PEREMPUAN PENJAGA PARKIR
(Studi Deskriptif Tentang Perempuan Sebagai Penjaga Parkir di Kota Medan )
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapat Gelar
Sarjana Ilmu Sosial Dalam Bidang Antropologi
Disusun Oleh :
Dangiel Sitorus
050905021
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Skripsi ini diajukan oleh Dangiel Sitorus, Nim: 050905021 guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada jurusan Ilmu Antropologi.
Judul mengambil studi kasus Perempuan Penjaga Parkir di Kota Medan, kususnya di Kelurahan Babura Kec. Medan Baru Kotamadya Medan. Perempuan bekerja penjaga parkir adalah fenomena yang sangat menarik untuk dijadikan skripsi karena terlibat perempuan bekerja diluar rumah. Alasan mereka bekerja adalah untuk mencari pekerjan yang layak dan untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya.Akibat ketiadaan keahlian dan pendidikan mereka terpaksa menerima tawaran bekerja dalam sektor informal.
Babura salah satu Kelurahan yang berada di Kota Medan. Khususnya para migran yang datang dari Tapanuli kususnya suku Batak Toba yang bekerja sebagai penjaga parkir. Pada umumnya alasan mereka bekerja adalah untuk menambah penghasilan, mencari jaringan, memperbaiki kehidupan nantinya. Selain faktor ekonomi, ternyata ada faktor-faktor lain yang membuat mereka bekerja yaitu adanya untuk kesenangan masa muda dan memperluas jaringan- jaringan sosial dan hubungan- hubungan sosial yang bisa membina sesama perempuan penjaga parkir. Dalam hubungan tempat tinggal, para perempuan yang selalu terjaga kebersamaan yang baik. Dengan adanya berbagai jaringan dan yang dilakukan oleh para penjaga parkir perempuan.
Adanya hubungan- hubungan sosial yang mengikat mereka dalam lingkungan ini membawa dampak terhadap hubungan- hubungan mereka dalam kontesk kerja. Dalam bekerja mereka membentuk beberapa kelompok yang didasakan pada hubungan- hubungan sosial di atas. Karena dasar pembentukan kelompok adalah hubungan- hubungan atau jaringan sosial, demi kekompakan mereka dalam tempat kerja yang saling memberikan dorongan yang bisa membuat mereka semangat dalam pekerjaanya. Dengan penciptaan suatu kerja sama yang baik antara penjaga parkir ini maka kelompok sosial mereka juga akan terjaga dan jaringan sosianya akan baik selamanaya. Mereka tidak mempunyai keinginan untuk bekerja pada sektor informal lainya, walaupun sebenarnya banyak sektor informal yang lebih mengangkat harkat dan martabat dan meningkatkan penghasilan mereka.
DAFTAR ISI
ABSTRASI ………i
DAFTAR ISI………..ii
DAFTAR TABEL ………vii
KATA PENGANTAR……….viii
BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
1.5 Lokasi Penelitian ... 7
1.6 Tinjauan Pustaka ... 7
1.6.1 Prespektif Agama ... 10
1.6.2 Prespektif Budaya ... 11
1.6.3 Prespektif Keluarga ... 12
1.6.4 Perempua n Karir ... 13
1.6.5 Metode Penelitian ... 15
1.6.6 Analisis Data ... 17
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1Sejarah Kota Medan ... 19
2.2 Kota Medan Secara Geografis ... 20
2.4 Kota Medan Secara Kultural ... 25
2.5. Kota Medan Secara Ekonomi ... 26
2.6 Kota Medan Secara Sosial ... 28
2.7 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Babura ...32
2.7.1 Sarana Pemukiman ... 32
2.7.1.1 Sarana Kesehatan ... 32
2.7.1.2 Sarana Perumahan Penduduk ...32
2.7.1.3 Sarana Jalan dan Pengangkutan ... 33
2.7.1.4 Sarana Pendidikan ... 33
2.7.2 Keadaan Penduduk... 34
2.7.2.1 Jumlah Penduduk ... 34
2.7.2.2 Mata Pencaharian ... 34
BAB III : AKTIFITAS KEHIDUPAN PEREMPUAN PENJAGA PARKIR DI KELURAHAN BABURA KECAMATAN MEDAN BARU 3. kehidupan perempuan penjaga parkir……….37
3.1 Identitas Informan ... 40
3.1.1 Umur Informan... 40
3.1.2 Tingkat Pendidikan ... 42
3.1.3 Status Perkawinan Informan ... 43
3.1.4 Alasan Perempuan Bermigran ... 45
3.1.6 Alasan Perempuan Bekerja Menjadi Penjaga
Parkir ... 49
3.2 Aktifitas Perempuan Penjaga Parkir ... 53
3.2.1 Aktifitas Penjaga Parkir ... 53
3.2.2 Sistem Pengupahan Jam Kerja ... 56
3.3 Alokasi Pembagian Waktu ... 61
3.4 Peranan Istri dalam Keluarga... 64
BAB IV : POLA JARINGAN SOSIAL DAN PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PENJAGA PARKIR PEREMPUAN 4.1 Pola Jaringan Sosial dalam Lingkungan Tempat Parkir Perempuan ... 67
4.1.1 Jaringan Penjaga Parkir Laki-laki Dengan Penjga Parkir Perempun ... 68
4.1.2 Jaringan Sosial dalam Ketetanggaan ... 70
4.1.3 Jaringan Sosial dalam Perkumpulan Sesama Tukang Parkir ... 72
4.1.4 Jaringan Sosial dalam Kelompok Arisan ( Jula-Jula) ... 73
4.1.5 Jaringan Sosial dalam Mencari Tempat Parkir ... 75
4.1.6 Jaringan Sosial dalam Lingkungan Kerja ... 76
4.1.8 Jaringan Sosial dalam Keluarga ... 77
4.1.9 KebersamaanAntara Penjaga Parkir dengan Keluarga
Di Kampung ... 79
4.2 Berbagai Pandangan Masyarakat Terhadap
Perempuan Penjaga Parkir ... 80
4.2.1 Pandangan Penjaga Parkir Laki-Laki
Terhadap Perempuan penjaga parkir ... 81
4.2.2 Pandangan Masyarakat Pegawai Negeri Atas
Profesi Perempuan penjaga parkir ... 82
4.2.3 Pandangan Mahasiswa Terhadap Profesi
Perempuan penjaga parkir... 83
4.2.4 Pandangan Masyarakat Di Sekitar Kelurahan
Babura Terhadap Penjaga Parkir Perempuan ... 84
BAB V : KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan Dan Saran- saran... 87
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Laju Pertumbukan dan Kepadatan Penduduk ... 24
Tabel 2 StatistiK Ekonomi Medan ... 27
Tabel 3 Statistik Sosial Pembagunan Kota Medan ... 29
Tabel 4 Klasifikasi Rumah Tempat Tinggal ... 33
Tabel 5 Sarana Pendidikan Babura ... 34
Tabel 6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 35
Tabel 7 Mata Pencaharian Babura ... 36
Tabel 8 Umur Informan ... 41
Tabel 9 Tingkat Pendidikan Informan... 43
Tabel 10 Status Perkawinan Informan ... 44
Tabel 11 Alasan Pindah Ke Medan ... 45
Tabel 12 Lamanya Menetap Di Babuara ... 47
Tabel 13 Status Kepemilikan Rumah ... 48
Tabel 14 Alasan Bekerja Informan ... 49
Tabel 15 Pekerjaan Suami Informan ... 50
Tabel 16 Penghasilan Suami Informan ... 51
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa.
Atas anugerahnya maka penulis dapat melaksanakan penelitian dan penulisan
skripsi yang berjudul “PEREMPUAN PENJAGA PARKIR”Studi Deskriptif
tentang perempuan sebagai penjaga parkir di Kota Medan ). Penelitian ini
dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat sarjana S-1 bidang
Antropologi Sosial di Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang tulus atas
perhatian dan peranserta kepada :
1. Bapak Prof. Dr.Badaruddin Rangkuti., M.Si . selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Zulkifli Lubis, M.Si., sebagai Ketua Departemen Antropologi
Sosial FISIP USU yang telah banyak membantu mulai awal perkuliahan
hingga penulisan skripsi.
3. Ibu Dra. Sabariah Bangun M.Soc. Sc, sebagai Pembimbing Utama, yang
telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis
dan telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga bagi penulis.
4. Bapak Drs. Irfan Simatupang, M.si dan Bapak Dr. R. Hamdani Harahap,
M.Si. sebagai penguji, yang memberikan masukan guna perbaikan hasil
5. Ibu Dra. Sri Alem Sembiring, M.Si., Ibu Dra. Ryta Tambunan, M.Si.,
selaku pengajar pada Departemen Antropologi, dan seluruh staf pengajar
pada Departemen Antropologi FISIP USU yang membimbing penulis
selama dalam perkuliahan serta staf Administrasi FISIP USU.
6. Ibu Ibu T. Sianipar, Ibu. Waruwu, Yani, dan masih banyak perempuan
yang tidak disebutkan satu persatu dan Bapak T.Tarigan serta seluruh
kalangan yang memberikan informasi dan data- data yang di perlukakan
peneliti yang berada di kelurahan Babura,
7. Khusus kepada Bapak dan Mama tercinta, terima kasih atas kesabaran dan
dukungan serta doa kepada penulis sampai skripsi ini selesai.
8. Buat Abang saya yakni Bang Wesli Sitorus dan buat Kakak Lenny Sitorus
SE serta adik-adik Melda Sitorus, Ganda Sitorus yang telah memberikan
semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.
9. Keluarga Inang guda Uda, Opung, Septi, Enrik, Roberto,Lilis, Elpi, dan
semuanya keluarga yang tidak bisa di sebutkansatu persatu terimakasih
semagat yang kalian berikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi..
10. Senior-senior saya yang baik hati dalam membantu dan memberikan
semangat kepada abang Abu, Bang Sandrak Manurung, Kakak Aulia
(Kekem), Kakak Marta, Kakak Nanik, terima kasih atas bantuan dan
semangat yang diberikan kepada penulis.
11. Kerabat-kerabat mahasiswa/i Antropologi Fisip USU yakni Eva
Manurung, Christon, Bambang , Minartina Saragih, Naomi Nova
Meiny Saragih, Santi, Minarwati, Toni Manurung, Roseva, Salsa, Tuti, dan
seluruh anak Antropologi 2005 yang tidak dapat penulis sebutkan, Terima
kasih atas dorongan dan semangat serta bantuan yang diberikan dalam
lapangan dan dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Terima kasih buat kamu adek yang selalu bemberikan dorongan dan
semagat buat abang dalam megerjakan skripsi ini. L.Silaen
13. Terima kasih buat teman- teman satu kost Betani CAMP: Amir, Aditia,
Togu, Josep, Ramles, wosvi, Rapael, Mundin, Sari, Tina, Pretty, Anto
sitorus dan tidak bisa disebutkan satu persatu dan terima kasih buat ibu
kost, Abang Anre sekeluarga, Kakak Nurhaini dan selaku Abang kos
selama penulis tingal dalam perkuliahan.
14. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak penulis sebutkan di sini.
Penulis Menyadari akan keterbatasan penulis, ilmu yang dimiliki maka
skripsi atau hasil penelitian ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan,
untuk itu koreksi dan masukan dari berbagai pihak guna penyempurnaan
hasil penelitian ini sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini berguna
bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Medan, November 2010
Penulis
ABSTRAK
Skripsi ini diajukan oleh Dangiel Sitorus, Nim: 050905021 guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada jurusan Ilmu Antropologi.
Judul mengambil studi kasus Perempuan Penjaga Parkir di Kota Medan, kususnya di Kelurahan Babura Kec. Medan Baru Kotamadya Medan. Perempuan bekerja penjaga parkir adalah fenomena yang sangat menarik untuk dijadikan skripsi karena terlibat perempuan bekerja diluar rumah. Alasan mereka bekerja adalah untuk mencari pekerjan yang layak dan untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya.Akibat ketiadaan keahlian dan pendidikan mereka terpaksa menerima tawaran bekerja dalam sektor informal.
Babura salah satu Kelurahan yang berada di Kota Medan. Khususnya para migran yang datang dari Tapanuli kususnya suku Batak Toba yang bekerja sebagai penjaga parkir. Pada umumnya alasan mereka bekerja adalah untuk menambah penghasilan, mencari jaringan, memperbaiki kehidupan nantinya. Selain faktor ekonomi, ternyata ada faktor-faktor lain yang membuat mereka bekerja yaitu adanya untuk kesenangan masa muda dan memperluas jaringan- jaringan sosial dan hubungan- hubungan sosial yang bisa membina sesama perempuan penjaga parkir. Dalam hubungan tempat tinggal, para perempuan yang selalu terjaga kebersamaan yang baik. Dengan adanya berbagai jaringan dan yang dilakukan oleh para penjaga parkir perempuan.
Adanya hubungan- hubungan sosial yang mengikat mereka dalam lingkungan ini membawa dampak terhadap hubungan- hubungan mereka dalam kontesk kerja. Dalam bekerja mereka membentuk beberapa kelompok yang didasakan pada hubungan- hubungan sosial di atas. Karena dasar pembentukan kelompok adalah hubungan- hubungan atau jaringan sosial, demi kekompakan mereka dalam tempat kerja yang saling memberikan dorongan yang bisa membuat mereka semangat dalam pekerjaanya. Dengan penciptaan suatu kerja sama yang baik antara penjaga parkir ini maka kelompok sosial mereka juga akan terjaga dan jaringan sosianya akan baik selamanaya. Mereka tidak mempunyai keinginan untuk bekerja pada sektor informal lainya, walaupun sebenarnya banyak sektor informal yang lebih mengangkat harkat dan martabat dan meningkatkan penghasilan mereka.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kajian tentang perempuan merupakan suatu kajian yang tidak
habis-habisnya dan banyak menarik perhatian para ahli. Hal ini terbukti dengan
banyaknya berbagai penelitian selama ini terhadap masalah perepuan terutama
tentang peranan perempuan dalam ekonomi rumah tangga. Namun penelitian
tentang peranan perempuan ini selalu kembali kepada kenyataan bahwa tidak ada
defenisi yang seragam mengenai peranan perempuan, tetapi selalu kebudayaan
tertentu. Perempuan sebagai individu yang bebas juga memiliki harapan-harapan,
kebutuhan-kebutuhan, minat-minat, dan potensinya sendiri. Menurut pandangan
psikologis humanistik, yang menenkankan nilai positif manusia, perempuan juga
membutuhkan aktualisasi diri yang seoptimal mungkin demi pengembangan
dirinya, yaitu sesuatu yang pada akhirnya juga membawa dampak positif pada
pengembangan umat manusia secara umum ( E. K. Poewandari, 1995 : 314 ).
Sebenarnya dapat dikatakan bahwa perbedaan-perbedaan yang mendasar
antara tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan. Salah satunya adalah
presentase keterlibatan di pasar tenaga kerja, perempuan masih tertinggal
jumlahnya daripada laki-laki. Alasan yang lain adalah persoalan jenis pekerjaan,
perempuan biasanya terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan yang dianggap kurang
terampil, kurang stabil (mudah mengalami penyusutan), berupa relatif lebih
rendah daripada laki-laki dan kemungkinan untuk naik jenjang sangat kecil.
rumah tangga dengan kondisi sosial ekonomi menengah ke bawah. Di mana
bekerja menjadi suatu strategi menghadapi tekanan ekonomi sekaligus
mewujudkan rasa tanggungjawab terhadap kelangsungan ekonomi rumah
tangganya. Adapun alasan lain mengapa perempuan ingin bekerja ialah karena
mereka ingin memiliki uang sendiri dan agar biasa mengambil keputusan sendiri
tanpa harus minta izin atau berembug dengan suami (Abdullah, 1997 : 230)
Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa dari tahun ke tahun, makin
banyak perempuan yang berperan ganda. Sebagian perempuan bekerja karena
memang kondisi rumah tangga yang menuntut agar mereka ikut berperan serta
dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan sebagian lagi bekerja
untuk kepentingan diri sendiri, yaitu untuk kepuasan batin dan sarana aktualisasi.
Bagi sebagian wanita dengan kelas ekonomi menengah ke atas, bekerja dianggap
sebagai sarana untuk menjalin komunikasi dengan dunia luar. Untuk kalangan
perempuan dengan kelas ekonomi bawah, sebetulnya peran ganda bukan suatu
hal yang baru. Sejak dulu mereka biasa bekerja sambil tetap mengasuh anak
sehingga punya suami ataupun tidak, mereka tetap dituntut untuk bekerja guna
mencukupi kebutuhan. Sehingga pada situasi ini perempuan akan tersudutkan
pada kondisi yang sulit, karena bekerja di satu sisi bagi mereka adalah suatu
keharusan, maka seringkali memaksa mereka menerima pekerjaan tanpa
pertimbangan yang matang, apapun jenis pekerjaan itu.
Hal ini biasanya diakibatkan akses terhadap lapangan pekerjaan dan
rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki. Kaum perempuan dirasakan akan
ekonomi. Sehingga keadaan semacam inilah yang akhirnya membua “ bargaining
power “. perempuan menjadi lemah, dan mereka terpaksa menerima jenis
pekerjaan yang sebetulnya kurang disukai atau bahkan dianggap kurang sesuai
dengan kodratnya sebagai perempuan. Situasi ini akhirnya juga menempatkan
perempuan sebagai pihak yang mudah untuk dipemainkan pihak lain, seperti
mandor, calo, dan para pengusaha.
Banyak perempuan yang memilih pekerjaan sektor informal. Biasanya
jenis pekerjaan yang mereka geluti adalah jenis pekerjaan yang dekat dengan
aktivitas kesehariannya seorang perempuan, seperti : berdagang, membuka
warung, menjahit pakaian, menjadi pekerja salon, dan sebagainya. Namun
kenyataannya sekarang, tidak ada lagi pembatasan tempat di mana perempuan
tidak dapat bekerja. Hal ini dilihat dari pekerjaan-pekerjaan perempuan sekarang
yang menggeluti bidang yang dahulu diketahui sebagai lahannya kaum lelaki,
antara lain : penjaga pom bensin, supir angkutan umum, tukang becak, tukang
bengkel, dan penjaga parkir. Untuk kawasan yang relatif maju dan berpenduduk
cukup besar di Indonesia, Kota Medan merupakan salah satu kota yang banyak
menjanjikan peluang untuk berusaha dan bekerja. Salah satunya adalah sebagai
penjaga parkir. Kondisi ini sedikit banyak dipengaruhi oleh kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang merupakan imbas dari globalisasi.
Masyarakat dengan berbagai kultur secara sengaja tidak akan berperan sebagai
pencipta dan pengguna teknologi. Salah satunya adalah perkembangan tingkat
pembangunan seperti mall, ruko, indomaret, rumah makan dan lain-lain tidak
Pada kasus perempuan yang berprofesi sebagai penjaga parkir, mereka
masih dianggap aneh dan dipadang sebelah mata oleh sebagian kalangan
masyarakat. Hal ini bukan hanya menyangkut pergeseran isu perempuan feminin,
namun juga anggapan bahwa perempuan sedikit banyak akan mengalami kendala
dengan situasi sosial yang notabene masih jarang dikerjakan oleh kaum hawa.
Belum lagi hal ini dikaitkan dengan pandangan perempuan sendiri yang pada
faktanya kebanyakan tidak ingin memilih jenis pekerjaan yang biasanya menjadi
lahannya laki-laki, apalagi pekerjaan sebagai penjaga parkir. Hal ini sedikit
banyak juga berkaitan dengan fakta bahwa dunia kerja laki-laki itu identik dengan
kekerasan dan persaingan. Sehingga apabila kaum perempuan memasukinya
mungkin akan ada potensi untuk dilecehkan dan mendapat berbagai stereotipe
negatif pada mereka.
Fenomena ini bukan hanya memperlihatkan pergeseran peran yang terjadi
antara laki-laki dan perempuan dalam sektor publik, namun juga anggapan yang
selama ini dikonstruksikan dalam masyarakat, bahwa perempuan adalah sosok
feminin, lemah, dan harus dilindungi ternyata berangsur-angsur bergeser.
Sekarang perempuan juga dituntut harus mampu “ menghandle” jaman dan
berbagai persoalan hidup yang semakin kompleks.
Keadaan ini semakin menarik bukan hanya karena jenis pekerjaannya
cukup “menantang “ tapi juga kita ketahui bersama bahwa pada sebagian besar
masyarakat (keluarga) di Indonesia masih sangat kental budaya patriakhinya,
tidak terkecuali di Kota Medan. Di mana budaya ini selalu mengedepankan
perempuan jarang diberi kesempatan, hak, dan kebebasan mengeluarkan pendapat
atau kehendak termasuk dalam hal memilih jenis pekerjaan.
Di Kota Medan sendiri, kebebasan perempuan yang berprofesi penjaga
parkir biasa dibilang belum begitu mendapat sorotan. Hal ini selain dikarenakan
jumlah mereka yang memang sedikit, juga karena daerah atau tempat kerja
(parkiran) mereka yang memang berbeda satu sama lain, sehingga sulit untuk
menemukan mereka berada di suatu tempat yang sama. Daerah atau tempat kerja
mereka di wilayah Kota Medan, antar lain : Medan Baru, Daerah Medan Petisah,
Lapangan Merdeka, dan daerah padang bulan dan lainya. Memang nantinya masih
banyak tantangan yang akan didapat kelompok tersebut karena mereka dianggap “
mencuri “ lahannya laki-laki, yag didukung oleh faktor-faktor cultural dan sosial
yang juga akan menghambat kemajuan perempuan. Untuk itu dituntu suatu
keberanian dan daya juang yang tinggi bagi seorang perempuan tukang becak
untuk meruntuhkan berbagai anggapan miring tersebut dan selanjutnya
merekosntruksi anggapan yang baru, yang mana anggapan yang tidak
menyudutkan perempuan.
Sehingga diharapkan perbedaan gender yang melahirkan berbagai peran
bagi setiap orang, tidak lagi menimbulkan berbagai permasalahan ketidakadilan,
seperti pelecehan seksual, stereotipe,marginalisasi, ataupun eksploitasi pada
perempuan. Termasuk dalam situasi perempuan yang bekerja sebagai penjaga
parkir. Untuk itu saya sebagai peneliti merasa tertarik untuk melihat kegiatan dan
interaksi perempuan penjaga parkir ini sehari-hari, baik antara sesama penjaga
Guna mengetahui dan mendalami berbagai keuntungan ataupun
permasalahan yang mungkin akan timbul karena jenis pekerjaan yang mereka
geluti jauh dari bayangan dan harapan perempuan kebanyakan. Apalagi kasus ini
belum begitu banyak mendapat sorotan dari masyarakat, khususnya masyarakat di
Kota Medan, bahkan masih banyak pihak yang belum mengetahuinya. Namun
yang lebih penting, diharapkan nantinya hasil penelitian ini dapat membuka
cakrawala dan pemikiran masyarakat umum tentang bagaimana kegiatan,
interaksi, dan hubungan kerja di tempat kerja mereka dan tingginya daya juang
yang dapat dilakukan oleh kaum perempuan.
1.2.. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka yang
menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana interaksi sosial penjaga parkir perempuan dengan penjaga parkir
laki- laki?
2. Bagaimana pandangan masyarakat setempat terhadap penjaga parkir
perempuan?.
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan di atas maka yang menjadi
tujuan penelitian adalah :
1. Untuk melihat dan megetahui interaksi sosial penjaga parker perempuan
2. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap penjaga parkir perempuan.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini yang diharapkan adalah :
1. Memberikan manfaat peneliti agar lebih memahami permasalahan yang
mungkin dialami oleh perempuan penjaga parkir dalam ruang lingkungan
keluarga dan pekerjaannya.
2. Sebagai sumbangan bagi masyarakat agar lebih mengetahui dan
memperluas wacana seputar kehidupan perempuan penjaga parkir dan agar
posisi perempuan dalam keluarga, pekerjaan, dan lingkungan sekitarnya
mendapat tempat yang layak, dihormati, dan diberi kesempatan yang sama
dengan laki-laki untuk berkompetisi dan maju.
1.5. Lokasi Penelitian
Secara umum, penelitian ini akan dilakukan di Kota Medan, yaitu di
daerah kecamatan Medan Baru Kelurahan Babura. Yang meliputi jalan Abdulah
Lubis, jalan Iskandar Muda, Bank BRI, Kantor pos, sekitar Kampus Medicom dan
sekitar pasar Pringgan. adapun tempat-tempat lain yang menjadih lokasi penelitian
di Kecamatan lain peneliti hanya memperkuat data-data yang menjadih lokasi
penelitian. Adapun alasan pemilihan lokasi ini sebagai lokasi penelitian ialah
karena sejauh ini peneliti melihat di daerah tersebut dapat dijumpai perempuan
1.6. Tinjauan Pustaka
Kebutuhan sosial ekonomi merupakan salah satu aspek penting dalam
perekonomian suatu kelompok masyarakat, dimana aspek-aspek yang
dimaksudkan adalah sebagai bentuk interaksi antara individu yang satu dengan
individu lainnya. Aspek sosial ini sangat berpengaruh terhadap sistem
perekonomian dan perilaku masyarakat itu sendiri. Sehingga aspek sosial ekonomi
adalah seluruh aspek sosial yang ada dalam kehidupan ekonomi manusia termasuk
di dalamnya adalah penjaga parkir.
Objek kajian penelitian sosial adalah gejala-gejala sosial atau
kenyataan-kenyataan sosial. Dalam hal ini manusia tidak dilihat dari kenyataan-kenyataan fisik dan
biologis, melainkan sebagai mahluk sosial (I Made Wirartha, 2006 : 87). Oleh
sebab itu hendaknya masyarakat melihat penjaga parkir perempuan selayaknya
sebagai mahluk sosial, layaknya laki-laki sebagai penjaga parkir.
Penjaga parkir adalah profesi yang berkaitan dengan ketertiban. Dalam hal
ini, penjaga parkir adalah pekerjaan atau profesi yang bertugas untuk merapikan
dan menjaga kendaraan, agar kendaraan dapat parkir dengan tertib dan aman.
Pada umumnya masyarakat memandang bahwa pekerjaan penjaga parkir
merupakan pekerjaan yang dipegang oleh kaum laki-laki. Namun tak dapat
dipungkiri, dengan tuntutan kebutuhan yang mendesak, kaum perempuan juga tak
kalah dengan kaum laki-laki dalam memerankan pekerjaan ini.
Kenyataan tersebut tak terlepas dari adanya konsep gender yang mulai
sering menjadi wacana dalam masyarakat. Konsep gender merupakan suatu
yang dibentuk secara sosial dan budaya. Julia Celves Mosse mengatakan bahwa
gender adalah seperangkat peran yang, seperti halnya kostum dan topeng di teater,
menyampaikan kepada orang lain bahwa kita adalah feminism atau maskulin.
Perangkat perilaku khusus ini yang mencakup penampilan, pakaian, sikap,
kepribadian, pekerjaan di dalam dan di luar rumah tangga, seksualitas,
tanggungjawab keluarga dan sebagainya secara bersama-sama mengoles peranan
gender . Menurut ilmu Antropologi dan ilmu Sosiologi, Gender itu sendiri adalah
perilaku atau pembagian peran antara laki-laki dan perempuan yang sudah
dikonstruksikan atau dibentuk di masyarakat tertentu dan pada masa waktu
tertentu.
Gender ditentukan oleh sosial dan budaya setempat sedangkan seks adalah
pembagian jenis kelamin yang ditentukan oleh Tuhan. Misalnya laki-laki
mempunyai penis, memproduksi sperma dan mengahamili, sementara perempuan
mengalami menstruasi, bias mengandung dan melahirkan serta menyusui dan
menopause. Sedangkan hubungan gender dengan seks adalah sebagai hubungan
sosial antara laki-laki dengan perempuan yang bersifat saling membantu atau
sebaliknya malah merugikan, serta memiliki banyak perbedaan dan
ketidaksetaraan. Hubungan gender berbeda dari waktu ke waktu, dan antara
masyarakat satu dengan masyarakat lain, akibat perbedaan Suku, Agama, Status
Sosial maupun nilai tradisi dan norma yang dianut.
Istilah gender mencakup peran sosial kaum perempuan dan kaum laki-laki.
Hubungan antara laki-laki dan perempuan seringkali sangat penting dalam
menentukan posisi keduanya. Demikian pula, jenis-jenis hubungan yang bisa
pendefenisian gender yang semestinya oleh masyarakat. Pekerjaan yang dilakukan
oleh perempuan dan laki-laki dalam masyarakat tertentu ditetapka oleh kelas,
gender dan suku. Tetapi sebagian perempuan juga hidup dalam keluarga, dan
hubungan gender di dalam keluarga itu mewakili aspek yang amat penting tentang
cara bagaimana perempuan mengalami dunia. Pembuatan keputusan, akses
terhadap sumber daya, pembagian kerja, dan hubungan di luar keluarga biasa jadi
semuanya diputuskan oleh hubungan gender di dalam unit keluarga itu sendiri.
Berbicara tentang gender, tak terlepas dari adanya konsep ideologi gender. di
samping itu juga terdapat berbagai prespektif mengenai gender tersebut. Nunuk P.
Murniati memberikan 3 prespektif gender yaitu prespektif agama, prespektif
budaya, dan prespektif keluarga.
1.6.1. Prespektif Agama
Dalam kehidupan berbudaya, manusia menciptakan berbagai aturan main
untuk mengatur hubungan antar manusia dengan Sang Pencipta. Agama dalam hal
ini merupakan salah satu wujud dari kebudayaan manusia. Seperti hasil budaya
manusia yang lain, agama dikembangkan berdasarkan pola berpikir yang sudah
ada dalam masyarakat. Ideologi gender juga mewarnai munculnya agama-agama
dan perkembangannya. Warna atau pengaruh ini tampak dalam
peraturan-peraturan agama. Bahkan dalam kitab suci dan ajaran agama, pengaruh itu pun
tampak pula dengan jelas. Alkitab menyatakan bahwa pada mulanya laki – laki
dan perempuan adalah, yaitu sama – sama diciptakan menurut gambar dan rupa
Allah (Kejadian 1:27), kesetaraan/kesamaan yang dimiliki oleh laki – laki dan
Allah” (Roma 3:23) dan perempuan diciptakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan laki – laki (Adam) akan “penolong/teman yang sepadan”, bukan
pemuas nafsu, apalagi pesuruh! (Kejadian 2:20-22). Dari beberapa ajaran agama,
dapat diketahui seberapa jauh agama mempunyai andil memantapkan ekses
negatif dari ideologi gender.
Salah satu ekses ideologi gender adalah terbentuknya struktur budaya
patriakhat. Dalam budaya ini, kedudukan perempuan ditentukan lebih rendah
daripada laki-laki. Di dalam masyarakat, terjadi dominasi laki-laki atas perempuan
di berbagai bidang kedudukan. Dalam keluarga, kedudukan suami lebih dominan.
Situasi ini berarti meneguhkan patriarchy private (dalam keluarga). Melalui
perkembangan kapitalisme yang makin matang, patriarchy private menjadi state
patriarchy. Patriarkhi menjadi warna dalam kehidupan sosial. Dalam kehidupan
sosial, manusia mencipatakan aturan-aturan agama sebagai bagian dari struktur
kebudayaan.
1.6.2. Prespektif Budaya
Pada waktu manusia masih berpikir sangat sederhana, mereka belajar dari
yang merek lihat dalam kehidupan. Mereka menentukan pembagian kerja untuk
kelangsungan hidup. Mulailah pembagian kerja atas biologis. Sejarah mencatat
bahwa, sejak zaman itu terjadi pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin.dari
sini kemudian muncul perbedaan jenis pekerjaan luar (public) dan pekerjaan
Tersosialisasi oleh lingkungan hidupnya. Maka hidup perempuan
cenderung berkelompok, mengelola makanan dan obat-obatan. Hal ini berbeda
dengan laki-laki yang bekerja diluar secara bebas. Lingkungan hidup laki-laki
mensosialisaikan hidupnya berpindah-pindah. Aturan mengenai hidup dibuat
perempuan yang hidupnya menetap. Budaya ini dinamakan budaya matriakhat,
dengan anak dikenal dengan garis keturunan ibu.
Perubahan budaya matriakhat menjadi patriakhat, terjadi pada waktu
laki-laki mengenal peternakan. Sifat peternakan yang menciptakan harta,
membutuhkan pelimpahan harta sebagai warisan. Karena kebutuhan pelimpahan
ini, laki-laki mulai mencari keturunannya untuk diberi hak waris pada waktu yang
sama maka terjadilah perampasan hak perempuan dalam mengambil keputusan.
Peristiwa perampasan ini semakin kuat ketika manusia menghargai harta lebih
tinggi daripada nilai manusiawi.
Perjalanan budaya patriakat makin kuat dan mantap, ketika terjadi
perubahan sosial ke masyarakat feodal. Kemudian masyarakat ini berkembang
menjadi kapitalis, dan kemudian dikunci dengan sistem militeralisme. Akibat
perubahan sosial tersebut, dalam masyarakat terdapat pandangan bahwa norma
manusia yang dianggap benar apabila dipandang dari sudut laki-laki. Semua ini
berlaku di berbagai aspek kehidupan, sosial, ekonomi, politik, kebudayaan,
bahkan agama. Keadaan ini yang melahirkan segala macam diskriminasi terhadap
1.6.3. Prespektif Keluarga
Ideologi gender hasil konstruksi masyarakat menimbulkan berbagai masalah
keluarga, karena tidak ada kesetaraan dalam relasi antar manusia. Pemahaman
bahwa setelah menikah istri adalah milik suami, mengundang perilaku suami
untuk menguasai istri. Dianggapnya bahwa istri adalah hak milik suami. Istri akan
menjadi tergantung karena ia dimiliki dan harus dilindungi. Padahal, dalam
kenyataan belum tentu laki-laki seorang pribadi memiliki kemampuan untuk itu.
Akibat stereotipe yang memberikan lebel pada laki-laki dan perempuan,
maka terjadilah pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin dalam keluarga. Anak
laki-laki dan anak perempuan dididik secara tradisi dan adat menurut konstruksi
sosial, dan bukan atas kemampuan pribadi. Perkembangan anak akan masuk ke
dalam kontak stereotipe, sehingga sulit menemukan identitas dirinya.
Setiap rumah tangga mempunyai ciri khas mengenai kegiatannya. Tetapi
secara garis besar diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kegiatan pemenuhan kebutuhan hidup, seperti bekerja ( mencari nafkah )
untuk memenuhi pangan, sandang dan papan. Kegiatan belajar untuk anak,
penyediaan dan pemeliharaan pangan, sandang dan papan serta kegiatan
lain yang menyangkut kebutuhan rumah tangga.
2. Kegiatan administrasi, yaitu kegiatan yang menyangkut cata mencatat.
Kegiatan ini meliputi peneydiaan dan pengaturan catatan keuangan, harta
dan surat-surat peting yang dibutuhkan untuk urusan keluarga ( kartu
keluarga, surat kawin, ijasah, surat periksa dokter, surat keputusan dan
3. Kegiatan yang behubungan dengan luar, yaitu kegiatan bernegoisasi,
kegiatan berhubungan antar keluarga dan kegiatan sosial lainnya.
Dari tiga macam kegiatan tersebut, setiap rumah tangga mempunyai
perincian yang berbeda-beda, tergantung status keluarga.
1.1.4. Perempuan Karier
Karier adalah keseluruhan pekerjaan baik yang digaji maupun yang tidak
digaji, suatu proses belajar dan peran-peran yang disandang sepanjang hidup.
Biasanya, istilah karier berkaitan dengan pekerjaan yang menghasilkan uang dan
merupakan suatu pekerjaan tunggal. Namun saat ini, dalam dunia kerja, istilah
karier dipandang sebagai suatu proses belajar dan pengembangan diri yang
berkesinambungan. Kegiatan yang dapat disebut sebagai karier dan penunjangnya
antara lain : kerja praktek, keterlibatan dalam masyarakat,kegiatan wirausaha,
kegiatan budaya, pelatihan, pendidikan, minat, olah raga, dan pekerjaan sosial
(Sumber :antobey.wordpress.com/2007/09/06/pengertian-karier/ -
Antara perempuan dan karier merupakan permasalahan tersendiri. Oleh
karena kewajiban laki-laki adalah sama, sebaiknya sekarang takperlu lagi
dipersoalkan perempuan dan karier. Yang lebih penting untuk disadari bersama,
bagaimana perempuan berkarier. Perempuan sendiri dituntut untuk mengambil
keputusan mengenai kedudukan dirinya. Hal ini ialah yang masih menjadi
permasalahan sendiri pada perempuan Indonesia, sebab masih takut menghadapi Tembok
konflik. Oleh karena itu lah, perempuan Indonesia membicarakan tentang isu yang
menyangkkut perempuan. Misalkan seperti tenaga kerja perempuan,
pemerkosaan, dan sebagainya.
Perempuan dalam memili karier masih dipandang sebagai kelompok
perempuan, belum banyak memandang sebagai pribadi manusia yang mempunyai
kemampuan tertentu. Keadaan biologis perempuan, teori-teori menegnai
pembagian kerja secara seksual dan ajaran-ajaran agama yang menciptakan
ideologi tentang perempuan, ideologi gender. Ideologi ini membentuk pandangan
seseorang yang akan terwujud dalam perilaku untuk mengambil keputusannya.
Proses ini terjadi pula dikalangan perempuan tiu sendiri yang memandang sudah
terkondisikan sejak lahir. Pandangan akan berangsur-angsur berubah, bila didalam
pribadi manusia terjadi proses secara penuh.
Seperti halnya manusia laki-laki, perempuan adalah mahluk biopsikis pula.
Sudut pandang yang dipergunakan untuk memandang perempuan tidak hanya
sudut pandang biologis saja, tetapi juga sudut pandang psikologis. Apabila
dipandang dari sudut biologis saja, nilai-nilai sosial juga akan mengkhususkan
kepada hal-hal yang berlaku bagi perempuan.
Dalam melaksanakan karyanya, atau dalam meniti karier, perempuan harus
menentukan pilihan secara tegas dan konseptual. Artinya pandangan atau ideologi
mana yang diyakini. Bagi perempuan yang berkeluarga, tentu saja tidak dapat
melepas dengan hubungan interkeluarganya. Karier di sini membutuhklan
mengambil keputusan secara pribadi dapat dukungan dan pengertian dari suami
dan anak-anak.
1.6.5. Metode Penelitian
1. Tipe peneliti
Penelitian bertipe deskriptif kualitatif yaitu suatu penelitian yang mengumpulkan
secara mendalam tentang perempuan sebagai penjaga parkir.
Dalam penelitian ada 2 jenis data yang dilakukan yaitu;
1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari lapangan melakukan orsevasi
dan wawancara.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh untuk melengkapi data-data
sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yaitu dari berbagai Buku- Buku,
Jurnal- Jurnal, Media massa, Internet yang berhubungan dengan penelitian
Observasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah orservasi tanpa
partisivasi. Observasi tanpa partisivasi adalah sipeneliti atau pegamat melakukaan
pegamatan tanpa melibatkan diri dengan yang diamatinya. Dalam hal ini sipeneliti
bertindak sebagai orang luar yang melihat gejala yang diamatin tersebut. Dengan
mengunakan kacamata atau referensi dengan standar tertentu atu seorang peneliti
ahli ilmu sosial misalnya dengan mengunakan konsep dan teori- teori yang
digunakan dalam penelitian. Dalam orsevasi tanpa partisivasi dilakukan untuk
menhendel kegiatan pada saat penjaga perempuan dalam melihat bagaimana cara
interaksi pegunjung dengan penjaga parkir perempuan dan cara kerja sama tukang
parkir perempuan dan laki- laki.
Hasil pengamatan ditunjukan dalam cacatan hal yang dapat memudakan
peneliti untuk membaca kembali informasi yang peneliti mendapat informasi di
lapangan. Wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam peneliti mengunakan wawancara atau (interview guide) dan dilakukan
dengan bantuan pedoman alat perekam (tepe recorder) yang menjadih alat bantu
yang bisa merekam data-data yang di dapat dilapangan. Peneliti mengkategorikan
tiga informan yaitu informan pakal, informan kunci, informan biasa.
1. Informan pangkal adalah orang yang pertama kita temuin dilapangan
dalam hal ini infoman pangkal yang menjadih informasi yang bisa
melengkapi data-data. Ini biasanya adalah masyarakat yang tinggal di
sekitar tempat penelitian tersebut yang menjadih pekerjaanya penjaga
parkir.
2. Informan kunci adalah orang yang memahami atau yang mengetahui
banyaknya perempuan penjaga parkir. Ini biasanya orang yang megelolah
perpakiran atau orang yang menjadih bertanggung jawab atas penjaga
parkir. Ini biasanya bos yang yang berada disekitar wilayah parkir tersebut
dan ini juga tanggung jawab Pemerintah atau PEMKO Kota Medan.
3. Informan biasa adalah dibutukan untuk memperoleh informasi data yang
mendukung seperti masyarakat sekitar.yang bertempat tinggal disekitar
wilayah penjaga parkir dan masyarakat yang berkunjung disekitar
Wawancara mendalam yang ditunjukan kepada informan pangkal yang
dibutukan untuk mengelolah informasi tentang siapa- siapa yang dapat
memberikan dan memperoleh informasi lebih dalam yang bertujuan yang diteliti
dilapagan perempuan penjaga parkir. Wawancara ditunjukan kepada informasi
tentang perempuan penjaga parkir yang berda di Kota Medan, alasan dilakukanya
penelitian ini sebagai penjaga parkir perempuan untuk memperlancar wawancara
terlebih dahulu dibagun baik dengan informasi dengan cara datang berkunjung
ketempat pekerja perempuan penjaga parkir. Agar hubunganya baik- baik dalam
mengikuiti berbagai kegitan sehari- hari para informan.
1.6.6. Analisa Data
Analisis data merupakan suatu proses pengaturan data, yang
mengorganisaikan ke dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar (Moleong,
2000). Analisa data ini dilakukan secara kualitatif sesuai dengan metode yang
akan dilakukan dalam penelitan ini. Maka semua data yan akan diperoleh disusun,
diolah secara sistematis dan kemudian baru dianalisis agar dapat mempermudah
kegiatan dan hasil penelitian dapat disimpulkan. Penganalisaan ini akan dilakukan
dalam bentuk deskriptif analisis artinya apa yang akan dianalisis kelak, akan
menghailkan suatu bentuk laporan sebagai hasil akhir dari penelitian yang
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2. 1. Sejarah Kota Medan
Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang
panjang, dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru
Patimpus, berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang
diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan
Aceh. Perkembangan Kota Medan selanjutanya ditandai dengan perpindahan
ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis Ke Medan, tahun 1887, sebelum
akhirnya statusnya diubah menjadi Gubernemen yang dipimpin oleh seorang
Gubernur pada tahun 1915. Secara historis, perkembangan kota medan sejak awal
memposisikannya menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Posisinya yang terletak
di dekat pertemuan Sungai Deli dan Babura, serta adanya Kebijakan Sultan Deli
yang mengembangkan perkebunan tembakau dalam awal perkembanganya, telah
mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai Pusat Perdagangan
(ekspor-impor) sejak masa lalu. Sedang dijadikanya Medan sebagai ibukota Deli juga
telah medorong kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai
saat ini, di samping merupakan salah satu daerah Kota, juga sekaligus Ibukota
Sumber :
Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera
Utara, Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis
secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan
sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan
pemerintah daerah. Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis
sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif
dekat dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia,
Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan
diperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif besar. Hal ini tidak
terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2007
diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis
dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota
Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan
regional/nasional.
2.2. Kota Medan Secara Geografis
Koordinat geografis Kota Medan 3º 30º-3º 43’ LU dan 98º 35’-98º 44’ BT.
Permukaan tanahnya cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian
2,5-37,5 m di atas permukaan laut.
Secara umum ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi kinerja
pembangunan kota, (1) faktor geografis, (2) faktor demografis dan (3) faktor
sosial ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan lainnya, yang
secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota
termasuk pilihan-pilihan penanaman modal (investasi).
Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi
Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951,
yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan
dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul
keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21
September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.
Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973
Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang
terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi
yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor
140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran
Kelurahanmenjadi 144 Kelurahan.
Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH
Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996
tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992
tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II
Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21
Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan
administratif ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan
sosial ekonomis.
Secara administrative,wilayah kota medan hampir secara keseluruhan
berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan
Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia.
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber
Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya
secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber
daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara,
Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini
menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai
kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat
dengan daerah-daerah sekitarnya.
Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat
Malaka, Maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu
masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik
maupun kuar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah
mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu
daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.
2.3. Kota Medan Secara Demografis
Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur
agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adapt istiadat. Hal ini
memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka.
Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa
transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu
keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana
mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fakir
masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Di sisi lain adanya faktor
perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.
Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini
mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat
kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian
rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak factor,
antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang
diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi.
Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat
dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk
mulai menurun.
Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian
sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung
untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi.
Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai
dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural.
Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas),
meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi,
termasuk arus ulang alik (commuters) mempengaruhi kebijakan kependudukan
yang diterapkan.
Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian
untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi.
Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai
dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun cultural.
Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas),
meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses
urbanisasi,termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan.
Tabel Jumlah Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Di Kota Medan Tahun
2007-2009
Keterangan : Angka Sementara Pertengahan Tahun 2009
Melalui data tabel diatas diketahui, jumlah penduduk Kota Medan
mengalami peningkatan dari 2,036 juta jiwa pada tahun 2007 menjadi 2,067 juta
jiwa pada tahun 2006 dan 2,083 juta jiwa pada tahun 2007. Dari tahun ke tahun
laju pertumbuhan mengalami peningkatan dari 1,50 persen pada tahun 2007
meningkta menjadi 1,53 persen pada tahun 2008, dan menurun kembali menjadi
2.4. Kota Medan Secara Kultural
Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal
Kota Medan telah memiliki keragaman suku (etnis), dan agama. Oleh karenanya,
budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya
nilai – nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak
satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan (modernisasi) dan sangat
diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat
menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah,
alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan sebagainya, justru
memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di
Kota Medan. Adanya prularisme ini juga merupakan peredam untuk munculnya
isu-isu primordialisme yang dapat mengganggu sendi-sendi kehidupan sosial.
Oleh karenanya, tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan Kota Medan
dirumuskan dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara
harmonis.
2.5. Kota Medan Secara Ekonomi
Pembangunan ekonomi daerah dalam periode jangka panjang ( mengikuti
pertumbuhan PDRB ) membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi,
dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor
non primer, khususnya industri pengolahan dengan increasing retunrn to scale (
positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas ) yang dinamis
sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Ada kecenderungan, bahwa semakin
pendapatan masyarakat per kapita, dan semakin cepat pula perubahan struktur
ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain mendukung proses
tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi, relatif tetap. Perubahan
struktur ekonomi umumnya disebut transformasi struktural dan didefinisikan
sebagai rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya dalam
komposisi permintaan agregat (produksi dan pengangguran faktor-faktor
produksi, seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung
proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Berdasarkan
perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha terhadap PDRB pada
kondisi harga berlaku tahun 2007-2009 menunjukkan, pada tahun 2007 sektor
tertier memberikan sumbangan sebesar 70,03 persen, sektor sekunder sebesar
26,91 persen dan sektor primer sebesar 3,06 persen. Lapangan usaha dominan
yaitu perdagangan, hotel dan restoran menyumbang sebesar 26,34 persen, sub
sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen dan sub sektor
industri pengolahan sebesar 16,58 persen. Kontribusi tersebut tidak mengalami
perubahan berarti bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2008. Sektor tertier
memberikan sumbangan sebesar 68,70 persen, sekunder sebesar 28,37 persen dan
primer sebesar 2,93 persen. Masing-masing lapangan usaha yang dominan yaitu
perdagangan, hotel dan restoran sebesar 25,98 persen, sektor transportasi dan
telekomunikasi sebesar 18,65 persen, industri jasa pengolahan sebesar 16,58
persendan jasa keuangan 13,41 persen.
Demikian juga pada tahun 20079 sektor tertier mendominasi
perekonomian Kota Medan, yaitu sebesar 69,21 persen, disusul sektor sekunder
lapangan usaha yang dominan memberikan kontribusi sebesar 25,44 persen dari
lapangan usaha perdagangan/hotel/restoran, lapangan usaha
transportasi/telekomunikasi sebesar 19,02 persen dan lapangan usaha industri
pengolahan sebesar 16,28 persen.
Statistik Ekonomi Kota Medan Tahun 2007 - 2009
No INDIKATOR SATUAN TAHUN
2007 2008 2009
[1] 2 3 4 5 6
1 PDRB (ADH
berlaku)
Milyar (Rp) 42.792,45 48.849,9
5
55.455,58
2 PDRB (ADH
konstan)
Milyar (Rp) 25.257,42 27.234,4
7 Eksport (FOB) Milyar
Sumber : www.pemko medan.go.id/mdnbar.php -
Tabel Diatas menunjukkan hubungan yang erat antara tingkat
pertumbuhan PDRB Kota Medan terhadap pertumbuhan ekonomi dan penurunan
inflasi serta peningkatan surplus perdagangan dan minat untuk melakukan
investasi di Kota Medan. Semakin baik keadaan ekonomi masyarakat, maka
aktivitas perdagangan dan investasi di Kota Medan semakin kondusif
tembok
2.6 Kota Medan Secara Sosial
Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan,
keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan
penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana
pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi
masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh
Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan
merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks
dan multi dimensional yang penomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang
saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi,
gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas
ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan
perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani
kehidupan secara bermartabat .
Data SUSENAS tahun 2007 memperkirakan penduduk miskin di kota
medan tahun 2004 berjumlah 7,13% atau 32.804 rumah tangga atau 143.037 jiwa.
Dilihat dari persebarannya, Medan bagian Utara (Medan Deli, Medan Labuhan,
Medan Marelan dan Medan Belawan) merupakan kantong kemiskinan terbesar
(37,19%) dari keseluruhan penduduk miskin.
Statistik Sosial Pembangunan Kota Medan Tahun 2007– 2009
No INDIKATOR SATUAN TAHUN
2007 2008 2009
1 2 3 4 5 6
1 Jumlah
Penduduk
2.036.185 2.067.288 2.083.156
Penduduk
3 APK
- SD/MI Persen (%) 104,28 111,51 112,18
- SMP/MTs Persen (%) 99,79 94,53 98,36
- SMA/MA Persen (%) 89,04 81,09 89,34
4 APM
- SD/MI Persen (%) 91,36 91,04 91,79
- SMP/MTs Persen (%) 78,49 73,83 76,18
- SMA/MA Persen (%) 71,90 62,91 64,71
5 APS
- 07-12 Persen (%) 99,06 99,15 99,31
- 13-15 Persen (%) 95,04 92,19 94,04
- 16-18 Persen (%) 78,11 72,17 79,21
- 19-24 Persen (%) 24,09 22,90 24,19
6 Pendidikan
- Penduduk
Minimal Tamat
SLTA
- Buta Huruf Persen (%) 0,62 0,91 0,82
Yang menjadih fokos penelitian adalah berada di kelurahan Babura
kecamatan Medan baru, namun dalam skripsi ini peneliti pada dasarnya menkaji
perempuan penjaga parkir yang berada di kota medan, namun sampai peneliti
mencari informasi bahwa di kelurahan Babura inilah yang menetap perempuan
yang menjadih penjaga parkir, tetapi peneliti tidak bias mendapat informasi
lenkap dari hanya penjaga parkir yang merada di kelurahan Babura saja. Sebagai
lengkapnya berdasarkan penelitian ini bahwa fokos penelitian ini telah di
tentukan yang berada di kelurahahan Babura.
2.7. Gambaran umum lokasi penelitian Kelurahan Babura.
Kelurahan Babura, adalah salah satu di kelurahan dari Kecamatan Medan
Baru yang berada di Kota Medan, yang terdapat 6 kelurahan salah satunya adalah
Kelurahan Babura yang berada di lokasi jalan Gajah Mada. Kelurahan Babura ini
sunggu sangat maju di lihat dari perkembangan Kota Medan bahwa kelurahan
sudah termasud kota yang sudah maju dari berbagai Kota Medan lainya.
2.7.1 Sarana Fisik Pemukiman
2.7.1.1 Sarana Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu penunjang dalam menciptakan
masyarakat yang sehat. Di kelurahan Babura sarana kesehatanya belum bisa di
katakana lengkap karena di kelurahan Babura sendiri belum ada rumah sakit
balai pengobatan sudah ada 2 unit, apotik 4 unit, posyandu 5 unit, tokoh obat 2
unit, tempat dokter praktek 3 unit. ( sumber dari kantor kelurahan Babura).
2.7.1.2. sarana perumahan penduduk
Berdasarkan pendapatan yang dilakukan oleh pihak kelurakan, pemukiman
di kelurahan Babura ada 3 jenis sesuai dengan bahan bagunan yang di gunakan.
Klasifikasi tersebut adalah parmanen, semi parmanen dan non parmanen. Jumlah
dan klasifikasi tempat tinggal tersebut dapat dilihat pada table ini
Table 2.1 Jumlah dan klasifikasi rumah rumah tempat tinggal
no Klasifikasi rumah jumlah %
1 parmanen 1700 51
2 Semi parmanen 1020 21
3 Non parmanen 900 28
jumlah 3600 100
Sumber: kantor kelurahan Babura selamat 2010.
Dari table di atas bawah yang paling banyak jumlah perumahan adalah
yang parmanen sekitar 1700 buah, sedangkan rumah penduduk semi parmanen
kira- kira 1020 buah.
2.7.1.3 Sarana Jalan dan Pengakutan
Di kelurahan Babura sarana dapat di kategorikan atas 3 bagian yaitu :
yang mana semuanya itu sukup besar yang selalu di lalui para kendaraa bermotor
baik 3 maupun 4, kecuali jalan tanah hanya biasanya di lalui kendaraan berroda
dua. Jenisnya yakni adalah sarana tranportasi pengakutan umum dan sarana
tranportasi pribadi, jenis tranportasi umum adalah: bus mini, becak, dan becak
dayung. Sedangkan tranportasi pribadi iaiah: sepeda motor, dan kendaraan pribadi
lainya.
2.7.1.4 Sarana Pendidikan
Melalui pendidikan masyarakat, dapat ditinggalkan pengetahuan dan
ketrampilan sehingga mereka akan berguna untuk nusa dan bangsa. Pendidikan
akan berlangsung seumur hgidup dalam keliarga, sekolah dan masyarakat oleh
karena pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga. Demikian
pula halnya pendidikan kelurahan Babura ini terdapat beberapa sarana pendidikan
yang dapat dimaafkan oleh masyarakat lain. Adapun sarana pendidikan yang
terdapat di kelurahan Babura dapat di lihat dari table ini.
Table 2.2 Sarana pendidikan di kelurahan Babura
No Sarana pendidikan Jumlah
1 TK 4 buah
2 SD 2 buah
4 Perguruan tinggi 1 buah
jumlah 8 buah
Sumber: kantor kelurahan Babura tahun 2010
2.7.2 Peadaan Penduduk
2.7.2.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk dibagi atas jenis kelamin yang dapat dilihat dari table 2.3
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin
Table 2.3 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di kelurahan Babura
pria wanita jumlah
4.774 5.532 10.306
Sumber : kantor kelurahan Babura tahun 2010
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa jumlah penduduk kelurahan
Babura adalah 10. 306 jiwa.
2.7.2.2 Mata Pencaharian
Dilihat dari segi mata pencaharian penduduk kelurahan Babura sebagian
besar sebagian besar buruh swasta. Pegawai negeri, peranjin dan masih banyah
lagi. Mata pencaharian penduduk kelurahan Babura dapat dilihat pada tabel di
Table 2.4 Mata pencaharian di kelurahan Babura
No Pekerjaan jumlah %
1 Buruh swasta 6.495 65%
2 Pegawai negeri 350 9%
3 pengerajin 19 2%
4 pedangang 748 15%
5 penjahit 51 4%
6 Pegemudi becak atau
pekerja informal
penjaga parkir
190 5%
jumlah 7.853 100%
Sumber: kantor kelurahan babura tahun 2010
Dari sumber data yang di dapat dari kantor kelurahan Babura maka inilah
BAB III
AKTIFITAS KEHIDUPAN PEREMPUAN PENJAGA PARKIR
DI
KELURAHAN BABURA KECAMATAN MEDAN BARU
3. Kehidupan Perempuan Penjaga Parkir
Kehidupan perempuan penjaga parkir mulai dari bermigran sampai hidup dan
menetap tinggal di Kota Medan. Para perempuan yang bekerja sebagai penjaga
parkir yang datang dari berbagai tempat ini bukan satu Suku melainkan berbagai
suku misalnya Batak Toba, Nias, Karo, Jawa. Mereka sagat berbagia bentuk
kedatangan mereka ke Kota Medan. Para dasarnya para perempuan ini ikut sama
keluarga, datang sendiri dengan tujuan mencari pekerjaan yang lebih baik dari
pada kehidupan yang berada dikampung.
Perempuan bukan hanya mencari pekerjaan di Kota Medan melaikan
menambah jaringan dan kerja sama di berbagai kehidupan yang muncul
dikalangan kehidupan sekarang ini.seperti kata Ibu H.Sianipar.
“ kehidupan ini susah yang penting senang dan kita tidak ada membebanin orang lain dalam bentuk apapun. Kami bekerja memang sangat banyak kendala dari luar maupun dalam, namun yang peting kami bisa kehidupin diri dan keluarga.”
Para perempuan yang datang ke Medan yang berbagai suku,bergai tingkat
pendidikan dan keterampilan yang di miliki mereka. Dalam hal ini mereka tidak
pernah membedakan itu dalam dunia kerja.perempuan ini tidak pernah berkecil
hati dalam mendapat pekerjaan yang dimiliki mereka nantinya. Yang peting dalam
yang menjadi penjaga parkir yang berada di Kota Medan khususnya di kelurahan
Babura. Hal ini Nampak dari berbaagai kehidupan mareka yang tidak bisa di
tutupin dari bergai kehidupan keluarga mereka. Tiap keluarga mempunyai bergai
bentuk kehidupan mulai dari segi umur, pendidikan, status, suku, dan jumlah
anak- anak mereka.
Perempuan dalam hal ini tidak bisa di pungkirin dari bentuk hal yang dialami
berbeda –beda dalam pembagian kerja mulai dari pekerja rumah sampai pekerjaan
di luar rumah yang menjadih pekerjaan perempuan sehari- harinya menjadi
penjaga parkir. Dari semua perempuan yang menjadi penelitian ini sagat berbagai
macam pendapat yang megenai pembagian kerja di rumah seperti yang di
ungkapkan Ibu Waruwu.
“ dalam pekerjaan ini sunggu tidak ada kesempatan untuk istirahat. Karena dalam kehidupan keluarga masih minim atau belum bisa dikatakan keluarga yang sudah mampu dalam menhidupin keluarganya. Apalagi anak-anak masih belum bisa membantu dalam megerjakan pekerjaan rumah, karena masih berumur balita.”
Dalam hal ini perempuann yang menjadi bagian dari kepala rumah tangga
yang ikut serta dalam bertangung jawab dalam menhidupin keluarga. perempuan
ini bekerja penjaga parkir karena kurangnya pendapatan suami dalam menhidupin
keluarga yang tugasnya kepala rumah tangga. Hal ini pekerjaan para pekerja
perempuan ini tidak ada yang bisa mencukupin biaya rumah tangganya. Hal ini
para perempuan menjadi penjaga parkir demi menhidupin keluarga dan menjadi
perempuan yang mempuanyi jaringan di luar yang bisa membuat mereka
menamba jaringa di luar rumah yang dapat membuat mereka lebih mendapat
wawasan dari luar secara tidak langsung belajar resmi. Para perempuan ini sunggu
membentuk berbagai jarigan yang saling membatu antara penjaga parkir yang satu
dengan yang lain. Jaringa yang di bentuk mereka antara lain perkumpulan arisa
jula-jula, perkumpulan dalam keagamaan dan jaringan yang bisa menamba
ketenangan dan penghasilan suami dalam menhidupin keluarga, namun pada dasar
tidak semuanya perempuan penjaga parkir ini bekerja karena kurang pendapatan
suami, namun sebagian para perempuan penjaga parkir ini tidak mempunyai
suami lagi untuk menhidupin keluarganya. Hal ini perempuan harus bekerja keras
untuk keluarga.
Perempuan dalam hal ini sagat berbeda dengan perempuan yang mempunyai
suami dengan perempuan yang tidak ada suaminya yang menjadi tulang punggu
keluarga. Hal ini sagat nampak dari cara kerja yang dimiliki para perempuan
yang tidak ada suami dengan perempuan yang mempunyai suami. Biasanya cara
mereka bekerja berbeda dimana yang mempunyai suami biasanya lebih cepat
dengan perempuan yang tidak ada suaminya. Biasanya yang mempunya suami
bekerja jam 07 pagi- 17 sore. Mereka pulang lebih cepat dari suaminya karena
anak- anak yang masih kecil yang belum bisa bekerja membatu pekerjaan rumah
yang harus di kerjakan ibu rumah tangga.
Berbeda dengan perempuan yang tidak ada suami yang bekerja mulai jam 8.30
wib- jam 16 wib. Hal ini disebkan suami yang tidak ada. Namun berbeda dengan
perempuan yang mempunyai anak- anak yang sudah bisa membantu pekerjaan
rumah yang sagat megurangi beban istri yang biasanya bekerja megerjakan semua
pekerja rumah mulai memasak, mencuci, memberangkatkan anak- anak sekolah.
Hal ini yang bisa membuat para perempuan yang bekerja sebagai penjaga parkir
3.1.Indentitas Informan
Menurut Usman Pelly (1984) bahwa setelah beberapa tahun Indonesia
merdeka pertumbuhan Kota Medan terus meningkat. Proses pertubuhan penduduk
secara ilmiah dan arus migrasi yang terus menerus mengalir baik dari daerah
sekitar maupun dari pulau lain. Para mingra datang atau berasal dari berbagai latar
belakang budaya yang berbeda. Budaya masing- masing melekat dalam diri dan
pribadinya.
Dari kemajemukan penduduk Kota Medan terdapat suatu kecenderungan
bahwa masing-masing suku bermukim secara mengelompok di sekitar tempat
bekerja. Demikian juga dengan pekerjaan, juga terdapat suatu kecenderungan
bahwa sesuatu jenis pekerjaan didominasi oleh sukubangsa tertentu,misalnya suku
cina mereka cenderung berada di pusat kota di sekitar pusat- pusat perekonomian
dan perdagangan. Suku bangsa Batak Toba pada umumnya bermukim di pusat-
pusat perekonomian atau perdagangan yang berada di pusat kota yang berada di
Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru dan pusat Kota Medan lainya.
Pemukiman tersebut tersebut sesuai dengan okupasi suku Batak Toba yang
cenderung bekerja di bidang birokrasi,perkantoran, buruh kasar, petani dan
penjaga parkir. Yang cenderung di dalamnya suku Minangkabau, mereka
cenderung bekerja di bidang perdagangan kelas menengah ke bawah, serta bidang
professional lain dan pada umumnya mereka bermungkim di Kelurahan Babura
Kecamatan Medan Baru, kemudian suku Jawa, Melayu, banyak bermungkim di
daerah pinggiran Kota Medan misalnya Juanda, Sukarame, Helvetia, lapangan
merdeka, yang pada umumnya mereka di bagian jenis pekerjaan okupasi buruh di
Demikian juga dengan kelurahan Babura, sebagai salah satu daerah di
Kota Medan yang mempuanyai masyarakat yang majemuk. Kecenderungan-
kecenderungan segregasi dan okupasi terlihat dari adanaya pengelompokan –
pengelompokan tempat tinggal di beberapa lingkungga yang terdapat di kelurahan
Babura (telah diuraikan pada bab II). Demikian juga dengan orang Batak Toba
yang cenderung tinggal lingkunagan III tersebut , maka tidak heran lagi
perempuan Batak Toba yang mendominasi atau populasi perempuan penjaga
parker yang berada di kecamatan Medan Baru dan ada juga di daerah- daerah
lainya yang pekerjaan penjaga parkir perempuan. Dan ini tujuan peneliti
menjadikan perempuan menjadih penjaga parkIr yang di dominasi oleh Suku
Batak Toba, namun ada juga juga suku lainya seperti Nias dan Jawa yang
menjadih objek penelitian saya.
3.2.Umur Informan
Perempuan penjaga parkir yang menjadih informan dalam penelitian ini
masih tergolongdalam usia produktif yaitu 20-50 tahun. Untuk lebih jelas tentang
usia para informan akan dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1 Umur Informan
NO Umur(tahun) jumlah %
1 20-25 1 5
2 26-30 2 10
3 31-35 2 20