• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Usaha Ternak Sapi Potong Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sistem Usaha Ternak Sapi Potong Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA

(Studi Kasus : Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

MAYANG DAMAYANTI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

SISTEM USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA

(Studi Kasus : Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

MAYANG DAMAYANTI 050309036

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanain

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

Judul Skripsi : Sistem Usaha Ternak Sapi Potong dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

Nama : Mayang Damayanti Nim : 050309036

Departemen : Agribisnis

Program Studi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Ir.AT. Hutajulu, MS

NIP. 194606181980032001 NIP. 1972111819980220012 Emalisa SP.M,Si

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis

(4)

RINGKASAN

MAYANG DAMAYANTI (050309036), dengan judul “SISTEM USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA” (di Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dibimbing oleh ibu Ir. A. T. Hutajulu, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: mengetahui pelaksanaan sistem pemeliharaan ternak sapi potong di daerah penelitian, untuk mengetahui besar pendapatan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian, untuk mengetahui besar kontribusi usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga, untuk mengetahui kendala yang ada dalam menjalankan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian dan untuk mengetahui solusi yang dilakukan dalam penyelesaian kendala – kendala tersebut di daerah penelitian.

Metode penentuan daerah penelitian yang digunakan adalah secara purposive karena dari kegiatan pra survey menunjukkan bahwa daerah tersebut masih berpotensi tinggi sebagai produsen sapi potong. Sampel dalam penelitian ini adalah 22 orang peternak yang mengikuti kelompok ternak di daerah penelitian, seluruh metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif.

Adapun yang menjadi hasil dari penelitian ini adalah : Sistem pemeliharaan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian masih tergolong sederhana atau tradisional (ekstensif), rataan pendapatan bersih usaha ternak sapi potong adalah Rp. 22.573.523 per peternak / tahun, kontribusi pendapatan dari usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga adalah lebih besar dari 30 % yakni sebesar 69,3 %, masalah-masalah yang dihadapi oleh peternak sapi potong di daerah penelitian pada umumnya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sistem pemeliharaan ternak sapi potong yang lebih baik (intensif) dan kurang tersedianya modal untuk meningkatkan sistem usaha ternak sapi potong tersebut, upaya-upaya yang dilakukan oleh peternak dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh peternak sapi potong adalah mengadakan kerjasama dengan peternak sapi potong lainnya dalam bentuk kelompok usaha ternak agar dapat diskusi untuk memecahkan setiap masalah yang dihadapi oleh peternak sapi potong tersebut.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Mayang Damayanti dilahirkan di Lhokseumawe, 23 Maret 1987 sebagai anak keempat dari Bapak M. Noer Hati dan Ibu Sudareni.

Pendidikan yang pernah penulis tempuh adalah :

1. Sekolah Dasar (SD) Tahun 1993 – 1999 di SD Negeri 1 Cunda Lhokseumawe.

2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Tahun 1999 – 2002 di Pondok Pesantren Al-Kautsar Al-Akbar Medan.

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahun 2002 – 2005 di SMA Negeri 6 Medan.

4. Tahun 2005 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur SPMB.

5. Pada bulan Juni – Juli 2009, penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa mbinanga, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi.

6. Pada bulan Desember 2009 – Februari 2010 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kabupaten Deli Serdang.

Selama perkuliahan penulis pernah mengikuti Organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) dan Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMMSEP) pada Tahun 2005 sampai sekarang.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Sistem Usaha Ternak Sapi Potong dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga”. Penelitian ini dilakukan di desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Ibu Ir.A.T.Hutajulu, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan

motivasi, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik, juga kepada Bapak Tumiadi selaku Ketua Kelompok Ternak Desa Cinta Rakyat atas informas dan bantuannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada Bapak Ir.Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara, kepada seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Kepada seluruh instansi dan para responden yang terkait dalam penelitian ini atas bantuannya selama penulis mengambil data penelitian.

(7)

persatu. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dengan harapan skripsi ini dapat berguna untuk kita semua.

Medan, Juni 2010

(8)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... iv

Identifikasi Masalah ... 6

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian ... 6

Hipotesis Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka ... 7

Landasan Teori ... 11

Kerangka Pemikiran ... 14

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19

Metode Pengambilan Sampel ... 19

Metode Pengumpulan Data... 20

Metode Analisis Data ... 20

Defenisi dan Batasan Operasional ... 22

Defenisi... 22

Batasan Operasional ... 24

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETERNAK Deskripsi Daerah Penelitian ... 25

Luas Wilayah dan Batasan Desa Cinta Rakyat ... 25

Keadaan Penduduk ... 27

Sarana dan Prasarana ... 28

Karakteristik Sosial Ekonomi Peternak ... 30

HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Pemeliharaan Usaha Ternak Sapi Potong d Daerah Penelitian ... 32

Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong di Daerah Penelitian ... 39

Kontibusi Usaha Ternak Sapi Potong Terhadap Pendapatan Keluarga... 42

Masalah-masalah yang Dihadapi Peternak Sapi Potong di Daerah Penelitian... 44

(9)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 49 Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Hal

1. Spesifikasi pengumpulan data... 20 2. Jenis penggunaan lahan di desa Cinta Rakyat tahun 2008... 26 3. Keadaan penduduk di desa Cinta Rakyat tahun 2008... 27 4. Distribusi penduduk menurut jenis mata pencaharian di desa penelitian

tahun 2008... 27 5. Sarana dan prasarana di desa Cinta Rakyat tahun 2008... 28 6. Karakteristik peternak sampel di desa Cinta Rakyat tahun 2008... 30

7 . Rata – rata biaya produksi usaha ternak sapi potong (Rp/tahun/peternak)…...

39 8. Rata – rata penerimaan pada usaha ternak sapi potong pada daerah

penelitian(Rp/tahun/peternak)……….. 41 9. Rata – rata pendapatan bersih usaha ternak sapi potong(Rp/tahun/peternak).. 42

10.

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Gambar Hal.

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran Hal

1. Perkembangan populasi ternak sapi potong menurut kabupaten/kota di Sumatera

Utara mulai tahun 2004-2008………. 4

2. Jumlah sapi potong di kabupaten Deli Serdang per kecamatan 2008... 4

3. Jumlah Sapi Potong di kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2008... 4

4. Karakteristik peternak sampel tahun 2009... 30

5. Biaya kandang dan penyusutan kandang (per tahun)……….. 39

6. Biaya obat – obatan pada usaha ternak sapi potong (per tahun)... 39

7. Penerimaan usaha ternak dari kotoran ternak sapi potong (per bulan)……… 41

8. Penerimaan usaha ternak sapi potong dari penjualan kotoran sapi potong (per tahun)……… 41

9. Penerimaan usaha ternak sapi potong dari penjualan ternak sapi potong (Juli 2008 – Juli 2009)... 41

10. Keadaan pada awal tahun (Juli 2008 – Juli 2009)... 41

11. Keadaan ternak sapi potong pada akhir tahun (Juli 2008 – Juli 2009)... 41

12. Penerimaan usaha ternak sapi potong dari pertambahan nilai ternak sapi potong (per tahun)………... 41

13. Penerimaan usaha ternak sapi potong (per tahun)……….. 41

14 Pendapatan bersih usaha ternak sapi potong (per tahun)... 42

15. Produksi usahatani padi (Pendapatan non usaha ternak) per tahun... 43

16. Kontribusi usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga……….. 43

17. Spesifikasi masalah yang dihadapi peternak sapi potong di daerah penelitian, tahun 2009……… 46

(13)

RINGKASAN

MAYANG DAMAYANTI (050309036), dengan judul “SISTEM USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA” (di Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dibimbing oleh ibu Ir. A. T. Hutajulu, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: mengetahui pelaksanaan sistem pemeliharaan ternak sapi potong di daerah penelitian, untuk mengetahui besar pendapatan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian, untuk mengetahui besar kontribusi usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga, untuk mengetahui kendala yang ada dalam menjalankan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian dan untuk mengetahui solusi yang dilakukan dalam penyelesaian kendala – kendala tersebut di daerah penelitian.

Metode penentuan daerah penelitian yang digunakan adalah secara purposive karena dari kegiatan pra survey menunjukkan bahwa daerah tersebut masih berpotensi tinggi sebagai produsen sapi potong. Sampel dalam penelitian ini adalah 22 orang peternak yang mengikuti kelompok ternak di daerah penelitian, seluruh metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif.

Adapun yang menjadi hasil dari penelitian ini adalah : Sistem pemeliharaan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian masih tergolong sederhana atau tradisional (ekstensif), rataan pendapatan bersih usaha ternak sapi potong adalah Rp. 22.573.523 per peternak / tahun, kontribusi pendapatan dari usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga adalah lebih besar dari 30 % yakni sebesar 69,3 %, masalah-masalah yang dihadapi oleh peternak sapi potong di daerah penelitian pada umumnya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sistem pemeliharaan ternak sapi potong yang lebih baik (intensif) dan kurang tersedianya modal untuk meningkatkan sistem usaha ternak sapi potong tersebut, upaya-upaya yang dilakukan oleh peternak dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh peternak sapi potong adalah mengadakan kerjasama dengan peternak sapi potong lainnya dalam bentuk kelompok usaha ternak agar dapat diskusi untuk memecahkan setiap masalah yang dihadapi oleh peternak sapi potong tersebut.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan di Indonesia sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah semakin berkembang dan telah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Sebenarnya, perkembangan kearah komersial sudah ditata sejak puluhan tahun yang lalu, bahkan pada saat ini peternakan di Indonesia sudah banyak yang berskala industri. Perkembangan ini tentu saja harus diimbangi dengan pengelolaan yang profesional dan disertai dengan tata laksana yang baik. Tanpa pengelolaan dan tata laksana yang baik, produksi ternak yang akan dihasilkan tidak akan sesuai dengan harapan, bahkan peternak bisa mengalami kerugian yang cukup besar (AAK, 1991).

Usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor – faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, dan juga modal untuk menghasilkan produk peternakan. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengelolaan. Manajemen mencakup pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan, dan kesehatan ternak. Manajemen juga mencakup penanganan hasil ternak, pemasaran, dan pengaturan tenaga kerja (Santoso, 2001).

(15)

kontribusi ternak sapi terhadap pendapatan bergantung pada jenis sapi yang dipelihara, cara pemeliharaan, dan alokasi sumber daya yang tersedia di masing – masing wilayah.

Namun, pemeliharaan ternak secara ekstensif (tradisional) menyebabkan produktivitasnya rendah sehingga pendapatan juga menjadi rendah. Sapi merupakan hewan yang potensial dan secara genetik mempunyai kemampuan adaptasi tinggi terhadap lingkungan tropis. Produktivitas ternak dapat ditingkatkan dengan memperbaiki efesiensi produksi, antara lain meningkatkan kelahiran pedet, memperpendek jarak beranak, memperpanjang masa produksi, serta mengoptimalkan pengelolaan perkawinan guna menyediakan bakalan (Santoso, 1997).

Usaha ternak sapi potong merupakan usaha yang saat ini banyak dipilih rakyat untuk dibudidayakan. Kemudahan dalam melakukan budidaya serta kemampuan ternak untuk mengkonsumsi limbah pertanian menjadi pilihan utama. Sebagian besar skala kepemilikan sapi potong di tingkat rakyat masih kecil yaitu antara 5 sampai 10 ekor. Hal ini dikarenakan usaha ternak yang dijalankan oleh rakyat umumnya hanya dijadikan sampingan yang sewaktu – waktu dapat digunakan jika petani peternak memerlukan uang dalam jumlah tertentu ( Y.B. Sugeng, 1992)

(16)

Usaha peternakan sapi potong didominasi oleh peternakan rakyat yang berskala kecil. Peternakan bukanlah suatu hal yang jarang dilaksanakan. Hanya saja skala pengelolaanya masih merupakan usaha sampingan yang tidak diimbangi dengan permodalan dan pengelolaan yang memadai. Hampir semua rumah tangga (terutama di pedesaan) yang mengusahakan ternak sebagai bagian kegiatan sehari – hari (Siregar, 1996).

Pengembangan sapi potong sebagai salah satu ternak potong yang masih banyak mengalami hambatan karena pemeliharaannya. Pemeliharaan sapi potong yang masih tradisional jelas kurang menguntungkan karena tidak diharapkan berproduksi secara maksimal, hal ini disebabkan karena tidak adanya pengaawasan yang baik tentang makanan, pemberian pakannya hanya sekedarnya, tanpa mempehitungkan kebutuhan standar gizi, bahkan seing dijumpai sapi potong dilepas begitu saja untuk mencari makanan sendiri, tata laksana pemeliharaannya juga tidak terprogram dengan baik dan kandangnya hanya dibuat sekedar untuk tempat berlindung dari teriknya matahari diwaktu siang dan udara yang dingin diwaktu malam (Santoso, 2008).

Peternak sapi potong merupakan orang yang mengusahakan ternak sapi dimulai dari pemeliharaan bibit hingga sapi tersebut dewasa dan siap untuk dijual pada konsumen. Usaha ternak sapi potong secara langsung berpengaruh terhadap pendapatan keluarga, karena pendapatan yang diperoleh dari usaha ternak sapi potong dapat memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap pendapatan keluarga, dimana kontribusi pendapatan keluarga adalah seberapa besar kontribusi atau sumbangan pendapatan bersih usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga sedangkan pendapatan bersih adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya usaha ternak sapi tersebut (Anonimous, 2010)

(17)

dimana kabupaten Deli Serdang berada di urutan ke 7 sebagai salah satu daerah yang memiliki populasi sapi potong sebanyak 23.188 ekor dapat dilihat pada lampiran 1 (terlampir). Salah satu kecamatan di Kabupaten Deli Serdang provinsi Sumatera Utara yang mempunyai populasi ternak sapi potong yang cukup tinggi setelah Kecamatan Hamparan Perak adalah kecamatan Percut Sei Tuan yaitu sebesar 3280 ekor (lampiran 2) dan desa Cinta rakyat memiliki jumlah ternak sapi potong yang terbesar yakni 385 ekor dari jumlah populasi ternak sapi potong yang ada di kecamatan Percut Sei Tuan. Sebagaimana dapat dilihat pada lampiran 3 (terlampir).

Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Deli Serdang, tepatnya di Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut sei Tuan karena dari hasil kegiatan pra survei dapat dilihat bahwa potensi daerah tersebut masih cukup baik sebagai produsen sapi potong, tetapi dari lampiran 1 jumlah populasi di Kabupaten Deli Serdang mengalami penurunan setiap tahunnya. Keadaan tersebut yang menjadi fokus penelitian yaitu bagaimana sistem usaha ternak sapi potong yang telah dilaksanakan di daerah tersebut sehingga berpengaruh terhadap jumlah populasi sapi potong yang dihasilkan.

Pada kabupaten Deli serdang, khususnya di desa Cinta rakyat kecamatan Percut sei tuan, usaha ternak sapi potong yang dilakukan oleh masyarakat peternak di daerah tersebut sebagian besar merupakan sebagai mata pencaharian sampingan peternak, dimana usaha utamanya adalah bertani, usaha dagang, berkebun dan berbagai usaha lainnya, padahal dengan menerapkan sistem usaha ternak yang baik dapat memberikan hasil produksi yang baik pula.

(18)

usaha ternak sapi potong secara tradisional, maka hal tersebut dapat mempengaruhi produktivitas ternak sapi potong tersebut.

Oleh karena itu, selain untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan sistem usaha ternak sapi potong yang telah dilaksanakan oleh peternak, kontribusi usaha tersebut terhadap pendapatan keluarga peternak juga menjadi fokus perhatian dari penelitian ini.

Identifikasi Masalah

Masalah – masalah dalam penelitian adalah bagaimana pelaksanaan sistem pemeliharaan ternak sapi potong, berapa besar pendapatan usaha ternak sapi potong, berapa besar kontribusi usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga, apa kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ternak sapi potong, dan solusi yang dapat dilakukan dalam penyelesaian kendala yang ada dalam menjalankan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian.

Tujuan Penelitian

Mengetahui pelaksanaan sistem pemeliharaan ternak sapi potong, besar pendapatan usaha ternak sapi potong, besar kontribusi usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga, kendala yang ada dalam menjalankan usaha ternak sapi potong dan solusi yang dilakukan dalam penyelesaian kendala – kendala tersebut di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

(19)

Hipotesis Penelitian

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka

Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis – jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia lainnya. Ternak sapi menghasilkan sekitar 50 % kebutuhan daging di dunia, 95 % kebutuhan susu, dan kulitnya menghasilkan sekitar 85 % kebutuhan kulit untuk sepatu. Sapi potong adalah salah satu genus dari famili Bovidae. Ternak atau hewan – hewan lainnya yang termasuk famili ini adalah bison, banteng (bibos), kerbau (babalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa (Abidin Zainal, 2002).

Sapi potong asli Indonesia adalah sapi potong yang sejak dahulu kala sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi local adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia, tetapi sudah berkembang biak dan dibudidayakan lama sekali di Indonesia, sehingga telah mempunyai ciri khas tertentu. Bangsa sapi potong asli Indonesia hanya sapi Bali (Bos Sondaicus), sedangkan yang termasuk sapi local adalah sapi Madura dan sapi Sumba Ongole (SO) (Anonimous, 2010).

Memelihara sapi sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging atau susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai potensi tenaga kerja. Sapi potong sebagai penghasil daging, persentase karkas (bagian yang dapat dimakan) cukup tinggi, yaitu berkisar antara 45% - 55% yang dapat dijual pada umur 4-5 tahun (Rianto dan Purbowati, 2006).

(21)

potong mayoritas masih dilakukan dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar dan modern, dengan skala usaha kecilpun akan mendapatkan keuntungan yang baik jika dilakukan dengan prinsip budidaya modern (Basya Sori, 2009).

Usaha ternak sapi secara tradisional dikelola petani – peternak dan anggota keluarganya secara sederhana dan menjadi tumpuan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Pengembangan usaha ternak sapi sebagai usaha keluarga dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkait, antara lain pendidikan, penggunaan input, pemasaran, kredit, kebijakan, perencanaan, penyuluhan, dan penelitian. Sebagai ciri dari suatu usaha produksi yang belum maju adalah cara seorang pengusaha atau peternak mengadakan perhitungan biaya dalam perusahaannya serta dalam memanfaatkan produksi ternaknya (Samad, 1981).

Ternak sapi dapat memberikan manfaat yang lebih luas dan bernilai ekonomis lebih besar daripada ternak lain. Beberapa manfaat sapi dapat dipaparkan dibawah ini karena bernilai ekonomi yang tinggi, yaitu sebagai berikut

1. Sapi merupakan salah satu ternak yang berhubungan dengan kebudayaan masyarakat, misalnya sapi untuk keperluan sesaji, sebagai ternak karapan di Madura, dan sebagai ukuran martabat manusia dalam masyarakat (social standing).

2. Sapi sebagai tabungan para petani di desa – desa pada umumnya telah terbiasa bahwa pada saat – saat panen mereka menjual hasil panenan, kemudian membeli beberapa ekor sapi. Sapi – sapi tersebut pada masa paceklik atau pada berbagai keperluan bisa dilepas atau dijual lagi.

(22)

4. Memberikan kesempatan kerja, banyak usaha ternak sapi di Indonesia yang bisa dan mampu menampung tenaga kerja cukup banyak sehingga bisa menghidupi banyak keluarga pula.

5. Hasil ikutannya masih sangat berguna, seperti kotoran bagi usaha pertanian, tulang – tulang bisa digiling untuk tepung tulang sebagai bahan baku mineral atau dibuat lem, darah bisa direbus, dikeringkan, dan digiling menjadi tepung darah yang sangat bermanfaat bagi hewan unggas dan lain sebagainya, serta kulit bisa dipergunakan dalam berbagai maksud di bidang kesenian, pabrik dan lain – lain.

(Sugeng, 2008).

Tetapi pada kenyataannya, risiko kerugian pada ternak sapi potong juga lebih besar dibandingkan pada ternak kecil lainnya apabila tata laksana pemeliharaannya tidak dapat berjalan dan dilakukan dengan baik. Hal ini dapat dimengerti karena keadaan – keadaan sebagai berikut :

a. Harga seekor ternak sapi lebih mahal daripada harga seekor jenis ternak lainnya. Oleh karena itu, apabila terjadi kematian atau ada sapi yang sakit akan menyebabkan kerugian yang besar.

b. Produksi anak yang dihasilkan per tahun rata – rata hanya satu ekor dari seekor induk produktif.

c. Tenaga ternak sapi lebih besar sehingga kerusakan yang mungkin akan ditimbulkan pun akan lebih besar pula.

d. Waktu pemeliharaan dan masa produksi memerlukan waktu yang relatif lama.

(23)

pemeliharaan sapi potong adalah untuk menghasilkan daging. Sapi dipelihara dengan baik, setelah tumbuh besar dan gemuk dapat langsung dijual atau disembelih dahulu kemudian dijual dalam bentuk daging (Suharsono dan Nazaruddin, 2006).

Oleh karena itu, keberhasilan pemeliharaan sapi ini sangat ditentukan oleh kualitas sapi bakalan atau bibit yang dipilih serta sistem usaha dan pemeliharaan ternak sapi potong yang dikelola oleh peternak tersebut yang meliputi seleksi jenis bibit, sistem perkandangan, pemberian pakan hijau, pemberian air minum, kebersihan ternak sapi potong dan kandang serta pemberian obat - obatan (Santoso, 2008)

Adapun jenis - jenis sapi yang terdapat di Indonesia antara lain adalah sapi bali, sapi madura, sapi ongole, sapi american brahman dan sapi australia. Di daerah penelitian, jenis sapi yang banyak diternak adalah jenis sapi rambon atau jenis sapi lokal. Pada saat kurban tepatnya pada saat Hari Raya umat muslim, permintaan ternak sapi di daerah tersebut sangat meningkat, tetapi hasil produksi ternak sapi belum dapat memenuhi akan permintaan tersebut, karena di daerah tersebut jumlah ternak yang dimiliki masih sangat terbatas. Sehingga para peternak di daerah tersebut banyak yang memperoleh bakalan (bibit) sapi dari daerah – daerah luar seperti di daerah Sawit Sebrang dan daerah lainnya.

Landasan teori

(24)

Untuk menjaga kelangsungan hidup ternak sapi yang sehat dan berpertumbuhan yang baik, kita harus memelihara dan merawat ternak sapi itu dengan baik pula (AAK, 1991).

Dalam hal ini, setiap peternak pasti telah memiliki sasaran dan tujuan tertentu yang hendak dicapai. Misalnya, peternak sapi kerja memelihara sapi untuk memperoleh tenaga kerja yang tangguh, peternak sapi perah menginginkan produksi susu yang volume dan mutunya baik, dan peternak sapi potong menginginkan hasil akhir berupa daging atau karkas yang persentase dan mutunya bagus. Agar usaha tersebut bisa tercapai, ternak sapi harus dirawat dengan baik (Susilorini, 2009).

Untuk memperoleh sukses, peternak harus bisa melewati setiap tahap pemeliharaan dengan selamat. Semua sapi yang diusahakan harus bisa mencapai kondisi yang sehat. Sebab hanya sapi yang sehatlah yang bisa mempertahankan kelangsungan pertumbuhan. Kesehatan sapi potong bisa dicapai dengan tindakan sanitasi lingkungan, vaksinasi, pemberian pakan, dan teknis yang tepat (Anonimuos, 2010).

(25)

Keberhasilan usaha ternak dimulai dari awal yaitu penentuan tujuan yang diinginkan karena segala kegiatan harus mengarah pada tujuan – tujuan tersebut. Namun demikian seringkali peternak karena kesibukannya tidak menganggap terlalu penting penentuan tujuan tersebut. Peternak menganggap mengelola usaha ternak adalah kewajiban dan pekerjaan sehari – hari yang dari dulu hingga saat ini hanya begitu – begitu saja, tidak berubah dan tanpa tujuan yang jelas, dengan demikian untuk mengukur keberhasilan atau

pendapatan yang diperoleh di kemudian hari akan mengalami kesulitan (Bambang, A. M, 1990).

Usaha apapun yang dilakukan dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar – besarnya. Dalam hal ini termasuk pada usaha ternak sapi potong. Suatu usaha dikatakan untung jika jumlah pendapatan yang diperoleh lebih besar dari total pengeluaran. Sebaliknya jika perolehan pendapatan yang diperoleh lebih rendah daripada pengeluaran berarti usaha itu mengalami kerugian (Suratiyah, 2008).

Pendapatan kotor suatu usaha didefinisikan sebagai nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu atau ukuran hasil perolehan total sumber daya yang digunakan dalam usaha tersebut, sedangkan pendapatan bersih (Net income) adalah pendapatan kotor usaha dikurangi total biaya, dimana biaya usaha adalah seluruh pengeluaran yang terjadi dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu biasanya ditetapkan dalam dua belas bulan atau dapat dikatakan juga biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang

diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam suatu periode produksi (Soekartawi, 1995).

(26)

sendiri oleh peternak. Kontribusi adalah seberapa besar sumbangan yang diberikan dari hasil usaha ternak terhadap pendapatan keluarga.

Sedangkan total pendapatan keluarga adalah pendapatan keluarga yang berasal dari usaha ternak sapi potong, non usaha ternak sapi potong dan non usaha ternak yang diusahakan. Kontribusi pendapatan usaha ternak sapi yaitu pendapatan yang diterima dari usaha ternak sapi potong dibagi dengan pendapatan keluarga dan dikalikan dengan 100 %. Sehingga dapat diketahui seberapa besar kontribusi usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga.

Oleh karena itu maka, pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya maka dirumuskan sebagai berikut:

Pd = TR-TC Dimana :

Pd = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan TC = Total biaya (Soekartawi, 1995)

Kerangka Pemikiran

(27)

Namun, peluang tersebut belum bisa dimanfaatkan sepenuhnya oleh para peternak, karena kebanyakan peternak masih mengelola usaha ternak sapi potong mereka secara sederhana atau tradisional. Misalnya seperti pengadaan bibit, perkandangan, pemberian pakan, dan sistem pemeliharaan belum banyak yang menggunakan teknologi modern. Bahkan, dalam usaha pemeliharaan tersebut tanpa dilandasi ilmu pengetahuan yang memadai.

Usaha sapi potong, sebenarnya memiliki peluang yang cukup besar sebagai lapangan kerja, terutama karena melimpahnya limbah pertanian. Tetapi sampai sekarang pada umumnya usaha sapi potong masih banyak yang bersifat tradisional dan dilakukan sebagai usaha sampingan dengan kepemilikan sapi rata – rata sebanyak 5 – 10 ekor. Di Desa Cinta Rakyat , Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang sebagian besar peternak sapi potongnya juga masih menjalankan sistem usaha ternak sapi potong tersebut secara sederhana, tentu saja berbagai hal – hal di dalam sistem usaha ternak dan pemeliharaan tersebut sangat berhubungan erat terhadap tingkat keberhasilan ternak sapi potong yang diusahakan. Dimana keberhasilan suatu peternakan sangat tergantung kepada tata laksana atau pemeliharaan yang dilakukan, tanpa tata laksana yang teratur dan baik, produksi yang akan dihasilkan ternak tidak akan sesuai dengan harapan.

(28)

Dalam pengelolaan usaha ternak sapi potong, setiap peternak menggunakan beberapa faktor produksi (input) dalam usaha ternak tersebut. Salah satu faktor produksi yang dipergunakan adalah lahan. Lahan bagi usaha ternak sapi potong dimanfaatkan untuk tempat pelaksanaan usaha ternak ataupun untuk tempat menggembalakan ternak memperoleh makanan.

Sementara itu faktor produksi lainnya yang dipergunakan adalah modal dan tenaga kerja yang juga mempunyai peranan yang penting. Modal dalam usahatani biasanya diperoleh dari modal sendiri atau oranglain, modal dipergunakan untuk pembiayaan usaha ternak seperti pembuatan kandang, pembelian bibit ternak, obat – obatan, pakan tambahan , peralatan dan upah tenaga kerja. Sedangkan tenaga kerja dalam menjalankan usaha ternak lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, yang kebanyakan digunakan untuk menyabit rumput, membersihkan kandang, memandikan ternak sapi potong dan lain – lain. Penggunaan tenaga kerja dari luar keluarga biasanya untuk menggembalakan ternak sapi potong (mengangon) dan pengobatan sapi potong yang terkena penyakit tertentu dan membantu persalinan ternak sapi potong.

Bagi para peternak, pengetahuan dan keahlian yang baik akan pemeliharaan sapi potong juga sangat berpengaruh terhadap kualitas produksi yang dihasilkan, tentunya apabila hasil produksi usaha yang diperoleh sangat baik, maka akan baik pula pengaruhnya terhadap pendapatan yang diperoleh, sehingga diperkirakan bahwa usaha ternak sapi potong tersebut dapat memberikan kontibusi atau pemasukan yang cukup besar terhadap pendapatan keluarga.

(29)

pemberian pakan hijau, pemberian pakan konsentrat, pemberian air minum, kebersihan ternak sapi potong dan kandang, serta pemberian obat – obatan. Hal tersebut merupakan faktor utama yang saling menunjang dan saling berhubungan dalam usaha peternakan. Faktor – faktor ini perlu diperhatikan agar ternak yang dihasilkan dapat memenuhi permintaan pasar baik untuk dalam negeri maupun untuk di eksport nantinya.

Sumber pendapatan peternak yang ada di daerah penelitian adalah dari usaha ternak sapi potong dan non usaha ternak. Namun didaerah ini dominan masyarakat mengusahakan ternak sapi potong sebagai usaha sampingan dan non usaha ternak seperti bertani yaitu menanam padi. Hasil yang didapat dari tanaman padi merupakan pendapatan utama bagi keluarga, sedangkan ternak sapi potong hanya sebagai pendapatan sampingan bagi keluarga.

Dalam operasionalisasi usahataninya, peternak akan memperoleh penerimaan dan pendapatan usahatani. Dimana pendapatan usaha ternak sapi potong tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap total pendapatan keluarga.

(30)

Kerangka Pemikiran

→ : Menyatakan hubungan

Gambar 1 . Skema kerangka pemikiran sistem usaha ternak sapi potong dan kontribusinya

terhadap pendapatan keluarga

Peternak Sapi Potong

Usaha Ternak Sapi Potong

Pendapatan Keluarga Sistem Usaha Ternak :

•Input: Lahan, Modal, Tenaga kerja serta Keahlian (pengetahuan) •Sistem Pemeliharan

Usaha Non Ternak Sapi potong

Produksi

Pendapatan Usaha Ternak Sapi potong

(31)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penentuan Lokasi

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu di desa Cinta Rakyat, kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, karena dari kegiatan kunjungan yang sebelumnya telah dilakukan menunjukkan bahwa daerah tersebut masih berpotensi tinggi sebagai produsen sapi potong, tetapi dari data sekunder yang diperoleh (lampiran 1) bahwa jumlah populasi sapi potong di Kabupaten Deli serdang mengalami penurunan setiap tahunnya. Keadaan tersebut yang menjadi fokus penelitian yaitu bagaimana sistem usaha ternak sapi potong yang dijalankan di daerah tersebut dan seberapa besar kontribusinya terhadap pendapatan keluarga peternak.

Metode Pengambilan Sampel

(32)

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari peternak sapi potong melalui metode wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga - lembaga yang terkait seperti Kantor Camat, Kantor Kepala Desa dan Badan Pusat Statistik. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Spesifikasi pengumpulan data

Jenis data Sumber data Metode dan alat yang digunakan Wawancara Kuesioner Observasi Identifikasi peternak Peternak

Responden

Sistem usaha ternak Peternak Responden

Untuk tujuan 1 digunakan analisis deskriptif berdasarkan survei dan data yang diperoleh di daerah penelitian, informasi yang dikumpulkan adalah sistem usaha ternak sapi potong mengenai :

(33)

X 100 %

- Jumlah dan jenis pakan konsentrat yang diberikan serta cara pemberiannya - Cara pencegahan dan pengobatan penyakit.

Adapun yang dimaksud dengan penelitian deskriptif disini adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencatatan (deskripsi) mengenai situasi – situasi atau kejadian yang terjadi didaerah penelitian kemudian dijabarkan sesuai dengan tujuan penelitian.

Untuk tujuan 2 mengetahui besar pendapatan usaha ternak sapi potong yaitu dengan perhitungan selisih antara penerimaan dan semua biaya maka dirumuskan sebagai berikut:

Pd = TR-TC Dimana :

Pd = Pendapatan Usahatani TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya

Untuk hipotesis, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mengetahui besar kontribusi ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :

(34)

Keterangan :

- Apabila kontribusi pendapatan usaha ternak sapi potong > 30 % → kontribusinya besar - Apabila kontribusi pendapatan usahaternak sapi potong < 30 % kontribusinya rendah.

Untuk tujuan 4, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mengumpulkan informasi masalah apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian, kemudian dijabarkan sesuai dengan tujuan penelitian.

Untuk tujuan 5, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mengetahui upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan usaha ternak sapi potong, kemudian dijabarkan sesuai dengan tujuan penelitian.

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah – istilah dalam usulan penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional mengenai apa yang akan diteliti sebagai berikut :

Defenisi

1. Peternak sampel adalah peternak yang mengusahakan ternak sapi potong skala rumah tangga yang mengikuti kelompok peternak di Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

2. Sistem adalah kumpulan hal atau komponen yang tersusun dalam suatu tatanan yang mempunyai keterkaitan yang teratur dari bagian – bagiannya dan diorganisir untuk mencapai tujuan tertentu

(35)

4. Sistem usaha ternak sapi potong adalah suatu sistem usaha yang terdiri dari komponen – komponen yang saling berkaitan terhadap usaha pemeliharaan sapi potong dimulai dari pengadaan bibit sampai dengan ternak dapat dipasarkan

5. Usaha non ternak sapi potong adalah usaha utama yang dilakukan peternak diluar usaha ternak sapi potong

6. Sistem pemeliharan ternak adalah sistem pemeliharaan budidaya ternak yang berupaya untuk memanfaatkan sumberdaya sebaik mungkin sehingga diperoleh produksi yang diinginkan

7. Peternak sapi potong adalah individu yang mengusahakan sapi potong skala rumah tangga dari mulai anakan hingga dapat berproduksi

8. Sapi potong adalah ternak sapi pedaging yang siap dijual pada saat masih hidup dengan bobot dan usia tertentu

9. Total pendapatan keluarga adalah total pendapatan yang berasal dari usaha ternak sapi potong dan total pendapatan usaha yang dilakukan diluar usaha ternak sapi potong

10.Pendapatan bersih adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi dalam waktu tertentu

11.Kontribusi adalah seberapa besar sumbangan atau masukan yang diberikan dari hasil pendapatan usaha ternak sapi potong tersebut

12.Kontribusi pendapatan keluarga adalah seberapa besar sumbangan atau masukan pendapatan usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga

(36)

Batasan operasional

a. Lokasi penelitian adalah di desa Cinta rakyat, Kecamatan Percut sei tuan, Kabupaten Deli serdang

b. Sampel penelitian adalah peternak perbanyakan sapi potong yang ikut dalam kelompok ternak dan juga sebagai petani yang mengusahakan tanaman padi yang berada di daerah penelitian

(37)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETERNAK SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian a. Luas dan Letak Geografis

Desa Cinta rakyat adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Percut sei tuan Kabupaten Deli serdang. Desa ini memiliki areal seluas 152,6 Ha, dengan batas – batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan desa Percut  Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Saentis  Sebelah Barat berbatasan dengan desa Saentis  Sebelah Timur berbatasan dengan desa Sei Jernih

Jarak desa penelitian dengan ibukota kecamatan sekitar 22 Km sementara jarak desa penelitian dengan ibukota kabupaten sekitar 46 Km dan jarak desa penelitian dengan ibukota provinsi daerah tingkat I Sumatera Utara (Medan) sekitar 20 Km. Desa Penelitian ini terdiri dari 11 dusun.

Desa Cinta rakyat terletak pada ketinggian 11 km dari permukaan laut dengan curah hujan rata – rata 2000 mm/thn. Desa ini bertopografi dataran rendah dengan suhu udara rata – rata 25° C.

b. Penggunaan Lahan

(38)

bola. Untuk lebih jelasnya tabel 2 di bawah ini akan dapat menggambarkan bagaimana sebaran penggunaan lahan di desa Cinta rakyat .

Tabel 2. Jenis penggunaan lahan di desa Cinta Rakyat tahun 2008 No Jenis penggunaan lahan Luas (ha) Persentase (%) 1.

Sumber : Data monografi desa penelitian, 2008

Pada Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa jenis penggunaan lahan untuk perkebunan seluas 57 Ha, sedangkan lahan pertanian/sawah 40 Ha, lahan yang digunakan sebagai pemukiman seluas 25,6 Ha (16,78 %) dan lahan yang digunakan untuk peternakan adalah 30 Ha. Menurut kepala desa Cinta Rakyat, peternakan inilah yang sedang dimanfaatkan dengan sebaik - baiknya karena merupakan investasi yang paling baik terutama bila ada kebutuhan mendadak yang membutuhkan uang, ternaklah yang paling mudah untuk dijual. Keadaan ini sebenarnya menjadi peluang yang besar bagi masyarakat jika ingin beternak dan mengelolanya dengan baik. Hal ini juga membuktikan bahwa desa ini memiliki lahan yang luas dan masih dapat dimanfaatkan untuk lahan peternakan.

c. Keadaan Penduduk

(39)

Tabel 3. Keadaan penduduk di desa Cinta Rakyat tahun 2008

No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1

Laki-laki 5.467 51,58

2

Perempuan 5.133 48,42

Jumlah 10.600 100

Sumber: Data monografi desa penelitian, 2008

Tabel 3 menunjukkan keadaan penduduk di daerah penelitian terdiri dari laki-laki berjumlah 5.467 Jiwa ( 51,58 %) dan perempuan berjumlah 5133 jiwa (48,42 %), ini menunjukkan bahwa di desa ini jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan.

Mata pencaharian ataupun jenis pekerjaan penduduk di desa penelitian terdiri dari petani, PNS (Pegawai Negeri Sipil), wiraswasta buruh dan nelayan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Distribusi penduduk menurut jenis mata pencaharian di desa penelitian tahun 2008 No Uraian Jumlah penduduk (KK) Persentase (%)

1 PNS/Pensiunan 77 6,26

Sumber: Data monografi desa penelitian, 2008

(40)

mempunyai mata pencaharian sebagai peternak sebesar 105 KK dan penduduk yang bermata pencaharian sebagai PNS / pensiunan sekitar 77 KK atau 6,26% dari total jumlah penduduk.

2. Sarana dan Prasarana Desa

Ketersediaan sarana dan prasarana desa menjadi faktor yang sangat penting dalam pembangunan masyarakat desa, serta sangat mempengaruhi perkembangan dan masyarakat di daerah tersebut. Semakin baik sarana dan prasarana akan mengakibatkan penyediaan sarana produksi dan pemasaran hasil peternakan/pertanian lancar, yang secara tidak langsung akan mempercepat laju pembangunan. Keadaan sarana dan prasarana yang terdapat di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini :

Tabel 5. Sarana dan prasarana di desa Cinta Rakyat, 2008

No Fasilitas Sarana dan prasaran Jumlah Bangunan 1 Pendidikan  SD Sumber: Data monografi desa penelitian, 2008

(41)

menggunakan jasa angkutan yang ada di desa ini. Dengan cara demikian maka akan semakin meningkatkan minat anak desa ini untuk sekolah.

Di desa ini hanya memiliki satu unit Posyandu dan tujuh Klinik, padahal pusat kesehatan masyarakat ini sangat diperlukan oleh masyarakat untuk berobat maupun untuk mendapatkan penyuluhan maupun informasi kesehatan. Sarana kesehatan masih kurang memadai, harapan masyarakat kepada pemerintah agar menyediakan fasilitas kesehatan dan tenaga medis yang memadai supaya kesehatan masyarakat akan terjamin karena hal ini berkaitan dengan kualitas hidup penduduk desa tersebut.

Fasilitas peribadatan dan sosial keberadaannya cukup tersedia bagi masyarakat, namun perlu diperhatikan dalam pemakaiannya dimana mesjid sebagai tempat beribadah dan balai desa adalah tempat pertemuan bagi masyarakat jikalau ada rapat/perkumpulan masyarakat. Daerah ini telah dapat di capai dengan angkutan umum atau angkutan roda empat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa peternak tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksi dan juga dalam hal penjualan hasil, karena sarana transportasi sudah cukup tersedia dengan baik.

3. Karakterisitik Peternak Sampel

(42)

Tabel 6. Karakteristik peternak sampel di desa Cinta Rakyat tahun 2008 No Uraian Range Rataan

1 Umur (Tahun) 30-56 44,90

2 Tingkat pendidikan (Tahun) 9-12 7,40 3 Pengalaman beternak (Tahun) 7-20 8,40 4 Jumlah tanggungan (jiwa) 2 -7 3,60

5 Skala usaha (ekor) 3-15 11,4

Sumber : Data diolah dari lampiran 4

Dari Tabel 6 diketahui bahwa umur rata-rata peternak adalah 44,90 % dengan range 30-56 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa peternak sampel masih tergolong pada usia produktif, karena dilihat dari segi umur, tenaga kerja peternak sapi potong masih sangat potensial untuk mengerjakan dan mengelola usaha ternaknya masing – masing.

Tingkat pendidikan peternak sampel hanya pada tingkat SMA adalah 7,40 % dengan range 9-12 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki oleh peternak cukup tinggi, pendidikan peternak ini sangat berpengaruh terhadap keahlian, wawasan, pengetahuan dan pola pikir dalam melakukan tindakan terhadap kegiatan usaha ternaknya.

Pengalaman beternak tiap peternak yaitu rata – rata 8,40 % dengan range 7-20 tahun. Hal ini akan berpengaruh pada keahlian dan pengetahuannya didalam mengatasi masalah-masalah dalam mengusahakan ternak sapi potong tersebut untuk meningkatkan hasil produksi ternaknya.

(43)
(44)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sistem Pemeliharaan Usaha Ternak Sapi Potong Di Daerah Penelitian

Di daerah penelitian, mayoritas peternak sapi potong masih mengusahakan ternak sapinya secara sederhana yaitu bentuk pemeliharaan dengan tata pelaksanaannya tidak terprogram dengan baik, kandangnya hanya dibangun dengan sekedarnya saja hanya untuk tempat berlindung dari teriknya matahari diwaktu siang dan untuk melindungi ternak dari udara yang dingin diwaktu malam, dalam pengembalaannya ternak sapi potong hanya dilepas di lapangan atau hamparan padang rumput yang agak jauh dari pemukiman peternak.

Usaha ternak sapi potong yang dilakukan secara sederhana tidak terlalu memikirkan hasil produksinya karena peternak menganggap tingkat usaha seperti ini masih menonjolkan kepentingan keluarga, serta aspek kepuasan dipandang lebih utama, karena peternak dianggap telah memiliki tabungan berbentuk ternak yang dapat dijual pada saat dibutuhkan dalam keadaan tidak terduga. Proses sistem pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak sapi potong di daerah penelitian adalah sebagai berikut :

a. Perkandangan

(45)

Atap kandang kebanyakan terbuat dari rumbia atau nipah. Hal ini dipilih karena biayanya lebih murah dan sesuai dengan keadaan perekonomian peternak tersebut, rumbia atau nipah tersebut juga tidak begitu menyerap panas matahari sehingga kondisi kandang tidak terlalu panas pada siang hari dan tidak telalu dingin pada malam harinya. Dinding kandang terbuat dari papan dan kayu ataupun dari bambu, dan dengan adanya ventilasi untuk keluar masuknya udara dalam kandang, lantai kandang ternak tersebut juga masih terbuat dari tanah.

Perkandangan sapi potong dibangun berdekatan dengan rumah penduduk atau peternak agar para peternak dapat lebih mudah mengawasi usaha ternaknya tersebut. Ukuran dari masing – masing kandang disesuaikan dengan jumlah ternak dari setiap peternak. Tidak ada peternak yang memiliki dua kandang atau lebih yang berarti tidak ada peternak yang melakukan pemisahan kandang berdasarkan umur ternak sapi potong.

Kandang pemeliharaan ternak sapi potong tersebut tidak dipisahkan sesuai dengan umur ternak sapi potong, tetapi seluruh ternak tersebut dipelihara dalam satu kandang. Alasan peternak melakukan hal ini karena keterbatasan modal dan lahan untuk usaha ternak sapi potong tersebut, dan hal ini dianggap peternak masih sangat wajar, karena peternak masih dapat merasakan keuntungan dari hasil ternak sapi potongnya, walaupun hanya dipelihara dalam kandang yang seadanya saja.

b. Penyediaan Bibit

(46)

dilokasi pemeliharaan maupun di lokasi penggembalaan tanpa diawasi dan ditangani secara khusus, tetapi ada juga peternak yang mencoba untuk menggunakan Inseminasi Buatan (IB) dengan biaya sekali suntuknya yaitu sebesar Rp. 50.000.

Umumnya jenis bibit ternak sapi potong sebagai pejantan adalah jenis sapi lokal, seperti sapi rambon atau sapi aceh. Para peternak ada juga yang memperoleh bibit dari daerah lain, peternak membeli bibit atau bakalan sapi lokal yang berumur 2,5 – 3 tahun, kemudian setelah berumur 4 – 5 tahun keatas sapi potong telah siap untuk dijual dengan bobot berkisar antara 300 – 400 Kg.

c. Pemberian pakan hijauan

(47)

d. Pemberian pakan konsentrat

Pakan konsentrat sering disebut makanan tambahan atau makanan penguat yang sangat berguna bagi ternak sapi potong, terutama ternak yang sedang hamil atau sedang menyusui untuk merangsang air susu yang baik dan bagi ternak yang dalam masa pertumbuhan, karena pemberian bahan konsentrat dapat menambah nafsu makan, contoh bahan – bahan konsentrat yaitu seperti dedak padi, bungkil kelapa sawit, tepung jagung, ampas tahu, kulit buah kakao, singkong, ubi jalar, tepung terigu dan lain sebagainya.

Menurut literatur (Tabloid Sinar Tani, 2010) bahwa pada setiap usaha peternakan, pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas produksi ternak tersebut, selain pakan yang berupa hijauan, para peternak yang lebih maju pada umumnya juga telah memberikan pakan konsentrat, terutama pada usaha penggemukan ternak potong, tetapi peternak di daerah penelitian tidak memberikan pakan konsentrat tersebut selain disebabkan oleh keterbatasan modal yang mereka miliki, faktor pola pikir mereka yang masih menganggap pakan konsentrat tidak terlalu penting atau tidak dibutuhkan dalam usaha ternak sapi mereka juga, hal itu disebabkan karena pengetahuan peternak mengenai manfaat pakan konsentrat masih sangat kurang.

Konsentrat atau ransum, merupakan campuran dari dua atau lebih bahan pakan yang diberikan untuk ternak sapi potong. Ransum harus dapat memenuhi kebutuhan zat gizi yang diperlukan ternak sapi potong untuk berbagai fungsi tubuhnya, yaitu untuk hidup pokok, produksi maupun reproduksi.

(48)

yang mengandung semua zat nutrisi dalam arti jumlah dan macam nutrisinya dalam perbandingan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi sesuai dengan tujuan pemeliharaan ternak.

Pakan seimbang bukan merupakan hal yang sulit untuk diwujudkan karena kita hanya dituntut untuk pintar mengkombinasikan bahan pakan yang ada di sekitar kita, dengan mengkombinasikan bahan pakan yang tersedia serta penggunaan suplemen dari bahan pakan lokal diharapkan akan tercipta ransum yang murah tetapi mampu memberikan hasil yang optimal, sehingga dapat diterapkan juga pada usaha ternak sapi potong yang ada di lokasi penelitian.

e. Pemberian air minum

Di daerah penelitian air minum untuk ternak sapi potong selalu disediakan dalam kandang yang diletakkan di tempat ember air minum. Pemberian air minum untuk sapi potong di daerah penelitian ini diberikan secukupnya dan dilakukan pada sore hari setelah sapi potong pulang dari penggembalaan. Sumber air minum untuk ternak sapi potong tersebut berasal dari air sumur di dekat pekandangan sapi potong tersebut dan di daerah penelitian ketersediaan air bersih masih sangat mencukupi.

f. Kebersihan sapi potong dan kandang

(49)

menunjang kesehatan sapi potong, selain untuk menjaga kelembaban kandang, hal tersebut juga dilakukan untuk menghindari adanya lalat atau serangga lain yang sering terdapat pada kandang ternak sapi potong tersebut.

g. Pemberian obat - obatan

Peternak sapi potong yang berada di daerah penelitian, pada umumnya masih memberikan obat – obatan alami bila ternak sapi potong mereka terserang penyakit. Peternak memberikan obat – obatan alami untuk menyembuhkan penyakit yang sering timbul seperti diare dan masuk angin. Pemberian obat pada ternak sapi potong juga dapat dilakukan secara suntikan dengan bantuan dokter hewan atau juga dapat langsung diberikan melalui mulut ternak sapi oleh bantuan peternak sapi potong tersebut, bila sapi potong menderita penyakit diare atau masuk angin umumnya peternak memberikan obat suntikan teramisin atau dengan memberi makan obat ramuan dengan rempah – rempah, seperti kunyit, jahe dan bahan – bahan lainnya.

(50)

Dimana menurut (Sugeng, 2008), usaha ternak sapi potong yang dilakukan secara ekstensif adalah usaha ternak yang dalam tahapan proses pemeliharaannya tidak dilakukan secara terprogram atau khusus serta tidak menggunakan pakan tambahan atau konsentrat.

Peternak masih menggunakan sistem tradisonal karena sistem tersebut dianggap masih sangat mudah dan sederhana untuk dijalankan tetapi dapat memberikan keuntungan yang cukup besar juga untuk membantu memenuhi kebutuhan peternak suatu saat, karena para peternak menganggap usaha tersebut hanya sebagai usaha sampingan atau cadangan saja, yang suatu saat bila diperlukan untuk keperluan mendesak, usaha ternak sapi yang dianggap sebagai tabungan itu dapat langsung dijual untuk memenuhi kebutuhan peternak.

2. Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong

Pendapatan usaha yang diperoleh dari ternak sapi potong adalah selisih antara total penerimaan usaha ternak sapi dengan total biaya produksi yang dikeluarkan peternak selama proses usaha pemeliharaan atau kegiatan budidaya ternak sapi tersebut.

a. Biaya produksi usaha ternak

(51)

Tabel 7. Rata – rata biaya produksi usaha ternak sapi potong (Rp/tahun/peternak) No. Uraian Biaya - biaya produksi

(Rp)

Persentase (%) 1 Biaya penyusutan

- Kandang 2 Biaya pemeliharaan

- Obat – obatan Total biaya produksi 15.194.317 100 Sumber : Data di olah dari lampiran 5 – 9

(52)

b. Penerimaan usaha ternak sapi potong

Penerimaan adalah penjumlah dari penjualan kotoran ternak, pertambahan nilai ternak, dan hasil penjualan ternak sapi potong dalam satu proses produksi ternak sapi potong tersebut selama satu tahun. Rataan penerimaan usaha ternak sapi potong yang diperoleh peternak dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Rata – rata penerimaan pada usaha ternak sapi potong pada daerah penelitian (Rp/tahun/peternak)

No Uraian Jumlah penerimaan (Rp) 1 Pertambahan nilai ternak

sapi potong

6.363.636 2 Penjualan sapi potong 32.454.454 3 Penjualan kotoran sapi

potong

40.909 Total penerimaan 38.859.090 Sumber : Data di olah dari lampiran 10 – 14

(53)

c. Pendapatan usaha ternak sapi potong

Pendapatan usaha ternak sapi potong yang diperoleh dari selisih antara total penerimaan usaha ternak sapi dengan total biaya yang dikeluarkan peternak selama proses pemeliharaan sapi tersebut dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut.

Tabel 9. Rata – rata pendapatan bersih usaha ternak sapi potong (Rp/tahun/peternak)

No. Uraian Jumlah (Rp/ tahun)

1 Penerimaan usaha ternak sapi potong

38.859.090 2 Biaya produksi usaha

ternak sapi potong

15.194.317 Pendapatan bersih usaha ternak

sapi potong

22.573.523 Sumber: Data di olah dari lampiran 15

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa rataan penerimaan usaha ternak sapi potong per peternak/tahun adalah sebesar Rp 38.859.090 dan rataan total biaya produksi sebesar Rp 15.194.317. Maka rataan pendapatan bersih usaha ternak yang diterima oleh peternak sapi potong adalah sebesar Rp 22.573.523 (per peternak/tahun).

3. Kontribusi Usaha Ternak Sapi Potong Terhadap Pendapatan Keluarga

Total pendapatan keluarga adalah penjumlahan pendapatan usaha ternak sapi potong dan pendapatan luar usaha ternak sapi potong. Total pendapatan keluarga peternak berasal dari pendapatan luar usaha ternak sapi potong dan pendapatan dari usaha ternak sapi potong baik untuk dikembangkan untuk menambah pendapatan bagi keluarga sehingga tingkat pendapatan menjadi lebih baik. Sumber pendapatan keluarga di daerah penelitian adalah dari usahatani padi dan usaha ternak sapi potong.

(54)

potong juga merupakan salah satu sumber pendapatan yang dapat diperoleh setiap setahun sekali, sehingga memberi sumbangan yang cukup besar terhadap pendapatan keluarga. Tanaman padi dapat dipanen dua kali dalam setahun yaitu panen biasanya pada bulan Mei- Juni. Namun nilai sosialnya tinggi karena hanya menunggu 5 bulan setelah ditanam hasilnya dapat dipanen dan dapat langsung digunakan untuk konsumsi keluarga dan juga untuk dijual. Total pendapatan keluarga peternak sapi potong di daerah penelitian diperoleh dari pendapatan usaha ternak sapi potong ditambah dengan pendapatan non usaha ternak yaitu usahatani padi pertahun seperti tertera pada Tabel 10 sebagai berikut.

Tabel 10.Kontribusi pendapatan usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga di desa penelitian, 2009

No. Uraian Jumlah

(Rp/tahun)

Kontribusi (%) 1 Pendapatan usaha ternak

sapi potong 22.573.523 69,3

2 Pendapatan non usaha

ternak sapi 8.920.011 27,4

Total pendapatan keluarga 32.584.784 100 Sumber: Data di olah dari lampiran 16 -19

Kontribusi pendapatan dari usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga adalah 69,3 % (lebih besar dari 30%), sedangkan kontribusi dari pendapatan non usaha ternak sapi potong (Usahatani Padi) adalah 27,4 % (lebih kecil dari 30%). Hal ini menunjukkan bahwa usaha ternak sapi potong memberikan kontribusi pendapatan yang jauh lebih besar dibandingkan kontribusi yang diperoleh dari usaha non ternak sapi potong (padi) terhadap total pendapatan keluarga peternak di daerah penelitian.

(55)

potong tersebut dapat menyumbangkan pendapatan yang jauh lebih besar daripada pendapatan non usaha ternak sapi potong yaitu usahatani padi yang mereka anggap sebagai usaha pokok mereka. Sesuai dengan penjabaran mengenai besar kontribusi usaha tersebut, maka hipotesis diterima yaitu kontribusi usaha ternak sapi potong terhadap total pendapatan keluarga adalah besar yaitu sebesar 69,3 % (>30%).

3. Masalah Yang Dihadapi Peternak Dalam Usaha Ternak Sapi Potong

a. Kurangnya pengetahuan peternak tentang pemeliharaan sapi potong yang lebih baik

Masalah yang dihadapi oleh petenak di daerah penelitian merupakan masalah yang berasal dari peternak itu sendiri yaitu menyangkut kesulitan yang dihadapi dalam mengusahakan sapi potong tersebut. Kebiasaan-kebiasaan dalam melakukan usaha secara tradisonal ini sebenarnya menurut peternak karena di daerah tersebut belum pernah ada yang meneliti atau menginformasikan secara khusus kepada peternak mengenai usaha ternak sapi potong yang baik di daerah penelitian tersebut. Peternak juga kurang aktif mencari informasi tentang pemeliharaan ternak sapi potong yang lebih baik, para petani hanya mengusahakan sapi potong yang mereka kelola dengan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan dan orang tua mereka secara turun-temurun.

(56)

lebih menguntungkan, karena tidak membutuhkan biaya yang terlalu besar, tetapi hasil pendapatan yang mereka peroleh tetap menjanjikan keuntungannya.

Kurangnya pengetahuan peternak tentang pengelolaan usaha ternak sapi potong yang baik ini yang akhirnya membuat peternak kurang memberikan perhatian terhadap usaha sapi potong ini secara intensif. Padahal jika diberikan perhatian khusus terhadap ternak sapi potong tersebut, maka akan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh, dimana sistem usaha ternak sapi potong yang dilakukan secara intensif dapat mempercepat proses penambahan bobot sapi potong karena ternak diberikan pakan tambahan atau konsentrat, mengingat harga jual ternak sapi potong sampai saat ini masih cukup tinggi, sehingga pendapatan yang diperoleh dari ternak sapi potong ini tidak hanya lagi dianggap sebagai kontribusi bagi pendapatan keluarga saja, akan tetapi bila dikelola secara lebih baik dapat menjadi salah satu penghasilan utama bagi keluarga.

b. Kekurangan Modal

(57)

Spesifikasi masalah untuk setiap peternak dapat dilihat pada lampiran 21 (terlampir) yang menunjukkan bahwa peternak yang mengalami masalah terhadap pengetahuan atau informasi mengenai manfaat pemeliharaan sapi potong yang lebih baik atau intensif yaitu sebesar 68,18 %, sedangkan peternak yang mengalami masalah terhadap ketersediaan modal yaitu sebesar 72,7 % dari total sampel peternak yang berjumlah 22 KK.

4. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah Dalam Usaha Ternak Sapi Potong

a. Mencari informasi pada PPL / buku / kelompok ternak

Untuk mengatasi masalah yang dihadapi petani dimana peternak masih kesulitan dalam mengusahakan ternak sapi potong tersebut dengan cara yang lebih baik karena kurangnya pengetahuan dan informasi yang didapatkan adalah biasanya peternak berusaha belajar dari pengalaman peternak sapi potong lain yang telah sukses sebelumnya, mereka berdiskusi dan memecahkan masalah secara bersama-sama yang berkaitan dengan ternak sapi potong, dalam kelompok ternak yang ada di daerah penelitian.

(58)

b. Mencari pinjaman modal

Petani sulit mendapatkan modal karena di daearah ini belum tersedia CU atau Koperasi yang dapat dimanfaatkan sebagai peminjaman bagi peternak yang kekurangan modal. Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh peternak yang berhubungan dengan kurangnya modal tersebut, biasanya peternak meminjam modal ke peternak yang lain, atau menyisihkannya dari pendapatan keluarga yang lain untuk memenuhi kebutuhan produksi bagi ternak sapi potong.

c. Menekan biaya produksi

Selain mencari pinjaman modal dari pihak lain, untuk mengatasi masalah kurangnya modal, para peternak juga melakukan penghematan biaya produksi, misalnya dengan tidak memakai tenaga kerja dari luar keluarga, hanya mengandalkan pakan hijau dari padang penggembalaan saja, hanya membiarkan ternak sapi potong mereka kawin secara alami di padang pengembalaan tanpa sepengatahuan peternak itu sendiri, artinya peternak menganggap beternak sapi potong tersebut hanya sebagai tabungan dalam bentuk ternak, bukan sebagai usaha ternak yang dikelola secara khusus dengan tujuan agar mendapatkan hasil produksi ternak sapi potong yang berkualitas baik.

(59)
(60)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari analisis yang dilakukan terhadap usaha ternak sapi potong di daerah penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Sistem pemeliharaan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian masih tergolong sederhana atau tradisional (ekstensif), hal ini terbukti selama proses pengelolaan ternak sapi potong tersebut peternak tidak memberikan pakan tambahan atau pakan konsentrat serta ternak sapi potong tersebut dipelihara di dalam kandang yang seadanya saja yang terbuat dari bambu dan hanya beratapkan rumbia.

2. Rataan pendapatan bersih usaha ternak sapi potong adalah sebesar Rp. 22.573.523 per peternak / tahun.

3. Kontribusi pendapatan dari usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga adalah lebih besar dari 30 % yakni sebesar 69,3 %, berarti pendapatan usaha ternak sapi potong tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan keluarga. 4. Masalah-masalah yang dihadapi oleh peternak sapi potong di daerah penelitian pada

umumnya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sistem pemeliharaan ternak sapi potong yang lebih baik (intensif) dan kurang tersedianya modal untuk meningkatkan sistem usaha ternak sapi potong tersebut.

(61)

Saran

A. Kepada peternak

1. Peternak seharusnya terus mencari informasi terkini tentang pengembangan ternak sapi potong di Pusat Penelitian, Dinas Peternakan, ataupun belajar dari pengalaman peternak yang sudah lebih dulu mengusahakan sapi potong, sebagai sumber informasi yang lengkap dan akurat bagi peternak, sehingga dari informasi yang didapat akan sangat bermanfaat dan bisa dipelajari secara bersama-sama dengan peternak yang mengusahakan ternak sapi potong tersebut

2. Sebaiknya peternak membuat jadwal rutin untuk perkumpulan dikelompok ternak sapi potong atau dengan para penyuluh lapangan, karena hal ini sangat membantu dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh peternak

3. Diharapkan kepada peternak untuk menjadikan usaha ternak sapi potong menjadi usaha pokok yang pemeliharaannya dapat dilakukan secara semi ekstensif atau intensif dan secara benar sehingga dapat diperoleh produktivitas ternak sapi potong yang lebih baik, yang jika dilihat dari kaca mata ekonomi dapat meningkatkan pendapatan peternak sapi potong dan dari kaca mata sosial dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga peternak.

B. Kepada pemerintah

(62)

arsip (buku) bagi peternak di daerah penelitian secara khusus dan Kecamatan Percut sei tuan secara umum

2. Diharapkan agar pemerintah memfasilitasi masyarakat untuk membentuk koperasi peternakan yang dapat memberikan banyak manfaat kepada masyarakat sekitar dalam hal penyediaan saprodi, ketersediaan modal dan kemudahan dalam penjualan, dan lain - lain

3. Diharapkan agar pemerintah atau institusi terkait untuk dapat mengupayakan pengadaan pakan konsentrat atau pakan tambahan dengan harga yang terjangkau oleh peternak sapi potong dan memberikan penyuluhan mengenai manfaat pakan tambahan tersebut.

Kepada Peneliti

(63)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1991. Petunjuk Beternak Sapi Potong dan Kerja. Kanisius, Yogyakarta Abidin Zainal, 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia, Jakarta

Bambang, A. M. 1990. Beternak Sapi Potong. Kanisius, Yogyakarta Basya Sori, 2009. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta Http:// www. Deptan.go.id. Maret 2010

Http :// sentral ternak.com/index.php/page/3. April 2010

Http ://dunia sapi. com/ abrianto – wahyuni – wibisono, April 2010

Rianto Edi dan Purbowati Endang, Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta

Samad, M. Seramijojo, 1981. Ternak Potong dan Kerja. Yasaguna, Jakarta

Santoso Undang, 1997. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Penebar Swadaya, Jakarta , 2008. Mengelola Peternakan Sapi Secara Profesional. Penebar Swadaya,

Jakarta

, 2001. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta Sarwono dan Hario, 2006. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Penebar Swadaya,

Jakarta

Siregar Djariah, 1996. Usaha Ternak Sapi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta Suharsono. B dan nazaruddin, 1994. Ternak Komersil. Penebar swadaya, Jakarta Sugeng, Y. B. 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta

Suratiyah, K. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta

(64)

Lampiran 1 : Perkembangan populasi ternak sapi potong menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara mulai tahun 2004-2008

NO Kabupaten

(65)

Lampiran 2 : Jumlah sapi potong di kabupaten Deli Serdang per kecamatan 2008

No. Kecamatan Jumlah sapi potong

(ekor)

1. Gunung Meriah 16

2. S.T.M Hulu 24

3. Kutalimbaru 1640

4. Sibolangit 30

5. Pancur Batu 2347

6. Namo Rambe 1703

7. Biru – Biru 95

8. S.T.M Hilir 260

9. Bangun Purba 829

10. Galang 2119

11. Tanjung Morawa 263

12. Patumbak 151

13. Deli Tua 162

14. Sunggal 3131

15. Hamparan Perak 4115

16. Labuhan Deli 1282

17. Percut Sei Tuan 3261

18. Batang Kuis 1201

19. Beringin 228

20. Lubuk Pakam 91

21. Pagar Merbau 135

Jumlah 23.083

(66)

Lampiran 3 : Jumlah Sapi Potong di kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2008

No. Kecamatan Jumlah sapi potong (ekor)

1. Amplas 169

2. Kenangan 57

3. Tembung 125

4. Sumber Rejo Timur 312

5. Sei Rotan 340

6. Bandar Klippa 125

7. Bandar Khalipah 105

8. Medan Estate 92

9. Laut Dendang 122

10. Sampali 159

11. Bandar Setia 258

12. Kolam 308

13. Saentis 297

14. Cinta Rakyat 385

15. Cinta Damai 125

16. Pematang Lalang 255

17. Percut 168

18. Tanjung Rejo 192

19. Tanjung Selamat 107

20. Kenangan Baru 65

Jumlah 3261

(67)

Lampiran 4. Karakteristik peternak sample tahun 2009

(68)

Lampiran 5. Biaya kandang dan penyusutan kandang (per tahun)

(69)

Lampiran 6. Biaya obat – obatan pada usaha ternak sapi potong (per tahun)

(70)

No.

(71)

No.

(72)

No.

(73)

No.

Harga sapi umur 2,5 – 3 tahun adalah Rp. 4.000.000 – 5.000.000 Harga sapi umur 3 – 4 tahun ke atas adalah Rp. 6.000.000 – 7.000.000

(74)

No.

Total 115 484.000.000 149 959.000.000 250 1.443.000.000 Rataan 5,227 22.000.000 6,77 43.590.909 11,36 65.590.909

Harga sapi umur 2,5 – 3 tahun adalah Rp. 4.000.000 – 5.000.000 Harga sapi umur 3 – 4 tahun ke atas adalah Rp. 6.000.000 – 7.000.000

Gambar

Gambar 1 . Skema kerangka pemikiran sistem usaha ternak sapi potong dan kontribusinya
Tabel 1.  Spesifikasi pengumpulan data
Tabel 2. Jenis penggunaan lahan di desa Cinta Rakyat tahun 2008
Tabel 4.  Distribusi penduduk menurut jenis mata pencaharian di desa penelitian tahun 2008
+5

Referensi

Dokumen terkait

7.175.417 per tahun dan kontribusi pendapatan dari usaha ternak itik terhadap pendapatan keluarga cukup besar yaitu sebesar 35,9 %, masalah masalah yang dihadapi oleh peternak

gizi, antara lain protein hewani asal sapi perah berupa susu. Dalam proses produksi usaha ternak sapi perah tidak lepas dari biaya produksi. Biaya produksi tersebut diperoleh

Hasil penelitian di peroleh faktor sosial ekonomi peternak sapi potong yaitu jumlah ternak sapi potong yang dipelihara peternak rata-rata 4 ekor, umur peternak sapi potong

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem usahatani dan mengetahui kontribusi usaha sapi potong terhadap pendapatan peternak secara keseluruhan pada

Oleh karena itu, untuk mengetahui berapa besar kontribusi yang diberikan dari hasil usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan rumah tangga petani di Kecamatan

Keragaan faktor-faktor pengembangan kredit usaha sapi potong meliputi : pokok kredit, bunga kredit, pendapatan, jumlah ternak, lama beternak, usia peternak, dan jumlah

jumlah tanggungan keluarga, skala usaha dan biaya produksi terhadap. pendapatan peternak

Analisis Kontribusi Usaha Ternak Sapi Potong terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani di Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas Analisis Pendapatan Usahatani Selain Beternak Pendapatan