SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Islam (S.E.Sy)
Oleh:
R. WENDY FATTAHUL AMBIYA SURYAPUTRA
NIM. 105046201723
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Islam (S.E.Sy)
Oleh:
R. WENDY FATTAHUL AMBIYA SURYAPUTRA
NIM. 105046201723
Pembimbing
Pembimbing I,
IR. ELA PATRIANA, M.M, AAAIJ
NIP. 196905282008012010
Pembimbing II,
DRS. AGUSTIANTO, M.AG
NIP. 150268009
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 20 Juni 2010 Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM
NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag (...) NIP. 197107011998032002
Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (...) NIP. 197407252001121001
Pembimbing I : Ir. Ela Patriana, M.M, AAAIJ (...) NIP. 196905282008012010
Pembimbing I : Drs. Agustianto, M.Ag (...) NIP. 150268009
Penguji I : Dr. Euis Amalia, M.Ag (...) NIP. 197107011998032002
i
ABSTRAK
Uang sebagai satuan hitung dalam kegiatan ekonomi sangat erat hubungannya
dengan fungsi meyimpan nilai. Sebagai media pertukaran yang merepresentasikan
harga suatu barang dan jasa, sebuah mata uang menjadi begitu penting untuk
memiliki nilai tukar yang stabil. Stabilitas nilai tukar mata uang berarti adanya
kemampuan daya beli (puchasing power) yang tidak berubah pada uang tersebut di
setiap waktu.
Dalam skripsi ini akan ditelaah studi komparasi tingkat stabilitas mata uang
Dinar dan Dolar terhadap minyak mentah dunia. Model GARCH diterapkan pada
peramalan volatilitas nilai tukar Dinar dan Dolar. Berdasarkan analisis, diperoleh
bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% nilai variansi Dinar lebih dari pada variansi
Dolar AS. Hasil ini menunjukan bahwa Dinar memiliki tingkat stabilitas yang lebih
baik dari pada Dolar AS.
Kata kunci : Dinar, Dolar, log return, distribusi normal, mean, variansi,
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘Alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
limpahan karunia yang diberikan dalam menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi.
Berkat kumudahan atas kesulitan, kelebihan atas kekurangan, kekuatan atas
ketidakberdayaan berikut petunjuk-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Seiring dengan itu shalawat serta salam, terus terucap kepada Nabi Muhammad
SAW yang penuh dengaan kemuliaan sikap.
Atas penulisan ini penulis ingin sampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas
Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Prodi Muamalat Fakultas Syari’ah
dan Hukum dan Bapak Ah. Azharuddin Latif, M.Ag, M.H, selaku Sekretaris
Prodi Mu’amalat Fakultas Syari’ah dan Hukum.
3. Ibu Ir. Ela Patriana, MM, AAAIJ dan Bapak Drs. Agustianto, M.Ag selaku
Dosen Pembimbing yang senantiasa menyempatkan waktu untuk penulis
disela-sela kesibukannya.
4. Segenap Dosen dan Tenaga Pengajar Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu dan Bapak atas do’a yang tiada henti. Penyelesaian penulisan skripsi ini
iii
banyak kemudahan dan fasilitas selama proses penulisan, betapa tanpa beliau
penulisan ini mungkin tidak dapat diselesaikan tepat waktu. Semoga Allah
menempatkan Ibu dan Bapak dalam kemuliaan-Nya.
6. Teteh Wynda, Aa Aden, Dek Sarah, dan Dek Hanna meskipun tidak secara
langsung memberikan kontribusi. Namun penulis patut menyampaikan
terimakasih atas support moral yang diberikan selama masa-masa kritis dalam
penulisan skripsi ini.
7. Keluarga Besar Network Twenty One yang mengagumkan. Berkolaborasi
dengan kelompok orang-orang yang bergairah dan menyenangkan merupakan
pengalaman hidup saya yang paling hebat.
8. Teman-teman Jurusan Asuransi Syari’ah angkatan 2005, yang telah mengajari
penulis untuk mencintai pendidikan, mengambil resiko, percaya pada diri
sendiri, dan melayani orang lain. Ucapan terimakasih terutama tertuju kepada
Firdaus, Patih, Pardan, Zulqarnain, Tonton, Ipung, Rijal, Candra, Nopa Grace,
Puput, Tika, Tety dan Riza. Kita selesaikan apa yang sudah kita mulai.
9. Keluarga besar PT. AJ. BRIngin Jiwa Sejahtera. Unit kerja Divisi Individu.
Pak Wijdaya, Ibu Anita, Pak Anggara, Pak Welly, Mas Sonhaji, Mba Betty,
terimakasih untuk segala pengertiannya selama proses penulisan skripsi ini
penulis banyak meninggalkan jam kantor. Teman-teman Divisi Aktuaria,
Helmy dan Nia Sofura yang bersedia memberikan bimbingan statistik dan
sharing ilmu memberikan pemahaman dasar tentang time series selama proses
iv
v
1. Fungsi Uang dalam Islam ...
2. Permasalahan Uang Kertas ...
3. Keunggulan Dinar ...
B. Stabilitas Uang ...
C. Stabilitas Nilai Tukar dan Prinsip-prinsip secara Islam ...
D. Prospek Emas sebagai Nilai Tukar dalam Kegiatan Asuransi
Syari’ah ...
E. Perkembangan Harga Emas Dunia ...
F. Dinar Sebagai Instrumen Lindung Nilai ...
G. Asuransi dalam Perspektif Islam ...
1.Definisi Asuransi ...
2.Sejarah dan Dasar Pelaksanaan Asuransi Syari’ah ...
H. Review Studi Terdahulu ...
vi
1. Perhitungan Return ...
2. Uji Stasioneritas ...
3. Uji Normalitas dan Distribusi Data ...
4. Uji Autokorelasi ...
B. Volatilitas Dolar terhadap Minyak Mentah Dunia ...
1. Tahap Menstasionerkan Data ...
2. Pemodelan Mean ...
3. Pemodelan Variansi ...
C. Volatilitas Dinar terhadap Minyak Mentah Dunia ...
vii
3. Pemodelan Variansi ...
D. Perhitungan Volatilitas Model GARCH ...
1. Perhitungan Volatilitas Dolar ...
2. Perhitungan Volatilitas Dinar ...
3. Interpretasi ...
E. Peluang dan Tantangan Dinar sebagai Alat Pembayaran Premi
Asuransi Syari’ah ...
1. Ketersediaan Emas ...
2. Konsep Uang Menurut Para Pemikiran Islam ...
3. Analisa SWOT Penerapan Dinar sebagai Premi Asuransi
Syari’ah ...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Harga Emas dan Perak pada Masa Bimetalik ... 33
Tabel 3.1 Identifikasi Model Deret Waktu AR(p), MA(q), ARMA(p,q) .... 60
Tabel 4.1 Uji Akar Unit (Unit Root Test) data return Oil Price in Dolar .... 66
Tabel 4.2 Korelogram Data Log Oil Price in Dolar ... 67
Tabel 4.3 Estimasi Parameter Model AR(4) ... 68
Tabel 4.4 Estimasi Parameter Model MA(4) ... 69
Tabel 4.5 Estimasi Parameter Model ARMA(4,4) ... 70
Tabel 4.6 Estimasi Parameter Model ARMA(2,2) ... 71
Tabel 4.7 ARCH LM MODEL ARMA (2,2) ... 72
Tabel 4.8 Korelogram Residual Kuadrat Model ARMA(2,2) ... 73
Tabel 4.9 Estimasi Parameter Model ARMA(2,2)-GARCH(1,1) ... 74
Tabel 4.10 Tes ARCH LM Model ARMA(2,2)-GARCH(1,1) ... 75
Tabel 4.11 Korelogram Residual Kuadrat yang Distandarisasi ... 76
Tabel 4.12 Uji Akar Unit (Unit Root Test) data return Oil Price in Dinar .... 80
Tabel 4.13 Korelogram Data Log Oil Price in Dinar ... 81
Tabel 4.14 Estimasi Parameter Model AR(4) ... 82
Tabel 4.15 Estimasi Parameter Model MA(4) ... 82
Tabel 4.16 Estimasi Parameter Model ARMA(4,4) ... 83
ix
Tabel 4.18 ARCH LM Model ARMA(2,2) ... 85
Tabel 4.19 Korelogram Residual Kuadrat Model ARMA(2,2) ... 86
Tabel 4.20 Estimasi Parameter Model ARMA(2,2)-GARCH(1,1) ... 87
Tabel 4.21 Tes ARCH LM Model ARMA(2,2)-GARCH(1,1) ... 88
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran ... 17
Gambar 2.1 Pergerakan Harga Emas dalam Kurun Waktu September 1971 sampai dengan Desember 2009 ... 35
Gambar 3.1 Pola Penyebaran Residual Persamaan Regresi ... 57
Gambar 4.1 Plot Harga Minyak Mentah Dunia dalam Dolar ... 64
Gambar 4.2 Plot Log Return Data Harga Minyak Dunia dalam Dolar ... 65
Gambar 4.3 Histogram Distribusi Normal Residual Model ARMA(2,2)-GARCH(1,1) ... 77
Gambar 4.4 Plot Harga Minyak Mentah Dunia dalam Dinar ... 78
Gambar 4.5 Plot Log Return Data Harga Minyak Dunia dalam Dinar ... 79
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Produk-produk industri keuangan berjangka panjang seperti tabungan
pendidikan, tabungan haji, dana pensiun, tabungan kesehatan, asuransi
kesehatan, asuransi jiwa dan lain sebagainya sering mengecewakan para
pembelinya karena pada saat dana jangka panjang tersebut cair – meskipun
angkanya sama dengan yang dijanjikan – namun dana tersebut terlalu rendah
daya belinya.
Sebagai contoh seseorang membeli salah satu produk asuransi jiwa pada
tahun 1996 dengan nominal US$ 100.000,-, asuransi tersebut jatuh tempo
pada tahun 2006 dan orang tersebut benar-benar menerima US$ 100.000,-.
Dengan kondisi demikian senangkah orang tersebut dengan pembayaran
manfaat asuransi tersebut?. Jawabannya tentu tidak, permasalahan yang
timbul adalah uang US$ 100.000,- pada tahun 1996 apabila orang tersebut
belikan emas (sebagai komoditi standar) maka dia masih memperoleh sekitar
258 ounce; sedangkan jumlah uang yang sama pada saat dana tersebut cair
tahun 2006 apabila dibelikan emas hanya mendapatkan 158 ounce.
θ ρ
≅‹69
χ ϑ9 ρ
ωρ
θ
Ψ9
Νδ ‹
∩∇∈∪
Artinya:
“... Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya ...” (Q.S al-Anfal, 7: 85)
Dari contoh diatas kita dapat memahami bahwa untuk benar-benar
berjalan sesuai ketentuan syari’ah, maka dalam bermuamalah (khususnya
yang berbentuk kontrak jangka panjang) kita harus menggunakan satuan
ukuran yang baku, yang memiliki nilai standar dan tidak terpengaruhi faktor
waktu dan tempat. Untuk inilah perlu Dinar dan Dirham segera digunakan
dalam mua’amalah secara umum dan secara khusus pada produk-produk
industri keuangan jangka panjang seperti tabungan pendidikan, biaya
pengelolaan kesehatan baik dengan asuransi maupun JPKM, dana pensiun,
dana bencana alam dan lain sebagainya.
Selain manfaat yang sangat berarti bagi konsumen seperti contoh diatas,
penggunaan Dinar dan Dirham dalam industri keuangan akan berdaya guna
ganda; pertama dengan menggunakan Dinar dan Dirham industri keuangan
akan dapat benar-benar terbebas dari riba dan akan dapat memberikan layanan
yang adil bagi nasabah. Kedua, industri keuangan akan mendorong iklim
terkumpul dalam bentuk Dinar dan Dirham juga harus diinvestasikan dalam
bentuk investasi yang paling sesuai dengan prinsip syari’ah yaitu Qirad dan
Mudharabah.
Ketika dunia tidak lagi menggunakan emas sebagai standar pengukuran
harga maka alat dalam perdagangan kemudian beralih kepada uang fiat (fiat
money). Penggunaan uang fiat yang diikuti dengan penggunaan sistem uang
nilai tukar mengambang (floating exchange rate system) yang dimotori
Amerika Serikat selanjutnya merubah sistem moneter dunia. Penggunaan fiat
money yang tidak diback up oleh emas mempunyai kelemahan antara lain
otoritas moneter dapat melakukan pencetakan uang sesuai dengan kebutuhan
yang diinginkan (bukan berdasarkan kebutuhan ekonomi), hal ini pada
gilirannya akan berdampak kepada tingkat inflansi yang tinggi, hampir semua
mata uang mengalami fluktuasi dan sangat sulit menghindari dari penurunan
nilai, mengingat pergerakan nilai tukar sangat dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi domestik dan ekonomi global.
Dalam ekonomi konvensional salah satu cara yang digunakan untuk
menghindari resiko yang timbul dari fluktuasi nilai tukar adalah menggunakan
transaksi lindung nilai (hedging). Transaksi tersebut dilakukan untuk jangka
waktu tertentu dimasa depan dengan melakukan transaksi jual/beli mata uang
yang dibutuhkan tersebut secara kontrak saat ini. Namun demikian instrument
hedging yang umum digunakan saat ini seperti forward, swap, dan option
kegiatan perdagangan Islam, mengingat dalam kegiatan ekonomi harus
terbebas dari unsur maisir, gharar, dan riba.
Selanjutnya secara berkesinambungan para ahli ekonomi Islam mulai
membericarakan alternatif penggunaan Dinar sebagai mata uang/alat
pembayaran. Penggunaan Dinar sebagai mata uang sudah berlaku sejak Nabi
Muhammad saw lahir dan digunakan sebagai mata uang Islam dibawah
kontrol pemerintah. Dalam perkembangannya nilai tukar Dinar relatif stabil
pada jangka waktu yang panjang karena memiliki nilai intrinsik dan tidak
tergantung pada jaminan manapun. Oleh karena itu menjadi penting untuk
dipahami bahwa koin emas akan selalu bernilai meskipun hanya meliputi
sejumlah kecil penggunaan moneter (uang). Hal demikian menjadikan Dinar
itu dapat digunakan sebagai alat pembayaran premi asuransi syari’ah yang
diperkirakan mempunyai stabilitas untuk jangka waktu yang panjang.
Dari permasalahan di atas, dapat dipahami bahwa uang kertas sebagai alat
pembayaran premi asuransi tidak stabil sehingga menyebabkan ketidakadilan
pembayaran manfaat asuransi. Selain itu secara makro penggunaan uang
kertas menyebabkan permasalahan ekonomi seperti fluktuasi nilai tukar,
inflasi dan ketergantungan ekonomi. Sebaliknya dari fakta sejarah yang ada,
diketahui bahwa Dinar stabil dalam perjalanannya sebagai nilai tukar. Maka
dari itu penulis tertarik untuk meneliti stabilitas nilai tukar Dinar dengan
judul: Analisis Stabilitas Emas Sebagai Alternatif Pembayaran Premi: Peluang
B. Perumusan Masalah
Sebagaimana yang telah diilustrasikan diatas, pada awalnya peranan
asuransi adalah media peralihan risiko finansial yang terjadi akibat hilangnya
fungsi badan atau barang. Seiring perkembangan zaman asuransi tidak hanya
dalam bentuk pertanggungan, namun sudah ada dalam bentuk tabungan dan
investasi.
Bentuk (plan) dasar asuransi jiwa terdiri dari 3:1 (1) term insurance yaitu
pertanggungan berjangka dengan pola pembayaran tertentu dan jaminan
manfaat pertanggungan jika tertanggung mengalami musibah (meninggal
dunia) selama masa asuransi; (2) endowment insurance (asuransi dwiguna)
yaitu pertanggungan dengan pola pembayaran tertentu dan jaminan manfaat
jika tertanggung mengalami musibah (meninggal dunia) selama masa asuransi
atau hidup hingga kontrak asuransi berakhir; dan (3) whole life insurance
yaitu pertanggungan seumur hidup, tidak berjangka (tidak ada batas akhir).
Dari bentuk (plan) asuransi tersebut, lahir produk-produk dengan mekanisme
premi yang terdapat unsur tabungan maunpun investasi yang saat ini biasa
dikenal dengan asuransi pendidikan anak, asuransi kesehatan, asuransi haji
dan asuransi unit link.
Ditinjau dari skema mekanisme pengelolaan dananya, produk asuransi
dengan unsur tabungan dan investasi terdiri dari: Pertama, rekening tabarru’
1 . Gene A. Morton, Principle of Life and Health Insurance, LOMA, Atlanta, Georgia,
yang diperuntukan sebagai dana klaim jika tertanggung mengalami musibah;
Kedua, rekening tabungan sebagai pool pengembangan investasi.
Jika menilai tingkat pendapatan perkapita rakyat Indonesia saat ini,
dengan segala kebutuhan yang dimiliki pada suatu keluarga, maka jika
keluarga tersebut membeli sebuah produk asuransi jangka panjang yang
asumsinya memiliki tingkat rate premi standar maka umumnya biaya premi
asuransi yang harus dibayar akan memangkas pendapatan bulanan keluarga
tersebut sebesar 25%, dengan tujuan akan mendapatkan manfaat asuransi pada
saat jatuh tempo. Namun kenyataannya yang terjadi nilai manfaat yang
diterima pada saat jatuh tempo tidak bersifat ekonomis karena tergerus oleh
laju inflasi.
Adanya instabilitas nilai mata uang fiat yang terefleksikan pada nilai
manfaat asuransi jangka panjang maka diperlukan mata uang yang stabil dan
adil sebagai alat pembayaran premi asuransi. Dalam sejarah telah terbukti
bahwa Dinar stabil dan tidak pernah mengalami inflasi, sementara sejak
perjalanan uang kertas perjalanannya terus mengalami fluktuasi dan depresi.
Untuk itu, penggunaan Dinar diharapkan dapat memberi alternatif terbaik
dalam industri asuransi saat ini.
Selain itu, alasan penggunaan Dinar sebagai alat transaksi yang meliputi
pembayaran premi asuransi disamping nilainya yang stabil, ataupun terbebas
ketergantungan terhadap Dolar Amerika Serikat yang berujung pada
kemandirian ekonomi bangsa.
Berdasarkan hal di atas maka rumusa masalah penelitian disusun sebagai
berikut:
1. Bagaimana tingkat stabilitas nilai tukar Dinar terhadap minyak mentah
dunia dalam waktu priode sesudah Bretton Wood System?
2. Bagaimana tingkat stabilitas nilai tukar Dolar terhadap minyak mentah
dunia dalam waktu priode sesudah Bretton Wood System?
3. Apa tantangan dan peluang asuransi syari’ah dalam upaya penerapan
Dinar sebagai alternatif pembayaran premi produk asuransi syari’ah?
C. Pembatasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan penulisan ini, maka masalah akan dibatasi pada
hal-hal sebagai berikut :
1. Pergerakan harga minyak mentah dunia dalam Dolar Amerika Serikat
pada waktu periode sesudah Bretton Wood System (September 1971 s/d
Desember 2009).
2. Pergerakan harga minyak mentah dunia dalam Dinar pada waktu priode
sesudah Bretton Wood System (September 1971 s/d Desember 2009).
3. Analisa hanya terbatas pada alternatif pembayaran premi asuransi yang
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dan manfaat penelitian dalam melakukan penelitian ini ialah
sebagai berikut :
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menilai stabilitas nilai Dinar pada waktu priode sesudah Bretton
Wood System.
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar
emas.
c. Melihat peluang dan tantangan asuransi syari’ah dalam upaya
menerapkan Dinar sebagai alat pembayaran premi asuransi.
2. Manfaat penelitian
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran
dalam penyempurnaan bentuk oprasioanal industri asuransi syariah
yang berlaku.
b. Hasil penelitian ini akan memberikan wawasan intelektual mengenai
konsep penggunaan Dinar pada industri asuransi syariah.
c. Dapat memberikan rekomendasi wacana dari analisis sistem
pembiayaan yang berkeadilan dalam dunia asuransi syariah.
d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
perusahaan dalam mengambil kebijakan pengembangan dan penerapan
Dinar sebagai salah satu bentuk pembayaran premi produk asuransi
e. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana
mensosialisasikan penerapan Dinar dalam berbagai transaksi.
f. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi jawaban kritis atas fenomena
yang terjadi berkaitan tentang sistem keuangan yang tidak berkeadilan
dan tidak dapat dipercaya.
E. Review Studi Terdahulu
Berikut adalah anotasi dari beberapa penelitian yang terkait dengan tema
penulis yang didapatkan :
1. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sain dan Humaniora 1(2), 184-204,
yang dilakukan oleh I Made Sugiarta dengan judul Pengembangan Model
Volalitas ARCH Berbasis Data Runtut Waktu Terinversi pada Regresi
Semiparametik dari Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas MIPA
Universitas Ganesha.
Permasalahan yang dikaji melalui penelitian ini adalah menemukan dan
sekaligus mengkaji secara teoritis dan empiris akurasi maupun prilaku
dari model volatilitas ARCH yang nantinya dapat diaplikasikan untuk
mengestimasi suatu estimator atau parameter-parameter dari fungsi
regresi semiparametrik dengan basis data runtun waktu terinversi, yaitu
dengan melakukan studi komparasi model runtut waktu ARCH
semiparametrik dengan model ARCH parametrik dan model ARCH non
Perbedaan dalam penelitian ini adalah pada objek penelitian. Objek
penelitian yang dilakukan oleh I Made Sugiarta adalah kajian statistik
untuk menentukan pemodelan volatilitas ARCH yang terbaik dalam
pengukuran data runtut waktu dengan menggunakan regresi parametrik.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah Model runtun waktu ARCH
semiparametrik lebih baik daripada ARCH parametrik maupun non
parametrik, sebab estimsi parameter-parameternya lebih mendekati
keadaan sebenarnya. Dengan pengujian hipotesis dan teorema Hardle
pernyataan ini dijamin kebenarannya.
2. Jurnal Ekonomi Ideologis (www.jurnal-ekonomi.org),2 oleh M. Hatta
dengan judul Telaah Singkat Pengendalian Inflansi dalam Perspektif
Kebijakan Moneter Islam. Penelitian ini mengangkat permasalahan
pemodelan kebijakan moneter dalam upaya pengendalian inflasi dan
akibat buruk fiat money dalam kaca mata Hizbut Tahrir. Analisa ini
dilakukan dengan analisa dari pandangan Hizbut Tahrir tentang dinar dan
dirham sebagai mata uang, hukum jual beli mata uang asing, hukum
pertukaran mata uang, hukum riba, hukum pasar modal, hukum
perbankan dan hukum pertukaran internasional. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah konsep ekonomi sari’ah merupakan konsep yang
2. Hatta, M. Telaah Singkat Pengendalian Inflasi dalam Perspektif Kebijakan Moneter
saling terkait erat satu dengan yang lainnya. Sehingga meskipun Islam
memiliki konsep beserta metodenya, hal ini akan sulit diimplementasikan.
Hal ini dikarenakan kepemimpinan yang berjalan di Indonesia adalah
demokrasi kapitalisme. Oleh karena itu kebijakan moneter berbasis
syari’ah hanya bisa diterapkan dan dijalankan oleh kepemimpinan yang
juga sesuai dengan syari’ah, yakni Daulah Khilafah Rasyidah.
3. Laporan Penelitian dengan judul Pemodelan Volalitas Nilai Tukar Mata
Uang Rupiah terhadap Dolar AS dengan Model Runtut Waktu Bertipe
ARCH yang dilakukan oleh Irwan Susanto, S.Si, DEA dan Dra. Sri
Sulistijowati, M.Si. Penerbit Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas 11 Maret, Oktober 2004.
Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengkaji karakteristik dari volatilitas
nilai tukar mata uang rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Perbedaan
penelitian ini terletak pada objek penelitian yakni tingkat stabilitas kurs
nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Nurlaila (Mahasiswa Perbankan Syari’ah
UIN) yang berjudul Mata Uang Emas dalam Perspektif Islam dan Prospek
Aplikasinya pada Perbankan Syari’ah. Penelitian yang dilakukan pada
tahun 2007 ini fokus pada penjelasan konsep aplikasi mata uang emas
pada perbankan syari’ah dengan meninjau kembali konsep mata uang
Dari sisi metode penelitian, penelitian yang dilakukan oleh Nurlaila
menggunakan kajian kepustakaan dengan mengedepankan peluang dalam
pembuatan produk perbankan yang menggunakan mata uang emas.
Perbedaan dalam penulisan skripsi ini terletak pada objeknya dan variabel
yang digunakan.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Darwis Harahap yang berjudul Analisis
Stabilitas Dinar Emas dan Dolar AS dalam Denominasi Rupiah.
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Paskasarjana Universitas
Indonesia yang dilakukan pada tahun 2006.
Topik dalam penelitian ini adalah tingkat volatilitas antara Dinar Emas
dengan Dolar AS yang kemudian hasil tersebut dijadikan hipotesa sebagai
alternatif nilai tukar menggantikan Dolar AS. Perbedaan penelitian ini
adalah metodelogi penelitiannya dan variablenya.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Helmy Fauzan Nashir, mahasiswa
Universitas Padjajaran Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jurusan Matematika dengan judul Perhitungan Value at Risk (VaR) pada
Investasi Saham Menggunakan Model GARCH-M.
Perbedaan pada penelitian ini terdapat pada objek penelitian yang
dilakukan, penulis menggunakan data time series pergerakan rata-rata
harga saham Bank BRI dari 10 Nopember 2003 s.d 8 Mei 2008, dengan
F. Kerangka Teori
Krisis moneter dan ekonomi yang menimpa Indonesia sejak tahun 1997
dan terulang kembali diakhir tahun 2009 lalu memberikan banyak pelajaran
berharga. Diantaranya, orang kembali menengok Dinar. Investasi (saving)
emas menjadi pilihan yang menjanjikan. Betapa tidak, akibat krisis moneter,
nilai kekayaan masyarakat jauh berkurang, karena daya beli masyarakat yang
sangat rendah. Hal ini terjadi karena nilai tukar rupiah dan Dolar sebagai mata
uang besar dunia anjlok, namun kenyataan itu tidak terjadi pada emas. Sebab,
emas tidak terpengaruh oleh inflasi serta aman dari depresi nilai mata uang.
Maka wajar jika investasi emas menjadi investasi stategis.
Namun disayangkan efektifitas emas sebagai instrumen moneter belum
dapat dioptimalisasi. Penggunaan emas saat ini hanya terbatas pada investasi
yang sifatnya storage dalam bentuk fisik, meskipun dalam tataran lebih jauh
ada yang sudah mengembangkan dengan model Qirad, namun belum
berkembang secara pesat.
Kondisi ini yang seharusnya ditangkap oleh lembaga keuangan syari’ah,
khusus asuransi syari’ah. Keberadaan asuransi syari’ah yang berperan dalam
perencanaan keuangan masa depan saat terjadinya risko dengan menggunakan
mata uang Dinar dapat memberikan garansi pertanggungan yang adil dan
bernilai ekonomis.
Sejarah telah mencatat, emas sebagai komoditi memiliki harga yang
selalu bergerak meningkat, hal ini disebabkan karena mata uang yang menjadi
satuan hitung atas emas berkurang nilai tukarnya. Maka pantaslah, jika emas
tidak sekedar dijadikan komoditi dalam bentuk perhiasan, namun juga
digunakan sebagai instrumen moneter dalam melakukan transaksi ekonomi
(sebagai mata uang Dinar), dalam hal ini sebagai premi asuransi syari’ah.
Dengan dijadikannya Dinar sebagai alat pembayaran premi asuransi
syari’ah, nilai manfaat asuransi akan terjaga dari laju inflasi dan gejolak
ekonomi. Hal ini disebabkan Dinar yang berbahan dasar emas memiliki nilai
instrinsik didalamnya, hal yang tidak terdapat pada mata uang fiat, yang
mengandalkan kepercayaan masyarakatnya karena telah diundang-undangkan
oleh pemerintah.
G. Kerangka Pemikiran
Ada banyak risiko finansial yang pasti akan dialami oleh manusia sebagai
bagian dari ujian dari Allah SWT kepada makhluk-Nya. Misalnya, setiap
orang akan mengalami masa yang tidak produktif (masa pensiun). Karena itu,
perlu menyiapkan diri untuk menghadapi risiko finansial tersebut, dengan cara
membeli produk dana pensiun pada asuransi. Demikian juga dengan risiko
meninggal dunia, resiko mengalami cacat, resiko kesehatan dan pada asuransi
kerugian misalnya mengantisipasi terjadinya risiko kebakaran, kecelakaan
Asuransi berfungsi sebagai pertanggungan baik untuk perorangan,
masyarakat maupun perusahaan bertujuan untuk memperkecil kerugian (loss)
yang terjadi akibat resiko. Asuransi ialah a social device for eliminate or
reducing the cost to society of certain types of risk.3
Sekilas kita melihat praktek oprasional asuransi saat ini masih
memberikan pertanggungan yang menjanjikan pada masyarakat, namun jika
dikaji lebih dalam pembelian produk asuransi sangatlah sia-sia, tidak
memberikan pertanggungan yang bernilai ekonomis (mampu menutupi resiko
finansial yang terjadi). Sementara jika saja masyarakat mengalihkan dana
tersebut dengan menginvestasikan pada instrumen emas, dipastikan
pengembangan dana tersebut akan lebih bernilai ekonomis.
Dengan kondisi di atas, upaya untuk menciptakan pertanggungan yang
adil dan dapat dipercaya adalah gagasan utama dalam penulisan skripsi ini.
Hal tersebut diawali dengan mengukur tingkat stabilitas nilai tukar emas
(Dinar) terhadap minyak mentah dunia pada waktu priode sesudah Bretton
Wood System (September 1971 s/d Desember 2009) dan dibandingkan dengan
tingkat stabilitas nilai tukar Dolar AS terhadap minyak mentah dunia pada
periode yang sama, kemudian hasilnya akan dijadikan bahan remomendasi
alat pembayaran premi asuransi syari’ah.
3 . Salim, Abbas, Asuransi & Manajemen Resiko (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
Penetapan waktu dalam mengukuran tingkat stabilitas harga emas
terhadap minyak dunia pada periode sesudah Bretton Wood System didasari
karena sejak saat itulah secara defacto dan deyure sistem moneter dunia
menggunakan mata uang kertas (fiat) yang nilai tukarnya merujuk pada nilai
tukar mata uang besar yakni Dolar Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan
peredaran uang tidak di-back up oleh emas, sehingga uang bebas beredar
dalam jumlah berapapun. Kondisi seperti ini tidak terjadi pada periode
sebelum atau saat berlakunya Bretton Wood System.
Selanjutnya, penelitian ini akan menyajikan beberapa peluang dan
tantangan dalam pengaplikasian Dinar sebagai premi asuransi, berikut juga
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Harga minyak dalam Dolar (sesudah Bretton Wood System)
Harga minyak dalam Dinar (sesudah Bretton Wood System)
Uji volalitas Uji volalitas Tidak
Tidak
Ya Ya
Pembayaran Premi Asuransi Jangka Panjang
Gunakan Uang Fiat (Rupiah / Dolar AS) Meningkatkan Resiko
Kerugian (Finansial)
Bunga (Riba)
Dilarang Gunakan Dinar sebagai
Alternatif Premi
Tantangan dan Peluang sebagai Premi Asuransi Faktor-faktor yang
memperngaruhi nilai tukar Dinar
Tidak
H. Hipotesis
Berdasarkan tujuan di atas, maka beberapa hipotesa yang akan dibuktikan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hipotesa untuk melihat tingkat stabilitas Dinar pada waktu periode
sesudah Bretton Wood system.
H0 : Harga minyak mentah dunia dalam Dinar pada waktu sesudah
Bretton Wood system menunjukan Dinar lebih stabil
dibandingkan Dolar Amerika Serikta.
H1 : Harga minyak mentah dunia dalam Dolar AS pada waktu
sesudah Bretton Wood system menunuukan Dolar AS lebih stabil
dibandingkan Dinar.
I. Metode Penulisan
Adapun penulisan penelitian ini merujuk pada Buku Pedoman Penulisan
Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam
negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
J. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Berisi tentang: latar belakang masalah, perumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Pada bab ini pembahasan terfokus pada landasan teoritis
mengenai, konsep uang dalam ekonomi Islam yang terdiri dari
fungsi uang dalam Islam, permasalahan uang kertas, dan
keunggulan Dinar. Kemudian mengenai konsep stabilitas uang,
stabilitas nilai tukar dan prinsip-prinsip secara Islam, prospek
emas sebagai nilai tukar dalam kegiatan asuransi syari’ah,
perkembangan harga emas dunia, Dinar sebagai instrumen
lindung nilai. Disamping itu juga pembahasan landasan teori
mengenai asuransi dalam perspektif Islam, yang mencangkupi
definisi asuransi, sejarah dan dasar pelaksanaan asuransi syari’ah.
BAB III Metodologi Penelitian
Dalam bab ini akan dibahas metode penelitian. Bab ini terbagi
pada tiga sub bab, pertama mengenai data dan sumber data yang
berisi tentang: data, sumber data, identifikasi variabel, variabel dan
definisi oprasional. Kedua mengenai desain model analisis
penelitian yang terdiri dari perhitungan return, uji stasioneritas, uji
normalitas dan distribusi data, uji autokorelasi, uji
heteroskedastisitas, uji white heteroskedastisitas, model ARCH(p),
persamaan mean, pemodelan variansi, dan perhitungan volatilitas.
BAB IV Analisis Data
Berisikan pengolahan data yang terbagi menjadi lima sub bab.
Pertama mengenai data. Kedua mengenai volatilitas Dolar
terhadap minyak mentah dunia yang terdiri dari tahap
menstasionerkan data, pemodelan mean, dan pemodelan variansi.
Ketiga pembahasan mengenai volatilitas Dinar terhadap minyak
mentah dunia yang terdiri dari tahap menstasionerkan data,
pemodelan mean, dan pemodelan Varian. Keempat berisikan
tentang perhitungan tingkat volatilitas Dinar dan Dolar. Kelima
adalah pembahasan mengenai peluang dan tantangan asuransi
syari’ah dalam penerapan Dinar sebagai alat pembayaran premi.
BAB V Penutup
Dalam bab kelima ini merupakan akhir dari seluruh rangkain
pembahasan dalam skripsi ini. Bab ini berisi: kesimpulan dan
saran-saran dari penulis mengenai hal-hal yang dibahas dalam
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Uang dalam Ekonomi Islam
1. Fungsi Uang dalam Islam
Dalam ekonomi konvensional, uang mempunyai tiga fungsi, yakni sebagai
satuan pengukur nilai, sebagai alat tukar dan sebagai alat penimbun kekayaan1.
Sebenarnya fungsi uang yang utama adalah sebagai alat tukar (medium of
exchange). Dari fungsi utama ini, diturunkan fungsi lain seperti uang sebagai
standard of value (pembakuan nilai), store of value (penyimpan kekayaan), unit
of account (satuan penghitungan), dan standard of deffered payment (pembakuan
pembayaran tangguh). Sedangkan dalam ekonomi Islam, fungsi uang hanya
sebagai alat pertukaran (medium of exchange for transaction) dan satuan nilai
(unit of account)2.
Dalam Islam fungsi uang hanya sebagai medium of exchange dan bukan
suatu komoditas yang bisa dijualbelikan dengan mengambil keuntungan secara
on the spot maupun bukan. Suatu karakteristik uang yang terpenting adalah
bahwa uang bukan untuk dikonsumsi, dia tidak diperlakukan untuk dirinya
sendiri, tapi merupakan sarana yang diperlukan untuk membeli barang untuk
1 . Nopirin, Ekonomi Moneter. Buku 1, BPFE, Yogyakarta, 2000. (Pesenti & Tille: 2003), h.
43.
memenuhi kebutuhan manusia. Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ghazali
bahwa emas dan perak hanyalah logam yang di dalam substansinya (zatnya itu
sendiri) tidak ada manfaatnya atau tujuan-tujuannya. Menurut beliau,
“kedua-duanya tidak memiliki apa-apa tetapi keduannya berarti segalanya”. Ke“kedua-duanya
ibarat cermin, ia tidak memiliki warna namun ia bisa mencerminkan semua
warna.3
Menurut Ibnu Miskawaih (1020M) yang disebut uang itu harus memenuhi
syarat-syarat: (1) tahan lama (durability); (2) mudah (convenience) dibawa; (3)
tidak dapat dikorup (incorruptibility); (4) dikehendaki semua orang (disirability)
semua orang; dan (5) orang senang melihatnya. Dari berbagai bentuk “uang”
yang disebutkan diatas hanya emas dan peraklah yang memenuhi kelima syarat
uang yang dirumuskan Ibn Miskawaih.
Menurut Hamidi (2003) mata uang harus memenuhi syarat sebagaimana
berikut:4
Petama, mata uang harus relatif stabil nilainya. Stabil dalam arti tidak
mengalami fluktuasi (naik turun) harga yang tinggi di pasar spot, sehingga
penggunaanya akan relatif terjaga dari resiko pergerakan kurs yang liar.
3 . Ibid.
4. Hamidi, M. Lutfi, Gold Dinar; Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan,
Kedua, mata uang itu tahan dari inflasi. Mata uang yang stabil akan memiliki
tingkat inflansi yang rendah, dan tidak hanya untuk jangka pendek tetapi juga
untuk jangka panjang.
Ketiga, mata uang itu bisa menjamin dirinya sendiri. Artinya, ia tetap
bernilai dimana pun dia, bahkan dalam kondisi yang telah rusak sekalipun
(terbakar maupun sobek). Mata uang ini akan memiliki nilai yang kurang lebih
sama ketika dipakai di New York, Jerman, Mesir dan Indonesia.
Keempat, mata uang ini mudah dipakainya, praktis, tidak menyulitkan untuk
menyimpannya, dan harus aman.
Untuk melihat apakah mata uang kertas (fiat money) yang umum dipakai
saat ini memenuhi kreteria fungsi uang. Kita simulasikan Dolar (notabene mata
uang besar), dalam jangka pendek relatif stabil namun dalam jangka panjang
Dolar AS mengalami inflasi yang signifikan. Pada tahun 1972 (sistem Bretton
Wood) harga tiap ounce emas setara dengan 35 Dolar AS akan tetapi pada tahun
2001 harga emas telah mencapai 274 Dolar. Berarti, selama 30 tahun Dolar AS
mengalami inflasi terhadap emas sebesar 800 persen.
Untuk itu uang emas mejadi pilihan sebagai alat tukar disebabkan emas
mempunyai nilai melekat pada zatnya (nilai intrinsik) sama dengan nilai riilnya
2. Permasalahan Uang Kertas
Sejak pertama uang kertas tidak di-back up dengan emas terlihat berbagai
fenomena dalam sistem keuangan global. Berbagai krisis terjadi yang
menunjukan tanda-tanda keruntuhan ekonomi. Keputusan negara-negara
melepaskan jaminan penompang uang kertas dengan emas secara total, membuat
uang kertas bebas diterbitkan. Negara dapat mencetak uang kertas berapa pun ia
mau sesuai dengan keperluan tanpa syarat yang mengontrol proses penerbitan.
Akibatnya muncul kekurangan-kekurangan dari penggunaan uang kertas
tersebut. Menurut Hasan kekurangan yang dimiliki uang kertas sebagai berikut:5
a. Risiko kekacauan dalam kegiatan keuangan dan kegiatan internasional. Sistem
uang kertas tidak menjamin stabilitas nilai tukar seperti yang ada pada sistem
uang emas yang memiliki nilai tukar tetap. Dari sana tidak terealisasikan
kondisi dimana stabilitas uang terjaga dalam kegiatan keuangan dan kegiatan
internasional.
b. Risiko penerbitan yang berlebihan dan akibatnya seperti inflasi keuangan
yang menyebabkan kenaikan harga-harga dan kekacauan kondisi masyarakat.
Profesor Maurice Allais Peraih hadiah Nobel untuk bidang ekonomi tahun
1988 berkata:
“Dengan pengalaman 2 abad kekacauan yang beragam yang menyertai turun naiknya perekonomian, dan silih bergantinya masa-masa peningkatan dan kemunduran, semestinya kita tau bahwa dua faktor yang sudah menjadi besar, walaupun bukan penyebab kekacauan ini. Keduanya
5. Hasan, Ahmad, Mata Uang Islami Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami,
pada satu sisi yaitu: menerbitkan uang dari tidak ada dengan media kredit dan pembiayaan imvestasi-investasi jangka panjang (long-term investement) dengan pinjaman-pinjaman jangka pendek. Dan pada sisi lain, tidak adanya unit uang hitungan yang tetap (fixed unit of currency) yang memberikan kesempatan untuk merealisasikan kompetensi hitungan perekonomian dalam menuju masa depan, sebagaimana memberikan kesempatan untuk merealisasikan penyelesaian utang-utang dalam kontrak-kontrak keuangan antara pihak kreditor dan pihak debitor”.
Selain itu Rab (2002) dalam bukunya Money “Problem Created by the Fiat
Money, Islamic Dinar and Other Available Alternatif” menyebutkan bahwa uang
kerta adalah sebuah alat pembayaran yang sah yang mana nilainya ditentukan
oleh kekuatan ekonomi dan modal pemilik uang yang mendukungnya. Manusia
menerima uang kertas dalam pertukaran barang dan jasa disebabkan karena
mereka dapat membeli barang dan jasa disebabkan terbatasnya pilihan dan
penggunaan sarana alat tukar lainnya, dan disebabkan karena mereka dapat
membeli barang-barang lain dengan uang kertas. Hasil yang kurang baik sebagai
alat penyimpan nilai (stor of value) karena biaya penciptaan uang yang hampir
nol menyebabkan nilainya jatuh dengan cepat ketika penawaran uang meningkat
melebihi kebutuhan-kebutuhan riil ekonomi.
Dampak lain yang ditimbulkan akibat penciptaan uang yang berlebihan
adalah terciptanya instabilitas uang. Banyak pengamat mengemukakan bahwa
volatilitas yang tinggi (mata uang yang tidak stabil) memiliki pengaruh negatif
terhadap perdangan. Ibnu Taimiyah menyebut beberapa dampak instabilitas uang
sebagai berikut: (1) perdagangan uang akan memicu inflasi; (2) hilangnya
melakukan kontrak jangka panjang dan mendholimi golongan masyarakat yang
berpenghasilan tetap sebagai pegawai; (3) perdagangan domestik akan turun
karena kekhawatiran stabilitas nilai uang, dan (4) perdagangan internasional akan
turun.
Mengingat situasi bisnis dunia yang semakin berkembang, sangat diperlukan
alternatif penggunaan mata uang bagi kegiatan ekonomi, terkait dalam hal
cadangan devisa negara. Menurut Lutfi Hamidi (2007 hal 40)6, mata uang ideal
semestinya juga melindungi dirinya sendiri dari kemungkinan resiko eksternal
dan resiko perubahan kurs.
3. Keunggulan Dinar
Upaya untuk menjadikan Dinar Emas sebagai mata uang global terus
dilakukan. Hal ini disebabkan nilai nominal Dinar itu sendiri sama dengan nilai
intrinsiknya dan kesetabilan nilainya sepanjang waktu. Berbeda halnya dengan
uang hampa (fiat money), uang kertas dan logam yang dipakai saat ini yang
mengandalkan nilainya pada kepercayaan dan pengakuan otoritas negara, Dinar
dan Dirham adalah uang nyata yang dijamin oleh dirinya sendiri sebagai logam
mulia.
6 . Hamidi, Lutfi, Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan, Jakarta:
Menurut Saidi. Dinar memiliki beberapa keunggulan dibanding valuta asing
manapun, yaitu:7
a. Dinar memiliki nilai nominal yang sesuai dengan nilai intrinsiknya. Berbeda
dengan uang kertas (fiat) nilai nominal yang dibubuhi tidak sesuai dengan
nilai intrinsiknya.
b. Dinar dan Dirham merupakan mata uang tak berbangsa. Maka, sebagai 'valas'
Dinar dan Dirham dapat dipertukarkan secara langsung dengan valas lain,
tanpa melalui valas 'perantara' yang mengakibatkan kerugian bertingkat
akibat perbedaan kurs berjenjang.
c. Sebagai alat pembayaran internasional Dinar dan Dirham terfasilitasi dengan
sistem on line yang efisien dan sangat murah. Biaya transaksi melalui sistem
e-dinar sebagaimana berlaku saat ini sangat murah, ditetapkan satu persen
per transaksi emas kepada pembayar, dengan nilai maksimum 50 sen Dolar
AS. Bandingkan dengan biaya transfer valas uang kertas yang saat ini sekitar
enam Dolar Amerika Serikat dan dikenakan pada pembayar maupun
penerima (total sekitar 12 Dolar AS). Bahkan dibandingkan dengan
transaction cost melalui kartu kredit pun transaksi dalam Dinar masih jauh
lebih murah.
d. Dinar dan Dirham tidak mengenal cost of money, terbebas dari inflasi, dan
karenanya Dinar dan Dirham merupakan alat hedging yang mumpuni. Telah
disebutkan di atas Dinar dan Dirham tak pernah terdepresiasi dalam kurun
waktu ribuan tahun lamanya. Di negeri mana pun emas terbukti stabil dari
segala krisis moneter.
Beberapa bukti sejarah sangat bisa diandalkan karena diungkapkan dalam
al-Qur’an dan Hadist, dapat dipakai untuk menguatkan teori bahwa harga emas
(Dinar) dan Perak (Dirham) adalah tetap, sedangkan mata uang lainnya tidak
memiliki nilai intrinsik dan mengalami penurunan daya beli.
Mengenai daya beli uang Emas Dinar dapat dilihat pada Hadist berikut:
“Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Syahib bin Gharqadah menceritakan kepada kami, ia berkata ‘Saya mendengar penduduk bercerita tentang ‘Urwah, bahwa Nabi SAW memberikan uang satu Dinar kepadanya agar dibelikan seekor kambing untuk beliau. Lalu dengan uang tersebut ia membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu Dinar. Ia pulang membawa satu Dinar dan satu ekor kambing. Nabi SAW mendoakannya dengan keberkatan dalam jual belinya. Seandainya ‘Urwah membeli debupun, ia pasti beruntung.” (HR Bukhari).
Dari Hadist tersebut kita mengetauhi bahwa harga pasaran kambing yang
wajar di zaman Rasulullah SAW adalah satu Dinar. Kesimpulan ini diambil dari
fakta bahwa Rasulullah adalah orang yang sangat adil, tentu beliau tidak akan
menyuruh ‘Urwah membeli kambing dengan uang yang kurang atau berlebih.
Fakta kedua adalah bahwa ketika ‘Urwah menjual satu ekor kambing yang
dibelinya, ia pun menjualnya dengan harga satu Dinar. Memang sebelumnya
‘Urwah berhasil membeli dua ekor kambing dengan harga satu Dinar, hal
tersebut karena kepandaiannya dalam berdagang, sehingga dalam hadist tersebut
ia dido’akan secara khusus oleh Rasulullah SAW. Pada riwayat lain ada yang
terjadi karena di pasar manapun selalu ada kambing yang kecil, sedang dan
besar. Kalau dianggap harga kambing yang sedang adalah satu Dinar, yang kecil
setengah Dinar dan yang besar dua Dinar (asumsi satu Dinar = Rp. 1.171.725,00)
kita bisa membeli seekor kambing di manapun di seluruh dunia. Artinya setelah
lebih dari 14 abad daya beli Dinar tetap.8
Contoh lain antara minyak dan emas. Jika dilihat dari harga minyak mentah
Indonesia dalam lima tahun terakhir, dari US$ 37.58/barel (2004) menjadi US$
53.4/barel (2005), menjadi US$ 64.29/barel (2006), menjadi US$ 72.36/barel
(2007), dan pada tahun 2008 menjadi US$ 95.62/barel. Kenaikannya adalah
154% (dari US$ 37,58/barel menjadi US$ 95.62/barel). Secara flat kenaikan
rata-rata harga minyak mentah Indonesia per tahunnya (dalam DollarAS) adalah
38.5%.
Sementara itu, kurs Dinar itu sendiri dari tahun ke tahun juga terus naik.
Pada tahun 2004 satu Dinar adalah US$ 54, menjadi US$ 60 (2005), berikutnya
(2006) menjadi US$ 85, lalu US$ 95 (2007), dan 2008 menjadi US$ 127. Jadi
Dinar sendiri mengalami apresiasi cukup besar, meskipun cukup rendah dari
kenaikan harga minyak mentah, yaitu 135% (dari US$ 54/Dinar menjadi US$
117/Dinar). Rata-rata apresiasi Dinar per tahun, dalam priode ini adalah 29.16%
terpaut 9% dari rata-rata kenaikan harga minyak mentah Indonesia.
Jika dilihat harga minyak mentah dalam priode yang sama dalam Dinar,
pada tahun 2004 harga minyak mentah Indonesia adalah 0.7 Dinar/barel, yang
sudah mengalami kenaikan lumayan tinggi setahun kemudian (2005) yakni 28%
menjadi 0.9 Dinar/barel, kembali turun 11% setahun kemudian (2006) menjadi
0.76 Dinar barel. Dalam kurun tiga tahun terkahir (2006-2008), ketika situasi
sangat tidak stabil, yang selalu ditampilkan sebagai ‘krisis’, harga minyak dalam
Dinar justru sangat stabil, tidak beranjak dari 0.76 Dinar/barel. Dalam periode ini
harga minyak mentah dalam Dolar AS naik secara drastis sekitar 49% (dari US$
64.29/barel menjadi US$ 95.62/barel), sedang dalam Dinar tidak berubah
kenaikannya, dengan kata lain kenaikannya 0%.9
Jadi jelaslah di sini bahwa sepanjang zaman bukan harga komoditas yang
naik, melainkan uang kertas yang terus merosot. Dengan menggunakan Dinar
kita melepaskan kaitan antara komoditas dan uang kerta. Dinar mengembalikan
hubungan fitrah antar komoditas.
Hadist Rasullulah SAW di atas telah dibuktikan juga oleh Prof. Roy Jastram,
dalam bukunya The Golden Constan, bahwa sekitar 500 tahun (1560-1997) nilai
tukar emas atas komoditas adalah konstan. Perubahan yang signifikan terhadap
nilai emas dan mata uang lainnya dalam hal ini disebabkan karena perubahan
yang signifikan terhadap nilai Dolar AS yang menjadi dasar ukuran emas dan
mata uang lainnya. Untuk menganalisis kestabilan harga emas ini, secara
kontekstual saat ini dibandingkan dengan nilai tukar Rupiah, namun karena nilai
tukar Rupiah yang terus terdepresi sehingga harga emas terapresiasi. Sebenarnya,
harga emas tetap stabi nilai Rupiahnya yang menurun.
Muhaimin Iqbal menjelaskan bahwa emas lebih terjaga daya belinya
dibandingkan daya beli uang kertas adalah karena hal berikut:10
a. Ketersediaan emas di seluruh dunia yang terakumulasi sejak pertama kali
manusia menggunakannya sampai sekarang diperkirakan hanya sekitar
130.000 sampai 150.00 ton. Peningkatan per tahun hanya berkisar antara
1.5%-2.00%. Ini cukup dan tidak berlebihan untuk memenuhi kebutuhan
manusia di seluruh dunia yang jumlah penduduknya timbuh sekitar 1.2% per
tahun.
b. Emas tidak bisa rusak atau dirusak. Emas memang bisa dirubah bentuknya
dari keping emas menjadi perhiasan yang dicampur bahan lain (seperti perak,
tembaga, dan sebagainya), namun apabila dilebur perhiasan tersebut dan
dipisahkan campurannya maka akan didapatkan kembali emas yang asli
dalam jumlah yang sama.
c. Kepadatan yang tinggi sehingga mudah disimpan. Seluruh emas di dunia
yang seberat 150.000 ton itu dapat disimpan dalam satu kolam renang yang
besar.
10 . Iqbal, Muhaimin. Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham
d. Emas mudah dibentuk, dibagi dan dipecah kecil-kecil sehingga memudahkan
untuk menggunakannya sebagai alat tukar dengan cara yang palin primitif
sekalipun.
B. Stabilitas Uang
Stabilitas mata uang dapat dilihat dari dua sisi internal (closed economy)
maupun eksternal (open economy) (mishkin, 2001 ; 456-457). Dari sisi closed
economy, stabilitas nilai mata uang diukur dari fluktuasi nilai uang terhadap
harga barang dan jasa, yang lebih jauh akan direfleksikan oleh inflasi dan deflasi.
Kedua, dari sisi open economy stabilitas mata uang dapat diukur dari fluktuasi
nilai uang tersebut terhadap nilai mata uang negara lain yang lebih lanjut akan
direfleksikan oleh apresiasi dan depresiasi (Habib Ahmad, 2002).
Stabilitas mata uang dari sisi closed economy menggunakan pendekatan
Quantity Theory of Money, sedangkan stabilitas mata uang dari sisi open
economy menggunakan pendekatan Monetery Model.
C. Stabilitas Nilai Tukar dan Prinsip-prinsip Secara Islam
Pada zaman Rasulullah saw dikenal dua jenis mata uang yaitu mata uang
yang berupa logam dan koin yang berasal dari kekaisaran Roma (Byzantine).
Dua logam yang digunakan adalah emas (Dinar) dan perak (Dirham). Logam
tembaga juga digunakan secara terbatas dan tidak sepenuhnya dihukumi sebagai
Dalam sejarah perekonomian Islam, mata uang Islam sudah mulai dikenal di
awal kekhalifahan. Hal itu bisa kita lihat ketika masa khalifah Umar dan Utsman
r.a, mata uang Islam telah dicetak dengan mengikuti gaya Dirham Persia, dengan
perubahan pada tulisan yang tercantum dimata uang tersebut. Meskipun pada
masa awal pemerintahan khalifah Umar r.a pernah timbul ide untuk mencetak
mata uang dari kulit, namun akhirnya dibatalkan karena tidak disetujui oleh para
sahabat. Mata uang khilafah Islam yang mempunyai ciri khusus baru dicetak
pada masa pemerintahan Ali r.a meskipun peredarannya masa terbatas.
Dalam hal ini, emas dan perak yang digunakan sebagai mata uang Islam
merupakan alat tukar paling stabil yang pernah dikenal manusia. Sejak awal
sejarah Islam sampai saat ini, nilai dari mata uang Islam yang didasari oleh mata
uang bimetal ini, secara mengejutkan sangat stabil. Perbandingan antara emas
dan perak pada masa bimetalik sepanjang sejarah adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perbandingan Harga Emas dan Perak pada Masa Bimetalik
Periode Waktu Rasio
Dinar (Emas) Dirham (Perak)
Bimatelik 1 10
Ummayah (41/662 – 132/750) 1 12
Abbasyyah (132/750 – 656/1258) 1 15
Al-Maqrizi (d.845 – 1442) 1 35
Al-Asadi (d.854 – 1450) 1 50
Rasio pada saat bimetalik secara umum dapat dikatakan stabil dalam
kurun waktu yang lama dan terus berlangsung selama beberapa waktu.
Selanjutnya pada massa hampir saparuh kekhalifahan Ummayyah rasio menjadi
1:12, masa Abbasiyyah mencapai 1:15 atau kurang. Rasio perbandingan terus
melebar dan berlangsung pada waktu yang cukup lama. Perbandingan Dinar dan
Dirham berfluktuasi dan terus melebar berdasarkan tempat dan waktu.
Rasio perbandingan terus melebar dan akhirnya mencapai rasio 1:50.
Berdasarkan al-Maqrizi dan al-Asadi, ketidakstabilan mampu membuat uang
buruk mendorong uang bagus keluar dari peredaran. Fenomena yang terjadi
menjadi rujukan Hukum Gresham pada abad ke 16, (Chapra, 1996: 1-2).
D. Prospek Emas sebagai Nilai Tukar dalam Kegiatan Asuransi Syari’ah
Untuk melindungi harta kekayaan kaum muslim dari kerugian yang
ditimbulkan karena fluktuasi nilai tukar dalam kegiatan muamalah pilihan untuk
menggunakan emas sudah menjadi alternatif. Banyak kajian yang sudah
dilakukan untuk mewujudkannya dan membuktikan keunggulan menggunakan
emas sebagai alat pembayaran. Penggunaan Dinar bisa dipakai sebagai alat
pembayaran premi asuransi syari’ah.
Pandangan dan wacana untuk kembali menggunakan Dinar telah menjadi
topik berdebatan yang berkesinambungan diantara para ahli ekonomi Islam.
Kepercayaan menggunakan Dinar merupakan suatu kebenaran dalam
0 200 400 600 800 1000
1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005
Gold Price
dampak tidak menguntungkan terhadap sistem keuangan. Terjadinya krisis
finansial beberapa tahun yang lalu merupakan bentuk dari kelemahan sistem saat
ini.
E. Perkembangan Harga Emas Dunia
Pada priode Bretton Wood System emas dihitung berdasarkan beratnya,
misalnya 1 troy ounce disetarakan dengan 35 Dolar Amerika Serikat, dengan
demikian emas sendiri tidak ada harganya. Sejak emas tidak lagi menjadi standar
alat pembayaran yang sah dan digantikan dengan Dolar Amerika maka harga
emas jika dihitung dalam Dolar Amerika Serikat terus meningkat dari waktu ke
waktu.
Sebagai gambaran perkembangan harga emas jika dinilai dalam Dolar
Amerika Serikat dari September 1971 sampai dengan Desember 2009 dapat
dilihat dalam grafik di bawah. (sumber: www.kitco.com).
F. Dinar sebagai Instrumen Lindung Nilai
Bentuk transaksi asuransi di Indonesia pada umumnya menggunakan uang
kertas (Rupiah dan Dolar). Maka resiko kerugian yang timbul karena fluktuasi
nilai tukar dapat terjadi setiap saat. Kerugian karena fluktuasi tidak akan terjad
jika nilai tukar mata uang yang digunakan tersebut nilainya tetap (selalu sama)
terhadap mata uang domestik. Namun demikian, layaknya harga barang maka
mata uang ditentukan oleh hukum permintaan dan penawaran.
Berdasarkan press released dari Word Gold Council pada tanggal 22
September 2004 mengumumkan bahwa dari 3 penelitian yang dilakukan terhadap
kemungkinan emas dijadikan sebagai hedge instrument menunjukan bahwa emas
dalam jangka panjang memberikan proteksi yang konsisten dalam menghadapi
fluktuasi Dolar Amerika Serikat atau mata uang utama lainnya.
Dinar sebagai hedge intrument dapat meminimalisir praktek-praktek yang
tidak diperkenankan dalam Islam (riba, maisyir, dan gharar).
G. Asuransi dalam Perspektif Islam
1. Definisi Asuransi
Awalnya, wacana tentantg asuransi syari’ah termasuk dalam hukum Islam
kontemporer. Pada zaman awal Islam, yaitu zaman Nabi Muhammad SAW dan
periode Islam berikutnya belum dikenal institusi keuangan bernama asuransi.
Tidak ada nash al-Qur’an atau Hadits Nabi yang menjelaskan tentang teori dan
al-Qur’an yang meminta agar setiap manusia memperhatikan hari esok, menyiapkan
anak keturunan yang berkualitas, berinvestasi untuk masa depan, dan lain-lain
yang semua itu merupakan falsafah dasar asuransi.
Sebagaimana firman Allah SAW dalam al-Qur’an:
$pκš‰r'‾≈tƒ
”Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendak setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(Q.S. Al-Hasyr/ 59: 18)
Asuransi berasal dari bahasa Inggris, insurance,11 yang dalam bahasa
Indonesia telah menjadi bahasa populer dan di adobsi dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia dengan padanan kata ”pertanggungan”.12 Echols dan Shadily
memaknai kata insurance dengan (a) asuransi, dan (b) jaminan.13
Istilah asuransi pun kita jumpai pada bahasa Belanda yakni assuradeur, yang
dalam hukum Belanda disebut Verzekering yang artinya pertanggungan. Dari
11. John M. Echols dan Hassan Syadilly, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia,
1990, h. 326.
peristilahan assurantie kemudian timbul istilah assuradeur bagi penanggung, dan
geassureerde bagi tertanggung.14
Banyak definisi tentang asuransi secara umum. Robert I. Mehr menyatakan
asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi resiko dengan menggabungkan
sejumlah unit-unit yang beresiko agar kerugian individu secara kolektif dapat
diprediksi. Kerugian yang dapat diprediksi tersebut kemudian dibagi dan
didistribusikan secara proposional di antara semua unit-unit dalam gabungan
tersebut.15
Muhammad Muslehuddin dalam bukunya Insurance and Islamic Law
mengadopsi pengertian asuransi dari Encyclopaedia Britanica sebagai suatu
persediaan yang disiapkan oleh sekelopok orang, yang dapat tertimpa kerugian,
guna menghadapi kejadian yang tidak dapat diramalkan, sehingga bila kerugian
tersebut menimpa salah seorang di antara mereka maka beban kerugian tersebut
akan disebarkan ke seluruh kelompok.16
Dalam Ensiklopedi Hukum Islam disebutkan bahwa asuransi syari’ah (Ar:
at-ta’min) adalah transaksi perjanjian antara dua belah pihak; pihak yang satu
14 . Yafie, KH Ali, Asuransi dalam Pandangan Syariat Islam, Menggagas Fiqih Sosial,
Bandung: Mizan, 1994, h. 205-206. Lihat juga Emmy P Simanjuntak, Hukum Pertanggungan, Yogyakarta: UGM, 1982, h. 7.
15 . Robert I Mejr, Life Insurance Theory and Practice, 1985.
16. Muhammad Muslehuddin, Insurance and Islamic Law, (Terj. Oleh Burhan
Wirasubrata), Menggugat Asuransi Modern: mengajukan suatu alternative baru dalam perspektif
hukum Islam, (Jakarta: Lentera, 1999), Cet. Ke-1, h. 3. Lihat juga dalam Ecyclopaedia Britanica
berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan
jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa
pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat.17
Secara baku, definisi asuransi di Indonesia telah ditetapkan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian,
”Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua belah pihak atau
lebih, di mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada kepada tertanggung,
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti;
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”18
Asuransi dari karakteristik aplikasinya dapat dipadankan dengan konsep
takaful yang dimiliki Islam. Kata dasar takaful adalah kafala yang berarti
menjamin, menjaga atau memelihara. Dan karena takaful merupakan kata yang
berasal dari kata kerja takafala, maka ia berarti saling menjamin, saling menjaga
atau saling memelihara.19
Dalam al-Qur’an beberapa ayat memberikan penjelasan mengenai kata
takaful ini, di antaranya:
17
. Abdul Aziz Dahlan dkk (editor), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, h. 138.
18 . Dewan Asuransi Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 dan Peraturan Pelaksanaan Tentang Usaha Perasuransian, Edisi 2003, DAI, h. 2-3.
$yγn=¬6s)tFsù
”Maka tuhannya menerima ia sebagai nazar dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya (penjaganya) ... ” (Q.S. Ali-Imron / 3: 37) perempuan yang mau menyusukannya sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa: Maukah kamu aku tunjukan kepada mu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu, dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?” (Q.S. Al-Qasas/ 28: 12)
Dasar pijak asuransi adalah mewujudkan hubungan manusia yang islami di
antara para pesertanya yang sepakat untuk menanggung bersama di antara
mereka, atas resiko yang diakibatkan musibah yang diderita oleh peserta.
Semangat asuransi adalah menekankan kepada kepentingan bersama atas dasar
rasa persaudaraan di antara peserta. Persaudaraan di sini meliputi dua bentuk:
persaudaraan berdasarkan keyakinan (ukhuwah islamiyah) dan persaudaraan
berdasarkan kesamaan derajat manusia (ukhuwah insaniah).20
20 . Juhaya S. Praja, “Daya Saing Asuransi Takaful Menuju Era Liberalisasi ekonomi,”
Sebagaimana diungkapankan di atas, pada dasarkan konsep asuransi syari’ah
merupakan pesan utama dalam muamalah islam. Dimana Rosulullah juga
menggambarkan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang
memberikan manfaat bagi manusia lain. Dan dapat dikatakan bahwa asuransi
syari’ah ini merupakan konsep pergaulan tertinggi yang diinginkan oleh Islam
berdasarkan peringkat interaksi antar manusia. Allah SWT, memerintahkan agar
dalam kehidupan bermasyarakat ditegakkan nilai saling tolong-menolong dalam
kebaikan dan ketakwaan, sebagimana firman-Nya,
”... Tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa, janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan ...” (Q.S. Al-Maaidah/ 5: 2)
Islam memandang ”pertanggungan” sebagai fenomena sosial yang dibentuk
atas dasar saling tolong menolong dan rasa kemanusiaan. Hal ini sesuai dengan
pilihan kata yang dipakai oleh Mohd. Ma’sum Billah untuk mengartikan
”pertanggungan” dengan kata *C’AD, yang mempunyai arti ”shared
responsibility, shared guarantee, responsibility, assurance or surety” (saling
bertanggung jawab, saling menjamin, saling menanngung).21
21. Mohd. Ma’sum Billah, Prinsip dan Praktek Takaful dan Perusahaan Asuransi, Malaysia: