PENGGUNAAN BEBERAPA SERBUK BIJI TANAMAN
UNTUK MENGENDALIKAN Callosobruchus chinensis L.
(Coleoptera: Bruchidae) PADA KACANG HIJAU
(Vigna radiata L.)
DI LABORATORIUM
SKRIPSI
OLEH :
CORRY B. S. N. TAMBUNAN
050302004 / HPT
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGGUNAAN BEBERAPA SERBUK BIJI TANAMAN
UNTUK MENGENDALIKAN Callosobruchus chinensis L.
(Coleoptera: Bruchidae) PADA KACANG HIJAU
(Vigna radiata L.)
DI LABORATORIUM
SKRIPSI
OLEH :
CORRY B. S. N. TAMBUNAN 050302004 / HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS) (Ir. Mena Uly Tarigan, MS) Ketua Anggota
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRACT
Corry B. S. N. Tambunan, ”Using of Seed of Plant to Control
Callosobruchus chinensis L. (Coleoptera: Bruchidae) on Green Bean (Vigna radiata L.) in Laboratory. The research was conducted in Laboratory Pest
ABSTRAK
Corry B. S. N. Tambunan, ”Penggunaan Beberapa Serbuk Biji Tanaman Untuk Mengendalikan Callosobruchus chinensis L. (Coleoptera: Bruchidae) Pada Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Di Laboratorium”. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS dan Ir. Mena Uly Tarigan, MS yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai April
2010. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial dengan 10 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu F1 (Kontrol), F2 (Serbuk
biji Mimba 1gr/200gr Kacang Hijau), F3 (Serbuk biji Mimba 3gr/200gr
Kacang Hijau), F4 (Serbuk biji Mimba 5gr/200gr Kacang Hijau), F5 (Serbuk biji Bengkuang 1gr/200gr Kacang Hijau), F6 (Serbuk biji Bengkuang
RIWAYAT HIDUP
Corry B. S. N. Tambunan lahir pada tanggal 07 Desember 1986 di
Aek Nabara, sebagai anak pertama dari empat bersaudara, puteri dari Ayahanda
A. Tambunan dan Ibunda M. Sihombing.
Pendidikan formal yang pernah ditepuh penulis yaitu :
- Tahun 1999 lulus dari Sekolah Dasar (SD) Negeri112174 N6 Aek Nabara.
- Tahun 2002 lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Swasta RK
Bintang Timur Rantau Prapat.
- Tahun 2005 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Rantau Utara.
- Tahun 2005 lulus dan diterima di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.
Pengalaman Kegiatan Akademis
1. Tahun 2005 - 2010 menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Perlindungan
Tanaman (IMAPTAN).
2. Tahun 2006 mengikuti seminar’’Achievement Motivation Training’’ di
Pusat Jasa Ketenagakerjaan USU, Medan.
3. Tahun 2009 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juni
sampai Juli di Gurach Batu Estate PT Bakrie Sumatera Plantation Kisaran
Kabupaten Asahan.
4. Tahun 2010 melaksanakan penelitian skripsi di Laboratorium Ilmu Hama
dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul skripsi ini adalah ” Penggunaan Beberapa Serbuk Biji Tanaman
Untuk Mengendalikan Callosobruchus chinensis L. (Coleoptera: Bruchidae)
Pada Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Di Laboratorium”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing yaitu
Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS selaku ketua komisi pembimbing dan
Ibu Ir. Mena Uly Tarigan, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis, dan kepada kedua orang tua
saya beserta rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Ucapan terima kasih yang sebesarnya penulis sampaikan kepada
Ayahanda (A. Tambunan), Ibunda (M. Sihombing), adinda (Pasuria Tambunan,
Alfredo Tambunan dan Tommy Tambunan) serta teman – teman HPT 05 yang
membantu dan memberikan semangat kepada penulis.
Penulis menyadari skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat
bagi banyak pihak.
Medan, Mei 2010
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 4
Hipotesis Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hidup C. Chinensis L. ... 6
Kerusakan Yang Disebabkan C. Chinensis L. ... 9
Insektisida Botani 10 Tanaman Mimba (Azadirachta indica L.)... 10
Tanaman Bengkuang (Pachyrrhyzus erosus L.) ... 11
Tanaman Sirsak (Annona mucirata L.) ... 12
BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian ... 14
Bahan dan Alat ... 14
Metodologi Penelitian ... 14
Pelaksanaan Penelitian ... 16
Penyediaan Tempat Serangga Uji ... 16
Penyediaan Ekstrak Serbuk Biji ... 16
Aplikasi Serbuk Biji ... 17
Peubah Amatan ... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh aplikasi serbuk biji Mimba, Bengkuang dan Sirsak
terhadap mortalitas (%) imago C. chinensis ………... 19 Persentase Susut Bobot (%) Kacang Hijau ………... 22
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 24
Saran ... 24
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1. Pengaruh aplikasi serbuk biji Mimba, Bengkuang dan Sirsak
terhadap mortalitas (%) imago C. chinensis ... 19
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1. Telur C. chinensis ... 7
2. Larva C. chinensis ... 7
3. Pupa C. chinensis ... 8
4. Imago C. chinensis ... 9
5. Gejala Serangan C. chinensis ... 6.
6. Rumus Bangun Azadirachtin ... .... 11
7. Rumus Bangun Rotenon... 12
8. Rumus Bangun Annonin... 13
9. Histogram Pengaruh aplikasi serbuk biji Mimba, Bengkuang dan Sirsak terhadap mortalitas imago (%) C. Chinensis ... 21
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Bagan Penelitian ... 27
Lampiran 2. Data Pengamatan Pengaruh Aplikasi Serbuk Biji Mimba, Bengkuang, Sirsak Terhadap Mortalitas Imago (%)
C. chinensis pada 8 JSA ……… 28
Lampiran 3. Data Pengamatan Pengaruh Aplikasi Serbuk Biji Mimba, Bengkuang, Sirsak Terhadap Mortalitas Imago (%)
C. chinensis pada 16 JSA ……….. 29
Lampiran 4. Data Pengamatan Pengaruh Aplikasi Serbuk Biji Mimba, Bengkuang, Sirsak Terhadap Mortalitas Imago (%)
C. chinensis pada 24 JSA ………. 31
Lampiran 5. Data Pengamatan Pengaruh Aplikasi Serbuk Biji Mimba, Bengkuang, Sirsak Terhadap Mortalitas Imago (%)
C. chinensis pada 32 JSA ……… 33
Lampiran 6. Data Pengamatan Pengaruh Aplikasi Serbuk Biji Mimba, Bengkuang, Sirsak Terhadap Mortalitas Imago (%)
C. chinensis pada 40 JSA ……… 35
Lampiran 7. Data Pengamatan Pengaruh Aplikasi Serbuk Biji Mimba, Bengkuang, Sirsak Terhadap Mortalitas Imago (%)
C. chinensis pada 48 JSA ……… 37
Lampiran 8. Data Pengamatan Pengaruh Aplikasi Serbuk Biji Mimba, Bengkuang, Sirsak Terhadap Mortalitas Imago (%)
C. chinensis pada 56 JSA ……… 39
Lampiran 9. Data Pengamatan Pengaruh Aplikasi Serbuk Biji Mimba, Bengkuang, Sirsak Terhadap Mortalitas Imago (%)
C. chinensis pada 64 JSA ………. 41
Lampiran 10. Data Pengamatan Susut Bobot (%) Kacang Hijau ……….. 43
ABSTRACT
Corry B. S. N. Tambunan, ”Using of Seed of Plant to Control
Callosobruchus chinensis L. (Coleoptera: Bruchidae) on Green Bean (Vigna radiata L.) in Laboratory. The research was conducted in Laboratory Pest
ABSTRAK
Corry B. S. N. Tambunan, ”Penggunaan Beberapa Serbuk Biji Tanaman Untuk Mengendalikan Callosobruchus chinensis L. (Coleoptera: Bruchidae) Pada Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Di Laboratorium”. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS dan Ir. Mena Uly Tarigan, MS yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai April
2010. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial dengan 10 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu F1 (Kontrol), F2 (Serbuk
biji Mimba 1gr/200gr Kacang Hijau), F3 (Serbuk biji Mimba 3gr/200gr
Kacang Hijau), F4 (Serbuk biji Mimba 5gr/200gr Kacang Hijau), F5 (Serbuk biji Bengkuang 1gr/200gr Kacang Hijau), F6 (Serbuk biji Bengkuang
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kacang hijau merupakan tanaman jenis kacang-kacangan dari famili
Leguminoceae yang berasal dari India. Kacang hijau mempunyai peranan penting
sebagai sumber gizi terutama protein dan dapat dikonsumsi dalam berbagai
bentuk. Berdasarkan tingkat kandungan protein maka tanaman kacang hijau di
Indonesia menempati urutan ketiga setelah kedelai dan kacang tanah
(Wuwiwa, 2007).
Kacang hijau sebagai sumber yang bagus untuk protein, karbohidrat
komplek dan vitamin B. Kandungan gizi yang terdapat dalam 110 gr kacang hijau
antara lain vitamin A, B1, mineral berupa fosfor, zat besi, dan mg 345 kalori,
22,2 gram protein, 1,2 gram lemak (Anonimus, 2009a).
Ditingkat petani, rata-rata produktivitas kacang hijau (Vigna radiata L.)
baru mencapai 0,9 ton/ha. Sedangkan dari hasil percobaan dapat mencapai 1,6
ton/ha. Rendahnya hasil kacang hijau ditingkat petani antara lain disebabkan oleh
praktek budidaya yang kurang optimal. Untuk meningkatkan produktivitas kacang
hijau diperlukan budidaya yang tepat (Dinas Pertanian, 2008).
Penyimpanan kacang hijau di gudang sangat menentukan kualitas dan
kuantitas produk yang disimpan sehingga perlu mendapat perhatian yang serius.
Salah satu penyebab merosotnya benih kacang hijau di gudang penyimpanan
Kacang hijau merupakan salah satu komoditas kacang-kacangan yang
rentan terhadap serangan hama gudang. Hama gudang yang sering menyerang biji
kacang hijau adalah Callosobruchus chinensis L. Kerugian yang ditimbulkannya
mencapai 96%. Hama ini memakan kacang-kacangan khususnya kacang hijau
mulai dari merusak biji dan memakannya hingga tinggal bubuknya saja. Tersebar
diseluruh dunia terutama daerah tropis dan subtropis (Kartasaputra,1991).
Penggunaan pestisida dilingkungan pertanian menjadi masalah yang
sangat besar, terutama pada tanaman sayuran yang sampai saat ini masih
menggunakan insektisida kimia. Disatu pihak dengan digunakannya pestisida
maka kehilangan hasil yang diakibatkan organisme penggangu tanaman (OPT)
dapat ditekan, tetapi akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
seperti berkembangnya ras hama yang resisten terhadap insektisida, resurjensi
hama, munculnya hama sekunder, terbunuhnya musuh alami hama dan hewan
bukan sasaran lainnya serta terjadinya pencemaran lingkungan (Kardinan, 2001).
Timbulnya masalah akibat penggunaan insektisida kimia ini merangsang
penggunaan insektisida non sintetik sebagai insektisida yang aman bagi
lingkungan dengan memanfaatkan senyawa beracun dari tumbuhan (insektisida
botani), mikroba ataupun jamur entomopatogen dimana konsep ini sesuai dengan
konsep PHT yang mengutamakan pengendalian hama yang memelihara
lingkungan dan mengurangi penggunaan insektisida kimia (Untung, 2001).
Pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya
berasal dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan
pengetahuan yang terbatas. Pestisida nabati bersifat mudah terurai
ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati dapat berfungsi
sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya.
Sifat toksik dai suatu zat tergantung dari lamanya pengaplikasian, jenis dan umur
spesies (Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2007).
Tanaman mimba telah lama dikenal dan mulai banyak digunakan sebagai
pestisida nabati. Biji dan daun mimba mengandung senyawa Azadirachtin. Sifat
penting Azadirachtin adalah tidak beracun pada manusia dan vertebrata, daya
kerja utamanya adalah menekan nafsu makan (antifeedant) untuk serangga hama.
Azadirachtin tidak membunuh hama secara cepat tetapi berpengaruh terhadap
daya makan (antifeedant), pertumbuhan, reproduksi, proses ganti kulit,
menghambat perkawinan, pembentukan kitin, penurunan daya tetas telur dan
pemandul (antifertilitas) (Anugeraheni dan Brotodjojo, 2002).
Bagian tumbuhan dari bengkuang yang digunakan untuk membunuh hama
adalah biji yang mengandung Rotenon. Serbuk biji bengkuang dapat digunakan
untuk melindungi benih dari serangan hama gudang. Serangga yang teracuni akan
mati kelaparan yang disebabkan oleh kelumpuhan alat-alat mulut (Sukma, 2009).
Beberapa peneliti melakukan kajian sirsak sebagai biopestisida. Buah yang
mentah, biji, daun dan akarnya mengandung senyawa kimia. Bijinya mengandung
senyawa Annonain, merupakan racun kontak dan racun perut. Bermanfaat sebagai
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis dari serbuk biji mimba,
bengkuang dan sirsak dalam mengendalikan hama gudang
Callosobruchus chinensis L. pada kacang hijau di laboratorium.
Hipotesis Penelitian
1. Penggunaan serbuk biji mimba, bengkuang dan sirsak dengan dosis yang
berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap mortalitas hama
gudang Callosobruchus chinensis L.
2. Penggunaan serbuk biji mimba, bengkuang dan sirsak dengan dosis yang
berbeda akan mempengaruhi susut bobot biji kacang hijau sebagai makanan
hama gudang Callosobruchus chinensis L.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Departemen
Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan.
.
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Hidup Callosobruchus chinensis L.
Menurut Kalshoven (1987), Callosobruchus chinensis L. diklasifikasikan
sebagai berkut :
Kingdo m : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Ordo : Coleoptera
Family : Bruchidae
Genus : Callosobruchus
Species : Callosobruchus chinensis L.
Kumbang ini menyerang kacang-kacangan dapat ditemukan pada berbagai
tempat. Kacang-kacangan tersebut sudah terserang sejak masih di lapangan pada
saat telah siap panen (Kalshoven, 1987).
Telur
Telur diletakkan pada permukaan biji, biasanya pada satu biji hanya
diletakkan satu telur. Telur berwarna keputih-putihan. Jumlah telur yang
diletakkan seekor kumbang betina berkisar antara 50-150 butir (Sudarmo, 1991).
Telur berbentuk jorong dengan panjang rata-rata 0,57 mm, berbentuk
Telur menetas antara 4-8 hari. Telur dapat dilihat pada Gambar 1
(Sudarmo, 1991).
Telur
Gambar 1. Telur C. chinensis
Diakses dar
Larva
Larva yang baru menetas akan terus menggerek dengan cara memakan
kulit telur yang menempel pada biji dan kulit biji dan masuk ke dalam kotiledon.
Larva hidup dengan cara memakan dan menggerek kulit biji
(Bato dan Sanches, 1998).
Larva berkembang sepenuhnya di dalam satu butir biji, membentuk satu
lubang keluar persis di bawah kulit biji, berupa semacam jendela bulat yang
terlihat dari luar, tetap tinggal di dalam biji sampai menjadi imago. Stadia larva
berlangsung selama 10-13 hari. Larva dapat dilihat pada Gambar 2
Larva
Gambar 2. Larva C. Chinensis
Gambar 2. Larva C. chinensis
Diakses dar
Pupa
Larva instar keempat telah memakan isi biji dekat di bawah kulit biji,
maka akhirnya larva menjadi pupa dan tetap berada pada tempat tersebut sampai
menjadi dewasa (Mangoendihardjo, 1997).
Pupa berwarna putih kekuningan. Stadia pupa berkisar antara 4-6 hari.
Pupa dapat dilihat pada Gambar 3 (Mangoendihardjo, 1997).
Pupa
Gambar 3. Pupa C. Chinensis
Imago
C. chinensis yang baru dewasa, beberapa hari tetap berada dalam biji
kacang hijau, 2-3 hari keluar dari biji dengan cara mendorong kulit biji yang
digores dengan mandibelnya sehingga terlepas dan terbentuklah lubang
(Greaves et al, 1998).
Imago berukuran 5 mm panjangnya dan berbentuk bulat telur, cembung
pada bagian dorsal. Panjang tubuh kumbang jantan antara 2,40 -3 mm, sedangkan
betina 2,76-3,48 mm. Antena kumbang jantan bertipe sisir (pectinate) dan betina
bertipe gergaji (serrate). Stadia imago antara 25-34 hari. Imago dapat dilihat pada
Gambar 4 (Greaves et al, 1998).
Gambar 4. Imago C. Chinensis
Diakses dar
Kerusakan Yang Disebabkan C. chinensis
C. Chinensis merupakan salah satu hama yang menyerang kacang hijau
sejak dari lapangan sampai ketempat penyimpanan. Gejala serangan pertama pada
kacang hijau tampak bintik-bintik putih, setelah itu kacang hijau menjadi
berlubang-lubang akibat gerekan larva dan imago dan dari lubang itu keluar
Kerugian yang ditimbulkan hama ini mencapai 96%. Hama ini memakan
kacang-kacangan khususnya kacang hijau mulai dari merusak biji, memakannya
hingga tinggal bubuknya saja, akibatnya kacang hijau tidak dapat lagi digunakan
untuk benih maupun untuk dikonsumsi. Gejala kerusakan hama dapat dilihat pada
Gambar 5 (Kartasaputra, 1991).
Gambar 5. Gejala Serangan C. Chinensis
Diakses dar
Insektisida Botani
Insektisida botani berasal dari bahan alami tumbuhan. Memiliki sifat
spesifik sehingga aman bagi musuh alami hama. Residunya pun mudah terurai
hingga aman bagi lingkungan. Bahan bakunya dapat diperoleh dengan mudah dan
murah. Beberapa jenis tanaman terutama dari keluarga Annonaceae dan
Meliaceae seperti Mimba (Azadirachta indica L.), Bengkuang
(Pachyrrhyzuserosus L.), Sirsak (Annona mucirata L.), dan Srikaya
(Annonasquamosa L.), Mindi (Melia azedarach), telah diteliti keefektifannya
dapat mengendalikan berbagai jenis hama (Dinas Pertanian Tanaman Hias, 2009).
Insektisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal
pengganggu tumbuhan (OPT). Insektisida nabati dapat berfungsi sebagai penolak,
penarik, antifertilitas (pemandul) (Dinas Pertanian Dan Kehutanan, 2007).
Bagian dari tumbuhan yang digunakan misalnya daun, biji, buah, akar dan
lainnya. Bahan-bahan tersebut diolah menjadi berbagai macam bentuk,
antara lain cairan berupa ekstrak dan minyak, serta bentuk padat berupa serbuk
(Samsudin, 2008).
Tanaman Mimba (Azadirachta indica L.)
Mimba adalah tanaman asli daerah tropika Asia Tenggara. Tanaman ini
tumbuh cepat dan tahan kering. Mimba yang tumbuh di lahan kering dan tidak
subur menghasilkan zat bioaktif yang lebih banyak daripada yang tumbuh di tanah
subur. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah biji. Biji mimba dapat dilihat
pada Gambar 6 (Anugeraheni dan Brotodjojo, 2002)
Gambar 6. Biji Mimba
Diakses dar 1 Februari 2010.
Sifat penting Azadirachtin adalah tidak beracun pada manusia dan
vertebrata, daya kerja utamanya adalah menekan nafsu makan (antifeedant) untuk
serangga hama. Azadirachtin berfungsi sebagai insektisida nabati yang tidak
pertumbuhan, reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan
komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur dan menghambat pembentukan
kitin dan berperan sebagai pemandul, mengganggu proses perkawinan dan
menghambat peletakan telur. Rumus bangun Azadirachtin dapat dilihat pada
Gambar 7 (Rukmana dan Yuniarsih, 2003).
Gambar 7. Rumus Bangun Azadirachtin
Diakses dar 2 Februari 2010.
Tanaman Bengkuang (Pachyrrhyzus erosus L.)
Bengkuang dikenal dari
dasar
memutihkan kulit. Tumbuhan yang berasal dari
dalam suku polong-polongan ataub).
Serbuk atau tepung biji bengkuang dapat digunakan untuk melindungi
benih tanaman dari gangguan hama. Bubuk bijinya dapat dimanfaatkan sebagai
insektisida alami. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah biji. Biji bengkuang
Gambar 8. Biji Bengkuang
Sumber : Foto Langsung. 2 Februari 2010.
Bagian tumbuhan dari bengkuang yang digunakan untuk membunuh hama
adalah biji yang mengandung Rotenon. Serangga yang teracuni akan mati
kelaparan yang disebabkan oleh kelumpuhan alat-alat mulut serangga tersebut
Rumus bangun Rotenon dapat dilihat pada Gambar 9 (Kardinan,2001).
Gambar 9. Rumus Bangun Rotenon
Diakses dar 2 Februari 2010.
Tanaman Sirsak (Annona mucirata L.)
Tanaman sirsak termasuk kedalam famili Annonaceae. Batang berbentuk
bulat dan bercabang. Daun berbentuk bulat telur, ujung runcing dan berwarna
hitam. Bagian tanaman yang digunakan adalah daun dan biji. Biji sirsak dapat
dilihat pada Gambar 10 (Van Steenis, dkk, 2005).
Gambar 10. Biji Sirsak
Sumber : Foto Langsung. 2 Februari 2010.
Bagian tanaman yang digunakan adalah daun dan biji yang mengandung
senyawa kimia Annonain yang bersifat racun kontak dan racun perut. Bermanfaat
sebagai insektisida, repellent (penolak), dan antifeedant. Rumus bangun Annonain
dapat dilihat pada Gambar 11 (Kardinan, 2001).
Gambar 11. Rumus Bangun Annonain
BAHAN DAN METODA
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2010.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih Kacang Hijau,
Callosobruchus chinensis, Biji Mimba, Biji Bengkuang, Biji Sirsak.
Alat yang digunakan adalah stoples, kain muslin, karet gelang, blender,
timbangan digital, pipet, baki plastik, ayakan.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non
faktorial, terdiri dari 10 perlakuan.
F1 = Kontrol
F2 = Serbuk biji Mimba 1gr/200gr Kacang Hijau
F3 = Serbuk biji Mimba 3gr/200gr Kacang Hijau
F4 = Serbuk biji Mimba 5gr/200gr Kacang Hijau
F5 = Serbuk biji Bengkuang 1gr/200gr Kacang Hijau
F6 = Serbuk biji Bengkuang 3gr/200gr Kacang Hijau
F7 = Serbuk biji Bengkuang 5gr/200gr Kacang Hijau
F9 = Serbuk biji Sirsak 3gr/200gr Kacang Hijau
F10 = Serbuk biji Sirsak 5gr/200gr Kacang Hijau
Masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan, dengan rumus :
(t-1) (r-1) ≥ 15
(10-1) (r-1) ≥ 15
(10r-10-r+1) ≥ 15
9r-9 ≥ 15
9r ≥ 24
r ≥ 2,6
r = 3
Jumlah perlakuan (t) = 10
Jumlah ulangan (r) = 3
Model Linier yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
Yij = μ + τi + ξij
Keterangan :
Yij = nilai pengamatan pada taraf ke-i dan ulangan ke-j μ = nilai tengah umum
τ
i = pengaruh perlakuan ke-iPelaksanaan Penelitian
1. Penyediaan Tempat Serangga Uji
Untuk tempat C. chinensis yang akan diaplikasikan adalah berupa stoples
dengan ukuran tinggi 13 cm dengan diameter 14 cm. Mulut stoples ditutup dengan
kain muslin dan diikat dengan karet gelang. Stoples yang diperlukan dalam
percobaan ini adalah sebanyak 30 buah dan kain muslin yang diperlukan dalam
percobaan ini adalah sebanyak 30 buah.
2. Penyedian Serangga Uji
Kumbang C. chinensis diambil dari tempat penjualan kacang hijau di
pasar. Kumbang direaring terlebih dahulu untuk menghomogenkan umur imago
yang akan diaplikasikan. Kumbang yang dimasukkan sebanyak 20 ekor pada
setiap stoples.
Penyediaan Serbuk Biji
a. Serbuk Biji Mimba
Biji mimba yang digunakan adalah biji yang telah tua dengan ciri-ciri kulit
biji berwarna coklat kekuningan. Biji dicuci dengan air dan dijemur selama 3 hari
untuk mengurangi kadar air biji. Biji dihaluskan dengan blender hingga menjadi
serbuk, kemudian diayak lalu ditimbang sebanyak 1 gr, 3gr, 5gr, masing-masing
dicampurkan ke kacang hijau di dalam stoples.
b. Serbuk Biji Bengkuang
Biji bengkuang yang digunakan adalah biji yang telah tua dengan ciri-ciri
kulit buah berwarna kekuningan. Kulit biji dibuang kemudian dijemur 3 hari
diayak lalu ditimbang sebanyak 1 gr, 3 gr dan 5 gr, masing-masing dicampurkan
ke kacang hijau di dalam stoples.
c. Serbuk Biji Sirsak
Biji sirsak yang digunakan adalah biji yang telah tua dengan ciri-ciri kulit
buah berwarna hitam. Kulit biji dibuang kemudian dijemur 3 hari untuk
mengurangi kadar air. Biji diblender hingga menjadi serbuk kemudian diayak lalu
ditimbang sebanyak 1 gr, 3 gr dan 5 gr, masing-masing dicampurkan ke kacang
hijau di dalam stoples.
Aplikasi Serbuk Biji
Kacang hijau dimasukkan ke dalam stoples, kemudian dicampur dengan
serbuk biji mimba, bengkuang dan sirsak. Kemudian dimasukkan C. chinensis
sebanyak 20 ekor dari hasil rearing yang umurnya telah homogen. Stoples ditutup
dengan kain kasa dan diikat dengan karet gelang.
Peubah Amatan
1. Persentase Mortalitas Imago
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah imago C. chinensis
dengan melihat imago yang mati. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali sehari
dengan interval waktu 8 jam sekali. Persentase mortalitas imago dihitung dengan
menggunakan rumus :
P = x 100%
b a
Dimana :
P = Persentase kematian imago
a = Jumlah imago yang mati
b = Jumlah imago yang hidup
2. Pengamatan Susut Bobot Biji
Susut bobot bahan dihitung pada akhir penelitian. Besarnya kerusakan
yang ditimbulkan oleh imago diperoleh dengan cara menghitung susut bobot
bahan dengan rumus :
Susut bobot bahan = x 100%
a b a−
Keterangan : a = berat awal
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase Mortalitas (%) Imago C. chinensis
1. Pengaruh aplikasi serbuk biji Mimba, Bengkuang dan Sirsak terhadap
mortalitas (%) imago C. chinensis.
Data pengamatan mortalitas dan analisis sidik ragam dapat dilihat pada
Lampiran 2 – 9. Dari hasil analisa sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan
aplikasi tiga serbuk biji pada pengamatan I-VIII memberi pengaruh nyata
terhadap mortalitas imago C. chinensis. Untuk mengetahui perlakuan yang
[image:32.595.106.527.440.684.2]berbeda nyata dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan pengaruh aplikasi serbuk biji Mimba, Bengkuang dan Sirsak terhadap mortalitas imago (%) C. chinensis pada pengamatan I-VIII JSA.
Perlakuan Pengamatan
I II III IV V VI VII VIII
F1 0.00 0.00 g 0.00 g 0.00 e 0.00 g 0.00 f 0.00 f 0.00 b F2 0.00 1.67 fg 10.00 f 20.00 d 30.00 f 51.67 e 78.33 e 95.00 a F3 0.00 8.33 de 18.33 de 28.33 bcd 46.67 de 66.67 d 80.00 de 96.67 a F4 0.00 13.33 cd 25.00 bcd 33.33 bc 51.67 cd 73.33 cd 85.00 de 100.00 a F5 0.00 5.00 ef 16.67 e 26.67 cd 38.33 e 68.33 cd 85.00 de 98.33 a F6 0.00 11.67 cd 23.33 cd 30.00 bc 51.67 cd 75.00 cd 95.00 bc 100.00 a F7 0.00 16.67 bc 31.67 b 38.33 b 63.33 b 88.33 b 98.33 ab 100.00 a F8 0.00 15.00 c 28.33 bc 35.00 bc 60.00 bc 78.33 c 91.67 cd 100.00 a F9 0.00 23.33 ab 43.33 a 50.00 a 68.33 ab 90.00 b 100.00 a 100.00 a F10 0.00 31.67 a 46.67 a 58.33 a 76.67 a 96.67 a 100.00 a 100.00 a
Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5%.
JSA : Jam setelah aplikasi
Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa pada pengamatan VIII perlakuan F1
(Mimba 1g/200gr Kacang Hijau) tidak berbeda nyata dengan perlakuan F3
(Mimba 3g/200gr Kacang Hijau), F4 (Mimba 5gr/200gr Kacang Hijau), F5
(Bengkuang 1gr/200gr Kacang Hijau), F6 (Bengkuang 3gr/200gr Kacang Hijau),
F7 (Bengkuang 5gr/200gr Kacang Hijau), F8 (Sirsak 1gr/200gr Kacang Hijau), F9
(Sirsak 3gr/200gr Kacang Hijau), F10 (Sirsak 5gr/200gr Kacang Hijau).
Tabel 1 menunjukkan pada pengamatan VI mortalitas C. chinensis
tertinggi terdapat pada perlakuan F10 (Sirsak 5gr/200gr Kacang Hijau) sebesar
96.67 %dan terendah pada perlakuan F2 (Mimba 1g/200gr Kacang Hijau) sebesar
51.67 %. Pada pengamatan VIII mortalitas C. chinensis tertinggi terdapat pada
perlakuan F10 (Sirsak 5gr/200gr Kacang Hijau) sebesar 100.00 % dan terendah
pada perlakuan F2 (Mimba 1g/200gr Kacang Hijau) sebesar 95.00 %.
Dari Tabel 1 terlihat bahwa perlakuan dengan serbuk biji sirsak lebih
efektif dibandingkan dengan bengkuang dan mimba, dimana pada perlakuan
F9 (Sirsak 3gr/200gr Kacang Hijau) dan F10 (Sirsak 5 gr/200gr Kacang Hijau)
pada pengamatan VII mortalitas imago mencapai 100 %, sedangkan pada
perlakuan lainnya mortalitas imago masih dibawah 100 %. Perlakuan dengan
serbuk biji mimba kurang efektif dari perlakuan lainnya disebabkan karena bahan
aktif Azadirachtin pada mimba tidak bersifat racun kontak pada imago, sehingga
mortalitas imago perlahan-lahan dibandingkan dengan bengkuang dan sirsak. Hal
ini sesuai dengan pernyataan (Rukmana dan Yuniarsih, 2003) yang menyatakan
mimba berfungsi sebagai insektisida nabati yang tidak membunuh hama secara
cepat tetapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, reproduksi, proses
tetas telur dan menghambat pembentukan kitin dan berperan sebagai pemandul,
mengganggu proses perkawinan dan menghambat peletakan telur.
Kematian imago yang disebabkan aplikasi dari serbuk biji mimba,
bengkuang dan sirsak secara visual terlihat yaitu hama tidak bergerak, mengalami
kelumpuhan, tidak mau makan, tubuhnya menjadi berwarna coklat gelap, dan
akhirnya mati. Kematian imago yang disebabkan aplikasi dari serbuk biji sirsak
lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan dengan serbuk biji mamba dan
bengkuang. Hal ini disebabkan karena kandungan senyawa Annonain yang
terdapat pada biji sirsak bersifat sebagai racun kontak dan racun perut. Hal ini
sesuai dengan pernyataan (Kardinan, 2001) yang menyatakan bahwa biji yang
mengandung senyawa kimia Annoanin yang bersifat racun kontak dan racun perut
bermanfaat sebagai insektisida, repellent (penolak), dan antifeedant.
Beda rataan mortalitas imago C. chinensis pada aplikasi aplikasi serbuk
biji Mimba, Bengkuang dan Sirsak pada pengamatan I-VIII dapat dilihat pada
Gambar 12.
[image:34.595.114.496.478.744.2]Persentase Susut Bobot (%)
Persentase susut bobot Kacang hijau
Hasil pengamatan rata-rata dan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa
perlakuan yang diberikan dengan ketiga jenis serbuk biji tanaman memberi
[image:35.595.233.397.306.488.2]pengaruh nyata terhadap susut bobot kacang hijau. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Persentase Susut Bobot Kacang Hijau Pada Pengamatan I-VIII.
Perlakuan Rataan
F1 1.58 a
F2 0.96 b
F3 0.39 c
F4 0.22 cd
F5 0.35 cd
F6 0.23 cd
F7 0.16 cd
F8 0.18 cd
F9 0.13 cd
F10 0.09 d
Tabel 2. Rataan pengaruh aplikasi serbuk biji Mimba, Bengkuang dan Sirsak terhadap susut bobot kacang hijau pada pengamatan I-VIII.
Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa pada perlakuan F1 (kontrol) berbeda
nyata dengan perlakuan lainnnya, perlakuan F2 (Mimba 1g/200gr Kacang Hijau)
berbeda nyata dengan perlakuan lainnnya, perlakuan F3 (Mimba 3g/200gr Kacang
Hijau) berbeda nyata dengan perlakuan lainnnya dan F10 (Sirsak 5gr/200gr
Kacang Hijau) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan perlakuan F4
(Mimba 5gr/200gr Kacang Hijau) tidak berbeda nyata dengan perlakuan F5
F7 (Bengkuang 5gr/200gr Kacang Hijau), F8 (Sirsak 1gr/200gr Kacang Hijau), F9
(Sirsak 3gr/200gr Kacang Hijau), tetapi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil pengamatan persentase susut bobot
kacang hijau tertinggi terdapat pada perlakuan F1 (Kontrol) sebesar 1, 58 %.
Sedangkan yang terendah pada perlakuan F10 (Sirsak 5 gr/ 200gr Kacang Hijau),
sebesar 0, 09 % dan persentase susut bobot berbanding terbalik dengan persentase
mortalitas imago C. chinensis. Hal ini disebabkan karena kacang hijau yang
digunakan pada perlakuan kontrol tidak diberikan serbuk biji tanaman sehingga
susut bobot kacang hijau tinggi karena hama memakan kacang hijau tanpa ada
yang menghalanginya.
Beda rataan penurunan susut bobot kacang hijau terhadap aplikasi serbuk
[image:36.595.121.507.444.679.2]biji Mimba, Bengkuang dan Sirsak pada pengamatan I-VIII dapat dilihat pada
Gambar 13.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Mortalitas imago C. Chinensis tertinggi pada perlakuan F10 (Sirsak 5gr/200gr
Kacang Hijau) sebesar 100.00 % dan terendah pada perlakuan F2 (Mimba
1g/200gr Kacang Hijau) sebesar 95.00 %.
2. Persentase susut bobot kacang hijau tertinggi terdapat pada perlakuan F1
(Kontrol) sebesar 1, 58 % dan terendah pada perlakuan F10 (Sirsak 5 gr/
200gr Kacang Hijau) sebesar 0, 09 %.
3. Senyawa Azadirachtin pada biji mimba menyebabkan hama mati secara
perlahan sehingga mortalitas hama rendah sedangkan senyawa Annonain pada
biji sirsak bersifat racun kontak dan racun perut sehingga mortalitas hama
tinggi.
4. Aplikasi serbuk biji mimba, bengkuang dan sirsak tidak menyebabkan
keracunan pada manusia dan hama non sasaran sehingga aman untuk
digunakan.
Saran
- Sebaiknya dilakukan pengendalian C. chinensis dengan dosis 5 gr/ 200gr
sebagai dosis yang paling tinggi menyebabkan mortalitas hama
- Perlu dilakukan penelitian lanjutan di lapangan
- Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada stadia larva dengan dosis yang
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2009a. Manfaat Sari Kacang Hijau. Diakses dari
Anonimus, 2009b
Dinas Pertanian Dan Kehutanan, 2007. Pestisida Nabati. Diakses dari . Bengkuang. Wikipedia Bahasa Indonesia. Diakses dari : http://id.wikipedia.org/wiki/bengkuang. (1 Februari 2010).
Anugeraheni, D. P dan R. Brotodjojo, 2002. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Biji Mimba Terhadap Mortalitas Hama C. chinensis. Fakultas Pertanian UPN, Yogyakarta.
Basana, I. R. D. Prijono, 1994. Insectisidal Actifity of Aqueous Ektracts of Four Species of Annona (Annonaceae) Againts Cabbage Head Caterpillar, Bul.
Bato, S. M., and F. F. Sanches, 1998. The Biology and Chemical Control of
Callosobruchus Chinensis L., Phillipina.
(30 Januari 2010).
Dinas Pertanian, 2008. Teknologi Produksi Kacang Hijau. Diakses dari
Dinas Pertanian Tanaman Hias, 2009. Insektisida Botani Ramah Lingkungan.
Diakses dari
(1 Februari 2010).
Greaves, J. H. P. Dobie and J. Bridge, 1998. Strocage in Pest Control in Tropical Grain Legumes. College House, Wrights Lane, London.
Hanafiah, A. K., Anas, I. Napoleon, A., dan Ghuffar, N., 2005. Biologi Tanah Ekologi dan Mikrobiologi Tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kalshoven, L. G. E., 1987. Pest of Crops In Indonesia. PT. Ichtiar Baru. Van Hoeve, Jakarta.
Kardinan, A., 2001. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasinya. Penebar Swadaya, Jakarta.
Leatemia dan Isman, 2004. Efficacy of Crude Seed Extracts of Annona
Squamosa agints Diamond Back Moth, P. Xylostella in The
Greenhouse. Inter J, Press, Manag.
Mangoendihardjo, S., 1997. Hama-Hama Tanaman Pertanian di Indonesia. Yayasan Pembinaan Fakultas Pertanian. Universitas Gadja Mada, Yogyakarta.
Novizan, 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Petani Wahid, 2008. Daftar Tanaman Biopestisida. Diakses dari
Pusat Data Dan Informasi Pertanian, 2004. Statistika Pertanian. Pusat Data Dan Informasi Pertanian,Jakarta
Rukmana, R dan Y. Yuniarsih, 2003. Mimba, Tanaman Penghasil Pestisida Alami. Kanisius, Yogyakarta.
Samsudin, H., 2008. Pengendalian Hama Dengan Insektisida Botani. Diakses dari :
Slamet, M.S., 1997. Beberapa Aspek Biologi C. chinensis L. (Coleoptera: Bruchidae) Pada Lima Varietas kacang Hijau dan Pengaruh Yang Ditimbulkan Kumbang Tersebut Pada Mutu Benih, Bogor.
Sudarmo, M., 1991. Pengendalian Serangga Hama Sayuran dan Palawija. Kanisius, Yogyakarta.
Sukma, P., 2009. Pestisida Nabati. Diakses dari : (1 februari 2010).
Untung, K., 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Fakultas Pertanian.Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Van Steenis, G. Bloe Mbergen dan P. J., Eyma., 2005. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Pradnya Paramita, Jakarta.
Wikipedia, 2009. Bengkuang. Wikipedia Bahasa Indonesia. Diakses dari : http://id.wikipedia.org/wiki/bengkuang. (1 Februari 2010).
Lampiran 1
BAGAN PENELITIAN
Keterangan :
F1 = Kontrol
F2 = Serbuk biji Mimba 1gr/200gr Kacang Hijau
F3 = Serbuk biji Mimba 3gr/200gr Kacang Hijau
F4 = Serbuk biji Mimba 5gr/200gr Kacang Hijau
F5 = Serbuk biji Bengkuang 1gr/200gr Kacang Hijau
F6 = Serbuk biji Bengkuang 3gr/200gr Kacang Hijau
F7 = Serbuk biji Bengkuang 5gr/200gr Kacang Hijau
F8 = Serbuk biji Sirsak 1gr/200gr Kacang Hijau
F9 = Serbuk biji Sirsak 3gr/200gr Kacang Hijau
Lampiran 2. Data Pengamatan Mortalitas (%) C. chinensis pada 8 JSA
I II III
F 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F 2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F 3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F 4 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F 5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F 6 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F 7 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F 8 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F 9 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F 10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
T otal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
R ataan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Ulangan
Lampiran 3. Data Pengamatan Mortalitas (%) C. chinensis pada 16 JSA
Transformasi data Arc Sin √X
I II III
F 1 6,76 6,76 6,76 20,28 6,76
F 2 6,76 12,92 6,76 26,44 8,81
F 3 12,92 18,43 18,43 49,79 16,60
F 4 22,79 22,79 18,43 64,01 21,34
F 5 12,92 12,92 12,92 38,76 12,92
F 6 18,43 22,79 18,43 59,66 19,89
F 7 26,57 22,79 22,79 72,14 24,05
F 8 18,43 26,57 22,79 67,79 22,60
F 9 30,00 30,00 26,57 86,57 28,86
F 10 36,27 36,27 30,00 102,54 34,18 Total 191,85 212,23 183,88 587,97
Rataan 19,19 21,22 18,39 19,60
D aftar S idik R agam
SK dB JK KT F Hit F 0,05
Perlakuan 9 1994,79 221,64 30,05 * 2,39
Galat 20 147,53 7,38
Total 29 2142,32
KK = 13,86%
FK = 11523,67
Keterangan ** = Sangat Nyata
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
Ulangan
Total Rataan Perlakuan
I II III
F 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F 2 0,00 5,00 0,00 5,00 1,67
F 3 5,00 10,00 10,00 25,00 8,33
F 4 15,00 15,00 10,00 40,00 13,33
F 5 5,00 5,00 5,00 15,00 5,00
F 6 10,00 15,00 10,00 35,00 11,67
F 7 20,00 15,00 15,00 50,00 16,67
F 8 10,00 20,00 15,00 45,00 15,00
F 9 25,00 25,00 20,00 70,00 23,33
F 10 35,00 35,00 25,00 95,00 31,67
T otal 125,00 145,00 110,00 380,00
R ataan 12,50 14,50 11,00 12,67
Uji Jarak Duncan
Sy = 1,57
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
SSR 0.05 2,95 3,10 3,18 3,25 3,30 3,34 3,36 3,38 3,40 3,43
LSR 0.05 4,63 4,86 4,99 5,10 5,17 5,24 5,27 5,30 5,33 5,38
Perlakuan F1 F2 F5 F3 F6 F4 F8 F7 F9 F10
Rataan 6,76 8,81 12,92 16,60 19,89 21,34 22,60 24,05 28,86 34,18
a b
c d
e f
Lampiran 4. Data Pengamatan Mortalitas (%) C. chinensis pada 24 JSA
I II III
F 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F 2 10,00 15,00 5,00 30,00 10,00
F 3 20,00 20,00 15,00 55,00 18,33
F 4 25,00 30,00 20,00 75,00 25,00
F 5 15,00 20,00 15,00 50,00 16,67
F 6 25,00 25,00 20,00 70,00 23,33
F 7 30,00 30,00 35,00 95,00 31,67
F 8 25,00 30,00 30,00 85,00 28,33
F 9 45,00 45,00 40,00 130,00 43,33
F 10 50,00 45,00 45,00 140,00 46,67
T otal 245,00 260,00 225,00 730,00
R ataan 24,50 26,00 22,50 24,33
P erlakuan Ulangan T otal R ataan
Transformasi data Arc Sin √X
I II III
F 1 6,76 6,76 6,76 20,28 6,76
F 2 18,43 22,79 12,92 54,14 18,05
F 3 26,57 26,57 22,79 75,92 25,31
F 4 30,00 33,21 26,57 89,78 29,93
F 5 22,79 26,57 22,79 72,14 24,05
F 6 30,00 30,00 26,57 86,57 28,86
F 7 33,21 33,21 36,27 102,69 34,23
F 8 30,00 33,21 33,21 96,42 32,14
F 9 42,13 42,13 39,23 123,49 41,16
F 10 45,00 42,13 42,13 129,26 43,09 Total 284,89 296,57 269,23 850,69
Rataan 28,49 29,66 26,92 85,07 28,36
D aftar S idik R agam
SK dB JK KT F Hit F 0,05
Perlakuan 9 3099,40 344,38 56,41 * 2,39
Galat 20 122,09 6,10
Total 29 3221,49
KK = 8,71%
FK = 24122,23
Keterangan ** = Sangat Nyata
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
Ulangan
Uji Jarak Duncan
Sy = 1,43
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
SSR 0.05 2,95 3,10 3,18 3,25 3,30 3,34 3,36 3,38 3,40 3,43
LSR 0.05
4,21
4,42
4,54
4,64
4,71
4,76
4,79
4,82
4,85
4,89
Perlakuan F1 F2 F5 F3 F6 F4 F8 F7 F9 F10
Rataan 6,76 18,05 24,05 25,31 28,86 29,93 32,14 34,23 41,16 43,09
2,55 13,63 19,51 20,67 24,15 25,16 27,35 29,41 36,31 38,19
a b
c d
e .f
Lampiran 5. Data Pengamatan Mortalitas (%) C. chinensis pada 32 JSA
I
II
III
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
15,00
25,00
20,00
60,00
20,00
30,00
25,00
30,00
85,00
28,33
30,00
30,00
40,00
100,00
33,33
25,00
30,00
25,00
80,00
26,67
35,00
25,00
30,00
90,00
30,00
40,00
30,00
45,00
115,00
38,33
35,00
30,00
40,00
105,00
35,00
50,00
45,00
55,00
150,00
50,00
60,00
50,00
65,00
175,00
58,33
320,00
290,00
350,00
960,00
32,00
29,00
35,00
32,00
Ulangan
T otal
R ataan
Transformasi data Arc Sin √X
I II III
F 1 6,76 6,76 6,76 20,28 6,76 F 2 22,79 30,00 26,57 79,35 26,45 F 3 33,21 30,00 33,21 96,42 32,14 F 4 33,21 33,21 39,23 105,65 35,22 F 5 30,00 33,21 30,00 93,21 31,07 F 6 36,27 30,00 33,21 99,48 33,16 F 7 39,23 33,21 42,13 114,57 38,19 F 8 36,27 33,21 39,23 108,71 36,24 F 9 45,00 42,13 47,87 135,00 45,00 F 10 50,77 45,00 53,73 149,50 49,83 Total 333,51 316,73 351,94 1002,18
Rataan 33,35 31,67 35,19 100,22 33,41
D aftar S idik R agam
SK dB JK KT F Hit F 0,05
Perlakuan 9 3611,85 401,32 40,33 * 2,39
Galat 20 199,02 9,95
Total 29 3810,88
KK = 9,44%
FK = 33479,06
Keterangan : ** = Sangat Nyata
* = Nyata
tn = Tidak Nyata Ulangan
Uji Jarak Duncan
Sy = 1,82
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
SSR 0.05 2,95 3,10 3,18 3,25 3,30 3,34 3,36 3,38 3,40 3,43
LSR 0.05 5,37 5,65 5,79 5,92 6,01 6,08 6,12 6,16 6,19 6,25
Perlakuan F1 F2 F5 F3 F6 F4 F8 F7 F9 F10
Rataan 6,76 26,45 31,07 32,14 33,16 35,22 36,24 38,19 45,00 49,83
1,39 20,80 25,28 26,22 27,15 29,13 30,12 32,04 38,81 43,59
a b
c d
Lampiran 6. Data Pengamatan Mortalitas (%) C. chinensis pada 40 JSA
I II III
F 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F 2 25,00 30,00 35,00 90,00 30,00
F 3 45,00 45,00 50,00 140,00 46,67
F 4 45,00 55,00 55,00 155,00 51,67
F 5 35,00 40,00 40,00 115,00 38,33
F 6 50,00 50,00 55,00 155,00 51,67
F 7 60,00 60,00 70,00 190,00 63,33
F 8 60,00 55,00 65,00 180,00 60,00
F 9 60,00 75,00 70,00 205,00 68,33
F 10 75,00 80,00 75,00 230,00 76,67
T otal 455,00 490,00 515,00 1460,00
R ataan 45,50 49,00 51,50 48,67
P erlakuan Ulangan T otal R ataan
Transformasi data Arc Sin √X
I II III
F 1 6,76 6,76 6,76 20,28 6,76
F 2 30,00 33,21 36,27 99,48 33,16
F 3 42,13 42,13 45,00 129,26 43,09
F 4 42,13 47,87 47,87 137,87 45,96
F 5 36,27 39,23 39,23 114,73 38,24
F 6 45,00 45,00 47,87 137,87 45,96
F 7 50,77 50,77 56,79 158,33 52,78
F 8 50,77 47,87 53,73 152,37 50,79
F 9 50,77 60,00 56,79 167,56 55,85
F 10 60,00 63,43 60,00 183,43 61,14
Total 414,60 436,28 450,31 1301,18
Rataan 41,46 43,63 45,03 130,12 43,37
D aftar S idik R agam
SK dB JK KT F Hit F 0,05
Perlakuan 9 6298,55 699,84 92,34 * 2,39
Galat 20 151,57 7,58
Total 29 6450,12 KK = 6,35%
FK = 56435,80
Keterangan ** = Sangat Nyata
* = Nyata tn = Tidak Nyata
Uji Jarak Duncan
Sy = 1,59
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
SSR 0.05 2,95 3,10 3,18 3,25 3,30 3,34 3,36 3,38 3,40 3,43
LSR 0.05
4,69
4,93
5,05
5,17
5,25
5,31
5,34
5,37
5,40
5,45
Perlakuan F1 F2 F5 F3 F4 F6 F8 F7 F9 F10
Rataan 6,76 33,16 38,24 43,09 45,96 45,96 50,79 52,78 55,85 61,14
2,07 28,23 33,19 37,92 40,71 40,65 45,45 47,40 50,45 55,69
a b
c d
e .f
Lampiran 7. Data Pengamatan Mortalitas C. (%) chinensis pada 48 JSA
I II III
F 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F 2 55,00 50,00 50,00 155,00 51,67
F 3 70,00 70,00 60,00 200,00 66,67
F 4 70,00 80,00 70,00 220,00 73,33
F 5 70,00 70,00 65,00 205,00 68,33
F 6 75,00 80,00 70,00 225,00 75,00
F 7 90,00 90,00 85,00 265,00 88,33
F 8 80,00 80,00 75,00 235,00 78,33
F 9 95,00 90,00 85,00 270,00 90,00
F 10 95,00 100,00 95,00 290,00 96,67
T otal 700,00 710,00 655,00 2065,00
R ataan 70,00 71,00 65,50 68,83
P erlakuan Ulangan T otal R ataan
Transformasi data Arc Sin √X
I II III
F 1 6,76 6,76 6,76 20,28 6,76
F 2 47,87 45,00 45,00 137,87 45,96 F 3 56,79 56,79 50,77 164,35 54,78 F 4 56,79 63,43 56,79 177,01 59,00 F 5 56,79 56,79 53,73 167,31 55,77 F 6 60,00 63,43 56,79 180,22 60,07 F 7 71,57 71,57 67,21 210,34 70,11 F 8 63,43 63,43 60,00 186,87 62,29 F 9 77,08 71,57 67,21 215,86 71,95 F 10 77,08 90,00 77,08 244,16 81,39 Total 574,15 588,77 541,34 1704,27
Rataan 57,42 58,88 54,13 170,43 56,81
D aftar S idik R agam
SK dB JK KT F Hit F 0,05
Perlakuan 9 11051,36 1227,93 91,60 * 2,39
Galat 20 268,12 13,41
Total 29 11319,48
KK = 6,45%
FK = 96817,82
Keterangan ** = Sangat Nyata
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
Uji Jarak Duncan
Sy = 2,11
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
SSR 0.05 2,95 3,10 3,18 3,25 3,30 3,34 3,36 3,38 3,40 3,43
LSR 0.05 6,24 6,55 6,72 6,87 6,98 7,06 7,10 7,15 7,19 7,25
Perlakuan F1 F2 F3 F5 F4 F6 F8 F7 F9 F10
Rataan 6,76 45,96 54,78 55,77 59,00 60,07 62,29 70,11 71,95 81,39
0,52 39,40 48,06 48,90 52,03 53,01 55,19 62,97 64,77 74,14
.a b
c d
Lampiran 8. Data Pengamatan Mortalitas (%) C. chinensis pada 56 JSA
I II III
F 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F 2 85,00 85,00 65,00 235,00 78,33
F 3 85,00 80,00 75,00 240,00 80,00
F 4 80,00 90,00 85,00 255,00 85,00
F 5 85,00 90,00 80,00 255,00 85,00
F 6 100,00 95,00 90,00 285,00 95,00
F 7 100,00 100,00 95,00 295,00 98,33
F 8 95,00 90,00 90,00 275,00 91,67
F 9 100,00 100,00 100,00 300,00 100,00
F 10 100,00 100,00 100,00 300,00 100,00
T otal 830,00 830,00 780,00 2440,00
R ataan 83,00 83,00 78,00 81,33
P erlakuan Ulangan T otal R ataan
Transformasi data Arc Sin √X
I II III
F 1 6,76 6,76 6,76 20,28 6,76
F 2 67,21 67,21 53,73 188,16 62,72 F 3 67,21 63,43 60,00 190,65 63,55 F 4 63,43 71,57 67,21 202,21 67,40 F 5 67,21 71,57 63,43 202,21 67,40 F 6 90,00 77,08 71,57 238,64 79,55 F 7 90,00 90,00 77,08 257,08 85,69 F 8 77,08 71,57 71,57 220,21 73,40 F 9 90,00 90,00 90,00 270,00 90,00 F 10 90,00 90,00 90,00 270,00 90,00 Total 708,91 699,18 651,35 2059,44
Rataan 70,89 69,92 65,13 205,94 68,65
D aftar S idik R agam
SK dB JK KT F Hit F 0,05
Perlakuan 9 15714,42 1746,05 66,63 * 2,39
Galat 20 524,11 26,21
Total 29 16238,52
KK = 7,46%
FK = 141376,92
Keterangan ** = Sangat Nyata
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
Uji Jarak Duncan
Sy = 2,96
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
SSR 0.05 2,95 3,10 3,18 3,25 3,30 3,34 3,36 3,38 3,40 3,43
LSR 0.05 8,72 9,16 9,40 9,61 9,75 9,87 9,93 9,99 10,05 10,14
Perlakuan F1 F2 F3 F4 F5 F8 F6 F7 F9 F10
Rataan 6,76 62,72 63,55 67,40 67,40 73,40 79,55 85,69 90,00 90,00
-1,96 53,56 54,15 57,80 57,65 63,53 69,62 75,70 79,95 79,86
a b
c d
Lampiran 9. Data Pengamatan Mortalitas (%) C. chinensis pada 64 JSA
I II III
F 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F 2 100,00 100,00 85,00 285,00 95,00
F 3 100,00 100,00 90,00 290,00 96,67
F 4 100,00 100,00 100,00 300,00 100,00
F 5 100,00 100,00 95,00 295,00 98,33
F 6 100,00 100,00 100,00 300,00 100,00
F 7 100,00 100,00 100,00 300,00 100,00
F 8 100,00 100,00 100,00 300,00 100,00
F 9 100,00 100,00 100,00 300,00 100,00
F 10 100,00 100,00 100,00 300,00 100,00
T otal 900,00 900,00 870,00 2670,00
R ataan 90,00 90,00 87,00 89,00
P erlakuan Ulangan T otal R ataan
Transformasi data Arc Sin √X
I II III
F 1 6,76 6,76 6,76 20,28 6,76
F 2 90,00 90,00 67,21 247,21 82,40
F 3 90,00 90,00 71,57 251,57 83,86
F 4 90,00 90,00 90,00 270,00 90,00
F 5 90,00 90,00 77,08 257,08 85,69
F 6 90,00 90,00 90,00 270,00 90,00
F 7 90,00 90,00 90,00 270,00 90,00
F 8 90,00 90,00 90,00 270,00 90,00
F 9 90,00 90,00 90,00 270,00 90,00
F 10 90,00 90,00 90,00 270,00 90,00
Total 816,76 816,76 762,62 2396,14
Rataan 81,68 81,68 76,26 239,61 79,87
D aftar S idik R agam
SK dB JK KT F Hit F 0,05
Perlakuan 9 18050,95 2005,66 58,64 * 2,39
Galat 20 684,02 34,20
Total 29 18734,97 KK = 7,32%
FK = 191382,51
Keterangan ** = Sangat Nyata
* = Nyata tn = Tidak Nyata
Uji Jarak Duncan
Sy = 3,38
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
SSR 0.05 2,95 3,10 3,18 3,25 3,30 3,34 3,36 3,38 3,40 3,43
LSR 0.05
9,96
10,47
10,74
10,97
11,14
11,28
11,34
11,41
11,48
11,58
Perlakuan F1 F2 F5 F3 F4
F 6
F 7
F 8
F 9
F 10
Rataan 6,76 82,40 85,69 83,86 90,00
90,00
90,00
90,00
90,00
90,00
-3,20
71,94
74,96
72,88
78,86
78,72
78,66
78,59
78,52
78,42
Lampiran 10. Data Pengamatan Susut Bobot pada 64 JSA
I II III
F 1 1,50 1,65 1,60 4,75 1,58
F 2 1,10 0,63 1,15 2,88 0,96
F 3 0,57 0,30 0,31 1,17 0,39
F 4 0,21 0,19 0,27 0,66 0,22
F 5 0,50 0,49 0,06 1,05 0,35
F 6 0,26 0,18 0,27 0,70 0,23
F 7 0,12 0,19 0,19 0,49 0,16
F 8 0,25 0,11 0,19 0,55 0,18
F 9 0,15 0,13 0,11 0,38 0,13
F 10 0,05 0,06 0,15 0,26 0,09
T otal 4,70 3,91 4,28 12,88
R ataan 0,47 0,39 0,43 0,43
T otal R ataan
P erlakuan Ulangan
D aftar S idik R agam
SK dB JK KT F Hit F 0,05
Perlakuan 9 6,13 0,68 35,45 * 2,39
Galat 20 0,38 0,02
Total 29 6,51
KK = 32,27% FK = 5,53
Uji Jarak Duncan
Sy = 0,08
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
SSR 0.01 2,95 3,10 3,18 3,25 3,30 3,34 3,36 3,38 3,40 3,43
LSR 0.01
0,24
0,25
0,25
0,26
0,26
0,27
0,27
0,27
0,27
0,27
Perlakuan F10 F9 F7 F8 F4 F6 F5 F3 F2 F1
Rataan 0,09 0,13 0,16 0,18 0,22 0,23 0,35 0,39 0,96 1,58
-0,15 -0,12 -0,09 -0,08 -0,04 -0,03 0,08 0,12 0,69 1,31
·a ·b
Lampiran 11
FOTO PENELITIAN
Bagan Penelitian
[image:58.595.185.440.193.441.2]
Gambar Biji Mimba
[image:59.595.168.457.398.615.2]
Gambar Biji Bengkuang
[image:60.595.149.446.372.601.2]Gambar Biji Sirsak
[image:61.595.146.449.357.586.2]