• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB II MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

12 BAB II

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

A. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dipandang sebagai produk dan

sebagai proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil

temuan-temuan para ahli saintis, berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori-teori.

Sedangkan IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para

ahli saintis dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya

temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. IPA

sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya IPA sebagai proses.

Uraian di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPA di SD

yang perlu diajarkan adalah produk dan proses IPA karena keduanya tidak

dapat dipisahkan. Guru yang berperan sebagai fasilitator siswa dalam belajar

produk dan proses IPA harus dapat mengemas pembelajaran yang sesuai

dengan karakteristik siswa. Ada beberapa prinsip pembelajaran IPA untuk SD

yang harus diperhatikan oleh guru. Prinsip tersebut antara lain:

1. Pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita di mulai melalui

pengalaman baik secara inderawi maupun non inderawi.

2. Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung, karena

(2)

diperoleh dari pengalaman itu perlu diungkap di setiap awal

pembelajaran.

3. Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisten

dengan pengetahuan para ilmuwan, maupun pengetahuan yang kita miliki.

Pengetahuan yang demikian kita sebut miskonsepsi. kita perlu merancang

kegiatan yang dapat membetulkan miskonsepsi ini selama pembelajaran.

4. Setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang, dan relasi

dengan konsep yang lain. Tugas sebagai guru IPA adalah mengajak siswa

untuk mengelompokkan pengetahuan yang sedang dipelajari itu ke dalam

fakta, data, konsep, simbol, dan hubungan dengan konsep yang lain.

5. IPA terdiri atas produk dan proses. Guru perlu mengenalkan kedua aspek

ini walaupun hingga kini masih banyak guru yang lebih senang

menekankan pada produk IPA saja. Perlu diingat bahwa perkembangan

IPA sangat pesat.

Guru yang akan mengembangkan IPA sebagai proses, maka akan

memasuki bidang yang disebut prosedur ilmiah. Guru perlu mengenalkan

cara-cara mengumpulkan data, cara menyajikan data, cara mengolah data,

serta cara-cara menarik kesimpulan.

Dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi

dijelaskan bahwa pembelajaran IPA di SD/ MI sebaiknya dilaksanakan secara

inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,

bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek

(3)

menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui

penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI

merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta

didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan

pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta

didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan

sendiri yang difasilitasi oleh guru.

Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya;

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat;

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan;

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam;

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

(4)

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek

berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan;

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas;

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana;

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya.

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Ada beberapa pendapat tentang model pembelajaran. Pertama,

menurut Dahlan (1990) bahwa model pembelajaran merupakan suatu rencana

atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi

pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting

pengajaran atau setting lainnya. Kedua, model pembelajaran adalah suatu

perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman adalam

melaksanakan pembelajaran di kelas (Joyce dan Weil, 1986). Dari kedua

pendapat tersebut dapat disimpulkan model pembelajaran merupakan

(5)

prosedur sistematis yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam

melaksanakan pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang direncanakan. Jika tujuan pembelajaran yang hendak dicapai

berorientasikan kepada aktifitas siswa menemukan konsep, maka guru dapat

menggunakan model pembelajaran inkuiri. Menurut Haury, D.L (Jarret.D,

1977), inkuiri adalah sekumpulan perilaku manusia yang dikategorikan

sebagai persaingan dalam mengeksplanasi secara masuk akal

fenomena-fenomena alam yang terjadi di lingkungan. Fenomena ini menimbulkan

kuriositas dan hal-hal yang belum diketahui manusia. Dari pernyataan

tersebut, dapat dijelaskan bahwa inkuiri merupakan sejumlah aktivitas dan

keterampilan yang terfokus kepada pencarian pengetahuan yang terjadi di

sekitar yang belum diketahui.

Sund dan Trowbridge (1973) membedakan pendekatan inkuiri

menjadi dua bagian, yaitu pendekatan inkuiri terbimbing dan inkuiri tidak

terbimbing. Dalam pendekatan inkuiri terbimbing guru mempunyai peranan

lebih aktif dalam menentukan permasalahan dan mencari penyelesaiannya.

Sedangkan pada inkuiri tidak terbimbing siswa lebih berperan aktif dalam

mencari masalah dan penyelesaiannya. Model inkuiri terbimbing merupakan

pendekatan instruksional, memberikan kerangka kerja, perencanaan dan

implementasi berpikir dengan mengembangkan keahlian siswa dan

mengakses sumber informasi secara efektif membangun pengetahuan. Model

ini terencana secara seksama, benar-benar terkontrol yang bersifat

(6)

(Kuhithau dan Carol, 2006). Ditinjau dari variasi pendekatan inkuir, model

inkuiri terbimbing memiliki cirri dimana topic pembelajaran ditentukan oleh

guru, pertanyaan dan materi pembelajaran juga ditentukan oleh guru,

sedangkan desain dan prosedur pembelajaran dirumuskan bersama-sama oleh

guru dan siswa, selanjutnya hasil atau analisis serta kesimpulan ditentukan

oleh siswa.

Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing atau latihan inkuiri berasal

dari suatu keyakinan bahwa siswa memiliki kebebasan dalam belajar. Model

pembelajaran ini menuntut partipasi aktif siswa dalam inkuiri (penyelidikan)

ilmiah. Siswa memiliki keingintahuan dan ingin berkembang. Inkuiri

terbimbing menekankan pada sifat-sifat siswa ini, yaitu memberikan

kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi dan memberikan arah yang

spesifik sehingga area-area baru dapat tereksplorasi dengan lebih baik.

Tujuan umum dari model inkuiri terbimbing adalah membantu siswa

mengembangkan keterampilan intelektual dan keterampilan-keterampilan

lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan menemukan (mencari) jawaban

yang berawal dari keingintahuan mereka (Agung, 2009)

Model pembelajaran latihan inkuiri dikemukan oleh Richard Suchman

(Jannah, 2008), ia menginginkan siswa untuk bertanya mengapa suatu

peristiwa terjadi, kemudian siswa melakukan kegiatan, mencari jawaban,

memproses data secara logis, sampai akhirnya siswa mengembangkan strategi

pengembangan intelektual yang dapat digunakan untuk menemukan mengapa

(7)

Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran

inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau

petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh

guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran

inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan

kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang

berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu

mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai

tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiliki

kemampuan mengelola kelas yang bagus. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Kuhithau dan Carol (2006), yang menjelaskan bahwa inkuiri

terbimbing memiliki 6 karakateristik yaitu :

1. Siswa belajar dengan aktif dan memikirkan sesuatu berdasarkan

pengalaman

2. Siswa belajar dengan aktif membangun apa yang telah diketahuinya

3. Siswa mengembangkan daya piker yang lebih tinggi melalui petunjuk

atau bimbingan pada proses belajar

4. Perkembangan siswa terjadi pada serangkaian tahap

5. Siswa memliki cara belajar yang berbeda satu sama lainnya

(8)

Inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi siswa-siswa

yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri.. Pada

tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa

pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah

dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan

permasalahan yang disodorkan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan pengarah

selain dikemukakan langsung oleh guru juga diberikan melalui pertanyaan

yang dibuat dalam LKS. Oleh sebab itu LKS dibuat khusus untuk

membimbing siswa dalam melakukan percobaan dan menarik kesimpulan.

Seperti halnya siswa SD kelas IV lebih cocok apabila diberikan pembelajaran

dengan model inkuiri terbimbing karena mereka masih dalam tarap baru

mengenal pembelajaran dengan model inkuiri ini.

Dalam implementasinya, pembelajaran inkuiri memiliki sintaks

sebagai berikut:

Tabel. 2.1. Sintaks Pembelajaran Inkuiri

No Tahapan Proses Inkuiri

1 Menyajikan pertanyaan atau masalah

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan. Guru membagi siswa dalam kelompok. 2 Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa

untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan

dengan permasalahan dan

(9)

No Tahapan Proses Inkuiri 3 Merancang

Percobaan

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan. 4 Mengumpulkan

dan Menganilisis Data

Guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

5 Membuat kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing, penyajian pelajaran

diawali dengan penjelasan suatu peristiwa yang penuh teka-teki. Siswa secara

individu akan termotivasi menyelesaikan teka-teki yang dihadapkan pada

mereka dan membimbing mereka kepada suatu pencarian dan penyelidikan

secara disiplin.

C. Keterampilan Proses Sains

Tujuan mata pelajaran IPA dicapai oleh peserta didik melalui berbagai

pendekatan, antara lain pendekatan induktif dalam bentuk proses inkuiri

ilmiah pada tataran inkuiri terbuka. Proses inkuiri ilmiah bertujuan

menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Oleh

karena itu pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman

belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan

(10)

dilatihkan melalui suatu kegiatan pembelajaran yang menggunakan

pendekatan keterampilan proses.

Pendekatan keterampilan proses adalah proses pembelajaran yang

dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta fakta,

membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan intelektual

dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk terlibat

langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para

ilmuwan, tetapi pendekatan keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan

setiap siswa menjadi ilmuwan. Pembelajaran dengan pendekatan

keterampilan proses dilaksanakan dengan maksud karena IPA merupakan alat

yang potensial untuk membantu mengembangkan kepribadian siswa.

Kepribadian yang berkembang merupakan prasyarat untuk melangkah ke

profesi apapun yang diminati siswa.

Proses dapat didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks

yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses

merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen

yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian. Keterampilan

berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien

dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Dengan

demikian Keterampilan Proses adalah pembelajaran yang menekankan pada

pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan kemudian

(11)

dapat dengan menggunakan kemampuan olah pikir (psikis) atau kemampuan

olah perbuatan (fisik).

Banyak pakar pendidikan yang mengklasifikasikan keterampilan

proses IPA, diantaranya yang bergabung di dalam American Association for

the Advancement of Science (1970) mengklasifikasikan menjadi

keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu.

Keterampilan yang termasuk ke dalam keterampilan proses dasar

antara lain : observasi, pengukuran, menyimpulkan, meramalkan,

menggolongkan dan komunikasi. Sedangkan keterampilan proses terpadu

meliputi : pengontrolan variabel, intepretasi data, perumusan hipotesa,

pendefinisian variabel secara operasional dan merancang eksperimen.

Ilmu pengetahuan lahir dari pertanyaan dalam benak manusia tentang

segala hal yang tampak, dirasakan dan/atau dialaminya. Dari

pertanyaan-pertanyaan itulah kemudian manusia mulai mencari-cari cara untuk

mengungkap apa yang mereka saksikan, alami, dan/atau rasakan. Dalam

mencari-cari jawaban atas pertanyaannya itulah maka para filsuf dan ilmuwan

kemudian mulai berproses dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan.

Ilmuwan-ilmuwan yang menemukan suatu yang baru, menurut

pengamatan, tidak menguasai semua konsep dan fakta dalam suatu bidang

ilmu, namun mereka mempunyai kemampuan dasar untuk mengembangkan

konsep dan fakta yang terbatas itu, sehingga mereka mampu menciptakan dan

(12)

Kemampuan-kemampuan dasar yang dimaksud antara lain

mengobservasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, mencari hubungan

ruang waktu, membuat hipotesis, merencanakan penelitian atau eksperimen,

mengendalikan verbal, menafsirkan data, membuat kesimpulan sementara,

meramalkan, menerapkan, mengkomunikasikan (Conny Semiawan,

1987:17-18 dalam Amarullah et. al, 2008).

Dalam pembelajaran IPA, Keterampilan-keterampilan proses sains

adalah keterampilan-keterampilan yang dipelajari siswa saat mereka

melakukan inkuiri ilmiah (Nur:2002a,1), mereka menggunakan berbagai

macam keterampilan proses, bukan hanya satu metode ilmiah tunggal.

Keterampilan-keterampilan proses tersebut adalah pengamatan,

pengklasifikasian, penginferensian, peramalan, pengkomunikasian,

pengukuran, penggunaan bilangan, pengintepretasian data, melakukan

eksperimen, pengontrolan variabel, perumusan hipotesis, pendefinisian secara

operasional, dan perumusan model (Nur:2002).

Selain itu melalui proses belajar mengajar dengan pendekatan

keterampilan proses dilakukan dengan keyakinan bahwa sains adalah alat

yang potensial untuk membantu mengembangkan kepribadian siswa, dimana

kepribadian siswa yang berkembang ini merupakan prasyarat untuk

melanjutkan kejalur profesi apapun yang diminatinya.

Dalam menerapkan keterampilan proses dasar sains dalam kegiatan

(13)

a. Bahwa dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka laju

pertumbuhan produk-produk ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi

pesat pula, sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua fakta

dan konsep kepada siswa. Jika guru tetap mengajarkan semua fakta dan

konsep dari berbagai cabang ilmu, maka sudah jelas target itu tidak akan

tercapai. Untuk itu siswa perlu dibekali dengan keterampilan untuk

mencari dan mengolah informasi dari berbagai sumber, dan tidak

semata-mata dari guru.

b. Bahwa sains itu dipandang dari dua dimensi, yaitu dimensi produk dan

dimensi proses. Dengan melihat alasan ini betapa pentingnya

keterampilan proses bagi siswa untuk mendapatkan ilmu yang akan

berguna bagi siswa dimasa yang akan datang, sehingga bangsa kita akan

dapat sejajar dengan bangsa yang maju lainnya.

Bagi siswa, beberapa keterampilan proses dasar dimulai dengan

keterampilan proses yang sederhana yaitu observasi atau pengamatan,

perumusan masalah atau pertanyaan dan perumusan hipotesis. Untuk

memperjelas keterampilan-keterampilan proses sains di atas maka dibawah

ini akan dijelaskan secara singkat yaitu: (1) Pengamatan adalah penggunaan

indera-indera anda. Mengamati dengan penglihatan pendengaran,

pengecapan, perabaan, dan pembauan (2) Perumusan Hipotesis adalah

perumusan dugaan yang masuk akal yang dapat diuji tentang bagaimana atau

(14)

Tabel 2.2. Indikator Keterampilan Proses Sains

No Aspek KPS Karakteristik

1 Mengamati 1) Menggunakan sebanyak mungkin indera

2) Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dan memadai

2 Menafsirkan

pengamatan

1) Mencatat setiap pengamatan

2) Menghubungkan hasil-hasil pengamatan

3) Menemukan sesuatu pola dalam satu seri pengamatan

4) Menarik kesimpulan

3 Meramalkan 1) Menggunakan pola-pola

2) Menggunakan alat dan bahan

4 Menerapkan

konsep

1) Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk

menjelaskan apa yang sedang terjadi

2) Menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi

baru

5 Merencanakan

penelitian

1) Menentukan alat, bahan, dan sumber yang akan

digunakan dalam penelitian

2) Menentukan Variabel-variabel

3) Menentukan Variabel yang harus dibuat tetap dan yang

mana yang berubah

4) Menentukan apa yang akan diamati

5) Menentukan cara dan langkah kerja

6) Menentukan bagaimana cara mengolah hasil

pengamatan untuk mengambil kesimpulan

6 Berkomunikasi 1) Menyusun dan menyampaikan laporan

2) Menjelaskan hasil penelitian

3) Mendiskusikan hasil percobaan penelitian

4) Menggambarkan data dengan grafik,tabel atau diagram

7 Mengajukan

pertanyaan

1) Bertanya untuk meminta penjelasan

2) Bertanya apa , bagaimana, dan mengapa

3) Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang

(15)

D. Konsep Energi Bunyi

Materi energi bunyi ini diberikan pada siswa kelas IV semester 2. Kita

sering mendengar bermacam-macam bunyi di sekitar kita. Contohnya, bunyi

ayam berkokok, kucing mengeong, kuda meringkik dan peswat terbang

menderu. Kita juga sering mendengar suara orang berbicara, bernyanyi,

tertawa, menangis atau menjerit.

Bunyi-bunyi atau suara-suara yang kita dengar berbeda-beda. Bunyi

ada yang bernada tinggi, ada pula yang bernada rendah. Bayangkan

seandainya tidak ada bunyi atau suara ! apa yang dapat kita rasakan. Semua

benda yang mengeluarkan bunyi disebut sumber bunyi. Sumber-sumber bunyi

itu mempunyai energi. Bunyi terdengar keras, sedang dan lemah tergantung

pada energi yang dimiliki bunyi itu.

1. Sumber Bunyi yang Terdapat di Lingkungan Kita

Kita tentu telah mendengar bunyi alat-alat musik di bawah ini. Contoh,

kita mendengar bunyi gitar. Gitar akan berbunyi apabila dawai atau

senarnya dipetik. Berarti, sumber bunyi pada gitar tersebut terletak pada

dawai atau senar. Berikut merupakan alat-alat musik yang menggunakan

(16)

Alat musik lainnya adalah :

Gambar. 2.1. Alat-alat musik

2. Bunyi Dihasilkan dari Benda yang Bergetar

Karet gelang yang dipasangkan pada kaleng tanpa tutup atau pada kotak

kemudian karet itu dipetik maka karet itu akan bergetar. Karet yang

bergetar akan mengeluarkan bunyi. Demikian pula dengan tali, tambang,

senar atau dawai yang bergetar pada kotak suara akan mengeluarkan

bunyi. Karet gelang yang dipetik tadi bergerak dengan cepat. Begitu pula

yang terjadi pada senar gitar, biola atau kecapi.

Bunyi lainnya adalah suara kita. Jika kita bersuara atau berbicara,

tenggorokan kita akan terasa bergetar. Coba rabalah tenggorokannmu

saat kamu berbicara ! di dalam tenggorokan terdapat rongga suara yang

memiliki dua pita. Pita-pita suara itu data digetarkan oleh udara yang

berasal dari napas kita. Pita suara saat kita berbicara, fungsinya sama

(17)

B

A

C

Gambar. 2.2. Simpang getar

Banyak getaran pada suatu benda disebut freukensi. Suatu getaran

dinyatakan dengan hertz atau cycle (dibaca : saikel).

Frekuensi bunyi yang dapat terdengar oleh telinga manusia adalah

20-20.000 hertz. Bunyi yang frekuensinya kurang dari 20 hertz dan lebih

dari 20.000 hertz tidak terdengar oleh manusia. Bunyi yang kurang dari

20 hertz disebut infrassonik sedangkan yang lebih dari 20.000 hertz

disebut ultrasonik.

3. Kuat lemahnya bunyi ditentukan oleh simpang getar (Amplitudo)

Apabila kita mendengar orang berteriak, maka bunyi yang ditimbulkan

itu kuat. Akan tetapi, jika kita mendengar orang berbisik, maka bunyi itu

lemah. Sama halnya dengan bend-benda lainnya, misalnya menabuh

gendang. Apabila pukulannya pelan, bunyi yang ditumbulkan akan

lemah.

Suara atau bunyi yang kuat pada jarak yang jauh dari pendengar akan

terdengar lemah. Jadi, jarak juga dapat mempengaruhi kuat atau

lemahnya bunyi.

(18)

4. Tinggi Rendahnya Bunyi

Tinggi rendahnya bunyi ditentukan oleh banyaknya getaran per detik

(frekuensi) sumber bunyi. Getaran benda ada yang cepat, artinya, jumlah

getaran benda itu banyak dan akan menghasilkan bunyi yang tinggi.

Namun demikian, ada pula getaran benda yang lambat, artinya jumlah

getaran benda itu sedikit dan akan menghasilkan bunyi rendah. Hitungan

frekuensi adalah berapa kali benda bergetar setiap detik.

Tinggi rendahnya bunyi selain ditentukan dengan banyaknya getaran,

ditentukan juga oleh jenis sumber bunyi. Seruling memiliki getaran lebih

tinggi dari pada gong. Suara biola lebih tinggi daripada suara bas.

Senar gitar terdiri dari beberapa ukuran, ada yang kecil, sedang dan

besar. Setiap senar menimbulkan bunyi sendiri. Semakin kecil ukuran

senar, semakin tinggi bunyinya. Berarti, semakin besar ukuran senar,

semakin rendah bunyinya. Kuatnya suara pada gitar dipengaruhi pula

oleh lubang pada kotak suara. Hal ini disebabkan udara dalam kotak itu

bergetar. Peristiwa ikut bergetarnya benda oleh getaran benda lain

disebut resonansi.

5. Perambatan Bunyi

Kita dapat mendengar berbagai bunyi atau suara dan membedakannya.

Mengapa kita dapat mendengar bunyi tersebut? Menurut para ahli,

getaran bunyi yang sampai ke telinga terjadi melalui proses yang disebut

perambatan. Getaran benda dapat merambat melalui benda padat, cair

(19)

a. Bunyi merambat melalui benda padat

Di bawah ini adalah percobaan yang dilakukan oleh dua orang anak

untuk membuktikan bahwa bunyi merambat melalui benda padat.

Anak yang satu mengetukkan tangannya di atas meja, anak yang lain

mendengarnya di sudut meja yang sama.

Gambar. 2.3. Percobaan bunyi merambat melalui benda padat

b. Bunyi merambat melalui udara

Meskipun kita berada di dalam ruangan, kita dapat mendengar bunyi

atau suara dari luar. Misalnya, pada pagi hari kita dapat mendengar

suara ayam berkokok dari dalam kamar. Kita juga dapat mendengar

bunyi bel sekolah dari dalam kelas. Hal itu menunjukkan bahwa

semua bunyi atau suara yang kita dengar dari luar itu merambat

melalui udara.

c. Bunyi merambat melalui zat cair

Gambar. 2.4. Percobaan bunyi merambat melalui zat cair Pada gambar di samping, seorang

(20)

6. Pemantulan dan Penyerapan Bunyi

Apabila kita berada di suatu ruangan kosong yang dikelilingi tembok dan

berbicara bersama temanmu, akan terdengar seolah-olah ada orang yang

menirukan pembicaraan kita. Mengapa demikian? Gelombang bunyi atau

suara kita yang sampai di permukaan yang keras seperti tembok dan

lain-lain akan dipantulkan atau dikembalikan. Pantulan suara oleh dinding

atau permukaan keras lainnya dapat menimbulkan gaung. Gaung adalah

pantulan suara yang kurang jelas karena bercampur dengan suara asli.

Ada lagi pantulan bunyi yang jelas. Contohnya apabila kita berteriak di

muka tebing yang agak jauh, suara yang sampai ke tebing akan

dipantulkan kembali dengan jelas sesuai dengan suara yang terdengar

dengan jelas yang disebut Gema.

Gambar

Tabel. 2.1. Sintaks Pembelajaran Inkuiri
Tabel 2.2. Indikator Keterampilan Proses Sains
Gambar. 2.1. Alat-alat musik
Gambar. 2.4. Percobaan bunyi merambat melalui zat cair

Referensi

Dokumen terkait

Tidak adanya pengaruh antara penggunaan iklan terhadap ekuitas merek karena hasil signifikansinya 0,129 > 0,05 berarti tidak signifikan atau, berarti hal ini tidak

[r]

Hal ini dapat dibuktikan adanya selisih yang tinggi yaitu dari 7 atau 22,58% orang siswa pada siklus I, menjadi 24 atau 77,42% orang siswa memiliki rasa percaya diri

Selanjutnya pengujian karakteristik dilakukan menggunakan analisis proksimasi untuk mengetahui kadar air, zat terbang, kadar abu, dan karbon terikat dengan cara

Jual beli berdasarkan Instruksi 898 / 1975 menyatakan bahwa apabila pembeli merupakan seorang WNI keturunan Tionghoa yang hendak membeli tanah hak milik WNI

Yesus Kristus sendiri selalu menerima kita dengan tangan terbuka sambil bersabda, “Dosamu diampuni.” Dengan sikap rendah hati, kita membuka diri terhadap karya

Pembangunan UMM serta selaku Dosen Pembimbing II yang dengan teliti memberikan saran dan kritik serta telah membimbing penulis dalam menyusun karya ilmiah ini.. Faisyal

Deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan sebab peneliti menjabarkan mengenai kondisi kongkrit tentang proses adaptasi budaya mahasiswa perantau