• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong dengan Kemampuan Manajerial Usaha Ternak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong dengan Kemampuan Manajerial Usaha Ternak"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH :

JHON RIAMAN PURBA 040309017/PKP

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETERNAK SAPI POTONG DENGAN KEMAMPUAN MANAJERIAL USAHATERNAK

( Kasus: Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang.)

SKRIPSI OLEH:

JHON RIAMAN PURBA 040309017/PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Agribisnis Fakulutas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

( Ir.Yusak Maryunianta, M.Si)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

( Emalisa, SP,M.Si) Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Abstrak

Jhon Riaman Purba, 2010 ” Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak”. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jati Kesuma Kecamatan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, yang dimulai dari bulan Nopember 2009 sampai Desember 2009. di bawah bimbingan Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

Metode penentuan daerah penelitian secara purposive dan penarikan sampel digunakan Metode simple Random samping diambil secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi sehingga diperoleh 33 sampel dari 50 populasi yaitu peternak yang memiliki sapi sendiri dan untuk melihat hubungan mengunakan analisis Rank Spearmen dan Uji Chi Suquare.

Kajian penelitian ini adalah karakteristik sosial ekonomi peternak (jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan usahaternak), kemampuan manajerial, hubungan faktor sosial ekonomi dengan kemampuan manajerial usahaternak serta masalah dan upaya yang dihadapi peternak di Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deliserdang.

Hasil penelitian di peroleh faktor sosial ekonomi peternak sapi potong yaitu jumlah ternak sapi potong yang dipelihara peternak rata-rata 4 ekor, umur peternak sapi potong berkisar rata-rata 42 tahun , tingkat pendidikan peternak sapi potong rata-rata 9 tahun atau setingkat SLTP, pengalamaan beternak sapi potong berkisar rata-rata 13 tahun, sumber informasi yang digunakan yaitu tetangga, PLL dan majalah pertanian, pendapatan bersih yang diterima peternak dari usaha ternak sapi potong rataa-rata Rp.2,786,361/peternak/tahun atau 21,628 /peternak/hari dan kemampuan manajerial usahaternak di Desa Jati Kesuma baik.

Dari uji statistik diperoleh t hitung > t tabel yang berarti pengalamaan beternak berhubungan nyata dengan kemampuan manajerial usaha ternak sedangkan sedangkan umur peternak, tingkat pendidikan, jumlah ternak, sumber informasi dan pendapatan berdasarkan uji statistik diperoleh t hitung< t tabel sehingga tidak berhubungan dengan nyata dengan kemampuan manajerial usaha ternak. Masalah-masalah yang dihadapi peternak sapi potong adalah kekurangan dana, tidak adanya pasar tetap menjual ternak dan ketersedian kegiatan penyuluhan peternakan dan upaya yang dilakukan peternak adalah menyisihkan sebagian pendapatan, bertanya kepada peternak lain mengenai harga ternak yang akan dijual dan berdiskusi atau lebih banyak berbagi dengan peternak lain yang sudah berhasil.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Jhon Riaman Purba, lahir pada tanggal 10 Mei 1985 di Desa Togur. Anak kedua dari tiga bersaudara dari Ayah Jinser Purba dan Rasmiana Saragih.

Pengalamaan Hidup yang ditempuh penulis hingga saat ini. Riwayat Pendidikan:

• Tahun 1992 Memasuki SD Negeri Marubun Lokkung Tamat Tahun 1998

• Tahun 1998 Mamasuki SLTP Negeri 1 Silimukuta Tamat Tahun 2001

• Tahun 2001 Memasuki SMU swasta RK.L.Pakam Tamat Tahun 2004

• Tahun 2004 Memasuki Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sumatera

Utara Melalui Jalur SPMB di Program Studi Penyuluhan Komunikasi Pertanian

Pengalamaan Selama Kuliah:

• Tahun 2004 menjadi Anggota HMD Sosial Ekonomi Pertanain atau

IMASEP (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian )

• Tahun 2004 menjadi anggota IMAS-USU (Ikatan Mahasiswa Simalungun

–Universitas Sumatera Utara)

• Tahun 2005 menjadi Anggota UKM KMK USU (Unit Kegiatan

Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen)

• Menjadi Wakil Ketua IMAS-USU Tahun Periode 2005-2006

• Menjadi Divisi Kerohanian dan Kekeluargaan IMAS USU Tahun periode

2007-2008

• Menjadi Wakil Ketua IMASEP Tahun Periode 2008/2009

• Menjadi Anggota Komisi Pembinaan UKM KMK UP Fakultas Pertanian

(5)

• Menjadi Anggota Kordinasi UKM KMK USU Tahun Periode 2008/2009

• Menjadi Ketua UKM KMK USU Tahun Periode 2010

• Pada Tanggal 21 Juni -11 Juli 2008 Mengikuti Prakterk Kerja Lapangan di

Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun

• Pada Bulan Nopember- Desember 2009 Mengadakan Penelitian di Desa

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya yang memberikan penulis kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah” HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETERNAK SAPI POTONG DENGAN KEMAMPUAN MANAJERIAL USAHATERNAK” yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(7)

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersipat membangun demi kesempurnaan skripsi ini, dengan harapan skripsi ini berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan pelaku bidang usaha peternakan.

Medan, Maret 2010

(8)

DAFTAR ISI

Indentifikasi Masalah ... 7

Tujuan Penelitian ... 8

Kegunaan Penelitian ... 8

TINJAUAN PUSTAKA ... 9

Tinjauan Pustaka ... 11

Landasan Teori ... 11

Kerangka Pemikiran ... 21

Hipotesis Penelitian ... 23

METODELOGI PENELITIAN ... 24

Penentuan Daerah Sampel ... 24

Metode Penentuan Sampel ... 24

Metode Pengumpulan Data ... 25

Metode Analisis Data ... 25

Defenisi dan Batasan Operasional ... 30

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 32

Deskripsi Desa ... 32

Sistim Pemeliharaan Pada Usahaternak Sapi Potong ... 35

1. Pemberian Pakan dan Minum ... 36

2. Pembersihan Kandang ... 36

3. Perkembangbiakan ... 37

4. Permbersihan Ternak Sapi ... 37

5. Pengendalian Penyakit ... 38

6. Pemasaran Ternak ... 38

HASIL DAN PEMBAHASAAN ... 40

(9)

Usahaternak ... 48

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong Dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak ... 52

Masalah-Masalah Yang Di Hadapi Peternak Dalam Mengolola Usahaternak Sapi Potong ... 56

Upaya –Upaya Yang Dilakukan Peternak Dalam Mengelola Usahaternak Sapi Potong ... 57

KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

Kesimpulan ... 58

Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

N0 JUDUL Hal

1. Perkembangan Populasi Ternak Sapi Potong Per Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara Tahun 2002-2007 (Ekor) ... 4 2. Populasi Ternak Sapi Potong Kecamatan Namor Rambe Menurut

Desa Tahun 2008(ekor) ... 5 3. Indikator Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong ... 25 4. Indikator Kemampuan Manajerial Usahaternak ... 26 5. Skor Kemampuan Manajerial Usahaternak Peternak Sapi Potong ... 27 6. Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur di Desa

Jati Kesuma Kecamatan Namorambe Tahun 2008 ... 33 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Jati

Kesuma Kecamatan Namorambe Tahun 2008 ... 33 8. Distribusi Menurut Sarana dan Prasarana di Desa Jati

Kesuma Kecamatan Namorambe Tahun 2008 ... 34 9. Kelengkapan Pendukung Pengbangan Usaha Ternak Sapi Potong

di Jati Kesuma Kecamatan Namo Rambe Tahun 2008 ... 35 10. Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong di Desa Jati Kesuma .. 40 11. Rataan Pendapatan Peternak Sapi Potong di Jati Kesuma... 43 12. Kriteria Penilaian Kemampuan Manajerial Peternak Sapi Potong

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

NO JUDUL

1. Karakteristik Peternak Sampel Sapi Potong di Desa Jati Kesuma Tahun (Okt '08-Okt'09)

2. Perubahan Ternak Sapi Potong Dalam Kurung Waktu Setahun (Okt '08-Okt'09)

3. Curahan Tenaga Kerja Pada Pemeliharaan Ternak Sapi

Potong Per Peternak di Desa Jati Kesuma per Tahun (HKP/Tahun) 4. Biaya Kandang, Perlengkapan dan Peralatan Pada Usaha

Ternak Sapi Potong / Peternak di Desa Jati Kesuma Tahun (Okt '08-Okt'09

5. Biaya Variabel Pada Usaha Ternak Sapi Potong Per Peternak Di JatiKesuma Tahun (Okt '08-Okt'09) 6. Total Biaya Produksi Usaha Ternak Sapi Potong

/Peternak/ Tahun Di Jati Kesuma Tahun (Okt '08-Okt'09) 7. Total Penerimaan Dari Usaha Ternak Sapi Potong

/ Peternak/ Tahun di Jati Kesuma Tahun (Okt '08-Okt'09)

8. Total Pendapatan Bersih Usaha Ternak Sapi Potong / Peternak/Tahun di Jati Kesuma Pada Tahun (Okt '08-Okt'09)

9. Penggunaan Sumber Informasi Oleh Peternak

Potong/ Peternak di Jati Kesuma Tahun (Okt '08-Okt'09 10. Kemampuan Manajerial Peternak Sapi Potong/ Peterna

di Jati Kesuma Tahun (Okt '08-Okt'09)

11. Korelasi Rank Spearman Antara Jumlah Ternak Dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak

12. Korelasi Rank Spearman Antara Umur Peternak Dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak

13. Korelasi Rank Spearman Antara Tingkat Pendidikan Peternak Dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak 14. Korelasi Rank Spearman Antara Pengalamaan Peternak

Dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak

15. Korelasi Uji CHI SQUARE antara Sumber Informasi Dengan Kemampuan Manajerial

16. Korelasi Rank Spearman Antara Pendapatan Peternak Dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak

(12)

DAFTAR GAMBAR

NO JUDUL HAL

1. Gambar Skema Pemikiran Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong Dengan Kemampuan

(13)

Abstrak

Jhon Riaman Purba, 2010 ” Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak”. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jati Kesuma Kecamatan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, yang dimulai dari bulan Nopember 2009 sampai Desember 2009. di bawah bimbingan Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

Metode penentuan daerah penelitian secara purposive dan penarikan sampel digunakan Metode simple Random samping diambil secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi sehingga diperoleh 33 sampel dari 50 populasi yaitu peternak yang memiliki sapi sendiri dan untuk melihat hubungan mengunakan analisis Rank Spearmen dan Uji Chi Suquare.

Kajian penelitian ini adalah karakteristik sosial ekonomi peternak (jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan usahaternak), kemampuan manajerial, hubungan faktor sosial ekonomi dengan kemampuan manajerial usahaternak serta masalah dan upaya yang dihadapi peternak di Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deliserdang.

Hasil penelitian di peroleh faktor sosial ekonomi peternak sapi potong yaitu jumlah ternak sapi potong yang dipelihara peternak rata-rata 4 ekor, umur peternak sapi potong berkisar rata-rata 42 tahun , tingkat pendidikan peternak sapi potong rata-rata 9 tahun atau setingkat SLTP, pengalamaan beternak sapi potong berkisar rata-rata 13 tahun, sumber informasi yang digunakan yaitu tetangga, PLL dan majalah pertanian, pendapatan bersih yang diterima peternak dari usaha ternak sapi potong rataa-rata Rp.2,786,361/peternak/tahun atau 21,628 /peternak/hari dan kemampuan manajerial usahaternak di Desa Jati Kesuma baik.

Dari uji statistik diperoleh t hitung > t tabel yang berarti pengalamaan beternak berhubungan nyata dengan kemampuan manajerial usaha ternak sedangkan sedangkan umur peternak, tingkat pendidikan, jumlah ternak, sumber informasi dan pendapatan berdasarkan uji statistik diperoleh t hitung< t tabel sehingga tidak berhubungan dengan nyata dengan kemampuan manajerial usaha ternak. Masalah-masalah yang dihadapi peternak sapi potong adalah kekurangan dana, tidak adanya pasar tetap menjual ternak dan ketersedian kegiatan penyuluhan peternakan dan upaya yang dilakukan peternak adalah menyisihkan sebagian pendapatan, bertanya kepada peternak lain mengenai harga ternak yang akan dijual dan berdiskusi atau lebih banyak berbagi dengan peternak lain yang sudah berhasil.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai stategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat, sebagai konsekuensi atas pertambahan penduduk Indonesia Perkembangan pola konsumsi menyebabkan arah kebijakan pembangunan sektor pertanian berubah. Pada awalnya kemerdekaan, pembangunan lebih diarahkan untuk mencukupi kebutuhan karbohidrat. Saat ini, ketika pendapatan per kapita rakyat Indonesia semakin meningkat, kebijakan mulai bergeser untuk memenuhi kebutuhan protein

Indonesia saat ini masih mengalami kekurangan pasokan sapi bakalan karena pertambahan populasi tidak seimbang dengan kebutuhan nasional. Usaha peternakan rakyat di Indonesia umumya bersifat tradisional dan metode pengelolaannya masih mengunakan teknologi seadanya dan masih bersifat sambilan. Karena itu, hasil yang dicapai tidak maksimal.

Menurut Soprapto dan Abidin, (2006) masalah utama yang terjadi pada hampir semua peternak di Indonesia adalah rendahnya pengetahuan tengtang cara beternak yang benar. Seringkali ditemui di lapangan, seorang peternak tidak mengetahui waktu yang tepat untuk mengawinkan sapi potongnya. Selain itu, pemberian pakan umumnya dilakukan secara trial and error, tanpa tahu kandungan gizi bahan pakan yang cukup. Pemilihan teknologi juga harus didasarkan pada kemampuan para peternak. Penggunaan teknologi yang terlalu maju justru menyebabkan para peternak mengalami kesulitan karena culture

(15)

bertahap, misalnya penerapan seleksi bibit pada sapi lokal, kontrol perkawinan, serta pengolahan dan penggunaan bahan pakan murah berkualitas.

Keterbatasan-keterbatasan peternak, antara lain dalam bentuk permodalan, penguasaan lahan, keterampilan, pengetahuan, aksesibilitas pasar, dan bargaining

position akan berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam

penentuan komoditas yang akan diusahakan dan teknologi usahatani yang akan diterapkan peternak. Rendahnya tingkat kosmopolitan atau kemampuan peternak untuk membuka diri terhadap suatu pembaharuan atau informasi yang berkaitan dengan unsur pembaharuan juga semakin memperburuk kondisi peternak dalam membuat keputusan untuk menolak atau menerima inovasi. Hal ini akan bermuara pada rendahnya pendapatan dan keadaan usahaternak yang sulit berkembang

(16)

Usaha peternakan di Indonesia di laksanakan sebagai usaha sambilan, disamping usaha pertanian lainya seperti menanam padi di sawah. Akibatnya, alokasi tenaga dan pikiran lebih banyak pada usaha pokok dari pada usaha sampingan. Sapi-sapi tersebut umumnya dipelihara sebagai tabungan yang akan dijual sewaktu-waktu ketika peternak membutuhkan uang secara mendadak. Akibatnya sapi dijual dengan harga rendah karena waktu penjualannya tidak direncanakan terlebih dahulu (Soprapto dan

Rendahnya populasi ternak sapi merupakan akibat dari rendahnya produktivitas sapi tersebut. Ini berhubungan erat dengan peran peternak dalam mengelola usahaternak. Perkembangan populasi ternak di daerah penelitian sudah

Abidin, 2006)

Keadaan ini sangat berhubungan dengan managerial skill atau human

capitals yang rendah sehingga sering kali peternak dikatakan ketinggalan. Dengan

kata lain, untuk keberhasilan usahaternak sangat ditentukan oleh pengambilan keputusan yang berdasarkan pada tujuan-tujuan usahaternak, permasalahan serta kondisi yang jelas, fakta dan data yang aktual, serta analisis yang tepat dan akurat. Kemampuan, pengetahuan ketrampilan, dan pengalamaan peternak yang memadai sangat diperlukan dan sangat menentukan keberhasilan usahaternaknya.

(17)

begitu banyak tetapi belum memberikan kontibusi bagi pendapatan keluarga peternak mensejahterakan kehidupan peternak.

Tabel 1. Perkembangan Populasi Ternak Sapi Potong Per Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara Tahun 2002-2007 (Ekor).

No Kabupaten /Kota 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Jumlah 248375 248673 248971 250465 251488 111,414

Sumber: Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, 2008

(18)

mengalami penurunan dimana jumlah tinggal 26.581 ekor atau turun sebesar 7,61 % dan tahun selanjutnya mengalami penurunan juga yakni 25.287 ekor atau sebesar 1,29%.

Tabel 2. Populasi Ternak Sapi Potong Kecamatan Namo Rambe Per Desa Tahun 2008 (ekor)

No Desa Populasi (Ekor)

Sumber: Penyuluh Peternakan Kecamatan Namorambe Tahun 2009

(19)

Rambe sebanyak 2582 ekor dan diantara 36 desa di Kecamatan Namorambe, maka Desa Jati Kesuma yang terbanyak yaitu 1142 ekor pada tahun 2009.

Dengan jumlah populasi sebanyak 1142 ekor di Desa Jati Kesuma pada tahun 2009 sebenarnya ini sudah cukup banyak dibanding dengan desa yang lain, tetapi dilapangan tidak sesuai dengan harapan peternak, dimana usahaternak belum begitu meningkatkan pendapatan peternak, karena kompleksnya permasalahan yang dihadapi peternak baik metode perkawinan, metode pemberian pakan, tujuan pemeliharaan, sistem perkandangan dan pemasaran ternak, permodalan, peran sumber informasi dan pengetahuan teknologi tentang usahaternak rendah. Dimana semua ini menyangkut dengan peran peternak sebagai manajer dalam usahaternak sehingga semua usaha dimanajemen dengan begitu baik. Kemampuan manajerial peternak tidak lepas bagaimana peran peternak mengakses sumber informasi dalam memutuskan segala bentuk input dan kebutuhan usaha. Ini pun sangat berhubungan dengan faktor sosial ekonomi peternak, bagaimana pendidikannya dan pengalamaan dalam usahaternaknya, sehingga memacu untuk beternak lebih baik.

(20)

manajerial usahaternak di Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang.

Indentifikasi Masalah:

Berdasarkan kondisi diatas peneliti merumuskan masalah yang akan dikaji adalah:

1. Bagaimana faktor sosial ekonomi (jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan) peternak sapi potong di daerah penelitian?

2. Bagaimana kemampuan manajerial peternak sapi potong dalam mengelola usahaternaknya di daerah penelitian?

3. Bagaimana hubungan faktor sosial ekonomi (jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan) peternak sapi potong dengan kemampuan manajerial usahaternak di daerah penelitian?

4. Apa saja masalah yang dihadapi peternak sapi potong mengelola usahaternaknya di daerah penelitian?

(21)

Tujuan Penelitian :

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis faktor sosial ekonomi (jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan) peternak sapi potong di daerah penelitian.

2. Menganalisis kemampuan manajerial peternak sapi potong dalam mengelola usahaternaknya di daerah penelitian.

3. Menganalisis hubungan faktor sosial ekonomi (jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan) peternak sapi potong dengan kemampuan manajerial usahaternak di daerah penelitian.

4. Menganalisis masalah yang dihadapi peternak sapi potong mengelola usahternaknya di daerah penelitian.

5. Menganalisis upaya yang dilakukan peternak dalam mengatasi masalah yang dihadapi peternak sapi potong dalam mengelola usahternaknya di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Dari segi praktis informasi penelitian ini diharapkan dapat membantu peternak untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan selama beternak 2. Dari aspek informasi diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi

(22)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN HIPOTESIS

Tinjauan Pustaka

Sapi adalah ternak terpenting dari jenis-jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan manusia lainya. Ternak sapi menghasilkan 50 % kebutuhan daging di dunia, 95 % kebutuhan susu, dan kulitnya menghasilkan sekitara 85 % kebutuhan kulit untuk sepatu. Sapi adalah salah satu genus dari famili Bovidae. Ternak atau hewan-hewan lainya yang termasuk famili ini ialah Bison, banteng (Bibos), kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan Anoa. Oleh karena itu satu genus dengan Eropa dan Bos Taurus dan sapi-sapi tropis atau Bos indicus.

( Pane,1993)

Usahaternak merupakan suatu proses mengkombinasikan

faktor-faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, dan modal untuk menghasilkan

produk peternakan. Keberhasilan usahaternak sapi bergantung pada tiga unsur,

yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengelolaan. Manajemen mencakup

pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan, dan kesehatan ternak.

Manajemen juga mencakup penanganan hasil ternak, pemasaran, dan pengaturan

tenaga kerja (Abidin, 2002)

Peranan ternak sapi dalam pembangunan peternakan cukup besar terutama dalam pengembangan misi peternakan yaitu sebagai:

1. Sumber pangan hewani asal ternak, berupa daging dan susu 2. Sumber pendapatan masyarakat terutama petani ternak

(23)

4. Menciptakan angkatan kerja

5. Sasaran konservasi lingkungan terutama lahan melalui daur ulang pupuk kandang

6. Pemenuhan sosial budaya masyarakat dalam ritus adat/kebudayaan. (Phindini dkk, 2005)

Menurut Soeharto (1990) dalam Surayatiyah (2009) usahaternak dapat digolongkan dalam 4 jenis:

1. Usaha yang bersifat tradisional yaitu petani/peternak kecil yang mempunyai 1-2 ekor ternak ternak ruminansia besar, kecil bahkan ayam kampung. Usaha ini hanya bersifat sambilan dan untuk saving saja.

2. Usaha backyard, yaitu petani/peternakan ayam ras, sapi perah, ikan. Tujuan usaha selain memenuhi kebutuhan juga untuk dijual oleh karena itu memakai input teknologi, manajemen, dan pakan yang rasional, dalam perkembangannya ditunjang dengan sistim PIR

3. Usaha komersial, yaitu petani/peternak yang telah benar-benar menerapkan prinsip-prinsip ekonomi, profit oriented, dan efesiensi. Usaha ini meliputi usaha pembibitan, usaha pakan ternak, usaha penggemukan dan lain-lain. Secara garis besar ada dua bentuk usahatani yang telah dikenal yaitu usahatani keluarga (family farming) dan perusahaan pertanian (plantation, estate,

enterprise). Pada umumnya yang dimaksud usahatani adalah usaha keluarga

sedangkan yang lain adalah perusahaan pertanian.

(24)

atau menyampaikan informasi teknologi pertanian dapat mempercepat kemajuan usaha pertanian di pedesaan (Suryantini, 2004).

Pesatnya perkembangan iptek bidang pertanian menyebabkan penyebaran informasi melalui media cetak dan elektronik semakin meningkat. Bagi penyuluh petani, media tersebut merupakan sumber untuk mendapatkan informasi tentang teknologi pertanian. Namun, tersedianya sumber informasi menjamin digunakannya sumber informasi oleh penyuluh. Pemilihan dan penggunaan berbagai sumber informasi oleh petani akan berbeda tergantung pada kebutuhan informasi dan motivasi tertentu (Suryantini, 2003).

Landasan Teori

Menurut Mosher (1984) petani bertindak sebagai manajer juru tani dan anggota masyarakat biasa. Petani diharapkan pada beberapa alternatif, harus memutuskan alternatif yang akan dipilih, melaksanakan pilihannya dan bertanggung jawab terhadap hasil kerjanya yang diperoleh.

Manajemen adalah pengelolaan suatu pekerjaan untuk memporoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan cara menggerakan orang-orang lain untuk bekerja. Menurut George R.Terry (1997) dalam Herijito (2001) manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari planning,

organizing, actuating dan controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan

(25)

pengorganisasisan, pengawasan, komunikasi dan sebagainya. Dengan demikian, segala kegiatan dalam usahataninya terarah pada satu tujuan yang menguntungkan bagi petani (Suratiyah, 2009)

Pemahamaan prosedur manajemen sangat penting bagi petani terutama dalam pemecahan masalah. Petani sebagai manajer harus benar-benar menguasai masalah yang timbul dalam usahataninya. Untuk mengetahui dan memecahkan masalah tersebut, ada beberapa tahapan yang harus benar-benar tahu apa akar masalahnya dan bukan gejala atau kenampakan sesaat saja. Kedua, petani harus mengumpulkan data dan fakta yang ada. Ketiga, petani harus mampu mengevaluasi dan menemukan alternatif pemecahan masalah. Keempat, sebagai manajer, seorang petani harus mampu mengambil keputusan untuk bertindak mengatasi permasalahan yang timbul tersebut. (Suratiyah, 2009)

Fungsi-fungsi manajemen menurut George R. Terry dalam Herijito (2001) yang membentuk manajemen sebagai salah satu proses sebagai berikut

1. Planning

Kegiatan yang menentukan berbagai tujuan dan penyebab tindakan-tindakan selanjutnya.

2. Organizing

Kegiatan membagi pekerjaan di antara anggota kelompok dan membuat ketentuan dalam hubungan-hubungan yang diperlukan

3. Actuating

(26)

4. Controlling

Kegiatan untuk menyesuaikan antara pelaksanaan dan rencana-rencana yang telah ditentukan.

Perencanaan (Planning)

1. Menjelaskan memantapkan dan memastikan tujuan yang dicapai 2. Meramalkan peristiwa atau keadaan pada waktu yang datang 3. Memperkirakan kondisi-kondisi pekerjaan yang dilakukan 4. Memilih tugas yang sesuai untuk pencapaian tujuan

5. Membuat rencana secara menyeluruh dengan menekankan kreativitas agar diperoleh sesuatu yang baru dan lebih baik

6. Membuat kebijaksanaan, prosedur, standar dan metode-metode untuk pelaksanaan kerja

7. Memikirkan peristiwa dan kemungkinan akan terjadi

8. Mengubah rencana sesuai dengan petunjuk hasil pengawasaan Pengorganisasian (organizing)

1. Membagi pekerjaan ke dalam tugas-tugas operasional

2. Mengelompokkan tugas-tugas ke dalam posisi-posisi secara operasional 3. Menggabungkan jabatan-jabatan operasional ke dalam unit-unit yang

saling berkaitan

4. Memilih dan menempatkan orang untuk pekerjaan yang sesuai 5. Menjelaskan persyaratan dari setiap jabatan

6. Menyesuaikan wewenang dan tanggung jawab bagi setiap anggota 7. Menyediakan berbagai fasilitas untuk pegawai

(27)

Penggerakkan (Actuating)

1. Melakukan kegiatan partisipasi dengan senang hati terhadap semua keputusan, tindakan atau perbuatan

2. Mengarahkan dan menantang orang lain agar bekerja sebaik-baiknya 3. Memotivasi anggota

4. Berkomunikasi secara efektif

5. Meningkatkan anggota agar memahami potensinya secara penuh

6. Memberi imbalan penghargaan terhadap pekerja yang melakukan pekerjaan yang baik

7. Mencukupi keperluan pegawai sesuai dengan kegiatan pekerjaannya 8. Berupaya memperbaiki pengarahaan sesuai dengan petunjuk pengawasan Pengendalian (Controlling)

1. Membandingkan hasil-hasil pekerjaan dengan rencana secara keseluruhan 2. Menilai hasil pekerjaan dengan standar hasil kerja

3. Membuat media pelaksanaan secara tepat 4. Memberitahukan media pengukur pekerjaan

5. Memindahkan data secara terperinci agar dapat dilihat perbandingan dan penyimpangan -penyimpangannya

6. Membuat saran tindakan-tindakan perbaikan jika dirasa oleh anggota

7. Memberitahu anggota-anggota yang bertanggung jawab terhadap pemberian penjelasaan

(28)

1. Aktivitas teknis

• Memutuskan akan memproduksi apa dan bagaimana caranya

• Memanfaatkan lahan

• Membuat gambaran tentang teknologi dan peralatan yang akan

digunakan serta implikasinya pada penggunaan tenaga kerja

• Menentukan skala usaha

2. Aktivitas komersial

• Menghitung berapa dan apa saja input yang dibutuhkan baik

yang dipunya maupun yang akan dicari

• Menentukan kapan, darimana, dan jumlah input yang diperoleh

• Meramalkan penggunaan input dan produksi yang akan diperoleh

• Meramalkan pemasaran hasil, kepada siapa, dimana, kapan dan

kualitas produksi atau hasil 3. Aktivitas finansial

• Mendapatkan dana dari sendiri, dari pinjaman kredit bank atau

kredit yang lain

• Menggunakan dana untuk memporoleh pendapatan dan

keuntungan (jangka panjang)

• Meramalkan kebutuhan dana jangka panjang yang akan datang

(investasi untuk penggantian alat-alat atau perluasaan usaha) 4. Aktivitas akutansi

• Membuat catatan tentang semua transaksi baik bisnis maupun

pajak

(29)

• Menyimpang data tentang usahanya

Berdasarkan aktivitas tersebut, jelas petani sebagai manajer dituntut mempunyai pengetahuan, pengalamaan dan ketrampilan yang memadai, agar dapat menyiapkan dan memilih alternatif usaha yang terbaik. Manajemen yang melekat pada tenaga kerja akan sangat menentukan bagaimana kinerjanya dalam menjalankan usahatani. Dengan manajemen yang berbeda meskipun segala input sama akan diperoleh hasil yang berbeda. Dengan kata lain, keberhasilan usahatani sangat tergantung pada upaya dan kemampuan manajer. Oleh karena manajemen adalah suatu seni maka sulit mengkuantifikasi atau mengukurnya.

Ketersedian dalam memilih sumber informasi yang dibutuhkan peternak mengenai permasalahan yang diatas, akan berhubungan dengan karakteristik pembacanya, antara lain pendidikan, pekerjaan, penghasilan, partisipasi dalam organisasi, kefanatikan dan kekosmopolitan (Mulyani dkk (2006) dalam Stehans (1972) dan juga sumber informasi diperoleh berpengaruh terhadap pendapatan dan informasi-informasi apa saja yang dibutuhkan oleh peternak dalam usaha ternak sapi potong sistem intensif.

Menurut Soekartawi (1984) sumber informasi berasal media massa, tetangga, teman, petugas penyuluh pertanian, pedagang, pejabat desa atau dari informan lain. Maka akan sangat bermanfaat untuk menganalisis bagaimana sumber-sumber informasi ini saling melengkapi dan mendukung satu sama lain, atau mungkin macam-macam konflik yang ada di antara sumber-sumber informasi tersebut (Ban dan

Informasi masa mendatang cukup penting dan diperlukan dalam rangka memperlancar pembangunan pertanian. Meliputi: produksi, permintaan pasar dan

(30)

tempat serta sistimnya berikut harga, perubahan kebijakan di tingkat regional dan nasional maupun international, perkembangan industri pengolah hasil pertanian, Perubahan peta pertanian di tingkat regional dan nasional dan ekonomi serta kebudayaan ditingkat regional dan nasional maupun international, ketersediaan sarana dan prasarana produksi pertanian, perubahan teknologi, cuaca dan iklim, dan efidemi hama dan penyakit (Silitonga, 1994)

Mengenai informasi masa kini, baiknya ekstern maupun intern yang penting dan diperlukan: produksi, permintaan pasar, tempat dan sistemnya berikut harganya, ketersedian sarana dan prasarana produksi pertanian. Kebijakan dan kelembagaan yang ada, cuaca dan iklim, epidemi hama dan peyakit, teknologi yang digunakan, pengusaan sumber daya, baik modal, tenaga kerja, lahan maupun enterprenur, cara pengelolaan atas sumber daya yang dikuasa dan pembiayaan keuangan (Silitonga, 1994)

Petani memamfaatkan berbagai sumber untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi yang mereka perlukan untuk mengelola usaha tani mereka dengan baik, diantaranya adalah:

 Petani-petani lain

 Organisasi penyuluhan milik pemerintah

 Perusahaan swasta yang menjual input, menawarkan kredit, dan membeli

hasil pertanian.

 Agen pemerintah yang lain, lembaga pemasaran dan politisi

 Organisasi petani dan organisasi swasta beserta stafnya

 Jurnal usaha tani, radio, televise dan media massa lainya

(31)

(Ban dan

1. Media perorangan ( PLL, petugas lain, teman dan sebagainya)

Hawkins, 1999)

Berdasarkan jenisnya, maka media komunikasi dalam penyuluhan dibagi menjadi:

2. Media forum ( ceramah/diskusi, saresahan, demonstrasi). 3. Media cetak (folder, koran masuk desa, leaflet dan sebagianya 4. Media dengan pandang (terproyeksi, Film dan sebagainya) (Levis,1996 )

Pendapatan peternak dari usaha pemeliharaan sapi masih rendah karena pola usahanya belum komersial dan pemeliharaannya masih tradisional. Padahal menurut Yasin dan Dilaga (1993) usahaternak yang dikelola secara komersil dapat memberikan pendapatan lebih atau dengan kata lain mengubah pola pemeliharaan yang bersifat tradinasional kepada sistem bisnis. Meningkatnya kemitraan antara pengusaha dan peternak merupakan salah satu upaya meningkatkan pendapatan, memasukkan paket inovasi teknologi, dan merubah pola usaha (Gunawan dkk, 1998).

Besar kecilnya pendapatan usahaternak sapi dipengaruhi oleh bagaimana petani-peternak menentukan tujuan usahanya. Dalam menentukan tujuan usaha tersebut petani-peternak sangat memerlukan informasi yang seharusnya diperoleh dari penyuluh (Yasin dan Dilega, 1993)

(32)

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah sistem usahatani tenaga kerja, manajemen pemiliharaan dan pakan sapi. Faktor-faktor produksi yang diperkirakan berpengaruh dalam menentukan pendapatan dalam pemeliharaan sapi jantan adalah jumlah kepemilikan sapi, lama pemeliharaan, biaya pakan, biaya obat-obatan dan biaya tenaga kerja. Penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh peternak secara efesien kedalam alokasi usaha yang optimal mampu menghasilkan peningkatan pendapatan

(Gunawan dkk,1998)

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Jadi dapat dirumuskan:

Pd= TR –TC Dimana: Pd = Pendapatan usahatani

TR = Total penerimaan TC = Total biaya

Penerimaan usahatani (Total Reveme-TR) adalah perkalian antara produksi yang diporoleh (Y) dengan harga jual (Py). Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai

berikut:

TR=Y x Py

Dimana: TR = Penerimaan total

Y = Produksi yang diperoleh Py = Harga jual

(Soekartawi, 1995)

(33)

Belajar dari dengan mengamati pengalamaan petani sangat penting karena merupakan cara yang jauh lebih baik untuk mengambil keputusan daripada dengan cara mengolah sendiri informasi yang ada (Ban dan Hawkins, 1998).

Peternak yang memiliki pengalamaan yang memadai namun masih menggelola usaha tersebut dengan kebiasan-kebiasaan yang lama yang sama dengan waktu mereka mengawali usahanya sampai sekarang. Menurut Abidin dan Simanjuntak (1977), faktor penghambat berkembangnya peternakan pada suatu daerah dapat berasal dari faktor-faktor topografi, iklim, keadaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan rerumputan atau penguat. Di samping itu, faktor pengetahuan yang dimiliki masyarakat sangat, menentukan pula perkembangan peternakan di daerah ini

(Saleh dan

Sapi potong adalah jenis ternak yang sudah lama dikenal dan mempunyai prospek yang baik dikembangkan karena keuntungan yang diperoleh dari beternak sapi potong tidak sedikit. Namun besar kecilnya keuntungan yang diperoleh tergantung pemeliharaan yang dilakukan peternak. Pemeliharaan

Yunilas, 2006)

Menurut Siregar (2005) dalam Jurnal Agribisnis Peternakan (Agripet) (2006) mengatakan jumlah sapi yang akan digemukkan periode penggemukan tidak ada batasannya, tetapi tergantung pada modal usaha yang dimiliki dan fasilitas-fasilitas penunjang yang dikuasai seperti lahan, kandang, pakan, dan kemampuan peternak dalam mengelola dan mengatur pemasarannya. Apabila tertanggulangi maka lebih baik mengelola dengan jumlah yang banyak mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

(34)

usahaternak sapi potong menyangkut kemampuan peternak sabagai manajer dalam usahaternaknya.

Peternak sebagai manajer (pengelola) dalam usahaternaknya harus mampu menjabarkan dan merealisasikan ide atau buah pikiranya dalam mengelola usahaternakya sehingga berhasil seperti yang diinginkan. Untuk itu, peternak harus melalui semua fungsi-fungsi manajemen yang prosesnya meliputi Perencanaan (Planning), Penggorganisasian (Organizing), Penggerakan

(Actuating) dan pengendalian (Controlling). Dengan demikian, segala kegiatan

dalam usahaternakya terarah pada satu tujuan yang paling menguntungkan.

(35)

Keterangan:

: Menyatakan hubungan

Gambar.1. Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong Dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak.

Kemampuan Manajerial: 1.Perencanaan (Planning) 2.Penggorganisasian

(Organizing)

3.Penggerakan (Actuating) 4.Pengendalian (Controling) Peternak Sapi Potong Faktor sosial-ekonomi:

• Jumlah ternak( skala usaha)

• Umur peternak

• Tingkat pendidikan

• Pengalamaan beternak

• Sumber informasi

• Pendapatan usahaternak

Usahaternak Sapi potong

Masalah

(36)

Hipotesis Penelitian

1. Kemampuan manajerial peternak sapi potong di daerah penelitian baik. 2. Ada hubungan faktor sosial ekonomi (ternak, umur peternak, tingkat

(37)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Penentuan ini dilakukan secara purposive dengan jumlah ternaknya sebanyak 1142 ekor dan pemilik ternak sebanyak 170 KK. Daerah ini masih layak dikembangkan kepada arah usahaternak unggulan atau bisnis karena masih tersedia lahan pertanian sebagai sumber pakan.

Metode Penentuan Sampel

Menurut Sugiyono (2006), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jumlah populasi pemilik ternak sapi potong di Desa Jati Kesuma sebanyak 170 Kepala Keluarga (KK) dengan penjabaran bahwa peternak milik sendiri sebanyak 50 KK dan bagai hasil/gaduh sebanyak 120 KK. Peternak sampel adalah peternak yang mengusahakan ternak sapi potong milik sendiri. Metode penentuan sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode simple random sampling dimana sampel diambil secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Jadi jumlah sampel sebanyak 33 KK

n : Sampel N: Populasi

(38)

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari primer dan data sekunder. Data primer sosial ekonomi peternak berbentuk interval dan rasio diporoleh dengan wawancara dengan para peternak sapi dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahalu. Data sekunder diporoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini seperti Biro Pusat Stastik Sumatera Utara, Dinas Peternakan Tingkat II Deli Serdang, serta literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian.

Metode Analasis Data

Adapun metode analisis yang dipergunakan untuk setiap tujuan adalah: Untuk Tujuan 1 digunakan analisis deskriptif (dengan mengambarkan dan menjelaskan) yaitu faktor sosial ekonomi peternak.

Tabel 3. Indikator Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong

Kode

X.1 Jumlah Ternak Banyak ternak sapi yang dipelihara oleh peternak

X.2 Umur Peternak Lamanya tahun usia peternak sejak dari lahir sampai menjadi

responden penelitian

X.3 Tingkat pendidikan Lamanya peternak duduk di pendidikan formal

X.4 Pengalamaan

Beternak

Lamanya waktu sejak peternak memulai usahaternaknya dan diukur dalam satuan tahun.

X.5 Sumber Informasi Jumlah media yang dimanfaatkan peternak dalam mendapatkan

informasi mengenai usahaternak

9. Majalah Pertanian/ koran 10. Leaflet/Folder/selebaran 11. Diskusi/ Penyuluhan 12. Demonstrasi

X.6 Pendapatan Keseluruhan pendapatan dari usahaternak sapi potong

(39)

kualitatif yaitu dengan menjumlahkan seluruh nilai yang diperoleh dari hasil jawaban peternak sampel atas kemampuan manajerial melalui dimensi fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), penggerakan (Actuating) dan pengendalian (Controlling).

Tabel 4. Indikator Kemampuan Manajerial Usahaternak Kode

1. Perencanaan kelayakaan usaha (penghitungan pendapatan) 2. Perencanaan lokasi usaha dan penempatan fasilitas

3. Perencanaan besarnya usaha (jumlah yang dipelihara dan tipe kandang). 4. Perencanaan besarnya usaha ( jenis sapi yang dipelihara)

5. Perencanaan sumber pendanaan (dana sendiri, kredit bank dan kredit dll) 6. Perencanaan penyedian pakan (menanam rumput/ jenis yang lain) 7. Perencanaan pembelian peralatan dan perlengkapan

8. Perencanaan jumlah, tempat dan harga penjualan ternak

9. Perencanaan pembuatan buku traksaksi baik pengeluaran dan pemasukan 10. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja (keluarga dan diluar keluarga) 11. Perencanaan orang yang bisa kita minta keterangan untuk suntik IB/sakit 12. Perencanaan pengembangan usaha

Pengorganisasian

(Organizing)

1.Mengorganisir input usaha (tenaga kerja)

Penggerakan

(Actuating)

1. Pendapatan dari usahaternak dapat memenuhi kebutuhan keluarga 2. Pelaksanaan lokasi kandang tidak mengganggu lingkungan sekitar 3. Melaksanakan model kandang sesuai dengan jumlah ternak 4. Melaksanakan Jenis sapi yang dipelihara dengan kondisi daerah 5. Kebutuhan modal untuk melanjutkan usahaternak

6. Menanam rumput kebutuhan ternak

7. Memberi pakan sesuai dengan kebutuhan ternak

8. Jumlah peralatan dan perlengkapan sesuai dengan kebutuhan 9. Menjual ternak tepat harga

10. Melakukan pencatatan transaksi

11. Pemberian obat/sakit ditangani penyuluh/mantri Pengendalian

(Controlling)

1. Mengontrol kebersihan kandang 2. Mengontrol tanda-tanda perkawinan 3. Mengontrol kesehatan ternak

4. Mengontrol kebutuhan pakan ternak 5. Mengontrol kondisi sarana produksi 6. Mengontrol pemasukan dan pengeluaran

(40)

Penilaian tersebut meliputi:

• Pertanyaan yang dijawab A Nilai : 1

• Pertanyaan yang dijawab B Nilai 2

• Pertanyaan yang dijawab C Nilai 3

Tabel 5. Skor Kemampuan Manajerial Usahaternak Peternak Sapi Potong No Fungsi-fungsi

manajemen

Item Pertanyaan Skor nilai Jumlah Penilaian

Skor penilaian untuk masing-masing peternak:

Nilai tertinggi : Nilai tertinggi item pertanyaan X Jumlah item pertanyaan Nilai terendah : Nilai terendah item pertanyaan X Jumlah item pertanyaan

Skor 70-90 : Kemampuan manajerial baik

Skor 50-69 : Kemampuan manajerial kurang baik Skor 30-49 : Kemampuan manajerial tidak baik Skor untuk keseluruhan:

Nilai tertinggi : Jumlah Sampel X Nilai tertinggi item pertanyaan X Jumlah item pertanyaan

Nilai terendah :Jumlah Sampel X Nilai terendah item pertanyaan X Jumlah item pertanyaan

(41)

Untuk Tujuan 3 yaitu hubungan faktor sosial ekonomi peternak sapi potong dengan kemampuan manajerial usahaternak dianalisis Korelasi Rank Spearman dan Uji Chi Square ( Uji X2)

a.Untuk Hubungan umur, pengalamaan beternak, jumlah ternak, tingkat pendidikan dan pendapatan dengan kemampuan manajerial usahaternak dengan

Korelasi Rank Spearman

Untuk menghitung nilai t sampel digunakan rumus:

:

Keterangan:

rs = Koefisien korelasi Rank Spearman di =selisih antar rank

n =jumlah peternak sampel α =Derajat nyata

db =Derajat bebas Kriteria uji hipotesis adalah:

Jika th ≤ tα/2 berarti terima Ho atau tolak H1 Jika th > tα/2 berarti terima Hi atau tolak Ho

Ho = Tidak ada hubungan faktor sosial ekonomi peternak sapi potong dengan kemampuan manajerial usahaternak

H1 = ada hubungan faktor sosial ekonomi peternak sapi potong dengan kemampuan manajerial usahaternak.

(Sugiyono , 2006)

b.Untuk Hubungan sumber informasi dengan kemampuan manajerial usahaternak menggunakan Uji Chi Square (Uji X2).

(42)

Fe = (

l JumlahTota

fbaris

fkolom)(∑ )

X2 =

fe fe f0 )2

( −

Derajat bebas (d.b) = (baris-1) (kolom-) Kriteria uji :

Ho di terima apabila : X2≤ X2 α; derajat bebas tertentu Ho diterima apabila : X2≥ X2α; deraja bebas tertentu (Djarwanto,2003).

(43)

Definisi dan Batasan Operasional Definisi

a. Faktor sosial-ekonomi peternak adalah faktor yang ada didalam dan diluar peternak sebagai responden yang dapat berhubungan dengan kemampuan manajerial usahaternak sapi potong. Seperti sumber informasi, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, jumlah ternak/skala usaha dan pendapatan peternak dari usahaternaknya

b. Kemampuan manajerial (Y) adalah kemampuan peternak dalam mengelola usahaternaknya sesuai fungsi manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan.

c. Perencanaan (Planning) adalah upaya penyusunan rencana aktivitas usahaternak baik jangka panjang maupun jangka pendek.

d. Pengorganisasian (Organizing) adalah mengorganisir sumber daya berupa

input-input dan sarana produksi yang digunakan dalam usahaternak sapi

potong sehingga terjadi efesien usahaternak sapi potong.

e. Penggerakkan (Actuating) adalah kegiatan mendorong atau menggerakkan kegiatan usahaternak berjalan sesuai kegiatan

f. Pengendalian (Controlling) adalah kegiatan mengendalikan/mengawasi setiap usahaternak agar berjalan sesuai apa yang direncanakan sebelumnya dan mengarahkan kepada pencapaian tujuan hasil usaha.

g. Jumlah ternak (X1) ( ekor) adalah banyak sapi yang dipelihara pada periode penelitian

h. Umur peternak (X2) adalah lamanya tahun usianya peternak sejak dari lahir sampai menjadi responden ( tahun)

i. Tingkat pendidikan (X3) (tahun) adalah lamanya peternak dalam pendidikan formal

j. Pengalaman beternak (X4) (tahun) adalah lamanya dalam mengusahakan ternak sapi potong

(44)

l. Pendapatan usahaternak (X3) adalah selisih antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya produksi yang berasal dari usahaternak sapi potong ( Rupiah) dalam 1 tahun

Batasan Operasional

1. Peternak sampel adalah peternak yang mengusahakan ternak sapi potong milik sendiri.

2. Kemampuan manajerial peternak yaitu perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), penggerakan (Actuating) dan pengendalian (Controlling).

3. Faktor sosial ekonomi meliputi sumber informasi, jumlah ternak, pendapatan, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak dan umur. 4. Daerah penelitian adalah Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe,

Kabupaten Deli Serdang.

(45)

DESKRIPSI DESA PENELITIAN DAN

SISTIM PEMILIHARAAN TERNAK SAPI POTONG

Deskripsi Desa

Luas dan Topografi Desa

Desa Jati Kesuma berada di kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 2,76 Km2. jumlah penduduk desa Jati Kesuma sebanyak 3337 Jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 800 KK. Daerah ini terletak pada ketinggian 51 meter diatas permukaan laut dengan iklim sedang yang terdiri dari musim hujan dan musim kemarau yang rata-rata dipengaruhi oleh angin gunung. Curah hujan yang menonjol adalah pada bulan Agustus sampai dengan Desember, sedangkan musim kemarau adalah pada bulan Mei sampai dengan Juli.

Adapun batas wilayah Desa jati kesuma adalah sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Batu penjemuran

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kuta Tengah

• Sebelah Barat berbatasan dengan Jaba

• Sebelah Timur berbatasan dengan Pancur Batu

Keadaan Penduduk

(46)

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur di Desa Jati Kesuma Kecamatan Namorambe Tahun 2008

No Umur Jumlah (KK) Persentase (%)

Sumber: Kantor Kepala Desa Jati Kesuma, 2009

Berdasarkan Tabel 6. dapat diketahui bahwa persentase penduduk kelompok umur < 10 tahun terdapat 18,63 % dan kelompok umur ≥ 10 tahun terdapat 81,37 %. Dengan demikian di daerah penelitian kelompok umur produktif tersedia cukup besar. Selanjutnya keadaan penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Jati Kesuma Kecamatan Namorambe Tahun 2008

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 2071 62,06

Sumber: Kantor Kepala Desa Jati Kesuma, 2009

(47)

sebanyak 872 jiwa (26,13%), selebihnya adalah penduduk yang bermata pencaharian sebagai Wiraswasta, Pegawai Negeridan ABRI. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa daerah ini merupakan daerah yang potensial sebagai tempat penelitian.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana desa akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat desa hal ini dapat dilihat bila mana semakin baik sarana dan prasarana yang ada maka, semakin mudah desa tersebut dijangkau sehingga mempercepat laju perkembangan desa tersebut.

Sarana dan prasarana dapat dikatakan baik apabila dilihat dari ketersediaan dan pemanfaatannya yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat sehingga dapat mempermudah masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di desa tersebut dapat dilihat pada Tabel 8

Tabel 8. Distribusi Menurut Sarana dan Prasarana di Desa Jati Kesuma Kecamatan Namorambe Tahun 2008

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Sarana Pendidikan (SD. SLTP,

SLTA)(Unit)

3

2 Balai Desa (Unit) 1

3 Kantor Kepala Desa (Unit) 1

4 Puskesmas Pembantu 2

5 Sarana Transportasi 20

6 Sarana Jalan Dusun 8

7 Prasarana Telepon dan Komunikasi 1

8 Mesjid 6

9 Gereja 1

10 Irigasi

• Jumlah Bendungan (Unit)

• Panjang Saluran Primer (Km)

• Panjang Saluran Sekunder (Km)

1 8 5,5

(48)

Berdasarkan Tabel 8. maka dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana di daerah penelitian adalah baik. Untuk melihat kelengkapan pendukung pengembangan ternak sapi potong dapat kita lihat Tabel 9.

Tabel 9. Kelengkapan Pendukung Pengbangan Usaha Ternak Sapi Potong di Jati Kesuma Kecamatan Namo Rambe Tahun 2008

No Kelengkapan Kondisi/ Jumlah Keterangan 1 Kandang ternak

massal

Tidak ada Hanya kandang patungan 2-3 pemilik ternak

2 Kandang penampungan

Tidak ada -

3 Pedagang besar Ada/ 2 orang Menampung ternak sekitar 50 ekor 4 Usaha kompos Tidak ada -

8 Penyuluh Ternak Ada / 1 orang Untuk kecamatan Namorambe 9 Mantri ternak Ada/ 1 orang

10 Mesin pencacah pakan

Tidak ada

Sumber: Hasil pengamatan di lapangan dan Kantor Kepala Desa Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 9. bahwa Desa Jati Kesuma belum memadai kelengkapan pendukung untuk pengembangan usahaternak sapi potong. Terutama kelompok ternak yang perlu diaktifkan kembali dalam rangka menunjang kegiatan pengembangan ternak.

Sistim Pemeliharaan Pada Usaha Ternak Sapi Potong

Sistim pemeliharaan ternak yang dilakukan di Desa Jati Kesuma merupakan sistem intensif. Sistim intensif maksudnya sapi-sapi yang akan digemukkan atau di pelihara dalam kandang yang sederhana dan kebutuhan akan pakan dan minum disediakan oleh peternak.

(49)

Untuk anak pertama lahir diserahkan kepada pemilik ternak, tetapi untuk kedua langsung dimiliki oleh peternak yang memilihara ternak sapi potong dan apabila induk tersebut dijual maka dibagi dua antara pemilihara dan pemberi ternak. 1. Pemberian Pakan dan Minum

Ketersediaan pakan yang cukup akan menghasilkan ternak yang sehat dan produktif. Jenis pakan sapi ada dua macam yaitu pakan pokok yang terdiri dari hijauan seperti rumput, kacang-kacangan, limbah pertanian (batang jagung, daun ubi) dan pakan tambahan (suplemen dan konsentrat). Peternak di daerah penelitian paling banyak menggunakan pakan dari batang jagung dan rumput hijau. Pemberian pakan batang jagung harus terlebih dahalu dipotong-potong. Dan beberapa peternak menambahkan pakan kosentrat berupa dedak, bungkil, bekatul, ampas tahu. Peternak memberi makan ternaknya 3 kali sehari yang dikerjakan oleh wanita dan anak-anak.

Pemberian pakan di daerah penelitian dilakukan oleh peternak sendiri yang dibantu oleh anggota keluarganya seperti ibu dan anak-anaknya. Umumnya peternak memberikan air minum disaat bersamaan dengan pemberian makan, dimana air dibuat dalam ember dan dicampur dengan garam, karena garam juga dapat menyimpan air dan sebagai sumber mineral di dalam tubuh serta mempermudah proses pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan. Peternak memberi minum ternaknya 2 kali sehari yaitu pagi dan sore, air yang digunakan air sumur dan air Perusahan Dagang Air Minum (PDAM).

2. Pembersihan kandang

(50)

kandang. Kotoran dibersihkan dengan menggunakan sekop yang kemudian diangkat pada tempat pengumpulan kotoran ternak. Kotoran yang di kumpul berhari-hari kemudian dijual kepada agen, dimana mereka yang langsung mengangkut dari tempat. Ukuran kandang yang paling luas adalah tergantung pada jumlah sapi yang dipelihara, lantai kandang sudah permanen yang dibuat mendatar supaya mudah membersihkan kotoran sapi dan atapnya terbuat dari seng asbes dan rumbia. Tempat makan langsung dibuat permanen dengan memanjang sepanjang kandang dan tempat minum itu dari ember, tetapi masih ada kandang menyatu dengan rumah peternak.

3. Perkembangbiakan

(51)

4. Pembersihan Ternak Sapi

Di daerah penelitian peternak membersihkan ternaknya dengan cara sapi digosok dengan menggunakan brush. Air yang digunakan adalah air sumur dan air PDAM dengan menggunakan selang dan dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore.

5. Pengendalian penyakit

Penyakit yang sering menyerang ternak sapi potong di daerah penelitian adalah pecernaan tidak lancar, selain itu ada penyakit lain seperti masuk angin, cacingan dan patah kaki. Satu yang ditangkuti peternak adalah sapi memakan belalang dari rumput yang dimakan, kerena hal itu dapat membuat sapi meninggal. Biasanya apabila ternak sakit, peternak pertama kali melakukan pengobatan secara tradisional dengan menggunakan bahan-bahan yang ada disekitar tempat tinggal mereka seperti buah pinang untuk mengobati penyakit menceret. Apabila ternak tidak sembuh juga, maka perternak memanggil petugas dari dinas peternakan dimana petugas kesehatan ini diwakili oleh inseminator untuk memberikan obat-obatan.

6. Pemasaran Ternak Sapi

(52)
(53)

HASIL DAN PEMBAHASAAAN

Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong

Faktor Sosial Ekonomi peternak dalam penelitian ini meliputi faktor sosial dan ekonomi. Faktor sosial peternak yang dianalisis meliputi: umur peternak, tingkat pendidikan peternak, pengalamaan beternak, dan sumber informasi. Sedangkan faktor ekonomi meliputi: jumlah ternak dan pendapatan peternak. Tabel 10. Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong di Desa Jati Kesuma

No Faktor Sosial Ekonomi Peternak Rentang Rataan

1 Jumlah ternak (ekor) 1-7 4

2 Umur Peternak (tahun) 18-65 42

3 Tingkat pendidikan (tahun) 6-12 9

4 Pengalamaan beternak (tahun) 1-40 13

5 Sumber informasi 1-3 1

6 Pendapatan bersih usaha ternak (Rp) 105,000-11,723,830 2,786,380 Sumber: Hasil pengolahan data primer lampiran 1

Berdasarkan Tabel 10. dapat diketahui jumlah ternak sapi potong yang dimiliki peternak antara 1 ekor sampai 7 ekor dengan rataan sebesar 4 ekor. Hal ini menunjukan bahwa jumlah ternak sapi potong yang dipelihara secara rata-rata sekitar 3 sampai 4 ekor.

(54)

Tingkat pendidikan peternak sapi potong antara 6 sampai 12 tahun dengan rataan sebesar 9 tahun. Responden yang memiliki pendidikan SD sebanyak 11 orang (33,3%), pendidikan SMP sebanyak 6 orang (18,8%) dan pendidikan SMA adalah 16 orang (48,8%). Ini menunjukkan tingkat pendidikan peternak rata-rata hanya tamat SMP, sehingga tingkat pendidikan peternak tergolong masih rendah. Menurut Syafaat dkk (1995) dalam Febrina dan Liana (2008) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan peternak maka akan semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia, yang pada gilirannya akan semakin tinggi pula produktivitas kerja yang dilakukannya. Oleh karena itu, dengan semakin tingginya pendidikan peternak maka diharapkan kinerja usaha peternakan akan semakin berkembang dan ditambah Edwina (2006) dalam Febrina dan Liana (2008) tingkat pendidikan yang relatif tinggi memungkinkan peternak mampu mengadopsi inovasi, penyuluhan serta bimbingan untuk meningkatkan usahanya. Pendidikan non formal seperti penyuluhan peternakan dan kelompok ternak di daerah penelitian yang khusus mengenai usaha ternak sapi potong tidak begitu berjalan dengan baik. Padahal pola pendidikan yang dilaksanakan secara kelompok dapat meningkat pengetahuan dan inovasi dalam mengelola usahaternaknya.

(55)

manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih baik. Pengalamaan beternak sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Sesuai pendapat Edwina, dkk (2006) dalam Febrina dan Liana (2008) bahwa semakin lama seorang memiliki pengalamaan beternak akan semakin mudah peternak mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialaminya

Penggunaan sumber informasi oleh peternak berkisar 1 sampai 3 buah sumber informasi dengan rataan sebesar 1 buah. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pengusaan informasi responden sangat rendah. Penggunaan sumber informasi oleh peternak adalah tetangga atau keluarga sebanyak 33 orang (100 %), PPL sebanyak 8 orang ( 24,24 %), majalah peternakan/pertanian sebanyak 1 orang (3,3%) dan penggunaan sumber informasi yang tetangga, PLL dan majalah pertanian 1 (3,30 %), PLL dan tetangga adalah 8 oang (24,24%) dan hanya keluarga atau tetangga sebanyak 33 orang (100%) dan kontak tani, pedang, LSM, TV, Internet, Radio, Leaflet/Folder, Diskusi dan demonstrasi tidak ada (lampiran 9). Hal ini disebabkan karena sumber informasi tidak tersedia di desa tersebut. Sumber informasi keluarga atau tetangga ini yang saling mereka gunakan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi, dan teknologi yang sering dibagikan hanya pengalamaan usahaternak yang sifatnya turun-temurun kepada generasi yang selanjutnya.

(56)

Tabel 11. Rataan Pendapatan Peternak Sapi Potong di Jati Kesuma

Sumber: Hasil Olahan Data Primer lampiran 4- 8 1. Pengeluaran

Pengeluaran merupakan biaya produksi yang meliputi: biaya pakan, obat-obatan dan vaksin, Iseminasi Buatan (IB), tenaga kerja, listrik, kandang, peralatan dan perlengkapan. Rata-rata pengeluaran peternak sapi potong di daerah penelitian sebesar Rp.7,786,710. /peternak/ tahun. Biaya pengeluaran pada proses produksi terbesar pada biaya tenaga kerja sebesar Rp.5,446,919 atau 69,9 % dari biaya pengeluaran keseluruhan.dan biaya paling kecil pada Air dan listrik sebesar Rp.11,490 atau 0,1 % dari biaya yang dikeluarkan semasa 1 tahun (lampiran 5-6). - Pakan dan Transportasi

(57)

potong sebanyak 6 ekor. Sedangkan 30 responden (81.81 %) memilih memberi pakan dari limbah pertanian dan rumput lapangan. Harga rumput satu gulungan sebesar Rp.7000. Kebutuhan pakan hijauan/ ekor/ hari sebanyak 1 gulungan untuk sapi yang dewasa dan sapi pedet sebanyak setengah gulung/ hari. Rata-rata total pengeluaran untuk pakan (hijauan, konsentrat, bungkil dan dedak) sebesar Rp.662,300/peternak/tahun. Pengambilan pakan menggunakan alat transportasi dengan sepeda motor dan mobil dengan biaya bensin/ hari sebesar Rp.5000 atau rata-rata total biaya transportasi sebesar Rp 1,393,227/ peternak/tahun. Peternak memberi makan sapi ditambah dengan garam untuk kebutuhan ternak. Rata-rata garam yang dibutuhkan 306,197/ peternak/tahun (lampiran 5).

- Obat-obatan, vaksin dan vitamin

Penyakit yang sering menyerang ternak sapi di daerah penelitian adalah penyakit pencernaan, disamping itu penyakit cacingan, kaki lemah, masuk angin, serta keracunan akibat termakan ulat. Pengobatan pertama kali dilakukan secara tradisional dengan ramuan alami. Apabila ternak tidak sembuh, baru peternak memanggil petugas kesehatan (mantri ternak) untuk mengobati ternaknya. Obat yang sering diberi Sanbe dan Menara lima yang sebutir Rp.7000/ ekor dan pemberiannya dilakukan setahun 3 kali sedangkan biaya penyuntikan vitamin sebesar Rp.80,000/ ekor. Rata-rata total pengeluaran untuk obat-obatan, vaksin dan vitamin sebesar Rp.608,750/peternak/tahun (lampiran 5).

- Inseminasi Buatan (IB)

(58)

yang unggul bila dibandingkan dengan sistem kawin alamiah. Rata-rata total pengeluaran untuk IB sebesar Rp.70,303.03/peternak /tahun (lampiran 5).

- Tenaga kerja

Tenaga kerja yang digunakan petenak dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga (upahan). Tenaga kerja keluarga khusus dibagi atas 4 yaitu: kelompok pertama terdiri dari Pria, Wanita dan Anak dengan jumlah 5 responden (15,15 %), kelompok kedua yaitu: Pria dan Wanita dengan jumlah 18 responden (54,54%), kelompok ketiga yaitu: Pria dan Anak dengan jumlah 1 responden (3,03), kelompok keempat yaitu Pria dengan jumlah 9 responden (27,27 %) dan untuk tenaga kerja dari luar (upahan) tidak ada yang menggunakan. Ini sistem peternakan disana semua sudah dikandang dengan baik dan pekerjaan yang dilakukan disini berupa pengambilan pakan dari ladang, pemberian pakan dan minum, pengendalian penyakit, bersihkan kandang, sanitasi ternak dan reproduksi. Uang yang diperoleh oleh pria sebesar Rp.5000/jam, wanita Rp.4000/jam dan Anak Rp.2500/jam dengan ketentuan Upah Minumum Propinsi (UMP) sebesar Rp.822, 205/bulan tahun 2009. Rata-rata total pengeluaran untuk tenaga kerja sebesar Rp.5, 446,140/peternak/ tahun (lampiran 5).

- Listrik Dan Air

(59)

biaya pemakaian air PDAM sebesar Rp.6000/ peternak/ tahun atau Rp.461, 53/ ST/ tahun (lampiran 5).

-Kandang

Kandang ternak sapi di daerah penelitian pada umumnya semua dibuat dari bahan atapnya menggunakan seng dan seng asbes, dimana menggunak seng asbes 30 peternak (90,90 %) dan atap rumbia sebanyak 3 peternak (9,09%). Penggunaan atap seng asbes lebih tahan lama sekitar 5 sampai 7 tahun, tetapi atap rumbia 2 tahun harus sudah diganti. Lantai kandang sapi semua peternak sudah disemen dan dinding kandang ada yang menggunakan kayu 31 peternak (93,9) dan 2 peternak (6.06%) kandang disemen keliling setinggi 1 meter dan untuk tempat makanan langsung dibuat permanen selebar kandang. Rata-rata total pengeluaran untuk kandang Rp.299,19.919 peternak/ tahun.(lampiran 4)

- Peralatan dan Perlengkapan

Peralatan dan perlengkapan yang dipakai berupa cangkul, arit, kereta sorong, ember, sapu, lampu, pompa air, selang, tali, sekop, dan sisir. Masa pemakaian peralatan dan perlengkapan berbeda-beda sesuai dengan jenisnya. Rata- rata pengeluaran untuk peralatan sebesar Rp.471,482.32/ peternak/ tahun. (lampiran 4)

2. Penerimaan

Penerimaan meliputi : pertambahan nilai, penjualan ternak dan penjualan kotoran ternak. Rata-rata total penerimaan peternak sapi potong di daerah penelitian sebesar Rp.10,573,090.91 /peternak/ tahun.

(60)

Pertambahan nilai merupakan pertambahan nilai ternak yang dilihat dari awal dipelihara sampai akhir kondisi ternak. Penghitungan dapat dilihat dari penampilan ternak itu, semakin sehat dan gemuk ternak akan semakin mahal. Pertambahan nilai rataan peternak sebesar Rp. 4,998,485. Pertambahan nilai ternak

- Penjualan Ternak

Ternak yang dijual biasanya berumur 1,5 tahun. Agen biasanya melihat harga seekor sapi dari bentuk tubuhnya, dimana sapi yang makin gemuk akan harganya akan semakin mahal. Namun terkadang penjualan ternak diadakan pada usia muda, karena untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti: biaya pernikahan, biaya masuk sekolah dan kebutuhan yang mendesak. Jadi penjualan sapi merupakan tabungan sehingga, ketika butuh bisa langsung dijual.

Sapi pejantan biasanya dijual pada kisaran 8 bulan sampai umur 1 tahun kisaran antara 4 sampai 7 juta rupiah. Penjualan ternak jantan biasanya bukan untuk dipotong. Namun akan dijadikan bibit penjantan atau tipe pekerja. Rata-rata total penerimaan dari penjualan ternak sebesar Rp.5,306,090.09/peternak/tahun. - Penjualan kotoran ternak

(61)

Kemampuan Manajerial Peternak Sapi Potong Dalam Mengelola Usahaternak.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka bahwa peternak di daerah penelitian memiliki kemampuan manajerial yang baik. Adapun kemampuan manajerial peternak sapi potong dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12. Kriteria Penilaian Kemampuan Manajerial Peternak Sapi Potong di Desa Jati Kesuma Tahun 2009

.

No Aspek Penilaian Jumlah Indikator

Kemampuan Manajerial

Tidak Baik Kurang Baik Baik

Skor Jlh % Skor Jlh % Skor Jlh % 1 Kemampuan

Manajerial

30 30-49 1 3,03 50-69 8 24,24 70-90 24 72,72 a.Perencanan 12 12-20 6 18,1 21-29 18 54,5 30-36 9 27,2

b.Pengorganisasian 1 1 11 33,3 2 29 87,9 3 3 9,09

c.Penggerakan 11 11-17 1 3,03 18-24 2 6,06 35-33 30 90,09 d.Pengendalian 6 6-10 2 87,9 11-14 3 9,09 15-18 28 84,9 Diolah dari Data primer lampiran 10

Dari Tabel 12. kemampuan manajerial usaha ternak sapi potong di Desa Jati Kesuma diperoleh nilai katagori tidak baik sebanyak 1 orang pada skor 30-49 (3,03 %), katagori kurang baik sebanyak 8 orang pada skor 50-69 (24,24%) dan katagori baik sebanyak 24 orang pada skor 70-90 (72,72 %).

(62)

Baik

Tidak Baik Kurang Baik Baik 990 1980 2351 2930 Nilai 2,351 termasuk kategori interval ” kurang baik” dan ” baik”. Tetapi lebih dekat mendekati Baik (lampiran 10). Maka disimpulkan kemampuan manajerial usaha ternak di Desa Jati Kesuma adalah Baik, sehingga hipotesis diterima. Hasil diperkuat penelitian oleh Moock (1981); Jaminson dan Moock (1984); serta kalirajan dan Shand (1985) dalam Priyanto (2007), yang menyatakaan bahwa unsur pembentuk kapasitas manajemen seperti perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian usaha mampu meningkatkan kinerja.

Dan menurut Priyanto (2007), proses perencanaan yang dilakukan dengan efektif, teratur dan sistematis, implementasi usaha yang konsisten, dan adanya pengawasaan usaha yang terus menerus yang baik yang dilakukan sendiri dan atau bersama asosiasi, mampu mengurangi resiko kegagalan usaha yang tidak perlu dan mampu mengurangi biaya yang tidak penting sehingga bisa meningkat akan meningkatkan harga jualnya. Produksi yang meningkat dan harga yang meningkat karena kualitas meningkat pada akhirnya mampu meningkatkan keuntungan.

(63)

usahaternak sapi kurang berhasil dengan baik bahkan menjadi kerugian yang didapatkan peternak.

Berdasarkan Tabel 12. keseluruhan kemampuan manajerial usahaternak dapat diketahui bahwa peternak yang memiliki kemampuan manajerial usahaternak yang tidak baik pada nilai 50-69 yaitu 8 orang ( 24,24 %). Hal ini disebabkan peternak sudah menerapkan perencanaan mengenai usahaternaknya tetapi belum disiplin di dalam mengontrol keseluruhan kerjanya dengan baik. Menurut suratiyah (2009) disamping tidak jelas tujuannya, pada umumnya petani tidak menguasai permasalahan atau kondisi yang dihadapi sehingga merasa kebingungan jika terjadi perubahan kondisi. Akibatnya, petani tidak dapat meraih atau menangkap peluang yang ada. Kemampuan mendeteksi permasalahan utama yang harus diperhatikan terlebih dahulu. Keadaan ini sangat berhubungan dengan managerial skills atau human capitals yang rendah sehingga petani seringkali dikatakan ketinggalan.

Berdasarkan Tabel 12, keseluruhan kemampuan manajerial usahaternak dapat diketahui bahwa peternak yang memiliki kemampuan manajerial usahaternak yang baik pada nilai 50-70 yaitu 24 orang ( 72,72 %). Menurut Suritiyah (2009) Manajemen adalah pengelolaan suatu pekerjaan untuk memporoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan cara menggerakan orang-orang lain untuk bekerja. Menurut George R.Terry (1997) dalam Herijito (2001) manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari

planning, organizing, actuating dan controlling yang dilakukan untuk mencapai

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Populasi Ternak Sapi Potong Per Kabupaten/Kota  Di Sumatera Utara Tahun 2002-2007 (Ekor)
Tabel 2. Populasi Ternak Sapi Potong  Kecamatan Namo Rambe Per   Desa Tahun 2008 (ekor)
Gambar.1. Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong Dengan  Kemampuan Manajerial Usahaternak
Tabel 3. Indikator Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh profil peternak terhadap pendapatan dalam ternak sapi potong di kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai..

Analisis terhadap besar pendapatan peternak sapi potong di Kabupaten Wonogiri bahwa pendapatan antara peternak yang mengusahakan ternak sapi dengan tujuan

(2) Peternak sapi perah ialah individu yang melakukan kegiatan beternak sapi perah atau memelihara ternak sapi perah penerima bantuan untuk dikelola usahanya dalam

Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji perbedaan pendapatan peternak antara skala usaha 2-3 ekor dan 4-6 ekor pada peternak sapi potong dan sapi bakalan karapan di Pulau

Permasalahan utama pada usaha ternak sapi potong di desa Petung, desa Purnama, dan desa Jetis adalah sulit cari pakan saat kemarau, sedangkan permasalahan utama pada usaha

.... Jumlah ternak sapi Bali yang dipelihara :……ekor 2. Status kepemilikan sapi Bali a. ……ekor untuk peternak b)3. ……ekor

94 Tabel 38 Responden non kelompok peternak berdasarkan jenis bibit ternak sapi potong yang dipelihara, sanitasi kandang, penanganan limbah kotoran, pemberian konsentrat

Variabel Sosial Ekonomi peternak seperti variabel umur, pendidikan, pendapatan dan pengetahuan tidak mempengaruhi perkembangan tinggi gumba ternak sapi bali gaduhan