(KASUS JAYA PRINTING GARMENT, JAKARTA)
R. DEDDY HERMAWAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa Tugas
Akhir yang berjudul : Kajian Kinerja dan Perspektif Usaha Pakaian Jadi (Kasus
Jaya Printing Garment, Jakarta) merupakan hasil karya sendiri di bawah arahan
dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar
pada program sejenis di perguruan tinggi lain serta belum pernah dipublikasikan.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah dicantumkan dalam teks dan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir ini.
Bogor, Juli 2011
R. Deddy Hermawan
ABSTRACT
R. DEDDY HERMAWAN. Performance Assessment and Business Perspectives Garment (Case Study at Jaya Printing Garment, Jakarta). Under the Guidance MUHAMMAD SYAMSUN As Chairman and BUDI PURWANTO as Member.
The economic crisis that occurred in late 2007 caused by the subprime mortgage crisis that occurred in America, impact on industry in Indonesia. One of the industries that experienced heavy pressure is textiles and textile products. Jaya Printing Garment Company, Jakarta as one of the companies engaged in the apparel, survived until the present. Armed with the experience of 1997, these companies continue to produce to meet the needs of the domestic market and business development, by selling apparel products imported from China. The purpose of this study were (1) Identify, analyze and evaluate the position and the company's current condition, (2) Know the company's financial performance, and (3) Identify the developments, enterprise, and develop appropriate of marketing strategies in winning the business competition. This study uses descriptive and analytical methods that are case studies. Processing and data analysis using the method of calculation of financial ratios, such as liquidity ratios, leverage, coverage, activity and profitability ratios. To formulate strategies for using the matrix IFE, EFE, IE, and SWOT. The results of the identification of factors internal strategy, labor-owned company is a major strength and its main weakness is the promotion and sales force, value obtained for 2.889 IFE and EFE values of 2.511, where the position of the company lies in the cell V. Market penetration and product development is an alternative strategy that can be applied. Demonstrate the company's financial performance, Liquidity Ratio - CR of 9.26x and 4.2x for QR indicate company's current debt can still covered by current assets. While the EBITDA Coverage Ratio/Debt amounting to 117.36%, decreased due to the increased HPP. Profitability ratio decreased to 7.19% due to increased HPP so companies have to lower profit margins in order to compete, this is reflected in the decline in the company to 9.87% ROE. Sales growth rose to Rp 1.75% due to increased demand from existing customers. Overall financial condition of the company in 2010 showed a positive value. SWOT Analysis Results for Garment Printing Jaya obtained alternative that can be applied, a combination of (a) The S-O Strategy, namely Maintain relationships with customers and suppliers, maintain product quality, (b) W-O Strategies: Maximizing the capacity of their existing production, increase in promotional activities (c) S-T Strategy: Increase creativity in creating new product designs, Providing competitive rates, (d) W-T Strategies Provides ease of payment for customers who have good payment history.
RINGKASAN
R. DEDDY HERMAWAN. Kajian Pemasaran Usaha Pakaian Jadi (Kasus Jaya Printing Garment, Jakarta). Di bawah bimbingan MUHAMMAD SYAMSUN dan BUDI PURWANTO.
Krisis ekonomi yang terjadi pada akhir tahun 2007 yang diakibatkan oleh subprime mortgage yang terjadi di Amerika, berimbas terhadap perindustrian yang ada di Indonesia. Salah satu industri yang mengalami tekanan cukup berat adalah industri tekstil dan produk tekstil. Dengan penurunan kemampuan daya beli masyarakat, maka turun pula demand terhadap produk tekstil tersebut. Negara-negara EU, USA dan Jepang sebagai pasar utama produk negara, yang juga terkena imbas krisis menurunkan permintaan tekstilnya dari Indonesia. Dari hal tersebut banyak perusahaan tekstil di Indonesia yang gulung tikar.
Perusahaan Jaya Printing Garment, Jakarta sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pakaian jadi, mampu bertahan sampai saat sekarang. Dengan berbekal pengalaman dari tahun 1997, perusahaan ini terus berproduksi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan pengembangan usahanya, dengan menjual produk import pakaian jadi dari China.
Tujuan dari kajian ini adalah (1) Melakukan identifikasi, analisa dan evaluasi posisi dan kondisi perusahaan saat ini; (2) Mengetahui kinerja keuangan perusahaan; dan (3) Mengidentifikasi perkembangan perkembangan perusahaan, serta menyusun strategi pamasaran yang tepat dalam memenangkan persaingan usaha.
Kajian ini menggunakan metode deskriptif dan analitik yang bersifat studi kasus. Data yang telah terkumpul kemudian dideskripsikan sebagaimana adanya untuk menjelaskan keadaan perusahaan. Pengolahan dan analisis data menggunakan metode kuantitatif yang terutama bertujuan melihat kelayakan usaha dari investasi yang telah dilakukan. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan metode perhitungan rasio keuangan, seperti rasio likuiditas, leverage, coverage, aktivitas, dan rasio rentabilitas. Sementara untuk mengevaluasi kondisi lingkungan perusahaan serta merumuskan strategi menggunakan metode deskriptif kualitatif, dimana alat analisa yang digunakan, yaitu matriks IFE, EFE, IE dan SWOT untuk menentukan alternatif strateginya.
Hasil dari identifikasi faktor strategi internal, tenaga kerja yang dimiliki merupakan kekuatan utama perusahaan dan kelemahan utamanya adalah promosi dan tenaga pemasaran, Nilai IFE yang diperoleh sebesar 2,889 dan nilai EFE sebesar 2,511, dimana posisi perusahaan terletak pada sel V. Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan alternatif strategi yang dapat diterapkan.
@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
KAJIAN KINERJA DAN
PERSPEKTIF USAHA PAKAIAN JADI
(KASUS JAYA PRINTING GARMENT, JAKARTA)
R. DEDDY HERMAWAN
Tugas Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada
Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tugas Akhir : Kajian Kinerja dan Perspektif Usaha Pakaian Jadi (Kasus Jaya Printing Garment, Jakarta)
Nama Mahasiswa : R. Deddy Hermawan
Nomor Pokok : F352060055
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr.Ir. Muhammad Syamsun, MSc Ir. Budi Purwanto, ME
Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Kecil Menengah
Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Dr.Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
yang berjudul : Kajian Kinerja dan Perspektif Usaha Pakaian Jadi (Kasus Jaya
Printing Garment, Jakarta). Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar magister profesional dalam program Magister
Profesional Industri Kecil Menengah pada Program Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis telah mendapatkan banyak bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr.Ir. Muhammad
Syamsun, MSc selaku pembimbing utama dan Ir. Budi Purwanto, ME selaku
pembimbing kedua yang telah memberikan banyak pengetahuan dan bimbingan
yang sangat bermanfaat bagi penyusunan Tugas Akhir ini. Kepada Prof.Dr.Ir.
Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku dosen penguji, terima kasih banyak atas
masukannya untuk dapat memperbaiki Tugas Akhir ini. Ungkapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada bapak, ibu, istri, anak serta seluruh keluarga dan
teman-teman atas segala doa, dan dukungannya.
Semoga Tugas Akhir ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi
dunia industri kecil pada umumnya dan industri garment pada khususnya. Saran
dan kritik atas Tugas Akhir ini diharapkan, agar menjadi lebih sempurna serta
memberikan manfaat bai pihak-pihak yang berkepentngan.
Jakarta, Juli 2011
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 9 April 1973 sebagai anak
keempat dari lima bersaudara, pasangan Bapak Rukito Baheramsyah dan Ibu Edah
Djubaedah. Pada Tahun 2006 penulis menikah dengan Cahyo Ayu Setiyowati dan
sekarang telah dikaruniai seorang putri yang bernama Alisha Anandya Hermawan.
Penulis diterima di Universitas Pasundan dengan program Sarjana (S1)
pada tahun 1991 di Jurusan Ekonomi Manajemen dan selesai pada tahun 1996.
Penulis bekerja di PT BNI (Persero) Tbk. Mulai tahun 1997 memulai karir sebagai
tenaga frontliner di BNI Cab Kuningan Jawa Barat sampai tahun 2000. Setelah
bergabung dengan Divisi Tresuri tahun 2000, penulis berkesempatan untuk
menjadi Home Staff di BNI cabang New York selama 3 tahun. Sekarang penulis
di tempatkan di Medan sebagai Manager di Treasury Regional Area (TRA)
Medan. Penulis masuk kuliah di Program Studi Magister Profesional Industri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 2
C. Tujuan ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Garment ... 4
B. Balance Score Card ... 5
C. Strategi Pemasaran ... 9
D. Matriks SWOT ... 12
E. Kinerja Keuangan ... 13
III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu ... 15
B. Metode Kerja ... 15
C. Aspek Kajian ... 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan ... 25
B. Hal yang Dikaji ... 26
C. Analisis Kelayakan Usaha ... 45
D. Perumusan Strategi ... 46
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 49
B. Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 51
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Model Matriks IFE dan EFE ... 17
2. Penilaian bobot faktor strategis internal/eksternal perusahaan …. 19 3. Jumlah mesin dan kapasitas produksi …………...……… 28
4. Kinerja keuangan perusahaan ……… 30
5. Realisasi omset perusahaan tahun 2008-2010 (juta Rp) ………… 35 6. Matriks IFE Jaya Printing Garment ....……….…….. 42 7. Matriks EFE Jaya Printing Garment ……….……. 43
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Matriks Internal Eksternal ...……….. 19
2. Matriks SWOT ……….……. 20
3. Tahapan proses pra produksi ……….……… 27
4. Tahapan proses produksi ……….…….………. 28
5. Sistem distribusi produk Jaya Printing Garment ….……….……. 33
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Kuesioner kajian untuk penilaian bobot dan rating faktor
strategi internal dan eksternal Jaya Printing Garment, Jakarta ... 53
2. Kuesioner untuk penilaian pengembangan produk ……… 59
3. Perhitungan bobot faktor strategi internal …………... 69
4. Perhitungan bobot faktor strategi eksternal ………….…... 70
5. Rekap bobot faktor strategi internal dan eksternal .….…... 71
6. Rekapitulasi perhitungan rating faktor strategi internal dan eksternal …………..……….…... 72
A. Latar Belakang
Krisis global telah membawa dampak negatifpada perekonomian dunia
termasuk Indonesia.Imbas krisis di Indonesia mulai terasa terutama menjelang akhir 2008. Setelah mencatat pertumbuhan ekonomi di atas 6% sampai dengan Triwulan III 2008, perekonomian Indonesia mulai mendapat tekanan berat pada Triwulan IV
tahun 2008. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia pun turut merasakan akibatnya. Melemahnya pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat
(AS), Uni Eropa (UE), dan Jepang, telah menurunkan daya beli masyarakatnya
dan sebagai akibatnya permintaan untuk TPT pun mengalami penurunan. Padahal
AS, UE, dan Jepang adalah pasar ekspor utama produk TPT dunia termasuk dari
Indonesia.
Selain itu, sejak di berlakukannya pasar bebas Asean dan Cina, cukup
banyak menganggu kinerja industri dalam negeri khususnya Garment. Industri
garment adalah industri yang memproduksi pakaian jadi dan perlengkapan
pakaian. Yang dimaksud dengan pakaian jadi adalah segala macam pakaian dari
bahan tekstil untuk laki-laki, wanita, anak-anak dan bayi. Bahan bakunya adalah
kain tenun atau kain rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts, polo shirt, dan sportswear), pakaian dalam (underwear) dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud dengan perlengkapan pakaian meliputi kaus kaki, sarung tangan, syal, selendang,
kerudung, cadar, saputangan, dasi dan sebagainya.
Ditengah kondisi perekonomian Indonesia tersebut, masih terdapat perusahaan yang mampu bertahan, diantaranya adalah industri Jaya Printing Garment yang dirintis sejak tahun 1997. Perusahaan ini bergerak dalam industri
pengolahan dengan sub sektor industri pakaian jadi, kecuali bahan berbulu. Jenis
produk yang dihasilkan antara lain baju tidur dewasa dan anak-anak, kaos
oblong, dan lain-lain. Produk yang dihasilkan ditujukan untuk pasar menengah ke
bawah dan dijual secara grosir ke pelanggan melalui agen. Sejak pertengahan
tahun 2010, perusahaan telah melakukan ekspansi usaha di bidang perdagangan
pakaian yang diimpor dari China Usaha tersebut telah berjalan sejak pertengahan
Perkembangan dunia usaha tekstil dan produk tekstil pada beberapa tahun
belakangan ini berkembang dengan pesat sebagai akibat dukungan
perkembangan teknologi yang memungkinkan pembuatan produk dengan biaya
rendah dan mutu yang tinggi. Sebagai konsekuensinya persaingan untuk
memperebutkan pangsa pasar yang ada menjadi semakin ketat. Persaingan itu
menjadi semakin menarik seiring dengan meningkatnya perekonomian yang
berdampak pada meningkatnya permintaan. Berbagai perkembangan diatas hanya
dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi suatu perusahaan maupun negara
apabila strategi pemasaran yang ditempuh sudah tepat.
Beberapa faktor perlu mendapat perhatian dalam upaya pengembangan
usaha, di antaranya adalah produk yang terjamin mutunya, harga kompetitif, serta
keberlangsungan produksi. Faktor lain yang juga harus diperhatikan dalam
rangka pengembangan produk adalah peningkatan teknologi, rekayasa proses,
serta rancang bangun alat yang tepat guna, yang ditunjang secara kuat dengan
penelitian dan pengembangan terapan (David, 2006). Oleh karena itu perlu
adanya perencanaan dan penyusunan strategi untuk mengembangkan hasil
produksi. Dibutuhkan penerapan prinsip-prinsip manajemen strategik, terutama
pemasaran dalam kegiatan operasionalnya sehari-hari. Penerapan strategi
pemasaran yang tepat sangat menunjang keberhasilan suatu produk di pasar.
Strategi dapat dikatakan sebagai cara atau taktik bersaing, karena salah satu
tujuannya adalah untuk memenangkan persaingan, di samping sebagai usaha
untuk menembus pasar bagi produk baru.
Tidak bisa dipungkiri bahwa seluruh departemen dalam suatu perusahaan
turut memberi andil besar bagi pertumbuhan sebuah perusahaan, namun
departemen pemasaranlah yang bisa menghasilkan pendapatan. Dengan
demikian, bisa dikatakan bahwa bidang pemasaran merupakan tulang punggung
bagi perusahaan. Pemasaran begitu pentingnya sehingga tidak lagi dipandang
sebagai fungsi tersendiri, melainkan harus dipandang bahwa pemasaran
merupakan keseluruhan bisnis itu sendiri.
Tujuan akhir dari aktivitas pemasaran adalah untuk mempengaruhi sifat dan jumlah permintaan pelanggan terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh
manajemen permintaan atas produk-produk perusahaan, karena semua kegiatan
pemasaran adalah ditujukan agar produknya dapat diterima dan kemudian
disenangi pasar. Untuk bisa disenangi atau diterima pasar inilah diperlukan
upaya-upaya sedemikian rupa sehingga produk yang dijual benar-benar bisa
memenuhi kebutuhan dan memuaskan konsumen. Upaya tersebut harus dimulai
sebelum suatu produk diproduksi hingga pemberian pelayanan setelah sebuah
produk sampai di tangan konsumen.
Sebagai industri yang memiliki posisi penting di perekonomian Indonesia
namun menghadapi permasalahan yang berat, maka dipandang sangat penting
untuk melakukan kajian yang komprehensif bagi industri garment ini untuk
mengetahui prospeknya di masa mendatang.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat disusun
perumusan masalah berikut:
1. Bagaimana posisi dan kondisi perusahaan saat ini ?
2. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan ?
2. Bagaimana perkembangan perusahaan serta strategi pemasaran usaha apa yang harus dilakukan perusahaan?
C. Tujuan
Tujuan dari kajian ini adalah :
1. Melakukan identifikasi, analisa dan evaluasi posisi dan kondisi perusahaan saat ini
2. Mengetahui kinerja keuangan perusahaan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Industri Garment
Industri garmen adalah industri tekstil dan produk tekstil (TPT),
bisnisyang global, yang akan terus eksis, dinamis dan berkembang. Karena di
dalambisnis ini berhubungan dengan cara mengekspresikan diri, emosi dan
identitas seseorang, yang akan sangat dipengaruhi oleh budaya dan kehidupan
sosialnya dalam masyarakat. Dalam industri ini akan sangat banyak melibatkan
pekerja dengan berbagai macam talenta dan kemampuan agar produk yang dibuat
sesuai dengan keinginan konsumen (ILO, 2006). Dalam hal ini Biro Pusat
Statistik membagi jenis usaha berdasarkan besarnya jumlah pekerja, yaitu
(Adiningsih, 2004): Kerajinan rumah tangga, dengan jumlah pekerja kurang dari
3 orang. Usaha kecil, dengan jumlah pekerja sebanyak 5-9 orang.Usaha
menengah, dengan jumlah pekerja sebanyak 20-99 orang. Usaha besar, dengan
jumlah pekerja lebih dari 100 orang.
Industri garmen sekarang ini sudah sangat jauh berkembang, sehingga
menyebabkan timbulnya persaingan bebas. Para pelaku pasar sedang
berlomba-lomba untuk menciptakan desain dan produk baru. Dengan adanya persaingan
yang global maka akan sangat berdampak pada industri yang ada di dalam negeri,
karena banyaknya produk dari luar negeri sudah menguasai pasar. Industri
garmen berkembang pesat pada negara-negara di Asia dan pemegang bisnis
garmen terbesar sampai saat ini adalah negara Cina, tercata sudah lebih dari 19
juta orang bekerja pada industri tekstil dan industri pakaian,yang mana semua
pekerjanya 70% didominasi oleh wanita (ILO, 2006). Produk-produk dari Cina
yang sekarang sudah menguasai sebagian besar pasar di Indonesia.Selain inovasi
yang terus berkembang, faktor utama yang menunjang adalah harga yang murah.
Pengembangan industri garmen merupakan salah satu bagian dariprioritas
pengembangan 10 kluster. Industri garmen menjadi salah satu industri yang
mempunyai peran strategis tidak saja karena kontribusinya terhadap perolehan
devisa tetapi juga dalam penyerapan terhadap tenaga kerja karena produk yang
demikian beragamdari hulu ke hilir, mulai dari bahan baku sampai barang
pengembangan klaster industri garmen, sebab Indonesia memiliki sumber daya
alam petrokimia sebagai bahan baku industri ini.
Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai potensi penyediaan
bahan baku yang cukup besar bagi industri garmen, baik berupa kayu
maupunnonkayu seperti limbah pertanian, bambu dan sumber serat lainnya.
Indonesia dewasa ini memiliki potensi produksi bahan baku industri garmen yang
cukupbesar, yaitu serat sintetis sebesar 1.408.700 ton/tahun, benang 1.920.258
ton/tahundan kain 1.312.106 ton/tahun (Indonesia, Departemen Perindustrian,
2005). Impor garmen di pasar dunia diperkirakan meningkat rata-rata 4%
pertahun, namun kemampuan Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasar relatif
kecil. Hal itu terlihat dari kenyataan bahwa dengan peningkatan ekspor garmen
dunia tahun 2003 ke tahun 2004 sebesar US$ 614 juta, namun pangsa pasar
produk TPT Indonesia relatif tetap. Tujuan utama ekspor garmen Indonesia pun
relatif tetap, yaitu ke Amerika Serikat, Eropa dan Jepang (Indonesia, Departemen
Perindustrian, 2005).
Selain kondisi aktual di atas, industri garmen nasional juga dipengaruhi
oleh perilaku pasar (konsumen dan buyer di pasar dunia) yang antara lain
tercermin dari trend permintaan yang cepat berubah, konsumen makin sensitif
terhadap harga (persaingan harga yang semakin ketat), semakin pendeknya
waktupemesanan (lead time), dan perilaku konsumen yang makin sulit diramalkan.
B. Balance Score Card
BSC merupakan konsep yang dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan
David P. Norton pada tahun 1992. Konsep BSC pada dasarnya merupakan
konsep manajemen dan dalam implementasinya difokuskan pada pengukuran
kinerja organisasi atau perusahaan dengan pendekatan keseimbangan (balance). Pendekatan secara seimbang tersebut dilakukan dengan mengukur kinerja
berdasarkan empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses
bisnis dalam perusahaan, serta proses pembelajaran dan pertumbuhan (Nawawi,
Kebanyakan perhatian organisasi hanya bertumpu pada kepentingan
pemilik modal, sehingga hanya perspektif keuangan yang digunakan untuk
mengukur kinerja manajemen dan mengabaikan kinerja aspek non-keuangan
lainnya. Dalam lingkungan persaingan yang kian turbulen, proses pengambilan
keputusan manajemen perlu didukung dengan sistem tolok ukur kinerja integratif,
dimana secara internal konsisten dengan visi, misi dan strategi perusahaan
disertai umpan balik yang semakin cepat, serempak dan simultan.
BSC merupakan sarana pengukuran kinerja yang melintasi empat perspektif
yang seimbang dan terkait secara klausal dari hilir ke hulu. Aspek-aspek yang
diukur dalam BSC (Yuwono dkk, 2007) adalah :
1. Perspektif keuangan, yaitu mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus
kehidupan bisnis, yaitu growth, sustain dan harvest. Tiap tahapan memiliki
sasaran berbeda, sehingga penekanan pengukurannya berbeda pula. Growth
(tahap pertumbuhan) dimana pada umumnya perusahaan masih beroperasi
dengan arus kas yang negatif dengan tingkat pengembalian modal rendah.
Tolok ukur yang cocok dalam tahap ini, misalnya ada atau tidaknya tingkat
pertumbuhan atau penjualan dalam segmen pasar yang telah ditargetkan.
Sustain adalah tahap dimana perusahaan masih melakukan investasi dan
reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian yang baik, sehingga
tolok ukur keuangan diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas
investasi yang dilakukan. Harvest adalah tahap dimana sudah tidak ada lagi
investasi besar, baik ekspansi maupun pembangunan kemampuan baru,
kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. Sasaran
utamanya adalah keuangan, sehingga sebagai tolok ukur adalah
memaksimumkan arus kas masuk dan pengurangan modal kerja.
2. Perspektif pelanggan, dimana perspektif ini merupakan leading indicator, sehingga kinerja yang buruk dari perspektif ini akan menurunkan jumlah
pelanggan/nasabah di masa depan, meskipun saat ini kinerja keuangan
terlihat baik. Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran,
yaitu:
a. Customer Core Measurement yang memiliki beberapa komponen
1) Markets share yang meliputi : jumlah pelanggan, jumlah penjualan dan volume unit penjualan.
2) Customer retention : mengukur tingkat dimana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen.
3) Customer acquisition : mengukur tingkat dimana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru
4) Customer satisfaction : menaksir tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria kinerja spesifik dalam value proposition.
5) Customer profitability : mengukur laba bersih dari seorang pelanggan atau segmen setelah dikurangi biaya yang khusus diperlukan untuk
mendukung pelanggan tersebut.
b. Customer Value Proposition menggambarkan pemicu kinerja yang
didasarkan pada atribut :
1) Product/service attributes : meliputi produk atau jasa, harga dan kualitas. Perusahaan harus mengidentifikasi apa yang diinginkan
pelanggan atas produk yang ditawarkan, selanjutnya pengukuran
kinerja ditetapkan berdasarkan hal tersebut.
2) Customer relationship : menyangkut perasaan pelanggan terhadap proses pembelian produk yang ditawarkan. Konsumen biasanya
menganggap penyelesaian order yang cepat dan tepat waktu sebagai
faktor yang penting bagi kepuasannya.
3) Image and reputation : menggambarkan faktor-faktor yang menarik konsumen untuk berhubungan dengan perusahaan. Membangun citra
dan reputasi dapat dilakukan melakukan iklan dan menjaga kualitas
seperti dijanjikan
3. Perspektif proses bisnis internal. Perspektif ini memungkinkan manajer
untuk mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk
atau jasanya sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Pengukuran kinerja dalam
perspektif ini berpedoman pada proses-proses berikut :
a. Proses inovasi, yaitu proses menggali pemahaman tentang kebutuhan
b. Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk
atau jasa. Pengukuran kinerja yang terkait dalam proses operasi
dikelompokkan pada : waktu, mutu dan biaya.
c. Proses pelayanan purna jual merupakan jasa pelayanan pada pelanggan
setelah penjualan produk atau jasa dilakukan. Perusahaan dapat
mengukur, apakah upayanya dalam pelayanan purna jual telah memenuhi
harapan pelanggan.
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Termasuk dalam perspektif ini
adalah pelatihan pegawai dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan
perbaikan individu dan organisasi. Dalam perspektif ini perusahaan
menggunakan tolok ukur :
a. Kemampuan pegawai (Imployee capabilities), yaitu adanya perencanaan
dan upaya implementasi reskilling pegawai, sehingga kecerdasan dan kreativitas pegawai dapat dimobilisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Tolok ukur kemampuan pegawai adalah tingkat kepuasan pegawai,
tingkat perputaran pegawai dan besarnya pendapatan perusahaan per
pegawai.
b. Kemampuan sistem informasi (Information systems capabilities), yaitu adanya sistem informasi yang memadai, sehingga kebutuhan informasi
seluruh tingkatan pegawai dapat dipenuhi sebaik-baiknya. Adapun tolok
ukurnya adalah tingkat ketersediaan, ketepatan dan waktu untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan.
c. Motivasi dan pemberdayaan (Motivation and empowerment), yaitu adanya proses yang berkesinambungan terhadap upaya pemberian
motivasi dan inisiatif kepada karyawan, sehingga perlu dukungan
motivasi yang besar dan pemberdayaan pegawai berupa delegasi
wewenang yang memadai untuk mengambil keputusan. Adapun tolok
ukurnya adalah banyaknya pegawai yang telah mengetahui dan mengerti
tujuan dari perusahaan.
Dengan menelusuri serangkaian aktivitas penciptaan nilai tambah melalui
serangkaian indikator sebab akibat yang penting bagi organisasi dari mulai
keputusan akan mendapatkan gambaran komprehensif mengenai kinerja beragam
aktivitas perusahaan, namun tetap dalam satu rangkaian strategi yang saling
terkait satu sama lain.
C. Strategi Pemasaran
Untuk mencapai suatu tujuan dan menciptakan keunggulan bersaing
setiap perusahaan menggunakan strategi yang tepat. Menurut Hamel dan Prahalad yang dikutip Rangkuti (2005) mengatakan bahwa “Strategi merupakan tindakan yang bersifat inkremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus,
serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh
para pelanggan di masa depan. Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari “apa yang dapat terjadi”, bukan dimulai dari “apa yang terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.
Menurut David (2006), strategi adalah cara untuk mencapai tujuan-tujuan
jangka panjang. Strategi bisnis berupa perluasan geografis, diversifikasi, akuisisi,
pengembangan produk, penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan, divestasi,
likuidasi dan join venture. Penetrasi pasar merupakan suatu strategi untuk pertumbuhan perusahaan dengan meningkatkan penjualan produk yang ada saat
ini kepada segmen pasar yang sekarang tanpa mengubah produk (Kotler dan
Amstrong, 2001).
Tujuan akhir dari strategi penetrasi pasar adalah untuk menguasai dan
mempertahankan pangsa terdepan dari pasar total untuk produk baru (Boyd et
al., 2000). Dapat pula diartikan bahwa strategi adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang
banyak untuk merealisasikannya. Dua peubah yang sangat penting untuk
pelaksanaan strategi adalah segmentasi pasar dan pemosisian produk, kedua hal
tersebut merupakan kontribusi penting bagi manajemen strategis dalam
pemasaran (David, 2004). Positioning adalah citra produk atau jasa yang ingin dilihat oleh konsumen. Kunci dari positioning adalah persepsi konsumen
melayaninya, kalau tidak mau tersingkir dari kancah persaingan yang semakin
dahsyat (Purnomo dan Zulkieflimansyah, 1999).
Menurut Rangkuti (2005), segmentasi pasar merupakan tindakan
mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli/konsumen secara terpisah.
Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki, sedangkan positioning merupakan penetapan posisi pasar, yang bertujuan untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing
produk yang ada di pasar ke dalam benak konsumen. Menetapkan pasar sasaran
adalah proses mengevaluasi daya tarik dari masing-masing segmen pasar dan
memilih satu atau lebih segmen untuk dimasuki (Kotler dan Amstrong, 2001).
Menurut Buttle (2004), segmen pasar adalah proses memilah-milah pasar
menjadi sub-sub kelompok bersifat kurang lebih homogen yang memungkinkan
diberi proposisi nilai yang berbeda dan pada akhir proses tersebut, perusahaan
dapat menentukan segmen-segmen mana yang ingin dilayaninya. Menurut Kotler
dan Amstrong (2001), segmen pasar adalah suatu kelompok konsumen yang
memberikan respon dengan cara yang sama terhadap serangkaian usaha-usaha
pemasaran tertentu.
Pendekatan umum yang dilakukan oleh produsen dalam mengidentifikasi
segmen utama suatu pasar terdiri dari tiga langkah, yaitu tahap survei adalah
melakukan wawancara terhadap kelompok pengamatan untuk mendapatkan
pemahaman atas motivasi, sikap dan perilaku konsumen; Tahap analisis dengan
analisis faktor dan analisis kelompok untuk menghasilkan segmen yang berbeda;
Tahap pembentukan bertujuan membentuk kelompok berdasarkan perbedaan
sikap, perilaku demografis, psikografis dan pola media (Kotler dan Susanto,
1999).
Peubah dalam melakukan segmentasi pasar konsumen, terdiri atas
segmentasi geografis, demografis, psikografis dan perilaku, sedangkan peubah
dalam melakukan segmentasi pasar bisnis adalah demografis, operasional,
pendekatan pembelian, situasi dan karakteristik pribadi (Purnama, 2002).
Segmentasi yang efektif dapat diukur, besar, dapat diakses, dapat dibedakan dan
Menurut Etzel,dkk dalam Saladin (2004) menyatakan bahwa Marketing is
a total system of business designed to plan, price, promote and distribute want satiffying product to target markets to achieve organizational objective. Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk
mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai sasaran serta tujuan organisasi”.
Pemasaran menurut Kotler dan Susanto (1999), merupakan proses sosial
dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan
keinginannya dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang
bernilai satu sama lain. Sama halnya dengan Rangkuti (2005), mengatakan
bahwa Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor sosial, budaya, politik, ekonomi dan manajerial. Akibat dari pengaruh
berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu maupun kelompok
mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan dan
menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas.
McLeod Jr dan Schell (2001) mengatakan bahwa pemasaran terdiri dari
kegiatan perorangan dan organisasi yang memudahkan dan mempercepat
hubungan pertukaran yang memuaskan dalam lingkungan yang dinamis melalui
penciptaan, pendistribusian, promosi dan penentuan harga barang, jasa dan
gagasan. Proses pemasarannya sendiri menurut Kotler dan Amstrong (2001)
adalah proses menganalisis peluang pemasaran, menyeleksi pasar sasaran,
mengembangkan bauran pemasaran dan mengatur usaha pemasaran. Jadi, tugas
pemasaran yang penting adalah meyakinkan sebanyak mungkin calon pelanggan
untuk mengadopsi produk pelopor dengan cepat untuk kemudian menurunkan
biaya unit dan membantun sejumlah besar pelanggan yang setia sebelum para
pesaing masuk ke pasar (Boyd et al., 2000).
Dari semua pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemasaran merupakan sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang dituju untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada
maupun pembeli potensial. Sementara itu, strategi pemasaran adalah logika
pemasarannya. Dalam mendesain suatu strategi pemasaran, hal penting yang
dilakukan oleh perusahaan adalah menerapkan konsep segmentation, targeting dan positioning (STP). Perusahaan perlu memilih pasar sasaran yang akan dilayani sesuai dengan kemampuannya.
Para pemasar wajib memahami keragaman dan kesamaan konsumen atau
perilaku konsumen, agar mampu memasarkan produknya dengan baik. Para
pemasar harus memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil
keputusan konsumsi, sehingga pasar dapat merancang strategi pemasaran dengan
lebih baik.
D. Matriks SWOT
Analisis matriks Strenghts, Weaknesses, Opportunities danThreats (SWOT)
merupakan salah satu alat analisis yang dapat menggambarkan secara jelas
keadaan yang dihadapi oleh perusahaan. Rangkuti (2005) menyatakan analisis
SWOT adalah mengidentifikasi berbagai faktor yang secara sistematis untuk
merumuskan strategi yang didasarkan pada logika untuk memaksimalkan
kekuatan yang dimiliki dan peluang yang ada dan secara bersamaan mampu
meminimalkan kelemahan dan ancaman yang timbul yag berasal dari intern dan
ekstern perusahaan.
Menurut David (2006), teknis perumusan strategi yang digunakan untuk
membantu menganalisa, mengevaluasi dan memilih strategi terdiri dari tiga
tahap, yaitu : (1) tahap mengumpulkan data yang meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi, (2) tahap pencocokan,
berfokus pada strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor
eksternal dan internal, (3) tahap keputusan, merupakan tahap untuk memilih
strategi yang spesifik dan terbaik dari berbagai strategi alternatif yang ada untuk
diimplementasikan.
Alat analisis untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan dengan
menggunakan matriks SWOT, dapat menggambarkan dengan jelas peluang dan
ancaman dari luar yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki perusahaan. Matriks ini menghasilkan empat set
E. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan dapat diukur dengan melakukan analisis laporan
keuangan dalam periode waktu tertentu. Laporan keuangan dimaksudkan untuk
memberikan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan. Laporan Keuangan adalah “wakil perusahaan” dalam menjelaskan keuangannya. Dua jenis laporan keuangan yang paling banyak dipakai adalah Neraca (Balance
Sheet) dan Laporan Rugi/Laba (Income Statementatau Profit and Loss Statement). Neraca terdiri dari komposisi aktiva sertakomposisi hutang dan modal. Sedangkan Laporan Rugi/Laba terdiri dari komposisi penjualan, harga
pokok dan biaya-biaya perusahaan dalam periode tertentu (Mulyono, 1994).
Rasio merupakan gambaran hubungan atau perimbangan (mathematical judgement) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain (Munawir, 1995). Sedangkan Riyanto (2001) menyatakan bahwa rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam ‘arithmethical term’ yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan dua data, dan jika dihubungkan dengan masalah keuangan maka akan
menjadi data keuangan.
Menurut Jusuf (2008), secara umum jenis-jenis rasio keuangan dapat dibagi
lima golongan, yaitu rasio likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas dan pertumbuhan. Dari setiap golongan tersebut dapat dijelaskan rasio-rasio yang
terkait di dalamnya.
a. Rasio Likuiditas. Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk bagian dari kewajiban
jangka panjang yang telah berubah menjadi kewajiban jangka pendek).Rasio
yang termasuk dalam golongan ini adalah current ratio dan quick
ratio.Current ratio adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana kewajiban lancar (current liabilities) dijamin pembayarannya oleh aktiva lancar (current
asset). Quick ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban lancar menggunakan aktiva yang
b. Rasio Leverage. Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besarharta perusahaan diperoleh atau didanai dengan hutang. Rasio yang termasuk golongan ini antara lain adalah debt to equity ratio dan liabilitiesto total asset. Debt to equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur proporsi hutang terhadap modal sendiri.Liabilities to total assetadalah rasio yang menjelaskan seberapa besar harta yang dimiliki perusahaan didanai dengan hutang.
c. Coverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat keamanan bank dalam pemberian kredit, rasio yang dipergunakan adalah Timesinterest earned ratio atau EBIT Coverage Ratio (Earning before interestand taxed coverage ratio). Rasio ini mengukur tingkat kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjaman.
d. Rasio Aktivitas. Rasio yang dipergunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang terdapat dalam perusahaan. Beberapa rasio yang masuk dalam golongan ini adalah assetturnover, accounts receivable turnover dan inventory turnover. Asset turn over (perputaran aktiva) menunjukkan manajemen mengelola seluruh investasi (aktiva) guna menghasilkan penjualan. Accounts receivable turn over adalah rasio yang dipergunakan untuk mengukur perputaran dana yang tertanam pada piutang periode tertentu. Inventory turnover adalah rasio yang mengukur perputaran dana yang tertanam pada inventory.
III. METODE KAJIAN
A. Lokasi dan Waktu
Pengambilan data akan dilakukan disebuah industri pengolahan dengan
sub sektor industri pakaian jadi yang berlokasi di Jl. Wader Blok G.II No. 25
RT/RW 010/012 Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara. Waktu yang diperlukan
kurang lebih selama tiga bulan, mulai Mei – Juli 2011.
B. Metode Kerja
Kajian ini menggunakan metode deskriptif yang bersifat studi kasus (case
study). Data yang telah terkumpul kemudian dideskripsikan sebagaimana adanya untuk menjelaskan keadaan perusahaan.
1. Pengumpulan data
Dalam membahas dan menganalisis masalah pada kajian ini
dibutuhkan data primer dan sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun
kuantitatif. Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik observasi
langsung di lapangan, meliputi wawancara langsung dengan pemilik dan
karyawan meliputi manajemen umum perusahaan dengan menggunakan
kuesioner (Lampiran 1) dan melakukan pemantauan terhadap lingkungan,
baik internal maupun eksternal yang dapat memberikan gambaran kondisi
perusahaan. Pemilihan responden secara purposive, dengan pertimbangan kesediaan pihak manajemen untuk memberikan data yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan kajian ini.Selain itu, dilakukan wawancara untuk
mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan, serta penentuan bobot dan peringkat untuk
masing-masing faktor tersebut (Lampiran 2).
Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka sebagai sumber analisa
teori manajemenstrategik dan pemasaran, serta pengembangan usaha yang
sesuai dengan kondisi perusahaan, juga data-data lainnya yang relevan
dengan topik kajian.Selain itu, data sekunder yang diperlukan dalam
bahan baku, jumlah tenaga kerja, fasilitas pendukung dan proyeksi
harga-harga, serta asumsi-asumsi yang menjadi dasar perhitungan kegiatan usaha.
2. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data menggunakan metode kuantitatif dan
deskriptif kualitatif.Analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui aspek
pasar yang meliputi pemasaran, aspek produk meliputi kajian mengenai
produk yang dihasilkan perusahaan, serta aspek pengembangan usaha.Data
yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan matriks IFE, EFE, IE dan
SWOT, dengan penjabaran sebagai berikut :
a. Matriks IFE dan EFE
Matriks IFE dan EFE bertujuan untuk menganalisis faktor lingkungan,
baik internal maupun eksternal perusahaan.Faktor-faktor internal
diklasifikasikan menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan dan
dianalisis dengan matriks IFE. Faktor-faktor eksternal diklasifikasikan atas
peluang dan ancaman bagi perusahaan dan dianalisis dengan matriks EFE.
Tahapan dalam pembuatan matriks IFE dan EFE (David, 2006) sebagai
berikut :
i. Tentukan dalam kolom 1 faktor strategis eksternal yang menjadi
peluang dan ancaman dan faktor internal yang menjadi kekuatan dan
kelemahan perusahaan
ii. Berikan bobot untuk masing-masing faktor dalam kolom 2, dari 0,0
(tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). Penjumlahan dari seluruh
bobot yang diberikan semua faktor harus sama dengan 1,0.
iii. Berikan peringkat 1 - 4 dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor
kunci, tentang seberapa efektif strategi perusahaan dalam merespon
faktor tersebut, dengan memberi skala mulai dari 4 (sangat baik)
hingga 1 (di bawah rataan).
iv. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk
menentukan nilai tertimbang.
v. Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing peubah untuk
Adapun bentuk matriks IFE dan EFE dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Model Matriks IFE dan EFE
Faktor Internal/Eksternal Bobot (a)
Dalam matriks IFE, total keseluruhan nilai yang dibobot berkisar
antara 1,0 – 4,0 dengan nilai rataan 2,5. Nilai di bawah 2,5 menandakan bahwa secara internal perusahaan lemah dan nilai di atas 2,5 menunjukkan
posisi internal yang kuat.Total nilai 4,0 menunjukkan perusahaan mampu
menggunakan kekuatan yang ada untuk mengantisipasi kelemahan dan
total nilai 1,0 berarti perusahaan tidak dapat mengantisipasi kelemahan
dengan menggunakan kekuatan yang dimilikinya.
Dalam matriks EFE, total keseluruhan nilai yang dibobot tertinggi
adalah 4,0 yang mengindikasikan bahwa perusahaan mampu merespon
peluang yang ada dan menghindari ancaman di pasar industri. Nilai
terendah adalah 1,0 yang menunjukkan strategi yang dilakukan perusahaan
tidak dapat memanfaatkan peluang atau tidak menghindari ancaman yang
ada. Setelah tersusun matriks IFE dan EFE, dilakukan kombinasi alternatif
strategi dengan menggunakan matriks IE dan SWOT.
b. Penentuan Pembobotan
Teknik yang digunakan untuk menentukan penilaian terhadap bobot dari
faktor internal dan eksternal (Matriks IFE dan EFE) adalah teknik Paired
secara berpasangan setiap peubah pada baris (horizontal) dengan peubah
pada kolom (vertikal). Perbandingan berpasangan merupakan kuantifikasi
hal-hal yang bersifat kualitatif, sehingga tidak semata-mata dengan
pemberian bobot terhadap semua parameter secara simultan, tetapi dengan
persepsi pembandingan atau perbandingan yang diskalakan secara
berpasangan. Penentuan bobot setiap peubah yang dibandingkan
menggunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan menunjukkan :
1 =jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 =jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal
3 =jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Adapun bentuk dari penilaian bobot dengan metode Paired Comparison dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Penilaian bobot faktor strategis internal/eksternal perusahaan
Faktor strategik
Selanjutnya bobot setiap faktor strategik diperoleh dengan
menentukan total nilai setiap faktor strategik terhadap jumlah keseluruhan
faktor strategik dengan menggunakan rumus berikut :
Ai =
c. Matriks IE
Matriks IE digunakan untuk melakukan pemetaan terhadap skor total
matriks IFE dan EFE yang dihasilkan dari audit eksternal dan internal
perusahaan.Matriks IE terdiri atas dua dimensi, yaitu total skor dari
matriks IFE dan total skor dari matriks EFE. Total skor matriks IFE
dipetakan pada sumbu X dengan skor 1,0 – 1,99 yang menyatakan posisi internal adalah lemah, skor 2,0 – 2,99 posisinya rataan, serta skor 3,0 – 4,0 adalah posisi kuat. Total skor dari matriks EFE dipetakan pada sumbu Y
dengan skor 1,0 – 1,99 adalah posisi rendah, skor 2,0 – 2,99 adalah posisi rataan dan skor 3,0 – 4,0 adalah posisi tinggi.
Matriks ini bermanfaat untuk menentukan posisi perusahaan, yang
terdiri atas sembilan sel, namun secara garis besar dibagi menjadi tiga
bagian utama yang mempunyai dampak strategi yang berbeda, yaitu (1)
strategi tumbuh dan kembangkan (grow and build) yang meliputi sel I, II atau IV dan strategi yang cocok untuk diterapkan, antara lain strategi
intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk)
atau strategi integratif (integrasi ke belakang, ke depan dan horizontal); (2)
jaga dan pertahankan, meliputi sel III, V atau VII, dapat dikelola dengan
strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk; (3) tuai atau divestasi,
meliputi sel VI, VIII dan IX. Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 1
l Total Skor Faktor Strategi Internal
Kuat Rataan Lemah
4,0 3,0 2,0
Tinggi I II III
Menengah IV V VI
Rendah VII VIII IX
Gambar 1. Matriks Internal Eksternal 3,0
2,0
1,0
d. Matriks SWOT
Manajemen perusahaan dapat menetapkan arah yang ingin dituju di
masa depan, baik kesiapan menghadapi persaingan global maupun
kemampuan memenuhi keinginan konsumen dengan melihat kondisi
lingkungan eksternal dan internal perusahaan yang dituangkan dalam
matriks SWOT. Matriks SWOT merupakan alat untuk merumuskan
berbagai alternatif strategi yang diterapkan. Metode ini menggambarkan
secara jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan,
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Dari matriks SWOT, dapat dihasilkan empat tipe kemungkinan
alternatif strategic, yaitu strategi SO, ST, WO dan WT. Strategi SO
merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang dan strategi ST merupakan strategi yang menggunakan kekuatan
untuk menghindari/mengurangi dampak ancaman.Strategi WO bertujuan
untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang dan strategi
WT bertujuan meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari
ancaman.Bila diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini mempunyai
kekuatan yang sangat besar atas rancangan suatu strategi yang
berhasil.Kombinasi dari faktor internal dan eksternal dalam Matriks
SWOT dapat dilihat pada Gambar 2 (Rangkuti, 2005).
IFE
Analisis kuantitatif, terutama bertujuan melihat kinerja keuangan
perusahaan dari investasi yang telah dilakukan.Analisa aspek keuangan
seperti rasio likuiditas, aktivitas dan profitabilitas berguna untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan dan keadaan keuangan perusahaan serta proyeksi pengembangan perusahaan.
Jenis rasio laporan keuangan, dikelompokkan ke dalam empat kelompok rasio (Sartono, 2001 dan Jusuf, 2008), yaitu :
1. Liquidity Ratio, yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek tepat pada waktunya. Liquidity Ratio yang umum digunakan antara lain :
a) Current Ratio merupakan alat ukur bagi kemampuan likuiditas (solvabilitas jangka pendek), yaitu kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar.
Formulasinya :
Aktiva Lancar
Current Ratio = --- x 1 kali Kewajiban lancar
b) Quick Ratio merupakan alat ukur bagi kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid.
Formulasinya :
(Aktiva lancar – persediaan)
Quick Ratio = --- x1 kali Kewajiban lancar
2. Leverage Ratio, yaitu rasio untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang.. Rasio - rasio ini antara lain :
a) Debt to Equity Ratio, yaitu perbandingan antara total kewajiban (total hutang) dengan total modal sendiri (equity).
Formulasinya :
Total Kewajian
Debt to Total Assets Ratio = --- x1 kali Modal Sendiri
Formulasinya :
Kewajiban jangka panjang
Long Term Leverage = --- x 1 kali Modal sendiri
3. Profitability Ratio, yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya. Rasio - rasio ini antara lain : Receivable turnover = ---
Account receivable
b)Periode Pengumpulan Piutang
360
Average collection period = --- Receivable turnover
d) Total Assets Turnover, yaitu rasio untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan.
Formulasinya :
Sales Total Assets Turnover = ---
Total Assets
5. Growth Ratio/Rasio pertumbuhan, yaitu mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk mempertahankan posisi ekonominya dalam partumbuhan ekonomidan industri. Rasio-rasio ini antara lain (1) Rasio pertumbuhan laba merupakan perbandingan harga pokok penjualan dan biaya operasional dibagi dengan penjulan; (2) Rasio tingkat pertumbuhan penjualan, membandingkan antara penjualan pada akhir periode dengan penjualan yang dijadikan periode dasar. Apabila nilai perbandingannya makin besar, maka tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan makin baik.
C. Aspek Kajian
Secara umum, aspek yang dikaji dalam kajian ini adalah aspek operasional
dan pengembangan usaha.
1. Aspek operasional, meliputi sarana dan prasarana, proses produksi, kapasitas
produksi, ketersediaan bahan baku, SDM dan pembiayaan.
a. Sarana dan prasarana
Untuk mengetahui berbagai peralatan yang digunakan untuk menunjang
kelancaran kegiatan proses produksi.
b. Proses dan kapasitas produksi
Hal ini memberikan gambaran tentang proses pengolahan produk sampai
dengan pemasaran. Selain itu, untuk mengetahui kapasitas produksi dan
mutu produk, maka perlu diamati sejauhmana kapasitas produksi sudah
dapat memenuhi permintaan pasar.
c. Ketersediaan bahan baku
Untuk mengetahui ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan. Hal ini
d. Sumber daya manusia
Untuk mengetahui jumlah dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan, tingkat
pendidikan yang diperlukan dan bagaimana cara memenuhi kebutuhan
tenaga kerja yang dimaksud.
e. Keuangan
Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dalam mengembangkan
usaha, melalui pendekatan kriteria investasi yang digunakan beserta
perhitungannya, seperti Liquidity Ratio, Leverage Ratio, Profitability
Ratio, dan Activity Ratio.
2. Aspek pengembangan usaha meliputi prospek dan kondisi pasar, persaingan
usaha, efisiensi, serta sistem dan strategi pemasaran.
a. Prospek dan kondisi pasar
Memberikan gambaran tentang permintaan produk untuk memenuhi
kebutuhan pasar, juga memberikan gambaran tentang hasil produksi dan
faktor keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Selain itu juga
memberikan gambaran tentang mekanisme penetapan harga jual produk
dalam hal ini adalah hubungan antara harga jual dengan permintaan dan
penawaran oleh pihak pembeli, serta faktor yang mempengaruhi harga
jualnya.
b. Persaingan usaha
Memberikan gambaran tentang pasar yang akan dituju, serta peluang dan
kendalanya.
c. Sistem dan strategi pengembangan usaha serta pemasarannya
Memberikan gambaran tentang sistem pemasaran dan menyusun strategi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
Usaha Jaya Printing Garment bergerak di bidang industri pakaian jadi yang
dirintis sejak tahun 1997. Dalam menjalankan usahanya pemilik dibantu oleh
istrinya. Usaha berbentuk perusahaan perseorangan dengan sistem manajemen
yang sederhana dimana seluruh tanggung jawab dan pengendalian usaha
ditangani langsung oleh pemilik beserta istrinya. Sampai saat ini usaha
berkembang dengan baik dan telah mampu bertahan ditengah persaingan usaha
yang cukup ketat serta kondisi perekonomian global yang memburuk di tahun
2008 dan 2009 dimana banyak perusahaan sejenis yang gulung tikar. Perusahaan
ini adalah salah satu yang bertahan.
Jenis produk yang dihasilkan antara lain baju tidur dewasa dan anak-anak,
kaos oblong, dan lain-lain. Produk yang dihasilkan ditujukan untuk pasar
menengah ke bawah dan dijual secara grosir ke pelanggan melalui agen. Sejak
pertengahan tahun 2010, perusahaan telah melakukan ekspansi usaha di bidang perdagangan pakaian yang diimpor dari China dengan nama “Toko Indanno” yang berlokasi di Pasar Metro Tanah Abang. Usaha tersebut telah berjalan sejak
pertengahan tahun 2010 dan sampai saat ini menunjukkan perkembangan yang
cukup baik.
Ekspansi usaha dilatar belakangi adanya CAFTA yang membuat pasar di
Indonesia dipenuhi oleh produk-produk dari China. Hal ini menyebabkan
sebagian masyarakat beralih menggunakan produk dari China yang relatif murah,
berkualitas cukup baik dan model yang lebih beragam, segmen pasar inilah yang
ingin dibidik oleh Jaya Printing Garment.
Sejak pertama kali dikembangkan usaha berjalan dengan cukup baik,
namun pemilik mempunyai permasalahan dalam hal memperoleh persediaan
karena saat ini pembelian dilakukan langsung di China dengan sistem
pembayaran tunai di awal. Hal ini menyebabkan persediaan yang ada jumlahnya
Permohonan modal kerja ini akan dipergunakan untuk mengembangkan
usaha perdagangan pakaian impor yaitu untuk menambah jumlah persediaan
produk China sehingga dapat memenuhi permintaan pasar.
Lokasi usaha saat ini berada di beberapa tempat antara lain :
- Jl. Wader No.24-25, Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara yang berstatus
milik sendiri. Lokasi ini digunakan untuk tempat usaha sekaligus tempat
tinggal.
- Jl.Moa No.51, Pejagalan, Penjaringan, Jakut yang berada di belakang
bangunan Jl. Wader No.24-25 yang merupakan milik kerabat pemilik.
- Jl. Rosela 1 Blok B No. 63, Jelambar, Jakarta Barat yang berstatus sewa.
Lokasi ini digunakan sebagai tempat sablon.
- 1 unit kios yang berada di Pasar Metro Tanah Abang lantai 1 Blok B No. 26
yang berstatus sewa. Tempat ini digunakan untuk menjual pakaian impor.
B. Hal yang Dikaji 1. Aspek operasional
a. Sarana dan prasarana
Sarana dan Prasarana yang dimiliki cukup menunjang kelancaran usaha,
terdiri dari workshop, gudang, inventaris kantor, listrik, air, telpon dan
sarana lainnya, antara lain:
- 1 unit mobil box, 1 unit mobil Fortuner dan 1 unit mobil CR-V.
- Mesin-mesin terdiri dari 50 unit mesin jahit, 40 mesin obras, 3unit
mesin bordir dengan sistem komputer, 4 unit mesin cam, 1 unit mesin
karet, 1unit mesin lubang kancing, 1 unit mesin pasang kancing.
- Seluruh sarana usaha yang dimiliki masih layak dipakai.
b. Proses dan kapasitas produksi
Proses produksi terdiri dari dua bagian, yaitu :
1) Tahap Pra Produksi
Tahap pra produksi dimulai dari pembuatan design oleh bagian
majalah. Selanjutnya dibuatkan contoh untuk design tersebut. Contoh akan dikirim kepada agen penjual, apabila tersebut disetujui maka
akan ditentukan jumlah yang harus diproduksi. Setelah itu pemilik
akan melakukan pembelian bahan baku dan bahan pendukung lainnya.
Pembelian secara tunai atau DP dan sisanya kredit dengan jangka
waktu sampai 1 bulan. Pembayaran secara tunai akan mendapat
potongan harga sampai dengan 5%.
Gambar 3. Tahapan proses pra produksi
Pengadaan bahan baku disupply oleh beberapa pemasok antara
lain Parisma, Pratama, Herotex, PT. Sinar Bumi Khatulistiwa, Bintang
Terang dan Karina Knitting. Hubungan bisnis ini telah berjalan lebih
dari 5 tahun dan sampai saat ini masih berjalan lancar dan baik.
Pengangkutan bahan baku dikirim langsung oleh supplier ke tempat
usaha. Manajemen persediaan dilakukan dengan cukup baik dengan
menggunakan sistem manual (kartu kontrol).
2) Tahap Produksi
Tahap produksi dimulai dengan pembuatan pola sesuai dengan
ukuran yang dikehendaki yang dilanjutkan dengan pemotongan bahan.
Setelah bahan dipotong akan dilakukan sablon dan atau bordir pada
bahan yang telah dipotong sesuai dengan design yang telah dibuat sebelumnya. Setelah itu kain yang telah disablon dan atau bordir akan
dijahit. Tahap selanjutnya adalah pembuatan lubang kancing serta
pemasangan kancing. Kemudian dilakukan finishing yaitu dengan
uap, dan pemasangan tag merk. Setelah itu produk akan dipacking dan
siap untuk didistribusikan.
Gambar 4. Tahapan proses produksi
Kapasitas produksi yang dihasilkan per hari sebanyak +200
lusin. Saat ini kapasitas mesin terpakai saat ini sudah 90% (Tabel 3),
dimana 1 Shift dimulai pukul 08.00 – 20.00 wib). Tabel 3. Jumlah mesin dan kapasitas produksi
Jumlah Mesin
(unit)
Kapasitas/unit/hari (lusin)
Total Kapasitas
(lusin)
%
Mesin terpasang
50 5 250 100%
Mesin terpakai
45 5 225 90%
Hal ini memberikan gambaran tentang proses pengolahan produk
sampai dengan pemasaran. Selain itu, untuk mengetahui kapasitas
produksi dan mutu produk, maka perlu diamati sejauhmana kapasitas
produksi sudah dapat memenuhi permintaan pasar.
c. Sumber daya manusia
Perusahaan dengan nama badan Jaya Printing Garmen memiliki
struktur organisasi yang sederhana dengan pembagian kerja yang jelas
dan penempatan posisi pegawai sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
Namun untuk pengambil keputusan, pengawas keuangan, pengendalian
Jumlah karyawan yang ada sebanyak 80 orang yang terdiri dari
bagian design, bagian potong, bagian jahit, bagian sablon, bagian bordir, bagian finishing dan bagian packing. Sistem pengupahan adalah sistem pengupahan harian dimana uoah dibayarkan setiap satu minggu sekali.
Selama ini kredibilitas manajemen debitur dinilai cukup baik
karena pemilik dikenal cukup baik karakter dan integritasnya, serta cukup
terbuka dalam menjelaskan kondisi usahanya dan cukup kooperatif dalam
memberikan data-data keuangan. Selain itu juga mempunyai citra yang
positif di mata pemasok dan pelanggannya. Namun hingga saat ini
pembinaan kader belum dilakukan dengan serius dikarenakan putra
pertama masih duduk di bangku kuliah serta umur pemilik dan istri yang
masih dalam usia produktif, yaitu 54 dan 44 tahun.
d. Keuangan
Berdasarkan analisis past performance dan hasil proyeksi, dapat dilihat kinerja keuangan perusahaan (Tabel 4) berdasarkan kriteria berikut :
Rasio Likuiditas
1) CR rata-rata perusahaan di atas CR minimal yang disyaratkan dan hutang lancar perusahaan masih dapat dicover oleh aset lancar. CR
2010 sebesar 9,26x meningkat dibanding periode Desember 2009
sebagai akibat meningkatnya harta lancar perusahaan dan
menurunnya hutang lancar. Harta lancar mayoritas terdistribusikan
ke dalam piutang dan persediaan, hal ini dikarenakan ada
peningkatan jumlah produksi dan adanya pembelian persediaan
dalam jumlah cukup besar sebagai antisipasi adanya kenaikan harga.
2) Quick Ratio 2010 sebesar 4,20x meningkat dibanding periode
Desember 2009 karena adanya peningkatan piutang. Dengan nilai
QR sebesar 4,20x, artinya di luar persediaan barang yang mungkin
masih jauh dari tunai, setiap Rp.1 Kewajiban Lancar dijamin oleh
Tabel 4. Kinerja keuangan perusahaan
TANGGAL/BULAN/TAHUN 31-12-2008 30-12-2009 31-12-2010
RASIO LIKIDITAS RASIO LIKUIDITAS
CURRENT RATIO (X) 3.92 4.31 CURRENT RATIO
QUICK RATIO (X) 1.91 2.01 QUICK RATIO
RASIO LEVERAGE RASIO LEVERAGE
DER (TOTAL LIABILITY/MODAL) (X) 0.21 0.18 0.16
LONGTERM LEVERAGE (LT.DEB/MODAL) (X) 0.00 0.00 0.07
RASIO CASH FLOW RASIO CASH FLOW
EBITDA : TOTAL DEBT (%pa) 133.08% 134.65% 117.36%
EBITDA : INTEREST (%pa) 754.77% 755.44% EBITDA : INTEREST
DSC (EAT + BUNGA) : (ANGSURAN + BUNGA) (X) 5 5 3
PROFITABILITAS PROFITABILITAS
PROFIT MARGIN (EAT : PENJUALAN BERSIH) (%pa) 10.58% 9.58% 7.19%
ROE (EAT : MODAL) (%pa) 16.44% 14.05% ROE (EAT : MODAL)
PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN
TINGKAT PERTUMBUHAN PENJUALAN BERSIH (%pa) 12.55% 1.66% 1.75%
EFISIENSI EFISIENSI
LAMA TERTAGIHNYA PIUTANG (Hari) 66 63 81
LAMANYA PENGENDAPAN PERSEDIAAN (Hari) 87 87 102
CAPACITY CAPACITY
TANGIBLE NET WORTH (Rp.Jt) 8.087.526 8.711.734 9.465.695
MODAL KERJA NETTO (Rp.Jt) 5.043.710 5.164.975 6.532.340
Rasio Solvabilitas
DER rata-rata perusahaan masih dibawah DER maksimal yang
disyaratkan yaitu 2,10 x. DER semester 2010 sebesar 0.16x. Hal ini
merepresentasikan bahwa modal usaha yang bersangkutan masih mampu
untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya baik kewajiban jangka pendek
Rasio Coverage
1) EBITDA/DEBT 2010 sebesar 117,36% menurun jika dibanding
Desember 2009 dikarenakan meningkatnya HPP pada tahun 2010.
Peningkatan HPP ini disebabkan oleh meningkatnya harga bahan
baku.
2) EBITDA/interest 2010 sebesar 1450,53%, meningkat dibandingkan
tahun 2009 dikarenakan switching fasilitas kreditnya.
3) DSC 2010 sebesar 3 yang berarti kemampuan membayar kewajiban
(bunga dan pokok) bisa dipenuhi sebanyak 3 kali dari EAT ditambah
bunga (pendapatan bersih ditambah bunga).
Rasio Profitabilitas
1) Profit Margin 2010 menurun menjadi 7,19% dikarenakan HPP mengalami peningkatan akibat adanya kenaikan harga bahan baku
sehingga perusahaan mengambil kebijakan untuk menurunkan profit
margin supaya tetap bisa bersaing di pasar dan menambah volume
penjualan untuk tetap meraih keuntungan.
2) ROE perusahaan 2010 mengalami penurunan menjadi sebesar 9,87%. Kondisi ini diakibatkan oleh menurunnya profit margin yang
diambil oleh perusahaan.
Pertumbuhan Penjualan
Pertumbuhan penjualan pada 2010 meningkat 1,75% dibandingkan
dengan 2009. Hal ini lebih disebabkan karena ada peningkatan
permintaan dari pelanggan exisiting.
Rasio Aktivitas
1) Lama tertagih piutang 2010 terlihat semakin lama, yaitu menjadi 81
hari. Namun hal ini dinilai masih wajar karena masih berada dalam
batas ketentuan pembayaran piutang yang ditentukan, yaitu selama