• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usulan Perbaikan Postur Kerja Operator Dengan Menggunakan Metode Ovako Working Posture Analysis System (OWAS) di Terminal Kargo Polonia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Usulan Perbaikan Postur Kerja Operator Dengan Menggunakan Metode Ovako Working Posture Analysis System (OWAS) di Terminal Kargo Polonia"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

USULAN PERBAIKAN POSTUR KERJA OPERATOR

DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVAKO WORKING

POSTURE ANALYSIS SYSTEM (OWAS) DI TERMINAL

KARGO POLONIA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

Ade Irma

NIM. 080423068

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

USULAN PERBAIKAN POSTUR KERJA OPERATOR

DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVAKO WORKING

POSTURE ANALYSIS SYSTEM (OWAS) DI TERMINAL

KARGO POLONIA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

ADE IRMA

NIM. 080423068

Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

(Ir. Poerwanto, M.Sc) (Ir. Ukurta Tarigan,MT)

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)
(4)

ABSTRAK

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat,

lindungan-Nya dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas

Akhir ini dengan baik. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang wajib

dilaksanakan untuk menyelesaikan program studi Teknik Industri Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengajukan judul “Usulan Perbaikan

Postur Kerja Operator Dengan Menggunakan Metode Ovako Working

Posture Analysis System (OWAS) di Terminal Kargo Polonia”.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf jika ada

kesalahan maupun kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Semoga dengan

dibuatnya Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

memerlukannya.

Medan, Juni 2010

Penulis

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada penulisan dan penyelesaian Tugas Akhir ini penulis bersyukur atas

bantuan dan dorongan dari berbagai pihak sehingga saya tidak lupa

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada :

1. Allah SWT Sang Penciptaku atas kelancaran, kemudahan dan

kemurahan-Nya dalam memberikan rahmat dan petunjuk-kemurahan-Nya hingga terselesainya Tugas

Akhir ini.

2. Keluargaku Tercinta Ayahanda Tiram Barus dan Ibunda Dra. Riahta Bangun

serta adik Kurnianta Barus dan Amelia Barus, terima kasih atas do’a dan

dukungan baik dari segi moral dan materi hingga terselesaikannya Tugas

Akhir ini.

3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Ketua Jurusan Departemen Teknik

Industri Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. Poerwanto, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing I, terima kasih banyak

atas waktu, bimbingan, saran dan kritiknya sehingga terselesaikannya Tugas

Akhir ini.

5. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT, selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih

banyak atas waktu, bimbingan, saran dan kritiknya sehingga terselesaikannya

Tugas Akhir ini.

6. Bapak Ir. Sugih Arto Pujongkoro, MM, selaku Koordinator Tugas Akhir

Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara yang telah

(7)

7. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan. M.Sc, ibu Ir. Dini Wahyuni, MT, bapak

Ikhsan Siregar,ST. M.Eng selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

saran dan masukan hingga terselesainyaTugas Akhir ini.

8. Seluruh Pimpinan dan Pegawai PT. Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia

Medan yang telah memberikan waktunya sehingga penulis mendapatkan

data-data, informasi dan masukan serta bantuan dalam menyelesaikan Tugas

Akhir ini.

9. Mahran Hidayat Nasution, SST terima kasih atas do’a, dukungan dan

dorongan serta perhatian yang diberikan selama penyelesaian Tugas Akhir.

10. Sahabatku tercinta : Dewi Setiowati, Melli Sribina, Dessy Alemina, RM. Tri

Cipto Sudarsono, Dien Veronika, Utami Sartika dan semuanya yang tidak

dapat disebutkan satu per satu.

11. Sahabat-sahabatku stambuk 2004 Teknik Manajemen Pabrik yang

memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

12. Staff pengajar Departemen Teknik Industri, Staff Tata Usaha, Staff

perpustakaan dan para pegawai di Departemen Teknik Industri.

13. Berbagai pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas

dukungannya dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

Medan, Juni 2010

(8)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

I. PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang ... I-1

1.2. Perumusan Masalah ... I-2

1.3. Tujuan dan Manfaat ... I-2

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-3

1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-4

II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-3

2.3. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-5

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

III. TINJAUAN PUSTAKA ... III-1

3.1. Ergonomi ... III-1

3.2. Postur Kerja ... III-4

3.3. Muskuloskletal ... III-6

3.4. Kelelahan... III-9

3.5. Anthropometri ... III-10

3.6. Penilainan Postur Kerja Dengan Metode OWAS... III-11

3.7. Pengolahan Data Dimensi Tubuh ... III-21

3.7.1. Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi dan Nilai

Maksimum dan Minimum ... III-21

3.7.2. Uji Keseragaman Data ... III-22

3.7.3. Uji Kecukupan Data ... III-23

3.7.4. Uji Distribusi Normal Dengan Kolmogorov Smirnov

Test ... III-24

3.7.5. Perhitungan Persentil ... III-26

3.8. Usulan Perbaikan Postur Kerja ... III-27

IV. METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1

4.2. Rancangan Penelitian ... IV-1

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.4. Metode Pengumpulan Data ... IV-2

4.5. Instrumen Penelitian ... IV-3

4.6. Pelaksanaan Penelitian ... IV-3

4.7. Pengolahan Data ... IV-6

4.8. Analisis Data ... IV-8

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Pengumpula Data ... V-1

5.1.1. Deskripsi Tugas Operator ... V-1

5.1.2. Postur Kerja Operator di UBGK ( Unit Bisnis

Gudang Kargo) ... V-2

5.1.3. Fasilitas-fasilitas Kerja ... V-6

5.1.4. Data Anthropometri Tubuh Operator ... V-8

5.2. Pengolahan Data ... V-8

5.2.1. Analisa Data Postur Kerja Dengan Metode OWAS ... V-8

5.2.2. Data Keluhan Muskuloskeletal ... V-23

5.2.3. Perhitungan Anthropometri Tubuh Operator ... V-27

5.2.2.1. Perhitungan Rata-rata, Standart Deviasi dan

Nilai Maksimum dan Minimum ... III-29

5.2.2.2. Standart Deviasi ... III-29

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.2.3. Uji Keseragaman Data ... III-30

5.2.2.4. Uji Kecukupan Data ... III-34

5.2.2.5. Uji Distribusi Normal Dengan Kolmogorov

Smirnov Test ... III-35

5.2.2.6. Perhitungan Persentil ... III-40

VI. ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisis Postur Kerja Operator Tenaga Porter ... VI-1

6.2. Analisis Postur Kerja Operator Tenaga Porter

Pada Saat Sekarang Di Bagian X-Ray ... VI-2

6.3. Pemecahan Masalah Usulan Rancangan Konseptual

Operator Tenaga Porter Bagian X-Ray ... VI-4

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1

7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

3.1. Skor Bagian Belakang (back) ... III-13

3.2. Skor Bagian Lengan (arms) ... III-14

3.3. Skor Bagian Kaki (legs) ... III-15

3.4. Skor Berat Beban OWAS ... III-16

3.5. Empat Kategori Tindakan OWAS ... III-18

3.6. Ovako Working Posture Analysis System (OWAS) ... III-19

3.7. Ovako Working Posture Analysis System (OWAS) ... III-20

3.8. Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal ... III-26

5.1. Data Pengukuran Dimensi Tubuh Operator... V-8

5.2. Penilaian Postur Kerja Tahapan Persiapan Ovako Working

Posture Analysis System (OWAS) ... V-9

5.3. Penilaian Postur Kerja Ovako Working Posture Analysis

System (OWAS) ... V-10

5.4. Penilaian Postur Kerja Tahapan Persiapan

Ovako Working Postures Analysis System (OWAS) ... V-11

5.5. Penilaian Postur Kerja Operator dengan Ovako Working

Postures Analysis System (OWAS) ... V-12

5.6. Penilaian Postur Kerja Tahapan Persiapan

(13)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.7. Penilaian Postur Kerja Operator dengan Ovako Working

Postures Analysis System (OWAS) ... V-14

5.8. Penilaian Postur Kerja Tahapan Persiapan

Ovako Working Postures Analysis System (OWAS) ... V-15

5.9. Penilaian Postur Kerja Operator dengan Ovako Working

Postures Analysis System (OWAS) ... V-16

5.10. Penilaian Postur Kerja Tahapan Persiapan

Ovako Working Postures Analysis System (OWAS) ... V-17

5.11. Penilaian Postur Kerja Operator dengan Ovako Working

Postures Analysis System (OWAS) ... V-18

5.12. Penilaian Postur Kerja Tahapan Persiapan

Ovako Working Postures Analysis System (OWAS) ... V-19

5.13. Penilaian Postur Kerja Operator dengan Ovako Working

Postures Analysis System (OWAS) ... V-20

5.14. Penilaian Postur Kerja Tahapan Persiapan

Ovako Working Postures Analysis System (OWAS) ... V-21

5.15. Penilaian Postur Kerja Operator dengan Ovako Working

Postures Analysis System (OWAS) ... V-22

5.16. Data Hasil Rekapitulasi Standard Nordic Questionnaire ... V-25

(14)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.18. Bagian Tubuh Operator yang Diukur ... V-28

5.19. Perhitungan Rata-rata, Standart Deviasi,

Nilai Maksimum dan Minimum ... V-30

5.20. Hasil Perhitungan Uji Keseragaman Data ... V-31

5.21. Perhitungan Uji Keseragaman Data ... V-34

5.22. Perhitungan Uji Kecukupan Data ... V-35

5.23. Uji Normal Kolmogorov-Smirnov Tinggi Badan Tegak ... V-36

5.24. Uji Normal Kolmogorov-Smirnov Tinggi Bahu Berdiri ... V-37

5.25. Uji Normal Kolmogorov-Smirnov Tinggi Siku Tegak ... V-38

5.26. Uji Normal Kolmogorov-Smirnov Jangkauan Tangan ... V-39

(15)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar

Udara Polonia Medan ... II-7

3.1. Postur Tubuh Bagian Belakang (Back) ... III-12

3.2. Postur Tubuh Bagian Lengan (arms) ... III-13

3.3. Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs) ... III-14

3.4. Ukuran Beban (Load) ... III-15

3.5. Posisi Sikap Kerja ... III-19

4.1. Block Diagram Prosedur Penelitian ... IV-5

4.2. Block Diagram Pengolahan Data ... IV-7

5.1. Tahapan Persiapan ... V-2

5.2. Proses Menjangkau ... V-2

5.3. Proses Mengangkat ... V-3

5.4. Proses Membawa Barang ke Trolley ... V-4

5.5. Proses Melepas dan Menyusun Barang di atas Trolley layer 1 ... V-4

5.6. Proses Melepas dan Menyusun Barang di atas Trolley layer 2 ... V-5

5.7. Proses Melepas dan Menyusun Barang di atas Trolley layer 3 ... V-6

5.8. Conveyor ... V-6

5.9. Kereta Sorong ... V-7

5.10. Trolley... V-7

(16)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.12. Proses Menjangkau ... V-11

5.13. Proses Mengangkat ... V-13

5.14. Proses Membawa Barang ke Trolley ... V-15

5.15. Proses Melepas dan Menyusun Barang di atas Trolley layer 1 ... V-17

5.16. Proses Melepas dan Menyusun Barang di atas Trolley layer 2 ... V-19

5.17. Proses Melepas dan Menyusun Barang di atas Trolley layer 3 ... V-21

5.18. Peta Tubuh Keluhan Muculoskeletal ... V-26

5.19. Peta Kontrol Tinggi Badan Tegak ... V-32

5.20. Peta Kontrol Tinggi Bahu Berdiri ... V-32

5.21. Peta Kontrol Tinggi Siku Tegak ... V-33

5.22. Peta Kontrol Jangkauan Tangan ... V-33

6.1. Layout Sekarang ... VI-3

6.2. Layout Usulan ... VI-5

6.3. Peralatan Kereta Sorong Usulan ... VI-7

6.4. Trolley Usulan ... VI-8

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

Lampiran 1. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Perusahaan ... L-1

Lampiran 1. Jam Kerja dan Sistem Pengupahan dan Fasilitas ... L-8

Lampiran 3. Gambar Kereta Sorong (Hand truck) ... L-12

Lampiran 4. Gambar Trolley ... L-13

Lampiran 6. Tabel Distribusi Normal ... L-14

(18)

ABSTRAK

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Postur kerja yang salah sering diakibatkan oleh letak fasilitas yang kurang

sesuai dengan Anthropometri operator sehingga mempengaruhi kinerja operator.

Postur kerja yang tidak alami misalnya postur kerja yang selalu berdiri, jongkok,

membungkuk, mengangkat dan mengangkut dalam waktu yang lama dapat

menyebabkan ketidaknyamanan dan nyeri pada salah satu anggota tubuh.

Kelelahan dini pada pada pekerja juga dapat menimbulkan penyakit akibat kerja

dan kecelakaan kerja yang mengakibatkan pekerja tersebut cacat bahkan dapat

menyebabkan kematian.

Penelitian ini dilakukan di PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara

Polonia Medan pada operator di bagian X-Ray. Secara umum departemen ini

melakukan pengangkatan barang untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan.

Operator yang diamati adalah operator yang bekerja di terminal kargo pada bagian

pengangkatan barang oleh operator ke dalam trolly.

Beban angkat yang berat dan gerakan-gerakan yang banyak dilakukan

dapat menyebabkan timbulnya kelelahan musculoskeletal disorders (kesalahan

pembebanan pada otot dan rangka) dan hal ini dapat mengurangi kinerja operator

(20)

barang-barang tersebut melewati X-Ray. Hal ini disebabkan karena kurang baiknya posisi

dan sikap kerja dari operator tersebut.

Apabila postur kerja dan metode kerja tersebut berlangsung dalam waktu

lama maka akan menyebabkan penyakit akibat kerja. Oleh karena itu dilakukan

usulan perbaikan metode kerja operator dengan metode Ovako Working Posture

Analysis System (OWAS) di terminal kargo untuk meningkatkan produktivitas

kerja karyawan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi

permasalahan yang ada pada suatu perusahaan perlunya dilakukan perbaikan

postur kerja untuk menghindari penyakit-penyakit akibat kerja sehingga

produktivitas kerja karyawan akan meningkat.

1.3. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasikan tata letak komponen yang menyebabkan resiko gangguan

tubuh operator.

2. Penilaian posisi postur kerja operator dan menentukan penyebab kesalahan

postur kerja serta menentukan tindakan-tindakan yang diperlukan dengan

(21)

3. Melakukan usulan perbaikan postur kerja atau fasilitas kerja agar postur kerja

menjadi alami seperti dengan mengurangi gerakan-gerakan membungkuk,

memutar serta melangkah.

Manfaat yang dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Dapat memahami penerapan metode OWAS untuk memecahkan permasalahan

yang ada di lapangan.

2. Dapat merancang dan memperbaiki postur kerja yang tidak alami.

3. Sebagai pedoman bagi perusahaan bagaimana postur kerja yang alami dan

fasilitas kerja yang efisien sehingga perusahaan dapat memperbaiki

postur kerja yang ada.

4. Menjalin kerja sama antar Perusahaan dengan Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara.

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi

Batasan Masalah yang dilakukan adalah :

1. Penelitian dilakukan di terminal kargo polonia pada operator

pengangkatan barang yang memiliki postur kerja yang tidak alami yaitu

sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi

posisi alaminya seperti punggung yang terlalu membungkuk, gerakan

memutar dan sebagainya.

2. Penelitian ini difokuskan hanya untuk meneliti bagaimana postur kerja

(22)

menyusun barang ke trolly yang menyebabkan menurunnya produktivitas

kerja operator tersebut.

Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Operator yang melakukan pekerjaan adalah pekerja normal dan bekerja

secara wajar.

2. Kondisi lingkungan kerja baik dan memenuhi persyaratan.

3. Operator telah terbiasa dengan pekerjaan yang dilakukannya.

4. Kondisi peralatan dan fasilitas lain yang digunakan berada dalam kondisi

normal.

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Adapun sistematika penulisan Tugas Sarjana adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi

yang digunakan.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Mengemukakan sejarah singkat perusahaan tempat dilakukannya

penelitian, ruang lingkup bidang usaha serta struktur organisasi dan

manajemen dari perusahaan tersebut.

BAB III : TINJAUAN PUSTAKA

Menyajikan dan menampilkan tinjauan kepustakaan yang berisi teori

(23)

dan pemecahan masalah seperti menjelaskan defenisi ergonomi,

postur kerja, musculoskletal, kelelahan, anthropometri, penilaian

postur kerja dengan metode OWAS, serta pengolahan data dimensi

tubuh dengan menghitung rata-rata, standard deviasi, nilai

maksimum dan minimum, uji keseragaman data, uji kecukupan data,

uji distribusi normal dengan kolmogorov smirnov dan menghitung

persentil.

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN

Mendefenisikan langkah-langkah yang digunakan untuk mencapai

tujuan penelitian seperti tempat dan waktu penelitian, rancangan

penelitian, objek penelitian, metode pengumpulan data, instrumen

penelitian, pelaksanaan penelitian, pengolahan data dan analisa data.

BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Memuat data yang dikumpulkan oleh peneliti di lokasi penelitian

baik dari data primer maupun dari data sekunder. Data yang diambil

adalah data tugas-tugas operator, data postur kerja operator, fasilitas

kerja yang digunakan serta data anthropometri tubuh operator. Pada

pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode OWAS.

BAB VI : ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Menyatakan hasil pengolahan data seperti analisa postur kerja

operator, analisa postur kerja operator pada saat sekarang, analisa

postur kerja operator usulan dan pemecahan masalah usulan

(24)

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

Membuat kesimpulan dari hasil analisis pemecahan masalah dan

(25)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Bandar udara adalah suatu tempat untuk tinggal landas dan mendaratnya

pesawat udara, naik turunnya penumpang, membongkar dan memuat pos, barang,

hewan dan tanaman, termasuk segala fasilitas penunjang penyelenggara

kegiatannya, fasilitas keselamatan penerbangan dan usaha penunjang penerbangan

lainnya.

Perkembangan Bandar Udara Polonia Medan setiap tahun semakin

meningkat baik dari segi pemakai jasa angkutan udara, sisi operasional maupun

fasilitas keselamatan penerbangan yang didukung dengan peralatan modern dan

canggih. Seluruh perkembangan dan kemajuan ini tidak terlepas dari dukungan

pelaku sejarah dan para perintis yang telah banyak berjasa membangun Bandar

Udara Polonia Medan.

Pada awal Bandar Udara Polonia Medan dibangun tahun 1872 oleh Baron

Mischalsky, seorang bangsa Polandia yang mendapat konsesi dari pemerintah

Hindia Belanda untuk membuka perkebunan tembakau di Sumatera Timur di

daerah Medan. Kemudian beliau menamakan daerah konsesinya dengan nama

“Polonia”. Tahun 1924 Mr. Van Derhoop menerbangkan pesawat kecilnya

“Fokker” dari Eropa ke wilayah Hindia Belanda dengan jangka waktu 20 jam

(26)

1928 lapangan terbang Polonia dibuka secara resmi, ditandai dengan mendaratnya

6 (enam) pesawat udara milik KNILM.

Pada tahun 1936 Bandar Udara Polania untuk pertama kalinya

mengadakan perbaikan dengan landasan pacu sepanjang 600 meter. Pada tahun

1948, sesudah masa kemerdekaan Negara Republik Indonesia, kembali di beli

oleh Pemerintah Hindia Belanda setelah dikuasai oleh sekutu tahun 1946 dan

landasan di pacu diperpanjang menjadi 1000 meter. Pada tahun 1949, pemerintah

Hindia Belanda kembali memperpanjang landasan pacu menjadi 1200 meter. Pada

tahun 1950, bandar udara Polonia dikelola oleh TNI AU dan landasan pacu

kembali diperpanjang 2900 meter. Bandar Udara Polonia terletak kira-kira 1 KM

dari pusat kota Medan.

Pada tahun 1951 kepala staf Angkatan Perang Repubklik Indonesia

melalui surat keputusan No. 1 tahun 1951 menyatakan bahwa seluruh pangkalan

udara bekas pemerintahan belanda maupun jepang diserahkan kepada Angkatan

Perang Republik Indonesia. Pada periode 1959 hingga tahun 1982, pengelola

Bandar Udara Polonia dilaksanakan oleh dua instansi, yaitu TNI-AU dan Jawatan

Penerbangan Sipil. Tahun 1985, pada tanggal 3 Februari berdasarkan PP No. 30

tahun 1985, pengelola Pelabuhan Udara Polonia Medan diserahkan ke Perusahaan

Umum (PERUM) Angkasa Pura I. Tahun 1986 tanggal 19 Mei 1986 sebutan

Pelabuhan Udara di ubah menjadi Bandar Udara. Pada tahun 1994 pengoperasian

Bandar Udara Polonia diserahkan dari PT. (Persero) Angkasa Pura I kepada PT.

(27)

Medan terletak sekitar 1 KM dari pusat kota Medan. Luas keseluruhannya

mancapai 144 hektar, panjang landasan pacu 2900 meter dan lebarnya 45 meter.

PT. (Persero) Angkasa Pura II Polonia Medan memiliki Visi dan Misi.

Visi perusahaan tersebut yaitu “Menjadi perusahaan pengelola jasa

kebandarudaraan dan pelayanaan lalu lintas yang mengutamakan penerbangan dan

kepuasan pelanggan dalam upaya memberi manfaat utama pemegang saham,

mitra kerja, pegawai, masyarakat dan lingkungan dalam memegang teguh etika

bisnis”. Sedangkan misi perusahaan yaitu “Menjadi bandar udara bertaraf

internasional yang mampu bersaing di kawasan regional”.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan bergerak

dalam bidang jasa kebandarudaraan. Perusahaan menyelenggarakan usaha-usaha

sebagai berikut :

1. Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas untuk kegiatan

pelayanan pendaratan, lepas landas, parkir dan penyimpanan pesawat

udara.

2. Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas teknis untuk

pelayanan angkutan penumpang, kargo dan pos.

3. Penyediaan, pengusahaan daan pengembangan fasilitas elektronika, listrik,

air dan instalasi limbah buangan.

4. Jasa pelayanan penerbangan.

(28)

6. Penyediaan lahan untuk bangunan yang berhubungan dengan kelancaran

angkutan udara.

7. Jasa konsultasi, pendidikan dan dapat menunjang tercapainya tujuan yang

diinginkan oleh perusahaan.

Pendapatan bandar udara dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Pendapatan Aeronautika

Pendapatan aeronautika adalah pendapatan yang berkaitan langsung

dengan penerbangan. PT. (Persero) Angkasa Pura II Polonia Medan hanya sebatas

pelayanan maka pendapatan yang diperoleh perusahaan antara lain berasal dari :

1. Penyediaan jasa pelayanan penerbangan

2. Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas untuk kegiatan

pelayanan pendaratan pesawat, lepas landas, terbang antar lintas,

penyimpanan pesawat udara dan parkir.

2. Pendapatan Non-Aeronautika

Pendapatan ini tidak berkaitan langsung dengan penerbangan. Pendapatan

ini berasal dari bidang usaha yaitu :

1. Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas terminal untuk

pelayanan angkutan penumpang, kargo dan pos.

2. Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas elektronika, listrik,

air dan limbah buangan.

3. Penyediaan lahan untuk bangunan, lapangan serta bangunan-bangunan

yang berhubungan dengan kelancaran angkutan udara.

(29)

5. Sewa menyewa toko, hotel, restoran, reklame, parkir, dan lain sebagainya.

2.3. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi perusahaan merupakan salah satu faktor yang turut

mendukung suatu perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam suatu struktur organisasi terdapat kerangka kerja yang menggambarkan

wewenang, tanggung jawab dan hubungan tiap bagian yang ada di dalamnya.

Dari struktur organisasi terlihat jenjang wewenang dan tanggung jawab atasan

hingga bawahan dalam melaksnakan kegiatan operasi.

Di dalam Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara

polonia Medan, struktur organisasi sesuai dengan keputusan direksi PT. AP II

Nomor KEP.58/OM.00/AP-I/1994 yang diubah lagi menjadi

KEP.471/OM.00/1994 tanggal 4 September 1998 tentang pemberlakuan

organisasi, peraturan sistem dan prosedur pada Kantor Cabang PT. (Persero)

Angkasa Pura II.

Berdasarkan keterangan diatas maka hubungan kerja dalam organisasi

perusahaan PT. Angkasa Pura II adalah hubungan campuran lini-fungsional

Struktur organisasi bentuk lini dapat dilihat dengan adanya pembagian tugas,

wewenang dan tanggung jawab dari pimpinan tertinggi kepada unit-unit

organisasi yang berada dibawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu secara

langsung, serta pemberian wewenang dan tanggung jawab yang bergerak vertikal

ke bawah dengan pendelegasian yang tegas melalui jenjang hirarki yang ada.

(30)

tugas,wewenang serta pembatasan tanggung jawab yang tegas pada setiap bidang

yaitu kepala divisi pelayanan operasi lalu lintas udara, kepala divisi pelayanan

operasi bandar udara, kepala divisi teknik elektronika dan listrik, kepala divisi

teknik dan peralatan dan kepala divisi administrasi dan komersial berdasarkan

funsinya masing-masing dalam struktur organisasinya.

Berdasarkan struktur organisasi pada Gambar 2.1. terminal kargo yang

berada di Bandar Udara Polonia Medan bernaung dibawah Kepala Dinas

Pelayanan Bandar Udara Polonia. Struktur Organisasi Bandar Udara Polonia

(31)

KEPALA DINAS KEPEGAWAIAN DAN UMUM OFFICER CHARGE KEPALA CABANG

KEPALA DIVISI TEKNIK ELEKTRONIKA DAN

LISTRIK

KEPALA DIVISI TEKNIK DAN PERALATAN KEPALA DIVISI ADMINISTRASI DAN KOMERSIAL KEPALA DIVISI PELAYANAN OPERASI LALU LINTAS UDARA

KEPALA DIVISI PELAYANAN OPERASI

BANDAR UDARA

KEPALA DINAS PELAYANAN ADC &

APP/TMA KEPALA DINAS PELAYAN ACC KEPALA DINAS PELAYANAN BOP-RANGTIKA KEPALA DINAS PELAYANAN BANDAR UDARA KEPALA DINAS PKP-PK KEPALA DINAS PENGAMANAN

KEPALA DINAS TEKNIK TELEKOMUNIKASI DAN ELEKTRONIKA BANDARA KEPALA DINAS TEKNIK NAVIGASI UDARA KEPALA DINAS TEKNIK LISTRIK KEPALA DINAS TEKNIK BANGUNAN

KEPALA DINAS TEKNIK LANDASAN DAN TATA

[image:31.595.107.571.102.490.2]

LINGKUNGAN KEPALA DINAS TEKNIK MEKANIKAL DAN PERALATAN KEPALA DINAS KOMERSIAL KEPALA DINAS KEUANGAN KEPALA DINAS AKUNTANSI KEPALA DINAS PERLENGKAPAN

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia

Medan

2.4. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Perusahaan

PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan sudah

memiliki manajemen yang baik. Hal ini dapat dilihat dari pembagian tugas yang

sesuai ndengan jabatannya masing. Adapun uraian tugas dari

masing-masing jabatan sesuai yang tergambar dalam struktur organisasi perusahaan dapat

dilihat pada lampiran 1. Lini

(32)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Ergonomi

Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ERGON (Kerja) dan

NOMOS (Hukum Alam/Ketetapan). Ergonomi dapat didefenisikan sebagai studi

tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara

anatomi, fisiologi psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan.1

Istilah ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949. Ergonomi merupakan

suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi mengenai sifat,

kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja

sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu secara efektif, aman,

nyaman, sehat dan efisien. Di sini manusia tidak lagi harus menyesuaikan dirinya

dengan mesin yang dioperasikannya melainkan sebaliknya yaitu mesin dirancang

dengan terlebih dahulu memperhatikan kelebihan dan keterbatasan manusia yang

mengoperasikannya.2

Ergonomi merupakan ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk

menyerasikan atau menyeimbangkan berbagai disiplin ilmu dalam beraktivitas

1

Eko Nurmianto, Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya, Surabaya, 1998, hal. 1

2

(33)

maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun

mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.3

Tujuan dari penerapan ergonomi ini adalah :

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera

dan penyakit akibat kerja dan menurunkan beban kerja fisik dan mental.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial

dan meningkatkan jaminan sosial.

Untuk mencapai tujuan ergonomi di atas maka perlu keserasian antara

pekerja dan pekerjaannya, sehingga manusia pekerja dapat bekerja sesuai dengan

kemampuan dan keterbatasannya. Secara umum kemampuan dan keterbatasan

manusia ditentukan oleh berbagai faktor yaitu umur, jenis kelamin, ras.

Anthropometri, status kesehatan, gizi, kesegaran jasmani dan kemampuan

beradaptasi.

1. Umur

Umur seseorang berbanding langsung dengan kapasitas fisik sampai batas

tertentu dan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Pada umur 50-60 tahun

kekuatan fisik menurun. Oleh karena itu pengaruh umur harus selalu dijadikan

pertimbangan dalam memberikan pekerjaan pada sesorang.

3

(34)

2. Jenis Kelamin

Secara umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari

kemampuan fisik laki-laki. Untuk mendapatkan daya kerja yang tinggi maka

harus diusahakan pembagi tugas antara pria/wanita sesuai dengan kemampuan

dan keterbatasan masing-masing.

3. Anthropometri

Kesesuaian hubungan antara anthropometri pekerja dengan alat yang

digunakan sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat kelelahan, kemampuan

kerja dan produktivitas kerja. Anthropometri juga menentukan dalam seleksi

penerimaan tenaga kerja, misalnya orang gemuk tidak cocok untuk pekerjaan di

tempat suhu tinggi, pekerjaan yang memerlukan kelincahan, dll. Selain itu

anthropometri dapat digunakan untuk medesain pakaian, tempat kerja, lingkungan

kerja, mesin, alat dan sarana kerja serta produk-produk untuk konsumen.

4. Status Kesehatan dan Nutrisi

Status kesehatan dan nutrisi atau keadaan gizi berhubungan erat satu sama

lainnya dan berpengaruh pada produktivitas efisiensi kerja. Dalam melakukan

pekerjaan tubuh memerlukan energi apabila kekurangan maka kapasitas kerja

akan terganggu, maka perlu keseimbangan antara masukan energi dan

keluarannya. Nutrisi yang ada saja tidak cukup tetapi diperlukan adanya tubuh

yang sehat agar nutrisi dapat dicerna dan didistribusikan oleh organ tubuh dengan

(35)

5. Kesegaran Jasmani

Kesegaran jasmani merupakan suatu kesanggupan atau kemampuan dari

tubuh manusia untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap beban fisik

yang dihadapi tanpa menimbulkaan kelelahan yang berarti dan memiliki kapasitas

cadangan untuk melakukan aktivitas selanjutnya.

3.2. Postur Kerja4

Postur kerja operator sangat mempengaruhi tingkat produktivitas dan

kinerja yang dihasilkan oleh seorang pekerja. Konsep-konsep ergonomi yang

berkaitan dengan postur kerja dapat membantu untuk mendapatkan postur kerja

yang baik dan nyaman bagi pekerja seperti postur kerja pada saat berdiri, duduk,

mengangkat dan menurunkan barang serta postur kerja lainnya. Beberapa

pekerjaan akan memerlukan postur kerja tertentu yang terkadang tidak nyaman.

Kondisi kerja ini memaksa pekerja selalu berada pada postur kerja yang tidak

alami dan berlangsung lama. Hal ini menyebabkan keluhan sakit pada tubuh,

cacat produk bahkan cacat tubuh serta bisa menyebabkan kematian. Misalnya

pekerjaan kuli panggul yang setiap saat mengangkat barang-barang, kondisi

pekerjaan seperti ini tidak alami karena selain menimbulkan kelelahan pada saat

bekerja juga dapat menyebabkan tubuh akan merasa sakit. Untuk menghindari

sikap dan posisi kerja yang kurang mengenakkan ini pertimbangan-pertimbangan

eregonomis antara lain menyarankan hal-hal sebagai berikut :

4

(36)

1. Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan postur kerja

membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam jangka

waktu yang lama.

2. Operator seharusnya tidak menggunakan jarak jangkauan maksimum.

Pengaturan postur kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan

normal (konsep/prinsip ekonomi gerakan). Dalam hal-hal tertentu operator

harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya agar memperoleh

postur kerja yang leluasa dalam gerakan. Untuk hal-hal tertentu operator

harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuh agar memperoleh sikap

dan posisi kerja yang nyaman.

3. Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja dalam

waktu yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada pada postur

kerja yang miring. Demikian pula sedapat mungkin menghindari cara kerja

yang memaksa operator harus bekerja dengan posisi telentang dan

tengkurap.

4. Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau periode

dalam waktu yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi di

(37)

Penetapan sikap dan posisi kerja sesuai dengan Sedangkan

pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas pada dasarnya bertujuan memberikan kenyamanan

pada pekerja dengan memperlihatkan sikap dan posisi bekerja yang di EANSE.

Postur kerja duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri,

karena hal ini dapat mengurangi banyaknya otot statis pada kaki. Operator yang

bekerja dalam postur kerja duduk memerlukan sedikit istirahat. Berdiri merupakan

sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan

lebih cepat, kuat dan teliti. Sikap berdiri lebih melelahkan daripada duduk dan

energi yang dikeluarkan lebih banyak 10-15% dibandingkan bekerja duduk.

3.3. Musculoskletal5

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat

otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera

hilang apabila pembebanan dihentikan.

Keluhan musculoskletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal

yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat

sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama

akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi. Keluhan dan

kerusakan inilah yang dinamakan dengan keluhan musculosletal disorders

(MSDS) atau keluhan pada sistem musculosletal. Secara garis besar keluhan otot

dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:

5

(38)

2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.

Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot

masih terus berlanjut.

Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang

berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi

pembebanan yang panjang. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

keluhan otot skeletal.

a. Peregangan Otot yang Berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) pada umumnya sering

dikeluhkan oleh para pekerja di mana aktivitas kerjanya menuntut pengarahan

tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, dan

menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena

pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila

hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan

otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.

b. Aktivitas Berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus

seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkat dan

sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja

(39)

c. Sikap Kerja Tidak Alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi

bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan

tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan

sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka

semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja alamiah

ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja

tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.

Sikap kerja tidak alamiah ini lebih banyak disebabkan oleh tidak adanya

kesesuaian antara dimensi alat dan stasiun kerja dengan ukuran tubuh pekerja.

Sebagai negara berkembang sampai saat ini Indonesia masih tergantung pada

perkembangan teknologi negara-negara maju, khususnya dalam pengadaan

peralatan industri. Mengingat bahwa dimensi peralatan tersebut didesain tidak

berdasarkan ukuran tubuh orang Indonesia, maka pada saat pekerja orang

Indonesia harus mengoperasikan peralatan tersebut, terjadilah sikap kerja tidak

alamiah. Hal tersebut disebabkan karena negara pengekspor di dalam mendesain

mesin-mesin tersebut hanya didasarkan anthropometri dari populasi pekerja

negara yang bersangkutan, yang pada kenyataannya ukuran tubuhnya lebih besar

dari pekerja kita. Sudah dapat dipastikan, bahwa kondisi tersebut akan

menyebabkan sikap paksa pada waktu pekerja mengoperasikan mesin. Apabila hal

ini terjadi dalam kurun waktu yang lama, maka akan terjadi akumulasi keluhan

(40)

3.4. Kelelahan6

Istilah Anthropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan

“metri” yang berarti ukuran. Jadi Anthropometri adalah kumpulan data numerik

yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, volume, dan

berat) dan penerapan dari data tersebut untuk perancangan fasilitas/produk. Secara

defenitif anthropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan

pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki

bentuk, ukuran, berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lain. Data Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh

terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.

Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada dasarnya kelelahan

menggambarkan tiga fenomena yaitu perasaan lelah, perubahan fisiologis tubuh

dan pengurangan kemampuan melakukan kerja. Kelelahan merupakan suatu

pertanda yang bersifat sebagai pengaman yang memberitahukan tubuh bahwa

kerja yang dilakukan telah melewati batas maksimal kemampuannya. Kelelahan

pada dasarnya merupakan suatu keadaan yang mudah dipulihkan dengan

beristirahat. Tetapi jika dibiarkan terus-menerus akan berakibat buruk dan dapat

menimbulkan penyakit akibat kerja.

3.5. Anthropometri

6

Tarwaka , dkk, Ergonomi Untuk Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Produktivitas, Surakarta,

(41)

anthropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain

dalam hal :

1. Perancangan area kerja.

2. Perancangan peralatan kerja.

3. Perancangan produk-produk.

4. perancangan lingkungan kerja fisik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data anthropometri akan

menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk

yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikannya/menggunakan produk

tersebut.

Anthropometri terbagi 2 bagian yaitu :

1. Anthropometri Statis, yaitu pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia

dalam keadaan diam atau dalam posisi dibakukan.

2. Anthropometri Dinamis, yaitu pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia

dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin

terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan pekerjaannya.

3.6. Penilaian Postur Kerja Dengan Metode OWAS 7

Metode OWAS adalah suatu metode untuk mengevaluasi beban postur

selama bekerja. OWAS merupakan sebuah metode analisa postur kerja dengan

melakukan evaluasi postur kerja yang mengakibatkan cedera musculoskeletal.

7

(42)

Metode ini mulai berkembang pada awal tahun tujuh puluhan di perusahaan

Ovako Oy Finlandia (sekarang Fundia Wire). Metode ini mulai dikembangkan

pertama kali oleh Karhu Dkk, yang didasarkan pada klasifikasi yang sederhana

dan sistematis dari sikap kerja yang dikombinasikan dengan pengamatan dari

tugas selama bekerja.

Metode OWAS mengkodekan sikap kerja pada bagian punggung, tangan,

kaki, dan berat beban. Masing-masing bagian memiliki klasifikasi sendiri-sendiri.

Metode ini cepat dalam mengidentifikasi sikap/postur kerja yang berpotensi

menimbulkan kecelakaan. Kecelakaan kerja yang menjadi perhatian adalah cedera

musculoskeletal.

Prosedur OWAS dilakukan dengan melakukan observasi untuk mengambil

data postur, beban/tenaga, dan fase kerja. Langkah selanjutnya adalah melakukan

pengkodean berdasar data tersebut. Evaluasi penilaian didasarkan pada skor dari

tingkat bahaya postur kerja yang ada. Kemudian dihubungkan dengan kategori

tindakan yang harus diambil. Klasifikasi postur kerja dari metode OWAS adalah

pada pergerakan tubuh bagian belakang (back), lengan (arms), dan kaki (legs).

Setiap postur tubuh tersebut terdiri dari 4 postur bagian belakang, 3 postur lengan,

dan 7 postur kaki. Berat beban yang dikerjakan juga dilakukan penilaian

mengandung skala 3 point.

a. Bagian Belakang (back)

Klasifikasi postur kerja pada pergerakan tubuh bagian belakang dapat

(43)

1 2 3 4

Gambar 3.1. Postur Tubuh Bagian Belakang (back)

Untuk skor pergerakan tubuh bagian belakang dapat dilihat pada Tabel

[image:43.595.167.459.110.245.2]

3.1. sebagai berikut :

Tabel 3.1. Skor Bagian Belakang (back)

Pergerakan Skor

Lurus/tegak 1

Bungkuk ke depan 2

Miring ke samping 3

Bungkuk ke depan dan miring ke samping 4

b. Lengan (arms)

Klasifikasi postur kerja pada pergerakan tubuh bagian lengan dapat dilihat

(44)
[image:44.595.122.537.582.713.2]

1 2 3

Gambar 3.2. Postur Tubuh Bagian Lengan (arms)

Untuk skor pergerakan tubuh bagian lengan dapat dilihat pada Tabel 3.2.

sebagai berikut :

Tabel 3.2. Skor Bagian Lengan (arms)

Pergerakan Skor

Kedua tangan di bawah bahu 1

Satu tangan pada atau di atas bahu 2

Kedua tangan pada atau di atas bahu 3

c. Kaki (legs)

Klasifikasi postur kerja pada pergerakan tubuh bagian kaki dapat dilihat

pada Gambar 3.3. sebagai berikut :

1 2 3 4 5 6 7

(45)

Untuk skor pergerakan tubuh bagian kaki dapat dilihat pada Tabel 3.3.

sebagai berikut :

Tabel 3.3. Skor Bagian Kaki (legs)

Pergerakan Skor

Duduk 1

Berdiri dengan kedua kaki lurus 2

Berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus 3

Berdiri atau jongkok dengan kedua lutut 4

Berdiri atau jongkok dengan satu lutut 5

Berlutut pada satu atau dua lutut 6

Berjalan atau bergerak 7

d. Beban (load)

Klasifikasi yang berkaitan dengan ukuran beban dapat dilihat pada

Gambar 3.4. sebagai berikut :

1 2 3

Gambar 3.4. Ukuran Beban (load)

Untuk skor beban berat OWAS dapat dilihat pada Tabel 3.4. sebagai

(46)

Tabel 3.4. Skor Berat Beban OWAS

Beban / Load Skor

< 10 Kg 1

< 20 Kg 2

> 20 Kg 3

Di bawah ini adalah perihal penjelasan tentang klasifikasi sikap agar

membedakan sikap masing-masing klasifikasi.

1. Sikap Punggung

a. Membungkuk

Penilaian sikap kerja diklasifikasikan membungkuk jika terjadi sudut yang

terbentuk pada punggung minimal sebesar 200 atau lebih. Begitu pula

sebaliknya jika perubahan sudut kurang dari 200, maka dinilai tidak

membungkuk.

2. Sikap Lengan

a. Yang dimaksud sebagai lengan adalah dari lengan atas sampai tangan.

b. Penilaian terhadap posisi lengan yang perlu diperhatikan adalah

posisi tangan.

3. Sikap Kaki

(47)

b. Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Pada sikap ini adalah kedua kaki

dalam posisi lurus/ tidak bengkok dimana beban tubuh menumpu kedua

kaki.

c. Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Pada sikap ini adalah beban tubuh

bertumpu pada satu kaki yang lurus (menggunakan satu pusat gravitasi

lurus), dan satu kaki yang lain dalam keadaan menggantung (tidak

menyentuh lantai). Dalam hal ini kaki yang menggantung untuk

menyeimbangkan tubuh dan bila jari kaki yang menyentuh lantai termasuk

sikap ini.

d. Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk Pada sikap ini

adalah keadaan setengah duduk yang telah umum diketahui yaitu keadaan

lutut ditekuk dan beban tubuh bertumpu pada kedua kaki. Lutut

dikategorikan ditekuk jika sudut yang terbentuk adalah 150.

e. Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Pada sikap ini

dalam keadaan ini berat tubuh bertumpu pada satu kaki dengan lutut

ditekuk (menggunakan pusat gravitasi pada satu kaki dengan lutut

ditekuk).

f. Berlutut pada satu atau kedua lutut. Pada sikap ini dalam keadaan satu atau

kedua lutut menempel pada lantai.

g. Berjalan. Pada sikap ini adalah gerakan kaki yang dilakukan termasuk

(48)

4. Berat beban

Dalam hal ini yang membedakan adalah berat beban yang diterima dalam

satuan kilogram (Kg).

Hasil dari analisa sikap kerja OWAS terdiri dari empat level skala sikap

kerja yang berbahaya bagi para pekerja dapat dilihat pada Tabel 3.5. sebagai

berikut:

Tabel 3.5. Empat Kategori Tindakan OWAS

Kategori Tindakan Tindakan

1 Aman

2 Diperlukan beberapa waktu ke depan

3 Tindakan dalam waktu dekat

4 Tindakan sekarang juga

1. Kategori 1 : Pada sikap ini tidak masalah pada sistem musculoskeletal.

Tidak perlu perbaikan.

2. Kategori 2 : Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (sikap

kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu

perbaikan dimasa yang akan datang.

3. Kategori 3 : Pada sikap ini berbahaya bagi sistem musculoskeletal (sikap

kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan). Perlu

(49)

4. Kategori 4 : Pada sikap ini berbahaya bagi sistem musculoskeletal (sikap

kerja ini mengakibatkan resiko yang jelas). Perlu perbaikan

secara langsung saat ini.

Berikut ini merupakan tabel kategori tindakan kerja OWAS secara

keseluruhan, berdasarkan kombinasi klasifikasi sikap dari punggung, lengan, kaki,

dan beban berat. Sebagai contoh seorang operator yang sedang bekerja dapat

dilihat pada Gambar 3.5. sebagai berikut :

Gambar 3.5. Posisi Sikap Kerja

Dari Gambar 3.5 di atas maka dapat dibuat skor dari postur kerja yang

[image:49.595.246.377.333.466.2]

dapat dilihat pada Tabel 3.6. sebagai berikut :

Tabel 3.6. Ovako Working Postures Analysis (OWAS)

Bagian Tubuh Kode

OWAS

Deskripsi Postur

Punggung (Back) 4 Bungkuk ke depan dan miring ke samping

Lengan (Arms) 1 Kedua tangan di bawah bahu

(50)

Pekerjaan yang dilakukan operator untuk mendapatkan Action Code yang

dapat dilihat pada Tabel 3.7. berikut ini :

Tabel 3.7. Action Code Ovako Working Postures Analysis (OWAS)

Analysis Of Work Activities

Back Arms

1 2 3 4 5 6 7 Legs

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Load

1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 2 2 3 1 1 1 1 1 2

2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3

2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 2 3 4

3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

1 1 1 1 1 1 1 1 2 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 1

2 2 3 1 1 1 1 1 2 4 4 4 4 4 4 3 3 3 1 1 1

2 2 3 1 1 1 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1

2 3 3 2 2 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

(51)

Dari Tabel analisis perhitungan OWAS dari gambar di atas didapat bahwa

Action Code = 2. Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (sikap

kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu

perbaikan dimasa yang akan datang.

3.7. Pengolahan Data Dimensi Tubuh

Data anthropometri yang diperoleh selanjutnya akan ditentukan diolah

dengan menentukan nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan minimum

untuk masing-masing dimensi tubuh yang diukur. Lalu data tersebut akan diuji

keseragaman data, kecukupan data, uji distribusi normal dengan

Kolmogorov-Smirnov Test. Data yang akan diolah sebanyak 4 dimensi tubuh yang akan

digunakan.

3.7.1. Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, dan Nilai Maksimum dan

Minimum

Adapun persamaan yang digunakan dalam menghitung nilai rata-rata,

standard deviasi, nilai minimum dan maksimum pada setiap pengukuran adalah :

1. Nilai rata-rata

n X n

X X

X + + + n =

n

=

(52)

Dimana: n = Banyaknya pengamatan

n

X

Σ = Jumlah pengamatan ke n

X = Nilai rata-rata

2. Nilai Minimum dan Maksimum

Nilai minimum adalah nilai terkecil dari data pengukutan setelah data

diurutkan sedangkan nilai maksimum adalah nilai yang terbesar dari data hasil

pengukuran setelah data diurutkan.

3. Nilai Standard Deviasi

Untuk menentukan nilai standard deviasi yaitu standart penyimpangan dari

nilai rata-ratanya pada masing-masing dimensi tubuh hasil pengukuran dapat

ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

(

)

1

2

− −

=

n X Xi

σ

Dimana : N = Jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan

X = Nilai rata-rata σ = Standart deviasi

3.7.2. Uji Keseragaman Data

Uji keseragaman data merupakan suatu proses pengendalian bagian data

yang ditolak atau tidak seragam karena tidak memenuhi kriteria. Apabila dalam

(53)

tersebut akan langsung ditolak dan kemudian akan dilakukan revisi dari data yang

tidak seragam dengan cara membuang data yang out of control tersebut dan

melakukan perhitungan kembali. Pada percobaan ini digunakan tingkat ketelitian

5% dan tingkat keyakinan 95%.

Untuk menguji keseragaman data digunakan peta kontrol dengan persamaan

berikut :

σ 2 + =X

BKA BKB= X −2σ

Jika X min > BKB dan Xmax < BKA maka Data Seragam

Jika X min < BKB dan Xmax > BKA maka Data Tidak Seragam

3.7.3. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data digunakan untuk menganalisa jumlah pengukuran,

dimana tujuannya untuk membuktikan bahwa data sampel yang diambil sudah

mewakili populasi. Untuk uji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5%

(k=0,05) dan tingkat keyakinan 95% (z = 2) digunakan persamaan :

( )

2 2 2 '           =

X X X N s k N

Dimana: k = nilai z pada tabel normal dari tingkat keyakinan

s = Tingkat ketelitian

Maka:

(54)

( )

2 2 2 40 '           =

X X X N N

Jika, N`<N maka data sudah cukup untuk melakukan perancangan

N`>N maka data belum cukup untuk melakukan perancangan.

3.7.4. Uji Distribusi Normal dengan Kolmogorov-Smirnov Test

Uji Normal dengan Kolmogorov-Smirnov Test digunakan untuk Uji

kesesuaian antara frekuensi hasil pengamatan dengan frekuensi yang diharapkan,

yang tidak memerlukan anggapan tertentu tentang bentuk distribusi populasi dari

mana sampel diambil.

Uji Kolmogorov-Smirnov Test yang diperbandingkan adalah distribusi

frekuensi komulatif hasil pengamatan dengan distribusi komulatif yang

diharapkan. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pengujian ini adalah :

1. Data dari hasil pengamatan mengenai dimensi Panjang Telapak Kaki

diurutkan mulai dari nilai pengamatan terkecil sampai nilai

pengamatan terbesar.

2. Dari data pengamatan yang telah diurutkan dan diberi nomor,

selanjutnya hitung nilai Fa(X)-nya, yaitu dengan:

(55)

3. Hitung nilai Z.

σ X X Z = −

4. Dari nilai Z yang didapat, cari nilai Fe(X) dengan melihat tabel

distribusi normal.

5. Hitung selisih nilai Fa(X) dengan Fe(X) dan diberi tanda mutlak, serta

notasikan dengan D.

D = |Fa(X) – Fe(X)|

6. Setelah mendapatkan semua nilai D, maka cari Dmaks dan bandingkan

dengan nilai Dα yang didapatkan dari tabel nilai D untuk Uji

Kolmogorov-Smirnov.

Kriteria pengambilan keputusannya adalah:

Ho diterima apabila D ≤ Dα

Ho ditolak apabila D ≥ Dα

3.7.5. Perhitungan Persentil

Perhitungan persentil digunakan untuk mengetahui nilai yang menyatakan

bahwa pada persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama

dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut dimana tujuannya untuk membuktikan

bahwa data sampel yang diambil sudah mewakili populasi.

Perhitungan persentil bukanlah merupakan suatu hasil akhir, tetapi hanya

merupakan penunjuk interval (letak) dari data yang akan dicari. Hasil perhitungan

(56)

Pemakaian nilai persentil yang biasa diaplikasikan dalam perhitungan

[image:56.595.233.442.221.474.2]

anthropometri dapat dilihat pada Tabel 3.8. sebagai berikut :

Tabel 3.8. Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal

Persentil Perhitungan

1- th X - 2,325

2,5 – th X - 1,96

5 – th X - 1,645

10 – th X - 1,28

50 – th X

90 – th X + 1,28

95 – th X + 1,645

97,5 – th X + 1,96

99 – th X + 2,325

3.8. Usulan Perbaikan Postur Kerja8

Perbaikan postur kerja berprinsip untuk mendapatkan perbaikan sistem

kerja yang benar dan efisien dari sistem kerja yang ada. Untuk dapat memperbaiki

postur kerja yang benar, seorang perancang kerja harus dapat menguasai dan

mengendalikan faktor-faktor yang membentuk suatu sistem kerja.

Ada 4 macam komponen sistem kerja yang harus dipelajari guna

memperoleh sistem kerja yang sebaik-baiknya yaitu :

8

(57)

1. Komponen Material

Bagaimana cara menempatkan material, jenis material yang mudah

diproses dan lain-lain. Material yang dimaksud adalah bahan baku, supplies

(komponen parts dan lain-lain), produk lain, limbah dan sebagainya.

2. Komponen Manusia

Bagaimana sebaiknya postur kerja operator pada saat bekerja berlangsung

agar mampu memberikan gerakan-gerakan kerja dan postur kerja yang baik

(duduk, berdiri, jongkok, merunduk dan lain sebagainya).

3. Komponen Mesin

Bagaimana desain dari mesin dan peralatan kerja lainnya, apakah sesuai

dengan prinsip ergonomi.

4. Komponen Lingkungan Kerja Fisik

Bagaimana kondisi lingkungan kerja fisik tempat operasi kerja tersebut

(58)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap operator di terminal kargo pada bagian

X-Ray. Pengambilan data dan foto dilakukan dari tanggal 15 Februari 2010 sampai

tanggal 14 Maret 2010 dan penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Juni

2010.

4.2. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa deskriptif

dimana menganalisis pekerjaan dan aktivitas yang dikerjakan. Penelitian yang

dilakukan bertujuan untuk menyelidiki aktivitas dan pekerjaan yang dilakukan

manusia secara lebih terperinci. Hasil-hasil penelitian yang telah dilakuka n

diharapkan dapat memberikan informasi-informasi untuk keperluan suatu

perusahaan dikemudian hari.

4.3. Objek Penelitian

Adapun objek penelitian yang diamati adalah operator yang bekerja di

terminal kargo pada bagian X-Ray di PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara

(59)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Metode-metode yang dilakukan dalam melakukan pengumpulan data

terdiri dari :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan penelitian

secara langsung di lapangan. Data primer yang dimaksud adalah data dari hasil

penilaian postur kerja operator dan data anthropometri tubuh operator di terminal

kargo pada bagian X-Ray.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur dan

referensi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dan juga data yang

diperoleh dari perusahaan, yaitu gambaran umum dan sejarah perusahaan,

organisasi dan manajemen perusahaan.

Pengumpulan data yang perlu dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian dengan

melaksanakan pengamatan terhadap postur kerja operator.

2. Melakukan wawancara dengan karyawan yang dapat memberikan

informasi yang diperlukan untuk penyelesaian masalah yang ada.

3. Melakukan studi literatur yang dapat memberikan masukan untuk

(60)

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan Kamera Digital untuk melihat dan mengambil postur kerja

yang akan dianalisis, Meteran dan Body Martin untuk mengukur anthropometri

tubuh operator serta mencatat data-data yang dibutuhkan dengan menggunakan

peralatan tulis yang tersedia.

4.6. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan Penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan di

lapangan untuk dapat melaksanakan penelitian yang telah direncanakan.

langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian di lapangan adalah :

1. Melaksanakan studi literatur

Studi literatur dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori yang akan

digunakan untuk pencapaian tujuan penelitian khususnya mengenai postur

kerja yang alami dengan menggunakan metode OWAS.

2. Melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian

Pengamatan langsung dilakukan pada perusahaan tersebut dengan

melakukan wawancara dengan pihak perusahaan dan operator yang akan

(61)

3. Mengidentifikasi tujuan dan permasalahan

Pengidentifikasi masalah dilakukan berdasarkan studi pendahuluan dan

studi literatur. Permasalahan yang diidentifikasi pada perusahaan tersebut

yaitu perbaikan postur kerja dengan metode OWAS.

4. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer yang dimaksud adalah data dari hasil penilaian postur

kerja operator dan data anthropometri di terminal kargo pada bagian

X-Ray.

2. Data Sekunder

Data-data yang diperoleh seperti gambaran umum perusahan,

sejarah perusahaan, struktur organisasi dan manajemen perusahaan.

5. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari pengumpulan data selanjutnya diolah untuk

mendapatkan suatu gambaran tentang postur kerja yang dilakukan operator

dalam melakukan pekerjaannya.

6. Analisa Pemecahan Masalah

Hasil pengolahan data tersebut dianalisa dan dievaluasi untuk

menghasilkan suatu rancangan untuk memperbaiki postur kerja operator.

(62)

7. Kesimpulan dan Saran

Menguraikan secara singkat hasil dari penelitian setelah dianalisa dan

dievaluasi dan memberikan saran yang membangun baik itu untuk

perusahaan dan juga operator.

Berikut ini adalah Block Diagram prosedur penelitian yang dapat dilihat

(63)

Data Primer

- Pembagian aktivitas operator

- Pengamatan postur kerja dengan Kamera Digital - Data postur kerja operator

- Data anthropometri opeerator

Data Skunder

- Mengumpulkan data berdasarkan dari dokumen perusahaan

Pengolahan Data

- Menghitung data postur kerja operator dengan metode OWAS - Menghitung data anthroometri operator yaitu dengan menghitung :

- rata-rata - uji keseragaman data - menghitung persentil

- standar deviasi - uji kecukupan data - nilai maksimum dan minimum - uji kolmogorov-smirnov

Kesimpulan dan Saran Analisis Pemecahan Masalah

- Analisis postur kerja yang dapat menimbulkan kelelahan - Analisis postur kerja berdasarkan kondisi saat sekarang

- Pemecahan masalah usulan rancangan konseptual operator bagian X-Ray

Identifikasi Masalah dan Penetapan Tujuan

Pengumpulan data Studi Pendahuluan

Studi Literatur dan Studi Lapangan

[image:63.595.115.478.149.611.2]

(Melakukan pengamatan langsung di PT.(Persero) Angkasa Pusa II Bandar Udara Polonia Medan)

(64)

4.7. Pengolahan Data

Data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di daerah terminal

kargo dan akan diolah dengan menggunakan metode OWAS (Ovako Working

Posture Analysis System) sehingga pada akhirnya dapat diperoleh kesimpulan dari

analisis dan evaluasi yang dilakukan. Pengolahan data yang dilakukan adalah :

1. Menganalisa data dengan metode OWAS

Tahapan-tahapan pengolahan data yang dilakukan dengan metode OWAS

adalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi tahapan-tahapan/fase kerja.

b. Mengidentifikasi beban kerja operator

c. Mengidentifikasi postur kerja operator.

d. Pemberian skor berdasarkan sikap dan postur kerja operator.

e. Melakukan perhitungan terhadap skor dari setiap elemen kerja yang

diamati sehingga diperoleh kategori tindakan yang perlu dilakukan.

2. Menghitung keluhan musculoskletal dengan SNQ (Standard Nordic

Questionnaire)

3. Melakukan perhitungan anthropometri tubuh operator

a. Perhitungan rata-rata, standar deviasi, dan nilai maksimum dan

minimum.

b. Uji keseragaman data

c. Uji kecukupan data

d. Uji distribusi normal dengan kolmogorov-smirnov test

(65)
[image:65.595.147.475.194.643.2]

Berikut ini adalah Block Diagram pengolahan data yang dapat dilihat pada

Gambar 4.2. berikut ini :

Mulai

Mulai

Menganalisa Postur Kerja dengan Metode OWAS

Menganalisa Postur Kerja dengan Metode OWAS

Selesai

Selesai

Perhitungan anthropometri tubuh operator 1. Menghitung rata-rata,

2. Standar deviasi,

3. Nilai maksimum dan nilai minimum 4. Uji Keseragaman Dan kecukupan data

Uji kecukupan data

5. Uji Normal dengan Kolmogorov Smirnov Test

6. Perhitungan Persentil

Perhitungan anthropometri tubuh operator 1. Menghitung rata-rata,

2. Standar deviasi,

3. Nilai maksimum dan nilai minimum 4. Uji Keseragaman Dan kecukupan data

Uji kecukupan data

5. Uji Normal dengan Kolmogorov Smirnov Test

6. Perhitungan Persentil

Melakukan Perhitungan Anthropometri Tubuh Operator

Melakukan Perhitungan Anthropometri Tubuh Operator

n X n

X X

X+ + + n=∑ n

=

Χ 1 2 ....

( )

1

2

− −

= ∑ n

X Xi σ σ 2 + =X

B K A B K B=X−2σ

( ) 2 2 2 40 '           = ∑ ∑ ∑ X X X N N

Melakukan Perhitungan Musculoskletal

Melakukan Perhitungan Musculoskletal

(66)

4.8. Analisa Data

Berdasarkan penelitian dengan metode OWAS maka akan didapatkan

berbagai kategori tindakan terhadap postur kerja operator. Dari kategori tindakan

ini diidentifikasikan dan dianilisis fasilitas penyebab postur kerja yang tidak alami

yaitu postur kerja yang terlalu membungkuk, banyak memutar dan gerakan

melangkah. Hasil analisis digunakan untuk memperbaiki fasilitas dan tata letak

(67)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Data-data yang dikumpulkan meliputi deskripsi tugas operator,data postur

kerja operator di UBGK (unit bisnis gudang kargo), fasilitas-fasilitas kerja dan

data anthropometri.

5.1.1. Deskripsi Tugas Operator

Operator-operator yang ada di terminal kargo Polonia khususnya di bagian

X-Ray terdiri dari 16 orang operator, dimana operator bekerja dengan dua shift

yang terdiri dari :

1. Shift I : Pukul 05.00 – 14.00 WIB, terdiri dari 8 (delapan) orang operator.

2. Shift II : Pukul 14.00 s/d selesai, terdiri dari 8 (delapan) orang operator.

Pekerjaan yang dilakukan operator tersebut adalah mengangkat barang

dari conveyor rolling dan disusun ke trolley untuk dibawa ke pesawat. Adapun

tugas-tugas operator yang terdiri dari 8

Gambar

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia
Tabel 3.1. Skor Bagian Belakang (back)
Gambar 3.2. Postur Tubuh Bagian Lengan (arms)
Tabel 3.6. Ovako Working Postures Analysis (OWAS)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdsarakan hasil penilaian postur kerja dengan menggunakan metode OWAS, diketahui bahwa distribusi risiko postur kerja pada pekerja kuli panggul di Pasar Bunder Sragen sebanyak

Sikap Kaki dengan kategori 2 SDGD VHJPHQ ³EHUGLUL EHUWXPSX SDGD SDGD NHGXD NDNL GHQJDQ OXWXW WHUWHNXN´ untuk semua pekerja, sHJPHQ ³EHUGiri bertumpu pada pada kedua kaki dengan lutut

Kaki dengan kategori 2 pada segmen “berdiri bertumpu pada pada kedua kaki dengan lutut tertekuk” untuk semua pekerja, s egmen “berd iri bertumpu pada pada kedua kaki dengan lutut

Berdasarkan tabel analisa postur kerja menggunakan metode OWAS maka skor OWAS yaitu 4111 termasuk pada kategori 2 (perlu dilakukan perbaikan). Inspeksi

CV Lampung Aspalindo merupakan suatu badan usaha yang berjalan pada bidang industri manufaktur. Badan usaha ini memproduksi produk drum besi khususnya untuk produk aspal dalam drum dari produk setengah jadi hingga produk yang dapat dijual. Permasalahan perusahaan saat ini ialah belum mengkhususkan perhatiannya kepada kondisi lingkungan kerja, dan tidak ada divisi/subdivisi yang dikhususkan untuk masalah tersebut. Masalah tempat kerja yang didapati antara lain tidak terdapatnya marker line di daerah pengerjaan produksi seperti area bahan baku, mesin, dan lain-lain. Hal lain yang ditemukan ialah beberapa barang personal pekerja dan peralatan kerja belum memiliki lokasi yang ditentukan. Pekerja di area produksi masih belum memperhatikan kondisi kebersihan dan tidak ada rotasi jadwal tugas pembersihan. Hasil dari penelitian ini adalah penilaian checklist audit di area produksi yang mendapat nilai sebesar 26% dan masuk kategori buruk, maka peluang penerapan 5S di area produksi CV Lampung Aspalindo sangat perlu untuk memperbaiki lingkungan kerja. Berdasarkan nilai evaluasi sebelum perbaikan didapatkan nilai sebesar 35% dan setelah dilakukan implementasi 5S didapatkan nilai sebesar 77%. Terdapat 11 implementasi yang berhasil dilakukan dan terdapat 6 usulan yang diharapkan dapat diimplementasikan di CV Lampung

Hasil dari penelitian ditemukan usulan perbaikan postur kerja baru, diuji dengan uji kelayakan usulan postur kerja dengan waktu sekitar 1 hingga 2 bulan dan pengisian kuisioner Nordic