i
SWAMEDIKASI CACINGAN PADA IBU-IBU PKK DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN (KAJIAN PENGETAHUAN DAN SIKAP)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Carolie Ivoni R. Wangge NIM : 088114128
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
My Strength comes from GOD, who made heaven,
earth and mountains
HE won’t let you stumble, your Guardian
GOD won’t fall asleep (
Mazmur 121:2-4)
Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa.
Ucapkanlah syukur dalam segala hal,
Sebab itulah yang dikehendaki Allah
dalam Kristus Yesus bagi kamu
(1 Tesalonika 5:16-18)
vii PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas segala berkat, kekuatan, penyertaan dan perlindunganNya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Swamedikasi Cacingan Pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman (Kajian Pengetahuan dan Sikap)’’. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat mendapat gelar Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Proses dalam penyusunan skripsi ini bukanlah hal yang mudah, penulis banyak mendapat doa, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Bupati Sleman, Bapak Camat Pakem yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini.
2. Bapak Ipang Djunarko, Msc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. yang telah bersedia menjadi dosen pembimbing utama dan Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp. PK selaku dosen pembimbing pendamping yang telah memberikan semangat, masukan dan waktu yang diluangkan kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini 4. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt.dan Phebe Hendra, M.Si., Ph. D., Apt
5. Ibu ketua PKK dan Ibu-ibu sekretaris PKK pada kecamatan Pakem (ibu Maryuni dan ibu Eni) yang telah bersedia mengikuti dan membantu berjalannya penelitian ini
6. Ibu-ibu PKK pada kecamatan Pakem telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini
7. Bapak Ir. Ig. Aris Dwiatmoko, M.Sc selaku dosen statistika prodi matematika Fakultas Sains dan Teknologi dan Bapak Agung Santoso, S.Psi. selaku dosen statistika Fakultas Psikologi USD yang selalu meluangkan waktu dan bersedia membagikan ilmu yang berhubungan dengan metode-metode statistika
8. Seluruh staff pengajar dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, atas bimbingan dan bantuannya selama ini
9. Kedua orangtuaku yang paling luar biasa terima kasih buat dukungan doa dan materil, kepercayaan dan semangat yang tiada henti-hentinya diberikan kepada penulis
10. Kakakku Yolis dan adik-adikku Elvira dan Astin yang selalu memberikan doa, semangat dan penghiburan kepada penulis
11. Seluruh keluarga besar penulis, sepupu dan keponakan, buat alm.dede rima, dede yuli, dede suster, dede ata, dede delo, kakak seli atas dukungan doa dan semangat kepada penulis
13. Keluarga besar tongkol : Cici, Gita, Acik, Aben, Lius, Jono, Carol, Vivi, Weny, Arum, Aga, Pika, Mbak Ju dan buat sahabat-sahabat terbaik : Densi, Itin, Kristin, Nancy, Ida, Elen, Ira, terima kasih buat kebersamaan dan dukungannya selama ini
14. Teman-teman Farmasi C 2008 dan FKK B 2008 (alm.sasa) atas perjuangan, kebersamaan dan waktu yang dilalui bersama
15. Bapak kost mawar dan teman-teman kos Mawar, kakak-kakak kos Canna : Mbak siska, mbak Tara, mbak Imel, Kak maya dan teman-teman KKN kel.32 : Peffley, Arisa, Rio, Irin, Marcel, Kiki, Dita, Putri
16. Keluarga besar komunitas San’t Egidio Yogyakarta dan teman-teman SMA XII IA 2 angkatan 2008 (alm.Melinda Tjundawan) untuk dukungannya selama ini
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dan telah membantu dalam penyusunan skripsi ini atas doa dan dukungannya penulis ucapkan terima kasih
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan bagi para pembaca.
Yogyakarta, Juli 2012
x DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PRAKATA... vii
A. Latar Belakang ... 1
1. Permasalahan ... 3
2. Keaslian Penelitian ... 4
3. Manfaat Penelitian... 5
B. Tujuan Penelitian ... 6
1. Tujuan Umum... 6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 7
A. Penyakit Cacingan ... 7
1. Definisi ... 7
2. Penularan ... 8
3. Gejala-gejala... 9
4. Penyebab... 9
5. Terapi Non-Farmakologi ... 9
6. Terapi Farmakologi ... 10
B. Swamedikasi ... 11
E. Keterangan Empiris ... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 18
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 18
B. Variabel dan Definisi Operasional... 18
1. Variabel penelitian... 18
2. Definisi operasional... 18
C. Subyek Penelitian... 20
D. Tempat Penelitian ... 20
E. Populasi penelitian ... 21
F. Instrumen Penelitian ... 21
G. Tata Cara Penelitian ... 22
1. Perijinan... 22
2. Penulusuran data populasi ... 22
4. Pengambilan data... 25
5. Pengolahan data... 25
H. Analisis Data... 26
I. Kelemahan Penelitian ... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30
A. Karakteristik Responden ... 30
B. Swamedikasi Cacingan Pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman (Kajian Pengetahuan) ... 34
C. Swamedikasi Cacingan Pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman (Kajian Sikap)... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 42
A. Kesimpulan ... 42
B. Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 44
LAMPIRAN... 47
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Kriteria dan nomor pernyataan dalam kuesioner bagian pengetahuan terkait swamedikasi cacingan pada ibu-ibu
PKK di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman... 23 Tabel II. Kriteria dan nomor pernyataan dalam kuesioner bagian
sikap terkait swamedikasi cacingan pada ibu-ibu PKK di
Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman... 23 Tabel III. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK Kecamatan Pakem
Kabupaten Sleman terkait swamedikasi cacingan
berdasarkan usia ... 30 Tabel IV. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK Kecamatan Pakem
Kabupaten Sleman terkait swamedikasi cacingan
berdasarkan tingkat pendidikan... 31 Tabel V. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK Kecamatan Pakem
Kabupaten Sleman terkait swamedikasi cacingan
berdasarkan status pekerjaan ... 31 Tabel VI. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK Kecamatan Pakem
Kabupaten Sleman terkait swamedikasi cacingan
berdasarkan informasi yang pernah didapat... 32 Tabel VII. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK Kecamatan Pakem
Kabupaten Sleman terkait swamedikasi cacingan
berdasarkan sumber informasi yang pernah didapat ... 33 Tabel VIII. Obat yang biasa diminum ibu-ibu PKK Kecamatan Pakem
Kabupaten Sleman ketika mengalami cacingan... 33 Tabel IX. Distribusi tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK terkait
swamedikasi cacingan di Kecamatan Pakem Kabupaten
Tabel X. Rata-rata jawaban ibu-ibu PKK di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman terhadap kriteria pada bagian
pengetahuan terkait swamedikasi cacingan... 35 Tabel XI. Perbandingan tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK terkait
swamedikasi cacingan di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman berdasarkan karakteristik demografi dan skala
tingkat pengenalan... 36 Tabel XII. Distribusi sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi cacingan
di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman ... 38 Tabel XIII. Kriteria dan persentase sikap positif maupun negatif
terkait swamedikasi cacingan di Kecamatan Pakem
Kabupaten Sleman... 39 Tabel XIV. Perbandingan sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi
cacingan di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman berdasarkan karakteristik demografi dan skala tingkat
xv DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1.. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian... 48 Lampiran 2. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner... 53 Lampiran 3. Data diri responden... 57 Lampiran 4. Total dan persentase jawaban responden pada bagian
pengetahuan ... 61 Lampiran 5. Total dan persentase jawaban responden pada bagian
xvi INTISARI
Swamedikasi adalah upaya masyarakat untuk mengatasi penyakit ringan dan salah satunya adalah cacingan. Cacingan merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan karena infeksi cacing yang hidup dan tumbuh di dalam tubuh manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pengetahuan dan sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi cacingan di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.
Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan rancangan penelitian cross-sectional. Kriteria inklusi adalah ibu-ibu PKK yang sudah menikah dan aktif dalam kegiatan PKK. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 45 responden. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner, yang terdiri dari pengukuran pengetahuan (meliputi definisi swamedikasi, definisi cacingan, penyebab, epidemiologi, gejala, pengobatan dan pencegahan) dan sikap (meliputi swamedikasi, pencegahan, pengobatan dan kondisi yang mengharuskan melakukan pemeriksaan ke dokter).
Karakteristik ibu-ibu PKK di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman umumnya berada pada kelompok usia diatas 30 tahun, kelompok tingkat pendidikan lanjutan, kelompok yang bekerja, sudah pernah memperoleh informasi kesehatan mengenai cacingan sebelumnya dan sumber informasi tersebut sebagian besar diperoleh dari puskesmas. Responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pengetahuan baik dan sikap yang cukup terkait swamedikasi cacingan.
xvii ABSTRACT
Self medication is a community effort to to overcome mild disease and one of them is worms. Worms are health problems caused by worm infections that live and grow inside the human body. This research aims to identify the knowledge and attitudes of PKK’s member at Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman related to
self-medication of worms .
This type of research is a descriptive observational study with cross-sectional design. Criteria inclusion is a women of PKK who are married and active in PKK activities. The number of respondents used in this research are 45 people. The research instrument used was questionnaire, which consists of measuring knowledge (including the self-medication definition, worms definition, causes, epidemiology, symptoms, treatment and prevention) and attitude (includes self-medication, prevention, treatment and conditions that have to be examination by a doctor).
Characteristic of PKK’s mothers at Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman,
generally are at age group over 30 years, the level of advance education, the working group, had received information about the health of worms before and sources of information is largely derived from the clinic. The result of study showed that the respondents have a good level of knowledge and attitudes related enough of worms self-medication.
1 BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan menjangkiti lebih dari 2 miliar manusia di dunia. Cacingan dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktivitas penderitanya, kemudian kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah ( SK MENKES, 2006).
Cacing adalah parasit atau organisme yang hidup pada organisme lain. Cacing yang ada dalam tubuh manusia akan mengambil zat makanan dari tubuh yang dijadikan tempat tinggalnya. Diperkirakan bahwa lebih dari 60% anak-anak di Indonesia menderita suatu infeksi cacing. Anak-anak yang masih belum paham tentang kebersihan diri, sering bermain di tempat-tempat yang kotor sehingga dengan mudah terkena cacingan dan dapat mengganggu pertumbuhan serta menurunkan daya tahan tubuh. Keluhan yang timbul akibat penyakit cacingan antara lain perut kembung, mual, muntah, sakit perut, nafsu makan menurun, dan gatal di dubur terutama pada malam hari. Apabila keadaannya parah, dapat menyebabkan anemia, gejala sakit kuning akibat adanya penyumbatan saluran empedu, badan menjadi kurus dan mudah terkena infeksi (Handayani dan Maryani, 2004; Tjay dan Raharja, 2008).
mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan, salah satunya adalah cacingan. Obat-obat yang relatif aman digunakan untuk swamedikasi adalah golongan Obat-obat bebas, bebas terbatas dan obat wajib apotek (Muchid, Umar, Chusun, Supardi, Sinaga, Azis, dkk, 2006; Djunarko dan Hendrawati, 2011).
Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah ibu-ibu PKK karena merupakan kumpulan dari ibu-ibu rumah tangga dan merupakan kader kesehatan dari setiap desa yang ada di Kecamatan Pakem. Seorang ibu dalam keluarga merupakan sosok yang dapat merawat anggota keluarga dan sebagai kader kesehatan, ibu-ibu PKK ini memiliki peran aktif dalam bidang kesehatan sehingga dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat sekitar. Dengan demikian, secara tidak langsung responden adalah contoh atau panutan bagi keluarganya dan masyarakat sekitar dalam melakukan suatu tindakan termasuk dalam melakukan swamedikasi.
tenaga kesehatan yang belum memadai dan banyaknya tempat-tempat untuk memperoleh obat dalam melakukan swamedikasi seperti warung, toko obat atau apotek, sehingga peluang masyarakat kabupaten Sleman dalam melakukan swamedikasi pun semakin besar.
Penelitian ini merupakan penelitian tim yang dilakukan di Kabupaten Sleman. Kabupaten Sleman terdiri dari 17 kecamatan yang salah satunya adalah Kecamatan Pakem. Pemilihan Kecamatan Pakem sebagai salah satu kecamatan dari 17 kecamatan di Kabupaten Sleman dilakukan secara acak dan sebagai model dalam penelitian ini. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat diketahui profil pengetahuan dan sikap ibu-ibu PKK Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman terkait swamedikasi cacingan sehingga hal ini dapat menjadi acuan untuk melakukan tindakan swamedikasi cacingan dan menjadi acuan dalam pemberian informasi kesehatan terkait swamedikasi cacingan agar dapat tercapai pengobatan yang aman, efektif dan rasional.
1. Permasalahan
a. Seperti apakah karakteristik ibu-ibu PKK di Kecamatan Pakem
Kabupaten Sleman ?
b. Seberapa tinggi tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK terkait swamedikasi
cacingan di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman ?
c. Seperti apakah sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi cacingan di
2. Keaslian penelitian
Penelitian sejenis terkait gambaran pengetahuan dan sikap yang telah dilakukan adalah :
a. Penelitian berjudul “Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Produktif di Kecamatan Berbah, Sleman, DIY Mengenai Kista Endometrium Pada
Tahun 2011” yang dilakukan oleh Kristanti (2011). Penelitian ini mengukur tingkat pengetahuan dan sikap wanita usia produktif di Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman mengenai kista endrometrium. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan wanita usia produktif di Kecamatan Berbah yang digunakan sebagai responden mengenai kista endometrium yaitu sebanyak 70,68% mempunyai tingkat pengetahuan rendah dan 27,07% mempunyai tingkat pengetahuan sedang.
b. Penelitian berjudul “Perilaku Pengobatan Sendiri yang Rasional pada Masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman”
yang dilakukan oleh Kristina dkk. (2008). Penelitian ini mengetahui pengaruh sosiodemografi terhadap pengetahuan dan sikap tentang pengobatan sendiri yang rasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan paling berpengaruh terhadap perilaku pengobatan sendiri yang rasional.
c. Penelitian berjudul ”Hubungan antara Karakteristik Responden,
Masyarakat Indonesia” yang dilakukan oleh Oktarina, Hanafi dan Budisuari (2009). Penelitian ini mengukur tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat Indonesia terhadap HIV/AIDS dan melihat hubungannya dengan karakteristik responden dan keadaan wilayah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan HIV/AIDS dipengaruhi oleh faktor keadaan wilayah, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan. Tingkat pengetahuan juga mempunyai hubungan penting dengan sikap dari responden.
Penelitian ini terfokus pada pengukuran pengetahuan dan sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi cacingan di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman. Perbedaan dengan penelitian sejenis terletak pada hal subyek penelitian, lokasi penelitian, waktu penelitian dan tujuan penelitian.
Sepengetahuan peneliti, penelitian dengan judul “Swamedikasi Cacingan Pada Ibu-ibu Pkk di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman (Kajian Pengetahuan dan Sikap)”belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan terkait swamedikasi cacingan.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil pengetahuan dan sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi cacingan di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman. 2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik ibu-ibu PKK di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.
b. Mengukur tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK terkait swamedikasi cacingan
di KecamatanPakemKabupaten Sleman.
c. Mengukur sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi cacingan di Kecamatan
7 BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Penyakit Cacingan
Manusia adalah hospes dari beberapa cacing perut, yang dapat mengakibatkan masalah bagi kesehatan masyarakat. Diantara cacing perut terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted helminths) antara lain adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenaledanNecator americanus) dan cacing cambuk (Trichuris trichiura). Jenis-jenis cacing ini banyak ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia ( SK MENKES, 2006).
Cacing yang menginfeksi manusia dapat dibagi ke dalam beberapa filum. Filum-filum tersebut antara lain nematoda (cacing gelang), termasuk cacing kremi, strongyloides, cacing tambang, cacing cambuk, cacing pita dan trematoda (Goad and Neinstein, 2004).
1. Definisi
2. Penularan
Penularan biasanya terjadi melalui mulut, luka di kulit, oleh telur atau larva cacing yang bisa terdapat dimana-mana, misalnya di tanah, debu dan lantai. Telur cacing tahan terhadap suhu agak tinggi dan keadaan kering. Anak-anak kecil yang biasanya belum cukup mengerti tentang kebersihan mudah sekali terkena cacingan (Tjay dan Raharja, 2010).
Orang-orang yang cacingan memiliki telur cacing pada fesesnya. Pada daerah yang tidak memiliki jamban, tanah dan air yang ada disekitar tempat itu atau masyarakatnya dapat terkontaminasi dengan feses yang mengandung telur cacing (WHO, 2011).
Telur cacing di dalam tanah akan berkembang menjadi telur dewasa dan membutuhkan waktu antara 2 sampai 4 minggu, tergantung jenis cacingnya. Dua minggu untuk cacing gelang dan cacing tambang, sedangkan 3 minggu untuk cacing cambuk. Cacing dapat menginfeksi manusia melalui beberapa cara yaitu :
a. telur cacing akan menempel pada sayuran yang tumbuh pada daerah yang telah terkontaminasi. Jika sayuran tidak dimasak, tidak dicuci atau tidak dikupas dengan benar, maka telur cacing akan tertelan dan akan menginfeksi b. telur cacing yang tertelan dari sumber air yang telah terkontaminasi.
3. Gejala-gejala
Gejala- gejala cacingan antara lain adalah mengeluarkan cacing pada saat buang air besar, muntah, badan kurus dan perut buncit, kehilangan nafsu makan, lemas, lelah, pusing, nyeri kepala, gelisah dan sukar tidur, gatal-gatal di sekitar dubur terutama malam hari (cacing kremi), pada jenis cacing yang menghisap darah (cacing pita, cacing tambang, cacing cambuk) dapat menyebabkan anemia (Muchid, dkk, 2000).
4. Penyebab
Cacing penyebab penyakit pada manusia terdiri dari: cacing gelang
(Ascariasis lumbriocoides), cacing cambuk (Tricularis sp), cacing kremi (Entrobius vermicularia), cacing tambang (Nekatoria dan Ankilostomia), cacing pita (Taenia sp).. Penyebab cacingan juga biasanya karena makanan, minuman dan lingkungan yang tidak bersih (Muchid, dkk, 2000).
5. Terapi Non-Farmakologi
a. Menjaga kebersihan diri dengan cara antara lain adalah memotong kuku, menggunakan sabun pada waktu mencuci tangan sebelum dan setelah makan, setelah buang air besar dan pada waktu mandi
b. Menghindari makanan yang telah dihinggapi lalat dan cuci bersih bahan makanan untuk menghindari telur cacing yang mungkin ada pada makanan tersebut, serta biasakan memasak makanan dan minuman
d. Menggunakan alas kaki untuk menghindari sentuhan langsung dengan tanah (Muchid, dkk, 2000).
6. Terapi Farmakologi
Antihelmintik digunakan untuk mengobati infeksi cacing yang dapat dibeli tanpa resep dokter adalah pirantel pamoat dan piperazine. Pirantel pamoat adalah obat cacing yang paling sering digunakan saat ini. Pirantel pamoat dapat diminum dalam keadaan perut kosong maupun setelah makan dan lebih dianjurkan untuk diminum pada malam hari sehingga keesokan harinya cacing yang mati dapat dikeluarkan bersamaan dengan tinja (Djunarko dan Hendrawati, 2011).
Pirantel pamoat adalah agen neuromuskular depolarisasi yang melumpuhkan cacing, sehingga menyebabkan cacing terlepas dari dinding usus dan selanjutnya akan keluar bersama tinja sebelum cacing dapat bertelur. Pirantel pamoat efektif untuk mengobati enterobiasis (cacing kremi), Ascaris lumbricoides (cacing gelang),
Ancylostoma duodenale (cacing tambang) (Goad and Neinstein, 2004; Bucci and Goforth, 2002).
Piperazine efektif terhadap Ascaris lumbricoides dan E. vermikularius.
B. Swamedikasi 1. Definisi
Pengobatan sendiri adalah pilihan dan penggunaan obat yang dipilih oleh pasien untuk mengobati penyakit atau gejala penyakit yang dirasakan oleh pasien sendiri. Obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi adalah obat tanpa resep dokter (OTR). Di Indonesia yang termasuk OTR meliputi obat wajib apotek (OWA) atau obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter, obat bebas terbatas dan obat bebas (Asociación de Química y Farmacia del Uruguay, 2006; Djunarko dan Hendrawati, 2011).
2. Syarat
Syarat-syarat pengobatan sendiri adalah obat-obat yang digunakan sudah terbukti aman, berkualitas, berkhasiat dan diindikasikan untuk kondisi yang dialami pasien itu sendiri. Swamedikasi memerlukan beberapa informasi antara lain adalah tentang bagaimana menggunakannya, efek dan efek samping yang mungkin muncul, bagaimana memonitor khasiat atau efek obat, interaksi yang mungkin terjadi, tindakan pencegahan dan peringatan, jangka waktu pengobatan dan batas dimana pasien harus meminta nasihat dari dokter atau apoteker (Asociación de Química y Farmacia del Uruguay, 2006).
3. Keuntungan
b. Mengurangi pelayanan-pelayanan medis untuk meringankan penyakit-penyakit ringan, khususnya ketika keuangan dan sumber daya manusia terbatas
c. Meningkatkan adanya pelayanan kesehatan untuk penduduk yang tinggal di daerah pedesaan atau terpencil (World Self-Medication Industry, 2010).
4. Kerugian
a. Kurangnya perawatan kesehatan yang profesional dan kurangnya pengawasan untuk penyakit kronis
b. Kurangnya kesempatan berinteraksi dengan tenaga kesehatan yang profesional
c. Tidak tepat obat (Davidson, 2008). Swamedikasi yang aman meliputi :
a. seseorang harus mampu mengidentifikasi kondisi yang akan diobati b. mengidentifikasi konstituen dan sifat dari produk yang dipilih
c. tahu dan mampu mengidentifikasi efek dan efek samping dari produk tersebut
d. tahu kapan untuk melakukan konsultasi dengan tenaga medis (Davidson, 2008).
gangguan yang ringan, misalnya batuk-pilek, demam, sakit kepala, diare, sembelit, perut kembung, maag, gatal-gatal, infeksi jamur kulit dan lain-lain (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2004).
C. Perilaku
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsur pokok, yakni respon dan stimulus. Respon manusia ada yang bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap) dan bersifat aktif (tindakan yang nyata atau praktis), sedangkan stimulus terdiri dari 4 unsur pokok yaitu sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan. Perilaku kesehatan dapat diukur dari pengetahuan, sikap dan praktik (Notoatmodjo, 2007).
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan meupakan suatu aspek yang penting dalam membentuk tindakan seseorang(Notoatmodjo, 2007).
a. tingkat pengetahuan baik, apabila skor yang diperoleh responden 76-100%
b. tingkat pengetahuan cukup, apabila skor yang diperoleh responden 56-75%
c. tingkat pengetahuan kurang, apabila skor yang diperoleh responden < 56%
2. Sikap (attitude)
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Dengan kata lain sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak(Notoatmodjo, 2007).
Menurut Nursalam (2003), dalam pengukuran sikap responden dapat dilakukan dengan sistem skoring, yaitu :
a. sikap baik apabila skor yang diperoleh responden 76-100% b. sikap cukup, apabila skor yang diperoleh responden 56-75% c. sikap kurang, apabila skor yang diperoleh responden < 56%
D. Kuesioner
ini berarti pada pengumpulan data menggunakan kuesioner, tidak ada yang menjelaskan secara langsung terhadap responden tentang semua pertanyaan yang diajukan, sehingga semua pertanyaan yang tertulis harus jelas dan mudah dimengerti. Penataan tulisan pada kuesioner juga harus mudah terbaca dan tidak membingungkan (Widi, 2010).
Urutan pertanyaan dalam kuesioner dapat dimulai dengan pertanyaan demografi. Pertanyaan demografi merupakan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan umur, status, pendidikan, pekerjaan dan lain-lain (Notoatmodjo, 2010).
Kuesioner biasanya digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam suatu penelitian. Salah satu dari jenis pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner adalah pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup merupakan suatu pertanyaan yang telah disediakan beberapa pilihan jawaban oleh peneliti yang dapat dipilih oleh responden (Mustafa, 2009).
Skala pengukuran kuesioner ada bermacam-macam diantaranya adalah skala
Guttmandan skala likert. SkalaGuttmanadalah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat tegas dan konsisten dan alternatif jawaban hanya terdiri dari dua pilihan. Misalnya adalah benar-salah dan untuk jawaban responden nilai tertinggi adalah 1 dan nilai terendah adalah 0 (Siregar, 2010).
alternatif jawaban secara berjenjang yaitu “sangat tidak setuju’’, “tidak setuju’’, “netral’’, “ setuju’’, “sangat setuju’’. Penentuan skor di setiap jenjang pada skala likert disesuaikan dengan jenis narasi pertanyaannya, yaitu narasi pertanyaannya bersifat negatif (unfavourable) atau narasi pertanyaannya bersifat positif (favourable). Pertanyaan positif (favourable) diberi skor 5, 4, 3, 2 dan 1, sedangkan untuk pertanyaan negatif (unfavourable) diberi skor 1, 2, 3, 4 dan 5 (Mustafa, 2009; Siregar, 2010).
Kuesioner merupakan salah satu bentuk instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian yang baik harus memiliki kriteria validitas dan reliabilitas (Siregar, 2010).
1. Validitas
Validitas adalah ukuran seberapa tepat instrumen itu mampu menghasilkan data sesuai dengan ukuran yang sesungguhnya yang ingin diukur. Kuesioner sebagai alat ukur harus mengukur apa yang ingin diukur (Mustafa, 2009; Saryono, 2010).
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Kuesioner sebagai alat ukur harus mempunyai reliabilitas yang tinggi. Uji reliabilitas hanya dilakukan pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid. Suatu kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai koefisien Alpha Cronbachlebih besar dari 0,75 (Notoatmodjo, 2010; Riwidikdo, 2010).
E. Keterangan Empiris
18 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif dengan rancangan penelitian cross-sectional. Observasional deskriptif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk menggambarkan atau memotret masalah kesehatan salah satunya yaitu tentang swamedikasi cacingan dalam suatu komunitas tertentu misalnya ibu-ibu PKK. Rancangan cross-sectional adalah salah satu bentuk studi obeservasional (non eksperimental) yang mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali dan pada satu saat (Notoatmodjo, 2010; Satroasmoro-Ismael, 2010).
B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ibu-ibu aktif PKK di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi cacingan di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.
2. Definisi operasional
gejala, pencegahan dan pengobatan cacingan yang diukur melalui kuesioner.
b. Sikap adalah kesiapan atau kesediaan responden untuk melakukan tindakan swamedikasi cacingan secara aman dan rasional, kesiapan responden untuk melakukan hal-hal yang dapat mencegah cacingan dan kesediaan responden untuk melakukan pemeriksaan ke dokter pada kondisi tertentu yang diukur melalui kuesioner.
c. Swamedikasi adalah tindakan pemilihan dan penggunaan obat yang dapat dibeli secara bebas di apotek atau toko obat untuk mengatasi cacingan oleh responden di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman. d. Ibu-ibu aktif PKK adalah ibu-ibu rumah tangga dan kader kesehatan
yang aktif dalam mengikuti kegiatan PKK tingkat kecamatan. Dikatakan aktif apabila ibu-ibu rumah tangga dan kader kesehatan hadir pertemuan PKK terhitung dari bulan April 2011 - April 2012. e. Karakteristik responden adalah karakteristik yang diamati berdasarkan
usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, sumber informasi yang diperoleh terkait swamedikasi cacingan dan penggunaan obat cacing yang sudah tepat atau belum
f. Usia dibagi menjadi 2 kelompok yaitu≤30 tahun dan > 30 tahun. g. Tingkatan Pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir yang diikuti
Kelompok pendidikan dasar meliputi SD dan SMP sederajat, sedangkan kelompok pendidikan lanjutan meliputi SMA dan Perguruan Tinggi sederajat.
h. Status pekerjaan. Ibu-ibu PKK dikatakan bekerja jika mendapat upah atas hasil kerjanya. Status tidak bekerja jika tidak mendapat upah atas hasil kerjanya.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yaitu ibu-ibu PKK di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu aktif PKK dan telah menikah di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman yang mengisi dan mengembalikan kuesioner. Setelah diperoleh responden yang memenuhi kriteria inklusi kemudian dilihat karakteristik responden berdasarkan usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan dan sumber informasi yang pernah diperoleh responden sebelum penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang tidak bisa membaca dan menulis, responden yang tidak lengkap mengisi kuesioner dan responden yang tidak mengisi kuesioner sendiri. Dalam penelitian ini responden yang digunakan sebanyak 45 orang.
D. Tempat Penelitian
E. Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini yaitu ibu-ibu PKK di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman yang berjumlah 50 orang. Dalam penelitian ini responden yang digunakan sebanyak 45 orang yang memenuhi kriteria inklusi.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu:
1. karakteristik yang terdiri dari usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, status pekerjaan dan skala tingkat pengenalan. Selain itu, di akhir pertanyaan karakteristik dilengkapi dengan tanda tangan dari responden.
2. bagian pengetahuan yang pernyataannya merupakan tipe closed endeddengan skala pengukuran Guttman. Pilihan jawaban pada skala ini terdiri dari 2 pilihan yaitu benar dan salah, untuk jawaban responden nilai tertinggi adalah 1 dan nilai terendah adalah 0.
jawaban pada skala Likert dengan tipe pernyataan favorable terdiri dari 4 pilihan yaitu sangat setuju diberi skor (4), setuju diberi skor (3), tidak setuju diberi skor (2), sangat tidak setuju (1) sedangkan penilaian untuk tipe
unfavorablemerupakan kebalikan dari tipefavorable.
G. Tata Cara Penelitian 1. Perijinan
Perijinan dimulai meminta surat ijin penelitian dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang nantinya diserahkan kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dan ke kantor kecamatan yang nantinya sebagai tempat penelitian.
2. Penelusuran data populasi
Penelusuran data populasi di kecamatan dilakukan untuk mengetahui jumlah ibu-ibu PKK yang aktif di kecamatan.
3. Pembuatan kuesioner
Bagian kedua dalam kuesioner merupakan bagian pengetahuan. Kriteria dan nomor pernyataan dalam kuesioner bagian pengetahuan pada tabel I berikut ini. Tabel I. Kriteria dan nomor pernyataan dalam kuesioner bagian pengetahuan terkait swamedikasi cacingan pada ibu-ibu PKK di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman
Bagian pengetahuan
Kriteria Nomor pernyataan
Definisi swamedikasi 1
Definisi cacingan 2 & 4
Penyebab 3, 5, 6, 11
Epidemiologi 7
Gejala 8, 9 & 10
Pengobatan 12 & 17
Pencegahan 13, 14, 15 & 16
Pernyataan benar terdapat pada nomor pernyataan 1, 2, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 14 dan 17 sedangkan pernyataan salah terdapat pada nomor pernyataan 3, 7, 10, 12, 13, 15 dan 16.
Bagian ketiga dalam kuesioner merupakan bagian sikap yang terdiri dari tipe
favorable dan unfavorable Kriteria dan nomor pernyataan dalam kuesioner bagian sikap ditunjukkan pada tabel II berikut ini.
Tabel II. Kriteria dan nomor pernyataan dalam kuesioner bagian sikap terkait swamedikasi cacingan pada ibu-ibu PKK di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman
Bagian sikap
Kriteria Nomor pernyataan
Swamedikasi 1, 2, 14, 15, 16
Pencegahan cacingan 3-6, 8-10
Pengobatan cacingan 7 & 11
Kondisi yang mengharuskan melakukan pemeriksaan ke dokter
Pernyataan tipefavorableterdapat pada nomor pernyataan 1-3, 5, 8, 9, 11-13, 16 dan tipeunfavorableterdapat pada nomor pernyataan 4, 6, 7, 10, 14, 15.
Pengujian terhadap kuesioner. 1) Uji validitas
Uji validitas terhadap kuesioner dalam penelitian ini berdasarkan uji validitas konstruk yang menggunakan judgment experts. Setelah dilakukan pengujian konstruk dari ahli dilanjutkan dengan uji pemahaman bahasa pada minimal 30 orang. Dalam penelitian ini uji pemahaman bahasa dilakukan pada 36 orang. Selanjutnya dilakukan analisis pernyataan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total menggunakan bantuan komputer. Parameter dari hasil uji ini dikatakan valid apabila besarnya r hitung pada tiap nomor pernyataan > 0,329. Uji pemahaman bahasa ini dilakukan di Kecamatan Depok dengan menyebarkan kuesioner pada orang di luar responden yang digunakan dalam penelitian ini (Sugiyono, 2010; Riwidikdo, 2010).
2) Uji reliabilitas
Uji reliabilitas terhadap kuesioner dilakukan menggunakan analisis statistik dengan komputer. Berdasarkan uji reliabilitas yang dilakukan dengan mengunakan komputer terhadap pernyataan kuesioner yang telah valid, diperoleh nilai koefisien Alpha Cronbach
pada bagian pengetahuan sebesar 0,773 dan pada bagian sikap sebesar 0,754. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian telah reliable atau dalam arti dapat dipercaya, memiliki konsistensi dan layak digunakan dalam penelitian (Riwidikdo, 2010). 4. Pengambilan data
Pengambilan data dilakukan pada pertemuan rutin ibu-ibu PKK di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman dan pengambilan dilakukan hanya satu kali yaitu pada bulan Mei 2012.
5. Pengolahan data
Manajemen data terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut ini. 1) Editing
Berdasarkan hasil editing, kuesioner yang diterima sebanyak 48 namun terdapat 3 kuesioner atau 3 responden yang dieksklusi karena kuesioner tidak diisi dengan lengkap. Jadi, jumlah kuesioner yang diterima setelah tahap editing adalah sebanyak 45 kuesioner.
2) Processing
Pada tahap ini dilakukan dengan mengkategorikan pernyataan pada kuesioner berdasarkan pengetahuan dan sikap. Selanjutnya memindahkan hasil yang diperoleh dari kuesioner ke program komputer dan menjumlahkan skor dari pernyataan yang dijawab oleh responden.
3) Cleaning
Tahap cleaning dilakukan dengan memeriksa kembali kebenaran data yang sudah dimasukkan ke program komputer serta memastikan kelengkapan seluruh komponen yang dibutuhkan untuk keperluan analisis data.
H. Analisis Data
persentase per karakteristik responden = jumlah responden per karakteristik
total responden × 100%
Analisis tingkat pengetahuan dan sikap dapat diketahui dengan menghitung persentase nilai jawaban responden dengan menggunakan rumus:
= × 100%
Keterangan:
P= persentase
f = frekuensi dari seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan yang telah dipilih responden atas pertanyaan yang diajukan
n = jumlah frekuensi seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan responden selaku peneliti (Sabarguna, 2008).
Apabila persentase jawaban responden diperoleh 76-100% atau mampu menjawab dengan benar 13-17 pernyataan maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki pengetahuan yang baik. Apabila persentase jawaban responden diperoleh antara 56-75% atau mampu menjawab dengan benar 10-12 pernyataan dengan benar maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki pengetahuan yang cukup. Apabila persentase jawaban responden diperoleh < 56% atau menjawab dengan benar 1-9 pernyataan dengan benar dikatakan bahwa responden memiliki pengetahuan yang kurang.
persentase jawaban responden diperoleh < 56% atau skor akhir responden 17-35 maka dikatakan bahwa responden memiliki pengetahuan yang kurang.
Nilai dan persentase per kriteria responden terhadap kriteria dalam kuesioner bagian pengetahuan diketahui dengan rumus:
Nilai per kriteria = total jawaban responden per kriteria jumlah pernyataan per kriteria
Persentase per kriteria = Nilai per kriteria
total responden × 100%
Nilai dan persentase per kriteria responden terhadap kriteria dalam kuesioner bagian sikap diketahui dengan rumus:
A = B C
Persentase per kriteria = A
total responden× 100%
Keterangan:
A = rata-rata responden yang memiliki sikap positif/negatif per kriteria B = jumlah responden yang memiliki sikap positif/ negatif per kriteria C = jumlah pernyataan per kriteria
I. Kelemahan Penelitian Kelemahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
30 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang aktif dalam mengikuti kegiatan PKK tingkat kecamatan. Dikatakan aktif apabila ibu-ibu hadir pertemuan PKK setiap bulannya terhitung dari April 2011-April 2012 dan sudah menikah di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman. Karakteristik demografi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain usia, tingkat pendidikan dan status pekerjaan. Karakteristik demografi responden ditunjukkan pada tabel-tabel berikut ini.
Tabel III. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman terkait swamedikasi cacingan berdasarkan usia
Kelompok usia
(tahun) Jumlah responden Persentase (%)
≤30 tahun 4 8,8
> 30 tahun 41 91,1
Jumlah 45 100
tanda-tanda penyakit degeneratif, sehingga dapat menyebabkan meningkatnya penggunaan obat dan peluang untuk terjadinya permasalahan dalam pengobatan semakin besar sehingga dapat berakibat ketidakrasionalan penggunaan obat. Berdasarkan tabel III dapat diketahui bahwa responden pada penelitian ini paling banyak berada dalam kelompok usia diatas 30 tahun dengan jumlah sebanyak 41 responden (91,1%).
Tabel IV. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman terkait swamedikasi cacingan berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan Jumlah
responden Persentase (%)
Pendidikan dasar 8 17,7
Pendidikan lanjutan 37 82,2
Jumlah 45 100
Berdasarkan tabel IV dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan lanjutan (lulus SMA atau Perguruan tinggi) dengan jumlah sebanyak 37 responden (82,2%).
Tabel V. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman terkait swamedikasi cacingan berdasarkan status pekerjaan
Status pekerjaan Jumlah
responden Persentase (%)
Bekerja 26 57,7
Tidak bekerja 19 42,2
Jumlah 45 100
pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Berdasarkan penjelasan tersebut, ibu rumah tangga dikategorikan dalam kelompok tidak bekerja. Tabel V dapat menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki status pekerjaan adalah bekerja dengan jumlah sebanyak 26 responden (57,7%).
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini juga mengukur skala tingkat pengenalan yang meliputi apakah responden sebelumnya pernah mendapat informasi kesehatan tentang cacingan atau belum, sumber diperolehnya informasi tersebut dan obat yang biasa diminum oleh responden ketika mengalami cacingan. Skala tingkat pengenalan yang diukur pada responden ditunjukkan pada tabel-tabel berikut ini.
Tabel VI. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman terkait swamedikasi cacingan berdasarkan informasi yang pernah didapat
Informasi mengenai cacingan Jumlah
responden Persentase (%) Sudah pernah mendapat informasi 37 82,2
Belum pernah mendapat informasi 8 17,7
Jumlah 45 100
Tabel VII. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman terkait swamedikasi cacingan berdasarkan
sumber informasi yang pernah didapat Sumber Informasi Jumlah
Tabel VIII. Obat yang biasa diminum ibu-ibu PKK Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman ketika mengalami cacingan
Obat yang diminum Jumlah
responden Persentase (%)
Combantrin® 36 80
Tidak tahu atau tidak pernah minum
obat ketika mengalami cacingan 9 20
Jumlah 45 100
B. Swamedikasi Cacingan Pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman (Kajian Pengetahuan)
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan sebagian besar responden terkait swamedikasi cacingan berada pada kategori baik dengan jumlah sebanyak 27 responden (60%). Distribusi tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK ditunjukkan pada tabel IX berikut ini.
Tabel IX. Distribusi tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK terkait swamedikasi cacingan di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman
Tingkat pengetahuan Jumlah responden Persentase (%)
Baik 27 60,0
Cukup 17 37,7
Kurang 1 2,2
Jumlah 45 100
Tabel X. Rata-rata jawaban ibu-ibu PKK di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman terhadap kriteria pada bagian pengetahuan terkait swamedikasi cacingan
Kriteria Nomor
Definisi swamedikasi 1 40 88,9 5 11,1
Definisi cacingan 2 & 4 25 55,5 20 44,4
Penyebab 3, 5, 6, 11 31,25 69,4 13,75 30,5
Epidemiologi 7 42 93,3 3 6,7
Gejala 8, 9 & 10 37 82,2 8 17,8
Pengobatan 12 & 17 43 95,5 2 4,44
Pencegahan 13, 14, 15 & 16
33,75 75 11,25 25
Berdasarkan tabel X dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik terkait swamedikasi cacingan. Namun dapat diketahui pula bahwa pada kriteria mengenai definisi cacingan, sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dan pada kriteria penyebab dan pencegahan cacingan sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang cukup. Oleh karena itu dalam pemberian informasi mengenai swamedikasi cacingan dapat lebih ditekankan pada informasi mengenai definisi, penyebab dan pencegahan cacingan .
Dalam penelitian ini juga dapat diketahui perbandingan tingkat pengetahuan responden berdasarkan karakteristik demografi (usia, tingkat pendidikan dan status pekerjaan) serta skala tingkat pengenalan (pernah atau belum pernahnya responden memperoleh informasi kesehatan mengenai cacingan). Perbandingan tingkat pengetahuan responden terkait swamedikasi cacingan ditunjukkan pada tabel XI berikut ini.
Tabel XI. Perbandingan tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK terkait swamedikasi cacingan di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman berdasarkan
karakteristik demografi dan skala tingkat pengenalan
Karakteristik demografi
Pekerjaan Tidak bekerja 1 5,3 5 26,3 13 68,4
Bekerja 0 0 12 46,1 14 53,8
Pada karakteristik demografi terkait tingkat pendidikan dapat diketahui bahwa pada kelompok tingkat pendidikan dasar dan lanjutan memiliki jumlah responden paling banyak berada pada tingkat pengetahuan berkategori baik masing-masing sebanyak 4 responden (50%) dan 23 responden (62,2%).
Pada karakteristik demografi terkait pekerjaan dapat diketahui bahwa pada kelompok responden yang tidak bekerja dan bekerja memiliki jumlah responden paling banyak berada pada tingkat pengetahuan berkategori baik masing-masing sebanyak 13 responden (68,4%) dan 14 responden (53,8%). Pada skala tingkat pengenalan terkait informasi kesehatan mengenai cacingan dapat diketahui bahwa pada kelompok yang sebelumnya belum pernah memperoleh informasi kesehatan mengenai cacingan memiliki jumlah responden paling banyak berada pada tingkat pengetahuan berkategori cukup yaitu sebanyak 5 responden (62,5%), sedangkan untuk kelompok yang sebelumnya sudah pernah memperoleh informasi kesehatan mengenai cacingan memiliki jumlah responden paling banyak berada pada tingkat pengetahuan berkategori baik yaitu sebanyak 24 responden (64,9%).
C. Swamedikasi Cacingan Pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman (Kajian Sikap)
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa sikap sebagian besar responden terkait swamedikasi cacingan berada pada kategori cukup dengan jumlah sebanyak 25 responden (55,5%). Distribusi sikap responden dapat dilihat pada tabel XII berikut ini.
Tabel XII. Distribusi sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi cacingan di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman
Sikap Jumlah responden Persentase (%)
Baik 20 44,4
Cukup 25 55,5
Jumlah 45 100
Tabel XIII. Kriteria dan persentase sikap positif maupun negatif terkait swamedikasi cacingan di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman
Kriteria Nomor
Swamedikasi 1, 2, 14, 15, 16 83,3 16,7
Pencegahan cacingan 3-6, 8-10 68,6 31,4
Pengobatan cacingan 7 & 11 87,8 12,2
Kondisi yang mengharuskan melakukan pemeriksaan ke dokter
12 & 13 94,4 5,5
Berdasarkan tabel XIII dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki sikap yang berada pada kategori baik terkait kriteria swamedikasi, pengobatan cacingan dan kondisi yang mengharuskan melakukan pemeriksaan ke dokter, sedangkan pada kriteria mengenai pencegahan cacingan sebagian besar responden memiliki sikap yang cukup. Oleh karena itu dalam pemberian informasi terkait swamedikasi cacingan dapat lebih ditekankan pada kriteria pencegahan cacingan.
Kuesioner sebagai instrumen yang digunakan dalam penelitian ini kurang menggali sikap terkait swamedikasi atau pengobatan mandiri untuk mengatasi cacingan. Dalam hal ini adalah pernyataan dalam kuesioner yang digunakan pada penelitian ini lebih mengarah pada pernyataan terkaitself-care.
informasi kesehatan mengenai cacingan). Perbandingan sikap responden ditunjukkan pada tabel XIV berikut ini.
Tabel XIV. Perbandingan sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi cacingan di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman berdasarkan karakteristik demografi dan skala
tingkat pengenalan
Lanjutan 18 49 19 51
Pekerjaan Tidak bekerja 10 53 9 47
Bekerja 15 58 11 43
Skala tingkat pengenalan
Belum pernah 5 62,5 3 37,5
Pernah 20 54 17 46
n = jumlah responden
lanjutan memiliki jumlah responden paling banyak berada pada sikap berkategori baik yaitu sebanyak 19 responden (51%).
Pada karakteristik demografi terkait pekerjaan dapat diketahui bahwa pada kelompok responden yang tidak bekerja dan bekerja memiliki jumlah responden paling banyak berada pada kategori sikap yang cukup masing-masing sebanyak 10 responden (53%) dan 15 responden (58%). Pada skala tingkat pengenalan terkait informasi kesehatan mengenai cacingan dapat diketahui bahwa pada kelompok yang sebelumnya belum pernah maupun yang sudah pernah memperoleh informasi kesehatan mengenai cacingan memiliki jumlah responden paling banyak berada pada kategori sikap yang cukup dengan jumlah responden masing-masing sebanyak 5 responden (62,5%) dan 20 responden (62,5%).
42 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Karakteristik ibu-ibu PKK di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman umumnya berada pada kelompok usia diatas 30 tahun, kelompok tingkat pendidikan lanjutan, kelompok yang bekerja, sudah pernah memperoleh informasi kesehatan mengenai cacingan sebelumnya dan sumber informasi tersebut sebagian besar diperoleh dari puskesmas.
2. Tingkat pengetahuan sebagian besar ibu-ibu PKK Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman berada pada kategori baik dengan jumlah sebanyak 27 responden atau sebesar 60%
3. Sikap sebagian besar ibu-ibu PKK Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman berada pada kategori cukup dengan jumlah sebanyak 25 responden atau sebesar 55,5%.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penambahan kriteria terkait faktor resiko dan patofisiologi pada bagian pengetahuan dan menambahkan jumlah pernyataan tentang swamedikasi cacingan pada bagian sikap
44
DAFTAR PUSTAKA
Asociación de Química y Farmacia del Uruguay, 2006, Self-Medication, http://www.aqfu.org.uy/informacion/index.php?Id=191&Pdf=1&Lan=es, diakses tanggal 23 November 2011.
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2004, Pengobatan Sendiri,
http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/Buletin%20Info%20POM/060 4.pdf, diakses tanggal 26 November 2011.
Bucci, K.K. and Goforth, G.A., 2002, Pinworm Infection, dalam Handbook of Non Prescription Drugs, 14th ed., American Pharmaceutical Association, Washington DC, pp. 343.
Chatterjee, T. K., 2000, Chemotherapy of Tropical Parasitic Infections, 2th ed., Prentice-Hall India Private Limited, New Delhi, pp. 35.
Davidson, S., 2008,Implications of Self Medication,http://www.carpin.org/events08/ 3rdScConf/11ImplicationsSelfMedication. pdf, diakses tanggal 23
November 2011.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2011, http://dinkes.slemankab.go.id/isu-isu-strategis-sektor-kesehatan-kab-sleman.slm, diakses tanggal 24 April 2011. Djunarko dan Hendrawati, 2011, Swamedikasi yang Baik dan Benar, PT. Citra Aji
Parama, Yogyakarta, pp.56.
Goad, J.A. and Neinstein, L., 2004, Pinworm Infection, dalam Handbook of Non Prescription Drugs, 14th ed., American Pharmaceutical Association, Washington DC, pp.374.
Handayani,L. dan Maryani,H., 2004,Mengatasi Penyakit pada Anak dengan Ramuan Tradisional, Agromedia Pustaka, Jakarta, pp 16,17.
Kristanti, D., 2011, Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Produktif di Kecamatan Berbah, Sleman, DIY Mengenai Kista Endometrium Pada Tahun 2011,
Skripsi,64, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Muchid, A., Umar, F., Chusun., Supardi, S., Sinaga, E., Azis, S., dkk., 2006,
Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas terbatas, http://www.binfar.depkes.go.id/data/files/1203426275_PEDOMAN%20OB AT%20BEBAS%20DAN%20BEBAS%20TERBATAS.pdf, diakses pada tanggal 23 Maret 2011.
Mustafa, Z., 2009, Mengurai Variabel hingga Instrumentasi, Graha Ilmu, Yogyakarta, pp.76, 78-79, 103.
Notoatmodjo, S., 2007,Kesehatan Masyarakat : Ilmu & Seni, Rineka Cipta, Jakarta, pp 108-110, 116, 136, 143-150.
Notoatmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, pp. 163-165, 167-168.
Nursalam, 2003, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Ed.1, Salemba Medika, Jakarta, pp 124.
Oktarina, Hanafi, F., dan Budisuari, M.A., 2009, Hubungan antara Karakteristik Responden, Keadaan Wilayah dengan Pengetahuan, Sikap terhadap HIV/AIDS pada Masyarakat Indonesia,Buletin Penelitian Sistem Kesehatan,
Vol. 12, pp. 362-369.
Riwidikdo, 2010,Statistik Penelitian Kesehatan, Pustaka Rihama, Yogyakarta. Sabarguna, B.S., 2008, Analisis pada Penelitian Kualitatif, edisi Revisi, Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Saryono, 2010,Metodologi Penelitian Kesehatan, Mitra Cendikia Press, Yogyakarta, pp 91.
Satroasmoro dan Ismael, 2010,Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Ed 3, CV. Sagung Seto, Jakarta, pp. 112-125.
Siregar, S., 2010, Statistika Deskriptif untuk Penelitian: Dilengkapi Perhitungan Manual, Raja Grafindo Persada, Jakarta, pp.133, 162.
Sugiyono, 2010,Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, pp. 74.
Tjay, T. dan Rahardja, K., 2008, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya,PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, pp.196-197.
Tan, T. dan Rahardja, K., 2010,Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan Sehari-hari, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, pp. ix, 14.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13, 2003,
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_uu/UU%20No.%2013%20Th%202 003%20ttg%20Ketenagakerjaan.pdf, diakses tanggal 22 Mei 2012.
World Health Organization, 2011,Soil-Transmitted Helminths, http://www.who.int/ intestinal_worms/en/, diakses pada tanggal 23 November 2011.
Widi, R.K., 2010,Asas Metodologi Penelitian, Graha Ilmu, Yogyakarta, pp.243. World Self-Medication Industry, 2010,About Self-Medication, http://www.wsmi.org/
47
Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian
SWAMEDIKASI CACINGAN PADA IBU-IBU PKK DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN (KAJIAN PENGETAHUAN DAN SIKAP)
I. DATA DEMOGRAFI RESPONDEN
Nama lengkap :
Umur :…………tahun
Kecamatan :
Status : menikah / belum menikah*
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan : bekerja / tidak bekerja*
SKALA TINGKAT PENGENALAN
1. Pernahkan anda memperoleh informasi tentang cacingan : pernah / belum pernah* 2. Jika pernah informasi tersebut anda diperoleh dari :
3. Obat yang biasa diminum ketika mengalami cacingan :
Keterangan :* lingkari jawaban yang tepat Tanda Tangan
Responden
I. Pilihlah jawaban dari pernyataan-pernyatan di bawah ini di tempat yang telah disediakan dengan memberi tanda centang (√).
KUESIONER
NO Pernyataan BENAR SALAH
1. Mengenali gejala, memilih, membeli dan menggunakan obat cacing tanpa bantuan tenaga medis disebut swamedikasi
2. Cacingan adalah penyakit dimana seseorang mempunyai cacing dalam ususnya dan menimbulkan gejala atau tanpa gejala
3. Cacingan adalah penyakit yang disebabkan karena bakteri dan tidak menular
4. Cacingan adalah penyakit yang dapat menular kepada orang lain
5. Cacingan dapat disebabkan karena lingkungan yang tidak bersih
6. Anak-anak yang sering bermain di tanah tanpa menggunakan alas kaki dapat terkena cacingan
7. Cacingan hanya dapat dialami oleh anak-anak
8. Gejala cacingan adalah keluarnya cacing pada saat buang air besar (BAB)
NO Pernyataan BENAR SALAH 10. Seseorang yang memiliki perut buncit pasti
mengalami cacingan
11 Telur cacing masuk melalui kuku atau mulut kemudian masuk ke dalam aliran darah dan hidup di dalam tubuh manusia
12. Cacingan dapat diobati dengan minum air hangat 13. Cacingan dapat dicegah dengan minum vitamin C
14 Cacingan dapat dicegah dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan membasuhnya dengan air mengalir sebelum dan sesudah makan
15. Cacingan dapat dicegah dengan banyak beristirahat 16. Jus buah dapat mencegah cacingan
II. Pilihlah jawaban dari pernyataan-pernyatan di bawah ini di tempat yang telah disediakan dengan memberi tanda centang (√ ) .
Keterangan :
SS : Sangat Setuju (bila saya setuju dengan pernyataan yang diajukan) S : Setuju (bila saya cenderung setuju dengan peryataan yang diajukan)
TS : Tidak Setuju (bila saya cenderung tidak setuju dengan pernyataan yang
1. Saya lebih suka membeli obat di apotek daripada di warung
2.
Saya memilih minum obat cacing daripada minum obat untuk melancarkan buang air besar apabila mengeluarkan cacing pada saat buang air besar
3.
Saya minum obat cacing 6 bulan sekali untuk mencegah cacingan
4.
Saya lebih suka berolahraga secara teratur daripada minum obat cacing 6 bulan sekali untuk mencegah cacingan
5.
Saya menggunakan sabun pada waktu mencuci tangan sebelum makan, setelah buang air besar dan pada waktu mandi untuk mencegah cacingan
6.
Saya memilih makan buah dan sayuran daripada minum obat cacing 6 bulan sekali untuk mencegah cacingan
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
8.
Saya memotong kuku dengan teratur untuk mengurangi risiko cacingan
9.
Saya menggunakan alas kaki terutama saat berjalan di atas tanah dan kebun
10.
Saya memilih minum vitamin C daripada minum obat cacing 6 bulan sekali untuk mencegah cacingan
11 Saya minum Combantrin
®
untuk mengobati cacingan
12
Saya segera memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami sesak napas, kelelahan, pucat dan pusing akibat cacingan
13
Saya segera memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami sakit yang hebat di perut dan sering pusing akibat cacingan
14.
Saya minum Combantrin® (250 mg) lebih dari 4 tablet sehari untuk mempercepat kesembuhan
15.
Saya memilih minum obat penambah darah daripada Combantrin®untuk mengobati cacingan
16
Lampiran 2. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner Uji validitas pada pernyataan pengetahuan
No. Pernyataan Nilai r
1. Satu (1) 0,053 (tidak valid)
2. Dua (2) -0129 (tidak valid)
3. Tiga (3) 0,815 (valid)
4. Empat (4) -0,100 (tidak valid)
5. Lima (5) 0,910 (valid)
6. Enam(6) 0,857 (valid)
Uji reliabilitas pada pernyataan pengetahuan
P1 25.06 148.340 .837 .760
P2 25.11 146.559 .941 .756
P3 25.08 147.450 .888 .758
P4 25.06 149.025 .768 .761
P5 25.14 146.009 .964 .755
P6 24.97 151.342 .655 .766
P7 25.06 147.883 .883 .759
P8 24.94 152.797 .535 .768
P9 25.03 148.771 .836 .761
P10 25.08 147.221 .910 .758
P11 25.14 147.152 .860 .758
P12 25.08 147.679 .866 .759
P13 25.11 147.473 .855 .758
P14 25.11 147.587 .844 .759
P15 25.14 146.009 .964 .755
P16 25.06 148.111 .860 .759
P17 25.08 147.564 .877 .758
Uji validitas pada pernyataan sikap
No. Pernyataan Nilai r
1. Satu (1) 0,293 (tidak valid)
2. Dua (2) 0,520 (valid)
3. Tiga (3) -0,217 (tidak valid)
4. Empat (4) 0,111 (tidak valid)
5. Lima (5) 0,007 (tidak valid)
6. Enam(6) 0,008 (tidak valid)
Uji reliabilitas pada pernyataan sikap
P1 100.83 164.314 .453 .744
P2 100.69 163.533 .489 .743
P3 100.44 162.197 .771 .739
P4 101.36 160.923 .507 .739
P5 100.39 162.530 .759 .740
P6 101.28 159.292 .551 .736
P7 101.11 163.359 .469 .743
P8 100.44 162.197 .771 .739
P9 100.31 163.418 .729 .741
P10 100.31 163.418 .729 .741
P11 101.22 158.863 .560 .736
P12 100.75 164.650 .436 .745
P13 100.67 161.657 .640 .739
P14 101.19 158.218 .622 .734
P15 100.61 160.930 .727 .737
P16 100.39 162.644 .750 .740
Lampiran 3. Data diri responden
No. Nama
Usia (tahun)
Status Pendidikan terakhir Pekerjaan
1. N 52 Menikah SMA Bekerja
2. V 44 Menikah D3 Bekerja
3. RS 45 Menikah SMA Bekerja
4. M 45 Menikah SMA Bekerja
5. S 56 Menikah SMA Bekerja
6. NK 42 Menikah SMA Bekerja
7. SF 40 Menikah SMA Bekerja
8. R 54 Menikah SMA Bekerja
9. Su 48 Menikah SMA Bekerja
10. EW 37 Menikah S1 Bekerja
11. RA 44 Menikah SMA Tidak bekerja
12. RT 34 Menikah SMA Tidak bekerja
13. Y 37 Menikah SMA Tidak bekerja
14. SJ 44 Menikah SMA Tidak bekerja
15. SU 45 Menikah SMP Bekerja
16. U 39 Menikah SMA Tidak bekerja
17. SR 33 Menikah SMA Tidak bekerja
18. ST 44 Menikah SMA Tidak bekerja
19. SW 44 Menikah SMA Tidak bekerja
20. TW 44 Menikah D3 Tidak bekerja
21. EH 54 Menikah SMA Tidak bekerja
22. AE 37 Menikah SD Tidak bekerja
23. SU 37 Menikah SMA Tidak bekerja
24. SA 27 Menikah S1 Bekerja
25. SE 44 Menikah SMA Tidak bekerja
26. SM 49 Menikah SMA Bekerja
27. YM 36 Menikah SMA Bekerja
28. YR 42 Menikah S1 Tidak bekerja
29. T 50 Menikah SMP Tidak bekerja
30. U 56 Menikah SD Bekerja
31. NS 41 Menikah SMP Tidak bekerja
32. SS 50 Menikah S1 Bekerja
33. MF 42 Menikah SMA Bekerja
34. SW 44 Menikah SMA Bekerja
35. TU 29 Menikah SMP Bekerja
37. TS 31 Menikah D3 Bekerja
38. SR 50 Menikah SMA Bekerja
39. SI 27 Menikah SMA Tidak bekerja
40. ES 48 Menikah S1 Bekerja
41. C 43 Menikah SMA Tidak bekerja
42. R 42 Menikah SMP Bekerja
43. TI 45 Menikah S1 Bekerja
44. DN 28 Menikah S1 Bekerja
Skala tingkat pengenalan No. Nama Informasi
mengenai cacingan
Sumber informasi Obat cacing yang diminum
1. N Belum pernah -
-2. V Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
3. RS Pernah Media massa Combantrin®
4. M Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
5. S Pernah Instansi Kesehatan
-6. NK Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
7. SF Belum pernah -
-8. R Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
9. Su Belum pernah -
-10. EW Belum pernah -
-11. RA Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
12. RT Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
13. Y Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
14. SJ Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
15. SU Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
16. U Pernah Media massa Combantrin®
17. SR Pernah Media massa Combantrin®
18. ST Pernah Media massa Combantrin®
19. SW Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
20. TW Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
21. EH Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
22. AE Pernah Media massa Combantrin®
23. SU Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
24. SA Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
25. SE Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
26. SM Belum pernah -
-27. YM Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
28. YR Belum pernah -
-29. T Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
30. U Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
31. NS Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
32. SS Belum pernah -
-33. MF Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
34. SW Pernah Keluarga Combantrin®
35. TU Belum pernah -
37. TS Pernah Media massa Combantrin®
38 SR Pernah Teman Combantrin®
39. SI Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
40. ES Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
41. C Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
42. R Pernah Instansi Kesehatan Combantrin®
43. TI Pernah Teman Combantrin®
44. DN Pernah Teman Combantrin®