• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 1 (2016), hal 19 – 24.

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN

METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI

Evi Julianti, Shantika Martha INTISARI

Pertumbuhan ekonomi merupakan keadaan nyata yang menunjukkan keberhasilan suatu daerah dalam melakukan pembangunan ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi daerah tidak terlepas dari sektor-sektor basis yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sektor potensial dan mengidentifikasikannya ke dalam sektor basis. Analisis gravitasi dan analisis shift share digunakan untuk mengidentifikasikan sektor-sektor ke dalam sektor basis. Langkah selanjutnya mengidentifikasikan daerah yang berinteraksi terbesar dengan Kota Pontianak menggunakan analisis gravitasi. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ditemukan enam sektor basis yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kota Pontianak. Sektor-sektor basis tersebut yakni sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa yang didistribusikan ke Kabupaten Kubu Raya.

Kata kunci: Location Quotient, Shift Share, Gravitasi PENDAHULUAN

Kota Pontianak yang dikenal sebagai kota Khatulistiwa merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Barat dan sekaligus merupakan daerah sentral ekonomi bagi Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan data produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 menurut kabupaten/kota pada tahun 2013, Kota Pontianak menghasilkan angka terbesar yaitu Rp 7,9 triliun [1]. Oleh karena itu, prestasi yang dimiliki Kota Pontianak tersebut harus dipertahankan bahkan lebih ditingkatkan lagi demi kemajuan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat. Jika pertumbuhan ekonomi Kota Pontianak dapat terjadi maka dapat memperlancar pembangunan ekonomi di daerah tersebut dan wilayah sekitar hingga ke tingkat nasional.

Pertumbuhan ekonomi Kota Pontianak dapat diukur melalui sektor potensial yang terdapat pada Kota Pontianak. Sektor potensial merupakan sektor yang diharapkan untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah yakni sektor basis. Sektor basis adalah kegiatan basis yang merupakan semua kegiatan produksi baik itu penghasilan suatu produk maupun penyediaan suatu jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah dalam arti kata baik hal itu di dalam negeri maupun di luar negeri [2]. Kegiatan produksi di dalam daerah Kota Pontianak ini dapat dijadikan lahan penghasilan pendapatan dan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat di Kota Pontianak.

Analisis location quotient (LQ) digunakan untuk mencari sektor potensial yang ada di Kota Pontianak atau mencari sektor basis yaitu sektor yang tidak hanya memenuhi kebutuhan daerah lokal tetapi juga dapat memenuhi kebutuhan daerah luar. Analisis shift share digunakan untuk menunjukkan kemampuan sektor basis tersebut sehingga memudahkan dalam mengembangkan potensi yang dimiliki Kota Pontianak. Dalam mendistribusikan sektor basis digunakan analisis gravitasi. Analisis gravitasi digunakan untuk menunjukkan daerah yang memiliki pengaruh besar dalam peran membantu atau mempengaruhi

(2)

20 E. JULIANTI, S. MARTHA

Tujuan penelitian ini antara lain:

1. Menganalisis sektor potensial dengan analisis LQ dan shift share untuk pertumbuhan ekonomi Kota Pontianak.

2. Mengidentifikasikan sektor-sektor potensial di Kota Pontianak kedalam sektor basis.

3. Menganalisis keterkaitan sosial ekonomi antara Kota Pontianak dengan daerah lain di sekitarnya dan mencari daerah yang memiliki interaksi yang terbesar dengan Kota Pontianak dengan analisis gravitasi. Penelitian ini dilakukan dengan cara studi pustaka dan studi kasus. Studi pustaka yang dilakukan yaitu menelusuri pustaka dari literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini dan model analisis yang bersumber dari jurnal, buku serta dilakukan penelusuran melalui internet. Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Pontianak. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) atas harga konstan 2000 Kota Pontianak dan Kalimantan Barat menurut lapangan usaha dengan periode tahun 2009-2013, jumlah penduduk periode tahun 2009-2013 dan jarak antar Kabupaten/Kota beberapa daerah di Kalimantan Barat.

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK

Pertumbuhan ekonomi daerah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi pada suatu daerah. Para ahli ekonomi menganggap faktor-faktor dari produksi merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi [2]. Pertumbuhan ekonomi daerah atau pertumbuhan pendapatan nasional dapat dikelompokkan kedalam berbagai macam pertumbuhan ekonomi yang dimulai dari pertumbuhan ekonomi pertahun, pertumbuhan ekonomi rata-rata dalam beberapa tahun dan pertumbuhan ekonomi seketika dalam beberapa tahun [3].

Analisis Location Quotient

Berdasarkan teori basis ekonomi bahwa penentu laju pertumbuhan otonomi daerah dipengaruhi oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Peningkatan ekspor akan diwujudkan jika daerah lokal mampu menghasilkan produksi suatu sektor melebihi dari kebutuhan wilayahnya. Jika sektor tersebut memiliki kemampuan lebih dalam mencukupi kebutuhan daerah luar maka sektor tersebut dianggap sebagai sektor basis.

Kegiatan ekonomi dapat dikategorikan kedalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis [2]. Metode LQ merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam memilah kegiatan basis dan non basis. Metode LQ membandingkan antara nilai tambah untuk sektor tertentu di wilayah lokal dalam hal ini merupakan Kota Pontianak dan nilai tambah yang sama ditingkat atasnya yaitu wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Rumus dari analisis LQ adalah sebagai berikut [4]:

(1)

dengan:

= koefisien location quotient

= pendapatan sektor di Kota Pontianak

= pendapatan total daerah Kota Pontianak

= pendapatan sektor di Provinsi Kalimantan Barat

(3)

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kota Pontianak Dengan Metode Location, … 21

Terdapat 3 kategori dari hasil perhitungan analisis LQ, yaitu [3] :

a. Jika nilai , maka sektor yang bersangkutan merupakan sektor basis.

b. Jika nilai , maka sektor yang bersangkutan hanya cukup memenuhi kebutuhan daerah lokal. c. Jika nilai , maka sektor yang bersangkutan merupakan sektor non basis.

Indeks LQ sektor-sektor Kota Pontianak dapat ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Hasil perhitungan location quotient (LQ)

No. Sektor Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1 Pertanian 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

2 Pertambangan dan penggalian - - - - -

3 Industri dan pengolahan 0,49 0,49 0,49 0,48 0,47 4 Listrik, gas dan air minum 1,37 1,33 1,34 1,34 1,37

5 Bangunan 2,13 2,07 2,00 1,94 1,96

6 Perdagangan, hotel dan restoran 1,09 1,10 1,11 1,11 1,13 7 Pengangkutan dan komunikasi 2,07 2,05 2,02 2,07 2,07 8 Keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan 1,92 1,90 1,89 1,87 1,87

9 Jasa-jasa 1,74 1,68 1,63 1,55 1,52

Sumber: Data sekunder yang diolah

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa terdapat enam sektor basis dari Kota Pontianak yaitu sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa.

Analisis Shift Share

Analisis shift share merupakan analisis yang dilakukan untuk mengukur berbagai jarak perubahan indikator yang terjadi dari kegiatan ekonomi [5]. Analisis shift share digunakan untuk membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor ekonomi di wilayah studi yaitu Kota Pontianak dengan wilayah acuan (tingkat nasional ataupun provinsi) yaitu Provinsi Kalimantan Barat. Didalam analisis shift share terdapat dua komponen penting yang menunjukkan kemampuan dari sektor basis yang teridentifikasi pada metode LQ yaitu komponen proportional shift (berkembang dalam perekonomian acuan) dan komponen differential shift (didukung oleh sumber daya yang melimpah). Adapun rumus yang digunakan pada analisis shift share adalah sebagai berikut [3]:

∑ [ ⁄ ] (2) ∑ [ ] (3) dengan:

= PDRB total Kota Pontianak = PDRB total Kalimantan Barat

= Komponen propotional shift Kota Pontianak = Komponen different shift Kota Pontianak = Periode tahun

(4)

22 E. JULIANTI, S. MARTHA

Berikut nilai komponen proportional shift Kota Pontianak yang ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Komponen proportional shift Kota Pontianak (Pj) dalam juta rupiah

No. Sektor Tahun

2009-2010 2010-2011 2011-2012 2012-2013

1 Pertanian -1.028,50 -1.245,39 -1.767,78 1.214,72

2 Pertambangan dan penggalian - - - -

3 Industri dan pengolahan -17.120,42 -18.240,35 -14.145,28 -10.206,18

4 Listrik, gas dan air minum 632,05 -797,59 -479,75 -673,69

5 Bangunan 30.336,94 40.002,36 48.666,42 -3.073,91

6 Perdagangan, hotel dan restoran 1.497,24 7.857,12 13.135,42 -11.533,74

7 Pengangkutan dan komunikasi 54.797,45 59.365,67 10.323,96 14.768,81

8 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 7.451,82 1.276,62 7.128,55 2.635,67

9 Jasa-jasa 7.733,20 7.085,74 30.109,11 6.476,43

Sumber: Data sekunder yang diolah

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui nilai komponen proportional shift Kota Pontianak yang bernilai positif yakni sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Hal ini berarti bahwa sektor basis yang teridentifikasi berkembang dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Barat. Ketiga sektor tersebut memiliki kelebihan seperti meningkatnya permintaan produk, ketersediaan bahan mentah dan faktor lainnya. Berikut pada Tabel 3 menunjukkan nilai komponen differential shift Kota Pontianak.

Tabel 3 Komponen differential shift Kota Pontianak (Dj) dalam juta rupiah

No. Sektor Tahun

2009-2010 2010-2011 2011-2012 2012-2013

1 Pertanian 62,09 96,67 778,38 -3.040,91

2 Pertambangan dan penggalian - - - -

3 Industri dan pengolahan 555,09 -579,13 -3.028,82 -7.046,79

4 Listrik, gas, dan air minum -1.071,09 172,54 -45,78 1.408,72

5 Bangunan -32.463,22 -41.958,87 -40.652,80 23.581,63

6 Perdagangan, hotel, dan restoran 9.719,52 11.528,30 933,01 47.598,44

7 Pengangkutan dan komunikasi -12.680,51 -20.819,68 36.150,23 14.495,25

8 Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan -6.922,36 -3.683,63 -5.467,14 3.965,73

9 Jasa-jasa -46.104,58 -46.422,02 -63.007,77 -18.649,85

Sumber: Data sekunder yang diolah

Dapat diketahui nilai komponen differential shift Kota Pontianak yang bernilai positif ditunjukkan pada Tabel 3 yakni sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Hal ini berarti bahwa sektor-sektor tersebut layak dikembangkan karena daerah Kota Pontianak memiliki sumber daya yang melimpah untuk mengembangkan sektor-sektor tersebut.

(5)

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kota Pontianak Dengan Metode Location, …

23

Analisis Gravitasi

Analisis gravitasi adalah analisis yang digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya pengaruh wilayah dari potensi tersebut, sekaligus memperlihatkan daya tarik suatu lokasi. Adapun faktor yang menentukan besarnya interaksi daerah yaitu jarak antara kota A dan kota B. Semakin jauh jarak antara kedua lokasi, semakin rendah keinginan orang-orang untuk bepergian atau melakukan aktifitas diluar rumah [2]. Adapun tolok ukur yang dipakai dari metode gravitasi ini adalah jarak antar daerah dengan jumlah penduduk dari masing-masing daerah yang dapat diteliti. Berikut rumus yang dapat digunakan pada analisis gravitasi ini yaitu [6] :

(4)

Dengan:

= Nilai interaksi antara kota j dan kota k

= Jumlah penduduk kota j = Jumlah penduduk kota k

= Jarak antara kota j dan kota k

= Kota Pontianak

= Kota selain Kota Pontianak

Dari persamaan (4) dapat ditunjukkan daerah yang memiliki interaksi terbesar dengan Kota Pontianak pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil perhitungan indeks gravitasi Kota Pontianak dengan daerah sekitarnya tahun 2010 - 2013

No. Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 1 Kab. Sambas 1.268.338.781,9 1.306.811.836,6 1.341.273.683,4 1.395.056.721,2 2 Kab. Bengkayang 755.872.972,3 788.140.711,1 817.868.355,1 850.172.400,6 3 Kab. Landak 1.063.240.685,1 1.103.590.272,7 1.140.420.234,3 1.186.299.861,5 4 Kab. Pontianak 1.583.249.098,1 1.640.444.146,7 1.692.437.689,4 1.760.962.794,6 5 Kab. Sanggau 1.265.940.455,6 1.314.919.734,5 1.359.690.786,0 1.414.372.031,1 6 Kab. Ketapang 381.253.085,9 398.112.446,5 413.689.499,5 430.229.676,7 7 Kab. Sintang 638.344.359,2 662.822.655,0 685.180.508,4 712.552.734,9

8 Kab. Kapuas Hulu 214.714.930,7 223.845.338,6 232.255.339,1 241.553.552,2

9 Kab. Sekadau 428.782.997,3 443.301.222,0 456.425.413,8 474.852.315,4

10 Kab. Melawi 235.966.225,7 245.507.403,8 254.260.734,5 264.311.329,3

11 Kab. Kayong

Utara 79.627.792,5 82.960.776,9 86.026.275,2 89.511.533,6

12 Kab. Kubu Raya 4.808.306.593,0 4.996.498.690,1 5.168.669.133,7 5.377.167.734,9

13 Kota Singkawang 723.373.461,3 755.006.228,4 784.205.547,9 816.049.939,8 Sumber: Data sekunder yang diolah

Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada indeks gravitasi maka dapat ditentukan daerah yang memiliki interaksi terbesar dengan Kota Pontianak yaitu Kabupaten Kubu Raya dengan indeks gravitasinya sebesar 5.377.167.734,9 pada tahun terakhir. Hal ini berarti bahwa Kabupaten Kubu Raya sangat berpengaruh

(6)

24

E. JULIANTI, S. MARTHA

PENUTUP

Berdasarkan analisis location quotient (LQ) bahwa Kota Pontianak menghasilkan enam sektor basis yaitu sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Secara proportional shift menunjukkan bahwa terdapat tiga sektor basis yang layak dikembangkan karena sektor-sektor tersebut tumbuh lebih cepat dari perekonomian acuan yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Secara differential shift menunjukkan bahwa terdapat 5 sektor yaitu sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan layak dikembangkan karena daerah Kota Pontianak memiliki sumber daya yang melimpah untuk mengembangkan sektor-sektor tersebut. Sedangkan pada analisis gravitasi, Kabupaten Kubu Raya memiliki pengaruh terbesar dalam mendistribusikan sektor basis yang dimiliki Kota Pontianak dan memiliki hubungan saling mempengaruhi satu sama lainnya dalam mengembangkan pertumbuhan ekonomi Kota Pontianak.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Badan Pusat Statistik, 2013, Kota Pontianak Dalam Angka.

[2]. Tarigan R. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara; 2005.

[3]. Mahyudi A. Ekonomi Pembangunan dan Analisis Data Empiris. Bogor: Ghalia Indonesia; 2004 [4]. Basuki AT, dan Utari G. Penentu Sektor Unggulan dalam Pembangunan Daerah: studi kasus di

Kabupaten Ogan Komering Ilir. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan. 2009; 10:34-50. [5]. Budiharsono S. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta: Pradnya

Paramita; 2001.

[6]. Susanto A, dan Neni W. Analisis Sektor Potensial dan Pengembangan Wilayah Guna Mendorong Pembangunan di Kabupaten Rembang. Jurnal Media Ekonomi dan Manajemen. 2008; 18:153-164.

[7]. Mursidah, Hamzah A, dan Sofyan. Analisis Pengembangan Kawasan Andalan di Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmu Ekonomi. 2013; 1:43-55.

EVI JULIANTI : Jurusan Matematika, FMIPA UNTAN, Pontianak, evi09julianti@gmail.com SHANTIKA MARTHA : Jurusan Matematika, FMIPA UNTAN, Pontianak, shantika.martha@gmail.com

Gambar

Tabel 1 Hasil perhitungan location quotient (LQ)
Tabel 2 Komponen proportional shift Kota Pontianak (Pj) dalam juta rupiah
Tabel 4  Hasil perhitungan indeks gravitasi Kota Pontianak dengan daerah sekitarnya tahun 2010 - 2013

Referensi

Dokumen terkait

20 Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm KeuDa, Perangkat Daerah, Kepegawaian Organisasi : 1. 15

Dalam penelitian ini digunakan beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan penanaman modal asing di Indonesia antara lain pertumbuhan ekonomi, suku bunga, nilai tukar, dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh perbedaan suhu lingkungan dan lama thawing yang berbeda terhadap kualitas semen beku (motilitas, persen hidup

Siti Masthuroh ( 2011 ), “ Pengembangan Model Pembelajaran Lompat Jauh Dalam Penjasorkes Melalui kajian Lingkungan Persawahan pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Kotakan 1

Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa anggaran mempunyai peranan dalam mewujudkan layanan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna

Berdasarkan hasil perhitungan indeks parameter pemetaan di dapat nilai indeks sebesar 8,7% (kurang), dapat disimpulkan bahwa siswa MTs Muhammadiyah Tawangsari

 Mencium tangan orang tua pada saat berangkat dan pulang sekolah  Gerak anggota tubuh menirukan gerak ayam dalam suatu tarian D.. Pendekatan dan

Bupati sebagai Kepala Daerah atau Pejabat yang berwenang melakukan Deportasi ke daerah asal terhadap setiap orang yang terlibat dalam perbuatan asusila baik mucikari, Wanita