• Tidak ada hasil yang ditemukan

This research is on farmers perception of the role agriextensionworker in Sidomulyo dan Muari Village Oransbari Sub District south of Manokwari.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "This research is on farmers perception of the role agriextensionworker in Sidomulyo dan Muari Village Oransbari Sub District south of Manokwari."

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI PETANI TERHADAP PERANAN PENYULUH PERTANIAN

DI DESA SIDOMULYO DAN MUARI DISTRIK ORANSBARI

KABUPATEN MANOKWARI SELATAN

KRISNAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian di Desa Sidomulyo dan Muari, Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Krisnawati

(4)

RINGKASAN

KRISNAWATI. Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan. Dibimbing oleh NINUK PURNANINGSIH dan PANG S ASNGARI.

Penelitian ini mengenai persepsi petani mengenai peranan penyuluh pertanian di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari Manokwari Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi petani terhadap peranan petugas penyuluh lapang (teknisi, fasilitator dan advisor) di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan.

Faktor tersebut meliputi: (1) faktor internal yaitu karakteristik petani (umur, pendidikan formal, pendidikan non-formal, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusaha tani) dan (2) faktor eksternal petani (keterlibatan petani dalam kelompok dan pengetahuan petani terhadap peranan petuga penyuluh lapang). Responden penelitian sebanyak 80 petani yang masih aktif dalam kegiatan penyuluhan. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensial dengan membuat tabel frekuensi dan persentase dan menggunakan uji korelasi Rank Spearman pada taraf kepercayaan 0,05% untuk melihat tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas.

Hasil analisis dalam penelitian menunjukkan bahwa (1) sebagian besar anggota kelompok tani di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari masih berada pada usia produktif masa bekerja yaitu 35-47 tahun, dengan tingkat pendidikan tamat SLTP, sering mengikuti kegiatan pelatihan yang berhubungan dengan usaha tani, memiliki pengalaman berusaha tani 10-20 tahun, aktif mengikuti petemuan rutin kelompok tani, (2) persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai teknisi, fasilitator dan advisor dikategorikan baik, (3) ada hubungan antara faktor internal karakteristik petani dan faktor eksternal (sistem sosial) terhadap persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai teknisi, fasilitator dan advisor.

(5)

SUMMARY

KRISNAWATI. This research is on farmers perception of the role agri-extensionworker in Sidomulyo dan Muari Village Oransbari Sub District south of Manokwari. Supervised by NINUK PURNANINGSIH and PANG S ASNGARI.

This research is about This research is on farmers perception of the role agri-extensionworker in Sidomulyo dan Muari Village, Oransbari Sub District, south of Manokwari. Purpose of this research is analyzed that influence farmers’s

perceptions of the role extension agent’s (technician, facilitator and advisor).

These factors include: (1) internal factors: the characteristics of farmers (age, formal education, non formal education, land ownership and farming experience) and (2) external factors: the social system (farmer involvement in the group and knowledge farmers of the role agri-extensionworker) includes two sample villages in Oransbari Sub District South Manokwari of West Papua by 80 respondents farmers who are still active in outreach activities. Data were analyzed with descriptive and inferential create frequency tables and percentages and using the Spearman rank correlation test at the level of 0.05 % to see the level of relationship between the independent variables .

The results showed that (1) most of the members of farmer groups in the Sidomulyo and Muari Village are farmers has age period 35-47 years, with the level of education completed junior high school, often following training activities, internships, field trips related to agricultural extension activities, has a wide enough area 600-1000 m2, have 10-20 years of experience trying to farm, actively participates in regular meetings of relating to agricultural extension

activities, (2) farmer’s perceptions of the role agri-extensionworker as a technician, facilitator and advisor categorized good, (3) there is a relationship between internal factors and external factors farmer characteristics (social

systems) on farmer’s perceptions of the role agri-extensionworker as a technician, facilitator and advisor.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

PERSEPSI PETANI TERHADAP PERANAN PENYULUH PERTANIAN

DI DESA SIDOMULYO DAN MUARI DISTRIK ORANSBARI

KABUPATEN MANOKWARI SELATAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tesis : Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan

Nama : Krisnawati NIM : I351110011

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MSi Ketua

Prof Dr Pang S Asngari Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Prof Dr Ir Sumardjo, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah Persepsi, dengan judul Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluhan Pertanian di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Ninuk Purnaningsih MSi dan Bapak Prof Dr Pang S Asngari selaku pembimbing yang dengan sabar dan tak mengenal lelah memberi arahan dan bimbingan serta memberi kemudahan pada penulis. Terimakasih juga kepada Ibu Dr Ir Siti Amanah MSc dan Prof Dr Ir Sumardjo MSi atas saran-sarannya yang yang luar biasa. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh masyarakat petani, petugas penyuluh lapang, kepala desa dan kepala distrik di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari atas bantuannya memberikan informasi terkait penelitian.

Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional atas Beasiswa BPPS yang diberikan selama dua tahun, terimakasih juga penulis sampaikan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat dan Yayasan Toyota Foundation atas bantuan dana penelitian.

Ucapan terimakasih dan penghargaan paling dalam kepada suami tercinta Jeffry Ronald Pattiasina atas doa serta dengan kasih sayang mendampingi penulis selama penulis melakukan penelitian hingga karya ilmiah ini selesai dikerjakan, juga kepada putri kami yang tersayang Alyne Aprilia Pattiasina yang hadir menemani penulis hingga menyelesaikan pendidikan. Penulis juga sampaikan terimakasih luar biasa kepada kedua orangtua yang tak hentinya mendoakan penulis.

Terimakasih kepada sahabat-sahabatku terkasih PPN 2011 Nini Kusrini, Afni Zahara, Rikhlata, Pak Zainuddin, Pak Suherdi, Pak Multi, Rafnel, Bunda Irma, Pak Iwan, Pak Darojat, Pak Akrab dan mba Desi Garibaldi atas kebersamaan, canda tawa dan dukungan kepada penulis. Terimakasih juga kepada sahabatku terkasih Siti, Kak Fitri, Kak Vannie, Kak Selvi, Abi serta teman-teman IMAPA (Ikatan Mahasiswa Pasca Papua) atas dukungan moril dan doanya.

Penulis menyadari ketidaksempurnaan karya ilmiah ini, saran dan kritik yang membangun akan diterima dengan senang hati. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Februari 2014

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Masalah Penelitian 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 5

Konsep Persepsi 5

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi 6

Karakteristik Petani 8

Konsep Petani 11

Konsep Peranan 12

Konsep Penyuluh atau Agen Perubahan 14

Peranan Petugas Penyuluh Lapang 15

Peranan Penyuluh dalam SKKNI Tahun 2010 19

Keranngka Berpikir 22

Hipotesis 23

METODE 24

Rancangan Penelitian 24

Lokasi Penelitian 24

Teknik Pengumpulan Data 24

Populasi dan Sampel 25

Data dan Instrumen Data 25

Validitas dan Reliabilitas Instrumen 25

Pengolahan dan Analisis Data 27

Definisi Operasional 28

HASIL DAN PEMBAHASAN 32

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 32

Gambaran Umum Penyuluh Pertanian Desa Sidomulyo dan Muari 33

Karakteristik Petani 34

Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Teknisi 39 Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Fasilitator 40 Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Advisor 41 Faktor Internal dan Eksternal Petani yang Berhubungan dengan Persepsi

(12)

SIMPULAN DAN SARAN 52

Simpulan 52

Saran 53

DAFTAR PUSTAKA 53

LAMPIRAN 56

DAFTAR TABEL

1. Identifikasi kompetensi umum dan inti pada masing-masing level

penyuluh pertanian (SKKNI tahun 2010) 21

2. Uji validitas iten instrumen 26

3. Uji reabilitas item instrumen 27

4. Variabel, definisi operasional, indikator dan pengukuran karakteristik

petani 28

5. Variabel, definisi operasional, indikator dan pengukuran faktor

eksternal 29

6. Variabel, definisi operasional, indikator dan pengukuran persepsi

petani terhadap peranan PPL 30

7. Distribusi frekuensi variabel pengetahuan petani terhadap peranan 38 8. Distribusi frekuensi variabel peranan PPL sebagai teknisi 39 9. Distribusi frekuensi variabel peranan PPL sebagai fasilitator 41 10. Distribusi frekuensi variabel peranan PPL sebagai advisor 42 11. Hubungan faktor internal dengan persepsi petani terhadap peranan

PPL sebagai teknisi 43

12. Hubungan faktor eksternal dengan persepsi petani terhadap peranan

PPL sebagai teknisi 45

13. Hubungan faktor internal dengan persepsi petani terhadap peranan

PPL sebagai fasilitator 46

14. Hubungan faktor eksternal dengan persepsi petani terhadap peranan

PPL sebagai fasilitator 48

15. Hubungan faktor internal dengan persepsi petani terhadap peranan

PPL sebagai advisor 49

16. Hubungan faktor eksternal dengan persepsi petani terhadap peranan

PPL sebagai advisor 51

DAFTAR GAMBAR

1. Kondisi kesenjangan yang dihadapi masyarakat petani di Distrik

Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan 4

2. Pembentukan persepsi menurut Litteret (Asngari, 1984) 6

(13)

4. Kerangka berpikir penelitian 23

5. Karakteristik usia responden 34

6. Karakteristik pendidikan formal responden 35

7 Karakteristik pendidikan non formal responden 36 8. Karakteristik status kepemilikan lahan responden 36 9. Karakteristik pengalaman berusahatani responden 37 10. Karakteristik keterlibatan petani dalam kelompoktani 38

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil uji statistik inferensial 56

2. Peta Kabupaten Manokwari Selatan 60

(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Persepsi merupakan proses aktif penggunaan pikiran sehingga menimbulkan tanggapan terhadap suatu rangsang. Persepsi yang terbentuk dalam diri petani akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap peran penyuluh. Persepsi petani terhadap peran penyuluh dapat menjadi salah satu faktor penghambat atau pendorong bagi partisipasi atau keterlibatan petani dalam kegiatan penyuluhan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan petani Distrik Oransbari kurang partisipasi dalam kegiatan penyuluhan yakni petani masih kurang percaya kepada penyuluh karena penyuluh lebih menitikberatkan pada penyampaian materi tanpa melihat sejauhmana petani mengadopsi. Selain itu ditunjukkan oleh persepsi petani tentang penyuluh pertanian. Persepsi seseorang tentang sesuatu erat hubungannya dengan tindakan orang tersebut pada hal itu. Untuk itu, perlu dikaji tentang persepsi petani terhadap peran penyuluh pertanian guna mengetahui kebutuhan petani dan harapan petani.

Diberlakukannya Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah yang mewujudkan otonomi daerah, akan memberikan keleluasan daerah dalam mengatur dan mengurus urusan pemerintah daerah. Era otonomi daerah di Kabupaten Manokwari dimulai tahun 2001, sejalan dengan pemikiran Sumardjo (2008) seiring implementasi otonomi daerah, komitmen pemerintah terhadap penyuluhan melemah. Pemerintah daerah di beberapa tempat kurang memiliki komitmen dukungan terhadap eksistensi dan pengembangan penyuluhan, sehingga kurang menstimulan terjadinya upaya pengembangan kompetensi para penyuluh.

Seluruh aktivitas pertanian menjadi urusan daerah dan dikelola oleh Dinas Pertanian daerah, dengan demikian diharapkan kegiatan penyuluhan pertanian akan terlaksana secara baik. Namun kenyataannya dilapangan dihadapkan banyak kendala seperti adanya perubahan pengelolaan dan penanganan penyuluh pertanian dan hilangnya keberadaan institusi penyuluhan di tingkat kabupaten, sehingga menyebabkan basis para penyuluh mengalami perubahan. Hal ini berdampak pada lokasi penelitian yaitu di Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan. Empat belas desa di Distrik Oransbari hanya 2 desa yang kegiatan penyuluhan pertaniannya masih aktif yaitu Desa Sidomulyo dan Muari. Desa-desa yang kegiatan penyuluhan pertanian tidak aktif disebabkan karena petani kurang percaya kepada penyuluh pertanian, ini yang membuat petani tidak aktif dalam kegiatan penyuluhan pertanian.

(16)

dalam mengatasi masalah yang dihadapi petani. Peranan penyuluh pertanian adalah membantu petani membentuk pendapat yang sehat dan membuat keputusan yang baik dengan cara berkomunikasi dan memberikan informasi yang diperlukan petani. Selain itu penyuluh pertanian juga berperan untuk membantu petani dalam peningkatan usahataninya (van den Ban danHawkins 1999).

Penyuluh pertanian merupakan agen perubahan yang langsung berhubungan dengan petani. Salah satu fungsi penyuluh pertanian mengajak petani agar mau melakukan tindakan-tindakan yang bermanfaat bagi usahanya. Penyuluh dapat mempengaruhi melalui perannya sebagai fasilitator, supervisor dan advisor. Berbagai peran tersebut diterapkan oleh penyuluh pertanian dengan kadar yang berbeda.

Peranan penyuluh pertanian penting dalam membantu petani, oleh karena itu Pemerintah menetapkan rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor pertanian bidang penyuluhans pertanian tahun 2010 yang menjadi standar kompetensi kerja nasional Indonesia yang mencerminkan keprofesian seorang penyuluh pertanian dan merupakan salah satu bentuk kepedulian pemerintah dalam mewujudkan reviltalisasi pertanian melalui tujuan pembangunan yaitu mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan yang difokuskan pada penataan kelembagaan penyuluhan pertanian, peningkatan kuantitas dan kualitas penyuluh pertanian, peningkatan kelembagaan dan kepemimpinan petani dan peningkatan sistem penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Peranan penyuluh pertanian secara desktiptif yang tercantum dalam SKKNI tahun 2010 adalah sebagai fasilitator, supervisor dan advisor.

(17)

masyarakat tani di pedesaan, harus merupakan inisiatif dan dilaksanakan oleh masyarakat tani sendiri.

Penyuluh merupakan ujung tombak yang bersentuhan langsung dengan petani. Kedudukan sebagai ujung tombak menggambarkan penyuluh pertanian memiliki berbagai kemampuan yang dapat menunjang tugas dan fungsinya dalam memajukan petani. Hal tersebut terutama karena masalah yang dihadapi penyuluh pertanian di lapangan tidak saja menyangkut persoalan usatahani semata, melainkan berbagai persoalan baik masalah budaya, sosial, tingkat pengetahuan, maupun kepercayaan masyarakat petani. Oleh karena itu penyuluh pertanian dituntut untuk menggunakan pendekatan yang beragam dalam membantu menyelesaikan persoalan petani.

Masalah Penelitian

Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah petani di Distrik Oransbari kurang aktif dalam kegiatan penyuluhan, hal ini disebabkan karena penyuluh pertanian lebih menitikberatkan materi tanpa melihat sejauhmana petani mengadopsi. Hal ini sejalan dengan pemikiran Marzuki (1994) bahwa selama ini peranan penyuluh yang lebih dominan diterapkan adalah sebagai instruktur atau sebagai tenaga teknis dibanding perannya yang lain. Kegiatan penyuluhan lebih menitikberatkan pada materi yang harus diterima petani dibanding dengan proses bagaimana petani dapat menerima suatu inovasi pertanian tersebut. Akibatnya peran penyuluh pertanian telah mempengaruhi petani yang cenderung menunggu anjuran, instruksi, dan arahan sehingga membuat sebagian petani tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan pertanian dan bahkan petani tersebut tidak percaya dengan program yang diadakan oleh penyuluh pertanian.

Empat belas desa di Distrik Ornsbari hanya 2 desa yang kegiatan penyuluhan masih aktif hingga penelitian ini dilakukan yaitu Desa Sidomulyo dan Muari. Oleh sebab itu peneliti memilih Desa Sidomulyo dan Muari dijadikan sebagai lokasi penelitian. Peneliti ingin melihat kebutuhan dan harapan petani Desa Sidomulyo dan Muari melalui persepsinya terhadap peranan penyuluh pertaian.

Berdasarkan uraian di atas perumusan masalah yang ditelaah dalam penelitian ini adalah:

(1) Karakteristik petani Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari. (2) Persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian.

(18)

Gambar 1. Kondisi Kesenjangan yang Dihadapi Masyarakat Petani di Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Mendeskripsikan karakteristik petani Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari.

(2) Mengidentifikasi persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian. (3) Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi petani

(19)

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan, dan para praktisi yang berhubungan dengan pengembangan petani dan peranan penyuluh pertanian lapang. Manfaat khusus yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Bagi Perguruan Tinggi diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pengembangan petani dan peranan penyuluh pertanian serta dapat mendorong peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

(2) Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Manokwari dan pihak terkait seperti Kementerian Pertanian dan instansi terkait lainnya dalam merumuskan perencanaan pembuatan program-program pemberdayaan pertanian selanjutnya.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Persepsi

Harihantono (2001) mendefinisikan persepsi sebagai pandangan individu terhadap suati objek (stimulus). Akibat adanya stimulus, individu memberikan respon berupa penerimaan atau penolakan terhadap stimulus tersebut. persepsi berhubungan dengan pendapat dan penilaian individu terhadap suatu stimulus tersebut. Hal senada juga dikemukakan oleh Robbins (2006) sejumlah faktor juga dapat berperan dalam membentuk dan kadang memutar balik persepsi. Diantara karaktersitik pribadi yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian, motivasi, kepentingan atau minat, pengalaman dan harapan.

(20)

Gambar 2. Pembentukan persepsi menurut Litterer (Asngari, 1984)

Persepsi terkait erat dengan masalah sikap, karena persepsi merupakan komponen kognitif sikap. Berdasarkan psikologi sosial sikap diartikan sebagai derajat atau tingkat kesesuaian atau ketidaksesuaian seseorang terhadap objek tertentu. Kesesuaian atau ketidaksesuaian ini dinyatakan dalam skala yang menunjukkan sangat setuju atau sangat tidak setuju terhadap objek sikap. Rakhmat (2000) mengartikan persepsi sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada rangsangan inderawi. Menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi tetapi juga atensi (perhatian), ekspektasi (harapan), motivasi, dan memori.

Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang diterima. Melihat pendapat para pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian persepsi dalam penelitian ini adalah pandangan seseorang terhadap informasi tentang lingkungannya baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Harihanto (2001) menyatakan bahwa persepsi berhubungan dengan pendapat dan penilaian individu terhadap suatu stimulus yang akan berakibat terhadap motivasi, kemauan dan perasaan terhadap stimulus tersebut. Hal senada juga dikemukakan oleh Robbins (2006) sejumlah faktor juga dapat berperan dalam membentuk dan juga kadang memutar balik persepsi. Diantara karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian, motivasi, kepentingan atau minat, pengalaman dan harapan.

Arumbawa (2004) juga mengemukakan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal yaitu : (1) keturunan atau hereditas, (2) kondisi dan tuntutan biologis atau fisiologis, (3) kecerdasan atau pendidikan, (4) proyeksi diri atau asumsi tentang perilaku orang lain yang dikaitkan dengan nilai-nilai diri sendiri, (5) harapan terhadap objek, (6) efek halo (generalisasi sesuatu yang bersifat khusus), (7) sifat dan keyakinan keagamanaan, (8) nilai-nilai individu yang dianut, (9) pengetahuan dan pengalaman masa lalu tentang objek. Sedangkan faktor-faktor eksternal: (1) norma masyarakat, (2) adat istiadat, (3) konformitas (upaya penyesuaian diri

Mekanisme pembentukan persepsi

pembentukan persepsi

Informasi sampai ke individu

Selectivity Interpretation

“Closure”

Pengalaman masa silam

Persepsi

(21)

terhadap tuntutan orang lain atau tekanan sosial) dan (4) pengaruh ekosistem lainnya.

Menurut Rahkmat (2000), persepsi ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor personal dan faktor situasional. Menurut Krech dan Crutchfield (1983), terdapat dua variabel yang mempengaruhi persepsi yaitu : (1) variabel structural, adalah faktor-faktor yang terkandung dalam rangsang fisik dan proses neorofisiologik, dan (2) variabel fungsional adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri pengamat seperti kebutuhan, suasana hati, pengalaman masa lampau dan sifat-sifat individual lainnya. Rahmat (2000) menyebutkan jika ingin memahami suatu peristiwa kita tidak boleh meneliti fakta-fakta secara terpisah akan tetapi kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami seseorang kita harus melihat konteksnya, lingkungannya, dan masalah yang dihadapinya.

Persepsi yang benar terhadap suatu objek sangat diperlukan karena persepsi merupakan dasar pembentukan sikap dan perilaku. Asngari (1984) mengatakan bahwa persepsi individu terhadap lingkungannya merupakan faktor penting, karena akan berlanjut dalam menentukan tindakan tersebut. Hal senada dikemukakan oleh Thoha (1999), bahwa persepsi merupakan unsur penting dalam penyesuaian perilaku.

Rogers dan Shoemaker (1971) menyatakan bahwa karakteristik seseorang akan ikut mempengaruhi persepsi dan selanjutnya akan mempengaruhi tindakan atau perilaku. Hal ini dipertegas oleh pernyataan yang disampaiakn oleh De Vito (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan persepsi adalah umur, kecerdasan, kompleksitas, kognitif, popularitas, ciri-ciri pribadi, dan kesan latihan atau hasil belajar.

Sobur (2003) persepsi merupakan proses menyeleksi rangsangan. Terdapat dua faktor yang menentukan seleksi rangsangan, yakni:

(1) Faktor-faktor intern yang mempengaruhi seleksi persepsi. Dalam menyeleksi berbagai gejala untuk persepsi, faktor-faktor intern berkaitan dengan diri sendiri, faktor-faktor tersebut adalah: (a) kebutuhan psikologis. Kebutuhan psikologis seseorang mempengaruhi persepsinya. Kadang-kadang ada hal yang kelihatan (yang sebenarnya tidak ada) karena kebutuhan psikologis, (b) Latar belakang. Orang-orang dengan latar belakang tertentu mencari orang-orang dengan latar belakang yang sama. Mereka mengikuti dunia yang serupa dengan mereka, (c) Pengalaman. Pengalaman mempersiapkan seseorang untuk mencari orang-orang, hal-hal, dan gejala-gejala yang mungkin serupa dengan pengalaman pribadinya. Seseorang yang mempunyai pengalaman buruk dalam bekerja dengan jenis orang tertentu, mungkin akan menyeleksi orang-orang ini untuk jenis persepsi tertentu; (d) kepribadian. Seseorang yang introvert mungkin akan tertarik kepada orang-orang yang serupa atau sama sekali berbeda. Berbagai faktor dalam kepribadian mempengaruhi seleksi dan persepsi; (e) sikap dan kepercayaan umum. Orang-orang yang mempunyai sikap tertentu terhadap kelompok tertentu, besar kemungkinan akan melihat berbagai hal kecil yang tidak diperhatikan oleh orang lain; (f) penerimaan diri. Orang-orang yang ikhlas menerima kenyataan diri akan lebih tepat menyerap sesuatu daripada mereka yang kurang ikhlas menerima realitas dirinya.

(22)

intensitas. Pada umumnya, rangsangan yang lebih intensif, mendapatkan lebih banyak tanggapan daripada rangsangan yang kurang intens; (b) ukuran. Pada umumnya, benda-benda yang lebih besar lebih menarik perhatian. Barang yang lebih besar lebih cepat dilihat; (c) kontras. Hal-hal lain dari yang biasa kita lihat akan cepat menarik perhatian; (d) gerakan. Hal-hal yang bergerak lebih menarik perhatian daripada hal-hal yang diam; (e) ulangan. Biasanya hal-hal yang berulang dapat menarik perhatian. Akan tetapi, ulangan yang terlalu sering dapat menghasilkan kejenuhan semantik dan dapat kehilangan arti perspektif. Oleh karena itu, ulangan mempunyai nilai yang menarik perhatian selama digunakan dengan hati-hati; (f) keakraban. Hal-hal yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian; dan (g) sesuatu yang baru. Hal-hal baru juga dapat menarik perhatian. Jika orang sudah terbiasa dengan sesuatu yang sudah dikenal, maka sesuatu yang baru dapat menarik perhatian.

Berdasarkan uraian diatas yang dimaksud faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian lapang dalam penelitian ini adalah : (1) karakteristik petani, yaitu : umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, status kepemilikan lahan, dan pengalaman berusahatani, (2) faktor eksternal, yaitu : keterlibatan petani dalam kelompoktani dan pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian.

Karakteristik Petani

Umur

Bakir dan Markir (1984) mengemukakan bahwa umur ptoduktif untuk bekerja di negara-negara berkembang umumnya adalah 15 – 55 tahun. Kemampuan kerja seorang petani sangat dipengaruhi oleh tingkat umur petani tersebut, karena kemampuan kerja produktif akan terus menurun dengan semakin lanjut usia petani. Pada penelitian ini salah satu faktor interen yang mempengaruhi mempengaruhi persepsi dan selanjutnya akan mempengaruhi tindakan atau perilaku.. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Rogers dan Shoemaker (1971), bahwa karakteristik seseorang akan ikut mempengaruhi persepsi dan selanjutnya akan mempengaruhi tindakan atau perilaku lalu dipertegas oleh pernyataan yang disampaiakn oleh De Vito (1997) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan persepsi adalah umur, kecerdasan, kompleksitas, kognitif, popularitas, ciri-ciri pribadi, dan kesan latihan atau hasil belajar. Jadi yang dimaksud dengan umur dalam penelitian ini adalah Jumlah tahun sejak lahir hingga penelitian dilakukan.

Pendidikan Formal

(23)

pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi.

Pada penelitian ini persepsi petani dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang, maka seseorang itu semakin paham terhadap informasi yang didapatkannya. Sehingga dapat menafsirkan situasi lingkungan baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Jadi pendidikan formal dalam penelitian ini adalah tingkatan atau level terakhir responden menempuh sekolah formal. Pendidikan Non Formal

Ruwiyanto (1994) mendefinisikan pendidikan non formal sebagai suatu aktivitas pendidikan yang diorganisasikan yang ada di luar sistem pendidikan formal yang sudah mapan, berorientasi pada ciri-ciri warga belajar dalam mencapai tujuan pendidikannya. Pendidikan non formal juga mepengaruhi cara berpikir petani selain dipengaruhi oleh pendidikan formal. Hal ini dipertegas oleh Soekartawi (1988) pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir petani. Pendidikan merupakan sarana belajar, yang selanjutnya akan menanamkan pengertian dan sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek yang lebih modern. Pendidikan dapat diperoleh dari dua sumber yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Jadi yang dimaksud dengan pendidikana non formal dalam penelitian ini adalah jumlah pelatihan kegiatan penyuluhan pertanian yang pernah diikuti oleh petani dalam satu tahun terakhir.

Status Kepemilikan Lahan

Status kepemilikan lahan petani sangat berkaitan erat dengan tingkat pendapatan mereka. Menurut Rogers (1995), kepemilikan lahan berkaitan dengan keinovatifan seseorang. Bagi masyarakat Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari kepemilikan lahan mencerminkan tingkat kesejahteraan mereka karena hal tersebut akan menentukan besarnya pendapatan rumahtangga. Petani di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari memiliki luas lahan rata-rata 1 hektar.

Petani yang memiliki lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani yang memiliki lahan sempit. Hal ini dikarenakan keefesienan dalam menggunakan sarana produksi. Jadi yang dimaksud status kepemilikan lahan dalam penelitian ini adalah hak milik lahan yang diusahakan atau digarap oleh petani. Pengalaman Berusahatani

(24)

dalam Dewi (2004), pengalaman memberikan peran bagi individu dalam pemilihan stimulus yang akan dipersepsikan.

Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah untuk menerapkan inovasi daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan. Jadi yang dimaksud dengan pengalaman berusahatani dalam penelitian ini adalah lama bekerja sebagai petani sampai dilakukan penelitian dan kemampuan mengenali dan menyelesaikan kendala dalam usahatani.

Keterlibatan Petani dalam Kelompoktani

Peraturan Menteri Pertanian No.273/Kpts/OT.160/4/2007, kelompoktani adalah kumpulan petani/ peternak/ pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Menurut Purwanto (2007), kelompoktani adalah kumpulan petani-nelayan yang didasarkan atas kesamaan, keserasian satu lingkungan sosial budaya untuk mencapai tujuan yang sama, dengan demikian kelompoktani mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) beranggotakan petani-nelayan, (2) hubungan antara anggota erat, (3) mempunyai pandangan, kepentingan yang sama dalam mengelolah usahataninya, (4) mempunyai kesamaan jenis komoditas usaha, (5) usahatani yang diusahakan merupakan sebuah ikatan fungsional/bisnis dan (6) mempunyai tujuan yang sama.

Persepsi akan mempengaruhi pola interaksi anggota kelompok dalam melakukan usahataninya secara individual maupun kelompok. Persepsi yang baik terhadap suatu kelompok, akan menyebabkan sikap dan perilaku yang baik dari anggota terhadap kelompoknya. Salah satu karakteristik kelompok tani adalah keterlibatan petani dalam kelompoktani yakni pertemuan rutin yang diikuti oleh anggota kelompotani di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari.

Pertemuan kelompok tani dilaksanakan dengan tujuan untuk membahas dan menyelesaikan suatu topik permasalahan atau pertemuan diselengarakan dalam rangka untuk mengambil keputusan atau menghasilkan kesepakatan dan pertemuan kelompok dapat juga dilaksanakan dalam rangka merumuskan kebijakan atau untuk menysun rencana kerja kelompok. Manfaat diselengarakannya pertemuan kelompok yaitu dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh kelompok dan anggotanya, sebagai wadah untuk menggali potensi yang ada pada anggota kelompok, sebagai media pertanggung jawaban/ pelaporan pengurus, sebagai alat agar organisasi atau kelompok tersebut menjadi berfungsi dengan baik serta sarana bagi anggota untuk mendapatkan pelayanan dari kelompoknya. Keterlibatan petani dalam kelompoktani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah pertemuan rutin (bulanan) yang pernah diikuti oleh anggota kelompoktani (petani) berkaiatan dengan kegiatan penyuluhan pertanian. Pengetahuan Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian

(25)

tindakan. Wawasan petani yang baik tentang suatu hal akan mendorong terjadinya sikap yang pada gilirannnya mendorong terjadinya perubahan perilaku. Dengan demikian pengetahuan merupakan tahap awal terjadinya persepsi yang kemudian melahirkan sikap dan pada gilirannya melahirkan perbuatan atau tindakan. Dengan adanya pengetahuan yang baik tentang suatu hal, akan mendorong terjadinya perubahan perilaku sebagaimana yang dikatakan oleh Ancok (1997), bahwa adanya pengetahuan tentang manfaat suatu hal akan menyebabkan seseorang bersikap positif terhadap hal tersebut. Niat untuk ikut serta dalam suatu kegiatan, sangat tergantung pada apakah seseorang mempunyai sikap positif terhadap kegiatan itu. Adanya niat yang sungguh-sungguh untuk melakukan suatu kegiatan akhirnya dapat menentukan apakah kegiatan itu betul-betul dilakukan. Dengan demikian petani yang mempunyai wawasan positif terhadap peranan penyuluh pertanian, maka dapat mendorong untuk melakukan apa yang disarankan penyuluh pertanian.

Persepsi adalah tanggapan yang mengandung makna yang terorganisasi tentang suatu rangsangan setelah melalui proses memahami, menafsirkan, menginterpretasikan, dan memikirkan secara sadar. Kualitas persepsi yang muncul tergantung dari kemampuan petani menafsirkan, menginterpretasikan, dan memahami informasi tentang peranan penyuluh pertanian. Jadi wajar jika persepsi petani berbeda-beda. Ban dan Hawkins (1999) menjelaskan bahwa pengetahuan berharga yang diperoleh petani dapat memberikan rekomendasi untuk mengadopsi teknologi yang sesuai untuk mengembangkan usahatani dalam jangka panjang. Artinya jika pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian tinggi, maka persepsi yang diberikan adalah baik. Sebaliknya jika pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian rendah, maka persepsi yang diberikan adalah buruk atau tidak baik. Pengetahuan persepsi petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan petani dalam menafsirkan, menginterpretasikan,

dan memahami tentang peranan penyuluh pertanian.

Konsep Petani

Eric (1984) mendefinisikan petani sebagai penduduk yang secara eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan yang otonom tentang proses tanam. Kategori itu dengan demikian mencakup penggarapan atau penerima bagi hasil maupun pemilik penggarap selama mereka ini berada pada posisi pembuat keputusan yang relevan tentang bagaimana pertumbuhan tanaman mereka. Definisi petani oleh Wolf menitikberatkan pada kegiatan seseorang yang secara nyata bercocok tanam dan membuat keputusannya sendiri dalam proses cocok tanam. Oleh karenanya Wolf tidak memasukkan buruh tani tak bertanah karena dianggap sebagai pekerja yang tidak berhak membuat keputusan atas tanaman.

(26)

tanaman-tanaman dan hewan serta sifat tanah supaya lebih berguna baginya, dan manusia yang melakukan semua ini disebut petani.

Mosher mengemukakan bahwa dalam menjalankan usaha taninya, setiap petani memegang dua peranan yakni petani sebagai juru tani (cultivator) dan sekaligus sebagai seorang pengelola (manajer). Peranan petani sebagai juru tani yaitu memelihara tanaman dan hewan guna mendapatkan hasil-hasilnya yang bermanfaat. Sedangkan peranan petani sebagai pengelola (manajer) yaitu apabila keterampilan bercocok tanam sebagai juru tanam pada umumnya yakni keterampilan tangan, otot, dan mata, maka keterampilan sebagai pengelola mencakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan. Tercakup didalamnya terutama pengambilan keputusan atau penetapan pilihan dari alternatif-alternatif yang ada.

Mosher juga membagi pertanian dalam dua golongan, yaitu pertanian primitif dan pertanian modern. Pertanian primitif diartikan sebagai petani yang bekerja mengikuti metode-metode yang berasal dari orang-orang tua dan tidak menerima pemberitahuan (inovasi). Mereka yang mengharapkan bantuan alam untuk mengelolah pertaniannya. Sedangkan pertanian modern diartikan sebagai yang menguasai pertumbuhan tanaman dan aktif mencari metode-metode baru serta dapat menerima pembaruan (inovasi) dalam bidang pertanian. Petani macam inilah yang dapat berkembang dalam rangka menunjang ekonomi baik dibidang pertanian maupun dibidang-bidang lainnya.

Koentrjaraningrat (1987) memberikan pendapat bahwa petani atau peasant itu, rakyat pedesaan, yang hidup dari pertanian dengan teknologi lama, tetapi merasakan diri bagian bawah dari suatu kebudayaan yang lebih besar, dengan suatu bagian atas yang dianggap lebih halus dan beradab dalam masyarakat kota. Sistem ekonomi dalam masyarakat petani itu berdasarkan pertanian (bercocok tanam, peternakan, perikanan) yang menghasilkan pangan dengan teknologi yang sederhana dan dengan ketentuan-ketentuan produksi yang tidak berspesialisasi.

Hermanto (1989) memberikan pengertian tentang petani yang mengatakan bahwa petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya dibidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian, peternakan, perikanan (termasuk penangkapan ikan) dan mengutamakan hasil laut. Jadi yang dimaksud petani dalam penelitian ini adalah orang yang matapencahariannya bercocok tanam (baik subsistem ataupun komersil), yaitu mereka yang mengelola usaha di bidang pertanian (tanaman pangan). Kegiatannya meliputi membuka lahan hingga pemasaran hasil pertanian.

Konsep Peranan

(27)

Peranan (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status) seseorang yang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan menunjukkan dia menjalankan perannya. Hak dan kewajiban harus saling berkaitan yang dijalankan seseorang sesuai dengan ketentuan peranan yang seharusnya dilakukan dan sesuai dengan harapan peranan yang dilakukan (Departemen Pertanian, 2009).

Hal senada disampaikan oleh Soekanto (1983) (Asngari 2001) bahwa peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya menunjukkan dia menjalankan peranannya. Hak dan kewajiban itu merupakan dua hal yang saling berkaitan. Kehidupan sehari-hari seseorang menduduki satu posisi tertentu dalam struktur sistem sosial ini disebut posisi peranan (role position). Rangkaian tingkah laki dilakukan karena adanya peranan tersebut.

Berlo (1960) (Asngari 2001) menyebutkan bahwa ada role prescription, role description dan role expectation. Ketiga dimensi peranan ini seyogyanya berjalan seiring. Artinya seseorang berperanana baik sekali bilamana role prescription, role description dan role expectation adalah sama (Gambar 3). Ini berarti tingkah laku peranan yang demikian adalah terbaik dan ideal. Peranan yang dijalankan seseorang haruslah sesuai dengan ketentuan peranan yang seharusnya dilakukan dan sesuai pula dengan harapan peranan yang dilakukan.

Gambar 3. Peranan Terbaik Seseorang Gambar 3. Peranan Terbaik Seseorang

Peran seseorang dalam kedudukannya dalam suatu posisi meliputi : (1) norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, (2) suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh seseorang dalam masyarakat sebagai organisasi dan perilaku penting bagi struktur sosial masyarakat (Soekanto, 1990). Sejalan dengan pernyataan di atas Slamet (2003), mengatakan bahwa dalam kegaitan atau aktivitas yang berkaitan dengan status dalam masyarkata atau lingkungannya disebut sebagai peran individu atau kelompok yang bersangkutan. Hal-hal yang menjadi harapan terhadap seseorang atau sekelompok dan yang seharusnya dilaksanakan oleh orang atau kelompok tersebut merupakan perang orang atau kelompok yang bersangkutan.

Konsep tentang Peran (role) menurut Komarudin (1994) dalam buku ensiklopedia manajemen “ mengungkap sebagai berikut : (1) Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen, (2) Pola prilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status, (3) Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata, (4) Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada padanya, dan (5) Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat. Jadi peranan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harapan atau keinginan petani terhadap peranan penyuluh pertanian haruslah sesuai dengan ketentuan peranan yang seharusnya dilakukan.

(28)

Konsep Penyuluh atau Agen Perubahan

Menurut Vallera (1987), penyuluh disebut juga sebagai agen perubahan. Agen perubahan mempunyai peran yang sangat penting dalam ekstensi sistem penyuluhan. Agen perubahan berfungsi sebagai mata rantai komunikasi antardua (atau lebih) sisitem sosial yaitu menghubungkan antara suatu sistem sosial yang mempelopori perubahan dengan sistem sosial masyarakat yang dibinanya dalam usaha perubahan tersebut. Usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan dan menyebarluaskan proses perubahan tersebut. Mereka adalah orang-orang yang disebut sebagai agen perubahan. Nama yang diberikan sesuai dengan misi yang ingin dibawa, yakni membuat suatu perubahan yang berarti bagi sekelompok orang.

Soekanto (1930) menyatakan, pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan agent of change yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. (Soekanto, 1992). Menurut Havelock (1973), agen perubahan adalah orang yang membantu terlaksananya perubahan sosial atau suatu inovasi berencana.(Nasution, 1990). Pengenalan dan kemudian penerapan hal-hal, gagasan-gagasan, dan ide-ide baru tersebut yang dikenal dengan sebagai inovasi, dilakukan dengan harapan agar kehidupan masyarakat yang bersangkutan akan mengalami kemajuan.

Sebagai komponen dalam melakukan kegiatan penyuluhan, seorang penyuluh pertanian adalah sumber atau komunikator. Peran seorang penyuluh pertanian akan menjadi semakin penting manakala dikaitkan dengan fungsinya sebagai agen perubahan. Penyuluh pertanian datang ke tengah suatu masyarakat membawa sejumlah ide dan gagasan. Umumnya ide dan gagasan tersebut mengandung hal-hal yang baru bagi masyarakat yang di datanginya. Tujuan penyebarluasan ide dan gagasan itu adalah untuk melakukan perubahan kehidupan masyarakat dari apa yang ada kini menuju keadaan yang lebih baik lagi. Usaha perubahan tersebut termasuk ke dalam apa yang dikenal sebagai perubahan sosial

(social change). Oleh karena itulah para penyuluh, yakni orang-orang yang mempelopori perubahan sosial disebut sebagai agen perubahan (agent of change).

Penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban tugas memberikan dorongan kepada para petani, agar mau mengubah cara berpikir, cara bekerja dan cara hidup yang lama dengan cara-cara baru yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan teknologi pertanian yang lebih maju. Penyuluh pertanian yang juga disebut sebagai agen peruabahan adalah seorang atau pihak tertentu yang membawa perspektif orang luar terhadap situasi perubahan organisasi. Sedangkan Roger dan Shoemaker (1983) (Mardikanto 1993) mendefinisikan penyuluh sebagai seorang yang secara proesional mempengaruhi keputusan-keputusan inovasi dalam arah yang dikehendaki oleh lembaga penyuluhan.

(29)

modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat. Penyuluh berdasarkan UU No 16 tahun 2006 adalah :

(a) Penyuluh pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut penyuluh PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan.

(b) Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan.

(c) Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh.

Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga dapat membuat keputusan yang benar. Kegiatan tersebut dilakukan oleh seseorang yang disebut penyuluh pertanian (Van Den Ban dan Hawkins, 1999). Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasapoetra (1994), yang menyatakan penyuluh pertanian merupakan agen bagi perubahan perilaku petani, yaitu mendorong petani mengubah perilakunya menjadi petani dengan kemampuan yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan sendiri, yang selanjutnya akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Melalui peran penyuluh, petani diharapkan menyadari akan kebutuhannya, melakukan peningkatan kemampuan diri, dan dapat berperan di masyarakat dengan lebih baik.

Penyuluhan pertanian ialah suatu cara atau usaha pendidikan yang bersifat non formal untuk para petani dan keluarganya di pedesaan (Samsudin, 1987). Penyuluhan pertanian adalah proses pendidikan dengan sistem pendidikan nonformal untuk mengubah perilaku orang dewasa agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang lebih baik, sehingga sasaran dapat memilih dan mengambil keputusan dari berbagai alternatif pengetahuan yang ada untuk menyelesaikan permasalahan dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya. Jadi yang dimaksud penyuluh pertanian dalam penelitian ini adalah penyuluh pertanian PNS atau honorer dan penyuluh pertanian swadaya yang tugasnya bergerak di bidang penyuluhan pertanian di lapangan yang berhubungan dengan para petani, khususnya petani tanaman pangan di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari.

Peranan Penyuluh Pertanian Lapang

(30)

(facilitative roles), (2) peran pendidik (educational roles), (3) peran utusan atau wakil (representasional roles) dan (4) peran teknikal (technical roles)

Mosher (1997) menguraikan tentang peran penyuluh pertanian yaitu (1) sebagai guru artinya seorang penyuluh harus terampil menyampaikan inovasi untuk mengubah perilaku sasarannya, (2) sebagai penganalisa atau analisator artinya seorang penyuluh harus memiliki keahlian untuk melakukan pengamatan terhadap keadaan, masalah dan kebutuhan masyarakat sasaran serta mampu memecahkan maslaah petani, (3) sebagai penasehat atau konsultan, artinya seorang penyuluh harus ketrampilan dan keahlian untuk memilih alternative perubahan yang paling tepat, yang secara teknis dapat dilaksanakan, secara ekonomis menguntungkan dan dapat diterima oleh nilai-nilai budaya sosial setempat, dan (4) sebagai organisator, artinya seorang penyuluh harus mempunyai ketrampilan dan keahlian untuk menjalin hubungan baik dengan segenap lapisan masyarakat, mampu menumbuhkan kesadaran dan menggerakkan partisipasi masyarakat, mampu berinisiatif terciptanya perubahan-perubahan, dan memobilisasi sumberdaya, mengarahkan dan membina kegiatan maupun mengembangkan kelembagaan yang efektif untuk melaksanakan perubahan terencana serta sebagai pengembang kebutuhan perubahan, penggerak perubahan, dan pemantap hubungan masyarakat petani. Kartasapoetra (1994) juga menjelaskan tentang peran penyuluh yang sangat penting bagi terwujudnya pembangunan pertanian moderen yaitu pembangunan pertanian berbasis rakyat. Peran penyuluh tersebut adalah:

(1) Sebagai peneliti mencari masukan terkait dengan ilmu dan teknologi, penyuluh menyampaikan, mendorong, mengarahkan dan membimbing petani mengubah kegiatan usahataninya dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi.

(2) Sebagai pendidik meningkatkan pengetahuan untuk memberikan informasi kepada petani, penyuluh harus menimbulkan semangat dan kegairahan kerja para petani agar dapat mengelola usahataninya secara lebih efektif, efisien, dan ekonomis.

(3) Sebagai penyuluh menimbulkan sikap keterbukaan bukan paksaan, penyuluh berperan serta dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan hidup para petani beserta keluarganya.

Peranan penyuluh pertanian adalah membantu petani membentuk pendapat yang sehat dan membuat keputusan yang baik dengan cara berkomunikasi dan memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan petani. Peranan utama penyuluhan lebih dipandang sebagai proses membantu petani untuk mengambil keputusan sendiri dengan cara menambah pilihan bagi mereka, dan menolong petani mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi dari masing masing pilihan tersebut.

(31)

antara lain sebagai penyedia jasa pendidikan (educator), motivator, konsultan (pembimbing), dan pendamping petani.

Menurut Rogers (1995), terdapat tujuh peran agen pembaruan dalam proses pengenalan inovasi kepada klien yaitu:

(1) Membangkitkan kebutuhan terhadap adanya perubahan. Tugas awal seorang agen pembaruan adalah untuk membantu klien menyadari kebutuhan akan adanya perubahan, terutama untuk mesyarakat yang masih terbelakang. Rendahnya wawasan tentang perencanaan, aspirasi, motivasi untuk berprestasi, dan juga sikap mereka yang terlalu pasrah pada keadaan merupakan gambaran masyarakat terbelakang. Agen pembaruan dalam menghadapi kondisi seperti ini harus berperan sebagai katalisator (pembuka kran) untuk menyadarkan klien tentang kebutuhannya. Agen pembaruan dapat menjalankan perannya dengan menyampaikan alternatif-alternatif solusi yang dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada, mendramatisasi, dan juga mampu meyakinkan klien bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk memecahkan persoalannya. Agen pembaruan melakukan upaya-upaya ini dengan cara persuasif dan membuka diri untuk melakukan konsultasi kepada kliennya. Kondisi klien yang kurang mempunyai wawasan seringkali kurang menyadari persoalan yang terjadi sehingga mereka juga tidak mempunyai solusi tepat untuk menyelesaikannya maka agen pembaruan dituntut untuk membantu kliennya dengan menyediakan informasi yang tepat dan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi klien.

(2) Menciptakan suatu hubungan yang memungkinkan adanya pertukaran informasi. Agen pembaruan dalam melakukan kegiatan penyuluhan harus menciptakan hubungan yang akrab dengan klien. Keakraban dapat diciptakan agen pembaruan dengan menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya, jujur, memiliki empati yang tinggi terhadap klien, serta saling bertukar informasi dan pengalaman dengan klien.

(3) Mendiagnosis permasalahan. Keakraban yang sudah terjalin maka seorang agen pembaruan diharapkan dapat mendiagnosis permasalahan yang ada. Dalam mendiagnosis permasalahan yang ada, agen pembaruan harus melihatnya dari sudut pandang klien sehingga permasalahan yang dapat ditangkap oleh agen pembaruan benar-benar permasalahan yang dihadapi masyarakat. Maka diperlukan empati yang tinggi dari seorang agen pembaruan.

(4) Menumbuhkan motivasi untuk berubah pada diri klien. Setelah permasalahan dapat digali maka agen pembaruan harus berusaha untuk membangkitkan motivasi klien untuk melakukan perubahan dan mendorong klien untuk menaruh perhatian pada inovasi yang dibawa agen pembaruan. (5) Merencanakan aksi pembaruan. Agen pembaruan selanjutnya berusaha

(32)

dari setiap alternatif yang diberikan, membantu klien memutuskan tujuan yang paling penting, membantu klien dalam mengambil keputusan secara sistematis baik perorangan maupun kelompok, membantu klien belajar dari pengalaman dan uji coba, dan mendorong klien untuk saling bertukar informasi.

(6) Menjaga keberlangsungan proses adopsi dan menghindakan adanya penghentian proses adopsi. Agen pembaruan harus mampu mendorong klien untuk menerima inovasi tersebut dan menjaga agar klien semakin yakin dengan penerapan inovasi tersebut dapat membantunya memecahkan persoalan hidupnya. Pada tahap ini agen pembaruan harus terus memberikan informasi yang dapat lebih meyakinkan klien. Informasi yang diberikan juga harus dapat mencegah klien membatalkan keinginannya menerapkan inovasi yang dibawa agen pembaruan.

(7) Mencapai hubungan terminal. Tujuan akhir seorang agen pembaruan adalah adanya perilaku ”mempengaruhi diri sendiri” pada diri klien. Agen pembaruan berusaha untuk menjadikan klien mampu menjadikan dirinya sebagai agen pembaruan paling tidak untuk dirinya sendiri sehingga klien dapat mengenali kebutuhannya dan mampu memilih inovasi-inovasi yang paling tepat dengan kebutuhannya tersebut. Pada tahap ini agen pembaruan memutuskan hubungannya dengan klien, maksudnya adalah agen pembaruan menyudahi tugasnya untuk menyampaikan suatu inovasi kepada klien hingga klien mampu mandiri. Agen pembaruan dapat melanjutkan tugasnya di tempat lain dengan inovasi yang sama atau tetap di tempat yang sama dengan membawa inovasi lainnya.

Peranan utama seorang agen perubahan menurut Ottaway, (1983) dalam Vallera (1987) adalah : (1) sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat untuk mau melakukan perubahan, (2) sebagai pemberi pemecahan persoalan, (3) sebagai pembantu proses perubahan: membantu dalam proses pemecahan masalah dan penyebaran inovasi, serta memberi petunjuk mengenai bagaimana : (a) mengenali dan merumuskan kebutuhan, (b) mendiagnosa permasalahan dan menentukan tujuan, (c) mendapatkan sumber-sumber yang relevan, (d) memilih atau menciptakan pemecahan masalah dan (e) menyesuaikan dan merencanakan pentahapan pemecahan masalah dan (4) Sebagai penghubung (linker) dengan sumber-sumber yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Penyuluh pertanian mempunyai peranan membantu petani membentuk pendpaat yang sehat dan membuat keputusan yang baik dengan cara berkomuniaksi dan memberikan informasi serta dapat memperomosikan dan melengkapi proses belajar mereka (Van den Ban dan Hawkins, 1990). Titik berat penyuluh pertanian menurut van den banadalah meningkatkan daya pikir yang mengarah pada pertumbuhan yang sehat dengan berbagai informasi.

(33)

Menurut Levin dalam Mardikanto (1993), ada tiga macam peran penyuluh pertanian pada tahap tiga perubahan yaitu : (a) pencairan situasi masyarakat sasaran, (b) menggerakkan masayarakat untuk melakukan perubahan-perubahan, dan (c) pemantapan hubungan dengan masyarakat sasaran. Penyuluh agar lebih profesional harus berperan sebagai pembawa informasi, pendengar yang baik, motivator, agen penghubung, pembentuk kemampuan, guru ketrampilan, pengelola program, pekerja kelompok, penjaga batas promoter, pemimpin lokal, konsultan, protekstor dan pembentukan lembaga.

Peranan agen pembaharu yang akan memberikan kontribusi terhadap proses perubahan adalah : (1) menjembatani dan merangsang relasi baru dalam sistem klien, (2) menceritakan pengalamannya dalam menyampaikan teknik-teknik baru, (3) menimbulkan kekuatan dari dalam, (4) menciptakan lingkungan yang khsus dan (5) memberikan dukungan selama proses perubahan berlangsung yang dialamo petani (Lippit, 1958).

Peranan Penyuluh dalam SKKNI Sektor Pertanian Bidang Penyuluh Pertanian

Kementrian Pertanian merinci kompetensi kerja penyuluh pertanian menjadi tiga bagian yaitu; kompetensi umum, kompetensi inti dan kompetensi khusus. (1) kompetensi umum adalah kompetensi yang berlaku untuk semua level penyuluh pertanian, terdiri atas materi mengaktualisasikan nilai-nilai kehidupan, mengorganisasikan pekerjaan, melakukan komunikasi dialogis, membangun jejaring kerja dan mengorganisasikan masyarakat, (2) kompetensi inti, mencakup kompetensi bagi Penyuluh level fasilitataor, supervisor dan advisor. Kompetensi yang diperlukan bagi level fasilitator antara lain merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengembangkan penyuluhan pertanian. Kompetensi inti yang diperlukan bagi penyuluh pertanian supervisor antara lain menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan dan mengevaluasi penyuluhan pertanian. Sedangkan bagi penyuluh pertanian advisor kompetensi inti yang diperlukan adalah menyiapkan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan penyuluhan pertanian serta mengembangkan penyuluhan pertanian, (3) kompetensi khusus, mencakup kompetensi pilihan pada sub sistem agribisnis yang dipilih. Pada penyuluh fasilitator harus memilih satu sub sistem agribisnis dan satu unit kompetensi pada sub sistem agribisnis yang telah dipilih tersebut. Penyuluh supervisor harus memilih dua subsistem agribisnis dan 1 unit kompetensi pada subsistem agribisnis tersebut. Sedangkan pada penyuluh advisor harus memilih 3 komoditas agribisnis dan satu unit kompetensi untuk setiap jenis agribisnis yang dipilih tersebut.

(34)

SKKNI tahun 2010 dijelaskan kelompok kompetensi umum atau dasar mencakup unit-unit kompetensi yang berlaku dan dibutuhkan pada semua level penyuluh pertanian. Unit kompetensi kelompok umum atau dasar meliputi: (1) mengaktualisasikan nilai-nilai kehidupan, (2) mengorganisasikan pekerjaan, (3) melakukan komunikasi dialogis, (4) membangun jejaring kerja dan (5) mengorganisasikan masyarakat. Kelompok Kompetensi Inti/Fungsional mencakup unit-unit kompetensi yang berlaku dan dibutuhkan untuk mengerjakan tugas-tugas inti (fungsional), dan merupakan unit-unit yang wajib (compulsory) untuk bidang keahlian penyuluhan pertanian. Unit kompetensi inti antara lain: (1) mengumpulkan dan mengolah data potensi wilayah, (2) menyusun programa penyuluhan pertanian, (3) menyusun materi penyuluhan pertanian, (4) membuat dan menggunakan media penyuluhan, (5) menerapkan metode penyuluhan, (6) menumbuhkembangkan kelembagaan petani, (7) mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian, (8) mengevaluasi dampak pelaksaaan penyuluhan pertanian, (9) mengembangankan metode, sistem kerja atau arah kebijakan penyuluhan pertanian, dan (10) melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian. Kelompok kompetensi khusus/spesialisasi mencakup unit-unit kompetensi yang bersifat spesifik dalam bidang keahlian agribisnis. Potensi wilayah merupakan semua sumberdaya yang tersedia, yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang ada dalam upaya mencapai tujuan. Potensi wilayah bisa berupa fisik seperti lahan dan sumber air, dan berupa non fisik seperti minat dan pengetahuan petani. Data tentang potensi wilayah dan agroekosistem ini bisa dikumpulkan oleh seorang penyuluh pertanian baik berupa data primer yakni hasil pengamatan, wawancara kepada pihak-pihak yang berkompeten, maupun hasil pengumpulan data sekunder dari berbagai sumber seperti monografi desa, dokumendokumen tertulis dari Kabupaten/kecamatan/Desa, Badan Pusat Statistik dan lain-lain. Data potensi wilayah dan agroekosistem yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis sebagai masukan.

Mardikanto (2007) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan penyuluhan, seorang penyuluh mutlak harus mengenal potensi wilayah kerja, karena dengan mengenal dan memahami potensi wilayah akan dapat membantu penyuluh dalam memahami : (1) keadaan masyarakat yang menjadi sasaran penyuluhan, (2) keadaan lingkungan fisik dan sosial masyarakat sasaran, (3) masalah-masalah yang pernah, sedang, dan akan dihadapi dalam melaksanakan penyuluhan, (4) kendala-kendala yang akan dihadapi dalam melaksanakan penyuluhan, dan (5) faktor-faktor pendukung dan pelancar kegiatan penyuluhan yang akan dilaksanakannya.

(35)

dipecahkan melalui kerjasama sejati dengan petani. Rencana kerja penyuluh pertanian adalah jadwal kegiatan yang disusun oleh para penyuluh pertanian berdasarkan program penyuluhan pertanian setempat yang mencantumkan hal-hal yang perlu disiapkan dalam berinteraksi dengan petaninelayan. Program/rencana kerja penyuluhan pertanian yang baik adalah program/rencana kerja yang dibuat berdasarkan fakta, data, potensi wilayah yang akurat dan benar.

Seorang penyuluh pertanian harus memiliki kemampuan dalam melakukan evaluasi kegiatan penyuluhan dan melaporkannya secara sistematis kepada pihak yang berwewenang atau atasannya. Hasil evaluasi akan melahirkan suatu penilaian apakah tujuan program tercapai, apakah ada masalah dalam menjalankan program dan bagaimana rekomendasi pemecahan masalah dan lain-lain (Boyle, 1981).

Tabel 1. Identifikasi Kompetensi Umum dan Inti pada masing-masing level Penyuluh Pertanian (SKKNI Tahun 2010)

No Unit Kompetensi

Level

I II III

Fasilitator Supervisor Advisor

I. Kelompok Kompetensi Umum 1. Mengaktualisasikan Nilai-Nilai

Kehidupan

* * *

2. Mengorganisakan Pekerjaan * * *

3. Melakukan Komunikasi Dialogis * * *

4. Membangun Jejaring Kerja * * *

5. Mengorganisasikan Masyarakat * * *

II. Kelompok Kompetensi Inti

1. Mengumpulkan dan mengolah data potensi wilayah

* * -

2. Menyusun Programa Penyuluhan Pertanian

* * *

3. Menyusun Materi Penyuluhan Pertanian

* * -

4. Membuat dan menggunakan media Penyuluhan

Pertanian

* * -

5. Menerapkan metode Penyuluhan Pertanian

* * -

6. Menumbuhkembangkan kelembagaan Petani

* * *

7. Mengevaluasi pelaksanaan Penyuluhan Pertanian

* * *

8. Mengevaluasi dampak pelaksanaan Penyuluhan Pertanian

- * *

9. Mengembangkan metode, sistem kerja atau

arah kebijakan penyuluhan pertanian

- - *

10. Melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian

* * *

Keterangan :

* Unit kompetensi yang harus dimiliki dan diujikan

(36)

evaluasi tersebut. Menurut Margono Slamet (2010), bahwa prinsip-prinsip evaluasi dalam penyuluhan antara lain : (a) evaluasi harus berdasarkan fakta; (b) evaluasi penyuluhan adalah bagian integral dari proses pendidikan atau keseluruhan program penyuluhan; (c) evaluasi hanya dapat dilakukan dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan dari program penyuluhan yang bersangkutan; (d) evaluasi menggunakan alat pengukuran yang berbeda; (e) evaluasi penyuluhan dilakukan baik terhadap metode penyuluhan yang digunakan maupun terhadap hasil kegiatan penyuluhan; (f) evaluasi perlu untuk mengukur baik hasil kualitatif maupun hasil kuantitatif yang dicapai dari suatu kegiatan penyuluhan; (g) evaluasi mencakup enam hal pokok yang perlu dipertimbangkan dengan teliti, yakni : tujuan program penyuluhan, metode/kegiatan yang digunakan, pengumpulan, analisa, dan interpretasi data, membandingkan hasil yang dicapai dengan yang diharapkan, pengambilan keputusan, dan penggunaan hasil evaluasi untuk menyusun program penyuluhan selanjutnya; dan (h) evaluasi harus dijiwai oleh prinsip mencari kebenaran.

Kerangka Berpikir

Kegiatan penyuluhan pertanian pada hakekatnya menyediakan informasi bagi petani dan membantu petani dalam menyelesaikan masalah kegiatan pertanian yang sedang dihadapi. Kegiatan tersebut dapat berhasil apabila penyuluh memenuhi kebutuhan dan harapan pihak yang disuluh atau petani. Keberhasilan kegiatan penyuluhan pertanian tidak terlepas dari peranan petani itu sendiri dan penyuluh pertanian.

Petani diharapkan dapat berperan aktif dan menikmati hasilnya, sedangkan penyuluh pertanian dituntut mampu menjalankan tugasnya dan fungsinya serta menyesuaikan diri melalui perannya bukan saja sebagai teknisi tetapi penyuluh pertanian juga mampu berperan sebagai fasilitator, supervisor dan advisor sehingga penyuluh mengetahui hal-hal yang harus dilakukan.

(37)

Gambar 4. Kerangka berpikir operasional

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut maka dapat diturunkan beberapa hipotesis penelitian berikut ini:

(1) Terdapat hubungan nyata antara faktor internal karakteristik petani (umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani dengan persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai teknisi.

(2) Terdapat hubungan nyata antara faktor internal karakteristik petani (umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani dengan persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai fasilitator.

(3) Terdapat hubungan nyata antara faktor internal karakteristik petani (umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani dengan persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai advisor.

(4) Terdapat hubungan nyata antara faktor eksternal sistem sosial (keterlibatan petani dalam kelompok dan pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai teknisi.

Faktor Internal (Karakteristik Petani)

(X1)

X1.1 Umur

X1.2 Pendidikan Formal

X1.3 Pendidikan Non Formal

X1.4 Status Kepemilikan Lahan

X1.5 Pengalaman Berusahatani

Faktor Eksternal (X2)

X2.1 Keterlibatan Petani dalam

Kelompok

X2.2 Pengetahuan Petani terhadap

Peranan penyuluh pertanian

Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian (Y)

Y1.1 Persepsi Petani terhadap

Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Teknisi

Y1.2 Persepsi Petani terhadap Peranan

Penyuluh Pertanian sebagai Fasilitator

Y1.3 Persepsi Petani terhadap Peranan

(38)

(5) Terdapat hubungan nyata antara faktor eksternal sistem sosial (keterlibatan petani dalam kelompok dan pengetahuan petani dengan persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai fasilitator.

(6) Terdapat hubungan nyata antara faktor faktor eksternal sistem sosial (keterlibatan petani dalam kelompok dan pengetahuan petani dengan persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai advisor.

3

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan tersebut rancangan penelitian ini berbentuk explanatory

research yang menurut Singarimbun dan Efendi (2008) bertujuan untuk

menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa.

Lokasi Penelitian

Distrik Oransbari mempunyai 14 Desa yaitu Oransbari, Sidomulyo, Waroser, Margo rukun, Muari, Watariri, Masabui I, Warbiadi, Margo mulyo, Warkwandi, Wandoki, Sindang jaya, Akeju dan Masabui II. . Lokasi penelitian adalah Desa Sidomulyo dan Muari. Desa Sidomulyo dan Muari dipilih sebagai lokasi penelitian karena pertaniannya lebih maju dibanding desa-desa lain di wilayah Distrik Oransbari serta kegiatan penyuluhan dan kelompoktani masih aktif.

Teknik Pengumpulan Data

Gambar

Tabel 1. Identifikasi Kompetensi Umum dan Inti pada masing-masing level
Gambar 4. Kerangka berpikir operasional
Tabel 2.  Uji validitas item instrumen
Tabel 4. Variabel, Definisi Operasional, Indikator, dan Pengukuran Karakteristik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul ”Penilaian Kinerja Pegawai Ditinjau Dari Aspek Kompetensi dan Kecerdasan Emosi (Studi Kasus Pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Jepara)”

dini akan memiliki Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yang lebih tinggi dan mereka yang matang terlambat memiliki IMT lebih kecil pada usia yang sama (Soetjiningsih, 2004).

Pekerja Sosial yang diamanatkan Undang Undang Sistem Peradilan Pidana Anak, harus berupaya optimal untuk membangun jejaring dan koordinasi dengan semua pihak baik

Hal bagus tentang alat-alat di atas adalah bahwa perusahaan dapat memetakan tempat pengunjung pergi dan alur yang diambil oleh calon konsumen atau pelanggan di situs atau blog

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, capital intensity , preferensi risiko efektif, dan leverage

fasilitas yang aman dan nyaman untuk saya bekerja. Peraturan yang ada di perusahaan tidak menyulitkan saya dalam bekerja. Saya dapat berkomunikasi dan bekerja sama

Tulisan ini lebih menyoroti fenomena lukisan yang banyak mengambil figur perempuan dalam kajian gender, untuk melihat apakah representasi perempuan dalam lukisan di bak truk

Seperti yang telah kita ketahui bahwa nilai dan manfaat dari tradisi Rarangkẻn sebagai “modal sosial” bagi masyarakat Kampung Cikantrieun Desa Wangunjaya. Solidaritas dan