• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2014)"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI 35.077

Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat k Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Kinerja program kefarmasian dan alat kesehatan 2014.-Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2015

ISBN 978-602-235-870-1

(3)

S

istem Kesehatan Na sional menyatakan bahwa pembangunan kesehatan mencakup Subsistem Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, yang diterjemahkan menjadi Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Atas berkat Tuhan Yang Maha Esa, program Tahun 2014 telah berhasil diselesa ikan dan mencapai target kinerja yang ditentukan .

Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dilaksanakan untuk menjamin peningkatan akses, kemandirian, dan mutu secliaan farmasi dan alat kesehatan. Hal ini dilakukan melalui penguatan manajemen obat dan perbekalan kesehatan di as ilitas kesehatan dan instalasi farmasi, peningkatan penggunaan oba t yang rasional, peningkatan kapasitas Sumber Daya Ma nusia, penyusunan Formularium Nasional, revitalisasi pelayanan kefarmasian serta pengawasan pra dan pasca pemasara n alat kesehatan . Tantangan yang dihadapi 'emakin besar, tetap i dengan s inergi bersa ma pemerintah Daerah, Kementerian/Lembaga lain, d unia usaha, akademi s, dan masyarakat, program ini diyakin i dapat semakin menj awab tantangan

tersebllt dengan pendekatan yang berorienta s i pada kepentingan masyarakat.

Buku Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2014 ini disusun tidak semata untuk menggambarkan hasil kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2014, tetapi juga sebagai baha n informasi bagi pemangku kepentingan, yang selanjutnya dapat memberi masukan penyempurnaan program. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita dalam melaksanakan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan bagi tercapainya cita Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.

Jakarta, Septem bel' 2015

dゥイ・ォエl ャ」 j・ セ イ。ャ@

Bina jH・ヲ。 Gtゥ ャャQ セ ゥ。I Q@ dan Alat Keseha tan

ヲl セ

Gャ@

(4)

KATA PENC ANTAR

DAFfAR lSI II

Advokasi Impl emen tasi Fornas IX .

kepada Stake Holder dan Prescriber

l. Premari<et Control 5 di Wilayah Timur, Wilayah Barat

dan \IViiayah Tengah 22

II. Poslmllrkel COr/I'rol 9

X. Sosial isasi Formula ri um lasional _ _ _ 25 Ill. Kompediull1 Alat Kesehatan 12

XI. Revisi Formlilarilim Obat, Alat IV Roadrnap Peta Jalan lndustri Kesehatan dan Bahan Habis Pakai

Alat Kesehatan ,- - 13 pad a Pelayanan Kesehatan Haji 27

V Percepa tan Peningkatan Mutu XII. Penggunaan Obat Rasional 29

Pelayanan Kefarrnasian Di

Puskesmas Perawatan 15 XIll. Perkembangan Pen era pan

e-catalogue Obat 34

VI. Koordinasi Lintas SektorDalam

Rangka Peningkatan Mutu XIV Penyusunan Rencana

Pclay,man Kefarmasian 17 Kebutllhan Obat 36

VII. Advokasi Pelayanan Kefarmasian XV Monitoring Harga Obat di

di Puskesmas kepada Mahasiswa Apotek dan Rumah Sakit 37

Program Profesi Apoteker 20

Peningkatan SDM IFRS dalam XVI. Penilaian Tenaga Kefarmasian VHI.

Pela),anan Kefarmas ian Berprestasi di Instalasi Farmasi

(5)

XVII. Workshop Pcmbinaan Usaha

Jamu Racikan (UJR) Usaha

Jamu Gcndong (UJG) 44

XXII. Pelatihan Produksi dan

Advokasi CPOT13 Fasilitas

P4TO dan PED 48

'VIIl.

XIX.

XX.

Pembinaan Terhadap lndu str i Kosmetika UMKM

Peningkatan Kapasitas SDM

dalam Rangka Pembinaan

di Hidang Pangan

Pembekalan Petugas Kesehatan

dalam Pengelolaaan Narkotika,

Psikolropika dan Prekursor

Fannasi 45 45 46 XXIII. XXIV. XXv.

Sosialisasi Lara Pembuatan

Bahan AktifObat yang Baik

Pembinaan dan Peningkatan

Kapasitas SDivl

PHO dan PED

Pengernbangan Sistem

Aplikasi Online

49

50

5l

(6)

Penanggung Jawab

Dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.D

(Direktur jenderal Bina I<efarmasian dan Alat I<esehatan)

Editor

Dr. Dra. Agusdini Banun 5, Apt, MARS.

(Sekretaris Ditjen Bina J(efarmasian dan Alkes)

Dra. £ngko Sosialine M, Apt.

(Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan I<esehatan)

Drs. Bayu Teja M, Apt, M Pharm. (Direktur Bina Pelayanan I<efarmasian)

Drg. Arianti Anaya, MI<M

(Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat I<esehatan)

Dra. R. Dettie Yuliati, Apt, MSi.

(Direktur Bina Produksi dan Distribusi I<efarmasian)

Konsep

Drs. M Taufik 5, Apt, MM

(J(epala Bagian Program dan lnformasi)

M Ariefjatmilw, 51'.

(J(asubag Data dan lnformasi)

Kontributor

Refiandes, S.Si, Apt, MPH; Roy Himawan, 5. Farm, Apt, MI<M; Aim. I<amit Waluyo, SH, MM; Leo Simaremare, SH,

MSi; Titien Suprihatin, S.Sos, MM; lndah Susanti, 5.Si, Apt; Dra. Nurlaili lsnaini, Apt, MI<M; Anwar Wahyudi, 5£, 5.Farm, MI<M, Apt; Rani Prawitasari, Apt; Tita Mintarsih, Apt; Suci Widiastuti; Nuning Lestin B, 5.Farm, Apt, MSi;

Yen ita Malasari, Apt; Yulia De/falizati; Ayu Ramadaniaty, 5. Farm, Apt; Priyadi; Erik Permana jaya, SE; lbnu Fatih;

(7)
(8)
(9)

1.1. Perizinan Alat Kesehatan dan PKRT

U

ntuk l11elindungi masyarakat l11aka sesuai tupoksi Direktorat Bina Prodllksi dan Distribusi Alat Kesehatan melakukan pengendalian alat kesehatan (alkes) clan perbekalan kesehatan rUl11ah tangga (PKRT). Salah satu upaya yang dilakukan untuk pengendalian aLkes dan PKRT aclalah l11elalui Premarket Control dil11ana sesuai al11anat Unclang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 bahwa seluruh alkes yang beredar harus memiliki izin eclar. Premarket Control juga clilakukan melalui sertifikasi sarana produksi clan distrihllsi yang telah memenuhi persyaratan.

Sesuai reformasi birokrasi maka sejak tahun 2012 telah dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan

I " -• •

(10)

Berbagai pelayanan perizinan yang dapat diakses melalui e-Regalkes yaitu: 1. Sertifikasi Prodllksi Alat Kesehatan (Alkes)

2. Sertifikasi Procluksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) 3. Izin Penyalur Alkes (I PAK)

4. Izin Eclar Alkes Elektromedik 5. Izin Edar Alkes Non Elektromedik 6. Izin Edar Alkes Diagnostik In Vitro

7. Izin Edar Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga

Alul' proses pengajuan izin bisa ditunjukan clalam GambaI' 2. sebagai berikllt:

--,

---..-.

J _ _ _ _セ⦅⦅⦅⦅NNN⦅@

-

....

----

....

- - -

-"-'-- .,

...

"---

,

.-..-

,-Pelayanan publik perizinan alat kesehatan dan PKRT telah dilengkapi dengan Standard Operating Procedure (SOP) dan janji layanan yang harlls dipenllhi. Dengan adanya janji layanan dapat

I

'Kine:Jr' 'Pf'(Jrj''Cfrn 'l<c(of'mmitrn tit,nllitrl'l<eJ'cha/o/J

-

'--,

....

,-

...

"""-'

.--.

---

--..---...

(11)

Dalam l11engajukan perl11ohonan sertifikasi dan Izin edar 1118 ka setiap permohonan dikenakan biaya PNBP sesuai Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2013 tent;:lIlg Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kesehatan dan dibayarkan langsung ke kas Negara melalui Bank yang ditllnjllk.

(12)

DirektoratBina roduksi dan Distribusi Telah Mendapatkan

Sertifikat ISO 9001:2008

Certificate

Sertifi kat

-

SNIIS09001 ;2008

--

--"lIN _

セセ@

0...

NNN@ セ aFNゥ@ セ@ Oft ...a ...

----

I...

...

A Lセ . ... . IM.Il ...

---

x-,,,. •.•

...

.-

-

.----

BMBM L@ M L セLMBLLLL@

-

...

(13)

D

isamping Premarket Control, maka upaya lain yang dilakllkan dalam pengendalian Alat kesehatan adalah melallii Postmarket Control yaitll pengawasan dengan melakllkan kesesllaian produk diperedaran terhadap standar dan persyaratan . Hal ini untllk melindungi masyarakat dari alat kese hatan dan PI<RT yang substandal' dan ilegal. Untuk meningkatkan pengawasan tel'hadap

alat kesehatan dan PKRT maka pada pertengahan tahun 2014 Direktorat Bina Produksi dan Distribllsi Alat Kesehatan telah mellinclIl'kan 3 prodllk online system pengawasan alat kesehatan clan PI<RT yaitu:

(14)

E- Watch Alkes

E

-WCltC/7 aualah Sistem Pelapuran Kejadian Tidak Diinginkan (KTO) yangterjadi akibatpenggunaan alat ke!;ehatan di fasilitas

pclayanan keschatan maupun eli Masyarakat. Bertiasdrkan

hasil I'l}loran llliilka Tim Pengawas Alat I<esehatan dan PKRT clapat

scgera tli tindak lanjllt\ agar kejatlian yang tidak diinginkan tersebul dkibat p nggunaan alnt kesehatan yang snma エゥセ。ォ@ terlliang kemhali.

Pclaporan diwajibkan terlltal1la untuk alat kesehatan yang mempunyai

risiko tinggi . berilkihat cetlera serills d. n/atau kematian serta yang

menyehahkan ancal1lan serius t rhatlap kesehatan masyarakat.

E-Watc17 tli buat dengan Clplll,nsi agnr dapat diakses dengan mudah. etiap petllgns di fasyankcs. tenaga keschatan dan l11t1syarakat dapat

nwlapol'kal1 scLiap ,11.lt kesehatan yrll1g telah I11cnyebabkan KTD. dkurigai dapat l11t!nyehabki:ln I<TO ケ。ョセ@

d.lpat 11lerugik<1n mOl ·ynl'al<at. Didalamnya iu!."" me1llual infol'nl<1si terkait alat kesehatan dnn PI<RT yilng tidal< I11cmenuhi syamt untuk digunakan. E-WlItch dapat diakses 1.1Ilgsung ll1elalui WWW.E-WCllch.i.llkes.kemkes.go.id

Produk

Dafr4h SaraM Peny41urlln

E-Report Alkes

B

eSilrny<l wilayah Indonesia mcrupal<an

tantangnl1 dillam l11elakukan pengawClsc111 alai kesehatan eli peredamn. Untuk Jlle1indungi

masyarakat terhadap produk substantlar dan produk

ilegal maka Kcmenterian Kesehatan memh,lIlgun

sistel11 online ー・ョセ。w[jsゥャョ@ alat kesehatan diln PKRT

yaitu E-Report. Sistcnl online E-Rcport ini I1lcrupakan sistel11 pcl<1pori:lI1 alai ke$ehatan dan PI{RT yang

harus dilakukan sctiap manufaktur dan sole !I,CIf:nt/

Distribut()r terhadap produk yang t1iproduksi dan atau didistl'ibusikan. Sistell1 Ii-Report tel,lh terkoneksi

dcngan e- rcgnlkes.

'istcl11 online E-Relmrl digullakan unluk mel<,kukall evaluasi dan ems... check <lIM I<eschatan dan PKRT yang l11asllk dan beredar tli Indonesia. istem ini dibu<lt lIntul< ll1emutlahkan prodllSt!11 dan distributor alat keseilatan/PI<RT 111t!IJkukan pelaporan herkala SeC<1I';1 online dan tcrstruktur !:.'-Rep()rt dapal diakses melailli

(15)

E-Info Alkes

K

ebutuhan l11asyarakat yang sel11akin tinggi terhadap alat kesehatan menyebabkan banyak beredarnya alat kesehatan yang

sehingga masyarakat dapat mengetahui status alat kesehatan dan PKRT yang akan mereka gunakan apakah sudah mempunyai izin edar dari Kel11enterian ilegal/substandar yang c\apat merllgikan pasien Kesehatan.

mallplll1 l11asyarakat. Oleh karena itll perlu dibuat sllatu sistem informasi alat kesehatan yang mudah cliakses baik oleh tenaga kesehatan maupun oleh masyarakat pengguna.

E-Info alkes adalah salah satu sistem pengawasan alat kesehatan dan PKRT berllpa informasi alat kesehatan dan PKRT yang bisa diakses clengan mudah

Contoh pencarian alkes

OII . . . I • •BMMセ . . .セ。」 • • セ@

E-Info dapat digunakan sebagai kontrol dari fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) yang akan melakukan pengadaan alat kesehatan dalam l11embeli alat kesehatan yang telah memiliki izin edar. E-Info juga dapat digunakan sebagai bagian dari edukasi tenaga kesehatan dan masyarakat dalal11 memilih dan menggunakan alat kesehatan dengan benar.

i melalui e-Info Alkes

セBBBBG

MG ]Zセセ

MMZM ゥ@ ョMM[ ヲ ZMッ。ャォ・ウ

N、・ーォ・ウ

.go.id

G@ セ B@ Inf o A lat Kesehatan & PKRT '\.

,-

I , セqiijカiセ .. I)#.a. '" .,.,..."d ll""tIK..., Bセ i@ BGセ@ セGiᄋojョ・N

Oe!t&r Prod.rlc: AlaI K

Penurlan berdlSarkan

ョ。ュ。ーイッセオォ@

Ket'lkan nJlrYla praduk/kata kunel vang akan dl<:arl

セMMMMMMMセMMMMセMMMMMMMセMMMMMMMMMMMMMMMセ

( IZI'" (()Aft HAMA PROtl'lJl( p セn oa B aNAA@ P'IlOlJUStN V£RlnlU\5J ' \

I I

I o\l(l 10&041

u...

.\SA IWWT.... cr.. " ' O ...

'Kl.... ...

>\SA IX..,,,I セL セ@ I

I ::ftItt セセ セjセNN@ sPATV INNNキNセiiioNjセB@ I

I " I

I .... u....,or..-....!.I,D'

,---,

.Kl lClEGl clSO.J

(.tJil!.llt Ut

(16)

Oanga" dlc.anf3ng k2nnya Program

Kesehatan NaSlOnal atau JKN pada awal tahun 2014, maka

S

eSlIai KeplItllsan Menteri Kesehatan ReplIblik Indonesia NomoI' 118/Menkes/ SK/IV/2014 maka Direktorat Bina Prodllksi dan Distribllsi Alat Kesehatan telah menerbitkan Kompendillm Alat Kesehatan yang memllat dartar alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang terdiri dari: alat kesehatan elektromedik, alat kesehatan non elektromedik dan produk Diagnostik In Vitro.

Kompenclium alat kesehatan merllpakan daftar dan spesifikasi alat kesehatan dan bahan medis habis pakai terpilih dengan persyaratan standar minimal keamanan, mlltll dan manfaat lIntuk digunakan di fasilitas kesehatan dalam pelaksanaan jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) dan c\apat cligunakan juga sebagai aeuan oleh fasilitas kesehatan pertama dan fasilitas kesehatan rlljukan tingkat lanjutan clalam memberikan pelayanan kesehatan.

(17)

--P

enillgkatan kebutllhan terhadap alat

kesehatan dalam pelaksanaan JKN belum c.Jiikllti dengan perkembangan indllstri alat kesehatan dalam negeri. Hal ini yang menyebabkan lebih dari 90% alat kesehatan yang beredar adalah prodllk impor. Kemudahan keluar masuk barangdalam

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

2014 123.555.359

セMLMMMMMMMMMMMMᆳ

"

t'

2015 "

...

_-

..

era globalisasi dan dengan jllmlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa menjadikan Indonesia sebagai pasar yang menarik untuk masllknya produk impor. Hal tersebut ')angat tidak menciukllng terhadap kemandirian nasional terhadap alat kesehatan mallplin ketahannn e konomi nasional, terutama c1engan nilai tukar dobr

KONOISI SAAT INt

Illn Edo, Alol KeNhotan • Pangsa pasar ala t esehata n

Indones ia (201 ): Rp 15 T I US$

セ MMNZZ ZZM M M セセ@

1,200 JI. IA.p.kl.1015)

• ., ...ltIII. . . .1fd

tn ... ,.fIQM__

.

,,."'"

""'...

Il10,._

セ@ セ@

セ@ >11'"

vs

'- ' l " .,.... , ... _ .1 ...- .. _ .

pNャsッQヲセ、N@

セNュッウNィ

MMM セ

. . =-

、ャ、ッュエョ セ oIeh produk 3Ike's

1_ _coI

IXIgnoA<

MM セ M ᆳ

L セ Mᆳ

-

..,-=-

produa dan 'k
(18)

· 2015

• Menerapkan post market

surveillance

• Men ingkatkan kemampuan

Industry dalam pemenuhan

persyatCItan beredar

• Menurunkan bea masuk

bahan baku

• Menlngkatkan soslalisasl

produk ON dentan

mengakttllc.an kembali

program P3DN • Mengadakiln promosi untuk

menlngkatkan k.etertarikan pebisnis AJkes IT<tding/

distributor menJadi

produsen

2016-2020

• Mewajlbkan seluruh Industrl 1 .Ikes mene rapkan OMS (ISO

1348S atau (PAKB)

• Mewajlbkan Fasyankes dan

Dinkes untuk membeli hanya produk dalam negeri

• Menlngkatkan keglatan RND I

dengan kllnlsl agar hasII

nsetnya lebih tepat guna,

mJsalnya untuk

pengembangan sohware

• Mengarahkan

pengembangan Industrt

alkes ke arah barang habis pakal dan 5ubtitusllmpor

KERJASAMA A-S-G-C

Academy

/

'\

2021-2025

Mulai mengembangkan Community Business

kepada produk yang berteknoiogi lebih linggi

/

Government

"

Kemitraan A-8-G-C yaitu Academic, Business (Industri), Goverment dan Community semakin digiatkan dengan melibatkan Universita s/lembaga penelitian dan 8UMN untuk lIpaya percepatan hilirisasi hasil-hasil penelitian yang dilakukan kalangan akademisi di universitas dan lembaga penelitian . Pada tahun 2014, telah dilllnclirkan prodllk alkes berbasis riset "dental bone replacement composite".

G4M4CHA

L G@

01.,11._

...

,

セ@

P / 'L'

Bone Replacement

(19)

P

ercepatan Peningl<atan Mutu Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Perawatan yang dilaksanakan di 4 (empat) provinsi yaitu : Lampung, Bali, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah lIntuk tenaga kesehatan eli puskesmas erawatan. Kegiatan ini bertujuan sebagai forum pembelajaran bagi para apoteker/tenaga telmis
(20)
(21)

B

erdasarkan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Pasal 108 dan PP no. S1 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian telah disebutkan bahwa praktik kefarmasian harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. yaitll Apoteker. Peran Apoteker sangat dibutuhkan di fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kefarmasian sebagai tenaga kesehatan yang profesional. Akan tetapi kondisinya sekarang. sebagian besar pu s kesmas di Indonesia bellll11memiliki Apoteker sebagai penanggung jawab yang memiliki wewenang dalam melakukan pelayanan kefarmasian.
(22)

Kesepakatan yang dicapai pada pertemuan ini adalah sebagai berikut:

I

Instansi

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Badan Kepegawaian Daerah Kab/Kota Dinas Kesehatan Provinsi

Badan Kepegawaian Daerah Provinsi

Membuat pemetaan kebutuhan Apoteker dan TTK yang disertai dengan Analisa labatan (Anjab) dan

Beban Kerja (ABK) di Puskesmas kepada Kepala melalui BKD Kab/Kota.

Memberi usulan kepada Dinkes Provinsi mengenai kebutuhan pembiayaan tugas belajar untuk TTK dalam rangka melanjutkan pendidikan Apoteker.

Mengusulkan kebutuhan Apoteker dan TIK sebagai PNS atau PPPK mulai tahun 2015.

Menindaklanjuti usulan kebutuhan tenaga Apoteker dan TIK dari Dinkes Kab/Kota kepada Kemenpan RB dan BKN.

Menindaklanjuti hasil kompilasi usulan pemetaan kebutuhan Apoteker dan TIK di Puskesmas dari Dinkes Kab/Kota kepada Kementerian Kesehatan.

Memberikan advokasi/supervisi kepada Dinkes Kab/Kota terkait kesiapan Dinkes Kab/Kota untuk membuat Anjab dan ABK Apoteker dan TIK.

(23)

Instansi Organisasi Profesi (Ikatan Apoteker Indonesia-IAI)

Direktorat Bina Pelayanan

Kefarmasian Kementerian Kesehatan

Rencana TIndak lan"ut

Meningkatkan profesionalitas Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Apotek, Klinik, Puseksmas).

Meningkatkan komunikasi antara PP, PD dan PC IAI dalam pemberian rekomendasi SPAjSIKA.

Berkoordinasi dengan KFN dalam penyusunan MoU dangan perguruan tinggi melalui Program Kerja Profesi Apoteker (PKPA) agar Calon Apoteker dapat berpraktik di Puskesmas.

Menindaklanjuti usulan kebutuhan tenaga Apoteker dan TIK di Puskesmas dari seluruh Dinkes provinsi sebagai bahan perumusan NSPK.

(24)

mahasiswa program profesi apoteker agar mampll melaksanakan profesinya dalam pelayanan kefarmasian di pllskesmas, khusllsnya di era Sistem Jaminan Sosial Nasional.

(25)

S

eiring dengan perubahan paradigma Perubahan paradigma pelayanan kefarmasian pekerjaan kefarmasian dari drug oriented l11emembutllhkan perllbahJn serta penyesuaian ke patient oriented, Apoteker di Rumah sikap clan mental dari apoteker. Selain itu, Sakit clituntllt untuk memiliki pengetahuan yang

komprehensif baik manajerial maupun farmasi klinik. Untllk dapat l11elaksanakan pelayanan kefarmasian khusllsnya pelayanan farmasi klinik di perlukan pengetahuan tentang penyakit, terapi obat, keterampilan dalal11 l11elakllkan interpretasi data laboratorium, l11elakukan monitoring terapi, memberikan pelayanan informasi obat, membllat rencana terapi serta berkomunikasi dengan pasienj keluarga pasien serta tenaga kesehatan lainnYJ .

pengetahuan dan pemahaman Apoteker di RUl11ah Sakit tentang pelayanan kefarmasian harllslah senantiasa clitingkatkan dan cliperbaharui, agar dapat mengikllti perkel11bangan dalam c!unia kefarmasian. Untuk memenuhi tujuan diatas, serta mempercepat peningkatan pelayanan kefarmasian eli Rumah Sakit, cliaclakanlah kegiatan Peningkatan SDM IFRS dalam Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar bagi Apoteker di RUl11ah Sakit.

Persentase Rumah Saklt yang Melaksan a kan Pelayana n Kefa rmasian Ses uai Sta ndar

2010 - 20 14

["illk I p・ G@ セャiBウ・hijiAI。ャゥZL。ォャ@ yallfl mヲGiセォウ。ョ。ォSョ@ r'e 。カセ G@ ャゥiョ@

Ke'ruma'tlan SU;tI Jtaflriril

(26)
(27)

dan Pres

(28)

Kegiatan ini dilaksanakan dengan mengunciang stakeholder dan prescriber dari Dinas Kesehatan Prov jKabjKota. Rumah Sakit dan Puskesmas terpilih yang bertlljuan llntllk melakllkan advokasi penerapan Fornas dalal11 Pelayanan Kesehatan di era jKN

sekaliglls peningkatan pemahaman dalam pelaksanaan jKN bagi Stakeholder dan Prescriber yang nantinya akan bertanggungjawab dalam pelayanan kesehatan khllsusnya pelayanan kefarmasian di pllskesmas. Melalui kegiatan ini diharapkan para pemegang

kebijakan dan penlilis resep agar dapat mendukung pelaksanaan penggllnaan obat rasional dan pelayanan kefarmasian yang sesuai standar fasilitas kesehatan. khllsusnya di era Sistel11 jaminan Sosial Nasional.

Dalam pertemuan ini menghadirkan 6 (enal11) orang NaraslIl11ber berasal dari Pakar Farmakologi. Praktisi Rlimah Sakit dan Kementerian Kesehatan dengan materi sebagai berikut :

Jmplementasi Formlilariul11 Nasional dalam Penatalaksanaan penyakit berdasarkan

Pelaksanaan jKN Formularilll11 Nasional

Kebijakan e-catalogue obat dalal11 menjamin Implel11entasi DO EN dan Fornas dalam ketersediaan obat pada pelaksanaan JKN penggunaan antibiotik seeara bijak lIntuk Forlllularilllll Nasional sebagai aeuan penggllnaan meneegah dampak resistensi

(29)

dilaksanakan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan ini terlaksana dikarenakan terkait dengan pelaksanaan SJSN, pada tahun 2013 telah ditetapkan Formularium Nasional elalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 328/Menkes/SK/IX/2013 yang merupakan daftar ohat terpilih yang dibutuhkan dan harlls tersedia untuk digun a kan sebagai aeuan wajib bagi tenaga medis untuk menetapkan pilihan obat yang tepat, aling efficacious, dan aman, dengan harga yang terjangkall; mendorong penggunaan obat secara rasional sesuai standac sehingga pelayanan esehatan lebih bermutll dengan belanja obat yang terkendali (cost effective); mengoptimalkan

pelayanan

kepada memlldahkan perencanaan

dan penyediaan ohat eli selllrllh fasilitas pelayanan kesehatan sesllai c1engan kehlltuhan. Dengan kata lain, Formlilariul11 Nasional merllpakan alat kenclali dalam penggllnaan dan penyediaan obat seeara efektif dan efisien eli fasilitas kesehatan baik di tingkat primel: sekuncler maupun tersier.

(30)

pentingnya penerapan Fornas sebagai acuan dalam pelaksanaan jKN agar tercapai Penggunaan Obat Rasional di fasyankes yang sangat diperlukan untllk menjamin kesllksesan pelaksanaan Universal Coverage tahun 2014.

Kegiatan diselenggarakan dalam bentllk pertemllan dengan mengllndang penanggllngjawab program pelayanan medik dan farmasi di Dinkes Provinsi, I<etlla Komite MediI< Rlimah Sakit Vertikal, I<etlla Hisfarsi dan Ketua IAI sebagai pelaksana program jl<N eli daerah. Naraslimber berjllmlah 6 (enam) orang dihadirkan dalam pertemllan ini berasal dari pakar farmakologi, Praktisi Rlimah Sa kit, P2jK, BPjS dan I<ementerian I<esehatan lIntuk membawakan materi sebagai berikut:

Implementasi Formlilarilim Nasional dalam pelaksanaan SjSN.

I<ebijakan e-catalogue obat dalam menjamin ketersediaan obat pada pelaksanaan JI<N.

Penerapan e-Medical Device dan E-Watch dalam Menjamin Safety dan Efikasi Bahan Meelis Habis Pakai (BMHP) elan Alat Kesehatan pada Pelaksanaan )KN.

Mekanisme Pelayanan Program Rujllk Balik (PRS) paela Penyakit I<ronis.

lmplementasi Formlilarium Nasional dalam pemilihan obat yang berbasis bllkti ilmiah (ESM) lIntlik meningkatkan patient safety dan kendali biaya.

(31)

R

eviSi Formularium Obat, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai pacta Pelayanan Kesehatan Haji dilaksanakan sesuai dengan amanah yang tercantum pada Undang-Undang NomoI' 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji yang rnemberikan tugas dan tanggulJgjawab kepada Kementerian Kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan Kesehatan Haji.Adapun tujuan revisi Formularium Obat, Alat Kesehatan dan Bahan

Habis Pakai Pelayanan Kesehatan Haji sebagai beril<u t:

1. Mendorong penggunaan abat secara rasional kepada Jemaah haji Indonesia sesliai standal; sehingga pelayanan kesehatan lebih bermutu dengan belanja obat yang terkendali (cost effective).

2. Meningkatkan implementasi Fornas sebagai acuan bagi tenaga medis lIntuk menetapkan piliha n abat yang tepat, paling efficacious, dan

aman.

3. Memudahkan perencanaan dan penyediaan obat bagi jemaah haji Indonesia sesuai dengan kebutuhan .

Kegiatan penyusunan dilaksanakan melalui rangkaian kegiatan mulai dari rapat persiapan di Jakarta, rapat pembahasan teknis dan rapat finalisasi yang dilaksanakan di Banten. Dalam setiap pertemuan melibatkan Pakar Farmakologi, Praktisi dari Rumah Sakit Haji dan Kementerian

Kesehatan sehagai Tim Ahli Penyusllnan formularium Obat, Alkes dan Perhekalan Kesehatan pacla Pelayanan Kesehatan Haji serta melibatkan kontributor dari Rumah Sakit, Universitas, Asosiasi profesi clokter spesiali stik terkait, Pusat Kesehatan Haji serta Ditjen Binfar dan Alkes.

(32)

dan bahan medis habis pakai yang sesuai kebutuhan. Salah satu upaya yang dilakukLln adalah dengan penyusunan Formularium Obat dan Perbekalan Kesehatan pada Pelayanan Kesehatan Haji dengan sasaran Tim Tenaga Kesehatan Haji dan jemaah Haji Indonesia. Formularium Obat dan Perbekalan Kesehatan pada Pelayanan Kesehatan Haji meru paka n suatu buku yang berisi informasi lengkap obat-obatyang paling dibutuhkan alell jamaah Haji Indonesia, merupakan

aeuan nasional bagi penggunaan obat yang rasional bagi jemaah Haji Indonesia dengan maksud untuk meningkatkan

ketepatan, keamanan,

kerasionalan penggunaan dan pengelolaan obat yang sekaligus meningkatkan daya guna dan hasil guna biaya yang tersedia sebagai salah satLl langkah untuk memperlLlas, memeratakan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada jemaah haji Indonesia. Untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan

(33)

P

ellggunaan Obat Rasional merllpakan salah satll tlljllan ciari Kebijakan Obat Nasional (KONAS). Upaya yang dilakllkan lIntlik meningkatkan POR meliputi strategi edllkasi, mallajerial dan reglilasi. Untuk mencillkllng tercapainya POR melailli strategi tersebllt dilaksanakan kegiatan Penggerakan Penggllnaan Obat Rasional (Penggerakan POR) . Kegiatan ini mendllkung indikator peningkatan pelayanan kefarmasian yaitll penggllnaan obat rasional eli fasilitas pelayanan kesehatan dasar milik Pemerintah (Puskesmas). Sampai e1engan tahlln 2014, Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian telah melaksanakan Penggerakan POR di 28 Provinsi.

Kegiatan Penggerakan POR telah dilaksanakan sejak tahun 2008 eli Provinsi terpilih di wilayah Sarat, Tengah dan TimUf dengan peserta dari Dinas Kesehatan Provinsi di wilayah tersebllt. Sejak tahun 2010, pesertanya adalah Dinkes dan RSU Kab/Kota di Provinsi tempat dilaksanakannya kegiatan .

(34)

Kegiatan Penggerakan POR dimaksudkan untuk menyertakan wilayah/daerah dan lembaga/ perorangan untuk melaksanakan POR bersama-sama dengan l11engembangkan pelaksanaannya pada pelayanan kese hatan dasal; rlljllkan m<1uplln kep<1du masyarakat. Penggunaan Obat secara Rasionaf dan

70,00 60, 00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00

peningkatan pelayanan kefarmasian dapat dicapai melalui kerjasama dan dukungan dari semlla pihak yang terkait di Iingkllngan internal, mallplln eksternal Kelllenkes dan kOlllitmen dari pemerintah daerah lIntllk menindakfanjllti program peningkatan POR untuk mencap<1i Visi Kelllenl<es dan MDG's.

69,89

Dalam Penggerakan PORdisal11paikan berbagai Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Puskesl11as terpilih l1lateri terkait Kebijakan POR, Evidence Based bagi peserta nakes dan simulasi (BIA bagi kacler

Medicine, (BfA, Pelllantallan dan Evaluasi POR, kesehatan (Posyandll) yang aktif di l1lasyarakat.

(35)

Selain kegiatan Penggerakan POR, lIntuk mendukung tereapainya tujuan Program POR khususnya pad a masyarakat, juga dilaksanakan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dalam Peningkatan POR l11elallli Metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA). Pengobatan sendiri atau swamedikasi

(setfmedication) merupakan upaya yang paling banyak

dilakukan oleh masyarakat untllk mengatasi keilihan atau gejala penyakit, sebelum mereka memutllskan untllk mencari pertolongan ke fasilitas pelayanan kesehatan atall tenaga kesehatclll.

Untuk rnelakukan swamedikasi seeara 「・ョ。ャセ@

masyarakat l11el11erlllkan informasi yang jelas, benar dan dapat dipereaya, sehingga penentllan jenis clan JlIl11lah obat yang c1iperlukan harus berdasarkan kerasionalan penggllnaan obat. Kegiatan ini merllpakan p rogram edllkasi masyarakat dalam

memilih dan menggllnakan obat yang benar pada swamedikasi. Melalui metode ini, diharapkan masyarakat terutama para ibll agar lebih aktif dalam meneari informasi l11engenai obat yang digllnakan oleh keluarga. Oalam CBIA, peserta dapat terdiri clari ibll rumah tangga, kader kesehatan (posyandll), tokoh masyarakat, anggota tim penggerak PKK, atau lInsur / organisasi masyarakat lainnya.

Sampai dengan tahun 2014, kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dalam Peningkatan POR melailli Metocie CBIA oleh Kementerian Kesehatan melalui Oirektorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (c.q. Oit. Bina Pelayanan Kefarmasian), telah dilaksanakan sebanyak 34 kali di 26 provinsL Sedangkan jumlah tenaga kesehatan yang telah dilatih sampai clengan tahun 2014 adalah sebanyak 4.463 orang, kader kesehatan (Posyandll) sebanyak 4677 orang, dan masyarakat lImum sebanyak 7.236 orang. Kader kesehatan (posyandu), tokoh masyarakat, anggota tim penggerak PKK, atall unsur/organisasi masyarakat lainnya.

(36)

Adapun perkel1lbangan jUl1l1ah tenaga kesehatan, kader kesehatan (Posyandu) dan l1lasyarakat yang telah dilatih sejak tahun 2008 sid 2014 adalah sebagai berikut:

8000 NMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM セ セM

7000

+---f

. 2008 6000

5000

4000 - t - - ---1

3000 2000

1000 N イM セ MB Iij GMMMGMBNZNNNN@

o

I<eberhasilan pelaksanaan kegiatan CBIA dapat terlihat l1lelalui adanya peningkatan pengetahuan pesertn khususnya kader kesehatan dan l1lasyarakat setelah pelatihan dibandingkan dengan sebelul1lnya. Upaya edukasi dan pel1lberdayaan l1lasyarakat melalui CBIA l1lendapatkan perhatian dari Dinas Kesehntan Provinsi/I<abupaten/l<ota, karena metode yang diakukan sederhana, nal1lun hasilnya clikup signifikan.

. 2009

. 2014

Manfaat yang dapat diteril1la oleh l1lasyarakat dengan adanya kegiatclt1 edukasi l1lelalui CBIA antara lain adalah :

1. Meningkatkan pengetahuan dan keteral1lpilan masyarakat tentang cara l1lel1lilih dan l1lenggllnakan obat yang benar dalal1l swal1ledikasi;

2. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional oleh l1lasyarakat;

(37)

-

-

--- --- ---

-

--Untuk mendukung terlaksananya kegiatan Peningkatan POR tersebut di atas, clilaksanakan Penyebaran Informasi (PI) POR. Kegiatan ini clilakukan melalui penyusunan dan pembuatan materi tentang POR berupa audio visual, postel; jam dincling, mug, leaflet, buku saku, standing banner clan billboard untuk disebarluaskan kepada tenaga kesehatan clan masyarakat. Contoh-contoh materi PI POR:

.-

.----

­-

..

-._--_.- 

.---.

セMMᆳ

'

-_.-

- -

- - -

-._­...,..­-

==::::-=..

·::::.:-___

=-==:::::--:'=:;;--"1

:­..­;;.:; 

,---

­

...

-,---_._-

---,.-·

­­­­­-

]セ セ MセBZ@

·==­­­­­ ­­­­­­"'"  

.--

-, :::::::.=- Mセ ᆳ

._---

ZNNMセMᆳ

. =.=... ­

-.. ]ZNN セ]ZMᆳ

ZZNNZ N L]MM

セ@

._­­­,

-M セ MMᆳ

(38)

S

eSliai  Perpl" S No.70 T(lhull  2012, sejak 

lahul1 2013 pCl1ctapal1 h,lrga  "hat lIntlik 

pengada'lI1  pemerintah  dilaksan ·lkan 

Illl:dalui Iclang harga  satuan (e-cata/0.'1ue). dcngall 

tujuan  agar  pcngadaon  obat  pemel'inlah  lehlh 

transparan,  akuntabel,  efektif dan  efisien  dalam 

I"tll1gka menjamin  ler ­ediallya  ohat  ytlllg aman ,  herlllutu dan  b  rkhasidt. 

Lclang  harga  ohat  melalui  e-cata/ngCle

Illerupakan  kcrjasama  antara  K lllenterian 

I<esehatan dan LKPP (Lcmhaga I<ebijakan Pel1gadaan

BdJ"angj  lasa  Pemerint'lh) .  Ohat­ohat  yang  maslIk 

ke dalalll e-caW/ogut! ilthlah  obat  yang lerdapO'lt <II  d.llam  FOJ"lllularilllll  Nnsiunal. 

Dalam  proses  pen eta pan  e-cata/ogue obat.  dilakllkan  penYllsunan  Rencana  Kebutuhan  Obat  yang  berasal  dari  DinLls  Kesehatan,  RS  Pemerintah.  RS  Swasta.  dan  apotek  yang  bekerja  sallla  dengan  BPjS. Selain RencLlna  KeblltllhLln ObLlt,  dilakukan juga  penYllsunan  HPS  (Harga  Perkiraan  Sendiri)  ya ng  berasal  dari  harga  reguler  atau  HNA,  harga  eceran  tertinggi. survei, harga pengadaan tahun sebelumnya,  dan  harga kontrak lain. 

(39)

farmasi  dapat  mengikuti  proses  lelang  harga  secara  elektronik dengan terlebih  dahulu  mendaftal' di  LPSE  LKPP  untuk  memperoleh  akses  ke  dalam  sistem.  industri  fal'masi  pel11egang  izin  edar  atu­satunya,  dapat  mengikuti  proses  negosiasi  berdasarkan  lIndangan  dari  LKPP.  Syarat  umum  yang  diperlukan  agar  industri  fal'masi  dapat  mengikuti  proses  penetapan  hal'ga e-catalogue obat yaitu  mel11iliki  izin  industri farmasi  dan pel'setujuan izin edal' obat. 

Dengan  telah  tel'bangunnya  sistem e-catalogue obat,  l11aka  Kementel'ianjLembagajDinasj  Instansi  (KjLjDjl)  tidak  perlu  melakukan  proses  peleJangan,  namlln  dapat  langsllng  mel11anfaatkan  sistem  e-catalogue obat  dalam  pengadaan  obat  dengan  pl'osedur e-pu rchasiny.

Pengadaan  obat  melalui e-purchosing maupun  secara  manual  berdasarkan  e-cataloyue telah 

dilaksanakan  sejak  tahun  2013  untuk  196  item  obat  dalam  327  sediaan  genel'ik,  dan  l11elibatkan  kurang  lebih 29 industri farl11asi. 

(40)

P

erencanaan  kebutuhan  obat  bertujuan  untuk  menetapkan  jenis  dan  jumlah  obat  sesuai  dengan  pola  penyakit  dan  kebutuhan fasilitas pelayanan kesehatan . Rencana kebutuhan  obat yang  disusun  yaitu  rencana  kebutuhan  obat sebagai  data  dulull1g  dalam  proses  penetapan e­catalogue obat dan  rencana  kebutuhan obat  yang  akan  diadakan  oleh  Direktorat  Bina  Obat  Publik  dan  Perbekalan  Kesehatan. 

Untuk  menyusun  rencana  kebutuhan  obat  sebagai  data  dukung  proses  penetapan  e­catalogue  obat.  telah  elilaksanakan  pertemuan  dengan  Dinas  Kesehatan  Provinsi  di  34  Provinsi.  elan  Rumah  Sakit  terpilih  untuk  menganalisa  dan  menyusun  estimasi  kebutuhan  obat  pelayanan  kesehatan  berdasarkan  Formularium  Nasional  yang  berasal  dari: 

•  34 Dinas  Kesehatan  Provinsi 

•  505 Dinas Kesehatan  Kabupaten/Kota  •  461  RS  Pemerintah 

•  79  RS  Swasta 

•  51 Apotek yang melayani  pelayanan rujuk balik 

Untuk  menyusun  rencana  kebutuhan  obat  program  yang  akan  diadakan. telah dilaksanakan pertemuan dengan  Dinas  Kesehatan di  34  provinsi. penanggung jawab program Gizi. Kesehatan Jiwa. Pengendalian  Diare  dan  (SP.  TB.  Pengendalian  Kusta  dan  Frambusia.  Pengendalian  Malaria.  Filariasis  dan  Kecacingan.  Imunisasi.  Kesehatan  (bu.  dan  Kesehatan Anak baik penanggung jawab program pusat maupun daerah.  Pertemuan  untuk  menyusun  kedua  rencana  kebutuhan  obat  tersebut dilaksanakan eli  Bekasi  tanggal12­15  November 2014. 

(41)

­

_ Kurang dari HET _ l eblhdarl HET

Sarna dengan HET

(42)

Profll Harga Pengadaan 11 RS di Indonesia 2014

•  Loi>lh 

Be,,,  •

ャ\セQゥ@ Kedl .  5;1",. 

Dari  analisa  data  secara  nasional,  sebagian  besar  harga  pengadaan  di  RS  baik  tahlln  2014  mallplln  2013  lebih  besar  daripada  harga  yang  ditetapkan  dalam  e-Catalogue. Data  ini  dapat diinterpretasikan  sebagian  RS  beilim  menerapkan  pengadaan 

Profil Harga Pengadaan 12 RS di Indonesia 2013

(43)

T

enaga  kefarmasian  sebagai  salah  satu  tenaga  kesehatan  mempunya  peranan  penting  dalam  memberikan  pelayanan  kefarmasian  di  sarana  pelayanan  kesehatan,  termasuk  di  Puskesmas.  Ketersediaan  obat  dan  perbekalan  kesehatan  yang  cukup  dan  bermutu  di  Puskesmas  sangat  ditentukan  oleh  kemampuan  tenaga  kefarmasian  dalam  pengelolaan  obat  dan  perbekalan  ke s ehatan  di  Instalasi  Farmasi  Provinsi  dan  I<abupaten/Kota. 
(44)

3  B.   Kinerja  terhadap  pengelolaan  logistik  obat 

(supply chain management performance)

C. Pengembangan  diri  (portofolio)  yang  mcnyangkut kemampuan pengelola obat untu k  men i ngkatkan/meng­upgrade  kemam ]Juan  akaelemik  dan  memvisualisasikan  dirinya  di  berbagai  kesempatan  melalui  penciptaan  karya­karya di  bidang kesehatan 

D.   Penilaian institusi 

4.   Tim Penilai Pusatmelakllkan pemeriksaan berkas/  dokllmen  dan  penilaian  (paper assessment) dan  elikombinasikan  dengan  penilaian  saat  melakukan  bimtek  pengelolaan  obat publik  eli  IF  Dinkes  Provinsi  dan  I<ab/Kota.  Maka  diperoleh 

nilai  terhadap semlla substansi tersebut sehingga  diperoleh  scoring clan  ditentukan  6  pengelola  obat sebagai nominasi. 

5.   Terhadap nominasi  tersebut  elilakukan  penilaian  lapa nga n (field assessmell t) m enya ngku t s u bsta nsi  tersebut, ditambah clengan kemampuan pengelola  obat dalam melakukan koordinasi dengan  Pemda  dan  Puskesmas  di  daerah  setempat  sehingga  terjalin  suatu  keharmonisan  dalam  manajemen  logistik obat. 

6.   Berdasarkan  sikuens  proses  penilaian  seperti  disampaikan  tersebut  maka  diperoleh  pemenang dengan nilai, sebagai berikllt: 

Kurnia

Yuliawatl. S.Si..

Apt

Suhelmi. S.Si .•

Apt, M.Kes

I PENILAIAN INDIVIDU

JABATAN DAN

NAMA PENGUASAAN KINERJA

ASAL INSTANSI PORTOFOLIO

KOMPETENSI LOLA OBAT

Kepala Instalasi

Gudang Farmasi

38.00  38.92  5.00  91.99  173.91 

Provinsi Kalimantan

Selatan

Kepala Pengelola IF

40.00  40.00  18.00  94.07  192.07 

Kab. Kapuas Hulu

Penanggung

jawab IF Kab. 40.00  37 .87  13.50  94.47  185.84 

luwu Timur

1,1);01 10. dGi|セi@ t・BBLァゥャk・ャセイョャQウN、B@ t>tolpl esras a llUH) .

(45)

e maupun analisis

rem

dap

ke-3

nIDr.llSQ1'\ang

tersebut, sebagai

berikub

Dra. Hj. Ida Widyani, SpFRS., Apt

(Kepala  Instalasi Gudang Farmasi Dinas 

Kesehata n  Provinsi  Kalimantan Selata n) 

NIP 

: 195805051993022001 

(46)

Kurnia Yuliawati, S.Si., Apt

(Kepala Pengelola IF  Dinas Kesehatan 

Kab . Kapllas  HlIllI) 

NIP

:197907012006042012 

(47)

Subelmi, S.Si., Apt., M.Kes

(Penanggung jawab Instalasi Farmasi 

Dinas Kesehatan Kab.  Luwu Timur) 

NIP 

: 198003132005022005 

(48)

K

egiatan  ini  bertujuan  agar  pelaku  UJC  dan  UJ R  mall1pu  membuat  jamu  yang  aman,  bermutu  dan  berll1anfaat.  Dalall1  ll1embuat  jamu,  pelaku  UJC  dan  UJR  harus  sesuai  clengan  kaidah  Cara  Pembuatan Jamu yang  Baik  terutama  Higiene  dan  Sanitasi.  Pelaku  UJC  dan  UJR  harus  l11emahami  bahaya  Bahan  KimiajObat (BKO)  yang  clitambahkan pacla Jamu. 

Tahun  2014 kegiatan  ini  dilaksanakan di  7 (tujuh)  provinsi, yaitu  Lampung, Jawa Tengah, Jawa  Barat,  Bali,  Jakarta, Jawa tゥュオエセ@ dan  Kalimantan  Selatan  dengan  dihadiri  oleh  masing­masing  100  pelaku  UJC dan UJR pada setiap pertell1uannya. Pertell1uan  ini  ll1erupakan lanjutan dari pertemuan Coachingj

(49)

K

egiatan ini bertujuan untukmeningkatkan  pengetahuan  dan  wawasan  petugas  pembinaan  bidang  makanan  eli  Dinas  Kesehatan  P r o v i n s i  

dan  Dinas 

(50)

teknis  /  penyullihan  kepada  unit  layanan  agar  dapat  melakllkan  pengelolaan  Narkotika,  Psikotropika  dan  Prekursor  Farmasi  sesliai  dengan aturan yang berlaku . 

(51)

K

egiatan  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  penerapan  Sistem 

Pelaporan  Narkotika  dan 

Psikotropika  di  seluruh  provinsi  di  Indonesia  dan  mengetahui  permasalahan  yang  terjacli  terkait  elengan  sistem  ini  sehingga  dapat  dilakukan  pengembangan  sistem  kearah  yang 

(52)

K

egicttan  ini  bertlljllan  lIntlik  memberikan  pembekalan  dan  pelatihan kepada  pengelola  P4TO  dan  PED  mengenai  procillksi  simplisia  dan  eks trak  yang  memenllhi  aspek­aspek  (POTB .  Dengan  kegiatan  ini  diharapkan  agar  selllrllh  Pengelola  P4TO  dan  PED  dapat  melakllkan  op erasionalisasi  produksi yang  haik  clan  terstandar sesliai  (POTB  sehingga  prodllk  yang  dihasilkan  terjamin  mlltll,  khasiat, dan kemanfaatannya. 

Kegiatan  ini  dilaksanakan  di  provinsi  Jawa  Tengah  dengan  clihacliri  oleh  para  pengelolaj  penanggllngjawah  P4TO  dan  PED  yang  berasal  dari Provinsi Slimatera Utara, Provinsi  Kalimantan  Selatan,  ](ota  Pekalongan,  Kabllpaten  Tegal,  Kabllpaten  Slikoharjo,  Kabllpaten  Bangli,  Kabllpaten  jH。ャャャセ@ Kabllpaten  Maros,  Kabllpaten  Tlilang  Bawang  Barat,  B2P2TOOT  dan  tim  teknis  Fa silitasi P4TO  dan  PED. 

(53)

K

egiatan  ini  bertujuan 

meningkatkan  pemahaman  dan  pengetahuan  para  stakeholder terkait  CPBAOB  sebagai  pedoman  pen gem ballgm1  an  produksi  bahan  obat.  Dengan  kegiatan  Inl  diharapkan  agar  para  stakeholder ll1emahami  aspek-aspek dalam CPBAOB sehingga dapat mengembangkan dan memproduksi bahan baku obat yang l11emenuhi persyaratan mutu yang melingkupi seluruh tahapan pada lij'ecycle produksi bahan baku ohat mul ai dari penelitian ska la laboratorilll11, skala pilot, skala industri/komersial.

(54)

K

egiatan  ini  bertujllan  untuk  meningkatkan  pengetahuan  dan  kapasitas  teknis  sumber  daya  )11anusia  terkait  operasionalisasi  produksi  di  fasilitas  P4TO  dan  PED  sehingga  dapat  menghasilkan  produk  pasea  panen  tanaman 

Kegiatan  ini  dilaksanakan  di  Provinsi  Jawa  Tengah,  di  2 (dua)  lokasi  yaitu  Pekalongan  (Iokasi  fasilitas  P4TO IPED) dan  Semarang  clengan dihadiri oleh perwakilan pengelola P4TO  clan  PED  Dinas  Kesehatan  Provinsi  Kalimantan  Selatan,  Provinsi  Sumatera  Utara,  Kabupaten 

k。オャセ@ Kabupaten  Tulang  Bawang  Barat,  Provinsi 

obat clan  ekstrak yang terstandar dan memenuhi  persyaratan  sehingga  terjamin  l11utU,  khasiat  dan  kemanfaatannya.  Dengan  kegiatan  ini  cliharapkan  agar  SDM  pacla  fasilitas  P4TO  clan  PED  handal  dalam  melakukan  operasionalisasi  procluksi  P4TO clan  PED. 

(55)
(56)

P

engembangan Weh Server tLlhun  2014  ini  akan Software PIO  Berbasis  menampilkan Software PIO  2013  di  web Binfar  dan  Alkes. Software PIO  merupakan  database obat  yang  terdiri  dari  293  item  generik  obat  (Daftar  Obat  Esensial  Nasional)  dengan  monografi:  nama  clan  struktur  kimia,  golongLln, nama dagang, indikasi, perhatian pada  penggunaan  offlabel, dosis,  cara  pemakaian,  frekuensi  dan  lama  pemberian,  farmakologi,  stnbilitas  dan  penyimpanan,  kontra  indikasi,  peringatan dan atau perhatian, efek samping dan  reaksi obat yang tidak di kehendaki, interaksi obat  (dengan obat lain, dengan makanan), monitoring  pClsien,  bentuk­kekuatan  sediaan,  dan  daftar  pustaka.  Sofhvare Pelayanan  Informasi  Obat  digunakan  sebagai  sumber  informasi  obat up
(57)

I

nformasi  keters ediaan  obat  dan  perbekalan  kesehatan  merupakan  aspek  yang  penting  dalam  pengelolaan  obat  baik  di  tingkat pusat,  provinsi,  dan  kabupaten/kota.  Informasi yang  tersedia  hendaknya  meru pakan  informasi yang akurat, tepat dan  cepat  sehingga  dapat  digllnakan  lIntlik  semll<1  pihak  yang  memblltllhkan.  Berkaitan  dengan  hal  tersebllt,  Direktorat  Bina  Obat  Pliblik  dan  Perbekalan  Kesehatan  telah  mengembangkan  aplikasi  ketersediaan  obat  di  tingkat  Pusat,  Provinsi,  dan  Kabupaten/Kota  yang  din a makan  Sistem E-logistil< yang  digllnakan  dalam  manajemen  pengelolaan  dan  pemantallan ketersediaan ohat di  In s talas i Farmasi. 

Sistem e-/ogistik adalah aplikasi  pengelolaan  obat dan  perbekalan  kesehatan  di  Instalasi  Farmasi  pusat,  provinsi,  dan  kabupaten/kota  lIntlik  mendllkllng  pelaporan,  pencatatan ,  dan  pengelolaan 

Desain Penyempurnaan e-Iogistik

obat dan perbekalan kesehatan. Tlljllan dari sis tem E-logistik

yaitll:  .. -- "' - .. I

Ir:

[[ ZゥA_ Gセ

','

mstIDii FJ:lt.l.ii セqー ゥ@ uャゥ@ ]ヲGoエセ@ BankData E-Logsitik ーMセGZNaセュ[[ZZu@

lI?='1""r. .... ,

i」キBLLセ@

UFloId!:.l':Ol

,

\" :.z;'!l In5!ilu; Fi..."Jr..lii

kゥャjGZャp ャ Zセ@ KQu.

• 

Memastikan  obat  dan  ketersecl iaan  perbekalan  kesehatan eli  daerah  •  Meningkatkan  pemantallan  ohat  dan  efektifitas  keters edian  perbekalan 

• 

kesehatan di  elaerah 
(58)

S

esuai  Peraturan  Pemerintah  No.  Sl  Tahun  2009  Tentang  Pekerjaan  KefannasizlI1  dikeluarkan  yang  kemudian  cliturunkan  melalui  Peraturan  Menteri  I(esehatan  No.  889 /PER/MENKES/V /2011  Tentang  Registrasi,  Izin  Praktik  clan  Izin  Kerja  Tenaga  Kefarmasian,  mewajibkan  Setiap  tenaga  kefarmasian  yang  menjalankan  pekerjaan  kefarmasian  baik  itu  Apoteker maupul1 Tenaga Teknis  Kefarl11asian  memiliki surat tanda  registrasi.  Berclasarkan  hal  tersebut,  Kementerian  Kesehatan,  membentuk  Komite  Farmasi  Nasional  (KFN)  yang  merupakal1  unit  Non  struktural yang bertanggung jawab kepada  Menteri  Kesehatan  l11elalui  Direktorat Jenderal  Bina  Kefarl11asian  clan  Alat  Kesehatan.  Dalam  upaya  memberikan  kel11udahan  clalal11  membuat  Surat  Tancla  Registrasi aーッエ・ォ・ャセ@ Direktorat  Jenderal  Bina  Kefarmasian  clan  Alat  Kesehatan  membuat  satu  aplikasi  berbasis  Web  (online  system)  untuk  para 

Apoteker  mengajukan  permohonan  cla llam  membuat  Surat  tanda  Registrasi  tersebut  dengan  alamat  http://  www.stra.depkes.go.icl. 

Melalui  aplikasi 

ini  diharapkan 

para  Apoteker  yang  ingin  mengajukan  permohonan  Surat  tanda  registrasi  dapat 

melakukan  permohonan 

.1

セ ⦅L

secara  online  kapanpun  dan  dil11anapun  secara  cepat dan l11udah. 

Referensi

Dokumen terkait

menggunakan regresi logistik dapat dibuat kesimpulan bahwa financial distress , pergantian manajemen, dan ukuran KAP secara simultan berpengaruh signifikan sebesar

Diberikan tugas kelompok tentang cara membuat surat dinas, sesuai dengan proses rincian tugas kerja, dan proses tersebut meliputi: pengertian surat dinas, fungsi

Asam mefenamat jika digunakan bersamaan dengan Ramipril (3 kasus) dapat mengurangi efek antihipertensi dari Ramipril, dengan mekanisme menghambat sintesis

[r]

Sasaran meningkatnya jaminan kesehatan masyarakat dusun, dengan indikator kinerja jaminan kesehatan aparatur desa/dusun dengan realisasi capaian kinerja 0%, indikator ini tidak

Anda juga bisa mendistribusikan sendiri Parcel Sekolah kepada para siswa yang Anda ketahui.

(4) Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh pada perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja

From the results of the study also still showed the LBW infant with mild hospitalization stress even though hope after developmental care baby of LBW not stress hospitalization,