ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DENGAN
METODE SHIFT SHARE DAN LOCATION
QUOTIENT SERTA DAMPAKNYA TERHADAP
PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN
TESIS
Oleh :
D A R M A W A N
107003055/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DENGAN
METODE SHIFT SHARE DAN LOCATION
QUOTIENT SERTA DAMPAKNYA TERHADAP
PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara
Oleh :
D A R M A W A N
107003055/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DENGAN
METODE SHIFT SHARE DAN LOCATION
QUOTIENT SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN Nama Mahasiswa : Darmawan
Nomor Pokok : 107003055
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
Menyetujui Komisi Pembimbing :
Ketua
(Prof. Erlina ,SE,M.Si,Ph.D,AK )
Anggota
(Wahyu Ario Pratomo,SE,M.Ec)
Ketua Program Studi
(Prof. Dr. lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE)
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
Telah diuji pada
Tanggal : 28 Agustus 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Erlina,SE,M.Si,Ph.D,Ak Anggota : 1. Wahyu Ario Pratomo,SE,M.Eci
ABSTRAK
ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DENGAN METODE SHIFT SHARE
DAN LOCATION QUOTIENT SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menganalisis struktur ekonomi Kota Medan dalam kurun waktu 2006-2010. 2) menganalisis sektor yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan di Kota Medan dalam penyerapan tenaga kerja dengan metode shift share dan LQ. 3) melihat sektor yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Medan dengan metode shift share dan LQ. 4) untuk mengetahui tingkat terjadinya pergeseran struktur ekonomi di Kota Medan.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Jumlah populasi adalah sebanyak 21 (dua puluh satu) kecamatan yang terdapat di Kota Medan, metode sensus digunakan sebagai dasar melakukan penelitian.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa apabila dilihat di kecamatan secara global, maka Sektor yang memiliki daya saing yang kuat dibanding Kota Medan adalah Sektor Jasa dan Bangunan. Ini berarti struktur ekonomi per kecamatan di Kota Medan adalah Struktur Ekonomi Modern. Hanya tiga Kecamatan yang masih memiliki struktur ekonomi tradisional, yaitu Kecamatan Medan Labuhan, Medan Marelan dan Kecamatan Medan Belawan. Komponen jumlah dari analisis shift share menunjukkan bahwa sektor jasa yang paling banyak dalam menyerap tenaga kerja karena memiliki tingkat kepotensialan istimewa. Selanjutnya diikuti sektor perdagangan, industri dan bangunan yang memiliki tingkat kepotensialan baik. Selain itu hasil analisis shift share dan LQ untuk konstribusi PDRB di Kota Medan tahun analisis 2006–2010. Komponen jumlah dari analisis shift share dan LQ menunjukkan nilai positif semua dari 9 sektor adalah, sektor bangunan dan perdagangan yang memiliki tingkat kepotensialan istimewa, yang berarti kedua sektor ini sangat baik untuk dikembangkan karena kontribusi PDRB yang diberikan sektor ini besar. Kemudian terdapat 3 (tiga) sektor yang berpredikat baik, yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan serta sektor jasa. Artinya bahwa telah terjadi pergeseran sektor perekonomian dari sektor perekonomian tradisional ke sektor perekonomian modern. Struktur ekonomi di Kota Medan telah bergeser dari struktur ekonomi industri ke struktur ekonomi perdagangan dan jasa. Pergeseran ini diikuti dengan pergeseran penyerapan tenaga kerja dan konstribusi terhadap PDRB dari sektor industri ke sektor jasa di Kota Medan.
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE ECONOMIC STRUCTURE AND METHOD OF SHIFT SHARE AND ITS IMPACT ON LOCATION QUOTIENT OF THE MEDAN
CITY
The purpose of this research are 1) to analysis the economic structure of the city of Medan in the period 2006-2010. 2) to analysis at sectors that have strong competitiveness in every district in the city of Medan in the employment share with the shift method and LQ. 3) to analysis at sectors that have strong competitiveness in each district that contributes to the GDP of Medan to shift share method and LQ. 4) to determine the level of a shift in economic structure in the city of Medan.
The method of analysis used in this research is descriptive method. The population are as many as 21 (twenty one) district located in the city of Medan, the census method used as the basis for conducting research.
These results prove that the per subdistrict when viewed globally, the sector has a strong competitive edge over the Medan City and building services sector. This means that the economic structure of Per districts in Medan is the Structure of Modern Economics. Only three District which still has the traditional economic structure, the District of Labuhan Medan, Medan Medan District Marelan and Belawan. Component of the shift share analysis indicates that the service sector to absorb the most labor because it has a special potentially of level. Then followed the trade, industry and buildings that have a good level kepotensialan. Component of the shift share analysis and LQ show all the positive values of the nine sectors are, building and trades sector has a special kepotensialan level, which means that these two sectors are very well developed due to the contribution of GDP for a given sector is large. Then there are 3 (three) sectors are categorized as good, ie transport and communication sector, financial sector and services sector in which the third sector is also good for development. It means that the economy has been a shift from traditional economy to a modern economy. Economic structure in the city of Medan's economic structure has shifted from industry to the economic structure of trade and services. This shift is accompanied by a shift of employment and contribution to the GDP of industrial sector to the services sector in the city of Medan.
KATA PENGANTAR
Atas kuasa yang Maha Esa, sehingga penulisan Tesis ini dapat
diselesaikan. Tesis ini berjudul “ANALISIS STRUKTUR EKONOMI
DENGAN METODE SHIFT SHARE DAN LOCATION QUOTIENT SERTA
DAMPAKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA
MEDAN” yang dikaji dengan beberapa pendekatan/analisis sebagai aplikasi
pengetahuan yang didapat oleh penulis selama mengikuti perkuliahan pada
Sekolah Pascasarjana Program Magister Perencanaan Wilayah Universitas
Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga
penulisan tesis ini dapat diselesaikan, terutama kepada :
1. Bapak Prof.Dr. Syahril Pasaribu,DTM&H,M.Sc,(CTM),Sp.A(K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, Selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE Selaku Ketua Program Studi
Magister Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara.
4. Dosen pembimbing saya Ibu Prof. Dr. Erlina, Ph.D dan Bapak Wahyu Ario
Pratomo, SE, M.Si telah banyak membantu membimbing dan memberikan
5. Dosen Pembanding saya Bapak Prof. Dr. Lic. rer. reg. Sirojuzilam,
SE, Bapak Dr. H.B.Tarmizi, SU serta Bapak Kasyful Mahali, SE, M.Si
yang selalu memberikan saran dan bimbingan dalam proses
penyempurnaan tesis ini.
6. Seluruh Dosen Pengajar di Program Studi Magister Perencanaan Wilayah
beserta Staf Kepegawaian Administrasi.
7. Istri yang tercinta Airin YH dan kedua juniorku Dirga dengan Afifa
beserta ibunda Sri Murniati yang selalu membuat semangat mengikuti
perkuliahan hingga akhir penyelesaian tesis ini.
8. Keluarga besar BAPPEDA KOTA MEDAN atas dukungan dan inspirasi
nya yang selalu membantu penulis dalam keseimbangan antara aktivitas
pekerjaan dan perkuliahan.
9. Melvi, Pak Pantas, Reza, Varby, Pohan, Fajar, Daniel, dan seluruh
sahabat angkatan II kelas khusus BAPPEDA yang telah menjadi mitra
berdiskusi yang hebat dalam proses perkuliahan hingga penyelesaian akhir
tesis ini.
Dengan segala kerendahan hati, Penulis memohon maaf kepada Bapak/Ibu
Dosen serta segenap Civitas Akademika Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Sumatera Utara maupun rekan-rekan.
Medan, Agustus 2012
RIWAYAT HIDUP
1. N a m a : Darmawan
2. Tempat/tgl lahir : Medan, 23 Juni 1981
3. Pekerjaan : PNS
4. Agama : Islam
5. Orang tua
a. Ayah : (Alm) Suprianto
b. Ibu : Sri Murniati
6. Istri : Airin Yunifitri Hidayana
7. Anak : 1. Dirga Ardhana Darmawan
2. Afifa Kiandra Darmawan
8. Alamat : Jl. Kopra 4 No. 37 P.Simalingkar Medan
9. Pendidikan
a. SD Negeri : SD Swasta Petro Medan
b. SMP Negeri : SMP Negeri 6 Medan
c. SMA Negeri : SMU Negeri 6 Medan
2.1.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik ... 20
2.1.4. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi Daerah ... 22
2.1.5. Ketenagakerjaan ... 23
2.1.5.1. Definisi Tenaga Kerja ... 23
2.1.5.2. Tenaga Kerja di Negara Sedang Berkembang (NSB) ... 24
2.1.6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 27
2.1.7. Analisis Shift Share ... 28
3.4. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 37
4.3. Analisis Struktur Ekonomi Kota Medan per
Kecamatan berdasarkan Analisis LQ dan Shift
Share……… ... 45
4.3.1. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan
Tuntungan ... 45
4.3.2. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan
Johor ... 53
4.3.3. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan
Amplas ... 58
4.3.4. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan
Denai ... 64
4.3.5. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan
Area ... 70
4.3.6. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan
Kota ... 74
4.3.7. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan
Maimun ... 76
4.3.8. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan
Polonia ... 79
4.3.9. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan
Baru ... 83
4.3.10. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan
Selayang ... 88
4.3.11. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan
Sunggal ... 94
4.3.12. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan
Helvetia ... 100
4.3.13. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan
4.3.14. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan
Barat ... 109
4.3.15. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan
Timur ... 113
4.3.16. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan
Perjuangan ... 116
4.3.17. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan
Tembung ... 120
4.3.18. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan
Deli ... 125
4.3.18. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan
Labuhan ... 131
4.3.19. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan
Marelan ... 136
4.3.20. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan
Belawan ... 140
4.4. Analisis Shift Share dan LQ Tenaga Kerja Kota
Medan ... 146
4.5. Analisis Pendapatan Regional Perkapita Penduduk
Kota Medan PerKecamatan …………... 158
4.6. Hasil Analisis Shift Share dan LQ Berdasarkan
Jumlah PDRB di Kota Medan ………… ... 159
4.7. Pembahasan ... 162
4.8. Hasil Analisis Shift Share dan LQ Berdasarkan
Jumlah PDRB di Kota Medan ... 164
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...179
5.1. Kesimpulan ... 179
5.2. Saran... 180
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kota Medan 15 Tahun ke Atas Yang
Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun
2006 – 2010 ……….. 5
Tabel 1.2 Nilai Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Medan Tahun 006 – 2010 ( Rp milyar ) ………. 7
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ………. 33
Tabel 4.1 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2006 – 2010 ( Rp Milyar ) ... 45
Tabel 4.2 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2006 – 2010 ... 46
Tabel 4.3 Analisis Sektor Pertanian ... 46
Tabel 4.4 Analisis Sektor Pertambangan ... 48
Tabel 4.6 Analisis Sektor Bangunan ... 49
Tabel 4.7 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 50
Tabel 4.8 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 51
Tabel 4.9 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 52
Tabel 4.10 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Johor Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 53
Tabel 4.11 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Johor Tahun 2006 – 2010 ... 54
Tabel 4.12 Analisis Sektor Industri Penolahan ... 54
Tabel 4.13 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 56
Tabel 4.14 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 57
Tabel 4.16 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan
Medan AmplasTahun 2006 – 2010 ... 58
Tabel 4.17 Analisis Sektor Industri Penolahan ... 59
Tabel 4.18 Analisis Sektor Bangunan ... 60
Tabel 4.19 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 61
Tabel 4.20 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 62
Tabel 4.21 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 63
Tabel 4.22 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Denai Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 64
Tabel 4.23 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Denai Tahun 2006 – 2010 ... 65
Tabel 4.24 Analisis Sektor Bangunan ... 65
Tabel 4.25 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 66
Tabel 4.26 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 68
Tabel 4.27 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 69
Tabel 4.28 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan AreaTahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 70
Tabel 4.29 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan AreaTahun 2006 – 2010 ... 70
Tabel 4.30 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 71
Tabel 4.31 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 72
Tabel 4.32 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 73
Tabel 4.33 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Kota Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 74
Tabel 4.34 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Kota Tahun 2006 – 2010 ... 74
Tabel 4.35 Analisis Sektor Perdagangan ... 75
Tabel 4.36 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Maimun Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 76
Tabel 4.38 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 77
Tabel 4.39 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 78
Tabel 4.40 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Polonia Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 79
Tabel 4.41 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Polonia Tahun 2006 – 2010 ... 80
Tabel 4.42 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 80
Tabel 4.43 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 81
Tabel 4.44 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Baru Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 83
Tabel 4.45 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Baru Tahun 2006 – 2010 ... 83
Tabel 4.46 Analisis Sektor Industri Penolahan ... 84
Tabel 4.47 Analisis Sektor Bangunan ... 85
Tabel 4.48 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 86
Tabel 4.49 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 87
Tabel 4.50 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Selayang Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 88
Tabel 4.51 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Selayang Tahun 2006 – 2010 ... 88
Tabel 4.52 Analisis Sektor Pertanian ... 89
Tabel 4.53 Analisis Sektor Bangunan ... 90
Tabel 4.54 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 91
Tabel 4.55 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 92
Tabel 4.56 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 93
Tabel 4.57 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 94
Tabel 4.58 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2006 – 2010 ... 94
Tabel 4.59 Analisis Sektor Bangunan ... 95
Tabel 4.61 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 97
Tabel 4.62 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 98
Tabel 4.63 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 99
Tabel 4.64 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan
HelvetiaTahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 100
Tabel 4.65 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan
Medan HelvetiaTahun 2006 – 2010 ... 101
Tabel 4.66 Analisis Sektor Bangunan ... 101
Tabel 4.67 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 102
Tabel 4.68 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 104
Tabel 4.69 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 105
Tabel 4.70 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan
PetisahTahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 106
Tabel 4.71 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan
Medan PetisahTahun 2006 – 2010 ... 106
Tabel 4.72 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 107
Tabel 4.73 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 108
Tabel 4.74 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan
BaratTahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 109
Tabel 4.75 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan
Medan BaratTahun 2006 – 2010 ... 109
Tabel 4.76 Analisis Sektor Industri Penolahan ... 110
Tabel 4.77 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 111
Tabel 4.78 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 112
Tabel 4.79 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan
TimurTahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 113
Tabel 4.80 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan
Medan TimurTahun 2006 – 2010 ... 113
Tabel 4.81 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 114
Tabel 4.83 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan
Perjuangan Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 116
Tabel 4.84 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2006 – 2010 ... 116
Tabel 4.85 Analisis Sektor Bangunan ... 117
Tabel 4.86 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 118
Tabel 4.87 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 119
Tabel 4.88 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan TembungTahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 120
Tabel 4.89 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Tembung Tahun 2006 – 2010 ... 120
Tabel 4.90 Analisis Sektor Bangunan ... 121
Tabel 4.91 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 122
Tabel 4.92 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 123
Tabel 4.93 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 124
Tabel 4.94 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Deli Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 125
Tabel 4.95 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Deli Tahun 2006 – 2010 ... 126
Tabel 4.96 Analisis Sektor Industri Penolahan ... 126
Tabel 4.97 Analisis Sektor Bangunan ... 127
Tabel 4.98 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 128
Tabel 4.99 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 130
Tabel 4.100 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 131
Tabel 4.101 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2006 – 2010 ... 131
Tabel 4.102 Analisis Sektor Pertanian ... 132
Tabel 4.103 Analisis Sektor Industri Penolahan ... 133
Tabel 4.104 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 134
Tabel 4.106 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan
Marelan Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 136
Tabel 4.107 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Marelan Tahun 2006 – 2010 ... 136
Tabel 4.108 Analisis Sektor Pertanian ... 137
Tabel 4.109 Analisis Sektor Industri Penolahan ... 138
Tabel 4.110 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 139
Tabel 4.111 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Belawan Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 140
Tabel 4.112 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Belawan Tahun 2006 – 2010 ... 140
Tabel 4.113 Analisis Sektor Pertanian ... 141
Tabel 4.114 Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ... 142
Tabel 4.115 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 143
Tabel 4.116 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 144
Tabel 4.117 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 145
Tabel 4.118 Jumlah Penduduk Kota Medan 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2006 – 2010 ... 146
Tabel 4.119 Hasil Analisis Shift Share Tenaga Kerja Kota MedanTahun 2006 – 2010 ... 147
Tabel 4.120 Hasil LQ Analisis Tenaga Kerja Kota MedanTahun 2006 – 2010 ... 148
Tabel 4.121 Tabel Analisis Tenaga Kerja di Sektor Industri Penolahan ... 149
Tabel 4.122 Tabel Analisis Tenaga Kerja di Sektor Bangunan ... 151
Tabel 4.123 Tabel Analisis Tenaga Kerja di Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran ... 152
Tabel 4.125 Tabel Analisis Tenaga Kerja di Sektor Keuangan
Persewaan dan Jasa Perusahaan ... 156
Tabel 4.126 Tabel Analisis Tenaga Kerja di Sektor Jasa - Jasa ... 157
Tabel 4.127 PDRB Perkapita Kota Medan per Kecamatan ... 162
Tabel 4.128 Hasil Analisis Shift Share Tahun 2006 – 2010 ( Rp juta ) .... 164
Tabel 4.129 Hasil LQ Analisis Nilai PDRB Kota MedanTahun 2006 – 2010 ... 165
Tabel 4.130 Tabel Analisis Sektor Industri Pengolahan ... 166
Tabel 4.131 Tabel Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ... 167
Tabel 4.132 Tabel Analisis Sektor Bangunan ... 168
Tabel 4.133 Tabel Analisis Sektor Perdagangan ... 169
Tabel 4.134 Tabel Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 171
Tabel 4.135 Tabel Analisis Sektor Keuangan ... 172
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 36
Gambar 4.1 Grafik Tenaga Kerja Kota Medan Tahun 2006-2010 ... 147
Gambar 4.2 Grafik Persentase Tenaga Kerja di Sektor Industri
Pengolahan ... 149
Gambar 4.3 Grafik Persentase Tenaga Kerja di Sektor Industri
Bangunan ... 150
Gambar 4.4 Grafik Persentase Tenaga Kerja di Sektor Perdagangan, Hotel
Dan Restoran ... 152
Gambar 4.5 Grafik Persentase Tenaga Kerja di Sektor Pengangkutan dan
Komunikas ... 154
Gambar 4.6 Grafik Persentase Tenaga Kerja di Sektor Keuangan
Persewaan dan Jasa Perusahaan ... 155
Gambar 4.7 Grafik Persentase Tenaga Kerja di Sektor Jasa - Jasa ... 157
Gambar 4.8 Grafik Penduduk Kota Medan Usia 15 + Yang Bekerja
Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2008-2010 ... 158
Gambar 4.9 Grafik Pengeluaran Konsumsi Makanan & Non Makanan
Kota Medan ... 160
Gambar 4.10 Grafik Persentase Pengeluaran Makanan Kota Medan
Dan Sumatera Utara ( % ) ... 161
Gambar 4.11 Grafik Persentase Pengeluaran Non Makanan Kota Medan
Dan Sumatera Utara ( % ) ... 161
Gambar 4.12 Grafik Distribusi PDRB Sektor Industri Pengolahan Kota Medan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampairan 1 Jumlah Penduduk Kota Medan Berumur 15 Tahun
Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama
ABSTRAK
ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DENGAN METODE SHIFT SHARE
DAN LOCATION QUOTIENT SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menganalisis struktur ekonomi Kota Medan dalam kurun waktu 2006-2010. 2) menganalisis sektor yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan di Kota Medan dalam penyerapan tenaga kerja dengan metode shift share dan LQ. 3) melihat sektor yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Medan dengan metode shift share dan LQ. 4) untuk mengetahui tingkat terjadinya pergeseran struktur ekonomi di Kota Medan.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Jumlah populasi adalah sebanyak 21 (dua puluh satu) kecamatan yang terdapat di Kota Medan, metode sensus digunakan sebagai dasar melakukan penelitian.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa apabila dilihat di kecamatan secara global, maka Sektor yang memiliki daya saing yang kuat dibanding Kota Medan adalah Sektor Jasa dan Bangunan. Ini berarti struktur ekonomi per kecamatan di Kota Medan adalah Struktur Ekonomi Modern. Hanya tiga Kecamatan yang masih memiliki struktur ekonomi tradisional, yaitu Kecamatan Medan Labuhan, Medan Marelan dan Kecamatan Medan Belawan. Komponen jumlah dari analisis shift share menunjukkan bahwa sektor jasa yang paling banyak dalam menyerap tenaga kerja karena memiliki tingkat kepotensialan istimewa. Selanjutnya diikuti sektor perdagangan, industri dan bangunan yang memiliki tingkat kepotensialan baik. Selain itu hasil analisis shift share dan LQ untuk konstribusi PDRB di Kota Medan tahun analisis 2006–2010. Komponen jumlah dari analisis shift share dan LQ menunjukkan nilai positif semua dari 9 sektor adalah, sektor bangunan dan perdagangan yang memiliki tingkat kepotensialan istimewa, yang berarti kedua sektor ini sangat baik untuk dikembangkan karena kontribusi PDRB yang diberikan sektor ini besar. Kemudian terdapat 3 (tiga) sektor yang berpredikat baik, yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan serta sektor jasa. Artinya bahwa telah terjadi pergeseran sektor perekonomian dari sektor perekonomian tradisional ke sektor perekonomian modern. Struktur ekonomi di Kota Medan telah bergeser dari struktur ekonomi industri ke struktur ekonomi perdagangan dan jasa. Pergeseran ini diikuti dengan pergeseran penyerapan tenaga kerja dan konstribusi terhadap PDRB dari sektor industri ke sektor jasa di Kota Medan.
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE ECONOMIC STRUCTURE AND METHOD OF SHIFT SHARE AND ITS IMPACT ON LOCATION QUOTIENT OF THE MEDAN
CITY
The purpose of this research are 1) to analysis the economic structure of the city of Medan in the period 2006-2010. 2) to analysis at sectors that have strong competitiveness in every district in the city of Medan in the employment share with the shift method and LQ. 3) to analysis at sectors that have strong competitiveness in each district that contributes to the GDP of Medan to shift share method and LQ. 4) to determine the level of a shift in economic structure in the city of Medan.
The method of analysis used in this research is descriptive method. The population are as many as 21 (twenty one) district located in the city of Medan, the census method used as the basis for conducting research.
These results prove that the per subdistrict when viewed globally, the sector has a strong competitive edge over the Medan City and building services sector. This means that the economic structure of Per districts in Medan is the Structure of Modern Economics. Only three District which still has the traditional economic structure, the District of Labuhan Medan, Medan Medan District Marelan and Belawan. Component of the shift share analysis indicates that the service sector to absorb the most labor because it has a special potentially of level. Then followed the trade, industry and buildings that have a good level kepotensialan. Component of the shift share analysis and LQ show all the positive values of the nine sectors are, building and trades sector has a special kepotensialan level, which means that these two sectors are very well developed due to the contribution of GDP for a given sector is large. Then there are 3 (three) sectors are categorized as good, ie transport and communication sector, financial sector and services sector in which the third sector is also good for development. It means that the economy has been a shift from traditional economy to a modern economy. Economic structure in the city of Medan's economic structure has shifted from industry to the economic structure of trade and services. This shift is accompanied by a shift of employment and contribution to the GDP of industrial sector to the services sector in the city of Medan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok
yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi
ekonomi dan keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi
masayarakat industri. Transformasi struktural merupakan prasyarat dari
peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan serta penanggulangan kemiskinan,
sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri (Todaro, 1999).
Proses perubahan struktur perekonomian ditandai dengan menurunnya
pangsa sektor primer (pertanian), meningkatnya pangsa sektor sekunder (industri),
dan pangsa sektor tersier (jasa) juga memberikan kontribusi yang meningkat
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi (Todaro, 1999). Pada kenyataannya
pertumbuhan ekonomi di Kota Medan tidak disertai dengan perubahan struktur
tenaga kerja yang berimbang. Artinya laju pergeseran ekonomi sektoral relatif
cepat dibandingkan dengan laju pergeseran tenaga kerja, sehingga titik balik
untuk aktivitas ekonomi tercapai lebih dahulu dibanding dengan titik balik
penggunaan tenaga kerja (Supriyati dan Sumedi, 2001). Masalah yang sering
diperdebatkan adalah apakah penurunan pangsa pangan sebanding dengan
penurunan pangsa penyerapan tenaga kerja sektoral dan industri berkembang
kemiskinan dan eksploitasi sumber daya manusia pada sektor primer
(Supriyati dan Sumedi, 2001).
Sejarah pertumbuhan ekonomi negara-negara maju menunjukkan
pentingnya pengaruh tingkat perkembangan struktural dan sektoral yang tinggi
dalam proses pertumbuhan ekonomi. Beberapa komponen yang utama dari proses
perubahan struktural tersebut antara lain mencakup pergeseran bertahap dari
aktivitas sektor pertanian ke sektor non pertanian. Pertumbuhan ekonomi telah
mengakibatkan perubahan struktur perekonomian. Transformasi struktural sendiri
merupakan proses perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke
sektor industri, perdagangan dan jasa, di mana masing-masing perekonomian akan
mengalami transformasi yang berbeda-beda. Pada umumnya transformasi yang
terjadi di negara sedang berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke
sektor industri.
Perubahan struktur atau transformasi ekonomi dari tradisional menjadi
modern secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam ekonomi
yang berkaitan dengan komposisi penyerapan tenaga kerja, produksi,
perdagangan, dan faktor-faktor lain yang diperlukan secara terus menerus untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial melalui peningkatan
pendapatan perkapita (Chenery 1986).
Pertumbuhan ekonomi nasional mempunyai pengaruh atas stuktur
ekonomi daerah karena pertumbuhan nasional mempunyai pengaruh atas
pertumbuhan daerah, sebab daerah merupakan bagian internal dari suatu negara.
rencana nasional maupun rencana regional. Pembangunan ekonomi yang
berorientasi pada sektor pertanian, industri, perdagangan dan jasa yang
menyebabkan prestasi baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah menjadi
lebih meningkat. Hal ini dapat dilihat pada variabel seperti pendapatan daerah,
penyerapan tenaga kerja, dan nilai tambah sebagai proporsi sebelumnya dalam
struktur perekonomian negara maupun struktur perekonomian daerah selama
kurun waktu tertentu.
Struktur ekonomi daerah berdampak pada peningkatan sektor-sektor
perekonomian lainnya yang saling berkaitan. Suatu daerah dapat dikatakan maju
apabila ditunjang dari segi pengetahuan masyarakat yang tinggi, adanya sumber
daya alam yang cukup memadai yang dikelola oleh sumber daya manusia yang
mempunyai potensi besar guna tercapainya kemajuan pembangunan daerah.
Aspek penting lain dari perubahan struktural adalah sisi ketenagakerjaan
bahwa pertumbuhan ekonomi melalui 2 proses transformasi dapat dicapai melalui
peningkatan produktivitas tenaga kerja di setiap sektor dan transfer tenaga kerja
dari sektor yang produktivitas tenaga kerjanya rendah ke sektor yang
produktivitas tenaga kerjanya lebih tinggi (Clark dalam Ketut, 2001).
Peningkatan kegiatan ekonomi di berbagai sektor akan memberikan
dampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap penciptaan lapangan
kerja. Tanggung jawab ideal dari dunia kerja adalah bagaimana dapat menyerap
sebesar-besarnya tambahan angkatan kerja yang terjadi setiap tahun, dengan tetap
memperhatikan peningkatan produktivitas pekerja secara keseluruhan. Sebab
kesejahteraan pekerja dapat diperbaiki. Perubahan struktural tersebut juga
memberikan dampak tidak langsung terhadap perubahan struktur
ketenagakerjaannya. Ketidakserasian antara perkembangan ekonomi dan
penyerapan tenaga kerja, secara umum akan menimbulkan kelemahan pada sistem
penawaran dan permintaan tenaga kerja. Untuk mengetahui secara lebih
mendalam masalah-masalah ketenagakerjaan ini, perlu dikaji hubungan dan
keterkaitan antara perkembangan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja dengan
implikasinya pada perubahan struktur ekonomi. Kecenderungan wilayah yang
berkembang dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakatnya adalah dengan pembangunan disektor industri, pertanian,
perdagangan dan jasa karena dianggap lebih mampu meningkatkan perekonomian
dan menumbuhkan berbagai kegiatan yang saling berkaitan sehingga mampu
berfungsi sebagai pendorong pembangunan.
Pada prinsipnya struktur perekonomian seperti di wilayah Kota Medan
masih didominasi oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa Kota Medan merupakan daerah yang maju dimana
perekonomian didominasi oleh kegiatan ekonomi modern, seperti konsep struktur
ekonomi negara maju yang memiliki sektor industri, perdagangan, dan jasa yang
kuat diharapkan dapat mencapai lompatan pembangunan struktur ekonomi yang
lebih berarti atau berkembang dengan cepat. Wilayah di Kota Medan tidak cuma
mengandalkan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran saja tetapi Kota Medan
Proses industrialisasi ini diharapkan dapat menanggulangi permasalahan
peningkatan kebutuhan lapangan pekerjaan. Pembangunan industrialisasi di Kota
Medan pada saat ini diprioritaskan pada pembangunan industri yang berorientasi
pada pembangunan industri pengolah bahan-bahan pertanian serta pengembangan
industri perdagangan dan jasa yang dapat berorientasi pada penyerapan tenaga
kerja yang banyak.
Proses pertumbuhan ekonomi ini pada akhirnya akan menyebabkan
terjadinya transformasi struktural, yaitu proses pergeseran pertumbuhan sektor
produksi dari yang semula mengandalkan sektor primer menuju sektor sekunder.
Pergeseran pertumbuhan sektor produksi ini secara langsung juga akan
berpengaruh pada perubahan komposisi tenaga kerja dari yang semula bermata
pencaharian utama pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran , bergeser ke
Tabel 1.1 dapat memberi gambaran mengenai ketenagakerjaan Kota
Medan, jumlah tenaga kerja per sektor di Kota Medan mampu memberikan
kontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian daerah tersebut. Sektor - sektor
tersebut masing-masing memberikan kontribusi dengan proporsi berbeda terhadap
penyerapan jumlah tenaga kerja di Kota Medan. Menurut data di atas sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan penyerap tenaga kerja terbesar. Pada
tahun 2010 sektor Perdagangan mampu menyerap tenaga kerja sekitar 37,87%
jiwa dari jumlah tenaga kerja di Kota Medan. Kemudian diikuti oleh sektor
keuangan yang mampu menyerap sekitar 24,62% jiwa dari jumlah tenaga kerja.
Kemudian juga diikuti oleh sektor industri yang mampu menyerap sekitar 13,16%
jiwa dari jumlah tenaga kerja. Serta yang terakhir adalah sektor Pertambangan dan
Penggalian mampu menyerap tenaga kerja sekitar 0,15% jiwa dari jumlah tenaga
kerja.
Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
mampu menyerap tenaga kerja yang banyak pada tahun 2006 sebesar 35,74% jiwa
menjadi sebesar 37,87% juta jiwa pada tahun 2010 menunjukkan tiap tahunnya
sektor Perdagangan ini mengalami peningkatan yang paling banyak dibanding
sektor lain. Untuk itu perlu kita ketahui sektor-sektor perekonomian yang
menunjukkan prestasi positif sesuai dengan sektor-sektor yang sama di tingkat
nasional, dan mengintrospeksi kembali perencanaan dan strategi pembangunan
yang utamanya berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja setiap sektor
perekonomian. Gejala pergeseran tenaga kerja yang disebabkan oleh
yang menitikberatkan pembangunan ekonominya pada perdagangan. Hal ini
ditunjukkan oleh salah satu realitas ketenagakerjaan di Indonesia, yaitu mulai
berkurangnya minat angkatan kerja muda untuk bekerja di sektor pertanian.
Sektor pertanian dianggap kurang mampu memberikan pendapatan yang memadai
untuk hidup layak.
Tabel 1.2 Nilai Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Medan tahun 2006-2010
3. Industri 7.960,59 9.029,33 10.420,82 10.860,50 12.475,52
4. Listrk,Gas & Air
1.102,66 1.040,73 1.142,92 1.244,80 1.415,44
5. Bangunan 4.795,79 5.420,08 6.233,09 6.927,19 8.149,94
6. Perdagangan 12.692,84 14.106,17 16.917,47 19.502,96 22.431,93
7. Pengangkutan 9.164,62 10.548,09 12.456,64 14.55,72 15.786,83
8. Keuangan 6.550,50 7.833,87 9.547,46 10.062,91 11.893,13
9. Jasa 5.152,23 5.893,30 6.718,76 7.750,09 8.933,95
Jumlah 48.849,95 55.452,50 65.277,87 72.630,21 83.315,02
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan.
Dalam tabel 1.2 dapat di lihat bahwa perekonomian di Kota Medan pada
tahun 2010 sangat bervariatif. Sektor-sektor yang dominan seperti sektor
Perdagangan sebesar 26,92%, industri sebesar 14,97%, keuangan sebesar 14,27%
dan jasa sebesar 10,72% cukup besar pengaruhnya apalagi sektor industri yang
tiap tahunnya mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Maka dari itu sektor
perdagangan yang paling banyak memberikan konstribusinya untuk
Mengingat bahwa sektor Perdagangan sebagai sektor unggulan dalam
pembangunan ekonomi di Kota Medan, tentunya dibutuhkan kondisi atau iklim
usaha yang sehat dan kondusif, serta sumber daya manusia yang berkualitas di
wilayah Kota Medan. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan terhadap tenaga
kerja sektor Perdagangan di Kota Medan. Maka dari itu pemerintah daerah harus
mengetahui bagaimana pengaruh terjadinya perubahan struktur ekonomi pada
pertumbuhan ekonomi daerah. Untuk mengetahuinya pemerintah harus
melakukan analisis terhadap perubahan struktur ekonomi yang terjadi didaerah
dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar. Beberapa riset
terdahulu yang pernah dilakukan diantaranya oleh Hasani (2010), Purwaningsih
(2009) dan Dault et al (2009) yang dilakukan untuk mengukur struktur ekonomi
suatu wilayah dengan metode dan lokasi penelitian yang berbeda dengan
penelitian ini. Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
perlu pengkajian “Analisis Struktur Ekonomi dengan Metode Shift Share dan
Location Quotient Serta Dampaknya Terhadap Pengembangan Wilayah Kota
Medan”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uaraian di atas, maka yang menjadi permasalahan pada
penelitian ini adalah :
2. Sektor mana yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan di
Kota Medan dengan metode shift share dan LQ untuk penyerapan tenaga
kerja?
3. Sektor mana yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan di
Kota Medan dengan metode shift share dan LQ untuk konstribusi PDRB?
4. Apakah terjadi pergeseran struktur ekonomi di Kota Medan ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah penelitian di atas,
maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk melihat struktur ekonomi Kota Medan dalam kurun waktu 2006-2010.
2. Melihat sektor yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan di
Kota Medan dalam penyerapan tenaga kerja dengan metode shift share dan
LQ.
3. Melihat sektor yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan
yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Medan dengan metode
shift share dan LQ.
4. Untuk mengetahui tingkat terjadinya pergeseran struktur ekonomi di Kota
1.4. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :
1. Bagi ilmu pengetahuan sebagai bahan masukan bagi penelitian lain yang lebih
lanjut, terutama yang menyangkut tentang Struktur Ekonomi dengan Metode
Shift Share dan Location Quotient Serta Dampaknya Terhadap Pengembangan
Wilayah Kota Medan.
2. Bagi Pemerintah Kota Medan, sebagai masukan bagaimana struktur ekonomi
kota Medan dewasa ini dan arah pembangunan yang ideal terkait dengan
perubahan struktur ekonomi sehingga dapat menentukan keputusan yang tepat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Perubahan Struktural
Teori perubahan struktural menitikberatkan pada mekanisme transformasi
ekonomi yang dialami oleh negara sedang berkembang yang semula lebih bersifat
subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur
perekonomian yang lebih modern dan sangat di dominasi oleh sektor industri dan
jasa (Todaro, 1999).
2.1.1.1 Teori Fei-Ranis (Ranis and Fei)
Dalam model Fei-Ranis, konsep yang berkaitan dengan transfer tenaga
kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Tahapan transfer tenaga kerja dibagi
menjadi tiga berdasarkan pada produk fisik marginal (MPP) dan upah yang
dianggap konstan dan ditetapkan secara eksogenus, sebagai berikut :
a). Pada tahap pertama, karena tenaga kerja melimpah maka MPP tenaga kerja
sama dengan atau mendekati nol sehingga surplus tenaga kerja yang
ditransfer dari sektor pertanian ke sektor industri mempunyai kurva
penawaran yang elastis sempurna. Pada tahap ini walaupun ada transfer
tenaga kerja, total produksi di sektor pertanian tidak menurun, produktivitas
oleh adanya tambahan tenaga kerja yang disediakan sektor pertanian. Dengan
demikian, transfer tenaga kerja menguntungkan kedua sektor ekonomi.
b). Pada tahap kedua, pengurangan satu satuan tenaga kerja di sektor pertanian
akan menurunkan produksi karena MPP tenaga kerja sudah positif (ruas AB)
namun besarnya MPP masih lebih kecil dari tingkat upah W. Transfer tenaga
kerja dari pertanian ke industri pada tahap ini mempunyai biaya seimbang
yang positif, sehingga kurva penawaran tenaga kerja di sektor industri
mempunyai elastisitas positif sejak titik S1. Transfer akan tetap terjadi,
produsen disektor pertanian akan melepaskan tenaga kerjanya walaupun
mengakibatkan produksi menurun karena penurunan tersebut lebih
rendah dari besarnya upah yang tidak jadi dibayarkan. Di pihak lain, karena
surplus produksi yang ditawarkan ke sektor industri menurun sementara
permintaannya meningkat (karena tambahan tenaga kerja masuk), harga
relative komoditi pertanian akan meningkat.
c) Tahap ketiga adalah tahap komersialisasi di kedua sektor ekonomi,dimana MPP
tenaga kerja sudah lebih tinggi dari tingkat upah. Produsen pertanian akan
mempertahankan tenaga kerjanya sehingga masing-masing sektor berusaha
efisien. Transfer masih akan terus terjadi jika inovasi teknologi di sektor
pertanian dapat menigkatkan MPP tenaga kerja. Sementara permintaan tenaga
kerja terus meningkat dari sektor industri dengan asumsi keuntungan di sektor
Model Fei-Ranis tentang transfer tenaga kerja
Dalam model FR ini kecepatan transfer tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor industri tergantung pada:
(a) tingkat pertumbuhanpenduduk,
(b) perkembangan teknologi di sektor pertanian dan
(c) tingkat pertumbuhan stok modal di sektor industri dan surplus yang dicapai
disektor pertanian. Dengan demikian keseimbangan pertumbuhan di kedua
sektor tersebut menjadi prasyarat untuk menghindari stagnasi dalam
pertumbuhan ekonomi nasional. Ini Berarti kedua sektor tersebut harus tumbuh
secara seimbang dan transfer serta penyerapan tenaga kerja di sektor industri
harus lebih cepat dari pertumbuhan angkatan kerja.
2.1.1.2 Teori W. Arthur Lewis
Transformasi struktural suatu perekonomian subsisten di rumuskan oleh
seorang ekonom besar yaitu W. Arthur Lewis. Dengan teorinya model dua sektor
Lewis antara lain :
a) Perekonomian Tradisional
Dalam teori ini Lewis mengasumsikan bahwa di daerah pedesaan dengan
perekonomian tradisional mengalami surplus tenaga kerja. Perekonomian
tradisional adalah bahwa tingkat hidup masyarakat berada pada kondisi subsisten,
hal ini di akibatkan kelebihan penduduk dan di tandai dengan produktivitas
marjinal tenaga kerja sama dengan nol. Ini merupakan situasi yang
labor) sebagai suatu fakta bahwa jika sebagian tenaga kerja tersebut di tarik dari
sektor pertanian, maka sektor itu tidak akan kehilangan outputnya.
b) Perekonomian Industri
Pada perekonomian ini terletak pada perkotaan modern yang berperan
penting adalah sektor industri. Ciri dari perekonomian ini adalah tingkat
produktivitas yang tinggi dan menjadi tempat penampungan tenaga kerja yang di
transfer sedikit demi sedikit dari sektor subsisten. Dengan demikian
perekonomian perkotaan merupakan daerah tujuan bagi para pekerja yang berasal
dari pedesaan sehingga penambahan tenaga kerja pada sistem produksi yang ada
akan meningkatkan output yang di produksi.
Rangkaian proses pertumbuhan berkesinambungan (self-sustaining growth) dan
perluasan kesempatan kerja di sektor modern tersebut di atas diasumsikan akan
terus berlangsung sampai semua surplus tenaga kerja pedesaan diserap habis oleh
sektor industri. Selanjutnya, tenaga kerja tambahan berikutnya hanya dapat di
tarik dari sektor pertanian dengan biaya yang lebih tinggi karena hal tersebut akan
mengakibatkan merosotnya produksi pangan. Transformasi struktural
perekonomian dengan sendirinya akan menjadi suatu kenyataan dan
perekonomian itu pun pada akhirnya pasti beralih dari perekonomian pertanian
tradisional yang berpusat di pedesaan menjadi sebuah perekonomian industri
2.1.1.3 Teori Chenery
Analisis teori Pattern of Development menjelaskan perubahan struktur
dalam tahapan proses perubahan ekonomi dari negara berkembang yang
mengalami transformasi dari pertanian tradisional beralih ke sektor industri
sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Peningkatan peran sektor industri
dalam perekonomian sejalan dengan peningkatan
pendapatan perkapita yang berhubungan sangat erat dengan akumulasi capital dan
peningkatan sumber daya (Human Capital).
Apabila dilihat dari permintaan domestik akan terjadi penurunan
permintaan terhadap konsumsi bahan makanan karena
a) dikompensasikan oleh peningkatan permintaan terhadap
barangbarang non kebutuhan pangan, peningkatan investasi, dan
peningkatan anggaran belanja pemerintah yang mengalami
peningkatan dalam struktur GNP yang ada. Di sektor perdagangan
internasional terjadi juga perubahan yaitu peningkatan nilai ekspor
dan impor. Sepanjang perubahan struktural ini berlangsung terjadi
peningkatan pangsa ekspor komoditas hasil produksi sektor industri
dan penurunan pangsa sektor yang sama pada sisi impor.
b) Dilihat dari Tenaga Kerja
Apabila dilihat dari sisi tenaga kerja ini akan terjadi proses
perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian di desa menuju
sektor industri di perkotaan, meski pergeseran ini masih tertinggal
keberadaan lag inilah maka sektor pertanian akan berperan penting
dalam peningkatan penyediaan tenaga kerja, baik dari awal maupun
akhir dari proses tranformasi perubahan struktural tersebut.
Secara umum negara-negara yang memiliki tingkat populasi tinggi yang
pada dasarnya menggambarkan tingkat permintaan potensial yang tinggi,
cenderung untuk mendirikan industri yang bersifat substitusi impor. Artinya
mereka memproduksi sendiri barang-barang yang dulunya impor untuk kemudian
dijual di pasaran dalam negeri. Sebaliknya negara-negara dengan jumlah
penduduk yang relatif kecil, cenderung akan mengembangkan industri yang
berorientasi ke pasar internasional. Teori perubahan struktural menjelaskan bahwa
percepatan dan pola transformasi struktural yang terdaji pada suatu negara
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang saling berkaitan satu dengan
yang lain.
2.1.2 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah pada umumnya didefinisikan sebagai suatu
proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu daerah
meningkat dalam jangka panjang (Arsyad, 1992). Menurut Blakely (1989),
pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan
seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup
pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,
perbaikan kapasitas kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang
lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan
pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Dimana, kesemuanya ini mempunyai
tujuan utama yaitu untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk
masyarakat daerah (Arsyad, 1999: 108-109). Pembangunan ekonomi oleh
beberapa ekonom dibedakan pengertiannya dengan pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan ekonomi diartikan sebagai :
a) Peningkatan pendapatan per kapita masyarakat, yaitu tingkat pertambahan
PDRB/GNP pada suatu tingkat tertentu adalah melebihi tingkat pertambahan
penduduk.
b) Perkembangan PDRB/GNP yang berlaku dalam suatu daerah/negara diikuti
oleh perombakan dan modernisasi struktur ekonominya (Sukirno, 1978: 14).
Ada 2 kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan pembangunan
daerah yaitu :
a) Tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar negeri yang
mempengaruhi kebutuhan daerah dalam proses pembangunan perekonomiannya.
b) Kenyataan bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh
2.1.2.1 Teori Ekonomi Neo Klasik
Menurut teori ini ada 2 konsep pokok dalam pembangunan ekonomi
daerah yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi daerah.
Artinya, sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika
modal bias mengalir tanpa retriksi (pembatasan). Oleh karena itu, modal akan
mengalir dari daerah yang ber upah tinggi menuju daerah yang ber upah rendah.
2.1.2.2 Teori Basis Ekonomi
Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi
suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa
dari luar daerah. Pertumbuhan perindustrian yang menggunakan sumber daya
lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan
kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Strategi
pembangunan daerah yang muncul didasarkan pada teori ini adalah penekanan
terhadap arti pentingnya bantuan kepada dunia usaha yang mempunyai pasar
secara nasional maupun internasional. Implementasinya kebijakan yang mencakup
pengurangan hambatan atau batasan terhadap perusahaan-perusahaan yang
berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah itu.
2.1.2.3 Teori Tempat Sentral
Teori tempat sentral (central place teory) menganggap bahwa ada hirarki
tempat (hirarchy of place). Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat
merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah
yang mendukungnya.
2.1.2.4 Teori Kausasif Kumulatif
Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan
konsep dari teori kausasif kumulatif (cumulative causation).
Kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan antara daerah
maju dan terbelakang. Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan
kompetitif dibanding daerah lain.(Lincolin Arsyad,1999).
2.1.2.5 Teori Lokasi
Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang
terbaik adalah biaya yang termurah antara bahan baku dengan pasar.
Hal ini mengakibatkan perusahaan-perusahaan cenderung memilih lokasi yang
dapat meminimumkan biaya namun memaksimalkan peluangnya untuk mendekati
pasar.
2.1.2.6 Teori Model Daya Tarik
Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang paling
banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah
bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialis
2.1.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
2.1.3.1 Adam Smith
Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahap
yang berurutan yang dimulai dari masa berburu, masa berternak, masa bercocok
taman, masa berdagangan, dan tahap masa industri. Menurut teori ini, masyarakat
akan bergerak dari masyarakat tradisional kemasyarakat modern yang kapitalis.
Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya
sistem pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Adam Smith memandang pekerja
sebagai salah satu input bagi proses produksi, pembagian tenaga kerja merupakan
titik sentral pembahasan dalam teori ini, dalam upaya peningkatan produktifitas
kerja.
Dalam pembangunan ekonomi modal memegang peranan penting.
Menurut teori ini, akumulasi modal akan menentukan cepat atau lambatnya
pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Proses pertumbuhan akan
terjadi secara simultan dan memiliki hubungan keterkaitan satu sama lainnya.
Timbulnya peningkatan kinerja pada suatu sektor akan meningkatkan daya tarik
bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan teknologi, meningkatkan
spesialisasi dan memperluas pasar. Hal ini akan mendorong pertumbuhan
ekonomi yang semakin cepat. Proses pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi
tujuan pada akhirnya harus tunduk pada pada fungsi kendala yaitu keterbatasan
2.1.3.2 Whilt Whitman Rostow
Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan kedalam 5
tahap yaitu: masyarakat tradisional ( the traditional society ), prasyarat untuk
tinggal landas (the preconditions for take off), tinggal landas (take off), menuju
kedewasaan (the drive maturity) dan masa konsumsi tinggi ( the age of high mass
consumption).
2.1.3.3 Friedrich List
Menurut List, dalam bukunya yang berjudul Das Nationale der
Politispvhen Oekonomie (1840), sistem liberal yang laizes-faire dapat menjamin
alokasi sumber daya secara optimal. Perkembangan ekonomi menurut List melalui
5 tahap yaitu: tahap primitif, beternak, pertanian dan industri pengolahan
(Manufacturing), dan akhirnya pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan.
2.1.3.4 Harrod Domar
Teori ini menganggap setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu
proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika untuk mengganti barang-barang
modal yang rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan perekonomian tersebut,
diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Rasio modal
output (COR) sebagai suatu hubungan antara investasi yang ditanamkan dengan
pendapatan tahunan yang dihasilkan dari investasi tersebut (Lincolin
2.1.3.5 Thomas Robert Malthus
Malthus menitikberatkan perhatian pada perkembangan kesejahteraan
suatu negara, yaitu pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai dengan
meningkatkan kesejahteraan suatu negara. Kesejahteraan suatu negara sebagian
tergantung pada jumlah output yang dihasilkan oleh tenaga kerja, dan sebagian
lagi pada nilai atas produk tersebut.
2.1.4 Ukuran Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Ukuran-ukuran mengenai keterkaitan ekonomi pada dasarnya
menggambarkan hubungan antara perekonomian daerah dengan lingkungan
sekitarnya. Analisis shift share merupakan teknik yang sangat berguna dalam
menganalisis perubahan stuktur ekonomi daerah dibanding perekonomian
nasional. Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3
bidang yang berhubungan satu sama lain yaitu:
a) Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan
pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan sektor
yang sama diperekonomian yang dijadikan acuan.
b) Pergeser proposional mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau
penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar
dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui
apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri lebih cepat
c) Pergeseran diferensial membantu kita dalam menentukan seberapa jauh daya
saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan.
Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu industri adalah positif,
maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya ketimbang industri yang
sama pada perekonomian yang dijadikan acuan. (Lincolin Arsyad,2004).
2.1.5 Ketenagakerjaan
2.1.5.1 Definisi Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk yamg berumur di dalam batas usia kerja.
Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara satu dengan yang lain. Batas usia
kerja yang dianut oleh Indonesia adalah minimum 15 tahun, tanpa batas umur
maksimum. Tenaga kerja (manpower) dibagi pula ke dalam dua kelompok yaitu
angkatan kerja (laborforce) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan
kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia yang bekerja, atau yang
mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan yang
mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja adalah tenaga
kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai
pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan.
Selanjutnya, angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua subsektor yaitu
kelompok pekerja dan penganggur. Yang dimaksud pekerja adalah orang-orang
yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang mempunyai pekerjaan, dan
memang sedang bekerja, serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk
penganggur adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang
yang tidak bekerja dan masih mencari pekerjaan. (Bellante dan Jackson,1990).
2.1.5.2 Tenaga Kerja di Negara Sedang Berkembang (NSB)
Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan
lapangan kerja relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran di NSB
menjadi semakin serius. Tingkat pengangguran terbuka terbuka di perkotaan
hanya menunjukkan aspek – aspek yang tampak saja dari masalah kesempatan
kerja di NSB yang bagaikan ujung sebuah gunung es. Tenaga kerja yang tidak
bekerja bekerja secara penuh mempunyai berbagai bentuk, termasuk berbagai
bentuk dan underemployment di NSB sangat jarang, tetapi dari hasil studi
ditunjukkan bahwa sekitar 30 persen dari penduduk perkotaan di NSB bisa
dikatkan tidak bekerja secara penuh ( underutilitized ).
Untuk itu dalam mengurangi masalah ketenagakerjaan yang dihadapi NSB
perlu adanya solusi yaitu, memberikan upah yang memadai dan menyediakan
kesempatan – kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat miskin. Oleh karena
itu, peningkatan kesempatan kerja merupakan unsur yang paling esensial dalam
setiap strategi pembangunan yang menitikberatkan kepada penghapusan (Lincolin
Arsyad,1999). Penduduk yang bekerja dapat dikelompokkan menurut status
pekerjaa utama, yang meliputi antara lain :
a. Berusaha sendiri adalah bekerja atau berusaha dengan menanggung
resiko secara ekonomis, diantaranya tidak kembalinya ongkos produksi
menggunakan pekerja dibayar maupun pekerja tidak dibayar. Termasuk
yang sifatnya memerlukan tekonologi atau keahlian khusus.
b. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar adalah bekerja
atau berusaha atas resiko sendiri, dan menggunakan
buruh/karyawan/pegawai tak dibayar dan atau buruh/karyawan/pegawai
tidak tetap.
c. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar adalah berusaha atas resiko
sendiri dan memperkerjakan paling sedikit satu orang
buruh/karyawan/pegawai tetap yang dibayar.
d. Buruh/Karyawan/Pegawai tetap dibayar adalah seorang yang bekerja
pada orang lain/instansi/kantor/perusahaan dengan menerima upah/gaji
secara tetap, baik ada kegiatan maupun tidak ada kegiatan.
e. Buruh/Karyawan/Pegawai adalah seseorang yang bekerja pada orang
lain atau instansi/kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima
upah/gaji baik berupa uang maupun barang. Buruh yang tidak mempunyai
majikan tetap, tidak digolongkan sebagai buruh/karyawan/pegawai tetapi
sebagai pekerja bebas. Seseorang dianggap memiliki majikan tetap jika
memiliki satu majikan yang sama dalam sebulan terakhir, khusus pekerja
pada sektor bangunan dianggap buruh jika bekerja minimal tiga bulan
pada satu majikan.
f. Pekerja bebas di pertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang
lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam
maupun bukan usaha rumah tangga atas dasar balas jasa dengan menerima
upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang, baik dengan sistem
pembayaran harian maupun borongan
g. Pekerja bebas di non pertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang
lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam
sebulan terakhir), di usaha non pertanian dengan menerima upah atau
imbalan baik berupa uang maupun barang, dan baik dengan sistem
pembayaran harian maupun borongan.
h. Pekerja keluarga/ tidak dibayar adalah seseorang yang bekerja membantu
orang lain yang berusaha dengan tidak mendapat gaji/upah, baik berupa
uang maupun barang.
Pekerja tak dibayar tersebut dapat terdiri dari :
1. Anggota rumah tangga dari orang yang dibantunya, seperti istri
yang membantu suaminya bekerja di sawah.
2. Bukan anggota rumah tangga tetapi keluarga dari orang yang
dibantunya, seperti saudara/famili yang membantu melayani
penjualan di warung.
3. Bukan anggota rumah tangga dan bukan keluarga dari orang yang
dibantunya, seperti orang yang membantu menganyam topi pada
2.1.6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat diukur dengan indikator utama
yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (BPS, Kota Medan Tahun 2010).
PDRB adalah suatu indikator untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi
suatu daerah secara sektoral, sehingga dapat dilihat penyebab pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah tersebut.
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu
wilayah/propinsi dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga yang berlaku atau atas
dasar harga konstan. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu wilayah, atau merupakan jumlah
seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di
suatu wilayah.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan
jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahunnya. Sedangkan PDRB
atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga
berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomis. Sedangkan
harga konstan digunakan untuk mengetahui pertambahan ekonomi dari tahun ke
2.1.7 Analisis Shift Share
Analisis Shift Share adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui
proses pertumbuhan ekonomi suatu daerah dalam kaitannya dengan perekonomian
daerah acuan yaitu daerah yang lebih besar (regional atau nasional). Teknik
analisis shift share ini membagi pertumbuhan sebagai perubahan (G) suatu
variabel wilayah, seperti tenaga kerja, nilai tambah, pendapatan atau output,
selama kurun waktu tertentu menjadi pengaruh : pertumbuhan nasional (N),
Proportional Shift (P), dan Differential Shift ( D ). Menurut Prasetyo Soepomo
(1993) bentuk umum persamaan dari analisis shift share dan
komponen-komponennya adalah :
G ij = N ij + P ij + D ij
2.1.8 Analisis Tipologi Sektoral
Analisis ini mengembangkan hasil perhitungan indeks Location Quotient
(LQ>1), komponen differential shift (Dj>0), dan komponen proporsional shift
(Pj>0) untuk ditentukan tipologi sektoral. Tipologi ini mengklasifikasikan sektor
basis dan non basis serta komponen pertumbuhan internal dan eksternal. Dengan
menggabungkan indeks LQ dengan komponen Dj dan Pj dalam analisis shift
share. Tipologi sektor tersebut adalah sebagai berikut :
Tipologi I : Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata>1 dan
pertumbuhan di Kota Medan lebih cepat dibandingkan provinsi (Dj rata rata > 0)