USULAN PERBAIKAN POSTUR KERJA OPERATOR
DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVAKO WORKING
POSTURE ANALYSIS SYSTEM (OWAS) DI TERMINAL
KARGO POLONIA
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
Ade Irma
NIM. 080423068
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
USULAN PERBAIKAN POSTUR KERJA OPERATOR
DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVAKO WORKING
POSTURE ANALYSIS SYSTEM (OWAS) DI TERMINAL
KARGO POLONIA
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
ADE IRMA
NIM. 080423068
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
(Ir. Poerwanto, M.Sc) (Ir. Ukurta Tarigan,MT)
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat,
lindungan-Nya dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini dengan baik. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang wajib
dilaksanakan untuk menyelesaikan program studi Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengajukan judul “Usulan Perbaikan
Postur Kerja Operator Dengan Menggunakan Metode Ovako Working
Posture Analysis System (OWAS) di Terminal Kargo Polonia”.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf jika ada
kesalahan maupun kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Semoga dengan
dibuatnya Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.
Medan, Juni 2010
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada penulisan dan penyelesaian Tugas Akhir ini penulis bersyukur atas
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak sehingga saya tidak lupa
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada :
1. Allah SWT Sang Penciptaku atas kelancaran, kemudahan dan
kemurahan-Nya dalam memberikan rahmat dan petunjuk-kemurahan-Nya hingga terselesainya Tugas
Akhir ini.
2. Keluargaku Tercinta Ayahanda Tiram Barus dan Ibunda Dra. Riahta Bangun
serta adik Kurnianta Barus dan Amelia Barus, terima kasih atas do’a dan
dukungan baik dari segi moral dan materi hingga terselesaikannya Tugas
Akhir ini.
3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Ketua Jurusan Departemen Teknik
Industri Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir. Poerwanto, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing I, terima kasih banyak
atas waktu, bimbingan, saran dan kritiknya sehingga terselesaikannya Tugas
Akhir ini.
5. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT, selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih
banyak atas waktu, bimbingan, saran dan kritiknya sehingga terselesaikannya
Tugas Akhir ini.
6. Bapak Ir. Sugih Arto Pujongkoro, MM, selaku Koordinator Tugas Akhir
Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara yang telah
7. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan. M.Sc, ibu Ir. Dini Wahyuni, MT, bapak
Ikhsan Siregar,ST. M.Eng selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
saran dan masukan hingga terselesainyaTugas Akhir ini.
8. Seluruh Pimpinan dan Pegawai PT. Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia
Medan yang telah memberikan waktunya sehingga penulis mendapatkan
data-data, informasi dan masukan serta bantuan dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
9. Mahran Hidayat Nasution, SST terima kasih atas do’a, dukungan dan
dorongan serta perhatian yang diberikan selama penyelesaian Tugas Akhir.
10. Sahabatku tercinta : Dewi Setiowati, Melli Sribina, Dessy Alemina, RM. Tri
Cipto Sudarsono, Dien Veronika, Utami Sartika dan semuanya yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
11. Sahabat-sahabatku stambuk 2004 Teknik Manajemen Pabrik yang
memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
12. Staff pengajar Departemen Teknik Industri, Staff Tata Usaha, Staff
perpustakaan dan para pegawai di Departemen Teknik Industri.
13. Berbagai pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas
dukungannya dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
Medan, Juni 2010
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
I. PENDAHULUAN ... I-1
1.1. Latar Belakang ... I-1
1.2. Perumusan Masalah ... I-2
1.3. Tujuan dan Manfaat ... I-2
1.4. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-3
1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-4
II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1
2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-3
2.3. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-5
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
III. TINJAUAN PUSTAKA ... III-1
3.1. Ergonomi ... III-1
3.2. Postur Kerja ... III-4
3.3. Muskuloskletal ... III-6
3.4. Kelelahan... III-9
3.5. Anthropometri ... III-10
3.6. Penilainan Postur Kerja Dengan Metode OWAS... III-11
3.7. Pengolahan Data Dimensi Tubuh ... III-21
3.7.1. Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi dan Nilai
Maksimum dan Minimum ... III-21
3.7.2. Uji Keseragaman Data ... III-22
3.7.3. Uji Kecukupan Data ... III-23
3.7.4. Uji Distribusi Normal Dengan Kolmogorov Smirnov
Test ... III-24
3.7.5. Perhitungan Persentil ... III-26
3.8. Usulan Perbaikan Postur Kerja ... III-27
IV. METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1
4.2. Rancangan Penelitian ... IV-1
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
4.4. Metode Pengumpulan Data ... IV-2
4.5. Instrumen Penelitian ... IV-3
4.6. Pelaksanaan Penelitian ... IV-3
4.7. Pengolahan Data ... IV-6
4.8. Analisis Data ... IV-8
V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1
5.1. Pengumpula Data ... V-1
5.1.1. Deskripsi Tugas Operator ... V-1
5.1.2. Postur Kerja Operator di UBGK ( Unit Bisnis
Gudang Kargo) ... V-2
5.1.3. Fasilitas-fasilitas Kerja ... V-6
5.1.4. Data Anthropometri Tubuh Operator ... V-8
5.2. Pengolahan Data ... V-8
5.2.1. Analisa Data Postur Kerja Dengan Metode OWAS ... V-8
5.2.2. Data Keluhan Muskuloskeletal ... V-23
5.2.3. Perhitungan Anthropometri Tubuh Operator ... V-27
5.2.2.1. Perhitungan Rata-rata, Standart Deviasi dan
Nilai Maksimum dan Minimum ... III-29
5.2.2.2. Standart Deviasi ... III-29
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
5.2.2.3. Uji Keseragaman Data ... III-30
5.2.2.4. Uji Kecukupan Data ... III-34
5.2.2.5. Uji Distribusi Normal Dengan Kolmogorov
Smirnov Test ... III-35
5.2.2.6. Perhitungan Persentil ... III-40
VI. ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1
6.1. Analisis Postur Kerja Operator Tenaga Porter ... VI-1
6.2. Analisis Postur Kerja Operator Tenaga Porter
Pada Saat Sekarang Di Bagian X-Ray ... VI-2
6.3. Pemecahan Masalah Usulan Rancangan Konseptual
Operator Tenaga Porter Bagian X-Ray ... VI-4
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1
7.1. Kesimpulan ... VII-1
7.2. Saran ... VII-2
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
3.1. Skor Bagian Belakang (back) ... III-13
3.2. Skor Bagian Lengan (arms) ... III-14
3.3. Skor Bagian Kaki (legs) ... III-15
3.4. Skor Berat Beban OWAS ... III-16
3.5. Empat Kategori Tindakan OWAS ... III-18
3.6. Ovako Working Posture Analysis System (OWAS) ... III-19
3.7. Ovako Working Posture Analysis System (OWAS) ... III-20
3.8. Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal ... III-26
5.1. Data Pengukuran Dimensi Tubuh Operator... V-8
5.2. Penilaian Postur Kerja Tahapan Persiapan Ovako Working
Posture Analysis System (OWAS) ... V-9
5.3. Penilaian Postur Kerja Ovako Working Posture Analysis
System (OWAS) ... V-10
5.4. Penilaian Postur Kerja Tahapan Persiapan
Ovako Working Postures Analysis System (OWAS) ... V-11
5.5. Penilaian Postur Kerja Operator dengan Ovako Working
Postures Analysis System (OWAS) ... V-12
5.6. Penilaian Postur Kerja Tahapan Persiapan
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
5.7. Penilaian Postur Kerja Operator dengan Ovako Working
Postures Analysis System (OWAS) ... V-14
5.8. Penilaian Postur Kerja Tahapan Persiapan
Ovako Working Postures Analysis System (OWAS) ... V-15
5.9. Penilaian Postur Kerja Operator dengan Ovako Working
Postures Analysis System (OWAS) ... V-16
5.10. Penilaian Postur Kerja Tahapan Persiapan
Ovako Working Postures Analysis System (OWAS) ... V-17
5.11. Penilaian Postur Kerja Operator dengan Ovako Working
Postures Analysis System (OWAS) ... V-18
5.12. Penilaian Postur Kerja Tahapan Persiapan
Ovako Working Postures Analysis System (OWAS) ... V-19
5.13. Penilaian Postur Kerja Operator dengan Ovako Working
Postures Analysis System (OWAS) ... V-20
5.14. Penilaian Postur Kerja Tahapan Persiapan
Ovako Working Postures Analysis System (OWAS) ... V-21
5.15. Penilaian Postur Kerja Operator dengan Ovako Working
Postures Analysis System (OWAS) ... V-22
5.16. Data Hasil Rekapitulasi Standard Nordic Questionnaire ... V-25
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
5.18. Bagian Tubuh Operator yang Diukur ... V-28
5.19. Perhitungan Rata-rata, Standart Deviasi,
Nilai Maksimum dan Minimum ... V-30
5.20. Hasil Perhitungan Uji Keseragaman Data ... V-31
5.21. Perhitungan Uji Keseragaman Data ... V-34
5.22. Perhitungan Uji Kecukupan Data ... V-35
5.23. Uji Normal Kolmogorov-Smirnov Tinggi Badan Tegak ... V-36
5.24. Uji Normal Kolmogorov-Smirnov Tinggi Bahu Berdiri ... V-37
5.25. Uji Normal Kolmogorov-Smirnov Tinggi Siku Tegak ... V-38
5.26. Uji Normal Kolmogorov-Smirnov Jangkauan Tangan ... V-39
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Struktur Organisasi PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar
Udara Polonia Medan ... II-7
3.1. Postur Tubuh Bagian Belakang (Back) ... III-12
3.2. Postur Tubuh Bagian Lengan (arms) ... III-13
3.3. Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs) ... III-14
3.4. Ukuran Beban (Load) ... III-15
3.5. Posisi Sikap Kerja ... III-19
4.1. Block Diagram Prosedur Penelitian ... IV-5
4.2. Block Diagram Pengolahan Data ... IV-7
5.1. Tahapan Persiapan ... V-2
5.2. Proses Menjangkau ... V-2
5.3. Proses Mengangkat ... V-3
5.4. Proses Membawa Barang ke Trolley ... V-4
5.5. Proses Melepas dan Menyusun Barang di atas Trolley layer 1 ... V-4
5.6. Proses Melepas dan Menyusun Barang di atas Trolley layer 2 ... V-5
5.7. Proses Melepas dan Menyusun Barang di atas Trolley layer 3 ... V-6
5.8. Conveyor ... V-6
5.9. Kereta Sorong ... V-7
5.10. Trolley... V-7
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
GAMBAR HALAMAN
5.12. Proses Menjangkau ... V-11
5.13. Proses Mengangkat ... V-13
5.14. Proses Membawa Barang ke Trolley ... V-15
5.15. Proses Melepas dan Menyusun Barang di atas Trolley layer 1 ... V-17
5.16. Proses Melepas dan Menyusun Barang di atas Trolley layer 2 ... V-19
5.17. Proses Melepas dan Menyusun Barang di atas Trolley layer 3 ... V-21
5.18. Peta Tubuh Keluhan Muculoskeletal ... V-26
5.19. Peta Kontrol Tinggi Badan Tegak ... V-32
5.20. Peta Kontrol Tinggi Bahu Berdiri ... V-32
5.21. Peta Kontrol Tinggi Siku Tegak ... V-33
5.22. Peta Kontrol Jangkauan Tangan ... V-33
6.1. Layout Sekarang ... VI-3
6.2. Layout Usulan ... VI-5
6.3. Peralatan Kereta Sorong Usulan ... VI-7
6.4. Trolley Usulan ... VI-8
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
Lampiran 1. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Perusahaan ... L-1
Lampiran 1. Jam Kerja dan Sistem Pengupahan dan Fasilitas ... L-8
Lampiran 3. Gambar Kereta Sorong (Hand truck) ... L-12
Lampiran 4. Gambar Trolley ... L-13
Lampiran 6. Tabel Distribusi Normal ... L-14
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Postur kerja yang salah sering diakibatkan oleh letak fasilitas yang kurang
sesuai dengan Anthropometri operator sehingga mempengaruhi kinerja operator.
Postur kerja yang tidak alami misalnya postur kerja yang selalu berdiri, jongkok,
membungkuk, mengangkat dan mengangkut dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan ketidaknyamanan dan nyeri pada salah satu anggota tubuh.
Kelelahan dini pada pada pekerja juga dapat menimbulkan penyakit akibat kerja
dan kecelakaan kerja yang mengakibatkan pekerja tersebut cacat bahkan dapat
menyebabkan kematian.
Penelitian ini dilakukan di PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara
Polonia Medan pada operator di bagian X-Ray. Secara umum departemen ini
melakukan pengangkatan barang untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan.
Operator yang diamati adalah operator yang bekerja di terminal kargo pada bagian
pengangkatan barang oleh operator ke dalam trolly.
Beban angkat yang berat dan gerakan-gerakan yang banyak dilakukan
dapat menyebabkan timbulnya kelelahan musculoskeletal disorders (kesalahan
pembebanan pada otot dan rangka) dan hal ini dapat mengurangi kinerja operator
barang-barang tersebut melewati X-Ray. Hal ini disebabkan karena kurang baiknya posisi
dan sikap kerja dari operator tersebut.
Apabila postur kerja dan metode kerja tersebut berlangsung dalam waktu
lama maka akan menyebabkan penyakit akibat kerja. Oleh karena itu dilakukan
usulan perbaikan metode kerja operator dengan metode Ovako Working Posture
Analysis System (OWAS) di terminal kargo untuk meningkatkan produktivitas
kerja karyawan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi
permasalahan yang ada pada suatu perusahaan perlunya dilakukan perbaikan
postur kerja untuk menghindari penyakit-penyakit akibat kerja sehingga
produktivitas kerja karyawan akan meningkat.
1.3. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasikan tata letak komponen yang menyebabkan resiko gangguan
tubuh operator.
2. Penilaian posisi postur kerja operator dan menentukan penyebab kesalahan
postur kerja serta menentukan tindakan-tindakan yang diperlukan dengan
3. Melakukan usulan perbaikan postur kerja atau fasilitas kerja agar postur kerja
menjadi alami seperti dengan mengurangi gerakan-gerakan membungkuk,
memutar serta melangkah.
Manfaat yang dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Dapat memahami penerapan metode OWAS untuk memecahkan permasalahan
yang ada di lapangan.
2. Dapat merancang dan memperbaiki postur kerja yang tidak alami.
3. Sebagai pedoman bagi perusahaan bagaimana postur kerja yang alami dan
fasilitas kerja yang efisien sehingga perusahaan dapat memperbaiki
postur kerja yang ada.
4. Menjalin kerja sama antar Perusahaan dengan Departemen Teknik Industri
Universitas Sumatera Utara.
1.4. Batasan Masalah dan Asumsi
Batasan Masalah yang dilakukan adalah :
1. Penelitian dilakukan di terminal kargo polonia pada operator
pengangkatan barang yang memiliki postur kerja yang tidak alami yaitu
sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi
posisi alaminya seperti punggung yang terlalu membungkuk, gerakan
memutar dan sebagainya.
2. Penelitian ini difokuskan hanya untuk meneliti bagaimana postur kerja
menyusun barang ke trolly yang menyebabkan menurunnya produktivitas
kerja operator tersebut.
Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Operator yang melakukan pekerjaan adalah pekerja normal dan bekerja
secara wajar.
2. Kondisi lingkungan kerja baik dan memenuhi persyaratan.
3. Operator telah terbiasa dengan pekerjaan yang dilakukannya.
4. Kondisi peralatan dan fasilitas lain yang digunakan berada dalam kondisi
normal.
1.5. Sistematika Penulisan Laporan
Adapun sistematika penulisan Tugas Sarjana adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi
yang digunakan.
BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Mengemukakan sejarah singkat perusahaan tempat dilakukannya
penelitian, ruang lingkup bidang usaha serta struktur organisasi dan
manajemen dari perusahaan tersebut.
BAB III : TINJAUAN PUSTAKA
Menyajikan dan menampilkan tinjauan kepustakaan yang berisi teori
dan pemecahan masalah seperti menjelaskan defenisi ergonomi,
postur kerja, musculoskletal, kelelahan, anthropometri, penilaian
postur kerja dengan metode OWAS, serta pengolahan data dimensi
tubuh dengan menghitung rata-rata, standard deviasi, nilai
maksimum dan minimum, uji keseragaman data, uji kecukupan data,
uji distribusi normal dengan kolmogorov smirnov dan menghitung
persentil.
BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN
Mendefenisikan langkah-langkah yang digunakan untuk mencapai
tujuan penelitian seperti tempat dan waktu penelitian, rancangan
penelitian, objek penelitian, metode pengumpulan data, instrumen
penelitian, pelaksanaan penelitian, pengolahan data dan analisa data.
BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Memuat data yang dikumpulkan oleh peneliti di lokasi penelitian
baik dari data primer maupun dari data sekunder. Data yang diambil
adalah data tugas-tugas operator, data postur kerja operator, fasilitas
kerja yang digunakan serta data anthropometri tubuh operator. Pada
pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode OWAS.
BAB VI : ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Menyatakan hasil pengolahan data seperti analisa postur kerja
operator, analisa postur kerja operator pada saat sekarang, analisa
postur kerja operator usulan dan pemecahan masalah usulan
BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN
Membuat kesimpulan dari hasil analisis pemecahan masalah dan
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
Bandar udara adalah suatu tempat untuk tinggal landas dan mendaratnya
pesawat udara, naik turunnya penumpang, membongkar dan memuat pos, barang,
hewan dan tanaman, termasuk segala fasilitas penunjang penyelenggara
kegiatannya, fasilitas keselamatan penerbangan dan usaha penunjang penerbangan
lainnya.
Perkembangan Bandar Udara Polonia Medan setiap tahun semakin
meningkat baik dari segi pemakai jasa angkutan udara, sisi operasional maupun
fasilitas keselamatan penerbangan yang didukung dengan peralatan modern dan
canggih. Seluruh perkembangan dan kemajuan ini tidak terlepas dari dukungan
pelaku sejarah dan para perintis yang telah banyak berjasa membangun Bandar
Udara Polonia Medan.
Pada awal Bandar Udara Polonia Medan dibangun tahun 1872 oleh Baron
Mischalsky, seorang bangsa Polandia yang mendapat konsesi dari pemerintah
Hindia Belanda untuk membuka perkebunan tembakau di Sumatera Timur di
daerah Medan. Kemudian beliau menamakan daerah konsesinya dengan nama
“Polonia”. Tahun 1924 Mr. Van Derhoop menerbangkan pesawat kecilnya
“Fokker” dari Eropa ke wilayah Hindia Belanda dengan jangka waktu 20 jam
1928 lapangan terbang Polonia dibuka secara resmi, ditandai dengan mendaratnya
6 (enam) pesawat udara milik KNILM.
Pada tahun 1936 Bandar Udara Polania untuk pertama kalinya
mengadakan perbaikan dengan landasan pacu sepanjang 600 meter. Pada tahun
1948, sesudah masa kemerdekaan Negara Republik Indonesia, kembali di beli
oleh Pemerintah Hindia Belanda setelah dikuasai oleh sekutu tahun 1946 dan
landasan di pacu diperpanjang menjadi 1000 meter. Pada tahun 1949, pemerintah
Hindia Belanda kembali memperpanjang landasan pacu menjadi 1200 meter. Pada
tahun 1950, bandar udara Polonia dikelola oleh TNI AU dan landasan pacu
kembali diperpanjang 2900 meter. Bandar Udara Polonia terletak kira-kira 1 KM
dari pusat kota Medan.
Pada tahun 1951 kepala staf Angkatan Perang Repubklik Indonesia
melalui surat keputusan No. 1 tahun 1951 menyatakan bahwa seluruh pangkalan
udara bekas pemerintahan belanda maupun jepang diserahkan kepada Angkatan
Perang Republik Indonesia. Pada periode 1959 hingga tahun 1982, pengelola
Bandar Udara Polonia dilaksanakan oleh dua instansi, yaitu TNI-AU dan Jawatan
Penerbangan Sipil. Tahun 1985, pada tanggal 3 Februari berdasarkan PP No. 30
tahun 1985, pengelola Pelabuhan Udara Polonia Medan diserahkan ke Perusahaan
Umum (PERUM) Angkasa Pura I. Tahun 1986 tanggal 19 Mei 1986 sebutan
Pelabuhan Udara di ubah menjadi Bandar Udara. Pada tahun 1994 pengoperasian
Bandar Udara Polonia diserahkan dari PT. (Persero) Angkasa Pura I kepada PT.
Medan terletak sekitar 1 KM dari pusat kota Medan. Luas keseluruhannya
mancapai 144 hektar, panjang landasan pacu 2900 meter dan lebarnya 45 meter.
PT. (Persero) Angkasa Pura II Polonia Medan memiliki Visi dan Misi.
Visi perusahaan tersebut yaitu “Menjadi perusahaan pengelola jasa
kebandarudaraan dan pelayanaan lalu lintas yang mengutamakan penerbangan dan
kepuasan pelanggan dalam upaya memberi manfaat utama pemegang saham,
mitra kerja, pegawai, masyarakat dan lingkungan dalam memegang teguh etika
bisnis”. Sedangkan misi perusahaan yaitu “Menjadi bandar udara bertaraf
internasional yang mampu bersaing di kawasan regional”.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan bergerak
dalam bidang jasa kebandarudaraan. Perusahaan menyelenggarakan usaha-usaha
sebagai berikut :
1. Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas untuk kegiatan
pelayanan pendaratan, lepas landas, parkir dan penyimpanan pesawat
udara.
2. Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas teknis untuk
pelayanan angkutan penumpang, kargo dan pos.
3. Penyediaan, pengusahaan daan pengembangan fasilitas elektronika, listrik,
air dan instalasi limbah buangan.
4. Jasa pelayanan penerbangan.
6. Penyediaan lahan untuk bangunan yang berhubungan dengan kelancaran
angkutan udara.
7. Jasa konsultasi, pendidikan dan dapat menunjang tercapainya tujuan yang
diinginkan oleh perusahaan.
Pendapatan bandar udara dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Pendapatan Aeronautika
Pendapatan aeronautika adalah pendapatan yang berkaitan langsung
dengan penerbangan. PT. (Persero) Angkasa Pura II Polonia Medan hanya sebatas
pelayanan maka pendapatan yang diperoleh perusahaan antara lain berasal dari :
1. Penyediaan jasa pelayanan penerbangan
2. Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas untuk kegiatan
pelayanan pendaratan pesawat, lepas landas, terbang antar lintas,
penyimpanan pesawat udara dan parkir.
2. Pendapatan Non-Aeronautika
Pendapatan ini tidak berkaitan langsung dengan penerbangan. Pendapatan
ini berasal dari bidang usaha yaitu :
1. Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas terminal untuk
pelayanan angkutan penumpang, kargo dan pos.
2. Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas elektronika, listrik,
air dan limbah buangan.
3. Penyediaan lahan untuk bangunan, lapangan serta bangunan-bangunan
yang berhubungan dengan kelancaran angkutan udara.
5. Sewa menyewa toko, hotel, restoran, reklame, parkir, dan lain sebagainya.
2.3. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi perusahaan merupakan salah satu faktor yang turut
mendukung suatu perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam suatu struktur organisasi terdapat kerangka kerja yang menggambarkan
wewenang, tanggung jawab dan hubungan tiap bagian yang ada di dalamnya.
Dari struktur organisasi terlihat jenjang wewenang dan tanggung jawab atasan
hingga bawahan dalam melaksnakan kegiatan operasi.
Di dalam Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara
polonia Medan, struktur organisasi sesuai dengan keputusan direksi PT. AP II
Nomor KEP.58/OM.00/AP-I/1994 yang diubah lagi menjadi
KEP.471/OM.00/1994 tanggal 4 September 1998 tentang pemberlakuan
organisasi, peraturan sistem dan prosedur pada Kantor Cabang PT. (Persero)
Angkasa Pura II.
Berdasarkan keterangan diatas maka hubungan kerja dalam organisasi
perusahaan PT. Angkasa Pura II adalah hubungan campuran lini-fungsional
Struktur organisasi bentuk lini dapat dilihat dengan adanya pembagian tugas,
wewenang dan tanggung jawab dari pimpinan tertinggi kepada unit-unit
organisasi yang berada dibawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu secara
langsung, serta pemberian wewenang dan tanggung jawab yang bergerak vertikal
ke bawah dengan pendelegasian yang tegas melalui jenjang hirarki yang ada.
tugas,wewenang serta pembatasan tanggung jawab yang tegas pada setiap bidang
yaitu kepala divisi pelayanan operasi lalu lintas udara, kepala divisi pelayanan
operasi bandar udara, kepala divisi teknik elektronika dan listrik, kepala divisi
teknik dan peralatan dan kepala divisi administrasi dan komersial berdasarkan
funsinya masing-masing dalam struktur organisasinya.
Berdasarkan struktur organisasi pada Gambar 2.1. terminal kargo yang
berada di Bandar Udara Polonia Medan bernaung dibawah Kepala Dinas
Pelayanan Bandar Udara Polonia. Struktur Organisasi Bandar Udara Polonia
KEPALA DINAS KEPEGAWAIAN DAN UMUM OFFICER CHARGE KEPALA CABANG
KEPALA DIVISI TEKNIK ELEKTRONIKA DAN
LISTRIK
KEPALA DIVISI TEKNIK DAN PERALATAN KEPALA DIVISI ADMINISTRASI DAN KOMERSIAL KEPALA DIVISI PELAYANAN OPERASI LALU LINTAS UDARA
KEPALA DIVISI PELAYANAN OPERASI
BANDAR UDARA
KEPALA DINAS PELAYANAN ADC &
APP/TMA KEPALA DINAS PELAYAN ACC KEPALA DINAS PELAYANAN BOP-RANGTIKA KEPALA DINAS PELAYANAN BANDAR UDARA KEPALA DINAS PKP-PK KEPALA DINAS PENGAMANAN
KEPALA DINAS TEKNIK TELEKOMUNIKASI DAN ELEKTRONIKA BANDARA KEPALA DINAS TEKNIK NAVIGASI UDARA KEPALA DINAS TEKNIK LISTRIK KEPALA DINAS TEKNIK BANGUNAN
KEPALA DINAS TEKNIK LANDASAN DAN TATA
[image:31.595.107.571.102.490.2]LINGKUNGAN KEPALA DINAS TEKNIK MEKANIKAL DAN PERALATAN KEPALA DINAS KOMERSIAL KEPALA DINAS KEUANGAN KEPALA DINAS AKUNTANSI KEPALA DINAS PERLENGKAPAN
Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia
Medan
2.4. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Perusahaan
PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan sudah
memiliki manajemen yang baik. Hal ini dapat dilihat dari pembagian tugas yang
sesuai ndengan jabatannya masing. Adapun uraian tugas dari
masing-masing jabatan sesuai yang tergambar dalam struktur organisasi perusahaan dapat
dilihat pada lampiran 1. Lini
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ERGON (Kerja) dan
NOMOS (Hukum Alam/Ketetapan). Ergonomi dapat didefenisikan sebagai studi
tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara
anatomi, fisiologi psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan.1
Istilah ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949. Ergonomi merupakan
suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi mengenai sifat,
kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja
sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu secara efektif, aman,
nyaman, sehat dan efisien. Di sini manusia tidak lagi harus menyesuaikan dirinya
dengan mesin yang dioperasikannya melainkan sebaliknya yaitu mesin dirancang
dengan terlebih dahulu memperhatikan kelebihan dan keterbatasan manusia yang
mengoperasikannya.2
Ergonomi merupakan ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk
menyerasikan atau menyeimbangkan berbagai disiplin ilmu dalam beraktivitas
1
Eko Nurmianto, Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya, Surabaya, 1998, hal. 1
2
maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun
mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.3
Tujuan dari penerapan ergonomi ini adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera
dan penyakit akibat kerja dan menurunkan beban kerja fisik dan mental.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial
dan meningkatkan jaminan sosial.
Untuk mencapai tujuan ergonomi di atas maka perlu keserasian antara
pekerja dan pekerjaannya, sehingga manusia pekerja dapat bekerja sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasannya. Secara umum kemampuan dan keterbatasan
manusia ditentukan oleh berbagai faktor yaitu umur, jenis kelamin, ras.
Anthropometri, status kesehatan, gizi, kesegaran jasmani dan kemampuan
beradaptasi.
1. Umur
Umur seseorang berbanding langsung dengan kapasitas fisik sampai batas
tertentu dan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Pada umur 50-60 tahun
kekuatan fisik menurun. Oleh karena itu pengaruh umur harus selalu dijadikan
pertimbangan dalam memberikan pekerjaan pada sesorang.
3
2. Jenis Kelamin
Secara umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari
kemampuan fisik laki-laki. Untuk mendapatkan daya kerja yang tinggi maka
harus diusahakan pembagi tugas antara pria/wanita sesuai dengan kemampuan
dan keterbatasan masing-masing.
3. Anthropometri
Kesesuaian hubungan antara anthropometri pekerja dengan alat yang
digunakan sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat kelelahan, kemampuan
kerja dan produktivitas kerja. Anthropometri juga menentukan dalam seleksi
penerimaan tenaga kerja, misalnya orang gemuk tidak cocok untuk pekerjaan di
tempat suhu tinggi, pekerjaan yang memerlukan kelincahan, dll. Selain itu
anthropometri dapat digunakan untuk medesain pakaian, tempat kerja, lingkungan
kerja, mesin, alat dan sarana kerja serta produk-produk untuk konsumen.
4. Status Kesehatan dan Nutrisi
Status kesehatan dan nutrisi atau keadaan gizi berhubungan erat satu sama
lainnya dan berpengaruh pada produktivitas efisiensi kerja. Dalam melakukan
pekerjaan tubuh memerlukan energi apabila kekurangan maka kapasitas kerja
akan terganggu, maka perlu keseimbangan antara masukan energi dan
keluarannya. Nutrisi yang ada saja tidak cukup tetapi diperlukan adanya tubuh
yang sehat agar nutrisi dapat dicerna dan didistribusikan oleh organ tubuh dengan
5. Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani merupakan suatu kesanggupan atau kemampuan dari
tubuh manusia untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap beban fisik
yang dihadapi tanpa menimbulkaan kelelahan yang berarti dan memiliki kapasitas
cadangan untuk melakukan aktivitas selanjutnya.
3.2. Postur Kerja4
Postur kerja operator sangat mempengaruhi tingkat produktivitas dan
kinerja yang dihasilkan oleh seorang pekerja. Konsep-konsep ergonomi yang
berkaitan dengan postur kerja dapat membantu untuk mendapatkan postur kerja
yang baik dan nyaman bagi pekerja seperti postur kerja pada saat berdiri, duduk,
mengangkat dan menurunkan barang serta postur kerja lainnya. Beberapa
pekerjaan akan memerlukan postur kerja tertentu yang terkadang tidak nyaman.
Kondisi kerja ini memaksa pekerja selalu berada pada postur kerja yang tidak
alami dan berlangsung lama. Hal ini menyebabkan keluhan sakit pada tubuh,
cacat produk bahkan cacat tubuh serta bisa menyebabkan kematian. Misalnya
pekerjaan kuli panggul yang setiap saat mengangkat barang-barang, kondisi
pekerjaan seperti ini tidak alami karena selain menimbulkan kelelahan pada saat
bekerja juga dapat menyebabkan tubuh akan merasa sakit. Untuk menghindari
sikap dan posisi kerja yang kurang mengenakkan ini pertimbangan-pertimbangan
eregonomis antara lain menyarankan hal-hal sebagai berikut :
4
1. Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan postur kerja
membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam jangka
waktu yang lama.
2. Operator seharusnya tidak menggunakan jarak jangkauan maksimum.
Pengaturan postur kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan
normal (konsep/prinsip ekonomi gerakan). Dalam hal-hal tertentu operator
harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya agar memperoleh
postur kerja yang leluasa dalam gerakan. Untuk hal-hal tertentu operator
harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuh agar memperoleh sikap
dan posisi kerja yang nyaman.
3. Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja dalam
waktu yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada pada postur
kerja yang miring. Demikian pula sedapat mungkin menghindari cara kerja
yang memaksa operator harus bekerja dengan posisi telentang dan
tengkurap.
4. Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau periode
dalam waktu yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi di
Penetapan sikap dan posisi kerja sesuai dengan Sedangkan
pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas pada dasarnya bertujuan memberikan kenyamanan
pada pekerja dengan memperlihatkan sikap dan posisi bekerja yang di EANSE.
Postur kerja duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri,
karena hal ini dapat mengurangi banyaknya otot statis pada kaki. Operator yang
bekerja dalam postur kerja duduk memerlukan sedikit istirahat. Berdiri merupakan
sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan
lebih cepat, kuat dan teliti. Sikap berdiri lebih melelahkan daripada duduk dan
energi yang dikeluarkan lebih banyak 10-15% dibandingkan bekerja duduk.
3.3. Musculoskletal5
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat
otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera
hilang apabila pembebanan dihentikan.
Keluhan musculoskletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal
yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat
sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama
akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi. Keluhan dan
kerusakan inilah yang dinamakan dengan keluhan musculosletal disorders
(MSDS) atau keluhan pada sistem musculosletal. Secara garis besar keluhan otot
dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:
5
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih terus berlanjut.
Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang
berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi
pembebanan yang panjang. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
keluhan otot skeletal.
a. Peregangan Otot yang Berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) pada umumnya sering
dikeluhkan oleh para pekerja di mana aktivitas kerjanya menuntut pengarahan
tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, dan
menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena
pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila
hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan
otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.
b. Aktivitas Berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus
seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkat dan
sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja
c. Sikap Kerja Tidak Alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi
bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan
tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan
sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka
semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja alamiah
ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja
tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.
Sikap kerja tidak alamiah ini lebih banyak disebabkan oleh tidak adanya
kesesuaian antara dimensi alat dan stasiun kerja dengan ukuran tubuh pekerja.
Sebagai negara berkembang sampai saat ini Indonesia masih tergantung pada
perkembangan teknologi negara-negara maju, khususnya dalam pengadaan
peralatan industri. Mengingat bahwa dimensi peralatan tersebut didesain tidak
berdasarkan ukuran tubuh orang Indonesia, maka pada saat pekerja orang
Indonesia harus mengoperasikan peralatan tersebut, terjadilah sikap kerja tidak
alamiah. Hal tersebut disebabkan karena negara pengekspor di dalam mendesain
mesin-mesin tersebut hanya didasarkan anthropometri dari populasi pekerja
negara yang bersangkutan, yang pada kenyataannya ukuran tubuhnya lebih besar
dari pekerja kita. Sudah dapat dipastikan, bahwa kondisi tersebut akan
menyebabkan sikap paksa pada waktu pekerja mengoperasikan mesin. Apabila hal
ini terjadi dalam kurun waktu yang lama, maka akan terjadi akumulasi keluhan
3.4. Kelelahan6
Istilah Anthropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan
“metri” yang berarti ukuran. Jadi Anthropometri adalah kumpulan data numerik
yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, volume, dan
berat) dan penerapan dari data tersebut untuk perancangan fasilitas/produk. Secara
defenitif anthropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan
pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki
bentuk, ukuran, berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lain. Data Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh
terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.
Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada dasarnya kelelahan
menggambarkan tiga fenomena yaitu perasaan lelah, perubahan fisiologis tubuh
dan pengurangan kemampuan melakukan kerja. Kelelahan merupakan suatu
pertanda yang bersifat sebagai pengaman yang memberitahukan tubuh bahwa
kerja yang dilakukan telah melewati batas maksimal kemampuannya. Kelelahan
pada dasarnya merupakan suatu keadaan yang mudah dipulihkan dengan
beristirahat. Tetapi jika dibiarkan terus-menerus akan berakibat buruk dan dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja.
3.5. Anthropometri
6
Tarwaka , dkk, Ergonomi Untuk Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Produktivitas, Surakarta,
anthropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain
dalam hal :
1. Perancangan area kerja.
2. Perancangan peralatan kerja.
3. Perancangan produk-produk.
4. perancangan lingkungan kerja fisik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data anthropometri akan
menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk
yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikannya/menggunakan produk
tersebut.
Anthropometri terbagi 2 bagian yaitu :
1. Anthropometri Statis, yaitu pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia
dalam keadaan diam atau dalam posisi dibakukan.
2. Anthropometri Dinamis, yaitu pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia
dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin
terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan pekerjaannya.
3.6. Penilaian Postur Kerja Dengan Metode OWAS 7
Metode OWAS adalah suatu metode untuk mengevaluasi beban postur
selama bekerja. OWAS merupakan sebuah metode analisa postur kerja dengan
melakukan evaluasi postur kerja yang mengakibatkan cedera musculoskeletal.
7
Metode ini mulai berkembang pada awal tahun tujuh puluhan di perusahaan
Ovako Oy Finlandia (sekarang Fundia Wire). Metode ini mulai dikembangkan
pertama kali oleh Karhu Dkk, yang didasarkan pada klasifikasi yang sederhana
dan sistematis dari sikap kerja yang dikombinasikan dengan pengamatan dari
tugas selama bekerja.
Metode OWAS mengkodekan sikap kerja pada bagian punggung, tangan,
kaki, dan berat beban. Masing-masing bagian memiliki klasifikasi sendiri-sendiri.
Metode ini cepat dalam mengidentifikasi sikap/postur kerja yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan. Kecelakaan kerja yang menjadi perhatian adalah cedera
musculoskeletal.
Prosedur OWAS dilakukan dengan melakukan observasi untuk mengambil
data postur, beban/tenaga, dan fase kerja. Langkah selanjutnya adalah melakukan
pengkodean berdasar data tersebut. Evaluasi penilaian didasarkan pada skor dari
tingkat bahaya postur kerja yang ada. Kemudian dihubungkan dengan kategori
tindakan yang harus diambil. Klasifikasi postur kerja dari metode OWAS adalah
pada pergerakan tubuh bagian belakang (back), lengan (arms), dan kaki (legs).
Setiap postur tubuh tersebut terdiri dari 4 postur bagian belakang, 3 postur lengan,
dan 7 postur kaki. Berat beban yang dikerjakan juga dilakukan penilaian
mengandung skala 3 point.
a. Bagian Belakang (back)
Klasifikasi postur kerja pada pergerakan tubuh bagian belakang dapat
1 2 3 4
Gambar 3.1. Postur Tubuh Bagian Belakang (back)
Untuk skor pergerakan tubuh bagian belakang dapat dilihat pada Tabel
[image:43.595.167.459.110.245.2]3.1. sebagai berikut :
Tabel 3.1. Skor Bagian Belakang (back)
Pergerakan Skor
Lurus/tegak 1
Bungkuk ke depan 2
Miring ke samping 3
Bungkuk ke depan dan miring ke samping 4
b. Lengan (arms)
Klasifikasi postur kerja pada pergerakan tubuh bagian lengan dapat dilihat
1 2 3
Gambar 3.2. Postur Tubuh Bagian Lengan (arms)
Untuk skor pergerakan tubuh bagian lengan dapat dilihat pada Tabel 3.2.
sebagai berikut :
Tabel 3.2. Skor Bagian Lengan (arms)
Pergerakan Skor
Kedua tangan di bawah bahu 1
Satu tangan pada atau di atas bahu 2
Kedua tangan pada atau di atas bahu 3
c. Kaki (legs)
Klasifikasi postur kerja pada pergerakan tubuh bagian kaki dapat dilihat
pada Gambar 3.3. sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6 7
Untuk skor pergerakan tubuh bagian kaki dapat dilihat pada Tabel 3.3.
sebagai berikut :
Tabel 3.3. Skor Bagian Kaki (legs)
Pergerakan Skor
Duduk 1
Berdiri dengan kedua kaki lurus 2
Berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus 3
Berdiri atau jongkok dengan kedua lutut 4
Berdiri atau jongkok dengan satu lutut 5
Berlutut pada satu atau dua lutut 6
Berjalan atau bergerak 7
d. Beban (load)
Klasifikasi yang berkaitan dengan ukuran beban dapat dilihat pada
Gambar 3.4. sebagai berikut :
1 2 3
Gambar 3.4. Ukuran Beban (load)
Untuk skor beban berat OWAS dapat dilihat pada Tabel 3.4. sebagai
Tabel 3.4. Skor Berat Beban OWAS
Beban / Load Skor
< 10 Kg 1
< 20 Kg 2
> 20 Kg 3
Di bawah ini adalah perihal penjelasan tentang klasifikasi sikap agar
membedakan sikap masing-masing klasifikasi.
1. Sikap Punggung
a. Membungkuk
Penilaian sikap kerja diklasifikasikan membungkuk jika terjadi sudut yang
terbentuk pada punggung minimal sebesar 200 atau lebih. Begitu pula
sebaliknya jika perubahan sudut kurang dari 200, maka dinilai tidak
membungkuk.
2. Sikap Lengan
a. Yang dimaksud sebagai lengan adalah dari lengan atas sampai tangan.
b. Penilaian terhadap posisi lengan yang perlu diperhatikan adalah
posisi tangan.
3. Sikap Kaki
b. Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Pada sikap ini adalah kedua kaki
dalam posisi lurus/ tidak bengkok dimana beban tubuh menumpu kedua
kaki.
c. Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Pada sikap ini adalah beban tubuh
bertumpu pada satu kaki yang lurus (menggunakan satu pusat gravitasi
lurus), dan satu kaki yang lain dalam keadaan menggantung (tidak
menyentuh lantai). Dalam hal ini kaki yang menggantung untuk
menyeimbangkan tubuh dan bila jari kaki yang menyentuh lantai termasuk
sikap ini.
d. Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk Pada sikap ini
adalah keadaan setengah duduk yang telah umum diketahui yaitu keadaan
lutut ditekuk dan beban tubuh bertumpu pada kedua kaki. Lutut
dikategorikan ditekuk jika sudut yang terbentuk adalah 150.
e. Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Pada sikap ini
dalam keadaan ini berat tubuh bertumpu pada satu kaki dengan lutut
ditekuk (menggunakan pusat gravitasi pada satu kaki dengan lutut
ditekuk).
f. Berlutut pada satu atau kedua lutut. Pada sikap ini dalam keadaan satu atau
kedua lutut menempel pada lantai.
g. Berjalan. Pada sikap ini adalah gerakan kaki yang dilakukan termasuk
4. Berat beban
Dalam hal ini yang membedakan adalah berat beban yang diterima dalam
satuan kilogram (Kg).
Hasil dari analisa sikap kerja OWAS terdiri dari empat level skala sikap
kerja yang berbahaya bagi para pekerja dapat dilihat pada Tabel 3.5. sebagai
berikut:
Tabel 3.5. Empat Kategori Tindakan OWAS
Kategori Tindakan Tindakan
1 Aman
2 Diperlukan beberapa waktu ke depan
3 Tindakan dalam waktu dekat
4 Tindakan sekarang juga
1. Kategori 1 : Pada sikap ini tidak masalah pada sistem musculoskeletal.
Tidak perlu perbaikan.
2. Kategori 2 : Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (sikap
kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu
perbaikan dimasa yang akan datang.
3. Kategori 3 : Pada sikap ini berbahaya bagi sistem musculoskeletal (sikap
kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan). Perlu
4. Kategori 4 : Pada sikap ini berbahaya bagi sistem musculoskeletal (sikap
kerja ini mengakibatkan resiko yang jelas). Perlu perbaikan
secara langsung saat ini.
Berikut ini merupakan tabel kategori tindakan kerja OWAS secara
keseluruhan, berdasarkan kombinasi klasifikasi sikap dari punggung, lengan, kaki,
dan beban berat. Sebagai contoh seorang operator yang sedang bekerja dapat
dilihat pada Gambar 3.5. sebagai berikut :
Gambar 3.5. Posisi Sikap Kerja
Dari Gambar 3.5 di atas maka dapat dibuat skor dari postur kerja yang
[image:49.595.246.377.333.466.2]dapat dilihat pada Tabel 3.6. sebagai berikut :
Tabel 3.6. Ovako Working Postures Analysis (OWAS)
Bagian Tubuh Kode
OWAS
Deskripsi Postur
Punggung (Back) 4 Bungkuk ke depan dan miring ke samping
Lengan (Arms) 1 Kedua tangan di bawah bahu
Pekerjaan yang dilakukan operator untuk mendapatkan Action Code yang
dapat dilihat pada Tabel 3.7. berikut ini :
Tabel 3.7. Action Code Ovako Working Postures Analysis (OWAS)
Analysis Of Work Activities
Back Arms
1 2 3 4 5 6 7 Legs
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Load
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 2 2 3 1 1 1 1 1 2
2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3
2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 2 3 4
3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
1 1 1 1 1 1 1 1 2 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 1
2 2 3 1 1 1 1 1 2 4 4 4 4 4 4 3 3 3 1 1 1
2 2 3 1 1 1 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1
2 3 3 2 2 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
Dari Tabel analisis perhitungan OWAS dari gambar di atas didapat bahwa
Action Code = 2. Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (sikap
kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu
perbaikan dimasa yang akan datang.
3.7. Pengolahan Data Dimensi Tubuh
Data anthropometri yang diperoleh selanjutnya akan ditentukan diolah
dengan menentukan nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan minimum
untuk masing-masing dimensi tubuh yang diukur. Lalu data tersebut akan diuji
keseragaman data, kecukupan data, uji distribusi normal dengan
Kolmogorov-Smirnov Test. Data yang akan diolah sebanyak 4 dimensi tubuh yang akan
digunakan.
3.7.1. Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, dan Nilai Maksimum dan
Minimum
Adapun persamaan yang digunakan dalam menghitung nilai rata-rata,
standard deviasi, nilai minimum dan maksimum pada setiap pengukuran adalah :
1. Nilai rata-rata
n X n
X X
X + + + n =
∑
n=
Dimana: n = Banyaknya pengamatan
n
X
Σ = Jumlah pengamatan ke n
X = Nilai rata-rata
2. Nilai Minimum dan Maksimum
Nilai minimum adalah nilai terkecil dari data pengukutan setelah data
diurutkan sedangkan nilai maksimum adalah nilai yang terbesar dari data hasil
pengukuran setelah data diurutkan.
3. Nilai Standard Deviasi
Untuk menentukan nilai standard deviasi yaitu standart penyimpangan dari
nilai rata-ratanya pada masing-masing dimensi tubuh hasil pengukuran dapat
ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
(
)
1
2
− −
=
∑
n X Xi
σ
Dimana : N = Jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan
X = Nilai rata-rata σ = Standart deviasi
3.7.2. Uji Keseragaman Data
Uji keseragaman data merupakan suatu proses pengendalian bagian data
yang ditolak atau tidak seragam karena tidak memenuhi kriteria. Apabila dalam
tersebut akan langsung ditolak dan kemudian akan dilakukan revisi dari data yang
tidak seragam dengan cara membuang data yang out of control tersebut dan
melakukan perhitungan kembali. Pada percobaan ini digunakan tingkat ketelitian
5% dan tingkat keyakinan 95%.
Untuk menguji keseragaman data digunakan peta kontrol dengan persamaan
berikut :
σ 2 + =X
BKA BKB= X −2σ
Jika X min > BKB dan Xmax < BKA maka Data Seragam
Jika X min < BKB dan Xmax > BKA maka Data Tidak Seragam
3.7.3. Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data digunakan untuk menganalisa jumlah pengukuran,
dimana tujuannya untuk membuktikan bahwa data sampel yang diambil sudah
mewakili populasi. Untuk uji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5%
(k=0,05) dan tingkat keyakinan 95% (z = 2) digunakan persamaan :
( )
2 2 2 ' − =∑
∑
∑
X X X N s k NDimana: k = nilai z pada tabel normal dari tingkat keyakinan
s = Tingkat ketelitian
Maka:
( )
2 2 2 40 ' − =∑
∑
∑
X X X N NJika, N`<N maka data sudah cukup untuk melakukan perancangan
N`>N maka data belum cukup untuk melakukan perancangan.
3.7.4. Uji Distribusi Normal dengan Kolmogorov-Smirnov Test
Uji Normal dengan Kolmogorov-Smirnov Test digunakan untuk Uji
kesesuaian antara frekuensi hasil pengamatan dengan frekuensi yang diharapkan,
yang tidak memerlukan anggapan tertentu tentang bentuk distribusi populasi dari
mana sampel diambil.
Uji Kolmogorov-Smirnov Test yang diperbandingkan adalah distribusi
frekuensi komulatif hasil pengamatan dengan distribusi komulatif yang
diharapkan. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pengujian ini adalah :
1. Data dari hasil pengamatan mengenai dimensi Panjang Telapak Kaki
diurutkan mulai dari nilai pengamatan terkecil sampai nilai
pengamatan terbesar.
2. Dari data pengamatan yang telah diurutkan dan diberi nomor,
selanjutnya hitung nilai Fa(X)-nya, yaitu dengan:
3. Hitung nilai Z.
σ X X Z = −
4. Dari nilai Z yang didapat, cari nilai Fe(X) dengan melihat tabel
distribusi normal.
5. Hitung selisih nilai Fa(X) dengan Fe(X) dan diberi tanda mutlak, serta
notasikan dengan D.
D = |Fa(X) – Fe(X)|
6. Setelah mendapatkan semua nilai D, maka cari Dmaks dan bandingkan
dengan nilai Dα yang didapatkan dari tabel nilai D untuk Uji
Kolmogorov-Smirnov.
Kriteria pengambilan keputusannya adalah:
Ho diterima apabila D ≤ Dα
Ho ditolak apabila D ≥ Dα
3.7.5. Perhitungan Persentil
Perhitungan persentil digunakan untuk mengetahui nilai yang menyatakan
bahwa pada persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama
dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut dimana tujuannya untuk membuktikan
bahwa data sampel yang diambil sudah mewakili populasi.
Perhitungan persentil bukanlah merupakan suatu hasil akhir, tetapi hanya
merupakan penunjuk interval (letak) dari data yang akan dicari. Hasil perhitungan
Pemakaian nilai persentil yang biasa diaplikasikan dalam perhitungan
[image:56.595.233.442.221.474.2]anthropometri dapat dilihat pada Tabel 3.8. sebagai berikut :
Tabel 3.8. Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal
Persentil Perhitungan
1- th X - 2,325
2,5 – th X - 1,96
5 – th X - 1,645
10 – th X - 1,28
50 – th X
90 – th X + 1,28
95 – th X + 1,645
97,5 – th X + 1,96
99 – th X + 2,325
3.8. Usulan Perbaikan Postur Kerja8
Perbaikan postur kerja berprinsip untuk mendapatkan perbaikan sistem
kerja yang benar dan efisien dari sistem kerja yang ada. Untuk dapat memperbaiki
postur kerja yang benar, seorang perancang kerja harus dapat menguasai dan
mengendalikan faktor-faktor yang membentuk suatu sistem kerja.
Ada 4 macam komponen sistem kerja yang harus dipelajari guna
memperoleh sistem kerja yang sebaik-baiknya yaitu :
8
1. Komponen Material
Bagaimana cara menempatkan material, jenis material yang mudah
diproses dan lain-lain. Material yang dimaksud adalah bahan baku, supplies
(komponen parts dan lain-lain), produk lain, limbah dan sebagainya.
2. Komponen Manusia
Bagaimana sebaiknya postur kerja operator pada saat bekerja berlangsung
agar mampu memberikan gerakan-gerakan kerja dan postur kerja yang baik
(duduk, berdiri, jongkok, merunduk dan lain sebagainya).
3. Komponen Mesin
Bagaimana desain dari mesin dan peralatan kerja lainnya, apakah sesuai
dengan prinsip ergonomi.
4. Komponen Lingkungan Kerja Fisik
Bagaimana kondisi lingkungan kerja fisik tempat operasi kerja tersebut
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap operator di terminal kargo pada bagian
X-Ray. Pengambilan data dan foto dilakukan dari tanggal 15 Februari 2010 sampai
tanggal 14 Maret 2010 dan penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Juni
2010.
4.2. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa deskriptif
dimana menganalisis pekerjaan dan aktivitas yang dikerjakan. Penelitian yang
dilakukan bertujuan untuk menyelidiki aktivitas dan pekerjaan yang dilakukan
manusia secara lebih terperinci. Hasil-hasil penelitian yang telah dilakuka n
diharapkan dapat memberikan informasi-informasi untuk keperluan suatu
perusahaan dikemudian hari.
4.3. Objek Penelitian
Adapun objek penelitian yang diamati adalah operator yang bekerja di
terminal kargo pada bagian X-Ray di PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara
4.4. Metode Pengumpulan Data
Metode-metode yang dilakukan dalam melakukan pengumpulan data
terdiri dari :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan penelitian
secara langsung di lapangan. Data primer yang dimaksud adalah data dari hasil
penilaian postur kerja operator dan data anthropometri tubuh operator di terminal
kargo pada bagian X-Ray.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur dan
referensi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dan juga data yang
diperoleh dari perusahaan, yaitu gambaran umum dan sejarah perusahaan,
organisasi dan manajemen perusahaan.
Pengumpulan data yang perlu dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian dengan
melaksanakan pengamatan terhadap postur kerja operator.
2. Melakukan wawancara dengan karyawan yang dapat memberikan
informasi yang diperlukan untuk penyelesaian masalah yang ada.
3. Melakukan studi literatur yang dapat memberikan masukan untuk
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan Kamera Digital untuk melihat dan mengambil postur kerja
yang akan dianalisis, Meteran dan Body Martin untuk mengukur anthropometri
tubuh operator serta mencatat data-data yang dibutuhkan dengan menggunakan
peralatan tulis yang tersedia.
4.6. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan Penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan di
lapangan untuk dapat melaksanakan penelitian yang telah direncanakan.
langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian di lapangan adalah :
1. Melaksanakan studi literatur
Studi literatur dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori yang akan
digunakan untuk pencapaian tujuan penelitian khususnya mengenai postur
kerja yang alami dengan menggunakan metode OWAS.
2. Melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian
Pengamatan langsung dilakukan pada perusahaan tersebut dengan
melakukan wawancara dengan pihak perusahaan dan operator yang akan
3. Mengidentifikasi tujuan dan permasalahan
Pengidentifikasi masalah dilakukan berdasarkan studi pendahuluan dan
studi literatur. Permasalahan yang diidentifikasi pada perusahaan tersebut
yaitu perbaikan postur kerja dengan metode OWAS.
4. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer yang dimaksud adalah data dari hasil penilaian postur
kerja operator dan data anthropometri di terminal kargo pada bagian
X-Ray.
2. Data Sekunder
Data-data yang diperoleh seperti gambaran umum perusahan,
sejarah perusahaan, struktur organisasi dan manajemen perusahaan.
5. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari pengumpulan data selanjutnya diolah untuk
mendapatkan suatu gambaran tentang postur kerja yang dilakukan operator
dalam melakukan pekerjaannya.
6. Analisa Pemecahan Masalah
Hasil pengolahan data tersebut dianalisa dan dievaluasi untuk
menghasilkan suatu rancangan untuk memperbaiki postur kerja operator.
7. Kesimpulan dan Saran
Menguraikan secara singkat hasil dari penelitian setelah dianalisa dan
dievaluasi dan memberikan saran yang membangun baik itu untuk
perusahaan dan juga operator.
Berikut ini adalah Block Diagram prosedur penelitian yang dapat dilihat
Data Primer
- Pembagian aktivitas operator
- Pengamatan postur kerja dengan Kamera Digital - Data postur kerja operator
- Data anthropometri opeerator
Data Skunder
- Mengumpulkan data berdasarkan dari dokumen perusahaan
Pengolahan Data
- Menghitung data postur kerja operator dengan metode OWAS - Menghitung data anthroometri operator yaitu dengan menghitung :
- rata-rata - uji keseragaman data - menghitung persentil
- standar deviasi - uji kecukupan data - nilai maksimum dan minimum - uji kolmogorov-smirnov
Kesimpulan dan Saran Analisis Pemecahan Masalah
- Analisis postur kerja yang dapat menimbulkan kelelahan - Analisis postur kerja berdasarkan kondisi saat sekarang
- Pemecahan masalah usulan rancangan konseptual operator bagian X-Ray
Identifikasi Masalah dan Penetapan Tujuan
Pengumpulan data Studi Pendahuluan
Studi Literatur dan Studi Lapangan
[image:63.595.115.478.149.611.2](Melakukan pengamatan langsung di PT.(Persero) Angkasa Pusa II Bandar Udara Polonia Medan)
4.7. Pengolahan Data
Data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di daerah terminal
kargo dan akan diolah dengan menggunakan metode OWAS (Ovako Working
Posture Analysis System) sehingga pada akhirnya dapat diperoleh kesimpulan dari
analisis dan evaluasi yang dilakukan. Pengolahan data yang dilakukan adalah :
1. Menganalisa data dengan metode OWAS
Tahapan-tahapan pengolahan data yang dilakukan dengan metode OWAS
adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi tahapan-tahapan/fase kerja.
b. Mengidentifikasi beban kerja operator
c. Mengidentifikasi postur kerja operator.
d. Pemberian skor berdasarkan sikap dan postur kerja operator.
e. Melakukan perhitungan terhadap skor dari setiap elemen kerja yang
diamati sehingga diperoleh kategori tindakan yang perlu dilakukan.
2. Menghitung keluhan musculoskletal dengan SNQ (Standard Nordic
Questionnaire)
3. Melakukan perhitungan anthropometri tubuh operator
a. Perhitungan rata-rata, standar deviasi, dan nilai maksimum dan
minimum.
b. Uji keseragaman data
c. Uji kecukupan data
d. Uji distribusi normal dengan kolmogorov-smirnov test
Berikut ini adalah Block Diagram pengolahan data yang dapat dilihat pada
Gambar 4.2. berikut ini :
Mulai
Mulai
Menganalisa Postur Kerja dengan Metode OWAS
Menganalisa Postur Kerja dengan Metode OWAS
Selesai
Selesai
Perhitungan anthropometri tubuh operator 1. Menghitung rata-rata,
2. Standar deviasi,
3. Nilai maksimum dan nilai minimum 4. Uji Keseragaman Dan kecukupan data
Uji kecukupan data
5. Uji Normal dengan Kolmogorov Smirnov Test
6. Perhitungan Persentil
Perhitungan anthropometri tubuh operator 1. Menghitung rata-rata,
2. Standar deviasi,
3. Nilai maksimum dan nilai minimum 4. Uji Keseragaman Dan kecukupan data
Uji kecukupan data
5. Uji Normal dengan Kolmogorov Smirnov Test
6. Perhitungan Persentil
Melakukan Perhitungan Anthropometri Tubuh Operator
Melakukan Perhitungan Anthropometri Tubuh Operator
n X n
X X
X+ + + n=∑ n
=
Χ 1 2 ....
( )
1
2
− −
= ∑ n
X Xi σ σ 2 + =X
B K A B K B=X−2σ
( ) 2 2 2 40 ' − = ∑ ∑ ∑ X X X N N
Melakukan Perhitungan Musculoskletal
Melakukan Perhitungan Musculoskletal
4.8. Analisa Data
Berdasarkan penelitian dengan metode OWAS maka akan didapatkan
berbagai kategori tindakan terhadap postur kerja operator. Dari kategori tindakan
ini diidentifikasikan dan dianilisis fasilitas penyebab postur kerja yang tidak alami
yaitu postur kerja yang terlalu membungkuk, banyak memutar dan gerakan
melangkah. Hasil analisis digunakan untuk memperbaiki fasilitas dan tata letak
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan meliputi deskripsi tugas operator,data postur
kerja operator di UBGK (unit bisnis gudang kargo), fasilitas-fasilitas kerja dan
data anthropometri.
5.1.1. Deskripsi Tugas Operator
Operator-operator yang ada di terminal kargo Polonia khususnya di bagian
X-Ray terdiri dari 16 orang operator, dimana operator bekerja dengan dua shift
yang terdiri dari :
1. Shift I : Pukul 05.00 – 14.00 WIB, terdiri dari 8 (delapan) orang operator.
2. Shift II : Pukul 14.00 s/d selesai, terdiri dari 8 (delapan) orang operator.
Pekerjaan yang dilakukan operator tersebut adalah mengangkat barang
dari conveyor rolling dan disusun ke trolley untuk dibawa ke pesawat. Adapun
tugas-tugas operator yang terdiri dari 8