• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Struktur Ekonomi Dengan Metode Shift Share Dan Location Quotient Serta Dampaknya Terhadap Pengembangan Wilayah Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Struktur Ekonomi Dengan Metode Shift Share Dan Location Quotient Serta Dampaknya Terhadap Pengembangan Wilayah Kota Medan"

Copied!
220
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DENGAN

METODE SHIFT SHARE DAN LOCATION

QUOTIENT SERTA DAMPAKNYA TERHADAP

PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN

TESIS

Oleh :

D A R M A W A N

107003055/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DENGAN

METODE SHIFT SHARE DAN LOCATION

QUOTIENT SERTA DAMPAKNYA TERHADAP

PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara

Oleh :

D A R M A W A N

107003055/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DENGAN

METODE SHIFT SHARE DAN LOCATION

QUOTIENT SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN Nama Mahasiswa : Darmawan

Nomor Pokok : 107003055

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Menyetujui Komisi Pembimbing :

Ketua

(Prof. Erlina ,SE,M.Si,Ph.D,AK )

Anggota

(Wahyu Ario Pratomo,SE,M.Ec)

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 28 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Erlina,SE,M.Si,Ph.D,Ak Anggota : 1. Wahyu Ario Pratomo,SE,M.Eci

(5)

ABSTRAK

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DENGAN METODE SHIFT SHARE

DAN LOCATION QUOTIENT SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menganalisis struktur ekonomi Kota Medan dalam kurun waktu 2006-2010. 2) menganalisis sektor yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan di Kota Medan dalam penyerapan tenaga kerja dengan metode shift share dan LQ. 3) melihat sektor yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Medan dengan metode shift share dan LQ. 4) untuk mengetahui tingkat terjadinya pergeseran struktur ekonomi di Kota Medan.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Jumlah populasi adalah sebanyak 21 (dua puluh satu) kecamatan yang terdapat di Kota Medan, metode sensus digunakan sebagai dasar melakukan penelitian.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa apabila dilihat di kecamatan secara global, maka Sektor yang memiliki daya saing yang kuat dibanding Kota Medan adalah Sektor Jasa dan Bangunan. Ini berarti struktur ekonomi per kecamatan di Kota Medan adalah Struktur Ekonomi Modern. Hanya tiga Kecamatan yang masih memiliki struktur ekonomi tradisional, yaitu Kecamatan Medan Labuhan, Medan Marelan dan Kecamatan Medan Belawan. Komponen jumlah dari analisis shift share menunjukkan bahwa sektor jasa yang paling banyak dalam menyerap tenaga kerja karena memiliki tingkat kepotensialan istimewa. Selanjutnya diikuti sektor perdagangan, industri dan bangunan yang memiliki tingkat kepotensialan baik. Selain itu hasil analisis shift share dan LQ untuk konstribusi PDRB di Kota Medan tahun analisis 2006–2010. Komponen jumlah dari analisis shift share dan LQ menunjukkan nilai positif semua dari 9 sektor adalah, sektor bangunan dan perdagangan yang memiliki tingkat kepotensialan istimewa, yang berarti kedua sektor ini sangat baik untuk dikembangkan karena kontribusi PDRB yang diberikan sektor ini besar. Kemudian terdapat 3 (tiga) sektor yang berpredikat baik, yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan serta sektor jasa. Artinya bahwa telah terjadi pergeseran sektor perekonomian dari sektor perekonomian tradisional ke sektor perekonomian modern. Struktur ekonomi di Kota Medan telah bergeser dari struktur ekonomi industri ke struktur ekonomi perdagangan dan jasa. Pergeseran ini diikuti dengan pergeseran penyerapan tenaga kerja dan konstribusi terhadap PDRB dari sektor industri ke sektor jasa di Kota Medan.

(6)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE ECONOMIC STRUCTURE AND METHOD OF SHIFT SHARE AND ITS IMPACT ON LOCATION QUOTIENT OF THE MEDAN

CITY

The purpose of this research are 1) to analysis the economic structure of the city of Medan in the period 2006-2010. 2) to analysis at sectors that have strong competitiveness in every district in the city of Medan in the employment share with the shift method and LQ. 3) to analysis at sectors that have strong competitiveness in each district that contributes to the GDP of Medan to shift share method and LQ. 4) to determine the level of a shift in economic structure in the city of Medan.

The method of analysis used in this research is descriptive method. The population are as many as 21 (twenty one) district located in the city of Medan, the census method used as the basis for conducting research.

These results prove that the per subdistrict when viewed globally, the sector has a strong competitive edge over the Medan City and building services sector. This means that the economic structure of Per districts in Medan is the Structure of Modern Economics. Only three District which still has the traditional economic structure, the District of Labuhan Medan, Medan Medan District Marelan and Belawan. Component of the shift share analysis indicates that the service sector to absorb the most labor because it has a special potentially of level. Then followed the trade, industry and buildings that have a good level kepotensialan. Component of the shift share analysis and LQ show all the positive values of the nine sectors are, building and trades sector has a special kepotensialan level, which means that these two sectors are very well developed due to the contribution of GDP for a given sector is large. Then there are 3 (three) sectors are categorized as good, ie transport and communication sector, financial sector and services sector in which the third sector is also good for development. It means that the economy has been a shift from traditional economy to a modern economy. Economic structure in the city of Medan's economic structure has shifted from industry to the economic structure of trade and services. This shift is accompanied by a shift of employment and contribution to the GDP of industrial sector to the services sector in the city of Medan.

(7)

KATA PENGANTAR

Atas kuasa yang Maha Esa, sehingga penulisan Tesis ini dapat

diselesaikan. Tesis ini berjudul “ANALISIS STRUKTUR EKONOMI

DENGAN METODE SHIFT SHARE DAN LOCATION QUOTIENT SERTA

DAMPAKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA

MEDAN” yang dikaji dengan beberapa pendekatan/analisis sebagai aplikasi

pengetahuan yang didapat oleh penulis selama mengikuti perkuliahan pada

Sekolah Pascasarjana Program Magister Perencanaan Wilayah Universitas

Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih dan

penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga

penulisan tesis ini dapat diselesaikan, terutama kepada :

1. Bapak Prof.Dr. Syahril Pasaribu,DTM&H,M.Sc,(CTM),Sp.A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, Selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE Selaku Ketua Program Studi

Magister Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara.

4. Dosen pembimbing saya Ibu Prof. Dr. Erlina, Ph.D dan Bapak Wahyu Ario

Pratomo, SE, M.Si telah banyak membantu membimbing dan memberikan

(8)

5. Dosen Pembanding saya Bapak Prof. Dr. Lic. rer. reg. Sirojuzilam,

SE, Bapak Dr. H.B.Tarmizi, SU serta Bapak Kasyful Mahali, SE, M.Si

yang selalu memberikan saran dan bimbingan dalam proses

penyempurnaan tesis ini.

6. Seluruh Dosen Pengajar di Program Studi Magister Perencanaan Wilayah

beserta Staf Kepegawaian Administrasi.

7. Istri yang tercinta Airin YH dan kedua juniorku Dirga dengan Afifa

beserta ibunda Sri Murniati yang selalu membuat semangat mengikuti

perkuliahan hingga akhir penyelesaian tesis ini.

8. Keluarga besar BAPPEDA KOTA MEDAN atas dukungan dan inspirasi

nya yang selalu membantu penulis dalam keseimbangan antara aktivitas

pekerjaan dan perkuliahan.

9. Melvi, Pak Pantas, Reza, Varby, Pohan, Fajar, Daniel, dan seluruh

sahabat angkatan II kelas khusus BAPPEDA yang telah menjadi mitra

berdiskusi yang hebat dalam proses perkuliahan hingga penyelesaian akhir

tesis ini.

Dengan segala kerendahan hati, Penulis memohon maaf kepada Bapak/Ibu

Dosen serta segenap Civitas Akademika Sekolah Pasca Sarjana Universitas

Sumatera Utara maupun rekan-rekan.

Medan, Agustus 2012

(9)

RIWAYAT HIDUP

1. N a m a : Darmawan

2. Tempat/tgl lahir : Medan, 23 Juni 1981

3. Pekerjaan : PNS

4. Agama : Islam

5. Orang tua

a. Ayah : (Alm) Suprianto

b. Ibu : Sri Murniati

6. Istri : Airin Yunifitri Hidayana

7. Anak : 1. Dirga Ardhana Darmawan

2. Afifa Kiandra Darmawan

8. Alamat : Jl. Kopra 4 No. 37 P.Simalingkar Medan

9. Pendidikan

a. SD Negeri : SD Swasta Petro Medan

b. SMP Negeri : SMP Negeri 6 Medan

c. SMA Negeri : SMU Negeri 6 Medan

(10)
(11)

2.1.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik ... 20

2.1.4. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi Daerah ... 22

2.1.5. Ketenagakerjaan ... 23

2.1.5.1. Definisi Tenaga Kerja ... 23

2.1.5.2. Tenaga Kerja di Negara Sedang Berkembang (NSB) ... 24

2.1.6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 27

2.1.7. Analisis Shift Share ... 28

3.4. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 37

(12)

4.3. Analisis Struktur Ekonomi Kota Medan per

Kecamatan berdasarkan Analisis LQ dan Shift

Share……… ... 45

4.3.1. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan

Tuntungan ... 45

4.3.2. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan

Johor ... 53

4.3.3. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan

Amplas ... 58

4.3.4. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan

Denai ... 64

4.3.5. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan

Area ... 70

4.3.6. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan

Kota ... 74

4.3.7. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan

Maimun ... 76

4.3.8. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan

Polonia ... 79

4.3.9. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan

Baru ... 83

4.3.10. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan

Selayang ... 88

4.3.11. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan

Sunggal ... 94

4.3.12. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan

Helvetia ... 100

4.3.13. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan

(13)

4.3.14. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan

Barat ... 109

4.3.15. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan

Timur ... 113

4.3.16. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan

Perjuangan ... 116

4.3.17. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan

Tembung ... 120

4.3.18. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan

Deli ... 125

4.3.18. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan

Labuhan ... 131

4.3.19. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan

Marelan ... 136

4.3.20. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan

Belawan ... 140

4.4. Analisis Shift Share dan LQ Tenaga Kerja Kota

Medan ... 146

4.5. Analisis Pendapatan Regional Perkapita Penduduk

Kota Medan PerKecamatan …………... 158

4.6. Hasil Analisis Shift Share dan LQ Berdasarkan

Jumlah PDRB di Kota Medan ………… ... 159

4.7. Pembahasan ... 162

4.8. Hasil Analisis Shift Share dan LQ Berdasarkan

Jumlah PDRB di Kota Medan ... 164

(14)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...179

5.1. Kesimpulan ... 179

5.2. Saran... 180

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kota Medan 15 Tahun ke Atas Yang

Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun

2006 – 2010 ……….. 5

Tabel 1.2 Nilai Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Medan Tahun 006 – 2010 ( Rp milyar ) ………. 7

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ………. 33

Tabel 4.1 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2006 – 2010 ( Rp Milyar ) ... 45

Tabel 4.2 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2006 – 2010 ... 46

Tabel 4.3 Analisis Sektor Pertanian ... 46

Tabel 4.4 Analisis Sektor Pertambangan ... 48

Tabel 4.6 Analisis Sektor Bangunan ... 49

Tabel 4.7 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 50

Tabel 4.8 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 51

Tabel 4.9 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 52

Tabel 4.10 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Johor Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 53

Tabel 4.11 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Johor Tahun 2006 – 2010 ... 54

Tabel 4.12 Analisis Sektor Industri Penolahan ... 54

Tabel 4.13 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 56

Tabel 4.14 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 57

(16)

Tabel 4.16 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan

Medan AmplasTahun 2006 – 2010 ... 58

Tabel 4.17 Analisis Sektor Industri Penolahan ... 59

Tabel 4.18 Analisis Sektor Bangunan ... 60

Tabel 4.19 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 61

Tabel 4.20 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 62

Tabel 4.21 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 63

Tabel 4.22 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Denai Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 64

Tabel 4.23 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Denai Tahun 2006 – 2010 ... 65

Tabel 4.24 Analisis Sektor Bangunan ... 65

Tabel 4.25 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 66

Tabel 4.26 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 68

Tabel 4.27 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 69

Tabel 4.28 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan AreaTahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 70

Tabel 4.29 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan AreaTahun 2006 – 2010 ... 70

Tabel 4.30 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 71

Tabel 4.31 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 72

Tabel 4.32 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 73

Tabel 4.33 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Kota Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 74

Tabel 4.34 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Kota Tahun 2006 – 2010 ... 74

Tabel 4.35 Analisis Sektor Perdagangan ... 75

Tabel 4.36 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Maimun Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 76

(17)

Tabel 4.38 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 77

Tabel 4.39 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 78

Tabel 4.40 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Polonia Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 79

Tabel 4.41 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Polonia Tahun 2006 – 2010 ... 80

Tabel 4.42 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 80

Tabel 4.43 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 81

Tabel 4.44 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Baru Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 83

Tabel 4.45 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Baru Tahun 2006 – 2010 ... 83

Tabel 4.46 Analisis Sektor Industri Penolahan ... 84

Tabel 4.47 Analisis Sektor Bangunan ... 85

Tabel 4.48 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 86

Tabel 4.49 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 87

Tabel 4.50 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Selayang Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 88

Tabel 4.51 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Selayang Tahun 2006 – 2010 ... 88

Tabel 4.52 Analisis Sektor Pertanian ... 89

Tabel 4.53 Analisis Sektor Bangunan ... 90

Tabel 4.54 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 91

Tabel 4.55 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 92

Tabel 4.56 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 93

Tabel 4.57 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 94

Tabel 4.58 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2006 – 2010 ... 94

Tabel 4.59 Analisis Sektor Bangunan ... 95

(18)

Tabel 4.61 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 97

Tabel 4.62 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 98

Tabel 4.63 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 99

Tabel 4.64 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan

HelvetiaTahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 100

Tabel 4.65 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan

Medan HelvetiaTahun 2006 – 2010 ... 101

Tabel 4.66 Analisis Sektor Bangunan ... 101

Tabel 4.67 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 102

Tabel 4.68 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 104

Tabel 4.69 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 105

Tabel 4.70 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan

PetisahTahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 106

Tabel 4.71 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan

Medan PetisahTahun 2006 – 2010 ... 106

Tabel 4.72 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 107

Tabel 4.73 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 108

Tabel 4.74 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan

BaratTahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 109

Tabel 4.75 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan

Medan BaratTahun 2006 – 2010 ... 109

Tabel 4.76 Analisis Sektor Industri Penolahan ... 110

Tabel 4.77 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 111

Tabel 4.78 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 112

Tabel 4.79 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan

TimurTahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 113

Tabel 4.80 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan

Medan TimurTahun 2006 – 2010 ... 113

Tabel 4.81 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 114

(19)

Tabel 4.83 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan

Perjuangan Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 116

Tabel 4.84 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2006 – 2010 ... 116

Tabel 4.85 Analisis Sektor Bangunan ... 117

Tabel 4.86 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 118

Tabel 4.87 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 119

Tabel 4.88 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan TembungTahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 120

Tabel 4.89 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Tembung Tahun 2006 – 2010 ... 120

Tabel 4.90 Analisis Sektor Bangunan ... 121

Tabel 4.91 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 122

Tabel 4.92 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 123

Tabel 4.93 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 124

Tabel 4.94 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Deli Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 125

Tabel 4.95 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Deli Tahun 2006 – 2010 ... 126

Tabel 4.96 Analisis Sektor Industri Penolahan ... 126

Tabel 4.97 Analisis Sektor Bangunan ... 127

Tabel 4.98 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 128

Tabel 4.99 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 130

Tabel 4.100 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 131

Tabel 4.101 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2006 – 2010 ... 131

Tabel 4.102 Analisis Sektor Pertanian ... 132

Tabel 4.103 Analisis Sektor Industri Penolahan ... 133

Tabel 4.104 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 134

(20)

Tabel 4.106 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan

Marelan Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 136

Tabel 4.107 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Marelan Tahun 2006 – 2010 ... 136

Tabel 4.108 Analisis Sektor Pertanian ... 137

Tabel 4.109 Analisis Sektor Industri Penolahan ... 138

Tabel 4.110 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 139

Tabel 4.111 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Belawan Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 140

Tabel 4.112 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Belawan Tahun 2006 – 2010 ... 140

Tabel 4.113 Analisis Sektor Pertanian ... 141

Tabel 4.114 Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ... 142

Tabel 4.115 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 143

Tabel 4.116 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 144

Tabel 4.117 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 145

Tabel 4.118 Jumlah Penduduk Kota Medan 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2006 – 2010 ... 146

Tabel 4.119 Hasil Analisis Shift Share Tenaga Kerja Kota MedanTahun 2006 – 2010 ... 147

Tabel 4.120 Hasil LQ Analisis Tenaga Kerja Kota MedanTahun 2006 – 2010 ... 148

Tabel 4.121 Tabel Analisis Tenaga Kerja di Sektor Industri Penolahan ... 149

Tabel 4.122 Tabel Analisis Tenaga Kerja di Sektor Bangunan ... 151

Tabel 4.123 Tabel Analisis Tenaga Kerja di Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran ... 152

(21)

Tabel 4.125 Tabel Analisis Tenaga Kerja di Sektor Keuangan

Persewaan dan Jasa Perusahaan ... 156

Tabel 4.126 Tabel Analisis Tenaga Kerja di Sektor Jasa - Jasa ... 157

Tabel 4.127 PDRB Perkapita Kota Medan per Kecamatan ... 162

Tabel 4.128 Hasil Analisis Shift Share Tahun 2006 – 2010 ( Rp juta ) .... 164

Tabel 4.129 Hasil LQ Analisis Nilai PDRB Kota MedanTahun 2006 – 2010 ... 165

Tabel 4.130 Tabel Analisis Sektor Industri Pengolahan ... 166

Tabel 4.131 Tabel Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ... 167

Tabel 4.132 Tabel Analisis Sektor Bangunan ... 168

Tabel 4.133 Tabel Analisis Sektor Perdagangan ... 169

Tabel 4.134 Tabel Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 171

Tabel 4.135 Tabel Analisis Sektor Keuangan ... 172

(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 36

Gambar 4.1 Grafik Tenaga Kerja Kota Medan Tahun 2006-2010 ... 147

Gambar 4.2 Grafik Persentase Tenaga Kerja di Sektor Industri

Pengolahan ... 149

Gambar 4.3 Grafik Persentase Tenaga Kerja di Sektor Industri

Bangunan ... 150

Gambar 4.4 Grafik Persentase Tenaga Kerja di Sektor Perdagangan, Hotel

Dan Restoran ... 152

Gambar 4.5 Grafik Persentase Tenaga Kerja di Sektor Pengangkutan dan

Komunikas ... 154

Gambar 4.6 Grafik Persentase Tenaga Kerja di Sektor Keuangan

Persewaan dan Jasa Perusahaan ... 155

Gambar 4.7 Grafik Persentase Tenaga Kerja di Sektor Jasa - Jasa ... 157

Gambar 4.8 Grafik Penduduk Kota Medan Usia 15 + Yang Bekerja

Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2008-2010 ... 158

Gambar 4.9 Grafik Pengeluaran Konsumsi Makanan & Non Makanan

Kota Medan ... 160

Gambar 4.10 Grafik Persentase Pengeluaran Makanan Kota Medan

Dan Sumatera Utara ( % ) ... 161

Gambar 4.11 Grafik Persentase Pengeluaran Non Makanan Kota Medan

Dan Sumatera Utara ( % ) ... 161

Gambar 4.12 Grafik Distribusi PDRB Sektor Industri Pengolahan Kota Medan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampairan 1 Jumlah Penduduk Kota Medan Berumur 15 Tahun

Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama

(24)

ABSTRAK

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DENGAN METODE SHIFT SHARE

DAN LOCATION QUOTIENT SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menganalisis struktur ekonomi Kota Medan dalam kurun waktu 2006-2010. 2) menganalisis sektor yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan di Kota Medan dalam penyerapan tenaga kerja dengan metode shift share dan LQ. 3) melihat sektor yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Medan dengan metode shift share dan LQ. 4) untuk mengetahui tingkat terjadinya pergeseran struktur ekonomi di Kota Medan.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Jumlah populasi adalah sebanyak 21 (dua puluh satu) kecamatan yang terdapat di Kota Medan, metode sensus digunakan sebagai dasar melakukan penelitian.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa apabila dilihat di kecamatan secara global, maka Sektor yang memiliki daya saing yang kuat dibanding Kota Medan adalah Sektor Jasa dan Bangunan. Ini berarti struktur ekonomi per kecamatan di Kota Medan adalah Struktur Ekonomi Modern. Hanya tiga Kecamatan yang masih memiliki struktur ekonomi tradisional, yaitu Kecamatan Medan Labuhan, Medan Marelan dan Kecamatan Medan Belawan. Komponen jumlah dari analisis shift share menunjukkan bahwa sektor jasa yang paling banyak dalam menyerap tenaga kerja karena memiliki tingkat kepotensialan istimewa. Selanjutnya diikuti sektor perdagangan, industri dan bangunan yang memiliki tingkat kepotensialan baik. Selain itu hasil analisis shift share dan LQ untuk konstribusi PDRB di Kota Medan tahun analisis 2006–2010. Komponen jumlah dari analisis shift share dan LQ menunjukkan nilai positif semua dari 9 sektor adalah, sektor bangunan dan perdagangan yang memiliki tingkat kepotensialan istimewa, yang berarti kedua sektor ini sangat baik untuk dikembangkan karena kontribusi PDRB yang diberikan sektor ini besar. Kemudian terdapat 3 (tiga) sektor yang berpredikat baik, yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan serta sektor jasa. Artinya bahwa telah terjadi pergeseran sektor perekonomian dari sektor perekonomian tradisional ke sektor perekonomian modern. Struktur ekonomi di Kota Medan telah bergeser dari struktur ekonomi industri ke struktur ekonomi perdagangan dan jasa. Pergeseran ini diikuti dengan pergeseran penyerapan tenaga kerja dan konstribusi terhadap PDRB dari sektor industri ke sektor jasa di Kota Medan.

(25)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE ECONOMIC STRUCTURE AND METHOD OF SHIFT SHARE AND ITS IMPACT ON LOCATION QUOTIENT OF THE MEDAN

CITY

The purpose of this research are 1) to analysis the economic structure of the city of Medan in the period 2006-2010. 2) to analysis at sectors that have strong competitiveness in every district in the city of Medan in the employment share with the shift method and LQ. 3) to analysis at sectors that have strong competitiveness in each district that contributes to the GDP of Medan to shift share method and LQ. 4) to determine the level of a shift in economic structure in the city of Medan.

The method of analysis used in this research is descriptive method. The population are as many as 21 (twenty one) district located in the city of Medan, the census method used as the basis for conducting research.

These results prove that the per subdistrict when viewed globally, the sector has a strong competitive edge over the Medan City and building services sector. This means that the economic structure of Per districts in Medan is the Structure of Modern Economics. Only three District which still has the traditional economic structure, the District of Labuhan Medan, Medan Medan District Marelan and Belawan. Component of the shift share analysis indicates that the service sector to absorb the most labor because it has a special potentially of level. Then followed the trade, industry and buildings that have a good level kepotensialan. Component of the shift share analysis and LQ show all the positive values of the nine sectors are, building and trades sector has a special kepotensialan level, which means that these two sectors are very well developed due to the contribution of GDP for a given sector is large. Then there are 3 (three) sectors are categorized as good, ie transport and communication sector, financial sector and services sector in which the third sector is also good for development. It means that the economy has been a shift from traditional economy to a modern economy. Economic structure in the city of Medan's economic structure has shifted from industry to the economic structure of trade and services. This shift is accompanied by a shift of employment and contribution to the GDP of industrial sector to the services sector in the city of Medan.

(26)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok

yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

ekonomi dan keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

masayarakat industri. Transformasi struktural merupakan prasyarat dari

peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan serta penanggulangan kemiskinan,

sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri (Todaro, 1999).

Proses perubahan struktur perekonomian ditandai dengan menurunnya

pangsa sektor primer (pertanian), meningkatnya pangsa sektor sekunder (industri),

dan pangsa sektor tersier (jasa) juga memberikan kontribusi yang meningkat

sejalan dengan pertumbuhan ekonomi (Todaro, 1999). Pada kenyataannya

pertumbuhan ekonomi di Kota Medan tidak disertai dengan perubahan struktur

tenaga kerja yang berimbang. Artinya laju pergeseran ekonomi sektoral relatif

cepat dibandingkan dengan laju pergeseran tenaga kerja, sehingga titik balik

untuk aktivitas ekonomi tercapai lebih dahulu dibanding dengan titik balik

penggunaan tenaga kerja (Supriyati dan Sumedi, 2001). Masalah yang sering

diperdebatkan adalah apakah penurunan pangsa pangan sebanding dengan

penurunan pangsa penyerapan tenaga kerja sektoral dan industri berkembang

(27)

kemiskinan dan eksploitasi sumber daya manusia pada sektor primer

(Supriyati dan Sumedi, 2001).

Sejarah pertumbuhan ekonomi negara-negara maju menunjukkan

pentingnya pengaruh tingkat perkembangan struktural dan sektoral yang tinggi

dalam proses pertumbuhan ekonomi. Beberapa komponen yang utama dari proses

perubahan struktural tersebut antara lain mencakup pergeseran bertahap dari

aktivitas sektor pertanian ke sektor non pertanian. Pertumbuhan ekonomi telah

mengakibatkan perubahan struktur perekonomian. Transformasi struktural sendiri

merupakan proses perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke

sektor industri, perdagangan dan jasa, di mana masing-masing perekonomian akan

mengalami transformasi yang berbeda-beda. Pada umumnya transformasi yang

terjadi di negara sedang berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke

sektor industri.

Perubahan struktur atau transformasi ekonomi dari tradisional menjadi

modern secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam ekonomi

yang berkaitan dengan komposisi penyerapan tenaga kerja, produksi,

perdagangan, dan faktor-faktor lain yang diperlukan secara terus menerus untuk

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial melalui peningkatan

pendapatan perkapita (Chenery 1986).

Pertumbuhan ekonomi nasional mempunyai pengaruh atas stuktur

ekonomi daerah karena pertumbuhan nasional mempunyai pengaruh atas

pertumbuhan daerah, sebab daerah merupakan bagian internal dari suatu negara.

(28)

rencana nasional maupun rencana regional. Pembangunan ekonomi yang

berorientasi pada sektor pertanian, industri, perdagangan dan jasa yang

menyebabkan prestasi baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah menjadi

lebih meningkat. Hal ini dapat dilihat pada variabel seperti pendapatan daerah,

penyerapan tenaga kerja, dan nilai tambah sebagai proporsi sebelumnya dalam

struktur perekonomian negara maupun struktur perekonomian daerah selama

kurun waktu tertentu.

Struktur ekonomi daerah berdampak pada peningkatan sektor-sektor

perekonomian lainnya yang saling berkaitan. Suatu daerah dapat dikatakan maju

apabila ditunjang dari segi pengetahuan masyarakat yang tinggi, adanya sumber

daya alam yang cukup memadai yang dikelola oleh sumber daya manusia yang

mempunyai potensi besar guna tercapainya kemajuan pembangunan daerah.

Aspek penting lain dari perubahan struktural adalah sisi ketenagakerjaan

bahwa pertumbuhan ekonomi melalui 2 proses transformasi dapat dicapai melalui

peningkatan produktivitas tenaga kerja di setiap sektor dan transfer tenaga kerja

dari sektor yang produktivitas tenaga kerjanya rendah ke sektor yang

produktivitas tenaga kerjanya lebih tinggi (Clark dalam Ketut, 2001).

Peningkatan kegiatan ekonomi di berbagai sektor akan memberikan

dampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap penciptaan lapangan

kerja. Tanggung jawab ideal dari dunia kerja adalah bagaimana dapat menyerap

sebesar-besarnya tambahan angkatan kerja yang terjadi setiap tahun, dengan tetap

memperhatikan peningkatan produktivitas pekerja secara keseluruhan. Sebab

(29)

kesejahteraan pekerja dapat diperbaiki. Perubahan struktural tersebut juga

memberikan dampak tidak langsung terhadap perubahan struktur

ketenagakerjaannya. Ketidakserasian antara perkembangan ekonomi dan

penyerapan tenaga kerja, secara umum akan menimbulkan kelemahan pada sistem

penawaran dan permintaan tenaga kerja. Untuk mengetahui secara lebih

mendalam masalah-masalah ketenagakerjaan ini, perlu dikaji hubungan dan

keterkaitan antara perkembangan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja dengan

implikasinya pada perubahan struktur ekonomi. Kecenderungan wilayah yang

berkembang dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan

masyarakatnya adalah dengan pembangunan disektor industri, pertanian,

perdagangan dan jasa karena dianggap lebih mampu meningkatkan perekonomian

dan menumbuhkan berbagai kegiatan yang saling berkaitan sehingga mampu

berfungsi sebagai pendorong pembangunan.

Pada prinsipnya struktur perekonomian seperti di wilayah Kota Medan

masih didominasi oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa Kota Medan merupakan daerah yang maju dimana

perekonomian didominasi oleh kegiatan ekonomi modern, seperti konsep struktur

ekonomi negara maju yang memiliki sektor industri, perdagangan, dan jasa yang

kuat diharapkan dapat mencapai lompatan pembangunan struktur ekonomi yang

lebih berarti atau berkembang dengan cepat. Wilayah di Kota Medan tidak cuma

mengandalkan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran saja tetapi Kota Medan

(30)

Proses industrialisasi ini diharapkan dapat menanggulangi permasalahan

peningkatan kebutuhan lapangan pekerjaan. Pembangunan industrialisasi di Kota

Medan pada saat ini diprioritaskan pada pembangunan industri yang berorientasi

pada pembangunan industri pengolah bahan-bahan pertanian serta pengembangan

industri perdagangan dan jasa yang dapat berorientasi pada penyerapan tenaga

kerja yang banyak.

Proses pertumbuhan ekonomi ini pada akhirnya akan menyebabkan

terjadinya transformasi struktural, yaitu proses pergeseran pertumbuhan sektor

produksi dari yang semula mengandalkan sektor primer menuju sektor sekunder.

Pergeseran pertumbuhan sektor produksi ini secara langsung juga akan

berpengaruh pada perubahan komposisi tenaga kerja dari yang semula bermata

pencaharian utama pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran , bergeser ke

(31)

Tabel 1.1 dapat memberi gambaran mengenai ketenagakerjaan Kota

Medan, jumlah tenaga kerja per sektor di Kota Medan mampu memberikan

kontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian daerah tersebut. Sektor - sektor

tersebut masing-masing memberikan kontribusi dengan proporsi berbeda terhadap

penyerapan jumlah tenaga kerja di Kota Medan. Menurut data di atas sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan penyerap tenaga kerja terbesar. Pada

tahun 2010 sektor Perdagangan mampu menyerap tenaga kerja sekitar 37,87%

jiwa dari jumlah tenaga kerja di Kota Medan. Kemudian diikuti oleh sektor

keuangan yang mampu menyerap sekitar 24,62% jiwa dari jumlah tenaga kerja.

Kemudian juga diikuti oleh sektor industri yang mampu menyerap sekitar 13,16%

jiwa dari jumlah tenaga kerja. Serta yang terakhir adalah sektor Pertambangan dan

Penggalian mampu menyerap tenaga kerja sekitar 0,15% jiwa dari jumlah tenaga

kerja.

Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

mampu menyerap tenaga kerja yang banyak pada tahun 2006 sebesar 35,74% jiwa

menjadi sebesar 37,87% juta jiwa pada tahun 2010 menunjukkan tiap tahunnya

sektor Perdagangan ini mengalami peningkatan yang paling banyak dibanding

sektor lain. Untuk itu perlu kita ketahui sektor-sektor perekonomian yang

menunjukkan prestasi positif sesuai dengan sektor-sektor yang sama di tingkat

nasional, dan mengintrospeksi kembali perencanaan dan strategi pembangunan

yang utamanya berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja setiap sektor

perekonomian. Gejala pergeseran tenaga kerja yang disebabkan oleh

(32)

yang menitikberatkan pembangunan ekonominya pada perdagangan. Hal ini

ditunjukkan oleh salah satu realitas ketenagakerjaan di Indonesia, yaitu mulai

berkurangnya minat angkatan kerja muda untuk bekerja di sektor pertanian.

Sektor pertanian dianggap kurang mampu memberikan pendapatan yang memadai

untuk hidup layak.

Tabel 1.2 Nilai Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Medan tahun 2006-2010

3. Industri 7.960,59 9.029,33 10.420,82 10.860,50 12.475,52

4. Listrk,Gas & Air

1.102,66 1.040,73 1.142,92 1.244,80 1.415,44

5. Bangunan 4.795,79 5.420,08 6.233,09 6.927,19 8.149,94

6. Perdagangan 12.692,84 14.106,17 16.917,47 19.502,96 22.431,93

7. Pengangkutan 9.164,62 10.548,09 12.456,64 14.55,72 15.786,83

8. Keuangan 6.550,50 7.833,87 9.547,46 10.062,91 11.893,13

9. Jasa 5.152,23 5.893,30 6.718,76 7.750,09 8.933,95

Jumlah 48.849,95 55.452,50 65.277,87 72.630,21 83.315,02

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan.

Dalam tabel 1.2 dapat di lihat bahwa perekonomian di Kota Medan pada

tahun 2010 sangat bervariatif. Sektor-sektor yang dominan seperti sektor

Perdagangan sebesar 26,92%, industri sebesar 14,97%, keuangan sebesar 14,27%

dan jasa sebesar 10,72% cukup besar pengaruhnya apalagi sektor industri yang

tiap tahunnya mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Maka dari itu sektor

perdagangan yang paling banyak memberikan konstribusinya untuk

(33)

Mengingat bahwa sektor Perdagangan sebagai sektor unggulan dalam

pembangunan ekonomi di Kota Medan, tentunya dibutuhkan kondisi atau iklim

usaha yang sehat dan kondusif, serta sumber daya manusia yang berkualitas di

wilayah Kota Medan. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan terhadap tenaga

kerja sektor Perdagangan di Kota Medan. Maka dari itu pemerintah daerah harus

mengetahui bagaimana pengaruh terjadinya perubahan struktur ekonomi pada

pertumbuhan ekonomi daerah. Untuk mengetahuinya pemerintah harus

melakukan analisis terhadap perubahan struktur ekonomi yang terjadi didaerah

dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar. Beberapa riset

terdahulu yang pernah dilakukan diantaranya oleh Hasani (2010), Purwaningsih

(2009) dan Dault et al (2009) yang dilakukan untuk mengukur struktur ekonomi

suatu wilayah dengan metode dan lokasi penelitian yang berbeda dengan

penelitian ini. Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

perlu pengkajian “Analisis Struktur Ekonomi dengan Metode Shift Share dan

Location Quotient Serta Dampaknya Terhadap Pengembangan Wilayah Kota

Medan”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uaraian di atas, maka yang menjadi permasalahan pada

penelitian ini adalah :

(34)

2. Sektor mana yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan di

Kota Medan dengan metode shift share dan LQ untuk penyerapan tenaga

kerja?

3. Sektor mana yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan di

Kota Medan dengan metode shift share dan LQ untuk konstribusi PDRB?

4. Apakah terjadi pergeseran struktur ekonomi di Kota Medan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah penelitian di atas,

maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk melihat struktur ekonomi Kota Medan dalam kurun waktu 2006-2010.

2. Melihat sektor yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan di

Kota Medan dalam penyerapan tenaga kerja dengan metode shift share dan

LQ.

3. Melihat sektor yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan

yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Medan dengan metode

shift share dan LQ.

4. Untuk mengetahui tingkat terjadinya pergeseran struktur ekonomi di Kota

(35)

1.4. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :

1. Bagi ilmu pengetahuan sebagai bahan masukan bagi penelitian lain yang lebih

lanjut, terutama yang menyangkut tentang Struktur Ekonomi dengan Metode

Shift Share dan Location Quotient Serta Dampaknya Terhadap Pengembangan

Wilayah Kota Medan.

2. Bagi Pemerintah Kota Medan, sebagai masukan bagaimana struktur ekonomi

kota Medan dewasa ini dan arah pembangunan yang ideal terkait dengan

perubahan struktur ekonomi sehingga dapat menentukan keputusan yang tepat

(36)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Perubahan Struktural

Teori perubahan struktural menitikberatkan pada mekanisme transformasi

ekonomi yang dialami oleh negara sedang berkembang yang semula lebih bersifat

subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur

perekonomian yang lebih modern dan sangat di dominasi oleh sektor industri dan

jasa (Todaro, 1999).

2.1.1.1 Teori Fei-Ranis (Ranis and Fei)

Dalam model Fei-Ranis, konsep yang berkaitan dengan transfer tenaga

kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Tahapan transfer tenaga kerja dibagi

menjadi tiga berdasarkan pada produk fisik marginal (MPP) dan upah yang

dianggap konstan dan ditetapkan secara eksogenus, sebagai berikut :

a). Pada tahap pertama, karena tenaga kerja melimpah maka MPP tenaga kerja

sama dengan atau mendekati nol sehingga surplus tenaga kerja yang

ditransfer dari sektor pertanian ke sektor industri mempunyai kurva

penawaran yang elastis sempurna. Pada tahap ini walaupun ada transfer

tenaga kerja, total produksi di sektor pertanian tidak menurun, produktivitas

(37)

oleh adanya tambahan tenaga kerja yang disediakan sektor pertanian. Dengan

demikian, transfer tenaga kerja menguntungkan kedua sektor ekonomi.

b). Pada tahap kedua, pengurangan satu satuan tenaga kerja di sektor pertanian

akan menurunkan produksi karena MPP tenaga kerja sudah positif (ruas AB)

namun besarnya MPP masih lebih kecil dari tingkat upah W. Transfer tenaga

kerja dari pertanian ke industri pada tahap ini mempunyai biaya seimbang

yang positif, sehingga kurva penawaran tenaga kerja di sektor industri

mempunyai elastisitas positif sejak titik S1. Transfer akan tetap terjadi,

produsen disektor pertanian akan melepaskan tenaga kerjanya walaupun

mengakibatkan produksi menurun karena penurunan tersebut lebih

rendah dari besarnya upah yang tidak jadi dibayarkan. Di pihak lain, karena

surplus produksi yang ditawarkan ke sektor industri menurun sementara

permintaannya meningkat (karena tambahan tenaga kerja masuk), harga

relative komoditi pertanian akan meningkat.

c) Tahap ketiga adalah tahap komersialisasi di kedua sektor ekonomi,dimana MPP

tenaga kerja sudah lebih tinggi dari tingkat upah. Produsen pertanian akan

mempertahankan tenaga kerjanya sehingga masing-masing sektor berusaha

efisien. Transfer masih akan terus terjadi jika inovasi teknologi di sektor

pertanian dapat menigkatkan MPP tenaga kerja. Sementara permintaan tenaga

kerja terus meningkat dari sektor industri dengan asumsi keuntungan di sektor

(38)

Model Fei-Ranis tentang transfer tenaga kerja

Dalam model FR ini kecepatan transfer tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor industri tergantung pada:

(a) tingkat pertumbuhanpenduduk,

(b) perkembangan teknologi di sektor pertanian dan

(c) tingkat pertumbuhan stok modal di sektor industri dan surplus yang dicapai

disektor pertanian. Dengan demikian keseimbangan pertumbuhan di kedua

sektor tersebut menjadi prasyarat untuk menghindari stagnasi dalam

pertumbuhan ekonomi nasional. Ini Berarti kedua sektor tersebut harus tumbuh

secara seimbang dan transfer serta penyerapan tenaga kerja di sektor industri

harus lebih cepat dari pertumbuhan angkatan kerja.

2.1.1.2 Teori W. Arthur Lewis

Transformasi struktural suatu perekonomian subsisten di rumuskan oleh

seorang ekonom besar yaitu W. Arthur Lewis. Dengan teorinya model dua sektor

Lewis antara lain :

a) Perekonomian Tradisional

Dalam teori ini Lewis mengasumsikan bahwa di daerah pedesaan dengan

perekonomian tradisional mengalami surplus tenaga kerja. Perekonomian

tradisional adalah bahwa tingkat hidup masyarakat berada pada kondisi subsisten,

hal ini di akibatkan kelebihan penduduk dan di tandai dengan produktivitas

marjinal tenaga kerja sama dengan nol. Ini merupakan situasi yang

(39)

labor) sebagai suatu fakta bahwa jika sebagian tenaga kerja tersebut di tarik dari

sektor pertanian, maka sektor itu tidak akan kehilangan outputnya.

b) Perekonomian Industri

Pada perekonomian ini terletak pada perkotaan modern yang berperan

penting adalah sektor industri. Ciri dari perekonomian ini adalah tingkat

produktivitas yang tinggi dan menjadi tempat penampungan tenaga kerja yang di

transfer sedikit demi sedikit dari sektor subsisten. Dengan demikian

perekonomian perkotaan merupakan daerah tujuan bagi para pekerja yang berasal

dari pedesaan sehingga penambahan tenaga kerja pada sistem produksi yang ada

akan meningkatkan output yang di produksi.

Rangkaian proses pertumbuhan berkesinambungan (self-sustaining growth) dan

perluasan kesempatan kerja di sektor modern tersebut di atas diasumsikan akan

terus berlangsung sampai semua surplus tenaga kerja pedesaan diserap habis oleh

sektor industri. Selanjutnya, tenaga kerja tambahan berikutnya hanya dapat di

tarik dari sektor pertanian dengan biaya yang lebih tinggi karena hal tersebut akan

mengakibatkan merosotnya produksi pangan. Transformasi struktural

perekonomian dengan sendirinya akan menjadi suatu kenyataan dan

perekonomian itu pun pada akhirnya pasti beralih dari perekonomian pertanian

tradisional yang berpusat di pedesaan menjadi sebuah perekonomian industri

(40)

2.1.1.3 Teori Chenery

Analisis teori Pattern of Development menjelaskan perubahan struktur

dalam tahapan proses perubahan ekonomi dari negara berkembang yang

mengalami transformasi dari pertanian tradisional beralih ke sektor industri

sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Peningkatan peran sektor industri

dalam perekonomian sejalan dengan peningkatan

pendapatan perkapita yang berhubungan sangat erat dengan akumulasi capital dan

peningkatan sumber daya (Human Capital).

Apabila dilihat dari permintaan domestik akan terjadi penurunan

permintaan terhadap konsumsi bahan makanan karena

a) dikompensasikan oleh peningkatan permintaan terhadap

barangbarang non kebutuhan pangan, peningkatan investasi, dan

peningkatan anggaran belanja pemerintah yang mengalami

peningkatan dalam struktur GNP yang ada. Di sektor perdagangan

internasional terjadi juga perubahan yaitu peningkatan nilai ekspor

dan impor. Sepanjang perubahan struktural ini berlangsung terjadi

peningkatan pangsa ekspor komoditas hasil produksi sektor industri

dan penurunan pangsa sektor yang sama pada sisi impor.

b) Dilihat dari Tenaga Kerja

Apabila dilihat dari sisi tenaga kerja ini akan terjadi proses

perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian di desa menuju

sektor industri di perkotaan, meski pergeseran ini masih tertinggal

(41)

keberadaan lag inilah maka sektor pertanian akan berperan penting

dalam peningkatan penyediaan tenaga kerja, baik dari awal maupun

akhir dari proses tranformasi perubahan struktural tersebut.

Secara umum negara-negara yang memiliki tingkat populasi tinggi yang

pada dasarnya menggambarkan tingkat permintaan potensial yang tinggi,

cenderung untuk mendirikan industri yang bersifat substitusi impor. Artinya

mereka memproduksi sendiri barang-barang yang dulunya impor untuk kemudian

dijual di pasaran dalam negeri. Sebaliknya negara-negara dengan jumlah

penduduk yang relatif kecil, cenderung akan mengembangkan industri yang

berorientasi ke pasar internasional. Teori perubahan struktural menjelaskan bahwa

percepatan dan pola transformasi struktural yang terdaji pada suatu negara

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang saling berkaitan satu dengan

yang lain.

2.1.2 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah pada umumnya didefinisikan sebagai suatu

proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu daerah

meningkat dalam jangka panjang (Arsyad, 1992). Menurut Blakely (1989),

pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan

seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan

membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan

(42)

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup

pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,

perbaikan kapasitas kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang

lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan

pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Dimana, kesemuanya ini mempunyai

tujuan utama yaitu untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk

masyarakat daerah (Arsyad, 1999: 108-109). Pembangunan ekonomi oleh

beberapa ekonom dibedakan pengertiannya dengan pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan ekonomi diartikan sebagai :

a) Peningkatan pendapatan per kapita masyarakat, yaitu tingkat pertambahan

PDRB/GNP pada suatu tingkat tertentu adalah melebihi tingkat pertambahan

penduduk.

b) Perkembangan PDRB/GNP yang berlaku dalam suatu daerah/negara diikuti

oleh perombakan dan modernisasi struktur ekonominya (Sukirno, 1978: 14).

Ada 2 kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan pembangunan

daerah yaitu :

a) Tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar negeri yang

mempengaruhi kebutuhan daerah dalam proses pembangunan perekonomiannya.

b) Kenyataan bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh

(43)

2.1.2.1 Teori Ekonomi Neo Klasik

Menurut teori ini ada 2 konsep pokok dalam pembangunan ekonomi

daerah yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi daerah.

Artinya, sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika

modal bias mengalir tanpa retriksi (pembatasan). Oleh karena itu, modal akan

mengalir dari daerah yang ber upah tinggi menuju daerah yang ber upah rendah.

2.1.2.2 Teori Basis Ekonomi

Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi

suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa

dari luar daerah. Pertumbuhan perindustrian yang menggunakan sumber daya

lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan

kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Strategi

pembangunan daerah yang muncul didasarkan pada teori ini adalah penekanan

terhadap arti pentingnya bantuan kepada dunia usaha yang mempunyai pasar

secara nasional maupun internasional. Implementasinya kebijakan yang mencakup

pengurangan hambatan atau batasan terhadap perusahaan-perusahaan yang

berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah itu.

2.1.2.3 Teori Tempat Sentral

Teori tempat sentral (central place teory) menganggap bahwa ada hirarki

tempat (hirarchy of place). Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat

(44)

merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah

yang mendukungnya.

2.1.2.4 Teori Kausasif Kumulatif

Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan

konsep dari teori kausasif kumulatif (cumulative causation).

Kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan antara daerah

maju dan terbelakang. Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan

kompetitif dibanding daerah lain.(Lincolin Arsyad,1999).

2.1.2.5 Teori Lokasi

Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang

terbaik adalah biaya yang termurah antara bahan baku dengan pasar.

Hal ini mengakibatkan perusahaan-perusahaan cenderung memilih lokasi yang

dapat meminimumkan biaya namun memaksimalkan peluangnya untuk mendekati

pasar.

2.1.2.6 Teori Model Daya Tarik

Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang paling

banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah

bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialis

(45)

2.1.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

2.1.3.1 Adam Smith

Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahap

yang berurutan yang dimulai dari masa berburu, masa berternak, masa bercocok

taman, masa berdagangan, dan tahap masa industri. Menurut teori ini, masyarakat

akan bergerak dari masyarakat tradisional kemasyarakat modern yang kapitalis.

Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya

sistem pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Adam Smith memandang pekerja

sebagai salah satu input bagi proses produksi, pembagian tenaga kerja merupakan

titik sentral pembahasan dalam teori ini, dalam upaya peningkatan produktifitas

kerja.

Dalam pembangunan ekonomi modal memegang peranan penting.

Menurut teori ini, akumulasi modal akan menentukan cepat atau lambatnya

pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Proses pertumbuhan akan

terjadi secara simultan dan memiliki hubungan keterkaitan satu sama lainnya.

Timbulnya peningkatan kinerja pada suatu sektor akan meningkatkan daya tarik

bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan teknologi, meningkatkan

spesialisasi dan memperluas pasar. Hal ini akan mendorong pertumbuhan

ekonomi yang semakin cepat. Proses pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi

tujuan pada akhirnya harus tunduk pada pada fungsi kendala yaitu keterbatasan

(46)

2.1.3.2 Whilt Whitman Rostow

Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan kedalam 5

tahap yaitu: masyarakat tradisional ( the traditional society ), prasyarat untuk

tinggal landas (the preconditions for take off), tinggal landas (take off), menuju

kedewasaan (the drive maturity) dan masa konsumsi tinggi ( the age of high mass

consumption).

2.1.3.3 Friedrich List

Menurut List, dalam bukunya yang berjudul Das Nationale der

Politispvhen Oekonomie (1840), sistem liberal yang laizes-faire dapat menjamin

alokasi sumber daya secara optimal. Perkembangan ekonomi menurut List melalui

5 tahap yaitu: tahap primitif, beternak, pertanian dan industri pengolahan

(Manufacturing), dan akhirnya pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan.

2.1.3.4 Harrod Domar

Teori ini menganggap setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu

proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika untuk mengganti barang-barang

modal yang rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan perekonomian tersebut,

diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Rasio modal

output (COR) sebagai suatu hubungan antara investasi yang ditanamkan dengan

pendapatan tahunan yang dihasilkan dari investasi tersebut (Lincolin

(47)

2.1.3.5 Thomas Robert Malthus

Malthus menitikberatkan perhatian pada perkembangan kesejahteraan

suatu negara, yaitu pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai dengan

meningkatkan kesejahteraan suatu negara. Kesejahteraan suatu negara sebagian

tergantung pada jumlah output yang dihasilkan oleh tenaga kerja, dan sebagian

lagi pada nilai atas produk tersebut.

2.1.4 Ukuran Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Ukuran-ukuran mengenai keterkaitan ekonomi pada dasarnya

menggambarkan hubungan antara perekonomian daerah dengan lingkungan

sekitarnya. Analisis shift share merupakan teknik yang sangat berguna dalam

menganalisis perubahan stuktur ekonomi daerah dibanding perekonomian

nasional. Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3

bidang yang berhubungan satu sama lain yaitu:

a) Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan

pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan sektor

yang sama diperekonomian yang dijadikan acuan.

b) Pergeser proposional mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau

penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar

dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui

apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri lebih cepat

(48)

c) Pergeseran diferensial membantu kita dalam menentukan seberapa jauh daya

saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan.

Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu industri adalah positif,

maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya ketimbang industri yang

sama pada perekonomian yang dijadikan acuan. (Lincolin Arsyad,2004).

2.1.5 Ketenagakerjaan

2.1.5.1 Definisi Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk yamg berumur di dalam batas usia kerja.

Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara satu dengan yang lain. Batas usia

kerja yang dianut oleh Indonesia adalah minimum 15 tahun, tanpa batas umur

maksimum. Tenaga kerja (manpower) dibagi pula ke dalam dua kelompok yaitu

angkatan kerja (laborforce) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan

kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia yang bekerja, atau yang

mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan yang

mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja adalah tenaga

kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai

pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan.

Selanjutnya, angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua subsektor yaitu

kelompok pekerja dan penganggur. Yang dimaksud pekerja adalah orang-orang

yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang mempunyai pekerjaan, dan

memang sedang bekerja, serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk

(49)

penganggur adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang

yang tidak bekerja dan masih mencari pekerjaan. (Bellante dan Jackson,1990).

2.1.5.2 Tenaga Kerja di Negara Sedang Berkembang (NSB)

Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan

lapangan kerja relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran di NSB

menjadi semakin serius. Tingkat pengangguran terbuka terbuka di perkotaan

hanya menunjukkan aspek – aspek yang tampak saja dari masalah kesempatan

kerja di NSB yang bagaikan ujung sebuah gunung es. Tenaga kerja yang tidak

bekerja bekerja secara penuh mempunyai berbagai bentuk, termasuk berbagai

bentuk dan underemployment di NSB sangat jarang, tetapi dari hasil studi

ditunjukkan bahwa sekitar 30 persen dari penduduk perkotaan di NSB bisa

dikatkan tidak bekerja secara penuh ( underutilitized ).

Untuk itu dalam mengurangi masalah ketenagakerjaan yang dihadapi NSB

perlu adanya solusi yaitu, memberikan upah yang memadai dan menyediakan

kesempatan – kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat miskin. Oleh karena

itu, peningkatan kesempatan kerja merupakan unsur yang paling esensial dalam

setiap strategi pembangunan yang menitikberatkan kepada penghapusan (Lincolin

Arsyad,1999). Penduduk yang bekerja dapat dikelompokkan menurut status

pekerjaa utama, yang meliputi antara lain :

a. Berusaha sendiri adalah bekerja atau berusaha dengan menanggung

resiko secara ekonomis, diantaranya tidak kembalinya ongkos produksi

(50)

menggunakan pekerja dibayar maupun pekerja tidak dibayar. Termasuk

yang sifatnya memerlukan tekonologi atau keahlian khusus.

b. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar adalah bekerja

atau berusaha atas resiko sendiri, dan menggunakan

buruh/karyawan/pegawai tak dibayar dan atau buruh/karyawan/pegawai

tidak tetap.

c. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar adalah berusaha atas resiko

sendiri dan memperkerjakan paling sedikit satu orang

buruh/karyawan/pegawai tetap yang dibayar.

d. Buruh/Karyawan/Pegawai tetap dibayar adalah seorang yang bekerja

pada orang lain/instansi/kantor/perusahaan dengan menerima upah/gaji

secara tetap, baik ada kegiatan maupun tidak ada kegiatan.

e. Buruh/Karyawan/Pegawai adalah seseorang yang bekerja pada orang

lain atau instansi/kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima

upah/gaji baik berupa uang maupun barang. Buruh yang tidak mempunyai

majikan tetap, tidak digolongkan sebagai buruh/karyawan/pegawai tetapi

sebagai pekerja bebas. Seseorang dianggap memiliki majikan tetap jika

memiliki satu majikan yang sama dalam sebulan terakhir, khusus pekerja

pada sektor bangunan dianggap buruh jika bekerja minimal tiga bulan

pada satu majikan.

f. Pekerja bebas di pertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang

lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam

(51)

maupun bukan usaha rumah tangga atas dasar balas jasa dengan menerima

upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang, baik dengan sistem

pembayaran harian maupun borongan

g. Pekerja bebas di non pertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang

lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam

sebulan terakhir), di usaha non pertanian dengan menerima upah atau

imbalan baik berupa uang maupun barang, dan baik dengan sistem

pembayaran harian maupun borongan.

h. Pekerja keluarga/ tidak dibayar adalah seseorang yang bekerja membantu

orang lain yang berusaha dengan tidak mendapat gaji/upah, baik berupa

uang maupun barang.

Pekerja tak dibayar tersebut dapat terdiri dari :

1. Anggota rumah tangga dari orang yang dibantunya, seperti istri

yang membantu suaminya bekerja di sawah.

2. Bukan anggota rumah tangga tetapi keluarga dari orang yang

dibantunya, seperti saudara/famili yang membantu melayani

penjualan di warung.

3. Bukan anggota rumah tangga dan bukan keluarga dari orang yang

dibantunya, seperti orang yang membantu menganyam topi pada

(52)

2.1.6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat diukur dengan indikator utama

yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (BPS, Kota Medan Tahun 2010).

PDRB adalah suatu indikator untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi

suatu daerah secara sektoral, sehingga dapat dilihat penyebab pertumbuhan

ekonomi suatu wilayah tersebut.

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu

wilayah/propinsi dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga yang berlaku atau atas

dasar harga konstan. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang

dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu wilayah, atau merupakan jumlah

seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di

suatu wilayah.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan

jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahunnya. Sedangkan PDRB

atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga

berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomis. Sedangkan

harga konstan digunakan untuk mengetahui pertambahan ekonomi dari tahun ke

(53)

2.1.7 Analisis Shift Share

Analisis Shift Share adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui

proses pertumbuhan ekonomi suatu daerah dalam kaitannya dengan perekonomian

daerah acuan yaitu daerah yang lebih besar (regional atau nasional). Teknik

analisis shift share ini membagi pertumbuhan sebagai perubahan (G) suatu

variabel wilayah, seperti tenaga kerja, nilai tambah, pendapatan atau output,

selama kurun waktu tertentu menjadi pengaruh : pertumbuhan nasional (N),

Proportional Shift (P), dan Differential Shift ( D ). Menurut Prasetyo Soepomo

(1993) bentuk umum persamaan dari analisis shift share dan

komponen-komponennya adalah :

G ij = N ij + P ij + D ij

2.1.8 Analisis Tipologi Sektoral

Analisis ini mengembangkan hasil perhitungan indeks Location Quotient

(LQ>1), komponen differential shift (Dj>0), dan komponen proporsional shift

(Pj>0) untuk ditentukan tipologi sektoral. Tipologi ini mengklasifikasikan sektor

basis dan non basis serta komponen pertumbuhan internal dan eksternal. Dengan

menggabungkan indeks LQ dengan komponen Dj dan Pj dalam analisis shift

share. Tipologi sektor tersebut adalah sebagai berikut :

Tipologi I : Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata>1 dan

pertumbuhan di Kota Medan lebih cepat dibandingkan provinsi (Dj rata rata > 0)

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah    Penduduk   Kota  Medan 15 Tahun ke Atas yang Bekerja                   menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2006-2010
Tabel 1.2 Nilai   Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha
Tabel 2.1 :Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1  Kerangka  Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Memahami dan menerapkan sanitasi, hygiene dan Menganalisis resiko hygiene (keracunan dan Mendeskripsikan peranan, ruang lingkup dan keselamatan kerja pada jasa boga kerusakan

Merupakan landasan teori yang penulis gali dari data kepustakaan, yang memuat: Pengertian Manajemen, fungsi manajemen, Keterampilan dalam Manajemen, Opti māl isasi Peran Na

This focus weaves throughout all of my work on Spring Awakening: actor packets, educational materials, program note, lobby display, and philanthropic outreach.. I believe that

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kecurangan Akademik

Namun demikian, untuk membangun kinerja organisasi yang sangat baik, fungsi kepemimpinan perguruan tinggi dapat fokus pada 4 fungsi yaitu pemimpin yang mampu memberi

Untuk memonitor perkembangan pelaksanaan program di lapangan dan pencapaian KKP, telah diterapkan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Program KKB yang secara berkala setiap

a) Pembayaran tahap pertama, sebesar 50% (limapuluh persen), dibayarkan setelah perjanjian ini ditandatangani oleh kedua belah pihak. b) Pembayaran tahap kedua, sebesar 25%

Salah satu antisipasi dalam menghandle kelemahan masing-masing standar terhadap jaringan nirkabel ini adalah dengan mengupas setiap standarisasi yang dikembangkan oleh IEEE