• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelecehan Seksual Terhadap Pekerja Anak Wanita Di Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelecehan Seksual Terhadap Pekerja Anak Wanita Di Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan Tahun 2009"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP PEKERJA ANAK WANITA DI KECAMATAN KOTA

KISARAN TIMUR KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

JULIANA TRESIA PANJAITAN NIM. 051000014

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP PEKERJA ANAK WANITA DI KECAMATAN KOTA

KISARAN TIMUR KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

JULIANA TRESIA PANJAITAN NIM. 051000014

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP PEKERJA ANAK WANITA DI KECAMATAN KOTA

KISARAN TIMUR KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

JULIANA TRESIA PANJAITAN NIM. 051000014

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELECEHAN SEKSUAL TERDAHAP PEKERJA ANAK WANITA DI KECAMATAN KOTA

KISARAN TIMUR KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

JULIANA TRESIA PANJAITAN NIM: 051000014

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 27 Maret 2010

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

TIM PENGUJI

Ketua Penguji Penguji I

Drs.Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes Arnita S.Si, M.Si

NIP. 195812021991031001 NIP. 197606212008122001

Penguji II Penguji III

Drs.Heru Santosa M.S dr. Ria Masniari Lubis, M.Si

NIP. 195811101984031002 NIP. 195310181982023001

Medan, Maret 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

Dr.Drs.Surya Utama, MSi NIP. 196108311989031001

(5)

ABSTRAK

Analisis faktor merupakan salah satu teknik analisis multivariate yang digunakan untuk mereduksi data atau meringkas dari variable yang banyak diubah menjadi sedikit variable dan menamakannya sebagai factor. Faktor yang mempengaruhi pelecehan seksual terhadap perkerja anak wanita banyak, maka perlu dilakukan uji analisis faktor untuk meringkas variable tersebut sehingga menjadi sedikit yang merupakan tujuan penelitian

Penelitian ini adalah deskripsi dengan metode survey yang dilakukan dengan penerapan analisis faktor yang mempengaruhi pelecehan seksual terhadap pekerja anak wanita di Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan tahun 2009.

Terdapat 18 variabel yang mempengaruhi pelecehan seksual terhadap pekerja anak wanita (pekerjaan, pendapatan, pakaian, hubungan social dengan lingkungannya, pengetahuan, waktu, fasilitas, teknologi, keluarga, kejiwaan, sikap, postur tubuh, imbalan, ancaman, perlindungan keluarga, kebudayaan, agama dan kebiasaan pimpinan), setelah dianalisis 13 variabel yang mempengaruhi pelecehan seksual terhadap pekerja anak wanita (pekerjaan, pendapatan, pakaian, hubungan sosial dengan lingkungannya, pengetahuan, teknologi, sikap, postur tubuh, ancaman, perlindungan keluarga, kebudayaan, agama dan kebiasaan pimpinan). Dari 13 variabel yang terpilih dibentuk 6 faktor. Faktor 1 terdiri pakaian, teknologi dan pekerjaan.

Kata kunci : Analisis faktor, pekerja anak wanita.

(6)

ABSTRACT

Factor analysis is one technique multivariate analysis used for reduce data or summarize from variables which many modified becomes slightly variable and named as factor. Factor influencing sexual harassment against workers children woman many, hence require conducted analysis test factors to summarize variable so becomes slightly which represents destination research

This research is description by survey methode conducted with analysis application factors influencing sexual abuse child workers woman at Subdistrict Cities Kisaran Timur Asahan Regency year 2009.

There 18 variables affect sexual abuse child workers woman (jobs, incomes, clothing, relationship social with surroundings, knowledge, time, facilities technological, family, psychiatric, attitude posture, rewards, threats, protection family, cultures, religion and habits leadership), after analyzed 13 variables affect sexual abuse child workers woman (jobs, incomes, clothing social relationships with surroundings, knowledge, technology, attitude posture, threats, protection family, culture religion and habits leadership) . From 13 variables elected formed 6 factors. Factor 1 clothing, technology and consists jobs.

Keywords : Analysis factors, child workers women.

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Juliana Tresia Panjaitan Tempat/Tanggal lahir : Kisaran/ 27 Juli 1986

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Asal : SLTA

Jumlah anggota Keluarga : 6 orang

Alamat Rumah : Jl. Bangau No.162 Kisaran Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri No. 010090 Kisaran (1993-1999) 2. SLTP Swasta Diponegoro Kisaran (1999-2002) 3. SMA Swasta Diponegoro Kisaran (2002-2005)

4. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan (2005-2010)

(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :

“ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELECEHAN SEKSUAL

TERHADAP PEKERJA ANAK WANITA DI KECAMATAN KOTA

KISARAN TIMUR KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2009”

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

3 Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Penguji III.

4 Ibu dr. Yusniwarti Yusad, M.Si, selaku Ketua Departemen Kependudukan dan Biostatistik FKM USU.

5 Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing Akademik penulis dan selaku Pudek I FKM USU, yang telah banyak meluangkan waktu serta dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan masukan serta saran kepada penulis.

6 Ibu Arnita, S.Si, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu serta dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan masukan serta saran kepada penulis.

7 Bpk Heru Santosa, M.S, selaku Dosen Penguji II, atas saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

(9)

8 Para dosen dan staf di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9 Bapak H.Sugianto, S.H, selaku Asisten I Sosekbang Kabupaten Asahan yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian.

10 Bapak Amir Hamzah Nasution BA, selaku Camat Kota Kisaran Timur yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian di Kecamatn Kota Kisaran Timur.

11 Kedua orang tua penulis, S.Panjaitan dan Y.Jambak yang tercinta serta kakak dan saudara yang penulis sayangi (K’laila, Bg Ucok, K’eni, Dirga dan Musa), tante kusayang (Uncu) yang telah memberikan perhatiannya dan dukungan baik moril maupan materiil serta terus mendoakan penulis selama ini.

12 Teman-temanku Mena, Nova, Kiki, Ayu, Uthi, Yenti, Menti, Sandro, Alex dan teman spesialku (Ester dan Sukholif), yang telah memberikan semangat dan mendoakan penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

13 Teman-teman Peminatan Kependudukan dan Biostatistik (Salmia, Yani, Ade, K’betha dan K’febi) terima kasih bantuannya.

Semoga kebaikan semua pihak yang telah banyak membantu penulis menadapat rahmat dan hidayah dari Allah SWT.

(10)

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik sangat penulis harapan untuk perbaikan dan kesempurnaannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya keluarga besar Universitas Sumatera Utara.

Medan, Maret 2010 Penulis

JULIANA TRESIA PANJAITAN NIM.05100014

(11)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Pengesahaan ... Abstrak ... Abstract ... Riwayat Hidup Penulis ... Kata Pengantar ... 13.6Perumusan Masalah ... 13.7Tujuan Penelitian ... 1.3.1. Tujuan Umum ... 1.3.2. Tujuan Khusus ... 13.8Manfaat Penelitian ...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...

2.1.Pelecehan Seksual ... 2.1.1. Pengertian ... 2.1.2. Tipe-Tipe Pelecehan Seksual ... 2.1.3. Bentuk Pelecehan seksual... 2.1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelecehan Seksual

Terhadap Pekerja Anak... 2.2. Pekerja Anak ...

2.2.1. Defenisi Pekerja Anak... 2.2.2. Bentuk-Bentuk Pekerja Anak Wanita ... 2.3. Analisis Faktor ... 2.3.1. Pengertian ... 2.3.2. Model Analisis Faktor Dan Statistik Yan Relevan ... 2.3.3. Model Matematik Dalam Analisis Faktor ... 2.3.4. Langkah-Langkah Analisis Faktor ... 2.4. Alur Penelitian ...

BAB III METODE PENELITIAN ...

(12)

3.7. Teknik Analisa Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN... 4.1. Gambaran Umum... 4.4. Analisis Faktor (Faktoring, Ekstraksi dan Rotasi)... 4.4.1. Communalities...

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 6.1. Kesimpulan...

6.2. Saran...

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN :

1.Kuesioner Penelitian

2.Surat Keterangan Melaksanakan penelitian dari FKM USU

3.Surat Keterangan Melaksanakan penelitian dari Sosekbang Kabupaten

Asahan

4.Surat Keterangan Melaksanakan penelitian dari Kecamatan Kota Kisaran Timur

5.Hasil Analisis Faktor

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur... Tabel 4 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan... Tabel 4.3. Nilai Anti Images Matrices I ... Tabel 4.4. Nilai Anti Images Matrices II ... Tabel 4.5. Nilai Anti Images Matrices III ... Tabel 4.6. Nilai Anti Images Matrices IV ... Tabel 4.7. Nilai Anti Image Matrices V... Tabel 4.8. Nilai Anti Image Matrices VI... Tabel 4.9. Communalities ... Tabel 4.10.Total Component Expained ... Tabel 4.11.Component Matrix ... Tabel 4.12.Rotated Component Matrix ...

38 39 41 42 43 44 45 46 47 48 50 51

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1. Scree Plot Faktor ... 49

(15)

ABSTRAK

Analisis faktor merupakan salah satu teknik analisis multivariate yang digunakan untuk mereduksi data atau meringkas dari variable yang banyak diubah menjadi sedikit variable dan menamakannya sebagai factor. Faktor yang mempengaruhi pelecehan seksual terhadap perkerja anak wanita banyak, maka perlu dilakukan uji analisis faktor untuk meringkas variable tersebut sehingga menjadi sedikit yang merupakan tujuan penelitian

Penelitian ini adalah deskripsi dengan metode survey yang dilakukan dengan penerapan analisis faktor yang mempengaruhi pelecehan seksual terhadap pekerja anak wanita di Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan tahun 2009.

Terdapat 18 variabel yang mempengaruhi pelecehan seksual terhadap pekerja anak wanita (pekerjaan, pendapatan, pakaian, hubungan social dengan lingkungannya, pengetahuan, waktu, fasilitas, teknologi, keluarga, kejiwaan, sikap, postur tubuh, imbalan, ancaman, perlindungan keluarga, kebudayaan, agama dan kebiasaan pimpinan), setelah dianalisis 13 variabel yang mempengaruhi pelecehan seksual terhadap pekerja anak wanita (pekerjaan, pendapatan, pakaian, hubungan sosial dengan lingkungannya, pengetahuan, teknologi, sikap, postur tubuh, ancaman, perlindungan keluarga, kebudayaan, agama dan kebiasaan pimpinan). Dari 13 variabel yang terpilih dibentuk 6 faktor. Faktor 1 terdiri pakaian, teknologi dan pekerjaan.

Kata kunci : Analisis faktor, pekerja anak wanita.

(16)

ABSTRACT

Factor analysis is one technique multivariate analysis used for reduce data or summarize from variables which many modified becomes slightly variable and named as factor. Factor influencing sexual harassment against workers children woman many, hence require conducted analysis test factors to summarize variable so becomes slightly which represents destination research

This research is description by survey methode conducted with analysis application factors influencing sexual abuse child workers woman at Subdistrict Cities Kisaran Timur Asahan Regency year 2009.

There 18 variables affect sexual abuse child workers woman (jobs, incomes, clothing, relationship social with surroundings, knowledge, time, facilities technological, family, psychiatric, attitude posture, rewards, threats, protection family, cultures, religion and habits leadership), after analyzed 13 variables affect sexual abuse child workers woman (jobs, incomes, clothing social relationships with surroundings, knowledge, technology, attitude posture, threats, protection family, culture religion and habits leadership) . From 13 variables elected formed 6 factors. Factor 1 clothing, technology and consists jobs.

Keywords : Analysis factors, child workers women.

(17)

B A B I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang meratifikasi konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang hak-hak anak melalui Keputusan Presiden (Keppers) No.36/0 tanggal 25 Agustus 1990. Dengan diratifikasinya konvensi tersebut, berarti secara hukum, negara berkewajiban melindungi dan memenuhi hak anak-anak, baik hak sipil, politik, sosial, budaya dan ekonomi (Suparman, 2000).

Pada kenyataannya negara masih belum mampu memenuhi kewajibannya untuk melindungi hak-hak anak, salah satu permasalahan yang masih terjadi adalah keberadaan pekerja anak. Bukan hanya melanggar hak-hak anak, bekerja juga membawa dampak-dampak buruk bagi anak-anak, baik secara fisik maupun psikis. Lebih jauh bekerja dikhawatirkan akan menggangu masa depan anak-anak untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Permasalahan pekerja anak di Indonesia ternyata tidak dapat disikapi dengan pilihan boleh atau tidak. Kenyataan menunjukkan bahwa keluarga miskin sangat membutuhkan pekerjaan bagi anak-anaknya, baik untuk membantu perekonomian keluarga maupun melangsungkan hidupnya sendiri. Sementara pekerja anak di Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan sangat tinggi, dimana pendidikan anak sangat rendah mulai dengan pendidikan anak yang tidak pernah sekolah/tidak tamat SD (32,77%), tamat SD (29,24%), tamat SLTP (20,42%), tamat SLTA

(18)

(15,46%), diploma (0,45%) dan sarjana (1,66%) dan berdasarkan pekerjaan penduduk di Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan adalah sebagai berikut : PRT (pembantu rumah tangga) sebesar 20,4%, anak jalanan sebesar 16,6%, pekerja pabrik roti sebesar 14,71%, karyawan toko sebesar 12,44%, asongan kreta api sebesar 10,56%, pemulung sebesar 8,71% dan 16,59% (asongan terminal dan berlayar).

Berdasarkan berita/informasi yang dapat dari Posmetro Asahan 11-24-2009, pekerja anak wanita di wilayah Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan sering terjadi pelecehan seksual dikarenakan pendidikan dan perekonomian yang rendah. Salah satu contoh pelecehan seksual yang terjadi adalah ketidakmampuan pekerja untuk bertindak keras atau melawan dan tergiurnya imbalan yang dijanjikan/diberikan kepada pekerja anak wanita tersebut. Jumlah pekerja anak wanita yang terkena pelecehan ≤ 63 orang.

(19)

Sebagaimana telah dikemukakan diatas bahwa permasalahan besar dihadapi pekerja anak wanita adalah berpotensinya terjadi pelecehan seksual, maka proposal ini pun ditujukan untuk melihat seberapa besar permasalahan di Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan, dan bagaimana karateristik pekerja anak wanita yang berpotensi mengalami pelecehan seksual (Irfan, 2001) .

Adapun faktor yang mempengaruhi terjadinya pelecehan seksual terhadap pekerja anak wanita diantaranya : umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial dengan lingkungan, waktu kerja, dan fasilitas pekerja, pengetahuan, pendapatan, dan berdasarkan pada saat survei pendahuluan adalah pakaian, teknologi, keluarga, kejiwaan, sikap, postur tubuh, imbalan, ancaman, perlindungan keluarga, kebudayaan, agama dan kebiasaan pimpinan dalam bekerja. Karena banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pelecehan seksual maka perlu dilakukan analisis yaitu analisis faktor.

(20)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah karena banyaknya faktor yang mempengaruhi pelecehan seksual terhadap pekerja anak wanita, maka perlu diringkas faktor mana saja yang mempengaruhi pelecehan seksual terhadap pekerja anak wanita dengan cara/menggunakan analisis faktor.

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk meringkas beberapa variabel menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi pelecehan seksual terhadap pekerja anak wanita di Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan Tahun 2009.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk memilih variabel-variabel dominan pada pekerja anak wanita dalam pelecehan seksual yang dimasukkan dalam analisis faktor.

2. Untuk mengelompokkan variabel faktor-faktor pelecehan seksual terhadap pekerja anak wanita menjadi satu atau beberapa faktor.

(21)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Dapat memahami kehidupan kelompok pekerja anak wanita.

2. Sebagai bahan masukkan bagi mahasiswa/peneliti yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan masalah yang sama dan menambah pengetahuan peneliti tentang pelecehan seksual terhadap pekerja anak wanita. 3. Sebagai pelengkap informasi bagi pekerja anak wanita tentang pelecehan

(22)

B A B II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelecehan Seksual

2.1.1 Pengertian

a. Pelecehan/Kekerasan

Pelecehan atau kekerasan dalam arti Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu perihal yang bersifat, berciri keras, perbuatan seseorang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain, atau ada paksaan. Dari penjelasan di atas, pelecehan merupakan wujud perbuatan yang lebih bersifat fisik yang mengakibatkan luka, cacat, sakit atau penderitaan orang lain. Salah satu unsur yang perlu diperhatikan adalah berupa paksaan atau ketidakrelaan atau tidak adanya persetujuan pihak lain yang dilukai (Usman dan Nachrowi, 2004).

b. Seksualitas

Defenisi seksualitas yang dihasilkan dari Konferensi APNET (Asia Pasific

Network For Social Health) di Cebu, Filipina 1996 mengatakan seksualitas adalah

sekpresi seksual seseorang yang secara sosial dianggap dapat diterima serta mengandung aspek-aspek kepribadian yang luas dan mendalam. Seksualitas merupakan gabungan dari perasaan dan perilaku seseorang yang tidak hanya didasarkan pada ciri seks secara biologis, tetapi juga merupakan suatu aspek kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan dari aspek kehidupan yang lain (Semaoen, 2000).

(23)

Menurut Depkes RI pengertian seksualitas adalah suatu kekuatan dan dorongan hidup yang ada diantara laki-laki dan perempuan, dimana kedua makhluk ini merupakan suatu sistem yang memungkinkan terjadinya keturunan yang sambung menyambung sehingga eksistensi manusia tidak punah (Abineno, 1999).

Di dalam pengertian tersebut diatas terdapat 2 aspek dari seksualitas yaitu : 1. Seksualitas dalam arti sempit

Dalam arti sempit seks berarti kelamin. Yang termasuk dalam kelamin adalah sebagai berikut :

a) Alat kelamin itu sendiri.

b) Kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi bekerjanya alat-alat kelamin.

c) Anggota-anggota tubuh dari ciri-ciri badaniah lainnya yang membedakan laki-laki dan wanita ( misalnya perbedaan suaru, pertumbuhan kumis dan payudara dari sebagainya ).

d) Hubungan kelamin (senggama/percumbuan).

e) Proses pembuahan, kehamilan dan kelahiran (termasuk pencegahan kehamilan atau yang lebih dikenal dengan istilah KB).

2. Seksualitas dalam arti luas

Yaitu segala hal yang terjadi sebagai akibat dari adanya perbedaan jenis kelamin, antara lain :

a) Perbedaan tingkah laku : lembut, kasar, genit dan lain-lain. b) Perbedaan atribut : pakaian, nama dan lian-lain.

(24)

c. Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi atau mengarah kepada hal-hal seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan reaksi negatif seperti malu, marah, benci, tersinggung, dan sebagainya pada diri individu yang menjadi korban pelecehan tersebut. Rentang pelecehan seksual ini sangat luas, yakni meliputi: main mata, siulan nakal, komentar berkonotasi seks atau gender, humor porno, cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di bagian tubuh tertentu, gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual, ajakan berkencan dengan iming-iming atau ancaman, ajakan melakukan hubungan seksual hingga perkosaan. Pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Meskipun pada umumnya para korban pelecehan seksual adalah kaum wanita, namun hal ini tidak berarti bahwa kaum pria kebal (tidak pernah mengalami) terhadap pelecehan seksual (Irfan, 2001).

Pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, seperti di bus, pabrik, supermarket, bioskop, kantor, hotel, trotoar, baik siang maupun malam. Pelecehan seksual di tempat kerja seringkali disertai dengan janji imbalan pekerjaan atau kenaikan jabatan. Bahkan bisa disertai ancaman, baik secara terang-terangan ataupun tidak. Kalau janji atau ajakan tidak diterima bisa kehilangan pekerjaan, tidak dipromosikan, atau dimutasi. Pelecehan seksual bisa juga terjadi tanpa ada janji atau ancaman, namun dapat membuat tempat kerja menjadi tidak tenang, ada permusuhan, penuh tekanan (Anonim, 2008).

(25)

2.1.2 Tipe-Tipe Pelecehan Seksual.

Meski berbagai kalangan berbeda pendapat dan pandangan mengenai pelecehan seksual, namun secara umum kriteria pelecehan seksual yang dapat diterima akal sehat, antara lain memiliki 10 tipe-tipe pelecehan seksual seperti ini : 1. Main mata atau pandangan yang menyapu tubuh, biasanya dari atas kebawah bak

“mata keranjang” penuh nafsu.

2. Siulan nakal dari orang yang dikenal atau tidak dikenal.

3. Bahasa tubuh yang dirasakan melecehkan, merendahkan dan menghina.

4. Komentar yang berkonotasi seks. Atau kata-kata yang melecehkan harga diri, nama baik, reputasi atau pencemaran nama baik.

5. Mengungkapkan gurauan-gurauan bernada porno (humor porno) atau lelucon-lelucon cabul.

6. Bisikan bernada seksual.

7. Menggoda dengan ungkapan-ungkapan bernada penuh hasrat. 8. Komentar/perlakuan negatif yang berdasar pada gender. 9. Perilaku meraba-raba tubuh korban dengan tujuan seksual.

a) Cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di bagian tubuh tertentu. b) Meraba tubuh atau bagian tubuh sensitif.

c) Menyentuh tangan ke paha.

d) Menyentuh tangan dengan nafsu seksual pada wanita e) Memegang lutut tanpa alasan yang jelas

(26)

g) Memegang tubuh, atau bagian tubuh lain dan dirasakan sangat tidak nyaman bagi korban.

h) Menepuk-nepuk bokong perempuan

i) Berusaha mencium atau mengajak berhubungan seksual. j) Mencuri cium dan kabur

k) Gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual l) Ajakan berkencan dengan iming-iming

m) Ajakan melakukan hubungan seksual

10.Pemaksaan berhubungan seksual dengan iming-iming atau ancaman kekerasan atau ancaman lainnya agar korban bersedia melakukan hubungan seksual, dan sebagainya. Perkosaan adalah pelecehan paling ekstrem (Anonim, 2008).

2.1.3 Bentuk Pelecehan Seksual.

Adapun bentuk-bentuk yang terjadi pelecehan seksual terhadap pekerja anak wanita di Kecamatan Kota Kisaran Timur adalah seorang pekerja anak wanita berusaha mencium, memukul patat, meraba paha, mengajak berkencan dengan memberikan imbalan, memaksa melakukan hubungan seksual dengan ancaman (Survei Pendahuluan, 2009).

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelecehan Seksual Terhadap

Pekerja Anak.

(27)

teknologi, keluarga, kejiwaan, sikap, postur tubuh, imbalan, ancaman, perlindungan keluarga, kebudayaan, agama, dan kebiasaan pimpinan.

a. Umur Anak

Menurut ILO, memberi batasan pekerja anak yaitu pekerja yang berumur dibawah 18 tahun. Berdasarkan data dari BPS jumlah pekerja anak pada usia < 18 tahun (61,79%) lebih tinggi dari pekerja anak > 18 tahun (38,21%) tahun 2008 ( BPS, 2008).

b. Pendidikan

Pendidikan adalah proses menuju keperubahan perilaku masyarakat dan akan memberi kesempatan pada individu untuk menemukan ide/nilai baru. Pendidikan mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia (Notoatmodjo, 2005).

Berdasarkan data dari BPS 2008 menunjukan bahwa penduduk Asahan umunya mempunyai pendidikan masih rendah. Bila dilihat dari persentase tertinggi adalah tidak pernah sekolah/tidak tamat SD (32,77%), Tamat SD (29,24%), Tamat SLTP ( 20,42 %), Tamat SLTA (15,46%), Sarjana (1,66%) dan Diploma (0,45%).

c. Pekerjaan

(28)

d. Hubungan Sosial dengan Lingkungannya

Adapun hubungan sosial pekerja anak wanita dengan lingkungannya ditunjukkan berdasarkan hubungan dengan atasan, dan hubungan teman.

e. Waktu Kerja

Dalam bidang ketenagakerjaan waktu kerja normal seorang pekerja dewasa adalah 35 jam per minggu. Sedangkan untuk anak-anak, dengan mengacu pada Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 1 tahun 1987, yang membatasi anak untuk bekerja 3 jam sehari, maka batasan jam kerja anak yang ditoleri adalah 20 jam per minggu. (Usman dan Nachrowi, 2004)

f. Fasilitas Pekerjaan

Dalam hal fasilitas pekerjaan, mereka mendapatkan apa yang didapatkan oleh pekerja pada tingkatan yang sama. Jika merasakan sakit di tempat kerja, mereka akan dibawa berobat dan pekerja anak juga mendapatkan tunjungan, baik secara terbuka dan tertutup, salah satu contoh tunjuangan hari raya. (Usman dan Nachrowi, 2004).

g. Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu pemahaman anak atau hasil dari tahu dan ini terjadi setelah penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengar, penciuman, rasa dan raba (Ellisman, 2002).

h. Pendapatan

(29)

kerja kesepakatan, atau peraturan perundang-undang, termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya (Anonim, 2008).

i. Pakaian

Pakaian adalah suatu alat penutup tubuh manusia atau seorang pekerja. Pakaian juga merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya pelecehan seksual. Adapun pakaian yang dipakai oleh pekerja seperti baju ketat, celana/rok pendek bahkan cuma memakai tank top.

j. Teknologi

Berdasarkan hasil wawancara, bahwa Teknologi merupakan pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material, dan proses yang menolong manusia menyampaikan masalahnya. Teknologi juga dapat merusak manusia, contohnya, penyalagunaan teknologi dengan mengakses informasi yang dapat membuat masyarakat menjadi jahat. Contohnya mengakses adegan pornografi dan pornoaksi.

k. Keluarga

Berdasarkan hasil wawancara, bahwa keluarga merupakan suatu motivasi atau arahan kepada si pekerja anak dalam menjalani kehidupan.

l. Kejiwaan

(30)

m. Sikap

Berdasarkan hasil wawancara, bahwa sikap adalah perasaan seseorang tentang obyek, aktivitas, peristiwa dan orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka atau tidak sukanya (positif, negatif, atau netral) seseorang pada sesuatu.

n. Postur Tubuh

Berdasarkan hasil wawancara, bahwa Postur tubuh adalah bentuk lekukan tubuh mulai dari atas kepala sampai ujung kaki. Postur tubuh merupakan salah satu faktornya, sebab postur tubuh yang ideal akan lebih mudah terjadinya pelecehan seksual terhadap pekerja anak wanita. Contohnya postur tubuh yang seksi.

o. Imbalan

Berdasarkan hasil wawancara, imbalan merupakan upah yang wajib terima atau berhak memperoleh bayaran karena telah melakukan pekerjaan yang sesuai. Adapun imbalan yang diperoleh pekerja anak tersebut tidak sesuai. Adapun cara untuk memperoleh imbalan tinggi dengan melakukan permintaan, baik permintaan dengan cara paksaan atau kemauan sendiri.

p. Ancaman

(31)

q. Perlindungan Keluarga

Berdasarkan hasil wawancara, bahwa perlindungan keluarga sangat dibutuhkan, dimana si pekerja anak tidak merasa takut atau bimbangan, apabila si pekrja melakukan hal yang tidak wajar.

r. Kebudayaan

Berdasarkan hasil wawancara, bahwa kebudayaan merupakn awal bentuk yang berkaitan dengan budi dan akal penelitian.

s. Agama

Agama adalah pedoman hidup atau penuntun hidup. Berdasarkan hasil wawancara, pekerja anak wanita yang banyak terkena pada agama muslim.

t. Kebiasaan Pimpinan

Berdasarkan hasil wawancara, bahwa kebiasaan pimpinan merupakan salah satu faktor terjadiya pelecehan seksual. Dimana kebiasaan pimpinan harus dilakukan, apabila tidak si pekerja anak wanita tersebut akan mendapat saksi. Salah satu kebiasaan pimpinan adalah egois atau mau menang sendiri

2.2. Pekerja Anak

2.2.1. Defenisi Pekerja Anak

(32)

dalam penyajian data statistik membatasi pekerja anak sebagai penduduk yang berumur 10-14 tahun. Menurut ILO memberi batasan pekerja anak lebih luas, yaitu pekerja yang berumur di bawah 18 tahun.

Dengan definisi anak sebagai penduduk usia 10-14 tahun, pada tahun 2003 Indonesia memiliki 566,5 ribu pekerja anak atau 2,8 persen terhadap total anak pada usia tersebut. Angka ini lebih rendah dibanding tahun 2001, yaitu sebanyak 948,7 jiwa (4,6 persen). Jika dipisahkan antara daerah perdesaan dan perkotaan, terlihat bahwa proporsi pekerjaan anak lebih tinggi di perdesaan. Namun di keduanya, terjadi penurunan proporsi pekerja anak secara konsisten. Penurunan jumlah pekerja anak juga terjadi di Kutai Kartanegara. Pada tahun 2000 jumlah pekerja anak adalah sebesar 11.632 anak. Angka ini turun menjadi 3.012 anak pada tahun 2005. Namun perlu dicatat bahwa angka pekerja anak yang terdata dalam survai BPS tidak mencerminkan seluruh pekerja anak. Seperti yang dikatakan demograf Terence H. Hull (Ellisman, 2002).

2.2.2. Bentuk-bentuk Pekerja Anak Wanita

(33)

2.3. Analisis Faktor

2.3.1. Pengertian

Analisis faktor merupakan nama umum yang menunjukan suatu prosedur, utamanya dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas dari variabel yang banyak diubah menjadi sedikit variabel, misalnya dari 15 variabel yang lama diubah menjadi 4 atau 5 variabel baru yang disebut faktor dan masih memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli (original variabel ) (Supranto, 2004). Selain itu analisis faktor dapat juga berfungsi sebagai alat uji validasi internal dari alat ukur yang dipergunakan (Ridwan, 2002).

Analisis faktor merupakan salah satu teknik analisis statistik multivariat, dengan titik berat yang diminati adalah hubungan secara seksama bersama pada semua variabel tanpa membedakan variabel tergantung dan variabel bebas atau disebut sebagai metode antar ketergantungan (interdependence methods). Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan antar variabel yang saling independent tersebut, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit jumlah variabel awal sehingga memudahkan analisis statistik selanjutnya (Wibowo,2006).

(34)

Analisis faktor dipergunakan di dalam situasi sebagai berikut (Supranto, 2004) : 1. Mengenali atau mengidentifikasi dimensi yang mendasari (Underling dimensions)

atau faktor, yang menjelaskan korelasi antara suatu set variabel.

2. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel baru yang tidak berkorelasi

(independent) yang lebih sedikit jumlahnya untuk menggantikan suatu set

variabel asli yang saling berkorelasi di dalam analsis multivariat selanjutnya. 3. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel yang penting dari suatu set

variabel yang lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan di dalam analisis multivariat selanjutnya.

2.3.2. Model Analisis Faktor Dan Statistik Yang Relevan

Secara matematis, analisis faktor agak mirip dengan regresi linier berganda yaitu bahwa setiap variabel dinyatakan sebagai suatu kombinasi linier dari faktor yang mendasari. Dimana analisis regresi linier berganda dapat mengetahui besarnya pengaruh dari setiap variabel bebas terhadap variabel tak bebas serta meramalkan nilai variabel yang tak bebas tersebut (Supranto, 2004).

Jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu variabel dengan variabel lainnya yang tercakup dalam analisis disebut communality. Hubungan antara variabel yang diuraikan dinyatakan dalam suatu common factors yang sedikit jumlahnya ditambah dengan faktor yang unik untuk setiap variabel. Faktor yang unik tidak berkorelasi dengan sesama faktor yang unik dan juga tidak berkorelasi dengan

common factor.

Common factor sendiri bisa dinyatakan sebagai kombinasi linier dari

(35)

Common faktor adalah hubungan yang tidak berkorelasi dengan faktor unik. Faktor unik biasanya juga dianggap saling tidak berkorelasi, akan tetapi mungkin atau tidak mungkin berkorelasi saru sama lain. Masing-masing faktor dapat diekspresikan dengan persamaan sebagai berikut:

F1 = Wi1X1+Wi2X2+Wi3X3+...+WikXk Dimana :

F1 adalah faktor

Wi adalah bobot variabel terhadap faktor K adalah jumlah variabel

X adalah variabel

Semakin besar bobot (Wi) suatu variabel terhadap faktor, maka pengaruh variabel terhadap faktor tersebut semakin erat, yang berarti perubahan variabel memberikan kontribusi yang semakin besar pada nilai faktor. Hal ini berlaku untuk keadaan sebaliknya (Supranto, 2004).

Statistik kunci yang relevan dengan analisis faktor adalah : Bartllet’s tes of

sphericty yaitu suatu uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bahwa

variabel tidak saling berkorelasi (uncorrelated) dalam populasi.

2.3.3. Model Matematik Dalam Analisis Faktor

(36)

1. Komponen hipotesis tersebut diberi nama faktor.

2. Variabel komponen hipotesis yang disebut faktor bisa dikelompokkan menjadi dua yaitu: common factor and unique factor. Dua komponen ini bisa dibedakan kalau dinyatakan dalam timbangan di dalam persamaan linier, yang menurunkan variabel terobservasi dari variabel komponen hipotesis. Common factor mempunyai lebih dari satu variabel dengan timbangan yang bukan nol nilainya. Suatu faktor unik hanya mempunyai satu variabel dengan timbangan yang tidak nol terikat dengan faktor. Jadi hanya satu variabel yang tergantung pada satu faktor unik.

3. Common factor selalu dianggap tidak berkorelasi dengan faktor unik.

Faktor unik biasanya juga dianggap saling tidak berkorelasi, akan tetapi common

factor mungkin atau tidak mungkin berkorelasi satu sama lainnya.

4. Umumnya dianggap bahwa jumlah common factor lebih sedikit dari jumlah variabel asli. Akan tetapi banyaknya faktor unik biasanya dianggap sama dengan banyaknya variabel asli.

2.3.4. Langkah-Langkah Analisis Faktor

1. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah meliputi beberapa hal : 1. Tujuan analisis faktor harus diidentifikasi.

(37)

4. Banyaknya elemen sampel (n) harus cukup/memadai, sebagai petunjuk N=85 dan d=90%.

n= 2

) ( 1 N d

N

+ n = jumlah sampel

=1 8 5(0,1)2

8 5

+ N = jumlah populasi

= 45 d = tingkat kepercayaan

2. Bentuk Matriks Korelasi.

Proses analisis didasarkan pada suatu matriks korelasi agar variabel pendalaman yang berguna bisa diperoleh dari penelitian matriks ini. Agar analisis faktor bisa tepat dipergunakan, variabel-variabel yang akan dianalisis harus berkorelasi. Apabila koefisien korelasi antar variabel terlalu kecil, hubungannya lemah, analisis faktor menjadi tidak tepat.

Prinsip utama Analisis faktor adalah korelasi, maka asumsi-asumsi akan terkait dengan metode statistik korelasi yaitu:

1. Besar korelasi atau korelasi independen variabel yang cukup kuat, misalnya diatas 0,5 atau bila dilihat tingkat signifikansinya adalah kurang dari 0,5. 2. Besar korelasi parsial, korelasi antar dua variabel dengan menganggap

variabel lain adalah tetap (konstan) harus kecil. Pada SPSS deteksi korelasi parsial diberikan pada Anti Image Correlation.

Statistik formal tersedia untuk menguji ketepatan model faktor yaitu Barlett’s

Test of Sphericity bisa digunakan untuk menguji hipotesis bahwa variabel tak

(38)

harus ditolak (berarti ada korelasi yang signifikan diantara beberapa variabel). Kalau hipotesis nol diterima, ketepatan analisis faktor harus dipertanyakan.

Statistik lainnya yang berguna adalah KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) mengukur kecukupan sampling (sampling adequancy). Indeks ini membandingkan besarnya koefisien korelasi terobservasi dengan besarnya koefisien korelasi parsial. Nilai KMO yang kecil menunjukkan korelasi antar pasangan variabel tidak bisa diterangkan oleh variabel lain dan analisis faktor mungkin tidak tepat.

a. Harga KMO sebesar 0,9 adalah sangat memuaskan b. Harga KMO sebesar 0,8 adalah memuaskan

c. Harga KMO sebesar 0,7 adalah harga menengah d. Harga KMO sebesar 0,6 adalah cukup

e. Harga KMO sebesar 0,5 adalah kurang memuaskan f. Harga KMO sebesar 0,4 adalah tidak dapat diterima.

Measure of Sampling Adequacy (MSA) ukuran dihitung untuk seluruh matriks

korelasi dan setiap variabel yang layak untuk diaplikasikan pada analisis faktor. Nilai MSA yang rendah merupakan pertimbangan untuk membuang variabel tersebut pada tahap analisis selanjutnya. (Wibisono, 2003). Angka MSA berkisar 0-1 menunjukan apakah sampel bisa dianalisis lebih lanjut (Wibowo A, 2006).

a. MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain.

b. MSA > 0,5 variabel masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut. c. MSA < 0,5 variabel tidak dapat diprekdiksi dan tidak dapat dianalisis lebih

(39)

3. Menentukan Metode Analisis Faktor

Setelah ditetapkan bahwa analisis faktor merupakan teknik yang tepat untuk menganalisis data yang sudah dikumpulkan, kemudian ditentukan atau dipilih metode yang tepat untuk analisis faktor. Ada dua cara atau metode yang bisa dipergunakan dalam analisis faktor, khususnya untuk menghitung koefisien skor faktor, yaitu analisis komponen utama (Principal Component Analysis) dan analisis faktor umum (Common Factor Analysis)

Di dalam principal component analysis, jumlah varian dalam data dipertimbangkan. Principal Component Analysis direkomendasikan kalau hal yang pokok ialah menentukan bahwa banyaknya faktor harus minimun dengan memperhitungkan varian maksimum dalam data untuk dipergunakan di dalam analisis multivariat lebih lanjut. Faktor-faktor tersebut dinamakan principal

components.

Di dalam common factor analysis, faktor diestimasi didasarkan pada common

variance, communalities dimasukkan di dalam matriks korelasi. Metode ini dianggap

tidak tepat kalau tujuan utamanya ialah mengenali/mengidentifikasi dimensi yang mendasari dan common variance yang menarik perhatian. Metode ini juga dikenal sebagai principal axis factoring (Supranto, 2004).

Communalities ialah jumlah varian yang sumbangkan oleh suatu variabel

(40)

Eigenvalue merupakan jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap faktor.

Eigenvalue akan menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam

menghitung varian yang dianalisis. (Wibowo, 2006).

4. Rotasi Faktor-Faktor

Suatu hasil atau output yang penting dari analisis faktor ialah apa yang disebut matriks faktor pola (factor pattern matrix). Matriks faktor berisi koefisien yang dipergunakan untuk mengekspresikan variabel yang dibakukan dinyatakan dalam faktor. Koefisien-koefisien ini yang disebut muatan faktor, mewakili korelasi antar-faktor dan variabel. Suatu koefisien dengan nilai absolut/mutlak yang besar menunjukkan bahwa faktor dan variabel berkorelasi sangat kuat. Koefisien dari matriks faktor bisa dipergunakan untuk menginterpretasikan faktor.

Meskipun matriks faktor awal yang belum dirotasi menunjukkan hubungan antar faktor masing-masing variabel, jarang menghasilkan faktor yang bisa diinterpretasikan (diambil kesimpulannya), oleh karena faktor-faktor tersebut berkorelasi atau terkait dengan banyak variabel (lebih dari satu).

(41)

satu faktor saja. Kalau terjadi bahwa beberapa faktor mempunyai muatan tinggi dengan variabel yang sama, sangat sulit untuk membuat interpretasi tentang terhadap seluruh varian (dari seluruh variabel asli) mengalami perubahan.

Ada dua metode rotasi yang berbeda yaitu :

1. Orthogonal ratation, kalau sumbu dipertahankan tegak lurus sesamanya

(bersudut 900). Metode rotasi yang banyak dipergunakan yaitu varimax,

prosedur. Karena varimax adalah solusi awal yang terbaik dimana gamma=1

yang menunjukkan tingkat kepercayaan yang tinggi. Prosedur ini merupakan metode orthogonal yang berusaha meminimumkan (membuat sedikit mungkin) banyaknya variabel dengan muatan tinggi (high loading) pada satu faktor, dengan demikian memudahkan pembuatan interpretasi mengenai faktor. Rotasi orthogonal menghasilkan faktor-faktor yang tidak berkorelasi satu sama lain (uncorreclated each other) antara lain none, equimax, varimax,

quartimax, orthomax.

- None adalah pilih tidak untuk memutar solusi awal.

- Equimax adalah pilih untuk melakukan rotasi equimax solusi awal

(gamma=jumlah faktor /2).

- Variamx adalah pilih untuk melakukan rotasi varimax solusi awal

(gamma=1).

- Quartimax adalah pilih untuk melakukan rotasi quatimax solasi awal

(gamma=0).

- Orthomax adalah pilih untuk melakukan rotasi orthomax solusi awal,

(42)

2. Oblique ratation, kalau sumbu tidak dipertahankan harus tegak lurus

sesamanya (bersudut 900) dan faktor-faktor tidak berkorelasi. Kadang-kadang dengan membolehkan korelasi antar-faktor bisa menyederhanakan matriks faktor pola (factor pattern matrix). Oblique ratation harus dipergunakan kalau faktor dalam populasi berkorelasi sangat kuat (Supranto, 2004).

5. Interpretasi Faktor

Interpretasi dipermudah dengan mengindentifikasi variabel yang muatannya besar pada faktor yang sama. Faktor tersebut kemudian bisa diinterpretasikan, dinyatakan dalam variabel yang mempunyai muatan tinggi padanya. Manfaat lainnya di dalam membantu untuk membuat interpretasi ialah menge-plot variabel, dengan menggunakan factor loading sebagai sumbu koordinat (sumbu F1 dan F2).

Variabel pada ujung atau akhir suatu sumbu ialah variabel yang mempunyai

high loading hanya pada faktor tertentu (faktor F1 dan F2) oleh karena itu bisa

menyimpulkan bahwa faktor tersebut terdiri dari variabel-variabel tersebut. Sedangkan variabel yang dekat dengan titik asal (perpotongan sumbu F1 dan F2) mempunyai muatan rendah (low loading) pada kedua faktor.

Variabel yang tidak dengan sumbu salah satu faktor berarti berkorelasi dengan kedua faktor tersebut. Kalau suatu faktor tidak bisa diberi label sebagai faktor tidak terdefinisikan atau faktor umum. Variabel-variabel yang berkorelasi kuat (nilai factor

loading yang besar) dengan faktor tertentu dan memberikan inspirasi nama faktor

yang bersangkutan (Supranto, 2004)

(43)

Nilai faktor adalah ukuran yang mengatakan representasi suatu variabel oleh masing-masing faktor. Nilai faktor menunjukkan bahwa suatu data mewakili karakteristik khusus yang direpresentasikan oleh faktor. Nilai faktor ini selanjutnya digunakan untuk analisis lanjutan.

Sebenarnya analisis faktor tidak harus dilanjutkan dengan menghitung skor atau nilai faktor, sebab tanpa menghitung pun hasil analisis faktor sudah bermanfaat yaitu mereduksi variabel yang banyak menjadi variabel baru yang lebih sedikit dari variabel aslinya.

7. Memilih Surrogate Variables

Surrogate variable adalah suatu bagian dari variabel asli yang dipilih untuk

digunakan di dalam analisis selanjutnya. Pemilihan surrogate variable meliputi sebagian dari beberapa variabel asli untuk dipergunakan di dalam analisis selanjutnya. Hal ini memungkinkan peneliti untuk melakukan analisis lanjutan dan menginterpretasikan hasilnya dinyatakan dalam variabel asli bukan dalam skor faktor. Dengan meneliti matriks faktor, kita bisa memilih untuk setiap faktor variabel dengan muatan tinggi pada faktor yang bersangkutan.

Variabel tersebut kemudian bisa dipergunakan sebagai variabel pengganti atau

surrogate variable untuk faktor yang bersangkutan. Proses untuk mencari variabel

(44)

menyarankan bahwa suatu variabel dengan muatan sedikit lebih kecil mungkin lebih penting daripada dengan sedikit lebih tinggi.

Demikian juga halnya, kalau suatu variabel mempunyai muatan sedikit lebih rendah akan tetapi telah diukur lebih teliti/akurat, seharusnya dipilih sebagai

surrogate variable.

8. Proses Analisis Faktor

Secara garis besar tahapan pada analisis faktor adalah sebagai berikut:

1. Memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analisis faktor. Oleh karena analisis faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel, maka seharusnya ada korelasi yang cukup kuat diantara variabel, sehingga akan terjadi pengelompokkan. Jika sebuah variabel atau lebih berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel tersebut akan dikeluarkan dari analisis faktor. Alat seperti MSA atau Bartlett’s Test dapat digunakan untuk keperluan ini.

2. Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ”ekstraksi” variabel tersebut hingga menjadi satu atau beberapa faktor.

3. Faktor yang terbentuk dapat menggambarkan perbedaan diantara faktor-faktor yang ada. Hal tersebut akan mengganggu analisis, karena justru sebuah faktor harus berbeda secara nyata dengan faktor lain.

(45)

2.4. Alur Penelitian

Faktor yang

mempengaruhi pelecehan seksual terhadap pekerja anak :

Pekerjaan

Hubungan Sosial dengan Lingkungan

Waktu Kerja Fasilitas pekerja Pengetahuan Pendapatan Pakaian Teknologi Keluarga Kejiwaan Sikap

Postur Tubuh Imbalan Ancaman

Perlindungan Keluarga Kebudayaan

Agama

Kebiasaan Pimpinan

Analisis Faktor

(46)

B A B III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian bersifat deskriptif dengan menggunakan metode penerapan analisis faktor eksploratori yang mempengaruhi pelecehan seksual terhadap pekerja anak.

3.2.Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2009 s/d Februari 2010.

3.3.Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pekerja anak wanita yang berusia < 18 tahun yang berada di wilayah Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan, yang berjumlah 85 orang (BPS, 2008) dan terdapat jumlah sampel adalah 45 orang dengan cara sampling Accidential. Sampling Accidential adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. (Sugiyono, 2008).

3.4. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan responden yang berpedoman pada kuesioner penelitian yang telah dipersiapkan.

(47)

3.5.Defenisi Operasional

1. Umur anak adalah usia anak pada saat survey dilakukan dan dihitung dalam tahun menurut ulang tahunnya yang terakhir .

a. 8-10 b. 11-13 c. 14-16

2. Pendidikan anak adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditamatkan dan memiliki surat tanda tamat belajar ( Ijazah).

a. Tidak pernah sekolah/tidak tamat SD b. Tamat SD

c. Tamat SLTP d. Tamat SLTA

3. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh anak secara rutin dan terus-menerus di luar rumah dan menghasilkan uang yang berada di Kabupaten Asahan.

4. Hubungan sosial dengan lingkungan adalah suatu hubungan pekerja dengan atasan dan teman.

5. Waktu bekerja adalah waktu kegiatan yang akan dilakukan di perusahaan/ tempat kita bekerja dalam sehari. Adapun waktunya yaitu : pagi, siang, sore malam.

(48)

tunjungan, baik secara terbuka dan tutup, salah satu contoh tunjuangan hari raya.

7. Pengetahuan anak adalah semua pemahaman anak yang menyangkut tentang pelecehan seksual dalam berkerja.

8. Pendapatan adalah suatu upah hasil selama bekerja dalam satu bulan penuh. Adapun dikatagorikan antara lain :

a. < Rp 500.000 b. > Rp 500.000

9. Pakaian adalah suatu alat penutup tubuh manusia atau seorang pekerja. Pakaian juga merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya pelecehan seksual. Adapun pakaian yang dipakai oleh pekerja seperti baju ketat, celana/rok pendek bahkan cuma memakai tank top.

10. Teknologi

Teknologi merupakan pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material, dan proses yang menolong manusia menyampaikan masalahnya. Teknologi juga dapat merusak manusia, contohnya, penyalagunaan teknologi dengan mengakses informasi yang dapat membuat masyarakat menjadi jahat. Contohnya mengakses adegan pornografi dan pornoaksi.

11. Keluarga

(49)

12. Kejiwaan

Kejiwaan adalah sebuah gejala normal dimana seseorang yang mendapatkan preasure atau tekanan yang memungkinkan orang tersebut tidak mampu menahannya. Salah satu kejiwaan yang dialami korban, sering terjadi tekanan yang tidak diinginkannya yang hingga timbulnya amarah.

13. Sikap

Sikap adalah perasaan seseorang tentang obyek, aktivitas, peristiwa dan orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka atau tidak sukanya (positif, negatif, atau netral) seseorang pada sesuatu.

14. Postur Tubuh

Postur tubuh adalah bentuk lekukan tubuh mulai dari atas kepala sampai ujung kaki. Postur tubuh merupakan salah satu faktornya, sebab postur tubuh yang ideal akan lebih mudah terjadinya pelecehan seksual terhadap pekerja anak wanita. Contohnya postur tubuh yang seksi.

15. Imbalan

(50)

16. Ancaman

Ancaman merupakan suatu faktor terjadinya pelecehan seksual. Apabila si pekerja anak tidak melakukan permintaan, akan diancam dengan dikeluarkan dari pekerjaan.

17. Perlindungan Keluarga

Perlinungan keluarga sangat dibutuhkan, dimana si pekerja anak tidak merasa takut atau bimbangan, apabila si pekrja melakukan hal yang tidak wajar. 18. Kebudayaan

Kebudayaan merupakn awal bentuk yang berkaitan dengan budi dan akal penelitian.

19. Agama

Agama adalah pedoman hidup atau penuntun hidup. Berdasarkan hasil wawancara, pekerja anak wanita yang banyak terkena pada agama muslim. 20. Kebiasaan Pimpinan

(51)

3.6.Aspek Pengukuran

Pada penelitian yang menggunakan analisis faktor, skala pengukuran dari masing-masing variabel haruslah berupa skala interval atau rasio. Untuk itu, setiap variabel (atribut) yang ditanya diberi nilai 0 (sangat tidak setuju) sampai 10 (sangat setuju) agar variabelnya dapat diukur dan diuji. Skala yang digunakan adalah skala penilaian grafik (graphic rating scale)

(52)

No Variabel Skala Pengukuran

1 Umur anak Rasio

2 Pendidikan anak Rasio

3 Pekerjaan Interval

4 Pakaian Interval

5 Pendapatan Interval

6 Hubungan sosial dengan lingkungannya Interval

7 Pengetahuan Interval

8 Waktu kerja Interval

9 Fasilitas pekerjaan Interval

10 Teknologi Interval

11 Keluarga Interval

12 Kejiwaan Interval

13 Sikap Interval

14 Postur tubuh Interval

15 Imbalan Interval

16 Ancaman Interval

17 Perlindungan keluarga Interval

18 Kebudayaan Interval

19 Agama Interval

20 Kebiasaan pimpinan Interval

3.7. Teknik Analisa Data

Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah dengan menggunakan komputer dengan program SPSS. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan analisis faktor. Adapun langkah dalam analisis faktor yaitu :

1. Memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analisis faktor. Analisis faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel, maka ada korelasi yang cukup kuat diantara variabel, sehingga akan terjadi pengelompokkan. Jika sebuah variabel atau lebih berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel tersebut akan dikeluarkan dari analisis faktor. Alat seperti MSA atau

(53)

2. Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ”ekstraksi” variabel tersebut hingga menjadi satu atau beberapa faktor. Metode pencarian faktor yang digunakan adalah principal component analysis.

3. Faktor yang terbentuk, dapat menggambarkan perbedaan diantara faktor-faktor yanga ada.

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum

4.1.1. Gambaran Kota Kisaran Timur

Kota Kisaran merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari Kecamatan Kisaran dan merupakan bagian dari kabupaten Asahan propinsi Sumatera Utara. Batas-batas administrasi Kota Kisaran Timur adalah :

1. Sebelah Utara : Kecamatan Airjoman

2. Sebelah Selatan : Kecamatan Airbatu

3. Sebelah Timur : Kecamatan Simpang empat

4. Sebelah Barat : Kabupaten Simalungun

Jumlah penduduk Kota Kisaran pada tahun 2008 tercatat sebesar 67.485 jiwa.

4.2. Gambaran Responden

Gambaran responden diperoleh berdasarkan karakteristik responden yaitu umur, pendidikan.

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Anak di Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan Tahun 2009.

Umur Anak Frekuensi Persen (%)

8- 10 tahun 15 33.3

11-13 tahun 21 46.7

14-16 tahun 9 20.0

Jumlah 45 100.00

Dari tabel 4.1. umur responden terbanyak adalah 11-13 tahun yaitu 21 orang (46.7%) dan yang paling sedikit berumur 14-16 tahun yaitu 9 orang (20.0%).

(55)

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Anak di Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan Tahun 2009

Pendidikan Anak Frekuensi Persen (%)

Tidak tamat SD 13 28.9

SD 28 62.2

SMP 3 6.7

SMA 1 2.2

Jumlah 45 100.00

Dari tabel 4.2. di atas dapat dilihat bahwa pendidikan responden terbanyak adalah tamat SD yaitu 28 orang (62.2%), dan yang paling sedikit adalah tamat SMA ada 1 orang (2.2%).

4.3. Uji Kelayakan Faktor

(56)

nilai KMO and Barlett’s Test di bawah 0.5, maka dapat diperoleh variable mana yang dapat dianalisis lebih lanjut atau tidak.

Pada penelitian ini, uji kelayakan faktor dilakukan sebanyak 6 (enam kali) karena pada uji kelayakan yang kedelapan sudah tidak ada nilai KMO yang di bawah 0.5.

1. Uji kelayakan I, variabel imbalan meiliki nilai KMO terkecil di bawah 0.5 yaitu 0.254, maka variabel imbalan dikeluarkan dari 18 variabel. Dan variabel berkurang 1 (satu) menjadi 17 variabel.

2. Uji kelayakan II, variabel kejiwaan memiliki nilai KMO terkecil di bawah 0.5 yaitu 0.371, maka variabel kejiwaan dikeluarkan dari 17 variabel. Dan variabel berkurang 1 (satu) menjadi 16 variabel.

3. Uji kelayakan III, variabel keluarga memiliki nilai KMO terkecil di bawah 0.5 yaitu 0.414, maka variabel keluarga dikeluarkan dari 16 variabel. Dan variabel berkurang 1 (satu) menjadi 15 variabel.

4. Uji kelayakan IV, variabel waktu memiliki nilai KMO terkecil di bawah 0.5 yaitu 0.464, maka variabel waktu dikeluarkan dari 15 variabel. Dan variabel berkurang 1 (satu) menjadi 14 variabel.

5. Uji kelayakan V, variabel fasilitas memiliki nilai KMO terkecil di bawah 0.5 yaitu 0.460, maka variabel fasilitas dikeluarkan dari 14 variabel. Dan variabel berkurang 1 (satu) menjadi 13 variabel

(57)

4.3.1. Uji Kelayakan I

Pada uji kelayakan I angaka KMO and Barlett’s Test adalah 0.504 dengan signifikan 0.000, maka variabel dan sample yang ada dapat dianalisis lebih lanjut karena meiliki angka KMO di atsa 0.5 dan angka sig<0.05.

Tabel 4.3. Nilai Anti Image Matrices I

variabel Peke

(58)

keluarga, kejiwaan, sikap, postur tubuh, ancaman, perlindungan keluarga, kebudayaan, agama dan kebiasaan pimpinan.

4.3.2. Uji Kelayakan II

Pada uji kelayakan II angaka KMO and Barlett’s Test adalah 0.554 dengan signifikan 0.000, maka variabel dan sample yang ada dapat dianalisis lebih lanjut karena meiliki angka KMO di atsa 0.5 dan angka sig<0.05.

Table 4.4. Nilai Anti Image Matrices II

Variabel peke

(59)

pendapatan, pakaian, hubungan sosial dengan lingkungan, pengetahuan, waktu, fasilitas, teknologi, keluarga, sikap, postur tubuh, ancaman, perlindungan keluarga, kebudayaan, agama dan kebiasaan pimpinan.

4.3.3. Uji Kelayakan III

Pada uji kelayakan III angaka KMO and Barlett’s Test adalah 0.618 dengan signifikan 0.000, maka variabel dan sample yang ada dapat dianalisis lebih lanjut karena meiliki angka KMO di atsa 0.5 dan angka sig<0.05.

Table 4.5. Nilai Anti Image Matrices III

Variabel peke

(60)

pengujian ulang. Dimana yang variabel tinggal dan diproses adalah pekerjaan, pendapatan, pakaian, hubungan sosial dengan lingkungan, pengetahuan, waktu, fasilitas, teknologi, sikap, postur tubuh, ancaman, perlindungan keluarga, kebudayaan, agama dan kebiasaan pimpinan.

4.3.4. Uji Kelayakan IV

Pada uji kelayakan IV angaka KMO and Barlett’s Test adalah 0.644 dengan signifikan 0.000, maka variabel dan sample yang ada dapat dianalisis lebih lanjut karena meiliki angka KMO di atsa 0.5 dan angka sig<0.05.

Table 4.6. Nilai Anti Image Matrices IV

Variabel peke

(61)

dikeluarkan sehingga variabel berkurang menjadi 14 variabel dan dilakukan proses pengujian ulang. Dimana variabel yang tinggal dan diproses adalah pekerjaan, pendapatan, pakaian, hubungan sosial dengan lingkungan, pengetahuan, fasilitas, teknologi, sikap, postur tubuh, ancaman, perlindungan keluarga, kebudayaan, agama dan kebiasaan pimpinan.

4.3.3. Uji Kelayakan V

Pada uji kelayakan V angaka KMO and Barlett’s Test adalah 0.679 dengan signifikan 0.000, maka variabel dan sample yang ada dapat dianalisis lebih lanjut karena meiliki angka KMO di atsa 0.5 dan angka sig<0.05.

Table 4.7. Nilai Anti Image Matrices V

Variabel peke

(62)

dikeluarkan sehingga variabel berkurang menjadi 15 variabel dan dilakukan proses pengujian ulang. Dimana variabel yang tinggal dan diproses adalah pekerjaan, pendapatan, pakaian, hubungan sosial dengan lingkungan, pengetahuan, teknologi, sikap, postur tubuh, ancaman, perlindungan keluarga, kebudayaan, agama dan kebiasaan pimpinan.

4.2.4. Uji Kelayakan VI

Pada uji kelayakan IV angka KMO and Barlett’s Test adalah 0.689 dengan signifikan 0.000, maka variabel dan sample yang ada dapat dianalisis lebih lanjut karena meiliki angka KMO di atsa 0.5 dan angka sig<0.05.

Table 4.8. Nilai Anti Image Matrices VI

Variabel Peke

(63)

teknologi, sikap, postur tubuh, ancaman, perlindungan keluarga, kebudayaan, agama dan kebiasaan pimpinan.

4.4. Analisis Faktor ( Faktoring, Ekstraksi dan rotasi)

Sebelumnya telah dilakukan tahapan awal analisis faktor, yaitu penyaringan terhadap sejumlah variable, sehingga variabel-variabel yang memenuhi syarat untuk dianalisis. Selanjutnya dilakukan proses analisis faktor yaitu melakukan ekstraksi terhadap sekumpulan variable yang ada, sehingga terbentuk satu atau lebih faktor.

4.4.1. Communalities

Communalities pada dasarnya adalah jumlah varians (bisa dari persentase) dari suatu variabel mula-mula yang bisa dijelaskan oleh faktor yang ada.

Metode yang digunakan untuk melakukan ekstraksi pada penelitian ini adalah metode Principal Component Analysis dengan ketentuan bahwa semakin besar communilities sebuah variabel, berarti semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk dan sebaliknya.

Tabel 4.9. Tabel Communalities

Variable Ekstraksi

Pekerjaan 0.591

Pendapatan 0.756

Pakaian 0.736

Sos.linkungan 0.654

Pengetahuan 0.842

Teknologi 0.711

Sikap 0.645

Postur tubuh 0.680

Ancaman 0.688

Perlindungan Keluarga 0.910

Kebudayaan 0.723

Agama 0.865

(64)

4.4.2. Total Variance Explained

Menunjukkan bahwa dari 13 variabel yang dimasukkan dalam analisis fakor, maka hanya 6 faktor yang terbentuk yang dapat dilihat karena berdasarkan kumulatif di faktor ke 6 sudah cukup yaitu sebesar 72.926% dari semua variabelnya. Jumlah angka eigenvalues adalah sama dengan jumlah varians ketigabelas variabel, dengan masing-masing variabel mempunyai varians 1, maka total varians adalah 13 x 1 = 13.

Tabel 4.10. Tabel Total Variance Explained

Komponen Angka eigenvalues

Total % Varians Kumulatif

1 3.367 25.902 25.902

2 1.995 15.343 41.244

3 1.279 9.840 51.084

4 1.097 8.440 59.526

5 0.898 6.910 66.436

6 0.844 6.490 72.926

7 0.714 5.490 78.416

8 0.644 4.952 83.369

9 0.607 4.669 88.038

10 0.501 3.851 91.888

11 0.435 3.347 95.235

12 0.345 2.654 97.889

(65)

4.4.3. Scree Plot

Jika tabel 4.9 menjelaskan dasar jumlah faktor yang didapat dengan perhitungan angka, maka Scree Plot menunjukkan dengan grafik bahwa pada sumbu x (component number) faktor 6 sudah cukup sekitar 72.926% yang menjadi faktor. Hal ini menunjukkan bahwa enam faktor adalah paling bagus untuk meringkas kesepuluh variabel. Dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini :

4.4.4. Component Matrix

Tabel 4.15 menunjukkan distribusi kesepuluh variabel pada 6 faktor yang terbentuk. Sedangkan angka-angka yang ada pada tabel tersebut adalah factor

loadings, yang menunjukkan besar korelasi antara suatu variabel dengan faktor 1,

factor 2, faktor 3, faktor 4, faktor 5 tau faktor 6. Proses penentuan variabel mana akan masuk ke factor yang mana dilakukan dengan melakukan perbandingan besar korelasi pada setiap baris. Teorinya terletak pada bentuk matriks korelasi di halaman 21.

(66)

Tabel 4.11. Component Matrix

VARIABLE

Factor

1 2 3 4 5 6

postur tubuh ,779 ,114 -,188 -,030 -,004 -,156

pendapatan ,732 ,200 ,027 -,318 ,258 ,114

kebudayaan -,228 ,728 ,201 -,205 ,220 ,103

pekerjaan ,209 ,670 -,258 ,072 ,130 ,097

pakaian ,559 -,032 -,472 ,221 ,147 ,359

teknologi ,558 ,153 -,180 ,553 -,177 -,080

kebiasaan pimpinan ,541 -,040 ,573 ,158 -,148 ,064

perlindungan keluarga -,570 -,187 ,226 ,276 ,509 ,405

agama ,155 ,565 ,390 -,057 -,435 ,421

sosial dan lingkungan -,528 ,352 ,150 ,341 -,159 -,303

sikap -,394 ,491 -,185 ,448 ,109 -,045

pengetahuan ,488 ,225 ,394 ,037 ,448 -,443

ancaman ,439 -,408 ,371 ,413 ,072 ,126

4.4.5. Rotated Component Matrix

(67)

Tabel. 4.12.Rotated Component Matrix

VARIABEL

Component

1 2 3 4 5 6

perlindungan keluarga -,102 ,157 ,049 -,081 -,927 -,082

Agama ,015 ,032 ,156 ,904 ,127 -,078

Pengetahuan ,020 -,009 ,232 -,010 ,117 ,880

Pakaian ,799 -,283 ,091 -,073 ,029 -,056

Ancaman ,148 -,150 ,777 -,127 -,118 ,100

sosial dan lingkungan -,255 ,758 -,086 ,104 -,029 -,008

kebiasaan pimpinan -,011 -,162 ,691 ,293 ,155 ,245

Sikap ,229 ,689 -,255 ,104 -,204 ,019

Teknologi ,603 ,227 ,389 -,004 ,372 ,078

Kebudayaan -,073 ,202 -,416 ,582 -,208 ,350

Pendapatan ,348 -,553 ,027 ,235 ,193 ,486

postur tubuh ,460 -,282 ,140 -,009 ,507 ,334

(68)

BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan analisis faktor diketahui bahwa dari 20 faktor yang mempengaruhi pelecehan seksual terhadap pekerja anak wanita di Kecamatan Kota Kisaran Timur menjadi 6 faktor yang mempengaruhi pelecehan seksual terhadap pekerja anak wanita.

5.1. Analisis Uji Kelayakan

5.1.1. Analisis Uji Kelayakan I

a. Pada uji kelayakan I angka KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) Measure of Sampling adequacy (MSA) adalah 0.504, oleh karena angka KMO di atas 0.5, menunjukkan kecukupan sampling telah memadai maka kumpulan variabel dapat diproses lebih lanjut.

b. Pada tabel 4.3 Anti Image Matrices I terlihat sejumlah angka yang membentuk diagonal (dari kiri atas ke kanan bawah) yang menandakan besaran KMO variabel. Ada 9 variabel yang mempunyai nilai KMO MSA di bawah 0.5 yaitu waktu (0.458), fasilitas (0.423), keluarga (0.355), kejiwaan (0.378), imbalan (0.254), ancaman (0.427), perlindungan keluarga (0.363), kebudayaan (0.488) dan agama (0.465).Dari ke 9 variabel tersebut, variabel yang mempunyai KMO MSA terkecil adalah

variabel imbalan (0.254). maka variabel imbalan dikeluarkan dari

pemilihan variabel dan variabel yang tersisa menjadi 17 variabel.

(69)

5.1.2. Analisis Uji Kelayakan II

a. Pada uji kelayakan II angka KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) Measure of Sampling adequacy (MSA) adalah 0.554, oleh karena angka KMO di atas 0.5, menunjukkan kecukupan sampling telah memadai maka kumpulan variabel dapat diproses lebih lanjut.

b. Pada tabel 4.4 Anti Image Matrices II terlihat sejumlah angka yang membentuk diagonal (dari kiri atas ke kanan bawah) yang menandakan besaran KMO variabel. Ada 6 variabel yang mempunyai nilai KMO MSA di bawah 0.5 yaitu waktu (0.473), fasilitas (0.400), keluarga (0.391), kejiwaan (0.371), perlindungan keluarga (0.427) dan agama (0.475).Dari ke 6 variabel tersebut, variabel yang mempunyai KMO MSA terkecil adalah variabel kejiwaan (0.371). Maka variabel kejiwaan dikeluarkan dari pemilihan variabel dan variabel yang tersisa menjadi 16 variabel.

5.1.3. Analisis Uji Kelayakan III

a. Pada uji kelayakan III angka KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) Measure of Sampling adequacy (MSA) adalah 0.618, oleh karena angka KMO di atas 0.5, menunjukkan kecukupan sampling telah memadai maka kumpulan variabel dapat diproses lebih lanjut.

(70)

adalah variabel keluarga (0.414). Maka variabel keluarga dikeluarkan dari pemilihan variabel dan variabel yang tersisa menjadi 15 variabel.

5.1.4. Analisis Uji Kelayakan IV

b. Pada uji kelayakan IV angka KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) Measure of Sampling adequacy (MSA) adalah 0.644, oleh karena angka KMO di atas 0.5, menunjukkan kecukupan sampling telah memadai maka kumpulan variabel dapat diproses lebih lanjut.

b. Pada tabel 4.6 Anti Image Matrices IV terlihat sejumlah angka yang membentuk diagonal (dari kiri atas ke kanan bawah) yang menandakan besaran KMO variabel. Ada 2 variabel yang mempunyai nilai KMO MSA di bawah 0.5 yaitu waktu (0.465) dan fasilitas (0.474). Dari ke 2 variabel tersebut, variabel yang mempunyai KMO MSA terkecil adalah variabel

waktu (0.465). Maka variabel waktu dikeluarkan dari pemilihan variabel

dan variabel yang tersisa menjadi 14 variabel.

5.1.5. Analisis Uji Kelayakan V

c. Pada uji kelayakan V angka KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) Measure of Sampling adequacy (MSA) adalah 0.679, oleh karena angka KMO di atas 0.5, menunjukkan kecukupan sampling telah memadai maka kumpulan variabel dapat diproses lebih lanjut.

Gambar

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Anak di Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan Tahun 2009
Tabel 4.2. Karakteristik Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan Tahun 2009
Tabel 4.3. Nilai Anti Image Matrices I
Table 4.4. Nilai Anti Image Matrices II
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian tersebut adalah Standar akuntansi pemerintah tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja secara langsung, sedang kualitas

Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Skim Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat (ITGbM), dengan melaksanakan kegiatan pelatihan penelitian

• Kemudian Imam berkata, &#34;Inilah Injil Yesus Kristus menurut (Lukas / Matius / Markus /Yohanes)” dan umat menjawab “Dimuliakanlah Tuhan”, sambil membuat TANDA SALIB di

3.2 Mengenal teks cerita narasi sederhana kegiatan dan bermain di lingkungan dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan

Dengan demikian hukum atau perundang-undangan harus memberi perlindungan dan kepastian hukum yang adil terhadap status setiap anak yang dilahirkan dan hak-hak yang ada

Salah satu cara mempertahankan kondisi yang aerob adalah dengan memberikan pengadukan pada kultur fermentasi, karena peranan agitasi diantaranya adalah menaikan kecepatan

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Hal ini biasanya terjadi pada saat seseorang berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut dipengaruhi oleh kemampuan orang yang bersangkutan untuk