• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi manajemen risiko pada pembiayaan UKM di BMT al-Munawwarah dan BMT Berkah Madani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi manajemen risiko pada pembiayaan UKM di BMT al-Munawwarah dan BMT Berkah Madani"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh: HELMI ADAM

103046128334

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh: HELMI ADAM

103046128334

Di Bawah Bimbingan

Dr. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd NIP. 195607121981031003

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

BMT Al Munawwarah dan BMT Berkah Madani telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salahsatu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat.

Jakarta, 24 September 2010

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 195505051982031012 (...) Sekretaris : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH

NIP. 197407252001121001 (...) Pembimbing : Dr. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd

NIP. 195607121981031003 (...) Penguji I : Dr. Euis Amalia, M.Ag

NIP. 197107011998032002 (...) Penguji II : Mu’min Rauf, MA

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan guna memenuhi salahsatu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan (plagiat) dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 September 2010

(5)

Helmi Adam, Strategi Manajemen Risiko Pada Pembiayaan UKM di BMT Al Munawwarah dan BMT Berkah Madani, (vi+90).

Seiring perkembangan perbankan syariah di Indonesia, Baitul Maal wat Tamwil (BMT) yang merupakan salahsatu lembaga keuangan syariah juga ikut mengalami perkembangan yang signifikan. Hal ini terlihat dari aset puluhan BMT yang melonjak tajam hingga miliaran rupiah.

Sebagai pilar ekonomi kerakyatan berbasis syariah, segmentasi BMT tentunya kepada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Ini dibuktikan BMT dengan porsi penyaluran pembiayaan dan pembinaan usaha kepada sektor UKM.

BMT Al Munawwarah dengan aset ± Rp.4,1 miliar dan BMT Berkah Madani dengan aset ± Rp.3,1 miliar merupakan dua dari sekian banyak BMT yang sukses mengembangkan usaha dengan menyalurkan pembiayaan ke sektor UKM. Kesuksesan ini tidak terlepas dari strategi manajemen risiko yang diterapkan kedua BMT tersebut.

Penerapan strategi manajemen risiko yang baik akan menghasilkan usaha yang relatif lebih stabil dan menguntungkan. Tidak hanya bagi BMT, namun juga bagi UKM yang dibiayai. Pada akhirnya, usaha yang berjalan dengan baik dan berkembang dapat memperbaiki perekonomian nasional, mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran karena berperan-serta dalam membuka lapangan kerja.

(6)

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, sang pemilik sifat rahman dan rahim, yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan alam baginda rasulullah Muhammad SAW.

Kebahagiaan tiada terkira bagi penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini yang tentunya tak luput dari dukungan berbagai pihak yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini.

Sebagai bentuk penghargaan yang tak terlukiskan, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM selaku Dekan Fakultas Syariah & Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag selaku Ketua Program Studi Muamalat juga selaku Dosen Penguji I yang terus memberikan dukungan bagi penulis dalam mempercepat penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Mualamat.

4. Bapak Dr. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan penuh pengertian membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini. 5. Bapak Mu’min Rauf, MA selaku Dosen Penguji II yang telah membantu

penulis dalam mempermudah penyelesaian skripsi ini.

(7)

7. Segenap pengurus dan pegawai Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani penulis dalam peminjaman data pustaka.

8. Segenap pengurus dan pegawai Perpustakaan Fakultas Syariah & Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Segenap pengurus dan pegawai perpustakaan CIRTIE (Center of Information, Research and Training for Islamic Economy) di Ciputat.

10. Bapak Mudzakir Murad selaku manajer BMT Al Munawwarah beserta seluruh pihak di BMT Al Munawwarah yang telah mempermudah penulis dalam memperoleh data.

11. Ibu Situ Umainah selaku manajer BMT Berkah Madani beserta seluruh pihak di BMT Berkah Madani.

12. Kedua orang-tuaku (Bapak Muhammad Rohan dan Ibu Purwani Setyaningsih) yang tak henti-hentinya mendukung dan membantu penulis, baik dengan dukungan materi maupun doa yang tak pernah putus demi kelanjutan skripsi dan masa depan penulis.

13. Adik-adikku (Hesty Oktaviani dan Yulia Ningthias) yang diamnya saja menjadi teguran bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Kawan-kawan senasib seperjuangan Perbankan Syariah angkatan 2003 yang telah saling mendukung dan mengingatkan demi kebaikan.

(8)

16. Almarhumah mbah Sakdiyah binti Padjari yang cintanya terus melekat di hati, membuat penulis selalu teringat untuk melakukan yang terbaik di setiap harinya. Semoga Allah SWT tersenyum padamu dengan kelembutan-Nya. 17. Seluruh rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang secara

tidak langsung membantu dan memberikan semangat sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

Akhir kata, hanya kepada Allah SWT sajalah penulis memanjatkan doa. Semoga Allah SWT memberikan balasan berlipat-ganda kepada mereka. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Jakarta, 24 September 2010

Helmi Adam

(9)

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan & Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan & Manfaat Penelitian ... 8

D. Review Studi Terdahulu ... 9

E. Metodologi Penelitian ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II : KAJIAN TEORI A. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) 1. Pengertian BMT ... 15

2. Visi, Misi & Tujuan BMT ... 16

3. Struktur Organisasi BMT ... 17

B. Manajemen Risiko 1. Pengertian Manajemen Risiko ... 18

2. Tujuan Manajemen Risiko ... 19

3. Klasifikasi Manajemen Risiko ... 20

4. Siklus Manajemen Risiko ... 24

(10)

vi

2. Unsur-unsur Pembiayaan ... 27 3. Tujuan Pembiayaan ... 29 D. Usaha Kecil Menengah (UKM) ... 30 BAB III : OBYEK PENELITIAN

A. Profil BMT Al Munawwarah ... 34 B. Profil BMT Berkah Madani ... 44 BAB IV : HASIL PEMBAHASAN

A. Permasalahan dan Risiko Operasional BMT dalam Pembiayaan UKM ... 56 B. Solusi Pembiayaan Bermasalah di BMT Al Munawwarah

& BMT Berkah Madani ... 64 C. Analisis Perbandingan Strategi Manajemen Risiko Pada

Pembiayaan UKM di BMT Al Munawwarah &

BMT Berkah Madani ... 71 BAB V : PENUTUP

(11)

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia, sebagai sebuah negara besar dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia, sudah sejak lama menggaungkan sistem ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan tidak hanya sebagai bentuk pemihakan kebijakan ekonomi pemerintah kepada ekonomi rakyat, tetapi juga merupakan bentuk pilihan yang tepat untuk mencapai kesejahteraan rakyat. Pengembangan ekonomi kerakyatan tidak dapat dipisahkan dari pengembangan ekonomi umat Islam karena apabila ekonomi kerakyatan kuat maka ekonomi umat Islam pun akan mengalami hal yang sama. Dengan demikian, perbankan syariah yang merupakan salahsatu komponen dalam ekonomi umat Islam adalah bagian dari pengembangan ekonomi kerakyatan yang digalakkan pemerintah.

Secara teoritis, keberpihakan bank syariah dalam penyaluran kredit terhadap pelaku ekonomi kecil dan menengah yang merupakan bagian terbesar dari ekonomi rakyat sangatlah memungkinkan. Kebijakan bank syariah dalam penyaluran kreditnya tidak dibatasi oleh kemampuan membayar bunga. Kelayakan dan prospek suatu usaha menjadi pertimbangan utama dalam pemberian kredit terhadap para nasabahnya. Ini berbeda dengan konsep penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank-bank konvensional yang secara otomatis membatasi penyaluran kreditnya hanya pada mereka yang mampu

(12)

membayar bunga yang ditetapkan terlebih dahulu. Konsep dasar ini memberi peluang bagi para pengusaha kecil dan menengah dalam mendapatkan pelayanan dan mengembangkan potensi ekonomi yang mereka miliki.1

Posisi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) telah lama diakui sebagai sektor usaha yang sangat penting, karena berbagai perannya yang riil dalam perekonomian. Mulai dari sharenya dalam pembentukan PDB sekitar 63,58%, kemampuannya menyerap tenaga kerja sebesar 99,45%, atau sangat besarnya jumlah unit usaha yang ada, hingga pada sharenya yang cukup signifikan dalam jumlah nilai ekspor total, yang mencapai sekitar 18,72%.2

UKM memiliki porsi terbesar dalam pembiayaan yang diberikan oleh bank-bank syariah dengan nilai pembiayaan sebesar Rp.17,9 triliun pada tahun 2007, dibandingkan pembiayaan pada sektor non-UKM yang mendapatkan alokasi pembiayaan senilai Rp.7,7 triliun.3

Berdasarkan laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia (BMI) tahun 2007, pembiayaan rata-rata perbulan untuk UKM skim musyarakah sebesar Rp.280 miliar, mudharabah sebesar Rp.2,18 triliun, dan murabahah sebesar

1

Muslimin, “Ekonomi Kerakyatan: Kajian Terhadap Kebijakan Ekonomi Orde Baru” dalam Al Iqtishadiyyah Jurnal Kajian Ekonomi Islam, Vol.I, No.1, Januari 2004, (Jakarta: P3EI UIN Syarif Hidayatullah, 2004), h. 86-87.

2

Marsuki, Pemikiran dan Strategi Memberdayakan Sektor Ekonomi UMKM di Indonesia, (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2006), h. 19.

3

(13)

Rp.2,23 triliun. Sedangkan berdasarkan data pembiayaan Bank Syariah Mandiri (BSM) kepada UKM tahun 2007 tercatat sebesar Rp.4,83 triliun.4

Berdasarkan data publikasi Bank Indonesia, pembiayaan perbankan syariah ke UKM mengalami penurunan Rp.312 miliar. Di Januari 2009 tercatat pembiayaan ke UKM sebesar Rp.26,751 triliun, sedangkan Desember 2008 mencapai Rp 27,063 triliun. Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Mustafa Edwin Nasution, mengatakan hal itu bisa disebabkan oleh sejumlah faktor, salahsatunya krisis ekonomi global. Sektor UKM belum mampu menggerakkan output sehingga bank syariah mengurangi dananya, terutama di sektor yang terkena dampak langsung. Selain krisis ekonomi, Mustafa mengatakan industri keuangan juga menunggu dampak yang terjadi dari paket stimulus yang dikeluarkan sejumlah negara. Pasalnya, dari kebijakan tersebut diharapkan perekonomian terutama sektor riil dapat terus bergerak.5

Usaha lain yang dilakukan dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan misalnya BMI bersama-sama dengan ICMI dan MUI membentuk Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) pada tanggal 13 Maret 1995 sebagai Lembaga Pembina Swadaya Masyarakat (LPSM) yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan sumber daya manusia dan sumber daya ekonomi rakyat

4

Euis Amalia, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 292-297.

5

(14)

kecil, dan mewujudkan penguasaan & pengelolaan sumber daya yang adil, merata dan berkelanjutan.6

Untuk mencapai tujuan yang dicanangkan PINBUK tersebut, maka sasaran menengah yang ingin dicapai adalah pengembangan usaha di bidang keuangan dan berperan dalam kegiatan ekonomi kecil melalui pengembangan usaha ekonomi sektor riil. Sebab, upaya yang paling pokok dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan adalah memperluas jangkauan akses usaha kecil pada sumber-sumber dana, teknologi pasar, informasi serta pembinaan kewirausahaan dan keterampilan manajemen.7

Atas dasar itu PINBUK melakukan pengembangan SDM dengan menanamkan jiwa kewirausahaan dan manajemen modern dalam dunia usaha bagi para pelaku ekonomi. Salahsatu usaha PINBUK yang berkembang pesat dalam masyarakat yaitu mendorong tumbuh dan berkembangnya lembaga keuangan yang berdasarkan sistem syariah di tingkat akar rumput (grass root) melalui Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Maal wat Tamwil (BMT).8

6

Agus Sumarno, “Skenario Pengembangan Jaringan Ekonomi Umat: Kaitannya BMT dan Sektor Riel” dalam Baihaqi Abd. Madjid dan Saifuddin A.Rasyid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah (Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia), (Jakarta: PINBUK, 2000), h. 242.

7

Ginandjar Kartasasmita, “Pembangunan Ekonomi Umat: Mencermati Peran Lembaga Ekonomi Rakyat”, dalam Baihaqi Abd. Madjid dan Saifuddin A.Rasyid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah (Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia), (Jakarta: PINBUK, 2000), h. 85.

8

(15)

BMT adalah lembaga ekonomi masyarakat yang bertujuan untuk mendukung kegiatan usaha ekonomi rakyat bawah dan kecil yang dijalankan berdasarkan syariat Islam. BMT berintikan dua kegiatan usaha yang mencakup baitul maal dan baitut tamwil.

Baitul maal adalah lembaga keuangan Islam yang memiliki kegiatan utama menghimpun dan mendistribusikan dana ZISWAHIB (zakat, infaq, shadaqah, waqaf dan hibah) tanpa adanya keuntungan (non profit oriented). Penyalurannya dialokasikan kepada mereka yang berhak (mustahiq) zakat, sesuai dengan aturan agama dan manajemen keuangan modern. Dalam mengelola dana ZISWAHIB ini, BMT tidak mendapatkan keuntungan finansial karena hasil zakat tidak boleh dibisniskan.9

Sedangkan baitut tamwil adalah lembaga keuangan Islam informal dengan orientasi keuangan (profit oriented). Disebut informal karena lembaga ini didirikan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang berbeda dengan lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya. Kegiatan utama dari lembaga ini adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan/tabungan dan menyalurkan lewat pembiayaan usaha-usaha masyarakat yang produktif dan menguntungkan sesuai dengan sistem ekonomi syariah. Dengan demikian, selain menghimpun dana dari masyarakat melalui investasi/tabungan, kegiatan baitut tamwil juga mengembangkan usaha-usaha

9

(16)

produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi umat, terutama pengusaha kecil.10

Pada setiap usaha, risiko merupakan suatu hal yang mutlak. Risiko juga dapat muncul dari berbagai sumber. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana cara menangani risiko tersebut. Proses manajemen risiko merupakan suatu hal yang mutlak jika kita ingin menghindari kerugian dalam usaha. Proses ini diyakini memiliki peranan penting dalam keberlangsungan bisnis perbankan syariah. Hal ini sebagai upaya lembaga keuangan berbasis syariah, termasuk yang berskala kecil, agar dapat bertahan dan terus bersaing di industri perbankan.

Risiko merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan. Esensi dari penerapan manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha tetap terkendali pada batas yang dapat diterima serta menguntungkan.11

Seiring dengan tumbuhnya kesadaran umat Islam untuk mempercayakan dananya pada lembaga keuangan berbasis syariah dan kemudahan dalam mendirikan BMT membuat lembaga ini kian menjamur. Jumlah Lembaga

10

H.A.Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat: Sebuah Pengenalan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 183.

11

(17)

Keuangan Mikro (LKM) saat ini diduga tak kurang dari 9000 LKM. Jumlah BMT di seluruh Indonesia diperkirakan sebanyak 3.307 unit dengan aset sekitar Rp.1,5 triliun. Artinya, hampir separuh dari LKM nasional adalah BMT. Secara individual, BMT sangat bervariasi. Tidak sedikit BMT yang mengelola aset di atas Rp.10 miliar dengan jumlah nasabah di atas 3000-an orang, meskipun juga banyak BMT yang asetnya kurang dari 50 juta dan nasabahnya kurang dari 500-an or500-ang.

Dua BMT yang cukup berkembang saat ini adalah BMT Al Munawwarah dengan aset ± Rp.4,1 miliar dengan cakupan wilayah Pamulang dan sekitarnya12, dan BMT Berkah Madani dengan aset ± Rp.3,1 miliar dengan cakupan wilayah Cimanggis dan sekitarnya.13

Maka berdasarkan permasalahan dan data-data tersebut di atas, penulis tertarik untuk mencoba memberikan pemaparan lebih lanjut dan menuangkannya dalam skripsi yang berjudul “Strategi Manajemen Risiko Pada Pembiayaan UKM di BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Setelah diuraikan latar belakang masalah di atas, tentu saja dalam pembahasan skripsi ini harus dilakukan pembatasan masalah agar penulisan skripsi ini lebih terarah. Penelitian ini dibatasi pada upaya mengkaji:

12

http://www.bmtalmunawwarah.com/, Diakses pada 21 Juni 2010 pukul 14:21 WIB.

13

(18)

“strategi manajemen risiko BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani pada pembiayaan UKM”.

Dari pokok permasalahan di atas penulis merumuskan beberapa rincian permasalahan yang akan dicari jawabannya dalam penulisan skripsi ini. Adapun rumusan masalah yang diangkat adalah:

1. Bagaimana penerapan strategi manajemen risiko BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani?

2. Apa saja permasalahan dan risiko yang dihadapi BMT dalam memberikan pembiayaan kepada UKM?

3. Bagaimana strategi manajemen risiko yang dilakukan BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani agar risiko tidak terjadi lagi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menganalisis penerapan strategi manajemen risiko di BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani.

b. Untuk mengetahui permasalahan dan risiko yang dihadapi BMT dalam memberikan pembiayaan kepada UKM.

(19)

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis, sebagai kesempatan dalam menerapkan teori ekonomi Islam (syariah).

b. Bagi jurusan Muamalat, sebagai koleksi ruang lingkup karya ilmiah.

c. Bagi masyarakat, sebagai tambahan informasi mengenai strategi manajemen risiko BMT.

d. Bagi BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani, sebagai tambahan pemikiran bagi praktisi BMT dalam melaksanakan prinsip-prinsip lembaga keuangan sesuai tuntunan Islam.

D. Review Studi Terdahulu

Penulisan skripsi ini ditunjang dengan kajian pustaka terdahulu, sebagai berikut:

1. Skripsi dengan judul “Peranan Moral Dalam Membina Kesadaran Hukum (Studi Kasus Terhadap Pemenuhan Kewajiban Pembiayaan di BMT Al Munawwarah)” oleh Muhammad Yunus, yang membahas tentang peranan moral dalam kaitannya dengan kesadaran pemenuhan kewajiban pembiayaan di BMT Al Munawwarah.

(20)

3. Skripsi dengan judul “BMT Al Munawwarah dan Pemberdayaan Ekonomi Umat (Studi Kasus BMT Al Munawwarah Pamulang)” oleh Siti Hajar, yang membahas tentang konsep pemberdayaan ekonomi umat BMT Al Munawwarah, mekanisme pengelolaan dan strategi bisnis BMT Al Munawwarah dalam memberdayakan ekonomi umat, dan peranan BMT Al Munawwarah dalam memberdayakan ekonomi umat.

4. Skripsi dengan judul “Mengukur Kinerja BMT Al Munawwarah Dengan Balanced Scorecard (Studi Kasus BMT Al Munawwarah Pamulang)” oleh Siti Maesunah, yang membahas tentang konsep pengukuran kinerja dengan menggunakan balanced scorecard dan menilai kinerja BMT Al Munawwarah dengan perspektif balanced scorecard.

5. Skripsi dengan judul “Analisis Terhadap Aplikasi Pembiayaan Ijarah Multijasa Pada BMT Al Munawwarah” oleh Indah Deliyani, yang menjelaskan bagaimana aplikasi pembiayaan ijarah multijasa di BMT Al Munawwarah dan bagaimana akad yang digunakan dalam pembiayaan multijasa dinilai dari segi fiqih muamalat.

(21)

strategi pemasaran dan penyaluran ijarah murni di LKS Berkah Madani dan pandangan hukum Islam terhadap strategi tersebut.

7. Skripsi dengan judul “Konsep dan Aplikasi Franchise Dalam Perspektif Hukum Ekonomi Islam (Studi Pada LKS Berkah Madani)” oleh Syarah Septiana, yang menjelaskan bagaimana aplikasi franchise di LKS Berkah Madani, kesesuaian royalty fee yang diterapkan LKS Berkah Madani dengan hukum ekonomi Islam, inovasi yang dilakukan LKS Berkah Madani dalam bisnis franchise, serta keunggulan & kelemahan menggunakan sistem bisnis franchise bagi franchisee dibandingkan dengan memulai bisnis sendiri.

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka penulis mencoba membandingkan strategi manajemen risiko yang dilakukan BMT Al Munawwarah dengan strategi manajemen risiko yang dilakukan BMT Berkah Madani dalam hal pembiayaan UKM sehingga terlihat perbedaan antara yang sudah diteliti dengan penelitian yang penulis lakukan.

E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

(22)

2. Sumber Data a. Data Primer

Jenis data ini diperoleh melalui wawancara dengan Manajer BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani.

b. Data Sekunder

Jenis data ini diperoleh dengan mengumpulkan data-data dari buku-buku, internet, surat kabar, majalah, jurnal, dll.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Penelitian Pustaka (Library Research)

Salahsatu yang perlu dilakukan dalam penelitian adalah pendayagunaan sumber informasi yang terdapat di perpustakaan dengan jasa informasi yang tersedia. Studi kepustakaan terutama diarahkan untuk memperoleh landasan teori yang digunakan dalam analisis data. Hal ini penulis lakukan guna membantu memfasilitasi dalam melihat permasalahan, yaitu untuk memperoleh konsep yang telah ada, juga sebagai bentuk pemanfaatan data sekunder berupa buku-buku, makalah-makalah, dll yang berhubungan dengan materi pembahasan skripsi ini. b. Penelitian Lapangan (Field Research)

(23)

data-data untuk kemudian dianalisa. Adapun obyek penelitian ini adalah BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani.

4. Teknik Analisa Data

Untuk penyajian analisa data, penulis menggunakan penelitian kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan fakta-fakta yang diperoleh dari BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani mengenai strategi manajemen risiko yang dilakukan kedua BMT tersebut.

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, pembatasan & perumusan masalah, tujuan & manfaat penelitian, review studi terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN TEORI

(24)

BAB III : OBYEK PENELITIAN

Berisi profil BMT Al Munawwarah dan profil BMT Berkah Madani. BAB IV : HASIL PEMBAHASAN

Berisi permasalahan dan risiko operasional BMT dalam pembiayaan UKM, solusi pembiayaan bermasalah di BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani, dan analisis perbandingan strategi manajemen risiko pada pembiayaan UKM di BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani.

BAB V : PENUTUP

(25)

A. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) 1. Pengertian BMT

BMT terdiri dari 2 istilah, yaitu baitul maal dan baitut tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil yang berlandaskan syariah.1

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) atau padanan kata dari Balai Usaha Mandiri Terpadu adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil yang menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin. BMT adalah lembaga keuangan mikro syariah yang ditumbuhkan oleh prakarsa dan dengan modal awal dari tokoh-tokoh

1

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi & Ilustrasi, (Jakarta: Ekonisia, 2007), h. 96.

(26)

masyarakat setempat sebagai landasan ekonomi yang salaam (keselamatan berintikan keadilan, kedamaian dan kesejahteraan).2

Secara konseptual, BMT memiliki 2 fungsi, yaitu:3

a. Baitut Tamwil (Bait = Rumah, at Tamwil = Pengembangan Harta) melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil, terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.

b. Baitul Maal (Bait = Rumah, Maal = Harta) menerima titipan dana zakat, infaq dan shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.

2. Visi, Misi & Tujuan BMT4 a. Visi BMT

Menjadi lembaga keuangan mikro syariah (dengan sistem bagi hasil) yang professional dan terpercaya, memiliki jaringan yang luas mencakup ¾ usaha mikro dan kecil di seluruh Indonesia sebelum tahun 2014.

2

M.Amin Aziz, Pedoman Pendirian BMT (Baitul Maal Wat Tamwil), (Jakarta: PINBUK Press, 2004), h. 1-2.

3

Ibid

4

(27)

b. Misi BMT

Menciptakan sistem, lembaga dan kondisi kehidupan ekonomi rakyat banyak yang dilandasi oleh nilai-nilai dasar salaam (keselamatan berintikan keadilan, kedamaian dan kesejahteraan), melandasi tumbuh dan berkembangnya ¾ usaha mikro dan kecil di seluruh Indonesia sebelum tahun 2014.

c. Tujuan BMT

Terciptanya sistem, lembaga dan kondisi kehidupan ekonomi rakyat banyak yang dilandasi oleh nilai-nilai dasar salaam (keselamatan berintikan keadilan, kedamaian dan kesejahteraan) berwujud pada ¾ usaha mikro dan kecil di seluruh Indonesia sebelum tahun 2014.

3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah suatu gambaran secara skematis tentang hubungan kerjasama antarbagian yang terdapat dalam suatu badan dalam rangka mencapai suatu tujuan. Tujuannya adalah untuk mempermudah pelaksanaan tugas, membagi suatu kegiatan-kegiatan kerja besar menjadi kegiatan-kegiatan kerja yang lebih kecil. Di samping itu juga untuk mempermudah pimpinan dalam melaksanakan tugas pengawasan. Berikut ini struktur organisasi BMT:5

5

(28)

Departemen/ Instansi Terkait

Kasir Manajer Umum

PINBUK Pengurus

Ketua, Sekretaris, Bendahara

Rapat Anggota Tahunan (RAT)

Pembukuan & Administrasi Pembiayaan Penggalangan Dana

B. Manajemen Risiko

1. Pengertian Manajemen Risiko

(29)

sebagai potensi terjadinya peristiwa (events) yang dapat menimbulkan kerugian bank.6

Manajemen risiko menurut definisi Bank Indonesia adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank.7

Semua definisi di atas bertujuan agar bank/perusahaan memiliki sense akan adanya urgensi atau prioritas tinggi untuk mengatasi atau mengelola risiko yang terjadi sehingga tidak sampai merugikan perusahaan.

2. Tujuan Manajemen Risiko

Tujuan yang hendak dicapai dengan manajemen risiko adalah untuk menghindari perusahaan dari kegagalan, mengurangi pengeluaran, menaikkan keuntungan, menekan biaya produksi, dan sebagainya.8

Namun secara umum tujuan dari manajemen risiko ada dua, yaitu untuk menghindari risiko sebelum terjadinya kerugian (preloss objectives) dan mengatasi risiko setelah terjadinya kerugian (postloss objectives).9

Adapun sasaran utama yang hendak dicapai oleh manajemen risiko, terdiri dari:10

6

Robert Tampubolon, Risk Management (Manajemen Risiko): Pendekatan Kualitatif Untuk Bank Komersial, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004), h. 19-20.

7

Robert Tampubolon, Risk Management (Manajemen Risiko): Pendekatan Kualitatif Untuk Bank Komersial, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004), h. 33.

8

A.Abbas Salim, Asuransi & Manajemen Risiko, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 201.

9

(30)

a. Untuk kelangsungan hidup perusahaan (survival). b. Ketenangan dalam berpikir.

c. Memperkecil biaya (least cost).

d. Menstabilisasi pendapatan perusahaan.

e. Memperkecil/meniadakan gangguan dalam menjalankan usaha. f. Mengembangkan pertumbuhan perusahaan.

g. Mempunyai tanggung-jawab sosial terhadap karyawan. 3. Klasifikasi Manajemen Risiko

Untuk memudahkan pengenalan risiko, kita perlu melakukan klasifikasi sehingga mengenal karakter dari risiko. Risiko secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam 4 bagian, yaitu:11

a. Risiko Murni (Pure Risk)

Adalah risiko yang dapat mengakibatkan kerugian pada perusahaan, tetapi tidak ada kemungkinan menguntungkan.

b. Risiko Spekulatif (Speculative Risk)

Adalah risiko yang dapat mengakibatkan kerugian pada perusahaan, tetapi dapat juga menguntungkan.

10

A.Abbas Salim, Asuransi & Manajemen Risiko, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 201.

11

(31)

c. Risiko Sistematik (Systematic Risk)

Merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan melalui proses diversifikasi (non-diversiviable risk). Ciri dari risiko sistematik adalah tidak dapat dihilangkan atau dikurangi dengan cara penggabungan berbagai risiko.

d. Risiko Spesifik (Specific Risk)

Merupakan risiko yang dapat dihilangkan melalui proses diversifikasi (diversiviable risk). Kebalikan dari risiko sistematik, ciri dari risiko spesifik adalah dapat dihilangkan atau dikurangi dengan cara penggabungan berbagai risiko.

Secara khusus, risiko dapat diklasifikasikan ke dalam 8 bagian, antara lain:12

a. Risiko Kredit

Adalah eksposur yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya. Di satu sisi, risiko ini dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti penyaluran pinjaman, kegiatan treasury & investasi, dan kegiatan jasa pembiayaan perdagangan yang tercatat dalam buku bank. Di sisi lain, risiko ini timbul karena kinerja satu atau lebih debitur yang buruk. Kinerja debitur yang buruk ini dapat berupa ketidakmampuan atau ketidakmauan

12

(32)

debitur untuk memenuhi sebagian atau seluruh isi perjanjian kredit yang telah disepakati sebelumnya. Dalam hal ini yang menjadi perhatian bank bukan hanya kondisi keuangan dan nilai pasar dari jaminan kredit (collateral), tetapi juga character dari debitur.

b. Risiko Pasar

Adalah eksposur yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar (suku bunga dan nilai tukar) dari portofolio yang dimiliki oleh bank yang berbalik arah dari yang diharapkan (adverse movement) yang dapat menimbulkan kerugian bagi bank. Risiko ini biasanya juga disebut sebagai systematic risk atau correlation risk, karena perubahan nilai pasar dari aset bank bertalian dengan faktor-faktor yang bersifat sistemik (korelasi antara instrumen, produk, mata uang, atau pasar). Sesuai sifatnya, risiko ini tidak dapat didiversifikasi, tetapi sampai batas tertentu dapat dibatasi (hedged).

c. Risiko Likuiditas

(33)

melekat pada aktivitas fungsional perkreditan (penyediaan dana), treasury, investasi & penanaman dana lainnya, serta kegiatan pendanaan & penerbitan surat utang.

d. Risiko Operasional

Adalah eksposur yang timbul antara lain karena adanya ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal (internal factors), adanya kesalahan atau kecurangan manusia (human factors), kegagalan sistem (system factors) dalam mencatat, membukukan dan melaporkan transaksi secara lengkap, benar & tepat waktu, atau adanya masalah eksternal (external factors) seperti perubahan regulasi yang mempengaruhi operasional bank.

e. Risiko Hukum

(34)

f. Risiko Reputasi

Adalah eksposur yang disebabkan adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank. g. Risiko Strategik

Adalah eksposur yang disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.

h. Risiko Kepatuhan

Adalah eksposur yang disebabkan karena bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.

4. Siklus Manajemen Risiko13 a. Identifikasi Risiko

Pada tahap ini analis berusaha mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Langkah yang dapat dilakukan adalah melakukan analisis terhadap pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders). Ada berbagai pihak yang berkepentingan yang perlu mendapat perhatian, jika tidak maka perusahaan atau manajemen berada pada posisi yang berbahaya. Mereka termasuk pemegang saham,

13

(35)

kreditur, debitur, karyawan, pemerintah, manajemen itu sendiri, masyarakat dan pihak lain yang terpengaruh oleh adanya perusahaan. b. Pengukuran Risiko

Pada dasarnya pengukuran risiko mengacu pada 2 faktor, yaitu kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu risiko muncul. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya. Data historis merupakan salahsatu sumber identifikasi risiko sekaligus sumber untuk mengukur besarnya risiko.

c. Pemetaan Risiko

Perusahaan tidak perlu takut terhadap semua risiko. Ada risiko yang perlu mendapat perhatian khusus, ada pula risiko yang dapat diabaikan. Itulah sebabnya perusahaan perlu membuat peta risiko, yaitu untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan kepentingannya terhadap perusahaan. Pemetaan bertujuan untuk memilah-milah mana risiko yang mampu memberi kontribusi positif dan mana risiko yang merupakan value destroyer bila dikelola.

d. Pengelolaan Risiko

(36)

dengan cara hedging dan metode mitigasi risiko lainnya seperti penerbitan garansi, sekuritisasi aset dan credit derivatives, serta penambahan modal bank untuk menyerap potensi kerugian.14

e. Pengawasan dan Pengendalian Risiko

Keseluruhan proses manajemen risiko harus terus disempurnakan karena sistem dan lingkungan secara dinamis selalu menimbulkan perubahan. Pengawasan dilakukan untuk melihat kemungkinan penyempurnaan tahapan analisis risiko yang diakibatkan oleh perubahan lingkungan. Langkah tersebut dilanjutkan dengan penambahan serta penyempurnaan perencanaan risiko perusahaan.15

C. Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Secara harafiah, pembiayaan (financing atau marhun bih) diartikan sebagai dana rahn, yaitu dana yang diperoleh rahin (nasabah) setelah aplikasi rahn-nya diterima oleh pihak murtahin (bank), dengan syarat setelah ada penyerahan marhun (jaminan) kepada pihak murtahin.16

14

Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management: Teori, Konsep, dan Aplikasi Panduan Praktis Untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan Mahasiswa, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 800.

15

Fahmi Basyaib, Manajemen Risiko, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 5.

16

(37)

Secara istilah, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.17

2. Unsur-unsur Pembiayaan18

Pembiayaan pada dasarnya diberikan atas dasar kepercayaan. Dengan demikian, pemberian pembiayaan adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti prestasi yang diberikan benar-benar harus diyakini dapat dikembalikan oleh penerima pembiayaan sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati bersama. Berdasarkan hal tersebut, maka unsur-unsur dalam pembiayaan adalah:

a. Adanya 2 pihak, yaitu pemberi pembiayaan (shahibul maal) dan penerima pembiayaan (mudharib). Hubungan keduanya merupakan kerjasama yang saling menguntungkan, yang diartikan pula sebagai kehidupan tolong-menolong. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Maidah [5] ayat 2:

17

Ahmad Kamil dan M.Fauzan, Kitab Undang-undang Hukum Perbankan dan Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 31-32.

18

(38)

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”

b. Adanya kepercayaan shahibul maal kepada mudharib yang didasarkan atas prestasi dan potensi mudharib.

c. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak mudharib kepada pihak shahibul maal untuk berjanji membayar. Perjanjian tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis (akad pembiayaan), atau berupa instrumen (credit instrument). Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Baqarah [2] ayat 282:

☺ ☺

(39)

d. Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari shahibul maal kepada mudharib.

e. Adanya unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsur esensial pembiayaan. Pembiayaan terjadi karena unsur waktu, baik dilihat dari sisi shahibul maal maupun dari sisi mudharib.

f. Adanya unsur risiko (degree of risk) di kedua belah pihak. Risiko di pihak shahibul maal adalah risiko gagal bayar (risk of default), baik karena kegagalan usaha (pinjaman produktif) maupun ketidakmampuan membayar (pinjaman konsumtif) atau karena ketidaksediaan membayar. Risiko di pihak mudharib adalah kecurangan dari pihak pemberi pembiayaan, antara lain berupa shahibul maal yang bermaksud mencaplok perusahaan yang diberi pembiayaan atau tanah yang dijaminkan.

3. Tujuan Pembiayaan19

Pada dasarnya terdapat 2 fungsi yang saling berkaitan dari pembiayaan, yaitu:

a. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari hasil usaha yang dikelola bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan

19

(40)

menyalurkan pembiayaan kepada usaha-usaha nasabah yang diyakini mampu dan mau mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya. b. Safety, yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus

benar-benar terjamin sehingga tujuan memperoleh keuntungan dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan yang berarti.

D. Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Di Indonesia, berbagai macam institusi pemerintah merumuskan atau mengadopsi definisi dan batasan yang berbeda-beda mengenai UKM. Menurut Undang-undang No.9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, batasan usaha/industri kecil didefinisikan sebagai:

Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan, bertujuan untuk memproduksi barang maupun jasa untuk diperniagakan secara komersial, yang mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp.200 juta dan mempunyai nilai penjualan per tahun sebesar Rp.1 miliar atau kurang.20

Badan Pusat Statistik (BPS) menyusun kategori berdasarkan jumlah tenaga kerja. Menurut BPS, UKM adalah entitas bisnis yang memiliki tenaga kerja kurang dari 100 orang, dengan rincian kategori sebagai berikut:21

1. Usaha rumah tangga dan mikro terdiri dari 1-4 orang tenaga kerja. 2. Usaha kecil terdiri dari 5-19 orang tenaga kerja.

20

Andi Irawan, “Mengapa Membangun (Kewirausahaan) UKM Itu Penting?” dalam

Kewirausahaan UKM: Pemikiran dan Pengalaman, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 8-9.

21

(41)

3. Usaha menengah terdiri dari 20-99 orang tenaga kerja.

4. Usaha besar memiliki tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Depperindag) dan Bank Indonesia memberikan batasan UKM berdasarkan nilai aset (tidak termasuk tanah dan bangunan), yaitu masing-masing sebesar kurang dari Rp.5 miliar dan Rp.10 miliar. Sedangkan Departemen Koperasi & UKM memberikan batasan UKM berdasarkan nilai penjualan setahun, yaitu sebesar kurang dari Rp.5 miliar.22

Apapun definisi UKM, disadari bahwa UKM yang merupakan jumlah terbesar dari pengusaha Indonesia mempunyai peran yang besar dalam perekonomian Indonesia, baik dalam pembentukan Produk Domestik Bruto maupun dalam penyerapan tenaga kerja. Pengembangan UKM memerlukan sumber dana yang bersifat utang dari berbagai alternatif sumber dana. Salahsatu kendala yang dihadapi adalah keterbatasan untuk memenuhi agunan sehingga lembaga penjamin pembiayaan menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan keterbatasan pemenuhan itu.23

Beberapa kendala yang menjadi kelemahan mendasar bagi penyaluran pembiayaan UKM, yaitu:

22

Ibid

23

(42)

1. Belum tersedianya dana/pembiayaan yang murah, mudah, cepat, dan mekanisme yang sederhana untuk dapat mendukung UKM.

2. Penerapan prudential banking yang mempersyaratkan agunan pembiayaan (collateral) yang cukup sekalipun usahanya layak.

3. Selain kendala dalam penyediaan agunan yang memadai dan sesuai persyaratan, UKM juga menghadapi kendala adanya keterbatasan di bidang manajemen, administrasi, teknologi, dan pemasaran. 24

4. Kurang berpengalamannya UKM dalam berhubungan dengan dunia perbankan.

5. Umumnya UKM belum mampu menyusun laporan keuangan dan rencana pengembangan usaha sebagai salahsatu syarat mendapatkan pembiayaan. 6. Umumnya UKM belum mampu menyatakan kelayakan usahanya dalam

proposal permohonan pembiayaan yang baik.

7. Perbandingan modal sendiri UKM dengan dana yang diperlukan dari sumber pembiayaan relatif kecil.25

Untuk meningkatkan akses usaha kecil terhadap pembiayaan, diatur dalam Undang-undang No.9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, dilakukan dengan: 1. Meningkatkan kemampuan dalam pemupukan modal sendiri.

2. Meningkatkan kemampuan menyusun studi kelayakan.

24

Ibid

25

(43)

3. Meningkatkan manajemen keuangan.

4. Menumbuhkan dan mengembangkan lembaga penjamin.26

Di sinilah letak manfaat keberadaan BMT sebagai lembaga keuangan umat dalam hal pembinaan dan pendampingan usaha kecil agar sektor UKM dapat terus berkembang sehingga para pengusaha kecil tersebut tidak terjebak pada usaha pinjam-meminjam kepada rentenir yang pada akhirnya tidak dapat mengembangkan usahanya, justru malah mematikan kegiatan usahanya tersebut. Hal ini telah diatur dalam pasal 17 mengenai Pembinaan, dimana:

“Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan dan pengembangan dalam Sumber Daya Manusia (SDM)”.27

Jadi sudah selayaknyalah BMT sebagai lembaga yang dikhususkan pada pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis syariah untuk melakukan pembinaan dan pengembangan SDM sektor UKM agar dapat mengelola usahanya ke depan dengan lebih baik, tentunya tidak terlepas dari prinsip-prinsip ekonomi Islam.

Adapun bantuan teknis yang dapat dilakukan BMT, antara lain:28 1. Upaya perbaikan teknologi produksi.

2. Teknik pencatatan keuangan usaha. 3. Perbaikan manajemen.

26

Euis Amalia, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 262-263.

27

Ibid

28

(44)
(45)

A. Profil BMT Al Munawwarah

1. Sejarah Singkat BMT Al Munawwarah1

Ide dan inisiatif pendirian BMT Al Munawwarah bermula dari keprihatinan bersama beberapa jamaah dan pengurus Yayasan Al Munawwarah-BPI, ICMI orsat Pamulang dan beberapa tokoh lingkungan sekitar Pamulang terhadap kondisi pengusaha mikro kecil yang seringkali kesulitan mengakses permodalan guna mengembangkan usahanya sehingga mereka mencari alternatif termudah dalam mengakses permodalan, yaitu rentenir. Walaupun pada hakikatnya ketika mereka meminta bantuan kepada rentenir, itulah awal dari keterpurukan usaha mereka.

Beberapa pertemuan tokoh digagas guna menindaklanjuti keinginan tersebut. Tidak lama berselang sejumlah calon pendiri bersedia menyertakan dana penggerak dalam bentuk Simpanan Pokok Khusus (SPK) sebagai modal awal operasional BMT. Setelah semua sepakat, maka didirikanlah BMT Al Munawwarah dengan mengambil bentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) sebagai legalitas dan status hukum awal operasionalnya.

1

http://www.bmtalmunawwarah.com/profil.htm, Diakses pada 14 Juli 2010, pukul 10:01 WIB.

(46)

Tepat pada tanggal 26 Mei 1996, BMT Al Munawwarah bersama 16 BMT baru lainnya di wilayah Jakarta Selatan diresmikan operasionalnya oleh Ketua PINBUK Jakarta Selatan, H.Ali Moeis dan Direktur Bank Muamalat, H.Zainul Bahar Noor. Sejak itu BMT Al Munawwarah yang didukung oleh para pendiri dari 2 lembaga yaitu Yayasan Al Munawwarah dan ICMI orsat Pamulang serta 39 perorangan lainnya mulai berkiprah dalam komunitas usaha lapisan grass root, yaitu usaha kecil mikro.

2. Visi, Misi & Tujuan2 a. Visi

Terwujudnya BMT yang terdepan, tangguh dan profesional dalam membangun ekonomi umat.

b. Misi

1) Memberikan layanan yang prima kepada seluruh anggota dan mitra BMT.

2) Mencapai pertumbuhan dan hasil usaha BMT yang layak serta proporsional untuk kesejahteraan bersama.

3) Memperkuat permodalan sendiri dalam rangka memperluas jaringan layanan BMT.

4) Turut berperan-serta dalam gerakan pengembangan ekonomi syariah.

2

(47)

c. Tujuan

Meningkatkan kesejahteraan bersama melalui kegiatan ekonomi yang menaruh perhatian pada nilai-nilai dan kaidah-kaidah muamalah syar’iyyah yang memegang teguh keadilan, keterbukaan dan kehati-hatian.

3. Motto & Budaya Kerja3 a. Motto

Bersama menebar manfaat meraih maslahat. b. Budaya Kerja

1) Siddiq (Menjaga martabat dan integritas)

2) Amanah (Terpercaya dengan penuh tanggung jawab) 3) Fathonah (Profesional dan expert dalam bekerja) 4) Empati (Peduli terhadap keluhan mitra)

5) Tabligh (Bekerja dengan penuh keterbukaan)

6) Yakin dan istiqamah (Yakin dan konsisten menuju kesuksesan) 4. Legalitas Hukum4

BHS : No. 1014009/PINBUK/III/98 AKTE : No. 518/26/BH/Dis KUK DOMISILI : No. 517/34-DPT/2004 NPWP : No. 02.289.745.8-411.000

3

Ibid

4

(48)

SIUP : No. 503.1/0796/30-30/PK/VIII/2004 TDP : No. 30.03.2.52.00723

5. Struktur Organisasi5

Berikut ini adalah susunan Badan Pengawas, Pengurus, dan Pengelola BMT Al Munawwarah periode Mei 2010 sampai dengan April 2013:6

BADAN PENGAWAS

Ketua : Drs. Nadarsjah Mahdur, MM, Ak, CPA Anggota : H.M.Arief Ismail, SH, M.Huk

Anggota : Prof. Dr. H.Gatot Suradji, MM, M.Sc BADAN PENGURUS

Ketua : Drs. H.Achyar Said Sekretaris : H.Sukamdi

Bendahara : Ir. H.Djoko Prabowo S. BADAN PENGELOLA

Manajer : Mudzakir Murad, S.Ag Kepala Operasional : Sutanto, SE

Kepala Marketing : Samabiyanto Kepala Cabang 01 : Rausin

Kepala Cabang 02 : Asep Soufian, SE

5

Ibid

6

(49)

6. Produk & Layanan7

Produk dan layanan BMT Al Munawwarah diperuntukan bagi masyarakat yang mengutamakan prinsip syariah disertai kenyamanan, keamanan, keleluasaan dan kemudahan bertransaksi. Berbagai produk BMT Al Munawwarah adalah sebagai berikut:

a. Penghimpunan Dana (Funding)

1) Simpanan/Tabungan INSANI (Investasi Syariah Non-Ribawi)

Merupakan tabungan berbagi-hasil yang memberikan keleluasaan berinvestasi dengan transaksi yang mudah, cepat, aman, dan insya-Allah menguntungkan. Dengan prinsip Mudharabah Mutlaqah, simpanan diperlakukan sebagai investasi dengan memberi kebebasan penuh pada BMT untuk mengelola dana dalam bentuk pembiayaan yang sesuai dengan prinsip syariah.

Keuntungan investasi akan dibagihasilkan antara nasabah dan BMT sesuai dengan nisbah yang disepakati sebelumnya. BMT telah mengemas tabungan INSANI dalam beberapa bentuk yaitu:

a) SIMAPAN (Simpanan Amanah untuk Masa Depan) b) SAHAJA (Simpanan Haji Al Munawwarah)

c) TAFAQUR (Tabungan Fasilitas Qurban)

d) SAPITRI (Simpanan Pendidikan untuk Putra-Putri)

7

(50)

e) TAFADDAL (Simpanan Fasilitas Debet Al Munawwarah) f) SAHARA (Simpanan Hari Raya)

g) TAZKIAH (Tabungan Zakat Infaq Shadaqah) 2) Deposito BERKAH (Berjangka Mudharabah)

Merupakan investasi dengan nisbah bagi hasil kompetitif dalam jumlah dan jangka waktu tertentu. Dengan prinsip Mudharabah Muthlaqah dimana nasabah memberi kebebasan penuh kepada BMT untuk mengelola dana sesuai dengan prinsip syariah. Keuntungan dari pengelolaan dana tersebut akan dibagihasilkan sesuai dengan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

Manfaat dan kelebihan dari produk ini adalah: a) Bagi hasil keuntungan atas pengelolaan dana.

b) Jangka waktu yang fleksibel, yaitu 2, 3, 6, 9, dan 12 bulan. c) Dapat dijadikan jaminan pembiayaan.

d) Hasil investasi dapat diambil secara tunai, otomatis dikreditkan ke rekening tabungan atau ditambahkan ke pokok deposito, sesuai dengan keinginan nasabah.

3) Pembiayaan/Pinjaman Dari Pihak Lain

(51)

dalam bentuk akad Mudharabah Mutlaqah maupun Mudharabah Muqayyadah.

4) Penanaman/Penyertaan Modal

Adalah penyertaan yang bertujuan investasi untuk memupuk penguatan modal BMT. Untuk tahap awal, produk ini ditawarkan bagi pendiri BMT yang berminat. Penyerta modal akan mendapatkan imbalan berupa dividen tahunan yang ditentukan oleh RAT-BMT. b. Penanaman Dana

Alasan BMT Al Munawwarah dalam memberikan pembiayaan pada sektor UKM yaitu:8

1) Menjalankan fungsi mediasi utama BMT, dimana selain menerima dana juga menyalurkan dana.

2) Untuk memperoleh pendapatan, sebab tanpa pembiayaan BMT tidak akan berjalan dengan semestinya.

3) Mempermudah akses permodalan usaha bagi anggota dan non-anggota dalam rangka mengembangkan usaha mereka.

BMT Al Munawwarah hanya memberikan pembiayaan ke sektor UKM karena BMT sebagai lembaga UKM harus konsisten dalam pengembangan segmen UKM. Karenanya BMT Al Munawwarah melakukan pembiayaan 100% hanya di segmen UKM, sehingga

8

(52)

keuntungan pun didapat hanya dari sektor UKM. Mengenai porsinya, volume pembiayaan BMT Al Munawwarah tiap tahunnya terus meningkat rata-rata 30%.9

Adapun produk-produk penyaluran dana yang ada di BMT Al Munawwarah, antara lain:

1) Sistem Bagi Hasil (Mudharabah dan Musyarakah) a) Mudharabah

Pembiayaan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kesepakatan bersama yang disalurkan untuk berbagai jenis usaha halal, seperti industri rumah tangga, perdagangan, jasa dan pertanian. Dalam pembiayaan mudharabah tidak ada porsi penyertaan (sharing) dana dari mitra. Total dana pembiayaan adalah dari BMT.

b) Musyarakah

Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yang diperuntukan bagi mitra yang telah memiliki usaha produktif halal dan bermaksud untuk menambah modal usahanya. BMT menempatkan porsi penyertaan (sharing) dana terhadap usaha mitra.

9

(53)

2) Sistem Jual Beli (Murabahah)

a) Pembiayaan dengan prinsip jual-beli barang dengan keuntungan/margin yang disepakati.

b) Pembayaran dapat diangsur sesuai kesepakatan bersama.

c) Diperuntukan bagi nasabah yang memerlukan aset berupa barang dan tidak ingin melunasi sekaligus (angsuran dicicil).

3) Sistem Jasa (Ijarah Multijasa, Hiwalah, Pembiayaan Pembayaran Rekening Telepon)

Pembiayaan atas dasar prinsip jasa, disalurkan untuk berbagai jenis kebutuhan halal seperti:

a) Ijarah multijasa: Untuk pembayaran biaya pendidikan, pengobatan, sewa tempat, dan lain lain.

b) Hiwalah: Untuk anjak hutang-piutang. c) Pembiayaan tagihan rekening telepon. 4) Sistem Pinjaman (Al Qardh)

(54)

c. Jasa Layanan

Jasa layanan merupakan kegiatan usaha BMT selain simpan-pinjam, terdiri dari:

4) Transaksi ONLINE, meliputi; a) Pembayaran Listrik PLN

b) Pembayaran Telepon TELKOM c) Pembayaran Air PAM-TPJ

d) Pembayaran Angsuran Kredit Motor FIF e) Pembayaran Tagihan Kartu Kredit Citibank f) Pembayaran Tagihan Ponsel Pascabayar g) Transfer Antar Bank

h) Pembelian Isi Ulang Pulsa 2) Mini Market WASERDA

Merupakan usaha perdagangan retail yang menyediakan berbagai macam kebutuhan rumah tangga.

3) Aksi Sosial

(55)

B. Profil BMT Berkah Madani

1. Sejarah Singkat BMT Berkah Madani10

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Berkah Madani didirikan

oleh 34 orang anggota pendiri pada bulan Ramadhan 1415 H, tepatnya pada

tanggal 19 Oktober 2004. Rapat anggota dipimpin oleh Andi Estetiono yang

salahsatu keputusannya adalah menyepakati berdirinya KJKS yang diberi

nama Berkah Madani. Nama Berkah Madani mengandung arti menebarkan

keberkahan untuk terwujudnya sebuah masyarakat madani.

Setelah melalui serangkaian masa persiapan operasional, pada tanggal

1 Muharram 1416 H atau bertepatan dengan tanggal 10 Februari 2005

operasional KJKS Berkah Madani secara resmi dimulai. Peresmian dilakukan

bersamaan dengan kegiatan peletakan batu pertama ESQ Madani Center oleh

Aburizal Bakrie (Menko Ekuin) dan Sugiharto (Meneg BUMN) di Jonggol,

Jawa Barat. Sedangkan peresmian kantor pelayanan di Kelapa Dua-Depok,

dilakukan oleh Dewan Pembina yaitu Erwin Mardjuni, Aries Muftie dan

Wiwin P. Soedjito.

Dengan jumlah modal yang sangat terbatas, KJKS Berkah Madani

terus berupaya untuk meningkatkan volume usahanya seiring dengan terus

meningkatnya kepercayaan anggota dan meningkatnya kebutuhan permodalan

dari usaha mikro dan kecil. Periode kepengurusan pertama 2005-2008

10

(56)

dipimpin oleh Andi Estetiono selaku Ketua Umum dibantu oleh 6 orang

pengurus lainnya yang telah berakhir pada April 2008 yang lalu. Rapat

Anggota kemudian memutuskan untuk dilakukan regenerasi dalam

kepengurusan dengan menetapkan Wawan W. Setiawan sebagai Ketua Umum

untuk periode 2008-2011. Penggantian kepengurusan ini menunjukkan proses

transfer of knowledge dan proses pembelajaran berlangsung sebagaimana

yang diharapkan.

Untuk meningkatkan value serta jangkauan pelayanan, KJKS Berkah

Madani melakukan pola kemitraan dengan koperasi-koperasi lain untuk

bersinergi mengembangkan jaringan pelayanan dengan brand "Berkah

Madani". Hingga saat ini telah beroperasi beberapa Kantor Pelayanan Berkah

Madani dengan status otonom, yang berlokasi di Cimanggis, Jakarta Utara,

Ciputat, Bandung, dan Bogor. KJKS Berkah Madani akan terus memperluas

jaringan kemitraan ini dengan pola kerjasama strategis-kemitraan. Dalam

waktu dekat akan diresmikan transaksi online antarkantor Berkah Madani,

sehingga pelayanan kepada anggota dapat lebih baik lagi.

2. Visi, Misi & Tujuan11

a. Visi

Menjadi lembaga keuangan syariah yang terbaik dan terdepan

secara nasional dalam memberi solusi yang bermakna bagi kaum dhuafa,

11

(57)

pengusaha mikro dan kecil secara berkelanjutan dengan berlandaskan

pada prinsip-prinsip fathanah, amanah, shiddiq dan tabligh.

b. Misi

1) Meningkatkan akses permodalan bagi masyarakat kecil baik finansial

maupun non-finansial.

2) Membantu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan

produktivitas masyarakat kecil demi kesejahteraan dan keadilan

ekonomi.

3) Menjadi lembaga keuangan syariah yang tumbuh secara

berkelanjutan seiring dengan pertumbuhan usaha nasabahnya.

4) Memberikan keuntungan maksimal secara terus menerus kepada

shareholders melalui pelayanan terbaik kepada stakeholders.

5) Menjadi organisasi pembelajar yang secara kontinyu meningkatkan

kompetensi dan kapasitas Sumber Daya Insani yang beriman dan

bertaqwa dengan kesejahteraan yang maksimal.

c. Tujuan

1) Mendorong masyarakat untuk memiliki semangat dalam melakukan kegiatan ekonomi dan bisnis, serta meningkatkan motivasi mereka untuk membangun ekonomi negara.

(58)

3) Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

4) Membantu pelaku sektor usaha kecil dan mikro yang tidak memiliki akses layanan perbankan.

5) Memberikan layanan keuangan alternatif berbasis syariah. 3. Budaya Kerja12

a. Kerja Ikhlas

Bekerja adalah pengabdian kepada Allah yang harus selalu dilandasi niat yang lurus untuk semata-mata mengharapkan ridha-Nya. b. Kerja Cerdas

Bekerja secara sistematis, efektif dan terstruktur untuk mendapatkan hasil yang maksimal yang ditunjang dengan SDM, sistem dan teknologi yang terbaik.

c. Kerja Keras

Bekerja dengan penuh semangat dengan menunjukkan etos kerja yang tinggi.

12

(59)

d. Kerja Tuntas

Bekerja dengan berpedoman pada rencana yang realistis dan terukur.

e. Kerja Puas

Bekerja yang berorientasi pada kepuasan seluruh pihak. 4. Legalitas Hukum13

BMT Berkah Madani berbadan hukum Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) yang disahkan berdasarkan SK Menteri Koperasi dan UKM No.486/BH/MENEG.I/V/2006, berkedudukan di kota Depok dan beroperasi secara nasional.

5. Struktur Organisasi

Berikut ini adalah susunan Badan Pengawas, Dewan Pengawas Syariah, dan Pengurus BMT Berkah Madani periode 2008 - 2011:14

Badan Pengawas

Ketua : Andi Estetiono

Anggota : Soewondo

Anggota : Rahfie Saefulshaaf Dewan Pengawas Syariah

Ketua : Arisson Hendry

13

Ibid

14

(60)

Anggota : Budi Hartanto Badan Pengurus

Ketua : Wawan W. Setiawan Wakil Ketua : Johan Machrobi

Sekretaris Umum : Rinadi Nindyawan Bendahara Umum : Yoke Paramita Sekretaris : Winny Sulastri Bendahara : Elly Qomariah Humas : Asri Al Jufri 6. Produk & Layanan

a. Produk Pengumpulan Dana15

Jenis produk pengumpulan dana yang ditawarkan relatif bervariasi sesuai kebutuhan dan kemudahan yang dimiliki oleh simpanan tersebut. BMT Berkah Madani melayani jasa simpanan tabunagn yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila nasabah membutuhkan. Dengan akad mudharabah muthlaqah nasabah mendapatkan bagi hasil dihitung berdasarkan saldo rata-rata harian, menjamin bagi hasil yang diperoleh lebih adil. Berikut ini berbagai produk penghimpunan dana yang terdapat di BMT Berkah Madani:

15

(61)

1) Tabungan Berkah Hasil

Adalah tabungan investasi yang mudah dan sesuai syariah. Nasabah dapat melakukan penyetoran dan penarikan dana sewaktu-waktu dengan mudah. Tabungan ini menggunakan akad Mudharabah Muthlaqah yang memberikan bagi hasil yang adil, halal dan sesuai syariah.

2) Tabungan Berkah Amanah

Adalah tabungan khusus bagi organisasi atau lembaga. Dengan adanya tabungan ini maka dana organisasi atau lembaga dapat aman dan mendapatkan bagi hasil yang adil, halal dan sesuai syariah.

3) Tabungan Pendidikan Berkah Siswa

Adalah tabungan dana pendidikan bagi para pelajar dan mahasiswa. Untuk membiasakan para pelajar dan mahasiswa hidup terencana dan hemat dengan menabung.

4) Tabungan Haji atau Umrah Berkah Talbiyah

Adalah tabungan persiapan dana ongkos ibadah haji dan umrah. Untuk membantu nasabah mewujudkan niat suci beribadah ke tanah suci.

5) Tabungan Berkah Qurban

(62)

6) Tabungan Berkah Fitri

Adalah tabungan khusus untuk membantu nasabah mempersiapkan kebutuhan keuangan menjelang hari raya Idul Fitri. 7) Tabungan Berkah Walimah

Adalah tabungan yang ditujukan untuk membantu nasabah mempersiapkan kebutuhan keuangan dalam menghadapi hari pernikahan.

8) Investasi Berjangka Berkah Invest16

Merupakan sarana yang tepat bagi nasabah untuk menginvestasikan dananya, dengan jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan & dapat diperpanjang secara otomatis (automatic roll over). Dana bagi hasil setiap bulannya akan dipindahkan ke rekening simpanan nasabah. Dana nasabah akan dikelola sebagai pembiayaan pada usaha sektor mikro dan kecil yang sesuai syariah dan memiliki prospek usaha yang baik dengan perputaran dana yang cepat. BMT akan mengelola dana nasabah dengan amanah dan profesional. Dengan demikian, selain menguntungkan investasi ini juga membantu pemberdayaan ekonomi rakyat, khususnya usaha mikro.

16

(63)

b. Produk Penyaluran Dana17

Alasan BMT Berkah Madani dalam penyaluran pembiayaan pada sektor UKM, yaitu:18

1) Untuk produktifitas UKM dengan membantu pengusaha kecil dan menengah dalam hal pembiayaan modal usaha.

2) Agar tidak terjebak meminjam dana pada rentenir. 3) Karena perputaran dananya cepat.

Selain ke sektor UKM, BMT Berkah Madani juga menyalurkan pembiayaan ke sektor non-UKM. Ada pembiayaan konsumtif untuk karyawan, PNS, pensiunan, dan sektor usaha menengah besar. Jumlah pembiayaan kepada UKM cenderung meningkat setiap tahunnya . Dan keuntungan terbesar didapatkan dari sektor UKM, karena margin untuk UKM 3%, sedangkan untuk non-UKM maksimal 2,5%.19

Mengenai porsinya, berdasarkan data sejak Februari 2005 – Juni 2010 porsi untuk UKM 60 - 62% dan untuk non-UKM 38 - 40 %, sedangkan jumlah pembiayaan ke sektor UKM sejumlah Rp.22,36 miliar, dan total jumlah nasabah/mitra sebanyak 2.562 orang. Berdasarkan data

17

http://www.berkahmadani.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=48&Itemi d=37, Diakses pada 14 Juli 2010, pukul 12:14 WIB.

18

Wawancara pribadi dengan Siti Umainah.

19

(64)

tahun berjalan saja (2010), tersalurkan plafond pembiayaan UKM Rp.2,7 M kepada 230 UKM dengan outstanding masih sebesar Rp.1,9 miliar.20

Berikut ini adalah jenis-jenis pembiayaan yang ada di BMT Berkah Madani:

1) Pembiayaan Murabahah

Merupakan pembiayan untuk keperluan pembelian barang, baik berupa barang modal, alat produksi, bahan baku, persediaan barang, maupun untuk kebutuhan barang konsumtif. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai maupun kredit. Pada jual beli ini nasabah berhak mengetahui harga pokok barang serta margin keuntungan yang diperoleh BMT. Jangka waktunya 1 tahun.

Nasabahnya pada tahun berjalan (2010) sejumlah 166 nasabah dan uang yang beredar sebesar Rp.999,9 juta.21

2) Pembiayaan Ijarah

Merupakan pola pembiayaan dimana pihak BMT menyewakan suatu barang/jasa yang digunakan manfaatnya oleh nasabah dengan sejumlah imbalan yang dibayarkan nasabah kepada BMT. Pembiayaan ini juga dapat digunakan untuk sewa tempat usaha, sewa

20

Ibid

21

(65)

kendaraan, sewa tenaga kerja, pembayaran biaya sekolah, biaya rumah sakit, biaya dokter, dll. Jangka waktunya 1 tahun.

Nasabahnya pada tahun berjalan (2010) sejumlah 166 nasabah dan uang yang beredar sebesar Rp.316,9 juta.22

3) Pembiayaan Mudharabah

Merupakan pola pembiayaan yang diberikan dimana BMT sebagai pemilik modal (shahibul maal) dan nasabah sebagai pengelola modal (mudharib). Hasil yang diperoleh dari pengelolaan modal kemudian dibagi antara BMT dan nasabah sesuai dengan nisbah yang disepakati ketika akad. Jangka waktunya 3 – 6 bulan.

Nasabahnya pada tahun berjalan (2010) sejumlah 32 nasabah dan uang yang beredar sebesar Rp.520,8 juta.23

4) Pembiayaan Musyarakah

Merupakan pola kerjasama antara BMT dengan satu atau lebih mitra usaha dalam sebuah proyek usaha dimana para pihak yang terlibat sama-sama berkontribusi dalam hal permodalan maupun pengelolaan usaha. Bagi hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha tersebut dibagikan sesuai dengan nisbah yang disepakati ketika akad. Jangka waktunya 3 - 6 bulan.

22

Ibid

23

(66)

Nasabahnya pada tahun berjalan (2010) sejumlah 23 nasabah dan uang yang beredar sebesar Rp.175,3 juta.24

5) Pembiayaan Qardh

Merupakan pola pembiayaan dimana BMT memberikan pinjaman kepada nasabah untuk nantinya dikembalikan tanpa mengharapkan imbalan.

Nasabahnya pada tahun berjalan (2010) sejumlah 5 nasabah dan uang yang beredar sebesar Rp.3,1 juta.25

c. Baitul Maal26

Sebagai baitul maal, BMT Berkah Madani menjalankan fungsi sebagai Lembaga Amil Zakat Infaq Shadaqah Waqaf (LAZISWAF). Amanah utama sebagai amil zakat adalah menghimpun dana ZISWAF dari para muzakki dan muhsinin serta menyalurkannya kepada para mustahiq dan kaum dhuafa. Penyaluran dana ZIS diprioritaskan untuk digunakan sebagai modal usaha produktif, yaitu disalurkan sebagai:

1) Pinjaman modal usaha kepada kaum dhuafa (Qardhul Hasan). 2) Santunan pendidikan bagi anak-anak kurang mampu.

3) Bantuan sosial korban bencana. 4) Bantuan solidaritas dunia Islam.

24

Ibid

25

Ibid

26

(67)

A. Permasalahan dan Risiko Operasional BMT dalam Pembiayaan UKM Tidak dapat dipungkiri bahwa hingga saat ini BMT Al Munawwarah &

BMT Berkah Madani masih menghadapi beberapa permasalahan dan risiko

dalam menangani pemberian pembiayaan kepada pengusaha kecil dan menengah.

Permasalahan yang terjadi yaitu pada umumnya UKM memiliki tingkat

kelayakan yang masih rendah akibat adanya keterbatasan pada aspek pemasaran,

teknis produksi, manajemen dan organisasi. Umumnya mereka juga belum

mampu memenuhi persyaratan teknis bank, antara lain berkaitan dengan

penyediaan perizinan dan jaminan. Akibat dari permasalahan yang terjadi pada

UKM tersebut yaitu BMT mengalami kesulitan dalam memperoleh usaha kecil

yang layak, yaitu kesulitan tingginya risiko.1

Kondisi umum UKM yang seperti ini menjadikan BMT Al Munawwarah

& BMT Berkah Madani lebih selektif dalam memberikan pembiayaan kepada

para nasabah UKM. Hal ini sangat beralasan di samping manajemen usaha para

nasabah UKM belum kredibel atau belum memenuhi syarat pemberian

pembiayaan, juga karena tingginya biaya transaksi.

1

Wawancara pribadi dengan Siti Umainah.

(68)

Kendala lainnya yang dihadapi yaitu minimnya pembinaan dan

pengawasan terhadap UKM karena keterbatasan SDM BMT, ketidaksediaan

modal BMT untuk melayani permohonan pembiayaan yang terus meningkat,

sulitnya memahamkan produk-produk BMT kepada UKM karena produk BMT

merupakan produk syariah yang relatif baru buat mereka, dan beragamnya

lembaga sejenis BMT atau bank-bank besar yang turut serta mencicipi pasar

mikro-kecil.2

Dalam menganalisis pembiayaan, BMT melihat dari perolehan hasil,

yaitu pembiayaan yang memberikan perolehan hasil tetap dan pembiayaan yang

memberikan hasil tidak tetap. Pembiayaan yang memberikan hasil tetap

didapatkan dari pembiayaan yang berakad jual-beli (murabahah) dan

sewa-menyewa (ijarah). Sedangkan pembiayaan yang memberikan hasil tidak tetap

didapatkan dari pembiayaan yang berakad bagi hasil (mudharabah dan

musyarakah). Berdasarkan kedua hal tersebut, maka produk pembiayaan di BMT akan memberikan risiko yang berbeda pula antara satu akad dengan akad yang

lainnya.3

Investasi/bisnis yang dijalankan melalui aktivitas pembiayaan adalah

aktivitas yang selalu berkaitan dengan risiko. Persoalannya adalah bagaimana

mengelola agar investasi/bisnis dalam pembiayaan tersebut mengandung risiko

seminimal mungkin. Risiko pembiayaan tersebut dapat diminimalisir dengan

2

Wawancara pribadi dengan Mudzakir Murad via email. 3

(69)

melakukan manajemen risiko secara baik. Manajemen risiko ini dapat diawali

dengan melakukan penyaringan (screening) terhadap calon nasabah dan proyek

yang akan dibiayai. Jika pembiayaan telah direalisasikan maka pengendalian

risikonya dapat dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) yang sesuai

dengan karakter nasabah maupun proyeknya.

Secara umum terdapat 3 (tiga) faktor penyebab terjadinya pembiayaan

bermasalah:4

1. Faktor Intern

a. Analisa pembiayaan/kredit yang tidak akurat.

b. Lemahnya pengawasan dan monitoring.

c. Pengikatan perjanjian pembiayaan/kredit dan jaminan tidak sempurna.

d. Pembiayaan diberikan secara terkonsentrasi baik jumlah maupun

penerimanya.

e. Lemahnya SDM.

2. Faktor Ekstern

a. Anggota/mitra menyalahgunakan kredit yang diperolehnya.

b. Anggota/mitra kurang mampu mengelola usahanya.

c. Anggota/mitra beritikad tidak baik.

4

(70)

d. Kondisi ekonom

Referensi

Dokumen terkait

(b) entitas lain yang berelasi karena sama-sama (b) entitas lain yang berelasi karena sama-sama dikendalikan oleh pemerintah, pengendalian bersama atau pengaruh signifikan atas

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian diskriptif yang menjelaskan hubungan kausalitas, dan pengujian hipotesis dengan pendekatan penelitian kuantitatif

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dalam bidang ilmu psikologi, mengenai efikasi diri dan strategi koping yang digunakan oleh diabetisi,

Pada data (8) di atas, kutukan tersebut diduga benar-benar terjadi maka sampai sekarang mereka mempercayai bahwa ketidakmajuan masyarakat ini disebabkan oleh kutukan tersebut.

Hasil penelitian: Dari 54 orang (90%) responden yang mengkonsumsi tempe didaptkan (44,4%) diantaranya menderita akne vulgaris sedangkan (56,4%) tidak menderita akne

Pertama Mata Kuliah Studi Al Qur’an. Dalam studi tafsir al-Qur’an diatas dibahas sikap yang menggambarkan nilai moderat dalam Islam yaitu: 11 1) Islam adalah agama yang

Belajar merupakan kegiatan yang penting dalam rangka mewujudkan tujuan nasional yang telah dicita-citakan bangsa dan negara. Setiap proses belajar selalu memerlukan

Keberhasilan dari pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk segala tujuan telah dibuktikan oleh para peneliti salah satu diantaranya yakni penelitian