PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN GAYA BERPIKIR
TERHADAP HASIL BELAJAR MEMBACA PEMAHAMAN
BAHASA INGGRIS SISWA SMP NEGERI
DI KECAMATAN MARDINGDING
KABUPATEN KARO
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Teknologi Pendidikan
oleh
DEBORA JUNIKE AGAPE HUTABARAT NIM. 8106122050
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
i `
Abstrak
Hutabarat, Debora Junike Agape. NIM. 8106122050. Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Gaya Berpikir Terhadap Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Inggris Siswa SMP Negeri Di Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo. Tesis. Medan: Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan 2016
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran SQ3R (Survey, Questions, Read Recite, and Review) dan
strategi pembelajaran DRTA (Directed, Reading, Thinking Activity), (2) mengetahui
ii `
Abstract
Hutabarat, Debora Junike Agape. NIM. 8106122050.The effect of learning strategy and thinking styles on reading comprehension learning achievement of student SMP Negeri Mardingding Kabupaten Karo. Thesis. Medan: State University of Medan 2016
This research is aimed at : (1) finding the difference of the students achievement taught by SQ3R (Survey, Questions, Read Recite, and Review) learning strategy and DRTA (Directed, Reading, Thinking Activity) learning strategy, (2) finding the difference of the students
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan
berkat-Nya senantiasa menyertai hidup penulis, sehingga tetap dalam keadaan sehat
menyelesaikan tesis ini. Tesis ini berjudul Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya
Berpikir terhadap Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Inggris Siswa SMP
Negeri di Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo. Tesis ini merupakan salah satu
syarat untuk meraih gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas
Negeri Medan.
Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih sebesar-besarnya kepada
Dosen Pembimbing Bapak Prof. Dr. Julaga Situmorang, M. Pd dan bapak Prof. Dr.
Mukhtar, M. Pd, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan
arahan kepada penulis sejak awal perkuliahan hingga menyelesaikan tesis ini. Penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Efendi Napitupulu, M. Pd, Dr. R. Mursid,
M. Pd, dan Dr. Naeklan Simbolon, M. Pd sebagai narasumber yang telah memberikan
kritik dan masukan yang membangun untuk tesis ini.
Rasa terima kasih juga disampaikan penulis kepada:
1. Prof. Dr. Bornok Sinaga, M. Pd sebagai Direktur Pascasarjana Universitas Negeri
Medan, Prof. Dr. Harun Sitompul, M. Pd sebagai ketua Prodi Teknologi Pendidikan
dan Dr. R. Mursid, M. Pd sebagai sekertaris Prodi yang telah banyak membantu
penulis khususnya dalam hal administrasi selama perkuliahan.
2. Bapak dan Ibu Dosen di program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah
memberikan banyak ilmu, pengalaman, kematangan, dan pemahaman yang baik dalam
berpikir dan bertindak.
3. Menda Sitepu, S. Pd, M.M sebagai Kepala SMPN 3 Mardingding, Antoni Sembiring
S. Pd, sebagai Kepala SMPN 2 Mardingding yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan data yang diperlukan selama
penelitian, dan guru patner penelitian yang telah banyak membantu peneliti dalam
melaksanakan penelitian di lapangan, dan siswa kelas VIII-b dan VIII-1 SMPN 3 dan
SMPN 2 Mardingding TA. 2015/2016 yang telah menjadi sampel penelitian.
4. Suami tercinta Samuel Marihot Siregar dan anak tercinta Serenauli Samudera Siregar,
serta Orangtua tercinta Marsuan Hutabarat dan Magda Marbun yang selalu mendoakan
dan mendukung penulis secara moril dan materil dalam menyelesaikan Program
iv
5. Teman-teman mahasiswa Prodi Teknologi Pendidikan Kelas B-2 Angkatan XIX
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang memberi dukungan dan doa
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Dalam penyusunan tesis ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan yang dikarenakan beberapa hambatan yang dihadapi. Namun berkat
bimbingan dan bantuan pihak-pihak di atas maka tesis ini dapat diselesaikan. Penulis
berharap tesis ini berguna dan bermafaat serta dapat menambah khasanah berpikir bagi
setiap yang membacanya, terkhusus bagi dunia pendidikan.
Medan, Februari 2016
Penulis
Debora Junike Agape Hutabarat
vii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Hasil UN Mata Pelajaran Bahasa Inggris ………... 5 Tabel 2.1 Komponen Strategi Instruksional Dick & Carey ………... 24 Tabel 2.2 Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Survey, Question, Read, Recite
and Review (SQ3R) ………...………...………. 30
Tabel 2.3 Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran SQ3R …...………. 32 Tabel 2.4 Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Directed Reading Thinking
Activity (DRTA) ………...………...…………. 35
Tabel 2.5 Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran DRTA …...………. 37 Tabel 2.6 Perbedaan Strategi Pembelajaran SQ3R dan DRTA ………...…………. 38 Tabel 3.1 Desain Eksperimen Faktorial 2 X 2 ………...………... 60 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Inggris ……... 69 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Gaya Berpikir ………...………... 71 Tabel 4.1 Rangkuman Rata-Rata Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa
Inggris ………...………...………... 78
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Inggris Yang Diajar Dengan Strategi pembelajaran SQ3R ………... 79 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Inggris
Yang Diajar Dengan Strategi pembelajaran DRTA ………... 81 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Inggris
Yang Memiliki Gaya Berpikir Divergen ………...…………. 82 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Inggris
Yang Memiliki Gaya Berpikir Konvergen ………...………… 84 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Inggris
Yang Diajar Dengan Strategi pembelajaran SQ3R Dan Memiliki Gaya Berpikir Divergen ………...………...………... 85 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Inggris
Yang Diajar Dengan Strategi pembelajaran SQ3R Dan Memiliki Gaya Berpikir Konvergen ………...………...……….. 87 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Inggris
Yang Diajar Dengan Strategi pembelajaran DRTA Dan Memiliki Gaya Berpikir Divergen ………...………...………... 88 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Inggris
Yang Diajar Dengan Strategi pembelajaran DRTA Dan Memiliki Gaya Berpikir Konvergen ………...………...……….. 90 Tabel 4.10 Rangkuman Analisis Uji Normalitas ………...………...…… 91 Tabel 4.11 Rangkuman Uji Homogenitas Varians Antar Kelompok Sampel Siswa
Yang Diajar Dengan Strategi pembelajaran SQ3R Dan DRTA ...…… 94 Tabel 4.12 Rangkuman Uji Homogenitas Varians Antar Kelompok Sampel Siswa
Yang Memiliki Gaya Berpikir Divergen Dan Konvergen ………...…… 95 Tabel 4.13 Rangkuman Uji Homogenitas Varians Antar Kelompok Sampel Strategi
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Dikotomi Fungsi Belahan Otak Kiri Dan Otak Kanan ……… 41
Gambar 4.1 Histogram Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Inggris Yang
Diajar Dengan Strategi pembelajaran SQ3R ………... 80
Gambar 4.2 Histogram Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Inggris Yang
Diajar Dengan Strategi pembelajaran DRTA ……….. 81
Gambar 4.3 Histogram Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Inggris Yang
Memiliki Gaya Berpikir Divergen ………... 83
Gambar 4.4 Histogram Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Inggris Yang
Memiliki Gaya Berpikir Konvergen ………... 84
Gambar 4.5 Histogram Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Inggris Yang
Diajar Dengan Strategi pembelajaran SQ3R Dan Memiliki Gaya
Berpikir Divergen ………... 86
Gambar 4.6 Histogram Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Inggris Yang
Diajar Dengan Strategi pembelajaran SQ3R Dan Memiliki Gaya
Berpikir Konvergen ………... 87
Gambar 4.7 Histogram Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Inggris Yang
Diajar Dengan Strategi pembelajaran DRTA Dan Memiliki Gaya
Berpikir Divergen ………... 89
Gambar 4.8 Histogram Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Inggris Yang
Diajar Dengan Strategi pembelajaran DRTA Dan Memiliki Gaya
Berpikir Konvergen ………... 90
Gambar 4.9 Interaksi Antara Strategi Pembelajaran Dan Gaya Berpikir Terhadap
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus ……… 121
Lampiran 2. RPP ……… 131
Lampiran 3. Instrumen Tes Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Inggris … 155 Lampiran 4. Uji Coba Instrumen Penelitian ……… 159
Lampiran 5. Hasil Uji Coba Tes Instrumen Penelitian ……… 165
Lampiran 6. Instrumen Gaya Berpikir ……… 168
Lampiran 7a. Data Penelitian ………. 170
Lampiran 7b. Distribusi Frekuensi Dan Histogram ……… 173
Lampiran 7c. Uji Normalitas ……… 194
Lampiran 7d Uji Homogenitas ……… 202
Lampiran 7e Uji Hipotesis ………. 205
Lampiran 7f. Uji Scheffe ……… 209
Lampiran 8. Tabel Statistik ……… 212
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah tuntutan utama bagi
bangsa Indonesia pada era persaingan global saat ini. Untuk menghadapi tuntutan ini
diperlukan penguasaaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang dengan
pesatnya. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pada setiap aspek
kehidupan dijadikan suatu indikator bahwa masyarakat memiliki peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia, sehingga masyarakat dianggap mampu menghadapi persaingan yang
terjadi pada bidang-bidang kehidupan.
Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghadirkan tantangan
bagi seluruh aspek kehidupan manusia. Hal ini menyebabkan manusia terus mengalami
perubahan dan perkembangan. Perkembangan dan perubahan yang terjadi di tengah-tengah
kehidupan manusia bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara tidak terlepas dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berkaitan dengan hal di atas kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dewasa ini tidak terlepas dari peran utama dunia pendidikan.
Pendidikan dianggap bagian yang sangat hakiki dalam kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu
pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, institusi pendidikan,
masyarakat, dan pemerintah.
Pendidikan tidak pernah terpisah dari kehidupan manusia. Pendidikan telah ada sejak
manusia ada dimuka bumi. Pendidikan mencakup banyak hal, yaitu segala sesuatu yang
bertalian dengan perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan,
keterampilan, pikiran perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan iman,
2
lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan kehidupannya menjadi kehidupan yang
berbudaya dan mampu bersaing pada era global (Pidarta, 2009: 2).
Peningkatan kualitas pendidikan mutlak diperlukan saat ini. Untuk membangun
pendidikan yang berkualitas diperlukan dukungan seluruh komponen secara menyeluruh dan
berkesinambungan. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal I (1) pendidikan adalah: “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara” (Syah, 2010: 1). Dalam pelaksanaan sistem pendidikan unsur
utama adalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan esensi dari
penyelenggaraan pendidikan pada institusi-institusi pendidikan. Tuntutan masyarakat
terhadap efesiensi, produktifitas, efektifitas mutu, dan kegunaan hasil dalam penyelenggaraan
proses pembelajaran menjadi suatu keharusan yang harus dipenuhi.
Dalam hal peningkatan kualitas pendidikan nasional, kegiatan proses pembelajaran
dianggap sebagai kegiatan inti karena melalui proses pembelajaran diharapkan tercapainya
tujuan pendidikan dalam bentuk perubahan tingkah laku pada diri peserta didik. Sesuai
dengan Tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 3,
yang merumuskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (Sanjaya, 2006: 65). Dalam proses pencapaian tujuan ini bahasa
memegang peran penting karena bahasa memampukan manusia untuk saling berhubungan
dan berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, belajar dari sesama, dan meningkatkan
3
berinteraksi, dan bertukar informasi. Bahasa memiliki tiga (3) fungsi, yaitu: (1) fungsi
penamaan (naming atau labeling), (2) fungsi interaksi, dan (3) fungsi transmisi (Barker,
dalam Mulyana, 2007: 266). Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual,
sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik
mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu, pembelajaran bahasa juga
membantu peserta didik mampu mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam
masyarakat, dan bahkan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif
yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa di sekolah telah mengalami banyak
transformasi strategi, metode, teknik, dan pemikiran-pemikiran yang ditujukan untuk
peningkatan kualiatas pembelajaran bahasa itu sendiri, khususnya untuk pembelajaran bahasa
Inggris. Sesuai dengan kebijakan pendidikan di Indonesia, bahasa Inggris adalah bahasa
kedua atau second language atau bahasa asing pertama yang diajarkan pada sekolah-sekolah
formal, mulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai ke Perguruan Tinggi. Bahasa Inggris
merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami
dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah
kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan
dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan,
berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk
menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu,
mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan
tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada
tingkat literasi tertentu. Tingkat literasi mencakup performative, functional, informational,
4
dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan. Pada tingkat functional, orang mampu
menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat
kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat informational, orang mampu mengakses
pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada tingkat epistemic orang mampu
mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa sasaran (Wells dalam Modul PLPG UNNES
2008).
Pembelajaran bahasa Inggris di SMP/MTs ditargetkan agar peserta didik dapat
mencapai tingkat functional yakni berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan
masalah sehari-hari, sebagaimana tertuang dalam tiga (3) Dimensi Kompetensi Lulusan
pelajaran bahasa Inggris Kurikulum 2013; (1) Dimensi Sikap yaitu memiliki (melalui
menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, mengamalkan) perilaku yang
mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia (jujur, santun, peduli, disiplin,
demokratis), percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulannya, (2) Dimensi Pengetahuan yaitu
memiliki (melalui mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta)
kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain sejenis, (3) Dimensi Keterampilan yaitu
memiliki (melalui mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi)
pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata.
Berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Tujuan mata pelajaran bahasa Inggris
yang telah dipaparkan di atas maka peserta didik tingkat SMP diharapkan telah memiliki
berbagai kemampuan dalam mempraktekkan konsep-konsep bahasa Inggris dalam kehidupan
5
hasil pengamatan di lapangan masih banyak siswa yang belum menguasai konsep-konsep
tersebut secara maksimal. Rendahnya kualitas peserta didik pada mata pelajaran bahasa
Inggris terlihat pada keterampilan berkomunikasi peserta didik sendiri yang tercermin pada
hasil belajar bahasa Inggris sehari-hari maupun hasil belajar bahasa Inggris yang diujikan
secara nasional melalui Ujian Nasional (UN).
Rendahnya hasil belajar peserta didik dalam pelajaran bahasa Inggris terjadi pula pada
beberapa sekolah di kabupaten Karo, termasuk pada SMP Negeri 2 Mardingding dan SMP
Negeri 3 Mardingding. Berdasarkan hasil pengamatan dan data yang diperoleh dari kantor
Tata Usaha kedua sekolah di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata UN peserta didik untuk
mata pelajaran bahasa Inggris masih rendah dan kurang memuaskan bila dibandingkan
dengan target nilai yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, seperti yang
terlihat pada table berikut.
Tabel 1.1. Hasil Ujian Nasional (UN) Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMP Negeri 3 Mardingding dan SMP Negeri 3 Mardingding Tahun Pelajaran 2012/2013 sampai dengan 2014/2015
Tahun Pelajaran
SMP Negeri 2 Mardingding SMP Negeri 3 Mardingding
Nilai
Sumber Data: Daftar Kumpulan Nilai (DKN) Tata Usaha SMP Negeri 2 Mardingding dan SMP Negeri 3 Mardingding
Dari table 1.1 di atas dapat disimpulkan bahwa perolehan hasil belajar bahasa Inggris
masih rendah dan tidak memuaskan. Hal ini tentunya membuat pihak sekolah dan
masyarakat, khususnya orang tua merasa kecewa. Mereka mengasumsikan bahwa mutu
6
Nasional (UN) khususnya mata pelajaran bahasa Inggris tersebut masih rendah dan tidak
memenuhi target nilai rata-rata yang ditetapkan dari Departemen Pendidikan Nasional yaitu
dengan nilai rata-rata Nilai Akhir (NA) dari seluruh mata pelajaran yang diujikan mencapai
paling rendah 5,5 (lima koma lima).
Berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini telah dilakukan pihak SMP Negeri di
kecamatan Mardingding, diantaranya mengadakan les tambahan bahasa Inggris, memberikan
motivasi, mengadakan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dan mengikutsertakan
guru dalam kegiatan pelatihan atau seminar peningkatan mutu pembelajaran bahasa Inggris.
Meskipun upaya-upaya tersebut telah dilakukan namun sejauh ini belum menunjukkan hasil
yang signifikan terhadap perkembangan atau peningkatan mutu pembelajaran bahasa Inggris.
Perlu diketahui bahwa kesuksesan atau peningkatan kualitas pembelajaran tidak
hanya tergantung pada satu sisi saja, bukan hanya pada pihak sekolah saja walaupun memang
sekolah yang memegang peran utama. Sebagaimana diketahui bahwa pembelajaran adalah
suatu proses. Proses pembelajaran adalah segala hal yang dilakukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pada proses pembelajaran guru sebagai instructional agent mengarahkan
segala tindakannya terhadap pebelajar untuk mencapai tujuan tertentu dengan memperhatikan
kondisi internal dan eksternal (Reigeluth 1983: 56). Sejalan dengan Reigeluth, Gagne, dalam
Prawiradilaga (2009: 15) menuliskan bahwa proses belajar terjadi karena adanya
kondisi-kondisi belajar; internal maupun eksternal. Kondisi internal adalah kemampuan dan kesiapan
diri pebelajar, sedang kondisi eksternal adalah pengaturan lingkungan yang didisain.
Proses pembelajaran ini melibatkan beberapa faktor yaitu: (1) faktor guru, (2) faktor
siswa, (3) faktor sarana dan prasarana, dan (4) faktor lingkungan (Sanjaya 2011: 52). Guru
menjadi faktor nomor satu yang terlibat dalam proses pembelajaran, hal ini menuntut guru
agar lebih mengembangkan profesionalismenya melalui pengembangan strategi pembelajaran
7
inovatif, kreatif, efektif, dan sekaligus menyenangkan bagi siswanya. Namun fakta melihat
pembelajaran di sekolah-sekolah yang berpusat pada guru dimana guru masih aktif sebagai
pemberi informasi dan mendominasi pembelajaran di kelas, sedangkan peserta didik pasif
sebagai penerima informasi, meski-pun paradigma pendidikan yang baru sudah mengarahkan
pada student centered. Selain itu pembelajaran masih menekankan pada hafalan dan
drill-drill (latihan) yang kemungkinan besar disebabkan banyaknya materi yang harus diselesaikan
dalam waktu yang relatif singkat. Meskipun peserta didik tidak lagi dianggap objek
pembelajaran, tetapi kenyataannya proses pembelajaran masih sangat didominasi oleh guru.
Peneliti melihat hal ini sebagai faktor yang mencolok dalam menentukan hasil belajar
siswa yang maksimal dalam pembelajaran bahasa Inggris khususnya dalam keterampilan
membaca. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu keterampilan berbahasa yang semakin
penting peranannya dalam menghadapi abad ke-21 adalah membaca disamping tiga (3)
keterampilan lainnya (mendengar, berbicara, dan menulis). Dengan majunya teknologi di
bidang media cetak, ribuan bahkan ratusan ribu judul/ topik dari berbagai bidang
pengetahuan yang terbit setiap harinya. Hanya dengan memiliki keterampilan membaca yang
efesien dan efektif berbagai informasi yang bermanfaat dapat dipahami dengan mudah. Hal
ini sejalan dengan tujuan pembelajaran bahasa Inggris yang memfokuskan siswa untuk dapat
memahami ragam wacana sastra maupun nonsastra yang dapat juga dilihat pada model-model
soal Ujian Nasional (UN) mata pelajaran bahasa Inggris yang disajikan untuk siswa.
Guru harus mampu mengeksplorasi pengetahuan dan jiwa profesionalismenya dalam
menentukan dan mengembangkan strategi-strategi untuk keberhasilan pembelajaran
khususnya dalam pembelajaran bahasa Inggris. Guru adalah komponen manusiawi dalam
proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam pembentukan sumber daya manusia yang
profesional di bidang pembangunan, oleh karena itu guru merupakan salah satu unsur di
8
tenaga professional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Hal ini
guru tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang transfer knowledge, tetapi juga sebagai
“pengajar” yang transfer of values dan sekaligus sebagai “pembimbing” yang memberikan
pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Berkenaan dengan ini guru memiliki peranan
yang sangat unik dan kompleks di dalam proses belajar mengajar, dalam usahanya
mengantarka siswa ke taraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu setiap rencana kegiatan guru
harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi keberhasilan siswa, sesuai dengan
tanggungjawabnya. Sebagaimana Sardiman (2004: 161) menuliskan sepuluh (10) kompetensi
yang harus dimiliki oleh guru yaitu: (1) menguasai bahan, (2) mengelola program belajar
mengajar, (3) mengelola kelas, (4) menggunakan media/ sumber belajar, (5) menguasai
landasan-landasan kependidikan, (6) mengelola interaksi belajar mengajar, (7) menilai
prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, (8) mengenal fungsi dan program bimbingan
dan penyuluhan, (9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan (10)
memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan
pengajaran.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar bahasa Inggris di
SMP Negeri di kecamatan Mardingding belum menunjukkan hasil yang maksimal dan
memuaskan. Hal ini disebabkan oleh faktor proses pembelajaran khususnya strategi
pembelajaran yang belum optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan oleh guru dan
kurangnya kesadaran akan pentingnya keterampilan dalam berbahasa Inggris khususnya
untuk kompetensi membaca. Untuk mengatasi hal ini guru harus memiliki strategi-strategi
tertentu dalam mengajarkan keterampilan membaca untuk mata pelajaran bahasa Inggris.
Dari beberapa strategi pembelajaran, Strategi Pembelajaran Survey, Question, Read,
Recite, Review (SQ3R) adalah strategi pembelajaran khusus untuk keterampilan membaca.
9
bertujuan untuk membantu pembaca agar dapat memahami secara utuh dan rinci tentang isi
suatu teks. Dengan Strategi Pembelajaran SQ3R, pembaca akan lebih cepat menemukan
gagasan-gagasan pokok yang terdapat di dalam teks. Langkah-langkah yang terdapat di
dalam Strategi Pembelajaran SQ3R, meliputi: survey, question, read, recite, dan review.
Strategi ini dianggap memiliki kelebihan dibanding strategi pembelajaran konvensional
karena dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa. Melalui penerapkan
langkah-langkah tersebut siswa memiliki kebebasan dalam menganalisis wacana, siswa terangsang
untuk mampu berpikir kritis terhadap permasalahan di sekitarnya dan terlatih untuk belajar
secara kolaboratif. Hal ini dibuktikan dengan sudah adanya beberapa penelitian yang
dilakukan mengenai strategi pembelajaran SQ3R ini yang temuannya menyimpulkan bahwa
strategi pembelajaran SQ3R dapat meningkatkan hasil pembelajaran pada beberapa bidang
studi. Strategi pembelajaran SQ3R dianggap dapat mengeksplorasi pengetahuan siswa dalam
kegiatan pembelajaran sehingga hasil pembelajaran jauh lebih baik daripada strategi
pembelajaran yang konvensional. Oleh karena itu peneliti mencoba menggunakan strategi
pembelajaran SQ3R untuk meningkatkan hasil pelajaran membaca bahasa Inggris dalam
kajian ini.
Selain Strategi Pembelajaran SQ3R, strategi pembelajaran lain yang juga dapat
meningkatkan keterampilan membaca adalah Strategi Pembelajaran Directed Reading
Thinking Activity (DRTA). Strategi Pembelajaran DRTA adalah strategi yang memfokuskan
keterlibatan siswa dalam memprediksi dan membuktikan prediksinya ketika mereka
membaca teks. Pada strategi pembelajaran ini siswa diminta untuk merumuskan pertanyaan
dan hipotesis, memproses informasi, dan mengevaluasi solusi sementara. Berbeda dengan
strategi pembelajaran yang umum digunakan untuk membaca yang umumnya digunakan
dimana siswa dihadapkan pada suatu teks bacaan kemudian siswa membaca teks tersebut.
10
tersebut. Strategi pembelajaran ini mendorong siswa untuk mengaplikasikan keterampilan
metakognitif yang dimilikinya, karena pada saat itu siswa berpikir sesuai dengan jalan
pikirnya. Beberapa penelitian terlebih dahulu menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran
DRTA merupakan salah satu strategi yang dapat meningkatkan hasil pembelajaran, terutama
pada hasil pembelajaran bahasa apabila dibandingkan dengan strategi konvensional atau
ekspositori.
Disamping pemilihan strategi pembelajaran yang tepat hasil belajar juga ditentukan
oleh kemampuan guru mengenal dan memahami karakteristik siswa. Pengenalan akan
karakteristik siswa ini dapat membantu guru dalam memilih dan menentukan strategi
pembelajaran apa yang tepat untuksiswa tersebut. Menurut Kemp (1977: 18), guru harus
dapat mengenali karakteristik siswa dan menghargai siswa sebagai individu belajar. Proses
pembelajaran yang efektif terjadi apabila materi yang disampaikan guru dapat dipahami
siswa melalui struktur kognitifnya. Siswa dapat mengingat konsep materi yang disampaikan
guru dan memahaminya, jadi siswa mengalami apa yang disebut dengan meaningful learning.
Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri
dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir, dan kemampuan awal
yang dimiliki (Hamzah. B Uno, 2007). Apabila guru mengenal karakteristik siswa, guru dapat
menjadikan hal ini sebagai landasan dalam memberikan materi baru dan lanjutan, mengetahui
daya serap siswa terhadap materi baru yang akan disampaikan, menyajikan bahan serta
metode lebih serasi dan efisien, dan mengetahui tingkat penguasaan yang telah diperoleh
siswa. Salah satu karakteristik siswa adalah gaya berpikir siswa. Gaya berpikir adalah cara
individu dalam merespon suatu permasalahan tentang hal-hal yang terkait dengan
pembicaraan atau informasi yang diberikan. Guilford (dalam Sternberg, 1997)
memperkenalkan model struktur intelektual yang membedakan cara bekerjany (operasi)
11
(divergent thinking). Individu yang berpikir secara konvergen berarti berpikir mengkerucut,
sehingga umumnya berpandangan bahwa penyelesaian diperoleh melalui cara berpikir
prosedural atau struktural. Sementara itu, berpikir divergen berarti membuka pikiran untuk
berbagai kemungkinan termasuk penyelesaian yang tidak terpikirkan oleh orang lain pada
umumnya.
Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa pembelajaran Bahasa Inggris dapat
mencapai hasil yang maksimal apabila guru memahami strategi pembelajaran apa yang tepat
untuk diterapkan pada siswanya. Disamping pemilihan strategi pembelajaran yang tepat guru
juga harus mempertimbangkan karakteristik siswa, dalam hal ini adalah gaya berpikir siswa.
Kedua hal ini dianggap memiliki pengaruh terhadap hasil pembelajaran bahasa Inggris
sehingga perlu dilakukan penelitian yang mengkaji pengaruh strategi pembelajaran dan gaya
berpikir terhadap hasil belajar bahasa Inggris siswa SMP Negeri di kecamatan Mardingding.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan
beberapa aspek yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Berdasarkan aspek-aspek tersebut,
dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan beberapa masalah yaitu: (1) Apakah ada
pengaruh strategi pembelajaran dengan hasil belajar bahasa Inggris? (2) Apakah gaya
berpikir siswa mempengaruhi hasil belajar bahasa Inggris? (3) Bagaimanakah hasil belajar
bahasa Inggris yang dicapai dengan menggunakan strategi pembelajaran SQ3R? (4)
Bagaimanakah hasil belajar bahasa Inggris yang dicapai dengan menggunakan strategi
pembelajaran DRTA? (5) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar bahasa Inggris antara
siswa yang diberikan strategi pembelajaran SQ3R dengan yang diberikan strategi
pembelajaran DRTA? (6) Bagaimanakah hasil belajar bahasa Inggris yang dicapai siswa yang
12
siswa yang memiliki gaya berpikir konvergen? (8) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar
Bahasa Inggris antara siswa yang memiliki gaya berpikir konvergen dengan siswa yang
memiliki gaya berpikir divergen? (9) Bagaimana hasil belajar bahasa Inggris antara siswa
yang memiliki gaya berpikir divergen dan konvergen jika diajarkan dengan strategi
pembelajaran SQ3R? (10) Bagaimana hasil belajar Bahasa Inggris antara siswa yang
memiliki gaya berpikir divergen dan konvergen jika diajarkan dengan strategi pembelajaran
DRTA? (11) Apakah ada pengaruh strategi pembelajaran dan gaya berpikir terhadap hasil
belajar? (12) Apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya berpikir
terhadap hasil belajar?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi di atas, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini
difokuskan pada strategi pembelajaran dan gaya berpikir. Strategi pembelajaran dibatasi pada
strategi pembelajaran SQ3R dan DRTA. Sedangkan gaya berpikir dibatasi pada gaya berpikir
divergen dan konvergen. Hasil belajar bahasa Inggris dibatasi pada keterampilan membaca
pemahaman (reading comprehension) dengan materi Descriptive Text dan Recount Text.
Aspek yang dinilai dibatasi hanya pada aspek kognitif saja, yaitu mengingat (C1), memahami
(C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4). Hasil belajar membaca pemahaman (reading
comprehension) yang akan dinilai adalah hasil belajar bahasa Inggris siswa SMP Negeri 2
Mardingding dan SMP negeri 3 Mardingding kelas VIII semester ganjil tahun pelajaran
13
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar bahasa Inggris siswa yang diajar dengan
menggunakan strategi pembelajaran SQ3R dibandingkan hasil belajar bahasa Inggris
siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran DRTA?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar bahasa Inggris siswa yang memiliki gaya berpikir
divergen dibandingkan hasil belajar bahasa Inggris siswa yang memiliki gaya berpikir
konvergen?
3. Apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya berpikir terhadap hasil
belajar bahasa Inggris?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui perbedaan hasil belajar bahasa Inggris siswa yang diajar dengan menggunakan
strategi pembelajaran SQ3R dan siswa yang diajar dengan menggunakan strategi
pembelajaran DRTA.
2. Mengetahui perbedaan hasil belajar bahasa Inggris siswa yang memiliki gaya berpikir
divergen dan siswa yang memiliki gaya berpikir konvergen.
3. Mengetahui interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya berpikir siswa terhadap hasil
14
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada tenaga pendidik yang
bersifat teoretis maupun yang bersifat praktis. Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran
khususnya yang berkaitan dengan strategi pembelajaran SQ3R dan strategi pembelajaran
DRTA serta kaitannya dengan gaya berpikir siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
2. Sumbangan pemikiran bagi guru, pengelola, pengembang dan lembaga-lembaga
pendidikan dalam memahami dinamika dan karakteristik siswa.
3. Bahan masukan bagi lembaga pendidikan sebagai aplikasi teoretis dan teknologi
pembelajaran.
4. Bahan perbandingan bagi peneliti lain, yang membahas dan meneliti permasalahan yang
sama.
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan pertimbangan dan alternatif bagi guru tentang strategi pembelajaran pada
pembelajaran bahasa Inggris yang dapat diterapkan guru bagi kemajuan dan peningkatan
keberhasilan belajar siswa.
2. Sebagai upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam hal-hal yang
berhubungan dengan aplikasi teknologi pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam
113 BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, uji persyaratan, uji hipotesis dan diskusi hasil penelitian,
maka
1. Hasil belajar membaca pemahaman bahasa Inggris siswa yang diajar dengan strategi
pembelajaran SQ3R lebih tinggi daripada hasil belajar membaca pemahaman bahasa
Inggris siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran DRTA.
2. Hasil belajar membaca pemahaman bahasa Inggris siswa yang memiliki gaya berpikir
Divergen lebih tinggi daripada hasil belajar membaca pemahaman bahasa Inggris
siswa yang memiliki gaya berpikir Konvergen.
3. Terdapat interaksi antara penggunaan strategi pembelajaran dan gaya berpikir dalam
mempengaruhi hasil belajar membaca pemahaman bahasa Inggris siswa.
B. Implikasi
1. Implikasi Terhadap Guru Bidang Studi Bahasa Inggris
Strategi pembelajaran SQ3R dan DRTA merupakan salah satu strategi pembelajaran yang
dapat meningkatkan hasil belajar membaca pemahaman bahasa Inggris siswa. Pada kedua
strategi ini pemahaman siswa akan suatu bacaan digali lebih dalam untuk mendapatkan hasil
belajar yang lebih tinggi. Pada proses pelaksanaan pembelajaran guru dituntut mampu
menggerakkan siswa agar aktif dalam melaksanakan proses strategi pembelajaran SQ3R dan
DRTA ini secara runtut karena pada kedua strategi pembelajaran ini guru lebih dominan
mengarahkan pemikiran siswa terhadap hal yang terdapat pada isi teks bacaaan sedangkan
114
dengan melibatkan diskusi dengan sesama siswa, saling memberi pendapat dan. Setiap materi
pembelajaran tentunya memiliki karakteristik tersendiri, demikian juga dengan pelajaran
membaca pemahaman dalam mata pelajaran bahasa Inggris. Oleh karena itu sebelum
menggunakan suatu strategi pembelajaran seorang guru bahasa Inggris seharusnya
mengidentifikasi cirri-ciri dari materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Selain
mengidentifikasi karakteristik materi pembelajaran hal penting yang harus dilakukan seorang
guru bahasa Inggris adalah mengidentifikasi karakteristik siswa tersebut, bagaimana kondisi
siswa tersebut tentang kepribadian, motivasi, gaya belajar, dan gaya berpikir seperti yang
dibahas dalam penelitian ini. Mengidentifikasi karakteristik siswa dan materi pembelajaran
serta menyesuaikannya dengan strategi pembelajaran tentunya akan mendatangkan hasil
belajar membaca pemahaman bahasa Inggris yang baik pula. Temuan penelitian ini perlu
disosialisasikan kepada para guru yang mengajar bahasa Inggris melalui Musyawarah Guru
Mata Pelajaran agar para guru bahasa Inggris dapat menggunakan strategi pembelajaran
SQ3R dengan baik, dan apabila para guru dapat mengenali gaya berpikir siswa antara
divergen dan divergen mereka dapat menetukan strategi pembelajaran yang tepat untuk siswa
tersebut
2. Implikasi Terhadap Perencanaan dan Pengembangan Strategi Pembelajaran
Berdasarkan temuan dalam penelitian ini hasil belajar membaca pemahaman bahasa
Inggris siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran SQ3R lebih tinggi daripada hasil
belajar membaca pemahaman bahasa Inggris siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran
DRTA ditinjau dari gaya berpikir siswa, memberikan suatu fakta bahwa dalam pembelajaran
membaca pemahaman bahasa Inggris, strategi pembelajaran SQ3R lebih tepat digunakan dari
pada strategi pembelajaran DRTA. Desain strategi pembelajaran SQ3R direncanakan dan
115
mendukung proses kegiatan pembelajaran berjalan dengan maksimal dan pada akhirnya siswa
memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan harapan Dengan desain strategi pembelajaran
yang telah direncanakan dan dikembangkan ini maka hasil pembelajaran bahasa Inggris siswa
semakin meningkat. Selain karakteristik materi pembelajaran, hal penting lain yaitu
karakteristik siswa. Karakteristik siswa juga perlu diperhatikan karena sangat berpengaruh
ketika seorang guru merencanakan dan mengembangkan suatu pembelajaran sehingga ketika
seorang guru melaksanakan pembelajaran tercipata kondisi yang kondusif dimana guru
benar-benar memahami gaya berpikir siswa dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat
untuk siswa. Temuan penelitian ini perlu disosialisasikan kepada para guru yang mengajar
melalui seminar, ataupun lokakarya maupun pelatihan. Dengan memperkenalkan strategi
pembelajaran SQ3R lewat pelatihan maupun lokakarya diharapkan dapat memberikan hasil
belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan strategi pembelajaran DRTA.
Selain itu perlu juga dipublikasikan dalam jurnal, internet, dan blog agar dapat diketahui oleh
orang banyak khususnya yang berminat dalam pengembangan strategi pembelajaran.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi seperti yang dikemukakan di atas, maka ada
beberapa hal yang disarankan yaitu:
1. Bagi guru di SMP Negeri Mardingding kab. Karo agar dapat menggunakan hasil
penelitian ini sebagai masukan untuk menambah pengetahuan dan kreatifitas dalam
menggunakan strategi pembelajaran di sekolah. Selain itu, guru dapat mengembangkan
strategi pembelajaran SQ3R untuk memperolah hasil belajar yang lebih baik dan perlu
lagi menggali strategi DRTA ini lebih dalam lagi agar juga dapat digunakan sesuai
116
2. Bagi guru bahasa Inggris agar memperhatikan berbagai karakteristik konsep-konsep
materi pembelajaran dan karakteristik siswa yang diajar agar dapat menentukan strategi
pembelajaran yang tepat untuk siswa tersebut. Apabila gaya berpikir siswa diketahui
maka strategi pembelajaran SQ3R baik digunakan untuk siswa yang memiliki gaya
berpikir divergen dan strategi pembelajaran DRTA baik digunakan untuk siswa yang
memiliki gaya berpikir konvergen. Dengan demikian proses pembelajaran berjalan
dengan baik dan siswa mendapat hasil belajar yang baik pula.
3. Guru agar mampu dalam menyajikan materi pelajaran secara runtut dengan menggunakan
strategi pembelajaran SQ3R dan DRTA di lapangan, sehingga rencana pembelajaran yang
sebelumnya dapat terlaksana dengan baik untuk setiap pertemuannya. Disamping itu guru
harus lebih sering menggunakan strategi pembelajaran SQ3R dan DRTA ini agar hasil
belajar dapat lebih baik lagi mengingat pembelajaran bahasa Inggris berkaitan erat
dengan aspek membaca pemahaman.
4. Pihak-pihak yang memiliki andil dalam peningkatan mutu pendidikan agar
mempertimbangkan mengadakan seminar, lokakarya atau pendidikan dan pelatihan
kepada guru-guru dalam menggunakan strategi pembelajaran khususnya strategi
pembelajaran SQ3R dan DRTA dikaitkan dengan gaya berpikir siswa agar hasil belajar
siswa semakin meningkat.
5. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai masukan dalam melakukan penelitian lain yang
terkait dengan penelitian ini, yaitu penggunaan strategi pembelajaran SQ3R dan DRTA
dengan melibatkan variable moderator lain seperti, sikap bahasa, motivasi, gaya belajar,
tipe kepribadian, jenis kelamin serta karakteristik lainnya yang terdapat pada siswa.
Disamping itu disarankan pula untuk memperbanyak jumlah populasi dan sampel
penelitian serta waktu penelitian sehingga hasil dari penelitian dapat dijadikan sebagai
117
DAFTAR PUSTAKA
AECT. 1986. Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Anderson, L.W and Krathwohl, D R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing. New York: Longman
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Asrori, M. 2009. Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima
Alderson, J C. 2001. Assesing Reading. Cambridge: Cambridge University Press
Brophy, D. R. 2001. Comparing the Attributes, Activities, and Performance of Divergent,
Convergent, and Combination Thinkers. Creativity Research Journal Vol. 13
BNSP. 2013. Prosedur Operasi Standar Penyelengaraan Ujian Nasional 2014. Jakarta: BNSP
Claridge, G and McDonald, A. 2009. An investigation into the relationships between
convergent and divergent thinking, schizotypy, and autistic traits. Personality and
Individual Differences Journal 46 (2009) 794–799)
Denison, P. E and Denison, G. E. 2002. Brain Gym (Senam Otak) Jakarta: Grasindo
DePorter and Hernacki, 2007. Quantum Learning. Bandung: Kaifa
Depdiknas. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Farida R. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Givens, C. 2012. Divergent thinking. Palm Beach State College
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Grasindo
Farrel, T S. C. 2009. Teaching to English Language Learning.London: Corwin Pers
Hamid, Abdul. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan
Jones, D. 2004. Painles Reading Comprehension. New York: Baron Educational Series
118
Khodijah, N. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
McNeil, J D. 1992. Reading Comprehension. Los Angeles:HarperCollins Publisher
Miarso. Y. 2009. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Pustekkom
Muhibbin, S. 2010, Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya
Mulyana, D. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya
Munandar, S. C. U. 1992. Psikologi Perkembangan Pribadi. Jakarta: Penerbit Gramedia
Nessel, D. D & Graham, J. M. 2007. Thinking Strategy for Student Achievement. California: Corwin Press
Noer, M. 2013. Speed Reading for Beginners. Panduan Membaca Lebih Cepat, Lebih
Cerdas, dan Pemahaman yang Lebih Baik. E-book
Nuriah. 2012. Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Gaya Berpikir Terhadap Kemampuan Menulis Siswa Kelas X Sma Negeri 4 Medan Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
Tesis. Medan: Program Pasca Sarjana Unimed
Panitia Sertifikasi Guru Rayon 12, 2008. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Bahasa
Inggris SMP. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Pidarta, M. 2009. Landasan Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Prawiradilaga, D. S. 2009. Prinsip Disain Pembelajaran (Instructional Design). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta
PSDMPK dan PMP. 2014. Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Medan: Kemendikbud
Rakhmat, J. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Reigeluth, C. M. 1983. Instructional- Design Theories And Models: An Overview Of Their
Current Status. London: Lawrence Erlbaum Associates
Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sak, U and Maker, C. J. 2005. Divergence And Convergence Of Mental Forces Of
Children In Open And Closed Mathematical Problems. International Education
Journal, 2005, 6(2), 252-260.
Sanjaya, W. 2011, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media
119
Semiawan, C. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Grasindo
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Somadayo, S. 2011, Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca, Yogyakarta: Graha Ilmu
Suardika, I G. N. 2008. Pengaruh Strategi Pembelajaran Konstruktivis Berbasis ICT Terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau Dari Gaya Berpikir Divergen dan Konvergen. Denpasar: SMAN 1 Denpasar
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaliasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sudjana, M. A. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara
Suparman, M. A. 2004. Desain Instruksional. Jakarta: Pusat Perbukuan Universitas Terbuka
Suriasumantri, J. S. 2006. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia
Susilawati, S. 2011. Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Gaya Berpikir Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Smp Negeri 1 Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur. Tesis.
Medan: Program Pasca Sarjana Unimed
Tarigan, H. G. 2005, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa
Uno, H. B. 2007, Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia, PT. Bumi Aksara, Jakarta
Waine, J. T, 2010. An Analysis of Convergent and Divergent Teaching on High School Students' Understanding of Selected Lighting Principles. Thesis. Wisconsin: The Graduate School University of Wisconsin
Wisaksono, B. 2009. Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Sikap Bahasa Terhadap Hasil
Belajar Membaca dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa SMA Negeri 1 Ujung Padang Kabupaten Simalungun. Tesis. Medan: Program Pasca Sarjana
Unimed
Wulandari, I dan Mahfud. 2014. Pengaruh Strategi Pembelajaran Survey,Question, Read, Recite, And Review (SQ3R) Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Ditinjau Dari Minat Baca. Jurnal: FKIP Universitas Sebelas Maret
Yuliati, D, 2011 . Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Gaya Belajar Terhadap Kemampuan MembacaBahasa Indonesia Kelas VII Siswa SMP Darma Pancasila Medan. Tesis.
120
Kurniawan, F. 2013. Membaca http://wwwkaruniacahayafajar.blogspot.com/2013/06 /membaca.html (diakses Juni 2014)
Riadi, M. 2013. Strategi Belajar SQ3R. http://www.kajianpustaka.com (diakses 23 Juni
2015)
Teacher, Technology. 2014. How to Study Better Using SQ3R. http://www.teach-nology.com/teachers/lesson-plan/interdisciplinary/usingsq3r.html (diakses Juli 2015)