• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis yang dipakai dalam penelitian ini adalah explanatory. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian deskriptif, dimana Supramono dan Jony (2005:25), menyimpulkan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif hanya mempertanyakan satu konsep atau lebih. Jadi penelitian ini mencoba mencari tahu apakah faktor-faktor seperti konflik pekerjaan-keluarga, stres kerja berpengaruh terhadap kinerja.

3.2 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung dari para perawat wanita yang sudah menikah di RSUD Salatiga dengan menggunakan teknik pembagian kuesioner kepada para perawat wanita tersebut. Oleh karena itu, jenis data yang dikumpulkan berupa data primer. Selain itu juga di pergunakan data sekunder yang diperoleh dari bagian Sumber Daya Manusia di RSUD Salatiga berupa profil RSUD Salatiga dan data jumlah tenaga paramedis perawat.

(2)

Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen sejenis tetapi dapat dibedakan satu sama lain (Supranto, 2000). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga perawat wanita pada RSUD Salatiga. Dari populasi yang ada akan diambil sampel, yaitu sebagian dari populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perawat wanita yang sudah menikah dan memiliki anak sebanyak 80 orang.

Teknik sampling yang digunakan adalah

purposive sampling yaitu peneliti berdasarkan

kriteria tertentu memilih sampel yang diharapkan memiliki informasi yang akurat (Supramono dan Haryanto, 2003). Adapun kriteria yang dimaksud adalah: perawat wanita yang telah menikah dan memiliki anak.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode angket. Menurut Arikunto (2006), angket merupakan daftar pertanyaan (dalam bentuk kuesioner) yang diberikan kepada responden dengan maksud agar orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon yang sesuai permintaan pengguna (dalam Araujo 2010). Adapun teknik pengukuran variabel yang digunakan dalam teknik skala likert (likert scala), yaitu cara pengukuran

(3)

dengan menghadapkan responden dengan pertanyaan dan kemudian memberikan jawaban sangat setuju kategori nilai 5, sampai pada sangat tidak setuju kategori nilai 1.

Kuesioner yang digunakan oleh penulis sebagai dasar acuan dalam penyusunan pertanyaan penelitian tentang konflik pekerjaan-keluarga adalah kuesioner yang disusun oleh Sarinah (2010) dengan tesis berjudul pengaruh konflik peran ganda sebagai ibu RT terhadap stres wanita karir, sedangkan stres kerja, penulis mengadopsi kuesioner yang telah digunakan oleh Sagita (2011 ) dalam penyusunan tesisnya kelebihan beban kerja,ketidakjelasan peran dan stres kerja terhadap kinerja , dan untuk kinerja mengadopsi kuesioner yang digunakan oleh Sagita (2011 ). Setelah itu, penulis membagikan kuesioner pada para pegawai perawat wanita untuk mendapatkan informasi tentang konflik pekerjaan-keluarga, stres kerja dan kinerja di RSUD Salatiga.

3.5. Penelitian Terdahulu 1. Steven Poelmans (2001)

Yang berjudul ”Work Family Conflict as A Mediator Work Stres – Mental Health Relationship”. Dengan hasil penelitian yang menerangkan bahwa konflik peran ganda mempunyai pengaruh yang

(4)

positif dengan stres kerja maupun dalam hubungan di dalam dunia kerja maupun masyarakat.

2. Teresa Ciabatary Ph. D (2002)

Yang berjudul ”Single Mother, Social Capital,

and Work Family Conflict”. Dalam penelitian ini,

dihasilkan hasil yang menerangkan tentang bagaimana para wanita single yang berpendapatan rendah, dan tidak mempunyai kedudukan yang tinggi dalam pekerjaannya menjalani kehidupannya sebagai seorang wanita bekerja dan seorang ibu bagi anak-anaknya.

3. Nyoman Triaryati (2003)

Dengan judul “Pengaruh Adaptasi Kebijakan Mengenai Work-family conflict terhadap absen dan

turn over”, yang menyatakan bahwa karyawan wanita

telah terbukti menderita depresi dan mengalami stres lebih cepat dibandingkan pria, merupakan korban terbesar dalam work-family conflict. Ketika karyawan wanita tersebut menghadapi situasi kerja yang kurang menyenangkan karena tidak adanya adaptasi yang dibutuhkan oleh mereka, maka dengan mudah akan timbul stres yang kemudian berpengaruh pada kepuasan mereka. Dengan dasar penelitian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa work-family conflict akan menimbulkan stres kerja, dan akan terbawa ke tempat kerja. Dan karyawan yang rentan mengalami

(5)

work-family conflict adalah wanita, karena wanita akan dihadapkan pada pola tradisional yang berbeda dengan laki-laki, meskipun memiliki jenjang karir yang sama, yakni mengurus anak dan keluarga. Sehingga wanita menjadi lebih rentan mengalami stres di tempat kerja, dan akan mempengaruhi tingkat kepuasan karyawan .

4. Sariati Ahmad dan Martin Skitmore (2003) Dengan judul ”Work – Family Conflict : A Survey

of Singaporean Workers” yang meneliti tentang

bagaimana Work – Family Conflict terjadi pada pekerja di Singapura. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa pekerja wanita lebih sering mengalami Work – Family Conflict dibandingkan dengan pria. Dalam penelitian ini juga dibahas tentang hubungan antara Work-Family Conflict, Stres, dan kinerja dimana tingkat Work- Family Conflict akan mempengaruhi stres dan kinerja karyawan secara garis lurus.

5. Yang (2000)

Membandingkan bagaimana pengaruh tuntutan keluarga dan tuntutan pekerjaan sebagai sumber dari terjadinya konflik pekerjaan-keluarga dan keluarga pekerjaan di dua negara yang berbeda budaya, dan hasil yang diperoleh adalah :

(6)

a) Work-family conflict merupakan fenomena sosial yang di alami oleh karyawan di Amerika juga di China

b) Family demand lebih besar terjadi di US dari pada di China

c) Work demand lebih besar terjadi di China dari pada di US

d) Pengaruh family demand terhadap terjadinya work-family conflict lebih besar di US dari pada di China

e) Pengaruh work demand terhadap terjadinya work-family conflict lebih besar di China dari pada di US

f) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap atribut work demand antara dua negara tersebut.

6. Netemeyer et al (2005)

Menjelaskan adanya antecendent kunci dan konsekuensi antara konflik peran, kinerja pelayanan pada pelanggan dan stress kerja. Dalam penelitian mereka menyatakan stress kerja karyawan menjadi predictor utama terhadap in role performance supervisor dan extra-role performance karyawan dan pelanggan secara langsung. Sementara konflik pekerjaan-keluarga dan konflik keluarga-pekerjaan menghasilkan stress kerja.

(7)

Dengan judul “Analisis Pengaruh Konflik Pekerjaan – Keluarga Terhadap Stres Kerja dengan Dukungan Sosial Sebagai Variabel Moderasi”. Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel konflik pekerjaan-keluarga dengan variabel stres kerja. Nilai koefisien regresi yang positif sebesar 0.533, hal ini dapat diinterpretasikan bahwa variabel konflik pekerjaan-keluarga mempunyai pengaruh positif terhadap stres kerja atau semakin besar konflik pekerjaan-keluarga maka semakin meningkatkan stres kerja pada profesi guru. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa konflik pekerjaan-keluarga berpengaruh positif terhadap stres kerja dapat diterima

3.6 Variabel Penelitian, Definisi, Indikator dan Skala Pengukuran

Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konflik pekerjaan-keluarga, stres kerja dan kinerja. Konsep-konsep yang digunakan dan pengukurannya disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1.

Variabel Penelitian, Definisi, Indikator dan Skala Pengukuran

(8)

Variabel Definisi Indikator Skala ukur Konflik pekerjaan – keluarga Frone, Russell dan Cooper (1992); Boles, James S., W. Gary Howard & Heather H. Donofrio (2001) Pekerjaan menganggu keluarga, artinya sebagian besar waktu dan perhatian dicurahkan untuk melakukan pekerjaan sehingga kurang mempunyai waktu untuk keluarga. 1. Jadwal kerja yang padat 2. Malas melakukan pekerjaan rumah 3. Lebih mementingka n pekerjaan 4. Beban kerja yang membuat sering marah 5. Sulit untuk bersantai dirumah 6. Lebih banyak waktu dihabiskan untuk pekerjaan 7. Konflik komitmen Likert 1-5 Stres kerja Kreitner dan Suatu respon adaptif, 1. Beban kerja 2. Tuntutan/tek Likert 1-4

(9)

Variabel Definisi Indikator Skala ukur Kinicki (2005 dihubungkan oleh karakteristik dan atau proses psikologi individu yang merupakan suatu konsekuaensi dari setiap tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang menempatkan tuntutan psikologis

dan atau fisik khusus pada seseorang anan dari 3. Ketegangan dan kesalahan 4. Menurunnya tingkat hubungan interpersonal 5. Gejala – gejala stress Kinerja karyawan proses tingkah laku kerja seseorang yang 1. Information 2. Coordination of care Likert 1-4

(10)

Variabel Definisi Indikator Skala ukur Gibson (1987) kemudian menghasilkan sesuatu yang menjadi tujuan dari pekerjaannya. Prosesnya mulai dari individu, psikologis dan organisasi 3. Social support 4. Technical care 5. Interpersonal support 6. Job task 7. Organization support 3.7 Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis regresi berganda.

Adapun tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut :

3.7.1. Statistik Deskriptif

Analisa statistik deskriptif dimaksudkan untuk melakukan deskripsi terhadap variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian ini yang meliputi konflik pekerjaan-keluarga, stres kerja dan

(11)

kinerja. Pengolahan data yang di peroleh dari kuesioner dilakukan dengan cara sebagai berikut :

- Jawaban responden dikategorikan ke dalam 5 pilhan (skala likert) dan diberi skor 1-5.

Adapun langah-langkah perhitungan rata-rata untuk variabel :

1) Konflik pekerjaan-keluarga adalah sebagai berikut:

a. Menghitung rata-rata skor masing-masing pernyataan dengan rumus:

Rata-rata skor = total skor : jumlah responden

b. Melakukan penilaian terhadap rata-rata skor

Untuk dapat melakukan penilaian maka perlu dihitung rentang (range), dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

nilai terbesar – nilai terkecil Range =

jumlah kelas 5 – 1

= 5

(12)

= 0,80

Penilaian variabel konflik pekerjaan-keluarga terhadap kinerja perawat wanita di RSUD Salatiga diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.2.

Penilaian Konflik Pekerjaan-Keluarga Rata-rata Kategori per

indikator Kategori Variabel 1,00 – 1,80 1,81 – 2,60 2,61 – 3,40 3,41 – 4,20 4,21 – 5,00 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju Sangat Rendah Rendah Netral Tinggi Sangat Tinggi

2). Variabel stres kerja dan kinerja perawat wanita di RSUD Salatiga adalah sebagai berikut:

a.Menghitung rata-rata skor masing-masing pernyataan dengan rumus:

Rata-rata skor = total skor : jumlah responden

(13)

b. Melakukan penilaian terhadap rata-rata skor

Untuk dapat melakukan penilaian maka perlu dihitung rentang (range), dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

nilai terbesar – nilai terkecil Range = jumlah kelas 4 – 1 = 4 = 0,75

Penilaian variabel stres kerja dan kinerja perawat wanita di RSUD Salatiga diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.3.

Penilaian Stres Kerja dan Kinerja Perawat Wanita

di RSUD Salatiga Rata-rata Kategori per

indikator

Kategori Variabel

(14)

1,76 – 2,50 2,51 – 3,25 3,26 – 4,00 Jarang Kadang-kadang Sering Rendah Tinggi Sangat Tinggi

3.7.2 Uji Validitas dan Reliabiltas 1) Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan suatu instrument penelitian untuk mengukur hal-hal yang perlu di ukur. Sebuah instrument dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Menurut Ghozali (2005), suatu variabel dianggap valid jika nilai corrected item- total correlation >o,361. Angka pada kolom corrected item-total correlation menunjukkan nilai r hasil. Dasar pengambilan keputusannya adalah (Ghozali, 2005):

 Jika r hitung positif, serta r hitung > r tabel, maka butir atau variabel tersebut valid

 Jika r hitung tidak positif, serta r hitung < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak valid.

(15)

Uji reliabilitas diperlukan untuk mengetahui konsistensi suatu alat ukur didalam mengukur gejala-gejala yang sama terhadap masing-masing butir pertanyaan kuesioner. Untuk pengujian reliabilitas menggunakan nilai

cronbach Alpha dimana dasar pengambilan

keputusannya adalah bahwa variabel dikatakan reliabel jika cronbach Alpha > 0,6(Ghozali, 2002). 3.7.3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dimaksudkan untuk menguji data agar memenuhi kriteria Best Linear Unbiased Estimater(Blue) sehingga dapat menghasilkan penduga yang sahih (Supramono, Jony; 2005).

Uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi : a) Pengujian Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi normalitas residual digunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan ketentuan: bila angka signifikansi < 0,05 maka distribusi data residualnya adalah tidak normal, dan sebaliknya apabila angka signifikansi > 0,05 maka distribusi data residualnya adalah normal (Ghozali, 2005).

(16)

b)Pengujian Multikolinearitas

Uji multikolinearitas ini untuk mengetahui apakah adanya korelasi antara variabel independent dalam model regresi (Supranto, 1984). Adapun pengujian terhadap multikolinearitas dengan menggunakan program SPSS 11.0 adalah sebagai berikut (Ghozali, 2005) :

 Dengan melihat nilai tolerance :

Jika nilai tolerance < 0,10 maka ada multikolinearitas

Jika nilai tolerance > 0,10 maka tidak ada multikolinearitas

 Dengan melihat nilai VIF :

Jika VIF > 10 maka variabel tersebut ada multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya.

Jika VIF < 10 maka variabel tersebut tidak ada multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya.

c) Pengujian Heteroskedastisitas

Untuk medeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan menggunakan uji glejser. Pengujiannya adalah sebagai berikut:

(17)

Jika koefisien parameter beta dari persamaan regresi signifikan secara statistik, hal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas dan sebaliknya jika parameter beta tidak signifikan secara statistik maka asumsi homoskedastisitas pada data model tersebut tidak dapat ditolak (Ghozali, 2005).

3.7.4. Pengujian Hipotesis

Hipotesis empirik yang telah dikemukan dalam bab 11 kemudian diturunkan menjadi hipotesis statistik yang selanjutnya di uji kebenarannya secara empirik. Pengujian hipotesis dilakukan dengan regresi berganda, dimana regresi berganda merupakan analisa mengenai pengaruh antara variabel yaitu variabel independen(bebas) yang lebih dari satu variabel terhadap variabel dependen(terikat) (Sugiyono, 2010). Variabel tersebut adalah konflik pekerjaan-keluarga (X1), stres kerja(X2) sebagai variabel independen terhadap kinerja (Y1) sebagai variabel dependen).

Pengujian hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan persamaan :

(18)

Dimana :

Y = Kinerja perawat wanita di RSUD Salatiga

X1 = Konflik Pekerjaan – Keluarga X2 = Stres Kerja

β = Harga konstanta

β1, β2 = koefisien regresi dari X1... X2 e = kesalahan pengganggu (error)

Pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dilakukan dengan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1) Pengujian ketepatan perkiraan

Pengujian ketepatan perkiraan dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan paling baik dalam analisa regresi dimana hal ini ditunjukan oleh besarnya koefisien determinasi (R2). Dari sini akan diketahui seberapa besar variabel dependen akan mampu dijelaskan oleh variabel independennya, sedangkan sisanya (1- R2) dijelaskan sebab-sebab lain diluar model.

(19)

Pengujian uji F dilakukan untuk menguji hipotesa :

H0 = tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. H1 = terdapat pengaruh secara signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

Jika nilai F hitung lebih besar dari F tabel (F hitung ≥ F tabel) dan nilai Sig lebih kecil dari alpha 0,05 lihat (P ≤ 0,05) maka kesimpulan yang dapat diambil adalah menolak H0 yang berarti koefisien korelasi signifikan secara statistik atau terdapat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

3) Pengujian Uji t

Uji t dilakukan untuk menguji signifikansi konstanta dari variabel independen. Dalam uji t dapat dilihat apakah variabel independen berpengaruh variabel dependen. Berikut merupakan hipotesis yang diambil .

H0 = koefisien regresi tidak signifikan H1 = koefisien regresi signifikan

Untuk mengambil keputusan yaitu dengan membandingkan statistik hitung dengan statistik tabel.

(20)

- Jika statistik t hitung < t tabel maka H0 diterima

- Jika statistik t hitung > t tabel maka H1 ditolak

Referensi

Dokumen terkait

Soekarno “jas merah” (Jangan sekali- kali melupakan sejarah). Bangsa Indonesia terbentuk bukannya tiba-tiba, Indonesia terbentuk dengan proses yang panjang, dimana bangsa kita

Sehubungan dengan kegiatan penelitian ini penulis akan mengkaji karya sastra lama bentuk syair karya Raja Ali Haji dengan kajian mengenai nilai-nilai budaya (berhubungan

Keuntungan dari roda gigi ini adalah dengan memberikan input minimal dapat dihasilkan output dengan kekuatan maksimal.Roda gigi ini biasanya digunakan

Menurut mowen dan minor menjelaskan bahwa kepercayaan konsumen adalah “semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut

Sejak kajian cepat ILO tahun 2014, Indonesia telah melakukan beberapa perbaikan dalam skema sistem jaminan sosial menurut Undang-Undang (UU) Sistem Jaminan Sosial Nasional;

Proses pembelajaran huruf Hiragana pada kelas eksperimen menggunakan metode cooperative learning teknik teams games tournament, sedangkan pada kelas kontrol

Pengolahan data untuk penyelidikan geomagnet yaitu dengan melakukan koreksi variasi harian dan koreksi IGRF terhadap data hasil pengamatan intensitas medan magnet di lapangan

Adapun alasan penulis menggunakan model pendekatan penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan pembakuan nama rupabumi secara tertib administrasi di Kota