00 553.33 - 97.16

Jumlah 586.43 2 707.54 3 397.32 395.04

Kecamatan Panggang

Kecamatan Panggang merupakan salah satu kecamatan dari 18 kecamatan di Gunungkidul yang berada kurang lebih 38 km barat daya Wonosari dengan batas wilayah sebelah utara kecamatan playen dan kecamatan imogiri, sebelah timur kecamatan paliyan dan saptosari, sebelah selatan samudra indonesia dan sebelah barat berbatasan dengan kecamatan purwosari. Dalam pembudidayaan hewan ternak di kecamatan Panggang banyak memanfaatkan lahan kering yang memiliki sebaran paling luas, dan dapat di lihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Luas desa menurut penggunaan lahan di Kecamatan Panggang tahun 2014 Nama desa Tanah sawah Tanah kering Bangunan Hutan rakyat Lainnya

Giriharjo 18.21 902.31 92.25 51.45 35.6

Giriwungu 6.2 1 015.05 67.32 9.95 29.56

Girimulyo 6.2 1 253.11 112.42 - 227.81

Girikarto - 1 287.71 77.42 0.04 40.77

Girisekar - 1 449.69 131.37 431.45 119.52

Girisuko - 932.11 145.62 1 407.12 29.44

(37)

memiliki peternak yang menjalin hubungan kemitraan dengan PT Wijayakusuma, yang dapat dilihat di Tabel 8.

Tabel 8 Peternak mitra di Kabupaten Gunungkidul tahun 2014

No Kecamatan Jumlah desa Presentase

1 Playen 5 21.74

2 Paliyan 8 34.78

3 Karangmojo 4 17.39

4 Panggang 6 26.09

Total 23 100

Gambaran Umum PT. Wijayakusuma

PT Wijayakusuma merupakan perusahaan kemitraan ayam broiler yang didirikan pada bulan April 2002. Hingga saat ini sudah menjalani kemitraan hampir tiga belas tahun. Pada mulanya perusahaan ini berdiri karena pemilik perusahaan memiliki Rumah Pemotongan Ayam (RPA) yang sudah berdiri sejak 1992. Ayam yang dihasilkan RPA ini di pasarkan ke pasar setiap harinya dan juga memasok gudang KFC (Kentucky Fried Chicken) untuk wilayah Yogyakarta memasok hotel dan restoran fast food lainnya yang berada di Yogyakarta. Pemasaran ayam yang dilakukan RPA sudah meluas dan memiliki banyak pelanggan, sehingga sangat membutuhkan pasokan ayam broiler dalam jumlah banyak setiap harinya. Pemilik RPA mengakui bahwa usahanya tidak akan berkembang jika hanya bergantung pada pemasok, maka dari itu manajemen perusahaan membuat perusahaan kemitraan sendiri untuk menjamin kelancaran pasokan ayam broiler.

PT Wijayakusuma merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang peternakan. Usaha utama yang dikembangkan adalah usaha pembudidayaan ayam broiler. Salah satu tempat pembudidayaan ayam berada di Kabupaten Gunungkidul. Dalam mengembangkan usaha tersebut PT Wijayakusuma telah menerapkan program kemitraan dengan peternak-peternak kecil. Selama menjalankan kemitraan PT Wijayakusuma, budidaya ayam broiler dikembangkan dengan kecenderungan ke arah integrasi vertikal dengan pertimbangan banyaknya usaha ternak skala kecil, keuntungan yang diperoleh dan mengurangi resiko usaha. Di dalam integritas yang dijalankan oleh PT Wijayakusuma, ada tiga subsistem yaitu :

1. Subsistem Hulu

Subsistem ini menyediakan sapronak dan peralatan untuk budidaya ayam broiler di lokasi peternak mitra.

2. Subsistem Usaha Ternak

Dalam subsistem inilah hasil dari industri hulu digunakan untuk menghasilkan komoditas ternak.

3. Subsistem Hilir

(38)

maupun dalam bentuk akhir (finished product) beserta kegiatan perdagangan dan distribusinya didukung oleh PT Wijayakusuma.

PT Wijayakusuma memulai melaksanakan kemitraan pada tahun 2002 dan saat ini telah memiliki 32 orang karyawan. Divisi ini dipimpin oleh seorang General Manager yang membawahi semua posisi yang ada dalam organisasi perusahaan seperti departemen personalia, teknik, pembelian (pemanenan), keuangan, perencanaan dan pemasaran. Seluruh departemen dalam divisi ini memiliki posisi yang sejajar dan tidak saling membawahi. Seluruh departemen terkoordinasi secara langsung dan bertanggung jawab kepada General Manager.

PT Wijayakusuma memiliki biro yang bertugas secara khusus dalam pelaksanaan kemitraan. Biro ini bertugas dalam berbagai kegiatan, seperti merencanakan jadwal masuk sapronak kepada peternak, membantu peternak dalam meningkatkan produksi, melakukan pemanenan dan perhitungan hasil budidaya ayam. Seluruh staf biro akan bertanggung jawab kepada kepala biro dan kepala biro langsung bertanggung jawab dengan general manager. Struktur organisasi dari divisi ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

Peternak plasma yang bekerjasama dengan PT Wijayakusuma tersebar di beberapa wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk mencapai setiap kabupaten di dalam provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat ditemput dalam waktu singkat. Saat ini PT Wijayakusuma memiliki jumlah peternak plasma sebanyak 50 orang. Adapun lokasi penyebaran plasma dapat dilihat pada Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9 tersebut mayoritas peternak PT Wijayakusuma berada di kabupaten Gunungkidul.

Tabel 9 Jumlah dan lokasi peternak mitra PT Wijayakusuma di D.I Yogyakarta tahun 2015

No Wilayah Jumlah (orang) Presentase

1 Kulon Progo 14 28

2 Bantul 5 10

3 Gunung Kidul 23 46

4 Sleman 8 16

5 Yogyakarta 0 0

Jumlah 50 100

Kegiatan Produksi Ayam Ras Pedaging

(39)

Gambar 6 Siklus ayam ras pedaging manajemen PT Wijayakusuma

Dari masa panen, peternak harus menunggu selama empat hari sebelum melakukan persiapan kandang. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan kebutuhan selama masa persiapan kandang. Persiapan kandang dilakukan selama 24 hari atau hari ke lima sampai hari ke 28. Persiapan yang dilakukan antara lain :

Membersihkan Kandang

Prosedur pembersihan kandang dimulai dengan pencucian dan sanitasi kandang. Semua peralatan kandang seperti water tray, hangeing feed dan lainnya dilepas dan dicuci, kemudian disimpan. Sebelum kandang dicuci maka perlu dilakukan pemutusan aliran listrik dikandang. Setelah itu, kandang dibersihkan dari semua kotoran serta dicuci dengan air bersih dan deterjen. Setelah kandang kering, maka dilakukan penyemprotan dengan insektisida untuk membunuh serangga dan kutu.

Setelah proses pencucian kandang, maka kandang dipersiapkan untuk menerima DOC. Langkah pertama adalah pengepuran yang berfungsi sebagai antiseptic dan pembunuh serangga. Setelah itu dilakukan pemasangan layer dan brooder. Penaburan sekam dilakukan di dalam dan di luar brooder. Hal ini dilakukan untuk menjaga lantai kandang agar tetap bersih dari kotoran. Setelah itu dilakukan penyemprotan disinfektan dan pemasangan koran sebagai pelapis sekam. Pemasangan koran dilakukan dengan tujuan agar anak ayam tidak memakan sekam.

Langkah selanjutnya adalah memasang kembali instalasi listrik dan pemanas. Pemanas yang digunakan sebagian besar peternak adalah semawar. Semawar adalah alat pemanas dalam kandang yang berbahan bakar minyak tanah. Langkah terakhir dari persiapan kandang adalah penyemprotan disinfektan atau fumigasi tiga hari sebelum DOC masuk ke kandang.

Membersihkan Peralatan Kandang

Semua peralatan kandang dikumpulkan dan dikeluarkan dari kandang untuk proses pencucian. Pencucian dilakukan dengan menggunakan desinfektan. Semua peralatan yang sudah dicuci dan dikeringkan, disusun dan disimpan di dalam gudang.

Panen

Finisher Persiapan

Kandang

(40)

Membersihkan Lingkungan Kandang

Kegiatan terakhir dari persiapan kandang adalah membersihkan lingkungan di sekitar kandang. Lingkungan di sekitar kandang harus dibersihkan dari rumput atau tumbuhan liar. Pembersihan dapat dilakukan secara manual atau dengan menggunakan herbisida. Selain dibersihkan dari rumput, lingkungan juga harus dibersihkan dari sampah dan sisa kotoran. Pembersihan ini dilakukan agar tidak ada hama penyakit yang bersarang di sekitar kandang. Langkah terakhir adalah menyemprot lingkungan disekitar kandang dengan disinfektan. Berikut adalah gambar kandang untuk kandang peternak mitra di sajikan pada Gambar 7.

Gambar 7 Kandang peternak mitra

Setelah persiapan kandang selama 24 hari, maka dilakukan tahap selanjutnya yaitu brooding manajemen. Tujuannya adalah mengkondisikan secara teknis brooding yang sesuai dengan kebutuhan ayam. Dengan adanya brooding manajemen ini diharapkan target perusahaan dalam pemeliharaan ayam broiler dapat tercapai. Target yang ingin dicapai adalah meningkatkan daya hidup (livability), pertumbuhan berat badan dan efisiensi pakan yang lebih baik. Tahapan dalam brooding manajemen adalah :

Persiapan Masa Brooding

Tujuan persiapan masa brooding adalah untuk menyiapkan lingkungan sesuai dengan kebutuhan hidup DOC. Yang perlu diperhatikan dalam masa persiapan adalah :

Brooder

(41)

Sekam (litter)

Sekam digunakan untuk penghangat, penyerap kotoran dan menghindari kerusakan terhadap kaki dan dada ayam. Ketebalan sekam kurang lebih 7 cm. Sekam ditabur di dalam dan di luar brooder untuk menjaga suhu kandang tetap stabil.

Pemanas

Pemanas harus dijaga supaya suhu brooder sesuai yang diinginkan ayam. Pemanas dinyalakan pada hari kedatangan DOC. Tinggi pemanas antara 90 hingga 120 cm. Suhu yang ideal adalah 32 hingga 33 °C untuk ayam umur 0 hingga 7 hari, 31 hingga 32 °C untuk ayam berumur 7 hingga 14 hari dan suhu 26 hingga 28 °C untuk ayam berumur 15 hingga 21 hari. Indikasi lingkungan dapat dijadikan pedoman dalam mengatur suhu dalam kandang. Apabila ayam menepi maka suhu di dalam kandang terlalu panas, sebaliknya bila anak ayam mengumpul maka mengindikasikan suhu terlalu dingin. Kondisi suhu ideal dapat dilihat dari penyebaran anak ayam yang merata. Setelah ayam berumur 2 minggu maka pemanas dapat dilepas atau tetap digunakan hingga umur 21 hari sesuai dengan lokasi dan kondisi cuaca/musim.

Penerangan

Diusahakan setiap brooder memperoleh penerangan yang sama intensitasnya untuk membantu ayam melihat diwaktu makan dan minum. Penerangan diberikan terus menerus selama pertumbuhan broiler.

Pemeliharaan Masa Brooding

Pemeliharaan masa brooding bertujuan untuk memperoleh ayam yang sehat dan tumbuh sesuai berat badan standar. Pemeliharaan masa brooding terdiri dari :

Pemberian pakan

Sebelum pemberian pakan, feeder tray dan hanging feed harus dibersihkan dari kotoran dan sekam. Hal ini bertujuan agar ayam terhindar dari penyakit. Pada umur 1 hingga 7 hari digunakan feeder tray,umur 8 hingga 14 hari digunakan kombinasi feeder tray dan hanging feed, sedangkan umur 21 hari hingga panen digunakan hanging feed.

Pemberian minum

Gambar

GAMBARAN UMUM
Tabel 2 Populasi ternak ayam di D.I.Yogyakarta tahun 2011-2013
Gambar 1 Kurva Penerimaan TR, AR, MR dalam PPS
Gambar 5 Kerangka pemikiran operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

identiteetti on ollut paljon esillä tutkimuksessa, mutta sen määrittely ja siihen liit- tyvät moraaliset ongelmat ovat jääneet vähemmälle huomiolle. luku) li- säksi

AREAL LAINNYA : Diisi dengan areal perairan lepas pantai di dalam Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya yang tidak dikenakan PBB sebagaimana diatur dalam Pasal 3

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Tugas Akhir

Tugas pemimpin dalam kepemimpinannya meliputi ; menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok, dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang

Evaluasi untuk diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori: halusinasi pada pasien dengan halusinasi dilakukan pada tanggal 2 April 2012, adapun hasil evaluasi

mengetahuibentukinterferensileksikaldan factor penyebabterjadinyapadawacana Koransolo pos. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif. Objek penelitian ini

Skripsi berjudul “Sistem Inverter Motor Induksi 3 Fasa Dengan Kontrol PI berbasis PCI” telah diuji dan disahkan oleh Fakultas Teknik Universitas Jember pada :.. Hari

Revolusi Industri ditandai dengan penggunaan mesin (melipat gandakan kekuatan fisik manusia).. Manusia menggunakan energi: minyak, batu bara