• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Profil Peternak Terhadap Pendapatan Dalam Usaha Ternak Sapi Potong Di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Profil Peternak Terhadap Pendapatan Dalam Usaha Ternak Sapi Potong Di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PROFIL PETERNAK TERHADAP PENDAPATAN

DALAM USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN

PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

YUDHISTIRA PURBA 050306025

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PROFIL PETERNAK TERHADAP PENDAPATAN

DALAM USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN

PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI OLEH

YUDHISTIRA PURBA 050306025 PETERNAKAN

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ANALISIS PROFIL PETERNAK TERHADAP PENDAPATAN

DALAM USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN

PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

Oleh:

YUDHISTIRA PURBA 050306025/PETERNAKAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Meraih Gelar Sarjana Di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

Judul Skripsi : Analisis Profil Peternak terhadap Pendapatan Dalam Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

Nama : Yudhistira Purba

NIM : 050306025

Program studi : Peternakan

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

(Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc) (Prof. Dr. Ir. Hasnudi,MS) Ketua Anggota

Mengetahui,

( Dr. Ir. Ristika Handarini, MP) Ketua Program Studi Peternakan

(5)

ABSTRAK

YUDHISTIRA PURBA: Analisa Profil Peternak Terhadap Pendapatan Dalam Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dibimbing oleh TRI HESTI WAHYUNI dan HASNUDI.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara yang dimulai tanggal 15 Juli sampai 30 Agustus 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh profil peternak terhadap pendapatan dalam ternak sapi potong di kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan unit responden keluarga yang memelihara ternak sapi potong. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling yaitu dengan cara memilih 3 desa yaitu Desa Simpang Tiga Pekan (populasinya rendah), Desa Adolina (populasinya sedang), Desa Melati 2 (populasinya tinggi). Sampel dari penelitian ini berjumlah 21 keluarga peternak sapi potong yang didapat dari 30% peternak masing- masing desa, yaitu desa Simpang Tiga Pekan (5 peternak), Desa Adolina (7 peternak), desa Melati 2 (9 peternak).

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa tingkat pendidikan dan sistem pemeliharaan berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan peternak sapi potong. Sedangkan pengalaman dan umur berpengaruh negatif terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

(6)

ABSTRACT

Yudhistira Purba: Farmer Profile Analysis of Income on Beff Cattle Farmer the Sub District Perbaungan The District Serdang Bedagai. The research was supervise by TRI HESTI WAHYUNI and HASNUDI.

The research was conducted at the district Serdang bedagai Sub District Perbaungan of North Sumatra Province, which began on 15 July to 30 August 2011. The purpose of this study was to analyze the income beef cattle farmer at Serdang Bedagai Sub District Perbaungan.

The research methods use is survey methods with a unit that maintains a family beef farmer. The sampling method used is Proportional Stratified Random Sampling is by way of selecting three village is the village Simpang Tiga Pekan (low population), Adolina village (Population average), Melati 2 village (high Population). Samples from this study amounted to 21 families of beef cattle breeders obtained from 30% of farmers in each village, the village of Simpang

Tiga Pekan (5 farmers), Adolina village (7 farmers) and Melati 2 village (9 farmers).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan penulis kesehatan,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsil ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Analisis Profil Peternak Perhadap

Pendapatan dalam Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Perbaungan

Kabupaten Serdang Bedagai“ yang merupakan salah satu syarat untuk untuk

memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Ibu Dr. Ir. Ristika Handarini, MP selaku ketua Departemen Peternakan dan

Bapak Usman Budi, S.Pt, MSi selaku sekretaris Departemen Peternakan. Terima

kasih kepada Ibu Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc selaku ketua pembimbing dan

Bapak Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah

banyak memberikan bimbingan dan pengarahannya dalam penulisan skripsi ini.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2011

(8)

DAFTAR ISI

Identifikasi Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Karakteristik Daerah Serdang Bedagai ... 5

Ternak Sapi Potong ... 8

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ... 10

Usaha Peternakan Rakyat ... 14

Skala Kepemilikan ... 15

Panca Usaha Ternak Potong ... 16

Pendapatan Usaha Ternak ... 20

Analisis Usaha ... 22

BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 24

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

Metode Penentuan Responden Penelitian ... 24

Metode Pengumpulan Data ... 25

Metode Analisis Data ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

Sistem Pemeliharaan Pada Usaha Ternak Sapi Potong di Daerah Penelitian .. 29

Pemberian Pakan dan Air Minum ... 29

Pembersihan Kandang ... 30

Pembersihan Ternak Sapi Potong ... 31

Pengendalian Penyakit ... 31

Karakteristik Responden ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

Kesimpulan ... 39

Saran ... 39

(9)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Banyaknya Ternak Besar Kecil Menurut kecamatan dan jenisnya ... 6

2. Banyaknya ternak Unggas Menurut Kecamatan dan Jenisnya ... 6

3. Jumlah Produksi daging Ternak dan Unggas ... 7

4. Populasi Ternak Sapi di Kecamatan Perbaungan ... 8

5. Penggunaan Makanan oleh Berbagai Ternak ... 17

6. Karakteristik Responden di Daerah Penelitian Tahun 2010 ... 32

7. Analisis Varian Pendapatan dan Hasil Penduga Variabel ... 34

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

(11)

ABSTRAK

YUDHISTIRA PURBA: Analisa Profil Peternak Terhadap Pendapatan Dalam Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dibimbing oleh TRI HESTI WAHYUNI dan HASNUDI.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara yang dimulai tanggal 15 Juli sampai 30 Agustus 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh profil peternak terhadap pendapatan dalam ternak sapi potong di kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan unit responden keluarga yang memelihara ternak sapi potong. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling yaitu dengan cara memilih 3 desa yaitu Desa Simpang Tiga Pekan (populasinya rendah), Desa Adolina (populasinya sedang), Desa Melati 2 (populasinya tinggi). Sampel dari penelitian ini berjumlah 21 keluarga peternak sapi potong yang didapat dari 30% peternak masing- masing desa, yaitu desa Simpang Tiga Pekan (5 peternak), Desa Adolina (7 peternak), desa Melati 2 (9 peternak).

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa tingkat pendidikan dan sistem pemeliharaan berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan peternak sapi potong. Sedangkan pengalaman dan umur berpengaruh negatif terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

(12)

ABSTRACT

Yudhistira Purba: Farmer Profile Analysis of Income on Beff Cattle Farmer the Sub District Perbaungan The District Serdang Bedagai. The research was supervise by TRI HESTI WAHYUNI and HASNUDI.

The research was conducted at the district Serdang bedagai Sub District Perbaungan of North Sumatra Province, which began on 15 July to 30 August 2011. The purpose of this study was to analyze the income beef cattle farmer at Serdang Bedagai Sub District Perbaungan.

The research methods use is survey methods with a unit that maintains a family beef farmer. The sampling method used is Proportional Stratified Random Sampling is by way of selecting three village is the village Simpang Tiga Pekan (low population), Adolina village (Population average), Melati 2 village (high Population). Samples from this study amounted to 21 families of beef cattle breeders obtained from 30% of farmers in each village, the village of Simpang

Tiga Pekan (5 farmers), Adolina village (7 farmers) and Melati 2 village (9 farmers).

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya

penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan

penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Seekor atau kelompok ternak sapi

bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan

berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit,

tulang dan lain sebagainya. Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi

berupa protein hewani.

Ternak sapi potong dapat ditemukan hampir di seluruh penjuru dunia

dengan berbagai macam pemeliharaan, tergantung pada kondisi setempat.

Di Indonesia, penyebaran ternak sapi potong belum merata. Ada beberapa daerah

yang sangat padat, ada yang sedang, tetapi ada yang sangat jarang dan terbatas

populasinya. Tentu saja hal ini dikarenakan beberapa faktor, antara lain faktor

pertanian atau lahan, kepadatan penduduk, iklim, dan daya aklimatisasi, serta

adat-istiadat dan agama.

Ternak sapi potong di Indonesia sebagai salah satu sumber makanan

berupa daging, produktivitasnya masih sangat memprihatinkan karena jumlahnya

masih jauh dari target yang diperlukan konsumen. Hal ini disebabkan oleh

produksi daging masih rendah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan jumlah

prouksi daging masih rendah, antara lain populasi sapi rendah dan produksi sapi

(14)

Hasil daging yang dapat diperoleh sangat berhubungan dengan penyebaran

populasi ternak pada suatu daerah. Lebih mendukung lagi apabila pengolahan

ataupun pemeliharaan yang dilakukan secara modern. Namun pemeliharaan yang

dilakukan masih jauh dari modrenisasi. Ternak sapi potong di Indonesia sebagian

besar dipelihara dengan cara semi intensif dan terkesan masih bersifat tradisional.

Sapi dipelihara sebagai usaha sampingan dengan usaha pokok adalah bertani.

Demikian halnya fenomena yang terjadi di Sumatera Utara sehingga

menimbulkan pertanyaan dengan penyebaran populasi ternak sapi potong yang

tidak merata dan teknik pemeliharaan seperti diatas apakah mempengaruhi

besarnya penghasilan dan pendapatan masyarakat.

Hal yang tampak di Sumatera Utara ada beberapa daerah yang sangat

padat, ada yang sedang, tetapi ada yang sangat jarang atau terbatas penyebaran

populasi ternak sapi potong. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi besarnya

penghasilan atau pendapatan masyarakat pada daerah tersebut sehingga timbul

perbedaan dalam segi ekonomi maupun dalam pemenuhan gizi hewani khususnya

daging sapi setiap daerah. Sehubungan hal diatas maka penulis mencoba untuk

meneliti dan menganalisa faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pendapatan

peternak sapi potong pada suatu daerah berdasarkan jumlah kepemilikan.

Kecamatan Perbaungan merupakan salah satu daerah penyebaran populasi

ternak di Kabupaten Serdang Bedagai yang berpotensi untuk dikembangkan yang

(15)

Identifikasi Masalah

Usaha ternak sapi dalam bentuk usahatani merupakan salah satu usaha

yang dikelola oleh petani/peternak dengan peran ekonomi yang relatif terbatas.

Usaha tenak sapi potong merupakan salah satu jenis usaha yang dilakukan oleh

sebagian masyarakat Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Usaha

peternakan ini ada yang dijadikan sebagai pekerjaan utama, ada juga yang

dijadikan sebagai pekerjaan sampingan.

Permasalahan umum yang perlu diketahui berkaitan dengan hal-hal

penting yang menyangkut segi ekonomi peternak sapi potong di Kecamatan

Perbaungan. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk

menjawab pertanyaan berikut :

• Adakah pengaruh pengalaman beternak, tingkat pendidikan, umur

peternak dan sistem pemeliharaan terhadap pendapatan peternak

sapi potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang

Bedagai?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya pengaruh

pengalaman beternak, tingkat pendidikan, umur peternak dan sistem pemeliharaan

terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten

(16)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mengambil dugaan sementara

bahwa ada pengaruh pengalaman beternak, tingkat pendidikan, umur peternak dan

sistem pemeliharaan terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan

Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

Kegunaan Penelitian

1. Menjadi acuan bagi peternak sapi potong dalam melakukan pemeliharaan

ternak sapi potong guna meningkatkan pendapatannya.

2. Bagi instansi yang terkait khususnya dapat menjadi acuan dalam rangka

pembangunan usaha ternak sapi potong di wilayah yang bersangkutan atau

di daerah lain.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Daerah Serdang Bedagai

Letak Wilayah

Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 20 57’’

Lintang Utara, 30 16’’ Lintang Selatan, 980 33’’ - 990 27’’ Bujur Timur dengan

ketinggian berkisar 0 – 500 meter di atas permukaan laut.Kabupaten Serdang

Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 Km2 (190.022 Ha) yang terdiri dari 17

Kecamatan dan 243 Desa/Kelurahan, Ibukota Kabupaten Sedang Bedagai terletak

di Kecamatan Sei Rampah yaitu Kota Sei Rampah. Secara administratif

Kabupaten Serdang Bedagai berbatasan dengan beberapa daerah, yaitu :

· Sebelah Utara : Selat Malaka

· Sebelah Timur : Kabupaten Batu Bara dan Simalungun

· Sebelah Selatan : Kabupaten Simalungun

· Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang

Iklim

Kabupaten Serdang Bedagai imemiliki iklim tropis dimana kondisi

iklimnya hampir sama dengan Kabupaten Deli Serdang sebagai kabupaten induk.

Pengamatan Stasiun Sampali menunjukkan rata-rata kelembapan udara per bulan

sekitar 79 %, curah hujan berkisar antara 120 sampai dengan 331 mm perbulan

dengan periodik tertinggi pada bulan September 2006, hari hujan per bulan

berkisar 8-20 hari dengan periode hari hujan yang besar pada bulan Mei - Juni

(18)

sekitar 3,9 mm/hari. Temperatur udara per bulan minimum 22,2 C dan maksimum

31,9 C.

Jenis komoditi peternakan terbesar yang dihasilkan di Kabupaten Serdang

Bedagai adalah sapi potong, kambing, dan ayam unggas

Tabel 1. Banyaknya ternak besar kecil menurut kecamatan dan jenisnya

No Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kambing Domba Babi

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai

Tabel 2. Banyaknya ternak unggas menurut kecamatan dan jenis unggas

No Kecamatan Ayam Kampung Ayam Ras

(19)

Tabel 3. Jumlah produksi daging ternak dan unggas menurut kecamatan dan jenis

4 Dolok Masihul 208.560 6.000 332.940 48.900 4.500

5 Serbajadi 82.920 1.800 93.600 12.750 5.100

6 Sipispis 297.900 4.140 585.000 111.000 2.200

7 Dolok Merawan 180.000 300 223.500 1.980 1.300

8 Tebing Tinggi 95.640 2.100 237.000 22.050 5.050

9 Tebing Syahbandar 69.300 420 242.220 24.180 5.500

10 Bandar Khalifah 22.500 1.080 318.000 174 2.700

11 Tanjung Beringin 38.100 2.580 115.200 19.500 7.050

12 Sei Rampah 28.200 900 262.800 720 80.100

13 Sei Bamban 7.500 1.740 112.500 17.760 7.500

14 Teluk Mengkudu 12.600 120 327.300 13.650 1.500

15 Perbaungan 110.040 12.420 357.180 21.000 10.000

16 Pegajahan 106.860 7.380 212.100 10.200 3.100

17 Pantai Cermin 169.800 25.080 90.100 55.350 10.000

Jumlah 1.543.360 66.360 3.746.960 644.690 147.915

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai

Kecamatan Perbaungan merupakan salah satu daerah penyebaran populasi

ternak di Kabupaten Serdang Bedagai yang berpotensi untuk dikembangkanya

populasi ternak sapi potong menjadi lebih baik lagi karena kawasan tersebut

termasuk salah satu wilayah di Propinsi Sumatera Utara yang perkembangan

populasi ternak sapinya pada tahun 2007 di Kecamatan Perbaungan mencapai

(20)

Tabel 4. Populasi ternak sapi di kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang

Sumber : Badan Pusat Statistik (2010)

Ternak Sapi Potong

Untuk memulai suatu peternakan sapi potong sebaiknya perlu terlebih

dahulu mengadakan pengenalan terhadap berbagai bangsa/jenis sapi potong,

terutama menyangkut hal seperti pertumbuhan, produksi dan lain hal yang

menentukan perkembangan sapi tersebut sehingga apabila hendak mendirikan

peternakan atau memelihara ternak sudah mendapat gambaran umum akan hal-hal

apa yang perlu diadakan untuk menjamin perkembangan ternak tersebut dengan

(21)

Para peternak sapi harus menyadari bahwa daerah tropis seperti di

Indonesia ini suhu udaranya relatif tinggi, sehingga sangat berpengaruh terhadap

kehidupan ternak sapi. Bagi bangsa-bangsa sapi lokal (tropis) hal ini tidak akan

menimbulkan gangguan yang berat (stress). Bangsa-bangsa sapi tropis yang kita

kenal ialah Zebu (Bos indicus) dan Banteng (Bos sondaicus), atau hasil

persilangan dari kedua golongan tersebut. Penyebaran Zebu di daerah tropis,

khususnya di Asia, ternyata lebih banyak dibandingkan dengan sapi-sapi Eropa

(Bos taurus) (AAK, 1991).

Sapi-sapi asli Indonesia yang terkenal yaitu : sapi Bali, sapi Ongole

sedangkan sapi lainnya seperti sapi Madura, sapi Aceh dan sapi Lampung tidak

begitu terkenal karena sifat penyebaran dan pertumbuhan tidak begitu menonjol

bila dibandingkan dengan kedua sapi tersebut (Abidin dan Simanjuntak, 1977).

Menurut Idris dkk (1991), sapi Ongole berukuran besar dan gagah, watak

sabar dan tenaga kuat, baik untuk pekerjaan yang berat. Tanda-tandanya : kepala

tidak terlalu panjang, profil melengkung sekali, leher pendek dan tebal, tubuh

padat, besar dan kuat. Panjang tubuh ± 110 cm dari tingginya. Tinggi sapi jantan

140-160 cm, betina 130-140 cm. Kaki agak panjang tetapi kuat. Ambing kurang

baik tumbuhnya. Warna bulu putih atau abu-abu dengan kuning tua.

Sapi dari daerah yang beriklim sedang mempunyai kerangka yang relatif

kurang kompak, sedangkan sapi-sapi tropis mempunyai kerangka persegi, anggota

badan lebih besar, lipatan kulit menggantung antara kerongkongan dan brisket

sapi tertentu yang besar dengan kulit yang berbulu sangat pendek (Lawrie, 1995).

Karakteristik sapi dari tipe potong adalah : bentuk tubuh padat, dalam,

(22)

rata. Kepala pendek dan lebar pada frontalisnya. Leher tebal dan bahu berisi.

Punggung dan pinggang lebar. Kemudi lebar. Dada lebar dan dalam. Dilihat dari

samping, tubuh tampak seperti segi empat panjang dan dalam. Pertumbuhan

tulang, dagingdan lemak badan tampak baik (Idris dkk, 1991).

Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Produksi

Ternak sapi potong sebagai salah satu sumber makanan berupa daging,

produktivitasnya masih sangat memprihatinkan karena volumenya masih sangat

jauh dari target yang diperlukan konsumen. Hal ini disebabkan oleh produksi

daging masih sangat rendah (Pane dan Ismed, 1986).

Rendahnya populasi ternak sapi merupakan salah satu faktor penyebab

volume produksi daging masih rendah. Pada umumnya, selama ini di negara kita

sebagian besar ternak sapi potong yang dipelihara oleh peternak masih dalam

skala kecil, dengan lahan dan modal yang sangat terbatas (Parakkasi, 1998).

Disamping itu, ternak sapi yang dipelihara ini masih merupakan bagian

kecil dari seluruh usaha pertanian dan pendapatan total. Tentu saja usaha berskala

kecil ini terdapat banyak kelemahan. Diantaranya adalah sebagai produsen

perorangan pasti tidak dapat memanfaatkan sumber daya produktivitasnya yang

tinggi seperti pada sektor usaha besar dan modern. Sebab pada usaha kecil ini baik

dalam pengadaan pakan, bibit, transportasi, pemeliharaan dan lain sebagainya

akan menjadi jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan usaha skala besar

(23)

Menurut Sugeng (2001), tingkat produksi yang rendah diakibatkan

beberapa faktor sebagai berikut : faktor tujuan pemeliharaan, faktor bibit, dan

faktor pakan tersedia terbatas.

Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan

adalah faktor genetik, faktor lingkungan serta interaksi faktor genetik dengan

lingkungan. Seekor ternak yang genetiknya tidak menghasilkan daging, walaupun

hidupnya dalam lingkungan yang baik tidak akan menghasilkan daging yang baik

tetapi hidup dalam lingkungan yang jelek juga tidak akan menghasilkan daging

yang memuaskan (Lasley, 1978).

Menurut Berg dan Butterfield (1976), bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan dan pertambahan berat badan adalah bangsa ternak,

umur ternak, jenis kelamin dan makanannya serta lingkungannya.

Beberapa karakteristik sosial ekonomi peternak yang diduga berpengaruh

terhadap pendapatan peternak yaitu :

a. Pengalaman Beternak

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh terhadap

penerimaan inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman

diukur mulai sejak kapan peternak itu aktif secara mandiri mengusahakan

usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian

(Fauzia dan Tampubolon, 1991).

b. Tingkat Pendidikan

Model pendidikan yang digambarkan dalam pendidikan petani bukan

pendidikan formal yang acap kali mengasingkan pertanian dan realitas.

(24)

tiap-tiap pribadi berkontak dengan orang lain, pekerjaan dan dengan dirinya

sendiri (kebutuhan, perasaan, dorongan, saling memberi dan menrima, berbicara

dan mendengarkan). Model pendidikan ini mempunyai ideal yang mengarah pada

suatu sasaran agar petani mempunyai mentalitas yang baik yang disertai dengan

penguasaan manajemen dasar serta memiliki skill dalam praktek bertani, yang

akhirnya membawa petani untuk memperoleh produksi yang optimal. Produksi

yang optimal tentu merupakan suatu langkah penting untuk memenuhi kebutuhan.

(Wiryono, 1997).

Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang

kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya.

Keterbatasan keterampilan/pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan

kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja (Ahmadi, 2003).

Menurut Soekartawi (1986), menyatakan bahwa tingkat pendidikan

peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka

terhadap inovasi dan teknologi baru. Peternak yang tingkat pendidikannya lebih

tinggi seharusnya dapat meningkatkan lebih besar pendapatan peternak namun

kenyataan di lapangan berbeda seperti yang telah diuraikan diatas karena pada

dasarnya peternak yang ada di daerah peneltian masih tergolong berpendidikan

menengah.

Menurut Abidin dan Simanjuntak (1997), faktor penghambat

berkembangnya peternakan pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari

faktor-faktor topografi, iklim, keadaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan

rerumputan dan penguat. Disamping itu faktor pengalaman yang dimiliki peternak

(25)

c. Umur

Semakin muda usia peternak (usia produktif 20 – 45 tahun) umumnya rasa

keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan mint untuk mengadopsi

terhadap introduksi teknologi semakin tinggi. (Chamdi, 2003).

d. Sistem Pemeliharaan

Pada umumnya sapi – sapi yang dipelihara secara intensif hampir

sepanjang hari berada di dalam kandang. Mereka makan sebanyak dan sebaik

mungkin sehingga cepat menjadi gemuk dan kotorannya pun cepat bisa terkumpul

dalam jumlah yang lebih banyak sebagai pupuk. Sapi – sapi memperoleh

perlakuan yang lebih teratur atau rutin dalam hal pemberian pakan, pembersihan

kandang, memandikan sapi,menimbang, mengendalikan penyakit.

(Sugeng, 2001).

Sistem pemeliharaan semi–intensif adalah kegiatan pemeliharaan ternak

dengan sistem pengembalaan yang dilakukan secara teratur dan baik.dalam

kondisi tertentu, pemilik sudah mulai menaruh perhatian terhadap ternak yang

dipeliharanya, terutama ketika ternak akan melahirkan dan digemukan untuk

dipotong dengan mengurung ternak selama sehari penuh. Dalam hal ini pemilik

sudah mulai menjaga kebersihan kandang dan memberikan

obat-obatan/konsentrat sebagai tambahan makanan. (Mulyono dan Sarwono,2007).

Sistem pemeliharaan ekstensif merupakan beternak secara tradisional yaitu

campur tangan peternak terhadap ternak peliharaanya hampir tidak ada. Ternak

dilepas begitu saja dan pergi mencari pakan sendiri di lapangan pengembalaan,

(26)

pakan. Sesuai dengan habitat aslinya, ternak menyukai pakan dari tanaman di

daerah perbukitan (Mulyono dan Sarwono,2007).

Usaha Peternakan Rakyat

Usaha peternakan rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain : skala usaha

kecil dengan cabang usaha, teknologi sederhana, produktivitas rendah, mutu

produk kurang terjamin, belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka

terhadap perubahan-perubahan (Cyrilla dan Ismail, 1988).

Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak.

Pada umumnya ciri-ciri usahatani yang ada di Indonesia berlahan sempit,

permodalan terbatas, tingkat pengetahuan petani yang terbatas dan kurang

dinamik, serta pendapatan petani yang rendah (Soekartawi dkk, 1986).

Di dalam pertanian rakyat, hampir tidak ada usaha tani yang memproduksi

satu macam hasil saja. Disamping hasil-hasil tanaman, usaha pertanian rakyat

meliputi pula usaha-usaha peternakan, perikanan, dan kadang-kadang usaha

pencarian hasil hutan (Mubyarto, 1991).

Usahatani atau usaha peternakan mempunyai ciri khas yang

mempengaruhi prinsip-prinsip manajemen dan tehnik-tehnik yang digunakan.

Usahatani dan usaha peternakan sering dianggap sebagai usaha yang lebih banyak

resikonya dalam hal output dan perubahan harga serta pengaruh cuaca terhadap

keseluruhan proses produksi (Kay dan Edward, 1994) .

Menurut Kay dan Edward (1994), dalam usahatani dan usaha peternakan,

pembagian kerja dan tugas manajemen jarang dilakukan, kecuali untuk skala

(27)

tetapi lebih dari itu. Dia adalah pemimpin (manager) usahatani yang mengatur

organisasi produksi secara keseluruhan (Mubyarto, 1991).

Skala Pemilikan

Menurut Sodiq dan Abidin (2002), berdasarkan skala usaha dan tingkat

pendapatan peternak usaha peternakan diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Peternakan sebagai usaha sambilan:

Yaitu: tingkat pendapatan petani dari usaha ternaknya tidak lebih tinggi

dari 30% total pendapatannya.

2. Peternakan sebagai cabang usaha:

Yaitu: petani mengusahakan pertanian campuran (mixed farming) dengan

usaha ternak sebagai cabang usaha lainnya, pendapatan petani berkisar

antara 30%-70% dari total pendapatan usaha ternak secara keseluruhan.

3. Peternakan sebagai usaha pokok:

Yaitu: usaha ternak menjadi usaha pokok, sedangkan usaha tani lainnya

hanya sebagai sambilan. Tingkat pendapatan petani berkisar antara

70%-100% dari usaha ternak.

4. Peternakan sebagai industri:

Yaitu: usaha peternakan sudah menjadi suatu usaha pemeliharaan ternak

dengan komoditas ternak terpilih (specialiced farming) dengan tingkat

(28)

Panca Usaha Ternak Potong

1. Bibit

Menurut Sugeng (2001), dalam hal penelitian bibit dengan cara seleksi dan

penyingkiran ternak yang kurang baik dari kelompok yang dipelihara tidak perlu

dilakukan. Laju pertumbuhan ternak yang bagaimanapun tidak perlu dihiraukan.

Yang terpenting bagi peternak adalah ternak yang dipelihara itu tetap bisa

berkembang biak.

Salah satu faktor keberhasilan beternak adalah ketrampilan memilih bibit

ternak, sebagai pejantannya digunakan pemacak milik desa atau milik pemerintah

atau dengan inseminasi buatan (Dinas Peternakan, 1983).

2. Pakan

Keberhasilan suatu usaha ternak hanya mungkin tercapai apabila

faktor-faktor penunjangnya memperoleh perhatian yang penuh. Salah satu faktor

utamanya adalah makanan disamping faktor genetis dan manajemen. Oleh karena

itu, bibit ternak yang baik dan dari jenis yang unggul harus diimbangi dengan

pemberian makanan yang baik pula (AAK, 1991)

Sistem alat pencernaan dari berbagai jenis-jenis ternak mencerminkan pula

macam bahan makanan yang dapat dimakannya. Ternak ruminansia atau

pemamah biak mempunyai alat pencernaan yang berbeda dari non ruminansia.

Ruminansia menggunakan hijauan sebagai bahan makanan utama sebaliknya

ternak – ternak non ruminansia menggunakan kosentrat sebagai bahan makanan

(29)

Ternak sapi sebagai salah satu hewan ruminansia beralat pencernaan yang

terbagi atas empat bagian, yakni rumen, retikulum, omasum dan abomasum.

Dengan alat ini, sapi mampu menampung jumlah bahan pakan yang lebih besar

dan mampu mencerna bahan pakan yang kandungan serat kasarnya tinggi.

Sehingga pakan pokok hewan ini berupa hijauan atau rumput dan pakan penguat

sebagai tambahan. Pada umumnya bahan pakan hijauan diberikan dalam jumlah

10 % dari berat pakan dan pakan penguat cukup 1 % dari berat badan

(Sugeng, 2000).

Pada tabel dibawah ini dapat dilihat penggunaan makanan oleh berbagai

ternak sebagai berikut :

Tabel 5. Penggunaan makanan oleh berbagai ternak

Babi

Sumber : Ir. Susetyo, dkk (1969).

Di negara kita pemberian makanan pada ternak belum begitu diperhatikan.

Pada umumnya ternak hanya diberikan makanan hijauan dengan cara

menggembalakan di lapangan ataupun diarit untuk diberikan pada ternaknya. Pada

umumnya kualitas rumput tersebut sangat rendah, karena jarang terdapat

pemeliharaan rumput – rumputan Hijauan makanan Ternak secara khusus untuk

makanann ternaknya (Abidin dan Simanjuntak, 1977)

3. Kandang

Perkandangan dan peralatan sangat penting dalam menentukan sukses

tidaknya sesuatu perusahaan ternak sapi. Oleh karena itu sangat perlu untuk

(30)

Peternakan sapi dengan sistem pemeliharaan di pasture (padang pengembalaan),

kandang diperlukan hanya untuk malam hari dimana sapi – sapi tersebut pada pagi

harinya dilepas pada padang pengembalaan ini dapat dibuat pula kandang yang

dilengkapi dengan atap yang bisa terbuat dari genteng atau rumbia atau bisa juga

tanpa atap. Lantainya sebaiknya di semen. Sebagai patokan umum seekor sapi

dewasa membutuhkan tempat seluas 2,5 sampai 3 m2 (kira – kira 1,5 x 2 m) per

ekornya (Abidin dan Simanjuntak, 1977).

Luas kandang per ekor 1,5 m x 1,8 m = 2 m2. Membuat kandang untuk

kapasitas 8 – 10 ekor di bawah satu atap lebih ekonomis daripada kapasitas 2 – 3

ekor di dalam satu atap. Lantai kandang, baik lantai tanah, adukan semen, aspal,

batu – batu dan sebagainya, harus dibuat agak sedikit miring. Kemiringan lantai

kandang cukup dibuat 5 cm saja. Kemiringan lantai ini bertujuan agar air kencing

sapi tidak berhenti dan bercampur dengan kotoran dan tilam (bedding) yang

dipakai sebagai alas ternak, sehingga kesehatan sapi tetap terjamin (AAK, 1991).

Kontruksi kandang menurut Sugeng (2001), dibangun dengan perencanaan

yang benar akan menjamin kenyamanan hidup ternak, sebab bangunan kandang

sangat erat hubungannya dengan kehidupan ternak.

Sehubungan dengan kebutuhan hidup ternak sapi untuk beradaptasi ini,

maka perencanaan bangunan kandang yang perlu diperhatikan ialah : iklim

setempat, kontruksi dan bahan bangunan. Ketiga faktor ini perlu diperhatikan

karena faktor – faktor tersebut akan membawa kenyamanan bagi ternak apabila

(31)

4. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit

Penyakit yang timbul pada sapi potong biasannya dibagi atas empat

macam yaitu : 1) external parasitis, 2) internal parasitis, 3) penyakit menular, 4)

penyakit tidak menular. Pencegahan terhadap timbulnya penyakit lebih penting

daripada mengobati. Oleh karena itulah maka para peternak selalu menjaga

kesehatan dari pada ternak–ternaknya melalui sanitasi yang baik, penyemprotan

dengan desinfektan, vaksinasi secara teratur. Ternak–ternak akan mudah tertular

penyakit bila manajemennya kurang baik. Parasit–parasit dan penyakit biasannya

berkembang baik pada ternak–ternak yang kondisinnya tidak baik dan dapat

menyebar pada ternak – ternak yang sehat lainnya

(Abidin dan Simanjuntak, 1977).

Sapi yang terkena penyakit biasanya menimbulkan kerugian besar terlebih

penyakit menular, walaupun terkadang tidak menyebabkan kematian secara

langsung namun dapat merusak kesehatan. Misalnya penyakit brucellosis dan

tubercullose, anthrax, mulut dan kuku. Penanggulangan perlu secara dini. Para

peternak tidak perlu mengetahui masalah – masalah kedokteran hewan, tetapi

yang perlu adalah pengenalan berbagai jenis penyakit dan sebabya, akibat

serangan, gejala yang tampak, penyebarannya, pencegahan dan pemberantasannya

(AAK, 1991).

5. Pemasaran

Permintaan pasar atas daging sapi meningkat terus dari tahun ke

tahun sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan taraf hidu

rakyat disertai dengan pengertian mengenai kepentingan pangan dan gizi. Hal

(32)

musim haji, musim hajatan (pernikahan, dll), hari Natal dan tahun Baru, dan

puncaknya adalah hari raya Idul Fitri dan bulan Syawal (Darmono, 1993).

Pada tahun 1994, proyeksi permintaan daging sapi di Indonesia

adalah 324.000 ton, sedangkan daging sapi yang tersedia adalah 308.000 ton dan

sebagian besar dipenuhi dari produksi local. Dengan demikian, terdapat kelebihan

permintaan sebesar 16.000 ton. Kesenjangan antara permintaan dan pemasokan

daging sapi tersebut merupakan peluang pemasaran bagi daging sapi di Indonesia

(Arifin, 1993).

Pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan

pengetahuan masyarakat tentang gizi berpengaruh terhadap pola konsumsi

masyarakat kearah gizi berimbang sehingga memberikan peluang pemasaran

hasil-hasil peternakan. Disamping itu, terbukanya perdagangan internasional

mengakibatkan kemungkinan ekspor ternak dan hasil semakin meningkat bila

diikuti dengan peningkatan kualitas (Gunawan, dkk 1993).

Pendapatan Usaha Ternak

Biaya Produksi

Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan,

yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat di ukur untuk

menghasilkan suatu product (Cyrilla dan Ismail, 1988).

Menurut Boediono (1998), biaya mencakup suatu pengukuran nilai

sumber daya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yang

bertujuan untuk mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan, biaya

(33)

Biaya tetap (fix cost) adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam

kegitan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu,

sedangkan biaya variable (variabel cost) adalah biaya yang jumlah totalnya

berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan ( Widjaja, 1999).

Depresiasi asuransi, perbaikan rutin, pajak dan bunga modal termasuk ke dalam

biaya tetap, sedangkan pakan, bibit, pupuk, obat-obatan, bahan bakar dan

kesehatan ternak termasuk biayatidak tetap (Kay and Edward, 1994).

Pengeluaran atau biaya adalah nilai penggunaan sarana produksi (input)

yang diperlukan pada proses produksi. Untuk sarana produksi yang dibeli

dimasukkan dalam biaya tunai, sedangkan untuk sarana produksi yang tidak dibeli

dimasukkan dalam biaya diperhitungkan (Soeharjo dan Patong, 1973). Menurut

Mubyarto (1991), biaya produksi terbagi dua kelompok yaitu biaya-biaya yang

berupa uang tunai dan biaya dalam bentuk natura.

Penerimaan dan Pendapatan

Soekartawi, dkk (1986) menyatakan bahwa penerimaan merupakan nilai

produk total usaha tani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun

yang tidak dijual. Soeharjo dan Patong (1973) menyatakan bahwa penerimaan

merupakan hasil perkalian dari produksi total dengan harga per satuan. Produksi

total adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan harga adalah harga pada

tingkat usaha tani atau harga jual petani.

Penerimaan dalam usaha tani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan

selama periode pembukuan yang sama, sedangkan pendapatan adalah penerimaan

(34)

Soeharjo dan Patong (1973) menyebutkan bahwa dalam analisis pedapatan

diperlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran

sama jangka waktu yang ditetapkan. Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan analisis

pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dan keadaan yang

akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain analisis pendapatan bertujuan

untuk mengukur keberhasilan suatu usaha.

Analisis usaha

Analisis usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu

usaha ternak komersil. Melalui hasil analisis ini dapat dicari langkah pemecahan

berbagai kendala yang di hadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari

titik tolak untuk memperbaiki hasil dari usaha ternak tersebut. Hasil analisis ini

dapat digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang

usaha atau memperbesar skala usaha. Hernanto (1996), menyatakan bahwa

analisis usaha dimaksudkan untuk mengetahui kinerja usaha secara menyeluruh.

Ada tiga laporan utama yang berkaitan dengan analisis usaha yaitu :

(1) arus biaya dan penerimaan (cash flow), yaitu berupa biaya operasional

(2) neraca (balance sheet), yaitu berupa harta, utang dan modal

(3) pertelaan pendapatan (income statement), yaitu menyangkut laporan

laba-rugi berupa pendapatan dikurangi dengan beban (biaya).

Pendapatan (income statement) lebih menunjukkan kepada sumber-sumber

penerimaan dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai penerimaan

tersebut. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan

(35)

(1994), gambaran mengenai usaha ternak yang memilki prospek cerah dapat

dilihat dari analisis usahanya. Analisis usaha juga dapat memberikan informasi

lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk

bibit, pakan, kandang serta lamanya modal akan kembali dan tingkat keuntungan

yang diperoleh.

Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu

kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen

itu masih dapat di tingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil

apabila pendapatanya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana

produksi. Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang

(36)

BAHAN DAN METODA PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara dari tanggal 15 Juli 2011 sampai

dengan 30 Agustus 2011.

Metode Penentuan Responden Penelitian

Responden terdiri dari para peternak sapi di Kecamatan Perbaungan

Kabupaten Serdang Bedagai. Metode responden yang digunakan adalah metode

survei dengan unit analisis keluarga yang memelihara ternak sapi. Metode

penarikan responden yang digunakan adalah sebagai berikut :

• Pada tahap pertama pemilihan 3 buah desa dari beberapa desa yang ada

di Kecamatan Perbaungan dengan metode penarikan responden secara

Proportional Stratified Random Sampling Wirartha (2006), yaitu desa

yang populasi ternak sapinya tinggi, desa yang populasi ternak sapinya

sedang dan desa yang populasi ternak sapinya jarang.

• Pada tahap kedua pemilihan responden secara acak sederhana, diambil

masing-masing 30% dari seluruh peternak dari setiap desa sampel.

Wirartha (2006) menyatakan bahwa untuk penelitian yang akan

menggunakan data statistik ukuran sampel paling kecil 30 % sudah

(37)

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data Primer dan

Skunder.

• Data Primer diperoleh dari monitoring terhadap kegiatah usaha ternak sapi

potong melalui wawancara dan pengisian daftar quisioner.

• Data Skunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait seperti Badan

Pusat Statistik Medan, Kantor kecamatan Perbaungan.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dilapangan diolah dan ditabulasi

kemudian dibuat rataannya. Kemudian data rataan dimasukkan kedalam neraca

keuangan masing-masing peternak dan diambil rataan pendapatan peternak.

Kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode analisis

pendapatan dan analisis regresi berganda dengan rumus sebagai berikut:

• Analisis Pendapatan

Π = TR – TC

Dimana:

Π adalah total pendapatan atau keuntungan (baca: phi) yang diperoleh

peternak sapi potong (Rupiah/Tahun)

TR adalah total revenue atau penerimaan yang diperoleh peternak sapi potong (Rupiah/Tahun)

(38)

Jumlah pendapatan ditabulasi secara sederhana, yaitu dengan menghitung

pendapatan peternak pada usaha beternak sapi potong terhadap pendapatan

keluarga di daerah penelitian.

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka untuk melihat faktor-faktor

yang mempengaruhi pendapatan dapat dilihat dengan menggunakan Model

Pendekatan Teknik Ekonometri dengan menggunakan analisis regresi linear

berganda (alat bantu Software (SPSS 17) Statistical Package for Sosial Sciences).

Menurut Djalal dan Usman (2002), model pendugaan yang digunakan:

Keterangan:

Ŷ :adalah pendapatan peternak (Y : topi) yang dipengaruhi

berbagai faktor :dalam memelihara ternak sapi potong (rupiah)

a :adalah koefisien Intercept (konstanta)

b1 b2 b3 b4 :adalah koefisien regresi

X1 :adalah pengalaman beternak (tahun)

X2 :adalah tingkat pendidikan (tahun)

X3 :adalah umur peternak (tahun)

X4 :adalah sistem pemeliharaan (Variabel Dummy)

µ :adalah Variabel lain yang tidak diteliti

Variabel-variabel pada hipotesis diuji secara serempak dan parsial untuk

mengetahui apakah variabel tersebut mempunyai pengaruh dominan atau tidak.

Jika variabel tersebut berpengaruh secara serempak maka digunakan uji F yakni :

r2 = Koefisien determinasi n = Jumlah responden - k = Derajat bebas pembilang

n-k-1 = Derajat bebas penyebut

(39)

Kriteria uji:

F-hit ≤ F-tabel... H0 diterima (H1 ditolak)

F-hit > F-tabel... H0 ditolak (H1 diterima)

Menurut Sudjana (2002), jika variabel berpengaruh secara parsial dapat diuji

dengan uji t yakni :

Kriteria pengambilan keputusan :

t-tabel = (α ; db)

koefisien regresi dari faktor tertentu berpengaruh nyata terhadap

variabel terikat.

b. t- hitung ≤ t tabel (taraf signifikan α > 0,100): HO diterima, berarti

koefisien regresi dari faktor tertentu berpengaruh tidak nyata

(40)

Karakteristik sosial ekonomi peternak penelitian ini meliputi :

- Pengalaman beternak adalah lamanya peternak dalam melakukan usaha

ternak sapi potong

- Tingkat pendidikan adalah peternak yang menjalani pendidikan baik

formal maupun non formal

- Umur peternak

- Sistem pemeliharaan adalah cara pemeliharaan ternak sapi potong dengan

(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Pemeliharaan Pada Usahaternak Sapi Potong Di Daerah Penelitian

Sistem pemeliharaan ternak dan manajemen yang baik adalah kunci dari

keberhasilan suatu usahaternak sapi potong. Umumnya sistem pemeliharaan sapi

potong di Kecamatan Perbaungan adalah bersifat bersifat semi intensif dimana

ternak digembalakan ketika siang hari dan kemudian akan dikandangkan pada

malam hari..

Adapun kegiatan–kegiatan yang dilakukan peternak sapi potong yang

terdapat di daerah penelitian sebagai berikut :

1. Pemberian Pakan dan Minum

Sapi potong akan tumbuh sehat dan berkembang biak dengan baik bila

volume pakan yang diperoleh cukup dan bergizi dan dilakukan menejemen

pemeliharaan yang baik. Pakan merupakan unsur yang sangat vital dalam usaha

peternakan. Pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi ternak

dapat menyebabkan defisiensi zat nutrisi makanan sehingga ternak mudah

terserang penyakit. Ketersediaan pakan yang cukup akan menghasilkan ternak

yang sehat dan produktif. Jenis pakan sapi potong ada dua macam yaitu pakan

pokok yang terdiri dari hiajuan (rumput, legume dan limbah pertanian) dan pakan

penguat ( suplemen, konsentrat, dan pakan tambahan).

Air untuk minum ternak juga mempunyai fungsi yang vital untuk proses

pertumbuhan dan perkembangan tubuh ternak. Penyediaan air minum harus terus

(42)

Pemberian pakan dan minum ternak di daerah penelitian dilakukan oleh

peternak sendiri yang dibantu oleh anggota keluarganya seperti ibu dan

anak-anaknya. Umumnya responden memberikan pakan hijauan yang berupa

rumput-rumputan yang telah diarit atau dilepaskan untuk diangon.

2. Pembersihan kandang

Kandang adalah tempat tinggal ternak sehingga kandang menjadi salah

satu faktor penting dalam beternak. Dimana kebersihan kandang dapat

menghindarkan ternak dari serangan penyakit. Kandang sangat berpengaruh

terhadap kesehatan ternaknya, terutama faktor kelembaban, kebecekan, dan sarang

lalat yang dapat mengganggu kenyamanan serta keleluasaan ternak. Letak

kandang harus terpisah dari rumah namun di daerah penelitian masih ada beberapa

responden yang membuat kandangnya menyatu dengan rumahnya

Di daerah penelitian kebersihan kandang dilakukan tidak tiap hari, hanya

ketika kandang telah sangat kotor dengan menggunakan sapu lidi, sekop, cangkul.

Kotoran dibersihkan dengan menggunakan sekop yang kemudian diangkat dengan

menggunakan angkong. kotoran tersebut dikumpulkan di lubang sementara yang

biasanya berada di belakang kandang. Setelah dikumpulkan beberapa hari, feses

akan dijual nantinya kepada pembeli. Penjualan feses bukan berdasarkan berat

melainkan volume feses di dalam kereta sorong (angkong). Pada umunya peternak

tidak melakukan penyemprotan desinfektan pada kandangnya yang bertujuan

(43)

3. Pembersihan Ternak sapi potong

Tujuan pembersihan ternak dmba adalah untuk mencegah timbulnya

berbagai macam penyakit dari parasit yang dapat membuat produktivitas ternak

menurun. Di daerah penelitian pembersihan ternak dilakukan dengan cara

memandikan ternak. Kegiatan ini dilakukan bila tubuh ternak sudah kelihatan

kotor. Namun tidak semua peternak yang ada di daerah penelitian memandikan

ternaknya mereka membiarkan tubuh ternak dalam keadaan kotor hal ini dapat

mengakibatkan ternak terserang penyakit kurap, kudis, cacingan, dan penyakit

mata.

4. Pengendalian Penyakit

Serangan penyakit dapat menimbulkan masalah yang berkepanjangan,

seperti menghambat pertumbuhan ternak sehingga dapat mengurangi keuntungan

peternak. Penyakit yang sering menyerang ternak sapi potong di daerah penelitian

adalah penyakit mencret. selain itu ada penyakit lain seperti masuk angin dan

cacingan. Biasanya apabila ternak sakit peternak pertama kali melakukan

pengobatan secara tradisional dengan ramuan alami. Apabila ternak tidak sembuh

juga, maka peternak memanggil petugas dari Dinas Peternakan dimana petugas

kesehatan ini diwakili oleh inseminator untuk memberikan obat-obatan.

Karakteristik responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi karakteristik sosial

dan ekonomi. Karakteristik sosial peternak yang dianalisis meliputi pengalaman

beternak, tingkat pendidikan, umur dan sistem pemeliharaan. Sedangkan

(44)

usaha ternak dan total biaya produksi. Karakteristik responden di daerah

penelitian dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 6. Karakteristik responden di daerah penelitian tahun 2010

karakteristik peternak sampel satuan Rentang (*) Rataan

Tingkat pendidikan Tahun 6-12 7,57

Pengalaman beternak Tahun 3-20 6,52

Umur peternak tahun 24-52 37,61

Sistem pemeliharaan D 1-3 2

Total penerimaan dari usaha ternak Rp/tahun 5.100.000-12.300.000 6.707.303

Total biaya pengeluaran Rp/tahun 100.000-2.500.000 342.381

Pendapatan bersih usahaternak Rp/tahun 4.800.000- 11.800.000 6.364.762

Keterangan : D = variabel dummy

Sistem Pemeliharaan dimana : 1 = Ekstensif , 2 = Semi Intensif dan 3 = Intensif

*): hasil pengolahan data primer 2010

Pengalaman beternak sapi potong menyebar antara 3 sampai 20 tahun

dengan rataan 6,52 tahun. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa

tingkat pengalaman beternak responden cukup, tetapi kurang menguasai tentang

teknik pengelolaan usahaternaknya.

Tingkat pendidikan peternak sapi potong menyebar antara 6 sampai 12

tahun dengan rataan 7,57 tahun. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan

responden rata-rata hanya tamat SMP, sehingga tingkat pendidikan responden

digolongkan menengah. Pendidikan non formal di daerah penelitian yang khusus

mengenai usahaternak sapi potong tidak begitu berjalan dengan baik.

Umur peternak menyebar antara 24 sampai 52 tahun dengan rataan 37,61

tahun. Hal ini menunjukkan. Hal ini menunujukan bahwa responden masih berada

dalam kategori umur produktif (20 sampai 45 tahun), sehingga potensi untuk

bekerja dan mengelola usaha ternaknya masih besar.

Pada usaha ternak sapi potong di daerah penelitian diperoleh total

(45)

antara Rp 5.100.000/tahun/ peternak sampai dengan Rp 12.300.000/tahun/

peternak dengan rataan sebesar Rp. 6.707.303/tahun/peternak.

Total biaya pengeluaran pada usahaternak sapi potong meliputi biaya

pakan, obat-obatan, tenaga kerja, dan biaya lainnya .Menurut data yang diperoleh

selama 1 (satu) tahun dari usaha ternak sapi potong per responden adalah berkisar

antara Rp. 100.000/tahun/ peternak sampai dengan Rp2.500.000/tahun/peternak

dengan nilai pengeluaran rata-rata adalah Rp.342.381/tahun/peternak.

Untuk pendapatan bersih setiap responden dari usahaternak sapi potong

selama 1 (satu) tahun berkisar antara Rp 4.800.000,- sampai dengan Rp

11.800.000 dengan rataan sebesar Rp. 6.364.762/tahun. Dari nilai rata-rata

pendapatan keluarga dari usahaternak sapi potong ini dapat digambarkan bahwa

responden kurang termotivasi untuk melakukan pengembangan usaha ternak sapi

potongnya, Mereka belum melihat dengan baik bahwa ternak sapi potong yang

mereka usahakan ini dapat mendatangkan pendapatan yang lebih besar lagi

apabila dilakukan dengan serius.

Biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh peternak untuk usaha ternak

mencakup biaya perbaikan kandang, biaya pembelian peralatan pendukung usaha

ternak seperti kereta sorong (angkong), cangkul, sapu lidi, dan biaya bahan bakar.

.

Pengaruh variabel terhadap pendapatan peternak sapi potong

Untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak

sapi potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai digunakan

analisis regresi linier berganda, dimana yang menjadi variabel bebas

(46)

peternak (X3) dan sistem pemeliharaan (X4). Sedangkan yang menjadi variabel

terikat/tidak bebas (dependent) adalah pendapatan (Y).

Adapun hasil pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan

peternak sapi potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

dapat di lihat pada tabel berikut .

Tabel 7. Analisis varian pendapatan dan hasil penduga variabel

Sumber Derajat Bebas F tabel F hitung Tingkat umur peternak dan sistem pemeliharaan

b. Dependent Variabel : Pendapatan peternak

Tabel 8. Analisis regresi linier berganda pengaruh pengalaman beternak, tingkat pendidikan, umur dan sistem pemeliharaan terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

Sumber: Lampiran

Keterangan: )*** beda nyata pada taraf signifikan α < 0,01;

)** beda nyata pada taraf signifikan α < 0.05;

)* beda nyata pada taraf signifikan α < 0,10

Variabel Koefisien Regresi Std.Error t-hitung Signifikan

Konstanta 435944.4 1769436 0.246 0.809*

F-hitung (α=0,05) 17,397

(47)

Berdasarkan Tabel di atas di peroleh persamaan sebagai berikut:

Ŷ = 435944.4 - 254236X1 + 244081X2 - 82178.3X3 + 4070002X4

Keterangan:

Ŷ : pendapatan peternak sapi potong potong (baca : Y topi) X1 : pengalaman beternak (tahun)

X2 : tingkat pendidikan (tahun)

X3 : umur (tahun)

X4 : sistem pemeliharaan (variabel dummy)

Berdasarkan Hasil Regresi di atas dapat diketahui:

Nilai Konstanta/Intersept adalah sebesar 435,944,4. Artinya apabila variabel

bebas yaitu, pengalaman beternak, tingkat pendidikan, umur peternak dan sistem

pemeliharaan dilakukan maka peternak sapi potong akan menerima pendapatan

sebesar nilai konstanta yaitu Rp 435,944,.

1. R Square bernilai 81,3%, artinya bahwa semua variabel bebas pengalaman

beternak tingkat pendidikan,umur peternak dan sistem pemeliharaan

mempengaruhi variabel terikat sebesar 81,3% dan selebihnya yaitu sebesar

18,7% dijelaskan oleh variabel lain (µ) yang tidak diteliti dalam penelitian

ini.

2. Secara serempak nilai F-hitung (17,397) lebih besar daripada F-tabel (4,60).

Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak semua variabel tersebut yaitu

pengalaman beternak, tingkat pendidikan, umur peternak dan sistem

pemeliharaan berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan peternak sapi

potong dengan taraf signifikansi 0.000a dan pada taraf kepercayaan 80,9%.

3. Secara partial nilai t-hitung variabel yang mempengaruhi adalah variabel

(48)

a. Variabel pengalaman beternak berpengaruh nyata terhadap pendapatan

peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 80,9%

yang ditunjukkan oleh angka koefisien -244081 dengan taraf

signifikansi α = 0,001 (α < 0,01). Sifat hubungan dari koefisien regresi

bertanda negatif. Hal ini dapat disebabkan karena umumnya

pengalaman beternak diperoleh dari orang tuanya secara

turun-temurun. Dengan pengalaman beternak yang cukup lama memberikan

indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap

manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih

baik. Namun di lapangan tidak diperoleh pengaruh seperti yang

diharapkan. Hal ini dapat disebabkan banyak peternak yang memiliki

pengalaman yang memadai namun masih mengelola usaha tersebut

dengan kebiasaan – kebiasaan lama yang sama dengan sewaktu

mereka mengawali usahanya sampai sekarang. Menurut Abidin dan

Simanjuntak (1997), faktor penghambat berkembangnya peternakan

pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari faktor-faktor topografi,

iklim, keadaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan rerumputan

dan penguat.

b. Hasil analisis regresi pada variabel tingkat pendidikan didapat angka

koefisien 244081 dengan taraf signifikansiα = 0,003 (α < 0,01) berarti

tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak.

Koefisien tersebut berimplikasi bahwa kenaikan tingkat pendidikan

peternak sebesar 1 tahun dengan asumsi variabel lain tetap maka akan

(49)

sesuai dengan pernyataan Soekartawi (1986), yang menyatakan bahwa

tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir

dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi baru.

c. Variabel umur berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi

potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 80,9% yang ditunjukkan

oleh angka koefisien -82178,3 dengan taraf signifikansi α = 0,004

(α < 0,01). Sifat hubungan dari koefisien regresi bertanda negatif,

berarti setiap kenaikan umur sebesar 1 tahun maka akan menurunkan

pendapatan peternak sebesar Rp 82.178,3. Faktor umur biasanya lebih

diidentikkan dengan produktivitas kerja, dan jika seseorang masih

tergolong usia produktif ada kecenderungan produktivitasnya juga

tinggi. Chamdi (2003) mengemukakan, semakin muda usia peternak

(usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap

sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap

introduksi teknologi semakin tinggi.

d. Hasil analisis regresi variabel dummy sistem pemeliharaan didapat

t hitung 5,405 dengan taraf signifikansi α = 0.000 (α < 0,01) yang

berarti sistem pemeliharaan berpengaruh nyata terhadap pendapatan

(50)

Arti dari nilai persamaan berikut adalah :

Ŷ = = 435944.4 - 254236X1 + 244081X2 - 82178.3X3 + 4070002X4 + µ

Bedasarkan model persamaan diatas dapat diinterpretasi bahwa:

a.Apabila variabel bebas pengalaman beternak (X1) mengalami penurunan

sebesar 1 tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar

Rp. 254,236.

b.Apabila variabel bebas pendidikan (X2) mengalami kenaikan sebesar 1

tahun, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 244.081

c.Apabila variabel bebas umur (X3) mengalami kenaikan sebesar 1 tahun,

maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp. 96.007,1

d.Apabila variabel bebas sistem pemeliharaan (X3) adalah intensif, maka akan

terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 4.070.002

e. Apabila variabel X1, X2, X3 dan X4 yang dianalisis dianggap nol (tidak

melakukan aktivitas), maka peternak sapi potong akan menanggung biaya

(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian analisis profil peternak terhadap pendapatan

dalam usaha sapi potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengalaman, pendidikan dan sistem pemeliharaan merupakan faktor yang

berpengaruh nyata dalam meningkatkan pendapatan peternak sapi potong di

Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Umur yang semakin tinggi dapat menurunkan pendapatan disebabkan oleh

faktor usia produktif peternak tersebut

Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah :

Untuk Peternak :

Untuk meningkatkan pendapatan peternak sapi potong di daerah penelitian

diharapkan para peternak pemula dapat meningkatkan pengetahuan dalam

beternak dengan cara mempelajari inovasi dan teknologi baru.

Untuk Pemerintah :

Peningkatan pengalaman beternak dan pengetahuan beternak dapat

dilakukan dengan cara melakukan kegiatan penyuluhan peternakan. Hal ini

disebabkan karena umumnya pengalaman beternak yang didapat peternak adalah

pengalaman turun temurun, sehingga pendapatan peternak belum maksimal. Oleh

sebab itu diharapkan intoduksi teknologi dari dinas terkait agar peternak dapat

(52)

Dalam upaya meningkatkan pendapatan peternak sapi potong di daerah

Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai diantaranya adalah

mengatasi masalah permodalan yang masih sedikit maka untuk itu dibutuhkan

peran pemerintah setempat untuk membuka kucuran modal dari semua sumber

daya yang dapat meningkatkan pendapatan peternak seperti lembaga keuangan

mikro misalnya koperasi simpan pinjam, lembaga kredit pedesaan dan lembaga

non formal baik perorangan maupun bentukperkumpulan (lembaga kelompok

swadaya masyarakat dan lain-lain).

Untuk pemerintah setempat juga diharapkan dapat menyediakan lahan

yang dapat dikelola peternak seperti padang penggembalaan sebagai salah satu

sumber hijauan untuk mendukung usaha ternak, sehingga peternak dapat

(53)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1991. Petunjuk Beternak Sapi Potong dan Kerja. Penerbit Kanisius, Jakarta.

Abidin, A. dan Simanjuntak, D., 1977. Ternak Sapi Potong. Direktorat Jendral Peternakan, Jakarta.

Ahmadi, A. H., 2003. Sosiologi Pendidikan. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Arifin, B., 1993. Kiat-Kiat Mengembangkan Bisnis Peternakan. Makalah Seminar Peternakan dalam Menggalang Potensi Sumber Daya Guna Meraih Nilai Tambah Peternakan Melalui Teknologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Aritonang, D., 1993. Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Penebar Swadaya, Jakarta.

Badan Pusat Statistik Serdang Bedagai, 2010.

Berg, R. T. dan Butterfield. R. M., 1976. New Conceps of Cattle Growth. Sydney University Press, Sydney.

Boediono, 1998. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 1 BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Chamdi, A.N., 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing Di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 29-30 September 2003. Bogor: Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian.

Cyrilla, L., dan Ismail. A., 1988. Usaha Peternakan. Diktat Kuliah. Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Darmono, 1993. Tata Laksana Usaha Sapi Kereman. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Fauzia, L., dan H. Tampubolon., 1991. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi Petani Terhadap Keputusan Petani Dalam Penggunaan Sarana Produksi. Universitas Sumatera Utara Press, Medan

Gunawan, Pamungkas, D., ffandhy. L. S., 1993. Sapi Bali Potensi, Produktivitas dan Nilai Ekonomi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Hernanto, F., 1996. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta

(54)

Kay, R. D., dan Edward, W. M., 1994. Farm Management. Third Edition. Mc.Graw-Hill. Inc, Singapore.

Lasley, 1978. Genetics of Livestock Improvement, Third Edition Printice-Hall of India Private Limited, New Delhi.

Lawrie, R. A., 1995. Ilmu Daging. Penerbit Universitas Indonesia. UI-Press, Jakarta.

Mubyarto, 1991. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.

Mulyono, S. dan B. Sarwono, 2007. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Parakkasi, A., 1998. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UI-Press, Jakarta.

Sodiq, A., dan Z. Abidin., 2002. Penggemukan Sapi potong.. (Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis). Agromedia Pustaka, Jakarta

Soeharjo dan Patong, 1973. Sendi-Sendi Pokok Usaha Tani. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Soekartawi, A., Soeharjo, Dillon, J. L., Hardaker, J. B., 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Perkembangan Petani Kecil. UI-Press, Jakarta.

Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia, Jakarta.

Suharno, B dan Nazaruddin, 1994. Ternak Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sugeng, Y. B., 2001. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta

Gambar

Tabel 1. Banyaknya ternak besar kecil menurut kecamatan dan jenisnya
Tabel 3. Jumlah produksi daging ternak dan unggas menurut kecamatan dan jenis
Tabel 4. Populasi ternak sapi di kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang
Tabel 5. Penggunaan makanan oleh berbagai ternak
+3

Referensi

Dokumen terkait

22.573.523 per peternak / tahun, kontribusi pendapatan dari usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga adalah lebih besar dari 30 % yakni sebesar 69,3 %,

Hasil penelitian di peroleh faktor sosial ekonomi peternak sapi potong yaitu jumlah ternak sapi potong yang dipelihara peternak rata-rata 4 ekor, umur peternak sapi potong

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem usahatani dan mengetahui kontribusi usaha sapi potong terhadap pendapatan peternak secara keseluruhan pada

Analisis SWOT menunjukkan bahwa strategi yang digunakan pengembangan kambing potong melalui kelompok peternak di Kabupaten Serdang Bedagai antara lain: peningkatan

Analisis SWOT menunjukkan bahwa strategi yang digunakan pengembangan kambing potong melalui kelompok peternak di Kabupaten Serdang Bedagai antara lain: peningkatan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan pendapatan peternak sapi potong secara intensif dan cara tradisional di Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat

sebagian besar ternak sapi potong yang dipelihara oleh peternak masih dalam skala kecil, dengan lahan dan modal yang sangat terbatas (Parakkasi, 1998).. Disamping itu, ternak sapi

Kecamatan Somba Opu adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Gowa dengan jumlah peternak sapi potong dan jumlah kepemilikan ternak sapi potong yang dimiliki oleh petani