ANALISIS PROFIL PETERNAK TERHADAP PENDAPATAN
DAN EFISIENSI PEMASARAN USAHA SAPI POTONG DI
KECAMATAN TIGAPANAH KABUPATEN KARO
SKRIPSI
Oleh :
SUSIANTI BR SINUKABAN 080306026
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PROFIL PETERNAK TERHADAP PENDAPATAN
DAN EFISIENSI PEMASARAN USAHA SAPI POTONG DI
KECAMATAN TIGAPANAH KABUPATEN KARO
SKRIPSI
Oleh :
SUSIANTI BR SINUKABAN 080306026
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Skripsi : Analisis Profil Peternak terhadap Pendapatan dan Efisiensi Pemasaran Usaha Sapi Potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo
Nama : Susianti br Sinukaban
NIM : 080306026
Program Studi : Peternakan
Disetujui Oleh,
Komisi Pembimbing
Ir. Iskandar Sembiring, MM Dr. Nevy Diana Hanafi ,S.Pt, M.Si
Ketua Anggota
Mengetahui,
Dr. Ir. Ristika Handarini, MP Ketua Program Studi Peternakan
ABSTRAK
SUSIANTI BR SINUKABAN: “Analisis Profil Peternak terhadap Pendapatan dan Efisiensi Pemasaran Usaha Sapi Potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo”, dibimbing oleh ISKANDAR SEMBIRING dan NEVY DIANA HANAFI.
Salah satu mata pencaharian masyarakat Tigapanah adalah beternak khususnya sapi potong. Peternak sapi potong memiliki profil yang tidak sama satu dengan yang lainnya. Profil peternak terbagi atas umur, tingkat pendidikan dan pengalaman. Untuk mengetahui pengaruh profil peternak terhadap pendapatan peternak sapi potong maka perlu dilakukan survey di kecamatan tersebut. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo mulai Juli sampai September 2012. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan unit responden adalah peternak sapi potong. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling yaitu memilih 6 buah desa berdasarkan kepadatan ternak sapinya dan diperoleh 89 peternak sebagai sampel, yaitu desa Lau Riman, desa Kuta Mbelin, desa Tigapanah, desa Manuk Mulia, desa Seberaya dan desa Bunuraya (19, 18, 14, 10, 15 dan 13 peternak). Efisiensi pemasaran didapat melalui metode wawancara terhadap petani, pengumpul, bandar/pedagang besar, pedagang kecil dan konsumen akhir mengenai harga jual sapi potong di masing-masing pelaku tersebut.
Hasil penelitian di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo menunjukkan bahwa umur, pendidikan dan pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong dan pemasaran sapi potong adalah efisien dengan tingkat efisiensinya adalah 28%.
ABSTRACT
SUSIANTI BR SINUKABAN: "Farmer Profile of Income and Marketing Efficiency Analysis in Beef Cattle Business at Subdistrict Tigapanah District Karo", supervised by ISKANDAR SEMBIRING and NEVY DIANA HANAFI.
One of Tigapanah society livelihoods are beef cattle farmer in particular. Beef cattle farmer have different profiles one each others. Farmer profile divided into age, level of education and farming experience. To determine the effect of the income profile of beef cattle farmers, it is necessary to do a survey in the subdistricts. This research location was in the Subdistrict Tigapanah District Karo from July to September 2012. This study uses survey with respondents unit are beef cattle farmer. Sampling method used was Proportional Stratified Random Sampling is to choose the 6 villages by beef cattle densities obtained 89 farmers in the sample namely Lau Riman village, Kuta Mbelin village, Tigapanah village, Manuk Mulia village, Seberaya village and Bunuraya village (19, 18, 14, 10, 15 dan 13 farmers). Marketing efficiency gained through interviews to farmers, collectors, dealers / wholesalers, small traders and end customers regarding the price of beef cattle in each of these actors.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lingga pada tanggal 31 Desember 1989 dari ayah
Abel Tasman Sinukaban dan ibu Litna br Ginting. Penulis merupakan putri
pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 2, Kabanjahe dan pada tahun
2008 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Ujian Masuk Bersama
(UMB). Penulis memilih program studi Peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan
Mahasiswa Peternakan (IMAPET). Selain itu, penulis juga aktif dalam organisasi
ekstrauniversitas sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan
(IMAKRIP) dan juga anggota Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) Mbuah Page
Fakultas Pertanian USU.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Kecamatan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Profil Peternak Terhadap Pendapatan dan Efisiensi Pemasaran
Usaha Sapi Potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua penulis atas doa, semangat dan pengorbanan material maupun moril
yang telah diberikan selama ini. Penulis menyampaikan terima kasih
kepada Bapak Ir. Iskandar Sembiring, MM. selaku ketua komisi pembimbing dan
Ibu Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt. M.Si. selaku anggot a komisi pembimbing yang
telah memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dan semua
pihak yang ikut membantu.
Semoga skripsi ini dapat membantu memberikan informasi dan
DAFTAR ISI
Lokasi Penyebaran Sapi Potong di Tanah Karo ... 5Profil Peternak ... 7
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18
Penentuan Responden Penelitian ... 18
Pengumpulan Data ... 19
Data Pendapatan ... 19
Efesiensi Pemasaran ... 21
Parameter Penelitian... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian ... 24
Karakteristik Responden ... 25
Pengaruh Variabel terhadap Pendapatan Peternak ... 26
Analisis Efisiensi Pemasaran Sapi Potong ... 32
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 35
Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
DAFTAR TABEL
1. Populasi Ternak Sapi Potong Di Kabupaten Karo dalam Kecamatan... 5
2. Populasi Ternak Sapi Di Kecamatan Tigapanah ... 6
3. Karakteristik Responden Di Daerah Penelitian Tahun 2011 ... 25
4. Analisis Varian Pendapatan dan Hasil Penduga Variabel ... 26
5. Analisis Regresi Linear Berganda Pengaruh Umur Peternak, Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Peternak terhadap Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo ... 27
6. Tingkat Keuntungan Pelaku Pemasaran Sapi Potong... 33
DAFTAR LAMPIRAN
1. Karakteristik Sosial Responden ... 39
2. Karakteristik Ekonomi Responden ... 42
3. Hasil Pengolahan Data Primer ... 45
4. Kuesioner Penelitian ... 47
ABSTRAK
SUSIANTI BR SINUKABAN: “Analisis Profil Peternak terhadap Pendapatan dan Efisiensi Pemasaran Usaha Sapi Potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo”, dibimbing oleh ISKANDAR SEMBIRING dan NEVY DIANA HANAFI.
Salah satu mata pencaharian masyarakat Tigapanah adalah beternak khususnya sapi potong. Peternak sapi potong memiliki profil yang tidak sama satu dengan yang lainnya. Profil peternak terbagi atas umur, tingkat pendidikan dan pengalaman. Untuk mengetahui pengaruh profil peternak terhadap pendapatan peternak sapi potong maka perlu dilakukan survey di kecamatan tersebut. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo mulai Juli sampai September 2012. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan unit responden adalah peternak sapi potong. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling yaitu memilih 6 buah desa berdasarkan kepadatan ternak sapinya dan diperoleh 89 peternak sebagai sampel, yaitu desa Lau Riman, desa Kuta Mbelin, desa Tigapanah, desa Manuk Mulia, desa Seberaya dan desa Bunuraya (19, 18, 14, 10, 15 dan 13 peternak). Efisiensi pemasaran didapat melalui metode wawancara terhadap petani, pengumpul, bandar/pedagang besar, pedagang kecil dan konsumen akhir mengenai harga jual sapi potong di masing-masing pelaku tersebut.
Hasil penelitian di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo menunjukkan bahwa umur, pendidikan dan pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong dan pemasaran sapi potong adalah efisien dengan tingkat efisiensinya adalah 28%.
ABSTRACT
SUSIANTI BR SINUKABAN: "Farmer Profile of Income and Marketing Efficiency Analysis in Beef Cattle Business at Subdistrict Tigapanah District Karo", supervised by ISKANDAR SEMBIRING and NEVY DIANA HANAFI.
One of Tigapanah society livelihoods are beef cattle farmer in particular. Beef cattle farmer have different profiles one each others. Farmer profile divided into age, level of education and farming experience. To determine the effect of the income profile of beef cattle farmers, it is necessary to do a survey in the subdistricts. This research location was in the Subdistrict Tigapanah District Karo from July to September 2012. This study uses survey with respondents unit are beef cattle farmer. Sampling method used was Proportional Stratified Random Sampling is to choose the 6 villages by beef cattle densities obtained 89 farmers in the sample namely Lau Riman village, Kuta Mbelin village, Tigapanah village, Manuk Mulia village, Seberaya village and Bunuraya village (19, 18, 14, 10, 15 dan 13 farmers). Marketing efficiency gained through interviews to farmers, collectors, dealers / wholesalers, small traders and end customers regarding the price of beef cattle in each of these actors.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha di bidang peternakan mempunyai prospek yang baik di masa depan,
karena permintaan akan bahan-bahan yang berasal dari ternak akan terus
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pendapatan dan
kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan bergizi tinggi sebagai
pengaruh dari naiknya tingkat pendidikan rata-rata penduduk (Santosa, 1997).
Pembangunan dan pengembangan di bidang pertanian meliputi
pembangunan di bidang peternakan. Peternakan yang banyak dilakukan oleh
masyarakat di pedesaan adalah beternak sapi potong yang berbentuk usaha
peternakan rakyat. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diidentifikasikan alternatif
pola pengembangan peternakan rakyat dengan skala usaha ekonomis yang mampu
memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga yang cukup memadai.
Usaha ternak rakyat diharapkan menjadi sumber pendapatan utama peternak
rakyat dan dapat memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga
peternak, seperti pada kegiatan ekonomi keluarga lainnya dan bahkan mengarah
pada usaha peternakan keluarga. Sekarang ini, subsektor peternakan hanya
mampu memberikan kontribusi pendapatan terhadap sektor pertanian sebesar
12 persen
Dalam melaksanakan usaha ternak sapi, peternak berfungsi sebagai
pembuat keputusan yang berusaha mengambil keputusan yang efektif dan efesien
dalam menjalankan dan mengelola usahanya. Karakteristik sosial ekonomi
peternak (umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, total penerimaan
mengambil keputusan yang dapat memberikan pengaruh keuntungan bagi usaha
ternaknya. Peternak berusaha untuk mengalokasikan faktor produksi (lahan,
modal dan tenaga kerja) seefisien mungkin untuk memperoleh hasil dan
keuntungan maksimal.
Berkenaan dengan usaha peternakan sapi potong di Indonesia, yang
menyangkut jalur pemasaran belum banyak diatur oleh pemerintah. Indikasi ke
arah itu, pemerintah belum sepenuhnya menyediakan infrastuktur dan sarana yang
baik di bidang pemasaran. Infrastuktur dan sarana yang baik tentunya akan
menunjang perkembangan dan kemajuan dalam pemasaran sapi potong. Upaya
pemasaran lebih banyak dikuasai oleh blantik (agen), pedagang pengumpul dan
jagal. Masing-masing pelaku dalam jalur pemasaran mempunyai peran dan fungsi
tersendiri dalam proses pemasaran yaitu untuk memudahkan pemindahan suatu
produk itu bergerak dari produsen sampai berada di tangan konsumen.
Efisiensi pemasaran ditentukan oleh perbedaan harga di tingkat konsumen
dengan peternak. Suatu jalur pemasaran dapat dikatakan efisien bila selisih harga
antara peternak dan konsumen lebih kecil dari 30% (Gray et al., 1996). Jalur pemasaran yang tidak efisien disebabkan oleh relatif panjang menyebabkan
kerugian baik bagi peternak maupun konsumen. Konsumen terbebani dengan
beban biaya pemasaran yang besar untuk membayar dengan harga yang
tinggi, sedangkan bagi peternak perolehan pendapatan menjadi lebih
rendah karena harga penjualan yang diterima jauh lebih rendah. Dalam
menciptakan sistem pemasaran yang efisien serta menguntungkan baik peternak
maupun konsumen, maka peternak harus memilih jalur pemasaran yang pendek.
beli konsumen akhir jauh lebih tinggi dari harga jual peternak maka jalur
pemasaran tersebut dapat dikatakan tidak efesien juga.
Sehubungan dengan hal diatas penulis mencoba untuk meneliti dan
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong
dan juga untuk meneliti jalur pemasaran yang berpengaruh terhadap efisiensi
pemasaran sapi potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh profil peternak; umur peternak, tingkat pendidikan dan
pengalaman beternak terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan
Tigapanah Kabupaten Karo.
2. Menganalisis harga jual ternak dari jalur peternak hingga konsumen akhir
terhadap efisiensi pemasaran sapi potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten
Karo.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peternak
dalam mengembangkan usaha ternak sapi potong guna meningkatkan
pendapatan, bagi instansi yang terkait khususnya dapat menjadi acuan
dalam rangka pengembangan usaha ternak sapi potong di wilayah
yang bersangkutan atau di daerah lain dan menjadi sumber informasi
Hipotesa Penelitian
1. Profil peternak; umur peternak, tingkat pendidikan dan pengalaman beternak
berpengaruh terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan
Tigapanah Kabupaten Karo.
2. Jalur pemasaran dari peternak, pengumpul, bandar/pedagang besar, pengecer
sampai konsumen akhir berpengaruh terhadap efisiensi pemasaran ternak sapi
TINJAUAN PUSTAKA
Lokasi Penyebaran Sapi Potong di Kabupaten Karo
Kecamatan Tigapanah merupakan salah satu daerah penyebaran populasi
ternak sapi potong yang cukup banyak di Kabupaten Karo. Selain itu Kecamatan
Tigapanah juga merupakan sentra perdagangan sapi potong di Kabupaten Karo.
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2011).
Tabel 1. Populasi Ternak Sapi Potong di Kabupaten Karo dalam Kecamatan
No Kecamatan Luas
Sumber : di olah Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo (2011)
Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah populasi ternak sapi potong di
Kecamatan Tigapanah berada pada peringkat keempat terbanyak setelah
Untuk lebih mengetahui jumlah populasi ternak sapi potong secara rinci
dalam di Kecamatan Tigapanah dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Populasi Ternak Sapi Potong di Kecamatan Tigapanah
No Desa Luas Sumber : diolah dari Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo (2011)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah kepadatan ternak sapi potong
yang paling besar terdapat di desa Lau Riman dan Kuta Mbelin, populasi ternak
sapi potong yang sedang terdapat di desa Tigapanah dan Manuk Mulia serta desa
Profil Peternak Umur
Menurut Chamdi (2003), semakin muda usia peternak umumnya rasa
keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi
terhadap introduksi teknologi semakin tinggi. Soekartawi (2002), menyatakan
bahwa para petani yang berusia lanjut biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit
untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara
kerja dan cara hidupnya. Petani ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi
baru.
Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut.
Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin turun pula prestasinya.
Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan
berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah, 2009).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009), variabel umur
tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong, karena
disebabkan karena kriteria umur peternak tidak mendorong peternak dalam
mengembangkan usaha ternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten
Langkat. Faktor umur biasanya lebih diindetikkan dengan produktivitas kerja dan
jika seseorang masih tergolong usia produktif ada kecederungan produktivitasnya
juga tinggi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Purba (2011), dapat
diketahui bahwa umur memiliki pengaruh negatif terhadap pendapatan peternak.
Tingkat Pendidikan
Menurut Soekartawi et al. (1995), menyatakan bahwa tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka
terhadap inovasi dan teknologi baru. Selain itu, Soekartawi (1996) menyatakan
bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mampu
memanfaatkan potensi di dalam maupun di luar dirinya dengan lebih baik. Orang
itu akan menemukan pekerjaan yang paling tidak setara dengan pendidikannya.
Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang
kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya.
Keterbatasan keterampilan/pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan
kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja (Ahmadi, 2003).
Menurut Mosher (1991), semakin tinggi tingkat pengetahuan dan
keterampilan mengakibatkan petani peternak lebih dinamis, aktif dan terbuka
dalam mengadopsi suatu teknologi. Kondisi ini penting mengingat saat ini
diperlukan pengetahuan dan pemahaman secara baik tentang perkembangan usaha
yang semakin cepat baik teknologi maupun aspek pemasaran.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009), dapat
diketahui bahwa variabel pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap
pendapatan peternak sapi potong. Peternak yang tingkat pendidikannya lebih
tinggi seharusnya dapat meningkatkan lebih besar pendapatan peternak umum
kenyataan di lapangan berbeda seperti yang telah diuraikan diatas karena pada
dasarnya peternak yang ada di daerah penelitian masih tergolong berpendidikan
Pengalaman Beternak
Faktor penghambat berkembangnya peternakan pada suatu daerah tersebut
dapat berasal dari faktor-faktor topografi, iklim, keadaan sosial, tersedianya
bahan-bahan makanan rerumputan atau penguat, disamping itu faktor pengalaman
yang dimiliki peternak masyarakat sangat menentukan pula perkembangan
peternakan di daerah tersebut (Abidin danSimanjuntak, 1997).
Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh terhadap
penerimaan inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman
diukur mulai sejak kapan peternak itu aktif secara mandiri mengusahakan
usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian
(Fauzia danTampubolon, 1991).
Variabel pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap
pendapatan ternak sapi potong. Umumnya pengalaman beternak diperoleh dari
orang tuanya secara turun-temurun. Dengan pengalaman beternak yag cukup lama
memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap
manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih baik. Namun
di lapangan tidak diperoleh pengaruh seperti yang diharapkan. Hal ini dapat
disebabkan banyak peternak yang memiliki pengalaman yang memadai namun
masih mengelolah usaha tersebut dengan kebiasaan-kebiasaaan lama yang sama
dengan sewaktu mereka mengawali usahanya sampai sekarang (Siregar, 2009).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Purba (2011), diketahui
bahwa pengalaman berpengaruh negatif terhadap pendapatan peternak di
Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Lama peternak beternak
Pendapatan
Analisis usaha ternak sapi pendekatan yang sangat penting bagi suatu
usaha ternak komersil. Melalui hasil analisis ini dapat dicari langkah pemecahan
berbagai kendala yang dihadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik
tolak untuk memperbaiki hasil dari usaha ternak tersebut. Hasil analisis ini dapat
digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang usaha
atau memperbesar skala usaha. Hermanto (1996), menyatakan bahwa analisis
usaha dimaksudkan untuk mengetahui kinerja usaha secara menyeluruh. Ada tiga
laporan utama yang berkaitan dengan analisis usaha yaitu: (1) cash flow (arus biaya dan penerimaan), (2) neraca (balance sheet), (3) pertelaan pendapatan (income statement).
Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994), gambaran mengenai usaha
ternak yang memiliki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis
usaha juga dapat memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan,
penggunaan modal, besar biaya untuk bibit, pakan dan kandang, lamanya modal
akan kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh.
Usaha peternakan sapi 99% merupakan usaha subsistem pada usaha
pertanian dengan tingkat kepemilikan ternak rata-rata dua hingga tiga ekor tiap
keluarga dan tipologi usahanya adalah sebagai usaha sambilan. Pendapatan dari
usaha peternakan sapi belum merupakan sumber pendapatan utama petani tetapi
hanya merupakan penambah pendapatan keluarga. Proporsi pendapatan ternak
sapi potong adalah 21% terhadap pendapatan total (Gunawan et al.,1998).
Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu
itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila
pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi.
Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan
pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993).
Usaha ternak sapi telah memberi kontribusi dalam peningkatan pendapatan
keluarga peternak. Soekartawi (1995), menyatakan bahwa peningkatan
pendapatan keluarga peternak sapi tidak dapat dilepaskan dari cara mereka
menjalankan dan mengelola usaha ternaknya yang sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor sosial dan faktor ekonomi.
Beberapa faktor produksi yang perlu diperhatikan dan diperkirakan
berpengaruh terhadap pendapatan dalam pemeliharaan sapi jantan adalah jumlah
pemilikikan sapi, lama pemeliharaan, biaya pakan, biaya obat-obatan dan tenaga
kerja. Identifikasi faktor-faktor produksi dengan menggunakan analisis regresi
memberikan suatu gambaran bahwa lama pemeliharaan dan biaya pakan
berpengaruh negatif terhadap pendapatan petani peternak. Artinya, peningkatan
lama pemeliharaan dan biaya pakan menyebabkan penurunan pendapatan. Faktor
jumlah pemilikan ternak, biaya obat-obatan dan tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatan peternak. Oleh karena itu, peningkatan jumlah pemilikan
ternak akan meningkatkan pendapatan. Dibidang peternakan, proyeksi produksi
lebih banyak ditentukan oleh jumlah pemilikan ternak. Jumlah pemilikan sapi di
peternak sulit ditingkatkan karena keterbatasan kemampuan modal yang dimiliki
peternak. Perawatan sapi yang baik melalui peningkatan pelayanan obat-obatan
dan waktu untuk merawat sapi juga berpengaruh terhadap meningkatnya
Penerimaan
Penerimaan merupakan hasil perkalian dari produksi total dengan harga
peroleh satuan. Produksi total adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan
harga adalah harga pada tingkat usahatani atau harga jual petani
(Soeharjo danPatong, 1973).
Menurut Hadisapoetro (1973), untuk memperhitungkan biaya dan
pendapatan dalam usahatani diperlukan beberapa pengertian. Pendapatan
kotor atau penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari
usahatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan dan penaksiran
kembali (Rp.).
Penerimaan usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penerimaan
bersih usahatani dan penerimaan kotor usahatani. Penerimaan bersih usahatani
adalah merupakan selisih antara total penerimaan usahatani dengan pengeluaran
total usahatani. Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang
habis terpakai dalam proses produksi, tidak termasuk tenaga kerja dalam keluarga
petani. Penerimaan kotor usahatani adalah nilai total produksi usahatani dalam
jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun tidak dijual
(Soekartawi et al., 1986). Pengeluaran (Biaya Produksi)
Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan,
yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat di ukur untuk
menghasilkan suatu produk (Cyrilla dan Ismail, 1998).
Berdasarkan volume kegiatan, biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya
produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu
(Widjaja, 1999). Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang digunakan untuk
membeli atau menyediakan bahan baku yang habis dalam sekali produksi
(Suratiyah, 2009).
Menurut Prawirokusumo (1990), ada beberapa biaya produksi diantaranya
adalah biaya tetap dan biaya variabel. Yang termasuk biaya tetap dalam usaha
peternakan antara lain : depresiasi, bunga modal, pajak, asuransi dan reparasi
rutin. Sedangkan yang termasuk dalam biaya variabel adalah : biaya pakan, biaya
kesehatan, pembelian ternak, upah tenaga kerja, obat-obatan, bahan bakar dan
lain-lainnya.
Efesiensi Pemasaran
Suatu usaha peternakan adalah proses produksi sehingga rendahnya
tingkat pendapatan peternak mungkin disebabkan oleh penggunaan faktor-faktor
produksi yang tidak efisien. Ini merupakan ukuran dalam mencapai produksi
tertentu dibandingkan dengan faktor produksi atau biaya minimum. Efisiensi
merupakan ukuran dalam mencapai produksi yang didapat dari suatu kesatuan
biaya, kemudian ratio input-output yang juga dapat dijadikan dasar dalam
menentukan nilai efisiensi. Menurut Gray et al. (1996) dalam mengukur efisiensi usaha perlu diukur juga tingkat efisiensi pemasaran hasil baik dilakukan oleh
petani atau oleh pihak lain. Hal ini penting untuk menunjukan bahwa dalam
memproduksi komoditas pertanian faktor pemasaran merupakan faktor yang tidak
boleh diabaikan.
Sistem pemasaran akan efesien apabila dapat memberikan suatu balas jasa
sebagai produsen, pedagang perantara dan konsumen akhir (Azzaino, 1981).
Efisiensi pemasaran didefenisikan sebagai optimasi dari nisbah antara output
dengan input. Suatu perubahan yang dapat mengurangi biaya input dalam
melakukan kegiatan pemasaran tanpa mengurangi kepuasan konsumen dari
output, yang dapat berupa barang dan jasa, menunjukkan suatu perbaikan dari
tingkat efisiensi pemasaran (Feed, 1972).
Saluran Pemasaran
Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha/
aktivitas dengan tujuan untuk menyampaikan produk barang dan atau jasa dari
produsen (penghasil) ke konsumen (pemakai) akhir dan segala upaya yang telah
dilakukan untuk memperlancar kegiatan arus barang dan jasa tersebut untuk
mewujudkanapermintaanayangaefektifa(Kotler,1996).
Saluran pemasaran kadang-kadang orang menyebutnya juga dengan
saluran distribusi atau saluran perdagangan. Soekartawi (1993) mengatakan
bahwa saluran pemasaran adalah saluran atau jalur yang digunakan baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk memudahkan pemilihan
suatu produk itu bergerak dari produsen sampai berada di tangan konsumen.
Hanafiah dan Saefudin (1986) mengatakan bahwa saluran pemasaran merupakan
badan-badan atau lembaga yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi
pemasaran dengan cara menggerakkan aliran barang dagangan tersebut atau hanya
bertindak sebagai agen dari pemilik barang. Urutan dari badan ini membentuk
rangkaian yang disebut dengan rantai pemasaran.
Penetapan saluran pemasaran oleh produsen sangatlah penting sebab dapat
sebagainya. Oleh karena itu setiap produsen atau perusahaan hendaknya dapat
menetapkan saluran pemasaran yang paling tepat. Karena pertambahan jumlah
dan proporsi biaya pemasaran terhadap total biaya, maka sangat diperlukan
strategi dan kebijakan pengendalian atas biaya pemasaran yang tepat. Dalam
strategi dan kebijakan pengendalian biaya pemasaran diperlukan analisis biaya
pemasaran yang memadai (Fanani, 2000).
Pemasaran dari hasil penggemukan sapi kereman ini biasanya ada dua
bentuk, yaitu penjualan sapi hidup setelah selesai pemeliharaan dan penjulan
daging setelah di lakukan pemotongan. Kebanyakan peternak tradisional menjual
sapi hidup hasil kereman saja di pasar hewan maupun pedagang sapi. Pada sapi
kereman sistem intensif keuntungan diperoleh dari menjual langsung sapi ke
perusahaan daging maupun di potong sendiri dan menjual karkasnya. Dalam hal
yang terakhir ini keuntungan yang diperoleh dapat lebih besar lagi
(Darmono, 1993).
Biaya Pemasaran
Menurut Fanani (2000) analisis pemasaran merupakan aktivitas pemasaran
sangat penting untuk menunjang kegiatan pemasaran dalam upaya mencapai
tujuannya, untuk itu sampai tingkat tertentu hal itu diimbangi pula dengan
besarnya biaya pemasaran yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Pengertian
analisa pemasaran dibedakan menjadi dua kategori yaitu : “Dalam arti sempit,
analisa pemasaran diartikan sebagai biaya penjualan, yaitu biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk menjual produk ke pasar. Dalam arti luas biaya pemasaran
simpan dalam gudang sampai dengan produk tersebut diubah kembali dalam
bentuk uang tunai” ( Mulyadi, 1992).
Untuk indikator efesiensi pemasaran relatif digunakan analisis margin dan
korelasi harga yang mencerminkan tingkat keterpaduan pasar. Margin pemasaran
terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan biaya pemasaran. Biaya pemasaran
akan semakin besar apabila terdapat unsur-unsur biaya yang sifatnya
non-kompetitif pada sistem pemasaran sehingga tidak efesien
(Limbong dan Sitorus, 1987).
Berbagai laporan mengemukakan perbedaan harga disebabkan oleh variasi
saluran dan margin pemasaran ternak di Indonesia baik dari jumlah pelaku
maupun distribusi biaya dan margin yang diperoleh pelaku pasar.
Kariyasa dan Faisal (2004) menyatakan bahwa penyebabnya adalah biaya
pemasaran akibat pemberlakuan berbagai peraturan daerah seiring dengan
pelaksanaan otonomi daerah dan kurangnya fasilitas pemasaran. Disamping itu
berbagai laporan mengemukakan bahwa hingga saat ini diperoleh kesan
peranan blantik sangat dominan dalam menentukan harga, terlebih dalam
kondisi pasar akhir-akhir ini dimana lebih banyak blantik dari pada
ternak (Rusastra et al., 2006). Pendapat tersebut berlawanan dengan laporan Kariyasa dan Faisal (2004) dimana biaya pemasaran lebih banyak ditanggung oleh
blantik sehingga ia memperoleh manfaat paling sedikit dari aktivitas pemasaran
sementara margin/keuntungan lebih banyak dinikmati oleh pejagal. Pendapat yang
harga yang lebih dinamis namun keuntungan yang diperoleh hanya sepertiga
dibanding pejagal.
Masalah pemasaran komoditi pertanian pada dasarnya adalah bagaimana
menyalurkan produk-produk pertanian dari produsen kepada konsumen
dengan harga yang wajar dan biaya pemasaran minimal. Menurut
Downey dan Erickson (1992) bahwa pemasaran hasil pertanian ditinjau dari
bagian harga yang diterima oleh petani produsen dikatakan efisien apabila harga
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lau Riman, Desa Kuta Mbelin, Desa
Tigapanah, Desa Manuk Mulia, Desa Seberaya dan Desa Bunuraya Kecamatan
Tigapanah Kabupaten Karo Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Juli sampai September 2012.
Penentuan Responden Penelitian Analisis Pendapatan
Persyaratan responden adalah para peternak di Kecamatan Tigapanah
Kabupaten Karo. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan
wawancara yaitu pengumpulan informasi dari responden dengan alat bantu
kuesioner. Metode penarikan responden yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Pada tahap pertama pemilihan 6 buah desa dari beberapa desa yang ada di
Kecamatan Tigapanah dengan metode penarikan responden secara
Proporsional Stratified Random Sampling (Soekartawi, 1995), yaitu desa yang kepadatan ternak sapinya tinggi (desa Lau Riman dan Kuta Mbelin) , sedang
(desa Tigapanah dan Manuk Mulia) dan jarang (desa Seberaya dan Bunuraya),
dimana penentuan kepadatan ternak sapi yang tinggi, sedang dan jarang
tersebut ditentukan dengan melihat data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten
Karo dalam angka 2011.
2. Pada tahap kedua pemilihan responden secara acak sederhana, diambil
menyatakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan data statistik
ukuran sampel paling kecil 30% sudah dapat mewakili populasi.
Analisis Efisiensi Pemasaran
Metode responden yang digunakan adalah metode survei dengan unit
responden adalah pelaku pemasaran ternak sapi potong yaitu peternak,
pengumpul,rumah potong,pedagang besar, pengecer daging dan konsumen akhir.
Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder
1. Data primer diperoleh langsung dari monitoring responden terhadap kegiatan
usaha ternak sapi potong melalui wawancara dan pengisian daftar kuesioner.
2. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait seperti Kantor
Badan Pusat Statistik dan Dinas Peternakan Kabupaten Karo.
Data Pendapatan
Data yang diperoleh dari hasil wawancara responden di lapangan diolah
dan ditabulasi. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan metode analisis
pendapatan dan diolah dengan model pendekatan ekonometri dan dijelaskan
secara metode deskriptif. Menurut Soekartawi (1995), untuk menghitung
pendapatan dari kegiatan beternak sapi, dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
Pd : adalah total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak sapi aapotong (rupiah/tahun).
TR : adalah total revenue atau penerimaan yang diperoleh peternak sapi aapotong (rupiah/tahun)
TC : adalah biaya yang dikeluarkan peternak sapi potong (rupiah/tahun).
Jumlah pendapatan ditabulasi secara sederhana, yaitu dengan menghitung
pendapatan peternak pada usaha sapi potong terhadap pendapatan keluarga di
daerah penelitian.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka untuk melihat faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan dapat dilihat dengan menggunakan Model
Pendekatan Teknik Ekonometri yang menggunakan analisis regresi linear
berganda dengan alat bantu Software SPSS 16 (Statistical Package for Sosial Sciences). Menurut Djalal dan Usman (2002), model pendugaan yang digunakan:
Ŷ
= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + µ
Keterangan:
Ŷ : adalah pendapatan peternak (Y : topi) yang dipengaruhi beberapa faktor iadalam memelihara ternak sapi potong
a : adalah koefisien intercept (konstanta) b1b2b3: adalah koefisien regresi
X1 : adalah tingkat pendidikan (tahun) X2 : adalah umur peternak (tahun) X3 : adalah pengalaman peternak (tahun) µ : adalah variabel lain yang tidak diteliti
Variabel-variabel pada hipotesis diuji secara serempak dan parsial untuk
mengetahui apakah variabel tersebut mempunyai pengaruh dominan atau tidak.
Jika variabel tersebut berpengaruh secara serempak maka digunakan uji F yakni:
Keterangan :
r2
n = Jumlah responden = Koefisien determinasi
k = Derajat bebas pembilang n-k-1 = Derajat bebas penyebut
Kriteria uji:
F-hit ≤ F-tabel... H0 diterima (H1
F-hit > F-tabel... H
ditolak)
0 ditolak (H1 diterima)
Menurut Sudjana (2002), jika variabel berpengaruh secara parsial dapat
diuji dengan uji t yakni :
= Standart error estimates
i = Variabel bebas (i = 1,2,3)
Untuk mengetahui efisiensi pemasaran pada setiap lembaga pemasaran
yang terlibat digunakan rumus :
EP = Biaya pemasaran x 100%
Nilai produk yang dipasarkan
Jika EP > 30% berarti tidak efisien
Jika EP < 30% berarti efisien
Efisiensi pemasaran adalah perbandingan antara biaya pemasaran dengan
total nilai penjualan sapi potong yang dinyatakan dalam bentuk persen. Biaya
pemasaran adalah segala biaya yang dikeluarkan oleh lembaga dalam memasarkan
sapi potong. Nilai produk yang dipasarkan adalah harga akhir produk yang
dipasarkan kepada konsumen. Jalur pemasaran dapat dikatakan efesien bila selisih
harga dari petani dengan harga yang dibayar konsumen akhir lebih kecil dari 30%
(Gray et al., 1996).
Parameter Pengamatan Analisis Pendapatan
a. Pendapatan peternak
1. Penerimaan adalah jumlah yang diterima peternak yang berasal dari
penjualan ternak maupun kotoran ternak (Rp).
2. Pengeluaran adalah semua biaya yang dikeluarkan peternak meliputi biaya
pakan, obat-obatan, listrik, kandang dan lain sebagainya.
3. Pendapatan adalah selisih penerimaan dengan pengeluaran selama
pemeliharaan ternak sapi potong (dalam kurun waktu tertentu misalnya 1
tahun)
b. Profil peternak
1. Umur peternak adalah umur peternak yang memelihara ternak sapi yang di
ukur berdasarkan usia kerja produktif yaitu 16-60 tahun.
2. Tingkat pendidikan adalah lamanya pendidikan yang ditempuh peternak
(tahun) baik formal (SD, SMP, SMA) maupu n informal.
3. Pengalaman beternak adalah lamanya peternak memelihara ternak sapi
Efesiensi Pemasaran
1. Peternak adalah orang yang beternak ataupun yang melakukan budidaya usaha
ternak sapi potong.
2. Pengumpul adalah orang yang mengumpulkan atau membeli sapi langsung dari
peternak yang ada di pedesaan dan akan menjual sapinya ke pasar hewan.
3. Bandar/pedagang besar adalah pedagang yang membeli sapi dari pengumpul
yang ada dipasar hewan dan membawa langsung ke rumah potong untuk
dipotong dan nantinya akan dijual ke pengecer daging sapi.
4. Pengecer daging adalah penjual daging sapi yang terdapat di pasar-pasar.
5. Konsumen akhir adalah orang yang membeli atau mengkonsumsi daging sapi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Wilayah Penelitian
Kecamatan Tigapanah berada pada 1.192 m dpl dengan luas wilayah
184,34 km2 serta memiliki suhu 16-170C. Sebelah Utara berbatasan dengan
Kecamatan Dolat Rayat dan Kecamatan Berastagi. Sebelah Barat berbatasan
dengan Kecamatan Juhar, Munthe dan Kabanjahe. Sebelah Timur berbatasan
dengan Kecamatan Barusjahe dan Kecamatan Merek. Sebelah Selatan berbatasan
dengan Kecamatan Merek. Kecamatan Tigapanah terdiri atas 22 desa dimana
terdapat 6 desa sebagai wilayah yang di teliti yaitu Desa Lau Riman, Desa Kuta
Mbelin, Desa Tigapanah, Desa Manuk Mulia, Desa Seberaya dan Desa Bunuraya.
Profesi masyarakat Kecamatan Tigapanah pada umumnya dan wilayah penelitian
pada khususnya sebagian besar adalah petani selain peternak, pedagang, pegawai
dan lain sebagainya. Usaha peternakan khususnya peternakan sapi potong
merupakan usaha sampingan bagi petani di daerah penelitian sehingga sistem
pemeliharaan ternaknya masih bersifat tradisional walaupun sebagian telah
melakukan sistem pemeliharaan yang intensif. Pakan yang diberikan kepada
ternak sapi potongnya berupa rumput yang di arit oleh peternak sendiri.
Pemberian konsentrat dapat dikatakan jarang bahkan kadang hanya di berikan
ketika ternak tersebut kelihatan kurus. Ini dikarenakan kurangnya modal peternak
dalam membeli konsentrat dan juga kurangnya pengetahuan mereka dalam
pembuatan konsentrat sendiri. Pada umumnya, peternak hanya memberi obat
cacing kepada ternak mereka, bila ternak sakit mereka lebih sering menggunakan
Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi karakteristik sosial
dan ekonomi. Karakteristik sosial peternak yang dianalisis meliputi tingkat
pendidikan, umur peternak dan pengalaman peternak, sedangkan karakteristik
ekonomi responden yang dianalisis meliputi total penerimaan dari usaha ternak
sapi dan total biaya produksi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
karakteristik responden di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Karakteristik responden di daerah penelitian tahun 2011
Karakteristik peternak sampel Satuan Rentang Rataan
Umur Peternak Tahun 19-65 41
Tingkat Pendidikan Tahun 6-17 11
Pengalaman Beternak Tahun 1-30 7
Total Penerimaan Rp 102.5350.000 11.520.800
Total Pengeluaran Rp 71.2730.000 8.008.200
Total Pendapatan Rp 31.2620.000 3.512.600
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa umur responden pada daerah
penelitian berkisar antara 19-65 tahun dengan rataan sebesar 41 tahun dari total
responden. Bila dikaji dari karakteristik umur di atas, sebagian besar peternak
dalam kategori usia yang produktif (16-60 tahun), sehingga potensi untuk
mengelola ternaknya masih besar.
Tingkat pendidikan peternak sapi menyebar antara 6-17 tahun dengan
rataan 11 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden
umumnya tergolong menengah dengan kisaran hanya tamat sekolah menengah
pertama (SMP).
Berdasarkan tingkat pengalaman peternak, hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar pengalaman beternak menyebar antara 1-30 tahun dengan
responden dapat dikatakan cukup, tetapi kurang menguasai dan mengikuti
perkembangan teknologi dalam pengelolaan usaha ternak sapi potongnya.
Total penerimaan peternak selama 1 tahun dari usaha ternak sapi berkisar
antara Rp. 7.000.000 sampai Rp. 27.000.000 dengan rataan sebesar Rp.
11.520.800 per tahun. Sedangkan total biaya produksi peternak selama 1 (satu)
tahun dari usaha ternak sapi per responden berkisar antara Rp. 4.200.000 sampai
Rp. 19.050.000 dengan rataan sebesar Rp.8.008.200 per tahun.
Pendapatan bersih peternak di daerah penelitian selama 1 tahun dari usaha
ternak sapi per peternak berkisar antara Rp. 2.070.000 sampai Rp. 9.200.000
dengan rataan sebesar Rp. 3.512.600 per tahun/ekor.
Pengaruh Variabel Terhadap Pendapatan Peternak
Untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak
sapi potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo digunakan analisis regresi
linier berganda, yang menjadi variabel bebas (independent) adalah umur peternak,
tingkat pendidikan dan pengalaman beternak, sedangkan yang menjadi variabel
terikat/tidak bebas (dependent) adalah pendapatan.
Adapun hasil pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
peternak sapi potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo dapat di lihat pada
Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Analisis varian pendapatan dan hasil penduga variabel
Sumber Derajat Bebas F tabel F hitung Tingkat Signifikasi
Regresi 3 2,49 1,062 0,37
Residual 85
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka untuk melihat faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan dengan menggunakan Model Pendekatan Teknik
Ekonometri dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan alat
bantu Software SPSS 16 (Statistical Package for Sosial Science) dapat di lihat pada Tabel 5 berikut ini:
Tabel 5. Analisis regresi linear berganda pengaruh umur peternak, tingkat pendidikan dan pengalaman peternak terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.
Variabel Koefisien Regresi
Std. Error t-hitung Signifikan
Konstanta 2521029,795 869697,394 2,899 0,005
X1 94601,787 54731,727 1,728 0,088
Berdasarkan Tabel di atas di peroleh persamaan sebagai berikut:
Ŷ= 2521029,795 + 94601,787X1 + 546,582X2 - 11521,853X3
Keterangan:
+ µ
Ŷ : pendapatan peternak (baca: Y topi) X1 : tingkat pendidikan (tahun)
X2 : umur peternak (tahun) X3 : pengalaman peternak (tahun) µ : variabel lain yang tidak diteliti
Berdasarkan Hasil Regresi di atas dapat diketahui:
Nilai Konstanta/Intersept adalah sebesar 2521029,795. Artinya apabila variabel bebas yaitu umur peternak, tingkat pendidikan dan pengalaman beternak tidak ada
maka peternak sapi potong tetap akan menerima pendapatan sebesar nilai
1. R Square bernilai 3,6%, artinya bahwa semua variabel bebas umur peternak,
tingkat pendidikan dan pengalaman beternak mempengaruhi variabel terikat
sebesar 3,6% dan selebihnya yaitu sebesar 96,4% dijelaskan oleh variabel lain
(µ) yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
2. Secara serempak nilai F-hitung (1,062) lebih kecil daripada F-tabel (2,49).
Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak semua variabel tersebut yaitu
umur peternak, tingkat pendidikan dan pengalaman beternak tidak
berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong dengan
taraf signifikasi 0,37a
3. Secara partial nilai t-hitung variabel yang mempengaruhi adalah variabel
umur peternak (1,728), tingkat pendidikan (0,039) dan pengalaman beternak
(-0,42) .
dan pada taraf kepercayaan 95%.
a. Variabel umur/usia tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak
sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan
oleh nilai t-hitung (X1
b. Variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan
peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang
ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X
) sebesar 1,728 lebih kecil dari nilai t-tabel (α =
0,05) yakni sebesar 1,98. Berdasarkan kenyataan di daerah penelitian,
hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan pernyataan Chamdi (2003) yang
mengemukakan bahwa semakin muda usia peternak umumnya rasa
keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk
mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi.
tinggi tingkat pengetahuan dan ketrampilan mengakibatkan petani
peternak lebih dinamis, aktif dan terbuka dalam mengadopsi suatu
teknologi. Kondisi ini penting mengingat saat ini diperlukan pengetahuan
dan pemahaman secara baik tentang perkembangan usaha yang semakin
cepat baik teknologi maupun aspek pemasaran. Namun pada kenyataan di
daerah penelitian, hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan pernyataan di
atas. Pada dasarnya tingkat pendidikan peternak yang ada di daerah
penelitian masih tergolong berpendidikan menengah. Selain itu, pada
daerah penelitian umumnya peternak enggan memanfaatkan inovasi atau
teknologi baru dan masih banyak yang menggunakan sistem beternak
tradisional sehingga peningkatan pendidikan tidak mempengaruhi
besarnya pendapatan peternak.
c. Variabel pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap
pendapatan peternak sapi potong, jika di ukur pada tingkat kepercayaan
95% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X3) sebesar -0,42 lebih kecil
dari nilai t-tabel (α = 0,05) yakni sebesar 1,98. Berdasarkan tingkat
pengalaman peternak, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
pengalaman beternak seluruhnya adalah 7 tahun. Umumnya pengalaman
beternak yang didapat oleh responden berasal dari orang tua mereka
secara turun temurun. Hanya sebagian kecil yang mengikuti pelatihan
atau seminar peternakan untuk menambah pengalaman mereka dalam
beternak. Variabel pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap
pendapatan ternak sapi potong. Umumnya pengalaman beternak diperoleh
yang cukup lama memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan
keterampilan peternak terhadap manajemen pemeliharaan ternak
mempunyai kemampuan yang lebih baik. Namun di lapangan tidak
diperoleh pengaruh seperti yang diharapkan. Hal ini dapat disebabkan
banyak peternak yang memiliki pengalaman yang memadai namun masih
mengelolah usaha tersebut dengan kebiasaan-kebiasaaan lama yang sama
dengan sewaktu mereka mengawali usahanya sampai sekarang (Siregar,
2009). Selain itu, ketersedian sumber daya alam masih banyak di daerah
penelitian dan digunakan sebesar-besarnya oleh peternak sehingga
pengalaman tidak berpengaruh terhadap pendapatan. Menurut Abidin dan
Simanjuntak (1997) faktor penghambat berkembangnya peternakan pada
suatu daerah dapat berasal dari faktor-faktor topografi, iklim, keadaan
sosial, tersedianya bahan-bahan makanan rerumputan atau penguat,
disamping itu faktor pengalaman yang dimiliki peternak masyarakat
sangat menentukan pula perkembangan peternakan di daerah tersebut. Di
daerah penelitian, pengalaman beternak yang peternak dapat berasal dari
orang tua mereka yang di turunkan secara turun-menurun.
Arti dari nilai persamaan berikut adalah:
Ŷ= 2521029,795 + 94601,787X1 + 546,582X2 - 11521,853X3
Berdasarkan model persamaan di atas dapat diintrepretasi bahwa: + µ
a. Apabila variabel bebas Umur (X1
b. Apabila variabel bebas Pendidikan (X
) mengalami kenaikan sebesar 1 tahun,
maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 94.601,787.
2) mengalami kenaikan sebesar 1 tahun,
c. Apabila variabel bebas Pengalaman Beternak (X3
d. Apabila variabel X
) mengalami kenaikan
sebesar 1 tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp.
11.521,853.
1, X2 dan X3
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa variabel umur, tingkat
pendidikan dan pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap
pendapatan peternak. Hal ini dikarenakan pada daerah penelitian, peternak tetap
menggunakan sumber daya alam yang ada dan umumnya usaha ternak sapi
potong mereka masih bersifat tradisional. Jumlah ternak sapi yang mereka
pelihara rata-rata 1-10 ekor/peternak. Meskipun telah lama beternak tetapi mereka
masih menggunakan kebiasaan lama dalam beternak seperti yang di
turun-temurunkan oleh orang tua mereka. Peternak hanya memberikan pakan hijauan
pada ternak sapi mereka. Hanya sedikit peternak yang memberikan pakan
konsentrat sebagai pakan tambahan bagi ternak sapinya. Ini disebabkan kurangnya
modal sehingga mereka kesulitan membeli konsentrat selain ketersediaan rumput
yang masih mencukupi. Pada umumnya peternak malas untuk mengikuti seminar
ataupun penyuluhan peternakan . Ini dikarenakan mereka memiliki pekerjaan
utama yaitu bertani. Bagi mereka beternak hanya sebagai suatu usaha sampingan
selain bertani. Mereka beternak sapi potong hanya sebagai tabungan , apabila
mereka membutuhkan uang maka mereka akan menjual sapi mereka. Selain itu,
mereka juga menggunakan kotoran ternak sapi mereka sebagai kompos yang
mereka aplikasikan pada tanaman di kebun mereka.
yang dianalisis dianggap nol (tidak
melakukan aktivitas), maka peternak sapi potong akan menanggung biaya
Analisis Efisiensi Pemasaran Sapi Potong
Lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran ternak sapi
potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo adalah peternak, pengumpul,
bandar/pedagang besar, pengecer daging dan konsumen akhir. Sistem jual beli
yang di pakai dalam pemasaran sapi potong penetapan harganya berdasarkan
sistem taksiran. Sistem ini didasarkan pada perkiraan berat dengan melihat
penampilan sapi, tidak didasarkan pada timbangan dari bobot sapi karena tidak
tersedianya timbangan di pasar hewan. Umumnya perkiraan tersebut tidak akan
jauh meleset dengan timbangan sebenarnya. Berdasarkan penelitian ini jalur
pemasaran sapi potong adalah sebagai berikut:
Petani
Pengumpul
Bandar/Pedagang Besar
Pedagang Pengecer
Besarnya tingkat keuntungan untuk setiap pelaku pemasaran sapi potong
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Tingkat keuntungan pelaku pemasaran sapi potong
Pelaku pemasaran Harga jual/kg berat hidup
Tingkat Keuntungan Rp/kg %
Peternak Rp. 30.000 - -
Pengumpul Rp. 32.000 Rp. 2.000 8,0
Bandar/pedagang besar Rp. 33.000 Rp. 1.000 4,0
Pengecer daging Rp. 35.000 Rp. 2.000 8,0
Konsumen Rp. 37.000 Rp. 2000 8,0
Keterangan: dijual berupa daging Rp 74.000/kg, belum termasuk jeroan, kepala dan kulit
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa selisih harga dari tingkat petani
sampai konsumen adalah Rp. 7000/kg atau sekitar 28%, sehingga jalur pemasaran
ternak di Kecamatan Tigapanah masih dikatakan efisien. Menurut Grayet al. jalur pemasaran dapat dikatakan efesien bila selisih harga dari petani dengan harga
yang dibayar konsumen akhir lebih kecil dari 30%.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pelaku pemasaran sapi potong
disana belum ada yang dirugikan karena jalur pemasarannya masih dikatakan
efesien. Peternak tidak lagi perlu kesulitan dalam hal transportasi ke pasar hewan
karena telah ada pengumpul yang membeli di daerah mereka. Pengumpul yang
nantinya akan membawa sapi tersebut ke pasar hewan. Di pasar hewan dilakukan
transaksi antara pengumpul dengan bandar/pedagang besar. Setelah terjadi
kesepakatan,bandar akan membawa sapi tersebut ke rumah potong hewan (RPH).
Di RPH sapi tersebut disembelih dan dipotong, setelah itu daging sapi tersebut
Rekapitulasi Data
Tabel. 7. Rekapitulasi Data
Karakteristik sosial Peternak Singnifikan Keterangan
Umur Petenak 0,088 Tidak berpengaruh nyata
Tingkat Pendidikan 0,969 Tidak berpengaruh nyata
Pengalaman Beternak 0,675 Tidak berpengaruh nyata
Variabel umur, tingkat pendidikan dan pengalaman beternak tidak
memberi pengaruh yang nyata terhadap pendapatan peternak di Kecamatan
Tigapanah Kabupaten Karo.
Jalur pemasaran dan harga jual ternak sapi pada daerah penelitian masih
tergolong efisien karena selisih harga jual di tingkat petani ke konsumen di bawah
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di KecamatanTigapanah Kabupaten Karo
dapat disimpulkan sebagai berikut : umur, pendidikan dan pengalaman peternak
tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan
Tigapanah Kabupaten Karo. Jalur pemasaran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten
Karo dapat di katakan efisien karena selisih harga jual ternah dari petani sampai
konsumen masih dibawah 30% yaitu sebesar 28%.
Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah:
Untuk peternak
Sebaiknya peternak lebih terbuka terhadap inovasi ataupun teknologi baru
serta mencari informasi yang mendukung usaha ternak sapi potongnya yang pada
akhirnya dapat meningkatkan pendapatan mereka.
Untuk Pemerintah
Sebaiknya pemerintah khususnya dari Dinas Peternakan melakukan
penyuluhan peternakan bagi peternak sehingga pengalaman peternak akan
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, A. dan Simanjuntak, D. 1997. Ternak Sapi Potong. Direktorat Jendral Peternakan. Jakarta.
Ahmadi, A. H. 2003. Sosiologi Pendidikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Aritonang, D. 1993. Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Penebar Swadaya. Jakarta.
Azzaino, Z. 1981. Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2011. Kabupaten Karo. BPS Sumatera Utara. Kabanjahe.
Chamdi, A. N. 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobongan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 29-30 September 2003. Bogor: Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian.
Cyrilla, L. dan Ismail, A. 1998. Usaha Peternakan. Diktat Kuliah. Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Darmono, 1993. Tata Laksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius. Yogyakarta.
Downey, W.D. dan S.P. Erickson, 1992. Manajemen Agribisnis. Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta. (Terjemahan oleh Rochidayat).
Fanani, Z. 2000. Prospek Pemasaran Bidang Peternakan Pasca Tahun 2000. Universitas Brawijaya. Malang.
Fauzia, L. dan H. Tampubolon, 1991. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi Petani Terhadap Keputusan Petani Dalam Penggunaan Sarana Produksi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Feed, S. 1972. Improving Marketing Systems in Developing Countries, an Approach to Identifying Problem’s and Strengthening Technical Assistance. Foreign Economics Development Service. USDA.
Gray, C., L.K. Sabur, P. Simanjuntak dan P. F. L.Maspaitella. 1996. Pengantar Evaluasi Proyek. PT Gramedia. Jakarta.
Hadisapoetro, S. 1973. Biaya dan Pendapatan dalam Usahatani. Fakultas Pertanian. Univesitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Hanafiah, H.M. dan Saefudin A.M. 1986. Tata Niaga Perikanan. Universitas Indonesia.aJakarta.
Hermanto, F. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kariyasa, K. dan Faisal K. 2004. Dinamika Pemasaran dan Prospek Pengembangan Ternak Sapi di Indonesia. Sistem dan Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Kolter. P. 1996. Marketing Management Analysis, Planning, Implements and Control. Alih Bahasa Ancell, A.H. Salemba Empat Prentice Hall. Jakarta. Limbong, W.H. dan P. Sitorus, 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Bahan
Kuliah Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Marak, A., Mursal B. dan Sadar. 2004. Pemasaran Sapi potong di Sumatra Barat. Sistem dan Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Mosher, A.T. 1991. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. CV Yasaguna. Jakarta.
Mulyadi, 1992. Akuntasi Biaya Edisi 5. Penerbit STIE YKPN. Yogyakarta.
Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Usahatani. BPFE. Yogyakarta.
Purba, Y. 2001. Analisa Profil Peternak Terhadap Pendapatan dalam Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Rusastra, I. W., Wahyuning K.S., Sri W. dan Yana S. 2006. Analisis Kelembagaan Kemitraan Rantai Pasok Komoditas Peternakan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
Santosa, U. 1997. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Penebar Swadaya. Jakarta.
Siregar, S.A., 2009. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Soekartawi, A., Soeharjo, Dillon, J. L. dan Hardaker, J. B. 1995. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. UI Press. Jakarta.
Soekartawi, A. 1993. Manajemen Pemasaran Hasil Pertanian, Teori dan Aplikasinya. CV. Rajawali. Jakarta.
_____________. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta. _____________. 1996. Pembangunan Pertanian. Raja Grafindo Persada. Jakarta. _____________. 2002. Analisis Usaha Tani. UI Press. Jakarta.
Suharno, B dan Nazaruddin, 1994. Ternak Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suratiyah, K. 2009. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Widjaja, K. 1999. Analisis Pengambilan Keputusan Usaha Produksi Peternakan. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
1. Karakteristik Sosial Responden
82 Budi Silalahi 49 12 13
83 Ramuda 36 12 3
84 Jusuf Kaban 53 9 4
85 Junus Sembiring 44 9 2
86 Naman Barus 37 12 4
87 Mardi Sinuraya 48 12 8
88 Perdamenta Sinuraya 40 6 18
2. Karakteristik Ekonomi Peternak
1 Kasim Ginting 9.500.000 6.200.000 3..300.000
2 Makmur Sembiring 18.350.000 13.500.000 4.850.000 3 Peran Sembiring 8.700.000 6.320.000 2.380.000
4 Ari Sembiring 9.500.000 6.330.000 3.170.000
5 Julfitri Tarigan 8.000.000 5.360.000 2.640.000 6 Satna Sembiring 17.000.000 11.750.000 5.250.000 7 Pelsin Sembiring 8.700.000 5.490.000 3.210.000
8 Julius Ginting 8.700.000 6.400.000 2.300.000
9 Sejahtera Ginting 18.000.000 12.450.000 5.550.000 10 Tri Putra Sembiring 10.000.000 6.230.000 3.770.000
11 Andi Sembiring 10.000.000 6.580.000 3.420.000
12 Karyawanta Sembiring 9.100.000 6.370.000 2.730.000 13 Sanjani Sembiring 9.700.000 6.730.000 2.970.000 14 Bpk. Serlini ginting 9.000.000 5.730.000 3.270.000 15 Serasi Sembiring 10.000.000 7.290.000 2.710.000 16 Mamerdo Sembiring 18.000.000 13.880.000 4.120.000 17 Pribadi Sembiring 26.000.000 19.050.000 7.950.000 18 Suganda Sembiring 10.000.000 7.090.000 2.910.000
19 Adil Sembiring 8.500.000 5.750.000 2.750.000
20 Desta Ginting 8.750.000 6.300.000 2.450.000
21 Aser Ginting 8.300.000 6.020.000 2.280.000
22 Martin Tarigan 9.000.000 6.200.000 2.800.000
23 Rusli Ginting 9.700.000 6.880.000 2.820.000
24 Harja Ginting 9.100.000 6.700.000 2.400.000
25 Wagino 27.000.000 17.800.000 9.200.000
26 Paiman Tarigan 8.800.000 6.700.000 2.100.000
27 Jeki Perangin-angin 9.100.000 5.800.000 2.870.000
28 Seragih Ginting 9.100.000 6.470.000 2.630.000
29 Imbran Sembiring 8.500.000 6.250.000 2.250.000
30 Herman S 8.300.000 5.980.000 2.220.000
31 Namin Barus 9.100.000 6.490.000 2.610.000
32 Sukadi 15.800.000 10.500.000 5.300.000
33 Sepfernando Ginting 8.000.000 5.200.000 2.800.000
34 Kandar Ginting 9.300.000 6.700.000 2.600.000
35 Taruna Sembiring 7.600.000 5.450.000 2.150.000 36 Muhammad S. Sinuraya 8.700.000 6.630.000 2.070.000
37 Pak Ajo 9.500.000 6.300.000 2.870.000
38 Tagore 10.000.000 5.530.000 4.370.000
40 Johanes Tarigan 16.700.000 11.200.000 5.500.000 41 Relison Ginting 10.300.000 6.290.000 4.010.000 42 Muksim Sembiring 9.700.000 6.410.000 3.290.000 43 Suka Piring Sembiring 16.000.000 12.250.000 3.750.000
44 Makmur Tarigan 11.200.000 7.750.000 3.450.000
45 Roy Sembiring 9.000.000 6.600.000 2.400.000
46 Martin Sinulingga 18.200.000 13.000.000 5.200.000
47 Taman Tarigan 10.500.000 7.580.000 2.920.000
48 Prangko Ginting 17.500.000 12.300.000 5.200.000
49 Paten Tarigan 26.500.000 18.500.000 8.000.000
50 Dirga Surbakti 10.000.000 6.530.000 3.470.000
51 Selamat Sembiring 8.700.000 5.850.000 2.850.000
52 Ramah Sembiring 9.550.000 6.620.000 2.930.000
53 Cari Barus 6.500.000 4.200.000 2.300.000
54 Jeplin Sinulingga 8.800.000 5.720.000 3.080.000
55 Andiko Tarigan 9.700.000 6.370.000 3.330.000
56 Herianto Tarigan 8.800.000 6.300.000 2.500.000
57 Kemon Ginting 9.300.000 6.380.000 2.920.000
58 Talas Sembiring 9.200.000 6.630.000 2.570.000
59 Demson Ginting 10.000.000 7.110.000 2.890.000
60 Siswan Perangin-angin 9.800.000 6.900.000 2.900.000 61 Jangatas Ginting 9.700.000 6.590.000 3.110.000
62 Pelita Milala 8.100.000 5.570.000 2.530.000
63 Imanuel Bukit 18.000.000 13.550.000 4.450.000
64 Bpk.Sitiosa Barus 10.300.000 6.290.000 4.010.000
65 Pendi Milala 10.000.000 6.520.000 3.480.000
66 Zakaria Milala 10.000.000 6.580.000 3.420.000
67 Pilar Tarigan 9.000.000 5.580.000 3.420.000
68 Ingeten Tarigan 10.500.000 6.580.000 3.920.000
69 Mahkim Barus 9.000.000 6.130.000 2.870.000
70 Martin Milala 9.500.000 6.590.000 2.910.000
71 Rito Pandia 18.000.000 12.590.000 5.410.000
72 Surya Barus 9.200.000 6.900.000 2.300.000
73 Indra Barus 10.000.000 68.30.000 3.170.000
74 Jhonly Barus 18.800.000 13.230.000 5.570.000
75 Jemari Tarigan 9.000.000 6.100.000 2.900.000
76 Bpk. Zakaria milala 9.300.000 6.550.000 2.750.000
77 David Tarigan 21.500.000 14.080.000 7.420.000
78 Darmi Tarigan 15.000.000 11.420.000 3.580.000
79 Selamat Milala 9.100.000 6.680.000 2.480.000
80 Firma Barus 14.200.000 9.950.000 4.250.000
81 Riano Milala 7.300.000 4.720.000 2.580.000
82 Budi Silalahi 17.000.000 12.250.000 4.750.000
84 Jusuf Kaban 8.300.000 5.900.000 2.400.000
85 Junus Sembiring 9.100.000 5.750.000 3.350.000
86 Naman Barus 8.300.000 5.800.000 2.500.000
87 Mardi Sinuraya 7.000.000 4.460.000 2.540.000
88 Perdamenta Sinuraya 9.300.000 6.000.000 3.300.000
3. Hasil Pengolahan Data Primer
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
pendapatan 3517078.6517 1411562.80433 89
tingkat pendidikan 11.1011 2.75535 89
umur peternak 40.9326 11.10159 89
pengalaman
peternak 6.6404 5.62916 89
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 6333657244303.451 3 2111219081434.484 1.062 .370a
Residual 169007183205134.700 85 1988319802413.349
Total 175340840449438.120 88
a. Predictors: (Constant), pengalaman peternak, tingkat pendidikan, umur peternak
b. Dependent Variable: pendapatan
Coefficientsa
tingkat pendidikan 94601.787 54731.727 .185 1.728 .088
umur peternak 546.582 13950.025 .004 .039 .969
pengalaman peternak -11521.853 27424.825 -.046 -.420 .675
Correlations
Pearson Correlation Pendapatan 1.000 .185 -.021 -.046
tingkat pendidikan .185 1.000 -.080 -.006
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 pengalaman peternak, tingkat pendidikan, umur peternaka . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: pendapatan
ModelSummaryb
a. Predictors: (Constant), pengalaman peternak, tingkat pendidikan, umur peternak
4. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PETERNAK SAPI POTONG
DI KECAMATAN TIGAPANAH KABUPATEN KARO
Nama : ………...Desa : ………...
Umur : ………
1. Sejauh manakah tingkat pendidikan yang bapak/ibu telah tempuh? a. Tamat SD
b. Tamat SMP c. Tamat SMU d. lainnya...
2. Sudah berapa lama bapak/ibu beternak sapi potong? a. ≤ 1 tahun
b. 2 tahun c. 3 tahun d. 4 tahun
e. ≥ 5 tahun
3. Darimanakah asal ternak sapi potong yang bapak/ibu miliki? a. Dibeli sendiri
b. Pemberian orang lain c. Lainnya……
4. Berapa bayak ternak yang bapak/ibu miliki? a. <10 ekor
b. 10 – 50 ekor c. > 50 ekor
5. Berapa orang pekerja yang bapak/ibu miliki untuk beternak sapi potong? a. 1 orang
b. Semi intensif (setengah hari di kandang dan setengah hari lagi digembalakan)