• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung periode 2012-2017 telah selesai dilaksanakan. Seiring dengan hal itu Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih sudah tentu memiliki cita-cita, atau keadaan yang diinginkan pada akhir periode 5 (lima) tahun kepemimpinan. Keadaan tersebut dituangkan dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 pasal 5 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional “RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah, yang penyusunannya berpedoman pada RPJP daerah-daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah dan program kewilayaan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif” untuk memenuhi amanat undang-undang diatas Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah menetapkan Perda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 6 Tahun 2012 tentang RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2012-2017.

Dengan berpedoman perda diatas, sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, pasal 7 berbunyi “Renstra SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah, serta berpedoman kepada RPJMD dan bersifat indikatif”. Bunyi pasal diatas secara jelas mengamanatkan SKPD untuk memiliki Renstra SKPD. Renstra SKPD merupakan dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun. Berdasarkan tahapan penyusunannya Renstra SKPD terdiri dari, pertama, persiapan penyusunan Renstra SKPD, meliputi penyusunan agenda kerja tim dan penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah. Kedua, penyusunan rancangan Renstra SKPD, meliputi perumusan rancangan Renstra SKPD, dan

(2)

penyajian rancangan Renstra SKPD. Ketiga, penyusunan rancangan akhir Renstra SKPD, dan keempat adalah penetapan Renstra SKPD.

Selain berpedoman pada RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, untuk menjamin keharmonisasi Renstra SKPD dengan pihak terkait, maka dalam penyusunannya juga perlu memperhatikan dari Renstra Kementerian Pemuda dan Olahraga Indonesia yang sudah tentu berpedoman dengan RPJM Nasional, RPJMD Kabupaten atau Kota seluruh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang dipedomani dalam penyusunan Renstra SKPD kabupaten/kota. Setelah Renstra SKPD ditetapkan, untuk melaksanakan program kegiatan setiap tahun, maka ditetapkan Rencana Kerja (Renja) SKPD, yaitu dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun.

1.2 Landasan Hukum

Dasar hukum dalam penyusunan Renstra Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2012-2017 adalah:

a.Undang-undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

b.Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

c. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

d.Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; e. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

f. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional;

g. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;

h.Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan;

i. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

j. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014;

k.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang

(3)

perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

l. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

m. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

n.Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 6 Tahun 2012 tentang RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2012-2017.

o.Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 62 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

1.3 Maksud dan Tujuan

Renstra Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2012-2017 merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun mendatang yang merumuskan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan. Tujuan dari Renstra SKPD ini adalah menjadi pedoman dalam penyusunan Renja SKPD, yaitu dokumen perencanaan periode 1 (satu) tahun, menjadi panduan bagi seluruh unit yang ada pada Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam melangkah dan bertindak untuk mencapai visi dan misi, tujuan, dan sasaran, melalui program dan kegiatan yang jelas dan telah ditetapkan, serta sebagai dokumen yang akan mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik dalam hal perencanaan SKPD. Lebih jauh lagi Renstra SKPD ini dijadikan pedoman bagi pencapaian visi dan misi Kepala Daerah atau Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang tertuang dalam RPJMD.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika Rencana Strategis Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2012-2017 disusun sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

(4)

tujuan, serta sistematika penulisan.

Bab II Gambaran Pelayanan Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Menguraikan tugas, fungsi, dan struktur organisasi SKPD, gambaran umum pemuda dan olahraga, sumber daya SKPD, dan kinerja pelayanan SKPD.

Bab III Isu-isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Menguraikan identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan SKPD, telaahan visi, misi, dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih, telaahan Renstra Kementerian Pemuda dan Olahraga Indonesia dan telaahan Renstra Kabupaten/Kota

Bab IV Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Menguraikan terdiri Visi, Misi SKPD, Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD, dan Strategi dan Kebijakan SKPD.

Bab V Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif

Bab VI Indikator Kinerja SKPD yang Mengacu Pada Tujuan dan Sasaran RPJMD

(5)

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD

Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dibentuk pada tahun 2008 berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Berdasarkan perda diatas, bagian keempat pasal 62 Susunan Organisasi Dinas Pemuda dan Olahraga terdiri dari:

a.Kepala Dinas, yang membawahi: 1. Sekretariat

2. Bidang Olahraga Masyarakat dan Rekreasi

3. Bidang Pemberdayaan dan Pengembangan Kepemimpinan Pemuda 4. Bidang Kewirausahaan Pemuda

b.Sekretariat, dipimpin oleh seorang Sekretaris Dinas, yang membawahi: 1.Sub Bagian Perencanaan

2.Sub Bagian Keuangan 3.Sub Bagian Umum

c. Bidang Olahraga Masyarakat dan Rekreasi, dipimpin oleh seorang Kepala Bidang, yang membawahi:

1.Seksi Olahraga Prestasi

2.Seksi Olahraga Rekreasi dan Tradisional

d.Bidang Pemberdayaan dan Pengembangan Kepemimpinan Pemuda, dipimpin oleh seorang Kepala Bidang, yang membawahi:

1.Seksi Pengembangan Wawasan dan Kreativitas Pemuda; 2.Seksi Kaderisasi Kepemimpinan Pemuda;

e. Bidang Kewirausahaan Pemuda, dipimpin oleh seorang Kepala Bidang, yang membawahi:

1.Seksi Kaderisasi Kewirausahaan Pemuda; 2.Seksi Kelembagaan Kewirausahaan Pemuda

f. Unit Pelaksana Teknis Dinas, dipimpin oleh seorang Kepala Unit; g. Kelompok Jabatan Fungsional

Tugas pokok Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah melaksanakan kewenangan desentralisasi dan dekonsentrasi tugas pembantuan dibidang pemuda dan olahraga, dan

(6)

dalam melaksanakan tugas pokoknya Dinas Pemuda dan Olahraga mempunyai fungsi:

a.pemberian kebijakan teknis dibidang pemuda dan olahraga;

b.pemberian perizinan dan pelaksanaan tugas lintas kabupaten/kota dibidang pemuda dan olahraga;

c. pemberian pelaksanaan tugas dibidang pemuda dan olahraga; d.pembinaan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD);

e. Pelaksanaan urusan kesekretariatan.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 62 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, uraian tugas dan fungsi organisasi Dinas Pemuda dan Olahraga sebagai berikut:

1.Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan urusan umum, perlengkapan, hukum, organisasi dan tata laksana, hubungan masyarakat, kepegawaian, pendidikan dan keuangan. Untuk melaksanakan tugasnya, sekretariat mempunyai fungsi: pengkoordinasian urusan tata usaha, rumah tangga, perlengkapan, hukum, organisasi, dan tata laksana serta hubungan masyarakat, pelaksanaan urusan kepegawaian, pendidikan, dan pelatihan, urusan tata usaha keuangan, dan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. 2.Bidang Olahraga Masyarakat dan Rekreasi mempunyai tugas

merencanakan pemassalan olahraga prestasi dan olahraga rekreasi dan tradisional. Untuk melaksanakan tugasnya bidang ini mempunyai fungsi: pemasyarakatan dan pembibitan olahraga prestasi bagi pelajar, mahasiswa dan pemuda, pemasyarakatan olahraga rekreasi atau tradisional bagi pelajar, mahasiswa dan pemuda, penyelenggaraan pelatihan olahraga, penyelenggaraan perlombaan dan pertandingan olahraga, pelaksanaan studi banding keolahragaan, penataran pelatih olahraga dan peningkatan mutu tenaga pembina dan pelatih olahraga, pembinaan olahraga unggulan, pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan, serta pelaksanaan kerjasama dengan mitra olahraga dan pihak ke III.

3.Bidang Pemberdayaan dan Pengembangan Kepemimpinan Pemuda mempunyai tugas merencanakan pembinan dan pemberdayaan organisasi kepemudaan. Untuk melaksanakan tugasnya, bidang ini mempunyai fungsi: penyiapan perencanaan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan organisasi kepemudaan, penyiapan pelaksanaan

(7)

pengendalian dan penilaian kegiatan pemberdayaan organisasi kepemudaan, pelaksanaan kegiatan pelatihan kepemimpinan dan manajemen pengurus organisasi kepemudaan, pelaksanaan kerjasama lembaga kepemudaan, pembinaan, pemberdayaan lembaga Organisasi Kepemudaan (OKP), serta pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

4.Bidang Kewirausahaan Pemuda mempunyai tugas merencanakan pembinaan, pemberdayaan dan pengembangan kewirausahaan serta produktivitas pemuda. Untuk melaksanakan tugasnya bidang ini mempunyai fungsi: penyiapan perencanaan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan, pengembangan kewirausahaan dan produktivitas pemuda, pelaksanaan kegiatan kewirausahaan pemuda dan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan.

(8)
(9)

GAMBAR 2.1 STRUKTUR ORGANISASI DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BERDASARKAN PERDA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG No. 6/2008

KEPALA DINAS H. SAVIAT S, SH, MH NIP. 19540505 198101 1 003 SEKRETARIS DINAS Hj. JAMILAH, SH NIP. 19580824 198203 2 005

KELOMPOK JAB. FUNGSIONAL SUB. BAG. PERENCANAAN SUB. BAG. KEUANGAN SUB. BAG. UMUM

ALDI OCTAVIAN, SE ANDETA ASMARA, SE DARMAWAN, S.Pd

NIP. 19811013 20012 1 004 NIP. 19770421 200212 2 003 NIP. 19660808 199412 1 001

KABID. OLAHRAGA, MASYARAKAT KABID. PEMBERDAYAAN DAN KABID. KEWIRAUSAHAAN

DAN REKREASI PENGEM. KEMP. PEMUDA PEMUDA

ABDURRANI, SH ZUARDI, SH JON TUAHDI SARAGIH, SE

NIP. 19611110 198603 1 017 NIP. 19611110 198603 1 017 NIP. 19630729 198403 1 002

KASI. OLAHRAGA KASI. PENG. DAN WAWASAN KASI. KADERISASI

PRESTASI KREATIVITAS PEMUDA KEWIRAUSAHAAN PEMUDA

PANJI UTAMA, SH M. TRINANDA, S. Si REJAB

NIP. 19780926 200212 1 006 NIP. 19730725 200701 1 036 NIP. 19660503 198703 1 009

KASI. OLAHRAGA REKREASI KASI. KADERISASI KASI. KELEMBAGAAN

DAN TRADISIONAL KEPEMIMPINAN PEMUDA KEWIRAUSAHAAN PEMUDA

SAMSUL BAHRI, S.Pd NIRWANSYAH, SE ARHANDIS, A.Md

NIP. 19691108 1998021 1 001 NIP. 19671109 198103 1 011 NIP. 19631209 199003 1 004

(10)

2.2 GAMBARAN UMUM PEMUDA DAN OLAHRAGA

2.2.1 Demografi Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Penduduk merupakan titik sentral pembangunan, karena selain sebagai sasaran pembangunan, juga sebagai pelaku pembangunan. Keberhasilan pembangunan sangat tergantung pada penduduk. Penduduk yang berkualitas menjadi potensi pembangunan. Salah satu potensi penduduk adalah generasi muda atau pemuda. BerdasarkanUndang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan (pasal 1 ayat 1), pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Pemuda merupakan sumber daya manusia (SDM) potensial dari sisi kuantitas maupun produktivitas yang mendukung keberhasilan pembangunan. Potensial tersebut dapat menjadi beban bila sebagian besar pemuda tidak turut serta dalam proses pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan program dan kebijakan yang tepat dalam meningkatkan kualitas pemuda. Untuk itu, data kependudukan diperlukan dalam setiap kegiatan perencanaan pembangunan. (BPS Indonseia, 2010)

Data dasar kependudukan yang banyak digunakan adalah jumlah dan struktur penduduk. Data ini digunakan sebagai input dalam perencanan pembangunan untuk rujukan dalam memperkirakan jumlah SDM atau tenaga kerja yang dapat diserap dalam kegiatan pembangunan. Sedangkan perencanaan output pembangunan, data jumlah dan struktur penduduk digunakan untuk menentukan kelompok sasaran (target groups) pembangunan. Sejalan dengan itu, arah dan kebijakan pembangunan bidang kepemudaan baik sektoral maupun lintas sektoral harus didukung oleh ketersediaan data mengenai jumlah, distribusi dan struktur pemuda. (BPS Indonesia, 2010)

Bab ini memberikan gambaran mengenai jumlah dan distribusi pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang meliputi jenis kelamin, kelompok umur, status perkawinan, serta partisipasi pemuda Keluarga Berencana (KB).

2.2.1.1 Jumlah Pemuda

Penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional (humancapital). Pemuda merupakan kelompok penduduk usia produktif yang sangat potensial sebagai penunjang kegiatan ekonomi.

(11)

Jumlah pemuda yang relatif banyak, merupakan aset yang dapat diandalkan dalam pembangunan. Pemuda akan menempati posisi strategis, baik sebagai pelaku pembangunan maupun penerus pembangunan di masa datang. (Kemenpora, 2010)

Perkembangan jumlah pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari tahun 2009-2011 terus meningkat. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1, pada tahun 2009 jumlah pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berjumlah 296.080 jiwa, pada tahun 2010 meningkat menjadi 357.288 jiwa, dan terakhir pada tahun 2011 meningkat lagi 361.070 jiwa atau sekitar 28,61 persen dari total penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2011 sebesar 1.261.737 jiwa.

Jika dirinci menurut tipe daerah, terlihat tahun 2009-2011 pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung lebih banyak bertempat tinggal di daerah perdesaan daripada perkotaan, sebanyak 162.920 jiwa berbanding 133.160 jiwa pada tahun 2009, 185.843 jiwa berbanding 171.445 jiwa pada tahun 2010, dan 181.340 jiwa berbanding 179.730 jiwa pada tahun 2011.

Konsep dan definisi BPS Indonesia, tipe daerah menggambarkan kelompok desa/kelurahan yang termasuk daerah perkotaan atau perdesaan. Penentuan suatu desa/kelurahan termasuk perkotaan atau perdesaan menggunakan suatu indikator komposit (indikator gabungan) yang skor atau nilainya didasarkan pada skor atau nilai-nilai tiga buah variabel: kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan akses ke fertilitas perkotaan.

Sumber: BPS-RI, Susenas 2009-2011

2009 2010 2011 Perkotaan (K) 133.160 171.445 179.730 Perdesaan (D) 162.920 185.843 181.340 K+D 296.080 357.288 361.070 133.160162.920 171.445 179.730 185.843 181.340 296.080 357.288 361.070 0 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 350.000 400.000 Gambar 2.2.1.1.1

Jumlah Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Tipe Daerah, Tahun 2009-2011

(12)

2.2.1.1.1Komposisi Pemuda Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 2.2.1.1.1 yaitu komposisi pemuda menurut jenis kelamin, terlihat bahawa pada tahun 2011 komposisi pemuda laki-laki lebih tinggi dibandingkan pemuda perempuan. Jumlah pemuda laki-laki sebanyak 187.460 jiwa, sedangkan jumlah pemuda perempuan sebanyak 173.610 jiwa. Pola yang sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Komposisi pemuda di daerah perkotaan terdiri dari 94.990 jiwa pemuda laki-laki, dan 84.740 jiwa pemuda perempuan.Sedangkan di daerah perdesaan, terdapat 92.470 jiwa pemuda laki-laki, dan 88.870 jiwa pemuda perempuan.

Komposisi jenis kelamin pemuda dapat juga dilihat dari angka rasio jenis kelamin (sex ratio), Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan pada suatu daerah dan pada waktu tertentu, yang biasanya dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan. Dari tabel yang sama nampak angka rasio jenis kelamin pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 107,97,angka rasio jenis kelamin pemuda di daerah perkotaan dan perdesaan lebih dari 100, yaitu 112,09 dan 104,05. Angka tersebut menunjukkan baik di daerah perkotaan maupun perdesaan pemuda jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan.

Tabel 2.2.1.2

Jumlah dan Persentase Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, Tahun 2011

Tipe Daerah Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P Sex Ratio Pemuda

Perkotaan (K) 94.990 84.740 179.730 112,09

Perdesaan (D) 92.470 88.870 181.340 104,05

K+D 187.460 173.610 361.080 107,97

Sumber: BPS-RI, Susenas 2011

2.2.1.2 Komposisi Pemuda Menurut Kelompok Umur

Jika dirinci menurut kelompok umur, pada tahun 2011 pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung paling banyak berada pada kelompok umur 26-30 tahun sebesar 39.550 jiwa, disusul kelompok umur 21-25 tahun sebesar 33.060 jiwa, dan kelompok umur 16-20 tahun sebesar 27.390 jiwa. Pola yang sama juga terjadi apabila dirinci menurut tipe daerah, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan kelompok umur paling banyak berada pada kelompok umur 26-30 tahun, kemudian kelompok umur 21-25 tahun, dan kelompok umur 16-20 tahun.

(13)

Tabel 2.2.1.3

Jumlah Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Tipe Daerah dan Kelompok Umur, Tahun 2011 Kelompok

Umur

Perkotaan (K) Perdesaan (D) Perkotaan+Perdesaan

16-20 28.010 26.780 27.390

21-25 31.670 34.440 33.060

26-30 40.320 38.790 39.550

Sumber: BPS-RI, Susenas 2011

2.2.1.4 Komposisi Pemuda Menurut Status Perkawinan

Menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974, pasal 7 ayat (1) dinyatakan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun, dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. BPS Indonesia mendefinisikan kawin adalah mempunyai istri (bagi pria) atau suami (bagi wanita) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun tinggal terpisah. Dalam hal ini yang dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara dan sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami istri.

Seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.2.1.4, sebesar 52,63 persen pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berstatus kawin, 46,05 persen berstatus belum kawin, 1,05 persen cerai hidup, dan 0,28 persen cerai mati. Dilihat menurut tipe daerah, ternyata pemuda berstatus kawin di daerah perdesaan lebih tinggi daripada perkotaan(56,30 persen berbanding 48,92 persen), status pemuda belum kawin di daerah perkotaanlebih tinggi daripada perdesaan (49,90 persen berbanding 42,23 persen). Sedang pemuda berstatus cerai, baik cerai hidup dan cerai mati di daerah perdesaan lebih tinggi daripada perkotaan, cerai hidup di perkotaan 1,01 persen, sedangkan daerah perdesaan sebesar 1,08 persen, cerai mati di daerah perkotaan hanya 0,17 persen, sedangkan daerah perdesaan sebesar 0,39 persen.

Tabel 2.2.1.4

Persentase Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Tipe Daerah dan Status Perkawinan, Tahun 2011

Tipe Daerah Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati

Perkotaan (K) 49,90 48,92 1,01 0,17

Perdesaan (D) 42,23 56,30 1,08 0,39

K+D 46,05 52,63 1,05 0,28

(14)

2.2.1.5 Partisipasi Pemuda Dalam Keluarga Berencana (KB)

Pengendalian kuantitas dan laju pertumbuhan penduduk penting diperhatikan untuk menciptakan penduduk tumbuh seimbang dalam rangka mendukung terjadinya bonus demografi atau lebih tepat dengan istilah jendela kesempatan yang ditandai dengan jumlah penduduk usia produktif lebih besar daripada jumlah penduduk usia non produktif. Kondisi tersebut perlu dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kualitas SDM daya saing, dan kesejahteraan rakyat. (Kemenpora, 2009)

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu bentuk komitmen pemerintah Indonesia dalam rangka menekan jumlah penduduk. Program yang mulai diluncurkan pada tanggal 29 Juni 1970 ini telah menunjukkan keberhasilan yang ditandai dengan penurunan tingkat fertilitas, yaitu mulai dari 5,61 anak per wanitapada tahun 1968 menjadi 4,68 pada tahun 1977 dan mencapai 2,27 anak per wanita pada tahun 2000. (Kemenpora, 2009)

Salah satu isu penting bagi kelangsungan pembangunan KB adalah desentralisasi. Sesuai dengan Kepres Nomor 103/2001, yang kemudian diubah menjadi Kepres Nomor 9/2004, bahwa sebagian kewenangan di bidang keluarga berencana diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota. Dengan adanya peraturan tersebut, masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan KB sampai saat ini adalah belum seluruh pemerintah kabupaten/kota menetapkan KB sebagai isu strategis dalam pengendalian pertumbuhan penduduk dan pemenuhan hak-hak reproduksi penduduk. (Kemenpora, 2009)

Pelaku KB adalah pasangan usia subur yaitu pasangan suami istri yang istrinya berusia 15-49 tahun. Dengan melihat batasan umur ini, maka sebagai pemuda masuk sebagai salah satu kategori pelaku KB dan terkategori pula sebagai pasangan usia subur. Oleh karena itu, peran pemuda dalam upaya pengendalian jumlah dan kualitas penduduk menjadi bagian yang terpenting. (Kemenpora, 2009)

Seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.2.1.5, jumlah pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang sedang ikut KB sebesar 66,10 persen, belum pernah ikut KB sebesar 18,75 persen, dan tidak ikut KB lagi sebesar 15,15 persen. Jika dirinci menurut tipe daerah, jumlah pemuda yang sedang ikut KB di daerah perdesaan lebih tinggi daripada perkotaan, 68,35 persen berbanding 63,50 persen. Jumlah pemuda yang belum pernah ikut KB di daerah perkotaan lebih tinggi daripada

(15)

perdesaan, 21,81 persen berbanding 16,11 persen, sedangkan pemuda yang tidak ikut KB lagi di daerah perdesaan lebih tinggi daripada perkotaan, 15,15 persen berbanding 14,69 persen.

Tabel 2.2.1.5

Persentase Pemuda Perempuan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Tipe Daerah dan Partisipasi dalam Program KB, Tahun 2011

Tipe Daerah Pernah Ikut Belum KB

Sedang ikut

KB Tidak Ikut KB Lagi Jumlah

Perkotaan (K) 21,81 63,50 14,69 100

Perdesaan (D) 16,11 68,35 15,55 100

K+D 18,75 66,10 15,15 100

Sumber: BPS-RI, Susenas 2011

TABEL LAMPIRAN BAB II.1 Tabel Lampiran 1 Bab II.1

Jumlah Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2006-2011

Tahun Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah

2006 557.769 517.006 1.074.775 2007 584.178 522.479 1.106.657 2008 592.612 529.914 1.122.526 2009 600.400 537.729 1.138.129 2010 635.094 588.202 1.223.296 2011 655.051 606.686 1.261.737

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tabel Lampiran 2 Bab II.1

Jumlah Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2006-2011

Tahun Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah

2006 225.240 206.590 431.820 2007 226.590 211.280 437.880 2008 194.800 183.510 378.310 2009 152.070 144.010 296.080 2010 187.034 170.254 357.288 2011 187.460 173.610 361.640

Sumber: BPS-RI, Susenas 2006-2011

(16)

Tabel Lampiran 3 Bab II.1

Sex Rasio Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Tipe Daerah, Tahun 2006-2011

Tahun Perkotaan (K) Perdesaan (D) K+D 2006 112,17 106,97 109,02 2007 101,59 111,10 107,25 2008 103,92 108,10 106,15 2009 97,62 112,59 105,59 2010 107,17 112,39 109,86 2011 112,09 104,05 107,97

Sumber: BPS-RI, Susenas 2006-2011

*Ket: pencatatan pemuda tahun 2006-2008, berumur 15-35 tahun

Tabel Lampiran 4 Bab II.1

Persentase Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Kelompok Umur, Tahun 2009-2011

Tahun 16-20 Kelompok Umur 21-25 26-30 Jumlah

2009 32,13 32,42 35,44 100

2010 29,29 34,05 36,66 100

2011 27,39 33,06 39,55 100

Sumber: BPS-RI, Susenas 2009-2011

Tabel Lampiran 5 Bab II.1

Persentase Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Status Perkawinan, Tahun 2006-2011

Tahun Belum Kawin Kawin Hidup Cerai Cerai Mati Jumlah

2006 48,90 49,99 0,91 0,20 100 2007 46,11 52,31 1,35 0,23 100 2008 45,01 53,13 1,48 0,39 100 2009 50,75 47,54 1,27 0,44 100 2010 46,44 51,12 1,59 0,22 99,37 2011 46,05 52,63 1,05 0,28 100

Sumber: BPS-RI, Susenas 2006-2011

(17)

Tabel Lampiran 6 Bab II.1

Persentase Pemuda Perempuan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Partisipasi dalam Program KB, Tahun 2006-2011

Tahun Pernah Belum Ikut KB

Sedang

Ikut KB Tidak Ikut KB Lagi Jumlah

2006 19,22 68,19 12,59 100

2007 16,72 69,04 14,24 100

2008 18,10 67,17 14,73 100

2009 22,77 60,78 16,45 100

2011 18,75 66,10 15,15 100

Sumber: BPS-RI, Susenas 2006-2011

*Ket: pencatatan pemuda tahun 2006-2008, berumur 15-35 tahun

2.2.2 Pendidikan Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk meningkatkan kecerdasan bangsa, tentu harus ditunjjang dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu proses untuk menciptakan SDM yang berkualitas adalah dengan penyelenggaraan pendidikan yang baik. UUD 1945 padal 20, pasal 21, pasal 28 C ayat 1, pasal 31, dan pasal 32, mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sistem pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu pendidikan untuk menghadapi tantangan dantuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. (Kemenpora, 2010)

Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu tanpa memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender. Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) yang akan mendorong tegaknya pembangunan. (Kemenpora, 2010)

Pemuda sebagai pewaris bangsa harus berkualitas, kualitas pemuda salah satunya dilihat dari sisi pendidikan. Pendidikan bagi pemuda mempunyai pengaruh terhadap produktivitas kerja. Perhatian dan pembinaan pendidikan pemuda harus terus ditingkatkan agar pemuda yang merupakan potensi bangsa dapat memberikan konstribusi efektif terhadap pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan tenaga kerja

(18)

potensial yang pada akhirnya mendorong percepatan laju pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan pembangunan. (Kemenpora, 2010)

Untuk melihat gambaran pendidikan pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pada bab ini akan dibahas indikator pendidikan pemuda diantaranya partisipasi pendidikan, angka buta huruf, rata-rata lama sekolah, dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

2.2.2.1 Partispasi Pendidikan Pemuda

Faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu negara diantaranya adalah ketersediaan sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas terutama generasi muda. Pendidikan merupakan salah satu jalan bagi peningkatan kualitas SDM tersebut. Oleh sebab itu pemerintah secara terus menerus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dimulai dengan pemberian kesempatan yang seluas-luasnya kepada penduduk khususnya generasi muda sebagai penerus kepemimpinan untuk mengecap pendidikan dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi. (Kemenpora, 2010)

Indikator partisipasi pendidikan, memberikan indikasi peran serta dan konstribusi pemuda dalam kegiatan pendidikan. Besarnya akses pemuda pada kegiatan sekolah ditunjukan oleh persentase pemuda yang tidak pernah sekolah terhadap populasi pemudasecara keseluruhan. Semakin tinggi persentase pemuda yang tidak pernah sekolah menunjukkan akses pemuda pada kegiatan sekolah yang semakin rendah, dan sebaliknya. Sementara itu, persentase pemuda yang masih sekolah meniunjukkan tingkat perluasan kesempatan bagi pemuda untuk memperoleh pendidikan di sekolah. Semakin tinggi persentase pemuda yang masih bersekolah menunjukkan semakin luasnya kesempatan bagi para pemuda untuk memperoleh pendidikan. (Kemenpora, 2010)

Hasil susenas tahun 2011, seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.1, terdapat 1,14 persen pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang tidak/belum pernah sekolah, 12,36 persen yang masih sekolah, dan 86,50 persen yang tidak sekolah lagi. Dari keseluhan pemuda yang masih sekolah, sebanyak 62,62 persen yang duduk pada tingkat SMA/sederajat, dan 27,29 persen yang duduk di PT, 0,81 persen yang masih duduk pada tingkat SD/sederajat, dan 9,28 persen masih duduk pada tingkat SMP/sederajat. Data tersebut menunjukkan bahwa masih ada pemuda (umur 16-30 tahun) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang duduk

(19)

pada tingkat SD dan SMP, padahal normalnya yang duduk pada tingkat SD adalah mereka yang berumur 6-12 tahun, dan SMP berumur 12-15 tahun.

Jika dirinci menurut tipe daerah, seperti yang ditunjukkan pada tabel yang sama, persentase pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang tidak/belum pernah sekolah di daerah perdesaan lebih besar daripada perkotaan, 1,65 persen berbanding 0,62 persen. Persentase pemuda yang masih sekolah di daerah perkotaan lebih besar daripada perdesaaan, 15,15 persen berbanding 9,6 persen. Sedangkan pemuda yang tidak sekolah lagi di daerah perdesaan lebih besar daripada perkotaan, 88,75 persen berbanding 84,23 persen.

Tabel 2.2.2.1

Persentase Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Tipe Daerah dan Status Pendidikan, Tahun 2011

Tipe Daerah

Tidak/Belum Pernah Sekolah

Masih Sekolah Tidak

Sekolah Lagi SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat PT

Perkotaan

(K) 0,62 0,00 7,38 62,81 29,81 84,23

Perdesaan

(D) 1,65 2,07 12,24 62,34 23,35 88,75

K+D 1,14 0,81 9,28 62,62 27,29 86,50

Sumber: BPS-RI, Susenas 2011

2.2.2.2 Angka Buta Huruf

Buku adalah gudang ilmu yang menjadi solusi memecahkan suatu kebodohan, jadi tepat dikatakan buku adalah jendela dunia dan membaca adalah kuncinya. Kegiatan membaca merupakan kunci memasuki dunia pengetahuan yang maha luas. Membaca merupakan proses awal dalam sebuah perubahan menuju masyarakat bangsa yang maju dan madani. (Kemenpora, 2010)

Buta aksara atau buta huruf dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan membaca, lawan katanya adalah melek aksara (juga disebut dengan melek huruf) yaitu kemampuan membaca. Biasanya, tingkat melek aksara diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis pada tingkat yang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain, atau dalam taraf bahwa seseorang dapat menyampaikan idenya dalam masyarakat yang mampu baca tulis. (Kemenpora, 2010)

Kemampuan baca tulis dianggap penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat

(20)

mencapai tujuannya, dimana hal ini berkaitan langsung bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas. (Kemenpora, 2010)

Tingkat buta aksara di Indonesia masih tinggi. Lima penyebab utama, yakni 1) tingginya angka putus Sekolah Dasar (SD), 2) beratnya kondisi geografis Indonesia, 3) munculnya penyandang buta aksara baru, 4) pengaruh faktor sosilogis masyarakat, 5) serta kembalinya seseorang menjadi penderita buta aksara. Hal ini memperlihatkan bahwa pemebrantasan buta aksara merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Berbagai upaya dalam pemberantasan buta aksara telah dilakukan oleh pemerintah. Keseriusan dan komitmen pemerintah terhadap buta aksara atau kemelekaksaraan tertuang dalam PP No. 7 Tahun 2005 tentang RPJM 2004-2009 bahwa salah satu target pembangunan pendidikan adalah menurunkan angka buta aksara penduduk 15 tahun ke atas menjadi 5 persen pada tahun 2009. (Kemenpora, 2010)

Secara operasional perhatian khusus mengenai buta kasara ditindaklanjuti dalam Inpres RI No. 5 Tahun 2006 tentang Penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara serta berbagai program yang telah dijalankan, diantaranya adalah kursus A-B-C, program pemberantasa buta Huruf Fungsional, Kejar Paket A, dan saat ini yang paling populer yaitu program Keaksaraan Fungsional (KF) yang dijalankan oleh pemerintah sejak tahun 1995. Program ini dimaksudkan untuk memberatas kebutaaksaraan dengan fokus kegiatan melalui diskusi, membaca, menulis, berhitung dan pemecahan masalah yang dihadapai dalam aktivitas yang berkaitan dengan kebutuhan keseharian. Bentuk penghargaan atas mereka yang mengikuti kegiatan keaksaraan dan dinyatakan lulus, diberikan sertifikat “SUKMA” (Surat Keterangan Melek Aksara). (Kemenpora, 2010)

Seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.2, persentase pemuda yang buta huruf di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari tahun 2009-2011 berfluktuasi. Terdapat 0,60 persen pemuda Provinsi KepulauanBangka Belitung yang buta huruf pada tahun 2009, meningkat menjadi 1,73 persen pada tahun 2010, dan terahir menurun menjadi 1,23 pada tahun 2011.

Dari tabel itu juga, terlihat bahwa selama periode 2009-2011, ternyata pemuda yang buta huruf di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

(21)

lebih banyak berada di daerah perdesaan daripada perkotaan, 0,84 persen berbanding 0,81 persen pada tahun 2009, 2,58 persen berbanding 0,81 persen pada tahun 2010, dan 1,60 persen berbanding 0,86 persen pada tahun 2011. Sedangkan menurut jenis kelamin, pada tahun 2011 pemuda yang buta huruf berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada jenis kelamin laki-laki, 1,41 persen berbanding 1,06.

Tabel 2.2.2.2.1

Persentase Pemuda yang Buta Huruf

Menurut Tipe Daerah dan Jenis KelaminTahun 2009 dan 2011 Tahun L 2009 P L+P 2010 L+P L 2011 P L+P Perkotaan (K) 0,57 0,07 0,32 0,81 0,86 0,86 0,86 Perdesaan (D) 0,63 1,08 0,84 2,58 1,27 1,94 1,60 K+D 0.60 0,61 0,60 1,73 1,06 1,41 1,23

Sumber: BPS-RI, Susenas 2009-2011

2.2.2.3 Rata – Rata Lama Sekolah

Salah satu indikator tunggal lainnya untuk menggambarkan tingkat pendidikan masyarakat adalah rata-rata lama sekolah. Rata-rata lama sekolah merupakan cerminan tingkat pendidikan penduduk secara keseluruhan. Rata-rata lama sekolah (mean years of schooling) merupakan indikator yang menunjukkan rata-rata jumlah tahun efektif untuk bersekolah yang dicapai penduduk. Jumlah tahun efektif adalah jumlah tahun standar yang harus dijalani oleh seseorang untuk menamatkan suatu jenjang pendidikan, misalnya tamat SD adalah 6 tahun, tamat SMP adalah 9 tahun dan seterusnya. Perhitungan lama sekolah dilakukan tanpa memperhatikan apakah seseorang menamatkan sekolah lebih cepat atau lebih lama dari waktu yang telah ditetapkan. Rata-rata lama sekolah merupakan indikator pendidikan yang diformulasikan oleh UNDP pada tahun 1990 untuk penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). (Kemenpora, 2010)

Sesuai dengan target pemerintah melalui program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan sejak tahun 1994, rata-rata lama sekolah penduduk diharapkan dapat mencapai sebesar 9 tahun (pendidikan dasar), yaitu minimal tamat jenjang pendidikan dasar atau tamat SMP.

Seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.3 rata-rata lama sekolah pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2009 sebesar 8,61 tahun atau masih dibawah 9 tahun. Jika dirinci menurut tipe daerah, seperti yang ditunjukkan tabel yang sama, terlihat rata-rata lama

(22)

sekolah pemuda di daerah perdesaan jauh lebih rendah daripada perkotaan, jika pemuda di daerah perkotaan sudah melebih 9 tahun, yakni sebesar 10,29 tahun, maka pemuda di daerah perdesaan hanya sebesar 7,23 tahun.

Sedangkan menurut jenis kelamin, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan, rata-rata lama sekolah pemuda berjenis kelamin perempuan lebih baik dibanding laki-laki. Rata-rata lama sekolah pemuda berjenis kelamin perempuan di daerah perkotaan sebesar 10,40 tahun, sedangkan pemuda berjenis kelamin laki-laki hanya sebesar 10,17 tahun. Sedangkan rata-rata lama sekolah pemuda berjenis kelamin perempuan di daerah perdesaan sebesar 8,77 tahun, sedangkan pemuda berjenis kelamin laki-laki hanya sebesar 8,45 tahun.

Tabel 2.2.2.3.1

Rata-rata Lama Sekolah Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (dalam tahun)

Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, Tahun 2009 Tipe Daerah Laki-laki (L) Jenis Kelamin Perempuan

(P) L+P

Perkotaan (K) 10,17 10,40 10,29

Perdesaan (D) 7,14 7,34 7,23

K+D 8,45 8,77 8,61

Sumber: BPS-RI, Susenas 2011

2.2.2.4 Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan

Pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, semakin tinggi tingkat kesejahteraannya. Daya saing sebuah bangsa tidak bisa dipisahkan dari mutu dan kualitas SDM nya. Pemuda merupakan kelompok usia produktif yang merupakan komponen modal dasar pembangunan bangsa. Modal dasar yang berkualitas menjadi tujuan utama pembangunan seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum. (Kemenpora, 2010)

Seperti yang ditunjukkan pada tebel 2.2.2.4.1, tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbesar adalah jenjang SMA/sederajat sebesar 28,27 persen, disusul SD/sederajat sebesar 26,48 persen, SMP/sederajat 24,28 persen, dan hanya 6,11 persen yang menamatkan PT. Dari tabel itu juga terlihat, ternyata masih ada pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang

(23)

tidak atau belum pernah sekolah sebesar 1,14 persen, dari hasil susenas 2011, seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.2.2.4.1, alasan mereka tidak/belum pernah sekolah adalah tidak ada biaya sebesar 32,38 persen, bekerja/mencari nafkah sebesar 22,80 persen, menikah/mengurus RT sebesar 10,21 persen dan selebihnya beralasan merasa pendidikan cukup, malu karena ekonomi, sekolah jauh, cacat dan alasan lainnya.

Tabel 2.2.2.4.1

Persentase Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Tipe Daerah dan Tingkat Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan, Tahun 2011 Tipe Daerah Tidak/Bel umPerna hSekolah Tidak/ Belum Tamat SD SD/ Sederaja t SMP/ sederaja t SMA/ sederaja t PT Jumlah Perkotaan (K) 0,62 6,93 18,82 25,42 38,39 9,82 100 Perdesaan (D) 1,65 20,45 34,07 23,16 18,24 2,44 100 K+D 1,14 13,72 26,48 24,28 28,27 6,11 100

Sumber: BPS-RI, Susenas 2011

Dilihat menurut tipe daerah, terdapat perbedaan antara persentase tingkat pendidikan tertinggi yang ditamakan pemuda di daerah perkotaan dan perdesaan. Jika di daerah perkotaan pendidikan tertinggi yang ditamatkan terbesar adalah SMA/sederajat sebesar 38,39 persen, diikuti SMP/sederajat sebesar 25,42 persen, dan SD/sederajat sebesar 18,82 persen. Sedangkan di daerah perdesaan pendidikan tertinggi yang ditamatkan pemuda adalah SD/sederajat sebesar 34,07 persen, diikuti SMP/sederajat 23,16 persen, dan tidak/belum tamat SD sebesar 20,45 persen. Dari hasil Susenas 2011, terdapat perbedaan alasan tidak/belum pernah sekolahantara pemuda di daerah perkotaan dan perdesaan, jika pemuda di daerah perkotaan paling banyak beralasan karena bekerja atau mencari pekerjaan sebesar 31,31 persen, maka pemuda perdesaan beralasan karena tidak biaya sebesar 36,46 persen.

(24)

Tabel 2.2.2.4.2

Persentase Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Menurut Tipe Daerah dan Alasan Tidak/Belum Pernah Sekolah atau Tidak Bersekolah Lagi, Tahun 2011

Tipe Daerah Tidak Ada Biaya Bekerja/ Mencari Nafkah Menikah/ Mengurus RT Merasa Pendidikan Cukup Malu karena Ekonomi Sekolah

Jauh Cacat Lainnya Perkotaan

(K) 27,67 31,31 10,82 8,61 0,20 0,41 0,74 20,24

Perdesaan

(D) 36,46 15,44 9,67 5,98 1,39 4,48 0,38 26,19

K+D 32,38 22,80 10,21 7,20 0,84 2,59 0,54 23,43

Sumber: BPS-RI, Susenas 2011

TABEL LAMPIRAN BAB II.2 Tabel Lampiran 1 Bab II.2

Persentase Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Status Pendidikan, Tahun 2007-2011

Tahun Tidak/Belum Pernah Sekolah

Masih Sekolah Tidak

Sekolah Lagi SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat PT

2007 1,34 4,80 23,31 59,32 12,57 85,86

2008 1,19 4,75 17,33 61,26 16,65 86,21

2009 1,64 3,18 11,96 65,11 19,74 85,85

2010 2,24 - - - - 86,62

2011 1,14 0,81 9,28 62,62 27,29 86,50

Sumber: BPS-RI, Susenas 2007-2011

Ket: pencatatan pemuda 2007-2008, masih berumur 15-35 tahun

Tabel Lampiran 2 Bab II.2

Persentase Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Tipe Daerah,

Tahun 2006-2011 Tahun Tidak/Belum Pernah Sekolah dan Tidak Tamat SD SD/

Sederajat Sederajat SMP/ Sederajat PT Jumlah SMA/

2006 16,46 33,73 24,02 21,98 3,81 100 2007 16,21 32,41 21,72 24,03 5,63 100 2008 10,40 35,83 23,77 29,30 0,70 100 2009 17,46 24,32 23,82 28,24 6,16 100 2010 10,80 31,37 23,33 28,93 5,57 100 2011 14,86 26,48 24,28 28,27 6,11 100

Sumber: BPS-RI, Susenas 2006-2011

(25)

2.2.3 Ketenagakerjaan Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Perencanaan dan pembangunan di bidang ketenagakerjaan tidak dapat terlepas dari isu tentang pemuda karena pemuda merupakan kelompok yang penting dan mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi. Pemuda merupakan kelompok Sumber Daya Manusia (SDM) yang potensial dibandingkan dengan kelompok penduduk lainnya. Sumber daya pemuda merupakan komponen cukup besar dari populasi penduduk secara keseluruhan. Hal tersebut sekaligus merefleksikan gambaran kuantitatif potensi sumber daya pemuda. (Kemenpora, 2010)

Tingkat produktivitas sumber daya pemuda secara umum lebih tinggi dari kelompok penduduk lainnya. Ini merupakan potensi lain yang dimiliki sumber daya pemuda. Sebagian besar penduduk yang berusia pemuda (usia < 15 tahun) umumnya masih sekolah. Walaupun ada yang memasuki angkatan kerja namun karena faktor usia yang masih terlampau muda, keterampilan dan pengalaman yang mereka miliki masih sangat terbatas sehingga produktivitasnya cenderung rendah. Sementara itu, penduduk yang lebih tua dari pemuda (usia > 30 tahun) mencakup lansia, umumnya memiliki kemampuan fisik maupun mental yang semakin berkurang karena faktor usia. (Kemenpora, 2010)

Sejalan dengan kenyataan di atas, arah dan kebijakan pembangunan ketenagakerjaan khususnya upaya perluasan kesempatan kerja dan penciptaan lapangan pekerjaan baru seyogyanya lebih diprioritaskan pada upaya pemberdayaan pemuda. Hal ini sejalan dengan peranan sumber daya pemuda sebagai tenaga pelaksana pembangunan yang turut menentukan langkah dan keberhasilan pembangunan. (Kemenpora, 2010)

Pada bab ini akan dijelaskan gambaran secara makro mengenai potensi, peranan, dan kontribusi pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam kegiatan ekonomi, yang meliputi jenis kegiatan utama, partisipasi pemuda dalam angkatan kerja, tingkat pengangguran pemuda, lapang usaha pemuda, status pekerjaan,dan jumlah jam kerja pemuda.

2.2.3.1 Kegiatan Utama Pemuda

Berdasarkan kegiatan sehari-harinya, penduduk usia kerja termasuk juga pemuda secara keseluruhan diklasifikasikan menjadi dua

(26)

kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan kelompok penduduk usia kerja yang aktif melakukan kegiatan ekonomi, mencakup mereka yang melakukan kegiatan bekerja/berusaha dan mereka yang aktif mencari pekerjaan/usaha. Sedangkan penduduk bukan angkatan kerja mencakup mereka yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga dan mereka yang melakukan kegiatan lainnya yang tidak tergolong sebagai kegiatan bekerja, mencari pekerjaan, sekolah dan mengurus rumah tangga. (Kemenpora, 2010)

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2011, yang ditunjukkan pada tabel 2.2.3.1.1, lebih serparuh atau 60,67 persen pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bekerja, 4,64 persen mencari pekerjaan atau menganggur, 12,17 persen sekolah, 20,96 persen mengurus rumah tangga, dan 1,57 persen memiliki kegiatan lainnya. Dilihat menurut tipe daerah, ternyata pemuda yang bekerja lebih banyak di daerah perdesaan di banding daerah perkotaan, 61,91 persen berbanding 59,42 persen. Kemudian, pemuda mencari pekerjaan atau menggangur lebih tinggi di daerah perkotaan dibandingkan daerah perdesaan, 5,97 persen berbanding 3,32 persen. Pemuda yang memiliki kegiatan sekolah lebih banyak di daerah perkotaan dibanding daerah perdesaan, 14,99 persen berbanding 9,38 persen, sedangkan pemuda yang memiliki kegiatan mengurus rumah tangga lebih banyak di daerah perdesaan dibanding daerah perkotaan, 24,50 persen berbanding 17,39 persen.

Tabel 2.2.3.1.1

Jumlah Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Menurut Tipe Daerah dan Kegiatan Utama Selama Seminggu Terakhir, Tahun 2011

Tipe Daerah Bekerja Mencari Pekerjaan Sekolah Mengurus Rumah

Tangga Lainnya Jumlah

Perkotaan (K) 59,42 5,97 14,99 17,39 2,23 100

Perdesaan (D) 61,91 3,32 9,38 24,50 0,90 100

K+D 60,67 4,64 12,17 20,96 1,56 100

Sumber: BPS-RI, Sakernas 2011

2.2.3.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Pemuda

Salah satu indikator ketenagakerjaan adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK merupakan salah satu ukuran untuk melihat fluktuasi partisipasi penduduk usia kerja dalam kegiatan

(27)

ekonomi. TPAK didefinisikan sebagai perbandingan penduduk yang terlibat dalam kegiatan ekonomi atau disebut angkatan kerja (bekerja atau mencari pekerjaan) terhadap seluruh penduduk usia kerja. Pada kelompok pemuda, TPAK merupakan proporsi pemuda (penduduk usia 16-30 tahun) yang terlibat dalam kegiatan ekonomi terhadap pemuda itu sendiri. (BPS-RI, 2010)

TPAK pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari tahun 2009-2011 terus meningkat. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2.3.2.1, dari 64,11 persen pada tahun 2009, menjadi 65,23 persen pada tahun 2010, dan meningkat menjadi 65,31 persen pada tahun 2011.Angka 65,31 persen menunjukkan bahwa dari 100 pemuda, sekitar 65 orang di antaranya aktif melakukan kegiatan ekonomi.

Jika dilihat menurut tipe daerah, ternyata TPAK pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di daerah perkotaan pada tahun 2011 lebih tinggi daripada daerah perdesaan, TPAK pemuda di daerah perkotaan 65,39 persen, sedangkan di daerah perdesaan 65,23 persen. Besarnya TPAK tersebut menggambarkan partispasi pemuda dalam kegiatan ekonomi di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perdesaan. Pola berbeda terjadi pada 2 tahun sebelumnya, dimana TPAK pemuda di daerah perdesaan lebih tinggi dibanding daerah perkotaan. TPAK di daerah perdesaan pada tahun 2009 sebesar 65,53 persen, sedangkan daerah perkotaan hanya sebesar 65,23 persen. TPAK di daerah perdesaan pada tahun 2010 sebesar 67,62 persen, sedangkan daerah perkotaan hanya sebesar 63,90 persen.

Sumber: BPS-RI, Sakernas 2009-201

2009 2010 2011 Perkotaan (K) 64,95 63,9 65,39 Perdesaan (D) 65,53 67,62 65,23 K+D 64,11 65,23 65,31 64,95 63,9 65,39 65,53 67,62 65,23 64,11 65,23 65,31 62 63 64 65 66 67 68 Gambar 2.2.3.2.1

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Tipe

(28)

2.2.3.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda

Pengangguran merupakan akibat dari ketidakmampuan lapangan kerja menyerap angkatan kerja yang tersedia. Hal ini disebabkan terbatasnya lapangan kerja serta pertambahan jumlah penduduk yang signifikan. Pertumbuhan ekonomi yang rendah dalam menyediakan lapangan kerja baru disinyalir juga menjadi penyebab timbulnya masalah pengangguran. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat pengangguran. Indikator ini merupakan perbandingan antara banyaknya pemuda yang tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan, sedang mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena tidak mungkin mendapatkan pekerjaan termasuk putus asa, atau sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja terhadap jumlah pemuda angkatan kerja. (BPS-RI, 2010)

Seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.2 TPT pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2011 sebesar 7,11 persen, menurun dibandingkan dengan 2 tahun sebelumnya, yakni 11,14 persen pada tahun 2009, dan 14,74 persen pada tahun 2010. Angka 7,11 menunjukkan bahwa secara rata-rata dari setiap 100 angkatan kerja pemuda sebanyak 7 pemuda belum mempunyai pekerjaan dan masih mencari pekerjaan. Jika dilihat menurut tipe daerah, TPT pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di daerah perdesaan cenderung lebih tinggi dibandingkan di daerah perkotaan, TPT pemuda di daerah perdesaan sebesar 14,74 persen, sedangkan di daerah perkotaan hanya 9,13 persen. Kondisi berbeda terjadi pada tahun 2011, dimana PT pemuda di daerah perkotaan pada tahun 2009 dan 2010 justru lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perdesaan. TPT pemuda pada tahun 2009 di daerah perkotaan sebesar 15,06, sedangkan di daerah perdesaan sebesar 8,36 persen. TPT pemuda pada tahun 2010 di daerah perkotaan sebesar 16,47 persen, sedangkan di daerah perdesaan hanya sebesar 13,24 persen.

(29)

Sumber: BPS-RI, Sakernas 2009-2011

2.2.3.4 Pemuda Bekerja Menurut Lapang Usaha

Lapang usaha menunjukkan bidang kegiatan dari pekerjaan/usaha dimana seseorang bekerja. Komposisi pemuda yang bekerja menurut lapangan usaha merupakan salah satu indikator untuk mengetahui potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja pemuda. Selain itu, indikator ini juga digunakan untuk melihat gambaran makro struktur perekonomian suatu wilayah serta perkembangannya. (BPS-RI, 2010)

Lapang usaha pertambangan dan penggalian, perdagangan, hotel dan restoran, jasa-jasa dan lainnya, serta pertanian, perkebunan, dan kehutanan merupakan lapang usaha yang memegang peran penting bagi ketenagakerjaan pemuda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2011. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.2, dimana dari jumlah pemuda yang bekerja, terdapat 30,74 persen bekerja pada lapang usaha pertambangan dan penggalian, 20,43 persen bekerja pada lapang usaha perdagangan, hotel dan restoran, dan 17,73 persen bekerja pada lapang usaha jasa-jasa dan lainnya, dan 17,47 persen bekerja pada lapang usaha pertanian, perkebunan dan kehutanan, dan selebihnya bekerja pada lapang usaha industri pengolahan, konstruksi, keuangan, transportasi dan komunikasi, listrik, gas, dan air bersih.

Bila dilihat menurut tipe daerah, ternyata lapang usaha yang banyak menyerap tenaga kerja pemuda di daerah perkotaan berbeda dengan di daerah perdesaan. Jika di daerah perkotaan lapang usaha yang banyak menyerap tenaga kerja pemuda adalah sektor perdagangan, hotel

2009 2010 2011 Perkotaan (K) 15,06 16,47 9,13 Perdesaan (D) 8,36 13,24 14,74 K+D 11,14 14,74 7,11 15,06 16,47 9,13 8,36 13,24 14,74 11,14 14,74 7,11 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 pe rs en ta se Gambar 2.2.3.3.1

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Tipe Daerah, Tahun 2009-2011

(30)

dan restoran sebesar 27,63 persen, sektor jasa-jasa lainnya sebesar 27,32 persen, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 19,56 persen, dan selebihnya bekerja pada lapang usaha indsutri pengolahan, konstruksi, pertanian, perkebunan dan kehutanan, keuangan, transportasi dan komunikasi, listrik, gas, dan air bersih, sedangkan di daerah perdesaan lapang usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja pemuda adalah lapang usaha pertambangan dan penggalian sebesar 41,35 persen, pertanian, perkebunan, dan kehutanan sebesar 30,12 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 13,60 persen, dan selebihnya bekerja pada lapang usaha jasa-jasa lainnya, industri pengolahan, konstruksi, transportasi dan komunikasi, keuangan, dan listrik, gas, dan air bersih.

Tabel 2.2.3.4.1

Persentase Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang Bekerja Menurut Tipe Daerah dan Lapang Usaha, Tahun 2011

No. Lapang Usaha Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

1 Pertanian, Perkebunan,

dan Kehutanan 4,14 30,12 17,47

2 Pertambangan dan

Penggalian 19,56 41,35 30,74

3 Industri Pengolahan 9,10 2,34 5,64

4 Listrik, Gas, dan Air

Bersih 0,77 0,12 0,44

5 Konstruksi 5,27 1,83 3,50

6 Perdagangan, Hotel, dan

restoran 27,63 13,60 20,43

7 Transportasi dan

Komunikasi 2,46 1,31 1,87

8 Keuangan 3,75 0,69 2,18

9 Jasa-jasa dan lainnya 27,32 8,64 17,73

Sumber: BPS-RI, Sakernas 2011

2.2.2.5 Pemuda Bekerja Menurut Status Pekerjaan

Pola penyebaran tenaga kerja sangat tergantung dari kualitas sumberdaya manusianya. SDM yang berkualitas dari sisi kesehatan, pendidikan, keahlian dan keterampilan akan mempunyai tingkat produktivitas yang jauh lebih baik. Distribusi pemuda yang bekerja menurut status pekerjaan memberikan gambaran tentang kedudukan seseorang dalam pekerjaan (BPS-RI, 2010). Status pekerjaan dibagi menjadi lima, yaitu berusaha sendiri, berusaha dibantu dengan buruh tidak tetap/buruh tetap, buruh/karyawan, pekerja bebas, dan pekerja keluarga/tidak dibayar.

Seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.2.3.5.1, status pekerjaan utama pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbesar adalah

(31)

buruh/karyawan sebesar 58,65 persen, kemudian berusaha sendiri sebesar 17,28 persen, berusaha dengan buruh sebesar 9,08 persen, pekerja keluarga sebesar 8,60 persen, dan pekerja bebas sebesar 6,38 persen.

Bila dilihat menurut tipe daerah, status pekerjaan utama pemuda provinsi Kepulauan Bangka Belitung di daerah perkotaan terbesar adalah buruh/karyawan sebesar 73,31 persen, kemudian berusaha sendiri sebesar 13,16 persen, berusaha dengan buruh sebesar 5,20 persen, pekerja keluarga sebesar 4,20 persen, dan pekerja bebas sebesar 4,13 persen. Sedangkan status pekerjaan utama di daerah perdesaan terbesar adalah buruh/karyawan sebesar 44,74 persen, kemudian berusaha sendiri sebesar 21,20 persen, berusaha dengan buruh dan pekerja keluarga sebesar 12,77 persen, dan pekerja bebas sebesar 8,52 persen.

Tabel 2.2.3.5.1

Persentase Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Tipe Daerah dan Status Pekerjaan Utama, Tahun 2011

Status Pekerjaan Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Berusaha Sendiri 13,16 21,20 17,28

Berusaha dengan Buruh 5,20 12,77 9,08

Buruh/Karyawan 73,31 44,74 58,65

Pekerja Bebas 4,13 8,52 6,38

Pekerja Keluarga (tidak

dibayar) 4,20 12,77 8,60

Sumber: BPS-RI, Sakernas 2011

2.2.3.6 Pemuda Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja

Produktivitas seseorang dalam bekerja salah satunya dapat dilihat melalui jumlah jam kerja. Jumlah jam kerja normal sesuai standar yang ditentukan International Labour Organization (ILO) adalah 35 jam selama seminggu. (Kemenpora, 2010)

Seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.2.3.6.1, sebanyak 71,59 persen pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki jam kerja penuh atau jumlah jam kerja minimal 35 jam selama seminggu. Sementara itu, pemuda yang memiliki jumlah jam kerja dibawah normal yaitu antara 14-35 jam seminggu sebesar 23,02 persen, dan mereka yang memiliki jumlah jam kerja 1-14 jam sebesar 3,40 persen. Jika dirinci menurut tipe daerah, persentase pemuda yang memiliki jam kerja penuh (minimal 35 jam selama seminggu) di daerah perkotaan lebih besar dibandingkan daerah perdesaan, 80,16 persen berbanding 63,46 persen. Hal ini sesuai dengan lapang usaha dominan di daerah perdesaan yakni

(32)

pertambangan dan penggalian, serta pertanian dan perkebunan yang tidak mempunyai target waktu kerja per hari, seperti lapang usaha perdagangan, hotel, restoran serta jasa yang dominan di daerah perkotaan.

Tabel 2.2.3.6.1

Persentase Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang Bekerja Menurut Tipe Daerah dan Jumlah Jam Kerja, Tahun 2011

Jumlah Jam

Kerja Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

0*) 2,28 1,72 1,99

1-14 2,35 4,39 3,40

14-34 15,21 30,43 23,02

35+ 80,16 63,46 71,59

(33)

TABEL LAMPIRAN BAB II.3 Tabel Lampiran 1 Bab II.3

Jumlah Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Menurut Tipe Daerah dan Kegiatan Utama Selama Seminggu Terakhir, Tahun 2006-2011

Tahun Bekerja Mencari Pekerjaan Sekolah Mengurus Rumah

Tangga Lainnya Jumlah

2006 53,68 8,72 12,03 23,41 2,16 100 2007 59,02 6,59 12,80 19,77 1,82 100 2008 57,03 6,11 11,57 22,84 2,44 100 2009 56,97 7,14 11,84 20,97 3,08 100 2010 56,13 9,70 - - - - 2011 60,67 4,64 12,17 20,96 1,56 100

Sumber: BPS-RI, Sakernas 2006-2011

Ket: pencatatan pemuda 2006-2008, berumur 15-35 tahun

Tabel Lampiran 2 Bab II.3

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Menurut Tipe Daerah dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Tahun 2010 Pendidikan Tertinggi

yang Ditamatkan Perkotaan (K) Perdesaan (D) K+D

Tidak/Belum Pernah Sekolah 18,90 9,60 11,03 Tidak Tamat SD 18,06 11,74 13,03 SD/sederajat 16,79 12,62 13,81 SMP/sederajat 16,26 14,32 15,24 SM/sederajat 18,63 16,78 18,04 PT 8,37 5,82 7,83 Jumlah 16,47 13,24 14,74

Sumber: BPS-RI, Sakernas 2010

Tabel Lampiran 3 Bab II.3

Persentase Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2006-2011

Lapang Usaha 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan 30,46 33,88 30,35 26,76 27,48 17,47 PertambangandanPengga lian 27,52 24,71 27,33 28,07 27,31 30,74 IndustriPengolahan 5,24 3,63 4,05 4,15 2,61 5,64

Listrik, Gas, dan Air

Bersih 0,26 0,44 0,15 0,18 0,32 0,44 Konstruksi 5,71 4,41 5,40 4,03 5,11 3,50 Perdagangan, Hotel, danRestoran 16,02 18,75 18,10 17,93 16,40 20,43 Transportasi dan Komunikasi 3,35 3,84 3,25 3,07 2,79 1,87 Keuangan 0,47 1,40 0,74 1,41 1,23 2,18 Jasa-jasadanLainnya 10,97 8,93 10,62 14,40 16,75 17,73 Jumlah 100 100 100 100 100 100

Sumber: BPS-RI, Sakernas 2006-2011

(34)

Tabel Lampiran 4 Bab II.3

Persentase Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Status Pekerjaan Utama, Tahun 2006-2011

Tahun BerusahaSendiri BerusahadenganBuruh Buruh/ Karyawan PekerjaBebas PekerjaKeluarga (TidakDibayar) Jumlah

2006 25,33 10,55 44,94 8,70 10,48 100 2007 20,95 10,96 42,23 5,83 20,03 100 2008 24,43 13,68 38,54 10,07 13,28 100 2009 21,61 10,96 42,30 12,39 12,74 100 2010 20,08 9,62 51,75 8,27 10,28 100 2011 17,28 9,08 58,65 6,38 8,60 100

Sumber: BPS-RI, Sakernas 2006-2011

Ket: pencatatan pemuda 2006-2008, berumur 15-35 tahun

Tabel Lampiran 5 Bab II.3

Persentase Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja, Tahun 2006-2011

Tahun 0*) Jumlah Jam Kerja (Jam) 1 - 14 14 - 34 35+ Jumlah

2006 1,21 - - 71,27 72,48 2007 2,19 - - 63,73 65,92 2008 2,47 - - 68,13 70,60 2009 2,28 5,23 22,58 69,91 100 2010 - - - - - 2011 1,99 3,40 23,02 71,59 100

Sumber: BPS-RI, Sakernas 2006-2011 *) sementara tidak bekerja

Ket: pencatatan pemuda 2006-2008, berumur 15-35 tahun

Tabel Lampiran 6 Bab II.3

Persentase Pemuda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang Bekerja dan Berusaha atau Dibayar Menurut Pendapatan/Upah/Gaji Bersih

Sebulan, Tahun 2006-2011

Tahun

Pendapatan/Upah/Gaji Bersih Sebulan < 300.000 300.000 - 499.999 500.000 - 749.999 750.000 - 999.999 1.000.000 - 1.499.999 1.500.000 - 2.499.999 2.500.000 + 2006 0,03 0,64 5,20 12,24 36,69 32,21 12,99 2007 8,68 13,71 26,21 25,29 19,52 5,48 1,11 2008 8,71 10,83 18,13 17,77 24,90 15,46 4,20 2009 5,68 15,08 21,71 15,71 24,19 14,48 3,16 2010 - - - - 2011 4,10 4,74 12,31 15,64 25,83 25,30 12,08

Sumber: BPS-RI, Sakernas 2006-2011

Ket: pencatatan pemuda 2006-2008, berumur 15-35 tahun

2.2.4 Fasilitas Olahraga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Dalam rangka pemassalan dan pembudayaan olahraga, untuk mendorong pencapaian tujuan keolahragaan nasional, yakni meningkatkan kualitas sumber manusia Indonesia, sehat, dan

(35)

berprestasi, maka diperlukan ketersediaan fasilitas olahraga yang memadai di berbagai daerah.

Fasilitas olahraga merupakan sumber daya pendukung olahraga yang secara keseluruhan mencakup fasilitas fisik dan non fisik. Fasilitas fisik mencakup prasarana dan sarana fisik antara lain berupa stadion, gelanggang, dan lapangan olahraga. Sementara itu fasilitas non fisik mencakup prasarana dan sarana non fisik seperti sasana/perkumpulan olahraga, tenaga pelatih dan guru olahraga (Kemenpora, 2010).

Pada bab ini akan menjelaskan beberapa fasilitas olahraga di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, baik fasilitas olahraga fisik dan non fisik. Fasilitas olahraga fisik dimaksud, berupa prasarana olaharaga, sedangkan fasilitas non fisik dimaksud, berupa perkumpulan atau club olahraga, tenaga keolahragaan berupa guru olahraga, pelatih dan wasit, serta menjelaskan Organisasi Cabang Olahraga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selain fasilitas olahraga, pada bab ini juga menjelaskan jumlah kegiatan urusan keolahragaan (urusan wajib) yang dilaksanakan oleh seluruh SKPD yang menangani olahraga wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

2.2.4.1 Prasarana Olahraga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, yang dimaksud dengan prasarana olahraga adalah tempat atau ruang termasuk lingkungan yang digunakan untuk kegiatan olahraga dan atau penyelenggaraan keolahragaan. Peraturan perundang-undangan tersebut, mengamanatkan pemerintah dan pemerintah daerah harus menjamin ketersediaan prasarana olahraga sesuai standar dan kebutuhannya.

Data prasarana olahraga tahun 2012 yang diperoleh dari SKPD yang menangani pemuda dan olahraga wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, secara keseluruhan dari 24 prasarana olahraga yang di data, dapat klasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelompok, yang pertama kelompok prasarana olahraga yang ada di seluruh daerah kabupaten dan kota, kedua kelompok prasarana olahraga yang hanya ada di beberapa daerah kabupaten dan kota, dan ketiga kelompok prasarana olahraga yang tidak ada sama sekali di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.2.4.1.1, terdapat 8 (delapan) prasarana olahraga yang termasuk dalam kelompok pertama (ada diseluruh daerah

Gambar

GAMBAR 2.1 STRUKTUR ORGANISASI DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
TABEL LAMPIRAN BAB II.1  Tabel Lampiran 1 Bab II.1
Tabel Lampiran 3 Bab II.1
Tabel Lampiran 6 Bab II.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

oleh mahasiswa. Pengujian dilakukan dengan kompleks dan diharapkan dapat diketahui keku- rangan-kekurangan dari sistem untuk kemudian diperbaiki sehingga kesalahan dari sistem dapat

Denaturasi adalah suatu keadaan telah terjadinya perubahan struktur protein yang mencakup perubahan bentuk dan lipatan molekul, tanpa menyebabkan pemutusan

Ternyata kisah spionase itu tidak berhenti sampai di situ. Muncullah Alexander Finenko, manajer Aeroflot Jakarta di Halim Perdana Kusuma. Ia diduga keras adalah

Hasil penelitian dan pembahasan analisis frasa verba pada teks berita bbc.com berjudul “Pilkada 2020 Di Tengah Pandemi Covid-19: Masa Kampanye Dimulai, Cara Tatap Muka Tetap

anita usia subur - cakupan yang tinggi untuk semua kelompok sasaran sulit dicapai ;aksinasi rnasai bnntuk - cukup potensial menghambat h-ansmisi - rnenyisakan kelompok

1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan fisik bayinya. Rasional : Ibu klien mempunyai hak dalam mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan. Dengan memberitahu ibu hasil

(2007) dan (2009) juga membincangkan kesan orientasi lapisan kekisi perak pada sel suria kepada prestasi antena. Dengan meletakkan arah kekisi tersebut berada dalam keadaan

penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas teknik mind mapping dalam pembelajaran keterampilan menulis puisi pada siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.. Manfaat