• Tidak ada hasil yang ditemukan

Research Result Utilization of Cultivation of Plantation and Horticultural Crops State Polytechnic of Agriculture of Pangkajenne and the Islands (The Case of Utilization by of the Farmers in Manggalung Village, Mandalle Sub-district, South Sulawesi).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Research Result Utilization of Cultivation of Plantation and Horticultural Crops State Polytechnic of Agriculture of Pangkajenne and the Islands (The Case of Utilization by of the Farmers in Manggalung Village, Mandalle Sub-district, South Sulawesi)."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN DAN

HORTIKULTURA POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI

PANGKAJENNE DAN KEPULAUAN

(Kasus Pemanfaatan oleh Petani di Desa Manggalung, Kecamatan Mandalle, Sulawesi Selatan)

A S M A W A T I

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Pemanfaatan Hasil Penelitian Budidaya Tanaman Perkebunan dan Hortikultura Politeknik Pertanian Negeri Pangkajenne dan Kepulauan (Kasus Pemanfaatan oleh Petani di Desa Manggalung, Kecamatan Mandalle, Sulawesi Selatan) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertania Bogor.

Bogor, Januari 2013

(3)

RINGKASAN

Asmawati. Pemanfaatan Hasil Penelitian Budidaya Tanaman Perkebunan dan Hortikultura Politeknik Pertanian Negeri Pangkajenne dan Kepulauan (Kasus Pemanfaatan oleh Petani di Desa Manggalung, Kecamatan Mandalle, Sulawesi Selatan). Dibimbing oleh Ninuk Purnaningsih dan Sutisna Riyanto.

Hasil-hasil penelitian inovasi teknologi pertanian staf dosen Politani Pangkep telah disebarkan kepada petani melalui penyuluhan untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi mereka. Tujuan penelitian ini: 1) Mendeskripsikan tingkat pemanfaatan informasi hasil penelitian budidaya tanaman perkebunan dan hortikultura yang disampaikan staf Politani Pangkep; 2) Menganalisis hubungan antara karakteristik petani dengan pemanfaatan sumber informasi hasil penelitian; 3) Menganalisis hubungan antara kebutuhan informasi dengan pemanfaatan sumber informasi hasil penelitian; 4) Menganalisis hubungan antara perilaku komunikasi petani dengan pemanfaatan sumber informasi hasil penelitian; 5) Menganalisis hubungan antara metode penyuluhan dengan pemanfaatan sumber informasi hasil penelitian; 6) Menganalisis hubungan antara pemanfaatan sumber informasi dengan pemanfaatan informasi hasil penelitian.

Penelitian menggunakan metode survei dengan analaisis data bersifat deskriptif korelasional. Sampel sebanyak 40 orang petani ditarik secara acak sederhana dari 25 persen jumlah populasi.. Data dianalisis dengan pendekatan kualitatif melalui analisis statistik deskriptif untuk melihat kondisi setiap peubah dan pendekatan kuantitatif dengan analisis statistik non-parametrik. Hubungan antarvariabel diuji menggunakan uji korelasi Rank Spearman.

(4)

berhubungan nyata dengan pemanfaatan sumber informasi hasil penelitian adalah cara penyampaian informasi dan bahasa yang digunakan oleh sumber informasi. Bentuk penyajian dan bahasa penyampaian oleh sumber informasi yang tepat, mengakibatkan tingginya pemanfaatan sumber informasi oleh petani; 6) Pemanfaatan sumber informasi yang berhubungan nyata dengan pemanfaatan informasi hasil penelitian adalah frekuensi pemanfaatan sumber, aksesibilitas sumber, dan kesesuaian isi informasi terhadap tingkat penambahan pengetahuan. Aksesibilitas terhadap sumber informasi memiliki hubungani terhadap pemanfaatan informasi untuk di diskusikan.

(5)

SUMMARY

Asmawati. Research Result Utilization of Cultivation of Plantation and Horticultural Crops State Polytechnic of Agriculture of Pangkajenne and the Islands (The Case of Utilization by of the Farmers in Manggalung Village, Mandalle Sub-district, South Sulawesi). Supervised by Ninuk Purnaningsih and Sutisna Riyanto.

The research findings on agricultural technology innovation of Pangkep State Polytechnic of Agriculture lecturers have been disseminated to farmers through extension/counseling services to address farmer problems. Based on the research findings, this study aimed: 1) Describe the level of utilization of information and research results and horticulture crops cultivation delivered Pangkep Politani staff; 2) Analyze the relationship between the characteristics of farmers with information sources utilization of research results; 3) Analyzing the relationship between the need for information with the utilization of research resources; 4) Analyze the relationship between the communication behavior of farmers and the utilization of research result information sources; 5) AnalyzE the relationship between extension method with utilization of information and research results; 6) Analyze the relationship between the information utilization and the utilization of research result information sources.

This study used a survey method using descriptive-correlational data analysis. The data were analyzed with a qualitative method through statistical-descptive analysis to see the condition of each change agent and a quantitative using statistical-nonparametric analysis. Inter variables were tested using the correlational test of Rank Spearman.

(6)

of source utilization, source accessibility, and suitability of the information content with the additional level of knowledge. Accessibility to source information was realated to the information utilization to be discussed.

Keywords: result of university research, information utilization, information sources

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2013

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN BUDIDAYA

TANAMAN PERKEBUNAN DAN HORTIKULTURA

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENNE DAN

KEPULAUAN

(Kasus Pemanfaatan oleh Petani di Desa Manggalung, Kecamatan Mandale, Sulawesi Selatan)

A S M A W A T I

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian: Pemanfaatan Hasil Penelitian Budidaya Tanaman Perkebunan dan Hortikultura Politeknik Pertanian Negeri Pangkajenne dan Kepulauan (Kasus Pemanfaatan oleh Petani di Desa Manggalung, Kecamatan

Mandalle, Sulawesi Selatan)

Nama : ASMAWATI NIM : I352090041

Disetujui: Komisi Pembimbing

Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MSi Ir Sutisna Riyanto, MS Ketua Anggota

Diketahui:

KetuaProgram Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian

dan Pedesaan

Dr Ir Djuara P. Lubis, MS

Tanggal Ujian: 5 Februari 2013 Tanggal Lulus: DekanSekolahPascasarjana

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November-Desember 2011 ini ialah pemanfaatan hasil penelitian, dengan judul Pemanfaatan Hasil Penelitian Budidaya Tanaman Perkebunan dan Hortikultura Politeknik Pertanian Negeri Pangkajenne dan Kepulauan (Kasus Pemanfaatan oleh Petani di Desa Manggalung, Kecamatan Mandalle, Sulawesi Selatan).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MSi, selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir Sutisna Riyanto, MS sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari tahapan penelitian hingga penyusunan tesis ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Djuara P. Lubis, MS selaku penguji luar komisi yang banyak memberi masukan dan saran. Ucapan terima kasih penulis sampaikann pula kepada Dr Ir Darmawan, MP, Rahmad D., SP MSi, Sitti Inderiati, SP M Biotech, Syatrawati, SP MP, Kafrawi, SP MP, yang telah banyak memberikan dukungan sejak awal masuk IPB sampai penulis menyelesaikan studi. Demikian pula ucapan terima kasih kepada Dr Yuliana, SPi, MSi, Dr Tanti Kustiari, SP MSi, Wiwien Mukti Andriyani, SPi MSi. Andi Panguriseng, SP, Jumardin, AMd P. yang telah membantu selama proses pengumpulan data. Demikian pula Ikhsan Fuady, SP MSi, Sigit Pamungkas, SP, Sardi Duriyatmo, SP MSi, Sri Agustina, SPi. atas segala bantuannya selama proses penulisan tesis ini.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat!

Bogor, Februari 2013

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 7

Sumber Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 7

Sumber Informasi dan Diseminasi Iptek 9

Petani sebagai Pengguna Informasi 13

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 23

METODE PENELITIAN 27

Desain Penelitian 27

Lokasi dan Waktu 27

Populasi dan Sampel 27

Data dan Instrumen 28

Analisis Data 28

Validitas dan Realibitas 29

Definisi Operasional dan Pengukuran Peubah 29

HASIL DAN PEMBAHASAN 35

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 35

Inovasi Hasil Penelitian Budidaya Tanaman Perkebunan dan

Hortikultura yang Didiseminasikan kepada Petani 37

Karakteristik Pribadi Petani 38

Perilaku Komunikasi Petani 41

Kebutuhan Informasi 43

Metode Komunikasi 45

Pemanfaatan Sumber Informasi Hasil Penelitian UPPM Politani 46 Tingkat Pemanfaatan Informasi Hasil Penelitian 47 Hubungan antara Karakteristik Pribadi Petani dengan Pemanfaatan

Sumber Informasi Hasil Penelitian 50

Hubungan antara Tingkat Kebutuhan Informasi dengan Pemanfaatan

Sumber Informasi Hasil Penelitian 53

Hubungan antara Perilaku Komunikasi Petani dengan Pemanfaatan

(12)

DAFTAR ISI (lanjutan)

Hubungan antara Metode Komunikasi dengan Pemanfaatan

Sumber Informasi Hasil Penelitian 55

Hubungan antara Pemanfaatan Sumber Informasi dengan

Pemanfaatan Informasi Hasil Penelitian 57

SIMPULAN DAN SARAN 61

DAFTAR PUSTAKA 63

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Definisi operasional dan parameter kelompok peubah karakteristik

individu petani 30

Tabel 2 Definisi operasional dan parameter peubah kebutuhan informasi hasil

petani 31

Tabel 3 Definisi operasional dan parameter kelompok peubah perilaku

komunikasi petani 31

Tabel 4 Definisi operasional dan parameter kelompok peubah metode komunikasi

32

Tabel 5 Definisi operasional dan parameter kelompok peubah pemanfaatan sumber informasi hasil penelitian Politani

33 Tabel 6 Definisi operasional dan parameter kelompok peubah pemanfaatan

informasi hasil penelitian staf Politani 33

Tabel 7 Luas dan persentase tanah darat Desa Manggalung menurut jenis

penggunaannya 35

Tabel 8 Sebaran penduduk Desa Manggalung menurut jenis kelamin dan pendidikan

36

Tabel 9 Sebaran penduduk Desa Manggalung menurut mata pencaharian 36

Tabel 10 Data kelembagaaan Desa Manggalung 37

Tabel 11 Karakteristik pribadi petani di Desa Manggalung, Kecamatan Mandalle

41

Tabel 12 Perilaku komunikasi petani di Desa Manggalung, Kecamatan Mandalle 42

Tabel 13 Rataan skor kebutuhan informasi petani terhadap usaha pertaniannnya 44

Tabel 14 Metode komunikasi yang diinginkan petani dalam penyampaian informasi

45

Tabel 15 Rataan skor pemanfaatan sumber informasi hasil penelitian 46

Tabel 16 Tingkat pemanfaatan informasi hasil penelitian Politani 48

Tabel 17 Persentase pemanfaatan informasi hasil penelitian menurut komoditas 49

Tabel 18 Hubungan antara karakteristik individu dengan pemanfaatan sumber

informasi hasil penelitian 51

Tabel 19 Hubungan antara tingkat kebutuhan informasi dengan pemanfaatan

sumber informasi hasil penelitian 53

Tabel 20 Hubungan antara perilaku komunikasi petani dengan pemanfaatan

sumber informasi hasil penelitian 55

Tabel 21 Hubungan antara metode komunikasi dengan pemanfaatan sumber

informasi hasil penelitian 56

Tabel 22 Hubungan antara pemanfaatan sumber informasi dengan pemanfaatan

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Hubungan peubah bebas dengan (karakteristik pribadi petani, perilaku komunikasi, dan kebutuhan informasi hasil penelitian) dengan peubah tak bebas (pemanfaatan sumber informasi hasil penelitian UPPM dan pemanfaatan informasi

hasil penelitian UPPM) 25

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambar metode komunikasi kombinasi ceramah dan

peragaan 69

Lampiran 2 Gambar metode komunikasi diskusi 69

Lampiran 3 Gambar metode komunikasi kombinasi ceramah dengan

penggunaan slide 70

Lampiran 4 Gambar metode komunikasi ceramah disertai

demonstrasi cara membuat pestisida nabati 70

Lampiran 5 Gambar metode komunikasi demonstrasi cara pembuatan pupuk organik berbahan dasar limbah pertanian dan

limbah rumah tangga 71

Lampiran 6 Gambar metode komunikasi demonstrasi cara pembuatan pupuk bokashi berbahan dasar limbah pertanian (kulit

kakao 71

Lampiran 7 dan 8 Gambar demonstrasi cara perbanyakan bibit tanaman

kakao melalui sambung pucuk 72

Lampiran 9 dan 10 Gambar metode komunikasi kombinasi ceramah dan

peragaan pengenalan bahan pestisida nabati 73

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perguruan tinggi sebagai salah satu penghasil ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), telah menghasilkan berbagai teknologi pertanian melalui penelitian. Penelitian yang dilakukan secara terus-menerus sesuai dengan tuntutan mandat utama perguruan tinggi di Indonesia yaitu ikut mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Irwandi (2009) bahwa mandat utama perguruan tinggi adalah memberikan nilai tambah dan mengabdi untuk masyarakat serta pemerintah daerah setempat; bahwa Tri Darma perguruan tinggi harus diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menjawab permasalahan masyarakat dan pemerintah daerah. Mandat tersebut menunjukkan bahwa harus terdapat hubungan yang erat antara perguruan tinggi dengan masyarakat. Perguruan tinggi hendaknya peka terhadap kebutuhan masyarakat dengan mengembangkan penelitian yang bersifat praktis, tepat guna, memberikan nilai ekonomis, dan menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapi masyarakat.

Banyak hasil penelitian tidak dengan segera diterapkan, bahkan tidak diterapkan sama sekali, tetapi penemuan tersebut hanya tinggal dalam bentuk laporan dan disimpan dalam arsip atau dikoleksi perpustakaan. tanpa diketahui oleh masyarakat. Cukup banyak topik penelitian yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat, walaupun sebagian besar hasil penelitian masih berupa laporan yang dikemas sebagai bahan bacaan ilmiah. Seperti yang dikemukakan oleh Murniati (2009) bahwa salah satu kewajiban dosen dalam Tridharma Perguruan Tinggi adalah melakukan penelitian. Dana yang dialokasikan pemerintah untuk membiayai penelitan dimaksudkan untuk memotivasi penelitian-penelitian yang melahirkan inovasi teknologi dan ide kreatif, tetapi kenyataannya, penelitian yang telah dilakukan banyak berakhir di ruang laboratorium atau diarsipkan dalam koleksi perpustakaan.

Selama ini, sebagian besar penelitian yang telah dilakukan hanya berupa laporan pertanggungjawaban kegiatan dan sebagian dipublikasikan dalam jurnal-jurnal ilmiah sehingga manfaatnya belum dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Padahal teknologi dikatakan bermanfaat apabila dapat menjangkau dan diterapkan oleh pihak-pihak yang membutuhkan atau pengguna. Menurut Simatupang (2004) hasil-hasil penelitian yang tidak diaplikasikan di lapangan, terutama dalam upaya pemberdayaan masyarakat tani, akan menjadi sia-sia karena seolah-olah penelitian yang dilakukan hanya untuk kepentingan diri sendiri atau untuk dipublikasikan. Dengan kata lain, kegiatan yang dihasilkan cenderung bersifat ”Penelitian untuk Peneltian” (Research for Research) dan ”Penelitian untuk Publikasi” (Research for Publication). Hasil penelitian Maksum, at al. (2010) menunjukkan bahwa dari delapan pemanfaatan hasil penelitian yang dikaji, tiga pemanfaatan memiliki skor tertinggi, yaitu acuan penelitian lanjutan, transfer ilmu pengetahuan, dan bahan rujukan karya tulis ilmiah.

(16)

dikatakan berhasil apabila hasilnya dapat digunakan dan memberikan manfaat bagi pengguna. Oleh karena itu, teknologi yang dihasilkan dari penelitian, secara teknis mudah diterapkan, secara ekonomis menguntungkan, secara sosial diterima masyarakat, dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Penerapannya tidak hanya berdampak positif terhadap peningkatan produksi, tetapi diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Informasi tersebut bukan hanya sekadar konsumsi bagi para peneliti lain untuk dijadikan bahan acuan, akan tetapi jauh ke depan adalah untuk para petani, terutama untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya, yang pada akhirnya juga untuk memenuhi kebutuhan hidup seluruh umat manusia.

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh lembaga penelitian di perguruan tinggi adalah bagaimana membuat berbagai penelitian yang dihasilkannya dimanfaatkan oleh pengguna atau petani, sehingga hasil penelitian tersebut berdayaguna dan berhasilguna dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakat. Salah satu bentuk kegiaan yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan meningkatkan kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagai upaya disemiasi informasi hasil-hasil penelitian. Sebagaimana yang dikatakan oleh Cangara (2010) bahwa penggabungan lembaga penelitian dan kegiatan pengabdian masyarakat diharapkan menjadi ujung tombak pelaksanaan alih teknologi dari perguruan tinggi ke masyarakat.

Hafied (2010), Kepala Badan Litbang Provinsi Sulawesi Selatan mengemukakan perlunya perguruan tinggi memperhatikan prioritas pembangunan daerah. Pemerintah daerah mengharapkan hasil-hasil penelitian yang dapat mengatasi permasalahan aktual yang ada, misalnya penyakit PBK pada tanaman coklat yang menyebabkan kerugian sekitar 2.5 triliun di Provinsi Sulawesi Selatan.

Dalam Laporan Tahunan tentang inovasi untuk Swasembada Berkelanjutan tahun 2009 disebutkan bahwa agribisnis perkebunan di Indonesia masih dihadapkan pada permasalahan rendahnya produktivitas yang terjadi karena secara umum kondisi perkebunan, khususnya perkebunan rakyat, masih didominasi oleh tanaman tua dengan klon/varietas yang kurang produktif serta belum diterapkannya teknik budidaya yang terkini. Permasalahan lingkungan, perubahan iklim, serta lingkungan biotik berpengaruh pula terhadap kinerja agribisnis perkebunan. Untuk itu, penelitian dan pengembangan perkebunan diarahkan pada upaya untuk memperoleh klon/varietas unggul tahan hama dan penyakit, tahan kekurangan air, serta teknik perbanyakannya secara massal. Upaya lain yg juga terus dilakukan adalah memperoleh teknologi prapanen dan pascapanen untuk mendukung peningkatan produktivitas di hulu, on farm dan di hilir, serta tetap menjaga kelestarian lingkungan (Kementerian Pertanian, 2010).

Salah satu penyakit utama tanaman kakao adalah penyakit pembuluh kayu atau Vascular streak dieback (VSD) yg disebabkan oleh jamur Oncobasidium theobromae. Penyakit tersebut telah berkembang di beberapa daerah, khususnya di Sulawesi, yang telah mencapai 75 %, sehingga menjadi kendala dalam program peningkatan produktivitas dan mutu kakao nasional. Oleh karena itu, pemuliaan tanaman untuk mendapatkan klon/hibrida kakao yang tahan penyakit VSD terus diintensifkan.

(17)

hortikultura terhadap pembangunan sektor pertanian dari tahun ke tahun cenderung meningkat yang ditandai dengan peningkatan beberapa indikator makro, seperti Produk Domestik Bruto (PDB), volume ekspor, penyerapan tenaga kerja, nilai tukar petani (NTP), dan ekspor buah-buahan Indonesia ke pasar internasional (BPS, 2010).

Pengembangan subsektor hortikultura memerlukan dukungan penerapan inovasi untuk meningkatkan daya saing global. Inovasi yang diintroduksikan ke dalam program pengembangan inovasi, harus yang tepat guna, yaitu sesuai dengan kondisi biofisik, sosial ekonomi dan budaya di komunitas target (PDPKAH, 2012).

Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan (Politani Pangkep) sebagai salah satu perguruan tinggi, telah banyak menghasilkan inovasi teknologi pertanian hasil penelitian yang dilakukan oleh para dosen. Agar hasil penelitian tersebut dimanfaatkan oleh petani, maka melalui Lembaga Pengabdian pada Masyarakat, staf dosen telah mendiseminasikannya kepada petani yang berdomisi di wilayah sekitar kampus dalam bentuk penyuluhan.

Desa Manggalung, Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) adalah salah satu desa yang berada di wilayah sekitar kampus Politani Pangkep yang dijadikan desa binaan oleh staf dosen jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan. Di desa inilah staf dosen Budidaya Tanaman Perkebunan melakukan penyuluhan hasil-hasil penelitian kepada petani melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat dengan menggunakan dana anggaran rutin sekali setiap tahun.

Penduduk Desa Manggalung berjumlah 1.988 orang dan rata-rata bermatapencaharian sebagai petani. Komoditi yang diusahakan, bermacam-macam, mulai dari tanaman pangan, perkebunan, palawija maupun hortikultura dengan sistem pertanian polikultur. Kendala mendasar yang masih dihadapi dalam pengembangan pertanian di desa tersebut adalah sebagian besar pertanian diusahakan dalam skala kecil dengan kemampuan sumber daya manusia yang masih lemah. Menurut Mursalim, ketua gabungan kelompoktani (gapoktan), latar belakang pendidikan mereka yang rata-rata rendah berakibat pada lemahnya penguasaan teknologi dan akses informasi teknologi budidaya tanaman. Saat ini, para petani menghadapi kendala dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman akibat minimnya informasi atau informasi yang diperoleh dari sumber informasi yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan .

Informasi yang diperoleh melalui media massa seperti televisi, surat kabar, dan radio belum bisa memenuhi kebutuhan infomasi mereka. Sementara yang menjadi pertanyaan, bagaimana informasi hasil-hasil penelitian yang disampaikan oleh staf dosen Politani, apakah informasi tersebut juga dianggap tidak memadai dalam membantu mereka keluar dari permasalahan yang dihadapi?

Perumusan Masalah

(18)

Politani Pangkep melakukan pengabdian pada masyarakat dengan memberikan informasi yang berhubungan dengan teknologi usaha tani kepada petani. Petani yang menjadi target utama adalah yang berada di wilayah sekitar kampus, terutama pada desa yang dijadikan desa binaan. Dengan demikian, Politani Negeri Pangkep sebagai Perguruan tinggi, di samping sebagai penghasil iptek juga sekaligus berfungsi sebagai penyampai informasi.

Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini menganalisis seberapa jauh pemanfaatan informasi yang disampaikan oleh staf dosen kepada petani dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat tersebut yang dirumuskan seperti berikut: 1. Bagaimana pemanfaatan informasi hasil penelitian budidaya tanaman

perkebunan dan hortikultura?

2. Bagaimana hubungan antara karakteristik petani dengan penggunaan sumber informasi hasil penelitian budidaya tanaman perkebunan dan hortikultura? 3. Bagaimana hubungan antara kebutuhan informasi dengan penggunaan sumber

informasi hasil penelitian budidaya tanaman perkebunan dan hortikultura? 4. Bagaimana hubungan antara perilaku komunikasi petani dengan penggunaan

sumber informasi hasil penelitian budidaya tanaman perkebunan dan hortikultura?

5. Bagaimana hubungan antara metode penyampaian informasi dengan penggunaan sumber informasi hasil penelitian budidaya tanaman perkebunan dan hortikultura?

6. Bagaimana hubungan antara peggunaan sumber informasi dengan pemanfaatan informasi hasil penelitian budidaya tanaman perkebunan dan hortikultura?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mendeskripsikan tingkat pemanfaatan informasi hasil penelitian budidaya tanaman perkebunan dan hortikultura.

2. Menganalisis hubungan antara karakteristik petani dengan penggunaan sumber informasi hasil penelitian budidaya tanaman perkebunan dan hortikultura.

3. Menganalisis hubungan antara kebutuhan informasi dengan penggunaan sumber informasi hasil penelitian budidaya tanaman perkebunan dan hortikultura.

4. Menganalisis hubungan antara perilaku komunikasi petani dengan penggunaan sumber informasi hasil penelitian budidaya tanaman perkebunan dan hortikultura.

5. Menganalisis hubungan antara metode penyampaian informasi dengan penggunaan sumber informasi hasil penelitian budidaya tanaman perkebunan dan hortikultura.

(19)

Manfaat Penelitian

(20)
(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Sumber Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Sumber ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam sistem makro aliran informasi lebih ditekankan kepada pihak yang memang secara khusus melakukan penelitian, mensertifikasi penelitian dan menyimpan hasil penelitian. Kelembagaan subsistem ini terdiri atas universitas dan lembaga penelitian. Keduanya secara bersama-sama mengangkat dunia penelitian dan menjadi proporsi yang signifikan dalam Sistem Makro tersebut dan keduanya menjadi lembaga yang mendominasi dunia riset (Havelock, 1973).

Kebijakan nasional dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2002, Pasal 6 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, menetapkan bahwa kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi terdiri atas unsur perguruan tinggi, lembaga litbang, badan usaha, dan lembaga penunjang. Kelembagaan tersebut berfungsi mengorganisasikan pembentukan sumber daya manusia, penelitian, pengembangan, perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi.

Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi yang dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 232/U/2000). Seperti yang dikemukakan oleh Rahardjo (2010) bahwa Perguruan Tinggi (PT) atau universitas atau yang sejenjang, adalah lembaga pendidikan tinggi. Kedudukannya sebagai lembaga pendidikan menuntutnya mengemban seluruh fungsi dan tugas pokok dalam bidang penyelenggaraan pendidikan akademik dan atau profesi. Kedudukan perguruan tinggi sebagai lembaga akademik, menuntutnya untuk menjalankan fungsi pengembangan ilmu melalui penelitian. Sedangkan kedudukan perguruan tinggi sebagai sub-organisasi sosial masyarakat, menuntutnya untuk menjalankan fungsi pengabdian kepada masyarakat.

(22)

Perguruan tinggi sebagai organisasi pendidikan selain berfungsi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mensejahterakan masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat-martabat bangsa dan negara, juga memiliki tanggung jawab yang sangat luas dan kompleks. Salah satu di antaranya adalah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi secara berkesinambungan serta memberikan makna yang nyata bagi kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, kehadiran perguruan tinggi (PT) memiliki tanggung jawab sosial bagi masyarakat di sekitarnya maupun untuk kehidupan berbangsa. Tanggung jawab sosial yang diemban dan dimanifestasikan dalam berbagai kegiatan itu, pada akhirnya akan menciptakan sebuah kepercayaan dari masyarakat.

Lembaga Penelitian dan Pengembangan

Lembaga penelitian memegang peranan penting dalam aliran informasi yaitu: pertama, menyediakan model untuk dianalisis yaitu model yang aplikabel untuk mentransfer pengetahuan dari peneliti kepada praktisi. Kedua, lembaga penelitian menyediakan jasa seperti linking systems yang menghubungkan antara bagian akademik dari suatu universitas dengan praktisi yang menerapkan penelitian. Lembaga penelitian memiliki tiga fokus utama, setiap tujuannya memiliki pemahaman yang relevan dengan konsep Sistem Makro dan proses linking yaitu fokus penelitian dalam komunikasi, fokus penelitian dalam organisasi, fokus penelitian dalam pemerintahan dan pembuatan kebijakan (Havelock, 1973).

Dalam bidang pembangunan pertanian, bidang penelitian ditangani oleh Badan Penelitian Pengembangan Pertanian. Berdasarkan Peraturan Presiden RI No.10 tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia, Pasal 24 Ayat 9 bahwa Badan Penelitian Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan pertanian. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Badan Litbang Pertanian menyelenggarakan fungsi: a) penyiapan perumusan kebijakan penelitian dan pengembangan pertanian, b) perumusan program penelitian dan pengembangan pertanian, c) pelaksanaan penelitian dan pengembangan pertanaian, d) evalusai pelaksanaan peneltian dan pengembangan pertanian, dan e) pelaksanaan administrasi badan (Badan Litbang Pertanian, 2008).

(23)

Sumber Informasi dan Diseminasi Iptek

Rogers dalam Matindas (2011) menyatakan bahwa penerima pesan seringkali sulit membedakan sumber pesan dan saluran yang membawa pesan. Sumber adalah individu atau institusi yang menghasilkan pesan, sedangkan saluran adalah pesan yang didapatkan dari sumber untuk disampaikan kepada penerima.

Sumber pesan atau sumber informasi menurut Wardhani (1994) adalah partisipan atau perserta yang menciptakan informasi. Menurut Rogers dan Kincaid (1981) sumber informasi dapat berupa individu atau lembaga yang menciptakan informasi sebagai pesan dalam proses komunikasi. Sama halnya dengan yang dikemukakan oleh Sophia (1988) bahwa informasi penelitian dapat bersumber dari Badan Penelitian dan Pengembangan Penelitian beserta Balai-Balai Penelitiannya, Lembaga Penelitian di luar Badan Litbang Pertanian yang menangani masalah yang berkaitan dengan masalah pertanian, perguruan tinggi, organisasi profesi, serta masyarakat lainnya. Penyampaian informasi tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik melalui media cetak seperti: artikel, majalah, buku, laporan teknik, buletin, maupun melalui lisan seperti: pembicaraan tatap muka, korespondensi perorangan, seminar, pertemuan ilmiah, dan sebagainya, atau melalui media telekomonikasi misalnya, telepon, handphon, dan internet.

Rogers dalam Ma’mir (2001) menyatakan bahwa saluran informasi baru tentang pertanian secara umum dapat diklasifikasikan yaitu: (1) Media massa yang terdiri atas majalah pertanian, surat kabar, siaran pertanian melalui radio dan televisi; (2) Saluran informal seperti tetangga, sesama petani, dan teman; (3) Sumber komersial, misalnya hubungan petani dengan pedagang, dealer, demonstrator, dan buletin komersial; (4) Agen pemerintah, misalnya pertemuan atau hubungan antara petani dengan penyuluh.

Saluran informasi yang berupa saluran informal, sumber komersial seperti hubungan petani dengan pedagang, dealer, demonstrator, dan agen pemerintah seperti penyuluh, peneliti, dosen, umumnya melakukan kegiatan komunikasi secara interpersonal. Menurut Mulyana dan Rakhmat (2001), komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi oramg lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Informasi inovasi pertanian dapat dikomunikasikan oleh sumber informasi melalui berbagai macam saluran. Saluran tersebut dapat berupa media massa maupun media interpersonal. Media massa meliputi media tercetak dan elektronik, sedangkan media interpersonal meliputi petugas penyuluh, peneliti, dosen, penyalur sarana produksi, pedagang pengumpul, sesama petani, dan kerabat, tetangga, dan sebagainya.

Perguruan Tinggi sebagai Sumber Informasi

(24)

penelitian melalui berbagai saluran, seperti penerbitan, media massa, pengajaran dan perkuliahan (Rahardjo, 2010).

Setiap pendidik perguruan tinggi berkewajiban mentransformasi hasil penelitian dan kajiaan kepada masyarakat luas melalui dharma pengabdian pada masyarakat. Dharma pengabdian masyarakat para insan kampus perlu dipandang sebagai satu kesatuan bentuk tanggung jawab sosial perguruan tinggi pada masyarakat sekitarnya dengan mengemban misi konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pengabdian kepada masyarakat adalah salah satu darma atau tugas pokok perguruan tinggi di Indonesia, di samping darma pendidikan dan darma penelitian. Hal ini sesuai pula dengan pasal 20 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), yaitu Perguruan Tinggi berkewajiban menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, di samping menyelenggarakan pendidikan. Adanya legalisasi peraturan tersebut, menyebabkan pentingnya pihak pengelola perguruan tinggi untuk mengatur dan mengarahkan peran pengabdian anggotanya sebagai wujud kesadaran bersama untuk memprioritaskan pengabdiannya pada masyarakat desa sekitar kampus sebagai wujud tanggung jawab sosialnya.

Pengabdian pada masyarakat pada hakikatnya membantu masyarakat agar mau dan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan demikian, azas pengabdian pada masyarakat sesuai dengan azas kemanusiaan yang menekankan pada usaha pengembangan masyarakat sebagai subjek pembangunan. Pengabdian kepada masyarakat harus dilandasi pada kepercayaan dan kemampuan dan kekuatan masyarakat itu sendiri (Lubis, 2004). Menurut Margono Slamet (seperti dikutip Rahardjo, 2010) pengabdian kepada masyarakat adalah pengamalan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang langsung kepada masyarakat secara melembaga melalui metodologi ilmiah sebagai tanggung jawab luhur perguruan tinggi dalam usaha mengembangkan kemampuan masyarakat sehingga dapat mempercepat tercapainya tujuan pembangunan nasional.

Dengan dilaksanakannya darma pengabdian kepada masyarakat, diharapkan selalu ada keterkaitan, bahkan kebersamaan antara perguruan tinggi dan masyarakat. Dengan landasan pemikiran ini, diharapkan ada usaha yang sadar untuk mencegah terjadinya isolasi perguruan tinggi dari masyarakat lingkungannya. Usaha tersebut harus juga dilaksanakan sejalan dengan tujuan pendidikan tinggi seperti tertuang dalam PP No. 60 Tahun 1999 Bab II pasal 2 ayat 1b, yaitu untuk mengembangkan dan menyebarluaskaan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian, serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. Karena pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu tugas pokok perguruan tinggi, maka pelaksanaannya harus didukung oleh segenap warga perguruan tinggi, yang dilandasi oleh pemahaman yang benar tentang pengabdian kepada masyarakat oleh perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan bunyi PP No. 60 Tahun 1999 Bab III pasal 3 ayat 4, yang menyatakan bahwa pengabdian kepada masyarakat merupakan kegiatan yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam upaya memberikan sumbangan demi kemajuan masyarakat.

(25)

kepada masyarakat harus selalu diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang dampak dan manfaatnya dapat secara langsung dirasakan oleh masyarakat.

Bentuk-bentuk pengabdian kepada masyarakat menurut Rahardjo (2010): 1. Pengembangan Desa Binaan; melibatkan berbagai disiplin ilmu dan

dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga dapat memecahkan masalah secara tuntas.

2. Pelatihan di kampus dan di luar kampus; dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sehingga akan mampu dengan segera mengembangkan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan.

3. Local Verifivation Trial; menyatukan kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat sehingga masyarakat bisa melihat secara langsung cara menghasilkan teknologi.

4. Pelaksnaan KKN; mahasiswa langsung berinteraksi dengan masyarakat dan pemerintah setempat untuk bersama-sama melakukan beberapa program pembangunan dan aplikasi ilmu iptek.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perguruan tinggi, di samping berperan sebagai penghasil iptek dapat pula berperan sebagai sumber informasi sekaligus sebagai penyebar kepada masyarakat sehingga dapat ikut membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat, terutama petani. dengan menginformasikan dan mendiseminasikan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh staf dosen. Pengabdian kepada masyarakat melalui pengembangan desa binaan merupakan salah satu cara penyampaian informasi agar berbagai hasil penelitian yang telah dihasilkan oleh para staf dosen dapat dimanfaatkan oleh petani.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Banyak inovasi teknologi telah dihasilkan oleh berbagai institusi yang bergerak di bidang penelitian dan penkajian (litkaji) pertanian, namun teknologi-teknologi tersebut tidak banyak yang diadopsi oleh pengguna. Agar berbagai penelitian yang dihasilkan dapat berdayaguna dan berhasilguna dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi petani, dibentuk Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai salah satu unit pelaksana teknis Badan Litbang Pertanian. BPTP dibentuk sebagai ujung tombak yang melaksanakan fungsi informasi, komunikasi serta diseminasi teknologi pertanian secara desentralistik. Oleh karena itu, BPTP mendapat mandat menjadi roda penggerak dalam mempercepat adopsi inovasi teknologi pertanian hasil pengkajian oleh pengguna (Sudaryanto, at al., 2005).

Diseminasi Iptek

(26)

dengan uji coba teknologi dan pemasyarakatan teknologi dan berkaitan dengan tahapan seseorang dalam mengadopsi inovasi. Jika kegiatan diseminasi masih dalam taraf penyebaran informasi, penetapan sasaran sekadar untuk menggugah rasa ingin tahu sasaran, maka indikatornya dilihat dari respon sasaran terhadap inovasi itu, apresiasi pengunjung pada suatu even pertemuan, dan sebagainya (Jamal, at al., 2008).

Menurut Lionberger dan Gwin (1992) bahwa proses penyebaran informasi pertanian dapat melalui empat tahap, yaitu penelitian, pengujian lokal, penyebaran informasi, dan bimbingan kepada petani. Maksudnya, setelah ditemukannya sebuah inovasi teknologi melalui sebuah penelitian, maka inovasi tersebut harus dikembangkan menjadi produk yang berpotensi untuk diaplikasikan yang harus diuji coba pada kondisi yang sesuai dengan kondisi masyarakat pengguna. Selanjutnya, untuk menyebarluaskan informasi sebuah ide baru dari sumber kepada pengguna merupakan tugas dari agen perubahan.

Diseminasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program penelitian karena berfungsi sebagai penyebarluasan dan pendayagunaan hasil-hasil penelitian kepada pengguna. Disemniasi inovasi pertanian memiliki peran yang strategis yakni sebagai sarana mediasi penyaluran inovasi dari sumber teknologi kepada pengguna yang akhirnya akan mendorong percepatan pembangunan pertanian (Arsanti, at al. 2009). Dengan demikian, melalui kegiatan diseminasi, teknologi hasil penelitian, baik dari PT maupun dari Badan Litbang dapat disebarluaskan sehingga dapat diketahui dan diterapkan oleh pengguna. Seperti yang dikemukakan oleh Mansjur (2005) bahwa keberhasilan penelitian dan pengkajian pertanian antara lain ditentukan oleh tingkat pemanfaatan dan dukungan informasi teknologi hasil penelitian dan pengkajian serta penerapannya.

Diseminasi adalah suatu proses interaktif dalam penyampaian inovasi yang pada akhirnya dapat mengubah pola pikir dan tindakan orang yang terlibat (Rogers, 1983). Secara umum, ada beberapa unsur penting yang menentukan keberhasilan suatu proses diseminasi, yaitu inovasi yang dibawa, media diseminasinya, waktu atau proses diseminasi itu sendiri, serta pihak yang terlibat dalam proses diseminasi tersebut.

Proses diseminasi teknologi pertanian mendapat perhatian lebih dari Badan Litbang Pertanian. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mempercepat proses diseminasi adalah dengan dibentuknya Balai Pengkajian teknologi Pertanian (BPTP) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT). Kesadaran akan pentingnya perhatian terhadap masalah diseminasi tidak terlepas dari kritik banyak pihak terhadap kinerja Badan Litbang Pertanian, teruatama pada para penelitinya yang dianggap melakukan penelitian hanya untuk diri mereka sendiri dan penelitian untuk publikasi. Demikian pula adanya beberapa hasil penelitian yang menunjukkan lambatnya proses diseminasi teknologi yang dihasilkan Badan Litbang Deptan (Jamal, at al., 2008).

(27)

Dalam upaya pencapaian ketahanan pangan, perguruan tinggi dapat berperan lebih dari sebatas penghasil teknologi. Perguruan Tinggi dapat mengambil peran sebagai salah sebuah ‘agen perubahan’, dan menjadi bagian penting dalam pelaksanaan pembangunan dan transformasi agricultural (Kadiman, 2005). Dengan melakukan pengabdian kepada masyarakat, maka perguruan tinggi sudah mengambil peran sebagai agen perubahan dalam pembangunan, khususnya pembangunan pertanian.

Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan (Politani Pangkep) adalah sebuah perguruan tinggi kepoliteknikan yaitu sebuah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus. Di samping itu, merupakan penghasil iptek melalui berbagai peneltian yang dilakukan oleh para staf pengajar di bawah wadah Unit Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (UPPM).

Dalam penelitian ini, staf Politani Pangkep sebagai sumber sekaligus berfungsi sebagai saluran informasi hasil penelitian untuk disampaikan kepada para petani sebagai penerima informasi. Staf Politani yang terdiri atas dosen dan teknisi melakukan diseminasi informasi kepada petani dalm bentuk pengabdian pada masyarakat.

Petani sebagai Pengguna Informasi

Pengguna informasi merupakan komponen ketiga dan merupakan komponen terpenting dalam Sistem Makro Aliran Informasi. Sistem Makro Aliran Informasi terbentuk karena ada kebutuhan dari para pengguna informasi (Havelock, 1973).

Petani sebagai pengguna informasi adalah pelaku utama agribisnis, baik agribisnis monokultur maupun polikultur dengan komoditas tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan dan atau perkebunan (Departemen Pertanian, 2002). Menurut Soejitno (1968) adalah penduduk atau orang-orang yang untuk sementara atau secara tetap memiliki dan atau menguasai sebidang ”tanah pertanian” dan mengerjakannya sendiri, baik dengan tenaganya sendiri (beserta keluarganya) maupun dengan pemanfaatan tenaga orang lain atau orang upahan. Termasuk dalam pengertian ”menguasai” di sini, adalah: menyewa, menggarap (penyakap), memaro (bagi hasil), sedangkan buruh tani tak bertanah tidak masuk dalam kategori petani.

Sehubungan dengan informasi hasil penelitian staf dosen yang disampaikan kepada petani, apakah dimanfaatkan oleh petani sasaran atau tidak, akan dikaji beberapa hal yang berhubungan dengan petani yang bersangkutan, seperti kebutuhan informasi, karakteristik individu petani, dan perilaku komunikasi.

Kebutuhan Informasi

(28)

Van den Ban dan Hawkins (1999) mengemukakan bahwa bagi petani, mengakses informasi dari berbagai sumber akan membuka wawasan dan membangkitkan motivasi dan kinerja berdasarkan ide-ide baru yang diperoleh.

Krikelas (1983) mengartikan kebutuhan informasi sebagai pengakuan seseorang atas adanya ketidakpastian dalam dirinya. Rasa ketidakpastian ini mendorong seseorang untuk mencari informasi. Sedangkan Belkin yang dikutip oleh Nicholas (2000) menjelaskan bahwa kebutuhan informasi tumbuh ketika seseorang menyadari adanya kesenjangan antara pengetahuan dengan keinginan untuk memecahkan masalah.

Menurut Bernal sebagaimana dikutip oleh Setiabudi (2004), kebutuhan informasi seorang pengguna atau petani dipengaruhi oleh (1) subjek bidang keahliannya, (2) fungsi penggunaan. Fungsi penggunaan maksudnya, apakah informasi itu digunakan untuk menambah pengetahuan, untuk melengkapi informasi yang diperoleh, atau untuk menerapkan informasi tersebut.

Derr seperti dikutip Suryantini (2003) mengemukakan bahwa kebutuhan informasi merupakan hubungan antara informasi dan tujuan informasi seseorang, maksudnya, ada suatu tujuan yang memerlukan informasi tertentu untuk mencapainya. Adapun jenis-jenis informasi yang dibutuhkan petani menurut Mardikanto (1995), antara lain adalah: (1) informasi tentang hasil penelitian berbagai disiplin pengelolaan usahatani dan teknologi produksi, (2) informasi mengenai pengalaman petani, (3) informasi pasaran input dan output sesuai dengan perkembangan terakhir, dan (4) informasi kebijakan-kebijakan pemerintah.

Suryantini (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kebutuhan informasi adalah jumlah jenis informasi yang diperlukan oleh penyuluh pertanian yang dapat mendukung tugasnya, yang ditunjukkan oleh jenis informasi, cakupan komoditas dan subjeknya, seperti benih, pemuliaan tanaman, hama penyakit, tanah, sosial ekonomui, dan sebagainya. Tjitropranoto (2005) mengatakan bahwa teknologi, informasi atau pun materi penyuluhan pertanian yang dibutuhkan petani adalah yang benar-benar diyakini petani akan menguntungkannya, terjangkau oleh kemampuannya, dan memiliki pasar yang dekat dengan usaha pertaniannya. Materi penyuluhan yang dibutuhkan petani harus didasarkan pada kesempatan, kemauan, dan kemampuan petani untuk menerapkan atau memanfaatkannya, bukan karena perhitungan yang secara ilmiah akan menguntungkan

(29)

responden adalah pandangan responden tentang efektif atau tidaknya cara penyampaian informasi kepada pengguna.

Hasil penelitian Maksum, at al. (2010) menunjukkan bahwa pemanfaatan informasi yang paling rendah adalah peningkatan produksi usaha tani dan penerbitan publikasi teknis. Hal tersebut dikarenakan informasi hasil penelitian yang diterbitkan dan disebarkan melalui berbagai media sebagian besar masih bersifat ilmiah padahal untuk kepentingan petani seharusnya dikemas dalam bentuk atau bahasa yang lebih teknis. Demikian pula yang dikemukakan oleh Bayu (2010) bahwa informasi yang disebarluaskan kepada masyarakat sebaiknya sudah terolah secara sistematis sehingga masyarakat dapat memahami dan juga dengan mudah mendapatkannya sesuai dengan informasi yang dibutuhkan.

Hasil penelitian Suryantini (2003) menyatakan bahwa informasi teknologi sarana produksi dan informasi teknis sangat dibutuhkan. Berdasarkan komoditas, informasi tentang buah-buahan dengan segala aspeknya menempati urutan tertinggi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa kebutuhan informasi para petani adalah pengetahuan atau data yang disadari sebagai sesuatu yang perlu diperoleh dan digunakan untuk mengelola usaha taninya. Kebutuhan informasi tersebut dilihat dari aspek jenis informasinya yang mencakup pembahasan bidang disiplin misalnya tentang varietas dan benih, aspek budidaya, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, pascapanen dan pemasarannya, dan jenis-jenis komoditas yang diusahakan petani, seperti tanaman perkebunan dan hortikultura.

Karakteristik individu petani

Setiap kegiatan penyuluhan pertanian yang menjadikan petani sebagai sasaran utamanya seharusnya selalu memperhatikan sifat-sifat yang dimiliki petani.. Sifat-sifat yang dimiliki petani merupakan ciri-ciri pokok yang akan mempengaruhi keberhasilan usaha dan perubahan perilaku yang ingin dicapai. Pemahaman terhadap ciri-ciri pokok atau karakteristik individu dan kapasitas diri petani akan menentukan tingkat potensi atau kesiapan petani dalam menerima teknologi yang dikenalkan kepadanya. Dengan demikian, teknologi pertanian yang akan dikenalkan dapat disesuaikan dengan potensi dan kesiapan diri petani tersebut. Melalui pendekatan ini, petani tidak hanya menerapkan teknologi baru secara berkelanjutan, tetapi juga akan mengembangkan usaha pertaniannya dengan selalu menerapkan teknologi baru. Hal ini menunjukkan pula bahwa teknologi pertanian yang diperkenalkan kepada petani harus disesuaikan dengan kapasitas diri dan kapasitas sumberdaya dan sarana yang dimilikinya. Penyesuaian dengan kapasitas petani, baik kapasitas diri maupun kapasitas sumberdaya & sarana, akan menjamin keberlanjutan adopsi teknologi tersebut, bahkan akan dikembangkan sendiri oleh petani yang bersangkutan (Tjitropranoto, 2005).

Petani adalah anggota masyarakat dengan karakter yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Sebagaiamana yang dikemukakan oleh Maksum, at al.,

(30)

Karakteristik individu merupakan sifat atau ciri-ciri yang dimiliki seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungannya, termasuk dalam perilaku dan pengetahuan individunya. Mendalami karakteristk individu suatu masayarakat, dapat pula terlihat perilaku komunikasi masyarakat tersebut. Karakteristk ini dibangun berdasarkan unsur-unsur demografis, psikografis, dan geografis (Mulyana dan Rahmat, 2001).

Demografis merupakan salah satu peubah yang sering digunakan untuk melihat kemampuan berkomunikasi seseorang dan juga digunakan untuk memilih sumber informasi yang tepat. Peubah tersebut seperti: umur, pendidikan, pengetahuan, dan pendapatan (Lionberger dan Gwin, 1982). Karakteristik demografis, ialah cici-ciri perorangan petani yang bervariasi bagi setiap orang. Ciri-ciri ini menunjukkan status demografis terutama yang berhubungan dengan perilaku petani dalam pemanfaatan sumber informasi, yaitu: umur, pendidikan, skala usaha, penghasilan, pengalaman petani.

Menurut Rogers dan Soemaker (1981), faktor psikologi petani seperti pendidikan, umur, luas kepemilikan lahan, pemilikan modal, kekosmopolitan ikut mempengaruhi penggunaan sumber informasi, selain dari materi dan metode yang digunakan. Karakteristik petani menurut Hartanto (1984) meliputi umur, pendidikan, luas lahan, pendapatan petani dan pengalaman.

Dalam hubungannya dengan karakteristik petani, Wardhani (1994) menyatakan bahwa peternak yang berpendidikan rendah cenderung memanfaatkan sumber informasi yang lebih terbatas, sedangkan mereka yang mempunyai pendidikan lebih tinggi memanfaatkan sumber informasi yang lebih bervariasi. Wardhani juga menyatakan bahwa pendidikan nonformal peternak berpengaruh terhadap penggunaan sumber informasi. Peternak yang mempunyai pendidikan nonformal dengan jam belajar yang lama akan memperoleh pengetahuan, wawasan luas, dan keterampilan tentang permeliharaan ayam buras.

Luas kepemilikan lahan ikut pula mempengaruhi pemanfaatan informasi teknologi pertanian. Mardikanto (1995) mengemukakan bahwa lahan usahatani sempit menjadi kendala bagi penerapan sistem usahatani secara intensif, dan menyebabkan petani kurang mampu dalam penerapan tehnologi pertanian serta pengelolaan usahatani secara komersial.

Berdasakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat memanfaatkan sumber informasi, seseorang mempunyai karakteristik tertentu. Sehubungan dengan penelitian ini, karakteristik individu petani yang diamati adalah umur, pendidikan, baik formal maupun nonformal, luas lahan, pendapatan keluarga, dan lamanya berusaha tani.

Perilaku komunikasi petani

(31)

berkaitan dengan usaha untuk mendapatkan informasi teknologi usaha tani sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan inovasi.

Rogers dan Shoemaker (1981) mengemukakan bahwa perilaku komunikasi dari anggota masyarakat yang lebih inovatif adalah: (1) partisipasi sosialnya lebih tinggi, (2) lebih sering mengadakan komunikasi interpersonal dengan anggota sistem sosial lainnya, (3) lebih sering mengadakan hubungan dengan orang asing (kelompok acuan mereka kebanyakan orang di luar sistem), (4) lebih sering mengadakan hubungan dengan agen pembaruan, (5) keterdedahan dengan media massa, (6) mencari informasi tentang inovasi lebih banyak, sehingga pengetahuannya tentang inovasi lebih sempurna, (7) lebih tinggi tingkat kepemimpinannya, terutama pada sistem sosial yang normanya modern, dan (8) menjadi anggota sistem yang bernorma lebih modern, dan lebih terpadu.

Hasil penelitian Wijayati (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan erat dengan perilaku komunikasi petani adalah pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan luas lahan garapannya. Semakin tinggi pendidikan formal petani semakin tinggi intensitas interaksi dengan kelompok. Semakin banyak petani mengikuti pendidikan nonformal, makin tinggi keterdedahan petani pada saluran komunikasi. Semakin luas lahan garapan petani semakin tinggi pula keinginannya dalam mencari informasi tentang inovasi. Demikian pula hasil penelitian Nur Suhaeti (1998) menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perilaku komunikasi dan tingkat pemahaman masing-masing individu terhadap infomasi yang diterimanya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku komunikasi petani adalah usaha seorang petani untuk memperoleh informasi teknologi usaha tani yang akan dijadikan bahan pertimbagan dalam menerapkan suatu inovasi. Perilaku komunikasi petani yang diteliti di sini meliputi tingkat kekosmopolitan, akses terhadap agen perubahan, dan keterdedahan terhadap media massa.

Tingkat kekosmopolitan

Menurut Mardikanto (1995) tingkat kekosmopolitan dicirikan oleh jarak perjalanan yang dilakukan serta pemanfaatan media massa. Bagi masyarakat yang relatif kosmopolit, adopsi inovasi berlangsung lebih cepat. Sebaliknya, bagi masyarakat yang lebih lokalit, proses adopsi inovasi lebih lamban karena tidak ada keinginan-keinginan baru untuk hidup lebih baik sebagaiman yang telah dialami oleh orang lain di luar sistem sosialnya sendiri.

Kekosmopolitan menurut Rogers dan Shoemaker (1981) adalah kesediaan seseorang untuk berupaya memperoleh informasi yang bersifat inovatif dari luar sistem sosial. Orang yang kosmopolitnya tinggi biasanya mencari infomasi dari sumber di luar lingkungannya, sebaliknya, orang yang rendah kosmopolitnya cenderung mempunyai ketergantungan yang tinggi pada tetangganya atau teman-teman dalam lingkungan yang sama sebagai sumber informasi.

(32)

Akses terhadap agen perubahan

Salah satu ciri perilaku komunikasi anggota masyarakat yang lebih inovatif adalah lebih sering mengadakan hubungan dengan agen perubahan. Agen perubahan menurut Rogers dan Shoemaker (1981) adalah orang-orang yang melaksanakan tugas mewujudkan usaha perubahan sosial. Agen perubahan yang dimaksud adalah petugas profesional yang mempengaruhi keputusan inovasi klien sesuai dengan yang diinginkan lembaga perubahan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa agen perubahan adalah pihak-pihak yang memperkenalkan atau membawa perubahan-perubahan tertentu ke dalam suatu masayarakat, misalnya masyarakat tani, baik berupa perseorangan atau pun mewakili sebuah lembaga.

Keterdedahan terhadap media massa

Menurut Shore (dikutip Wadhani, 1994) keterdedahan adalah mendengarkan, melihat, membaca, atau secara umum, mengalami sedikitnya sejumlah perhatian minimal pada pesan media. Menurut Rosegren (seperti dikutip oleh Ma’amir, 2001) bahwa aspek-aspek dalam keterdedahan media dapat diukur pada (a) waktu yang digunakan dalam mengikuti berbagai media, (b) jenis-jenis isi media yang dikuti, (c) berbagai hubungan antara individu yang mengkomsumsi, baik dengan isi media, maupun dengan medianya.

Jadi, keterdedahan terhadap media massa adalah efektivitas komunikasi seseorang dalam memperoleh informasi melalui media massa, baik media cetak (surat kabar, brosur, buku), maupun media elektronik (televisi, radio, internet). Media massa memiliki ciri sangat efektif dalam menyampaikan pengetahuan dan relatif cepat menjangkau sasaran yang luas dalam waktu yang singkat. Hal ini memungkinkan media massa berperan penting pada tahap pengenalan suatu inovasi kepada masyarakat (Rogers dan Soemaker, 1981).

Metode Komunikasi

Setiap petani di suatu daerah pertanian memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga penyajian komunikasinya juga perlu disesuaikan dengan keadaan petani dan daerah masing-masing. Umumnya petani yang masih berada di daerah pedesaan akan lebih efektif jika diberikan penyuluhan dengan metode dialog dua arah melalui pendekatan interpersonal.

Untuk pemanfaatan inovasi teknologi memerlukan komunikasi yang efektif. Secara sederhana sebuah komunikasi dikatakan efektif apabila terjadi kesamaan persepsi antara sumber informasi dengan petani sebagai penerima informasi. Menurut Arifin (1984), jika perubahan yang terjadi pada diri penerima sebagai akibat pesan yang diterima, sesuai dengan keinginan komunikator, maka komunikasi itu disebut efektif.

(33)

keputusan yang dibuat oleh sumber atau penyuluh dalam memilih serta menata simbol dan isi pesan, menentukan pilihan cara dan frekuensi penyampaian pesan serta menentukan bentuk penyajian pesan disebut teknik penyuluhan pertanian Memilih dan menata pesan yang dimaksud seperti memilih bahasa dan bentuk bahasa yg tepat, memilih kata-kata yang mudah dimengerti, mendayagunakan tatabahasa dan gaya bahasa. Sedangkan yang dimaksudkan memilih dan menata isi pesan adalah memilih isi pesan yang memenuhi persayaratan inovasi yang dianjurkan kemudian ditata agar sesuai denga cara penyampaian yang digunakan, cocok dengan bentuk penyajian yang ditampilkan, sesuai dengan daya anut sasaran, dan saling mengisi dengan kegiatan petani sesuai dengan tahapan proses adopsi (Departemen Pertanian, 1995).

Ragam metode dan teknik penyuluhan pertanian yang dipilih untuk diterapkan dapat didasarkan pada aspek:

1. Komunikasi yang terdiri atas:

a. Komunikasi langsung seperti anjangsana, pertemuan kelompok, kursustani, karyawisata/widyawisata, dan ceramah.

b. Komuikasi tidak langsung seperti penggunaan media cetak (poster, leaflet, folder, brosur, majalah, koran), penggunaan media elekrtonik (televisi, film radio), dialog melalui media komunikasi.

2. Psikososial meliputi:

a. Massal seperti: penyebaran media cetak, penggunaan media elektronik, pertemuan umum, pameran, kampanye.

b. Kelompok seperti demonstrasi, kursus tani, pertemuan kelompok karyawisata, widyawisata, ceramah.

c. Individu/perorangan seperti anjangsana rumah/tempat usaha, surat-menyurat, dan telepon.

3. Pancaindera:

a. Penglihatan seperti brosur, folder, leaflet, majalah, poster, dan koran. b. Pendengaran seperti tape recorder, radio, dan telepon.

c. Kombinasi pendengaran dan penglihatan seperti pemutaran film dan televisi (Departemen Pertanian, 1995).

(34)

Metode komunikasi yang diamati dalam penelitian ini adalah metode komunikasi langsung dan cara penyajian serta bahasa yang digunakan dalam penyampaian informasi. Hal ini sesuai dengan metode dan teknik komunikasi yang sering dilakukan oleh staf Politani saat melakukan penyuluhan pada petani dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat.

Pemanfaatan Sumber Informasi

Pemanfaatan sumber informasi adalah perilaku petani dalam memanfaatkan sumber informasi sesuai dengan kebutuhannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suryantini (2003) bahwa penggunaan sumber informasi adalah perilaku penyuluh dalam memanfaatkan sumber informasi yang ditunjukkan oleh tingkat pemanfaatan informasi yang didasarkan pada:

1. Intensitas sumber informasi, yaitu frekuensi penggunaan jenis sumber informasi oleh petani

2. Aksesibilitas sumber informasi, yaitu mudah atau tidaknya akses ke sumber informasi

3. Kesesuaian isi sumber informasi, yaitu ketepatan dan kesesuain informai dengan kebutuhan petani dalam mengelola usaha taninya.

Hasil penelitian Suryantini (2003) menyatakan bahwa ada empat alasan utama responden menggunakan sumber informasi yaitu: 1) keinginan untuk sekadar mengetahui atau menambah pengalaman. 2) Keinginan untuk memperoleh informasi mutakhir. 3) keinginan untuk memperoleh informasi yg sesuai dengan kebutuhan atau untuk memecahkan masalah yg dihadapi. 4) Keinginan untuk mengembangkan diri.

Hasil penelitian Purnaningsih (1999) menyatakan bahwa sebagian besar responden di Desa Cipendewa memilih teman sebagai sumber informasi, sedangakan di Desa Sukatani memilih orang tua atau kerabat dan teman sebagai sumber informasi. Menurut Rogers dan Shoemaker (1981) bahwa selain materi dan metode penyampaian informasi, yang ikut mempengaruhi penggunaan sumber informasi adalah tingkat pendidikan, umur, luas pemilikan lahan, pemilikan modal, dan kekosmopolitan petani. Hal ini berarti bahwa penggunaan sumber informasi dipengaruhi oleh materi dan cara penyampaian informasi, serta karakteristik individu petani.

Pemanfaatan Informasi Inovasi Teknologi Pertanian

Informasi yang diperoleh petani dari berbagai sumber akan bermanfaat dalam mengelola usaha taninya. Seperti yang dikemukakan oleh Suryantini (2003) bahwa pemanfaatan informasi tentang teknologi pertanian adalah aktivitas penyuluh dalam memanfaatkan informasi yang tersedia dalam berbagai media. Sedangkan menurut Matindas (2011) bahwa penggunaan atau pemanfaatan informasi adalah efek dari informasi yang sudah diterima, diakses, dan dikontrol oleh petani.

(35)

Dalam penelitian Ma’mir (2001), dinyatakan bahwa tujuan pemanfaatan informasi yang diperoleh petani, secara garis besar terbagi atas tiga, yaitu: informasi yang diperoleh dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan lalu dicoba kemudian disampaikan kepada petani lainnya. Tujuan berikutnya adalah menambah pengetahuan dan dicoba, namun tidak diberitahukan kepada petani lainnya. Selain itu, pemanfaatan informasi bertujuan menambah pengetahuan, tetapi tidak dicoba dan tidak pula disampaikan kepada petani lainnya.

(36)
(37)

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Kerangka Pemikiran

Kebijakan pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang tujuan utamanya meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dengan menyediakan teknologi melalui penelitian, termasuk di bidang pertanian. Perubahan paradigma pembangunan dari “Penelitian untuk Pengembangan“ ke “Penelitian untuk Pembangunan” mensyaratkan bahwa kegiatan penelitian harus berorientasi kepada kebutuhan pengguna. Dengan demikian, pembangunan iptek dikatakan memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, jika hasil-hasil penelitian itu dapat didayagunakan oleh masyarakat atau dapat menjadi solusi bagi permasalahan nyata yang dihadapi masyarakat.

Pembangunan yang telah menempatkan kembali sektor pertanian sebagai penggerak pembangunan ekonomi nasional, mendapat prioritas utama di antaranya adalah subsektor tanaman perkebunan dan hortikultura karena subsektor ini dianggap mempunyai potensi, peluang, prospek untuk dikembangkan. Komoditas tanaman perkebunan dan hortikultura cukup prospektif untuk dikembangkan mengingat potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, ketersediaan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar internasional yang terus meningkat. Dengan demikian, langkah strategis yang dipandang tepat adalah memperbaiki manajemen usaha pada tingkat petani dengan meningkatkan keterampilan mereka di dalam berusaha tani.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian teknologi pertanian yang relevan atau sesuai dengan kebutuhan petani sebagai pelaku usaha. Sebagaimana kita ketahui bahwa perguruan tinggi merupakan salah satu sumber inovasi teknologi pertanian seharusnya dapat pula menjadi salah satu sumber informasi inovasi teknologi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani, termasuk menjawab permasalahan yang dihadapi dalam berusaha tani. Seperti yang dikemukakan oleh Mansyur (2005) bahwa keberhasilan penelitian dan pengkajian pertanian antara lain ditentukan oleh tingkat pemanfaatan dan dukungan informasi teknologi hasil penelitian dan pengkajian serta penerapannya.

Agar petani dapat memanfaatkatkan informasi teknologi pertanian yang dihasilkan oleh sumber diperlukan suatu sistem penghubung atau penyampai informasi. Perguruan Tinggi Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, berperan sebagai aktor penyampai hasil penelitian iptek kepada petani melalui kegiatan Pengabdian pada Masyarakat.

Untuk mengelola dan meningkatkan usaha taninya, petani membutuhkan informasi yang relevan dan dapat dipahami dalam jumlah yang memadai. Informasi tersebut diperoleh melalui pemanfaatan sumber informasi yang dapat memenuhi kebutuhannya, baik melalui media massa, maupun saluran interpersonal.

(38)

Petani dengan ciri-ciri demografis atau karakteristik pribadi yang berbeda akan berbeda pula dalam memanfaatkan sumber informasi sehingga dapat dikatakan bahwa dalam pemanfaatan sumber informasi oleh petani berhubungan dengan karakteristik pribadi petani yang terdiri atas umur, pendidikan, pendapatan keluarga, luas lahan, dan lama berusaha tani, yang diperlukan dalam upaya pengembangan budidaya tanaman yang diusahakannya.

Selain itu, pemanfaatan sumber informasi berhubungan pula dengan perilaku komunikasi petani yaitu kekosmopolitan, akses terhadap berbagai agen perubahan yaitu petani lain, penyuluh pertanian, staf Politani, pedagang saprotan, pedagang pengumpul, dan pemanfaatan media massa seperti TV, radio, dan surat kabar.

Karakteristik petani dan keadaan wilayah tempat tinggal yang berbeda berhubungan pula dengan, metode komunikasi. Latar belakang pendidiakn petani yang berbeda-beda dan lokasi tempat tinggal mereka yang sulit berhubungan dengan dunia luar menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode komunikasi dalam penyampaian informasi. Umumnya petani yang berada di daerah pedesaan lebih efektif jika komunikasi dilakukan melalui pendekatan interpersonal. Bentuk penyajian informasi dan bahasa yang digunakan disesuaikan dengan kafasitas diri mereka agar dapat memahami informasi yang disajikan.

Pemanfaatan sumber informasi berhubungan dengan pemanfaatan informasi budidaya tanaman atau perilaku petani dalam berusaha tani. Frekuensi pemanfaatan sumber informasi, mudah atau sulitnya mengakses informasi dari sumber, dan kesesuaian isi informasi dan kebutuhan informasi petani berhubungan dengan tingkat pemanfaatan informasi inovasi teknologi buddaya tanaman perkebunan dan hortikultura.

Penelitian ini menganalisis pemanfaatan informasi hasil penelitian Unit Penelitian Perguruan Tinggi Politeknik Pertanian Negeri Pangkep kepada petani yang berada di wilayah desa binaan jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan melalui beberapa faktor yang dianggap saling berhubungan, yaitu: (a) karakteristik petani, (b) kebutuhan informasi (c) perilaku komunikasi petani (d) metode komunikasi.

Ketekaitan variabel dalam kerangka pemikiran di atas dapat dilihat pada gambar 1.

Hipotesis

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penulisan, maka pengujian Pemanfaatan Hasil Penelitian UPPM dilakukan berdasarkan hipotesis:

1) Terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu petani dan pemanfaatan sumber informasi hasil penelitian UPPM Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan.

2) Terdapat hubungan nyata antara tingkat kebutuhan informasi dan pemanfaatan sumber informasi hasil penelitian UPPM Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan.

(39)

4) Terdapat hubungan nyata antara metode penyampaian informasi dan pemanfaatan sumber informasi hasil penelitian UPPM Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan.

5) Terdapat hubungan nyata antara pemanfaatan sumber informasi hasil penelitian UPPM dan pemanfaatan informasi hasil penelitian UPPM Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan.

Gambar 1 Hubungan peubah bebas dengan (karakteristik pribadi petani, kebutuhan informasi, prilaku komunikasi, dan metode komunikasi) dengan peubah tak bebas (pemanfaatan sumber informasi hasil penelitian dan pemanfaatan informasi hasil penelitian)

Perilaku Komunikasi Petani (X3) Hasil Penelitian LPPM (Y2) Y2.1 Menambah pengetahuan

(40)

Gambar

Gambar 1 Hubungan peubah bebas dengan (karakteristik pribadi petani, perilaku komunikasi, dan kebutuhan informasi hasil penelitian) dengan peubah tak bebas (pemanfaatan sumber informasi hasil penelitian UPPM dan pemanfaatan informasi hasil penelitian UPPM)
Gambar 1 Hubungan peubah bebas dengan (karakteristik pribadi petani, kebutuhan informasi,
Tabel 1  Definisi operasional dan parameter kelompok peubah karakteristik
Tabel 2 Definisi operasional dan parameter peubah kebutuhan informasi hasil petani (X2)
+7

Referensi

Dokumen terkait

(Insert name of company) has a (insert number of days) ˘day return policy. When your merchandise comes in please check it right away. If something is not right please call me right

Metode ini juga dikenal dengan Electrical Conductivity Object Locator (ECOL) yang menggunakan peta konduktivitas listrik untuk membedakan benda asing yang tertimbun di

Penerapan Model Pembangkit Argumen D engan Metode Investigasi Sains Untuk Meningkatkan Kemampuan Berargumentasi Siswa Pada Materi Kalor.. Universitas Pendidikan Indonesia |

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTIF DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PASSING ATAS BOLAVOLIDI SMAN 1 CINIRU

Pembuatan mesin pendingin kulkas dua pintu sama seperti yang ada di pasaran dengan menggunakan daya kompresor 1/8 Pk, dan menggunakan refrigeran R134a.. Pengujian mesin

[r]

Berdasarkan hasil penelitian pembuatan kefir sari buah stroberi dengan variasi penambahan sukrosa, dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:.. Penambahan sukrosa sebanyak 10%

[r]