• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Profil Peternak Terhadap Pendapatan Dan Efisiensi Pemasaran Usaha Sapi Potong Di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Profil Peternak Terhadap Pendapatan Dan Efisiensi Pemasaran Usaha Sapi Potong Di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PROFIL PETERNAK TERHADAP PENDAPATAN

DAN EFISIENSI PEMASARAN USAHA SAPI POTONG DI

KECAMATAN TIGAPANAH KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Oleh :

SUSIANTI BR SINUKABAN 080306026

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PROFIL PETERNAK TERHADAP PENDAPATAN

DAN EFISIENSI PEMASARAN USAHA SAPI POTONG DI

KECAMATAN TIGAPANAH KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Oleh :

SUSIANTI BR SINUKABAN 080306026

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Skripsi : Analisis Profil Peternak terhadap Pendapatan dan Efisiensi Pemasaran Usaha Sapi Potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo

Nama : Susianti br Sinukaban

NIM : 080306026

Program Studi : Peternakan

Disetujui Oleh,

Komisi Pembimbing

Ir. Iskandar Sembiring, MM Dr. Nevy Diana Hanafi ,S.Pt, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ristika Handarini, MP Ketua Program Studi Peternakan

(4)

ABSTRAK

SUSIANTI BR SINUKABAN: “Analisis Profil Peternak terhadap Pendapatan dan Efisiensi Pemasaran Usaha Sapi Potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo”, dibimbing oleh ISKANDAR SEMBIRING dan NEVY DIANA HANAFI.

Salah satu mata pencaharian masyarakat Tigapanah adalah beternak khususnya sapi potong. Peternak sapi potong memiliki profil yang tidak sama satu dengan yang lainnya. Profil peternak terbagi atas umur, tingkat pendidikan dan pengalaman. Untuk mengetahui pengaruh profil peternak terhadap pendapatan peternak sapi potong maka perlu dilakukan survey di kecamatan tersebut. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo mulai Juli sampai September 2012. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan unit responden adalah peternak sapi potong. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling yaitu memilih 6 buah desa berdasarkan kepadatan ternak sapinya dan diperoleh 89 peternak sebagai sampel, yaitu desa Lau Riman, desa Kuta Mbelin, desa Tigapanah, desa Manuk Mulia, desa Seberaya dan desa Bunuraya (19, 18, 14, 10, 15 dan 13 peternak). Efisiensi pemasaran didapat melalui metode wawancara terhadap petani, pengumpul, bandar/pedagang besar, pedagang kecil dan konsumen akhir mengenai harga jual sapi potong di masing-masing pelaku tersebut.

Hasil penelitian di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo menunjukkan bahwa umur, pendidikan dan pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong dan pemasaran sapi potong adalah efisien dengan tingkat efisiensinya adalah 28%.

(5)

ABSTRACT

SUSIANTI BR SINUKABAN: "Farmer Profile of Income and Marketing Efficiency Analysis in Beef Cattle Business at Subdistrict Tigapanah District Karo", supervised by ISKANDAR SEMBIRING and NEVY DIANA HANAFI.

One of Tigapanah society livelihoods are beef cattle farmer in particular. Beef cattle farmer have different profiles one each others. Farmer profile divided into age, level of education and farming experience. To determine the effect of the income profile of beef cattle farmers, it is necessary to do a survey in the subdistricts. This research location was in the Subdistrict Tigapanah District Karo from July to September 2012. This study uses survey with respondents unit are beef cattle farmer. Sampling method used was Proportional Stratified Random Sampling is to choose the 6 villages by beef cattle densities obtained 89 farmers in the sample namely Lau Riman village, Kuta Mbelin village, Tigapanah village, Manuk Mulia village, Seberaya village and Bunuraya village (19, 18, 14, 10, 15 dan 13 farmers). Marketing efficiency gained through interviews to farmers, collectors, dealers / wholesalers, small traders and end customers regarding the price of beef cattle in each of these actors.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lingga pada tanggal 31 Desember 1989 dari ayah

Abel Tasman Sinukaban dan ibu Litna br Ginting. Penulis merupakan putri

pertama dari dua bersaudara.

Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 2, Kabanjahe dan pada tahun

2008 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Ujian Masuk Bersama

(UMB). Penulis memilih program studi Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Peternakan (IMAPET). Selain itu, penulis juga aktif dalam organisasi

ekstrauniversitas sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan

(IMAKRIP) dan juga anggota Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) Mbuah Page

Fakultas Pertanian USU.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Kecamatan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Profil Peternak Terhadap Pendapatan dan Efisiensi Pemasaran

Usaha Sapi Potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua

orang tua penulis atas doa, semangat dan pengorbanan material maupun moril

yang telah diberikan selama ini. Penulis menyampaikan terima kasih

kepada Bapak Ir. Iskandar Sembiring, MM. selaku ketua komisi pembimbing dan

Ibu Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt. M.Si. selaku anggot a komisi pembimbing yang

telah memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dan semua

pihak yang ikut membantu.

Semoga skripsi ini dapat membantu memberikan informasi dan

(8)

DAFTAR ISI

Lokasi Penyebaran Sapi Potong di Tanah Karo ... 5

Profil Peternak ... 7

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

Penentuan Responden Penelitian ... 18

Pengumpulan Data ... 19

Data Pendapatan ... 19

Efesiensi Pemasaran ... 21

Parameter Penelitian... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian ... 24

Karakteristik Responden ... 25

Pengaruh Variabel terhadap Pendapatan Peternak ... 26

Analisis Efisiensi Pemasaran Sapi Potong ... 32

(9)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 35

Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(10)

DAFTAR TABEL

1. Populasi Ternak Sapi Potong Di Kabupaten Karo dalam Kecamatan... 5

2. Populasi Ternak Sapi Di Kecamatan Tigapanah ... 6

3. Karakteristik Responden Di Daerah Penelitian Tahun 2011 ... 25

4. Analisis Varian Pendapatan dan Hasil Penduga Variabel ... 26

5. Analisis Regresi Linear Berganda Pengaruh Umur Peternak, Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Peternak terhadap Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo ... 27

6. Tingkat Keuntungan Pelaku Pemasaran Sapi Potong... 33

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Karakteristik Sosial Responden ... 39

2. Karakteristik Ekonomi Responden ... 42

3. Hasil Pengolahan Data Primer ... 45

4. Kuesioner Penelitian ... 47

(12)

ABSTRAK

SUSIANTI BR SINUKABAN: “Analisis Profil Peternak terhadap Pendapatan dan Efisiensi Pemasaran Usaha Sapi Potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo”, dibimbing oleh ISKANDAR SEMBIRING dan NEVY DIANA HANAFI.

Salah satu mata pencaharian masyarakat Tigapanah adalah beternak khususnya sapi potong. Peternak sapi potong memiliki profil yang tidak sama satu dengan yang lainnya. Profil peternak terbagi atas umur, tingkat pendidikan dan pengalaman. Untuk mengetahui pengaruh profil peternak terhadap pendapatan peternak sapi potong maka perlu dilakukan survey di kecamatan tersebut. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo mulai Juli sampai September 2012. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan unit responden adalah peternak sapi potong. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling yaitu memilih 6 buah desa berdasarkan kepadatan ternak sapinya dan diperoleh 89 peternak sebagai sampel, yaitu desa Lau Riman, desa Kuta Mbelin, desa Tigapanah, desa Manuk Mulia, desa Seberaya dan desa Bunuraya (19, 18, 14, 10, 15 dan 13 peternak). Efisiensi pemasaran didapat melalui metode wawancara terhadap petani, pengumpul, bandar/pedagang besar, pedagang kecil dan konsumen akhir mengenai harga jual sapi potong di masing-masing pelaku tersebut.

Hasil penelitian di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo menunjukkan bahwa umur, pendidikan dan pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong dan pemasaran sapi potong adalah efisien dengan tingkat efisiensinya adalah 28%.

(13)

ABSTRACT

SUSIANTI BR SINUKABAN: "Farmer Profile of Income and Marketing Efficiency Analysis in Beef Cattle Business at Subdistrict Tigapanah District Karo", supervised by ISKANDAR SEMBIRING and NEVY DIANA HANAFI.

One of Tigapanah society livelihoods are beef cattle farmer in particular. Beef cattle farmer have different profiles one each others. Farmer profile divided into age, level of education and farming experience. To determine the effect of the income profile of beef cattle farmers, it is necessary to do a survey in the subdistricts. This research location was in the Subdistrict Tigapanah District Karo from July to September 2012. This study uses survey with respondents unit are beef cattle farmer. Sampling method used was Proportional Stratified Random Sampling is to choose the 6 villages by beef cattle densities obtained 89 farmers in the sample namely Lau Riman village, Kuta Mbelin village, Tigapanah village, Manuk Mulia village, Seberaya village and Bunuraya village (19, 18, 14, 10, 15 dan 13 farmers). Marketing efficiency gained through interviews to farmers, collectors, dealers / wholesalers, small traders and end customers regarding the price of beef cattle in each of these actors.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha di bidang peternakan mempunyai prospek yang baik di masa depan,

karena permintaan akan bahan-bahan yang berasal dari ternak akan terus

meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pendapatan dan

kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan bergizi tinggi sebagai

pengaruh dari naiknya tingkat pendidikan rata-rata penduduk (Santosa, 1997).

Pembangunan dan pengembangan di bidang pertanian meliputi

pembangunan di bidang peternakan. Peternakan yang banyak dilakukan oleh

masyarakat di pedesaan adalah beternak sapi potong yang berbentuk usaha

peternakan rakyat. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diidentifikasikan alternatif

pola pengembangan peternakan rakyat dengan skala usaha ekonomis yang mampu

memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga yang cukup memadai.

Usaha ternak rakyat diharapkan menjadi sumber pendapatan utama peternak

rakyat dan dapat memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga

peternak, seperti pada kegiatan ekonomi keluarga lainnya dan bahkan mengarah

pada usaha peternakan keluarga. Sekarang ini, subsektor peternakan hanya

mampu memberikan kontribusi pendapatan terhadap sektor pertanian sebesar

12 persen

Dalam melaksanakan usaha ternak sapi, peternak berfungsi sebagai

pembuat keputusan yang berusaha mengambil keputusan yang efektif dan efesien

dalam menjalankan dan mengelola usahanya. Karakteristik sosial ekonomi

peternak (umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, total penerimaan

(15)

mengambil keputusan yang dapat memberikan pengaruh keuntungan bagi usaha

ternaknya. Peternak berusaha untuk mengalokasikan faktor produksi (lahan,

modal dan tenaga kerja) seefisien mungkin untuk memperoleh hasil dan

keuntungan maksimal.

Berkenaan dengan usaha peternakan sapi potong di Indonesia, yang

menyangkut jalur pemasaran belum banyak diatur oleh pemerintah. Indikasi ke

arah itu, pemerintah belum sepenuhnya menyediakan infrastuktur dan sarana yang

baik di bidang pemasaran. Infrastuktur dan sarana yang baik tentunya akan

menunjang perkembangan dan kemajuan dalam pemasaran sapi potong. Upaya

pemasaran lebih banyak dikuasai oleh blantik (agen), pedagang pengumpul dan

jagal. Masing-masing pelaku dalam jalur pemasaran mempunyai peran dan fungsi

tersendiri dalam proses pemasaran yaitu untuk memudahkan pemindahan suatu

produk itu bergerak dari produsen sampai berada di tangan konsumen.

Efisiensi pemasaran ditentukan oleh perbedaan harga di tingkat konsumen

dengan peternak. Suatu jalur pemasaran dapat dikatakan efisien bila selisih harga

antara peternak dan konsumen lebih kecil dari 30% (Gray et al., 1996). Jalur pemasaran yang tidak efisien disebabkan oleh relatif panjang menyebabkan

kerugian baik bagi peternak maupun konsumen. Konsumen terbebani dengan

beban biaya pemasaran yang besar untuk membayar dengan harga yang

tinggi, sedangkan bagi peternak perolehan pendapatan menjadi lebih

rendah karena harga penjualan yang diterima jauh lebih rendah. Dalam

menciptakan sistem pemasaran yang efisien serta menguntungkan baik peternak

maupun konsumen, maka peternak harus memilih jalur pemasaran yang pendek.

(16)

beli konsumen akhir jauh lebih tinggi dari harga jual peternak maka jalur

pemasaran tersebut dapat dikatakan tidak efesien juga.

Sehubungan dengan hal diatas penulis mencoba untuk meneliti dan

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong

dan juga untuk meneliti jalur pemasaran yang berpengaruh terhadap efisiensi

pemasaran sapi potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pengaruh profil peternak; umur peternak, tingkat pendidikan dan

pengalaman beternak terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan

Tigapanah Kabupaten Karo.

2. Menganalisis harga jual ternak dari jalur peternak hingga konsumen akhir

terhadap efisiensi pemasaran sapi potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten

Karo.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peternak

dalam mengembangkan usaha ternak sapi potong guna meningkatkan

pendapatan, bagi instansi yang terkait khususnya dapat menjadi acuan

dalam rangka pengembangan usaha ternak sapi potong di wilayah

yang bersangkutan atau di daerah lain dan menjadi sumber informasi

(17)

Hipotesa Penelitian

1. Profil peternak; umur peternak, tingkat pendidikan dan pengalaman beternak

berpengaruh terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan

Tigapanah Kabupaten Karo.

2. Jalur pemasaran dari peternak, pengumpul, bandar/pedagang besar, pengecer

sampai konsumen akhir berpengaruh terhadap efisiensi pemasaran ternak sapi

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Lokasi Penyebaran Sapi Potong di Kabupaten Karo

Kecamatan Tigapanah merupakan salah satu daerah penyebaran populasi

ternak sapi potong yang cukup banyak di Kabupaten Karo. Selain itu Kecamatan

Tigapanah juga merupakan sentra perdagangan sapi potong di Kabupaten Karo.

(Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2011).

Tabel 1. Populasi Ternak Sapi Potong di Kabupaten Karo dalam Kecamatan

No Kecamatan Luas

Sumber : di olah Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo (2011)

Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah populasi ternak sapi potong di

Kecamatan Tigapanah berada pada peringkat keempat terbanyak setelah

(19)

Untuk lebih mengetahui jumlah populasi ternak sapi potong secara rinci

dalam di Kecamatan Tigapanah dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Populasi Ternak Sapi Potong di Kecamatan Tigapanah

No Desa Luas Sumber : diolah dari Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo (2011)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah kepadatan ternak sapi potong

yang paling besar terdapat di desa Lau Riman dan Kuta Mbelin, populasi ternak

sapi potong yang sedang terdapat di desa Tigapanah dan Manuk Mulia serta desa

(20)

Profil Peternak Umur

Menurut Chamdi (2003), semakin muda usia peternak umumnya rasa

keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi

terhadap introduksi teknologi semakin tinggi. Soekartawi (2002), menyatakan

bahwa para petani yang berusia lanjut biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit

untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara

kerja dan cara hidupnya. Petani ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi

baru.

Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut.

Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin turun pula prestasinya.

Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan

berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah, 2009).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009), variabel umur

tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong, karena

disebabkan karena kriteria umur peternak tidak mendorong peternak dalam

mengembangkan usaha ternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten

Langkat. Faktor umur biasanya lebih diindetikkan dengan produktivitas kerja dan

jika seseorang masih tergolong usia produktif ada kecederungan produktivitasnya

juga tinggi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Purba (2011), dapat

diketahui bahwa umur memiliki pengaruh negatif terhadap pendapatan peternak.

(21)

Tingkat Pendidikan

Menurut Soekartawi et al. (1995), menyatakan bahwa tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka

terhadap inovasi dan teknologi baru. Selain itu, Soekartawi (1996) menyatakan

bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mampu

memanfaatkan potensi di dalam maupun di luar dirinya dengan lebih baik. Orang

itu akan menemukan pekerjaan yang paling tidak setara dengan pendidikannya.

Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang

kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya.

Keterbatasan keterampilan/pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan

kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja (Ahmadi, 2003).

Menurut Mosher (1991), semakin tinggi tingkat pengetahuan dan

keterampilan mengakibatkan petani peternak lebih dinamis, aktif dan terbuka

dalam mengadopsi suatu teknologi. Kondisi ini penting mengingat saat ini

diperlukan pengetahuan dan pemahaman secara baik tentang perkembangan usaha

yang semakin cepat baik teknologi maupun aspek pemasaran.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009), dapat

diketahui bahwa variabel pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap

pendapatan peternak sapi potong. Peternak yang tingkat pendidikannya lebih

tinggi seharusnya dapat meningkatkan lebih besar pendapatan peternak umum

kenyataan di lapangan berbeda seperti yang telah diuraikan diatas karena pada

dasarnya peternak yang ada di daerah penelitian masih tergolong berpendidikan

(22)

Pengalaman Beternak

Faktor penghambat berkembangnya peternakan pada suatu daerah tersebut

dapat berasal dari faktor-faktor topografi, iklim, keadaan sosial, tersedianya

bahan-bahan makanan rerumputan atau penguat, disamping itu faktor pengalaman

yang dimiliki peternak masyarakat sangat menentukan pula perkembangan

peternakan di daerah tersebut (Abidin danSimanjuntak, 1997).

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh terhadap

penerimaan inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman

diukur mulai sejak kapan peternak itu aktif secara mandiri mengusahakan

usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian

(Fauzia danTampubolon, 1991).

Variabel pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap

pendapatan ternak sapi potong. Umumnya pengalaman beternak diperoleh dari

orang tuanya secara turun-temurun. Dengan pengalaman beternak yag cukup lama

memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap

manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih baik. Namun

di lapangan tidak diperoleh pengaruh seperti yang diharapkan. Hal ini dapat

disebabkan banyak peternak yang memiliki pengalaman yang memadai namun

masih mengelolah usaha tersebut dengan kebiasaan-kebiasaaan lama yang sama

dengan sewaktu mereka mengawali usahanya sampai sekarang (Siregar, 2009).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Purba (2011), diketahui

bahwa pengalaman berpengaruh negatif terhadap pendapatan peternak di

Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Lama peternak beternak

(23)

Pendapatan

Analisis usaha ternak sapi pendekatan yang sangat penting bagi suatu

usaha ternak komersil. Melalui hasil analisis ini dapat dicari langkah pemecahan

berbagai kendala yang dihadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik

tolak untuk memperbaiki hasil dari usaha ternak tersebut. Hasil analisis ini dapat

digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang usaha

atau memperbesar skala usaha. Hermanto (1996), menyatakan bahwa analisis

usaha dimaksudkan untuk mengetahui kinerja usaha secara menyeluruh. Ada tiga

laporan utama yang berkaitan dengan analisis usaha yaitu: (1) cash flow (arus biaya dan penerimaan), (2) neraca (balance sheet), (3) pertelaan pendapatan (income statement).

Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994), gambaran mengenai usaha

ternak yang memiliki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis

usaha juga dapat memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan,

penggunaan modal, besar biaya untuk bibit, pakan dan kandang, lamanya modal

akan kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh.

Usaha peternakan sapi 99% merupakan usaha subsistem pada usaha

pertanian dengan tingkat kepemilikan ternak rata-rata dua hingga tiga ekor tiap

keluarga dan tipologi usahanya adalah sebagai usaha sambilan. Pendapatan dari

usaha peternakan sapi belum merupakan sumber pendapatan utama petani tetapi

hanya merupakan penambah pendapatan keluarga. Proporsi pendapatan ternak

sapi potong adalah 21% terhadap pendapatan total (Gunawan et al.,1998).

Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu

(24)

itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila

pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi.

Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan

pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993).

Usaha ternak sapi telah memberi kontribusi dalam peningkatan pendapatan

keluarga peternak. Soekartawi (1995), menyatakan bahwa peningkatan

pendapatan keluarga peternak sapi tidak dapat dilepaskan dari cara mereka

menjalankan dan mengelola usaha ternaknya yang sangat dipengaruhi oleh

berbagai faktor sosial dan faktor ekonomi.

Beberapa faktor produksi yang perlu diperhatikan dan diperkirakan

berpengaruh terhadap pendapatan dalam pemeliharaan sapi jantan adalah jumlah

pemilikikan sapi, lama pemeliharaan, biaya pakan, biaya obat-obatan dan tenaga

kerja. Identifikasi faktor-faktor produksi dengan menggunakan analisis regresi

memberikan suatu gambaran bahwa lama pemeliharaan dan biaya pakan

berpengaruh negatif terhadap pendapatan petani peternak. Artinya, peningkatan

lama pemeliharaan dan biaya pakan menyebabkan penurunan pendapatan. Faktor

jumlah pemilikan ternak, biaya obat-obatan dan tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatan peternak. Oleh karena itu, peningkatan jumlah pemilikan

ternak akan meningkatkan pendapatan. Dibidang peternakan, proyeksi produksi

lebih banyak ditentukan oleh jumlah pemilikan ternak. Jumlah pemilikan sapi di

peternak sulit ditingkatkan karena keterbatasan kemampuan modal yang dimiliki

peternak. Perawatan sapi yang baik melalui peningkatan pelayanan obat-obatan

dan waktu untuk merawat sapi juga berpengaruh terhadap meningkatnya

(25)

Penerimaan

Penerimaan merupakan hasil perkalian dari produksi total dengan harga

peroleh satuan. Produksi total adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan

harga adalah harga pada tingkat usahatani atau harga jual petani

(Soeharjo danPatong, 1973).

Menurut Hadisapoetro (1973), untuk memperhitungkan biaya dan

pendapatan dalam usahatani diperlukan beberapa pengertian. Pendapatan

kotor atau penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari

usahatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan dan penaksiran

kembali (Rp.).

Penerimaan usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penerimaan

bersih usahatani dan penerimaan kotor usahatani. Penerimaan bersih usahatani

adalah merupakan selisih antara total penerimaan usahatani dengan pengeluaran

total usahatani. Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang

habis terpakai dalam proses produksi, tidak termasuk tenaga kerja dalam keluarga

petani. Penerimaan kotor usahatani adalah nilai total produksi usahatani dalam

jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun tidak dijual

(Soekartawi et al., 1986). Pengeluaran (Biaya Produksi)

Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan,

yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat di ukur untuk

menghasilkan suatu produk (Cyrilla dan Ismail, 1998).

Berdasarkan volume kegiatan, biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya

(26)

produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu

(Widjaja, 1999). Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang digunakan untuk

membeli atau menyediakan bahan baku yang habis dalam sekali produksi

(Suratiyah, 2009).

Menurut Prawirokusumo (1990), ada beberapa biaya produksi diantaranya

adalah biaya tetap dan biaya variabel. Yang termasuk biaya tetap dalam usaha

peternakan antara lain : depresiasi, bunga modal, pajak, asuransi dan reparasi

rutin. Sedangkan yang termasuk dalam biaya variabel adalah : biaya pakan, biaya

kesehatan, pembelian ternak, upah tenaga kerja, obat-obatan, bahan bakar dan

lain-lainnya.

Efesiensi Pemasaran

Suatu usaha peternakan adalah proses produksi sehingga rendahnya

tingkat pendapatan peternak mungkin disebabkan oleh penggunaan faktor-faktor

produksi yang tidak efisien. Ini merupakan ukuran dalam mencapai produksi

tertentu dibandingkan dengan faktor produksi atau biaya minimum. Efisiensi

merupakan ukuran dalam mencapai produksi yang didapat dari suatu kesatuan

biaya, kemudian ratio input-output yang juga dapat dijadikan dasar dalam

menentukan nilai efisiensi. Menurut Gray et al. (1996) dalam mengukur efisiensi usaha perlu diukur juga tingkat efisiensi pemasaran hasil baik dilakukan oleh

petani atau oleh pihak lain. Hal ini penting untuk menunjukan bahwa dalam

memproduksi komoditas pertanian faktor pemasaran merupakan faktor yang tidak

boleh diabaikan.

Sistem pemasaran akan efesien apabila dapat memberikan suatu balas jasa

(27)

sebagai produsen, pedagang perantara dan konsumen akhir (Azzaino, 1981).

Efisiensi pemasaran didefenisikan sebagai optimasi dari nisbah antara output

dengan input. Suatu perubahan yang dapat mengurangi biaya input dalam

melakukan kegiatan pemasaran tanpa mengurangi kepuasan konsumen dari

output, yang dapat berupa barang dan jasa, menunjukkan suatu perbaikan dari

tingkat efisiensi pemasaran (Feed, 1972).

Saluran Pemasaran

Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha/

aktivitas dengan tujuan untuk menyampaikan produk barang dan atau jasa dari

produsen (penghasil) ke konsumen (pemakai) akhir dan segala upaya yang telah

dilakukan untuk memperlancar kegiatan arus barang dan jasa tersebut untuk

mewujudkanapermintaanayangaefektifa(Kotler,1996).

Saluran pemasaran kadang-kadang orang menyebutnya juga dengan

saluran distribusi atau saluran perdagangan. Soekartawi (1993) mengatakan

bahwa saluran pemasaran adalah saluran atau jalur yang digunakan baik

secara langsung maupun tidak langsung untuk memudahkan pemilihan

suatu produk itu bergerak dari produsen sampai berada di tangan konsumen.

Hanafiah dan Saefudin (1986) mengatakan bahwa saluran pemasaran merupakan

badan-badan atau lembaga yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi

pemasaran dengan cara menggerakkan aliran barang dagangan tersebut atau hanya

bertindak sebagai agen dari pemilik barang. Urutan dari badan ini membentuk

rangkaian yang disebut dengan rantai pemasaran.

Penetapan saluran pemasaran oleh produsen sangatlah penting sebab dapat

(28)

sebagainya. Oleh karena itu setiap produsen atau perusahaan hendaknya dapat

menetapkan saluran pemasaran yang paling tepat. Karena pertambahan jumlah

dan proporsi biaya pemasaran terhadap total biaya, maka sangat diperlukan

strategi dan kebijakan pengendalian atas biaya pemasaran yang tepat. Dalam

strategi dan kebijakan pengendalian biaya pemasaran diperlukan analisis biaya

pemasaran yang memadai (Fanani, 2000).

Pemasaran dari hasil penggemukan sapi kereman ini biasanya ada dua

bentuk, yaitu penjualan sapi hidup setelah selesai pemeliharaan dan penjulan

daging setelah di lakukan pemotongan. Kebanyakan peternak tradisional menjual

sapi hidup hasil kereman saja di pasar hewan maupun pedagang sapi. Pada sapi

kereman sistem intensif keuntungan diperoleh dari menjual langsung sapi ke

perusahaan daging maupun di potong sendiri dan menjual karkasnya. Dalam hal

yang terakhir ini keuntungan yang diperoleh dapat lebih besar lagi

(Darmono, 1993).

Biaya Pemasaran

Menurut Fanani (2000) analisis pemasaran merupakan aktivitas pemasaran

sangat penting untuk menunjang kegiatan pemasaran dalam upaya mencapai

tujuannya, untuk itu sampai tingkat tertentu hal itu diimbangi pula dengan

besarnya biaya pemasaran yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Pengertian

analisa pemasaran dibedakan menjadi dua kategori yaitu : “Dalam arti sempit,

analisa pemasaran diartikan sebagai biaya penjualan, yaitu biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk menjual produk ke pasar. Dalam arti luas biaya pemasaran

(29)

simpan dalam gudang sampai dengan produk tersebut diubah kembali dalam

bentuk uang tunai” ( Mulyadi, 1992).

Untuk indikator efesiensi pemasaran relatif digunakan analisis margin dan

korelasi harga yang mencerminkan tingkat keterpaduan pasar. Margin pemasaran

terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan biaya pemasaran. Biaya pemasaran

akan semakin besar apabila terdapat unsur-unsur biaya yang sifatnya

non-kompetitif pada sistem pemasaran sehingga tidak efesien

(Limbong dan Sitorus, 1987).

Berbagai laporan mengemukakan perbedaan harga disebabkan oleh variasi

saluran dan margin pemasaran ternak di Indonesia baik dari jumlah pelaku

maupun distribusi biaya dan margin yang diperoleh pelaku pasar.

Kariyasa dan Faisal (2004) menyatakan bahwa penyebabnya adalah biaya

pemasaran akibat pemberlakuan berbagai peraturan daerah seiring dengan

pelaksanaan otonomi daerah dan kurangnya fasilitas pemasaran. Disamping itu

berbagai laporan mengemukakan bahwa hingga saat ini diperoleh kesan

peranan blantik sangat dominan dalam menentukan harga, terlebih dalam

kondisi pasar akhir-akhir ini dimana lebih banyak blantik dari pada

ternak (Rusastra et al., 2006). Pendapat tersebut berlawanan dengan laporan Kariyasa dan Faisal (2004) dimana biaya pemasaran lebih banyak ditanggung oleh

blantik sehingga ia memperoleh manfaat paling sedikit dari aktivitas pemasaran

sementara margin/keuntungan lebih banyak dinikmati oleh pejagal. Pendapat yang

(30)

harga yang lebih dinamis namun keuntungan yang diperoleh hanya sepertiga

dibanding pejagal.

Masalah pemasaran komoditi pertanian pada dasarnya adalah bagaimana

menyalurkan produk-produk pertanian dari produsen kepada konsumen

dengan harga yang wajar dan biaya pemasaran minimal. Menurut

Downey dan Erickson (1992) bahwa pemasaran hasil pertanian ditinjau dari

bagian harga yang diterima oleh petani produsen dikatakan efisien apabila harga

(31)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lau Riman, Desa Kuta Mbelin, Desa

Tigapanah, Desa Manuk Mulia, Desa Seberaya dan Desa Bunuraya Kecamatan

Tigapanah Kabupaten Karo Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan pada bulan

Juli sampai September 2012.

Penentuan Responden Penelitian Analisis Pendapatan

Persyaratan responden adalah para peternak di Kecamatan Tigapanah

Kabupaten Karo. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan

wawancara yaitu pengumpulan informasi dari responden dengan alat bantu

kuesioner. Metode penarikan responden yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Pada tahap pertama pemilihan 6 buah desa dari beberapa desa yang ada di

Kecamatan Tigapanah dengan metode penarikan responden secara

Proporsional Stratified Random Sampling (Soekartawi, 1995), yaitu desa yang kepadatan ternak sapinya tinggi (desa Lau Riman dan Kuta Mbelin) , sedang

(desa Tigapanah dan Manuk Mulia) dan jarang (desa Seberaya dan Bunuraya),

dimana penentuan kepadatan ternak sapi yang tinggi, sedang dan jarang

tersebut ditentukan dengan melihat data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten

Karo dalam angka 2011.

2. Pada tahap kedua pemilihan responden secara acak sederhana, diambil

(32)

menyatakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan data statistik

ukuran sampel paling kecil 30% sudah dapat mewakili populasi.

Analisis Efisiensi Pemasaran

Metode responden yang digunakan adalah metode survei dengan unit

responden adalah pelaku pemasaran ternak sapi potong yaitu peternak,

pengumpul,rumah potong,pedagang besar, pengecer daging dan konsumen akhir.

Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder

1. Data primer diperoleh langsung dari monitoring responden terhadap kegiatan

usaha ternak sapi potong melalui wawancara dan pengisian daftar kuesioner.

2. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait seperti Kantor

Badan Pusat Statistik dan Dinas Peternakan Kabupaten Karo.

Data Pendapatan

Data yang diperoleh dari hasil wawancara responden di lapangan diolah

dan ditabulasi. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan metode analisis

pendapatan dan diolah dengan model pendekatan ekonometri dan dijelaskan

secara metode deskriptif. Menurut Soekartawi (1995), untuk menghitung

pendapatan dari kegiatan beternak sapi, dapat dihitung dengan rumus:

(33)

Keterangan:

Pd : adalah total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak sapi aapotong (rupiah/tahun).

TR : adalah total revenue atau penerimaan yang diperoleh peternak sapi aapotong (rupiah/tahun)

TC : adalah biaya yang dikeluarkan peternak sapi potong (rupiah/tahun).

Jumlah pendapatan ditabulasi secara sederhana, yaitu dengan menghitung

pendapatan peternak pada usaha sapi potong terhadap pendapatan keluarga di

daerah penelitian.

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka untuk melihat faktor-faktor

yang mempengaruhi pendapatan dapat dilihat dengan menggunakan Model

Pendekatan Teknik Ekonometri yang menggunakan analisis regresi linear

berganda dengan alat bantu Software SPSS 16 (Statistical Package for Sosial Sciences). Menurut Djalal dan Usman (2002), model pendugaan yang digunakan:

Ŷ

= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + µ

Keterangan:

Ŷ : adalah pendapatan peternak (Y : topi) yang dipengaruhi beberapa faktor iadalam memelihara ternak sapi potong

a : adalah koefisien intercept (konstanta) b1b2b3: adalah koefisien regresi

X1 : adalah tingkat pendidikan (tahun) X2 : adalah umur peternak (tahun) X3 : adalah pengalaman peternak (tahun) µ : adalah variabel lain yang tidak diteliti

Variabel-variabel pada hipotesis diuji secara serempak dan parsial untuk

mengetahui apakah variabel tersebut mempunyai pengaruh dominan atau tidak.

Jika variabel tersebut berpengaruh secara serempak maka digunakan uji F yakni:

(34)

Keterangan :

r2

n = Jumlah responden = Koefisien determinasi

k = Derajat bebas pembilang n-k-1 = Derajat bebas penyebut

Kriteria uji:

F-hit ≤ F-tabel... H0 diterima (H1

F-hit > F-tabel... H

ditolak)

0 ditolak (H1 diterima)

Menurut Sudjana (2002), jika variabel berpengaruh secara parsial dapat

diuji dengan uji t yakni :

= Standart error estimates

i = Variabel bebas (i = 1,2,3)

Untuk mengetahui efisiensi pemasaran pada setiap lembaga pemasaran

yang terlibat digunakan rumus :

EP = Biaya pemasaran x 100%

Nilai produk yang dipasarkan

Jika EP > 30% berarti tidak efisien

Jika EP < 30% berarti efisien

(35)

Efisiensi pemasaran adalah perbandingan antara biaya pemasaran dengan

total nilai penjualan sapi potong yang dinyatakan dalam bentuk persen. Biaya

pemasaran adalah segala biaya yang dikeluarkan oleh lembaga dalam memasarkan

sapi potong. Nilai produk yang dipasarkan adalah harga akhir produk yang

dipasarkan kepada konsumen. Jalur pemasaran dapat dikatakan efesien bila selisih

harga dari petani dengan harga yang dibayar konsumen akhir lebih kecil dari 30%

(Gray et al., 1996).

Parameter Pengamatan Analisis Pendapatan

a. Pendapatan peternak

1. Penerimaan adalah jumlah yang diterima peternak yang berasal dari

penjualan ternak maupun kotoran ternak (Rp).

2. Pengeluaran adalah semua biaya yang dikeluarkan peternak meliputi biaya

pakan, obat-obatan, listrik, kandang dan lain sebagainya.

3. Pendapatan adalah selisih penerimaan dengan pengeluaran selama

pemeliharaan ternak sapi potong (dalam kurun waktu tertentu misalnya 1

tahun)

b. Profil peternak

1. Umur peternak adalah umur peternak yang memelihara ternak sapi yang di

ukur berdasarkan usia kerja produktif yaitu 16-60 tahun.

2. Tingkat pendidikan adalah lamanya pendidikan yang ditempuh peternak

(tahun) baik formal (SD, SMP, SMA) maupu n informal.

3. Pengalaman beternak adalah lamanya peternak memelihara ternak sapi

(36)

Efesiensi Pemasaran

1. Peternak adalah orang yang beternak ataupun yang melakukan budidaya usaha

ternak sapi potong.

2. Pengumpul adalah orang yang mengumpulkan atau membeli sapi langsung dari

peternak yang ada di pedesaan dan akan menjual sapinya ke pasar hewan.

3. Bandar/pedagang besar adalah pedagang yang membeli sapi dari pengumpul

yang ada dipasar hewan dan membawa langsung ke rumah potong untuk

dipotong dan nantinya akan dijual ke pengecer daging sapi.

4. Pengecer daging adalah penjual daging sapi yang terdapat di pasar-pasar.

5. Konsumen akhir adalah orang yang membeli atau mengkonsumsi daging sapi

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Wilayah Penelitian

Kecamatan Tigapanah berada pada 1.192 m dpl dengan luas wilayah

184,34 km2 serta memiliki suhu 16-170C. Sebelah Utara berbatasan dengan

Kecamatan Dolat Rayat dan Kecamatan Berastagi. Sebelah Barat berbatasan

dengan Kecamatan Juhar, Munthe dan Kabanjahe. Sebelah Timur berbatasan

dengan Kecamatan Barusjahe dan Kecamatan Merek. Sebelah Selatan berbatasan

dengan Kecamatan Merek. Kecamatan Tigapanah terdiri atas 22 desa dimana

terdapat 6 desa sebagai wilayah yang di teliti yaitu Desa Lau Riman, Desa Kuta

Mbelin, Desa Tigapanah, Desa Manuk Mulia, Desa Seberaya dan Desa Bunuraya.

Profesi masyarakat Kecamatan Tigapanah pada umumnya dan wilayah penelitian

pada khususnya sebagian besar adalah petani selain peternak, pedagang, pegawai

dan lain sebagainya. Usaha peternakan khususnya peternakan sapi potong

merupakan usaha sampingan bagi petani di daerah penelitian sehingga sistem

pemeliharaan ternaknya masih bersifat tradisional walaupun sebagian telah

melakukan sistem pemeliharaan yang intensif. Pakan yang diberikan kepada

ternak sapi potongnya berupa rumput yang di arit oleh peternak sendiri.

Pemberian konsentrat dapat dikatakan jarang bahkan kadang hanya di berikan

ketika ternak tersebut kelihatan kurus. Ini dikarenakan kurangnya modal peternak

dalam membeli konsentrat dan juga kurangnya pengetahuan mereka dalam

pembuatan konsentrat sendiri. Pada umumnya, peternak hanya memberi obat

cacing kepada ternak mereka, bila ternak sakit mereka lebih sering menggunakan

(38)

Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi karakteristik sosial

dan ekonomi. Karakteristik sosial peternak yang dianalisis meliputi tingkat

pendidikan, umur peternak dan pengalaman peternak, sedangkan karakteristik

ekonomi responden yang dianalisis meliputi total penerimaan dari usaha ternak

sapi dan total biaya produksi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,

karakteristik responden di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik responden di daerah penelitian tahun 2011

Karakteristik peternak sampel Satuan Rentang Rataan

Umur Peternak Tahun 19-65 41

Tingkat Pendidikan Tahun 6-17 11

Pengalaman Beternak Tahun 1-30 7

Total Penerimaan Rp 102.5350.000 11.520.800

Total Pengeluaran Rp 71.2730.000 8.008.200

Total Pendapatan Rp 31.2620.000 3.512.600

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa umur responden pada daerah

penelitian berkisar antara 19-65 tahun dengan rataan sebesar 41 tahun dari total

responden. Bila dikaji dari karakteristik umur di atas, sebagian besar peternak

dalam kategori usia yang produktif (16-60 tahun), sehingga potensi untuk

mengelola ternaknya masih besar.

Tingkat pendidikan peternak sapi menyebar antara 6-17 tahun dengan

rataan 11 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden

umumnya tergolong menengah dengan kisaran hanya tamat sekolah menengah

pertama (SMP).

Berdasarkan tingkat pengalaman peternak, hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebagian besar pengalaman beternak menyebar antara 1-30 tahun dengan

(39)

responden dapat dikatakan cukup, tetapi kurang menguasai dan mengikuti

perkembangan teknologi dalam pengelolaan usaha ternak sapi potongnya.

Total penerimaan peternak selama 1 tahun dari usaha ternak sapi berkisar

antara Rp. 7.000.000 sampai Rp. 27.000.000 dengan rataan sebesar Rp.

11.520.800 per tahun. Sedangkan total biaya produksi peternak selama 1 (satu)

tahun dari usaha ternak sapi per responden berkisar antara Rp. 4.200.000 sampai

Rp. 19.050.000 dengan rataan sebesar Rp.8.008.200 per tahun.

Pendapatan bersih peternak di daerah penelitian selama 1 tahun dari usaha

ternak sapi per peternak berkisar antara Rp. 2.070.000 sampai Rp. 9.200.000

dengan rataan sebesar Rp. 3.512.600 per tahun/ekor.

Pengaruh Variabel Terhadap Pendapatan Peternak

Untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak

sapi potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo digunakan analisis regresi

linier berganda, yang menjadi variabel bebas (independent) adalah umur peternak,

tingkat pendidikan dan pengalaman beternak, sedangkan yang menjadi variabel

terikat/tidak bebas (dependent) adalah pendapatan.

Adapun hasil pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan

peternak sapi potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo dapat di lihat pada

Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Analisis varian pendapatan dan hasil penduga variabel

Sumber Derajat Bebas F tabel F hitung Tingkat Signifikasi

Regresi 3 2,49 1,062 0,37

Residual 85

(40)

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka untuk melihat faktor-faktor

yang mempengaruhi pendapatan dengan menggunakan Model Pendekatan Teknik

Ekonometri dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan alat

bantu Software SPSS 16 (Statistical Package for Sosial Science) dapat di lihat pada Tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Analisis regresi linear berganda pengaruh umur peternak, tingkat pendidikan dan pengalaman peternak terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

Variabel Koefisien Regresi

Std. Error t-hitung Signifikan

Konstanta 2521029,795 869697,394 2,899 0,005

X1 94601,787 54731,727 1,728 0,088

Berdasarkan Tabel di atas di peroleh persamaan sebagai berikut:

Ŷ= 2521029,795 + 94601,787X1 + 546,582X2 - 11521,853X3

Keterangan:

+ µ

Ŷ : pendapatan peternak (baca: Y topi) X1 : tingkat pendidikan (tahun)

X2 : umur peternak (tahun) X3 : pengalaman peternak (tahun) µ : variabel lain yang tidak diteliti

Berdasarkan Hasil Regresi di atas dapat diketahui:

Nilai Konstanta/Intersept adalah sebesar 2521029,795. Artinya apabila variabel bebas yaitu umur peternak, tingkat pendidikan dan pengalaman beternak tidak ada

maka peternak sapi potong tetap akan menerima pendapatan sebesar nilai

(41)

1. R Square bernilai 3,6%, artinya bahwa semua variabel bebas umur peternak,

tingkat pendidikan dan pengalaman beternak mempengaruhi variabel terikat

sebesar 3,6% dan selebihnya yaitu sebesar 96,4% dijelaskan oleh variabel lain

(µ) yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

2. Secara serempak nilai F-hitung (1,062) lebih kecil daripada F-tabel (2,49).

Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak semua variabel tersebut yaitu

umur peternak, tingkat pendidikan dan pengalaman beternak tidak

berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong dengan

taraf signifikasi 0,37a

3. Secara partial nilai t-hitung variabel yang mempengaruhi adalah variabel

umur peternak (1,728), tingkat pendidikan (0,039) dan pengalaman beternak

(-0,42) .

dan pada taraf kepercayaan 95%.

a. Variabel umur/usia tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak

sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan

oleh nilai t-hitung (X1

b. Variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan

peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang

ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X

) sebesar 1,728 lebih kecil dari nilai t-tabel (α =

0,05) yakni sebesar 1,98. Berdasarkan kenyataan di daerah penelitian,

hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan pernyataan Chamdi (2003) yang

mengemukakan bahwa semakin muda usia peternak umumnya rasa

keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk

mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi.

(42)

tinggi tingkat pengetahuan dan ketrampilan mengakibatkan petani

peternak lebih dinamis, aktif dan terbuka dalam mengadopsi suatu

teknologi. Kondisi ini penting mengingat saat ini diperlukan pengetahuan

dan pemahaman secara baik tentang perkembangan usaha yang semakin

cepat baik teknologi maupun aspek pemasaran. Namun pada kenyataan di

daerah penelitian, hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan pernyataan di

atas. Pada dasarnya tingkat pendidikan peternak yang ada di daerah

penelitian masih tergolong berpendidikan menengah. Selain itu, pada

daerah penelitian umumnya peternak enggan memanfaatkan inovasi atau

teknologi baru dan masih banyak yang menggunakan sistem beternak

tradisional sehingga peningkatan pendidikan tidak mempengaruhi

besarnya pendapatan peternak.

c. Variabel pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap

pendapatan peternak sapi potong, jika di ukur pada tingkat kepercayaan

95% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X3) sebesar -0,42 lebih kecil

dari nilai t-tabel (α = 0,05) yakni sebesar 1,98. Berdasarkan tingkat

pengalaman peternak, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata

pengalaman beternak seluruhnya adalah 7 tahun. Umumnya pengalaman

beternak yang didapat oleh responden berasal dari orang tua mereka

secara turun temurun. Hanya sebagian kecil yang mengikuti pelatihan

atau seminar peternakan untuk menambah pengalaman mereka dalam

beternak. Variabel pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap

pendapatan ternak sapi potong. Umumnya pengalaman beternak diperoleh

(43)

yang cukup lama memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan

keterampilan peternak terhadap manajemen pemeliharaan ternak

mempunyai kemampuan yang lebih baik. Namun di lapangan tidak

diperoleh pengaruh seperti yang diharapkan. Hal ini dapat disebabkan

banyak peternak yang memiliki pengalaman yang memadai namun masih

mengelolah usaha tersebut dengan kebiasaan-kebiasaaan lama yang sama

dengan sewaktu mereka mengawali usahanya sampai sekarang (Siregar,

2009). Selain itu, ketersedian sumber daya alam masih banyak di daerah

penelitian dan digunakan sebesar-besarnya oleh peternak sehingga

pengalaman tidak berpengaruh terhadap pendapatan. Menurut Abidin dan

Simanjuntak (1997) faktor penghambat berkembangnya peternakan pada

suatu daerah dapat berasal dari faktor-faktor topografi, iklim, keadaan

sosial, tersedianya bahan-bahan makanan rerumputan atau penguat,

disamping itu faktor pengalaman yang dimiliki peternak masyarakat

sangat menentukan pula perkembangan peternakan di daerah tersebut. Di

daerah penelitian, pengalaman beternak yang peternak dapat berasal dari

orang tua mereka yang di turunkan secara turun-menurun.

Arti dari nilai persamaan berikut adalah:

Ŷ= 2521029,795 + 94601,787X1 + 546,582X2 - 11521,853X3

Berdasarkan model persamaan di atas dapat diintrepretasi bahwa: + µ

a. Apabila variabel bebas Umur (X1

b. Apabila variabel bebas Pendidikan (X

) mengalami kenaikan sebesar 1 tahun,

maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 94.601,787.

2) mengalami kenaikan sebesar 1 tahun,

(44)

c. Apabila variabel bebas Pengalaman Beternak (X3

d. Apabila variabel X

) mengalami kenaikan

sebesar 1 tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp.

11.521,853.

1, X2 dan X3

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa variabel umur, tingkat

pendidikan dan pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap

pendapatan peternak. Hal ini dikarenakan pada daerah penelitian, peternak tetap

menggunakan sumber daya alam yang ada dan umumnya usaha ternak sapi

potong mereka masih bersifat tradisional. Jumlah ternak sapi yang mereka

pelihara rata-rata 1-10 ekor/peternak. Meskipun telah lama beternak tetapi mereka

masih menggunakan kebiasaan lama dalam beternak seperti yang di

turun-temurunkan oleh orang tua mereka. Peternak hanya memberikan pakan hijauan

pada ternak sapi mereka. Hanya sedikit peternak yang memberikan pakan

konsentrat sebagai pakan tambahan bagi ternak sapinya. Ini disebabkan kurangnya

modal sehingga mereka kesulitan membeli konsentrat selain ketersediaan rumput

yang masih mencukupi. Pada umumnya peternak malas untuk mengikuti seminar

ataupun penyuluhan peternakan . Ini dikarenakan mereka memiliki pekerjaan

utama yaitu bertani. Bagi mereka beternak hanya sebagai suatu usaha sampingan

selain bertani. Mereka beternak sapi potong hanya sebagai tabungan , apabila

mereka membutuhkan uang maka mereka akan menjual sapi mereka. Selain itu,

mereka juga menggunakan kotoran ternak sapi mereka sebagai kompos yang

mereka aplikasikan pada tanaman di kebun mereka.

yang dianalisis dianggap nol (tidak

melakukan aktivitas), maka peternak sapi potong akan menanggung biaya

(45)

Analisis Efisiensi Pemasaran Sapi Potong

Lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran ternak sapi

potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo adalah peternak, pengumpul,

bandar/pedagang besar, pengecer daging dan konsumen akhir. Sistem jual beli

yang di pakai dalam pemasaran sapi potong penetapan harganya berdasarkan

sistem taksiran. Sistem ini didasarkan pada perkiraan berat dengan melihat

penampilan sapi, tidak didasarkan pada timbangan dari bobot sapi karena tidak

tersedianya timbangan di pasar hewan. Umumnya perkiraan tersebut tidak akan

jauh meleset dengan timbangan sebenarnya. Berdasarkan penelitian ini jalur

pemasaran sapi potong adalah sebagai berikut:

Petani

Pengumpul

Bandar/Pedagang Besar

Pedagang Pengecer

(46)

Besarnya tingkat keuntungan untuk setiap pelaku pemasaran sapi potong

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Tingkat keuntungan pelaku pemasaran sapi potong

Pelaku pemasaran Harga jual/kg berat hidup

Tingkat Keuntungan Rp/kg %

Peternak Rp. 30.000 - -

Pengumpul Rp. 32.000 Rp. 2.000 8,0

Bandar/pedagang besar Rp. 33.000 Rp. 1.000 4,0

Pengecer daging Rp. 35.000 Rp. 2.000 8,0

Konsumen Rp. 37.000 Rp. 2000 8,0

Keterangan: dijual berupa daging Rp 74.000/kg, belum termasuk jeroan, kepala dan kulit

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa selisih harga dari tingkat petani

sampai konsumen adalah Rp. 7000/kg atau sekitar 28%, sehingga jalur pemasaran

ternak di Kecamatan Tigapanah masih dikatakan efisien. Menurut Grayet al. jalur pemasaran dapat dikatakan efesien bila selisih harga dari petani dengan harga

yang dibayar konsumen akhir lebih kecil dari 30%.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pelaku pemasaran sapi potong

disana belum ada yang dirugikan karena jalur pemasarannya masih dikatakan

efesien. Peternak tidak lagi perlu kesulitan dalam hal transportasi ke pasar hewan

karena telah ada pengumpul yang membeli di daerah mereka. Pengumpul yang

nantinya akan membawa sapi tersebut ke pasar hewan. Di pasar hewan dilakukan

transaksi antara pengumpul dengan bandar/pedagang besar. Setelah terjadi

kesepakatan,bandar akan membawa sapi tersebut ke rumah potong hewan (RPH).

Di RPH sapi tersebut disembelih dan dipotong, setelah itu daging sapi tersebut

(47)

Rekapitulasi Data

Tabel. 7. Rekapitulasi Data

Karakteristik sosial Peternak Singnifikan Keterangan

Umur Petenak 0,088 Tidak berpengaruh nyata

Tingkat Pendidikan 0,969 Tidak berpengaruh nyata

Pengalaman Beternak 0,675 Tidak berpengaruh nyata

Variabel umur, tingkat pendidikan dan pengalaman beternak tidak

memberi pengaruh yang nyata terhadap pendapatan peternak di Kecamatan

Tigapanah Kabupaten Karo.

Jalur pemasaran dan harga jual ternak sapi pada daerah penelitian masih

tergolong efisien karena selisih harga jual di tingkat petani ke konsumen di bawah

(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di KecamatanTigapanah Kabupaten Karo

dapat disimpulkan sebagai berikut : umur, pendidikan dan pengalaman peternak

tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan

Tigapanah Kabupaten Karo. Jalur pemasaran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten

Karo dapat di katakan efisien karena selisih harga jual ternah dari petani sampai

konsumen masih dibawah 30% yaitu sebesar 28%.

Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah:

Untuk peternak

Sebaiknya peternak lebih terbuka terhadap inovasi ataupun teknologi baru

serta mencari informasi yang mendukung usaha ternak sapi potongnya yang pada

akhirnya dapat meningkatkan pendapatan mereka.

Untuk Pemerintah

Sebaiknya pemerintah khususnya dari Dinas Peternakan melakukan

penyuluhan peternakan bagi peternak sehingga pengalaman peternak akan

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, A. dan Simanjuntak, D. 1997. Ternak Sapi Potong. Direktorat Jendral Peternakan. Jakarta.

Ahmadi, A. H. 2003. Sosiologi Pendidikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Aritonang, D. 1993. Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Penebar Swadaya. Jakarta.

Azzaino, Z. 1981. Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2011. Kabupaten Karo. BPS Sumatera Utara. Kabanjahe.

Chamdi, A. N. 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobongan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 29-30 September 2003. Bogor: Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian.

Cyrilla, L. dan Ismail, A. 1998. Usaha Peternakan. Diktat Kuliah. Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Darmono, 1993. Tata Laksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius. Yogyakarta.

Downey, W.D. dan S.P. Erickson, 1992. Manajemen Agribisnis. Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta. (Terjemahan oleh Rochidayat).

Fanani, Z. 2000. Prospek Pemasaran Bidang Peternakan Pasca Tahun 2000. Universitas Brawijaya. Malang.

Fauzia, L. dan H. Tampubolon, 1991. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi Petani Terhadap Keputusan Petani Dalam Penggunaan Sarana Produksi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Feed, S. 1972. Improving Marketing Systems in Developing Countries, an Approach to Identifying Problem’s and Strengthening Technical Assistance. Foreign Economics Development Service. USDA.

Gray, C., L.K. Sabur, P. Simanjuntak dan P. F. L.Maspaitella. 1996. Pengantar Evaluasi Proyek. PT Gramedia. Jakarta.

(50)

Hadisapoetro, S. 1973. Biaya dan Pendapatan dalam Usahatani. Fakultas Pertanian. Univesitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Hanafiah, H.M. dan Saefudin A.M. 1986. Tata Niaga Perikanan. Universitas Indonesia.aJakarta.

Hermanto, F. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kariyasa, K. dan Faisal K. 2004. Dinamika Pemasaran dan Prospek Pengembangan Ternak Sapi di Indonesia. Sistem dan Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Kolter. P. 1996. Marketing Management Analysis, Planning, Implements and Control. Alih Bahasa Ancell, A.H. Salemba Empat Prentice Hall. Jakarta. Limbong, W.H. dan P. Sitorus, 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Bahan

Kuliah Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Marak, A., Mursal B. dan Sadar. 2004. Pemasaran Sapi potong di Sumatra Barat. Sistem dan Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Mosher, A.T. 1991. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. CV Yasaguna. Jakarta.

Mulyadi, 1992. Akuntasi Biaya Edisi 5. Penerbit STIE YKPN. Yogyakarta.

Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Usahatani. BPFE. Yogyakarta.

Purba, Y. 2001. Analisa Profil Peternak Terhadap Pendapatan dalam Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Rusastra, I. W., Wahyuning K.S., Sri W. dan Yana S. 2006. Analisis Kelembagaan Kemitraan Rantai Pasok Komoditas Peternakan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Santosa, U. 1997. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Penebar Swadaya. Jakarta.

Siregar, S.A., 2009. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Universitas Sumatera Utara, Medan.

(51)

Soekartawi, A., Soeharjo, Dillon, J. L. dan Hardaker, J. B. 1995. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. UI Press. Jakarta.

Soekartawi, A. 1993. Manajemen Pemasaran Hasil Pertanian, Teori dan Aplikasinya. CV. Rajawali. Jakarta.

_____________. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta. _____________. 1996. Pembangunan Pertanian. Raja Grafindo Persada. Jakarta. _____________. 2002. Analisis Usaha Tani. UI Press. Jakarta.

Suharno, B dan Nazaruddin, 1994. Ternak Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suratiyah, K. 2009. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Widjaja, K. 1999. Analisis Pengambilan Keputusan Usaha Produksi Peternakan. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(52)

LAMPIRAN

1. Karakteristik Sosial Responden

(53)
(54)

82 Budi Silalahi 49 12 13

83 Ramuda 36 12 3

84 Jusuf Kaban 53 9 4

85 Junus Sembiring 44 9 2

86 Naman Barus 37 12 4

87 Mardi Sinuraya 48 12 8

88 Perdamenta Sinuraya 40 6 18

(55)

2. Karakteristik Ekonomi Peternak

1 Kasim Ginting 9.500.000 6.200.000 3..300.000

2 Makmur Sembiring 18.350.000 13.500.000 4.850.000 3 Peran Sembiring 8.700.000 6.320.000 2.380.000

4 Ari Sembiring 9.500.000 6.330.000 3.170.000

5 Julfitri Tarigan 8.000.000 5.360.000 2.640.000 6 Satna Sembiring 17.000.000 11.750.000 5.250.000 7 Pelsin Sembiring 8.700.000 5.490.000 3.210.000

8 Julius Ginting 8.700.000 6.400.000 2.300.000

9 Sejahtera Ginting 18.000.000 12.450.000 5.550.000 10 Tri Putra Sembiring 10.000.000 6.230.000 3.770.000

11 Andi Sembiring 10.000.000 6.580.000 3.420.000

12 Karyawanta Sembiring 9.100.000 6.370.000 2.730.000 13 Sanjani Sembiring 9.700.000 6.730.000 2.970.000 14 Bpk. Serlini ginting 9.000.000 5.730.000 3.270.000 15 Serasi Sembiring 10.000.000 7.290.000 2.710.000 16 Mamerdo Sembiring 18.000.000 13.880.000 4.120.000 17 Pribadi Sembiring 26.000.000 19.050.000 7.950.000 18 Suganda Sembiring 10.000.000 7.090.000 2.910.000

19 Adil Sembiring 8.500.000 5.750.000 2.750.000

20 Desta Ginting 8.750.000 6.300.000 2.450.000

21 Aser Ginting 8.300.000 6.020.000 2.280.000

22 Martin Tarigan 9.000.000 6.200.000 2.800.000

23 Rusli Ginting 9.700.000 6.880.000 2.820.000

24 Harja Ginting 9.100.000 6.700.000 2.400.000

25 Wagino 27.000.000 17.800.000 9.200.000

26 Paiman Tarigan 8.800.000 6.700.000 2.100.000

27 Jeki Perangin-angin 9.100.000 5.800.000 2.870.000

28 Seragih Ginting 9.100.000 6.470.000 2.630.000

29 Imbran Sembiring 8.500.000 6.250.000 2.250.000

30 Herman S 8.300.000 5.980.000 2.220.000

31 Namin Barus 9.100.000 6.490.000 2.610.000

32 Sukadi 15.800.000 10.500.000 5.300.000

33 Sepfernando Ginting 8.000.000 5.200.000 2.800.000

34 Kandar Ginting 9.300.000 6.700.000 2.600.000

35 Taruna Sembiring 7.600.000 5.450.000 2.150.000 36 Muhammad S. Sinuraya 8.700.000 6.630.000 2.070.000

37 Pak Ajo 9.500.000 6.300.000 2.870.000

38 Tagore 10.000.000 5.530.000 4.370.000

(56)

40 Johanes Tarigan 16.700.000 11.200.000 5.500.000 41 Relison Ginting 10.300.000 6.290.000 4.010.000 42 Muksim Sembiring 9.700.000 6.410.000 3.290.000 43 Suka Piring Sembiring 16.000.000 12.250.000 3.750.000

44 Makmur Tarigan 11.200.000 7.750.000 3.450.000

45 Roy Sembiring 9.000.000 6.600.000 2.400.000

46 Martin Sinulingga 18.200.000 13.000.000 5.200.000

47 Taman Tarigan 10.500.000 7.580.000 2.920.000

48 Prangko Ginting 17.500.000 12.300.000 5.200.000

49 Paten Tarigan 26.500.000 18.500.000 8.000.000

50 Dirga Surbakti 10.000.000 6.530.000 3.470.000

51 Selamat Sembiring 8.700.000 5.850.000 2.850.000

52 Ramah Sembiring 9.550.000 6.620.000 2.930.000

53 Cari Barus 6.500.000 4.200.000 2.300.000

54 Jeplin Sinulingga 8.800.000 5.720.000 3.080.000

55 Andiko Tarigan 9.700.000 6.370.000 3.330.000

56 Herianto Tarigan 8.800.000 6.300.000 2.500.000

57 Kemon Ginting 9.300.000 6.380.000 2.920.000

58 Talas Sembiring 9.200.000 6.630.000 2.570.000

59 Demson Ginting 10.000.000 7.110.000 2.890.000

60 Siswan Perangin-angin 9.800.000 6.900.000 2.900.000 61 Jangatas Ginting 9.700.000 6.590.000 3.110.000

62 Pelita Milala 8.100.000 5.570.000 2.530.000

63 Imanuel Bukit 18.000.000 13.550.000 4.450.000

64 Bpk.Sitiosa Barus 10.300.000 6.290.000 4.010.000

65 Pendi Milala 10.000.000 6.520.000 3.480.000

66 Zakaria Milala 10.000.000 6.580.000 3.420.000

67 Pilar Tarigan 9.000.000 5.580.000 3.420.000

68 Ingeten Tarigan 10.500.000 6.580.000 3.920.000

69 Mahkim Barus 9.000.000 6.130.000 2.870.000

70 Martin Milala 9.500.000 6.590.000 2.910.000

71 Rito Pandia 18.000.000 12.590.000 5.410.000

72 Surya Barus 9.200.000 6.900.000 2.300.000

73 Indra Barus 10.000.000 68.30.000 3.170.000

74 Jhonly Barus 18.800.000 13.230.000 5.570.000

75 Jemari Tarigan 9.000.000 6.100.000 2.900.000

76 Bpk. Zakaria milala 9.300.000 6.550.000 2.750.000

77 David Tarigan 21.500.000 14.080.000 7.420.000

78 Darmi Tarigan 15.000.000 11.420.000 3.580.000

79 Selamat Milala 9.100.000 6.680.000 2.480.000

80 Firma Barus 14.200.000 9.950.000 4.250.000

81 Riano Milala 7.300.000 4.720.000 2.580.000

82 Budi Silalahi 17.000.000 12.250.000 4.750.000

(57)

84 Jusuf Kaban 8.300.000 5.900.000 2.400.000

85 Junus Sembiring 9.100.000 5.750.000 3.350.000

86 Naman Barus 8.300.000 5.800.000 2.500.000

87 Mardi Sinuraya 7.000.000 4.460.000 2.540.000

88 Perdamenta Sinuraya 9.300.000 6.000.000 3.300.000

(58)

3. Hasil Pengolahan Data Primer

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

pendapatan 3517078.6517 1411562.80433 89

tingkat pendidikan 11.1011 2.75535 89

umur peternak 40.9326 11.10159 89

pengalaman

peternak 6.6404 5.62916 89

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6333657244303.451 3 2111219081434.484 1.062 .370a

Residual 169007183205134.700 85 1988319802413.349

Total 175340840449438.120 88

a. Predictors: (Constant), pengalaman peternak, tingkat pendidikan, umur peternak

b. Dependent Variable: pendapatan

Coefficientsa

tingkat pendidikan 94601.787 54731.727 .185 1.728 .088

umur peternak 546.582 13950.025 .004 .039 .969

pengalaman peternak -11521.853 27424.825 -.046 -.420 .675

(59)

Correlations

Pearson Correlation Pendapatan 1.000 .185 -.021 -.046

tingkat pendidikan .185 1.000 -.080 -.006

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 pengalaman peternak, tingkat pendidikan, umur peternaka . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: pendapatan

ModelSummaryb

a. Predictors: (Constant), pengalaman peternak, tingkat pendidikan, umur peternak

(60)

4. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PETERNAK SAPI POTONG

DI KECAMATAN TIGAPANAH KABUPATEN KARO

Nama : ………...

Desa : ………...

Umur : ………

1. Sejauh manakah tingkat pendidikan yang bapak/ibu telah tempuh? a. Tamat SD

b. Tamat SMP c. Tamat SMU d. lainnya...

2. Sudah berapa lama bapak/ibu beternak sapi potong? a. ≤ 1 tahun

b. 2 tahun c. 3 tahun d. 4 tahun

e. ≥ 5 tahun

3. Darimanakah asal ternak sapi potong yang bapak/ibu miliki? a. Dibeli sendiri

b. Pemberian orang lain c. Lainnya……

4. Berapa bayak ternak yang bapak/ibu miliki? a. <10 ekor

b. 10 – 50 ekor c. > 50 ekor

5. Berapa orang pekerja yang bapak/ibu miliki untuk beternak sapi potong? a. 1 orang

b. Semi intensif (setengah hari di kandang dan setengah hari lagi digembalakan)

Gambar

Tabel 1. Populasi Ternak Sapi Potong di Kabupaten Karo dalam Kecamatan
Tabel 2. Populasi Ternak Sapi Potong di Kecamatan Tigapanah
Tabel 3. Karakteristik responden di daerah penelitian tahun 2011
Tabel 4. Analisis varian pendapatan dan hasil penduga variabel
+3

Referensi

Dokumen terkait

HALAMAN PENGESAHAN ……….. NILAI DAN BUDAYA ………. SUSUNAN PEJABAT PENGELOLA DAN DEWAN PENGAWAS …..…………. Direktorat Keuangan dan Umum ……….. Direktorat Perencanaan

 Inflasi di Kota Padang terjadi karena adanya peningkatan indeks pada 6 (enam) kelompok pengeluaran antara lain; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

Pendekatan yang diterapkan oleh organisasi dalam memandang item yang dibeli adalah Kraljic’s matrix ( Supplier Positioning Model ), dimana pengelompokan barang/item/ bahan

51 105 7SF051 30 FIRDINY FIRENSIA UTAMA SMPK IPEKA INTERNASIO

Normal P-P Plot of Unstandardized Residual..

Pemberian insentif berupa penghapusan atau pengurangan bea masuk dan pajak- pajak untuk pembelian armada yang ramah lingkungan, penyediaan skema pembiayaan pengadaan armada

TES KATEGORI

Pengujian Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat Secara Keputusan: Analisis Pengumuman Dividen Meningkat (Studi Empiris pada Bursa Efek Jakarta Selama Krisis