FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH (STUDI EMPIRIS PADA PEMERINTAH
KOTA TEBING TINGGI)
TESIS
Oleh
A I D I L
077017067/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2010
SE K O L
A
H
P A
S C
A S A R JA N
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH (STUDI EMPIRIS PADA PEMERINTAH
KOTA TEBING TINGGI)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
A I D I L
077017067/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEMAMPUAN PENYUSUNAN LAPORAN
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (STUDI
EMPIRIS PADA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI)
Nama Mahasiswa : A i d i l Nomor Pokok : 077017067 Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) Ketua
(Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak) Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)
Telah diuji pada
Tanggal : 31 Agustus 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Anggota : 1. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak
2. Drs. Arifin Ahmad, M.Si, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa yang berjudul :
“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (STUDI
EMPIRIS PADA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI)”
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, Agustus 2010
ABSTRAK
Aidil, 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, dan Komitmen serta Perangkat Pendukung terhadap Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Variabel dependen yang digunakan adalah Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sedangkan variabel independennya adalah Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, dan Komitmen serta Perangkat Pendukung.
Penelitian ini dilakukan atas 32 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan sebagai Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) Kota Tebing Tinggi. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, dan dengan melakukan uji kualitas data dengan validasi dan reliability atas pertanyaan. Selain itu dilakukan pengujian asumsi klasik yaitu normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, dan Komitmen serta Perangkat Pendukung berpengaruh terhadap Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Secara parsial variabel perangkat pendukung berpengaruh terhadap Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
ABSTRACT
Aidil, 2010. Some Factor Influence of Ability to the Prepare Financial Statement of Local Government (Case Study of Tebing Tinggi Goverment).
The objective of this research is to examine the effect of Regulations, Basic of Educations, Trainings, Commitment and Supporting by Pheripheral of Supporting to the Ability of Official Goverment Unit to the Prepare Financial Statement of Local Government. The dependent variable use in this research are Ability of Official Goverment Unit to the Prepare Financial Statement of Local Government and independent variable are Regulations, Basic of Educations, Trainings, Commitment and Supporting of Pheripheral.
The research sample taking is determined by sensus method. The amount of sample is about 32 respondents used by the Official Goverment Unit in Tebing Tinggi Goverment. The data collected is classified as primer data which is obtained by questionnaire distribution. Data processing is conducted by using Multiple Regression Analysis. Using method multiple regression after validity and reliability test, and use normality test, multikolinearity and heteroscedastisity.
The result of this research indicate are Regulations, Basic of Educations, Trainings, Commitment and Supporting by Pheripheral of Supporting variable are significant effect to the to the Ability of Official Goverment Unit to the Prepare Financial Statement of Local Government. Partially, shown Supporting of Pheripheral variable only are significant to the to the Ability of Official Goverment Unit to the Prepare Financial Statement of Local Government.
KATA PENGANTAR
Segala puji yang tidak terhingga kepada Allah SWT atas kurnia-Nya,
sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini merupakan analisis tentang
“FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (STUDI
EMPIRIS PADA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI)”.
Pada kesempatan ini tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga
penulisan tesis ini dapat diselesaikan, terutama kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, Selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, Selaku Ketua Program Studi
Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, dan Bapak Drs. Hasan Sakti
Siregar, M.Si, Ak selaku Pembimbing I dan II, yang telah banyak
membantu/membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.
5. Bapak/Ibu Dosen Penguji, Drs. Arifin Ahmad, M.Si, Ak, Dra. Tapi Anda Sari
Penulis menyadari dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas,
banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan tesis ini. Untuk itu sangat
diharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan penelitian ini.
Hormat Saya
Medan, 08 Agustus 2010
A I D I L
RIWAYAT HIDUP
1. N a m a : Aidil
2. Tempat/Tanggal Lahir : Tebing Tinggi, 27 Juli 1982
3. Pekerjaan : PNS Sekretariat Daerah Kota Tebing Tinggi
4. Agama : Islam
5. Orang tua
a. Ayah : H. AMRIL
b. Ibu : Hj. NURMALIS
6. Isteri : Rini Yasin
7. Alamat : Jln. Dr. Kumpulan Pane No. 10 Tebing Tinggi
8. Pendidikan
a. SD Negeri : SD Negeri 168234 Tebing Tinggi, tamat tahun 1991.
b. SLTP Negeri : SMP Negeri 3 Tebing Tinggi, tamat tahun 1997.
c. SMU Negeri : SMA Negeri 3 Tebing Tinggi, tamat tahun 2000.
d. Universitas/Fakultas : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, tamat
tahun 2004.
e. Sekolah Pascasarjana Magister Sains Akuntansi Ilmu Ekonomi USU tamat
DAFTAR ISI
2.1.2. Prinsip-prinsip Penyusunan Laporan Keuangan Daerah.. 14
2.1.3. Dasar Hukum Keuangan Daerah ... 17
2.1.4. Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Daerah ... 18
2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... 20
2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping) ... 24
4.5.2. Variabel Independen . ... 35
4.6. Metode Analisis data ... 43
4.6.1. Uji Kualias Data ... 43
4.6.2. Uji Asumsi Klasik ... 44
4.7. Uji Hipotesis ... 45
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49
5.1. Hasil Penelitian ... 49
5.1.1. Deskripsi Data ... 49
5.1.2. Analisis Instrumen/Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur .. 53
5.2. Uji Asumsi Klasik ... 62
5.2.1. Pengujian Normalitas ... 62
5.2.2. Uji Heteroskedastisitas ... 63
5.2.3. Uji Multikolinearitas ... 64
5.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65
5.3.1. Pengujian Hipotesis ... 65
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 73
6.1. Kesimpulan ... 73
6.2. Keterbatasan... ... 74
6.3. Saran ………... 74
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Penelitian Terdahulu... 26
4.1. Populasi dan Sampel Penelitian ………... 32
4.2. Definisi Operasional Variabel ………. 40
5.1. Distribusi Frekuensi Peraturan (X1)……… 49
5.2. Distribusi Frekuensi Latar Belakang Pendidikan (X2)………… 50
5.3. Distribusi Frekuensi Pelatihan (X3).……… 50
5.4. Distribusi Frekuensi Komitmen (X4)……… 51
5.5. Distribusi Frekuensi Sarana Pendukung (X5).………. 52
5.6. Distribusi Frekuensi Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Y)………. 52
5.7. Uji Validitas Instrumen X1 (Sebelum Penyisihan)... 54
5.8. Uji Validitas Instrumen X1 (Sesudah Penyisihan)... 54
5.9. Uji Reliabilitas dengan Nilai Cronbach’s Alpha (Sebelum Penyisihan)……… 55
5.10. Uji Reliabilitas dengan Nilai Cronbach’s Alpha (Sesudah Penyisihan)………. 55
5.11. Uji Validitas Instrumen (Sebelum Penyisihan)... 56
5.12. Uji Validitas Instrumen (Sesdah Penyisihan)... 56
5.13. Nilai Cronbach’s Alpha Sebelum Penyisihan... 57
5.14. Nilai Cronbach’s Alpha Sesudah Penyisihan……… 57
5.15. Uji Validitas Instrumen... 58
5.16. Uji Reliabilitas dengan Nilai Cronbach’s Alpha……….. 58
5.17. Uji Validitas Instrumen……….. 59
5.18. Uji Reliabilitas dengan Nilai Cronbach’s Alpha……….. 59
5.19. Uji Validitas Instrumen (Sebelum Penyisihan)... 60
5.21. Nilai Cronbach’s Alpha (Sebelum Penyisihan)... 61
5.22. Nilai Cronbach’s Alpha (Sesudah Penyisihan)... 61
5.23. Uji Validitas Instrumen... 62
5.24. Nilai Cronbach’s Alpha...... 62
5.25. Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test………… 63
5.26. Uji Multikolinearitas………. 65
5.27. Pengujian Goodness of Fit……… 66
5.28. Hasil Regresi Uji F………. 66
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian……… 78
2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas……… 83
3. Hasil Regresi Berganda Sebelum Transformasi………. 87
4. Hasil Regresi Berganda Sesudah Transformasi……….. 94
ABSTRAK
Aidil, 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, dan Komitmen serta Perangkat Pendukung terhadap Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Variabel dependen yang digunakan adalah Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sedangkan variabel independennya adalah Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, dan Komitmen serta Perangkat Pendukung.
Penelitian ini dilakukan atas 32 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan sebagai Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) Kota Tebing Tinggi. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, dan dengan melakukan uji kualitas data dengan validasi dan reliability atas pertanyaan. Selain itu dilakukan pengujian asumsi klasik yaitu normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, dan Komitmen serta Perangkat Pendukung berpengaruh terhadap Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Secara parsial variabel perangkat pendukung berpengaruh terhadap Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
ABSTRACT
Aidil, 2010. Some Factor Influence of Ability to the Prepare Financial Statement of Local Government (Case Study of Tebing Tinggi Goverment).
The objective of this research is to examine the effect of Regulations, Basic of Educations, Trainings, Commitment and Supporting by Pheripheral of Supporting to the Ability of Official Goverment Unit to the Prepare Financial Statement of Local Government. The dependent variable use in this research are Ability of Official Goverment Unit to the Prepare Financial Statement of Local Government and independent variable are Regulations, Basic of Educations, Trainings, Commitment and Supporting of Pheripheral.
The research sample taking is determined by sensus method. The amount of sample is about 32 respondents used by the Official Goverment Unit in Tebing Tinggi Goverment. The data collected is classified as primer data which is obtained by questionnaire distribution. Data processing is conducted by using Multiple Regression Analysis. Using method multiple regression after validity and reliability test, and use normality test, multikolinearity and heteroscedastisity.
The result of this research indicate are Regulations, Basic of Educations, Trainings, Commitment and Supporting by Pheripheral of Supporting variable are significant effect to the to the Ability of Official Goverment Unit to the Prepare Financial Statement of Local Government. Partially, shown Supporting of Pheripheral variable only are significant to the to the Ability of Official Goverment Unit to the Prepare Financial Statement of Local Government.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Memasuki era otonomi daerah dengan prinsip desentralisasi, perubahan yang
cukup fundamental terjadi di dalam mekanisme penyelenggaraan pemerintah sesuai
dengan konsep otonomi daerah yang tercantum di dalam Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah:
“Otonomi daerah adalah hak wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku”. Hal ini tentunya membawa perubahan juga terhadap pengelolaan
keuangan (fiskal) negara sehubungan dengan penyerahan kewenangan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sehingga pemerintah daerah mengatur
sendiri mengenai pengelolaan keuangan daerahnya.
Otonomi Daerah menuntut Pemerintah Daerah untuk dapat memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat. Salah satu bentuk pelayanan
tersebut adalah memberikan informasi keuangan yang transparan dan akuntabel.
Tuntutan masyarakat kepada pemerintah daerah untuk mewujudkan kepemerintahan
yang baik merupakan tuntutan untuk terselenggaranya pemerintah yang bersih,
mempertanggungjawabkan pelaksanaan melalui suatu sistem akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah. Dalam hal ini pengawasan internal pemerintah memegang
peranan penting untuk memberikan keyakinan bahwa penyelenggaraan pemerintah
dan pertanggungjawaban melalui sistem akuntabilitas tersebut telah dapat
dilaksanakan seperti yang diharapkan.
Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, Gubernur/Bupati/Walikota wajib menyampaikan laporan
keuangan kepada DPRD dan masyarakat umum setelah diaudit oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK). Laporan keuangan yang disampaikan meliputi Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan
Keuangan yang disampaikan harus disusun dan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005.
Pengelolaan keuangan pemerintah daerah harus dilakukan berdasarkan tata
kelola kepemerintahan yang baik (good governance) yaitu pengelolaan keuangan
yang dilakukan secara transparan dan akuntabel. Hal tersebut dapat terwujud jika
entitas pemerintah daerah dapat menciptakan, mengoperasikan serta memelihara
sistim pengendalian yang memadai.
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan
pengelolaan keuangan daerah memegang peranan penting dalam proses pengelolaan
keuangan daerah keseluruhan. Sedangkan keuangan daerah adalah hak dan kewajiban
daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan
yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah.
Berkaitan dengan pemerintah daerah, dalam Pasal 134 Peraturan Pemerintah
Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan bahwa
dalam rangka peningkatan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah, Gubernur/Bupati/Walikota mengatur dan menyelenggarakan Sistem
Pengendalian internal di lingkungan pemerintah daerah yang dipimpinnya. Maka
perlu dirancang suatu sistem yang mengatur proses pengklarifikasian, pengukuran
dan pengungkapan seluruh transaksi keuangan, sehingga dapat disusun menjadi
laporan keuangan. Untuk itu, pemerintah daerah harus mendesain, mengoperasikan
dan memelihara Sistem Pengendalian Internal tersebut dalam rangka menghasilkan
informasi keuangan yang handal.
Dalam rangka implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006, yang selanjutnya disebut dengan Permendagri 13, tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, maka setiap pemerintah daerah harus dapat
mempersiapkan diri untuk melakukan pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan. Untuk keberhasilan pelaksanaan Permendagri 13
tersebut, maka setiap pemerintah daerah diharuskan untuk melakukan pembenahan
diri baik dalam sumber daya manusia (SDM) maupun dalam hal lainnya yang
Pada tahun anggaran 2007, pemerintah daerah harus wajib untuk membuat
APBD sesuai dengan Permendagri 13, begitu juga dalam penatausahaan, pelaksanaan
dan pelaporan. Dalam Permendagri 13 tersebut mengharuskan setiap satuan kerja
perangkat daerah (SKPD) yang ada di pemerintah daerah membuat laporan keuangan
masing-masing SKPD selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran
berakhir. Khusus dalam penyusunan laporan keuangan daerah, pemerintah daerah
di samping memiliki kebijakan akuntansi sebagaimana dasar dalam menyusun
laporan keuangan daerah, pemerintah daerah juga harus memiliki SDM yang mampu
menyusun laporan keuangan daerah yang sesuai dengan Permendagri 13 Tahun 2006
dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Berdasarkan pernyataan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan bahwa Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) se Indonesia dalam 4 tahun terakhir
(2004-2007) dinilai sangat buruk, buruk dan buruk sekali (Berita Sore, 25 Agustus 2008)
Khusus pada Provinsi Sumatera Utara ada tahun 2006, 14 Pemerintah daerah
di Sumatera Utara mendapatkan pernyataan Tanpa Memberikan Pendapat
(TMP/Disclaimer). Lebih lanjut dinyatakan bahwa, tidak satupun dari seluruh
pemerintah Daerah se- Sumatera Utara yang menyerahkan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah 2007 tepat waktu yakni paling lambat bulan Maret 2008.
Pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi, Badan Pemeriksa Keuangan dalam
opininya pada tahun anggaran 2004 sampai dengan 2006 memberikan pendapat
dengan tahun 2009, Badan Pemeriksa Keuangan hanya memberikan pendapat Wajar
dengan Pengecualian (WDP) dari yang diharapkan Pemerintah Kota Tebing Tinggi
bahwa Badan Pemeriksa Keuangan memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP).
Berdasarkan hasil penelitian awal, rata-rata Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) di Kota Tebing Tinggi belum sepenuhnya dapat menerapkan Permendagri 13
Tahun 2006 dan Standar Akuntansi Pemerintah sesuai dengan ketentuan dalam
Pelaporan Keuangan, karena adanya perubahan metode pencatatan dari single entry
menjadi doubel entry sehingga masing-masing SKPD belum sepenuhnya mampu
menyusun laporan keuangan dalam bentuk realisasi anggaran, neraca, arus kas
maupun catatan atas laporan keuangan dan pelaporan tidak sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan yakni paling selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sesudah tahun
anggaran berakhir.
Adapun fenomena yang terjadi dalam penyusunan laporan keuangan Satuan
Kerja Perangkat Daerah dan Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi yang dapat
peneliti identifikasi bahwa penyusunan Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang disusun oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK – SKPD)
belum sepenuhnya memahami dan mengerti untuk melaksanakan akuntansi dan
menyusun laporan keuangan yang pada umumnya tidak memiliki disiplin ilmu dan
bukan yang berasal dari pendidikan akuntansi, sehingga akan menyulitkan PPK –
SKPD untuk menyusun laporan keuangan yang bersesuaian dengan Permendagri
sumber daya manusia yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi sangat
diperlukan dalam penyusunan laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah dan
pemerintah daerah.
Untuk menghasilkan laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan, kepala daerah harus membuat sistem akuntansi pemerintahan daerah.
Sistem akuntansi pemerintahan daerah ditetapkan oleh kepala daerah dengan
peraturan daerah yang mengacu kepada peraturan daerah tentang pokok pengelolaan
keuangan daerah. Selain itu, pemerintah daerah harus juga menetapkan kebijakan
akuntansi berdasarkan peraturan kepala daerah yang berpedoman pada Standar
Akuntansi Pemerintahan. Berdasarkan pengamatan peneliti, bahwa Pemerintah Kota
Tebing Tinggi belum memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang Pokok-pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Kepala Daerah (Perkada) tentang Sistem
Akuntansi dan Kebijakan Akuntansi. Dengan adanya Peraturan Daerah (Perda) dan
Peraturan Kepala Daerah (Perkada) tentang Sistem Akuntansi dan Kebijakan
Akuntansi inilah Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK –SKPD) dan PPKD
akan melaksanakan penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah dalam rangka
menyahuti adanya perubahan – Peraturan yang berlaku tersebut.
Mempercepat proses akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan,
Pemerintah Kota Tebing Tinggi juga belum memiliki software yang memadai. Pada
saat ini software yang tersedia hanya penggunaan aplikasi Acces yang belum dapat
Pemerintahan, sehingga dapat memperlambat dalam penyusunan laporan keuangan
pemerintah daerah.
Belum sepenuhnya Satuan Kerja Perangkat Daerah mampu menyusun laporan
keuangan dalam bentuk realisasi anggaran, neraca, arus kas maupun catatan atas
laporan keuangan dan pelaporan tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
yakni paling selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sesudah tahun anggaran berakhir
diduga belum adanya komitmen dari Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK –
SKPD) untuk memahami dan memperbaharui penyusunan laporan keuangan
pemerintah daerah yang sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan
Standar Akuntansi Pemerintahan. Sehingga tanpa adanya komitmen dari PPK –
SKPD tersebut maka untuk melakukan penyusunan laporan keuangan Satuan Kerja
Perangkat Daerah sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan Standar
Akuntansi Pemerintahan tersebut tidak akan tercapai.
Pemerintah Kota Tebing Tinggi yang dalam hal ini terdiri dari 1 Sekretaris
Kota, 1 Sekretariat DPRD, 2 Lembaga Asisten, 8 Bagian, 12 Dinas, 4 Badan, 6
Kantor, 5 Kecamatan dan 35 Kelurahan. Pemerintah Kota Tebing Tinggi
menjalankan roda pemerintahannya dipimpin oleh seorang Walikota. Sebagai wujud
pelayanan terhadap masyarakat maka pemerintah daerah menyusun rancangan
pembangunan yang dituangkan ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Sesuai dengan Kepmendagri Nomor 13 Tahun 2006 (Pasal 5) menyatakan bahwa
Kepala Daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
pejabat pengguna anggaran/pengguna barang. Untuk melaksanakan fungsi dan tata
usaha usaha keuangan pada SKPD, maka diangkat oleh SKPD seorang yang dapat
menjalankan fungsi dan tata keuangan sebagai PPK – SKPD (Pejabat Penatausahaan
Keuangan – Satuan Kerja Perangkat Daerah).
Walikota Tebing Tinggi, selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan
daerah melimpahkan kekuasaannya dalam pengelolaan keuangan kepada SKPD.
Pemerintah Kota Tebing Tinggi, selaku memiliki 30 (tiga puluh) Satuan Kerja
Perangkat Daerah. Untuk menjalankan fungsi dan tata usaha keuangan di masing-
masing SKPD diangkat seorang PPK (Pejabat Penatausahaan Keuangan).
Latar belakang pendidikan yang dimiliki di bidang penatausahaan keuangan
daerah hendaknya disesuaikan dengan tugas yang dilaksanakan. Dari 31 (tiga puluh
satu) Satuan Kerja Perangkat Daerah termasuk Sekretariat Daerah Kota, yang
bertindak sebagai Pejabat Penatausahaan Keuangan memiliki latar belakang
pendidikan yang memiliki cukup beragam. Menurut data yang ada, dari seluruh
Satuan Kerja Perangkat Daerah di Pemerintah Kota Tebing Tinggi hanya 3 (tiga)
yang mempunyai latar belakang pendidikan Akuntansi. Latar belakang pendidikan
PPK – SKPD inilah yang menyebabkan rendahnya kemampuan tiap-tiap SKPD untuk
menyusun laporan keuangan pemerintah daerah. Selain itu juga masih rendahnya
komitmen untuk memahami dan melaksanakan peraturan yang selalu berubah-ubah
yang tidak konsisten antara peraturan yang satu dengan peraturan yang lain.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan instansi
memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang terutama bidang akuntansi
dan melaksanakan pendidikan berkelanjutan, seperti mengikuti
pelatihan-pelatihan/lokakarya dan seminar sehingga mempunyai kemampuan yang lebih baik
di dalam melakukan tata kelola pemerintahan yang baik (good government). Oleh
karena itu, Peraturan, latar belakang pendidikan, pelatihan, komitmen, perangkat
pendukung yang ada mendukung terhadap penciptaan akan kemampuan aparatur
terkait dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah.
Dalam menyajikan tata kelola keuangan yang baik, maka Pemerintah Daerah
harus dapat menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah yang sesuai dengan
Permendagri 13 Tahun 2006 dan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Untuk
melihat faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyusunan laporan keuangan
pemerintah daerah yang transparan dan akuntabilitas. Berdasarkan uraian tersebut,
melalui penelitian ini, penulis akan melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi)”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis ingin meneliti
pemasalahan: “Apakah Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, dan
Komitmen serta Perangkat Pendukung secara simultan dan parsial berpengaruh
terhadap Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah yang telah
diuraikan, maka penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan membuktikan secara
empiris pengaruh Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, dan Komitmen
serta Perangkat Pendukung secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap
Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat:
1. Bagi Pemerintah Kota Tebing Tinggi, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbagan pemikiran tentang langkah-langkah apa saja yang harus
diambil agar Satuan Kerja Perangkat Daerah memiliki kemampuan dalam
menyusun laporan keuangan pemerintah daerah.
2. Bagi peneliti diharapkan dapat menambah pengalaman, pemahaman kemampuan
intelektual tentang pengaruh apakah Peraturan, Latar Belakang Pendidikan,
Pelatihan, dan Komitmen serta Perangkat Pendukung dapat mempengaruhi
Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah.
3. Bagi dunia pendidikan diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu yang
berkembang sebelumnya, serta dapat memperkaya khasanah terhadap jenis
penelitian yang sama.
1.5. Originalitas
Penelitian ini terinspirasi dari penelitian terdahulu, Azhar (2007) dengan judul
penelitian “Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan Permendagri
Nomor 13 Tahun 2006 pada Pemerintah Kota Banda Aceh”. Adapun variabel
Independen yakni Regulasi (X1), SDM (X2), Komitmen (X3), Perangkat Pendukung
(X4), sedangkan variabel dependennya adalah Permendagri 13 Tahun 2006 (Y).
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba memfokuskan variabel Regulasi
dengan Peraturan, dan SDM dengan latar belakang Pendidikan dan dengan
menambah satu variabel yakni pelatihan yang menjadi variabel independen serta
menggunakan variabel Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Daerah (Y)
dengan beberapa dimensi variabel diadopsi dari riset yang dilakukan oleh Tarigan
(2008). Selain itu obyek penelitian mengambil sampel pada beberapa SKPD
di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Dasar pemilihan obyek penelitian
pada Kota Tebing Tinggi mengingat semangat dan upaya yang dilakukan untuk
memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian sangat tinggi sehingga penentuan
keberhasilan dalam penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan Standar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kepengurusan
sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh suatu entitas. Laporan keuangan yang
diterbitkan harus disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku agar laporan
keuangan tersebut dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya
atau dibandingkan dengan laporan keuangan entitas yang jelas.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, dalam ketentuan umumnya menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut. Selanjutnya dalam Pasal 4 dikatakan pula bahwa, pengelolaan
keuangan daerah dilakukan dengan tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efektif, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan, bahwa laporan keuangan merupakan laporan terstruktur
pelaporan. Entitas pelaporan dalam pemerintah adalah unit pemerintahan yang terdiri
dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan perundang-undangan
wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan, yang
terdiri dari: (a) Pemerintah Pusat, (b) Pemerintah Daerah, (c) Satuan organisasi
di lingkungan pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika menurut perundang-
undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah terdiri dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian
sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang
menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu
periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung oleh laporan realisasi
anggaran terdiri dari pendapatan, belanja transfer dan pembiayaan.
2. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset,
kewajiban dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Aset adalah sumber ekonomi
yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan
diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat
diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan
dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Kewajiban adalah utang yang timbul
dan peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar
sumber daya ekonomi pemerintah. Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih
pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah.
3. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas
operasional, invenrasi aset non keuangan, pembiayaan, dan transaksi non
anggaran yang menggambarkan saldo awal,penerimaan,pengeluaran dan saldo
akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu. Unsur yang mencakup
dalam laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas.
4. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka
yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas.
Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan
akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang
diharuskan dan dianjurkan untuk mengungkapkan di dalam Standar Akuntansi
Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan
penyajian laporan keuangan secara wajar.
2.1.2. Prinsip-prinsip Penyusunan Laporan Keuangan Daerah
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan dikemukakan bahwa ada delapan prinsip yang digunakan
a. Basis Akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah
berbasis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam laporan
realisasi anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas
dalam neraca.
b. Nilai Historis (Historical Cost)
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar
nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada saat
perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan
akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di mana yang akan datang dalam
pelaksanaan kegiatan pemerintah.
c. Realisasi (Realizition)
Bagi pemerintah, pendapatan yang telah diotorisasikan melalui anggaran
pemerintah selama suatu tahun fiskal akan digunakan untuk membayar hutang
dan belanja dalam periode tertentu.
d. Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form)
Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa
lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu
dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan
hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa tidak
konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkap
e. Periodisitas (Periodicity)
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu dibagi
menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan
posisi sumber daya akan dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yang
digunakan adalah tahunan. Namun, periode bulanan, triwulan dan semesteran
juga dianjurkan.
f. Konsistensi (Consistency)
Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode
ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal). Hal ini tidak
berarti bahwa tidak boleh tidak perubahan dari satu metode akuntansi ke metode
akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat
bahwa metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih
baik dibandingkan dengan metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan
metode ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
g. Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure)
Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat
ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan atau catatan atas
laporan keuangan.
h. Penyajian Wajar (Fair Presentation)
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar laporan realisasi anggaran, neraca,
penyusun laporan keuangan diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian
peristiwa atau keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan
mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan
sehat alam menyusun laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur
kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian
sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak
dinyatakan terlalu rendah.
2.1.3. Dasar Hukum Keuangan Daerah
Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah sebagai suatu perwujudan dari
rencana kerja keuangan akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam tahun
anggaran yang bersangkutan selain berdasarkan pada ketentuan-ketentuan umum juga
berlandaskan pada:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Sebagai Daerah Otonom.
3. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Penyusunan, Pertanggungjawaban dan Pengawas Keuangan Daerah serta Tata
Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan
Penyusunan Perhitungan APBD.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 tentang
Pembendaharaan Negara.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
2.1.4. Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Daerah
Sesuai dengan peraturan perundangan yang telah ditetapkan baik dalam
Standar Akuntansi Pemerintahan maupun Permendagri Nomor 13 Tahun 2006,
pemerintah daerah berkewajiban untuk menyusun laporan pertanggungjawaban
keuangan dalam bentuk laporan keuangan pemerintah daerah yang terdiri dari laporan
realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang
dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah masing-masing maupun PPKD. Pada
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, dalam rangka pertanggungjawaban keuangan
pemerintah daerah, setiap entitas pelaporan dan entitas akuntansi menyelenggarakan
daerah mengacu peraturan daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan
daerah.
Sistem akuntansi pemerintah daerah meliputi serangkaian prosedur mulai dari
proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan
keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat
dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer, sehingga tiap-tiap
entitas pelaporan dan entitas akuntansi yakni SKPD dan PPKD harus mampu
menjalankan sistem keuangan pemerintah daerah yang telah ditetapkan sekurang-
kurangnya prosedur akuntansi penerimaan kas, prosedur akuntansi pengeluaran kas,
prosedur akuntansi aset tetap/barang milik daerah dan prosedur akuntansi selain kas.
Sehingga setiap entitas pelaporan dan entitas akuntansi yakni SKPD dan PPKD
mampu menyusun laporan keuangan pemerintah daerah yakni laporan realisasi
anggaran, necara, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan dengan baik
dan benar berdasar peraturan dan perundangan yang berlaku. Kemampuan
penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah yang disusun oleh entitas pelaporan
dan entitas akuntansi dalam hal ini SKPD dan PPKD dapat diukur dengan ketepan
waktu pelaporan yakni 2 (dua) bulan setelah berakhirnya anggaran (Permendagri
Nomor 13 Tahun 2006).
Penelitian terdahulu, Azhar (2007) yang meneliti Faktor-faktor Komitmen,
Sumber Daya Manusia, Perangkat Pendukung, Regulasi yang Mempengaruhi
Keberhasilan Penerapan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 pada Pemerintah Kota
manusia, perangkat pendukung, regulasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh
keberhasilan penerapan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 pada Pemerintah Kota
Banda Aceh dan Usaha Tarigan (2008) hasil penelitiannya menyatakan bahwa
sumber daya manusia, komitmen, regulasi, ketepatan penyampaian LPJ dan saran
pendukung secara bersama mempengaruhi keberhasilan penyusunan laporan
keuangan SKPD dan Pemerintah Daerah.
2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
2.1.5.1. Peraturan
Dalam upaya menghilangkan penyimpangan dan mewujudkan sistem
pengelolaan fiskal yang berkesinambungan sesuai dengan aturan pokok yang telah
ditetapkan dalam undang-undang dasar dan asas-asas umum yang berlaku secara
universal, maka dalam penyelenggaraan pemerintah diperlukan suatu undang-undang
yang mengatur pengelolaan keuangan negara. Oleh karena itu ditetapkanlah Undang-
Undang. Undang-Undang juga telah mengantisipasi perubahan standar akuntansi
di lingkungan pemerintahan di Indonesia yang mengacu pada perkembangan standar
akunstansi di lingkungan pemerintahan secara internasional. Perubahan Peraturan
sering terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan perubahan tersebut kerap
menimbulkan perbedaan penafsiran antara peraturan dengan peraturan yang
sebelumnya. Dengan seringnya Perubahan Peraturan tersebut membuat para pegawai
kesulitan dalam melaksanakan tugasnya dengan baik terutama dalam pelaporan
pengelolaan keuangan daerah menggunakan Manual Keuangan Daerah (Makuda),
kemudian pada tahun 2002 keluar Keputusan Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 29, tetapi keputusan yang baru tersebut belum begitu dipahami kemudian
keluar Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006
dan Nomor 59 Tahun 2007 tentang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006. Peraturan yang begitu cepat diduga akan mempengaruhi keberhasilan
dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.
2.1.5.2. Latar belakang pendidikan
Manusia sebagai Sumber Daya Manusia keberadaannya sangat penting dalam
organisasi karena sumber daya manusia menunjang organisasi melalui karya,
kreativitas, dorongannya dan peran nyata seperti yang dapat disaksikan dalam setiap
organisasi. Menurut Matindas, (2002: 89) menyatakan bahwa sumber daya manusia
adalah kesatuan tenaga manusia yang dalam organisasi dan bukan hanya sekedar
penjumlahan karyawan-karyawan yang ada. Sebagai kesatuan, sumber daya manusia
harus dipandang sebagai suatu sistem di mana tiap-tiap karyawan merupakan
berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi. Sumber daya manusia diukur
berdasarkan latar belakang pendidikan yang diperoleh pegawai. Dalam kaitan dengan
kemampuan penyusunan laporan keuangan, maka lebih efektif dalam penyusunan
laporan keuangan adalah sumber daya manusia yakni pegawai yang dimiliki berlatar
belakang pendidikan akuntansi.
Menurut Gaa and Thore (2004) mengatakan bahwa pendidikan akuntansi
nilai dan kredibilitas yang mempengaruhi pilihan tersebut. Kemudian Gaa and
Thorne menyebutkan bahwa pada dasarnya akuntan memiliki tindakan berdasarkan
nilai yang ada dalam pikiran mereka.
2.1.5.3. Pelatihan
Pelatihan sebagai bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar
untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang
berlaku dalam waktu relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada
praktek daripada teori. Menurut Veithzal Rivai (2004: 226), Pelatihan dalam proses
sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi.
Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai untuk melaksanakan
pekerjaan saat ini. Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk
mencapai keahlian dan kemampuan tertentu agar berhasil guna dalam pekerjaannya.
Menurut Notoatmojo, (2003) bahwa pendidikan dan pelatihan adalah upaya
untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan
kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. Sehingga dengan adanya pelatihan
diharapkan kemampuan atau keterampilan karyawan akan meningkat.
2.1.5.4. Komitmen
Menurut Kalbers dan Fogarty (1995) komitmen organisasi cenderung
didefinisikan sebagai suatu perpaduan antara sikap dan perilaku. Komitmen
organisasi menyangkut tiga sikap yaitu, rasa mengidentifikasi dengan tujuan
organisasi, rasa keterlibatan dengan tugas organisasi, dan rasa kesetiaan kepada
komitmen organisasional yaitu, affective dan continuence. Hasil penelitiannya
mengungkapkan bahwa komitmen organisasi affective berhubungan dengan satu
pandangan profesionalisme yaitu pengabdian pada profesi, sedangkan komitmen
organisasi continuance berhubungan secara positif dengan pengalaman dan secara
negatif dengan pandangan profesionalisme kewajiban sosial.
Menurut Simanjuntak (2005: 1), Komitmen adalah kesanggupan untuk
bertanggungjawab terhadap hal-hal yang dipercayakan kepada seseorang. Komitmen
tidak ada hubungannya sama sekali dengan bakat, kepintaran atau talenta. Dengan
komitmen yang kuat akan memungkinkan seseorang bisa mengeluarkan sumber daya
fisik, mental, dan spiritual tambahan yang bisa diperoleh, sebaliknya tanpa komitmen
maka pekerjaan-pekerjaan besar akan sulit dilaksanakan.
Menurut Robin (1996) dan Yunita (2004: 44) mendefinisikan komitmen
organisasi sebagai derajat sejauhmana seorang karyawan memihak pada suatu
organisasi tertentu dan tujuannya, dan berniat memelihara keanggotaan dalam
organisasi itu. Seseorang dikatakan mempunyai komitmen organisasi apabila; percaya
dan menerima tujuan-tujuan dan nilai-nilai organisasi; rela berusaha mencapai tujuan
organisasi; memiliki kemauan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.
Ada dua pendekatan utama dalam melaksanakan studi komitmen yang
dituangkan dalam riset komitmen (Savalaner, 1998) pertama pendekatan prilaku
(behaviaral approch) yang memfokuskan pada perilaku yang terkait dengan
approch) yang ditujukan pada identifikasi individu dengan organisasi dan sarannya
(dimanifestasikan dalam pendapat dan kepercayaan).
Secara substansi, istilah komitmen sarat dengan nilai dan sasaran. Istilah
tersebut mengandung makna sebuah proses bagaimana nilai dan sasaran tersebut
tercapai atau dengan kata lain komitmen merupakan syarat sebuah keberhasilan.
Dalam kaitan dengan penelitian ini, komitmen dipandang sebagai keyakinan dan
dukungan yang kuat terhadap keberhasilan penerapan peraturan.
2.1.5.5. Perangkat pendukung
Perangkat pendukung adalah alat untuk mendukung terlaksananya kegiatan
atau pekerjaan seperti komputer, software dan lain-lain. Menurut Kenneth dan Jane
(2005) Perangkat keras adalah perlengkapan fisik yang digunakan untuk aktivitas
input, proses dan output dalam sebuah sistem akuntansi. Perangkat keras ini terdiri
dari komputer yang memproses, perangkat penyimpanan dan perangkat untuk
menghasilkan output serta media fisik untuk menghubungkan semua unit tersebut.
Sedangkan perangkat lunak menurut Kenneth dan Jane adalah sekumpulan rincian
instruksi pra program yang mengendalikan dan mengkoordinasi perangkat keras
komponen di dalam sebuah sistem informasi.
2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)
Penelitian Batubara (2008) tentang Analisis Pengaruh Latar Belakang
Pendidikan, Kecakapan Profesional, Pendidikan Berkelanjutan, dan Independensi
Medan) menunjukkan bahwa Latar Belakang Pendidikan, Kecakapan Profesional,
Pendidikan Berkelanjutan, dan Independensi Pemeriksa sebagai variabel independen
secara simultan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Kualitas Hasil
Pemeriksaan sebagai variabel dependen. Variabel Independensi Pemeriksa
mempunyai nilai pengaruh secara signifikan yang paling tinggi. Variabel Latar
Belakang Pendidikan secara parsial tidak mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan.
Penelitian Azhar (2007) tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Keberhasilan Penerapan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 pada Pemerintah Kota
Banda Aceh. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara stimulan variabel
independen yakni Regulasi (X1), Komitmen (X2), SDM (X3), Perangkat Pendukung
(X4) mempengaruhi keberhasilan penerapan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
Pemerintah Kota Banda Aceh, tetapi secara parsial bahwa variabel regulasi tidak
berpengaruh terhadap keberhasilan penerapan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
pada Pemerintah Kota Banda Aceh.
Penelitian Tarigan (2008) tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Keberhasilan Penyusunan Laporan Keuangan SKPD dan Pemerintah Daerah Pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara
stimulan variabel independen yakni Sumber Daya Manusia (X1), Komitmen (X2),
Regulasi (X3), Ketepatan Waktu (X4), Sarana Pendukung (X5) mempengaruhi
keberhasilan Penyusunan Laporan Keuangan SKPD dan Pemerintah Daerah Pada
Pendukung tidak berpengaruh terhadap keberhasilan Penyusunan Laporan Keuangan
SKPD dan Pemerintah Daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat.
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konseptual pada penelitian ini dapat digambarkan pada
Gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan Gambar 3.1 tersebut terlihat beberapa faktor yang terkait dengan
upaya penciptaan akan kemampuan aparatur terkait dalam penyusunan laporan
keuangan Pemerintah Daerah. Faktor-faktor tersebut berupa rekrutmen pegawai yang
memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang terutama bidang akuntansi Peraturan
(X1)
Latar Belakang Pendidikan
(X2)
Pelatihan
(X3)
Komitmen
(X4)
Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (Y)
Perangkat Pendukung
dan melaksanakan pendidikan berkelanjutan, seperti mengikuti pelatihan-pelatihan/
lokakarya dan seminar sehingga mempunyai kemampuan yang lebih baik di dalam
melakukan tata kelola pemerintahan yang baik (good government).
1. Pengaruh variabel peraturan terhadap kemampuan dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah
Variabel Peraturan berpengaruh terhadap kemampuan aparatur terkait dalam
penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah. Lahirnya peraturan berupa
Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 29, dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006, Nomor 59 Tahun
2007 tentang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 berpengaruh
terhadap kemampuan aparatur dan keberhasilan dalam penyajian dan penyusunan
laporan keuangan Pemerintah Daerah.
2. Pengaruh variabel latar belakang pendidikan terhadap kemampuan penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah
Variabel latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap kemampuan
aparatur terkait dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah hal ini
disebabkan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah lebih efektif disajikan
dengan kualitas sumber daya manusia yang memiliki berlatar belakang pendidikan
akuntansi.
3. Pengaruh variabel pelatihan terhadap kemampuan penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah
Variabel pelatihan berpengaruh terhadap kemampuan aparatur terkait dalam
pelatihan maka semakin mahir dan terlatih para aparatur dalam penyusunan laporan
keuangan Pemerintah Daerah.
4. Pengaruh variabel komitmen terhadap kemampuan penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah
Pengaruh variabel komitmen terhadap kemampuan aparatur terkait dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan Pemerintah Daerah disebabkan
komitmen merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat serta motivasi pegawai
terhadap keberhasilan penerapan peraturan sehingga berdampak terhadap
keberhasilan penerapan sebuah sistem.
5. Pengaruh variabel perangkat pendukung terhadap kemampuan penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah
Pengaruh variabel perangkat pendukung yang ada mendukung terhadap
penciptaan akan kemampuan aparatur terkait dalam penyusunan laporan keuangan
Pemerintah Daerah dengan bantuan alat untuk mendukung terlaksananya kegiatan
atau pekerjaan seperti adanya perangkat keras komputer dan software sehingga dalam
pelaksanaan pekerjaan lebih efisien dan lebih tepat waktu dalam penyajian laporan
keuangan pemerintah daerah.
3.2. Hipotesis
Berdasarkan kerangkap konsep, maka dapat dibuat hepotesis sebagai berikut:
Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, Komitmen dan Perangkat
penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah baik secara parsial dan secara
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian hubungan kausal (causal effect).
Penelitian ini dirancang untuk menguji pengaruh fakta dan fenomena serta mencari
keterangan keterangan secara factual yaitu penelitian yang bersifat menjelaskan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi (Sekaran, 2003: 124).
4.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Sedangkan
yang menjadi objek penelitian adalah 32 (tiga puluh dua) Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) Kota Tebing
Tinggi. Waktu penelitian direncanakan dimulai pada bulan Mei 2010.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pejabat pengelola keuangan
satuan kerja perangkat daerah (PPK-SKPD) di Pemerintah Kota Tebing Tinggi yang
mempunyai transaksi keuangan dalam anggaran pendapatan dan anggaran belanja
serta Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sebagai pengkonsolidasian laporan
keuangan. Adapun jumlah populasi yang ada sebanyak 32 (tiga puluh dua) orang.
masing-masing SKPD yang bertanggung jawab dan terkait dengan penyusunan
laporan keuangan instansi gabungan.
Jenis penelitian ini adalah sensus, seluruh populasi yaitu Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) yang dijadikan sampel. Metode yang digunakan adalah
survei, merupakan pengumpulan data primer yang diperoleh langsung dari sumber
asli Tahap yaitu Pejabat Pengelola Keuangan (PPK) Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) serta Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).
Tabel 4.1. Populasi dan Sampel Penelitian
No Satuan Kerja Perangkat Daerah Jabatan dalam Dinas
PPK – SKPD/PPKD
No Satuan Kerja Perangkat Daerah Jabatan dalam Dinas PPK – SKPD/PPKD
Pelatihan
25. RSUD. Dr. Kumpulan Pane Kasubbag Keuangan 26. Inspektorat Kepala Tata Usaha 27. Kantor Ketahanan Pangan Kepala Tata Usaha 28. Akbid PEMKO Kasubbag Keuangan 29. Kecamatan Bajenis Kasubbag Keuangan 30. Sekretariat Daerah Kota Kasubbag Umum 31. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kasubbag Keuangan 32. PPKD Kasubbag Akuntansi Sumber: Pemerintah Kota Tebing Tinggi, 2010.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini yang akan diberikan kuisioner adalah seluruh pejabat
Pengelola Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD) serta Pejabat
Pengelolaan Keuangan Daerah. Tahapan dalam pengumpulan terdiri dari dua tahap.
pertama adalah melakukan penyebaran kuisioner secara langsung kepada Pejabat
Pengelola Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD) serta Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah kemudian menunggu pengisian kuisioner tersebut.
Tahapan yang kedua adalah pengambilan kuisioner yang telah diisi oleh seluruh
Pejabat Pengelola Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD) serta
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) untuk kemudian dilakukan pengolahan
data dari kuisioner tersebut.
4.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan lima variabel independen (Peraturan, Latar
variabel dependen yaitu Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam
Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
4.5.1. Variabel Dependen
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah kemampuan
penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku yang diartikan sebagai kemampuan dari
masing-masing SKPD dalam menyusun laporan keuangan pemerintah daerah yang terdiri dari
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan Atas Laporan Keuangan sesuai
dengan Permendagri 13 Tahun 2006 dan Standar Akuntansi Pemerintahan. Pengukur
variabel ini adalah sebagai berikut:
a. Laporan keuangan SKPD yang disusun terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
b. Laporan keuangan Pemerintah Daerah yang disusun terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan.
c. PPKD menyusun laporan keuangan Pemerintah Daerah dengan cara
menggabungkan laporan-laporan keuangan SKPD.
d. SKPD dan Pemerintah Daerah harus menyusun laporan keuangan tepat waktu
yaitu untuk laporan keuangan SKPD disusun paling lambat 2 (dua) bulan setelah
tahun anggaran berakhir, sedangkan laporan keuangan pemerintah daerah paling
lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Variabel ini diukur dengan skala interval. Untuk penilaiannya adalah sebagai
1. Sangat Tidak Setuju (STS) Skor 1
2. Kurang Setuju (KS) Skor 2
3. Ragu-ragu (N) Skor 3
4. Setuju (S) Skor 4
5. Sangat Setuju (SS) Skor 5
4.5.2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini yaitu:
1. Peraturan pada variabel ini adalah Peraturan, keputusan, prosedur-prosedur dan
perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyusunan laporan
keuangan daerah. Variabel ini diukur dengan menggunakan indikator-indikator
sebagai berikut:
a. Pemerintah daerah harus membuat peraturan tentang pokok-pokok
pengelolaan keuangan daerah, sistem akuntansi dan kebijakan akuntansi
sehingga memudahkan dalam penyusunan laporan keuangan daerah.
b. Peraturan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah, sistem dan
kebijakan akuntansi harus dibuat dalam peraturan daerah dan peraturan kepala
daerah.
c. Pemerintah daerah harus membuat prosedur akuntansi penerimaan kas, dan
prosedur akuntansi aset tetap/barang milik daerah prosedur akuntansi selain
kas.
d. Sistem akuntansi SKPD dilaksanakan oleh PKK – SKPD dan sistem akuntansi
e. PPK – SKPD dan PPKD harus mengkoordinasikan pelaksanaan sistem dan
prosedur akuntansi tersebut dengan penatausahaan keuangan pengelolaan
keuangan daerah oleh bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran.
Variabel ini diukur dengan skala interval. Untuk penilaiannya adalah
sebagai berikut:
1. Sangat Tidak Setuju (STS) Skor 1
2. Kurang Setuju (KS) Skor 2
3. Ragu-ragu (N) Skor 3
4. Setuju (S) Skor 4
5. Sangat Setuju (SS) Skor 5
2. Latar belakang pendidikan dalam penelitian ini adalah latar belakang pendidikan
yang diperoleh pejabat pengelola keuangan Satuan kerja perangkat Daerah (PKK
– SKPD) dan pejabat pengelola keuangan Daerah (PPKD) di bangku pendidikan
formal menunjang kemampuannya melaksanakan penyusunan laporan keuangan
SKPD dan pemerintah daerah. Indikator yang digunakan untuk mengukur
variabel ini adalah sebagai berikut:
a. Pegawai mempunyai latar belakang pendidikan akuntansi.
b. Penempatan pegawai pada posisi yang tepat dan benar sebagai PPK –
SKPD, bendahara penerimaan maupun bendahara pengeluaran.
Variabel ini diukur dengan skala Interval. Untuk penilaiannya adalah sebagai
berikut:
2. Kurang Setuju (KS) Skor 2
3. Ragu-ragu (N) Skor 3
4. Setuju (S) Skor 4
5. Sangat Setuju (SS) Skor 5
3. Pelatihan dalam penelitian ini adalah seperangkat penambahan pengetahuan dan
keterampilan responden yang bertujuan agar dapat meningkatkan profesionalisme
dan produktivitas kerja yang baik dalam kemampuan penyusunan laporan
keuangan pemerintah daerah. Adapun penyusunan laporan keuangan pemerintah
daerah. Adapun indikator pengukuran variabel ini adalah sebagai berikut:
a. Pengalaman bekerja pegawai di bidang pengelolaan keuangan daerah
b. Pegawai yang pernah mengikuti pelatihan mengenai akuntansi.
Variabel ini diukur dengan skala interval. Untuk penilaiannya adalah sebagai
berikut:
1. Sangat Tidak Setuju (STS) Skor 1
2. Kurang Setuju (KS) Skor 2
3. Ragu-ragu (N) Skor 3
4. Setuju (S) Skor 4
5. Sangat Setuju (SS) Skor 5
4. Komitmen artinya adalah keinginan dari setiap Pejabat Pengelola Keuangan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK – SKPD) dan Pengelolaan Keuangan