• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tekanan Ekonomi, Dukungan Sosial, dan Mekanisme Koping Terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Buruh Konveksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Tekanan Ekonomi, Dukungan Sosial, dan Mekanisme Koping Terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Buruh Konveksi"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TEKANAN EKONOMI, DUKUNGAN SOSIAL, DAN

MEKANISME KOPING, TERHADAP KESEJAHTERAAN

SUBJEKTIF KELUARGA BURUH KONVEKSI

PUPUT RIZKIYAH

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengaruh Tekanan Ekonomi, Dukungan Sosial, dan Mekanisme Koping, Terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Buruh Konveksi” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing skripsi dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Puput Rizkiyah

(4)

ABSTRAK

PUPUT RIZKIYAH. Pengaruh Tekanan Ekonomi, Dukungan Sosial, dan Mekanisme Koping, Terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Buruh Konveksi. Dibimbing oleh LILIK NOOR YULIATI.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tekanan ekonomi, dukungan sosial, dan mekanisme koping terhadap kesejahteraan subjektif keluarga buruh konveksi. Contoh dalam penelitian adalah suami atau istri yang bekerja sebagai buruh konveksi di Kelurahan Jurangmangu Timur, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan. Contoh diambil secara Purposive sebanyak 60 keluarga. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukan tekanan ekonomi yang dirasakan contoh terkategori sedang dan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Selain itu, contoh melakukan mekanisme koping yang terkategori sedang dan memiliki dukungan sosial yang tinggi, sehingga kesejahteraan subjektif contoh terkategori sedang.

Kata kunci : buruh konveksi, dukungan sosial, mekanisme koping, persespi tekanan ekonomi, kesejahteraan keluarga

ABSTRACT

PUPUT RIZKIYAH. The Effect of Economic Pressure, Social Support, and Coping Mechanism to the Subjective Well-being of the Laborers of a Ready-Made Clothes Company. supervised by LILIK NOOR YULIATI.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

PENGARUH TEKANAN EKONOMI, DUKUNGAN SOSIAL, DAN

MEKANISME KOPING, TERHADAP KESEJAHTERAAN

SUBJEKTIF KELUARGA BURUH KONVEKSI

PUPUT RIZKIYAH

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengaruh Tekanan Ekonomi, Dukungan Sosial, dan Mekanisme Koping Terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Buruh Konveksi

Nama : Puput Rizkiyah NIM : I24080038

Disetujui oleh

Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati MFSA Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan M.Sc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa membimbing, melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga karya tulis ilmiah dengan judul “Pengaruh Tekanan Ekonomi, Dukungan Sosial, dan Mekanisme Koping terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Buruh Konveksi”, akhirnya dapat terselesaikan. Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh untuk menyelesaikan program sarjana (S1) Jurusan Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan rasa hormat dan menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr.Ir. Lilik Noor Yuliati MFSA selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan sabar baik secara teoritis maupun perbaikan tata cara penulisan dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

2. Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti M.Si selaku penguji pada ujian tugas akhir 3. Dr. Ir. Istiqlaliyah muflikhati M.Si selaku pemandu ujian tugas akhir

4. Lurah dan Aparat kelurahan Jurangmangu Timur, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan dan responden pada penelitian ini.

5. Ibu Tin Herawati SP., M.Si selaku Pembimbing Akademik selama penulis menyelesaikan studi di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen.

6. Keluarga tercinta, Ayahanda Bahrudin (AllahummaghFirlahu), Uminda Juannah atas limpahan kasih sayangnya yang tidak akan pernah terbalas, suami tercinta Bahtiar Abdillah atas semangatnya yang tak terhingga, putriku Adhiya Latifah yang menemani dengan senyuman dan tangisannya, dan Adik-adikku terkasih (Euis Zikriyah, Nenden Balqis Muthowafah, Syifa Fauziyah) atas do’a dan dukungan yang sangat besar dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

7. Keluarga besar IKK 45, Tarsidoh dan sahabat Centrum (Anom, yusti, Dian, Chan-chan, dll) yang telah membantu dan mendukung dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ………..x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 3

Tujuan Umum ... 3

Tujuan Khusus ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

KERANGKA PEMIKIRAN ... 3

DEFINISI OPERASIONAL ... 4

METODE ... 5

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ... 5

Contoh dan Teknik Penarikan Contoh ... 5

Jenis, Cara Pengumpulan Data, dan Cara Pengukuran Variabel ... 6

Pengolahan dan Analisis Data ... 6

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

Gambaran Lokasi Penelitian ... 8

Karakteristik Keluarga Contoh ... 9

Persepsi Tekanan Ekonomi ... 10

Dukungan Sosial ... 11

Mekanisme Koping ... 13

Kesejahteraan Subjektif ... 15

Pengaruh Karakteristik Keluarga, Mekanisme koping, Persepsi Tekanan Ekonomi, Dukungan Sosial Terhadap Kesejahteraan Subjektif ... 17

Pembahasan ... 18

SIMPULAN DAN SARAN ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 21

RIWAYAT HIDUP ... 22

DAFTAR TABEL Tabel.1 Variabel data, skala data, dan kategori skor data ... 9

Tabel.2 Nilai maksimum, minimum, rata-rata, dan standar deviasi Karakteristik Keluarga Contoh ... 10

Tabel.3 Sebaran persentase contoh berdasarkan persepsi tekanan ekonomi 11 Tabel.4 Sebaran persepsi tekanan ekonomi contoh ... 11

Tabel.5 Sebaran persentase contoh berdasarkan dukungan sosial ... 12

Tabel.6 Sebaran dukungan sosial contoh ... 13

Tabel.7 Sebaran contoh berdasarkan mekanisme koping menambah Pendapatan ... 14

(10)
(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk dapat mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat (Purnomo 2010) dan merupakan salah satu permasalahan pembangunan bangsa yang hingga saat ini masih sulit diatasi. Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan konsep kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need approach) untuk mengukur kemiskinan, dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran (BAPPENAS 2010). Selain itu diketahui bahwa jumlah penduduk miskin tahun 2013 sebanyak 28,5 juta jiwa atau 11,47 persen dari total penduduk indonesia (BPS 2013).

Menurut Elmaora et al. (2012) Keluarga miskin adalah keluarga yang memiliki pengeluaran per kapita per bulan kurang dari atau sama dengan garis kemiskina. Keluarga miskin dengan pendapatan yang rendah diindikasikan memiliki kesejahteraan yang rendah. Hasil penelitian Firdaus (2008) menunjukan bahwa kesejahteraan yang rendah dipicu oleh tekanan ekonomi yang tinggi, selain itu hasil penelitian Rachmawaty (2010) juga menunjukan bahwa dukungan sosial yang tinggi mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Faktor ekonomi merupakan salah satu indikator kesejahteraan hidup. Pendapatan yang rendah merupakan satu dari sekian banyak penyebab munculnya tekanan ekonomi. Suatu keluarga yang berpendapatan rendah tentunya akan mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Banyak hal atau mekanisme tertentu yang dilakukan keluarga untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga agar mencapai kesejahteraan keluarga. Menurut Puspitawati (1998) diacu dalam Puspasari (2013), ada dua mekanisme yang dilakukan keluarga ketika mengalami kesulitan keuangan yaitu menambah pendapatan (generating income) dan mengurangi pengeluaran (cutting back). Hasil penelitian Puspasari (2013) menyatakan bahwa semakin tinggi koping mengurangi pengeluran maka semakin rendah kesejahateraan objektif keluarga, selian itu hasil penelitian Rachmawaty (2010) juga menunjukan bahwa semakin sering keluarga melakukan koping fungsi ekonomi maka kesejahteraan keluarga semakin menurun.

Menghadapi masalah yang muncul dalam keluarga tentunya tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Seperti keluarga, masyarakat dan pemerintah. Cutrona (1996) diacu dalam Puspasari (2013) mengemukakan bahwa jaringan sosial merupakan sumber potensial dari dukungan sosial. Dukungan sosial juga dapat berupa pemberian informasi, bantuan tingkah laku atau materi yang terdapat dari hubungan sosial yang akrab sehingga membuat individu merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai sehingga dukungan sosial yang tinggi akan membantu keluarga dalam mencapai kesejahteraannya (Sunarti et al. 2011).

(12)

2

menuntut agar keluarga buruh konveksi dapat terampil dalam mengelola pendapatan keluarga untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Lingkungan di sekitar tempat tinggal buruh konveksi juga secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi dalam kebiasaan pengelolaan pendapatan misalnya menabung, meminjam uang dan investasi lainnya.

Perumusan Masalah

Buruh konveksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sekelompok masyarakat yang bekerja sebagai kuli jahit pada industri rumahan yang tinggal diperkotaan. Belum banyak diketahui bagaimana keadaan keluarga mereka, seberapa besar persepsi tekanan ekonomi yang dirasakan keluarga, mekanisme koping apa yang dilakukan oleh keluarga, dukungan sosial yang diterima oleh keluarga, dan apakah hal tersebut mempengaruhi kesejahteraan subjektif yang dirasakan oleh keluarga. Buruh konveksi dengan penghasilan yang kurang menentu memungkinkan terjadinya kemiskinan, selain itu kemiskinan juga dapat terjadi karena belum optimalnya pengelolaan sumberdaya manusia. diperlukan cara khusus untuk bisa bertahan hidup dalam kondisi yang serba tidak menentu.

Industri konveksi merupakan salah satu industri yang populer dikalangan masyarakat Tangerang Selatan, hal tersebut disebabkan karena output dari industri ini adalah barang yang langsung bersentuhan dengan masyarakat misalnya pakaian. Banyaknya buruh yang menuntut kenaikan upah minimum provinsi (UMP), pelaksanaan jaminan sosial, dan penghapusan sistem pekerja alih daya (outsource), selain itu para buruh juga menuntut kenaikan hingga 50% dari penetapan UMP sebelumnya. Para buruh yang berunjuk rasa merupakan buruh yang rata-rata berasal dari perusahaan atau pun pabrik berskala besar, hal tersebut menjadi indikasi bagaimana buruh yang bekerja di industri skala mikro atau rumahtangga yang kemungkinan besar upah mereka jauh dibawah UMP atau UMR.

Daerah Jurang Mangu merupakan salah satu kawasan industri konveksi yang penduduknya banyak yang bekerja sebagai buruh konveski. Ketidakmenentuan dan rendahnya upah yang di peroleh buruh konveksi karena bukan merupakan buruh tetap kemungkinan besar berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan. Serta ketidakmampuan keluarga dalam melakukan perencanaan keuangan dengan baik menjadi salah satu sebab semakin meningkatnya tekanan persepsi ekonomi. Usaha dalam penelitian ini merupakan kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisioal informal, dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum. Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Bagaimana tekanan ekonomi keluarga buruh konveksi? 2. Bagaimana dukungan sosial keluarga buruh konveksi? 3. Bagaimana mekanisme koping keluarga buruh konveksi? 4. Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga, tekanan ekonomi,

(13)

3 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum:

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tekanan ekonomi, dukungan sosial, mekanisme koping dan kesejahteraan keluarga buruh konveksi. Tujuan Khusus:

1. Mengkaji tekanan ekonomi, dukungan sosial, mekanisme koping, dan kesejahteraan keluarga subjektif contoh

2. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, tekanan ekonomi, dukungan sosial, dan mekanisme koping terhadap kesejahteraan subjektif keluarga buruh konveksi.

Manfaat Penelitian:

Penelitian mengenai pengaruh tekanan ekonomi, dukungan sosial, dan mekanisme koping terhadap kesejahteraan keluarga buruh konveksi ini memiliki kegunaan, antara lain:

1) Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain dapat mengasah kemampuan berfikir secara logis dan sistematik.

2) Bagi institusi pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan studi kepustakaan untuk penelitian selanjutnya.

3) Bagi Pemerintah dan pelaku usaha, hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para pelaku usaha dan pemerintah yang berwenang dalam mengambil keputusan atau menentukan suatu kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia dimasa yang akan datang, terutama para buruh industri konveksi rumahan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kesejahteraan adalah sejumlah kepuasan yang diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima (Sunarti 2006). Kesejahteraan keluarga menurut Undang-undang No. 52 tahun 2009 menyebutkan bahwa kesejahteran keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalm meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin (Anonim 2014).

(14)

4

merupakan kondisi yang diidamkan semua keluarga dan merupakan hasil dari dinamika proses pengelolaan sumberdaya serta masalah-masalah dalam keluarga (Sunarti 2001) diacu dalam Nishrinah (2012).

Menurut Rojas (2004) diacu dalam Nishrinah (2012) menjelaskan bahwa kesejahteraan yang hanya diukur berdasarkan pendapatan dan indikator sosial ekonomi lainnya dinilai kurang tepat. Kelompok masyarakat hanya diukur secara rata-rata dengan patokan tertentu, baik ukuran ekonomi, sosial maupun ukuran lainnya tanpa melihat penilaian pribadi individu terhadap kesejahteraan itu sendiri. Oleh karena itu, terdapat pendekatan lain dalam mengukur kesejahteraan yaitu dengan pendekatan subyektif yang menilai kesejahteraan berdasarkan kebutuhan kesenangan individu dan kebahagiaan/kepuasan hidup.

Gambar.1 Kerangka Pemikiran, Tekanan Persepsi Ekonomi, Dukungan Sosial, Mekanisme Koping dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga

DEFINISI OPERASIONAL

Keluarga adalah sekelompok orang dengan ikatan perkawinan, dara, atau adopsi, terdiri atas satu orang kepala rumah tangga, interaksi dan komunikasi satu sama lainnya

Keluarga Miskin adalah keluarga yang memiliki pengeluaran per kapita per bulan kurang dari atau sama dengan garis kemiskinan

Karakteristik Contoh

Usia

Lama pendidikan Pendapatan Besar Keluarga

Tekanan Ekonomi Dukungan Sosial

Dukungan keluarga luas Dukungan tetangga Dukungan pemerintah

Kesejahteraan Keluarga Subjektif

Mekanisme koping

(15)

5 5 Kesejahteraan adalah sejumlah kepuasan yang diterima oleh contoh dari hasil

mengkonsumsi pendapatan yang diterima.

Kesejahteraan Subjektif adalah kualitas hidup berdasarkan indikator perasaan bahagia atau sedih, kedamaian atau kecemasan jiwa, dan kepuasan atau ketidakpuasan

Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta memiliki kemampuan fisik materil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarga untuk hidup harmonis dalm meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin

Buruh adalah sekelompok orang yang bekerja dengan upah tertentu

Keluarga Buruh adalah responden dalam penelitian, terdiri dari keluarga yang bermata pencaharian sebagai buruh konveksi.

Upah Kerja adalah sejumlah uang yang didapatkan oleh contoh yang bekerja sebagai buruh konveksi yang dinyatakan dalam rupiah per bulan.

Besar Keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga (dinyatakan dalam orang) yang masih tinggal dalam satu rumah atau yang masih menjadi tanggungan contoh dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Lama Pendidikan adalah pendidikan formal (dinyatakan dalam tahun) yang ditempuh contoh

Pendapatan Per Kapita Keluarga adalah pendapatan total dibagi besar keluarga Mekanisme Koping adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh keluarga untuk

mengatasi permasalahan

Tekanan Ekonomi adalah masalah yang dirasakan atau persepsi contoh akibat dari adanya masalah ekonomi

Dukungan Sosial adalah bantuan yang diperoleh dan diupayakan oleh keluarga dalam mengatasi masalah ekonomi, pengasuhan, kesehatan, dan konflik dalam keluarga.

METODE

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study karena data dikumpulkan dan diteliti pada satu waktu dan tidak berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan menggunakan kuesioner sebagai alat utama untuk mengumpulkan data. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Jurang Mangu Timur, Kecamatan Pondok Aren. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan banyaknya masyarakat di daerah tersebut yang bekerja sebagai buruh konveksi. Penelitian berlangsung selama dua bulan, yaitu maret dan April 2014. Jangka waktu tersebut meliputi persiapan, pengumpulan data, dan pengolahan data.

Contoh dan Teknik Penarikan Contoh

(16)

6 6

purposive, yaitu di RW 03 dan RW 12 dengan kedua RW tersebut memiliki jumlah KK yang bekerja sebagai buruh konveksi terbanyak. Jumlah contoh yang akan diambil di masing-masing RW ditentukan dengan cara snow ball sebanyak 60 keluarga dengan alasan daftar populasi tidak tersedia selain itu merupakan teknik penarikan contoh non-probability yang rancangan penarikan contohnya menyandarkan pada anggota kelompok yang teridentifikasi sebelumnya untuk mengidentifikasi anggota lain dari populasi dan memenuhi batas minimal statistika. Informasi keluarga yang bekeja sebagai buruh konveksi diperoleh dari kelurahan, Rw/Rt setempat.

Jenis, Cara Pengumpulan Data, dan Cara Pengukuran Variabel

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari pemerintah daerah setempat dan Pusat Data Industri dan Tenaga Kerja berupa gambaran umum lokasi penelitian. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan alat bantu kuesioner yang terdiri dari karakteristik keluarga, tekanan ekonomi keluarga dirujuk dari Firdaus (2009) dengan cronbach alpha 0.586, terdapat 11 item pernyataan. Dukungan sosial dirujuk dan dimodifikasi dari Tati (2004) daiacu dalam Puspasari (2013) dengan cronbach alpha 0.607, terdapat 33 item pernyataan. Mekanisme koping dirujuk dari Puspitawati (1998) diacu dalam Puspasari (2013) dengan cronbach alpha 0.820, terdapat 18 item pernyataan untuk mekanisme koping menambah pendapatan dan 7 item pernyataan untuk mekanisme koping mengurangi pengeluaran pangan dan 12 item pernyataan untuk mekanisme koping mengurangi pengeluaran non pangan. Kesejahteraan subjektif dirujuk dari Rachmaty (2010) dengan cronbach alpha 0.847 terdapat 22 pernyataan. Jenis pengumpulan data seluruh variabel menggunakan data primer, cara pengambilan data dengan wawancara dan alat bantu berupa kuisioner.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dilakukan proses editing, coding, entry, dan cleaning

dengan Microsoft Office Excel 2007. Data akan dianalisis secara deskriptif dan inferensia (uji regression linear) menggunakan computer program Statistical Package for Social Science (SPSS)

Variabel yang diukur adalah karakteristik keluarga, persepsi tekanan ekonomi keluarga, dukungan sosial, mekanisme koping, dan kesejahteraan keluarga. Tekanan ekonomi persepsi merupakan persepsi contoh terhadap permasalahan keuangan yang dihadapi. Dukungan sosial diukur terdiri dari keluarga luas, tetangga, dan lembaga

masyarakat/pemerintah.Mekanisme koping terdiri dari mekanisme koping

mengurangi pengeluaran dan menambah pendapatan.

Sistem skoring pada seluruh variabel dibuat konsisten yaitu semakin tinggi skor maka semakin tinggi kategorinya. Setelah itu dijumlahkan dan dikategorikan menggunakan teknik skoring secara normatif. Indeks dilakukan dengan tujuan untuk menyamakan skor supaya dapat diperbandingkan.

(17)

7 7 Berdasarkan Slamet (1993) dalam Puspasari (2013), interval kelas ditentukan menggunakan rumus sebagai berikut:

Interval Kelas (IK) = Skor Maksimum (SMa) - Skor Minimum (SMi) Jumlah kategori

Tabel 1 Variabel, skala, dan kategori skor data

Variabel Skala Data Kategori Data

Usia Rasio Hurlock (1998) diacu

dalam Puspasari (2013)

Besar Keluarga Rasio BKKBN (2008) diacu

dalam Puspasari (2013)

Besar pendapatan/kap/bln Rasio Garis kemiskinan (GK)

(18)

8 8

Pengelompokan kategori adalah sebagai berikut:

Rendah/Kurang/kurang = SMi sampai (SMi + IK) =0 – 33.3 Sedang = (SMi + IK)+1 sampai (SMi +2IK) =33.4 – 66.7 Tinggi/Baik/banyak = (SMi 2IK)+1 sampai SMa = 66.8- 100

Variabel tekanan ekonomi, dukungan sosial, dan kesejahteraan subjektif keluarga, dikategorikan menjadi rendah, sedang dan tinggi. Sementara itu mekanisme koping dikategorikan menjadi sedikit, sedang dan banyak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Lokasi Penelitian

Posisi geografis Kota Tangerang Selatan terletak pada koordinat 106º38ʼ -106º47ʼ bujur timur dan 06º13ʼ30-6º22ʼ30ʼ lintang selatan, bagian timur Provinsi Banten. Kota Tangerang Selatan merupakan wilayah perkotaan yang secara administratif terbagi dalam 7 kecamatan, 49 sembilan keluarhan dan 5 desa dengan luas wilayah 149,19 kilometer persegi. Kota Tangerang Selatan berbatasan dengan provinsi DKI Jakarta dan memiliki potensi besar menjadi wilayah penyangga Ibukota Jakarta.

Kecamatan Pondok Aren merupakan bagian dari wilayah Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten dengan batas-batas sebagai berikut :

Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Ciledug Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Pesanggrahan Selatan : Berbatasan dengan Ciputat / Ciputat Timur Barat : Berbatasan dengan Serpong /Serpong Utara

Kecamatan Pondok Aren memiliki letak yang sangat strategis yang berbatasan langsung dengan ibukota Negara Indonesia, sebagian besar wilayah Kecamatan Pondok aren merupakan wilayah pemukiman serta pusat perdagangan dan jasa. Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Pondok Aren sangat dinamis terdiri dari berbagai macam suku, adat dan budaya. Data Penduduk di Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan pada Tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hal ini disebabkan banyaknya warga pendatang yang inigin mencari pekerjaan di Kecamatan Pondok Arena atau hanya sebatas bermukim bekerja diluar wilayah Kecamatan Pondok Aren.

(19)

9 9 Berdasarkan data BPS dan Survey Angkatan Kerja Nasional yang diolah Pusat Data Industri dan Tenaga Kerja (Pusdatinaker 2012) menyebutkan bahwa angkatan kerja Kota Tangerang Selatan berjumlah 638.659 jiwa, hal tersebut menunjukan Kota Tangerang Selatan menduduki angkatan kerja peringkat ke-4 terbesar di Banten. Selanjutnya menurut data dari direktori Kota Tangsel, sebaran industri kecil, menengah/besar di Kota Tangerang Selatan, kecamatan Pondok Aren merupakan kecamatan yang memiliki data sebaran tertinggi yaitu 281 dengan spesifikasi sebaran yaitu kerajinan kain. Kota Tangerang Selatan memiliki 400 industri kecil menengah (IKM) atau home industry yang melibatkan hampir seluruh warga sekitar untuk keperluan menjahit pakaian jadi yang siap di jual atau pasarkan (Dinas Perdagangan dan Indsutri Tangsel 2011). Kelurahan Jurang Mangu merupakan salah satu wilayah yang sebagian besar masyarakatnya melakukan aktivitas home industri berupa konveksi rumahan. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Tangerang Selatan juga telah menetapkan daerah Jurang Mangu, Kecamatan Pondok Aren, sebagai kawasan industri konveksi di daerah itu. Pertimbangan penetapan Jurang Mangu sebagai kawasan konveksi karena banyaknya pelaku usaha di bidang jasa menjahit di daerah tersebut. Sehingga sebagai kawasan konveksi, Jurang Mangu juga akan dijadikan sebagai ikon konveksi Kota Tangerang Selatan (Disperindag Tangsel 2011).

Karakteristik Keluarga Contoh

Responden pada penelitian ini adalah suami atau istri yang bekerja sebagai buruh jahit, minimal telah bekerja dua tahun di bidang tersebut dan memiliki anak usia sekolah. Karakteristik keluarga contoh meliputi usia, lama pendidikan, besar keluarga, pendapatan keluarga, pendapatan per kapita. Rata-rata usia contoh pada penelitian ini adalah 39.68 tahun, artinya lebih dari separuh contoh 53.3 persen termasuk dalam usia dewasa muda. Menurut Puspasari (2013) usia dapat dijadikan ukuran untuk melihat kemampuan berfikir dan menyelesaikan masalah dalam diri seseorang. Hurlock (1998) dalam Puspasari (2013) membagi usia kedalam tiga kategori yaitu dewasa muda (18-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun) dan dewasa tua (>60 tahun).

Tabel 2 Nilai maksimum, minimum, rata-rata, dan standar deviasi pada karakteristik keluarga contoh

Variabel Minimum Maksimum Rataan ± SD

Usia (tahun) 23 55 39.68 ± 7.17

Lama pendidikan (tahun) 5 12 8.93 ± 2.34

Besar keluarga (orang) 2 8 3.92 ± 1.05

Pendapatan (Rp/bulan) 840.000 3.600.000 1777733 ± 1 050 600

Pendapatan perkapita

(Rp/bulan) 320.000 1.320.000 640319.4 ± 203 901

(20)

10 10

disebut sedang dan ≥ 8 orang dinayatakan keluarga besar. Sebagian besar keluarga contoh (73.3%) pada penelitian ini termasuk dalam keluarga kecil dengan minimum anggota keluarga 3 orang dan maksimum anggota keluarga 8 orang. Sedangkan rata-rata contoh memiliki anggota keluarga 3 orang.

Tabel 2 menunjukkan bahwa pendapatan contoh perbulan terendah adalah Rp 840.000,0 dan pendapatan contoh tertinggi adalah Rp 3.600.000,0. Adapun pendapat per kapita merupakan pendapatan total keluarga contoh dibagi dengan jumlah besar keluarga contoh. Pendapatan rata-rata keluarga contoh adalah Rp 640.319.4,0. Pendapatan per kapita contoh terendah adalah Rp 320000 sedangkan pendapatan perkapita contoh tertinggi adalah 1.320.000,0 artinya seluruh contoh (100 %) menurut garis kemiskinan BPS (2013) dapat di kategorikan tidak miskin. Kelas sosial seseorang dapat digambarkan melalui pekerjaannya. Hal tersebut karena upah pekerjaan seseorang merupakan penyumbang terbesar dari pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga adalah total pemasukan keluarga per bulan.

Tekanan Ekonomi

Tabel 3 menunjukkan bahwa tujuh dari sepuluh contoh (78.3 %) merasa penghasilan keluarga tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga, sementara itu, empat per lima contoh (86.7 %) juga merasa penghasilan keluarga cenderung lebih kecil dari pengeluaran. Hampir seluruh contoh (96.7 %) merasa perlu lebih hemat dan dua per tiga contoh merasa mengalami kesulitan keuangan.

Tabel 3 sebaran contoh berdasarkan tekanan persepsi ekonomi

Pernyataan Ya Tidak

Penghasilan tidak mencukupi kebutuhan 47 78.3 13 21.7

Pasangan perlu mencari pekerjaan sampingan 9 15 51 85

Penghasilan lebih kecil dari pengeluaran 52 86.7 8 13.3

Terpaksa berhutang memenuhi kebutuhan pokok 9 15 51 85

Terpaksa berhutang untuk kebutuhan material 7 11.7 53 88.3

Merasa perlu menghemat pengeluaran 58 96.7 2 3.3

Mengalami kesulitan keuangan 44 73.3 16 26.7

Sebaran tekanan ekonomi dibagi menjadi 3 yaitu rendah, sedang dan tinggi. Berdasarkan tabel 4 menurut tekanan ekonomi contoh tergolong sedang dengan jumlah persentase 78.3 persen. Sedangkan sisanya 11.7 persen contoh memilliki persepsi tekanan ekonomi rendah, dan hanya 10 persen contoh yang memiliki persepsi tekanan ekonomi tinggi.

(21)

11 11 seseorang menanggapi permasalahan ekonomi. Tekanan ekonomi pada penelitian ini diukur dengan menanyakan kepuasan terhadap pendapatan keluarga, kepuasan terhadap kemampuan pasangan dalam menambah pendapatan, kepuasan dengan pekerjaan sebagai buruh konveksi, keterpaksaan berhutang, dan perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan kategori persepsi tekanan ekonomi

Kategori n %

Tabel 5 menunjukkan bahwa seluruh contoh berusaha berhubungan akrab dengan keluarga (100%), dan dianggap menjadi bagian penting dari keluarga (100%). Hampir seluruh contoh (91.7%) tidak mendapat bantuan mesin jahit dari keluarga besar dan (88.3%) contoh tidak mendapat bantuan barang (perabot rumah, alat transportasi dll).

Tabel 5 Sebaran persentase contoh berdasarkan dukungan sosial

Dukungan Sosial

Tetangga memberikan kritik, saran dan dukungan 44 73.3 16 26.7

(22)

12

Ketika mendapat musibah tetangga Senantiasa membantu

Berusaha memperlihatkan kepedulian 40 66.7 20 33.3

ramah dalam melayani 12 20 48 80

Hampir seluruh contoh memiliki persentase diatas (70%) dukungan sosial dengan tetangga. Akan tetapi (90%) contoh tidak mendapat bantuan keuangan dari tetangga dan (91.7%) contoh tidak mendapat bantuan barang dari masyarakat sekitar. Seluruh contoh (100%) contoh menyatakan bahwa pemerintah bersedia mendengarkan masalah, enam dari sepuluh contoh (66.7%) menyatakan bahwa pemerintah berusaha memperlihatkan kepedulian dan tiga per lima contoh (65%) mendapat bantuan barang dari pemerintah. Sebagian besar contoh (93.3%) menyatakan bahwa pemerintah tidak memberi solusi terhadap masalah yang dihadapi, contoh tidak mendapat bantuan keuangan dari pemerintah dinyatakan oleh Sembilan dari sepuluh contoh (96.7%) dan pemerintah belum menyediakan fasilitas lengkap untuk menolong masyarakat saat terjadi bencana.

Tabe 6 Sebaran dukungan sosial contoh

Kategori n % keluarga luas, tetangga maupun lembaga masyarakat atau pemerintah terkategori sedang (68.3%).

Mekanisme Koping

(23)

13 13 Sedangkan mekanisme koping menambah memperoleh persentase sebesar (13,3 %) yakni kurang dari separuh contoh memiliki pasangan yang mempunyai pekerjaan sampingan. Terdapat dua item pernyataan yang tidak dicantumkan dalam tabel karena dinilai kurang tepat, akan tetapi ikut dalam pengolahan anlisis yaitu menggadaikan barang-barang dan menjual barang-barang.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan mekanisme koping menambah pendapatan

Pasangan berjualan untuk menambah penghasilan

5 8.3 55 91.7

Mengontrakkan rumah 2 3.3 58 96.7

Mekanisme koping mengurangi pengeluaran dibedakan menjadi 2 yaitu, mengurangi pengeluaran pangan dan non-pangan. Tabel 8 menunjukan persentase sebaran contoh berdasarkan mekanisme koping mengurangi pengeluaran pangan contoh. Empat per lima contoh (81.7%) mengurangi pembelian kebutuhan pangan 1 kali dalam seminggu. Kemudian, seluruh contoh pada penelitian ini tidak pernah mengganti beras dengan makanan pokok lain, dan lebih dari separuh contoh (60.0%) tidak pernah mengurangi frekuensi makan.

Tabel 8 Sebaran persentase contoh berdasarkan mekanisme koping mengurangi pengeluaran pangan

Mekanisme Koping Tidak Pernah 1x/ minggu 2-5x/ minggu

(24)

14 14

Adapun mekanisme koping mengurangi pengeluaran pangan yang dilakukan contoh setiap hari yaitu membawa bekal saat kerja dilakukan oleh hampir seluruh contoh (90%) dan menyimpan makanan yang tidak habis dilakukan juga oleh hampir seluruh contoh yaitu sebesar 80 persen.

Tabel 9 menjelaskan mekanisme koping mengurangi pengeluaran non pangan, hampir seluruh contoh diatas lebih dari 90 persen melakukan koping mengurangi pengeluaran non pangan yaitu mengganti obat mahal dengan yang murah (91.7%), menggunakan jamu daripada obat modern (90%), dan memilih tempat berobat yang murah (96.7%).

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan mekanisme koping mengurangi pengeluaran non pangan

Mekanisme koping Ya Tidak

n % n %

Mengganti obat mahal 55 91.7 5 8.3

Menggunakan jamu 54 90.0 6 10.0

Mengurangi pembelian rokok 9 15.0 51 85.0

Memilih tempat berobat yang murah 58 96.7 2 3.3

Mengurangi uang saku anak 4 6.7 56 93.3

Anak berhenti sekolah 1 1.7 59 98.3

Membeli seragam bekas 1 1.7 59 98.3

Membeli sepatu bekas 1 1.7 59 98.3

Mengurangi penggunaan

air/telepon/listrik

55 91.7 5 8.3

Mengurangi pembelian pakaian 50 83.3 10 16.7

Mengurangi pembelian perabot 52 86.7 8 13.3

Mengurangi pembelian peralatan dapur

51 85 9 1

Hampir seluruh contoh diatas 90 persen tidak mengurangi uang saku anak (93.3%), tidak ada anak yang berhenti sekolah (98.3%), tidak pernah membeli seragam bekas (98.3), dan tidak pernah membeli sepatu bekas (98.3%). Sebagian besar contoh melakukan koping mengurangi pengeluaran non pangan mengurangi penggunaan air/telpon/listrik sebesar (91.7%), mengurangi pembelian pakaian sebesar (83.3%), mengurangi pembelian perabot rumahtangga sebesar (86.7%) dan mengurangi pembelian peralatan dapur sebesar (85%).

Tabel 10 Sebaran mekanisme koping yang dipilih contoh

(25)

15 15 Tabel 10 menunjukkan bahwa hampir seluruh contoh 95 persen tidak memilih menambah pendapat sebagai mekanisme koping, mekanisme koping menambah pendapatan termasuk dalam kategori rendah yaitu sebanyak 57 contoh dari 60 contoh menjawab “tidak” melakukan koping dengan menambah pendapatan. akan tetapi lebih dari separuh contoh lebih memilih mengurangi pengeluaran baik pengeluaran pangan (75 %) atau pengeluaran non-pangan (76.7 %). Koping mengurangi pengeluaran pangan dan non-pangan termasuk dalam kategori sedang.

Kesejahteraan Subjektif

Enam dari sepuluh contoh (61.7%) menyatakan kurang puas terhadap keadaan kesehatan fisik keluarga, dan tujuh dari sepuluh contoh (71.7%) kurang puas terhadap gaya manajemen (cara pengelolaan) keuangan keluarga. Sebagian besar contoh (diatas 70%) cukup puas terhadap upaya bertahan hidup yang dilaksanakan keluarga (78.3%), Gaya manajemen (cara pengelolaan) pekerjaan pasangan (76.7%), Keterlibatan dalam kegiatan sosial (78.3%), Perasaan terhadap kebersihan rumah (81.7%), Perasaan terhadap sekolah anak (86.7%), Perasaan terhadap perilaku anak (88.3%).

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif

Pernyataan TP KP CP P SP

(26)

16 16

pasangan dalam membantu pekerjaan di rumah tangga (91.7%), dan 75 persen terhadap kepuasan hubungan perkawinan dengan pasangan. Sebagian besar contoh (diatas 70%) menyatakan puas terhadap, hubungan/komunikasi dengan orang tua/mertua (83.3%), Hubungan/komunikasi dengan tetangga (73.3%) dan kebahagiaan hubungan perkawinan sebesar 83.3 persen.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif

Kategori n %

Tabel 12 menunjukkan bahwa kesejahteraan subjektif keluarga buruh konveksi tergolong pada kategori sedang dengan jumlah persentase hampir separuh contoh (95%). Contoh yang terkategori memiliki kesejahteraan subjektif tinggi hanya mencapai persentase (3.3%), sedangkan contoh yang merasa memiliki kesejahetraan subjektif rendah hanya 1 orang atau (1.7%).

Pengaruh Karakteristik Keluarga, Mekanisme Koping, Persepsi Tekanan Ekonomi, Dukungan Sosial Terhadap Kesejahteraan Subjektif

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa model mempunyai signifikansi sebesar 0,004. Adjusted R Square menunjukkan bahwa kolaborasi semua variabel mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan subjektif sebesar 27,6 persen dan sisanya sebesar 72,4 persen berasal dari variabel lain yang tidak diteliti.

Tabel 13 Pengaruh karakteristik keluarga, mekanisme koping, tekanan persepsi ekonomi dan dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif

Unstandardized

Koping menambah pendapatan .228 .220 .118

(27)

17 17 .

Tabel 13 menjelaskan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh negatif signifikan (B= -0.909, p-value= 0.012) terhadap kesejahteraan subjektif contoh. Artinya bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan contoh maka contoh merasa semakin tidak sejahtera. Total pendapatan berpengruh positif signifikan (B=0.000002317, p-value=0.037) terhadap kesejahteraan subjektif contoh. Artinya jika total pendapatan yang diperoleh tinggi maka kesejahteraan subjektif contoh pun tinggi. Tekanan persepsi ekonomi contoh berpengaruh negatif sangat signifikan (B = -0.213, p-value = 0.003) terhadap kesejahteraan subjektif contoh. Hal tersebut dapat diindikasikan bahwa jika persepsi tekanan ekonomi yang dirasakan contoh semakin menurun maka hal tersebut akan menyebabkan semakin meningkatnya kesejahteraan subjektif yang dirasakan contoh

PEMBAHASAN

Keluarga merupakan sekelompok orang dengan ikatan perkawinan, darah, atau adopsi, terdiri atas satu orang kepala rumah tangga, interaksi dan komunikasi satu sama lainnya dalam peran suami istri yang saling menghormati, ibu dan ayah, anak laki-laki dan perempuan dan menciptakan serta mempertahankan kebudayaannya (Duvvall & Miller, 1985) diacu dalam (Puspitawati 2012). Menurut UU No. 10 tahun 1992, menjelaskan bahwa keluarga sejahtera adalah keluarga yang terbentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan baik spiritual maupun materil. Bertakwa pada Tuhan-NYA, mampu berhubungan serasi dan selaras antaranggota dan keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Selain itu, keluarga juga merupakan suatu unit dalam sistem ekonomi yang senantiasa berinteraksi, mempengaruhi, dan dipengaruhi oleh sistem yang lebih besar (Bryant, 1990) diacu dalam (Puspitawati 2012) bahwa keadaan suatu keluarga tergantung pada keadaan ekonomi Negara. Keluarga sejahtera merupakan kondisi yang diidamkan semua keluarga dan merupakan hasil dari dinamika proses pengelolaan sumberdaya serta masalah-masalah dalam keluarga (Sunarti 2001) diacu dalam (Kharisma 2012).

Menurut Purnomo (2010) Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat, Bank Dunia mendefinisikan kemiskinan dengan pendapatan yang rendah, kekurangan gizi atau keadaan kesehatan yang buruk serta pendidikan yang rendah. Sehingga kemiskinan diukur dengan garis kemiskinan berdasarkan pada pendapatan seseorang kurang dari U$$1 perkapita/hari. Dapat dikatakan bahwa Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.

(28)

18 18

bahwa: “Untuk meningkatkan kesejahteraan bagi pekerja/buruh dan keluarganya, pengusaha wajib menyediakan fasilitas kesejahteraan” (Anjartika 2013).

Contoh pada penelitian ini adalah suami atau istri yang bekerja sebagai buruh konveksi, telah bekerja 2 tahun atau lebih dan memiliki anak usia sekolah. Buruh konveksi rumahan yang memiliki penghasilan sesuai dengan borongan yang datang menyebabkan ketidakpastian sumber pendapatan. Salah satu penyebab tekanan ekonomi adalah ketidakpastian sumber keuangan (Fox dan Bartholomae 2000) diacu dalam Nurillah (2013).

Contoh pada penelitian ini termasuk dalam usia dewasa muda , rata-rata usia contoh 39 tahun, semakin muda usia orang tua akan semakin renta terhadap adanya tantangan dalam kehidupan keluarga. Semakin meningkatnya usia suami memungkinkan suami dapat lebih bersikap bijaksana dalam menghadapi masalah keluarga (Hastuti 2008) diacu dalam Nurillah (2013). sehingga usia dapat dijadikan ukuran untuk melihat kemampuan berfikir dan menyelesaikan masalah dalam diri seseorang (Puspasari 2013). Selain itu, Pendidikan membentuk cara, pola, kemampuan berfikir, pemahaman dan kepribadian seseorang (Gunarsa dan Gunarsa 2000) dalam (Puspasari 2013). Lama pendidikan contoh tertinggi adalah 12 tahun atau hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dan paling rendah 5 tahun atau tidak tamat Sekolah Dasar (SD), adapun rata-rata lama pendidikan contoh adalah 8 tahun. hasil uji regresi juga menunjukan adanya hubungan yang negative signifikan antara pendidikan dengan kesejahteraan subjektif, artinya bahwa semakin contoh memiliki pendidikan yang tinggi justru kesejahteraan subjektifnya semakin rendah. Hal ini disebabkan karena contoh dengan pendidikan yang tinggi biasanya memiliki harapan-harapan akan kesejahteraan yang relatif jauh lebih tinggi pula. Selain itu, walaupun contoh ada yang berpendidikan rendah mungkin merasa sejahtera karena senantiasa selalu merasa bersyukur atas apa yang dimiliki.

Keluarga kecil cenderung memiliki pengeluaran per bulan yang lebih tinggi dibandingkan keluarga besar, hal tersebut mengindikasikan keluarga yang memiliki anggota keluarga lebih sedikit memiliki peluang untuk mencapai kesejahteraan lebih besar (Elmanora et al. 2012). Besar keluarga contoh pada penelitian ini termasuk dalam keluarga kecil dengan minimum anggota keluarga 2 orang dan maksimum anggota keluarga 8 orang. Hanya 1 contoh dengan anggota keluarga minimum dan maksimum, sedangkan rata-rata contoh memiliki anggota keluarga 3 orang. Dilihat dari rata-rata jumlah anggota keluarga contoh berkaitan dengan tekanan persepsi ekonomi yang juga terkategori sedang. Sebagaimana hasil penelitian Firdaus (2008) yang menyatakan bahwa Semakin besar anggota keluarga maka semakin tinggi tekanan ekonomi keluarga.

(29)

19 19 terhadap dollar pada maret-april adalah 13.000,0 maka setiap individu dikatakan miskin jika jumlah konsumsi perhari dalam rupiah kurang dari 26.000,0 artinya sebanyak 50 contoh atau sebesar (83%) terkategori miskin.

Bentuk mekanisme koping yang paling banyak dilakukan oleh contoh adalah mengurangi pengeluaran, baik pengeluaran pangan maupun pengeluaran non-pangan. Selain itu keluarga dengan tingkat pendapatan rendah cenderung melakukan mekanisme koping yang paling mudah dilakukan yaitu dengan mengurangi pengeluaran (Rachmawaty 2012). Hasil uji regresi menunjukan bahwa tidak ada bentuk mekanisme koping yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif, hal tersebut mungkin disebabkan karena ada kekurang sesuian antara instrument penelitian dengan kondisi contoh dilapangan.

Persepsi seseorang terhadap suatu objek berbeda-beda, hal tersebut menyebabkan persepsi seseorang terhadap tekanan ekonomi yang dirasakan juga akan berbeda (firdaus 2008). Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi tekanan ekonomi adalah suatu keadaan yang diukur dengan cara melihat bagaimana seseorang menanggapi permasalahan ekonomi. Persepsi tekanan ekonomi pada penelitian ini diukur dengan menanyakan kepuasan terhadap penghasilan keluarga, Hasil uji regresi yang menunjukan bahwa tekanan persepsi ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap kesejahteraan subjektif contoh. Artinya bahwa semakin tinggi tekanan persepsi ekonomi yang dirasakan contoh maka hal tersebut mengindikasikan semakin rendahnya kesejahteraan subjektif yang dirasakan contoh. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa persepsi tekanan ekonomi contoh tergolong sedang. Senarai dengan pernyataan Fox dan Bartholomae (2000) dalam Nurillah (2013) bahwa kemampuan keluarga dalam mengatasi tekanan ekonomi dipengaruhi oleh bagaimana keluarga mendefinisikan kondisi ekonomi mereka.

Dukungan sosial yang tinggi akan membantu keluarga dalam mewujudkan kesejahteraannya (Sunarti et al. 2011). Masyarakat yang memiliki dukungan kuat baik dari segi ekonomi maupun sosial, akan lebih mampu mengatasi masalah yang menimpa dirinya senarai dengan Herawati (2012) dukungan sosial yang diterima oleh keluarga akan membantu dalam mengatasi permasalahan keluarga, sehingga akan tercapai apa yang menjadi tujuan dalam keluarga.. Penelitian ini membagi dukungn sosial menjadi 3 yaitu dukungan sosial keluarga luas, dukungan sosial tetangga, dan dukungan sosial lembaga masyarakat atau pemerintah. Hasil penelitian menunjukan bahwa dukungan sosial contoh terkategori tinggi, walaupun tidak memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap kesejahteraan subjektif.

(30)

20 20

Tuhannya atas apa yang telah dia dapatkan selama ini (Syarif & Hartoyo 1993) dalam Puspasari (2013).

Terdapat ketebatasan pada hasil penelitian ini yaitu instrument mekanisme koping kurang tepat digunakan pada objek penelitian, kemungkinan adanya salah persepsi dalam menjawab setiap item pertanyaan, sehingga analisis mekanisme koping kurang tergambarkan dengan baik.

SIMPULAN DAN SARAN

Tekanan ekonomi keluarga buruh konveksi terkategori sedang dan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Selain itu, contoh melakukan mekanisme koping yang terkategori sedang dan memiliki dukungan sosial yang terkategori tinggi, sehingga contoh memiliki kesejahteraan subjektif yang sedang.

Berdasarkan simpulan tersebut, kesejahteraan yang dirasakan oleh contoh agar jangan sampai menurun maka perlu adanya program bantuan untuk meningkatkan kecakapan keluarga dalam hal melakukan mekanisme koping agar tercapainya kesejahteraan bahkan bisa terus meningkat. Selain itu, untuk masyarakat umum perlu adanya saling mendukung dalam pemenuhan kebutuhan keluarga agar tercapai kesejahhteraan bersama, karena sejatinya kita adalah makhluk sosial bukan makhluk individu.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Kondisi Kemiskinan di Indonesia. Jakarta: BPS.

Anjartika A. 2013. Analisis Gender Terhadap Tingkat Perlindungan Dan Kesejahteraan Buruh Industri Pabrik Cv Tkb Di Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Anonim. 2014. Peraturan Republik Indonesia Undang-Undang No 52 Tahun 2009. http://www.hsph.harvard.edu/population/policies/indonesia.population09.pdf [9 September 2014]

BAPPENAS. 2010. Evaluasi Pelayanan Keluarga Berencana Bagi Masyarakat Miskin (Keluarga Prasejahtera/Kps Dan Keluarga Sejahtera–I/Ks-I. Direktorat Kependudukan

Elmanora et al. 2012. Kesejahteraan Keluarga Petani Kayu Manis. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 5(1):58-66.

Firdaus, Sunarti E. 2009. Hubungan antara tekanan ekonomi dan mekanisme koping dengan kesejahteraan keluarga wanita pemetik teh. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 2 (1): 21-31.

(31)

21 21 Herawati et al. 2012. Dukungan Sosial dan Ketahanan Keluarga Peserta dan Bukan Peserta Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri.

Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 5(1):1-10.

Iskandar et al. 2006. Faktor-faktor yg mempengaruhi kesejahteraan keluarga.

Jurnal Universitas Sumatera Utara

Kharisma N. 2012. Tipologi Dan Kesejahteraan Subjektif Keluarga Di Perdesaan Dan Perkotaan [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Merisa. 2013. Analisis Strategi Koping, Potensi Perdagangan Manusia Dan Kesejahteraan Keluarga (Kasus di Kabupaten Cianjur) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nurillah H. 2013. Strategi Koping, Tekanan Ekonomi, Dan Ketahanan Keluarga Di Kawasan Kumuh [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Purnomo H. 2010. Tehnik Penetapan Garis kemiskinan untuk menghitung jumlah penduduk miskin. Seksi Statistik Ketahanan Sosial

Puspasari. 2013. Strategi Koping, Dukungan Sosial, Dan Kesejahteraan Keluarga Di Daerah Rawan Bencana,Kabupaten Bandung [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Rachmawati A. 2010. Strategi koping dan fakor–faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif pada keluarga penerima program keluarga harapan (PKH) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sunarti E, Rahmayani I, Haryati C. 2010. Hubungan Fungsi Agil Dengan Kesejahteraan Keluarga Nelayan Yang Rawan Terkena Bencana Alam. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen 3(1): 11-17.

Sunarti E, Praptiwi RN, Muflikhati I. 2011. Kelentingan Keluarga, Dukungan Sosial, Dan Kesejahteraan Keluarga Nelayan Juragan Dan Buruh Di Daerah Rawan Bencana. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 4(1): 1-10.

(32)

22 22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 1 januari 1990. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara, pasangan Bahrudin (Alm) dan Juannah. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Anamui, Tangerang, lulus pada tahun 2002. Penulis melanjutkan pendidikan MTs dan Aliyah di Yayasan Pondok Pesantren Modern An-najah, Rumpin, Bogor, hingga lulus tahun 2008. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dengan mayor Ilmu Keluarga dan konsumen, Fakultas Ekologi Manusia.

Gambar

Tabel.1 Variabel data, skala data, dan kategori skor data .............................
Gambar.1 Kerangka Pemikiran, Tekanan Persepsi Ekonomi, Dukungan Sosial,
Tabel 1 Variabel, skala, dan kategori skor data
Tabel 2 Nilai maksimum, minimum, rata-rata, dan standar deviasi pada    karakteristik keluarga contoh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Semua jurusan harus diinputkan kedalam aplikasi ini karena nanti akan berhubungan dengan data mahasiswa, matakuliah dan kegiatan belajar mengajar, pada modul ini

Namun terdapat lokasi yang tidak terlalu parah yaitu di Taman Wisata Alam (TWA) Alur Paneh keru­ sakan relatif kecil karena ekosistem mangrove berada dibelakan

Peneliti berasumsi bahwa perawat dengan masa kerja yang lebih lama dan ketrampilan yang banyak maka akan memberikan Motivasi yang maksikmal sehingga mampu

Perluasan merek (Brand Extention) adalah merupakan suatu strategi yang dilakukan perusahaan untuk meluncurkan suatu produk dalam kategori baru dengan menggunakan merek

Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Tajwid dengan Metode Card Sort pada Siswa Kelas XII Mekatronika 2 SMK Negeri 3 Salatiga Tahun

Berdasarkan data motivasi belajar dan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Kedungbanteng melalui penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan

Selanjutnya untuk kriteria karakter kita lihat dari sikapnya apakah kooperatif atau tidak saat proses pengajuan kredit, penilaian dari tetangga apakah orang tersebut mempunyai

Sekolah- sekolah Muhammadiyah eksis sejak ibu kota provinsi hingga ke desa-desa dan ini memberikan peran luar biasa dalam memberikan kesempatan pendidikan kepada