• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis profil peternak terhadap pendapatan dalam usaha ternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis profil peternak terhadap pendapatan dalam usaha ternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PROFIL PETERNAK TERHADAP PENDAPATAN

DALAM USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN

PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh :

ARIEF PERMANA

080306048

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PROFIL PETERNAK TERHADAP PENDAPATAN

DALAM USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN

PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh:

ARIEF PERMANA 080306048/PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Skripsi : Analisis profil peternak terhadap pendapatan dalam usaha ternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

Nama : Arief Permana NIM : 080306048 Program studi : Peternakan

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA Ir. Iskandar Sembiring, MM Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, MSi Ketua Program Studi Peternakan

(4)

ABSTRAK

ARIEF PERMANA: “Analisis Profil Peternak Terhadap Pendapatan Dalam Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang”, dibimbing oleh ARMYN HAKIM DAULAY dan ISKANDAR SEMBIRING.

Peternakan sapi potong merupakan usaha mayoritas masyarakat di Kecamatan Pancur Batu dimana terdapat perbedaan profil dari masyarakat tersebut, oleh sebab itu perlu diketahui analisis variabel skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, tingkat generasi peternak dan system pemeliharaan ternak yang menggambarkan profil peternak terhadap pendapatan di Kecamatan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara mulai September 2012 sampai Januari 2013. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan unit responden keluarga yang memelihara ternak sapi potong. Sampel diperoleh melalui metode Proportional Stratified Random Sampling dan diperoleh 147 orang peternak sebagai sampel, yaitu dari desa Baru, desa Tuntungan II, desa Sukaraya, desa Sei Glugur, desa Tanjung Anom dan desa Tuntungan I, masing-masing berjumlah 36, 31, 29, 21, 18 dan 12 orang peternak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan peternak. Sedangkan umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, tingkat generasi peternak dan sistem pemeliharaan berpengaruh negatif terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

(5)

ABSTRACT

ARIEF PERMANA: “Farmer Profile of Income Analysis in Beef Cattle Business

at Subdistrict Pancur Batu District Deli Serdang”, supervised by ARMYN HAKIM DAULAY and ISKANDAR SEMBIRING.

Beef cattle constitute the majority of the business community in the Subdistrict Pancur Batu where there are differences in the profile of the community, so pleace note analysis variable that business scale, farmers age , educational level, farming experience, number of dependent, level of generation farmers and system management showed farmer profile of income in these subdistricts. This research was conducted in the sibdistrict Pancur Batu district Deli Serdang North Sumatera, whish began on September 2012 until Januari 2013. This study uses survey respondents with a unit that family a maintains beef cattle. Sampels obtained via Proportional Stratified Random Sampling method. Retrieved 147 people farmers in the sample, which was from the village of Baru, Tuntungan II village, Sukaraya village, Sei Glugur village, Tanjung Anom village and the village of Tuntungan I, each amounted to 36, 31, 29, 21, 18 and 12 farmers.

The results showed that business scale has a positive effect on increasing revenue. While farmers age, educational level, farming experience, number of dependents, level of generation farmers and system management has a negative effect on beef cattle breeder in the sibdistrict Pancur Batu district Deli Serdang North Sumatera.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis

dilahirkan di Medan pada tanggal 17 Desember 1990 dari bapak Salim dan ibu Jamiah. Penulis merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara.

Tahun 2008 penulis lulus dari SMU Rakyat Sei Glugur, Pancur Batu

pada tahun yang sama masuk Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

melalui jalur ujian Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN). Penulis

memilih program studi Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus

Himpunan Mahasiswa Program Studi Peternakan. Selain itu penulis juga aktif

dalam organisasi ekstrauniversitas sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Muslim

Peternakan (HIMMIP) dan Wakil Gubernur Mahasiswa Fakultas Pertanian USU.

Penulis juga pernah menjadi asisten Praktikum Penyuluhan dan Komunikasi

Peternakan.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Kecamatan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan penulis kesehatan sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul dari skripsi ini adalah “Analisis

Profil Peternak Terhadap Pendapatan dalam Usaha Ternak Sapi Potong di

Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang” .

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan dan mendidik

penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak

Armyn Hakim Daulay selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak

Iskandar Sembiring selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing

dan meberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan

judul, melakukan penelitian dan sampai pada ujian akhir.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua

staf pengajar dan pegawai di Program Studi Peternakan, serta semua rekan

mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu disini yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Daerah Pancur Batu ... 5

Ternak Sapi Potong ... 7

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ... 9

Profil Peternak ... 10

Skala Usaha ... 10

Umur Peternak ... 10

Tingkat Pendidikan ... 11

Pengalaman Beternak ... 12

Jumlah Tanggungan Keluarga ... 12

Tingkat Generasi Peternak ... 13

Sistem Pemeliharaan Ternak ... 13

Usaha Peternakan Rakyat ... 14

Panca Usaha Ternak ... 15

Pendapatan Usaha Ternak ... 19

Analisis Usaha ... 21

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

Penentuan Responden Penelitian ... 23

Pengumpulan data ... 24

Analisis Data ... 24

Parameter Penelitian... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Potong ... 29

Karakteristik Responden ... 30

(9)

Rekapitulasi Data ... 39 KESIMPULAN DAN SARAN

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Populasi ternak sapi potong di Kabupaten Deli Serdang menurut Kecamatan .... 6

2. Populasi ternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu menurut desa ... 7

3. Penggunaan makanan oleh berbagai ternak ... 16

4. Karakteristik responden di daerah penelitian tahun 2012 ... 30

5. Analisis varian pendapatan dan hasil penduga parameter... 33

6. Analisis regresi linear berganda pengaruh jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman peternak, jumlah tanggungan keluarga, tingkat generasi peternak dan sistem pemeliharaan ternak terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang... ... 33

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Karakteristik sosial dan ekonomi responden... 43

2. Descriptive Statistics ... 48

3. Variables Entered/Removedb ... 48

4. Correlations ...49

5. Model Summary ...50

6. Anovab ...50

(12)

ABSTRAK

ARIEF PERMANA: “Analisis Profil Peternak Terhadap Pendapatan Dalam Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang”, dibimbing oleh ARMYN HAKIM DAULAY dan ISKANDAR SEMBIRING.

Peternakan sapi potong merupakan usaha mayoritas masyarakat di Kecamatan Pancur Batu dimana terdapat perbedaan profil dari masyarakat tersebut, oleh sebab itu perlu diketahui analisis variabel skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, tingkat generasi peternak dan system pemeliharaan ternak yang menggambarkan profil peternak terhadap pendapatan di Kecamatan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara mulai September 2012 sampai Januari 2013. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan unit responden keluarga yang memelihara ternak sapi potong. Sampel diperoleh melalui metode Proportional Stratified Random Sampling dan diperoleh 147 orang peternak sebagai sampel, yaitu dari desa Baru, desa Tuntungan II, desa Sukaraya, desa Sei Glugur, desa Tanjung Anom dan desa Tuntungan I, masing-masing berjumlah 36, 31, 29, 21, 18 dan 12 orang peternak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan peternak. Sedangkan umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, tingkat generasi peternak dan sistem pemeliharaan berpengaruh negatif terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

(13)

ABSTRACT

ARIEF PERMANA: “Farmer Profile of Income Analysis in Beef Cattle Business

at Subdistrict Pancur Batu District Deli Serdang”, supervised by ARMYN HAKIM DAULAY and ISKANDAR SEMBIRING.

Beef cattle constitute the majority of the business community in the Subdistrict Pancur Batu where there are differences in the profile of the community, so pleace note analysis variable that business scale, farmers age , educational level, farming experience, number of dependent, level of generation farmers and system management showed farmer profile of income in these subdistricts. This research was conducted in the sibdistrict Pancur Batu district Deli Serdang North Sumatera, whish began on September 2012 until Januari 2013. This study uses survey respondents with a unit that family a maintains beef cattle. Sampels obtained via Proportional Stratified Random Sampling method. Retrieved 147 people farmers in the sample, which was from the village of Baru, Tuntungan II village, Sukaraya village, Sei Glugur village, Tanjung Anom village and the village of Tuntungan I, each amounted to 36, 31, 29, 21, 18 and 12 farmers.

The results showed that business scale has a positive effect on increasing revenue. While farmers age, educational level, farming experience, number of dependents, level of generation farmers and system management has a negative effect on beef cattle breeder in the sibdistrict Pancur Batu district Deli Serdang North Sumatera.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya

penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan

penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Seekor atau kelompok ternak sapi

dapat menghasilkan suatu bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan

lainnya seperti pupuk kandang, kulit, tulang dan lain sebagainya. Daging sangat

besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani.

Ternak sapi potong di Indonesia sebagai salah satu sumber makanan

berupa daging, produktivitasnya masih sangat memperihatinkan karena jumlahnya

masih jauh dari target yang dibutuhkan konsumen. Hal ini disebabkan oleh

produksi daging masih rendah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan jumlah

produksi daging masih rendah, antara lain populasi dan produksi sapi yang

rendah.

Hal yang tampak di Sumatera Utara ada beberapa daerah yang sangat

padat, ada yang sedang, tetapi ada yang sangat jarang atau terbatas penyebaran

populasi ternak sapi potong. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi besarnya

penghasilan atau pendapatan masyarakat pada daerah tersebut sehingga timbul

perbedaan dalam segi ekonomi maupun dalam pemenuhan gizi hewani khususnya

daging sapi setiap daerah. Sehubungan hal diatas maka penulis mencoba untuk

meneliti dan menganalisa faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pendapatan

(15)

Kecamatan Pancur Batu merupakan salah satu daerah penyebaran populasi

ternak di Kabupaten Deli Serdang yang berpotensi untuk dikembangkan dalam

memenuhi kebutuhan daging dengan melihat pertambahan populasi ternak yang

tiap tahunnya bertambah. Dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang

pada tahun 2011 populasi sapi potong di Kecamatan Pancur Batu mencapai 2.817

ekor.

Dalam melaksanakan usaha ternak sapinya, peternak berfungsi sebagai

pembuat keputusan yang berusaha mengambil keputusan yang efektif dan efesien

dalam menjalankan dan mengelola usahanya. Karakteristik sosial ekonomi

peternak (skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak,

jumlah tanggungan keluarga, tingkat generasi peternak dan sistem pemeliharaan

ternak) dapat mempengaruhi peternak dalam mengambil keputusan yang dapat

memberikan pengaruh keuntungan bagi usaha ternaknya. Peternak berusaha untuk

mengalokasikan faktor produksi (lahan, modal dan tenaga kerja) seefisien

mungkin untuk memperoleh hasil dan keuntungan maksimal.

Identifikasi Masalah

Usaha ternak sapi dalam bentuk usahatani merupakan salah satu usaha

yang dikelola oleh petani/peternak dengan peran ekonomi yang relatif terbatas.

Usaha tenak sapi potong merupakan salah satu jenis usaha yang dilakukan oleh

sebagian masyarakat Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Usaha

peternakan ini ada yang dijadikan sebagai pekerjaan utama, ada juga yang

(16)

Permasalahan umum yang perlu diketahui berkaitan dengan hal-hal

penting yang menyangkut segi ekonomi peternak sapi potong di Kecamatan

Pancur Batu. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk

menjawab pertanyaan berikut :

• Adakah pengaruh skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan,

pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, tingkat

generasi peternak dan sistem pemeliharaan ternak terhadap

pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu

Kabupaten Deli Serdang ?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh profil

peternak (skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak,

jumlah tanggungan keluarga, tingkat generasi peternak dan sistem pemeliharaan

ternak) terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu

Kabupaten Deli Serdang .

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mengambil dugaan sementara

bahwa profil peternak (skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan,

pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, tingkat generasi peternak dan

sistem pemeliharaan ternak) berpengaruh positif terhadap pendapatan peternak

(17)

Kegunaan Penelitian

Menjadi acuan bagi peternak sapi potong dalam melakukan pemeliharaan

ternak sapi potong guna meningkatkan pendapatannya, bagi instansi yang terkait

khususnya dapat menjadi acuan dalam rangka pembangunan usaha ternak sapi

potong di wilayah yang bersangkutan atau di daerah lain dan menjadi sumber

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Daerah Pancur Batu

Luas Kecamatan Pancur Batu adalah 122,53 Km2 atau sekitar 12.253 Ha, yang terdiri dari 25 Desa dan 112 dusun, dengan Ibukota Kecamatan terletak di

Desa Tengah. Keadaan alam Kecamatan Pancur Batu pada umumnya mempunyai

2 (dua) iklim musim yaitu musim kemarau dan musim hujan yang mana kedua

iklim tersebut dipengaruhi oleh angin laut dan angin pegunungan. Secara

administratif Kecamatan Pancur Batu berbatasan dengan beberapa daerah, yaitu :

sebelah Utara Kecamatan Sunggal dan Kota Medan, sebelah Selatan Kecamatan

Sibolangit, sebelah Timur Namo Rambe dan sebelah Barat Kutalimbaru

(Badan Pusat Statistik, 2011).

Kecamatan Pancur Batu merupakan salah satu daerah penyebaran populasi

ternak di Kabupaten Deli Serdang yang berpotensi untuk dikembangkannya

populasi ternak sapi potong menjadi lebih baik lagi karena kawasan tersebut

termasuk salah satu wilayah di Provinsi Sumatera Utara yang perkembangan

populasi ternak sapi potong pada tahun 2011 di Kecamatan Pancur Batu mencapai

(19)

Tabel 1. Populasi ternak sapi potong di Kabupaten Deli Serdang menurut

(20)

Tabel 2. Populasi ternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu menurut Desa

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang (2011)

Ternak Sapi Potong

Untuk memulai suatu peternakan sapi potong sebaiknya perlu terlebih

dahulu mengadakan pengenalan terhadap berbagai bangsa/jenis sapi potong,

terutama menyangkut hal seperti pertumbuhan, produksi dan lain hal yang

menentukan perkembangan sapi tersebut sehingga apabila hendak mendirikan

peternakan atau memelihara ternak sudah mendapat gambaran umum akan hal-hal

apa yang perlu diadakan untuk menjamin perkembangan ternak tersebut dengan

(21)

Para peternak sapi harus menyadari bahwa daerah tropis seperti di

Indonesia ini suhu udaranya relatif tinggi, sehingga sangat berpengaruh terhadap

kehidupan ternak sapi. Bagi bangsa-bangsa sapi lokal (tropis) hal ini tidak akan

menimbulkan gangguan yang berat (stress). Bangsa-bangsa sapi tropis yang kita

kenal ialah Zebu (Bos indicus) dan Banteng (Bos sondaicus), atau hasil

persilangan dari kedua golongan tersebut. Penyebaran Zebu di daerah tropis,

khususnya di Asia, ternyata lebih banyak dibandingkan dengan sapi-sapi Eropa

(Bos taurus) (AAK, 1991).

Sapi-sapi asli Indonesia yang terkenal yaitu : sapi Bali, sapi Ongole

sedangkan sapi lainnya seperti sapi Madura, sapi Aceh dan sapi Lampung tidak

begitu terkenal karena sifat penyebaran dan pertumbuhan tidak begitu menonjol

bila dibandingkan dengan kedua sapi tersebut (Abidin dan Simanjuntak, 1977).

Menurut Idris et al. (1991), sapi Ongole berukuran besar dan gagah, watak

sabar dan tenaga kuat, baik untuk pekerjaan yang berat. Tanda-tandanya : kepala

tidak terlalu panjang, profil melengkung sekali, leher pendek dan tebal, tubuh

padat, besar dan kuat. Panjang tubuh ± 110 cm dari tingginya. Tinggi sapi jantan

140-160 cm, betina 130-140 cm. Kaki agak panjang tetapi kuat. Ambing kurang

baik tumbuhnya. Warna bulu putih atau abu-abu dengan kuning tua.

Sapi dari daerah yang beriklim sedang mempunyai kerangka yang relatif

kurang kompak, sedangkan sapi-sapi tropis mempunyai kerangka persegi, anggota

badan lebih besar, lipatan kulit menggantung antara kerongkongan dan brisket

(22)

Karakteristik sapi dari tipe potong adalah : bentuk tubuh padat, dalam,

lebar dan kaki pendek. Badan seluruhnya berisi daging. Sela garis tubuh lurus dan

rata. Kepala pendek dan lebar pada frontalisnya. Leher tebal dan bahu berisi.

Punggung dan pinggang lebar. Kemudi lebar. Dada lebar dan dalam. Dilihat dari

samping, tubuh tampak seperti segi empat panjang dan dalam. Pertumbuhan

tulang, dagingdan lemak badan tampak baik (Idris et al., 1991).

Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Produksi

Ternak sapi potong sebagai salah satu sumber makanan berupa daging,

produktivitasnya masih sangat memprihatinkan karena volumenya masih sangat

jauh dari target yang diperlukan konsumen. Hal ini disebabkan oleh produksi

daging masih sangat rendah (Pane dan Ismed, 1986).

Rendahnya populasi ternak sapi merupakan salah satu faktor penyebab

volume produksi daging masih rendah. Pada umumnya, selama ini di negara kita

sebagian besar ternak sapi potong yang dipelihara oleh peternak masih dalam

skala kecil, dengan lahan dan modal yang sangat terbatas (Parakkasi, 1998).

Disamping itu, ternak sapi yang dipelihara ini masih merupakan bagian

kecil dari seluruh usaha pertanian dan pendapatan total. Tentu saja usaha berskala

kecil ini terdapat banyak kelemahan. Diantaranya adalah sebagai produsen

perorangan pasti tidak dapat memanfaatkan sumber daya produktivitasnya yang

tinggi seperti pada sektor usaha besar dan modern. Sebab pada usaha kecil ini baik

(23)

akan menjadi jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan usaha skala besar

(Tafal, 1981).

Menurut Sugeng (2001), tingkat produksi yang rendah diakibatkan

beberapa faktor sebagai berikut : faktor tujuan pemeliharaan, faktor bibit dan

faktor pakan tersedia terbatas.

Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan

adalah faktor genetik, faktor lingkungan serta interaksi faktor genetik dengan

lingkungan. Seekor ternak yang genetiknya tidak menghasilkan daging, walaupun

hidupnya dalam lingkungan yang baik tidak akan menghasilkan daging yang baik

tetapi hidup dalam lingkungan yang jelek juga tidak akan menghasilkan daging

yang memuaskan (Lasley, 1978).

Menurut Berg dan Butterfield (1976), bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan dan pertambahan berat badan adalah bangsa ternak,

umur ternak, jenis kelamin dan makanannya serta lingkungannya.

Profil Peternak

Skala Usaha

Menurut Soekartawi (1995), bahwa pendapatan usaha ternak sangat

dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang yang dijual oleh peternak itu sendiri

sehingga semakin banyak jumlah ternak maka semakin tinggi pendapatan bersih

(24)

Umur

Semakin muda usia peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa

keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi

terhadap introduksi teknologi semakin tinggi (Chamdi, 2003).

Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut.

Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin turun pula prestasinya.

Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan

berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah, 2009).

Tingkat Pendidikan

Model pendidikan yang digambarkan dalam pendidikan petani bukan

pendidikan formal yang acap kali mengasingkan pertanian dan realitas.

Pendidikan petani yang dikembangkan adalah pendidikan yang memungkinkan

tiap-tiap pribadi berkontak dengan orang lain, pekerjaan dan dengan dirinya

sendiri (kebutuhan, perasaan, dorongan, saling memberi dan menerima, berbicara

dan mendengarkan). Model pendidikan ini mempunyai ideal yang mengarah pada

suatu sasaran agar petani mempunyai mentalitas yang baik yang disertai dengan

penguasaan manajemen dasar serta memiliki skill dalam praktek bertani, yang

akhirnya membawa petani untuk memperoleh produksi yang optimal. Produksi

yang optimal tentu merupakan suatu langkah penting untuk memenuhi kebutuhan

(25)

Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang

kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya.

Keterbatasan keterampilan/pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan

kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja (Ahmadi, 2003).

Menurut Soekartawi et al. (1986), menyatakan bahwa tingkat pendidikan

peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka

terhadap inovasi dan teknologi baru. Peternak yang tingkat pendidikannya lebih

tinggi seharusnya dapat meningkatkan lebih besar pendapatan peternak namun

kenyataan di lapangan berbeda seperti yang telah diuraikan diatas karena pada

dasarnya peternak yang ada di daerah peneltian masih tergolong berpendidikan

menengah.

Pengalaman Beternak

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh terhadap

penerimaan inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman

diukur mulai sejak kapan peternak itu aktif secara mandiri mengusahakan

usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian

(Fauzia danTampubolon, 1991).

Faktor penghambat berkembangnya peternakan pada suatu daerah tersebut

dapat berasal dari faktor-faktor topografi, iklim, keadaan sosial, tersedianya

bahan-bahan makanan rerumputan atau penguat, disamping itu faktor pengalaman

yang dimiliki peternak masyarakat sangat menentukan pula perkembangan

(26)

Jumlah Tanggungan Keluarga

Semakin besarnya jumlah anggota petani atau peternak akan semakin

besar pula tuntutan kebutuhan keuangan rumah tangga. Hal demikian besarnya

jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusaha

tani. Keluarga yang memiliki sebidang tanah tetap saja jumlahnya semakin

sempitnya dengan pertambahan anggota secara terus-menerus, sementara

kebutuhan akan diproduksi termasuk pangan semakin bertambah (Daniel, 2002).

Tingkat Generasi Peternak

Pada umumnya pengetahuan tentang beternak diperoleh dari orang tua.

Orang tua menurunkan generasi cara beternak kepada anak-anaknya. Generasi

peternak akan berjalan dengan sendiri secara turun-temurun. Sehingga bisa

dipastikan apabila orang tuanya dahulu peternak maka generasi peternak akan

diturunkan kepada anak-anaknya. Hal demikian dapat didorong dengan adanya

kemauan dan motivasi dari generasi penerus peternak itu sendiri

(http://generasi-peternak.com.-tingkat).

Sistem Pemeliharaan Ternak

Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir sepanjang

hari berada di dalam kandang. Mereka makan sebanyak dan sebaik mungkin

(27)

jumlah yang lebih banyak sebagai pupuk. Sapi-sapi memperoleh perlakuan yang

lebih teratur atau rutin dalam hal pemberian pakan, pembersihan kandang,

memandikan sapi, menimbang, mengendalikan penyakit (Sugeng, 2001).

Sistem pemeliharaan semi-intensif adalah kegiatan pemeliharaan ternak

dengan sistem pengembalaan yang dilakukan secara teratur dan baik. Dalam

kondisi tertentu, pemilik sudah mulai menaruh perhatian terhadap ternak yang

dipeliharanya, terutama ketika ternak akan melahirkan dan digemukan untuk

dipotong dengan mengurung ternak selama sehari penuh. Dalam hal ini pemilik

sudah mulai menjaga kebersihan kandang dan memberikan

obat-obatan/konsentrat sebagai tambahan makanan. (Mulyono danSarwono, 2007).

Sistem pemeliharaan ekstensif merupakan beternak secara tradisional yaitu

campur tangan peternak terhadap ternak peliharaanya hampir tidak ada. Ternak

dilepas begitu saja dan pergi mencari pakan sendiri di lapangan pengembalaan,

pinggiran hutan atau tempat lain yang banyak ditumbuhi rumput dan sumber

pakan. Sesuai dengan habitat aslinya, ternak menyukai pakan dari tanaman di

daerah perbukitan (Mulyono danSarwono, 2007).

Usaha Peternakan Rakyat

Usaha peternakan rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain : skala usaha

kecil dengan cabang usaha, teknologi sederhana, produktivitas rendah, mutu

produk kurang terjamin, belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka

(28)

Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak.

Pada umumnya ciri-ciri usahatani yang ada di Indonesia berlahan sempit,

permodalan terbatas, tingkat pengetahuan petani yang terbatas dan kurang

dinamik serta pendapatan petani yang rendah (Soekartawi et al., 1986).

Di dalam pertanian rakyat, hampir tidak ada usaha tani yang memproduksi

satu macam hasil saja. Disamping hasil-hasil tanaman, usaha pertanian rakyat

meliputi pula usaha-usaha peternakan, perikanan dan kadang-kadang usaha

pencarian hasil hutan (Mubyarto, 1991).

Usahatani atau usaha peternakan mempunyai ciri khas yang

mempengaruhi prinsip-prinsip manajemen dan teknik-teknik yang digunakan.

Usahatani dan usaha peternakan sering dianggap sebagai usaha yang lebih banyak

resikonya dalam hal output dan perubahan harga serta pengaruh cuaca terhadap

keseluruhan proses produksi (Kay dan Edward, 1994) .

Menurut Kay dan Edward (1994), dalam usahatani dan usaha peternakan,

pembagian kerja dan tugas manajemen jarang dilakukan, kecuali untuk skala

usaha besar. Petani dalam usahatani tidak hanya menyumbangkan tenaga saja,

tetapi lebih dari itu. Dia adalah pemimpin (manager) usahatani yang mengatur

(29)

Panca Usaha Ternak Potong

Bibit

Menurut Sugeng (2001), dalam hal penelitian bibit dengan cara seleksi dan

penyingkiran ternak yang kurang baik dari kelompok yang dipelihara tidak perlu

dilakukan. Laju pertumbuhan ternak yang bagaimanapun tidak perlu dihiraukan.

Yang terpenting bagi peternak adalah ternak yang dipelihara itu tetap bisa

berkembang biak.

Salah satu faktor keberhasilan beternak adalah keterampilan memilih bibit

ternak, sebagai pejantannya digunakan pemacak milik desa atau milik pemerintah

atau dengan inseminasi buatan (Dinas Peternakan, 1983).

Pakan

Keberhasilan suatu usaha ternak hanya mungkin tercapai apabila

faktor-faktor penunjangnya memperoleh perhatian yang penuh. Salah satu faktor

utamanya adalah makanan disamping faktor genetis dan manajemen. Oleh karena

itu, bibit ternak yang baik dan dari jenis yang unggul harus diimbangi dengan

pemberian makanan yang baik pula (AAK, 1991)

Sistem alat pencernaan dari berbagai jenis-jenis ternak mencerminkan pula

macam bahan makanan yang dapat dimakannya. Ternak ruminansia atau

pemamah biak mempunyai alat pencernaan yang berbeda dari non ruminansia.

(30)

ternak - ternak non ruminansia menggunakan kosentrat sebagai bahan makanan

pokok ( Abidin dan Simanjuntak, 1997).

Ternak sapi sebagai salah satu hewan ruminansia beralat pencernaan yang

terbagi atas empat bagian yakni rumen, retikulum, omasum dan abomasum.

Dengan alat ini, sapi mampu menampung jumlah bahan pakan yang lebih besar

dan mampu mencerna bahan pakan yang kandungan serat kasarnya tinggi.

Sehingga pakan pokok hewan ini berupa hijauan atau rumput dan pakan penguat

sebagai tambahan. Pada umumnya bahan pakan hijauan diberikan dalam jumlah

10 % dari berat pakan dan pakan penguat cukup 1 % dari berat badan

(Sugeng, 2000).

Pada tabel dibawah ini dapat dilihat penggunaan makanan oleh berbagai

ternak sebagai berikut :

Tabel 3. Penggunaan makanan oleh berbagai ternak

Babi

Sumber : Ir. Susetyo, dkk (1969).

Di negara kita pemberian makanan pada ternak belum begitu diperhatikan.

Pada umumnya ternak hanya diberikan makanan hijauan dengan cara

menggembalakan di lapangan ataupun diarit untuk diberikan pada ternaknya. Pada

umumnya kualitas rumput tersebut sangat rendah, karena jarang terdapat

pemeliharaan rumput-rumputan hijauan makanan ternak secara khusus untuk

(31)

Kandang

Perkandangan dan peralatan sangat penting dalam menentukan sukses

tidaknya sesuatu perusahaan ternak sapi. Oleh karena itu sangat perlu untuk

merencanakan pembuatan kandang dengan peralatan seefisien mungkin.

Peternakan sapi dengan sistem pemeliharaan di pasture (padang pengembalaan),

kandang diperlukan hanya untuk malam hari dimana sapi – sapi tersebut pada pagi

harinya dilepas pada padang pengembalaan ini dapat dibuat pula kandang yang

dilengkapi dengan atap yang bisa terbuat dari genteng atau rumbia atau bisa juga

tanpa atap. Lantainya sebaiknya di semen. Sebagai patokan umum seekor sapi

dewasa membutuhkan tempat seluas 2,5 sampai 3 m2 (kira – kira 1,5 x 2 m) per ekornya (Abidin dan Simanjuntak, 1977).

Luas kandang per ekor 1,5 m x 1,8 m = 2 m2. Membuat kandang untuk kapasitas 8-10 ekor di bawah satu atap lebih ekonomis daripada kapasitas 2-3 ekor

di dalam satu atap. Lantai kandang, baik lantai tanah, adukan semen, aspal, batu-

batu dan sebagainya, harus dibuat agak sedikit miring. Kemiringan lantai kandang

cukup dibuat 5 cm saja. Kemiringan lantai ini bertujuan agar air kencing sapi

tidak berhenti dan bercampur dengan kotoran dan tilam (bedding) yang dipakai

sebagai alas ternak, sehingga kesehatan sapi tetap terjamin (AAK, 1991).

Kontruksi kandang menurut Sugeng (2001), dibangun dengan perencanaan

yang benar akan menjamin kenyamanan hidup ternak, sebab bangunan kandang

sangat erat hubungannya dengan kehidupan ternak.

Sehubungan dengan kebutuhan hidup ternak sapi untuk beradaptasi ini,

(32)

setempat, kontruksi dan bahan bangunan. Ketiga faktor ini perlu diperhatikan

karena faktor-faktor tersebut akan membawa kenyamanan bagi ternak apabila

kesemuanya tadi dipadu dengan baik (AAK, 1991).

Pencegahan dan Pengobatan Penyakit

Penyakit yang timbul pada sapi potong biasannya dibagi atas empat

macam yaitu : 1) external parasitis, 2) internal parasitis, 3) penyakit menular dan

4) penyakit tidak menular. Pencegahan terhadap timbulnya penyakit lebih penting

daripada mengobati. Oleh karena itulah maka para peternak selalu menjaga

kesehatan dari pada ternak–ternaknya melalui sanitasi yang baik, penyemprotan

dengan desinfektan dan vaksinasi secara teratur. Ternak-ternak akan mudah

tertular penyakit bila manajemennya kurang baik. Parasit-parasit dan penyakit

biasanya berkembang baik pada ternak-ternak yang kondisinya tidak baik dan

dapat menyebar pada ternak-ternak yang sehat lainnya

(Abidin dan Simanjuntak, 1977).

Sapi yang terkena penyakit biasanya menimbulkan kerugian besar

terlebih penyakit menular, walaupun terkadang tidak menyebabkan kematian

secara langsung namun dapat merusak kesehatan. Misalnya penyakit brucellosis

dan tubercullose, anthrax, mulut dan kuku. Penanggulangan perlu secara dini.

Para peternak tidak perlu mengetahui masalah-masalah kedokteran hewan, tetapi

yang perlu adalah pengenalan berbagai jenis penyakit dan sebabya, akibat

serangan, gejala yang tampak, penyebarannya, pencegahan dan pemberantasannya

(33)

Pemasaran

Permintaan pasar atas daging sapi meningkat terus dari tahun ke tahun

sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan taraf hidup rakyat

disertai dengan pengertian mengenai kepentingan pangan dan gizi. Hal tersebut

sangat erat hubungannya dengan kehidupan sosial dan agama, seperti musim haji,

musim hajatan (pernikahan, dll), hari Natal dan tahun Baru, dan puncaknya adalah

hari raya Idul Fitri dan bulan Syawal (Darmono, 1993).

Pada tahun 1994, proyeksi permintaan daging sapi di Indonesia adalah

324.000 ton, sedangkan daging sapi yang tersedia adalah 308.000 ton dan

sebagian besar dipenuhi dari produksi lokal. Dengan demikian, terdapat kelebihan

permintaan sebesar 16.000 ton. Kesenjangan antara permintaan dan pemasokan

daging sapi tersebut merupakan peluang pemasaran bagi daging sapi di Indonesia

(Arifin, 1993).

Pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan

pengetahuan masyarakat tentang gizi berpengaruh terhadap pola konsumsi

masyarakat ke arah gizi berimbang sehingga memberikan peluang pemasaran

hasil-hasil peternakan. Disamping itu, terbukanya perdagangan internasional

mengakibatkan kemungkinan ekspor ternak dan hasil semakin meningkat bila

(34)

Pendapatan Usaha Ternak

Biaya Produksi

Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan,

yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat di ukur untuk

menghasilkan suatu produk (Cyrilla dan Ismail, 1988).

Menurut Boediono (1998), biaya mencakup suatu pengukuran nilai

sumber daya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yang

bertujuan untuk mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan, biaya

dibedakan atas biaya tetap dan biaya biaya variabel.

Biaya tetap (fix cost) adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam

kegitan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu,

sedangkan biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang jumlah totalnya

berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan ( Widjaja, 1999).

Depresiasi asuransi, perbaikan rutin, pajak dan bunga modal termasuk ke

dalam biaya tetap, sedangkan pakan, bibit, pupuk, obat-obatan, bahan bakar dan

kesehatan ternak termasuk biaya tidak tetap (Kay dan Edward, 1994).

Pengeluaran atau biaya adalah nilai penggunaan sarana produksi (input)

yang diperlukan pada proses produksi. Untuk sarana produksi yang dibeli

dimasukkan dalam biaya tunai, sedangkan untuk sarana produksi yang tidak dibeli

(35)

Penerimaan dan Pendapatan

Soekartawi et al. (1986) menyatakan bahwa penerimaan merupakan nilai

produk total usaha tani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun

yang tidak dijual.

Soeharjo dan Patong (1973) menyatakan bahwa penerimaan merupakan

hasil perkalian dari produksi total dengan harga per satuan. Produksi total adalah

hasil utama dan sampingan, sedangkan harga adalah harga pada tingkat usaha tani

atau harga jual petani.

Penerimaan dalam usaha tani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan

selama periode pembukuan yang sama, sedangkan pendapatan adalah penerimaan

dikurangi dengan biaya produksi (Kay dan Edward, 1994).

Soeharjo dan Patong (1973), menyebutkan bahwa dalam analisis

pedapatan diperlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan penerimaan dan

pengeluaran sama jangka waktu yang ditetapkan. Selanjutnya disebutkan bahwa

tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dan

keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain analisis

pendapatan bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha.

Analisis usaha

Analisis usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu

usaha ternak komersil. Melalui hasil analisis ini dapat dicari langkah pemecahan

(36)

titik tolak untuk memperbaiki hasil dari usaha ternak tersebut. Hasil analisis ini

dapat digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang

usaha atau memperbesar skala usaha. Hernanto (1996), menyatakan bahwa

analisis usaha dimaksudkan untuk mengetahui kinerja usaha secara menyeluruh.

Ada tiga laporan utama yang berkaitan dengan analisis usaha yaitu :

(1) arus biaya dan penerimaan (cash flow), yaitu berupa biaya operasional

(2) neraca (balance sheet), yaitu berupa harta, utang dan modal

(3) pertelaan pendapatan (income statement), yaitu menyangkut laporan laba-rugi

berupa pendapatan dikurangi dengan beban (biaya).

Pendapatan (income statement) lebih menunjukkan kepada sumber-sumber

penerimaan dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai penerimaan

tersebut. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan

tersedianya dana ril untuk periode selanjutnya. Menurut

Suharno dan Nazaruddin (1994), gambaran mengenai usaha ternak yang memilki

prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis usaha juga dapat

memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan

modal, besar biaya untuk bibit, pakan, kandang serta lamanya modal akan kembali

dan tingkat keuntungan yang diperoleh.

Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu

kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen

itu masih dapat di tingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil

apabila pendapatanya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana

produksi. Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang

(37)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli

Serdang Provinsi Sumatera Utara mulai bulan September 2012 sampai dengan

bulan Januari 2013.

Penentuan Responden Penelitian

Responden terdiri dari para peternak sapi di Kecamatan Pancur Batu

Kabupaten Deli Serdang. Metode responden yang digunakan adalah metode

survei dengan unit analisis keluarga yang memelihara ternak sapi potong. Metode

penarikan responden yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Pada tahap pertama pemilihan 6 buah desa dari beberapa desa yang ada

di Kecamatan Pancur Batu dengan metode penarikan responden secara

Proportional Stratified Random Sampling. Wirartha (2006), yaitu

desa yang kepadatan ternak sapinya tinggi, sedang dan jarang, dimana

penentuan kepadatan ternak sapi potong yang tinggi (desa Baru dan

Tuntungan II), sedang (desa Sei Glugur dan Sukaraya) dan jarang

(desa Tanjung Anom dan Tuntungan I) tersebut ditentukan dengan

melihat data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang dalam

(38)

2. Pada tahap kedua pemilihan responden secara acak sederhana, diambil

masing-masing 30% dari seluruh peternak dari setiap desa sampel.

Wirartha (2006), menyatakan bahwa untuk penelitian yang akan

menggunakan data statistik ukuran sampel paling kecil 30 % sudah

dapat mewakili populasi.

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

sekunder.

1. Data primer diperoleh dari monitoring terhadap kegiatan usaha ternak sapi

potong melalui wawancara dan pengisian daftar kuisioner.

2. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait seperti Badan

Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang dan Kantor Kecamatan Pancur

Batu.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dilapangan diolah dan ditabulasi

kemudian dibuat rataannya. Kemudian data rataan dimasukkan kedalam neraca

keuangan masing-masing peternak dan diambil rataan pendapatan peternak.

Kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode analisis

(39)

• Analisis Pendapatan

Pd = TR – TC

Dimana:

Pd : adalah total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak sapi potong (rupiah/tahun)

TR : adalah total revenue atau penerimaan yang diperoleh peternak sapi potong (rupiah/tahun)

TC : adalah biaya yang dikeluarkan peternak sapi potong (rupiah/tahun)

Jumlah pendapatan ditabulasi secara sederhana, yaitu dengan menghitung

pendapatan peternak pada usaha beternak sapi potong terhadap pendapatan

keluarga di daerah penelitian.

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka untuk melihat faktor-faktor

yang mempengaruhi pendapatan dapat dilihat dengan menggunakan Model

Pendekatan Teknik Ekonometri dengan menggunakan analisis regresi linear

berganda [alat bantu Software Statistical Package for Sosial Sciences (SPSS 17)].

Menurut Djalal dan Usman (2002), model pendugaan yang digunakan:

Keterangan:

Ŷ :adalah pendapatan peternak (Ŷ : topi) yang dipengaruhi berbagai faktor : dalam memelihara ternak sapi potong (rupiah)

a :adalah koefisien intercept (konstanta) b1 b2 b3 :adalah koefisien regresi

X1 :adalah skala usaha (ekor) X2 :adalah umur peternak (tahun) X3 :adalah tingkat pendidikan (tahun)

(40)

X4 :adalah pengalaman beternak (tahun) X5 :adalah jumlah tanggungan keluarga (jiwa) X6 :adalah tingkat generasi peternak

X7 :adalah sistem pemeliharaan ternak (variabel Dummy) µ :adalah variabel lain yang tidak diteliti

Variabel-variabel pada hipotesis diuji secara serempak dan parsial untuk

mengetahui apakah variabel tersebut mempunyai pengaruh dominan atau tidak.

Jika variabel tersebut berpengaruh secara serempak maka digunakan uji F yakni :

(

1

)

/

(

1

)

r2 = Koefisien determinasi n = Jumlah responden

- k = Derajat bebas pembilang

n-k-1 = Derajat bebas penyebut

Kriteria uji:

F-hit ≤ F-tabel... H0 diterima (H1 ditolak) F-hit > F-tabel... H0 ditolak (H1 diterima)

Menurut Sudjana (2002), jika variabel berpengaruh secara parsial dapat diuji

(41)

Keterangan:

b = Parameter (i = 1,2,3) n-k-1 = Derajat bebas

S2bi = Standart error parameter b S2y123 = Standart error estimates xi = Variabel bebas (i = 1,2,3)

Kriteria uji:

t-hit < t-tabel... H0 diterima (H1 ditolak) t-hit > t-tabel... H0 ditolak (H1 diterima)

Kriteria pengambilan keputusan :

t-tabel = (α ; db)

(α = 5% ; db = n – k – I )

Keterangan ;

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel bebas (X)

a. t- hitung > t tabel (taraf signifikan α ≤ 0,05) : H0 ditolak, berarti koefisien regresi dari faktor tertentu berpengaruh nyata terhadap

variabel terikat.

b. t- hitung ≤ t tabel (taraf signifikan α > 0,05): H0 diterima, berarti koefisien regresi dari faktor tertentu berpengaruh tidak nyata

(42)

Parameter Pengamatan

a. Profil peternak

1. Skala usaha adalah jumlah ternak sapi potong yang dipelihara peternak

(ekor).

2. Umur peternak adalah umur peternak yang memelihara ternak sapi

yang di ukur berdasarkan usia kerja produktif yaitu 25-45 tahun.

3. Tingkat pendidikan adalah lamanya pendidikan formal yang ditempuh

peternak (tahun).

4. Pengalaman beternak adalah lamanya peternak memelihara ternak sapi

dan pernah mengikuti pelatihan/kursus (tahun).

5. Jumlah tanggungan keluarga yaitu jumlah tanggungan yang

ditanggung peternak dalam satu keluarga ( jiwa).

6. Tingkat generasi peternak adalah generasi keberapa peternak tersebut

saat memelihara ternak.

7. Sistem pemeliharaan ternak adalah cara pemeliharaan ternak sapi

potong dengan cara sistem intensif, semi-intensif dan ekstensif.

b. Pendapatan peternak

1. Penerimaan adalah jumlah yang diterima peternak yang berasal dari

penjualan ternak maupun kotoran ternak (Rp).

2. Pengeluaran adalah semua biaya yang dikeluarkan peternak meliputi

bibit, biaya pakan, obat-obatan dan lain sebagainya.

3. Pendapatan adalah selisih penerimaan dengan pengeluaran selama

pemeliharaan ternak sapi potong (dalam kurun waktu tertentu misalnya

(43)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Potong

Jenis sapi potong yang di pelihara peternak responden 60 % PO

(Peranakan Ongole) dan 40 % jenis sapi lainnya. Pemeliharaan sapi potong di

Kecamatan Pancur Batu pada umumnya dilakukan dengan cara semi intensif

yakni ternak hampir setiap hari dikandangkan sesekali dikeluarkan dengan

diberikan pakan hijauan saja. Hijauan diperoleh peternak di areal pertanian dan

perkebunan dengan cara dipotong menggunakan alat pemotong rumput. Peternak

juga menanam berbagai hijauan lain seperti rumput raja sebagai sumber hijauan

lainnya.

Lokasi kandang ternak umumnya berada di belakang rumah peternak itu

sendiri. Ternak hampir setiap hari berada di dalam kandang sesekali keluar

kandang. Ketersediaan air minum di kandang tidak secara ad libitum di lakukan

pada sore hari. Pembersihaan kotoran kandang dilakukan setiap hari dengan

menggunakan cangkul, sekop dan kereta sorong, kemudian kotoran dikumpulkan

di belakang kandang sampai menjadi kompos sehingga bisa dimanfaatkan

peternak untuk tanaman pertanian dan perkebunan, sehingga peternak tidak lagi

membeli kompos untuk tanamannya. Pada umumnya peternak tidak melakukan

penyemprotan desinfektan pada kandangnya yang bertujuan untuk membunuh

(44)

Pemberian obat cacing diberikan 6 bulan sekali sesuai dosis 1 tablet dalam

sekali pemberian. Harga 1 tablet obat cacing tersebut berkisar antara Rp. 10.000

-Rp. 15.000;. Obat cacing yang digunakan adalah Brenkazol. Pemberian obat

cacing dilalukan dengan bantuan Inseminator melalui penyuntikan ataupun oral.

Karakteristik Responden

Karakterisitik responden dalam penelitian ini meliputi karakteristik sosial

dan ekonomi. Karakteristik sosoial peternak yang dianalisis meliputi skala usaha,

umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan

keluarga, tingkat generasi peternak dan sistem pemeliharaan ternak. Sedangkan

karakteristik ekonomi responden yang dianalisis meliputi: total penerimaan dari

usaha ternak, total pengeluaran usaha ternak dan pendapatan bersih usaha.

Karakteristik responden di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 4 berikut:

Table 4. Karakteristik responden di daerah penelitian tahun 2012

Profil peternak sampel Satuan Rentang Rataan

Skala usaha Ekor 2-25 5

Umur peternak Tahun 28-62 43

Tingkat pendidikan Tahun 6-12 10

Pengalaman beternak Tahun 3-20 8

Jumlah tanggungan keluarga Orang 0-5 3

Tingkat generasi peternak Tahun 0-5 3

Sistem pemeliharaan ternak D 1-3 2

Total penerimaan dari usaha Rp 7.700.000-120.500.000 22.965. 816 Total pengeluaran dari usaha Rp 5.630000-71.600.000 12.168.129

Pendapatan bersih usaha Rp 2.070.000-48.900.000 11.197.074

Sumber: Hasil pengolahan data primer 2012

Skala usaha yang dikelola peternak responden menyebar antara 2 sampai

25 ekor dengan rataan 5 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah ternak yang

dikelola oleh peternak responden relatif banyak sehingga dapat memberikan

(45)

Umur peternak menyebar antara 28 sampai 62 tahun dengan rataan 43

tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden masih berada dalam kategori umur

produktif (25 sampai 45 tahun), sehingga kemampuan untuk bekerja dan

mengelolaa usaha ternaknya masih besar.

Tingkat pendidikan peternak sapi menyebar antara 6 sampai 12 tahun

dengan rataan 10 tahun. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan responden

rata-rata sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP), sehingga tingkat pendidikan

responden digolongkan menengah. Pendidikan non formal di daerah penelitian

yang khusus mengenai usaha ternak sapi potong tidak begitu berjalan dengan

baik.

Pengalaman beternak sapi menyebar antara 3 sampai 20 tahun dengan

rataan 8 tahun. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat

pengalaman beternak responden cukup baik, tetapi kurang menguasai tentang

teknik pengelolaan usaha ternaknya.

Tingkat generasi kepemilikan ternak sapi potong didaerah penelitian sudah

dapat dikatakan tingkat generasi yang relatif baik, yang sudah mencapai generasi

0 sampai 5 dengan rataan 3.

Pada usaha ternak sapi potong di daerah penelitian diperoleh total

penerimaan dari usaha ternak sapi potong selama 1 (satu) tahun adalah

berkisar antara Rp. 7.700.000 sampai dengan Rp.120.500.000/tahun/peternak

dengan rataan sebesar Rp. 22.965 816/tahun/peternak.

Pada usaha ternak sapi potong di daerah penelitian diperoleh total

(46)

berkisar antara Rp. 5.630.000 sampai dengan Rp. 71.600.000/tahun/peternak

dengan rataan sebesar Rp. 12.168.129/tahun/peternak.

Untuk pendapatan bersih setiap responden dari usaha ternak sapi potong

selama 1(satu) tahun berkisar antara Rp. 2.070.000 sampai dengan Rp. 48.900.000

dengan rataan sebesar Rp. 11.197.074/tahun. Dari nilai rata-rata pendapatan

keluarga dari usaha ternak sapi potong ini dapat digambarkan bahwa responden

sudah termotivasi untuk mengembangkan usaha ternak sapinya. Tetapi mereka

belum dapat menganalisis dengan baik bahwa usaha ternak sapi potong yang

peternak responden dapat menghasilkan pendapatan yang lebih besar lagi apabila

dilakukan dengan tata laksana intensif.

Pengaruh Variabel Terhadap Pendapatan Peternak

Untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak

sapi potong di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang digunakan

analisi regresi linear berganda, dimana yang menjadi variabel bebas

(independent) adalah skala usaha (X1), umur peternak (X2), tingkat pendidikan (X3), pengalaman beternak (X4), jumlah tanggungan keluarga (X5), tingkat generasi peternak (X6) dan sistem pemeliharaan ternak (X7). Sedangkan yang menjadi variabel terikat/ tidak bebas (dependent) adalah pendapatan (Y).

Adapun hasil pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan

peternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang dapat

(47)

Tabel 4. Analisis varian pendapatan dan hasil penduga parameter

Keterangan : a. Predictor: (constant), skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, tingkat generasi peternak, sistem pemeliharaan ternak

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka untuk melihat faktor-faktor

yang mempengaruhi pendapatan dengan menggunakan Model Pendekatan

Ekonometri dengan menggunakan analisis regresi linear berganda alat bantu

Software Statistical Package for Sosial Sciences (SPSS 17) dapat dilihat pada

table 5 berikut :

Tabel 5. Analisis regresi linear berganda pengaruh skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman peternak, jumlah tanggungan keluarga, tingkat generasi peternak dan sistem pemeliharaan ternak terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

Sumber: Lampiran 2

Berdasarkan Tabel di atas di peroleh persamaan sebagai berikut:

Ŷ = 6.972.538,11+2.457.027,99X1+61.259,44X2-294.162,97X3+ 192.456,43X4

X3 (Tingkat pendidikan) -294.162,97 163.508,83 -1.799 0.074

X4 (Pengalaman beternak) 192.456,43 126.029,17 1.527 0.129

(48)

Keterangan:

Ŷ : Pendapatan peternak sapi potong X1 : Skala usaha (ekor)

X2 : Umur peternak (tahun) X3 : Tingkat pendidikan (tahun) X4 : Pengalaman beternak ( tahun) X5 : Jumlah tanggungan keluarga (orang) X6 : Tingkat generasi peternak

X7 : Sistem pemeliharaan ternak (Dummy) µ : Variabel yang tidak diteliti

Berdasarkan Hasil Regresi di atas dapat diketahui:

1. Nilai konstanta/ intersept adalah sebesar 6.972.538,11. Artinya apabila

variabel bebas yaitu skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan,

pengalaman peternak, jumlah tanggungan keluarga, tingkat generasi

peternak dan sistem pemeliharaan ternak tidak ada maka peternak sapi

potong tetap akan menerima pendapatan sebesar nilai konstanta yaitu

Rp. 6.972.538,11/tahun.

2. R Square bernilai 0.734 artinya bahwa semua variabel bebas skala usaha,

umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman peternak, jumlah

tanggungan keluarga, tingkat generasi peternak dan sistem pemeliharaan

ternak mempengaruhi variabel terikat sebesar 73,4 % dan selebihnya yaitu

sebesar 26,6% dijelaskan oleh variabel lain (µ) yang tidak diteliti dalam

penelitian ini.

3. Secara serempak nilai F-hitung (20,81) lebih besar dari pada F-tabel

(2,09). Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak semua variabel

tersebut yaitu skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman

(49)

sistem pemeliharaan ternak berpengaruh secara nyata (berpengaruh positif)

terhadap pendapatan peternak sapi potong dengan tarif signifikan 0.000

dan pada taraf kepercayaan 95%.

Secara parsial nilai t-hitung variabel yang mempengaruhi adalah variabel skala usaha (12.309), umur peternak (1.064), tingkat pendidikan (-1.799),

pengalaman peternak (1.527), jumlah tanggungan keluarga (-2,295), tingkat

generasi peternak (0,516) dan sistem pemeliharaan ternak (1.285).

a. Variabel skala usaha berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi

potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh

nilai t-hitung (X1) sebesar 12,309 lebih besar dari t-tabel (α = 0.05) yakni sebesar 1,89. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak ternak yang

dipelihara akan memberikan penambahan pendapatan peternak sapi potong.

Menurut Soekartawi (1995) mengemukakan bahwa pendapatan usaha ternak

sapi potong sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh

peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak sapi potong

maka semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh.

b. Variabel umur peternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan ternak

sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang di tunjukkan

oleh nilai t-hitung (X2) sebesar 1.064 lebih kecil dari t-tabel (α= 0,05) yakni sebesar 1,89. Hal ini menunjukkan bahwa umur peternak berpengaruh tidak

nyata terhadap pendapatan. Umur bukan faktor yang begitu dominan dalam

perolehan pendapatan di daerah penelitian. Umur cenderung menunjukkan

produktifitas peternak untuk kemampuan bekerja serta kemampuan untuk

(50)

peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap

sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi

teknologi semakin tinggi.

c. Variabel tingkat pendidikan berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan

peternak sapi potong, jika di ukur pada tingkat kepercayaan 95% yang di

tunjukkan t-hitung ( X3) sebesar -1.799 lebih kecil dari nilai t-tabel (α=0.05) yakni sebesar 1,89. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan peternak di

daerah penelitian pada umunya seragam dan tidak memiliki jenjang jabatan.

Tingkat pendidikan cenderung menggambarkan cara berpikir dan tingkat

penerimaan terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi. Soekartawi

(1986) menyatakan bahwa pendidikan peternak cenderung mempengaruhi

cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi

baru.

d. Variabel pengalaman peternak berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan

peternak sapi potong, jika di ukur dari pada tingkat kepercayaan 95% yang di

tunjukkan t-hitung (X4) sebesar 1.527 lebih kecil dari nilai t-tabel (α=0.05) yakni sebesar 1,89. Berdasarkan tingkat pengalaman beternak, hasil penelitian

menunjukkan bahwa rata-rata peternak memiliki pengalaman di atas 8 tahun.

Umumnya pengalaman beternak diperoleh dari orang tuanya secara

turun-temurun. Pengalaman beternak di daerah penelitian relatif tinggi, hal ini

seharusnya dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap pendapatan,

namun pada kenyataannya tidak memberikan pengaruh yang nyata karena

masyarakat di daerah tersebut cenderung menggunakan metode lama secara

(51)

e. Variabel jumlah tanggungan keluarga berpengaruh tidak nyata terhadap

pendapatan peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95%

yang ditunjukkan oleh t-hitung (X5) sebesar -2.295 lebih kecil dari t-tabel

(α= 0.05) yakni sebesar 1,89. Hal ini menunjukkan bahwa tanggungan

keluarga mempengaruhi pengeluaran rumah tangga peternak. Hal demikian

jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi pula keputusan peternak dalam

memilih usaha rumah tangga yang dikelola.

f. Variabel tingkat generasi peternak berpengaruh tidak nyata terhadap

pendapatan peternak sapi potong, jika diukur tingkat kepercayaan 95% yang

ditunjukkan oleh t-hitung (X6) sebesar 0.516 lebih kecil dari t-tabel (α= 0.05)

yakni sebesar 1,89. Hal ini menunjukkan tingkat generasi peternak tidak

dapat memberikan dorongan positif kepada peternak itu sendiri untuk lebih

mengembangkan usaha peternakan dengan pengolahan intensif sehingga

dapat mempengaruhi peningkatan pendapatan peternak.

g. Variabel sistem pemeliharaan ternak pada peternak sapi potong, jika diukur

tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh t-hitung (X7) sebesar 1.285

lebih kecil dari t-tabel (α= 0.05) yakni sebesar 1,89. Hal ini menunjukkan

bahwa sistem pemeliharaan ternak (Dummy) berpengaruh tidak nyata

terhadap pendapatan peternak. Sistem pemeliharaan ternak yang baik akan

(52)

Arti dari nilai persamaan berikut adalah:

Ŷ = 6.972.538,11+2.457.027,99X1+61.259,44X2-294.162,97X3+ 192.456,43X4

-924.980,26X5+ 203.756.71X6+3.334.328.66X7 + µ

Berdasarkan model persamaan di atas dapat diinterpresikan bahwa:

a. Apabila variabel bebas skala usaha (X1) mengalami kenaikan sebesar 1 ST, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 2.457.027,99,-

b. Apabila variabel bebas umur peternak (X2) mengalami kenaikan sebesar 1 tahun, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 61.259,44,- c. Apabil variabel bebas tingkat pendidikan (X3) mengalami kenaikan sebesar

1 tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan peternak (Y) sebesar Rp. 294.162,97,-

d. Apabila variabel bebas pengalaman peternak (X4) mengalami kenaikan

sebesar 1 tahun, maka akan terjadi kenaikan peningkatan peternak (Y) sebesar Rp. 192.456,43,-

e. Apabila variabel bebas jumlah tanggungan keluarga (X5) mengalami kenaikan sebesar 1 tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan peternak (Y) sebesar Rp. 924.980,26,-

f. Apabila variabel bebas tingkat generasi peternak (X6) mengalami kenaikan sebesar 1 tahun, maka akan terjadi kenaikan pendapatan peternak (Y) sebesar Rp. 203.756.71,-

g. Apabila variabel bebas sistem pemeliharaan ternak (X7) mengalami kenaikan sebesar 1 tahun, maka akan terjadi kenaikan pendapatan peternak (Y) sebesar Rp. 3.334.328.66,-

(53)

Rekapitulasi Data

Tabel 7. Rekapitulasi data

Karakteristik sosial peternak Signifikan Keterangan

Skala usaha 0.000 Berpengaruh nyata

Umur peternak 0.289 Berpengaruh tidak nyata Tingkat pendidikan 0.074 Berpengaruh tidak nyata Pengalaman beternak 0.129 Berpengaruh tidak nyata Jumlah tanggungan keluarga 0.023 Berpengaruh tidak nyata Tingkat generasi peternak 0.607 Berpengaruh tidak nyata Sistem pemeliharaan ternak 0.201 Berpengaruh tidak nyata

Variabel skala usaha berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi

potong. Sedangkan umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak,

jumlah tanggungan keluarga, tingkat generasi peternak dan sistem pemeliharaan

ternak berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong di

(54)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Variabel skala usaha berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak.

Sedangkan variabel umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak,

jumlah tanggungan keluarga, tingkat generasi peternak dan sistem pemeliharaan

ternak memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap pendapatan peternak.

Saran

Disarankan kepada peternak agar menambah skala usaha sapi potong yang

dipelihara sehingga akan meningkatkan pendapatan. Dari sisi pemodalan dapat

(55)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1991. Petunjuk Beternak Sapi Potong dan Kerja. Penerbit Kanisius. Jakarta. Abidin, A., dan Simanjuntak, D., 1977. Ternak Sapi Potong. Direktorat Jendral

Peternakan. Jakarta.

Ahmadi, A. H., 2003. Sosiologi Pendidikan. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Arifin, B., 1993. Kiat-Kiat Mengembangkan Bisnis Peternakan. Makalah Seminar Peternakan dalam Menggalang Potensi Sumber Daya Guna Meraih Nilai Tambah Peternakan Melalui Teknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Aritonang, D., 1993. Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Penebar Swadaya. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2011. Kabupaten Deli Serdang. BPS Sumatera Utara. Medan.

Berg, R. T., dan Butterfield. R. M., 1976. New Conceps of Cattle Growth. Sydney University Press. Sydney.

Boediono, 1998. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 1 BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Chamdi, A.N., 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing Di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 29-30 September 2003. Bogor: Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian.

(56)

Darmono, 1993. Tata Laksana Usaha Sapi Kereman. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Fauzia, L., dan H. Tampubolon., 1991. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi Petani Terhadap Keputusan Petani Dalam Penggunaan Sarana Produksi. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.

Gunawan, Pamungkas, D., Fandhy. L. S., 1993. Sapi Bali Potensi, Produktivitas dan Nilai Ekonomi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Hernanto, F., 1996. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta

Idris, I., Winarto, Sarwiyono dan Nugroho, H., 1991. Ilmu Tilik Ternak. Jurusan Produksi Ternak. LUW-Universitas Brawijay. Malang.

Kay, R. D., dan Edward, W. M., 1994. Farm Management. Third Edition. Mc.Graw-Hill. Inc. Singapore.

Lasley, 1978. Genetics of Livestock Improvement, Third Edition Printice-Hall of India Private Limited. New Delhi.

Lawrie, R. A., 1995. Ilmu Daging. Penerbit Universitas Indonesia. UI-Press. Jakarta.

Mubyarto, 1991. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

(57)

Parakkasi, A., 1998. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UI-Press. Jakarta.

Sodiq, A., dan Z. Abidin., 2002. Penggemukan Sapi potong.. (Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis). Agromedia Pustaka. Jakarta

Soeharjo dan Patong, 1973. Sendi-Sendi Pokok Usaha Tani. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soekartawi, A., Soeharjo, Dillon, J. L., Hardaker, J. B., 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Perkembangan Petani Kecil. UI-Press. Jakarta.

Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.

Suharno, B., dan Nazaruddin, 1994. Ternak Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sugeng, Y. B., 2001. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta

Gambar

Tabel 1. Populasi ternak sapi potong di Kabupaten Deli Serdang menurut Kecamatan
Tabel 2. Populasi ternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu menurut Desa
Tabel 3. Penggunaan makanan oleh berbagai ternak
Table 4. Karakteristik responden di daerah penelitian tahun 2012
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo menunjukkan bahwa umur, pendidikan dan pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali dengan judul : Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Ampel”. Tujuan penelitian ini adalah:1) Untuk

Hasil penelitian menunjukkan profil usahaternak sapi potong pada program SMD meliputi: pelaksanaan program SMD di Kabupaten Pesisir Selatan belum berdasarkan

Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak semua variabel tersebut yaitu skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman peternak, jumlah tanggungan keluarga, tingkat

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai kualitas air (parameter fisika dan kimia) Sungai Belawan di Kecamatan Pancur Batu bagi pihak yang

Hasil penelitian ini menunjukkan usia perkawinan di Kecamatan Pancur Batu mayoritas &lt; 20 tahun sebanyak 55,8%, dan secara statistik variabel yang paling dominan mempengaruhi

Pd : adalah total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak sapi. aa

LEMBAR OBSERVASI PEMANTAUAN KUALITAS UDARA DI DALAM RUMAH KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG..