BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Konsep Relationship Marketing memiliki kedudukan istimewa dalam konteks
industri jasa. Kalangan Akademisi dan Praktisi sendiri mengakui pentingnya penerapan
Relationship Marketing sebagai bagian dari strategi bisnis. Perbedaan pendapat terjadi di
beberapa Peneliti yang membahas isu Relationship Marketing (Srinivasan dan Moorman,
2005). Hal ini menjadi salah satu Research Gap yang mendasari dilakukannya penelitian
ini.
O'Loughlin, Szmigin, dan Turnbull (2004) serta Shekhar dan Gupta (2008)
menyatakan bahwa tidak setiap customer bersedia untuk terlibat dalam hubungan yang
dekat dengan penyedia jasa nya. O’Malley dan Tynan (2000) berpendapat bahwa kecil
kemungkinan atau bahkan tidak menguntungkan untuk menciptakan hubungan jangka
panjang yang bersifat personal dengan setiap konsumen. Kalangan praktisi bisnis pun
banyak yang menilai bahwa penerapan streategi Customer Relationship Marketing
(CRM) gagal untuk memenuhi harapan perusahaan (
Day dan
Van Den Bulte, 2002).
Pendapat beberapa peneliti tersebut menunjukan adanya sikap “kontra” terhadap
pelaksanaan stretegi bisnis perusahaan yang berbasis Relationship Marketing.
bisnis penting bagi perusahaan. Manfaat Relationship Marketing bersumber dari
pembelian berkelanjutan dari pelanggan yang ber komitmen dimana pelanggan tersebut
seringkali tidak sensitif terhadap harga, yang kemudian mendorong penurunan biaya
marketing dan peningkatan profitabilitas keseluruhan (Bowen dan Shoemaker, 1998).
Reinartz,
Krafft, dan. Hoyer
(2004) juga menyatakan bahwa kapabilitas perusahaan
dalam penerapan strategi CRM berdampak positif pada performa bisnis. Tabel
Research
Gap yang menunjukkan adanya perbedaan pendapat di kalangan peneliti yang membahas
isu relationship marketing dapat dilihat pada bagian lampiran dari penelitian ini.
Esensi dari Relationship Marketing terletak pada Relationship Quality yang
diartikan sebagai penilaian secara keseluruhan dari kekuatan dalam sebuah hubungan
(Garbarino dan Johnson, 1999). Riset yang berhubungan dengan pengembangan model
analisis anteseden dan konsekuensi dari Relationship Quality telah dilakukan oleh para
peneliti. Beberapa penelitian menunjukkan perbedaan dalam penggunaan variabel
anteseden dari konstruk Relationship Quality. Perbedaan dalam riset-riset tersebut diikuti
oleh hasil penelitian yang bervariasi. Hal ini menambahkan ada nya Research Gap lain
yang mendasari dilakukannya penelitian ini.
Penelitian awal terkait dengan isu Relationship Quality dilakukan oleh Crosby,
Evans, dan Cowles (1990). Penelitian tersebut menggunakan model Relationship Quality
untuk mengetahui karateristik dan anteseden dari Relationship Quality yang diujikan
dalam konteks Perusahaan Asuransi di AS. Hasil penelitian tersebut membuktikan peran
similiarity, expertise, dan relational selling sebagai anteseden dari Relationship Quality.
dari Relationship Quality, dan membagi konstruk Relationship Quality menjadi dua
dimensi: trust dan satisfaction kemudian menggunakan variabel loyalty sebagai
konsekuensi dari Relationship Quality. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
Pegawai perusahaan yang menerapkan pendekatan friendliness dan memiliki knowledge
of customers yang baik berpengaruh terhadap relationship quality, namun expertise dan
similarity hanya mempengaruhi dimensi trust dari relationship quality, dan tidak
mempengaruhi dimensi satisfaction dari relationship quality. Konteks studi dalam riset
ini adalah salon kecantikan di Singapura.
Rajaobelina dan Bergeron (2009) melakukan penelitian yang relevan dengan
Relationship Quality yang diujikan dalam konteks Jasa Konsultasi Keuangan di Kanada.
Penelitian tersebut menggunakan variabel Client Knowledge, Customer Orientation,
Expertise, dan Similarity sebagai Anteseden dari Relationship Quality, dengan Purchase
Intention
dan Word of Mouth sebagai variabel konsekuensi. Hasil penelitian tersebut
membuktikan peran Client Knowledge, Customer Orientation, dan Expertise sebagai
anteseden dari Relationship Quality, serta juga membuktikan peran Purchase Intention
dan Word of Mouth sebagai variabel Konsekuensi dari Relationship Quality.
Tabel
Research Gap yang menunjukkan adanya perbedaan dalam penggunaan variabel
anteseden dari konstruk Relationship Quality dapat dilihat pada bagian lampiran dari
penelitian ini.
Penelitian ini merupakan riset lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh
Rajaobelina dan Bergeron (2009) dengan menambahkan konstruk Communication
sebagai variabel anteseden dari Relationship Quality. Dasar digunakannya variabel
Communication
sebagai anteseden dari Relationship Quality dalam penelitian ini
bersumber dari riset yang dilakukan oleh Kim et al., (2001). Penambahan konstruk
Communication ini sesuai dengan arahan untuk penelitian lanjutan dari riset yang
dilakukan oleh Rajaobelina dan Bergeron (2009).
berbasis teknologi CDMA, serta Telkom Flexy dan Smartfren yang juga berbasis CDMA
namun dengan jangkauan lokal atau fixed wireless (Ekoyuono, 2011). Telkomsel sendiri
merupakan operator telekomunikasi berbasis seluler yang telah dipercaya melayani 16,29
juta pelanggan, dimana sekitar 1,33 juta merupakan pelanggan kartuHALO pascabayar
dan sebagian lain nya adalah pengguna kartu prabayar simPATI dan Kartu As
(Ekoyuono, 2011).
Model yang dikonstruksi dalam penelitian ini bertumpu pada lima variabel yang
menjadi anteseden dari Relationship Quality, yaitu: Client Knowledge, Customer
Orientation, Expertise, Similarity, dan Communication, serta dua variabel yang menjadi
konsekuensi dari Relationship Quality, yaitu: Purchase Intention dan Word of Mouth. Hal
ini berdasarkan pada penelitian Rajaobelina dan Bergeron (2009) serta Kim et al., (
2001). Berikut ini adalah penjelasan terkait pengertian dan urgensi dari masing-masing
variabel tersebut.
baik pula pengelolaan Relationship Quality yang dijalin Telkomsel dengan pelanggan
nya.
Kedua, Customer Orientation didefinisikan sebagai refleksi dari kepribadian
penyedia jasa yang memiliki kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan
(Brown et al., 2002). Variabel Customer Orientation penting untuk diteliti karena
Perusahaan yang berorientasi pada pelanggan berpotensi untuk memuaskan kebutuhan
pelanggan lebih baik di banding pesaing (Wray et al., 1994). Kajian literatur
mengindikasi bahwa Customer Orientation berpengaruh positif terhadap Relationship
Quality
(Wray et al., 1994; Cheng et al., 2008; Bejou et al., 1996; Rajaobelina dan
Bergeron, 2009; Macintosh, 2007). Hal ini menjelaskan bahwa semakin baik Telkomsel
mampu mengutamakan pemenuhan kebutuhan pelanggan, maka akan semakin baik pula
pengelolaan Relationship Quality yang dijalin Telkomsel dengan pelanggan nya.
baik pula pengelolaan Relationship Quality yang dijalin Telkomsel dengan pelanggan
nya.
Keempat, Similarity didefinisikan sebagai tingkat kemiripan berdasarkan
karakteristik tertentu (seperti: penampilan, tingkah laku, atau kepribadian) yang dimiliki
oleh pelanggan apabila dibandingkan dengan petugas customer service yang mewakili
pihak penyedia jasa (Rajaobelina dan Bergeron, 2009). Variabel Similarity penting untuk
diteliti karena merupakan prediktor yang kuat bagi kriteria performa perusahaan, yang
meliputi: investasi dalam hubungan yang semakin kuat, trust, customer satisfaction, serta
tingkat penjualan. Kajian literatur mengindikasi bahwa Similarity berpengaruh positif
terhadap Relationship Quality (Crosby et al., 1990; Smith, 1998). Hal ini menjelaskan
bahwa semakin baik Telkomsel mampu mengelola aspek Similarity dari karyawan nya,
maka akan semakin baik pula pengelolaan Relationship Quality yang dijalin Telkomsel
dengan pelanggan nya.
Keenam, Purchase Intention didefinisikan sebagai tingkatan keyakinan
berdasarkan persepsi dari seorang konsumen untuk melakukan pembelian kembali suatu
produk atau jasa tertentu, maupun produk atau jasa lain yang masih berasal dari
perusahaan tertentu yang sama (Rajaobelina dan Bergeron 2009). Variabel Purchase
Intention penting untuk diteliti karena mempertahankan minat pembelian dari pelanggan
yang sudah ada jauh lebih efisien dari segi biaya promosi perusahaan dibandingkan
dengan usaha untuk meraih pelanggan baru (Kellerman, 1987). Kajian literatur
mengindikasi bahwa Relationship Quality berpengaruh positif terhadap Purchase
Intention (Rajaobelina dan Bergeron 2009; Wong, Hung, dan Chow, 2007). Hal ini
menjelaskan bahwa semakin baik pengelolaan Relationship Quality yang dijalin
Telkomsel dengan pelanggan nya, maka akan semakin besar potensi Purchase Intention
dari pelanggan Telkomsel.
Pembinaan hubungan yang berkualitas antara perusahaan dengan pelanggan (yang
merupakan inti dari Relationship Marketing) seperti dalam penanganan keluhan
pelanggan yang bisa disampaikan lewat call center maupun secara langsung ke pusat
layanan pelanggan, apabila diimbangi dengan kecepatan penanganan, keramahan, serta
kemudahan prosedur akan membuat pelanggan makin cinta terhadap produk operator,
sehingga enggan untuk berpaling ke produk lain (Ekoyuono, 2011). Hal ini menunjukkan
pentingnya penerapan konsep Relationship Marketing pada perusahaan yang bergerak di
bidang telekomunikasi berbasis selular.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis berminat untuk melakukan penelitian
lebih lanjut dengan judul: “Analisis Anteseden dan Konsekuensi dari
Relationship Quality(Studi pada Pelanggan Telkomsel di Surakarta)”.
1.2
Rumusan Masalah
Untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi dari pelaksanaan strategi pemasaran yang
berbasis Relationship Marketing, perusahaan perlu melakukan analisa pada faktor-faktor
yang menjadi anteseden dari Relationship Quality serta konsekuensi dari pelaksanaan
strategi tersebut, yaitu pengaruhnya terhadap pembentukan Purchase Intention pelanggan
(niat pelanggan untuk melakukan pembelian) dan berkembangnya Word of Mouth
(informasi dari mulut ke mulut atau “getok tular“) yang bersifat positif bagi perusahaan.
masalah penelitian yang dirumuskan adalah:
“ Apakah Client Knowledge, Customer Orientation, Expertise, Similarity, dan
Communication adalah variabel anteseden yang berpengaruh terhadap Relationship
Quality, serta bagaimanakah pengaruh Relationship Quality terhadap Purchase Intention
dan Word of Mouth sebagai variabel konsekuensinya? ”
1.3
Tujuan
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
menjadi anteseden dan konsekuensi dari Relationship Quality. Adapun tujuan dalam
penelitian ini secara spesifik adalah:
2.
Menguji secara empiris pengaruh Customer Orientation terhadap Relationship
Quality
.
1.4
Manfaat
1.4.1
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pemahaman
mengenai faktor-faktor yang menjadi tolok ukur dalam Relationship Quality serta
dampak yang ditimbulkan dari Relationship Quality bagi perusahaan. Hasil penelitian
ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi baik oleh kalangan akademisi
serta referensi bagi peneliti selanjutnya yang mengadakan penelitian lebih lanjut dengan
topik yang sama.
1.4.2
Manfaat Praktis
BAB II
LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Relationship Marketing2.1.1.1
Definisi
Relationship MarketingKotler (1997:11) mendefinisikan
Relationship Marketingsebagai suatu
praktik membangun hubungan jangka panjang yang memuaskan dengan pihak-pihak
kunci meliputi pelanggan, pemasok, dan penyalur guna mempertahankan preferensi
dan bisnis dalam jangka panjang. Hasan (2009: 42) mendefinisikan relationship
marketing sebagai pendekatan pemasaran pada pelanggan untuk meningkatkan
pertumbuhan jangka panjang perusahaan dan kepuasan maksimum pelanggan. Setiap
badan usaha dalam berhubungan dengan pelanggan sangat membutuhkan proses
relationship marketing karena secara tidak langsung proses tersebut merupakan salah
satu faktor penunjang eksistensi suatu badan usaha (Hasan, 2009: 42).
2.1.1.2
Program
Relationship Marketing2.1.1.2.1
Customer ServiceCustomer Service
adalah pelayanan tambahan yang diberikan untuk mendukung
produk utama, yang juga merupakan komponen penting dari
Customer Satisfaction.
Customer Servicesangat diperlukan untuk membina hubungan
jangka penjang dengan cara memberikan pelayanan tambahan sehingga
membedakan produk perusahaan dengan pesaing.
Customer Servicedibedakan
menjadi dua jenis:
Reactive Service, dimana jika pelanggan punya masalah
(misalnya:
product failure, pertanyaan seputar
bill, product return, dan lain-lain),
Pelanggan dapat menghubungi perusahaan untuk menyelesaikannya, serta
Proactive Service, adalah situasi dimana manajer dari sebuah perusahaan tidak
lagi menunggu complaint dari pelanggan, tetapi manajer yang memulai
percakapan dengan pelanggan untuk menanyakan apakah pelanggan merasa puas,
atau apakah pelanggan mempunyai
complaintterhadap perusahaan.
2.1.1.2.2
Loyalty Programspelanggan di mana kunci nya adalah untuk menciptakan pembelian yang terus
menerus dari sebuah produk atau jasa tertentu.
2.1.1.2.3
Community BuildingCommunity Building
dimaksudkan untuk membangun hubungan antara pelanggan
agar memberikan informasi atau saran dan untuk menciptakan suatu hubungan
yang baik antara perusahaan dan pelanggan. Misalnya dengan memberikan
websitekhusus untuk pelanggan yang ingin memberikan saran dan kritik, dimana
dalam
websitetesebut pelanggan juga bisa melihat produk terberu dari
perusahaan. Hal itu dilakukan dengan harapan akan ada hubungan yang baik
antara pelanggan yang menjadi ikatan emosional yang membantu menciptakan
ikatan harmonis dengan pelanggan.
2.1.2
Relationship Quality2.1.2.1
Definisi
Relationship QualityRelationship Quality
didefinisikan sebagai persepsi dan evaluasi pelanggan
terhadap
serviceyang telah diberikan oleh penyedia jasa yang terwujud dalam
komunikasi maupun perilaku yang berpedoman pada prinsip-prinsip seperti:
penghargaan, kesopanan, keramahan, empati, dan kemanfaatan (Kim
et al., 2001).
Relationship quality dapat juga diartikan sebagai penilaian secara keseluruhan dari
kekuatan dalam sebuah hubungan dan menangkap esensi dari
Relationship Marketing(Garbarino dan Johnson, 1998).
panjang untuk customer, dan ukuran kesuksesannya terletak pada kepuasan
konsumen dalam jangka panjang (Kim
et al., 2001), oleh karena nya hubungan
jangka panjang dengan customer diakui sebagai salah satu dari asset bisnis yang
paling penting bagi perusahaan (Coulier dan Bienstock, 2006).
2.1.2.2
Dimensi
Relationship QualityRelationship Quality
dipandang sebagai sebuah konstruk yang mencakup dua
aspek, yaitu:
trust(kepercayaan) dan
satisfaction(kepuasan) terhadap pegawai
perusahaan (Crosby
et al., 1990). Peran dari
trustdalam konsep
Relationship Qualitypenting untuk hubungan penjualan dalam jangka panjang, sedangkan
satisfactionsendiri merupakan pernyataan emosional yang terlihat dari respon pada evaluasi dari
pengalaman berinteraksi (Westbrook, 1981). Penjelasan untuk masing-masing aspek
tersebut adalah:
2.1.2.2.1
TrustKepercayaan (
trust) menurut Sheth dan Mittal dalam
Tjiptono (2002) bisa
diartikan sebagai kesediaan untuk mengandalkan kemampuan, integritas dan
motivasi pihak lain untuk bertindak dalam rangka memuaskan kebutuhan dan
kepentingan seseorang sebagaimana disepakati bersama secara implisit maupun
eksplisit. Dalam suatu transaksi, kepercayaan akan timbul dari kedua belah
pihak bila masing-masing pihak yakin bahwa pihak lain mempunyai
penjual dan pembeli (Ndubisi, 2007).
Ganesan (1994) dan Doney dan Cannon
(1997) membagi konsep
trustmenjadi dua dimensi:
Objective Credibilityatau
kredibilitas objektif (kepercayaan konsumen terhadap pihak lain yang memiliki
keahlian untuk melakukan tugasnya) serta
Benevolenceatau ketulusan
(kepercayaan konsumen terhadap pihak lain akan melayani konsumen dengan
tulus).
2.1.2.2.2
Customer SatisfactionKotler (1997:36) mendefinisikan kepuasan konsumen sebagai perasaan senang
atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya
terhadap kinerja (hasil) suatu produk dengan harapannya.
Kepuasan dan
ketidakpuasan konsumen pada suatu produk (barang ataupun jasa) akan
mempengaruhi tingkah laku selanjut nya. Kotler (1997:37) juga menyatakan
bahwa terpenuhinya kepuasan konsumen akan menciptakan loyalitas terhadap
produk yang dihasilkan perusahaan. Disamping itu, perusahaan juga dapat
mengurangi biaya yang harus dikeluarkan untuk menarik konsumen baru
karena konsumen yang puas cenderung untuk menceritakan hal-hal yang baik
kepada orang yang ada disekelilingnya mengenai produk atau perusahaan
2.1.2.3
Anteseden dari
Relationship QualityIndikator yang dipergunakan sebagai tolok ukur dari
Relationship Qualitydalam
penelitian ini dirumuskan oleh beberapa peneliti seperti Rajaobelina dan Bergeron
(2009) maupun Kim
et al., (2001) diantaranya yaitu:
2.1.2.3.1
Client Knowledge, yaitu pemahaman terhadap pelanggan yang
ditunjukkan dengan adanya pengertian akan permasalahan yang dihadapi
oleh klien yang dapat mempengaruhi kualitas dalam hubungan bisnis
(Teas, 1988).
2.1.2.3.2
Customer Orientation, yaitu refleksi dari kepribadian penyedia jasa yang
memiliki kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan (Brown
et al., 2002).
2.1.2.3.3
Expertise, yaitu tingkat pengetahuan dan pengalaman mengenai produk
atau jasa yang ditawarkan oleh penyedia jasa (Rajaobelina dan Bergeron,
2009).
2.1.2.3.4
Similarity, dapat dideskripsikan sebagai tingkat kemiripan atau “
the quality of being similar” (Rajaobelina dan Bergeron, 2009). Kemiripan
yang dimaksud adalah persepsi pelanggan tentang kemiripan
karakteristik tertentu (seperti: penampilan, tingkah laku, atau
kepribadian)
yang
dimiliki
oleh
mereka
(pelanggan)
apabila
dibandingkan dengan petugas
customer serviceyang mewakili pihak
penyedia jasa.
2001). Komunikasi adalah proses di mana pemikiran dan pemahaman
disampaikan antar individu, atau antara organisasi dengan individu.
2.1.2.4
Konsekuensi
Relationship QualityPenelitian yang dilakukan oleh Rajaobelina dan Bergeron (2009) menunjukkan
adanya konsekuensi atau dampak dari strategi pemasaran yang berbasis pada
Relationship Qualityyang terbagi menjadi:
2.1.2.4.1
Purchase Intention, yaitu tingkatan keyakinan berdasarkan persepsi dari
seorang konsumen untuk melakukan pembelian kembali suatu produk
atau jasa tertentu, maupun produk atau jasa lain yang masih berasal dari
perusahaan tertentu yang sama (Rajaobelina dan Bergeron 2009). Jenis
intensi konsumen yang berhubungan dengan perilaku pembelian
diantaranya (Rajaobelina dan Bergeron, 2009): Intensi pembelian
(pendapat mengenai apa yang akan di beli), Intensi pembelian kembali
(perilaku pembelian barang yang sama dengan sebelumnya), Intensi
pembelanjaan (dimana konsumen akan merencanakan sebuah produk
untuk di beli), Intensi pengeluaran (berapa banyak uang yang akan
digunakan), serta Intensi konsumsi (keinginan seseorang untuk terikat
dalam aktivitas konsumsi).
2.2
Posisi Studi
[image:35.595.69.496.238.701.2]Variabel utama dalam penelitian ini adalah
Relationship Quality. Selanjutnya, studi
ini menggunakan variabel anteseden dan konsekuen yang diambil dari penelitian
Rajaobelina dan Bergeron (2009) serta menambahkan satu buah variabel anteseden, yaitu
Communicationyang berasal dari penelitian Kim
et al., (2001). Kajian studi terdahulu
yang menjadi dasar pembentukan model penelitian disajikan pada tabel 2.1 di bawah ini:
Tabel 2.1
Posisi Studi
Peneliti
(tahun)
Variabel
Anteseden
Variabel
Utama
Variabel
Konsekuensi
Konteks
Penelitian
Crosby
et al.(1990)
Expertise, Similarity, relational selling Relationship Quality-
Perusahaan
Asuransi di
Amerika
Shamdasani
dan
Balakrishnan
(2000)
Expertise, Client Knowledge, Friendliness, Similarity Relationship QualityLoyalty
Salon
kecantikan
di Singapura
Kim
et al.,
(2001)
Confidence, contact, communication Relationship Quality Repeat Purchase, Commitment, Word of MouthHotel
bintang 5 di
Korea
Macintosh
(2007)
Customer Orientation, Expertise Relationship QualityWord of Mouth,
Loyalty
Rajaobelina
dan Bergeron
(2009)
Client Knowledge, Customer Orientation, Expertise, Similarity Relationship Quality Purchase- Intention, Word of MouthKonsultan
keuangan di
Kanada
Studi
ini
(2012)
Client Knowledge, Customer Orientation, Expertise, Similarity, Communication Relationship Quality Purchase- Intention, Word of MouthOperator
selular
(pelanggan
dari
Telkomsel
di grapari
solo)
2.3
Pengembangan Hipotesis
2.3.1
Pengaruh
Client Knowledgeterhadap
Relationship QualityClient Knowledge
atau Pemahaman terhadap pelanggan adalah komponen
esensial dalam hubungan antara penjual dan pembeli (Rajaobelina dan Bergeron, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Paulin
et al., (2000) menunjukkan peran
Client Knowledgesebagai variabel signifikan yang mempengaruhi kualitas hubungan antara
penyedia jasa dan klien.
Client Knowledgedengan kata lain merupakan elemen penentu
dalam efektivitas dan efisiensi
Relationship Qualitydan berkontribusi dalam penciptaan
keunggulan kompetitif yang unik dan sukar di tiru oleh pesaing (Teas, 1988). Hipotesis
yang dirumuskan adalah:
H1:
Client Knowledgeberpengaruh positif terhadap
Relationship Quality.
2.3.2
Pengaruh
Customer Orientationterhadap
Relationship QualityOrientation
dalam penelitian yang dilakukan oleh Cheng
et al., (2008) diakui sebagai
indikator dari kualitas hubungan antara penjual dan pembeli. Bejou
et al., (1996)
menemukan bahwa penentu dari
Relationship Qualityterletak pada
Customer Orientationyang berdampak signifikan terhadap kepercayaan (
trust)
dan kepuasan (
satisfaction) dari
konsumen. Hipotesis yang dirumuskan adalah:
H2:
Customer Orientationberpengaruh positif terhadap
Relationship Quality.
2.3.3
Pengaruh
Expertiseterhadap
Relationship QualityExpertise
atau keahlian kerja seringkali dinilai berdasarkan tingkat pengetahuan
dan pengalaman mengenai produk atau jasa yang ditawarkan oleh penyedia jasa
(Rajaobelina dan Bergeron, 2009). Crosby
et al., (1990) mengindikasikan
Expertiseatau
keahlian yang dimiliki oleh seorang
sales personperusahaan terlihat dari kompetensi
yang teridentifikasi relevan dengan transaksi barang dan jasa. Studi yang dilakukan oleh
Crosby
et al., (1990) tersebut menunjukkan adanya dampak yang signifikan dari
Expertiseterhadap
Relationship Quality. Pegawai yang cerdas dan berpengalaman dapat
mengurangi kegelisahan yang dialami oleh
Customeryang kemudian akan meningkatkan
kepuasan pelanggan dan kepercayaannya terhadap perusahaan (Rajaobelina dan
Bergeron, 2009). Hipotesis yang dirumuskan adalah:
H3:
Expertiseberpengaruh positif terhadap
Relationship Quality.
2.3.4
Pengaruh
Similarityterhadap
Relationship Qualitydan Bergeron, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Crosby
et al., (1990) dan Smith
(1998) menemukan adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara
Similaritydan kriteria performa perusahaan, seperti halnya: investasi dalam hubungan yang
semakin kuat,
trust, customer satisfaction, dan penjualan. Hipotesis yang dirumuskan
adalah:
H4:
Similarityberpengaruh positif terhadap
Relationship Quality.
2.3.5
Pengaruh
Communicationterhadap
Relationship QualityCommunication
atau komunikasi yang efektif berpotensi meningkatkan
kepercayaan (trust) konsumen terhadap perusahaan (Moorman, Deshpande, dan Zaltman,
1993).
Communicationmerupakan aspek penting bagi perusahaan untuk memelihara
hubungan jangka panjang dengan pelanggan (Kim
et al., 2001). Komunikasi yang terjadi
secara dua arah lebih membantu pelanggan untuk membangun kepercayaan dan
memperoleh kepuasan bila dibandingkan jenis komunikasi yang hanya berlangsung
secara satu arah (Dichter, 1989). Hipotesis yang dirumuskan adalah:
H5:
Communicationberpengaruh positif terhadap
Relationship Quality.
2.3.6
Pengaruh
Relationship Qualityterhadap
Purchase IntentionPurchase Intention.
Wong, Hung, dan Chow (2007) di sisi lain menyatakan bahwa
variabel yang tepat untuk memprediksi kecenderungan pelanggan untuk melakukan
kontak di masa mendatang dengan perusahaan adalah
Relationship Quality.Hipotesis
yang dirumuskan adalah:
H6:
Relationship Qualityberpengaruh positif terhadap
Purchase Intention.
2.3.7
Pengaruh
Relationship Qualityterhadap
Word of MouthMemelihara hubungan yang berkualitas dengan pelanggan akan menghasilkan
peningkatan keinginan pelanggan untuk merekomendasikan kepada orang lain yang
dikenal (Finn, 2005). Hasil penelitian Huntley (2006) juga menemukan bahwa ketika
kualitas dalam hubungan itu meningkat, pelanggan akan cenderung lebih
merekomendasikan penawaran dari pihak penjual kepada koleganya dan mereka akan
lebih sering membeli dari penjual tersebut. Hipotesis yang dirumuskan adalah:
2.4
Model Penelitian
[image:40.595.82.476.198.589.2]Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan, pengaruh antar variabel yang dikonsepkan dapat dilihat
pada gambar 2.1.
Gambar 2.1
Model Penelitian
(Sumber: Rajaobelina dan Bergeron, 2009
;
Kim et al., 2001)BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan
proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, obyektif, efisien dan efektif
(Jogiyanto, 2004). Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai
hypothesis testingdimana
evaluasi keakuratan dari hipotesis yang telah ada sebelumnya dibuktikan melalui uji
statistik (Sekaran, 2006). Dilihat dari hubungan antar variabelnya, penelitian ini
merupakan penelitian kausal atau sebab akibat, yaitu penelitian ini adalah sebab-akhibat
(kausal), yaitu penelitian yang menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas
(
independent) dengan variabel terikat (
dependent) (Indriantoro dan Supomo, 2002).
Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini dikategorikan kedalam penelitian
cross sectionalartinya hanya mengambil data penelitian pada satu kurun waktu tertentu,
mungkin selama periode harian, mingguan atau bulanan dalam rangka menjawab
pertanyaan penelitian (Sekaran, 2006). Unit analisis adalah individu yaitu pelanggan
Telkomsel di Surakarta yang telah memenuhi beberapa kriteria tertentu yang disyaratkan
dalam penelitian.
3.2.
Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebesar lima kali indikator penelitian
(Ferdinand, 2006). Jumlah indikator pertanyaan yang digunakan adalah 46 buah
indikator, sehingga sampel minimal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 230
Responden (46 x 5). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan desain
non probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel
(Sugiyono, 2004).
Dengan melihat karakteristik populasi yang ada dan tujuan penelitian ini, maka
penentuan responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
metode
purposive sampling, yakni pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu
kriteria tertentu (Sekaran, 2006). Adapun kriteria tersebut adalah: pelanggan yang telah
menggunakan produk dari Telkomsel selama 2 tahun atau lebih, serta pernah berkunjung
ke kantor Grapari Solo dan ber interaksi secara langsung dengan bagian
customer services.
3.3.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Untuk memberikan gambaran dan pemahaman yang baik, maka berikut ini akan
disampaikan beberapa definisi operasional dari masing-masing variabel yang berkaitan
dan akan dibahas dalam penelitian ini:
3.3.1
Client Knowledgedikembangkan oleh Rajaobelina dan Bergeron (2009) serta Shamdasani dan
Balakrishnan (2000). Penggunaan kedua penelitian tersebut sebagai dasar
penyusunan instrument kuesioner dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat dalam pengukuran terhadap
variabel
Client Knowledge, dimana Rajaobelina dan Bergeron (2009)
menggunakan 3 indikator untuk melakukan pengukuran terhadap variabel
Client Knowledge: pemahaman terhadap kebutuhan spesifik pelanggan, pemahaman
terhadap harapan pelanggan dalam memenuhi kebutuhan nya, serta pemahaman
terhadap tujuan pelanggan dalam memenuhi kebutuhan nya.
Shamdasani dan Balakrishnan (2000) di sisi lain menggunakan 3 indikator
untuk melakukan pengukuran terhadap variabel
Client Knowledge: pemahaman
terhadap kebutuhan spesifik pelanggan, pemahaman terhadap kebutuhan spesifik
pelanggan tanpa harus diungkapkan kembali oleh pelanggan, serta pengenalan
terhadap pelanggan tetap dari produk perusahaan.
3.3.2
Customer OrientationCustomer Orientation
adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi dan
memuaskan kebutuhan pelanggan yang terkait dengan komunikasi selular yang
dinilai dari pegawai
costomer contactperusahaan. Pengukuran variabel
Customer Orientationdiadaptasi dari indikator penelitian yang dikembangkan oleh
Rajaobelina dan Bergeron (2009) serta Macintosh (2007). Penggunaan kedua
penelitian tersebut sebagai dasar penyusunan instrument kuesioner dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat
dalam pengukuran terhadap variabel
Customer Orientation, dimana Rajaobelina
dan Bergeron (2009) menggunakan 2 indikator untuk melakukan pengukuran
terhadap variabel
Customer Orientation: adanya niat yang tulus dari Pegawai
Perusahaan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan, serta adanya usaha dari
Pegawai Perusahaan untuk membantu pelanggan mencapai tujuan nya.
Adapun pada akhirnya indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 9 indikator yang terdiri dari: adanya niat yang tulus dari Pegawai
Perusahaan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan, adanya usaha dari Pegawai
Perusahaan untuk membantu pelanggan mencapai tujuan nya, pengetahuan yang
dimiliki oleh perusahaan terhadap apa yang paling dibutuhkan pelanggan, adanya
usaha untuk menarik minat pelanggan melalui informasi tanpa memberikan
tekanan, adanya penawaran produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan,
kemampuan pegawai perusahaan untuk memberikan presentasi produk secara
tepat, adanya antusiasme untuk membantu pelanggan menyelesaikan masalah nya
(pelanggan), adanya sifat komunikatif yang ditunjukkan oleh pegawai perusahaan,
serta adanya keinginan pegawai perusahaan untuk melakukan pekerjaan nya
dengan baik.
3.3.3
ExpertiseExpertise
: kemampuan yang baik dari pegawai perusahaan sesuai dengan bidang
nya, serta pengetahuan yang baik dari pegawai perusahaan terkait dengan produk
atau layanan yang ditawarkan.
Shamdasani dan Balakrishnan (2000) di sisi lain menggunakan 5 indikator
untuk melakukan pengukuran terhadap variabel
Expertise: kualifikasi yang baik
dari pegawai perusahaan sesuai bidang nya, adanya hasil yang baik dari program
traininguntuk pegawai perusahaan, pengetahuan yang baik dari pegawai
perusahaan terkait dengan bidang nya, pengalaman selama bertahun-tahun yang
memiliki oleh pegawai perusahaan di bidang nya, serta kemampuan yang baik
dari pegawai perusahaan sesuai dengan bidang nya.
Adapun pada akhirnya indikator yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 5 indikator yang terdiri dari: kualifikasi yang baik dari pegawai
perusahaan sesuai bidang nya, adanya hasil yang baik dari program
traininguntuk
pegawai perusahaan, pengetahuan yang baik dari pegawai perusahaan terkait
dengan bidang nya, pengalaman selama bertahun-tahun yang memiliki oleh
pegawai perusahaan di bidang nya, serta kemampuan yang baik dari pegawai
perusahaan sesuai dengan bidang nya.
3.3.4
Similarityyang dikembangkan oleh Rajaobelina dan Bergeron (2009) serta Shamdasani dan
Balakrishnan (2000). Penggunaan kedua penelitian tersebut sebagai dasar
penyusunan instrument kuesioner dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat dalam pengukuran terhadap
variabel
Similarity, dimana Rajaobelina dan Bergeron (2009) menggunakan 3
indikator untuk melakukan pengukuran terhadap variabel
Similarity: persepsi
pelanggan dimana mereka (pelanggan) merasa memiliki kemiripan dalam hal
penampilan dengan Pegawai perusahaan yang pernah mereka temui, persepsi
pelanggan dimana mereka (pelanggan) merasa memiliki kesamaan perilaku
dengan Pegawai perusahaan yang pernah mereka temui, serta persepsi pelanggan
dimana mereka (pelanggan) merasa memiliki kemiripan dalam hal kepribadian
dengan Pegawai perusahaan yang pernah mereka temui.
Pegawai perusahaan yang pernah mereka temui, persepsi pelanggan dimana
mereka (pelanggan) merasa memiliki kesamaan logat (atau cara berbicara) dengan
Pegawai perusahaan yang pernah mereka temui, serta persepsi pelanggan dimana
mereka (pelanggan) merasa memiliki kesamaan minat dengan Pegawai
perusahaan yang pernah mereka temui.
3.3.5
CommunicationCommunication
adalah konsistensi yang dimiliki oleh perusahaan untuk
berbagi informasi dan berkomunikasi dengan pelanggan baik secara
onlinemaupun
off-line. Pengukuran variabel
Communicationdiadaptasi dari indikator
penelitian yang dikembangkan oleh Kim
et al., (2001) sebanyak 4 indikator yang
terdiri dari: konsistensi yang dimiliki oleh perusahaan untuk berbagi informasi
dan berkomunikasi dengan pelanggan, adanya kegiatan promosi yang dilakukan
oleh perusahaan kepada pelanggan, adanya ucapan terima kasih yang diberikan
oleh perusahaan untuk pelanggan nya, serta adanya perlakuan istimewa yang
diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan nya.
3.3.6
Relationship Qualityapakah perusahaan bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan mereka
(pelanggan), pendapat pelanggan mengenai apakah perusahaan bisa dipercaya,
kepuasan yang dirasakan pelanggan terhadap informasi yang diberikan oleh
perusahaan, kepuasan yang dirasakan pelanggan secara keseluruhan terhadap
perusahaan, serta kepuasan yang dirasakan pelanggan terhadap manfaat keuangan
yang diperoleh dari perusahaan.
Kim
et al., (2001) di sisi lain menggunakan 6 indikator untuk melakukan
pengukuran terhadap variabel
Relationship Quality: pendapat pelanggan
mengenai apakah pegawai perusahaan bisa dipercaya, pendapat pelanggan
mengenai apakah pegawai perusahaan terlihat tulus dalam melayani pelanggan,
pendapat pelanggan mengenai apakah lokasi gedung perusahaan mudah
dijangkau, kesediaan pelanggan untuk menjalin hubungan yang berkelanjutan
dengan perusahaan, pendapat pelanggan mengenai apakah pegawai perusahaan
selalu ramah saat melayani pelanggan, serta kepuasan yang dirasakan oleh
pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan perusahaan.
informasi yang diberikan oleh perusahaan, kepuasan yang dirasakan pelanggan
terhadap manfaat keuangan yang diperoleh dari perusahaan, serta kepuasan yang
dirasakan pelanggan secara keseluruhan terhadap perusahaan.
3.3.7
Purchase IntentionPurchase Intention
adalah kemungkinan pelanggan untuk melakukan
pembelian kembali di masa mendatang. Pengukuran variabel
Purchase Intentiondiadaptasi dari indikator penelitian yang dikembangkan oleh Rajaobelina dan
Bergeron (2009) serta Kuenzel dan Halliday (2008). Penggunaan kedua penelitian
tersebut sebagai dasar penyusunan instrument kuesioner dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat dalam
pengukuran terhadap variabel
Purchase Intention, dimana Rajaobelina dan
Bergeron (2009) menggunakan 2 indikator untuk melakukan pengukuran terhadap
variabel
Purchase Intention: niat pelanggan untuk melakukan pembelian ulang,
serta harapan pelanggan untuk membeli produk dan layanan dari perusahaan di
masa mendatang.
Adapun pada akhirnya indikator yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 4 indikator yang terdiri dari: niat pelanggan untuk melakukan pembelian
ulang, harapan pelanggan untuk membeli produk dan layanan dari perusahaan di
masa mendatang, adanya pertimbangan pelanggan untuk membeli produk lain dari
perusahaan, serta kemungkinan pelanggan untuk menjadikan produk perusahaan
sebagai pilihan utama ketika mereka membutuhkan produk lain yang relevan
dengan perusahaan tersebut.
3.3.8
Word of MouthWalsh dan Bartikowski (2011). di sisi lain menggunakan 3 indikator untuk
melakukan pengukuran terhadap variabel
Word Of Mouth: kemungkinan
pelanggan untuk berbicara positif kepada orang lain tentang perusahaan,
kemungkinan pelanggan untuk menyarankan kepada orang lain agar
menggunakan produk dari perusahaan, serta kemungkinan pelanggan untuk
menyarankan produk dari perusahaan apabila dimintai pendapat oleh orang lain.
Adapun pada akhirnya indikator yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 4 indikator yang terdiri dari: kemungkinan pelanggan untuk berbicara
positif kepada orang lain tentang perusahaan, kesediaan pelanggan untuk berbagi
informasi dengan perusahaan apabila diminta, kemungkinan pelanggan untuk
merekomendasikan produk perusahaan kepada orang lain, kemungkinan
pelanggan untuk menyarankan produk dari perusahaan apabila dimintai pendapat
oleh orang lain.
Semua indikator dalam kuesioner penelitian ini disusun menggunakan pernyataan
positif, sehingga pemberian skor untuk 5 (lima) poin atau skala yang digunakan adalah
(Jogiyanto, 2004: 65):
a)
Alternatif jawaban Sangat Tidak Setuju (STS), dengan skor 1 (satu).
b)
Alternatif jawaban Tidak Setuju (TS), dengan skor 2 (dua).
c)
Alternatif jawaban Netral (N), dengan skor 3 (tiga).
d)
Alternatif jawaban Setuju (S), dengan skor 4 (empat).
e)
Alternatif jawaban Sangat Setuju (SS), dengan skor 5 (lima).
3.4.
Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan
langsung dari objeknya dengan tujuan yang spesifik (Sekaran, 2006). Dalam penelitian
ini, data primer diperoleh dari jawaban responden yang disebar melalui kuesioner yang
disebar.
3.5.
Metode Analisis Data
3.5.1
Analisis Deskriptif
Analisis ini berisi tentang bahasan secara deskriptif mengenai tanggapan yang
diberikan responden pada kuesioner. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan
untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau mengambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2004).
3.5.2
Pengujian Instrumen Penelitian
3.5.2.1
Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian
benar-benar mampu mengukur konstruk yang dimaksudkan dalam penelitian ini dengan
tepat. Butir-butir pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini direplikasi dari
kuesioner jurnal yang digunakan dalam penelitian terdahulu. Perbedaan setting
penelitian, waktu, dan objek penelitian dengan penelitian terdahulu menyebabkan
pengujian ulang atas validitas instrumen penelitian perlu dilakukan.
3.5.2.2
Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat konsistensi instrumen
penelitian yang digunakan untuk mengukur konsep. Suatu kuesioner dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006). Suatu konstruk atau variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach Alpha> 0,60 (Sekaran, 2006).
Kriteria tingkatan reliabilitas menurut Sekaran (2006) adalah:
Jika
alphaatau r hitung:
a.) 0,8-1,0
= Reliabilitas baik
b.) 0,6-0,799
= Reliabilitas diterima
c.) kurang dari 0,6
= Reliabilitas kurang baik
3.5.3
Pengujian Model Struktural
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
Structural Equation Modelling(SEM).
SEM
merupakan
teknik
multivariateyang
mengkombinasikan aspek regresi berganda dan analisis faktor untuk mengestimasi
serangkaian hubungan ketergantungan secara simultan (Hair
et.al., 1998). Pengujian
hipotesis dilakukan dengan menggunakan program AMOS versi 4.01 untuk menganalisis
hubungan kausalitas dalam model struktural yang diusulkan.
3.5.3.1
Asumsi Kecukupan Sampel
Jumlah sampel minimal bagi penelitian yang menggunakan alat statistik
SEM dengan prosedur
maximum likehood estimationyaitu sebesar 5 – 10
observasi untuk setiap parameter yang diestimasi (Hair
et.al., 1998).
3.5.3.2
Asumsi Normalitas
Syarat yang harus dipenuhi selain kecukupan sampel dalam menggunakan
analisis SEM yaitu normalitas data. Nilai statistik untuk menguji normalitas
menggunakan
z value(Critival Ratio atau C.R pada output AMOS 4.01) dari nilai
skewnessdan
kurtosissebaran data.
3.5.3.3
Asumsi Outliers
Outlier
adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim yang
memiliki karakteristik unik yang sangat berbeda dari observasi lainnya dan
muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk variabel tunggal maupun variabel
kombinasi (Hair
et.al., 1998). Adanya
outlierdalam analisis
multivariatedapat
diuji dengan
statistic chi square(X
2) terhadap nilai
mahalanobis distance squaredpada tingkat signifikansi 0,001 dengan
degree of freedomsejumlah variabel yang
digunakan dalam penelitian (Ghozali, 2006).
3.5.3.4
Uji
Goodness of Fitdari model struktural.
Berbagai
fit indexdigunakan untuk mengukur derajat kesesuaian antara
model yang disajikan dan data yang disajikan dalam analisis SEM.
Fit indexyang
digunakan meliputi:
Nilai
chi squaremerupakan ukuran mengenai buruknya
fitsuatu model
(Ghozali, 2006). Nilai
chi squareyang relatif tinggi terhadap
degree of freedommenunjukkan bahwa matrik kovarian atau korelasi yang diobservasi dengan
yang diprediksi berbeda secara nyata dan menghasilkan probabilitas (p) lebih
kecil dari tingkat signifikansi (Ghozali, 2006).
3.5.3.4.2
The Root Mean Square of Approximation (RMSEA)
RMSEA merupakan indeks yang digunakan untuk mengkompensasi
chi-square statisticdalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan
goodness of fityang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai penerimaan
yang direkomendasi RMSEA
£
0,08 (Ghozali, 2006).
3.5.3.4.3
Goodness of Fit Index (GFI)
GFI mencerminkan tingkat kesesuaian model secara keseluruhan. Tingkat
penerimaan yang direkomendasikan GFI adalah sebasar
³
0,90 (Ghozali,
2006).
3.5.3.4.4
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)
Normed Chi-square
merupakan indeks kesesuaian
parsimoniousyang
mengukur hubungan
goodness of fitmodel dan jumlah koefisien-koefisien
estimasi yang diharapkan untuk mencapai tingkat kesesuaian. Nilai yang
direkomendasikan adalah sebesar
£
2,0 atau
£
3,0 (Hair
et.al.,1998).
3.5.3.4.6
Tucker Lewis Index (TLI)
TLI merupakan
alternative incremental fit indexyang membandingkan model
yang diuji dengan
baseline(Ghozali, 2006). Nilai penerimaan yang
direkomendasikan TLI adalah > 0,90 (Ghozali, 2006).
3.5.3.4.7
Normed Fit Index (NFI)
NFI yaitu membandingkan model yang diuji dengan
baseline model. Nilai
penerimaan yang direkomendasikan NFI
³
0,90 (Ghozali, 2006).
3.5.3.4.8
Comparative Fit Index (CFI)
CFI yaitu indeks kesesuaian
incrementalyang membandingkan model yang
diuji dengan
null model. Nilai yang direkomendasikan CFI adalah
³
0,90 (Hair
et.al
, 1998).
3.5.3.4.9
Incremental Fit Index (IFI)
IFI digunakan untuk mengatasi masalah parsimoni dan ukuran sampel. Nilai
yang direkomendasikan IFI adalah sebesar > 0,90 (Hair
et.al, 1998).
3.6.
Pengujian Hipotesis
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Pretest
Pretest
ini berfungsi untuk pengujian pada item-item pertanyaan yang digunakan
untuk mengukur apakah instrumen penelitian secara keseluruhan benar-benar mampu
mengukur konstruk yang digunakan. Tujuan lain adalah untuk mengukur tingkat validitas
awal dari variabel yang akan diuji dengan sampel besar. Jumlah responden yang
digunakan sebanyak 50 responden.
Pengujian pada item-item pertanyaan yang digunakan pada
pretestdiuji dengan
uji validitas. Pengujian validitas dilakukan untuk mengukur apakah instrumen penelitian
benar-benar mampu mengukur konstruk yang digunakan. Tehnik analisis yang dipakai
dalam uji validitas menggunakan
Confirmatory F actor Analysis (CFA)dengan bantuan
software
SPSS for windowsversi 13.
indikator penelitian yang tersisa pada kuesioner yang akan dipergunakan untuk
penyebaran sampel besar adalah sebanyak 35 indikator, dari total semula 46 indikator.
4.2
Karakteristik Sampel
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase
21-23 8 4,5
24-26 27 15,1
27-29 43 24
30-32 51 28,5
33-35 30 16,8
36-38 18 10
39-41 2 1,1
Jumlah 179 100
Sumber: Data primer diolah
Tabel 4.1 yang tersaji di atas menunjukkan bahwa persentase responden yang
terkumpul berdasarkan usianya adalah responden dengan usia 30 tahun – 32 tahun
(28,5%), diikuti 27 tahun - 29 tahun (24%), 33 tahun – 35 tahun (16,8%), 24 tahun – 26
tahun (15,1%), 36 tahun – 38 tahun (10%), 21 tahun – 23 tahun (4,5%) dan yang paling
sedikit adalah responden dengan usia 39 tahun – 41 tahun (1,1%).
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin Frekuensi Persentase
Pria 81 45,3
Wanita 98 54,7
Jumlah 179 100
Sumber: Data primer diolah
Tabel 4.2 yang tersaji di atas menunjukkan bahwa jumlah responden yang terkumpul
dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelaminnya adalah sebesar 45,3 % atau 81
responden berjenis kelamin pria dan 54,7 % atau 98 responden berjenis kelamin wanita.
Tabel 4.3
Pendidikan Frekuensi Persentase
SMU 7 3,9
D3 65 36,3
S1 96 53,6
S2 11 6,2
Jumlah 179 100
Sumber: Data primer diolah
Tabel 4.3 yang tersaji di atas menunjukkan bahwa jumlah responden yang
dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang paling banyak adalah
responden dengan tingkat pendidikan S1 sebanyak 96 responden (53,6%) sedangkan
yang berpendidikan D3 sebanyak 65 responden (36,3%), tingkat pendidikan S2 sebanyak
11 responden (6,2%), kemudian yang paling sedikit tingkat pendidikan SMU sebanyak 7
responden (3,9%).
4.3
Pengujian Instrumen Penelitian
4.3.1
Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan menggunakan
confirmatory factor analysis(CFA) dimana setiap
itempertanyaan harus mempunyai
factor loading≥ 0,40
(Ferdinand, 2002:131).
Confirmatory factor analysis(CFA) harus dipenuhi karena
merupakan salah satu syarat untuk dapat menganalisis model dengan
structural equation modelling(SEM).
[image:65.595.106.460.106.184.2]Hasil pengujian validitas dapat dilihat pada tabel 4.4. sebagai berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas
Rotated Component Matrixa.798 .809 .843 .809 .850 .694 .689 .718 .843 .733 .778 .787 .761 .728 .786 .717 .819 .762 .853 .787 .877 .584 .697 .701 .762 .808 .748 .786 .807 .734 .661 .842 .841 .893 .870 CK1 CK2 CK3 CK4 CO1 CO2 CO3 CO4 E1 E2 E3 E4 E5 S1 S2 S3 S4 C1 C2 C3 C4 RQ1 RQ2 RQ3 RQ4 RQ5 RQ6 PI1 PI2 PI3 PI4 WOM1 WOM2 WOM3 WOM4
1 2 3 4 5 6 7 8
Component
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Rotation converged in 7 iterations. a.
Sumber: Data primer diolah
4.3.2
Uji Reliabilitas
[image:68.595.116.522.235.505.2]Reliabilitas merupakan tingkat kestabilan dari alat pengukur yang digunakan
untuk mengukur suatu gejala. Reliabilitas alat ukur yang semakin tinggi
mengindikasikan semakin stabil alat tersebut mengukur suatu gejala. Ukuran
reliabilitas dapat dilihat dari nilai
cronbach’s alpha.
Cronbach’s alphadipilih karena
merupakan teknik pengujian konsistensi reliabilitas yang paling popular dengan indeks
konsistensi yang cukup sempurna.
Tabel 4.5
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
Cronbach's
Alpha
Keterangan
Client Knowledge
0,8909
Baik
Customer Orientation
0,8172
Baik
Expertise
0,8825
Baik
Similarity
0,8418
Baik
Communication
0,8933
Baik
Relationship Quality
0,8849
Baik
Purchase Intention
0,7665
Diterima
Word of Mouth
0,9014
Baik
Sumber: Data primer diolah
Hasil pengujian reliabilitas variabel penelitian pada tabel 4.5 menggunakan
bantuan program
SPSS for windowsversi 13 menunjukkan bahwa semua instrumen
dinyatakan reliabel karena mempunyai nilai
Cronbach’s Alpha> 0,6.
4.4
Hasil Pengujian Model Struktural
asumsi SEM sebelum dilakukan pengujian hipotesis melalui pendekatan
Structural Equation Modellingadalah:
4.4.1
Uji Kecukupan Sampel
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 179 responden. Jumlah
sampel tersebut merupakan responden yang memenuhi syarat dalam menjawab
kuesioner yang diberikan. Jumlah tersebut dinilai memenuhi karena jumlah sampel
minimal bagi penelitian ini yaitu sebesar 5 – 10 observasi untuk setiap indikator
pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner penelitian. Jumlah indikator pertanyaan
yang digunakan setelah tahapan pretest adalah 35, sehingga sampel minimal yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 175 (35 x 5). Jumlah sampel dalam penelitian
ini lebih besar dari 175 sehingga telah memenuhi asumsi kecukupan sampel.
4.4.2
Uji Normalitas
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas
Variable min Max skew c.r. Kurtosis c.r.
wom4 2.000 5.000 -.311 -1.701 -.132 -.360
wom3 2.000 5.000 -.323 -1.763 -.332 -.908
wom2 2.000 5.000 -.266 -1.455 -.419 -1.145 wom1 2.000 5.000 -.227 -1.237 -.514 -1.403
pi4 2.000 5.000 -.357 -1.948 .064 .174
pi3 2.000 5.000 -.285 -1.559 -.449 -1.226
pi2 2.000 5.000 -.040 -.217 -.330 -.901
pi1 2.000 5.000 -.317 -1.730 .097 .266
rq6 2.000 5.000 .023 .123 -.316 -.863
rq5 2.000 5.000 -.159 -.871 -.234 -.640
rq4 2.000 5.000 -.038 -.208 -.194 -.529
rq3 2.000 5.000 -.152 -.832 -.154 -.421
rq2 2.000 5.000 -.152 -.830 -.125 -.340
rq1 2.000 5.000 .102 .555 -.378 -1.034
c1 2.000 5.000 -.188 -1.025 -.377 -1.030
c2 2.000 5.000 -.267 -1.458 -.135 -.370
c3 2.000 5.000 -.121 -.661 -.401 -1.095
c4 2.000 5.000 -.168 -.916 -.111 -.304
s1 2.000 5.000 -.351 -1.916 .239 .652
s2 2.000 5.000 -.328 -1.792 -.002 -.005
s3 2.000 5.000 -.243 -1.329 .058 .157
s4 2.000 5.000 -.140 -.762 -.240 -.655
e1 2.000 5.000 -.260 -1.418 -.105 -.287
e2 2.000 5.000 -.335 -1.831 .107 .294
e3 2.000 5.000 -.363 -1.983 -.370 -1.011
e4 2.000 5.000 -.064 -.347 -.512 -1.398
e5 2.000 5.000 -.370 -2.023 -.447 -1.220
co1 2.000 5.000 -.392 -2.143 .090 .246
co2 2.000 5.000 -.618 -3.377 .115 .315
co3 2.000 5.000 -.385 -2.101 -.074 -.202
co4 2.000 5.000 -.430 -2.348 -.099 -.272
ck1 2.000 5.000 -.506 -2.766 -.174 -.477
ck2 2.000 5.000 -.097 -.529 -.628 -1.716
ck3 2.000 5.000 -.361 -1.969 -.235 -.642
ck4 2.000 5.000 -.412 -2.252 -.143 -.390
Multivariate 42.192 5.546
Sumber: Data primer diolah
teknik estimasi ini cukup
robustwalaupun data tersebut sebarannya ada beberapa yang
cenderung tidak normal. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
disajikan apa adanya dari penelitian yang berasal dari data primer berdasarkan
jawaban responden yang sangat beragam sehingga sulit untuk memperoleh data yang
mengikuti distribusi normal multivariate secara sempurna.
4.4.3
Uji Outlier
[image:71.595.109.531.242.484.2]Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim yang memiliki
karakteristik unik yang sangat berbeda dari observasi lainnya dan muncul dalam
bentuk nilai ekstrim baik untuk variabel tunggal maupun variabel kombinasi. Adanya
outlierdalam analisis
multivariatedapat diuji dengan
statistic chi square(X
2) terhadap
nilai
mahalanobis distance squaredpada tingkat signifikansi 0,001 dengan
degree of freedomsejumlah variabel yang digunakan dalam penelitian. Variabel yang dimaksud
adalah jumlah item pengukuran pada model. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 35 indikator variabel.
Nilai mahalanobis distanceyang lebih
besar dari X
2(35,0.001) = 66,618 mengindikasikan nilai tersebut sebagai
outlier multivariate.
[image:71.595.119.464.657.725.2]Tabel 4.7 di bawah menyajikan hasil evaluasi jarak mahalanobis yang diperoleh dari
data penelitian ini:
Tabel 4.7
Jarak Mahalanobis Data Penelitian
Nomor
Observasi
Jarak Mahalanobis
Jarak Mahalanobis
Kritis (35, 0.001)
162
71
57,779
57,394
.
.
.
168
.
.
.
32,701
Sumber: Data primer yang diolah.4.4.4
Uji
Goodness of Fitdari Model Struktural
Evaluasi nilai
goodness of fitdari model penelitian yang diajukan dapat dilihat
pada tabel 4.8. di bawah ini:
Tabel 4.8
Hasil Goodness of Fit Model Struktural
Indeks
Nilai Kritis
Hasil
Keterangan
1).
X²- Chi Square
Diharapkan kecil
751,720
---
2).
Probability level0.05
0,000
Belum
memenuhi
3).
RMSEA
0.08
0,046
Baik
4).
GFI
0.90
0,828
Belum
memenuhi
5).
AGFI
0.90
0,801
Belum
memenuhi
6).
CMIN/DF
2.03.0
1,384
Baik
7).
TLI
0.90
0,933
Baik
8).
NFI
0.90
0,813
Belum
memenuhi
9).
CFI
0.90
0,939
Baik
10).
IFI
0.90
0,940
Baik
Sumber: Data primer yang diolah.
[image:73.595.120.495.221.490.2]yang memiliki nilai
modification indiceslebih besar atau sama dengan 4.0 (Ferdinand,
2005). Tabel 4.9 di bawah merupakan hasil
goodness of fitmodel yang telah
dimodifikasi.
Tabel 4.9
Hasil Goodness of Fit Model Struktural
yang Telah di Modifikasi
Indeks
Nilai Kritis
Hasil
Keterangan
1).
X²- Chi Square
Diharapkan kecil
587, 909
---
2).
Probability level0.05
0,053
Baik
3).
RMSEA
0.08
0,024
Baik
4).
GFI
0.90
0,854
Belum
memenuhi
5).
AGFI
0.90
0,827
Belum
memenuhi
6).
CMIN/DF
2.03.0
1,101
Baik
7).
TLI
0.90
0,982
Baik
8).
NFI
0.90
0,854
Belum
memenuhi
9).
CFI
0.90
0,984
Baik
10).
IFI
0.9
0
0,985
Baik
Sumber: Data primer yang diolah.
4.5
Hasil Pengujian Hipotesis
Analisis terhadap hubungan-hubungan struktur model (pengujian hipotesis) dapat
dilakukan setelah kriteria
goodness of fitdapat terpenuhi atas model struktural yang
diestimasi. Hubungan antar konstruk dalam hipotesis ditunjukkan oleh nilai
standardized regression weights.
Degree of freedomyang digunakan sebesar 534 Berdasarkan output
SEM.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menganalisis tingkat signifikansi hubungan
kausalitas antar konstruk dalam model yang didasarkan pada nilai C.R (z-hitung) lebih
besar dari atau sama dengan nilai z-tabel (z-hitung
³
z-tabel) kemudian dengan melihat
standardized structural
(path)
coefficientsdari setiap hipotesis terutama pada kesesuaian
arah hubungan
pathdengan arah hubungan yang telah dihipotesiskan sebelumnya.
Hipotesis yang diuji terbukti jika arah hubungan sesuai dengan yang dihipotesiskan dan
nilai
critical ratio-nya juga memenuhi persyaratan. Nilai z tabel pada jumlah responden
lebih dari 120 untuk masing-masing tingkat signifikansi adalah:
1%
= 2,56
5%
= 1,96
10%
= 1,645
[image:75.595.106.530.237.556.2]Hasil estimasi model struktural dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.10 yang
tersaji berikut ini:
Tabel 4.10
Hasil Estimasi Model Struktural
Relationship Quality
<---
Client KnowledgeRelationship Quality
<---
CustomerOrientation
Relationship Quality
<---
Expertise Relationship Quality<---
Similarity Relationship Quality<---
Communication Purchase Intention<---
Relationship Quality Word of Mouth<---
Relationship Quality0.108
0.155
0.108
0.093
0.230
0.267
0.461
0,047
0,054
0,047
0,075
0,049
0,116
0,136
2,279
2,839
2,300
1,235
4,677
2,299
3,342
Sumber: Data primer yang diolah.
4.6
Pembahasan
Penelitian ini merupakan riset lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh
Rajaobelina dan Bergeron (2009) dengan melakukan analisa pada faktor-faktor yang
menjadi anteseden dari
Relationship Quality(yang terdiri dari:
Client Knowledge,
Customer Orientation,
Expertise,
Similarity, dan
Communication) serta konsekuensi yang
diperoleh dari pelaksanaan strategi pemasaran yang berbasis
Relationship Quality, yaitu
pengaruhnya terhadap pembentukan
Purchase Intentionpelanggan (niat pelanggan untuk
melakukan pembelian kembali di masa mendatang) dan berkembangnya
Word of Mouth(informasi dari mulut ke mulut atau “getok tular“ yang bersifat positif bagi perusahaan).
Konteks studi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Telkomsel sebagai salah
satu pemain besar dalam bisnis operator telekomunikasi yang berbasis teknologi selular
di Indonesia. Temuan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
4.6.1
Pengaruh Client Knowledge terhadap Relationship Quality
menunjukkan bahwa hipotesis 1 diterima pada tingkat signifikan
α
= 0,05. Hasil
tersebut mengindikasikan bahwa
Client Knowledgeberpengaruh positif terhadap
Relationship Quality.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Paulin
et al.,
(2000) dan Teas (1988) yang menyatakan bahwa:
Client Knowledgemerupakan
variabel signifikan yang mempengaruhi kualitas hubungan antara penyedia jasa dan
klien (Paulin
et al., 2000), serta
Client Knowledgemerupakan elemen penentu dalam
efektivitas dan efisiensi
Relationship Qualitydan berkontribusi dalam penciptaan
keunggulan kompetitif yang unik dan sukar di tiru oleh pesaing (Teas, 1988).
4.6.2
Pengaruh Customer Orientation terhadap Relationship Quality
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah
Customer Orientationberpengaruh positif terhadap
Relationship Quality. Hasil perhitungan pada tabel
IV.18 didapatkan hasil nilai CR sebesar 2,839 dengan nilai SE sebesar 0,054. Nilai CR >
dari 2,56 maka menunjukkan bahwa hipotesis 2 diterima pada tingkat signifikan
α
=
0,01. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa
Customer Orientationberpengaruh positif
terhadap
Relationship Quality.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rajaobelina
dan Bergeron (2009), Cheng
et al., (2008), serta Bejou
et al., (1996). Cheng
et al.,
(2008) menyatakan bahwa
Customer Orientationdiakui sebagai indikator dari kualitas
hubungan anta