• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PANCUR BATU KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PANCUR BATU KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2018"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA PADA

IBU HAMIL DI PUSKESMAS PANCUR BATU KECAMATAN

PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2018

Tampak Linggom

1

, Jon Piter Sinaga

2

, Megawati Sinambela

2

1Alumni Program Magister Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua 2Dosen Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua

Email: tampaklinggom127@gmail.com ABSTRACT

Anemia is one of the most common global health problems, spreadwide and it affects 56 million women in the world, and two thirds of them are in Asia. In the world, there is 34% of pregnant women with anemia where 75% are in developing countries. In Indonesia, 63.5% of pregnant women with anemia and around 62.3% are iron deficiency anemia. Based on the data found in Pancur Batu Health Center, Pancur Batu Subdistrict, Deli Serdang District, there were 314 pregnant women with anemia in 2017. The purpose of the research was to analyze the factors that influence anemia in pregnant women in Pancur Batu Health Center, Deli Serdang District in 2018.

This research was observational analytic with crosectional design. The sample consisted of all anemia pregnant women who came to have a pregnancy check up while conducting the research as many as 65 people. Data were analyzed by using chi square test and multiple logistic regressions.

From the results of multivariate analysis, birth distance p = 0.006 PR was obtained; 13,259; 95% CI (2,108-83,385), Fe tablet consumption p = 0,007 PR; 16,969 95% CI (2,137-134,762), folate intake p = 0,011; PR 19,219 95% CI (1,991-185,526). From the results of multivariate analysis, the most dominant variable influencing the incidence of anemia in pregnant women is folate intake p = p = 0.011; PR 19,219 95% CI (1,991-185,526) it means that pregnant women who lack folate intake estimate the risk of 19 times suffering from anemia compared to pregnant women who get good folate intake.

It is recommended that puskesmas officers conduct counseling for pregnant women about consumption or the level of nutritional intake of pregnant women related to the intake of folate, protein, fat and kabohidrat. Pukesmas officers are expected to increase public knowledge through health counseling and family counseling related to age appropriate for pregnancy, regulate birth spacing and improve community health status especially pregnant women because pregnant women need more nutritional intake because it can help government programs to reduce maternal mortality.

Keywords: Anemia, Anemia Risk Factors.

PENDAHULUAN

Anemia adalah salah satu masalah kesehatan global yang umum dan tersebarluas serta

memengaruhi 56 juta wanita di seluruh dunia, dan dua pertiga diantaranya berada di Asia (Soh et al, 2015). Di negara berkembang,

(2)

anemiamenjadi perhatian yang serius karena dampaknya pada ibu maupun janinberkontribusi terhadap kematian maternal (Sharma and Meenakshi, 2010).Anemia pada wanita usia subur menjadi perhatian World Health Organization danditargetkan dapat direduksi sebanyak 50% pada tahun 2025.

Menurut World Health Organization (WHO) anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 11 gr/dl sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah (Erythtopoetic) dalam produksinya untuk mempertahankan konsentrasi hemoglobin (Hb) pada tingkat normal. Prevalensi anemia pada ibu hamil di dunia tahun 2011 adalah 38,2%. Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Afrika memiliki prevalensi anemia tertinggi. Prevalensi anemia ibu hamil pada wilayah tersebut adalah 48,7% (WHO, 2015). Angka kematian ibu di dunia sudah menurun sebanyak 44% dari tahun 1990 hingga 2015, namun masih ada 830 wanita meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan yang dapat dicegah dan 99% dari kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Angka kematian ibu di negara berkembang masih 14 kali lebih tinggi dari angka kematian ibu di negara maju. Pada tahun 2015, angka kematian ibu di negara maju adalah 12 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan angka kematian ibu di negara berkembang adalah 239 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2015). Salah satu zat gizi yang diketahui meningkat kebutuhannya selama kehamilan adalah zat besi. Menurut Darlina (2003), zat besi pada masa kehamilan digunakan untuk perkembangan janin, plasenta, ekspansi sel darah merah, dan untuk kebutuhan basal tubuh. Zat besi yang diperlukan dapat diperoleh dari makanan dan tablet besi. Akan tetapi, seperti halnya konsumsi zat gizi secara umum, konsumsi zat besi seringkali belum memenuhi kebutuhan dalam tubuh. Apabila kadar zat besi di dalam tubuh ibu hamil kurang, maka akan terjadi suatu keadaan yang disebut anemia.

Di Indonesia, anemia gizi masih merupakan salah satu masalah gizi yang utama disamping tiga masalah gizi lainnya, yaitu kurang kalori protein, defisiensi vitamin A, dan endemic

gondok. Dampak kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat diamati dari besarnya angka kesakitan dan kematian maternal, peningkatan angka kesakitan dan kematian janin, serta peningkatan risiko terjadinya berat badan lahir rendah.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1% dan proporsinya hampir sama antara ibu hamil di perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%). Upaya menurunkan prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah dengan pemberian suplementasi besi pada ibu hamil yang rutin dilakukan melalui pelayanan antenatal. Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan antenatal dapat dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Target Rencana Strategi (Renstra) Kemenkes untuk cakupan K4 adalah 72%. Cakupan K4 di Indonesia pada tahun 2015 sudah memenuhi target Renstra yaitu 87,48%. Cakupan K4 di Provinsi Sumatera Utara adalah 75,50%, angka tersebut sudah memenuhi target Renstra namun masih berada dibawah angka cakupan nasional. Cakupan pemberian suplementasi besi pada ibu hamil di Indonesia pada tahun 2015 adalah 85,17%, sedangkan di Provinsi Sumatera Utara cakupan pemberian suplementasi besi masih di bawah angka cakupan nasional yaitu 74,42% (Kemenkes RI, 2016).

Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2012 yaitu 359 per100.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2015 angka kematian ibu (AKI)sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015). Walau menunjukkan penurunan namun angka tersebut masih belum memenuhi targetMDGs (Millenium Development Goals) tahun 2015 untuk menurunkan angkakematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup.

Angka Kematian Ibu di Sumatera Utara pada tahun 2014 adalah 75 per 100.000 kelahiran hidup, namun angka tersebut belum mampu menggambarkankejadian sebenarnya di populasi.Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, AKI di Sumatera Utara adalah 328 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2014).Angka tersebut masih

(3)

lebih tinggi dibandingkan angkanasional hasil sensus penduduk tahun 2010 yaitu 259 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu di Kota Medan tahun 2014 adalah 15 per 100.000 kelahiranhidup, namun angka tersebut belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnyadi populasi (Depkes Kota Medan, 2015).

Puskesmas Pancur Batu memiliki wilayah kerja sebanyak 22 Desa. Cakupan K4 di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu tahun2017 adalah 97,9 %. Cakupan Pemberian Tablet Tambah Darah pada ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas Pancur Batu tahun 2017 adalah 97,9%.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deliserdang. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deliserdang. Sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 65 orang. Data dianalisis menggunakan uji chi square dan regresi logistic berganda.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat

Tabel 1. Karakteristik Responden Karakteristik Responden f % Umur 1. 20-35 Tahun 2. < 20 Tahun dan > 35 Tahun Total 25 40 65 38,5 61,5 100 Usia Kehamilan 1. 0-12 minggu 2. 13-24 minggu 3. > 24 minggu Total 20 16 29 65 30,8 24,6 44,6 100 Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa ibu hamil yang menderita anemia lebih banyak pada

umur < 20 tahun dan > 35 tahun yaitu 40 orang (61,5%) sedangkan umur 20-35 tahun sebanyak 25 orang (38,5%). Berdasarkan usia kehamilan mayoritas usia kehamilan > 24 minggu yaitu sebanyak 29 orang (44,6%) dan minoritas usia kehamilan 13-24 minggu sebanyak 16 orang (24,6%).

Analisis Bivariat

Tabel 2. Uji Chi Square

Variabel Kejadian Anemia

Ibu Hamil Jumlah p PR 95% CI Anemi a Tidak Anemia n % n % n % Umur Risiko Tinggi Risiko Rendah 37 15 92,5 60,0 10 3 40,0 7,5 40 25 100 100 0,001 8,22 1,982-34,114 Paritas Risiko Tinggi Risiko Rendah 24 28 85,7 75,7 4 9 14,3 24,3 28 37 100 100 0,316 0,527-7,061 1,92 Jarak Kelahiran Berisiko Tidak Berisiko 41 11 93,2 52,4 10 3 47,6 6,8 44 21 100 100 0,000 2,909-53,058 12,4 Konsumsi Tablet Fe Tidak Terpenuhi Terpenuhi 42 10 89,4 56,6 5 8 10,6 44,4 47 18 100 100 0,002 1,808-24,981 6,72 Pemeriksaan ANC Tidak Teratur Teratur 29 23 87,9 71,9 4 9 12,1 28,1 33 32 100 100 0,107 2,83 0,774-10,396 Asupan Folat a. Kurang b. Baik 32 20 94,1 64,5 11 2 35,5 5,9 34 31 100 100 0,003 1,765-43,888 8,80 Asupan Protein a. Kurang b. Baik 39 13 90,7 59,1 4 9 40,9 9,3 43 22 100 100 0,003 1,777-25,640 6,75 Asupan Lemak a. Kurang b. Baik 31 21 91,2 67,7 10 3 32,3 8,8 34 31 100 100 0,018 1,208-20,036 4,92 Asupan Karbohidrat a. Kurang b. Baik 34 18 89,5 66,7 4 9 10,5 33,3 38 27 100 100 0,023 4,25 1,148-15,736

Berdasarkan hasil penelitian variabel umur terhadap kejadian anemia pada ibu hamil diperoleh bahwa Nilai PR diperoleh sebesar 8,22 (95%CI =1,982-34,114). Hasil uji statistik antara paritas terhadap kejadian anemia pada ibu hamil diperoleh tidak ada pengaruh yang signifikan antara paritas terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten

(4)

Deliserdang tahun 2018. Nilai PR diperoleh sebesar 12,4 (95%CI=2,909-53,058). Nilai PR diperoleh sebesar 6,7 (95%CI=1,808-24,981). Nilai PR diperoleh sebesar 8,80 (95%CI =1,765-43,888). Nilai PR diperoleh sebesar 6,75 (95%CI=1,777-25,640) Nilai PR diperoleh sebesar 4,9 (95%CI=1,208-20,036). Nilai PR diperoleh sebesar 4,2 (95%CI=1,148-15,736). Analisis Multivariat

Tabel 3. Model Regresi Logistik Tahap Pertama Variabel B P Exp B 95% CI Lower Upper Umur Jarak kelahiran Konsumsi tablet Fe Asupan folat Asupan protein Asupan lemak Asupan karbohidrat Constant 0,346 2,700 2,605 2,394 0,621 0,511 2,057 -3,889 0,786 0,029 0,031 0,035 0,657 0,676 0,106 0,005 1,414 14,879 13,526 10,959 1,861 1,667 7,825 0,020 0,117 1,313 1,271 1,177 0,120 0,152 0,644 17,153 168,602 143,938 102,008 28,974 18,275 95,080

Tabel 3 menunjukkan bahwa variable umur, asupan protein, asupan lemak, dan asupan karbohidrat tidak signifikan dikarenakan p> 0.05, sehingga variabel tersebut dikeluarkan dari permodelan. Variabel yang masuk kedalam permodelan akan dilakukan pengolahan tahap kedua dan hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4 Model Regresi Logistik Tahap Kedua

Variabel B Sig. PR 95% C.I

Lower Upper Jarak Kelahiran 2,585 0,006 13,259 2,108 83,385 Konsumsi Tablet Fe 2,831 0,007 16,969 2,137 134,762 Asupan Folat 2,956 0,011 19,219 1,991 185,526 Constant

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik berganda pada tabel diatas dengan metode enter menunjukkan bahwa variabel jarak kelahiran dengan nilai p=0,006 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa jarak kelahiran

berpengaruh terhadap kejadian Anemia pada ibu hamil. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik berganda pada tabel diatas dengan metode enter menunjukkan bahwa variabel konsumsi tablet Fe dengan nilai p=0,007 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi tablet Fe berpengaruh terhadap kejadian Anemia pada ibu hamil. Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa variabel asupan folat dengan nilai p=0,011 (< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa asupan folat berpengaruh terhadap kejadian Anemia pada ibu hamil. Jika dilihat nilai PR hasil uji regresi logistik berganda diketahui variabel asupan folat memiliki nilai PR tertinggi yaitu sebesar 19,219 (95% CI=1,991-185,526), hal ini menunjukkan bahwa variabel asupan folat merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian Anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deliserdang Tahun 2018, artinya ibu hamil yang kurang asupan folat beresiko mengalami anemia sebesar 19 kali lebih besar dibanding dengan ibu hamil yang asupan folat baik. PEMBAHASAN

Pengaruh Umur Terhadap Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deliserdang menunjukkan mayoritas ibu hamil yang anemia umur risiko tinggi yaitu <20 tahun dan > 35 tahun sebanyak 37 orang (92,5%) dan ibu hamil yang tidak menderita anemia mayoritas umur risiko rendah yaitu 20-35 tahun sebanyak 10 orang (40,0%). Sehingga hasil bivariat diperoleh nilai p=0,001 menunjukkan bahwa ada pengaruh umur terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Syafuddin dkk (2012). Hasil analisis dengan uji chi square diperoleh nilai p= <0,001 artinya ada pengaruh umur terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kabupaten Kulon Progo.

(5)

Pengaruh Paritas Terhadap Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deliserdang hasil penelitian menunjukkan mayoritas ibu hamil yang menderita anemia memiliki paritas risiko rendah yaitu 1-3 anak sebanyak 28 orang (75,7%) dan mayoritas ibu hamil yang tidak anemia paritas risiko rendah yaitu 1-3 anak sebanyak 9 orang (24,3%). Hasil bivariat diperoleh nilai p=0,361 menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara paritas terhadap kejadian anemia. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Yusti dkk 2016 di Banjarmasin. Hasil uji Chi-square pada penelitian ini adalah p=0,000 maka p<α (0,05), sehingga hasil hipotesis adalah H1 diterima dan H0 ditolak, artinya ada hubungan paritas ibu dengan kejadian persalinan preterm di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2016. Nilai OR (odd ratio) didapatkan sebesar 2,940, artinya paritas merupakan faktor resiko kejadian persalinan preterm. Hal ini menunjukkan bahwa paritas yang beresiko (1 dan >3) memiliki kemungkinan 2,940 kali lebih beresiko mengalami persalinan preterm dibanding dengan ibu yang tidak termasuk dalam paritas tidak beresiko (2-3).

Pengaruh Jarak Kelahiran Terhadap Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deliserdang menunjukkan mayoritas ibu hamil yang anemia berisiko jarak kelahiran <2 tahun sebanyak 41 orang (93,2%) dan ibu hamil yang tidak menderita anemia mayoritas jarak kelahiran tidak berisiko ≥ 2 tahun sebanyak 10 orang (47,6%). Sehingga hasil bivariat diperoleh nilai p=<0,001 menunjukkan bahwa ada pengaruh jarak kelahian terhadap kejadian anemia pada ibu hamil. Berdasarkan hasil multivariat juga menunjukkan bahwa jarak kelahiran berpengaru signifikan terhadap kejadian anemia pada ibu hamil p=0,006; PR13,259 ; 95% CI 2,108-3,858 Artinya bahwa ibu hamil jarak kelahiran < 2

tahun berisiko 13 kali mengalami anemia dibandingkan ibu hamil jarak kelahiran ≥ 2 tahun.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Handayani 2016 di Samarinda Hasil dari uji statistik menggunakan ChiSquare test (continuity correction) didapatkan p-value=0,009 yang berarti p<α(0,05) artinya H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan jarak kehamilan dengan kejadian anemia di Puskesmas Sambutan. Penyebab anemia salah satunya adalah kehamilan berulang dengan jarak antar kehamilan yang terlalu dekat juga menyebabkan anemia karena kehamilan kembali dalam jarak yang dekat akan mengambil cadangan zat besi dalam tubuh ibu yang jumlahnya belum kembali ke kadar normal (Sinsin, 2008: 65). Jarak yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin atau anak yang rendah dan ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri.

Pengaruh Konsumsi Tablet Fe Terhadap Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil

Berdasakan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deliserdang menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil yang menderita annemia konsumsi tablet Fe tidak terpenuhi sebanyak 42 orang (89,4%) dan ibu hamil yang tidak menderita anemia mayoritas konsumsi tablet Fe terpenuhi sebanyak 8 orang (44,4%). Sehingga hasil bivariat diperoleh nilai p=0,002 menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan antara konsumsi tablet Fe terhadap kejadian anemia pada ibu hamil. Berdasarkan hasil analisis multivariat juga menunjukkan bahwa konsumsi tablet Fe berpengaruh signifikan terhadap kejadian anemia p=0,007 PR; 16,969 ; 95% CI 2,137-134,755 Artinya bahwa ibu hamil yang konsumsi tablet Fe kurang berisiko 16 kali ibu hamil mengalami anemia dibandingkan ibu hamil konsumsi teblet Fe baik. Ibu hamil perlu mengonsumsi suplemen Fe selama kehamilan karena kebutuhan zat besi ibu hamil meningkat selama kehamilan (Salman et al, 2016).

(6)

Pengaruh Pemeriksaan ANC Terhadap Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deliserdang bahwa mayoritas ibu hamil yang menderita anemia pemeriksaan ANC tidak teratur sebanyak 29 orang (87,9%) dan ibu hamil yang tidak anemia mayoritas pemeriksaan ANC teratur sebanyak 9 orang (28,1%). Hasil bivariat diperoleh nilai p=0,107 menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pemeriksaan ANC terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.

Hasil penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan Ernawati dan Fatimah 2015 di Yogyakarta Berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan adanya nilai p= hasil 0.004 yang artinya adanya hubungan pelayanan ANC bidan dengan kejadian anemia ibu hamil Trimester III di puskesmas Sedayu I Bantul Yogyakarta. Sedangkan hasil analisis nilai OR 9,800, artinya ibu hamil yang mendapatkan ANC mempunyai peluang 9,8 kali tidak mengalami anemia pada kehamilannya.

Pengaruh Intake Nutrisi Meliputi Asupan Folat, Asupan Protein, Asupan Lemak, Asupan Karbohidrat Terhadap Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deliserdang menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil yang mengalami anemia Asupan Folat kurang sebanyak 32 orang (94,1%) dan mayoritas ibu hamil yang tidak menderita anemia asupan folat baik sebanyak 11 orang (35,5%). Mayoritas ibu hamil yang mengalami anemia Asupan Protein kurang sebanyak 39 orang (90,7%) dan mayoritas ibu hamil yang tidak menderita anemia asupan protein baik sebanyak 9 orang (40,9%). Mayoritas ibu hamil yang mengalami anemia Asupan lemak kurang sebanyak 31 orang (91,2%) dan mayoritas ibu hamil yang tidak menderita anemia asupan lemak baik sebanyak 10 orang (32,3%). Mayoritas ibu hamil yang mengalami anemia Asupan karbohidrat kurang sebanyak 34 orang (89,5%)

dan mayoritas ibu hamil yang tidak menderita anemia asupan karbohidrat baik sebanyak 9 orang (33,3%). Hasil bivariat menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antar asupan folat, asupan protein, asupan lemak dan asupan karbohidrat terhadap kejadian anemia pada ibu hamil dengan nilai p= < 0,05. Hasil multivariat juga menunjukkan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian anemia pada ibu hamil setelah dilakukan uji multiple logistic regression adalah asupan folat p=0,011 ; PR ; 19,219 ; 95% CI 1,991-185,585 artinya bahwa ibu hamil asupan folat kurang berisiko 19 kali menderita anemia dibandingkan asupan folat baik.

Berdasarkan hasil wawancara langsung kepada responden menggunakan kuesioner food recall yaitu menanyakan kebiasaan pola makan ibu yang dikonsumsi sehari-hari dalam 24 jam. Beberapa ibu hamil mengatakan masih gemar mengkonsumsi mie instan sebagai makanan sehari-hari, Para ibu juga kerap memilih makanan cepat saji karena praktis dan mudah dalam penyajiannya, antara lain gorengan, mie goreng dan daging berlemak, daging olahan, makanan yang dipanggang, makanan kaleng, konsumsi sayur dan buah kadang2. Asupan konsumsi zat energi, protein, lemak, dan karbohidrat yang kurang dapat mempengaruhi pertumbuhan janin didalam kandungan dan dapat mempengaruhi berat badan lahir bayi. Pada penelitian ini sumber energi lebih banyak dikonsumsi dari karbohidrat. Responden mengkonsumsi karbohidrat 3 kali sehari dengan rata-rata konsumsi 400 gram nasi. Nasi merupakan hasil olahan beras, dimana daya absorpsi zat besi dari beras termasuk rendah yaitu 1%.

Sriwahyuni et al. (2013) menyatakan bahwa bagi ibu hamil, kekurangan asam folat dapat menyebabkan meningkatnya risiko anemia, sehingga ibu mudah lelah, letih, lesu dan pucat bahkan berpeluang menyebabkan keguguran.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan

(7)

Pancur Batu Kabupaten Deliserdang tahun 2018, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Ada pengaruh umur terhadap kejadian anemia pada ibu hamil

b. Tidak ada pengaruh paritas terhadap kejadian anemia pada ibu hamil c. Ada pengaruh jarak kelahiran terhadap

kejadian anemia pada ibu hamil d. Ada pengaruh konsumsi tablet Fe

terhadap kejadian anemia pada ibu hamil

e. Tidak ada pengaruh pemeriksaan ANC terhadap kejadian anemia pada ibu hamil

f. Ada pengaruh pola makan yang meliputi asupan folat, asupan protein, asupan, lemak dan asupan karbohidrat terhadap kejadian anemia pada ibu hamil

g. Berdasarkan hasil uji multivariat variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian anemia pada ibu hamil adalah asupan folat. SARAN

Bagi Puskesmas

Perlu adanya penyuluhan konsumsi atau tingkat asupan gizi pada ibu hamil dimulai sebelum hamil khususnya tentang asupan sumber protein hame dalam membantu proses metabolisme zat besi dalam tubuh untuk mendukung program suplementasi 90 tablet Fe , dan asam folat. Perlu adanya kebijakan perbaikan status anemia melalui program pemberian tablet Fe dan asam folat yang efektif dan efisien sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan dan mulai diberikan pada trimester II masa kehamilan.

Pihak puskesmas juga diharapkan meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan kesehatan dan konseling keluarga terkait usia yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan serta meningkatkan status kesehatan dimasyarakat terutama kesehatan ibu hamil karena ibu hamil membutuhkan asupan nutrisi lebih karena hal ini dapat membantu program pemerintah yaitu menurunkan angka kematian ibu (AKI)

Bagi Masyarakat

Ibu hamil diharapkan lebih memperhatikan makanan yang dikonsumsi yang dapat berpengaruh pada kesehatan ibu dan janin agar terhindar dari anemia pada ibu hamil.

DAFTAR PUSTAKA

Darlina. (2003). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia Gizi Pda Ibu Hamil. Skripsi. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dinkes Propsu. (2011). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2010. Medan: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara

Saifudin, A. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP

Sin-sin, (2008). Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.

Sunarto, Heru S, Bambang S. (2010). Hubungan Kejadian Anemia Kehamilan dengan Kejadian Perdarahan Postpartum di Poned Ngawi Tahun 2010.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Responden  Karakteristik  Responden   f  %  Umur   1.  20-35 Tahun  2
Tabel  3    menunjukkan  bahwa  variable  umur, asupan protein, asupan lemak, dan asupan  karbohidrat  tidak  signifikan  dikarenakan  p&gt;

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pokja ULP BKKBN Pusat TA.2017 akan melaksanakan pelelangan e-Seleksi Umum dengan prakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan jasa konsultansi secara elektronik

Sehubungan dengan hasil evaluasi penawaran saudara, di dapatkan 1 Perusahaan dengan penawaran terendah yang akan melaksanakan Pembuktian Kualifikasi Pekerjaan 1 (satu)

Ukara ing dhuwur yen didadekno basa ngoko alus dadi ……… a.. Bapak dhahar roti lan Ibu

Peserta yang memasukkan dokumen penawaran secara lengkap dapat menyampaikan sanggahan secara elektronik melalui aplikasi SPSE atas penetapan pemenang kepada Pokja

keputusan, dokumen kasus, kontrak, atau dokumen lain guna rnemastikan bahwa sudah sesuai dengan kebija- kan dan pandangan instansi. 2) Melakukan restrukturisasi,

Alarm dengan cahaya ini bekerja dengan catu daya sebesar 9 V DC, dengan menggunakan LDR sebagai sensornya, dan komponen lainnya yang digunakan antara lain IC 4039 sebagai IC 4039

Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Contoh 2 yang telah diterbitkan SKPDKB, apabila dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun sesudah pajak yang terutang